27
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan moral merupakan persoalan yang aktual dan penting untuk dibicarakan, karena semakin berkembangnya zaman, individu manusia semakin melupakan pentingnya moral dalam kehidupan sehari-hari, sementara budaya barat yang mudah diterima dikalangan individu. Perilaku moral pada umumnya merupakan unsur fundamental dalam bertingkah laku sosial yang selalu berkaitan dengan proses belajar. Perkembangan merupakan suatu proses pembentukan pribadi dalam keluarga, masyarakat, bangsa dan budaya. Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Istilah moral itu 1

Perkembangan Moral Kohlberg

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Perkembangan Moral Kohlberg

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan moral merupakan persoalan yang aktual dan penting untuk

dibicarakan, karena semakin berkembangnya zaman, individu manusia semakin

melupakan pentingnya moral dalam kehidupan sehari-hari, sementara budaya barat

yang mudah diterima dikalangan individu. Perilaku moral pada umumnya merupakan

unsur fundamental dalam bertingkah laku sosial yang selalu berkaitan dengan proses

belajar.

Perkembangan merupakan suatu proses pembentukan pribadi dalam keluarga,

masyarakat, bangsa dan budaya. Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan

yang progresif dan kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir

sampai mati. Istilah moral itu sendiri berasal dari kata Latin “mos” (Moris), yang

berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau tata cara kehidupan.

Moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai

atau prinsip-prinsip moral. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku

orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijungjung tinggi oleh kelompok

sosialnya.

1

Page 2: Perkembangan Moral Kohlberg

Uraian diatas tentang perkembangan moral dalam kehidupan sosial individu,

memotivasi penulis untuk mengkaji lebih dalam tentang perkembangan moral

tersebut dalam makalah ini yang berjudul “Perkembangan Moral Kohlberg”

1.2 Ruang Lingkup Pembahasan

Pembahasan perkembangan moral dalam makalah disusun sebagai berikut:

1. Apa definisi perkembangan?

2. Apa definisi moral?

3. Apa definisi perkembangan moral?

4. Bagaimana tahapan - tahapan perkembangan moral?

5. Apa faktor yang mempengaruhi perkembangan moral?

6. Bagaimana proses perkembangan moral?

1.3 Maksud dan Tujuan Penulisan

Segala sesuatu yang hendak kita lakukan pasti memiliki maksud dan

tujuan hendak dicapai, begitu pula dengan penulisan makalah ini

bertujuan untuk mengetahui :

1. Pengertian perkembangan, moral dan perkembangan moral.

2. Tahapan-tahapan perkembangan moral.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral.

4. Proses perkembangan moral.

2

Page 3: Perkembangan Moral Kohlberg

BAB II

PERKEMBANGAN MORAL KOHLBERG

2.1 Pengertian Perkembangan

Berikut pandangan-pandangan para ahli tentang pengertian

perkembangan:

2.1.1 Perkembangan menurut Santrok Yussen

Perkembangan menurut Santrok Yusen, merupakan pola

perkembangan individu yang berawal pada konsepsi dan terus berlanjut

sepanjang hayat dan bersifat involusi (penurunan menuju kematian). Dengan

demikian perkembangan berlangsung dari proses terbentuknya individu dari

proses bertemunya sperma dengan sel telur dan berlangsung sampai ahir hayat

yang bersifaf timbulnya adanya perubahan dalam diri individu.

2.1.2 Perkembangan menurut E.B. Harlock

Perkembangan menurut E.B. Harlock, merupakan serangkaian

perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan

pengalaman dan terdiri atas serangkaian perubahan yang bersifat kualitatif dan

kuantitatif . Dimaksudkan bahwa perkembangan merupakan proses perubahan

individu yang terjadi dari kematangan (kemampuan seseorang sesuai usia

3

Page 4: Perkembangan Moral Kohlberg

normal) dan pengalaman yang merupakan interaksi antara individu dengan

lingkungan sekitar yang menyebabkan perubahan kualitatif dan kuantitatif

( dapat diukur) yang menyebabkan perubahan pada diri individu tersebut.

2.1.3 Perkembangan menurut Kasiram

Perkembangan menurut Kasiram, mengandung makna adanya

pemunculan sifat-sifat yang baru, yang berbeda dari sebelumnya .

Mengandung arti bahwa perkembangan merupakan peubahan sifat indiviu

menuju kesempurnaan yang merupakan penyempurnaan dari sifat-sifat

sebelumnya.

