Upload
vanquynh
View
225
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERINGATAN !!! Bismillaahirrahmaanirraahiim
Assalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
1. Skripsi digital ini hanya digunakan sebagai bahan referensi
2. Cantumkanlah sumber referensi secara lengkap bila Anda mengutip dari Dokumen ini
3. Plagiarisme dalam bentuk apapun merupakan pelanggaran keras terhadap etika moral penyusunan karya ilmiah
4. Patuhilah etika penulisan karya ilmiah
Selamat membaca !!!
Wassalamu’alaikum warahmatullaahi wabarakaatuh
UPT PERPUSTAKAAN UNISBA
STUDI MENGENAI SELF REGULATION PADA SISWA KELAS XI
DI KELAS IQ SMA PASUNDAN 1 BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Melengkapi Salah Satu Persyaratan Menempuh UJian
Sidang Sarjana Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung
Disusun oleh :
Delis Irmawati
10050007031
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
2012
STUDI MENGENAI
DI KELAS IQ SMA PASUNDAN 1 BANDUNG
Nama : DELIS IRMAWATI
NPM : 10050007031
Eni N. Nugrahawati,
Pembimbing I
STUDI MENGENAI SELF REGULATION PADA SISWA KELAS XI
DI KELAS IQ SMA PASUNDAN 1 BANDUNG
DELIS IRMAWATI
7031
Bandung, September 2012
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
Menyetujui,
grahawati, Dra., M.Pd. Yunita Sari, M.Psi
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
DR. H. Umar Yusuf, M.Si.
Dekan Fakultas Psikologi
PADA SISWA KELAS XI
DI KELAS IQ SMA PASUNDAN 1 BANDUNG
Yunita Sari, M.Psi.
Pembimbing II
ii
Motto
÷�É9 ô¹$#uρy7|¡ ø�tΡyìtΒt Ï% ©!$#šχθããô‰tƒΝ æη−/u‘ Íο 4ρy‰tóø9 $$ Î/ Äc Å yè ø9 $#uρtβρ߉ƒ Ì�ヅçµyγô_ uρ(Ÿωuρ ߉÷è s?x8$ uΖøŠtãöΝ åκ ÷
]tã߉ƒ Ì� è?sπoΨƒ ΗÍο 4θ uŠysø9 $#$ u‹ ÷Ρ‘‰9 $#(Ÿω uρ ôìÏÜ è?ôtΒ$ uΖù= x� øîr&…çµt7ù=s% tã$tΡÌ� ø.ÏŒ yìt7?$#uρ çµ1 uθyδšχ%x. uρ…çν ã� øΒr&$ WÛã
� èù∩⊄∇∪
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan
senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka
(karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya
telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah
keadaannya itu melewati batas.”
iii
Dengan Menyebut Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi
Maha Penyayang. Karya ini aku pesembahkan untuk kedua
orang tuaku, yang selalu mendukung dan mendoakan, serta
memberi semangat di setiap langkahku.
iv
ABSTRAK Delis Irmawati (10050007031). Studi Mengenai Self Regulation Pada Siswa Kelas XI di Kelas IQ SMA Pasundan 1 Bandung.
Di kelas IQ SMA Pasundan 1 Bandung, terdapat siswa yang memiliki nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) padahal mereka memiliki IQ diatas rata-rata. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memiliki prestasi yang optimal selain inteligensi yaitu kepribadian dan lingkungan. Self regulation turut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi yang optimal.
Berdasarkan hal tersebut peneliti bermaksud untuk meneliti self regulation siswa yang memiliki IQ diatas rata-rata. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jumlah subjek sebanyak 32 (tiga puluh dua) siswa di kelas IQ di SMA Pasundan 1 Bandung. Pengumpulan data menggunakan kuesioner self regulation yang dikemukakan oleh Zimmerman. Alat ukur ini terdiri atas 66 item dengan reliabilitas 0.81.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 68.7% siswa memiliki self regulation yang rendah. Berdasarkan fase dari self regulation diperoleh hasil bahwa 65.6% siswa memiliki kemampuan yang rendah dalam melakukan perencanaan (forethought), 65.6% siswa memiliki kemampuan yang rendah dalam melaksanakan rencana (performance) dan 68.7% siswa memiliki kemampuan yang rendah dalam melakukan evaluasi dari tindakan dan rencana yang telah disusun sebelumnya (self reflection). Keyword: Self Regulation, Kelas IQ
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim,
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya atas
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “STUDI
MENGENAI SELF REGULATION PADA SISWA KELAS XI DI KELAS IQ
SMA PASUNDAN 1 BANDUNG” sebagai suatu syarat untuk sidang sarjana
Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung.
Skripsi ini terbagi ke dalam lima bab. Pada bab I terdapat penjelasan
mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini. Latar
belakang masalah berawal dari adanya siswa kelas IQ SMA Pasundan 1 Bandung
yang memiliki nilai UTS (Ujuan Tengah Semester) dan UAS (Ujian Akhir Semester)
dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) pada beberapa mata pelajaran namun
memiliki tingkat kecerdasan (IQ) di atas rata-rata. Sebenarnya siswa tersebut
memiliki kemampuan untuk memperoleh nilai yang lebih baik tetapi mereka kurang
dapat mengoptimalkan potensi kecerdasan yang dimilikinya. Pada bab II, terdapat
penjelasan mengenai teori- teori yang digunakan dalam penelitian. Teori utama yang
digunakan adalah teori tentang self regulation.
Pada bab III terdapat penjelasan mengenai metode penelitian. Pada bab IV
terdapat penjelasan mengenai hasil dan pembahasan penelitian. Sedangkan, pada bab
V terdapat simpulan yang diperoleh berdasarkan hasil penelitian serta saran yang
vi
ditujukkan untuk siswa yang bersangkutan dan lembaga tempat penelitian ini
dilakukan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidaklah
sempurna, oleh karena itu masukan dan kritik yang sifatnya membangun sangat
penulis perlukan bagi kemajuan penulis. Besar harapan penulis skripsi ini dapat
menambah pengetahuan dan bermanfaat khususnya dalam dunia pendidikan, terutama
bagi para pendidik agar dapat mengembangkan ketahanan diri dan keuletan dalam
menyampaikan pengetahuan yang bermakna dan bertujuan.
Bandung, September 2012
Delis Irmawati
vii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada :
1. DR. H. Umar Yusuf, M. Si, selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Islam
Bandung.
2. Dra. Eni N. Nugrahawati, M. Pd. selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan serta motivasi kepada peneliti dalam penyusunan skripsi
ini dengan penuh kesabaran dan ketulusan.
3. Yunita Sari, M. Psi selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
masukan-masukan kepada peneliti yang membantu terwujudnya skripsi ini.
4. Dra. Yenni Styani dan Oki Mardiawan M. Psi selaku dosen wali yang selalu
mendukung kemajuan akademik peneliti.
5. Kedua orang tua tercinta yang telah memberikan doa, motivasi serta dukungannya
kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh keluarga besar peneliti yang telah memberikan dukungan kepada peneliti.
7. Eko Nursandy, Teh Nungky Sukma Perdana S. Psi yang telah membantu
memberikan bantuan serta masukan kepada peneliti.
8. Kemi, Dika, Teh Ira, Teh Yuli, Apit, Sukma, Wini, Icha, Alin, Fitri dan seluruh
teman-teman Psikologi, yang telah membantu dan memberikan masukan-
masukan kepada peneliti.
9. Ajeng, Bela, Deya yang selalu bertanya kemajuan skripsi peneliti.
viii
10. Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu-persatu atas dorongannya
kepada peneliti untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.
11. Seluruh guru dan staf SMA Pasundan 1 Bandung, khusunya Bu. Yayu, Bu. Anke,
Bu. Hj. Enung, Murid XIB2 yang telah bersedia memberikan bantuan dalam
pembuatan skripsi ini.
12. Seluruh dosen dan staf Fakultas Psikologi UNISBA yang telah banyak
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang berharga pada peneliti.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan
harapan peneliti semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Bandung, September 2012
Delis Irmawati
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .......................................................................... i
HALAMAN MOTTO ................................................................................... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iii
ABSTRAK ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ......................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah ...................................................................... 8
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 9
1.4 Kegunaan Penelitian ...................................................................... 10
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 11
2.1 Self Regulation .............................................................................. 11
2.1.1 Pengertian Self Regulation ................................................... 11
2.1.2 Struktur Sistem-Sistem Self Regulation ............................... 12
2.1.2.1 Fase Forethought ..................................................... 14
2.1.2.2 Fase Performance atau Volitional Control .............. 17
2.1.2.3 Fase Self Reflection .................................................. 20
x
2.1.3 Karakteristik Self Regulation ............................................... 25
2.1.3.1 Karakteristik Individu dengan Self Regulation Tinggi 25
2.1.3.2 Karakteristik Individu dengan Self Regulation Rendah 26
2.1.4 Triadik Self Regulation ........................................................ 27
2.1.5 Pengaruh Sosial dan Lingkungan terhadap Self Regulation 28
2.1.6 Perkembangan Self Regulation ............................................. 30
2.1.7 Hal-hal yang menghambat Self Regulation .......................... 32
2.2 Remaja............................................................................................ 35
2.2.1 Pengertian Remaja ................................................................ 35
2.2.2 Ciri Remaja ........................................................................... 37
2.2.3 Tugas-tugas Perkembangan Remaja ..................................... 40
2.3 Kerangka Pikir .............................................................................. 41
BAB III METODE PENELITIAN .............................................................. 46
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 46
3.2 Identifikasi Variabel ....................................................................... 46
3.3 Definisi Operasional Variabel ....................................................... 47
3.4 Populasi Penelitian ........................................................................ 48
3.5 Alat Ukur ....................................................................................... 49
3.6 Uji Coba Alat Ukur ....................................................................... 51
3.6.1 Uji Validitas ......................................................................... 52
3.6.2 Uji Reliabilitas ..................................................................... 54
3.7 Teknik Pengolahan Data ............................................................... 57
3.8 Prosedur Penelitian ........................................................................ 58
xi
3.8.1 Tahap Persiapan ................................................................... 58
3.8.2 Tahap Pengumpulan Data .................................................... 59
3.8.3 Tahap Pengolahan Data ........................................................ 59
3.8.4 Tahap Pembahasan ............................................................... 59
3.8.5 Tahap Akhir ......................................................................... 60
BAB IV PEMBAHASAN .............................................................................. 61
4.1 Hasil Pengolahan Data Penelitian ................................................. 61
4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian .................................... 61
4.1.2 Hasil Penelitian Self Regulation .......................................... 61
4.1.3 Hasil Penelitian Self Regulation pada Setiap Fase ............... 65
4.1.3.1 Fase Forethought .............................................................. 65
4.1.3.2 Fase Performance atau Volitional Control ............... 68
4.1.3.3 Fase Self Reflection ................................................... 70
4.2 Pembahasan .................................................................................... 73
BAB V SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 78
5.1 Simpulan ....................................................................................... 78
5.2 Saran .............................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 80
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
2.1 Struktur Fase dan Sub Proses Self Regulation .......................................... 14
3.1 Kisi-kisi Alat Ukur .................................................................................... 49
3.2 Penskoran Skala Self Regulation ............................................................... 51
3.3 Parameter Koefisien Reliabilitas Guilford ................................................ 56
4.1 Self Regulation ........................................................................................... 61
4.2 Penyebaran Persentase Fase dan Sub-Fase Self Regulation ...................... 62
4.3 Penyebaran Fase-Fase Self Regulation ...................................................... 64
4.4 Fase Forethought ...................................................................................... 65
4.5 Penyebaran Fase Forethought ................................................................... 66
4.6 Fase Performance atau Volitional Control ............................................... 68
4.7 Penyebaran Fase Performance atau Volitional Control ............................ 69
4.8 Fase Self Reflection ................................................................................... 71
4.9 Penyebaran Fase Self Reflection ................................................................ 72
xiii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Siklus Fase Self Regulation ...................................................................... 12
2.2 Skema Berpikir ........................................................................................ 45
4.1 Diagram Lingkaran Self Regulation ......................................................... 62
4.2 Diagram Batang Penyebaran Persentase Fase dan Sub-Fase Self
Regulation ................................................................................................ 63
4.3 Diagram Batang Penyebaran Fase-Fase Self Regulation ......................... 64
4.4 Diagram Lingkaran Fase Forethought ..................................................... 66
4.5 Diagram Batang Penyebaran Fase Forethought ...................................... 67
4.6 Diagram Lingkaran Fase Performance/Volitional Control ..................... 68
4.7 Diagram Batang Penyebaran Fase Performance/Volitional Control ....... 69
4.8 Diagram Lingkaran Fase Self Reflection ................................................. 71
4.9 Diagram Batang Penyebaran Fase Self Reflection ................................... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia. Melalui pendidikan, suatu negara mampu meningkatkan taraf kehidupan
masyarakatnya. Dengan kualitas pendidikan yang baik suatu negara mampu
menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang baik pula. Di Indonesia,
semua penduduk wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama
sembilan tahun, enam tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di
sekolah menegah pertama/madrasah tsanawiyah (http://id.wikipedia.org). Jenjang
yang ditempuh setelah pelajar mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar
sembilan tahun yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA). Di Bandung terdapat banyak
Sekolah Menengah Atas (SMA) negeri maupun swasta yang terkenal dan menjadi
SMA favorit bagi para calon siswa baru. Salah satu SMA swasta yang cukup dikenal
di kota Bandung adalah SMA Pasundan 1. SMA Pasundan 1 Bandung memiliki
akreditasi A. SMA Pasundan 1 Bandung memiliki visi sebagai berikut: 1)
Menjadikan manusia yang berpendirian religius berdasarkan Ketuhanan Yang Maha
Esa, 2) Menjadikan manusia yang mantap dalam penguasaan Ilmu Pengetahuan &
Teknologi (IPTEK) serta mampu berperan aktif dalam pengembangan Ilmu
Pengetahuan & Teknologi (IPTEK), 3) Menjadikan manusia yang mampu mengikuti
perkembangan sosial budaya dengan memelihara dan mengembangkan budaya dan
BAB I - Pendahuluan
2
tradisi daerah sendiri, serta memiliki misi sebagai berikut: 1) Membina peserta didik
berlandaskan keimanan & ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, 2)
Mengembangkan layanan profesional dalam semangat kerjasama dan keteladanan
guna meningkatkan prestasi kerja dan prestasi belajar peserta didik, 3) Menanamkan
semangat humanistis serta inovatif, menghantarkan peserta didik mengenal
perkembangan seni dan budaya lokal, nasional maupun internasional, menumbuhkan
daya juang dengan tetap berlandaskan pada nilai-nilai luhur budaya bangsa Indonesia,
4) Mengembangkan potensi peserta didik dalam meningkatkan kemampuan,
intelektual (pengetahuan) dengan disandarkan pada kemajuan teknologi informasi
dan komunikasi. (http://www.smapasundan1bdg)
Bertolak dari visi dan misi, SMA Pasundan 1 Bandung menjabarkan
tujuannya sebagai berikut: 1) Meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa bagi semua civitas akademika SMA Pasundan 1 Bandung, 2)
Mampu meningkatkan prestasi hasil belajar siswa, 3) Meningkatkan kemampuan
penggunaan komputer untuk meningkatkan pelayanan proses belajar mengajar bagi
tenaga pendidik seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK), 4) Memiliki tim kesenian dan olah raga yang handal sehingga mampu menjadi
acuan bagi perkembangan seni dan olah raga di tingkat Kota Bandung, 5)
Melaksanakan school reform demi peningkatan mutu sekolah berdasarkan prinsip-
prinsip Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (MPMBS) yang berfokus
pada: (1) Kualitas mutu pendidikan, (2) Transparansi & Akuntabiliti, (3) Perencanaan
dan pengambilan keputusan yang melibatkan unsur komite sekolah, (4)
BAB I - Pendahuluan
3
Pemberdayaan masyarakat, dan (5) Peningkatan mutu pendidikan yang
berkesinambungan. (http://www.smapasundan1bdg)
Dalam rangka dapat mencapai visi, misi serta tujuan, beberapa upaya telah
dilakukan oleh pihak sekolah untuk dapat merealisasikannya. Beberapa cara yang
telah dilakukan yaitu selain memiliki kelas regular, sekolah juga memiliki beberapa
penggolongan kelas yaitu: 1) Kelas RSBI (Rintisan Sekolah Berstandar Internasional)
2) Kelas atlet 3) Kelas berprestasi berdasarkan prestasi belajar siswa dan 4) Kelas
berdasarkan tes IQ (Intelligence Quotient).
Kelas RSBI diadakan dengan pertimbangan untuk meningkatkan kualitas
sekolah agar dapat bersaing dengan sekolah-sekolah lain yang juga memiliki kelas
RSBI. RSBI merupakan kelas yang memiliki fasilitas yang lebih baik dibanding
dengan kelas-kelas yang lain. Pada kelas RSBI terdapat infocus serta memiliki
pendingin ruangan (AC). Tenaga pengajar yang mengajar di kelas tersebut
merupakan guru yang memiliki kemampuan Bahasa Inggris serta yang dirasa nyaman
oleh siswa. Kelas RSBI terdapat di kelas X1, XIB1, XIIB1.
Kelas atlet merupakan kelas yang siswanya memiliki bakat di bidang
olahraga. Untuk dapat masuk kelas atlet pada saat pendaftaran masuk sekolah, siswa
diminta menunjukkan sertifikat atau bukti bahwa ia merupakan atlet yang berprestasi
dan masih aktif. Tujuan diadakannya kelas tersebut yaitu untuk mengimbangi
kesibukan siswa yang menjadi atlet tersebut. Semua kelas atlet masuk pada pagi hari
karena biasanya siswa-siswa tersebut harus mengikuti latihan pada cabang olahraga
masing-masing pada sore hari. Kelas atlet ada di kelas X2 dan XIC1. Di kelas XII
BAB I - Pendahuluan
4
tidak diadakan kelas atlet, semua siswa yang berada di kelas atlet pada saat kelas XI
dipisah-pisahkan. Hal tersebut dikarenakan agar siswa lebih fokus dalam menjelang
Ujian Nasional.
Kelas berprestasi berdasarkan prestasi belajar siswa merupakan kelas yang
dikelompokkan berdasarkan nilai raport yang didapat siswa di kelas satu. Siswa-
siswa yang berprestasi dimasukkan kedalam kelas XIB3 diharapkan akan dapat
menaikkan prestasi serta daya saing diantara siswa di kelas tesebut.
Kelas berdasarkan tes IQ (Intelligence Quotient) merupakan kelas yang
dikelompokkan berdasarkan IQ. Kelas ini mulai diadakan pada tahun ajaran 2010-
2011. Pertimbangan diadakannya kelas IQ yaitu untuk dapat mengoptimalkan potensi
siswa yang memiliki IQ yang tinggi agar dapat berkembang jika berada di lingkungan
yang memiliki potensi yang sama. Kelas IQ merupakan kelas yang diseleksi menurut
klasifikasi jumlah IQ. Tes IQ dilakukan pada saat siswa duduk di kelas X dengan
menggunakan APM (Advanced Progressive Matrices), dengan kriteria sebagai
berikut: very superior 130 ke atas, superior 120 - 129, bright normal 110 - 119,
average 90 - 109, dull normal 89 ke bawah. IQ siswa yang ada di kelas tersebut
berada pada klasifikasi di atas rata-rata. Pada tahun ajaran 2011-2012 kelas unggulan
berdasarkan tes IQ di kelas XI terdapat di kelas XIB2.
Berdasarkan wawancara kepada pihak sekolah, diketahui bahwa siswa apabila
memiliki IQ tinggi masuk ke dalam kelas regular maka prestasinya kurang menonjol.
Pengelompokkan siswa tersebut diharapkan dapat membuat lingkungan belajar siswa
(kelas) yang memiliki potensi akan lebih kompetitif. Berdasarkan informasi dari guru
BAB I - Pendahuluan
5
BK (Bimbingan Konseling), diketahui bahwa kelas tersebut diadakan untuk melihat
prestasi siswa dari hasil psikotes dibanding kelas lain.
Menurut Binet (Winkel, 1997:529) hakikat inteligensi adalah kemampuan
untuk menetapkan dan mempertahankan suatu tujuan, untuk mengadakan
penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk menilai keadaan diri secara
kritis dan objektif. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah
ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan
kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi
tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah.
