11
1 http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206 PERILAKU HIPERAKTIF DAN UPAYA PENANGANANNYA Hj. Rasmi Amin Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan A. Latar Belakang Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 sampai 6 tahun dan bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi seperti fisik, moral, nilai-nilai bahasa, motorik, dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar Salah satu masalah dalam perkembangan anak yang harus diketahui guru TK dan pendidik AUDI lainnya adalah masalah perkembangan anak yang bersifat non normatif atau perilaku menyimpang. Pendidik AUDI dituntut untuk dapat mengenali setiap ciri masalah dalam perkembangan anak yang mengalami kesulitan, sehingga dapat memberikan penanganan yang tepat. Akan sangat berbahaya bila salah dalam mengidentifikasi masalah perkembangan anak, misalnya anak autis dianggap anak hyperaktif sehingga penanganan yang diberikan juga tidak akan tepat pada sasaran. Alih-alih anak akan terbebas dari masalahnya dengan berkembang dengan baik justru masalah yang dialaminya akan makin parah Perilaku hiperaktif dapat dialami oleh anak yang mengalami gangguan pemusatan perhatian. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri sering bergerak, menjawab dengan cepat sebelum pertanyaan selesai, sulit untuk menunggu giliran, menyela permainan yang sedang berlangsung, sulit bermain dengan diam, sulit berkonsentrasi dan sulit mengatur aktivitas.

PERILAKU HIPERAKTIF

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KESEHATAN ANAK

Citation preview

Page 1: PERILAKU HIPERAKTIF

1

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

PERILAKU HIPERAKTIF DAN UPAYA PENANGANANNYA

Hj. Rasmi Amin

Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

A. Latar Belakang

Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini pada

jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 sampai

6 tahun dan bertujuan membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi seperti fisik,

moral, nilai-nilai bahasa, motorik, dan seni untuk siap memasuki pendidikan dasar

Salah satu masalah dalam perkembangan anak yang harus diketahui guru TK dan

pendidik AUDI lainnya adalah masalah perkembangan anak yang bersifat non normatif atau

perilaku menyimpang. Pendidik AUDI dituntut untuk dapat mengenali setiap ciri masalah

dalam perkembangan anak yang mengalami kesulitan, sehingga dapat memberikan

penanganan yang tepat. Akan sangat berbahaya bila salah dalam mengidentifikasi masalah

perkembangan anak, misalnya anak autis dianggap anak hyperaktif sehingga penanganan

yang diberikan juga tidak akan tepat pada sasaran. Alih-alih anak akan terbebas dari

masalahnya dengan berkembang dengan baik justru masalah yang dialaminya akan makin

parah

Perilaku hiperaktif dapat dialami oleh anak yang mengalami gangguan pemusatan

perhatian. Hal ini ditandai dengan ciri-ciri sering bergerak, menjawab dengan cepat sebelum

pertanyaan selesai, sulit untuk menunggu giliran, menyela permainan yang sedang

berlangsung, sulit bermain dengan diam, sulit berkonsentrasi dan sulit mengatur aktivitas.

Page 2: PERILAKU HIPERAKTIF

2

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

Anak yang berperilaku hiperaktif dapat berisiko tinggi seperti gagal di sekolah,

mengalami masalah sosial yang serius, termasuk kesulitan bergaul sekaligus konflik dengan

anggota keluarga, sering dimarahi dan dihukum oleh para pengasuh, dibenci oleh teman-

teman di sekolah, bahkan diberi lebel sebagai “anak nakal”. Semua faktor-faktor tersebut

dapat berpengaruh terhadap timbulnya kekacauan sikap dan perilaku anak.