2.1.4 Perkembangan menurut Libert, Paulus dan Strauss (Singgih, 1990 :

31)

Perkembangan menurut Libert, Paulus dan Strauss, ialah proses

perubahan dalam pertumbuhan pada suatu waktu sebagai fungsi

kematangan dan interaksi dalam lingkungan.

2.1.5 Perkembangan menurut Akhmad Sudrajat

Perkembangan menurut Akhmad Sudrajat, dapat diartikan sebagai

perubahan yang sistematis, progresif dan berkesinambungan dalam diri

individu sejak lahir hingga akhir hayatnya atau dapat diartikan pula sebagai

4

Page 5: Perkembangan Moral Kohlberg

perubahan – perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan

atau kematangannya.

2.2 Pengertian Moral

Berikut pandangan-pandangan para ahli tentang pengertian moral :

2.2.1 Moral menurut Kaelan

Moral yaitu suatu ajaran-ajaran atau wejangan, patokan-patokan atau

kumpulan peraturan baik lesan maupun tertulis tentang bagaimana manusia

harus hidup dan bertindak agar menjadi manusia yang baik.

2.2.2 Moral menurut Budi Istanto

Pada hakekatnya moral menurut Budi Istanto, adalah ukuran-ukuran

yang telah diterima oleh suatu komunitas.

2.2.3 Moral menurut Hendrowibowo

Moral selalu mengacu pada baik buruk manusia, sehingga moral

adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari kebaikan manusia. Norma

moral dipakai sebagai tolak ukur segi kebaikan manusia.

5

Page 6: Perkembangan Moral Kohlberg

2.3 Pengertian Perkembangan Moral

Ukuran tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan

penalaran moralnya. Perkembangan moral yang berhasil dapat dilihat dari perilaku

moral, sedangkan yang gagal dilihat dari perilaku amoral (perilaku tidak bermoral).

Kohlberg mendasarkan teori perkembangan moral pada prinsip-prinsip dasar hasil

temuan Piaget. Perkembangan moral menurut Kohlberg lebih dapat didefinisikan

dalam bentuk reorganisasi kualitatif dari pola pikir seseorang dibanding dengan

mempelajari isi pemikiran yang baru.

Teori Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan terutama

pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Perkembangan moral lebih

dapat didefinisikan dalam bentuk reorganisasi kualitatif dari pola pikir seseorang

dibanding dengan mempelajari isi pemikiran yang baru. Kohlberg mengatakan bahwa

perkembangan moral anak-anak dan remaja mengiringi kematangan kognisi. Anak

muda mencapai kemajuan dalam penilaian moral ketika mereka menekankan

egosentrisme dan menjadi cakap dalam pemikiran abstrak. Walaupun dengan

demikian, pada masa dewasa, penilaian moral seringkali menjadi lebih kompleks.

2.4 Tahapan Perkembangan Moral

Ukuran tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan

penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan

tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori

yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan

reaksi anak-anak terhadap dilema moral.

6

Page 7: Perkembangan Moral Kohlberg

Kohlberg melakukan wawancara yang unik dengan anak-anak selama 20

tahun. Dalam wawancara, Kohlberg memberikan serangkaian cerita, dimana dalam

serangkaian cerita tersebut tokoh-tokohnya menghadapi dilema moral. Berikut salah

satu contoh cerita dilema moral yang kohlberg ceritakan kepada anak - anak“Di

Eropa seorang perempuan hampir meninggal akibat sejenis kanker khusus. Ada

suatu obat yang menurut dokter dapat menyelamatkannya. Obat tersebut adalah

sejenis radium yang baru-baru ini ditemukan oleh seorang apoteker di kota yang

sama. Biaya membuat obat ini sangat mahal, tetapi sang apoteker menetapkan

harganya sepuluh kali lipat lebih mahal dari pembuatan obat tersebut. Untuk

pembuatan satu dosis kecil obat ia membayar 200 dolar dan menjualnya 2000 dolar.

Suami pasien perempuan, Heinz, pergi ke setiap orang yang ia kenal untuk

meminjam uang, tetapi ia hanya bisa mengumpulkan 1000 dolar atau hanya setengah

dari harga obat tersebut. Ia memberitahu apoteker bahwa istrinya sedang sakit dan

memohon agar apoteker bersedia menjual obatnya lebih murah atau

memperbolehkannya membayar setengahnya kemudian. Tetapi sang apoteker

berkata, “Tidak, aku menemukan obat, dan aku harus mendapatkan uang dari obat

itu.” Heinz menjadi nekat dan membongkar toko obat itu untuk mencuri obat bagi

istrinya”.