Berdasarkan data dari wali kelas menunjukkan presentase nilai dibawah KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimum) dari nilai Ujian Akhir Semester (UAS) semester
ganjil dari 44 siswa di kelas XIB2 pada 14 mata pelajaran yaitu 100% untuk mata
pelajaran agama, 95% matematika dan Bahasa Jerman, 93% Bahasa Indonesia, 76%
sejarah dan biologi, 72% fisika, 68% Bahasa Inggris, 65% kimia, 45% Bahasa Sunda,
43% PENJAS, 36% kewarganegaraan, 25% TIK, serta 18% seni tari. Sedangkan
presentase nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) dari nilai Ujian
Tengah Semester (UTS) semester genap dari 42 siswa (nilai untuk satu siswa baru
tidak ada dalam berkas nilai) di kelas XIB2 pada 14 mata pelajaran yaitu 100% untuk
mata pelajaran matematika, agama, fisika, dan biologi, 90% kewarganegaraan, 85%
seni rupa dan sejarah, 78% PENJAS, 74% Bahasa Jerman, 64% kimia, 57% Bahasa
Indonesia dan Bahasa Inggris, 55% Bahasa Sunda, serta 53% TIK.
BAB I - Pendahuluan
6
Data di atas menunjukkan bahwa siswa kurang dapat mengoptimalkan potensi
kecerdasan yang dimilikinya. Mereka memiliki nilai di bawah harapan. Berdasarkan
wawancara kepada guru, diketahui bahwa nilai siswa yang tidak optimal disebabkan
oleh siswa kurang aktif di kelas seperti bertanya kepada guru jika ada materi yang
tidak dimengerti. Beberapa siswa sering tidak berada didalam kelas ketika pelajaran
sedang berlangsung. Siswa sering ribut di dalam kelas, terutama jika guru sedang
keluar kelas meskipun telah memberikan tugas.
Berdasarkan wawancara kepada delapan siswa kelas XIB2 mereka tidak
memiliki target nilai yang ingin dicapai karena menurut mereka jika mendapatkan
nilai rendah mereka masih dapat memperbaikinya dengan cara mengikuti remedial.
Mereka tidak memiliki waktu belajar khusus yang rutin dilakukan di rumah karena
lebih memilih untuk melakukan hal-hal yang menurut mereka lebih menyenangkan
seperti menonton televisi, hangout dengan teman, bermain game, dan membuka
jejaring sosial seperti facebook, twitter, dsb. Hal tersebut menyebabkan mereka
menjadi jarang membaca buku pelajaran di rumah. Mereka tidak memiliki kelompok
belajar untuk berdiskusi dalam mengerjakan tugas, mereka lebih tertarik ”bergosip”
dibanding membicarakan hal-hal yang merkaitan dengan pelajaran. Siswa sering
mengerjakan tugas di sekolah sesaat sebelum dikumpulkan, tidak jarang tugas dalam
satu hari bukan hanya satu pelajaran sehingga mencontek pun menjadi pilihan yang
diambil agar tugas dapat selesai dan tidak dimarahi oleh guru.
Pada saat guru menerangkan materi pelajaran, perhatian siswa mudah
teralihkan karena sebentar-sebentar melihat handphone. Beberapa siswa mengatakan
BAB I - Pendahuluan
7
bahwa mereka merasa kurang fokus dalam mengikuti pelajaran karena kebisingan
siswa lain di kelas. Beberapa siswa pernah tidak mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru dengan alasan lupa untuk mengerjakan. Ketika pelajaran sedang
berlangsung beberapa siswa sering mengantuk di kelas, alasannya karena sekolah
diadakan pada siang hari sehingga membuat mereka mengantuk. Beberapa siswa
sering berada diluar kelas ketika jam pelajaran, mereka meminta izin kepada guru
untuk pergi ke mesjid dengan alasan solat, tetapi mereka kembali ke dalam kelas
setelah pelajaran tersebut selesai.
Saat mereka mendapatkan nilai ujian yang kurang memuaskan mereka
mengatakan walaupun telah belajar jika akan menghadapi ujian tetapi tetap saja
mendapatkan nilai yang kurang memuaskan sehingga mereka malas untuk belajar
lebih giat jika akan menghadapi ujian karena dirasa hasilnya sama saja dengan tidak
belajar, hal tersebut menyebabkan mereka sering tidak yakin dalam mengerjakan soal
ujian. Beberapa siswa mengatakan bahwa pada awal masuk kelas IQ mereka mengira
akan ada persaingan untuk mencapai prestasi akademik karena berpikir bahwa
mereka masuk pada kelas yang semua siswanya memiliki potensi kecerdasan yang
tinggi, tetapi pada kenyataannya siswa yang lain tidak menunjukkan persaingan,
mereka mengatakan sama saja seperti ketika mereka berada di kelas X yang belum
dikelompokkan pada kelas IQ. Hal tersebut menyebabkan mereka jadi tidak terpacu
untuk bersaing dan tidak berusaha secara maksimal untuk mencapai prestasi.
BAB I - Pendahuluan
8
Berdasarkan fenomena yang terjadi, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian mengenai “Studi Mengenai Self Regulation pada Siswa Kelas XI di Kelas
IQ SMA Pasundan 1 Bandung”.
1.2 Identifikasi Masalah
Inteligensi adalah kemampuan untuk menetapkan dan mempertahankan suatu
tujuan, untuk mengadakan penyesuaian dalam rangka mencapai tujuan itu, dan untuk
menilai keadaan diri secara kritis dan objektif. Kenyataannya, dalam proses belajar
mengajar di sekolah ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang
setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan
inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah. Binet
(Winkel, 1997:529). Siswa Kelas XI di Kelas IQ SMA Pasundan 1 memiliki IQ
diatas rata-rata, diharapkan mereka dapat mencapai nilai yang optimal sesuai dengan
potensi yang mereka miliki, akan tetapi pada kenyataannya nilai yang mereka capai
tidak sesuai dengan potensi yang mereka miliki.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memiliki prestasi
yang optimal. Faktor tersebut diantaranya adalah inteligensi, kepribadian, lingkungan
sekolah, dan lingkungan rumah. Namun selain faktor-faktor tersebut ternyata self
regulation turut mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi yang
optimal (Boekaerts, 2000).
Menurut Zimmerman kemampuan mengatur diri (self regulation) adalah
kemampuan seseorang mengatur diri yang direncanakan dan secara berulang
BAB I - Pendahuluan
9
disesuaikan untuk mencapai tujuan personal (Boekarts, 2000). Self regulation adalah
proses individu mengaktifkan pikiran, perasaan dan tingkah laku yang telah
direncanakan dan secara sistematis telah disesuaikan dengan kebutuhan individu
untuk mempengaruhi belajar dan motivasinya (Schunk, 1994, Zimmerman, 1989,
1990 , 2000, Zimmerman & Kitsantas, 1996: Boekaerts, 2000:631). Schunk dan
Zimmerman (1998) mengatakan bahwa teori self-regulation memandang belajar
sebagai open-ended process yang membutuhkan aktivitas berkesinambungan dalam
proses belajar dan terdiri atas 3 (tiga) fase, yaitu fase forethought, fase performance
atau volitional control, dan fase self-reflection. Ketiga fase tersebut merupakan proses
yang saling berhubungan.
Untuk memperjelas penelitian, permasalahan di atas dapat dijabarkan ke
dalam perumusan masalah dengan bentuk pernyataan berikut: “Bagaimanakah Self
Regulation pada Siswa Kelas XI di Kelas IQ SMA Pasundan 1 Bandung?”
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini ingin memperoleh gambaran empiris mengenai Self
Regulation pada Siswa Kelas XI di Kelas IQ SMA Pasundan 1 Bandung.
BAB I - Pendahuluan
10
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi penelitian
selanjutnya sebagai bahan informasi bagi yang berminat untuk memahami lebih
lanjut mengenai penelitian yang berkaitan dengan self regulation.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi siswa, terutama yang berada
di kelas IQ agar dapat mengetahui gambaran self regulation sehingga diharapkan
mampu membuat perencanaan dan langkah-langkah yang efektif agar mendapatkan
nilai yang optimal.
11
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Self Regulation
2.1.1 Pengertian Self Regulation
Setiap manusia memiliki berbagai macam kegiatan dan diberi kemampuan
untuk mengatur semua kegiatannya tersebut. Menurut Zimmerman kemampuan
mengatur diri (self regulation) adalah kemampuan seseorang mengatur diri yang
direncanakan dan secara berulang disesuaikan untuk mencapai tujuan personal
(Boekarts, 2000). Self regulation adalah suatu proses individu mengaktifkan pikiran,
perasaan dan tingkah laku, yang telah direncanakan dan secara sistematis telah
disesuaikan dengan kebutuhan siswa untuk mempengaruhi belajar dan motivasi
(Schunk, 1994; Zimmerman, 1989, 1990, 2000, Zimmerman & Kitsantas, 1996;
dalam Boekaerts, 2000:631). Self regulation meliputi proses penetapan tujuan untuk
belajar, mengikuti dan berkonsentrasi pada pelajaran, penggunaan strategi yang
efektif untuk mengorganisir, melakukan pengkodean, dan berlatih mengingat
informasi, menetapkan suatu lingkungan kerja yang produktif, menggunakan sumber
daya yang efektif, meminta bantuan ketika diperlukan, memiliki kepercayaan yang
positif tentang kemampuan yang dimiliki, mengantisipasi hasil yang dicapai, serta
merasakan kebanggaan dan kepuasan atas usaha yang telah dilakukan (Boekaerts,
2000:631).
BAB II – Landasan Teori
12
Self regulation pada siswa mengacu pada derajat metakognisi, motivasi, dan
perilaku mereka dalam belajar. Setiap siswa memiliki self regulation yang berbeda
dalam belajar, termasuk motif mereka dalam belajar, metode yang digunakan, hasil
yang tampak dari usaha yang mereka lakukan, dan sumber lingkungan yang mereka
gunakan (Boekaerts, 2000:632).
2.1.2 Struktur Sistem-Sistem Self Regulation
Gambar 2.1
Siklus Fase Self Regulation
(D. H. Schunk & B. J. Zimmerman, 1998; dalam Boekaerts, 2000: 16)
Self regulation digambarkan sebagai siklus karena umpan balik dari kinerja
sebelumnya digunakan untuk membuat penyesuaian selama usaha berjalan. Proses
self regulatory yang disertai adanya beliefs dibagi menjadi 3 fase siklus, yaitu
forethought, performance or volitional control, dan proses self reflection.
Ketidakefektifan dalam kemampuan self regulation ini bisa disebabkan oleh kurang
Performance
Forethought
Self Reflection
BAB II – Landasan Teori
13
berkembangnya salah satu fase dalam proses self regulation terutama pada fase
forethought dan performance control yang tidak efektif (Bandura, 1991;
Zimmerman, 1998 dalam Boekaerts, 2000). Forethought merupakan proses yang
terjadi sebelum adanya usaha-usaha untuk bertindak dan berpengaruh terhadap usaha-
usaha tersebut dengan melakukan persiapan pelaksanaan tindakan tersebut.
Performance atau volitional control melibatkan proses yang terjadi selama usaha itu
berlangsung dan pengaruhnya terhadap persiapan yang telah dibuat dan tindakan
yang dilakukan. Self reflection melibatkan proses yang terjadi setelah adanya usaha-
usaha yang dilakukan pada fase performance dan mempengaruhi reaksi individu
terhadap pengalaman tersebut. Self reflection ini mempengaruhi forethought terhadap
usaha-usaha berikutnya sehingga dengan demikian melengkapi siklus sebuah self
regulatory. Masing-masing fase memiliki sub proses, seperti yang dijelaskan pada
tabel di bawah ini:
BAB II – Landasan Teori
14
Tabel 2.1
Struktur Fase dan Sub Proses Self Regulation
(D. H. Schunk & B. J. Zimmerman, 1998; dalam Boekaerts, 2000: 16)
Forethought
Performance/ volitional control
Self reflection
Task analysis Goal setting Strategic planning
Self-control Self instruction Imagery Attention focusing Task strategic
Self-judgment Self-evaluation Causal attribution
Self-motivation beliefs Self-efficacy Outcome expectation Intrinsic interest/ value Goal orientation
Self-observation Self-recording Self-experimentation
Self-reaction Self satisfaction/ affect Adaptive-defensive
2.1.2.1 Fase Forethought
Ada dua sub proses dari fase forethought yaitu task analysis dan self
motivation beliefs.
a. Task analysis
Bentuk yang utama dari task analysis adalah goal setting. Goal setting
berkaitan dengan keputusan yang diambil terhadap hasil belajar atau performance
yang spesifik (Locke & Latham, 1990; dalam Boekaerts, 2000:17). Individu yang
memiliki self regulation tinggi akan memiliki goal system yang tersusun secara hirarki
dan proses tujuan-tujuan tersebut akan dijalankan sebagai self regulation untuk
mendapatkan tujuan atau hasil yang sama dengan hasil yang pernah dicapai.
BAB II – Landasan Teori
15
Bentuk kedua dari task analysis adalah strategic planning (Weinstein &
Mayer, 1986; Boekaerts, 2000:17). Untuk menguasai dan mengoptimalkan suatu
keahlian, seseorang membutuhkan metode atau strategi yang tepat untuk menjalankan
tugas dan tujuannya. Strategi self regulation adalah proses dan tindakan individu yang
diarahkan untuk memperoleh keahlian yang diharapkan (Zimmerman, 1989;
Boekaerts, 2000:17). Strategi yang dipilih secara tepat dapat meningkatkan
performance dengan mengembangkan kognitif, mengontrol affect, dan mengarahkan
kegiatan motorik (Pressley & Wolloshyn, 1995 dalam Boekaerts, 2000).
Perencanaan dan pemilihan strategi membutuhkan penyesuaian yang terus menerus
karena adanya perubahan-perubahan baik dalam diri siswa sendiri ataupun dari
kondisi lingkungan.
b. Self motivation beliefs
Self motivation beliefs adalah keyakinan individu untuk memotivasi diri
sendiri. Keahlian self regulatory menjadi kecil nilainya jika seseorang tidak dapat
memotivasi dirinya sendiri dalam menggunakan hal tersebut, yang mendasari
forethought dalam goal setting dan strategic planning adalah proses-proses pokok
dari self motivation beliefs, yaitu self efficacy, outcome expectations, intrinsic
interst/value, dan goal orientation.
Self efficacy mengacu pada keyakinan diri untuk belajar dan bertindak secara
efektif, sementara outcome expectations mengacu pada keyakinan tentang pencapaian
hasil dari performance (Bandura,1997; Boekaerts, 2000:17). Keinginan orang untuk
BAB II – Landasan Teori
16
melakukan dan meneruskan self regulatory khususnya tergantung pada self regulatory
efficacy mereka, yang mengarah pada keyakinan terhadap kemampuan mereka untuk
merencanakan dan mengatur fungsi spesifik. Terdapat bukti bahwa keyakinan self
regulatory efficacy mempengaruhi proses regulatory seperti strategi belajar akademik
(Schunk & Schwartz, 1993; Zimmerman, Bandura, dan Martinez-pons, 1992),
manajemen waktu (Britton & Tessor, 1991), menolak tekanan dari kelompok yang
merugikan (Bandura, Barbanelli, Caprara dan Pastorelli, 1996), self monitoring
(Bouffard-Bauchard, parnt dan Larivee,1991 ), self evaluation dan goal setting
(Zimmerman & Bandura, 1994).
Sebagai contoh, self efficacy beliefs mempengaruhi pencapaian tujuan seperti
berikut ini: semakin mampu seseorang mempercayai diri mereka sendiri, semakin
tinggi tujuan-tujuan yang mereka kumpulkan bagi diri mereka sendiri dan semakin
kuat mereka tetap bertahan pada tujuan-tujuan yang telah ditetapkannya (Bandura,
1991; Locke & Latham, 1990; dalam Boekaerts, 2000:18). Ketika seseorang
mengalami kegagalan di dalam hasil pencapaian tujuannya, sementara mereka yang
self doubters akan menarik diri (Bandura & Cervone, 1986; dalam Boekaerts,
2000:18).
Terdapat bukti-bukti yang menunjukan bahwa proses pencapaian tujuan dapat
menimbulkan motivasi dari dalam diri dan dapat memperbanyak pencapaian tujuan-
tujuan yang lain (Schunk & Schwatz, 1993; Zimmerman & Kitsantas, 1997 dalam
Boekaerts, 2000: 18). Prestasi yang diperoleh memberikan motivasi atau nilai
intrinsik yang dapat melengkapi dan bahkan melebihi hasil yang diperoleh (Deci,
BAB II – Landasan Teori
17
1975; Lepper & Hodell, 1989; dalam Boekaerts, 2000 :18). Goal orientation adalah
motivasi dari dalam diri untuk mencapai suatu tujuan dan usaha yang dilakukan oleh
individu agar memiliki performance yang lebih baik (Pintrich & Schunk, 1996;
dalam Boekaerts, 2000:18).
2.1.2.2 Fase Performance atau Volitional Control
Fase Performance atau Volitional Control meliputi proses-proses yang terjadi
selama seseorang bertindak dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan pada
fase sebelumnya. Pada fase ini terdapat 2 tipe, yaitu:
a. Self control
Self control adalah kemampuan individu untuk mengendalikan tingkah laku
sendiri. Proses self control meliputi self instruction, imagery, attention focus, dan task
strategies, membantu siswa memfokuskan pada tugas yang dihadapinya dan
mengoptimalkan usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya.
Self instruction merupakan gambaran bagaimana seseorang mengarahkan diri
dan melaksanakan tugasnya. (Schunk, 1982; dalam Boekaerts, 2000:19). Imagery
atau bentuk dari gambaran merupakan suatu proses yang digunakan dalam self control
secara luas untuk encoding dan performance. Imagery sering digunakan oleh para ahli
psikologi olahragawan seperti pemain skate, penyelam, pesenam, untuk
membayangkan kesuksesan yang akan diperoleh terhadap rencana mereka, sehingga
dapat meningkatkan performance mereka (Garfield & Bennett, 1985; dalam
Boekaerts, 2000:19).
BAB II – Landasan Teori
18
Bentuk ketiga dari self control adalah attention focusing, yaitu proses yang
digunakan untuk meningkatkan konsentrasi seseorang pada suatu hal dan
mengabaikan hal lainnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kuhl dan
kawan-kawan (Kuhl, 1985; dalam Boekaerts, 2000:19) dikemukakan bahwa agar
proses attention focus ini dapat efektif maka seseorang dapat mengabaikan gangguan-
gangguan yang ada disekitar lingkungannya dalam melaksanakan rencananya dan
menghindari ingatan-ingatan tentang kesalahan pada masa lampau.
Proses self control yang terakhir meliputi Task strategies atau pengaturan
terhadap tugas-tugas penting yang harus dilaksanakan. Task strategies membantu
proses belajar dan pelaksanaan tugas dengan menyederhanakan suatu tugas menjadi
bagian-bagian yang penting dan mengorganisasikannya atau menyusun kembali
bagian-bagian tersebut secara bermakna. Sebagai contoh dari task strategies ini antara
lain ketika para siswa mendengarkan mata pelajaran sejarah, siswa-siswa tersebut
mungkin saja dapat mengidentifikasi sejumlah poin-poin penting dan merekamnya
secara kronologis dalam bentuk kalimat-kalimat singkat. Keefektifan dari task
strategis ini dipelajari oleh Weinstein dan Mayer (1986), Wood, Woloshyn dan
Willoughby (1995), dan Zimmerman dan Martinez-pons (1988) (Boekaerts,
2000:19). Hal yang termasuk ke dalam strategi-strategi belajar antara lain membuat
catatan, persiapan tes, membaca untuk pemahaman, dan performance strategi seperti
teknik menulis, teknik pengungkapan secara lisan dan pemecahan masalah. Adapula
contoh lain seorang anak yang berada pada fase ini misalnya saat anak mencoba untuk
memecahkan persoalan matematika, anak memperlihatkan verbalisasi dalam
BAB II – Landasan Teori
19
mengingat rumus-rumus matematika (self instruction), mencoba untuk membentuk
suatu gambaran mental secara utuh misalnya dengan cara melakukan proses encoding
(imagery) ataupun mencoba berbagai teknik untuk melatih konsentrasi agar dapat
dengan mudah menghafalkan rumus-rumus matematika tersebut (attention focusing).
b. Self Observation
Bentuk yang kedua dari fase ini adalah self observation yang merupakan
kemampuan seseorang dalam melakukan pengamatan dari pelaksanaan tugas mereka,
kondisi sekelilingnya dan (akibat yang dilakukan) perilakunya. Self observation
berkenaan dengan aspek yang sangat spesifik yang dimiliki oleh seseorang dari
performance-nya dan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan sekitarnya dan tampak dari
hasil tersebut (Zimmerman & Paulsen, 1995; dalam Boekaerts, 2000:19). Berkaitan
dengan self observation ini dikemukakan akan lebih baik bila individu mengingat
suatu performance yang berhasil dilakukan daripada mengingat suatu performance
yang gagal dilakukan.
Self observation meliputi self recording dan self experimentation. Ada
beberapa ciri dari self observation yang dapat mempengaruhi keefektifannya, yaitu
ciri yang pertama adalah proximity, mengacu pada seberapa dekat feedback yang
diberikan dengan performance , merupakan variabel yang sangat menentukan
(Bandura, 1986; Kadzin,1974, dalam Boekaerts, 2000:20). Ciri kedua yang
menunjukan kualitas yang tinggi dari self observation adalah adanya feedback
terhadap performance. Sedangkan ciri yang ketiga adalah keakuratan dari self
observation dan ciri yang terakhir adalah valensi dari feedback terhadap tingkah laku.