Hasil penelitian Caspi, Ben dan Ader (dalam Prasetya, 2003: 98) bahwa anak- anak

yang memiliki masalah dan perangai buruk pada masa kanak-kanak berpeluang terbawa

sampai pada masa dewasa. Olehnya itu anak yang menunjukkan perilaku hiperaktif harus

mendapat perhatian dan penanganan yang tepat dan berkesinambungan agar memiliki

kesempatan berkembang menjadi manusia yang sukses dimasa depan. Perilaku buruk pada

masa kanak-kanak apabila tidak diatasi cenderung bermasalah pada saat dewasa, sehingga

dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam lingkungan sekolah, lingkungan pekerjaan

dan keluarga mereka menghadapi banyak masalah. Dari latar belakang diatas penulis

memaparkan hasil penelitian terhadap dua orang anak yang berperilaku hyperaktif dan

upaya yang dilakukan guru dalam membantu kedua anak tersebut, dimana kedua anak

secara umum memiliki karakteristik dan perilaku yang hampir sama dan sangat mengganggu

proses pembelajaran di kelas

Pemaparan hasil penelitian ini bertujuan: (1) agar para guru TK/Pendidik

AUDI lainnya memahami bentuk perilaku anak hiperaktif (2) Memahami upaya yang

seharusnya dilakukan dalam membantu anak yang berperilaku hyperaktif

B. PERILAKU HIPERAKTIF

Anak hiperaktif menunjukkan adanya suatu pola perilaku yang menetap pada

seorang anak. Perilaku ini ditandai dengan sikap tidak mau diam, tidak bisa berkonsentrasi

dan bertindak sekehendak hatinya atau impulsif. Sedangkan yang dimaksud dengan hiperaktif

adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak mau diam, tidak

Page 3: PERILAKU HIPERAKTIF

3

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak hatinya). Anak

hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau mainan yang

disukai oleh anak-anak lain seusia mereka, dikarenakan perhatian mereka suka beralih dari

satu fokus ke fokus yang lain. Mereka seakan-akan tanpa henti mencari sesuatu yang menarik

dan mengasikkan namun tidak kunjung datang. Hiperaktif juga mengacu kepada

ketiadaannya pengendalian diri, contohnya dalam mengambil keputusan atau kesimpulan

tanpa memikirkan akibat-akibat terkena hukuman atau mengalami kecelakaan

(Mulyadi:2009:87).

Wiguna (2007:5) mengemukakan karakteristik anak yang cenderung mengalami

gangguan hiperaktif (1) tidak bisa duduk diam di dalam kelas, (2) tangan bergerak dengan

gelisah; (3) kadang berlari-lari dan naik di atas meja dan memanjat guru; (4) mengalami

kesulitan dalam bermain atau dalam kegiatan menyenangkan bersama yang memerlukan

ketenangan; (5) impulsivitas, mengalami kesulitan dalam menunggu giliran; (6) menjawab

sebelum pertanyaan selesai/ sering menginterupsi orang lain. Anak yang hiperaktif

menunjukkan semua atau hampir semua ciri-ciri di atas.

Penyebab utama perilaku hiperaktif telah dilakukan penelitian secara terus menerus

oleh para ahli, namun masih terdapat perbedaan pendapat, Martin (1994:29) mengatakan

ada beberapa faktor penyebab perilaku hiperaktif: (1) faktor neurologik, proses persalinan

dengan cara ekstraksi forcep, bayi yang lahir dengan berat badan dibawah 2500 gram, ibu

melahirkan terlalu muda, ibu yang merokok dan minum minuman keras; (2) faktor genetik,

sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya hiperaktif akan menurun pada

anak; (3) faktor makanan, zat pewarna, pengawet dan kekuarangan vitamin; (4) faktor psiko

sosial dan lingkungan. Terkadang gangguan hiperaktif adalah dampak dari pola pengasuhan

yang kurang efektif, misalnya faktor pemanjaan dan kurangnya penanaman kedisiplinan.

