Upload
ngohanh
View
244
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
UJI ANTIINFLAMASI DEKOKTA DAUN
MENCIT GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi
UJI ANTIINFLAMASI DEKOKTA DAUN Macaranga tanarius
MENCIT GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Antonia Vidya Kartika
NIM : 128114082
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
Macaranga tanarius L. PADA
MENCIT GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
UJI ANTIINFLAMASI DEKOKTA DAUN
MENCIT GALUR SWISS
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
i
UJI ANTIINFLAMASI DEKOKTA DAUN Macaranga tanarius
MENCIT GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Diajukan oleh :
Antonia Vidya Kartika
NIM : 128114082
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2015
Macaranga tanarius L. PADA
TERINDUKSI KARAGENIN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
“Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu
kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa harus kehilangan semangat” –
Winston Chucill
Kupersembahkan karya ini untuk
Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria sumber kekuatan dan harapanku
Bapak dan Ibu tercinta atas kasih sayang yang tak terhingga
Adik-adikku terkasih dan para sahabat atas dukungan dan motivasinya
Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PRAKATA
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,
kasih dan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “UJI ANTIINFLAMASI DEKOKTA DAUN Macaranga tanarius L.
PADA MENCIT GALUR SWISS TERINDUKSI KARAGENIN” dengan baik
dan lancar. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi (S.Farm.) Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini telah melibatkan
bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu, tanpa mengurangi rasa hormat, pada kesempatan ini penulis hendak
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dosen Pembimbing dan Dosen
Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, motivasi, dan saran
yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini
3. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. selaku Dosen Pembimbing
dan Dosen Penguji pada skripsi ini, atas segala bimbingan, bantuan, motivasi,
dan saran yang diberikan kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini
4. Dita Maria Virginia, M.Sc., Apt. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini yang
telah memberikan kritik dan saran kepada penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
5. Damiana Sapta Candrasari, M.Sc. selaku Dosen Penguji pada skripsi ini yang
telah memberikan kritik dan saran kepada penulis
6. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt. selaku Kepala Laboratorium Fakultas
Farmasi yang telah memberikan izin dalam penggunaan semua fasilitas
laboratorium untuk kepentingan dan keberlangsungan skripsi tersebut
7. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si. yang telah memberikan bantuan dalam
melakukan determinasi Macaranga tanarius L.
8. Bapak Heru, Bapak Pardjiman, Bapak Kayat, Bapak Agung, Bapak Wagiran
selaku laboran Laboratorium Fakultas Farmasi atas bantuan dan dukungannya
kepada penulis selama proses pengerjaan skripsi ini
9. Keluarga tercinta Bapak Antonius Kartolo, M.Pd., Ibu Fransiska Romana
Rusmiyati, S.Pd., Adik Fansiscus Brilian Adhi Kartika dan Cicilia Madha
Tria Kartika, atas segala cinta, nasihat, dukungan, dan doa yang selalu
mengiringi penulis
10. Rekan-rekan Tim Macaranga tanarius L. yaitu Nurul Kusumawardani, Silvia
Dwi Puspa Susanti, dan Kristiyani Irawati atas segala kerja sama, dukungan
dan bantuan dalam melaksanakan penelitian
11. Yoseph Seno Triadiasworo, S.T., yang selalu menemani penulis dengan doa,
semangat, kasih sayang, kesabaran, dan bantuan yang diberikan demi
tersusunnya skripsi ini
12. Teman-teman FKK B 2012 dan teman-teman Fakultas Farmasi USD 2012
atas kebersamaan dan dukungannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis yang telah
ikut membantu selama proses penyusunan skripsi ini
Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat kekurangan,
mengingat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki oleh penulis.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.
Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan bagi masyarakat.
Yogyakarta, 6 Januari 2016
Penulis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………… ii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………………….………… iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ………………….. v
PRAKATA ……………………………………………….………… vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA …………………………… ix
DAFTAR ISI …………………………………………….…………. x
DAFTAR TABEL ……………………………………….…………. xv
DAFTAR GAMBAR …………………………………….………… xvii
DAFTAR LAMPIRAN ………………………………….…………. xix
INTISARI ……………………………………………….………….. xxiv
ABSTRACT ……………………………………………….………… xxv
BAB I. PENGANTAR …………………………………….……….. 1
A. Latar Belakang Penelitian …………………………….……….. 1
1. Permasalahan ………………………………………………. 5
2. Keaslian Penelitian ……………………………….………… 6
3. Manfaat Penelitian …………………………………………. 7
B. Tujuan Penelitian ……………………………………………… 8
1. Tujuan Umum ……………………………………………… 8
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2. Tujuan Khusus …………………………………………….. 8
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA .…………………….………. 9
A. Macaranga tanarius L. ……………………………………….. 9
1. Taksonomi ………………………………………………… 9
2. Keterangan Botani ……………………………….………… 9
3. Morfologi ……………………………………….…………. 10
4. Kandungan Kimia ……………………………….………… 11
5. Khasiat dan Kegunaan …………………………….………. 13
6. Ekologi Penyebaran dan Budidaya ……………………….. 14
B. Inflamasi …………………………………………………..…… 14
1. Definisi ………………………………………………..……. 14
2. Jenis Inflamasi ………………………………………….….. 15
3. Gejala Inflamasi ………………………………………….… 17
4. Mekanisme ……………………………………………….… 19
C. Antiinflamasi …………………………………………………... 23
D. Kalium Diklofenak …………………………………………….. 25
E. Senyawa Fitokimia …………………………………………….. 27
F. Karagenin ……………………………………………………… 30
G. Metode Penyarian ……………………………………………... 32
H. Metode Pengujian Efek Antiinflamasi ……………………...... 33
I. Landasan Teori ………………………………………………… 38
J. Hipotesis ……………………………………………………….. 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB III. METODE PENELITIAN ………………………………… 41
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………………. 41
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ………………… 41
1. Variabel Utama …………………………………………….. 41
2. Variabel Pengacau ………………………………………….. 41
3. Definisi Operasional ……………………………………….. 42
C. Bahan Penelitian …………………………………………...….. 44
1. Bahan Utama ………………………….…………………..... 44
2. Bahan Kimia ………………………………………………... 45
D. Alat Penelitian …………………………………………………. 45
1. Alat Pembuatan Serbuk Kering Daun Macaranga
tanarius L. …………………………………………………..
45
2. Pembuatan Dekokta Daun Macaranga tanarius L. ………. 45
3. Alat Induksi Udema Telapak Kaki Belakang Mencit …….. 46
E. Tata Cara Penelitian …………………………………………… 46
1. Determinasi Tanaman Macaranga tanarius L. ……………. 46
2. Pengumpulan Bahan Uji …………………………………… 46
3. Pembuatan Simplisia dan Serbuk Daun Macaranga
tanarius L. …………………………………………………..
47
4. Penetapan Kadar Air pada Serbuk Kering Daun Macaranga
tanarius L. …………………………………………………..
47
5. Pembuatan Dekokta Macaranga tanarius L. ……………… 48
6. Pembuatan Larutan Karagenin 1% sebagai Penginduksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
Udema ……………………………………………………… 48
7. Pembuatan Larutan Diklofenak sebagai Obat
Antiinflamasi ...……………………………………………...
49
8. Penentuan Kontrol Negatif …………………………………. 49
9. Pembuatan Inflamasi ……………………………………….. 49
10. Uji Pendahuluan ……………………………………………. 49
11. Penyiapan Hewan Uji ………………………………………. 52
12. Pengelompokan Hewan Uji ………………………………… 52
13. Pengukuran Aktivitas Antiinflamasi ………………………. 55
14. Identifikasi Kandungan Kimia Dekokta Daun Macaranga
tanarius L. …………………………………………………..
56
F. Tata Cara Analisis Hasil ………………………………………. 58
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………….. 60
A. Hasil Determinasi Tanaman Macaranga tanarius L. …………. 60
B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Macaranga tanarius L. …... 61
C. Dekokta Daun Macaranga tanarius L…………………………. 63
D. Hasil Uji Kandungan Kimia Dekokta Macaranga tanarius L. ... 64
E. Uji Pendahuluan ……………………………………………….. 68
F. Uji Efek Antiinflamasi Dekokta Daun Macaranga tanarius L... 77
G. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Dekokta Daun Macaranga
tanarius L. ……………………………………………………...
80
1. Kontrol negatif (aquadest) ………………………………… 89
2. Kontrol positif (kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB) … 92
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
3. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 833.33; 1667,67; 3333,33 mg/kg BB pada mencit
galur Swiss yang terinduksi karagenenin 1% ……………...
93
a. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB ……………………
93
b. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB ……………….....