Masalah Heinz merupakan contoh paling masyur dari pendekatan Kohlberg

terhadap perkembangan moral. Dimulai pada tahun 1950-an, Kohlberg dan para

koleganya menyampaikan dilemma hipotesis seperti yang disebutkan diatas kepada

7

Page 8: Perkembangan Moral Kohlberg

75 anak laki-laki berusia 10, 13 dan 16. Dengan menanyai korespondennya

bagaimana cara sampai kepada jawaban mereka, Kohlberg menyimpulkan bahwa

cara orang memandang masalah moral mereflesikan perkembangan kognitif.

Berdasarkan proses pemikiran yang ditunjukkan dengan respons terhadap dilemanya,

Kohlberg (1969) mendeskripsikan tiga tingkatan penalaran moral, dan setiap

tingkatan terbagi ke dalam dua tahap. Tingkatan tersebut yaitu : pra-konvensional,

konvensional, dan pasca-konvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan

perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang

lebih kuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.

2.4.1 Tingkat Prakonvensional Moralitas

Penalaran Konvensional atau Prakonvensional adalah tingkat yang

paling rendah dalam teori perkembangan moral Kohlberg. Tingkat pra-

konvensional menurut Kohlberg, dari penalaran moral umumnya ada pada

anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam

tahap ini. Pada tingkat ini, individu-individu bertindak dibawah kontrol

eksternal. Metreka mematuhi perintah untuk menghindari hukuman atau

mendapatkan hadiah, atau bertindak diluar kepentingan diri. Tingkat

Prakonvensional Moralitas ini biasanya terdapat pada usia anak 4 sampai 10.

Tingkatan ini dapat dibagi menjadi 2 tahap:

1. Tahap Orientasi Kepatuhan dan Hukuman

Pemahaman anak menilai baik-buruk, atau benar-salah dari sudut

dampak (hukuman atau ganjaran) yang diterimanya dari yang

8

Page 9: Perkembangan Moral Kohlberg

mempunyai otoritas (yang membuat atutarn), baik orang tua atau

orang dewasa. Anak mematuhi aturan orang tua agar terhindar dari

hukuman.

2. Tahap Orientasi Hedonistik Instrumental

Perbuatan yang benar adalah perbuatan yang merupakan cara

atau alat untuk memuaskan kebutuhannya sendiri dan kadang-kadang

juga kebutuhan orang lain. Hubungan antar manusia dipandang seperti

hubungan di pasar (jual-beli). Terdapat elemen kewajaran tindakan

yang bersifat resiprositas (timbal-balik) dan pembagian sama rata,

tetapi ditafsirkan secara fisik dan pragmatis. Resiprositas ini

merupakan tercermin dalam bentuk: “jika engkau menggaruk

punggungku, nanti juga aku akan menggaruk punggungmu”. Jadi

perbuatan baik tidaklah didasarkan karena loyalitas, terima kasih atau

pun keadilan.

2.4.2 Tingkat Konvensional

Pada tingkat ini, anak hanya menuruti harapan keluarga, kelompok

atau bangsa. Anak memandang bahwa hal tersebut bernilai bagi dirinya

sendiri, tanpa mengindahkan akibat yang segera dan nyata. Sikapnya bukan

hanya konformitas terhadap harapan pribadi dan tata tertib sosial, melainkan

juga loyal (setia) terhadapnya dan secara aktif mempertahankan, mendukung

dan membenarkan seluruh tata-tertib atau norma-norma tersebut serta

mengidentifikasikan diri dengan orang tua atau kelompok yang terlibat di

9

Page 10: Perkembangan Moral Kohlberg

dalamnya. Tingkat Konvensional ini biasanya dicapai setelah usia 10 - 13

tahun atau lebih. Tingkatan ini memiliki 2 tahap yaitu :

1. Tahap Orientasi Anak yang Baik

Seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial.

Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-

orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat

terhadap peran yang dimilikinya. Individu tersebut mencoba menjadi

seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah

mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap 3

menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi

konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai

menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden

rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk

membantu peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan

memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini,

yaitu bermaksud baik.