BAB II – Landasan Teori
20
Self recording merupakan suatu teknik dari self observation yang dapat
meningkatkan proximity (kedekatan), makna atau informasi, keakuratan, dan valensi
(daya tarik) dari feedback (Zimmerman & Kitsantas, 1996:20). Dengan mencatat
atau merekam segala sesuatunya yang terjadi di lingkungan, seseorang dapat
menangkap informasi tentang pribadinya saat itu juga, menyusunnya menjadi
informasi yang sangat penting, mempertahankan keakuratannya tanpa mempedulikan
adanya gangguan-gangguan dan menyediakan data-data untuk memberikan fakta yang
tajam terhadap kemajuan yang telah dicapai.
Self observation akan lebih lengkap dengan adanya self experimentation,
ketika self observation yang dilakukan secara alami dalam tingkah laku tidak
memberikan informasi diagnosa yang kuat, individu dapat melakukan percobaan
sendiri secara sistematis berbagai aspek berfungsi dari fungsi diri yang dipertanyakan.
Self observation yang sistematis seperti ini dapat membuat individu memahami
pribadinya dan melakukan performance atau volitional control yang lebih baik.
2.1.2.3 Fase Self Reflection
Fase self reflection meliputi proses yang terjadi setelah seseorang melakukan
upaya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkannya dan pengaruh dari respon
(feedback) terhadap pengalamannya yang kemudian akan memberikan pengaruh pada
fase forethought dalam menetapkan tujuan dan langkah-langkah yang harus
dilaksanakannya. Dalam artian self reflection ini merupakan fase dimana seseorang
melakukan introspeksi diri. (Bandura, 1986; dalam Boekaerts, 2000:21)
BAB II – Landasan Teori
21
mengidentifikasikan dua proses pada self reflection yang berhubungan erat dengan self
observation, yaitu self judgment dan self reaction.
a. Self judgment
Self judgment adalah penilaian diri terhadap usaha atau tindakan yang sudah
dilakukannya. Self judgment mencakup self evaluating terhadap performance
seseorang dan causal attributions. Self evaluation menunjukan perbandingan hasil
pemantauan informasi yang diperoleh dengan standar atau tujuan yang ingin dicapai.
Ada 4 kriteria khusus yang digunakan seseorang dalam mengevaluasi diri,
yaitu mastery, previous performance, normative, dan collaborative. Kriteria mastery
meliputi penggunaan rangkaian tes kelulusan atau tes yang hasilnya diurutkan dari
tingkat yang rendah ke tingkat yang tinggi. Kriteria mastery juga untuk tes dan seleksi
di sekolah. Kriteria mastery dipelopori oleh Covington dan Roberts (1994; dalam
Boekaerts, 2000:21) yang menyoroti fakta penting pada kemajuan belajar seseorang
karena diberikan latihan terus-menerus.
Previous performance atau self criteria melibatkan perbandingan performance
tingkah laku seseorang saat ini dengan tingkah laku sebelumnya (Bandura, 1997;
dalam Boekaerts, 2000:21). Sebagai contoh, para perokok dapat menilai diri mereka
berhasil dalam mengatasi kebiasaannya merokok dengan membandingkan jumlah
rokok yang dihisap saat ini dengan jumlah rokok yang dihisap pada hari-hari
sebelumnya. Sedangkan kriteria normatif melibatkan perbandingan sosial dengan
performance seseorang seperti teman sekelas. Siswa yang lebih memfokuskan diri
pada hasil yang dicapai dipengaruhi oleh kriteria normatif untuk menilai diri sendiri
BAB II – Landasan Teori
22
karena hasil yang diperoleh seringkali bersaing untuk mendapatkan penghargaan dan
menonjolkan diri di masyarakat. Kriteria yang terakhir adalah collaborative,
digunakan terutama pada kerja sama sebuah tim (Bandura, 1991; dalam Boekaerts,
2000 :22). Pada situasi yang membutuhkan kerjasama tim namun lebih kompleks,
keberhasilan didefinisikan dengan terpenuhinya peran yang diberikan, seperti seorang
point guard pada tim bola basket. Kriteria sukses bagi seorang point guard berbeda
dengan posisi lainnya di tim bola basket dan seberapa baiknya point guard dapat
kooperatif dengan rekan-rekan satu timnya akan menjadi kriteria utama dalam
berhasil.
Causal attribution berkaitan dengan hasil, seperti apakah performance yang
buruk berkaitan dengan keterbatasan kemampuan yang dimiliki atau karena usaha
yang dilakukan belum maksimal. Attribution judgment sangat penting peranannya
pada self reflection, karena atribusi yang salah akan mendorong individu untuk
bereaksi negatif dan menurunkan usahanya dalam memperbaiki kemampuannya
(Weiner, 1979 dalam Boekaerts, 2000:22). Atribusi tidaklah otomatis memberikan
hasil self evaluation yang positif atau negatif, tetapi lebih bergantung pada penilaian
kognitif terhadap beberapa faktor yang menunjang, seperti persepsi terhadap
keyakinan pribadi atau kondisi-kondisi yang menunjang dari lingkungan. (Bandura,
1991; dalam Boekaerts, 2000:22). Sebagai contoh ketika karyawan menerima
penilaian yang negatif atas pekerjaannya, mereka yang self efficacious lebih
mengaitkan dengan usaha mereka yang kurang maksimal atau buruknya strategi yang
digunakan untuk mengerjakan tugas daripada mereka yang self doubters.
BAB II – Landasan Teori
23
Proses forethought juga memberikan pengaruh yang kuat terhadap
attributional judgement. Orang-orang yang membuat rencana selama fase forethought
menggunakan strategi khusus dan melaksanakannya selama fase performance, lebih
mengaitkan kegagalan yang dialaminya dengan strategi yang digunakan daripada
dikarenakan kemampuan yang dimilikinya rendah, dimana hal ini dapat mengganggu
kepribadian (Zimmerman & Kitsantas, 1997; dalam Boekaerts, 2000: 23).
b. Self Reactions
Self reactions adalah tanggapan atau reaksi diri terhadap apa yang telah
dilakukannya. Self evaluative dan attributional self judgement berhubungan erat
dengan dua bentuk pokok dari self reactions, yaitu self satisfaction dan adaptive
inferences. Self satisfaction melibatkan persepsi terhadap kepuasan atau ketidakpuasan
dan menghubungkan dengan performance seseorang. Hal tersebut sangat penting,
karena umumnya seseorang akan mengambil tindakan yang memberikan kepuasan
dan efek yang positif dan menghindari tindakan yang memberikan kepuasan dan efek
negatif, seperti cemas (Bandura, 1991; dalam Boekaerts, 2000:23). Ketika self
satisfaction yang timbul sesuai dengan tujuan yang telah dicapai, orang-orang
mengarahkan tindakannya dan mendorong diri mereka untuk tetap berusaha. Dengan
demikian motivasi seseorang tidak hanya berasal dari tujuan yang ingin dicapai, tetapi
juga dari reaksi penilaian diri sendiri terhadap tingkah laku yang dihasilkan. Tingkat
self satisfaction juga bergantung pada nilai intrinsik atau penting tidaknya suatu tugas.
Adaptive or defensive inferences merupakan kesimpulan seseorang tentang
perlunya untuk mengubah self regulatory dalam usaha berikutnya untuk belajar atau
BAB II – Landasan Teori
24
bertingkah laku. Adaptive inferences sangat penting karena mengarahkan orang-orang
ke bentuk performance self regulation yang baru dan lebih baik secara potensial,
seperti dengan mengubah tujuan secara hirarki atau memilih strategi yang lebih
efektif. (Zimmerman & Martinez-Pons, 1992; dalam Boekaerts, 2000:23), namun
defensive inferences dapat mengurangi kesuksesan seseorang dalam menyesuaikan
diri, karena dalam defensive inferences hal yang paling utama adalah melindungi
individu dari ketidakpuasan dan akibat-akibat yang tidak disukai dimasa yang akan
datang. Reaksi-reaksi defensive yaitu helplessness (keadaan tidak berdaya),
procrastination (penundaan), menghindari tugas, cognitive disengagement
(ketidakmampuan kognitif) dan apati. Garcia dan Pintrich (1994, dalam Boekaerts,
2000:23) menunjukan reaksi-reaksi defensive seperti itu sebagai strategi self
handicapping, karena meskipun melindungi diri itu diperlukan, pada akhirnya dapat
menghambat pertumbuhan pribadi.
Self reaction mempengaruhi proses forethought dan seringkali memberikan
pengaruh yang sangat kuat pada rangkaian tindakan di masa yang akan datang
terhadap tujuan individu yang paling penting dan menjauhi individu dari rasa takut
yang dalam. Sebagai contoh reaksi dari self satisfaction memperkuat self efficacy
beliefs jika dapat menguasai keahlian akademik, orientasi tujuan belajar (Schunk,
1996; dalam Boekaerts, 2000:24) dan minat intrinsik terhadap tugas (Zimmerman
& Kitsantas, 1997; dalam Boekaerts, 2000:24). Sebaliknya, reaksi dari self
dissatisfaction mengurangi sense of efficacy seseorang dan minat intrinsik dalam
menghadapi tugas selanjutnya.
BAB II – Landasan Teori
25
2.1.3 Karakteristik Self Regulation (Zimmerman, 1989; Boekaerts, 2000:17-23)
2.1.3.1 Karakteristik Individu dengan Self Regulation Tinggi
Individu yang memiliki kemampuan Self Regulation yang tinggi akan
memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Memiliki goal system yang tersusun secara hierarki, dan proses tujuan tersebut
akan dijalankan sebagai regulator untuk mendapatkan tujuan atau hasil yang sama
dengan hasil yang pernah dicapai sebelumnya
b. Dapat memotivasi dirinya sendiri dan mampu mengarahkan tindakannya pada
tujuan yang hendak dicapai
c. Mampu melakukan manajemen waktu yang baik
d. Ketika mengalami kegagalan, mereka menganggap usahanya kurang maksimal
atau strategi yang digunakan kurang efektif. Hal ini termasuk dalam kelompok
individu yang self efficacious, yang mana mereka akan berusaha meningkatkan
atau memperbaiki usahanya
e. Tingkat self satisfaction bergantung pada nilai intrinsik atau penting tidaknya suatu
tugas
f. Mengarah pada adaptive inferences, yang mana individu dapat mengubah
tujuannya secara hirarki atau memilih strategi yang lebih efektif
BAB II – Landasan Teori
26
2.1.3.2 Karakteristik Individu dengan Self Regulation Rendah
Karakteristik individu yang memiliki kemampuan self regulation yang rendah
adalah sebagai berikut:
a. Goal system yang dimilikinya tidak tersusun secara hierarki. Masing-masing
proses tujuan yang ada tidak dapat berfungsi sebagai regulator, sehingga tidak
dapat mengarahkan tindakannya pada tujuan atau hasil yang sama dengan hasil
yang pernah dicapai sebelumnya.
b. Mempunyai motivasi yang rendah sehingga tidak mampu mengarahkan
tindakannya pada tujuan yang akan dicapai
c. Ketika mengalami kegagalan di dalam pencapaian tujuannya, individu cenderung
untuk menarik diri
d. Tingkat self satisfaction bergantung pada nilai ekstrinsik seperti adanya pujian atau
hadiah
e. Mengarah pada defensive inferences yang dapat melindungi dari ketidakpuasan dan
akibat-akibat yang tidak disukai pada masa yang akan datang.
BAB II – Landasan Teori
27
2.1.4 Triadik Self Regulation
Self regulation melibatkan proses tiga rangkaian yang baik secara proaktif
ataupun secara reaktif melakukan penyesuaian untuk mencapai tujuan personal.
Self regulation merupakan suatu interaksi dari faktor-faktor pribadi, tingkah
laku dan lingkungan (Bandura, 1986; dalam Boekaerts, 2003:13). Self regulation
digambarkan sebagai sebuah siklus karena feedback dari performance sebelumnya
digunakan untuk penyesuaian diri terhadap upaya yang sedang dilakukan. Self
regulation adalah suatu proses dimana individu mengaktifkan pikiran, perasaan dan
tingkah laku, yang telah direncanakan dan secara sistematis telah disesuaikan dengan
kebutuhan siswa untuk mempengaruhi belajar dan motivasi. (Schunk, 1994;
Zimmerman, 1989, 1990, 2000, Zimmerman & Kitsantas, 1996 ; dalam
Boekaerts, 2000:631).
Meskipun metakognisi memiliki peranan penting, self regulation juga
bergantung pada self beliefs, seperti perasaan terganggu dan takut dalam situasi-situasi
tertentu (Zimmerman, 1986; dalam Boekaerts, 2000:632). Self regulation pada
Individu
Perilaku Lingkungan
Self Regulation
BAB II – Landasan Teori
28
siswa mengacu pada derajat metakognisi, motivasi dan perilaku mereka dalam belajar
(Zimmerman, 1986; dalam Boekaerts, 2000:632 ). Masing-masing siswa memiliki
self regulation yang berbeda-beda dalam belajar, termasuk motivasi mereka untuk
belajar, metoda yang digunakan, hasil yang tampak dari usaha yang dilakukan dan
sumber lingkungan yang mereka gunakan (Zimmerman, 1994; dalam Boekaerts,
2000:632).
Menurut Corno (1989), siswa dapat menggunakan self regulation untuk
menghadapi tuntutan-tuntutan dari tugas secara efektif dan fleksibel. Self regulation
meliputi proses penetapan tujuan untuk belajar, mengikuti dan berkonsentrasi pada
pelajaran, penggunaan strategi yang efektif untuk mengorganisir, melakukan
pengkodean dan mengulang materi yang diperoleh agar diingat, menentukan suatu
lingkungan pekerjaan yang produktif, menggunakan sumber daya secara efektif,
memantau tingkah laku yang ditampilkan, mengatur waktu secara efektif, mencari
bantuan ketika dibutuhkan, memiliki keyakinan yang positif tentang kemampuan yang
dimiliki, dan mengantisipasi hasil yang diperoleh, dan merasa bangga dan puas atas
usaha yang telah dilakukan (Mc Combs, 1989; Pintrich & De Groot, 1990;
Weinstein & Mayer, 1986; Zimmerman, 1994; dalam boekaerts, 2000:631).
2.1.5 Pengaruh Sosial dan Lingkungan terhadap Self Regulation
Hal utama dalam self regulation adalah The Interdependent Roles of Social,
Environmental, dan Self Influences. Lingkungan sosial mempengaruhi proses self
reflection dengan cara yang hampir sama dengan proses forethought dan fase
BAB II – Landasan Teori
29
performance. Mach (1988; dalam Boekaerts, 2000:25) mengemukakan bahwa kaum
muda seringkali membentuk standar-standar untuk self evaluative berdasarkan
instruksi, social feedback, dan meniru teman sebaya, orang tua, dan guru. Dalam hal
ini, dikemukakan contoh, anak-anak yang hebat seringkali berasal dari keluarga yang
orang tuanya sukses atau contoh yang relatif memiliki standar-standar performance
dan self judgement yang tinggi.
Fakta lain yang berkaitan dengan pengaruh faktor lingkungan sosial terhadap
self regulation dikemukakan oleh Bandura & Kupers (1964; Boekaerts, 2000:25)
yaitu individu-individu yang menghargai pencapaian prestasi mereka, maka individu
tersebut akan lebih berhasil dibandingkan dengan individu yang melakukan aktivitas-
aktivitas yang sama tanpa self administered incentives (dorongan pada diri sendiri).
Individu yang mengabaikan sumber lingkungan fisik dan sosial atau yang melihat
lingkungan fisik dan sosial sebagai rintangan untuk perkembangan dirinya akan
kurang efektif dalam meregulasi diri mereka. Oleh karena itu, para peneliti
memandang bahwa lingkungan fisik dan sosial merupakan sumber untuk
meningkatkan perencanaan diri (self enhancing forethought), performance or
volitional control, dan self reflection. Modelling dan instruksi merupakan sarana
utama yang diperoleh melalui orang tua, guru, dan komunitas-komunitas sosial yang
memunculkan keterampilan self regulatory, seperti ketekunan, menghargai diri (self
prise), dan adaptive self reaction pada anak (Boekaerts:24-25). Sebaliknya, ketika
social models memperlihatkan impulsiveness, self criticism, atau defensive self
reaction, atau bila kelompok-kelompok sosial memberikan penghargaan atau
BAB II – Landasan Teori
30
menerima tindakan-tindakan tersebut, maka hal ini akan memperluas gangguan
kepribadian self regulation yang sering kali terjadi. Individu dapat meningkatkan
kemampuan meregulasi diri mereka dengan menggunakan dukungan dari
lingkungannya.
2.1.6 Perkembangan Self Regulation
Secara umum, self regulation mulai berkembang antara usia 12-18 bulan,
ketika anak menjadi lebih menyadari adanya tuntutan-tuntutan sosial dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk mengubah tingkah laku mereka ketika
diminta oleh orang tua. Pada usia 24 bulan, kemampuan ini meningkat pada tahap
dimana kontrol diri berkembang atau kemampuan untuk menuruti keinginan-
keinginan orang tua, meskipun mereka tidak berada di sisi anak. Pada usia 36 bulan
atau 3 tahun, kebanyakan anak dapat menginternalisasikan bimbingan yang diberikan
oleh orang tua. Dengan kata lain, anak akan bertindak dengan memikirkan bagaimana
kemauan orang tua mereka pada situasi yang berbeda (Talaris Research Institute,
2003).
Berdasarkan hasil penelitian, sistem self regulatory terlibat dalam
perkembangan kepribadian, sosial, dan kognitif (Bronstein & Suess, 2000; Calkins
& Dedmon, 2000: Fox et al., Rothbart & Jones, 1988; Calkins & Fox, 2002:478).
Dalam penelitian tersebut, dapat dilihat bahwa self regulation muncul dan berkembang
pada masa balita dan kanak-kanak, dan bagaimana self regulation mempengaruhi
perkembangan kepribadian dan tingkah laku menyesuaikan diri (Calkins & Fox,
BAB II – Landasan Teori
31
2002:478).
Self regulation lebih dipandang sebagai sikap yang adaptif menuju
terwujudnya perubahan-perubahan. Self regulation ini sangat berbeda dengan bentuk
self control dan lebih menerapkan penggunaan refleksi dan strategi yang mencakup
introspection, consciousness, atau metacognition (Kopp, 1982:207; dalam
Boekaerts, 2000). Self regulation seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, dimulai
saat anak-anak menginjak 3-4 tahun.
Melalui proses perkembangan, self regulation ini secara berangsur-angsur
meningkat ke arah perencanaan yang kemudian menjadi sebuah strategi self
regulation jangka panjang. Rencana ini berinteraksi dengan tujuan-tujuan jangka
panjang, tujuan-tujuan jangka pendek, dan apabila diperlukan penerapan strategi dan
perencanaannya pun dipertimbangkan. Dengan demikian, perencanaan seperti ini
belum dimiliki anak-anak berusia 9 tahun. Dalam sebuah penelitian mengenai
perkembangan strategi pemindai visual (Vurpillot, 1968; dalam Boekaerts, 2000)
menyimpulkan bahwa anak-anak yang berusia 9 tahun belum dapat memformulasikan
sebuah rencana ketika mereka diminta membandingkan 2 buah rumah untuk
menyebutkan persamaan dan perbedaannya secara sistematis. Dapat diketahui bahwa
penilaian ini tidak dapat diterapkan pada anak di bawah usia 13-14 tahun.
Jadi merupakan suatu kebetulan bahwa hanya anak-anak yang tengah
menginjak remaja yang mampu memikirkan rencana ke depan, memikirkan tujuan
jangka panjang dan tujuan jangka pendek mereka serta mampu menyelaraskan
pemikiran dan perilakunya kearah pencapaian tujuan-tujuan yang telah ditetapkan
BAB II – Landasan Teori
32
tersebut. Misalnya, pada usia 13-14 tahun, seorang remaja mulai memikirkan akan
menjadi apa, mulai menentukan rencana jangka panjang seperti masalah pendidikan
dan ambisinya. Pemikiran lain seperti membina rumah tangga dan sebagainya baru
akan muncul ketika individu mulai menginjak usia dewasa. (Erikson, 1963; dalam
Boekaerts, 2000). Jelasnya, self regulation akan berada langsung di bawah kendali
pikiran seseorang dengan lebih terencana dan terarah. Lain halnya dengan citra diri,
kepribadian, dan corak hidup seseorang.