95
c. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB …………………
96
d. Perbandingan efek antiinflamasi antar kelompok
perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. ………
97
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN …………………………… 107
A. Kesimpulan ……………………………………………………. 107
B. Saran …………………………………………………………… 108
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………… 109
LAMPIRAN ……………………………………………………….. 117
BIOGRAFI PENULIS …………………………………………….. 164
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel I. Keaslian penelitian pada Macaranga tanarius L …….. 6
Tabel II. Analisis kandungan kimia dekokta daun Macaranga
tanarius L. ……………………………………………..
65
Tabel III. Rata-rata AUC tebal udema (mm.menit pada orientasi
dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian
karagenin 1% (n=5)…………………………………….
71
Tabel IV. Hasil uji LSD AUC total (mm.menit) pada orientasi
dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian
karagenin antara kelompok kontrol negatif dan
kelompok diklofenak rentang 15 menit ………………
73
Tabel V. Hasil uji LSD AUC total (mm.menit) pada orientasi
dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian
karagenin antara kelompok diklofenak rentang 15 dan
30 menit ………………………………………..……….
75
Tabel VI. Rata-rata AUC total (mm.menit) pada kelompok uji
antiinflamasi (n=5) ……………………………………..
81
Tabel VII. Hasil uji Mann-Whitney AUC total (mm.menit) pada
kelompok uji antiinflamasi (n = 5) ……………………
83
Tabel VIII. Rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi pada
kelompok uji antiinflamasi (n=5) ……..………………
84
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
Tabel IX. Hasil uji Mann-Whitney persen (%) penghabatan
inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5) ……..
85
Tabel X. Rata-rata persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi
pada kelompok uji antiinflamasi (n=5)…………………
87
Tabel XI. Hasil uji Mann-Whitney persen (%) potensi relatif daya
antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5) …
88
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Struktur kandungan yang diisolasi dari M. tanarius L…. 12
Gambar 2. Struktur prenylflavonoid yang diisolasi dari M.
tanarius L. ………………………………………………
13
Gambar 3. Manifestasi lokal terjadinya inflamasi akut dan kronik ... 15
Gambar 4. Diagram mediator inflamasi dan tempat aksi obat
antiinflamasi …………………………………………….
23
Gambar 5. Struktur kimia kalium diklofenak ……………………… 26
Gambar 6. Flowchart pengelompokan hewan uji pada uji
pendahuluan …………………………………………….
53
Gambar 7. Flowchart pengelompokan hewan uji pada uji efek
antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. ……
54
Gambar 8. Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada
orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu
pemberian karagenin antara kelompok kontrol negatif
dan kelompok diklofenak rentang 15 menit ………….
73
Gambar 9. Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada
orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu
pemberian karagenin 1% antara kelompok diklofenak
rentang 15 dan 30 menit ………………………………
75
Gambar 10. Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
kelompok uji antiinflamasi ……………………………. 82
Gambar 11. Diagram batang rata-rata persen (%) penghambatan
inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi …………….
86
Gambar 12. Diagram batang rata-rata persen (%) potensi relatif daya
antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi ………...
89
Gambar 13. Kurva tebal udema (mm) masing-masing kelompok uji
antiinflamasi …………………………………………….
90
Gambar 14. Proses pengeluaran radikal bebas pada inflamasi ……… 104
Gambar 15. Daun dan serbuk Macaranga tanarius L. ……………… 118
Gambar 16. Dekokta daun Macaranga tanarius L. …………………. 118
Gambar 17. Udema pada telapak kaki kiri mencit ………………….. 119
Gambar 18. Pengukuran udema pada kaki mencit menggunakan
jangka sorong …………………………………………...
119
Gambar 19. Uji Alkaloid ……………………………………………. 120
Gambar 20. Uji Flavonoid …………………………………………... 120
Gambar 21. Uji Glikosida …………………………………………... 120
Gambar 22. Uji Saponin …………………………………………….. 120
Gambar 23. Uji Tanin ……………………………………………….. 121
Gambar 24. Uji Terpenoid …………………………………………... 121
Gambar 25. Uji Fenolik ……………………………………………... 121
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Daun Macaranga tanarius L. dan dekokta
Macaranga tanarius L. ……………………………...
118
Lampiran 2. Cara pembuatan dan pengukuran udema pada kaki
mencit ……………………………………………….
119
Lampiran 3. Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada
dekokta daun Macaranga tanarius L………………..
120
Lampiran 4. Surat pengesahan determinasi Macaranga
tanarius L. ………………………………………….
122
Lampiran 5. Surat Ethical Clearance (EC) ……………………… 123
Lampiran 6. Surat kalibrasi jangka sorong (Digital Caliper) ……. 124
Lampiran 7. Sertifikat penetapan kadar air serbuk daun
Macaranga tanarius L. ……………………………..
125
Lampiran 8. Cara menetapkan kadar air serbuk daun Macaranga
tanarius L. …………………………………………..
126
Lampiran 9. Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS untuk
pengujian data secara statistik ………………………
127
Lampiran 10. Perhitungan Dosis ………………………………….. 128
Lampiran 11. Hasil analisis statistika data orientasi penentuan
dosis dan selang waktu pemberian kalium diklofenak
antara kelompok kontrol negatif dan kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xx
diklofenak rentang 15 menit ……………………….. 131
Lampiran 12. Rata-rata AUC tebal udema dengan standar error
(SE) pada uji pendahuluan antara kelompok kontrol
negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit
………………………………………………………..
132
Lampiran 13. Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah dan uji
LSD nilai AUC total pada kelompok uji pendahuluan
antara kelompok kontrol negatif dan kelompok
diklofenak rentang 15 menit ……………………….
134
Lampiran 14. Hasil analisis statistika data orientasi penentuan dosis
dan selang waktu pemberian kalium diklofenak
antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit
………………………………………………………..
135
Lampiran 15. Rata-rata AUC tebal udema dengan standar error
(SE) pada uji pendahuluan antara kelompok
diklofenak rentang 15 dan 30 menit ………………..
136
Lampiran 16. Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah dan uji
LSD pada kelompok uji pendahuluan antara
kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit ……
138
Lampiran 17. Hasil analisis uji statistik nilai AUC total pada uji
antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. ………..
140
Lampiran 18. Rata-rata AUC tebal udema dan standard error (SE)
pada uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L. ..
141
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxi
Lampiran 19. Hasil analisis uji Kruskal-Wallis nilai AUC total
pada kelompok uji antiinflamasi dekokta daun
M.tanarius L. ………………………………………
143
Lampiran 20. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total
pada kelompok kontrol negatif uji antiinflamasi
dekokta daun M.tanarius L. …………………………
144
Lampiran 21. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total
pada kelompok kontrol positif uji antiinflamasi
dekokta daun M.tanarius L. …………………………
145
Lampiran 22. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total
pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi dekokta
daun M.tanarius L. ………………….………………
146
Lampiran 23. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total
pada kelompok kontrol negatif uji antiinflamasi
dekokta daun M.tanarius L. …………………………
147
Lampiran 24. Hasil uji statistik nilai persen (%) penghambatan
inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi dekokta
M.tanarius L. ……………………………………….
148
Lampiran 25. Rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi dan
standard error (SE) pada kelompok uji antiinflamasi
……………………………………………………….
149
Lampiran 26. Hasil Uji Kruskal-Wallis nilai persen penghambatan
inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi ………….
151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxii
Lampiran 27. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan
inflamasi pada kelompok kontrol negatif uji
antiinflamasi …………………………………………
152
Lampiran 28. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan
inflamasi pada kelompok kontrol positif uji
antiinflamasi …………………………………………
153
Lampiran 29. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan
inflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi
………………………………………………………..
154
Lampiran 30. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan
inflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi
………………………………………………………..
155
Lampiran 31. Hasil uji statistik nilai persen (%) potensi relatif daya
antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi ……
156
Lampiran 32. Rata-rata dan standard error (SE) nilai persen (%)
potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji
antiinflamasi ………………………………………..
157
Lampiran 33. Hasil Uji Kruskal-Wallis nilai persen potensi relatif
daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi ...
159
Lampiran 34. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif
daya antiinflamasi pada kelompok kontrol negatif uji
antiinflamasi …………………………………………
160
Lampiran 35. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiii
daya antiinflamasi pada kelompok kontrol positif uji
antiinflamasi …………………………………………
161
Lampiran 36. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif
daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan uji
antiinflamasi …………………………………………
162
Lampiran 37. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif
daya antiinflamasi pada kelompok perlakuan uji
antiinflamasi …………………………………………
163
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxiv
INTISARI
Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap adanya gangguan atau kerusakan dalam jaringan. Macaranga tanarius L. merupakan salah satu tanaman yang dapat digunakan sebagai antiinflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap penurunan udema telapak kaki belakang mencit yang diinduksi karagenin.
Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Dua puluh lima ekor mencit dibagi secara acak menjadi lima kelompok. Kelompok I diberikan aquadest, kelompok II diberikan larutan diklofenak, sedangkan kelompok III, IV, dan V diberikan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33; 1667,67; serta 3333,33 mg/kgBB secara oral. Udema pada kaki mencit diukur menggunakan jangka sorong selama enam jam setelah mencit terinduksi karagenin 1% secara subplantar. Analisis hasil dilakukan dengan menghitung AUC ketebalan udema kaki mencit kemudian dianalisis secara statistik dengan uji Shapiro-Wilk dilanjutkan analisis Kruskal-Wallis dan uji Mann-Whitney taraf kepercayaan 95%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek antiinflamasi. Persen penghambatan inflamasi oleh dekokta daun Macaranga tanarius L. pada dosis 833,33; 1667,67; dan 3333,33 mg/kgBB berturut-turut adalah 25,72; 30,26; dan 23,49%. Persen potensi relatif daya antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. pada dosis 833,33; 1667,67; dan 3333,33 mg/kgBB berturut-turut adalah 47,14; 55,93; dan 43,42%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat kekerabatan antara peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan efek antiinflamasi yang ditimbulkan.
Kata kunci : Antiinflamasi, Dekokta, Daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xxv
ABSTRACT
Inflammation is a body response to substance interference or damaged body tissue. Macaranga tanarius L. is one of plants that can be used as anti-inflammatory agents. This research aimed to prove the anti-inflammatory effect of Macaranga tanarius L. leaves decoction in reducing edema in carrageenan induced hind paw edema.
This research was purely experimental research with randomized complete direct sampling design. A total twenty five Swiss mice were divided randomly into five treatment groups. Group I was given aquadest, group II was given diclofenac, and group III, IV, V were given decoction of Macaranga tanarius L. leaves dosed of 833.33; 1667.67; and 3333.33 mg/kg BW orally. Hind paw udema in mices was measured using a digital caliper for six hours started after mice were induced by carrageenan 1%. Analysis of the data had done by calculating the AUC of the thickness of hind paw edema, then the data had been statistically analyzed by Shapiro-Wilk test continued by using the analysis of Krusskal-Wallis test and Mann-Whitney test with the 95% trust scale.
The result of this research showed that Macaranga tanarius L. leaves decoction had an anti-inflammatory effect. The percentage of inflammation inhibition by Macaranga tanarius L. leaves decoction from the smallest dose to the largest dose 833.33; 1667.67; and 3333.33 mg/kg BW were 25.72; 30.26; and 23.49%. The relative potency of anti-inflammatory power of Macaranga tanarius L. leaves decoction from dose 833.33; 1667.67; and 3333.33 mg/kg BW were 47.14; 55.93; and 43.42%. This research showed that there was no relation between the dose and the anti-inflammatory effects. Keyword : Antiinflammation, Decoction, Macaranga tanarius L. leaves
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
Inflamasi atau peradangan adalah suatu respon protektif tubuh terhadap
cedera. Peradangan dapat disebabkan oleh adanya luka atau infeksi mikroba,
virus, atau yang lainnya. Adanya reaksi imun pada manusia akan menyebabkan
timbulnya suatu peradangan sebagai reaksi perlindungan terhadap luka maupun
infeksi mikroba tersebut (Necas dan Bartosikova, 2013). Respon inflamasi akan
memicu keluarnya mediator-mediator inflamasi dan ditandai dengan lima tanda
klasik yaitu kemerahan, panas, udema, nyeri dan hilangnya fungsi. Adanya
kemerahan dan panas pada permukaan tubuh disebabkan oleh aliran darah yang
meningkat pada daerah cedera, adanya udema karena peningkatan permeabilitas
kapiler sehingga terjadi pengiriman cairan dan sel-sel dari sirkulasi darah ke
daerah interstitial serta rasa nyeri karena penekanan jaringan akibat adanya udema
(Pringgoutomo, Himawan, dan Tjarta, 2002). Inflamasi atau peradangan
cenderung dianggap sebagai sesuatu yang tidak diinginkan, tetapi sebenarnya
merupakan keadaan yang membantu netralisasi, penghancuran jaringan nekrosis,
dan pembentukan keadaan yang dibutuhkan pada proses penyembuhan (Price dan
Wilson, 2005). Respon inflamasi yang berlebihan atau kerusakan jaringan yang
hebat tidak boleh dibiarkan. Oleh sebab itu, reaksi inflamasi perlu diatasi agar
keluhan dan gejala berkurang (Meliala dan Pinzon, 2007).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Pemberian obat antiinflamasi non steroid (OAINS) secara per oral sering
dilakukan untuk menangani inflamasi. Mediator yang keluar pada saat inflamasi
cenderung diperantarai oleh siklooksigenase-2 yang bersifat indusibel. Akan
tetapi, mayoritas obat antiinflamasi non steroid bekerja tidak selektif dengan
menghambat pada siklooksigenase-1 (COX-1) dan siklooksigenase-2 (COX-2).
Penghambatan pada COX-1 yang merupakan isoform konstitutif yang
diekspresikan dalam lambung akan mengakibatkan senyawa proteksi lambung
yang seharusnya dihasilkan oleh COX-1 dihambat pembentukannya sehingga
dapat mengiritasi lambung (Schror dan Meyer-Kircharth, 2000).
Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang luas
dan banyak digunakan sebagai obat tradisional. Eksplorasi tanaman yang berefek
antiinflamasi semakin berkembang untuk pengembangan dunia pengobatan. Oleh
karena itu, timbul kecenderungan masyarakat untuk memanfaatkan tanaman
sekitar sebagai pengobatan tradisional yang berkhasiat (back to nature) untuk
mengatasi penyakit dan dianggap relatif lebih aman daripada produk obat sintetik.
Upaya pengobatan secara tradisional telah lama dimanfaatkan oleh masyarakat
dan hingga saat ini masih diakui keberadaannya yang cukup potensial dalam
meningkatkan kesehatan masyarakat. Tanaman yang jarang dikenal oleh sebagian
besar masyarakat namun masih dapat dieksplorasi sebagai alternatif pengobatan
yaitu Macaranga tanarius L.
Menurut Magadula (2014), genus Macaranga (Euphorbiaceae) terdiri dari
300 spesies yang banyak ditemukan di daerah tropis seperti Afrika, Asia,
Australia, dan wilayah Pasifik. Tanaman dengan genus ini telah memiliki sejarah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
panjang dalam pengobatan tradisional untuk mengatasi luka, bengkak, bisul, dan
memar. Ekstrak tumbuhan tersebut memiliki aktivitas diantaranya antikanker,
antiinflamasi, antioksidan, antimikroba, antiplasmoidal, dan antioksidan.
Pengujian fitokimia metabolit sekunder pada spesies yang berbeda dari genus ini
menghasilkan senyawa hasil isolasi seperti flavonoid, kumarin, terpenoid, tannin,
dan senyawa lainnya. Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa kandungan dari
spesies Macaranga tanarius L. meliputi terpen, steroid, hydrolysable tannins, dan
prenylflavanones (Sutthivaiyakit, Unganont, Sutthivaiyakit, dan Suksamrarn,
2002). Telah banyak dilakukan penelitian tentang efek antiinflamasi dari
metabolit sekunder yang berasal dari tanaman, hasilnya menunjukkan bahwa
terdapat aktivitas penghambatan pada siklooksigenase. Golongan utama dari
senyawa penghambat siklooksigenase adalah flavonoid, fenolik, dan beberapa
stibenoid (Jachak, 2006). Agen antiinflamasi dari bahan alam yang telah
dilaporkan terlibat dalam penghambatan inflamasi adalah berbagai macam
senyawa seperti polifenol, flavonoid, terpenoid, alkaloid, antrakuinon, lignan,
polisakarida, saponin dan peptida (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010).
Pelepasan mediator inflamasi juga dipicu oleh radikal bebas. Radikal
bebas yang berlebihan akan menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan inflamasi. Tjay dan Rahardja (2007) menyatakan bahwa ada kaitan
antara penangkapan radikal bebas dengan penghambatan mediator-mediator nyeri
dan peradangan. Antioksidan akan menghambat inisiasi pembentukan radikal
bebas atau menginaktifkan radikal bebas, sehingga dapat menghentikan kerusakan
yang diakibatkan adanya radikal bebas. Phommart, Sutthivaiyakit, Nitirat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Ruchirawat, dan Sutthivaiyakit (2005), melaporkan konstituen dari ekstrak n-
heksan dan kloroform daun Macaranga tanarius L. berupa flavonoid mempunyai
aktivitas penangkapan radikal bebas yang dihasilkan oleh DPPH (1,1-difenil-2-
pikrilhidrazil) dan nymphaeol B sebagai agen antiinflamasi pada uji
siklooksigenase-2. Senyawa glikosida berupa macarangioside A-C dan
mallophenol B yang diisolasi dari ekstrak metanol Macaranga tanarius L.
mempunyai gugus karbonil yang mampu menangkap radikal bebas sehingga jalur
pembentukan prostaglandin dapat dihambat Matsunami dkk. (2006; 2009). Jika
mediator inflamasi tidak terbentuk, maka peradangan tidak terjadi.