2. Tahap Orientasi Keteraturan dan Otoritas

Dalam tahap keempat ini, anak mulai berfikir tentang pentingnya

untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena

berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral

dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan

individual seperti dalam tahap 3; kebutuhan masyarakat harus

10

Page 11: Perkembangan Moral Kohlberg

melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa

yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme.

Apabila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga

akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi

hukum dan aturan. Apabila seseorang melanggar hukum, maka

dinyatakan salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang

signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang

baik.

2.4.3 Tingkat Pasca-Konvensional

Tingkatan pasca-konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip.

Pada tingkat ini terdapat usaha yang jelas untuk merumuskan nilai-nilai dan

prinsip moral yang memiliki keabsahan dan dapat diterapkan, terlepas dari

otoritas kelompok atau orang yang berpegang pada prinsip-prinsip itu dan

terlepas pula dari identifikasi individu sendiri dengan kelompok tersebut.

Tingkatan ini biasanya dicapai pada usia masa remaja awal, atau lebih umum

lagi pada masa dewasa awal. Ada 2 tahap pada tingkat ini:

1. Tahap Orientasi Kontrol Sosial Legastik

Hak-hak masyarakat versus hak-hak individual (community

rights versus individual rights) ialah tahap ke 5 dalam teori

perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini, seseorang memahami

bahwa nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relatif dan bahwa

standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain. Seseorang

11

Page 12: Perkembangan Moral Kohlberg

menyadari bahwa hukum penting bagi masyarakat, tetapi juga

mengetahui bahwa hukum dapat diubah. Seseorang percaya bahwa

beberapa nilai, seperti kebebasan, lebih penting daripada hukum.

2. Tahap Orientasi Kata Hati

Penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan

prinsip etika universal. Prinsip-prinsip etis universal (universal ethical

principles) ialah tahap keenam dan tertinggi dalam teori

perkembangan moral Kohlberg. Pada tahap ini, seseorang telah

mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak

manusia yang universal. Apabila menghadapi konflik antara hukum

dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati, walaupun

keputusan itu mungkin melibatkan resiko pribadi. Kohlberg yakin

bahwa tahapan ini ada, namun merasa kesulitan untuk menemukan

seseorang yang menggunakannya secara konsisten.

Kohlberg percaya bahwa ke 3 tingkat dan ke 6 tahap tersebut terjadi

dalam suatu urutan dan berkaitan dengan usia :

1. Sebelum usia 9 tahun, kebanyakan anak-anak berpikir tentang dilema

moral dengan cara yang prakonvensional.

2. Pada awal masa remaja, berpikir dengan cara-cara yang lebih

konvensional.

3. Pada awal masa dewasa, sejumlah kecil orang berpikir dengan cara-cara

yang pascakonvensional.

12

Page 13: Perkembangan Moral Kohlberg

 Pada suatu investigasi longitudinal 20 tahun yang dilakukan

Kohlberg, Kohlberg menemukan fakta-fakta berikut :

1. Penggunaan tahap satu dan dua berkurang.

2. Tahap empat, yang tidak muncul sama sekali dalam penalaran moral

anak berusia sepuluh tahun, tercermin dalam 62 persen penalaran moral

manusia berusia 36 tahun.

3. Tahap lima tidak muncul sampai usia 20 hingga 22 tahun dan tidak

pernah dialami lebih dari sepuluh persen individu.

Dengan demikian, tahap-tahap moral muncul kurang sesuai dengan

yang dibayangkan semula oleh Kohberg, dan tahap-tahap yang lebih tinggi,

khususnya tahap enam, benar-benar sangat sulit untuk dipahami.

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral

Perkembangan moral manusia dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Kurangnya perhatian dan pendidikan agama oleh keluarga

Orang tua adalah tokoh percontohan oleh anak-anak termasuk didalam

aspek kehidupan sehari-hari, namun soal keagamaan hal itu seakan-akan

terabaikan, oleh karena itu, akan lahir generasi baru yang bertindak tidak

sesuai ajaran agama dan bersikap materialistik.

2. Pengaruh lingkungan yang tidak baik

Kebanyakan individu yang tinggal di kota besar menjalankan kehidupan

yang individualistik dan materialistic, sehingga kadang kala didalam mengejar

13

Page 14: Perkembangan Moral Kohlberg

kemewahan individu tersebut sanggup berbuat apa saja tanpa menghiraukan

hal itu bertentangan dengan agama atau tidak, baik atau buruk.