Beberapa faktor yang menyebabkan anak menjadi hiperaktif dari pola pengasuhan

yang kurang efektif antara lain: (1) Pemanjaan, anak yang terlalu dimanja sering memilih

Page 4: PERILAKU HIPERAKTIF

4

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

caranya sendiri agar terpenuhi kebutuhannya, ia akan memperdaya orang tuanya untuk

memperoleh apa yang diinginkannya, kurangnya disiplin yang diberikan oleh orang tua

kepada anak. Cara seperti itulah membuat anak berbuat sesuka hatinya. Anak yang dimanja

biasanya kalau di sekolah ia akan memilih berjalan-jalan dan berdiri dari pada

mendengarkan/ mematuhi instruksi guru, (2) kurang disiplin dan pengawasan, anak yang

kurang disiplin atau pengawasan ini akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang

dibatasi, apa yang dilakukan dibiarkan begitu saja tanpa ada perhatian dari orang tua. Jika

anak dibiarkan tanpa perhatian, maka anak akan berbuat sesuka hatinya ketika berada

ditempat lain baik itu di sekolah.

Apabila perilaku hiperaktif ini tidak ditangani dengan baik, maka pada akhirnya akan

menimbulkan hambatan penyesuaian perilaku sosial dan kemampuan akademik di

lingkungan rumah dan sekolah. Akibatnya perkembangan anak menjadi tidak optimal dengan

timbulnya gangguan perilaku dikemudian hari. Untuk itu diperlukan adanya upaya

penanganan atau bimbingan yang komprehensif dan berkesinambungan.

Menurut Hurlock (1998:100) lima tahun pertama merupakan peletak dasar bagi

perkembangan selanjutnya atau dengan kata lain, dasar pendidikan anak adalah pada usia 0-5

tahun. Jika pada usia tersebut orang dewasa tidak melakukan apa-apa terhadap anak, maka

mereka akan mengalami kesulitan di masa mendatang. Inilah alasan penting perlunya

pemberian stimulasi sejak dini, termasuk anak yang berperilaku hiperaktif. Anak yang

berperilaku hiperaktif apabila mendapatkan stimulasi yang terarah atau penanganan khusus

secara berkesinambungan akan dapat mengembangkan aspek kognitif, aspek sosial-

emosional dan kemandiriannya. Aspek pengembangan sosial dan kemandirian dimaksudkan

untuk membina anak agar dapat mengendalikan emosinya secara wajar, yang merupakan

salah satu perilaku negatif yang harus dikembangkan bagi anak hiperaktif, dengan

harapan dapat berinteraksi dengan baik dengan sesamanya maupun dengan orang dewasa.

Page 5: PERILAKU HIPERAKTIF

5

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

C. HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di salah satu TK Islam terbesar di Makassar dengan cara

observasi, yaitu mengamati langsung perilaku kedua anak dan perlakuan guru dalam proses

pembelajaran selama kurang lebih tiga bulan, wawancara dengan guru dan orang tua siswa,

diperoleh data bahwa:

1) kedua anak hanya mampu duduk konsentrasi paling lama lima menit, setelah itu

perhatian sudah buyar, mengganggu teman, meraih apa saja yang ada didekatnya,

kadang melamun, berguling dikarpek, berjalan kesana kemari tanpa tujuan yang jelas

hanya sekali-kali memperhatikan penjelasan guru. Bila diberi tugas yang

memerlukan konsentrasi dan harus diselesaikan dalam waktu tertentu tidak dapat

diselesaikan bahkan sama sekali tidak dikerjakan kecuali bila didampingi. Perilaku

ini dilakukan berulang-ulang sampai pembelajaran selesai (sangat sulit duduk tenang

dan menyimak pelajaran). Keadaan ini sangat mengganggu proses pembelajaran dan

anak-anak yang lain di dalam kelas.

2) Dalam interaksi sosial kedua anak cenderung memonopoli kegiatan dan mengatur

teman-temannya, bila keinginan tidak terpenuhi ia bertindak kasar dengan memukul,

menendang bahkan menciderai temannya. Dalam kegiatan bermain cepat bosan

dengan mudah meninggalkan permainan dan merebut permainan temannya. Sikap

dan perilaku anak hiperaktif diakibatkan adanya gangguan konsentrasi sehingga

perhatian mudah beralih yang membuat anak tidak dapat mematuhi aturan. Ia tahu

aturan yang seharusnya dilakukan dan mampu menjelaskannya. Namun kurang

lebih tiga menit kemudian, ketika lepas dari pengawasan atau pendampingan guru ia

tidak dapat mengendalikan perilakunya, tidak sabar dan pelanggaran terjadi berulang-

ulang dengan waktu dan kegiatan yang berbeda walaupun kadang diberi hukuman

atau sangsi.