Wulandari dan Hendra (2011) melaporkan bahwa infusa daun
Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit dengan persen
proteksi geliat sebesar 57,6; 64,5; dan 73,7 % masing-masing pada dosis 666,7;
3333,4; dan 1666,0 mg/kgBB. Adanya efek analgesik yang dihasilkan oleh infusa
daun Macaranga tanarius L. dalam menghambat nyeri yang diperantarai oleh
prostaglandin, memunculkan dugaan adanya efek antiinflamasi pada sediaan
dekokta daun Macaranga tanarius L. yang menggunakan penyari berupa air
dalam menghambat keluarnya mediator inflamasi. Sediaan dekokta berbeda
dengan sediaan infusa yang juga menggunakan penyari berupa air, perbedaan
terlihat dari lamanya waktu penyarian. Dekokta mempunyai waktu penyarian
lebih lama yaitu 30 menit, sedangkan infusa hanya memerlukan waktu 15 menit
(Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2010). Dipilihnya sediaan dekokta pada
penelitian ini diharapkan senyawa glikosida yang mempunyai aktivitas
penangkapan radikal bebas dapat tertarik lebih banyak dan akhirnya dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
menghambat terjadinya inflamasi. Supriyatna, Moelyono, Iskandar, dan Febriyanti
(2014) mengatakan bahwa senyawa glikosida merupakan senyawa yang kurang
larut dalam pelarut organik dan lebih mudah larut dalam air. Senyawa flavonoid
juga memiliki sifat larut air (Astuti, 2001). Oleh karena itu, penting untuk
melakukan pengujian efek antiinflamasi terhadap dekokta daun Macaranga
tanarius L. pada mencit galur Swiss. Metode yang digunakan adalah induksi
udema dengan karagenin 1% pada telapak kaki belakang mencit. Pada penelitian
ini, dilakukan pula skrining fitokimia secara kualitatif dengan uji tabung untuk
mengetahui adanya kandungan metabolit sekunder pada dekokta daun Macaranga
tanarius L. yang diduga berperan terhadap efek antiinflamasi. Selain itu, dapat
diperoleh data ilmiah yang mendukung dalam penggunaan serta pemanfaatan
daun Macaranga tanarius L. sebagai obat tradisional.
1. Permasalahan
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka permasalahan
yang akan diteliti adalah :
a. Apakah pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek
antiinflamasi pada mencit galur Swiss ?
b. Berapa besar persentase penghambatan inflamasi dekokta daun
Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss ?
c. Berapa besar persentase potensi relatif daya antiinflamasi dekokta daun
Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss ?
d. Apakah terdapat kekerabatan antara dosis dekokta daun Macaranga
tanarius L. dan efek antiinflamasi yang dihasilkan ?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
2. Keaslian Penelitian
Penelitian terkait Macaranga tanarius L. dan aktivitasnya sebagai berikut:
Tabel I. Keaslian penelitian terkait Macaranga tanarius L.
Nama Peneliti dan Judul Penelitian
Metode Hasil
Phommart, Sutthivaiyakit, Chimnoi, Ruchirawat, dan Sutthivaiyakit (2005) dalam penelitian berjudul “Constituents of the Leaves of Macaranga tanarius”
Metode penyarian menggunakan n-heksan dan ekstrak kloroform daun Macaranga tanarius L.
Ekstrak n-heksan dari daun Macaranga tanarius L. mengandung 3 kandungan senyawa baru berupa flavonoid yaitu tanarifuranonol, tanariflavanon C dan D bersama dengan 7 kandungan yang telah diketahui yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavon B, blumeol A (vomifoliol), blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol) dan annuionone E. Daun Macaranga tanarius L. mengandung flavonoid sebagai antioksidan terhadap uji DPPH serta nymphaeol B sebagai agen antiinflamasi pada uji siklooksigenase-2.
Matsunami, Takamori, Shinzato, Aramoto, Kondo, Otsuka, Takeda (2006) dalam penelitian berjudul “Radical- Scavenging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius (L.) Mull.-Arg.”.
Ekstrak metanol Macaranga tanarius L. yang dipuri- fikasi heksan dan dipartisi dengan etil asetat dan butanol
Melaporkan empat kandungan glikosida dari Macaranga tanarius L. yaitu macarangiosida A-C, dan malofenol B, yang diisolasi dari ekstrak methanol Macaranga tanarius L. yang menunjukkan aktivitas penangkapan radikal bebas terhadap DPPH.
Putri dan Kawabata (2010) dalam penelitian berjudul “Novel Α-Glucosidase Inhibitor from Macaranga tanarius Leaves”.
Ekstraksi metanol-air Macaranga tanarius L.
Ekstrak metanol Macaranga tanarius L. mengandung ellagitanin yaitu mallotinic acid, corilagin, chebulagic acid, macatanin A dan B dengan aktivitas potensial menghambat α-glukosidase yang dapat dimanfaatkan sebagai antidiabetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
Tabel I. (lanjutan)
Nama Peneliti dan Judul Penelitian
Metode Hasil
Wulandari dan Hendra (2011) dalam penelitian berjudul “Efek Analgesik Infusa Daun kandungan dari Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss”
Infudasi serbuk daun Macaranga tanarius L., penggunaan secara peroral.
Infusa daun Macaranga tanarius L. memiliki efek analgesik dengan persen proteksi geliat sebesar 57,6; 64,5; dan 73,7% masing-masing pada dosis 666,7; 3333,4; dan 1666,0 mg/kg.
Kurniawaty (2011) dalam penelitian berjudul “Efek Antiinflamasi Ekstrak Metanol-Air Daun Macaranga tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss”
Ekstraksi metanol-air, penggunaan secara peroral.
Persen penghambatan inflamasi esktrak metanol air daun Macaranga tanarius L. pada dosis 0,71; 2,1; dan 6,4 g/kgBB secara berurutan adalah 23,3; 35,3; dan 47 %.
Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang efek antiinflamasi dekokta
daun Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss terinduksi karagenin 1%
secara subplantar belum pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk
perkembangan ilmu kefarmasian mengenai pengobatan inflamasi
menggunakan bahan alam yaitu dekokta daun Macaranga tanarius L.
b. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
kepada masyarakat mengenai efek antiinflamasi serta ada atau tidaknya
kekerabatan antara dosis dan efek antiinflamasi dari sediaan dekokta
daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
B. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mengetahui efek antiinflamasi sediaan dekokta daun Macaranga
tanarius L.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengaruh pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L.
terhadap efek antiinflamasi pada mencit galur Swiss yang diinduksi
karagenin 1% .
b. Mengetahui persentase dekokta daun Macaranga tanarius L. dalam
memberikan efek penghambatan inflamasi akibat injeksi karagenin 1%
pada udema kaki belakang mencit galur Swiss.
c. Mengetahui persentase potensi relatif daya antiinflamasi dekokta daun
Macaranga tanarius L. pada mencit galur Swiss.
d. Mengetahui ada atau tidaknya kekerabatan antara dosis dekokta daun
Macaranga tanarius L. dan efek antiinflamasi yang dihasilkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
PENELAAHAN PUSTAKA
A. Macaranga tanarius L.
1. Taksonomi
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Malpighiales
Famili : Euphorbiaceae
Sub Famili : Acalyphoides
Bangsa : Acalypheae
Sub Bangsa : Macaranginae
Genus : Macaranga
Spesies : Macaranga tanarius (L.) Benth. Mull. Arg
(Magadula, 2014).
2. Keterangan Botani
Macaranga tanarius L. termasuk dalam famili Euphorbiaceae
dengan sinonim Ricinus tanarius L., Macaranga molliuscula Kurz., Macaranga
tomentosa Druce, Mappa tanarius Blume (Starr, Starr, dan Loope, 2003).
Tanaman Macaranga tanarius L. dikenal dengan beberapa nama daerah antara
lain Tutu Ancur (Jawa), Mapu (Batak), Mara (Sunda) (Anonim, 2015), Madau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
(Lampung), Totop Lakek (Madura), Dahan (Minahasa), Hanuwa (Ambon), Same
(Ternate) (Zuhud, Siswoyo, Sandra, Hikmat dan Adhiyanto, 2013).