3. Tekanan psikologi yang dialami

Beberapa individu mengalami tekanan psikologi ketika di rumah

diakibatkan adanya perceraian atau pertengkaran orang tua yang

menyebabkan individu tersebut tidak betah di rumah dan menyebabkannya

mencari pelampiasan.

4. Gagal dalam studi/pendidikan

Individu yang gagal dalam pendidikan atau tidak mendapat pendidikan,

mempunyai waktu senggang yang banyak, jika waktu itu tidak dimanfaatkan

sebaik-baiknya, bisa menjadi hal yang buruk ketika berkenalan dengan hal-hal

yang tidak baik untuk mengisi kekosongan waktunya.

5. Peranan Media Massa

Media massa sangat mempengaruhi terhadap perkembangan moral

individu, terutama pada anak dan remaja. Anak dan remaja adalah kelompok

atau golongan yang mudah dipengaruhi, karena anak dan remaja sedang

mencari identitas diri sehingga mudah untuk meniru atau mencontoh apa yang

di lihat, seperti pada film atau berita yang sifatnya kekerasan, dan sebagainya.

6. Perkembangan teknologi modern

14

Page 15: Perkembangan Moral Kohlberg

Dengan perkembangan teknologi modern saat ini

seperti mengakses informasi dengan cepat, mudah dan tanpa batas juga

memudahkan remaja atau anak untuk mendapatkan hiburan yang tidak sesuai

dengan mereka.

2.6 Proses Perkembangan Moral

Perkembangan moral dapat berlangsung melalui beberapa cara, yaitu :

1. Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang

tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orangtua,

guru atau orang lain. Di samping itu, yang paling penting dalam

pendidikan moral ini, adalah keteladanan dari orang tua, guru atau orang

lain dalam melakukan nilai-nilai moral.

2. Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan

atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya (seperti orang

tua, guru, kiai, artis, dan lain-lain)

3. Proses coba-coba (trial & error), yaitu dengan cara mengembangkan

tingkah laku moral secara coba-coba. Tingkah laku yang mendatangkan

pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah

laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikannya.

15

Page 16: Perkembangan Moral Kohlberg

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Kesimpulan

Perkembangan moral adalah adalah ukuran tinggi rendahnya moral seseorang

berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Perkembangan moral yang berhasil

dapat dilihat dari perilaku moral, sedangkan yang gagal dilihat dari perilaku amoral

dan perilaku tidak bermoral. Dalam pandangan Kohlberg, setiap orang pada dasarnya

adalah moral philosopher, tidak peduli apakah ia masih anak-anak ataukah sudah

dewasa. Kohlberg mendasarkan teori perkembangan moral pada prinsip-prinsip dasar

hasil temuan Piaget. Berdasarkan hasil dari wawancaranya selama 20 tahun,

Kohlberg mengemukakan ada 3 tingkatan perkembangan moral, yang setiap

tingkatnya ditandai oleh dua tahap. Tahapan-tahapan tersebut yaitu :

1. Tingkat Prakonvensional

a. Tahap orientasi kepatuhan dan hukuman

b. Taha orientasi hedonistik instrumental

2. Tingkat Konvensional

a. Tahap orientasi anak yang baik

b. Tahap orientasi keteraturan dan otoritas

3. Tingkat Pasca-Konvensionna

16

Page 17: Perkembangan Moral Kohlberg

a. Tahap orientasi kontrol sosial legastik

b. Tahap orientasi kata hati

3.2 Saran

Penulis setelah menyampaikan pembahasan diatas, penulis memiliki beberapa

saran yang berkaitan dengan masalah maupun tema dalam makalah ini. Saran-saran

tersebut antara lain :

1. Peran Orang tua sangat membantu dalam upaya meningkatkan

perkembangan moral individu. Oleh karena itu, orang tua harus banyak

memberikan rangsangan atau koreksi, baik itu dalam bentuk diskusi atau

komunikasi bebas kepada anak atau remaja.

2. Di dalam ruang lingkup sekolah, hendaknya sering diadakan kegiatan

kerja sosial, bakti karya dan kelompok-kelompok belajar di bawah

asuhan guru pembimbing. Hal ini, dapat merangsang individu berprilaku

kea rah yang bermanfaat dan positif.

17