7
PI Nomer 1 1. Bagaimana patofisiologi, etiologi, sign symtom dari COPD, hubungan COPD dengan penyakit lain yang ada di skenario, gambaran umum COPD (definisi), manifestasi klinik dari COPD, epidemiologi COPD ? - Patofisiologi Pada bronkhitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema, ditandai oleh pelebaran rongga udayra distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomic emfisema dibedakan menjadi 3 jenis yaitu : 1. Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori meluas ke perifer, terutama mengenai bagian atas parusering diakibatkan oleh kebiasaan merokok lama. 2. Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak pada paru bagian bawah. 3. Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus alveolar. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura. Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan structural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis,

PI Nomer 1 Week VI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PI 1

Citation preview

Page 1: PI Nomer 1 Week VI

PI Nomer 1

1. Bagaimana patofisiologi, etiologi, sign symtom dari COPD, hubungan COPD dengan

penyakit lain yang ada di skenario, gambaran umum COPD (definisi), manifestasi klinik

dari COPD, epidemiologi COPD ?

- Patofisiologi

Pada bronkhitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel

goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis.

Emfisema, ditandai oleh pelebaran rongga udayra distal bronkiolus terminal, disertai

kerusakan dinding alveoli. Secara anatomic emfisema dibedakan menjadi 3 jenis yaitu :

1. Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori meluas ke perifer,

terutama mengenai bagian atas parusering diakibatkan oleh kebiasaan merokok

lama.

2. Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan

terbanyak pada paru bagian bawah.

3. Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal,

duktus dan sakus alveolar. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura. Obstruksi

saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan

structural pada saluran napas kecil yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet,

dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.

(Wahyuningsih, 2013).

Page 2: PI Nomer 1 Week VI

Etiologi :

Kebiasaan merokok

Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja

Hiperaktivitas bronkus

Riwayat infeksi saluran napas berulag

Genetik

Paparan partikel inhalasi

Pertumbuhan dan perkembangan paru

Stres oksidatif

Jenis kelamin

Infeksi

Komorbiditas

(NHS Forth Valley, 2012; Wahyuningsih 2013)

Sign and symptom dari eksasebasi akut PPOK :

Meningkatnya breathlessness

Patogenesis PPOK (PDPI, 2003)

Page 3: PI Nomer 1 Week VI

Meningkatnya wheeziness (mengi)

Dada sesak

Batuk semakin parah

Spuntum purulen

Volum spuptum bertambah

Retensi cairan

Mudah lelah

(NHS Forth Valley, 2012)

- Gambaran Umum

COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) / PPOK (Penyakit Paru Obstruks

Kronik) adalah suatu penyakit yang di karakteristikkan oleh adanya hambatan aliran

udara secara kronik dan perubahan patologi pada paru-paru, dimana hambatan aliran

tersebut bersifat pogresif dan tidak sepenuhnya reversibel. Berhubungan dengan respon

inlfamasi yang abnormal dari paru paru terhadap gas atau partikel yang berbahaya

(GOLD, 2013).

PPOK terdiri dari bronkhitis kronik dan emfisema atau gabungan dari keduanya.

Bronkhitis kronik adalah kelainan saluran napas yang ditandai oleh batuk kronik

berdahak selama 3 bulan dalam setahun, sekurang – kurangnya 2 tahun berturut – turut,

tidak disebabkan oleh penyakit lainnya. Sedangkan emfisema adalah suatu

kelainananatomis paruyang ditandai oleh pelebaran rongga udara distalbronkiolus

terminal, dengan disertai kerusakan dinding alveoli. Pada prakteknya cukup banyak

penderita bronkhitis kronik juga memperlihatkan tanda – tanda emfisema, termasuk

penderita asma persisten berat dengan obstruksi jalan nafas yang tidak reversible

penuh, dan memenuhi kriteria PPOK (Wahyuningsih, 2013).

- Manifestasi Klinik :

Adanya batuk yang berlebihan

Mukus lebih kental, peningkaan ukuran dan jumlah mukus yang akan meningkatkan

produksi mucus

Spuntum purulen

Page 4: PI Nomer 1 Week VI

Dinding bronkial meradang dan menebal dan mengganggu aliran udara

Mukus kental dan pembesaran rongga bronkus akan mengobtruksi jalan nafas

terutama saat ekspirasi. Jalan napas menjadi kollaps. Obtruksi menyebabkan

penurunan ventilasi alveolar, asidosis, dan hypoxia

Mengalami kekurangan oksigen jaringan. Ratio ventilasi perfusi abnormal timbul

dimana terjadi penurunan PaCO2 dan kerusakan ventilasi akan meningkatkan nilai

PCO2

Sesak napas bertambah berat

Bertambahnya keterbatasan aktivitas

Gagal napas akut / kronik

Penurunan kesadaran

(GOLD, 2013; NHS Forth Valley, 2012)

- Epidemiologi

Pada survei tahun 2011, di Amerika sekitar 12,1 juta pasien menderita PPOK, 9 juta

mengalami bronkhitis kronik, dan sisanya emphisema. The Asia Pasific COPD

Roundtable memperkarakan jumlah penderita dengan angka prevalensi 6,3 (Kompas,

2006 dalam Zullie, 2013). Kejadian meningkat dengan semakin bertambahnya jumlah

perokok (90% penderita COPD adalah perokok atau mantan perokok) (Zullie, 2013).

Menurut data RISKESDAS 2013, prevalensi PPOK di Indonesia sebesar 3,7%. Di

Indonesia sendiri prevalensi PPOK tersebar berada pada wilayah NTT yaitu sebesar

10%, kemudian Sulawesi Tengah sebesar 8%. Prevalensi PPOK lebih tinggi pada laki

laki dibanding perempuan. Dan juga lebih tinggi pada masyarakat berpendidikan

rendah dan kuintil indeks kepemilikan bawah (RIKESDAS, 2013).

PPOK di negara – negara Asia Tenggara diperkirakan sebanyak 6,3% dengan

prevalensi terbanyak terdapat di Vietnam yakni sebanyak 6,7% (Oemiati, 2013).

- Hubungan dengan Penyakit Lain

Orang dewasa dengan penyakit asma akan mengalami 12 kali lebih tinggi beresiko

menderita PPOK. Bronkhitis bias menjadi penyebab awal yang terjadi pada PPOK.

Sumber :

Page 5: PI Nomer 1 Week VI

Esikawati,Zullie. 2013. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (Online). http://zulliesikawati.staff.ugm.ac.id/wp-content/uploads/copd.pdf. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2015

GOLD. 2013. Global Strategy for Diagnosis, Management, and Prevention of COPD. Global Initiative for Chronic Obstruktif Lung Disease

NHS Forth Valley. 2012. Management of COPD Acute Exacerbation. NHS Forth Valley.

RISKESDAS. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI.

Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet Pada Pasien. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2003. PPOK Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia.

Oemiati, Ratih. 2013. Kajian Epidemiologis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Media Litbangkes : Vol 23, No 2.