3. Morfologi
Macaranga tanarius L. merupakan pohon kecil sampai sedang dengan
ketinggian hingga ± 24 m. Daun dengan tangkai ranting dan bagian permukaan
bawah daun licin tetapi permukaan atas daun mempunyai bulu halus. Helai daun
pada pokok kecil memiliki panjang hingga 35 cm, helai daun pada pokok matang
sepanjang 7,5-23 cm, lebarnya hampir sama, daun berwarna hijau muda dan
lembut bila disentuh, tangkai daun sepanjang 20 cm. Bunga dengan jambak
sepanjang 10-20 cm, warna hijau pucat, dihasilkan pada ketiak daun. Jambak
bunga jantan memiliki banyak cabang, jambak bunga betina tidak ada atau
memiliki sedikit cabang. Buah terdapat 2 atau 3 bahu, mempunyai bulu kasar
yang lembut dan serbuk yang berwarna kuning, dengan panjang 0,6-1,2 cm dan
lebar 1,2 cm (Chooi, 2004). Kulit luar batangnya berwarna agak abu-abu atau
coklat muda, berbulu jika tumbuh di dataran rendah atau lokos jika tumbuh di
pegunungan. Tajuk pohonnya tidak lebat dan berbangun hati agak bulat. Daun
tunggal bercaping tiga, bertangkai nyata dan berwarna coklat kotor, bila masih
muda berwarna merah darah. Kulit tangkai daun jika dikupas atau dipotong
mengeluarkan cairan yang berwarna coklat bening dan lekat. Bunga kecil,
tersusun dalam malai yang berbulu halus. Buah berupa buah kotak, bulat dan
berpasangan (Zuhud dkk.,, 2013)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
4. Kandungan Kimia
Uji kimia dari tannin dalam daun Macaranga tanarius L. dilaporkan
mengandung 7 hydrolyzable tannin yang baru, bersama dengan 21 tanin yang
telah diketahui sebelumnya (Lim, Nonaka, dan Nishioka, 1990). Ekstrak metanol
Macaranga tanarius L. mengandung mallotinic-acid, corilagin, macatannin A,
chebulagic acid, dan macatannin B yang mempunyai aktivitas potensial
menghambat α-glukosidase yang dapat dimanfaatkan sebagai antidiabetes (Putri
dan Kawabata, 2010).
Dilaporkan ekstrak n-heksan dari daun Macaranga tanarius L.
mengandung 3 kandungan senyawa baru yaitu tanarifuranonol, tanariflavanon C
dan tanariflavanon D bersama dengan 7 kandungan yang telah diketahui yaitu
nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavon B, blumeol A
(vomifoliol), blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol) dan annuionone E (Phommart et
al., 2005).
Daun Macaranga tanarius L. yang disari dengan ekstraksi metanol-air
dilaporkan memiliki empat kandungan baru megastigman glucoside, dinamai
macarangiosida A-D bersama dengan campuran mallophenol B, lauroside E,
methyl brevifolin carboxylate,hyperin, dan isoquerceitrin (Matsunami et al.,
2006), serta lignin glukosida, (+)-pinoresinol 4-O-[6n-O-galloyl]β-D-
glucopyranoside, dan 2 megastigman glukosida, dinamai macarangiosida E dan F,
bersama dengan 15 komponen lain yang telah dilaporkan terdapat pada daun
Macaranga tanarius L. (Matsunami et al., 2009). Berikut struktur kimia dari
senyawa yang diisolasi dari Macaranga tanarius L. (Gambar 1 dan 2).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 1. Struktur kandungan yang diisolasi dari (Phommart
Tanariflavanon C
Macarangiosida A
Macarangiosida D
R=Glc : HyperinR=Gal : Isoquercitrin
Gambar 1. Struktur kandungan yang diisolasi dari M. tanarius
(Phommart et al., 2005 dan Matsunami et al., 2006)
Tanariflavanon
non C Tanariflavanon D Malofenol B
Macarangiosida A Macarangiosida B Macarangiosida C
Macarangiosida D Lauroside E methyl brevifolin
Hyperin Isoquercitrin
12
M. tanarius L. ., 2006)
Malofenol B
Macarangiosida C
methyl brevifolin carboxylate
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Gambar 2. Struktur prenylflavonoid yang diisolasi dari M. tanarius L.
(Kumazawa, Murase, Momose, dan Fukumoto, 2014)
5. Khasiat dan Kegunaan
Daun Macaranga tanarius L. digunakan secara tradisional pada produk
tempe dan juga untuk pakan hewan (Puteri dan Kawabata, 2010). Daun
Macaranga tanarius L. kaya akan tannin dan secara empiris digunakan sebagai
obat di masyarakat seperti obat diare, luka dan juga sebagai antiseptik (Lim,
Nonaka, dan Nishioka, 1990). Dekok akar Macaranga tanarius L. digunakan
sebagai antipiretik dan antitusif dalam pengobatan tradisional di Malaysia dan
Thailand, sedangkan ekstraknya digunakan sebagai campuran pasta gigi. Akar
keringnya digunakan sebagai agen emetik, sementara daun segarnya digunkaan
sebagai penutup luka guna mencegah terjadinya inflamasi. Di Cina, Macaranga
tanarius L. menjadi tumbuhan yang komersil dan dijadikan produk minuman
kesehatan sebagai teh herbal (Lim, Lim, dan Yule, 2009). Dekok batang
Macaranga tanarius L. digunakan untuk membasuh luka dan diminum sebagai
tonik pada wanita (Sutthivaiyakit dkk., 2002). Ekstrak Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
memiliki aktivitas biologis sebagai alelopati, antiulcer, dan inhibitor
siklooksigenase (Kawakami, Harinantenaina, Matsunami, Otsuka, Shinzato, dan
Takeda, 2008).
6. Ekologi Penyebaran dan Budidaya
Tumbuhan Macaranga tanarius L. merupakan tanaman pada daerah
tropis dan tersebar luas di Afrika, Madagaskar, Asia Tenggara, dan Pasifik. Di
Malaysia, sekitar 40 spesies Macaranga dapat tumbuh di hutan sekunder dan
daerah kosong (Lim dkk., 2009). Tumbuhan ini dapat ditemukan di sepanjang
Asia Timur dan Selatan, khususnya Cina Selatan, Korea dan Jepang (Matsunami
et al., 2006).
B. Inflamasi
1. Definisi
Inflamasi atau peradangan adalah respon terhadap rangsangan fisik,
kimiawi, biologis (infeksi akibat mikroorganisme atau parasit), dan kombinasi
ketiga agen tersebut. Rangsangan ini menyebabkan pelepasan mediator kimiawi,
seperti histamin, serotonin, bradikinin, dan prostaglandin yang menimbulkan
reaksi radang berupa panas, nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi. Eikosanoid,
pada dasarnya terdiri dari prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien (Rang, Dale,
Ritter, dan Moore, 2003).
Terdapat hubungan antara inflamasi dan infeksi, tetapi istilah tersebut
tidak bisa dianggap sama. Infeksi disebabkan oleh mikroorganisme dan dapat
menyebabkan inflamasi, sedangkan tidak semua inflamasi disebabkan oleh
infeksi. Pada saat proses inflamasi berlangsung, terjadi reaksi vaskular di mana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
cairan, elemen-elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia
berkumpul pada tempat jar
mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan
membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk
mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan (Kee dan Hayes, 1996).
2. Jenis inflamasi
Inflamasi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan waktu terjadinya, yaitu
inflamasi akut dan inflamasi kronik. Manifestasi pada kedua jenis radang dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Manifestasi lokal terjadinya inflamasi akut dan kronik
Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan dan agen
yang merugikan. Inflamasi akut terjadi pada waktu yang singkat yaitu beberapa
elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia
berkumpul pada tempat jaringan atau infeksi. Proses inflamasi merupakan suatu
mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan
agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk
mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan (Kee dan Hayes, 1996).
enis inflamasi
Inflamasi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan waktu terjadinya, yaitu
inflamasi akut dan inflamasi kronik. Manifestasi pada kedua jenis radang dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Manifestasi lokal terjadinya inflamasi akut dan kronik
(Kumar, Abbas, dan Aster, 2014)
Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan dan agen
yang merugikan. Inflamasi akut terjadi pada waktu yang singkat yaitu beberapa
15
elemen darah, sel darah putih (leukosit), dan mediator kimia
Proses inflamasi merupakan suatu
mekanisme perlindungan dimana tubuh berusaha untuk menetralisir dan
agen yang berbahaya pada tempat cedera dan untuk
mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan (Kee dan Hayes, 1996).