2.1.7 Hal-Hal yang Menghambat Self Regulation
Rendahnya kemampuan self regulation berkaitan dengan banyaknya
permasalahan pribadi. Sebagai contoh, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa siswa-
siswa yang memiliki masalah dengan self regulation memiliki nilai-nilai yang rendah
di sekolah (Zimmerman & Martinez-Pons, 1986,1988; dalam Boekaerts, 2000:26)
dan menampilkan banyak tingkah laku yang bermasalah dengan guru mereka (Brody,
Stoneman & Flor, 1996; dalam Boekaerts, 2000:26). Terdapat empat keterbatasan
pribadi yang dapat diidentifikasikan sebagai sumber yang berpengaruh terhadap
munculnya gangguan-gangguan self regulation:
1. Kurangnya pengalaman dari pembelajaran sosial (social learning). Banyak bentuk
self regulation yang sulit dipelajari individu-individu yang dibesarkan dalam
keluarga atau komunitas dimana mereka tidak diajarkan, tidak diberi contoh, atau
tidak dihargai. Brody dan koleganya (Brody & Flor, in press; Brody, Stoneman
& Flor, 1996; dalam Boekaerts, 2000:27) menemukan bahwa orang tua
BAB II – Landasan Teori
33
memegang peranan penting dalam perkembangan self regulatory anaknya dan juga
ikut berperan terhadap anak-anak yang lemah dalam self regulatory skill untuk
mengatur (me-manage) masalah-masalah pribadi dan kekonsistenan prestasi
mereka di sekolah. Anak-anak yang orang tuanya menetapkan standard dan
memonitor aktivitas dan prestasi sekolah anak-anak mereka maka anak-anak
tersebut menampilkan tidak hanya self regulation yang baik tetapi juga tingkatan
yang lebih tinggi pada perkembangan sosial dan kognitifnya.
2. Keterbatasan pribadi yang berhubungan dengan motivasi. Dalam hal ini adalah
adanya sikap apathy atau disinterest. Sebagai contoh, para guru melaporkan
sejumlah siswa yang menampilkan sikap apati untuk berpartisipasi di kelas atau
menyelesaikan pekerjaan rumah mereka (Steinberg, Brown, & Dornbusch,
1996; dalam Boekaerts, 2000:27). Oleh karena mereka memiliki kepercayaan diri
yang rendah dan tidak memiliki minat terhadap sekolah, siswa yang apatis akan
mencari perlindungan sebagai metode regulasi diri mereka seperti misalnya
dengan cara bergabung dengan teman sebaya yang bertingkah laku menyimpang
ketika prestasi mereka buruk. Terdapat bukti bahwa motif-motif orang tua
memiliki pengaruh pada anak-anak mereka. Sebagai contoh, goal akademis yang
disusun orang tua untuk anaknya secara signifikan dapat memprediksi goal setting
dan prestasi akademik mereka saat dewasa nanti (Zimmerman et al,1992; dalam
Boekaerts, 2000:27-28).
3. Gangguan suasana hati (mood disorders) seperti mania atau depresi adalah
keterbatasan pribadi yang ketiga yang dapat menyebabkan gangguan dalam self
BAB II – Landasan Teori
34
regulation . Sebagai contoh, depresi secara khas memperlihatkan adanya self
defeating (merasa diri gagal), salah menilai atau selalu negatif dalam menilai hasil
performance yang telah mereka capai (Bandura, 1991; dalam Boekaerts,
2000:28). Hal ini bertolak belakang dengan individu non depresi yang memiliki
optimis yang tinggi (self enhancing optimism) karena mereka lebih sering
mengingat keberhasilan mereka daripada mengingat kegagalan yang pernah
mereka alami (Nelson & Craighead, 1997; dalam Boekaerts, 2000:28).
Individu-individu depresi umumnya juga menetapkan standar-standar yang lebih
tinggi dibandingkan dengan individu-individu yang tidak depresi (Schwartz,
1974, Simon, 1979; dalam Boekaerts, 2000:28) dan individu ini juga sangat
mudah menyalahkan diri mereka sendiri atas kegagalan-kegagalan yang
dialaminya (Kuiper, 1978; dalam Boekaerts, 2000:28).
4. Gangguan yang keempat yang terjadi dalam self regulation berkaitan dengan
adanya kesulitan belajar (learning disabilities), seperti masalah-masalah yang
berhubungan dengan konsentrasi, mengingat (recall), membaca, dan menulis.
Keterbatasan pribadi ini diyakini berasal dari neurologis (sistem syaraf) yang
mengarah pada gangguan self regulatory (Borkowski & Thorpe, 1994; dalam
Boekaerts, 2000:28). Sebagai contoh, siswa yang mengalami kesulitan belajar
akan menetapkan goal akademis yang lebih rendah, memiliki kesulitan dalam
mengontrol impuls mereka, dan kurang tepat dalam menilai kemampuan-
kemampuan mereka. Mereka juga lebih sering mengkritik diri dan kurang
memiliki self efficacy terhadap performance mereka dan cenderung lebih mudah
BAB II – Landasan Teori
35
menyerah dibandingkan dengan siswa yang tidak mengalami gangguan.
2.2 Remaja
2.2.1 Pengertian Remaja
Kata remaja (adolescence) berasal dari bahasa latin yang berarti tumbuh
menjadi dewasa. Remaja, sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak-anak
dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional
(Santrock, 2003)
Masa remaja adalah masa dimana individu diharapkan untuk mempersiapkan
diri dalam menghadapi masa dewasa dengan mengganti sikap dan pola tingkah laku
kekanak-kanakan dengan tipe dan pola tingkah laku dewasa. Dengan kata lain dapat
dikatakan bahwa remaja merupakan masa transisi dimana individu mengalami
perubahan fisik dan psikologis dari seorang anak ke dewasa (E. B Hurlock,
1992;206)
Menurut Sarlito, batasan usia untuk remaja Indonesia sekitar 11-24 tahun dan
belum menikah. Definisi remaja untuk masyarakat Indonesia menurut Sarlito,
menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja indonesia
dengan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :
1. Usia 11 tahun adalah usia ketika pada umumnya tanda-tanda seksual
sekunder mulai tampak (kriteria fisik)
BAB II – Landasan Teori
36
2. Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun sudah dianggap akil balig,
baik menurut adat maupun agama, sehingga masyarakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial)
3. Pada usia tersebut mulai tanda-tanda penyempurnaan perkembangan jiwa
seperti tercapainya identitas diri (ego identity, menurut Erik Erikson ),
tercapainya fase genetal dari perkemangan psikososial (menurut Freud)
dan tercapainya puncak perkembangan kognitif (Piaget) maupun moral
(Kohlberg) (kriteria psikologis)
4. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal, yaitu untuk memberi
peluang bagi mereka yang sampai batas usia tersebut masih
menggantungkan diri pada orang tua, belum mempunyai hak-hak penuh
sebagai orang dewasa (secara adat/tradisi), belum bisa memberikan
pendapat sendiri dan sebagainya. Dengan perkataan lain, orang-orang
yang sampai batas usia 24 tahun belum dapat memenuhi persyaratan
kedewasaan secara sosial maupun psikologis, masih dapat digolongkan
remaja. Golongan ini cukup banyak terdapat di Indonesia, terutama dari
kalangan masyarakat kelas menengah ke atas yang mempersiapkan
berbagai hal (terutama pendidikan setinggi-tingginya) untuk mencapai
kedewasaan. Akan tetapi, dalam kenyataannya cukup banyak pula orang
yang mencapai kedewasaannya sebelum usia tersebut.
5. Dalam definisi diatas, status perkawinan sangat menentukan, karena arti
perkawinan masih sangat penting dimasyarakat kita pada umumnya.
BAB II – Landasan Teori
37
Seorang yang sudah menikah, pada usia berapapun dianggap dan
diperlakukan sebagai orang dewasa penuh, baik secara hukum maupun
dalam kehidupan masyarakat keluarga. Karena itu definisi remaja disini
dibatasi khusus untuk yang belum menikah.
2.2.2 Ciri Remaja
Masa remaja memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode
sebelum dan sesudahnya. Adapun ciri-ciri remaja menurut Elizabeth B Hurlock
(1990;207) merupakan :
1. Masa remaja merupakan periode penting
Meskipun semua periode kehidupan dalam rentang kehidupan penting, namun
kadar kepentingannya berbeda-beda. Ada periode yang penting karena akibat
fisik dan penting karena akibat psikologis. Perkembangan fisik yang cepat dan
penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental, maka perkembangan
tersebut menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk
sikap, nilai dan minat baru.
2. Masa remaja sebagai periode peralihan
Masa dimana remaja bukan lagi seorang anak dan bukan orang dewasa. Jika
remaja bertingkah laku seperti kanak-kanak ia dituntut untuk bertindak sesuai
dengan umurnya, namun jika ia bertindak seperti orang dewasa maka ia
dianggap sok tahu. Namun status remaja ini juga menguntungkan, karena
dengan statusnya ini remaja mencoba berbagai gaya hidup yang berbeda dan
BAB II – Landasan Teori
38
mulai menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai dengan
dirinya.
3. Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar
dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan
fisik terjadi dengan pesat, perubahan sifat dan perilaku juga berkembang
pesat. Perubahan lain yang terjadi yaitu meningginya emosi dan intensitasnya
bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi.
Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial
untuk dipesankan menimbulkan masalah baru, dengan berubahnya minat dan
pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah.
4. Masa remaja sebagai usia bermasalah
Kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam menghadapi masalah,
ketidakmampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara
yang mereka yakini. Banyak remaja akhirnya menemukan bahwa
penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan.
5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Bagi remaja, penyesuaian diri dengan kelompok jauh lebih penting bagi anak
yang lebih besar dari pada individualitas. Salah satu cara untuk mencoba
mengangkat diri sendiri sebagai individu adalah dengan menggunakan symbol
status dalam bentuk pakaian dan pemilikan barang-barang yang mudah
terlihat. Dengan cara ini remaja menarik perhatian pada diri sendiri agar
BAB II – Landasan Teori
39
dipandang sebagai individu, sementara pada saat yang sama ia
mempertahankan dirinya terhadap kelompok sebaya.
6. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan
Anggapan remaja sebagai anak yang tidak rapi, yang tidak dapat dipercaya,
dan cenderung berperilaku merusak menyebabkan orang dewasa harus
membimbing dan mengawasi kehidupan remaja, adanya keyakinan bahwa
orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang remaja membuat
peralihan ke masa dewasa menjadi sulit. Hal ini banyak menimbulkan
pertentangan antar orang tua dengan anak sehingga antara orang tua dan anak
terjadi jarak yang menghalangi anak untuk meminta bantuan pada orang tua
untuk mengatasi berbagai permasalahan.
7. Masa remaja sebagai yang tidak realistis
Remaja cenderung melihat dirinya dan orang lain seperti yang ia harapkan dan
bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak
realistik ini tidak hanya bagi dirinya sendiri tetapi bagi keluarga dan teman-
temannya, hal ini menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari
awal masa remaja.
8. Masa remaja sebagai masa ambang dewasa
Dengan semakin mendekatnya usia kematangan, remaja menjadi gelisah
untuk meninggalkan usia belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa
mereka sudah hampir dewasa, maka mereka mencoba berperilaku seperti
orang dewasa. Karena itu mereka mulai memusatkan diri pada perilaku yang
BAB II – Landasan Teori
40
dihubungkan dengan status dewasa seperti merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks.
2.2.3 Tugas- tugas Perkembangan Remaja
Tugas perkembangan adalah hal yang dipelajari seseorang dalam suatu
periode tertentu di dalam kehidupannya. Agar dapat menjalani periode kehidupan
selanjutnya dengan baik maka dalam masa remaja ini terdapat serangkaian tugas
perkembangan yang harus dipenuhi. Menurut Havighurst (E. B Hurlock, 1990;10)
tugas perkembangan masa remaja adalah :
1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik
pria maupun wanita
2. Mencapai peran sosial pria dan wanita
3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif
4. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab
5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya
6. Mempersiapkan karir ekonomi
7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga
8. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk
berperilaku mengembangkan ideologis
Salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah berhubungan dengan
penyesuaian diri, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan
sosialnya.
BAB II – Landasan Teori
41
2.3 Kerangka Pikir
Inteligensi merupakan kecakapan yang bersifat potensial yang dimiliki
individu akan membentuk atau mempengaruhi prestasi belajar yang dicapainya.
Siswa dengan taraf kecerdasan tinggi, diharapkan memiliki prestasi yang tinggi pula.
Namun tidak menutup kemungkinan terjadinya perbedaan antara taraf kecerdasan dan
prestasi belajar yang berhasil dicapai siswa (McClelland, 1953). Fenomena ini juga
muncul pada siswa Kelas IQ di SMA Pasundan 1 Bandung.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang untuk memiliki prestasi yang
optimal. Faktor tersebut diantaranya adalah inteligensi, kepribadian, lingkungan sekolah,
dan lingkungan rumah. Namun selain faktor-faktor tersebut ternyata self regulation turut
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi yang optimal (Boekaerts,
2000). Dengan memiliki kemampuan mengatur diri (Self Regulation), maka siswa
akan mampu meningkatkan prestasinya.
Menurut Zimmerman kemampuan mengatur diri (self regulation) adalah
kemampuan seseorang mengatur diri yang direncanakan dan secara berulang
disesuaikan untuk mencapai tujuan personal (Boekarts, 2000). Self regulation adalah
suatu proses individu mengaktifkan pikiran, perasaan dan tingkah laku, yang telah
direncanakan dan secara sistematis telah disesuaikan dengan kebutuhan siswa untuk
mempengaruhi belajar dan motivasi (Schunk, 1994; Zimmerman, 1989, 1990, 2000,
Zimmerman & Kitsantas, 1996; dalam Boekaerts, 2000:631). Self regulation pada
siswa mengacu pada derajat metakognisi, motivasi, dan perilaku mereka dalam
belajar. Setiap siswa memiliki self regulation yang berbeda dalam belajar, termasuk
BAB II – Landasan Teori
42
motif mereka dalam belajar, metode yang digunakan, hasil yang tampak dari usaha
yang mereka lakukan, dan sumber lingkungan yang mereka gunakan (Boekaerts,
2000:632).
Proses self regulatory yang disertai adanya beliefs dibagi menjadi 3 (tiga) fase
siklus, yaitu forethought, performance or vocational control, dan proses self
reflection. Forethought merupakan proses yang terjadi sebelum adanya usaha-usaha
untuk bertindak dan berpengaruh terhadap usaha-usaha tersebut dengan melakukan
persiapan pelaksanaan tindakan tersebut. Performance atau volitional control
melibatkan proses yang terjadi selama usaha itu berlangsung dan pengaruhnya
terhadap persiapan yang telah dibuat dan tindakan yang dilakukan. Self reflection
melibatkan proses yang terjadi setelah adanya usaha-usaha yang dilakukan pada fase
performance dan mempengaruhi reaksi individu terhadap pengalaman tersebut. Self
reflection ini mempengaruhi forethought terhadap usaha-usaha berikutnya sehingga
dengan demikian melengkapi siklus sebuah self regulatory.
Fenomena yang ditemukan pada siswa Kelas IQ di SMA Pasundan 1 Bandung
adalah siswa tersebut memiliki nilai yang dibawah KKM padahal mereka memiliki IQ
di atas rata-rata. Siswa kurang memiliki perencanaan dalam belajar yaitu berupa task
analysis dan self motivation beliefs. Siswa tidak memiliki target berupa hasil yang
diharapkan, seperti tidak memiliki target nilai yang ingin dicapai karena menurut
mereka jika mendapatkan nilai rendah mereka masih dapat memperbaikinya dengan
cara mengikuti remedial. Mereka tidak memiliki waktu belajar khusus yang rutin
dilakukan di rumah. Siswa menunjukkan indikasi minat belajar yang kurang optimal
BAB II – Landasan Teori
43
seperti mereka menjadi jarang membaca buku pelajaran di rumah. Hal tersebut
menyebabkan siswa sering merasa tidak yakin ketika mengerjakan soal ujian. Pada
siswa ini mereka memiliki minat belajar yang rendah. Hal ini akan mempengaruhi
bagaimana siswa menentukan tujuan atau hasil yang ingin dicapai dan usaha siswa
dalam belajar pun terlihat dari nilai yang diperoleh.
Memiliki perencanaan dalam hal menentukan tujuan dan strategi belajar saja
tidaklah cukup. Proses pencapaian atau pelaksanaan rencana yang telah dibuat oleh
siswa (tahap performance) merupakan fase yang banyak menentukan hasil akhir yang
akan dicapai. Siswa yang memiliki strategi belajar yang tidak efektif menyebabkan
mereka sulit dalam mengontrol tingkah laku belajar mereka. Minat belajar siswa yang
kurang berpengaruh pada usaha siswa dalam menjalankan apa yang sudah mereka
rencanakan, mereka lebih tertarik ”bergosip” dibanding membicarakan hal-hal yang
menyangkut pelajaran, mereka lebih memilih untuk melakukan hal-hal yang menurut
mereka lebih menyenangkan seperti menonton televisi, hangout dengan teman,
bermain game, dan membuka jejaring sosial seperti facebook, twitter, dsb. Pada saat
guru menerangkan materi pelajaran, perhatian mereka mudah teralihkan karena
sebentar-sebentar melihat handphone. Mereka merasa kurang fokus dalam mengikuti
pelajaran karena kebisingan siswa lain di kelas. Siswa sering berada diluar kelas
ketika pelajaran berlangsung, mereka meminta izin kepada guru untuk pergi ke
mesjid dengan alasan solat, tetapi mereka kembali ke dalam kelas setelah pelajaran
tersebut selesai. Beberapa siswa pernah tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh
guru dengan alasan lupa untuk mengerjakan. Siswa sering mengerjakan tugas di
BAB II – Landasan Teori
44
sekolah sesaat sebelum dikumpulkan, tidak jarang tugas dalam satu hari bukan hanya
satu pelajaran sehingga mencontek pun menjadi pilihan yang diambil agar tugas dapat
selesai dan tidak dimarahi oleh guru.
Self reflection melibatkan proses yang terjadi setelah adanya usaha-usaha yang
dilakukan pada fase performance dan mempengaruhi reaksi individu terhadap
pengalamannya tersebut. Siswa dapat menilai dan mengetahui pada saat mereka
mendapatkan nilai ujian dibawah KKM. Mereka tidak belajar saat akan menghadapi
ujian, karena dirasa sia-sia. Hal tersebut membuat nilai yang mereka peroleh tidak
optimal. Beberapa siswa mengatakan bahwa pada awal masuk kelas IQ mereka
mengira akan ada persaingan untuk mencapai prestasi akademik karena berpikir
bahwa mereka masuk pada kelas yang semua siswanya memiliki potensi kecerdasan
yang tinggi, tetapi pada kenyataannya siswa yang lain tidak menunjukkan persaingan,
mereka mengatakan sama saja seperti ketika mereka berada di kelas X yang belum
dikelompokkan pada kelas IQ. Hal tersebut menyebabkan mereka jadi tidak terpacu
untuk bersaing dan tidak berusaha secara maksimal untuk mencapai prestasi.
Untuk memperjelas kerangka pikir dalam penelitian ini, berikut ditampilkan
skema dibawah ini:
BAB II – Landasan Teori
45
Skema Berpikir
Gambar 2.2
Skema Berpikir
Self Regulation Performance/Volitional control:
Siswa melakukan langkah-langkah atau strategi dalam mencapai nilai yang optimal
- Tidak fokus saat mengikuti pelajaran - Mengerjakan tugas sesaat sebelum dikumpulkan - Mencontek hasil pekerjaan teman - Mengobrol dikelas - Tidak memiliki kelompok belajar - Mengantuk di kelas - Sering keluar kelas
Siswa Kelas IQ
Forethought Siswa menentukan langkah-langkah untuk
mencapai nilai optimal
- Tidak memiliki target nilai yang ingin dicapai - Tidak memiliki waktu belajar rutin dirumah - Kurang memiliki keyakinan diri - Jarang membaca buku pelajaran di rumah
Self Reflection Siswa melakukan evaluasi dari tindakan
yang telah dilakukan
- Tidak menyadari cara belajar yang kurang maksimal
- Cepat menyerah untuk mendapat nilai yang optimal
- Merasa usaha yang dilakukan dalam belajar sia-sia
46
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian mengenai self regulation pada siswa di SMA Pasundan 1 ini
merupakan penelitian non eksperimental dengan mengambil metode penelitian
deskriptif. Penelitian ini dilakukan untuk melihat gambaran mengenai self regulation
pada siswa Kelas XI di Kelas IQ SMA Pasundan 1.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan
menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan. Penelitian deskriptif tidak
memerlukan pengontrolan terhadap suatu perlakuan. Penelitian ini juga tidak
dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan keadaan
yang sebenarnya tentang suatu variabel, keadaan atau gejala (Suharsimi Arikunto,
2009).
3.2 Identifikasi Variabel
Variabel adalah segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan
penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan
diteliti. Dalam penelitian ini, variabel yang akan diukur adalah variabel self
regulation pada siswa Kelas XI di Kelas IQ SMA Pasundan 1.