3) Berdasarkan hasil wawancara dari kedua orang tua, disimpulkan bahwa kemungkinan

penyebab kedua anak yang berperilaku hiperaktif adalah: kondisi kesehatan saat bayi

dengan pemberian obat-obat yang berlebihan, berat badan yang rendah (dibawah

berat badan bayi pada umumnya), pola pengasuhan orang tua yang permissif dan

faktor genetik

Page 6: PERILAKU HIPERAKTIF

6

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

4) Upaya yang dilakukan guru dalam membantu anak hiperaktif adalah: sebelum

mengajar guru menyusun silabus dan SKH yang merupakan pedoman di dalam

melakukan pembelajaran tetapi tidak tercantum pendekatan khusus terhadap kedua

anak tersebut program yang dibuat sama untuk semua anak di dalam kelas adapun

yang dilakukan adalah ; (1) Menempatkan posisi duduk anak pada bagian depan

(berdekatan dengan guru) berhadapan dengan peserta didik lainnya; (2) memberi

penjelasan secara klasikal dan kadang dilanjutkan dengan penjelasan secara

individual tetapi tidak menggunakan media; (3) dalam penyelesaian tugas semua

anak diperlakukan sama; dan (4) bila terjadi pelanggaran, berusaha merubah perilaku

dengan memberi nasihat, memberi hukuman dengan misalnya menunda haknya

dengan tidak mengikutkan pada kegiatan berikutnya, menunda kepulangan, kadang

tidak merespon atau membiarkan, pada perilaku positif guru tidak memberi pujian

atau hadiah, membandingkan perilaku peserta didik lain. Dalam kondisi seperti

tersebut tampak sekali kekecewaan dan kompensasinya adalah membuang diri

kelantai.

Menurut Barkley (dalam Martin,2008:21) ciri-ciri anak yang mengalami gangguan

hiperaktif adalah sulit memusatkan perhatian pada yang dilakukannya, tidak berhasil

menyelesaikan tugas, sulit mempertahankan perhatian ketika bermain, konsentrasi mudah

terganggu, impulsivitas, sulit antri,ingin menguasai interaksi sosial dan suka menyela

pembicaraan orang, tidak dapat duduk diam, kadang memanjat, selalu bergerak, sulit

mematuhi peraturan dan instruksi. ia mengetahui peraturan dan mampu menjelaskan namun

sepuluh menit kemudian anak sudah tidak dapat mengendalikan perilakunya, sehingga

melakukan pelanggaran berulang-ulang.

D. PENANGANAN ANAK BERPERILAKU HIPERAKTIF

Page 7: PERILAKU HIPERAKTIF

7

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

Karakter utama yang harus dimiliki seorang guru dalam menangani anak yang

berperilaku hiperaktif adalah fleksibilitas, sensitivitas, yaitu luwes, terbuka, punya empati

yang tinggi dan mau menyesuaikan diri dengan masalah yang dialami anak. Ia harus

memahami bahwa rentang perhatian anak yang mengalami gangguan hiperaktif lebih

singkat dari pada anak-anak yang lain, sehingga dalam proses pembelajaran atau pada

aktifitas lainnya tidak disamakan dengan anak yang lain. Selain itu seorang guru harus

mampu mengelolah pembelajaran secara profesional.