Inflamasi dapat dibagi menjadi dua berdasarkan waktu terjadinya, yaitu
inflamasi akut dan inflamasi kronik. Manifestasi pada kedua jenis radang dapat
Gambar 3. Manifestasi lokal terjadinya inflamasi akut dan kronik
Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan dan agen
yang merugikan. Inflamasi akut terjadi pada waktu yang singkat yaitu beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
menit hingga hari. Inflamasi akut ditandai dengan 5 tanda utama (Rhoades dan
Bell, 2013). Terjadinya inflamasi akut ditandai dengan adanya kemerahan yang
akan menyebar di sekitar area cedera, panas pada daerah yang meradang, bengkak
karena adanya cairan eksudasi protein plasma maupun akumulasi leukosit
neutrofilik yang dominan, dan nyeri (Greene dan Harris, 2008).
Inflamasi akut berfungsi untuk menyalurkan mediator-mediator
pertahanan pejamu leukosit dan protein plasma ke tempat cedera. Karakteristik
utama dalam peradangan akut adalah eksudasi cairan dan protein plasma serta
emigrasi leukosit terutama neutrofil. Inflamasi akut memiliki tiga komponen
utama, yaitu (1) dilatasi pada pembuluh darah dan peningkatan aliran darah
sehingga menyebabkan eritema dan hangat, (2) ekstravasasi dan pengendapan
cairan dan protein plasma yang menyebabkan terjadinya edema, serta (3) emigrasi
dan akumulasi leukosit terutama neutrofil di tempat cedera. Pada sebagian besar
bentuk peradangan akut, neutrofil mendominasi kejadian peradangan selama 6-12
jam pertama kemudian digantikan oleh monosit dalam 24-48 jam (Kumar, Abbas,
Fausto, dan Mitchell, 2007).
Inflamasi kronik terjadi karena respon terhadap senyawa asing dan dapat
berlangsung dalam hitungan minggu, bulan, bahkan tahun (Kumar et al., 2007).
Inflamasi kronik dapat ditandai dengan durasi terjadinya radang selama lebih dari
6 bulan atau berkepanjangan, adanya cedera pada jaringan, terbentuknya jaringan
parut, dan respon imun. Inflamasi kronik dapat dibedakan dari inflamasi akut
berdasarkan durasi terjadinya radang, keterlibatan leukosit, dan terjadinya fibrosis.
Leukosit yang terlibat dalam inflamasi kronik adalah makrofag, yang akan segera
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
menggantikan neutrofil pada tahap awal terjadinya inflamasi akut (Greene dan
Harris, 2008).
Inflamasi proliferatif kronik melibatkan keluarnya sejumlah mediator
yang tidak begitu berperan dalam respon akut seperti interferon, platelet-derived
growth factor (PDGF) serta interleukin-1,2,3 (Katzung, 2001). Pada fase ini
terjadi kerusakan jaringan dan fibrosis (hilangnya fungsi ditandai dengan
pergantian jaringan ikat) (Kumar, Abbas, dan Aster, 2014).
3. Gejala inflamasi
Respon inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya
permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan radang. Inflamasi akut
disertai beberapa gejala, seperti kemerahan (rubor), panas (calor), nyeri (dolor),
pembengkakan (tumor), dan gangguan fungsi (Wilmana dan Gan, 2007). Proses
inflamasi terdapat dua tahap yaitu tahap vaskular yang terjadi 10-15 menit setelah
terjadinya cedera dan tahap lambat. Tahap vaskular berkaitan dengan vasodilatasi
dan bertambahnya permeabilitas kapiler dimana substansi darah dan cairan
meninggalkan plasma dan menuju ke tempat cedera. Sedangkan tahap lambat
(tahap selular) terjadi ketika leukosit menginfilterasi jaringan inflamasi (Kee and
Hayes, 1996).
Kemerahan (rubor) terjadi karena terjadi peningkatan aliran darah pada
daerah cedera jaringan akibat pelepasan mediator kimia tubuh dan histamin yang
mendilatasi arteriol. Keadaan ini yang bertanggungjawab atas warna merah lokal
yang tampak pada peradangan akut dan terjadi pada tahap pertama dari inflamasi
(Rhoades dan Bell, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Panas (calor) disebabkan oleh metabolisme dari leukosit dan makrofag,
serta peningkatan aliran darah ke permukaan yang mengalami radang lebih
banyak daripada darah yang disalurkan ke daerah yang tidak mengalami radang.
Panas dan kemerahan terjadi secara bersamaan pada reaksi radang akut. Panas
merupakan suatu sifat reaksi peradangan pada permukaan tubuh, yang dalam
keadaan normal lebih rendah dari 37oC, yaitu suhu di dalam tubuh (Wilmana dan
Gan, 2007).
Pembengkakan (tumor) merupakan gejala paling nyata pada peradangan
akut, hal ini terjadi karena kinin mendilatasi arteriol sehingga meningkatkan
permeabilitas kapiler. Adanya peningkatan aliran darah dan cairan ke jaringan
yang mengalami cedera mengakibatkan protein plasma merembes ke dalam
jaringan interstisial pada tempat cedera. Campuran cairan dan sel yang tertimbun
di daerah peradangan disebut eksudat (Rhoades dan Bell, 2013).
Nyeri (dolor) dapat disebabkan oleh (1) adanya peregangan jaringan
akibat adanya edema (pembengkakan) sehingga terjadi peningkatan tekanan lokal
yang dapat menimbulkan rasa nyeri, (2) adanya pelepasan mediator nyeri seperti
prostaglandin, histamin, dan bradikinin yang dapat merangsang syaraf perifer di
sekitar radang sehingga timbul rasa nyeri, (3) terjadi perubahan pH lokal menjadi
lebih rendah atau konsentrasi lokal ion-ion tertentu yang dapat merangsang ujung-
ujung syaraf (Wilmana dan Gan, 2007).
Hilangnya fungsi (function laesa) merupakan gangguan fungsi dari
jaringan yang terkena inflamasi dan di sekitarnya akibat proses inflamasi
(Wilmana dan Gan, 2007). Hal ini disebabkan oleh penumpukan cairan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
tempat cedera jaringan dan karena rasa nyeri yang mengurangi mobilitas pada
daerah yang mengalami inflamasi (Rhoades dan Bell, 2013).
4. Mekanisme
Inflamasi diawali dari rusaknya membran sel secara mekanis, fisik,
maupun kimia dan menyebabkan teraktivasi enzim fosfolipase yang mengubah
fosfolipid menjadi asam arakidonat (Tjay dan Rahardja, 2007). Senyawa yang
berperan dalam pelepasan mediator inflamasi adalah asam arakidonat yang
merupakan substrat utama pada jalur siklooksigenase dan jalur lipooksigenase.
Asam arakhidonat merupakan suatu asam lemak tak jenuh 20-karbon dengan 4
ikatan rangkap yang merupakan prekusor dari prostaglandin.
Kejadian vaskular melibatkan beberapa mediator inflamasi yang diawali
dengan dilatasi pada arteriola kecil yang menyebabkan meningkatnya aliran darah
menuju daerah yang mengalami gangguan. Vasodilatasi terjadi karena terlepasnya
mediator inflamasi seperti prostaglandin (PG) E1 dan I2 serta histamin lalu diikuti
dengan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler yang menyebabkan eksudasi
cairan. Sistem kinin merupakan salah satu dari rangkaian enzim, yang
mengakibatkan produksi beberapa mediator inflamasi, pada umumnya bradikinin.
Sel yang terlibat dalam peradangan (sel-sel endothelial vaskular, sel mast, dan
makrofag jaringan) secara normal berada dalam jaringan, sementara peningkatan
aliran darah akan meningkatkan akses platelet dan leukosit ke area inflamasi
(Rang et al., 2003).
Respon inflamasi sitandai dengan mediator yang akan segera dilepas
termasuk amin (histamine, 5-HT), lipid (prostgladin, leukotrien, dan platelet
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
activating factor) yang muncul beberapa menit dan protein (sitokin seperti
interleukin dan TNF) yang membutuhkan lebih dari 30 menit untuk keluar
(Supriyatna, Febriyanti, Dewanto, Wijaya, dan Ferdiansyah, 2015). Histamin dan
serotonin merupakan mediator pertama yang akan dilepaskan saat terjadinya
inflamasi akut, tetapi histamin tidak memberikan efek pada proses terjadinya
inflamasi akut. Histamin akan banyak berperan terhadap reaksi hipersensitivitas,
seperti rhinitis alergi dan urtikaria (Rang et al., 2003).
Eicosanoid (metabolit asam arakidonat) merupakan senyawa yang
dihasilkan dari fosfolipid melalui jalur de novo. Senyawa ini terlibat dalam
pengaturan banyak proses fisiologis dan termasuk di antaranya yang paling
penting mediator-mediator dalam reaksi inflamasi. Sumber utama dari eicosanoid
adalah asam arakidonat, yang terbentuk dari proses esterifikasi fosfolipid.