BAB III – Metodologi Penelitian
47
3.3 Definisi Operasional Variabel
Self regulation dalam penelitian ini adalah frekuensi siswa kelas IQ SMA
Pasundan 1 dalam mengatur diri dalam kegiatan belajarnya, dimulai dari melakukan
persiapan sebelum terjadinya usaha-usaha dengan cara membuat perencanaan terhadap
kegiatan belajarnya lalu melaksanakannya berdasarkan rencana tersebut, dan
melakukan evaluasi terhadap apa yang telah dilakukannya. Self regulation ini dibagi
menjadi 3 (tiga) fase, yaitu:
1. Forethought (perencanaan). Pada fase ini, siswa membuat perencanaan mengenai
kegiatan belajar. Dalam hal ini siswa menganalisis tugas dengan cara menetapkan
tujuan yang ingin dicapai dan menyusun strategi yang efektif dalam belajar,
sehingga mendapatkan nilai yang optimal. Keyakinan individu untuk memotivasi
diri mempengaruhi siswa dalam menyusun target yang ingin dicapai dan
menyusun strategi yang efektif agar dapat mencapai target. Siswa memiliki
kepercayaan untuk dapat memotivasi diri sendiri dengan cara memiliki keyakinan
akan kemampuan yang dimiliki, memiliki keyakinan akan hasil yang diperoleh,
memiliki minat untuk belajar, dan memiliki motivasi yang mengarah pada usaha
untuk bisa mencapai tujuan.
2. Performance atau Volitional Control. Pada fase ini, siswa mengatur tingkah laku
mereka dengan cara menjalankan apa yang sudah direncanakan dalam proses
pencapaian target. Siswa mengendalikan diri untuk melakukan kegiatan secara
sistematis, membayangkan kesuksesan untuk meningkatkan usaha yang
dilakukan, memfokuskan perhatian dalam kegiatan belajar, dan menggunakan
BAB III – Metodologi Penelitian
48
strategi yang efektif dalam mengerjakan tugas. Selain itu siswa melakukan
observasi terhadap tindakan yang dilakukan. Mereka mengamati tingkah laku
mereka dalam belajar dengan menangkap informasi dari lingkungan untuk
dijadikan dasar tindakan dan menilai pengalaman pribadi dan orang lain untuk
dijadikan dasar tindakan selanjutnya.
3. Self reflection. Pada fase ini, siswa melakukan penilaian (evaluasi) terhadap usaha
yang dilakukan yang disesuaikan dengan target. Siswa mampu melihat penyebab
kegagalan yang dialami. Penilaian tersebut akan membuat siswa mengalami
kepuasan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang diperoleh. Kepuasan akan
mendorong mereka untuk tetap berusaha serta mengarahkan ke bentuk
performance self regulation yang baru dan lebih baik secara potensial dengan
mengubah strategi menjadi lebih baik.
3.4 Populasi Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik studi populasi, yaitu penelitian yang
dilakukan terhadap lingkup yang luas dengan semua subjek penelitian dan
kesimpulan berlaku bagi semua subjek penelitian (Suharsimi, 1995:209). Penelitian
ini dilakukan terhadap siswa Kelas XI di Kelas IQ SMA Pasundan 1 Bandung yang
memiliki IQ diatas rata-rata (110 ke atas). Jumlah siswa dikelas tersebut yaitu
sebanyak 43 siswa dengan siswa yang memiliki IQ diatas rata-rata yaitu sebanyak 32
siswa. 11 siswa yang tidak masuk kedalam subjek penelitian yaitu satu siswa yang
BAB III – Metodologi Penelitian
49
merupakan murid baru yang tidak diketahui IQ-nya, sedangkan 10 siswa lain
memiliki IQ pada klasifikasi rata-rata (90-109).
3.5 Alat Ukur
Alat ukur yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner untuk menjaring
tentang self regulation. Alat ukur ini disusun berdasarkan teori self regulation yang
dikemukakan oleh Zimmerman.
Tabel 3.1
Kisi-kisi Alat Ukur
Fase Sub-Fase Indikator No Item
Forethought
( proses
perencanaan)
Task Analysis
(menganalisis
tugas-tugas apa
saja yang akan
dilakukan)
- Mampu menetapkan tujuan
yang ingin dicapai
+ 1,7,10
- 36,56,72
- Menyusun strategi yang efektif
untuk mencapai tujuan
+ 3,11,62
- 46,2,35
Self Motivation
Beliefs
(keyakinan
individu untuk
memotivasi diri
sendiri)
- Memiliki keyakinan akan
kemampuan yang dimiliki
+ 50,91,17
- 83,27,33
- Memiliki keyakinan akan hasil
yang diperoleh
+ 55,84,26
- 18,41,61
- Memiliki minat untuk belajar + 13,87,51
- 28,78,22
- Memiliki motivasi yang
mengarah pada usaha untuk bisa
mencapai tujuan
+ 90,54,82
- 34,74,88
- Berusaha mengendalikan diri
untuk melakukan kegiatan
+ 8,63,45
- 16,37,57
BAB III – Metodologi Penelitian
50
Performance
atau Volitional
control
(proses
pelaksanaan)
Self control
(kemampuan
individu untuk
mengendalikan
tingkah laku
sendiri)
secara sistematis
- Membayangkan kesuksesan
untuk meningkatkan usaha yang
dilakukan
+ 29,67,24
- 92,43,89
- Memfokuskan perhatian dalam
kegiatan belajar
+ 75,4,85
- 25,52,68
- Menggunakan strategi yang
efektif dalam mengerjakan tugas
+ 12,64,79
- 30,9,5
Self observation
(kemampuan
individu untuk
melakukan
pengamatan
terhadap
dirinya)
- Mampu melihat informasi dari
lingkungan untuk dijadikan
dasar tindakan
+ 40,69,19
- 49,86,80
- Mampu menilai pengalaman
pribadi dan orang lain untuk
dijadikan dasar tindakan
+ 15,58,65
- 6,47,70
Self reflection
(proses
penilaian
diri)
Self judgement
(kemampuan
individu untuk
memberikan
penilaian diri)
- Melakukan evaluasi terhadap
usaha yang dilakukan
+ 38,53,76
- 21,81,93
- Mampu melihat penyebab dari
kegagalan yang dialami
+ 96,44,95
- 23,59,13
Self reactions
(kemampuan
individu untuk
memberikan
tanggapan atau
reaksi diri)
- Merasa puas terhadap hasil yang
diperoleh
+ 94,66,31
- 71,77,60
- Mengubah strategi menjadi
lebih baik
+ 42,14,39
- 48,20,32
BAB III – Metodologi Penelitian
51
Setiap pernyataan dalam kuesioner self regulation mempunyai empat alternatif
jawaban yang dinyatakan dalam frekuensi. Alternatif jawaban tersebut adalah:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah
Untuk memudahkan perhitungan, data yang diperoleh ditentukan dalam
bentuk ordinal, yaitu:
Tabel 3.2
Penskoran Skala Self Regulation
Alternatif jawaban Item positif (+) Item negative (-) Selalu 4 1 Sering 3 2
Kadang-kadang 2 3 Tidak pernah 1 4
3.6 Uji Coba Alat Ukur
Sebelum alat ukur diberikan kepada sampel, terlebih dahulu dilakukan uji coba
agar diketahui apakah alat ukur tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai
pengumpul data, yaitu alat ukur tersebut valid dan reliabel. Mengenai subjek uji coba,
menurut Suharsimi Arikunto (1995) apabila jumlah populasi terbatas, maka untuk
subjek uji coba disarankan mengambil langsung dari subjek penelitian. Pengambilan
data sebenarnya cukup dilakukan satu kali dengan pertimbangan bahwa pemberian
BAB III – Metodologi Penelitian
52
alat ukur yang kedua kalinya akan menghasilkan data yang tidak murni lagi karena
telah terjadi carry over effect. Apalagi bila alat ukur yang semula diberikan kepada
subjek uji coba sudah tidak mengalami perubahan yang berarti. Dalam penelitian ini
dilakukan uji terpakai pada seluruh sampel yang ada.
Proses uji coba alat ukur dimaksudkan untuk memperoleh nilai validitas dan
reliabilitas sehingga dapat diketahui apakah alat ukur yang digunakan valid dan
reliabel untuk penelitian ini, karena suatu pengukuran yang baik harus memiliki
validitas dan reliabilitas.
3.6.1 Uji Validitas
Valid artinya mengukur dengan tepat gejala-gejala yang hendak diukur dan
seberapa jauh alat ukur memberikan sifat ketelitian sehingga dapat menunjukkan
dengan sebenarnya status atau keadaan gejala yang diukur (Hadi, 2000). Uji validitas
dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan dalam penelitian telah
benar-benar mengukur gejala yang akan diukur. (Suharsimi Arikunto, 2000).
Cara untuk mengetahui validitas suatu alat ukur adalah dengan cara
mengkorelasikan antara skor yang diperoleh pada masing-masing item dengan skor
total. Skor total adalah nilai yang diperoleh dari hasil penjumlahan semua skor item.
Korelasi antara skor item dengan skor total haruslah signifikan berdasarkan pada
ukuran statistik tertentu. Bila sekiranya skor semua item yang disusun berdasarkan
konsep berkorelasi dengan skor total, maka dapat dikatakan bahwa alat ukur tersebut
mempunyai validitas atau dengan kata lain bila terdapat korelasi positif antara skor
BAB III – Metodologi Penelitian
53
tiap item dengan skor total, maka hubungan yang ada sifatnya konsisten atau sejalan
dengan konsep teoritiknya. Validitas yang seperti itu disebut sebagai validitas
konstrak (Construct Validity). Bila alat ukur telah memiliki validitas konstrak berarti
semua item yang ada didalam alat ukur tersebut mengukur konsep yang ingin diukur
(Djamaludin Ancok, 1989 : 16). Untuk itu, dilakukan analisis item dengan koefisien
korelasi yang diolah melalui pengujian statistik Rank-Spearman, karena data yang
diperoleh dari alat ukur adalah ordinal (Siegel, 1997).
Adapun langkah-langkah dalam menentukan validitas alat ukur adalah sebagai
berikut :
1. Menghitung skor item dan skor total item dari tiap jawaban subjek.
2. Menghitung korelasi rank Spearman antara skor item dengan skor total (rs)
dengan rumus:
+−
+−
+−=
∑∑
∑2
22
2
2
2
1))((
2
1))((
2
1)()(
NNYR
NNXR
NNYRXR
rs
Keterangan : R(X) = Ranking variabel X (skor item)
R(Y) = Ranking variabel Y (skor total)
N = Jumlah subjek penelitian
Untuk mempermudah perhitungan, maka digunakan alat bantu program SPSS 20
for Windows.
BAB III – Metodologi Penelitian
54
3. Menentukan validitas setiap item dengan menggunakan kriteria didasarkan
norma Cronbach (1970). Kriteria Cronbach mengatakan bahwa koefisien item
yang dianggap memuaskan adalah angka tertinggi yang dapat diperoleh. Item
dikatakan memberi kontribusi baik jika berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,50.
Namun apabila koefisien validitas kurang dari 0,30 biasanya dianggap sebagai
item tidak memuaskan (Azwar, 2004). Dengan kata lain, Berdasarkan hasil
korelasi antara skor tiap item dengan skor total item (uji validitas), maka dapat
diketahui item-item mana yang valid dan tidak valid berdasarkan kriteria :
- Bila rs > 0,3, maka item tersebut dikatakan valid
- Bila rs ≤ 0,3, maka item tersebut dikatakan tidak valid
Item yang valid dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Sedangkan item yang
tidak valid tidak dapat digunakan (dibuang).
Berdasarkan uji validitas, dari 96 item, terdapat 66 item yang valid dan 30
item yang tidak valid.
3.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau dapat diandalkan, yang menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten. (Djamaludin Ancok, 1989:22). Reliabilitas untuk
mengetahui sejauh mana alat ukur yang digunakan tersebut memiliki taraf ketelitian,
kepercayaan, kekonstanan ataupun kestabilan.
BAB III – Metodologi Penelitian
55
Dalam penelitian ini, setelah melakukan uji validitas alat ukur dan
mendapatkan item-item yang valid, maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas alat
ukur. Metode analisis reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
Split Half (Belah Dua). Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut
(Djamaludin Ancok, 1989:25) :
1. Menggabungkan item-item yang valid menjadi satu dan membuang item yang
tidak valid.
2. Membagi item-item yang valid ke dalam 2 belahan. Belahan pertama berisi item-
item bernomor ganjil dan belahan kedua berisi item-item bernomor genap.
3. Menjumlahkan masing-masing skor pada tiap belahan, menghasilkan dua skor
total untuk masing-masing responden, yakni skor total belahan pertama dan skor
belahan kedua.
4. Mengkorelasikan skor total belahan pertama dan belahan kedua menggunakan
korelasi rank Spearman:
+−
+−
+−=
∑∑
∑2
22
2
2
2
1))((
2
1))((
2
1)()(
NNYR
NNXR
NNYRXR
rs
Keterangan : R(X) = Ranking variabel X (skor total belahan pertama)
R(Y) = Ranking variabel Y (skor total belahan kedua)
N = Jumlah subjek penelitian
Untuk mempermudah perhitungan digunakan alat bantu program SPSS 20
BAB III – Metodologi Penelitian
56
for Windows.
4. Oleh karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari alat ukur
yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih rendah daripada angka
korelasi yang didapat jika alat ukur tersebut tidak dibelah. Oleh karena itu, harus
dicari angka reliabilitas untuk keseluruhan item tanpa dibelah. Cara mencari
reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan memasukkan angka korelasi
yang diperoleh ke dalam rumus formula Spearman-Brown:
tt
tttot r
rR
+=
1
)(2
Keterangan :
rtot : angka reliabilitas keseluruhan item
rtt = rs : angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
Parameter untuk menafsirkan tinggi rendahnya koefisien reliabilitas alat ukur
dilihat berdasarkan parameter dari Guilford (Subino, 1987:115).
Tabel 3.3
Parameter Koefisien Reliabilitas Guilford
Interval Koefisien Tingkat Reliabilitas
0,00-0,20 Tidak ada Reliabilitas
0,21-0,40 Reliabilitas rendah
0,41-0,70 Reliabilitas sedang
0,71-0,90 Reliabilitas tinggi
0,91-0,99 Reliabilitas sangat tinggi
1,00 Reliabilitas sempurna
BAB III – Metodologi Penelitian
57
Berdasarkan uji reliabilitas dapat dilihat bahwa nilai reliabilitas self regulation
adalah sebesar 0.81. Berdasarkan tabel, dapat dikatakan bahwa alat ukut self
regulation memiliki derajat hubungan yang tinggi.
3.7 Teknik Pengolahan Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
deskriptif dengan menggunakan metode statistik persentase (%). Alasan
mempergunakan teknik persentase ini adalah dikarenakan data yang digunakan
ordinal, data yang didapat bersifat kuantitatif dan data statistik berbentuk
nonparametrik. Teknik statistik persentase adalah sebagai berikut:
1) Menentukan norma kategori self regulation dengan dua kelas, yakni self
regulation tinggi dan self regulation rendah. Hal ini dilakukan dengan
perhitungan batas tengah dalam distribusi frekuensi skor alat ukur self regulation.
2) Data kuesioner diolah secara statistik yaitu dengan menjumlahkan skor dari tiap
jawaban setiap subjek. Peneliti menghitung persentase skor self regulation tinggi
dan self regulation rendah berdasarkan norma kategori yang diperoleh oleh tiap
subjek, dengan menggunakan rumus:
f = frekuensi dari jumlah kategori subjek
n = ukuran keseluruhan subjek
3) Hasil perhitungan tersebut kemudian akan dianalisa secara deskriptif, sehingga
BAB III – Metodologi Penelitian
58
secara umum dapat menggambarkan bagaimana self regulation subjek penelitian.
4) Menentukan norma kategori tiap fase self regulation dengan dua kelas, yakni
kategori tinggi dan rendah. Hal ini dilakukan dengan perhitungan batas tengah
dalam distribusi frekuensi skor alat ukur self regulation tiap fase.
5) Menjumlahkan skor seluruh jawaban pada tiap fase self regulation dari setiap
subjek, kemudian hitung persentase skor tiap fase self regulation tinggi dan fase
self regulation rendah berdasarkan norma kategori yang diperoleh oleh tiap
subjek.
6) Menentukan norma kategori tiap sub-fase self regulation dengan dua kelas, yakni
kategori tinggi dan rendah. Hal ini dilakukan dengan perhitungan batas tengah
dalam distribusi frekuensi skor alat ukur self regulation tiap sub-fase.
7) Menjumlahkan skor seluruh jawaban pada tiap sub-fase self regulation dari setiap
subjek, kemudian hitung persentase skor tiap sub-fase self regulation tinggi dan
fase self regulation rendah berdasarkan norma kategori yang diperoleh oleh tiap
subjek.
3.8 Prosedur Penelitian
3.8.1 Tahap Persiapan
a. Observasi lapangan dan wawancara terhadap guru BK SMA Pasundan 1
Bandung.
b. Wawancara terhadap pihak kurikulum sekolah dan guru SMA Pasundan 1
Bandung.
BAB III – Metodologi Penelitian
59
c. Perumusan Masalah.
d. Menetapkan populasi dan sampel penelitian.
e. Menentukan variabel yang akan diteliti.
f. Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan
teoritis mengenai variabel yang akan diteliti.
g. Menyusun usulan rancangan penelitian sesuai permasalahan yang diteliti.
h. Menentukan teknik pengambilan data.
i. Menentukan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.
3.8.2 Tahap Pengumpulan Data
a. Menentukan sampel penelitian.
b. Mendatangi subjek penelitian untuk menjelaskan maksud penelitian dan
meminta kesediaan untuk bekerja sama dalam penelitian.
c. Melakukan pengambilan data kepada subjek penelitian untuk mengisi alat
ukur mengenai self regulation.
3.8.3 Tahap Pengolahan Data
a. Melakukan skoring untuk setiap hasil kuesioner yang telah diisi.
b. Menghitung dan membuat tabulasi data yang diperoleh, kemudian dibuat
tabel data.
c. Melakukan analisis data dengan menggunakan metoda statistik untuk
menguji hipotesis penelitian dan korelasi antara variabel penelitian
3.8.4 Tahap Pembahasan
a. Mendeskripsikan hasil tes self regulation subjek.
BAB III – Metodologi Penelitian
60
b. Melakukan analisis dan pembahasan berdasarkan teori dan kerangka
berpikir yang diajukan.
c. Menarik kesimpulan penelitian.
d. Memberi saran yang ditujukan untuk perbaikan dan penyempurnaan
penelitian.
e. Mengkonsultasikan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan
pembimbing.
3.8.5 Tahap Akhir
a. Menyusun laporan penelitian.
b. Memperbaiki dan menyempurnakan laporan penelitian secara menyeluruh.
61
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengolahan Data Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Sesuai dengan apa yang diuraikan pada bab III penelitian ini, subjek yang
diamati adalah siswa Kelas IQ di SMA Pasundan 1 Bandung. Berdasarkan hasil
pengumpulan data diperoleh 32 siswa yang memenuhi syarat untuk dijadikan subjek
penelitian, yaitu memiliki IQ di atas rata-rata.
4.1.2 Hasil Penelitian Self Regulation
Berdasarkan hasil pengukuran subjek penelitian dengan menggunakan alat
ukur self regulation, maka dapat digambarkan melalui tabel dan diagram sebagai
berikut:
Tabel 4.1
Self Regulation
No Kategori F %
1 Rendah 22 68.7
2 Tinggi 10 31.3
Total 32 100
BAB IV - Pembahasan
62
68.70%
31.30%
Self Regulation
Rendah
Tinggi
Gambar 4.1
Diagram Lingkaran Self Regulation
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
sebanyak 22 orang (68.7%) memiliki self regulation yang rendah dan 10 orang
(31.3%) memiliki self regulation yang tinggi.