Menurut Doucherty (1990:67) Beberapa jenis bantuan dapat dilakukan oleh guru dan

pendidik AUDI dalam menangani anak yang berperilaku hiperaktif diantaranya:

1) Menempatkan posisi duduk pada bagian depan berhadapan dengan guru,

membelakangi anak-anak yang lain agar tidak mudah perhatian beralih pada hal-hal

yang lain, atau menempatkan pada posisi yang memungkinkan berdiri selama

pelajaran tanpa mengganggu anak-anak lain misalnya posisi duduk dekat dinding,

atau menyiapkan kursi kosong didekatnya

2) Pemberian informasi atau penjelasan harus jelas dengan menggunakan media

pembelajaran yang bervariasi dan dilakukan secara klasikal untuk semua anak dan

dilanjutkan dengan individual untuk anak yang hiperaktif, penjelasan harus jelas,

kongkrit, singkat dengan menggunakan kontak mata langsung pada setiap kali

pengajaran

3) Dampingi anak dalam penyelesaian tugas-tugas dan bagi dalam bentuk unit-unit yang

lebih kecil, misalnya memberikan tugas mewarnai gambar rumah, tugaskan anak

mewarnai bagian atap, badan rumah, kemudian dinding, dan seterusnya. Setiap tugas

yang berhasil diselesaikan beri penguatan atau pujian, misalnya “bagus, pintar, luar

biasa, hebat” dan lain sebagainya. Ini bertujuan untuk mengembangkan gangguan

perhatian, tanggung jawab dan kedisiplinan. Memberikan terapi tingkah laku

Page 8: PERILAKU HIPERAKTIF

8

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

merupakan prioritas utama yang perlu dikembangkan bagi anak yang berrperilaku

hiperaktif (Rosmawartini:2008:57)

4) Memanfaatkan energy anak dengan tugas lain yang dapat menguras tenaganya,

misalnya memberi tugas menghapus white board, mengajak anak bermain peran

dengan pentas kecil-kecilan, menyususn puzzel, membawa anak ke tempat wisata

(dalam pembelajaran ada unsur pergerakan tubuh) ini dimaksudkan agar energi anak

dapat tersalur

5) Untuk mengurangi perilaku yang tidak dikehendaki dapat dilakukan dengan (a) teknik

Ekstingsi, yaitu ketika tingkah laku yang tidak diinginkan terjadi jangan direspon

sampai anak menghentikannya. Dengan asumsi bahwa tanpa penguatan terhadap satu

respon akan menurunkan atau menghilangkan respon tersebut, contoh, seorang guru

mengabaikan anak yang berjalan kesana kemari pada saat pembelajaran ia akan

bosan sendiri dan berhenti melakukannya,(b) Satiasi, berusaha menghilangkan alasan

yang memungkinkan perilaku negatif terjadi, misalnya memberi perhatian sebelum

anak menuntut diperhatikan,(c) Time out, menghilangkan keempatan anak untuk

mendapatkan sambutan atau imbalan. Dengan cara anak dipindahkan dari tempat

dimana tingkah laku yang tidak dikehendaki terjadi, dan membuat anak melewatkan

waktu yang tidak menarik bagi dirinya (d) Pemberian hukuman, ini dilakukan jika

cara lain tidak berhasil, misalnya memukul pantat anak dengan pelan dan tidak dalam

keadaan marah.

6) Konsultasi dengan pihak yang lebih profesional, dengan maksud memperoleh

keterampilan atau teknis dalam membantu mengatasi masalah anak yang berperilaku

hiperaktif .

Untuk melatih anak agar fokus, ciptakan suasana yang kondusif jangan tekan dia,

terima kaadaan apa adanya, perlakukan anak dengan hangat dan sabar, tapi konsisten dan

Page 9: PERILAKU HIPERAKTIF

9

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

tegas didalam menerapkan norma dan tugas. Kalau anak tidak bisa diam di satu tempat,

pegang kedua tangannya dengan lembut, kemudian ajaklah untuk duduk diam, mintalah agar

anak menatap mata anda ketika berbicara atau diajak berbicara, berilah arahan dengan nada

yang lembut tanpa harus membentak. Arahan ini penting sekali untuk melatih anak disiplin

dan berkonsentrasi pada satu pekerjaan. Anda harus konsisten, jika meminta dia melakukan

sesuatu, jangan berikan dia ancaman tapi pengertian, yang membuatnya tahu kenapa anda

berharap dia melakukan seperti itu.