Eicosanoid utama antara lain prostaglandin, tromboksan, dan leukotrien,
meskipun derivat lain dari asam arakidonat seperti lipoksin juga dihasilkan.
Langkah awal dan batas laju sintesis eicosanoid bergantung pada
pembebasan asam arakidonat, baik dalam satu tahap (dengan bantuan fosfolipase
A2) maupun dua tahap (dengan bantuan IP, inositol, fosfat, DAG, dan
diasilgliserol). Jalur fosfolipase A2 (PLA2) memiliki pengaruh besar dalam
pembentukan asam arakidonat intraseluler. Kerusakan sel umumnya memicu
proses pembebasan asam arakidonat (Kumar et al., 2007).
Asam arakidonat yang berperan dalam proses terjadinya inflamasi dapat
dimetabolisme melalui dua jalur, antara lain :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
a. Jalur siklooksigenase (COX)
Siklooksigenase (COX) terdiri dari dua bentuk, yaitu COX-1 dan COX-2.
COX-1 berperan dalam tubuh untuk menghasilkan prostaglandin yang diperlukan
oleh tubuh dan sebagai respon terhadap inflamasi, selain itu COX-1 ditemukan
pada banyak sel sebagai enzim konstitutif yang keberadaannya selalu tetap dan
tidak dipengaruhi oleh rangsangan. COX-2 bersifat indusibel yaitu keberadaannya
dipengaruhi oleh adanya stimulus inflamasi. Pada jalur siklooksigenase akan
mengawali biosintesis prostanoid yaitu prostasiklin (PGI2), prostaglandin D2
(PGD2), prostaglandin E2 (PGE2), dan tromboksan A2 (TXA2). Setiap produk
tersebut berasal dari prostaglandin H2 (PGH2) oleh pengaruh kerja enzim yang
spesifik. PGH2 sangat tidak stabil dan merupakan prekusor hasil akhir biologi
aktif jalur siklooksigenase (Kumar et al.,2007). Prostasiklin akan menyebabkan
vasodilatasi dan menghambat agregasi platelet. PGE2 dan PGD2 menyebabkan
vasodilatasi dan peningkatan permeabilitas kapiler. Tromboksan A2 (TXA2)
bekerja berlawanan dengan prostasiklin yaitu dapat menyebakan vasokonstriksi
dan agregasi platelet, tetapi TXA2 akan segera diubah menjadi TXB2 yang bersifat
tidak aktif (Rang et al., 2003).
b. Jalur lipooksigenase
Jalur lipooksigenase akan mengawali sintesis leukotrien, lipoksin, dan
komponen penyebab inflamasi lainnya (Rang et al., 2003). 5-lipooksigenase ialah
enzim yang mengubah asam arakidonat menjadi 5-hydroperoxyeicosatetraeoic
acid (5-HPTE) yang kurang stabil kemudian direduksi menjadi 5-HETE (5-
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
hydroxyeicosatetraenoic acid) sebagai kemotaksis untuk neutrofil atau diubah
menjadi golongan leukotrien (LT).
Produk dari 5-HPTE adalah leukotrien A4 (LTA4), LTC4, LTD4, dan
LTE4. Leukotrien mempunyai efek kemotaktik yang kuat pada eosinofil,
neutrofil, dan makrofag dan mendorong terjadinya bronkokonstriksi dan
perubahan permeabilitas vaskuler. Kinin dan histamin juga dikeluarkan di
tempat kerusakan jaringan, sebagai unsur komplemen dan produk leukosit serta
platelet lain. Stimulasi membran neutrofil menghasilkan oxygen free radicals.
Anion superoksid dibentuk oleh reduksi oksigen molekuler yang dapat memacu
produksi molekul lain yang reaktif, seperti hidrogen peroksida dan hydroxyl
radicals. Interaksi substansi-substansi ini dengan asam arakidonat
menyebabkan munculnya substansi kemotaktik, oleh karena itu memperlama
proses inflamasi (Wibowo dan Gofir, 2001).
Lipoksin juga termasuk hasil dari jalur lipoksigenase yang disintesis
melalui jalur transelular dengan bantuan 12-lypoxygenase. Lipoksin memiliki aksi
baik dan antiinflamasi. Aktivitas lipoksin menghambat kemotaksis neutrofil dan
perlekatan monosit (Kumar et al., 2007). Pembentukan dari metabolit-metabolit
asam arakidonat dan zat-zat yang memiliki peran dalam proses peradangan dapat
dilihat pada Gambar 4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Gambar 4. Diagram mediator inflamasi dan tempat aksi obat antiinflamasi
Obat antiinflamasi dibagi dalam dua golongan
kerjanya, yaitu obat antiinflamasi golongan kortikosteroid dan obat antiinflamasi
golongan non steroid (OAINS). Mekanisme penghambatan inflamasi dari
golongan obat kortikosteroid yaitu dengan menginduksi inhibitor fosfolipase A
yaitu lipocortin dan mengikat lipooksigenase serta mengurangi terbentuknya
Gambar 4. Diagram mediator inflamasi dan tempat aksi obat antiinflamasi
(Rang et al., 2003)
C. Antiinflamasi
Obat antiinflamasi dibagi dalam dua golongan menurut mekanisme
kerjanya, yaitu obat antiinflamasi golongan kortikosteroid dan obat antiinflamasi
golongan non steroid (OAINS). Mekanisme penghambatan inflamasi dari
golongan obat kortikosteroid yaitu dengan menginduksi inhibitor fosfolipase A
ipocortin dan mengikat lipooksigenase serta mengurangi terbentuknya
23
Gambar 4. Diagram mediator inflamasi dan tempat aksi obat antiinflamasi
menurut mekanisme
kerjanya, yaitu obat antiinflamasi golongan kortikosteroid dan obat antiinflamasi
golongan non steroid (OAINS). Mekanisme penghambatan inflamasi dari
golongan obat kortikosteroid yaitu dengan menginduksi inhibitor fosfolipase A2
ipocortin dan mengikat lipooksigenase serta mengurangi terbentuknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
leukotrien, sedangkan mekanisme penghambatan inflamasi dari OAINS yaitu
dengan mengikat siklooksigenase (COX) sehingga dapat mengurangi peradangan
yang terjadi (Priyanto, 2010).
Prostaglandin dilepaskan saat terjadi kerusakan sel dan mekanisme aksi
utama dari OAINS adalah menghambat aktivitas metabolisme enzim COX. Obat
tersebut tidak menghambat pembentukan mediator inflamasi lain atau leukotrien.
Enzim pertama dalam jalur pembentukan prostaglandin adalah prostaglandin G/H
sintetase, atau yang dikenal dengan nama siklooksigenase (COX). Enzim ini
mengubah asam arakhidonat (AA) menjadi prostaglandin G2 (PGG2) dan
prostaglandin H2 (PGH2), yang akan diubah menjadi tromboxan (TXA2) serta
prostasiklin yang akan merangsang timbulnya tanda-tanda inflamasi (Rang et al.,
2003). Terdapat dua bentuk COX, yaitu cyclooxigenase-1 (COX-1) dan
cyclooxigenase-2 (COX-2). COX-1 merupakan suatu isoform konstitutif yang
terdapat dalam kebanyakan sel dan jaringan normal yang berperan dalam menjaga
homeostasis jaringan. COX-2 terinduksi saat berkembang peradangan oleh sitokin
dan mediator radang (Goodman dan Gilman, 2007). Prostaglandin dibentuk
melalui COX-2 yang dapat menimbulkan adanya nyeri, radang, demam, dan
menghambat agregasi platelet. Berdasarkan pada selektivitasnya terhadap COX,
OAINS dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan, yaitu (1) OAINS yang
bekerja dengan menghambat pada COX-1 dan COX-2 yang disebut OAINS non
selektif, sedangkan (2) OAINS yang kerjanya didominasi dengan menghambat
COX-2 disebut COX-2 selektif inhibitor (Day dan Graham, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Keluarnya mediator inflamasi juga dipicu oleh adanya radikal bebas yang
berlebihan sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. Senyawa seperti glikosida
dan flavonoid memiliki aktivitas antiinflamasi dengan adanya aktivitas
penangkapan terhadap radikal bebas. Senyawa glikosida dapat diisolasi dari
ekstrak metanol Macaranga tanarius L., dengan gugus karbonil yang
menunjukkan kemampuan menangkap radikal bebas pada DPPH (Matsunami et
al., 2006). Metode DPPH adalah metode untuk mengukur kemampuan suatu
senyawa antioksidan dalam menangkap radikal bebas. Kemampuan penangkapan
radikal berhubungan dengan kemampuan komponen senyawa dalam
menyumbangkan elektron atau hidrogen (Toripah, Abidjulu, dan Wehantouw,
2014). Senyawa flavonoid dapat ditemukan pada ekstrak n-heksan dan kloroform
dari daun Macaranga tanarius L. yang terbukti mempunyai aktivitas penangkapan
radikal terhadap DPPH dan nymphaeol B sebagai agen antiinflamasi pada uji
siklooksigenase-2 (Phommart, et.al., 2005). Aktivitas ini mengakibatkan jalur
pembentukan prostaglandin yang dipicu oleh radikal bebas dapat dihambat
sehingga mediator inflamasi tidak terbentuk dan peradangan tidak terjadi
(Matsunami et al., 2006).