Tabel 4.2
Penyebaran Persentase Fase dan Sub-Fase Self Regulation
No Fase Self
Regulation
Persentase Sub-Fase Self
Regulation
Persentase
1. Forethought Rendah : 65.6%
Tinggi : 34.4%
a. Task Analysis
b. Self Motivation
Beliefs
Rendah : 65.6%
Tinggi : 34.4%
Rendah : 72%
Tinggi : 28%
2. Performance/
Volitional
Rendah : 65.6%
Tinggi : 34.4%
a. Self Control
Rendah : 65.6%
Tinggi : 34.4%
BAB IV - Pembahasan
63
Control b. Self Observation Rendah : 68.7 %
Tinggi : 31.3%
3. Self
Reflection
Rendah : 68.7%
Tinggi : 31.3%
a. Self Judgment
b. Self Reaction
Rendah : 65.6%
Tinggi : 34.4%
Rendah : 68.7%
Tinggi : 31.3%
Gambar 4.2
Diagram Batang Penyebaran Persentase Fase dan Sub-Fase Self Regulation
BAB IV - Pembahasan
64
Tabel 4.3
Penyebaran Fase-Fase Self Regulation
Fase Kategori F % Total
F %
Forethought Rendah 21 65.6 32 100
Tinggi 11 34.4
Performance/Volitional
Control
Rendah 21 65.6 32 100
Tinggi 11 34.4
Self Reflection Rendah 22 68.7 32 100
Tinggi 10 31.3
65.60% 65.60%68.70%
34.40% 34.40%31.30%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Forethought Performance Self Reflection
Rendah
Tinggi
Gambar 4.3
Diagram Batang Penyebaran Fase-Fase Self Regulation
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, data yang diperoleh dari 32 siswa pada
fase forethought terdapat 21 orang (65.6%) memiliki forethought (perencanaan) yang
rendah dan 11 orang (34.4%) memiliki forethought (perencanaan) yang tinggi, dari
fase performance/volitional control 21 orang (65.6%) memiliki
BAB IV - Pembahasan
65
performance/volitional control yang rendah dan 11 orang (34.4%) memiliki
performance/volitional control yang tinggi, sedangkan dari fase self reflection
terdapat 22 orang (68.7%) memiliki fase self reflection yang rendah dan 10 orang
(31.3%) memiliki fase self reflection yang tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa 65.6% siswa kurang dapat membuat perencanaan
mengenai kegiatan belajar, 65.6% siswa kurang mampu mengatur tingkah laku
mereka dalam belajar karena tidak memiliki perencanaan sebelumnya dan 68.7%
siswa kurang mampu melakukan penilaian (evaluasi) terhadap usaha yang dilakukan.
4.1.3 Hasil Penelitian Self Regulation pada Setiap Fase
4.1.3.1 Fase Forethought
Berdasarkan hasil pengukuran subjek penelitian dengan menggunakan alat
ukur self regulation yang disusun peneliti, maka didapat jumlah skor pada tiap fase,
sehingga menghasilkan kategori fase pada masing-masing subjek penelitian yang
dapat digambarkan melalui tabel dan diagram. Berikut hasil perhitungan pada fase
forethought:
Tabel 4.4
Fase Forethought
No Kategori F %
1 Rendah 21 65.6
2 Tinggi 11 34.4
Total 32 100
BAB IV - Pembahasan
66
65.62%
34.38%
Forethought
Rendah
Tinggi
Gambar 4.4
Diagram Lingkaran Fase Forethought
Berdasarkan tabel dan diagram diatas dapat dilihat dari 32 siswa terdapat 21
orang (65.6%) memiliki forethought (perencanaan) yang rendah dan 11 orang
(34.4%) memiliki forethought (perencanaan) yang tinggi.
Tabel 4.5
Penyebaran Fase Forethought
Sub-fase Kategori F % Total
F %
Task Analysis Rendah 21 65.6 32 100
Tinggi 11 34.4
Self Motivation
Beliefs
Rendah 23 72 32 100
Tinggi 9 28
BAB IV - Pembahasan
67
65.60%72.00%
34.40%28.00%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Task Analysis Self Motivation Beliefs
Rendah
Tinggi
Gambar 4.5
Diagram Batang Penyebaran Fase Forethought
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, data yang diperoleh dari 32 siswa, pada
sub-fase task analysis terdapat 21 orang (65.6%) memiliki task analysis yang rendah
dan 11 orang (34.4%) memiliki task analysis yang tinggi, sedangkan pada sub-fase
self motivation beliefs terdapat 23 orang (72%) memiliki self motivation beliefs yang
rendah dan 9 orang (28%) memiliki self motivation beliefs yang tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa 65.6% siswa kurang dapat menganalisis tugas
dengan cara menetapkan tujuan yang ingin dicapai dan tidak menyusun strategi yang
efektif dalam belajar, sehingga mendapatkan nilai yang kurang optimal. Sebanyak
72% siswa kurang memiliki kepercayaan untuk dapat memotivasi diri sendiri seperti,
memiliki keyakinan akan kemampuan yang dimiliki, memiliki keyakinan akan hasil
yang diperoleh, memiliki minat untuk belajar, dan memiliki motivasi yang mengarah
pada usaha untuk bisa mencapai tujuan.
BAB IV - Pembahasan
68
4.1.3.2 Fase Performance/ Volitional Control
Berdasarkan hasil pengukuran subjek penelitian dengan menggunakan alat
ukur self regulation yang disusun peneliti, maka didapat jumlah skor pada tiap fase,
sehingga menghasilkan kategori fase pada masing-masing subjek penelitian yang
dapat digambarkan melalui tabel dan diagram. Berikut hasil perhitungan pada fase
performance/ volitional control:
Tabel 4.6
Fase Performance/ Volitional Control
No Kategori F %
1 Rendah 21 65.6
2 Tinggi 11 34.4
Total 32 100
65.60%
34.40%
Performance/Volitional
Control
Rendah
Tinggi
Gambar 4.6
Diagram Lingkaran Fase Performance/Volitional Control
BAB IV - Pembahasan
69
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, maka dapat terlihat bahwa dari 32
siswa terdapat 21 orang (65.6%) memiliki performance/volitional control yang
rendah dan 11 orang (34.4%) memiliki performance/volitional control yang tinggi.
Tabel 4.7
Penyebaran Fase Performance/Volitional Control
Sub-fase Kategori F % Total
F %
Self Control Rendah 21 65.6 32 100
Tinggi 11 34.4
Self Observation Rendah 22 68.7 32 100
Tinggi 10 31.3
65.60%68.70%
34.40%31.30%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Self Control Self Observation
Rendah
Tinggi
Gambar 4.7
Diagram Batang Penyebaran Fase Performance/Volitional Control
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, data yang diperoleh dari 32 siswa, pada
sub-fase self control terdapat 21 orang (65.6%) memiliki self control yang rendah dan
BAB IV - Pembahasan
70
11 orang (34.4%) memiliki self control yang tinggi, sedangkan pada sub-fase self
observaton terdapat 22 orang (68.7%) memiliki self observation yang rendah dan 10
orang (31.3%) memiliki self observation yang tinggi.
Hal ini menunjukkan bahwa 65.6% siswa kurang dapat mengendalikan diri
untuk melakukan kegiatan secara sistematis, tidak dapat membayangkan kesuksesan
untuk meningkatkan usaha yang dilakukan, kurang dapat memfokuskan perhatian
dalam kegiatan belajar, dan kurang dapat menggunakan strategi yang efektif dalam
mengerjakan tugas. Sebanyak 68.7% siswa kurang dapat melakukan observasi
terhadap tindakan yang dilakukan. Mereka kurang dapat mengamati tingkah laku
mereka dalam belajar dengan menangkap informasi dari lingkungan untuk dijadikan
dasar tindakan serta kurang dapat menilai pengalaman pribadi dan orang lain untuk
dijadikan dasar tindakan selanjutnya.
4.1.3.3 Fase Self Reflection
Berdasarkan hasil pengukuran subjek penelitian dengan menggunakan alat
ukur self regulation yang disusun peneliti, maka didapat jumlah skor pada tiap fase,
sehingga menghasilkan kategori fase pada masing-masing subjek penelitian yang
dapat digambarkan melalui tabel dan diagram. Berikut hasil perhitungan pada fase
self reflection:
BAB IV - Pembahasan
71
Tabel 4.8
Fase Self Reflection
No Kategori F %
1 Rendah 22 68.7
2 Tinggi 10 31.3
Total 32 100
68.70%
31.30%
Self Reflection
Rendah
Tinggi
Gambar 4.8
Diagram Lingkaran Fase Self Reflection
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, maka dapat terlihat bahwa dari 32
siswa terdapat 22 orang (68.7%) memiliki fase self reflection yang rendah dan 10
orang (31.3%) memiliki fase self reflection yang tinggi.
BAB IV - Pembahasan
72
Tabel 4.9
Penyebaran Fase Self Reflection
Sub-fase Kategori F % Total
F %
Self Judgment Rendah 21 65.6 32 100
Tinggi 11 34.4
Self Reaction Rendah 22 68.7 32 100
Tinggi 10 31.3
65.60%68.70%
34.40%31.30%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
Self Judgement Self reaction
Rendah
Tinggi
Gambar 4.9
Diagram Batang Penyebaran Fase Self Reflection
Berdasarkan tabel dan diagram diatas, data yang diperoleh dari 32 siswa, pada
sub-fase self judgment terdapat 21 orang (65.6%) memiliki self judgment yang rendah
dan 11 orang (34.4%) memiliki self judgment yang tinggi, sedangkan pada sub-fase
self reaction terdapat 22 orang (68.7%) memiliki self reaction yang rendah dan 10
orang (31.3%) memiliki self reaction yang tinggi.
BAB IV - Pembahasan
73
Hal ini menunjukkan bahwa 65.6% siswa kurang dapat melakukan penilaian
(evaluasi) terhadap usaha yang dilakukan. Siswa kurang mampu melihat penyebab
dari kegagalan yang dialami. Penilaian tersebut akan membuat siswa mengalami
kepuasan dan ketidakpuasan terhadap hasil yang diperoleh. Sebanyak 68.7% siswa
memiliki ketidakpuasan terhadap hasil yang diperoleh yang mengakibatkan
kurangnya dorongan untuk berusaha mengarahkan ke bentuk performance self
regulation yang baru dan lebih baik secara potensial dengan mengubah strategi
belajar menjadi lebih baik.
4.2 Pembahasan
Self regulation adalah suatu proses individu mengaktifkan pikiran, perasaan
dan tingkah laku, yang telah direncanakan dan secara sistematis telah disesuaikan
dengan kebutuhan siswa untuk mempengaruhi belajar dan motivasi (Schunk, 1994:
Zimmerman, 1989, 1990, 2000, Zimmerman & Kitsantas, 1996: dalam
Boekaerts, 2000: 631). Self regulation digambarkan sebagai sebuah siklus karena
feedback dari performance sebelumnya digunakan untuk penyesuaian diri terhadap
upaya yang sedang dilakukan. Self regulation meliputi proses penetapan tujuan untuk
belajar, mengikuti dan berkonsentrasi pada pelajaran, penggunaam strategi yang
efektif untuk mengorganisir, melakukan pengkodean, dan berlatih mengingat
informasi, menetapkan suatu lingkungan kerja yang produktif, menggunakan sumber
daya yang efektif, meminta bantuan ketika diperlukan, memiliki kepercayaan yang
positif tentang kemampuan yang dimiliki, dan mengantisipasi hasil yang dicapai, dan
BAB IV - Pembahasan
74
merasakan kebanggaan dan kepuasan atas usaha yang telah dilakukan (Boekaerts,
2000: 631).
Proses self regulatory yang disertai adanya beliefs dibagi menjadi 3 (tiga) fase
siklus, yaitu forethought, performance or volitional control, dan proses self reflection.
Forethought merupakan proses yang terjadi sebelum adanya usaha-usaha untuk
bertindak dan berpengaruh terhadap usaha-usaha tersebut dengan melakukan
persiapan pelaksanaan tindakan tersebut. Performance atau volitional control
melibatkan proses yang terjadi selama usaha itu berlangsung dan pengaruhnya
terhadap persiapan yang telah dibuat dan tindakan yang dilakukan. Self reflection
melibatkan proses yang terjadi setelah adanya usaha-usaha yang dilakukan pada fase
performance dan mempengaruhi reaksi individu terhadap pengalaman tersebut. Self
reflection ini mempengaruhi forethought terhadap usaha-usaha berikutnya sehingga
dengan demikian melengkapi siklus sebuah self regulatory. Ketidakefektifan dalam
kemampuan self regulation ini bisa disebabkan oleh kurang berkembangnya salah
satu fase dalam proses self regulation terutama pada fase forethought dan
performance control yang tidak efektif (Bandura, 1991; Zimmerman, 1998 dalam
Boekaerts, 2000).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68.7% (22 orang)
siswa kelas IQ di SMA Pasundan 1 Bandung memiliki self regulation yang rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa siswa memiliki kemampuan yang rendah dalam
menyusun strategi dan perencanaan belajar, memiliki kemampuan yang rendah untuk
BAB IV - Pembahasan
75
mengendalikan atau mengatur tingkah laku dalam belajar, rendah dalam memberikan
evaluasi terhadap usaha yang telah dilakukan dalam kegiatan belajar.
Menurut teori self regulation (D. H. Schunk & B. J. Zimmerman, 1998;
dalam Boekaerts, 2000), untuk mencapai hasil maksimal dibutuhkan pelaksanaan
dari ketiga siklus self regulation. Dibutuhkan perencanaan terlebih dahulu sebelum
melakukan tindakan yang terkontrol dan adanya evaluasi seperti umpan balik
terhadap tindakan yang telah dilakukan. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini
menunjukkan 65.6% siswa rendah dalam menjalankan fase forethought. Pada fase ini
siswa kurang mampu membuat perencanaan mengenai kegiatan belajar sebagai usaha
mencapai nilai optimal. Melihat fase ini, 65.6% siswa kurang mampu menetapkan
tujuan yang ingin dicapai dan kurang menyusun strategi yang efektif untuk dapat
mencapai tujuan seperti tidak memiliki target nilai yang dicapai, tidak memiliki target
untuk dapat memahami materi pada setiap pelajaran, tidak memiliki jadwal belajar
secara rutin di rumah, tidak mencoba membuat pertanyaan di rumah untuk materi
yang tidak dimengerti. Salah satu faktor yang menghambat self regulation yaitu yang
berhubungan dengan motivasi. Sebanyak 72% siswa yang kurang memiliki keyakinan
untuk motivasi diri, sehingga siswa kurang memiliki keyakinan atas hasil yang ingin
dicapai, kurang memiliki keyakinan atas kemampuan yang dimiliki, kurang memiliki
minat untuk belajar, dan kurang memiliki motivasi yang mengarah pada usaha untuk
dapat mencapai tujuan yang ingin dicapai seperti tidak yakin dapat mengikuti jadwal
belajar, merasa pesimis akan dapat mengatasi hambatan untuk dapat mengikuti
jadwal belajar, tidak mempelajari kembali di rumah materi pelajaran yang dianggap
BAB IV - Pembahasan
76
sulit, tidak memiliki keinginan untuk lebih memahami pelajaran sehingga tidak
dipelajari kembali dan tidak berdiskusi dengan teman yang lebih pintar untuk dapat
lebih memahami materi pelajaran.
Fase kedua setelah fase perencanaan adalah fase performance/volitional
control. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 65.6% siswa kurang memiliki
kemampuan dalam melaksanakan fase ini. Sebanyak 65.6% siswa kurang memiliki
kemampuan dalam mengendalikan tingkah laku mereka dalam belajar. Siswa tidak
belajar secara rutin di rumah karena tidak memiliki jadwal belajar, siswa jarang
bertanya kepada guru ketika tidak mengerti pelajaran, sering memainkan handphone
ketika guru sedang mengajar, melamun ketika pelajaran berlangsung, siswa dapat
membayangkan mendapat nilai yang tinggi tetapi tetap malas untuk belajar. Sebanyak
68.7% siswa kurang mampu melakukan penilaian terhadap usaha yang telah
dilakukan dalam belajar. Mereka sering mengabaikan tugas jika mengetahui bahwa
siswa yang lain tidak mengerjakan tugas tersebut, siswa kurang dapat belajar dari
pengalaman semester sebelumnya untuk dapat memperbaiki diri pada semester
berikutnya, menganggap nilai ujian yang rendah bukan suatu masalah besar karena
berpikir bahwa nilai ujian bukan satu-satunya penentukan nilai dalam raport.
Usaha-usaha yang muncul pada fase performance membutuhkan penilaian.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 68.7% siswa kurang memiliki
kemampuan dalam melakukan penilaian terhadap usaha yang telah dilakukannya.
Sebanyak 65.6% siswa kurang dapat memberikan penilaian terhadap diri mereka.
Siswa malas untuk melakukan evaluasi terhadap cara belajarnya apakah sudah efektif
BAB IV - Pembahasan
77
atau tidak, siswa malas untuk memeriksa kembali tugas yang telah dikerjakan. Siswa
kurang dapat mengetahui penyebab dari kegagalan yang dialami dalam pencapaian
nilai. Sebanyak 68.7% siswa kurang memiliki kemampuan dalam memberikan
tanggapan atau reaksi terhadap diri mereka dalam usaha belajarnya. hal ini
berpengaruh terhadap reaksi siswa dalam mengubah strategi belajarnya. Self
reflection akan mempengaruhi forethought (perencanaan) terhadap usaha-usaha
berikutnya.
Sesuai dengan karakteristik masa remaja sebagai usia bermasalah, kebanyakan
remaja tidak berpengalaman dalam menghadapi masalah, ketidakmampuan mereka
untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini. Dalam hal ini
siswa tidak mampu memperbaiki cara belajar karena tidak mengetahui bagaimana
cara memperbaikinya atau tidak mengetahui apa yang harus dilakukan.
Self regulation merupakan suatu interaksi dari faktor-faktor pribadi, tingkah
laku dan lingkungan (Bandura, 1986; dalam Boekaerts, 2003:13). Hal utama dalam
self regulation adalah The Interdependent Roles of Social, Environmental, dan Self
Influences. Individu yang mengabaikan sumber lingkungan fisik dan sosial atau yang
melihat lingkungan fisik dan sosial sebagai rintangan untuk perkembangan dirinya
akan kurang efektif dalam meregulasi diri mereka. Berdasarkan hasil wawancara,
siswa lebih memilih untuk melakukan hal-hal yang menurut mereka lebih
menyenangkan seperti menonton televisi, hangout dengan teman, bermain game, dan
membuka jejaring sosial seperti facebook, twitter, dsb. Hal tersebut menyebabkan
mereka menjadi malas untuk belajar dan jarang membaca buku pelajaran di rumah.
78
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
1. Sebanyak 22 siswa pada kelas XI di kelas IQ SMA Pasundan 1 Bandung
memiliki self regulation yang rendah.
2. Pada Fase forethought Sebanyak 21 siswa memiliki forethought yang rendah dan
11 siswa memiliki forethought yang tinggi. Pada fase performance atau volitional
control terdapat 21 siswa memiliki performance atau volitional control yang
rendah dan 11 siswa memiliki performance atau volitional control yang tinggi.
Pada fase self reflection, sebanyak 22 siswa memiliki self reflection yang rendah
dan 10 siswa memiliki self reflection yang tinggi.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan dari penelitian, terdapat beberapa saran yang dapat
Peneliti berikan berkaitan dengan hasil yang didapat, yaitu:
1. Bagi siswa diharapkan dapat membiasakan diri membuat jadwal kegiatan yang
akan dilakukan setiap harinya dan juga membuat strategi-strategi serta target
belajar yang harus dicapai.
BAB V – Simpulan dan Saran
79
2. Untuk penelitian selanjutnya hendaknya mencantumkan pola asuh yang
diterapkan orang tua dalam keluarga, sehingga dapat dilihat lingkungan individu
tersebut yang akan memberikan kontribusi terhadap self regulation.
80
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku
Ancok, Djamaludin. 1989. Teknik Penyusunan Skala Pengukuran. Yogyakarta :
Universitas gajah Mada.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar Saifuddin. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Boekaerts, Monique; Paul R. Pintrich; Moshe Zeidner. 2000. Handbook of Self
Regulation. USA: Academic Press.
Hurlock, Elizabeth B. Alih Bahasa oleh Dra. Istiwidayanti & Drs. Soedjarwo, M.Sc.
1992. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Erlangga : Jakarta
Noor Hasanuddin. 2009. Aplikasi dalam Penyusunan Instrumen Pengukuran
Perilaku. Bandung: Fakultas Psikologi UNISBA.
Prayogo, Andhany. 2010. Hubungan Antara Motivasi Berprestasi, Regulasi Diri
Dengan Penyesuaian Diri di Bidang Akademik Pada Pengurus OSIS Periode
2009-2010 di SMAN 3 Cimahi. Bandung: Universitas Islam Bandung.
Rahmatanti, Dwie. 2011. Studi Mengenai Self Regulation pada Mahasiswa
Underachiever di Fakultas Psikologi UNISBA. Bandung: Universitas Islam
Bandung.
Rienaldi, Rizky. 2007. Hubungan Antara Self Regulation Dengan Prestasi Akademik
pada Mahasiswa Fakultas Psikologi UNISBA yang Lulus Dalam ≤ 4,5 Tahun.
Bandung: Universitas Islam Bandung.