Adapun upaya yang dilakukan guru dengan pemberian hukuman untuk merubah

perilaku anak hiperaktif sebaiknya tidak dilakukan. Guru harus memahami bahwa anak

hiperaktif bukan tidak mau mematuhi aturan yang ada tetapi ia tidak mampu melakukannya

karena adanya permasalahan perhatian yang dialami. Anak yang hiperaktif sangat mudah

kecewa dan merasa rendah diri, tetapi apabila mendapat sambutan atau penghargaan atas

perilaku positif yang dilakukan maka perkembangan pribadinya akan lebih terarah, dan bila

tidak mendapatkan sambutan atau penghargaan maka ia akan menjadi rendah diri dan

egoisnya makin tinggi dan akan bersifat masa bodoh. Olehnya itu pemberian penghargaan

atau pujian sangat diharapkan untuk dilakukan oleh guru atau pendidik lainnya.

Menurut Wiramiharja (2008:9) bahwa, anak yang hiperaktif cenderung lebih patuh

terhadap penyelesaian tugas dan merubah perilakunya, jika ia memperoleh suatu pujian atau

penguatan karena melakukannya, dari pada tidak diberi imbalan karena tidak melakukannya.

Pemberian sanksi bukan berarti tidak efektif tetapi dapat dilakukan sebagai pilihan, bahwa

imbalan lebih efektif jika digunakan dengan cara yang lebih positif. Beberapa imbalan yang

dapat diberikan adalah, komentar yang positif, pemberian stiker atau bintang, tanggung

jawab tambahan di dalam kelas, membawa kelas agar rileks, memberikan waktu bebas,

membebaskan pilihan permainan dan sebagainya.

Page 10: PERILAKU HIPERAKTIF

10

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

Hal tersebut diperkuat juga Pentecost (2004:69) pujian adalah salah satu cara yang

paling efektif untuk menolong anak agar berubah, pujian yang diberikan secara jelas dan

sering merupakan senjata rahasia anda terhadap aspek perilaku negatif anak yang berperilaku

hiperaktif. Namun perlu diingat bahwa di dalam memberikan imbalan/ pujian upayakan

pujian itu bervariasi.

KESIMPULAN

Perilaku anak yang hiperaktif tampak mengalami kesulitan di dalam memusatkan

perhatian ia dapat mempertahankan konsentrasinya paling lama lima menit, tidak

dapat duduk tenang, berpindah dari satu tempat ketempat lain, tidak dapat

menyelesaikan tugas-tugas, dalam interaksi sosial cenderung memonopoli kegiatan,

impulsif, kadang menyela pembicaraan orang dan agresif.

Merubah perilaku anak yang hiperaktif dituntut kesabaran, keikhlasan dan

keterampilan, dengan penanganan kognitif behavioral yaitu menggabungkan

modifikasi perilaku yang didasarkan pada pemberian pujian atas keberhasilan yang

dicapai dan modifikasi kognitif dengan melatih anak untuk mewarnai atap rumah dan

berhasil melakukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Baihaqi, Mif dan Sugiarmin, 2006. Memahami & membantu Anak ADHD. Bandung: Refika

aditama

Depdiknas. 2006. Panduan Bimbingan di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Direktorat

Pembinaan Taman Kanak-Kanak.

Doucherty, Michael. 1993. Psychological Consultation and Community Settings. Thomson.

Fourth Edition. (diterjemahkan Mahasiswa PAUD 2009) UNM

Handojo. 2002. Petunjuk Praktis Utama dan Pedoman Materi Untuk Mengajar Anak

Normal, Autis dan Perilaku Lain. Surabaya: Bhuana Ilmu Populer

Page 11: PERILAKU HIPERAKTIF

11

http://www.lpmpsulsel.net/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=196:hiperaktif&catid=42:widyaiswara&Itemid=206

Martin, Grant. 2008. Terapi Untuk Anak ADHD, Anak Hiperaktif, Sulit Konsentrasi,

Tidak Aktif, Kurang Perhatian dll. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.