81
Sumber Internet Pentingnya pendidikan dalam membangun sumber daya manusia. Diunduh pada tanggal 10 April 2012 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Pendidikan_di_Indonesia Visi-misi SMA Pasundan 1 Bandung. Diunduh pada tanggal 5 April 2012 dari http://www.smapasundan1bdg.sch.id/visi-misi Tujuan SMA Pasundan 1 Bandung. Diunduh pada tanggal 5 April 2012 dari http://www.smapasundan1bdg.sch.id/tujuan Winkel. 1997. Hakikat Inteligensi. Diunduh pada tanggal 5 April 2012 dari http://ma1annuqayah.sch.id/berita-194-mengapa-kecerdasan-emosional-itu-penting.html
LAMPIRAN
Lampiran 1
No. Koefisien
Validitas Validitas
1. 0.854 Valid 2. 0.078 Tidak Valid 3. 0.790 Valid 4. 0.771 Valid 5. 0.017 Tidak Valid 6. 0.207 Tidak Valid 7. 0.527 Valid 8. 0.676 Valid 9. 0.708 Valid 10. 0.522 Valid 11. 0.265 Tidak Valid 12. 0.727 Valid 13. 0.439 Valid 14. 0.638 Valid 15. 0.315 Tidak Valid 16. 0.782 Valid 17. 0.692 Valid 18. 0.369 Valid 19. 0.436 Valid 20. 0.439 Valid 21. 0.678 Valid 22. 0.789 Valid 23. 0.814 Valid 24. 0.385 Valid 25. 0.212 Tidak Valid 26. 0.592 Valid 27. 0.346 Tidak Valid 28. 0.434 Valid 29. 0.168 Tidak Valid 30. 0.238 Tidak Valid 31. 0.350 Valid 32. -0.030 Tidak Valid 33. 0.612 Valid 34. 0.427 Valid 35. 0.843 Valid
36. 0.771 Valid 37. 0.112 Tidak Valid 38. 0.885 Valid 39. 0.855 Valid 40. 0.314 Tidak Valid 41. 0.300 Tidak Valid 42. 0.520 Valid 43. 0.062 Tidak Valid 44. 0.473 Valid 45. 0.672 Valid 46. 0.830 Valid 47. 0.713 Valid 48. 0.649 Valid 49. 0.417 Valid 50. 0.872 Valid 51. 0.415 Valid 52. 0.777 Valid 53. 0.703 Valid 54. 0.646 Valid 55. 0.667 Valid 56. 0.661 Valid 57. 0.287 Tidak Valid 58. 0.526 Valid 59. -0.544 Valid 60. 0.169 Tidak Valid 61. 0.783 Valid 62. 0.799 Valid 63. 0.655 Valid 64. 0.339 Tidak Valid 65. 0.065 Tidak Valid 66. -0.543 Valid 67. -0.187 Tidak Valid 68. 0.427 Valid 69. 0.653 Valid 70. 0.410 Valid 71. 0.116 Tidak Valid 72. -0.459 Valid 73. 0.574 Valid 74. 0.577 Valid 75. 0.661 Valid 76. 0.591 Valid
77. 0.041 Tidak Valid 78. 0.735 Valid 79. 0.072 Tidak Valid 80. 0.271 Tidak Valid 81. -0.105 Tidak Valid 82. 0.835 Valid 83. 0.668 Valid 84. 0.344 Tidak Valid 85. 0.545 Valid 86. 0.091 Tidak Valid 87. 0.660 Valid 88. 0.448 Valid 89. 0.649 Valid 90. -0.356 Valid 91. 0.448 Valid 92. 0.687 Valid 93. 0.284 Tidak Valid 94. -0.294 Tidak Valid 95. -0.238 Tidak Valid 96. 0.305 Tidak Valid
Lampiran 2
UJI RELIABILITAS ALAT UKUR SELF REGULATION
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Part 1 Value .970
N of Items 34a
Part 2 Value .520
N of Items 33b
Total N of Items 67
Correlation Between Forms .986
Spearman-Brown Coefficient
Equal Length .993
Unequal Length .993
Guttman Split-Half Coefficient .810
Lampiran 3
Skor kuesioner self regulation keseluruhan (96 item)
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 3 3 1 2 2 1 1 3 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 4 1 1 1 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 3 2 3 5 3 2 4 2 1 2 3 4 2 3 4 3 1 2 3 2 3 4 3 2 3 3 2 3 2 4 2 3 2 3 4 3 6 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 7 2 1 1 2 3 2 1 2 2 1 2 3 3 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 4 1 1 1 2 3 3 3 3 8 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3 2 3 9 3 2 3 3 1 2 3 4 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 3 2 4 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3
10 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 3 2 2 1 2 2 2 3 2 11 3 2 3 3 1 2 3 4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 12 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 13 2 1 2 2 3 3 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 2 1 1 1 2 3 3 2 3 14 1 2 1 1 1 2 2 2 1 2 3 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 3 2 3 15 4 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 16 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 17 2 1 2 2 3 3 1 2 2 1 1 3 3 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 4 1 1 1 2 3 3 2 3 18 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 3 2 3 19 3 2 3 3 1 2 3 4 3 2 4 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 20 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 2 3 4 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 21 4 2 3 4 2 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 22 3 2 3 3 1 2 3 3 4 3 4 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 23 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 2 3 3 24 2 1 2 2 2 3 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 3 3 2 3 25 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 1 1 3 2 2 1 2 2 2 3 2 26 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 3 2 2 1 3 2 2 3 2 2 1 2 1 3 2 2 2 3 2 3 2 3 27 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 28 2 1 2 2 3 3 1 2 2 1 2 3 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1 1 1 2 3 3 2 2 29 2 1 2 2 2 3 2 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 1 2 1 1 1 2 3 3 2 2 30 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 3 31 2 2 1 2 3 2 1 2 2 1 1 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 4 1 1 1 2 3 3 2 3 32 3 2 3 2 1 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3
No. 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 1 2 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 3 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 2 2 3 1 1 1 3 2 2 3 2 1 4 4 2 2 2 3 3 2 1 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 4 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 5 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 4 4 4 2 3 4 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 4 4 6 2 2 1 1 2 1 2 2 3 2 3 3 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 1 2 2 7 3 1 1 1 3 2 2 3 2 1 4 4 2 2 1 3 3 2 1 1 1 2 1 2 1 3 3 2 2 1 2 2 8 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 1 2 2 9 3 3 3 2 2 3 3 2 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 4 4
10 2 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 3 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 2 11 3 3 3 2 2 3 3 2 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 4 4 12 2 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 3 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 13 2 1 1 1 2 2 2 3 2 1 4 4 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 1 1 2 14 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 1 2 1 15 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 16 2 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 3 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 2 17 3 1 1 1 3 2 2 3 2 1 4 3 2 2 2 3 3 2 1 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 2 18 2 2 1 1 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 1 2 1 19 3 3 3 2 2 3 3 2 3 4 3 4 3 4 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 4 4 20 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 2 1 3 2 2 1 21 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 22 3 3 3 2 2 3 3 2 3 4 3 4 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 4 4 23 2 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 3 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 3 2 2 1 1 2 24 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 4 4 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 2 1 1 1 2 25 2 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 3 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 2 26 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 3 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 27 2 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 28 3 1 1 1 3 2 2 3 2 1 4 3 2 2 2 3 3 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 29 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 4 4 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 1 2 2 2 3 2 1 1 1 2 30 2 2 1 1 2 1 1 2 3 2 3 3 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 31 3 1 1 1 3 2 2 3 2 1 3 4 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 2 32 3 3 3 2 2 3 3 2 3 4 3 4 3 4 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 4 4
No. 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 Jumlah 1 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 183 2 3 3 4 1 2 2 3 4 1 1 3 2 2 3 3 2 1 2 1 3 3 2 1 3 3 2 1 1 2 1 2 2 198 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 243 4 1 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 3 1 1 2 2 3 2 2 3 3 2 3 189 5 3 2 2 3 3 3 2 2 4 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 4 2 3 2 2 2 4 3 2 2 2 2 264 6 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 2 185 7 3 3 4 1 2 2 3 4 1 1 3 2 2 3 3 2 1 2 1 2 3 2 1 3 3 2 1 1 2 1 2 3 200 8 1 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 185 9 3 2 3 3 4 3 2 2 4 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 271
10 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 185 11 3 2 2 3 4 3 2 2 4 3 4 3 2 3 3 2 2 2 3 3 4 2 3 2 3 2 4 3 2 2 2 2 267 12 3 3 3 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 1 2 3 3 2 186 13 3 3 4 1 2 2 3 4 1 2 3 2 2 3 3 2 1 2 1 2 3 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 186 14 1 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 184 15 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 4 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 246 16 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 2 3 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 2 187 17 3 3 3 1 2 2 3 4 1 1 3 2 2 3 3 2 1 2 1 3 3 2 1 3 3 2 1 1 2 1 2 2 195 18 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 1 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 1 3 2 2 183 19 3 2 2 3 4 3 2 2 4 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 2 3 2 4 3 3 2 2 2 267 20 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 236 21 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 238 22 3 2 2 3 4 3 2 2 4 3 4 3 2 3 3 2 2 3 2 3 4 2 3 2 3 2 4 2 2 2 2 2 265 23 3 3 3 2 2 2 3 3 1 2 3 3 2 2 3 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 1 183 24 3 3 4 1 2 2 3 4 1 2 3 2 2 3 3 2 1 2 1 2 3 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 186 25 3 3 3 2 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 180 26 1 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 3 2 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 188 27 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 3 2 238 28 3 3 3 1 2 2 3 4 1 1 3 2 1 2 3 2 1 2 1 3 3 2 1 3 3 2 1 1 1 1 2 1 189 29 3 3 4 1 2 2 2 4 1 2 3 2 2 3 3 2 1 2 1 2 3 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 185 30 3 3 3 2 2 2 3 3 1 2 3 3 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 187 31 2 3 4 1 2 2 3 3 1 1 3 2 2 3 3 2 1 2 1 1 3 2 1 3 1 2 1 1 2 1 2 2 190 32 3 2 2 3 4 3 3 2 4 3 4 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 2 2 2 2 266
Skor kuesioner self regulation item valid (66 item)
No. 1 3 4 7 8 9 10 12 13 14 16 17 18 19 20 21 22 23 24 26 28 31 33 34 35 36 38 39 42 44 45 46 47 48 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 1 3 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 1 2 2 2 4 1 2 3 3 1 1 1 2 2 1 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 4 1 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 5 3 4 2 3 4 2 3 3 1 2 2 3 4 3 2 3 3 2 3 4 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 4 4 2 3 6 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 3 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 1 1 1 2 2 3 2 1 1 2 7 2 1 2 1 2 2 1 3 3 2 3 2 2 3 1 2 2 2 4 1 2 3 3 1 1 1 2 2 1 4 2 2 1 3 8 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 9 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 4 3 2 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 2 3
10 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 3 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 3 2 2 1 2 11 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 2 3 12 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 3 2 2 1 1 1 1 2 3 2 1 1 2 13 2 2 2 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 4 2 2 2 3 14 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 15 4 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 16 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 3 3 2 2 1 1 1 1 2 3 2 1 1 2 17 2 2 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 2 3 1 2 2 2 4 1 2 2 3 1 1 1 2 2 1 3 2 2 2 3 18 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 3 2 1 1 2 19 3 3 3 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 2 3 20 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 4 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 21 4 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 22 3 3 3 3 3 4 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 3 3 23 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 3 2 2 1 1 2 1 3 3 2 2 1 1 1 1 2 3 2 1 1 2 24 2 2 2 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 4 2 2 2 3 25 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 1 1 1 3 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 3 2 2 1 2 26 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 1 3 2 3 2 1 2 1 1 2 1 1 3 2 1 1 2 27 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 28 2 2 2 1 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 3 1 1 1 2 2 1 3 2 2 2 3 29 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 2 3 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 4 2 2 2 3 30 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 2 3 3 2 2 1 2 2 1 2 3 2 2 1 1 1 1 2 3 2 1 1 2 31 2 1 2 1 2 2 1 3 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 4 1 2 2 3 1 1 1 2 2 1 4 2 2 2 3 32 3 3 2 3 4 3 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 4 4 3 4 2 2
No. 49 50 51 52 53 54 55 56 58 59 61 62 63 66 68 69 70 72 73 74 75 76 78 82 83 85 87 88 89 90 91 92 Jumlah 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 118 2 3 2 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 3 1 2 2 4 1 1 3 2 3 2 1 3 1 3 3 2 1 1 130 3 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 172 4 2 1 2 1 2 1 2 1 3 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2 2 3 2 2 122 5 4 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 3 3 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 2 4 3 193 6 2 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 118 7 3 2 1 1 1 2 1 2 3 3 2 1 2 3 1 2 2 4 1 1 3 2 3 2 1 3 1 3 3 2 1 1 132 8 2 1 2 1 2 2 2 1 3 2 2 1 2 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 1 1 3 1 2 2 3 2 2 121 9 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 2 3 3 196
10 2 1 2 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 121 11 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 4 3 2 4 3 4 3 3 2 3 4 3 2 3 2 4 3 196 12 2 1 2 1 1 2 1 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 3 1 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 3 2 1 118 13 3 2 1 1 2 2 1 2 2 3 1 1 1 3 1 2 2 4 1 2 3 2 3 2 1 3 1 1 2 2 1 1 122 14 2 1 2 1 2 1 2 1 3 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 119 15 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 2 2 3 175 16 2 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 3 2 2 2 3 2 2 3 3 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 118 17 3 2 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 3 1 2 2 4 1 1 3 2 3 2 1 3 1 3 3 2 1 1 129 18 2 1 2 1 2 1 2 1 3 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 119 19 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3 2 3 2 4 3 195 20 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 3 168 21 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 170 22 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 2 4 3 2 3 2 4 2 194 23 2 1 2 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 3 2 2 2 3 1 2 3 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 116 24 3 2 1 1 2 2 1 2 2 3 1 1 1 3 1 2 2 4 1 2 3 2 3 2 1 3 1 1 2 2 1 1 121 25 2 1 1 1 1 2 1 2 2 3 2 1 1 3 2 2 2 3 1 2 3 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 116 26 2 1 2 1 2 1 2 1 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2 2 3 2 2 122 27 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 171 28 3 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 3 1 2 2 4 1 1 3 2 2 2 1 3 1 3 3 2 1 1 125 29 3 2 1 1 2 2 1 2 2 3 1 1 1 3 1 2 2 4 1 2 3 2 3 2 1 3 1 1 2 2 1 1 122 30 2 1 2 1 1 2 1 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 3 1 2 3 3 2 1 1 2 3 2 2 2 2 1 118 31 3 2 1 1 2 2 1 2 2 3 2 1 1 3 1 2 2 3 1 1 3 2 3 2 1 3 1 3 1 2 1 1 126 32 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 4 3 2 4 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 194
Forethought
No. 1 7 10 36 56 72 3 62 46 35 50 91 17 83 33 55 26 18 61 73 87 51 28 78 22 90 54 82 34 74 88 Jumlah 1 1 2 2 1 2 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 51 2 2 1 1 1 2 4 1 1 2 1 2 1 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 3 52 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 80 4 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 55 5 3 3 3 2 3 2 4 2 4 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 93 6 1 2 2 1 2 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 50 7 2 1 1 1 2 4 1 1 2 1 2 1 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 3 52 8 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 53 9 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 91
10 1 2 2 1 2 3 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 53 11 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 2 91 12 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 3 2 1 3 2 2 2 1 3 2 1 2 2 2 52 13 2 1 1 1 2 4 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 1 50 14 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 54 15 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 82 16 1 2 2 1 2 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 52 17 2 1 1 1 2 4 2 1 2 1 2 1 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 3 53 18 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 54 19 3 3 2 2 3 2 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 90 20 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 3 4 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 79 21 4 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 79 22 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 90 23 1 2 1 1 2 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 50 24 2 1 1 1 2 4 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 1 50 25 1 2 2 1 2 3 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 50 26 1 2 2 1 1 3 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 56 27 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 79 28 2 1 1 1 2 4 2 1 2 1 2 1 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 3 52 29 2 2 1 1 2 4 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 3 2 2 2 1 2 1 52 30 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 1 3 2 1 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 50 31 2 1 1 1 2 3 1 1 2 1 2 1 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 3 50 32 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 92
Performance
No. 8 63 45 16 24 92 89 75 4 85 52 68 12 9 69 19 49 58 47 70 Jumlah 1 2 1 2 2 3 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 38 2 2 1 2 2 4 1 3 3 2 3 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2 44 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 2 3 2 2 52 4 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1 2 2 1 3 2 2 3 1 3 41 5 4 4 4 2 3 3 2 4 2 4 2 3 3 2 3 3 4 3 2 3 60 6 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 38 7 2 2 2 3 4 1 3 3 2 3 1 1 3 2 2 3 3 3 1 2 46 8 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1 2 2 2 3 2 2 3 1 3 42 9 4 4 3 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 62
10 2 1 2 2 3 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 38 11 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 63 12 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 35 13 2 1 2 2 2 1 2 3 2 3 1 1 3 1 2 3 3 2 2 2 40 14 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1 3 2 2 3 1 3 40 15 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 53 16 2 1 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 37 17 2 1 2 2 4 1 3 3 2 3 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2 44 18 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 3 1 2 40 19 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 63 20 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 52 21 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 52 22 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 2 3 3 4 4 3 2 3 3 3 62 23 2 1 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 37 24 2 1 2 2 2 1 2 3 2 3 1 1 3 1 2 1 3 2 2 2 38 25 1 1 2 2 3 1 2 3 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 1 2 37 26 1 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1 2 2 1 3 2 2 3 1 3 40 27 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 52 28 2 1 2 2 3 1 3 3 2 3 1 1 3 2 2 2 3 2 2 2 42 29 2 1 2 2 2 1 2 3 2 3 1 1 3 1 2 1 3 2 2 2 38 30 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 1 2 3 2 2 1 2 37 31 2 1 2 2 4 1 1 3 2 3 1 1 3 2 2 3 3 2 2 2 42 32 4 4 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 61
Self Reflection
No. 38 53 76 21 44 23 59 13 66 31 42 14 39 48 20 Jumlah 1 1 1 2 2 3 1 3 2 3 3 2 1 1 2 2 29 2 2 1 2 2 4 2 3 3 3 3 1 2 2 3 1 34 3 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 40 4 1 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 26 5 3 3 3 3 4 2 2 1 2 4 3 2 3 3 2 40 6 1 1 3 2 3 1 3 1 3 3 2 1 2 2 2 30 7 2 1 2 2 4 2 3 3 3 3 1 2 2 3 1 34 8 1 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 26 9 3 3 3 4 4 2 2 2 2 3 4 3 3 3 2 43
10 1 1 2 2 3 1 3 2 3 3 2 2 1 2 2 30 11 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 4 2 3 3 3 42 12 1 1 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 1 2 2 31 13 2 2 2 2 4 1 3 2 3 2 1 2 2 3 1 32 14 1 2 2 2 3 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 25 15 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 40 16 1 1 3 2 3 1 3 1 3 3 2 1 1 2 2 29 17 2 1 2 2 3 2 3 3 3 2 1 2 2 3 1 32 18 1 2 2 2 3 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 25 19 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 4 2 3 3 3 42 20 3 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 37 21 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 39 22 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 4 2 3 3 3 42 23 1 1 3 2 3 1 3 1 3 3 2 1 1 2 2 29 24 2 2 2 2 4 1 3 2 3 2 1 2 2 3 2 33 25 1 1 2 1 3 1 3 2 3 3 2 2 1 2 2 29 26 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 26 27 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 40 28 2 1 2 2 3 2 2 3 3 2 1 2 2 3 1 31 29 2 2 2 2 4 1 3 2 3 2 1 2 2 3 1 32 30 1 1 3 2 3 2 3 2 3 3 2 1 1 2 2 31 31 2 2 2 2 4 2 3 2 3 2 1 2 2 3 2 34 32 3 3 3 3 4 2 2 2 2 3 4 2 3 2 3 41
Task Analysis
No. 1 7 10 36 56 72 3 62 46 35 Jumlah 1 1 2 2 1 2 3 1 1 1 1 15 2 2 1 1 1 2 4 1 1 2 1 16 3 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 27 4 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 14 5 3 3 3 2 3 2 4 2 4 3 29 6 1 2 2 1 2 3 1 1 1 1 15 7 2 1 1 1 2 4 1 1 2 1 16 8 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 14 9 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 28 10 1 2 2 1 2 3 1 1 2 1 16 11 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 28 12 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 13 13 2 1 1 1 2 4 2 1 2 1 17 14 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 14 15 4 3 3 3 2 3 3 2 3 2 28 16 1 2 2 1 2 3 1 1 1 1 15 17 2 1 1 1 2 4 2 1 2 1 17 18 1 2 2 1 1 3 1 1 1 1 14 19 3 3 2 2 3 2 3 2 4 3 27 20 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 26 21 4 3 2 3 2 3 3 2 3 2 27 22 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 28 23 1 2 1 1 2 3 1 1 1 1 14 24 2 1 1 1 2 4 2 1 2 1 17 25 1 2 2 1 2 3 1 1 2 1 16 26 1 2 2 1 1 3 2 2 1 1 16 27 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 27 28 2 1 1 1 2 4 2 1 2 1 17 29 2 2 1 1 2 4 2 1 2 1 18 30 1 1 1 1 2 3 1 1 1 1 13 31 2 1 1 1 2 3 1 1 2 1 15 32 3 3 3 2 3 2 3 2 4 3 28
Self Motivation Beliefs
No. 50 91 17 83 33 55 26 18 61 73 87 51 28 78 22 90 54 82 34 74 88 Jumlah 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 36 2 2 1 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 3 36 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 53 4 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 41 5 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 64 6 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 35 7 2 1 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 3 36 8 1 2 2 1 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 39 9 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 63 10 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 37 11 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 2 3 2 3 3 2 63 12 1 2 2 2 2 1 1 3 2 1 3 2 2 2 1 3 2 1 2 2 2 39 13 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 1 33 14 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 40 15 3 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 4 2 3 3 54 16 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 37 17 2 1 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 3 36 18 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 40 19 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 63 20 2 3 4 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 53 21 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 52 22 3 4 3 2 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 62 23 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 1 2 2 2 36 24 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 1 33 25 1 2 2 1 2 1 2 3 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 34 26 1 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 3 1 1 2 2 2 40 27 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 52 28 2 1 2 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 3 35 29 2 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 3 3 2 2 2 1 2 1 34 30 1 2 2 1 2 1 1 3 2 1 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 37 31 2 1 1 1 3 1 1 2 2 1 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 3 35 32 3 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 2 3 3 3 3 2 64
Self Control
No. 8 63 45 16 24 92 89 75 4 85 52 68 12 9 Jumlah 1 2 1 2 2 3 1 2 3 1 2 1 2 2 2 26 2 2 1 2 2 4 1 3 3 2 3 1 1 3 2 30 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 2 2 3 3 36 4 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1 2 2 1 27 5 4 4 4 2 3 3 2 4 2 4 2 3 3 2 42 6 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 26 7 2 2 2 3 4 1 3 3 2 3 1 1 3 2 32 8 2 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1 2 2 2 28 9 4 4 3 3 3 3 2 4 3 4 2 3 3 3 44 10 2 1 2 2 3 1 2 3 1 2 1 2 2 2 26 11 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 45 12 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 1 1 24 13 2 1 2 2 2 1 2 3 2 3 1 1 3 1 26 14 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1 26 15 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 38 16 2 1 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 25 17 2 1 2 2 4 1 3 3 2 3 1 1 3 2 30 18 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 27 19 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3 45 20 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 37 21 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 38 22 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 2 3 3 4 44 23 2 1 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 2 25 24 2 1 2 2 2 1 2 3 2 3 1 1 3 1 26 25 1 1 2 2 3 1 2 3 1 2 1 2 2 2 25 26 1 2 2 2 3 2 2 2 1 3 1 2 2 1 26 27 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 37 28 2 1 2 2 3 1 3 3 2 3 1 1 3 2 29 29 2 1 2 2 2 1 2 3 2 3 1 1 3 1 26 30 2 2 2 2 2 1 2 3 1 2 1 2 2 1 25 31 2 1 2 2 4 1 1 3 2 3 1 1 3 2 28 32 4 4 3 3 3 3 3 4 2 3 2 3 3 3 43
Self Observation
No. 69 19 49 58 47 70 Jumlah 1 2 3 2 2 1 2 12 2 2 3 3 2 2 2 14 3 3 4 2 3 2 2 16 4 3 2 2 3 1 3 14 5 3 3 4 3 2 3 18 6 2 3 2 2 1 2 12 7 2 3 3 3 1 2 14 8 3 2 2 3 1 3 14 9 4 3 3 3 2 3 18 10 2 3 2 2 1 2 12 11 4 3 3 3 2 3 18 12 2 2 2 2 1 2 11 13 2 3 3 2 2 2 14 14 3 2 2 3 1 3 14 15 3 3 2 3 2 2 15 16 2 3 2 2 1 2 12 17 2 3 3 2 2 2 14 18 3 2 2 3 1 2 13 19 4 3 3 3 2 3 18 20 3 3 2 3 2 2 15 21 3 3 2 2 2 2 14 22 4 3 2 3 3 3 18 23 2 3 2 2 1 2 12 24 2 1 3 2 2 2 12 25 2 3 2 2 1 2 12 26 3 2 2 3 1 3 14 27 3 3 2 3 2 2 15 28 2 2 3 2 2 2 13 29 2 1 3 2 2 2 12 30 2 3 2 2 1 2 12 31 2 3 3 2 2 2 14 32 4 3 3 3 2 3 18
Self Judgement
No. 38 53 76 21 44 23 59 13 Jumlah 1 1 1 2 2 3 1 3 2 15 2 2 1 2 2 4 2 3 3 19 3 3 3 3 2 3 2 2 3 21 4 1 2 2 2 3 1 2 2 15 5 3 3 3 3 4 2 2 1 21 6 1 1 3 2 3 1 3 1 15 7 2 1 2 2 4 2 3 3 19 8 1 2 2 2 3 1 2 2 15 9 3 3 3 4 4 2 2 2 23 10 1 1 2 2 3 1 3 2 15 11 3 3 3 3 4 2 2 2 22 12 1 1 2 2 3 2 3 2 16 13 2 2 2 2 4 1 3 2 18 14 1 2 2 2 3 1 2 1 14 15 3 3 3 2 3 2 2 3 21 16 1 1 3 2 3 1 3 1 15 17 2 1 2 2 3 2 3 3 18 18 1 2 2 2 3 1 2 1 14 19 3 3 3 3 4 2 2 2 22 20 3 3 3 2 3 2 2 3 21 21 3 3 3 2 3 2 2 3 21 22 3 3 3 3 4 2 2 2 22 23 1 1 3 2 3 1 3 1 15 24 2 2 2 2 4 1 3 2 18 25 1 1 2 1 3 1 3 2 14 26 2 2 2 1 3 1 2 2 15 27 3 3 3 2 3 2 2 3 21 28 2 1 2 2 3 2 2 3 17 29 2 2 2 2 4 1 3 2 18 30 1 1 3 2 3 2 3 2 17 31 2 2 2 2 4 2 3 2 19 32 3 3 3 3 4 2 2 2 22
Self Reaction
No. 31 42 14 39 48 20 Jumlah 1 3 2 1 1 2 2 14 2 3 1 2 2 3 1 15 3 3 2 3 3 3 3 19 4 2 1 1 1 2 2 11 5 4 3 2 3 3 2 19 6 3 2 1 2 2 2 15 7 3 1 2 2 3 1 15 8 2 1 1 1 2 2 11 9 3 4 3 3 3 2 20 10 3 2 2 1 2 2 15 11 3 4 2 3 3 3 20 12 3 2 2 1 2 2 15 13 2 1 2 2 3 1 14 14 2 1 1 1 2 2 11 15 3 2 3 3 3 3 19 16 3 2 1 1 2 2 14 17 2 1 2 2 3 1 14 18 2 1 1 1 2 2 11 19 3 4 2 3 3 3 20 20 2 2 2 3 3 2 16 21 3 2 3 3 3 2 18 22 3 4 2 3 3 3 20 23 3 2 1 1 2 2 14 24 2 1 2 2 3 2 15 25 3 2 2 1 2 2 15 26 2 1 1 1 2 2 11 27 3 2 3 3 3 3 19 28 2 1 2 2 3 1 14 29 2 1 2 2 3 1 14 30 3 2 1 1 2 2 14 31 2 1 2 2 3 2 15 32 3 4 2 3 2 3 19
Lampiran 4
Tabel Distriusi Frekuensi
1. Fase Forethought
No Interval F % Ket 1 31-77 21 65.6 Rendah 2 78-124 11 34.4 Tinggi 32 100
a. Sub-fase Task Analysis
No Interval F % Ket 1 10-24 21 65.6 Rendah 2 25-40 11 34.4 Tinggi 32 100
b. Sub-fase Self Motivation Beliefs
No Interval F % Ket 1 21-52 23 72 Rendah 2 53-84 9 28 Tinggi 32 100
2. Fase Performance
No Interval F % Ket 1 20-49 21 65.6 Rendah 2 50-80 11 34.4 Tinggi 32 100
a. Sub-fase Self Control
No Interval F % Ket 1 14-34 21 65.6 Rendah 2 35-56 11 34.4 Tinggi 32 100
b. Sub-fase Self Observation
No Interval F % Ket 1 6-14 22 68.7 Rendah 2 15-24 10 31.3 Tinggi 32 100
3. Fase Self reflection
No Interval F % Ket 1 15-37 22 68.7 Rendah 2 38-60 10 31.3 Tinggi 32 100
a. Sub-fase Self Judgement
No Interval F % Ket 1 8-19 21 65.6 Rendah 2 20-32 11 34.4 Tinggi 32 100
b. Sub-fase Self Reaction
No Interval F % Ket 1 7-17 22 68.7 Rendah 2 18-28 10 31.3 Tinggi 32 100
IDENTITAS
Nama (inisial) :…………………………………………………………………(L/P)
Tempat & tanggal lahir :………………………………………………………………………
Anak ke :……………………….dari ……………..………………bersaudara
Suku Bangsa :Sunda / Jawa / Minang / Batak / lainya…………………………..…
Kegemaran (Hobby) :……………………………..………………………………………..
Cita-cita :………………………………………………………………………
Usia Ayah :…………………………………………………..………………….
Suku bangsa : Sunda / Jawa / Minang / Batak / lainya……………………………
Pendidikan terakhir : SD SMP SMA D1 D2 D3 S1 S2 S3
Pekerjaan Ayah :…………………………………………….……………………….
Usia Ibu :…………………………………………………..………………….
Suku bangsa : Sunda / Jawa / Minang / Batak / lainya……………………………
Pendidikan terakhir : SD SMP SMA D1 D2 D3 S1 S2 S3
Pekerjaan Ibu :…………………………………………….……………………….
ALAT UKUR SELF REGULATION
PETUNJUK PENGISIAN :
Pada lembar berikut terdapat pernyataan-pernyataan yang terhubung dengan keadaan diri saudara
dalam kegiatan belajar. Pada masing-masing pernyataan terdapat 4 (empat) alternatif jawaban, yaitu
terdiri atas:
SL (Selalu) Jika Saudara Selalu Melakukan tindakan seperti yang disebutkan dalam
pernyataan tersebut.
SR (Sering) Jika Saudara Sering Melakukan tindakan seperti yang disebutkan dalam
pernyataan tersebut.
JR (Jarang) Jika Saudara Jarang Melakukan tindakan seperti yang disebutkan dalam
pernyataan tersebut.
TP (Tidak Pernah) Jika Saudara Tidak Pernah Melakukan tindakan seperti yang disebutkan dalam
pernyataan tersebut.
Isilah setiap pernyataan yang sesuai dengan apa yang Saudara alami selama Saudara menjadi
siswa/siswi. Caranya dengan memberikan tanda silang (X) pada kolom yang terdapat disamping
pernyataan.
Jawaban Saudara tidak ada yang salah, Oleh karena itu isilah pernyataan-pernyataan tersebut
dengan sebenar-benarnya sesuai dengan keadaan Saudara. Bekerjalah dengan teliti, jangan sampai ada
nomor yang terlewatkan.
Atas bantuan Saudara, saya ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya.
Peneliti
Delis Irmawati
SELAMAT BEKERJA
No PERNYATAAN Pilihan Jawaban SL SR JR TP
1 Saya memiliki target nilai yang ingin saya capai di setiap pelajaran pada
awal semester.
2 Saya hanya akan belajar jika ada ujian besoknya.
3 Saya memiliki jadwal belajar rutin.
4 Saya bertanya kepada guru ketika saya tidak mengerti materi pelajaran.
5 Saya melihat hasil kerja teman jika lupa mengerjakan tugas.
6 Memperoleh nilai di bawah KKM bukan suatu masalah bagi saya karena
masih ada kesempatan untuk remedial.
7 Saya memiliki target untuk masuk rangking 10 besar.
8 Saya mengerjakan tugas terlebih dahulu sebelum mengerjakan hal lain.
9 Saya mengerjakan tugas disekolah sesaat sebelum dikumpulkan.
10 Saya memiliki target untuk dapat memahami materi di setiap pelajaran.
11 Saya menyiapkan keperluan (buku, alat tulis, dll) yang harus dibawa ke
sekolah sebelumnya.
12 Saya mencatat materi yang telah diajarkan untuk memudahkan dalam
mengerjakan tugas.
13 Nilai saya rendah karena saya tidak menyukai mata pelajaran tersebut.
14 Saya membuat jadwal belajar baru setelah mengevaluasi kekurangan
yang ada pada jadwal belajar saya sebelumnya.
15 Prestasi yang telah saya raih memacu saya untuk dapat meraih prestasi
lebih baik lagi.
16 Saya berhenti mengerjakan tugas disaat saya menemukan kesulitan
dalam mengerjakannya.
17 Saya yakin akan dapat menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
18 Saya merasa nilai tinggi yang telah saya dapatkan sebelumnya hanya
kebetulan.
19 Saya belajar lebih giat ketika mendapat informasi bahwa guru yang
mengajar sering mengadakan ulangan mendadak.
20 Saya bingung merubah cara belajar saya agar lebih baik dari sebelumnya.
No PERNYATAAN SL SR JR TP
21 Saya mengabaikan strategi belajar yang telah saya buat.
22 Saya hanya akan belajar jika ada orang yang menyuruh saya.
23 Nilai saya rendah karena cara mengajar guru yang saya rasa sulit
dimengerti.
24 Saya lebih giat belajar ketika saya membayangkan mendapatkan hadiah
saat mendapatkan rangking.
25 Saya mengobrol dengan teman ketika saya mengantuk dikelas ketika
pelajaran berlangsung.
26 Saya yakin akan dapat meraih rangking 10 besar dikelas.
27 Saya ragu akan dapat memahami materi pelajaran walaupun sudah
mengulangnya di rumah.
28 Saya merasa jadwal belajar yang saya buat akan menghambat saya dalam
melakukan kegiatan lain yang saya minati.
29 Saya lebih giat belajar jika membayangkan nama saya disebut sebagai
salah satu dari rangking sepuluh besar dikelas.
30 Saya mengerjakan tugas sambil melakukan kegiatan lain.
31 Saya bangga dengan nilai tinggi yang saya dapatkan.
32 Saya tetap menggunakan cara belajar saya walaupun menurut saya belum
efektif.
33 Saya ragu dapat membagi waktu untuk memprioritaskan jadwal belajar
saya dibanding hal lain.
34 Saya akan menurunkan target nilai saya pada pelajaran yang tidak saya
sukai.
35 Saya akan belajar sesuai dengan “mood”.
36 Saya akan menerima berapapun nilai yang saya dapatkan.
37 Saya lebih memilih bermain dengan teman daripada mengerjakan tugas.
38 Saya memeriksa kembali apakah cara belajar saya sudah tepat untuk
dapat mencapai nilai sesuai target yang telah saya tetapkan.
39 Saya memperbaiki cara belajar saya agar lebih baik dari sebelumnya
walaupun nilai yang saya dapatkan telah memenuhi KKM.
No PERNYATAAN SL SR JR TP
40 Saya mengubah cara belajar seperti teman-teman yang berprestasi.
41 Saya pesimis akan memperoleh nilai yang sesuai target pada pelajaran
yang sulit.
42 Saya memperbaiki cara belajar saya karena nilai yang saya dapat belum
sesuai dengan target yang ingin saya capai.
43 Saya membayangkan mendapatkan pujian dari guru jika mendapatkan
nilai tertinggi tetapi saya tetap malas untuk belajar.
44 Saya mengerjakan tugas seadanya sehingga hasilnya tidak optimal.
45 Saya mencoba mengerjakan tugas sendiri terlebih dahulu sebelum
bertanya pada orang lain.
46 Saya hanya memiliki jadwal belajar untuk pelajaran yang saya sukai.
47 Memperoleh nilai ujian yang rendah bukan suatu masalah bagi saya
karena nilai ujian bukan satu-satunya penentu nilai dalam raport.
48 Saya tetap menggunakan cara belajar saya walaupun nilai yang saya
dapatkan dibawah KKM.
49 Saya mengabaikan tugas karena mendapatkan informasi bahwa teman
yang lain tidak mengerjakan tugas.
50 Saya yakin dapat mengikuti jadwal belajar yang telah saya buat.
51 Saya akan mencoba mengisi LKS pada bab yang belum dipelajari di
sekolah
52 Saya memainkan handphone ketika guru sedang mengajar.
53 Saya memeriksa kembali apakah jadwal belajar yang telah saya buat
sudah efektif.
54 Saya akan pergi ke perpustakaan jika tidak memiliki buku panduan yang
dibutuhkan.
55 Saya yakin akan dapat nilai sesuai target yang telah saya tentukan diawal
semester.
56 Saya pasrah jika nanti nilai yang saya dapat tidak sesuai dengan target
yang telah saya tetapkan.
57 Saya lebih tertarik membaca buku yang tidak berkaitan dengan pelajaran
(novel, komik, majalah, dll) dibandingkan membaca buku pelajaran.
No. PERNYATAAN SL SR JR TP
58 Saya menjadikan pengalaman di semester lalu untuk menentukan
tindakan pada semester berikutnya.
59 Nilai saya rendah karena materi pelajaran yang sulit.
60 Saya puas dengan nilai yang telah saya peroleh walaupun hasil remedial.
61 Saya merasa percuma membuat target nilai karena tidak pernah tercapai.
62 Setelah belajar, saya mencoba membuat pertanyaan yang akan diajukan
kepada guru keesokan harinya.
63 Saya belajar sesuai dengan jadwal belajar yang telah saya buat.
64 Saya bertanya pada guru ketika kesulitan dalam mengerjakan tugas.
65 Saya menjadi lebih rajin mengerjakan tugas setelah melihat teman yang
dihukum karena tidak mengerjakan tugas.
66 Saya merasa puas dengan pemahaman materi pada pelajaran dengan
nilai tinggi.
67 Saya lebih giat belajar jika membayangkan mendapatkan nilai yang sesuai
target.
68 Saya melamun ketika pelajaran sedang berlangsung.
69 Saya belajar lebih giat ketika teman mendapatkan nilai yang tinggi.
70 Melihat teman yang mendapat nilai tinggi karena akrab dengan guru,
membuat saya juga berusaha mendekati guru tersebut.
71 Usaha yang saya lakukan untuk mendapatkan nilai sesuai target saya rasa
sia-sia.
72 Masuk rangking 10 besar bukan hal yang penting bagi saya.
73 Saya akan mempelajari kembali dirumah, materi yang saya anggap sulit.
74 Melihat teman yang masih mendapatkan nilai dibawah saya, membuat
saya merasa tidak perlu belajar lebih giat lagi.
75 Saya memperhatikan materi yang disampaikan guru.
76 Saya memeriksa kembali tugas yang telah dikerjakan.
77 Saya melihat hasil kerja teman karena saya merasa nilai yang telah saya
peroleh kurang memuaskan.
No PERNYATAAN SL SR JR TP
78 Saya akan mengabaikan jadwal belajar saya jika ada acara televisi yang
lebih menarik.
79 Saya berdiskusi dengan teman dalam mengerjakan tugas.
80 Saya pergi ke kantin ketika tahu teman saya berada di kantin walaupun
pada jam pelajaran.
81 Saya memilih melakukan hal yang lebih menarik dari pada mengevaluasi
strategi belajar yang telah saya lakukan.
82 Saya akan mengajak teman yang lebih pintar untuk berdiskusi untuk
dapat lebih mengerti materi pelajaran.
83 Saya merasa pesimis akan dapat mengatasi hambatan yang dialami untuk
dapat mengikuti jadwal belajar yang telah saya buat.
84 Saya yakin akan dapat menguasai materi yang saya anggap sulit.
85 Saya menjawab pertanyaan ketika guru mengajukan pertanyaan.
86 Saya keluar kelas ketika mendengar informasi bahwa guru tidak akan
mengajar
87 Saya ingin lebih memahami materi pelajaran, maka saya akan
mempelajari kembali di rumah.
88 Saya akan malas belajar ketika melihat teman yang lain belajar “ogah-
ogahan”.
89 Saya sulit melakukan rencana yang telah saya buat meskipun saya sudah
membayangkan bisa mendapatkan nilai sesuai target.
90 Ketika nilai ulangan saya jelek, saya akan berusaha menambah waktu
belajar saya.
91 Saya yakin akan dapat menyelesaikan tugas tepat waktu.
92 Saya membayangkan mendapatkan nilai yang tinggi tetapi saya tetap
malas untuk belajar.
93 Saya bingung bagaimana mengubah cara belajar agar dapat mencapai nilai sesuai target.
94 Saya merasa puas dengan nilai yang saya peroleh karena telah sesuai
dengan target.
95 Nilai ulangan saya rendah karena tidak sungguh-sungguh dalam
mengerjakannya.
96 Nilai saya rendah karena kurang optimal dalam belajar.
Terima Kasih Untuk Menjawab Dengan Jujur