D. Kalium Diklofenak
Serbuk Cataflam Fast® berisi kalium diklofenak dengan kekuatan 50
mg. Kalium diklofenak adalah turunan asam benzenasetat, termasuk golongan
obat antiinflamasi non steroid (OAINS) yang memiliki nama kimia 2-[(2,6-
dichlorophenyl)amino]benzeneacetic acid, monopotassium salt, bobot molekul
sebesar 334,25 dan rumus molekul C14H10Cl2NKO2 (Novartis, 2009). Obat ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
merupakan senyawa yang menghambat siklooksigenase (COX) relatif non-selektif
dan kuat. Kalium diklofenak memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi, analgesik,
dan antipiretik. (Katzung, 2001). Struktur kimia kalium diklofenak ditunjukkan
pada Gambar 5.
Gambar 5. Struktur kimia kalium diklofenak (Novartis, 2009).
Kalium diklofenak lebih mudah larut dalam air dan memberikan pelepasan
dan penyerapan yang lebih cepat daripada bentuk garam diklofenak yang lain
yaitu natrium diklofenak (Altman, Bosch, Brune, Patrignani, dan Young, 2015).
Absorbsi kalium diklofenak melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap
yang terikat 99% pada protein plasma yang mengalami efek lintas awal (first-
pass) sebesar 40-50%. Walaupun waktu paruh (t1/2) singkat yakni 1-3 jam,
diklofenak diakumulasikan di cairan sinovilia sehingga efek terapi sendi jauh
lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Kemungkinan efek samping adalah
mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala. Dosis orang dewasa 100-150 mg
sehari terbagi dua atau tiga dosis (Gunawan, 2010). Metabolit utama dari
diklofenak adalah 4-hydroxydiclofenac, kemudian diekskresikan dalam urin
sekitar 65% dari dosis diklofenak dan 35% diekskresikan dalam empedu sebagai
konjugat diklofenak (Altman dkk., 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Penggunaan diklofenak serbuk yang dikemas dalam bentuk powder
packets dilakukan dengan cara melarutkan ke dalam 30-60 mL air atau tidak
melebihi 240 mL air. Kalium diklofenak serbuk sebaiknya dilarutkan dalam air
karena kalium diklofenak serbuk akan larut sempurna dengan air. Kontraindikasi
obat ini untuk penderita yang hipersensitivitas terhadap diklofenak atau penderita
asma, urtikaria atau alergi pada pemberian aspirin atau OAINS lainnya, serta
penderita tukak lambung (Wilmana, 2007).
E. Senyawa Fitokimia
Beberapa senyawa fitokimia inti telah dilaporkan sebagai agen
antiinflamasi yang berasal dari bahan alam, antara lain senyawa seperti polifenol,
flavonoid, terpenoid, alkaloid, antrakuinon, lignan, polisakarida, saponin, dan
peptida (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Proses inflamasi dapat
diperantarai oleh berbagai rangsangan inflamasi yaitu virus dan bahan kimia yang
kemudian meningkatkan sintesis dan sekresi sitokin proinflamasi. Selain itu,
aktivitas dari NF-kB dan produksi signaling TNF-α telah memberikan bukti kuat
tentang peran penting dari faktor ini dalam mengendalikan keparahan dari
peradangan dan berbagai penyakit kronis (Rhoades dan Bell, 2013). Senyawa
fitokimia telah menunjukkan aktivitas untuk memodulasi berbagai titik dalam
proses inflamasi. Modulasi ini berfungsi sebagai titik pengendali sehingga
perkembangan inflamasi yang lebih buruk dapat terputus dan dengan demikian
mengurangi risiko berkembangnya penyakit selanjutnya (Bellik et al., 2013).
Banyak mekanisme aksi telah dikemukakan untuk menjelaskan aktivitas
antiinflamasi dari senyawa fitokimia, antara lain: (1) Antioksidan dan aktivitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
penangkapan radikal bebas; (2) Modulasi aktivitas seluler dari proses inflamasi
yang terkait sel (sel mast, makrofag, limfosit, dan neutrofil); (3) Modulasi
aktivitas enzim proinflamasi seperti fosfolipase A2 (PLA2), cyclooxygenase
(COX), dan lipoxygenase (LOX) dan oksida nitrat (NO) yang diproduksi oleh
nitrat oksida sintase (NOS); (4) Modulasi produksi molekul proinflamasi lainnya;
dan (5) Modulasi dari ekspresi gen proinflamasi (Bellik et al., 2013).
Fenolik adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih cincin aromatik
dengan satu atau lebih gugus hidroksil. Fenolik pada tanaman terdiri dari asam
fenolat, flavonoid, dan tannin, serta sedikit ligan (Dai dan Mumper, 2010).
Senyawa fenolik dan flavonoid memiliki aktivitas antioksidan, hal ini karena
senyawa tersebut merupakan senyawa fenol yaitu senyawa dengan gugus –OH
yang terikat pada karbon cincin aromatik. Senyawa fenol ini mempunyai
kemampuan untuk menyumbangkan atom hidrogen, sehingga radikal DPPH dapat
tereduksi menjadi bentuk yang lebih stabil (Kurniati, 2013). Senyawa fenolik dan
flavonoid juga memiliki aktivitas antiinflamasi dan analgesik. Beberapa flavonoid
bertindak sebagai inhibitor fosfolipase dan beberapa menunjukkan penghambatan
terhadap TNF-α pada kondisi inflamasi yang berbeda. Investigasi biokimia juga
menunjukkan bahwa flavonoid dapat menghambat jalur siklooksigenase dan
lipooksigenase dari metabolisme asam arakidonat berdasarkan struktur yang
dimilikinya (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010).
Glikosida terdiri atas dua bagian yaitu molekul gula dan aglikon.
Glikosida larut dalam air dan alkohol tetapi sedikit larut dalam eter. Glikosida
memiliki aktivitas penghambatan terhadap siklooksigenase, sehingga mencegah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
terbentuknya PG-2 dan memberikan efek analgesik ringan serta diketahui
memiliki aktivitas antiinflamasi (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010).
Tannin merupakan kelompok utama lainnya dari polifenol yang terdiri
dari dua kelompok yaitu tannin terhidrolisis dan tannin terkondensasi. Tannin
terhidrolisis merupakan senyawa yang mengandung inti pusat dari glukosa atau
polyol lain yang teresterifikasi dengan gallic acid, yang biasa disebut dengan
gallotanins atau teresterifikasi dengan hexahydroxydiphenic acid yang biasa
disebut dengan ellagitanin (Dai dan Mumper, 2010).
Senyawa alkaloid dapat terbentuk pada daun yang merupakan tempat
berlangsungnya proses fotosintesis. Alkaloid banyak ditemukan dalam pelarut
semipolar (Kurniati, 2013). Beberapa senyawa alkaloid yang terisolasi dapat
memberikan efek analgetika dan narkotika, mempengaruhi peredaran darah dan
pernapasan, anastetika lokal, antioksidan dan antiparasit (Sirait, 2007). Alkaloid
dikaitkan dengan tipe rantai berdasarkan sistem cincin piridin menunjukkan
aktivitas antiinflamasi yang berarti (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010).
Saponin adalah glikosida dari triterpen dan sterol. Senyawa ini
mempunyai sifat aktif permukaan dengan sifat seperti sabun dan dapat dideteksi
dari terbentuknya busa dan untuk menghemolisis sel darah (Sirait, 2007). Saponin
terdiri dari sapogenin yaitu bagian yang bebas dari glikosida yang disebut
aglikon. Saponin memiliki kepolaran yang lebih tinggi dari sapogenin. Saponin
mempunyai efek antioksidan (Kurniati, 2013). Saponin menghambat kedua fase
dari udema. Dilaporkan bahwa mekanisme saponin dalam aktivitas antiinflamasi
dengan memediasi penghambatan aktivasi Nuclear Factor-kB, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
mengakibatkan penurunan ekspresi protein NF-kB yang diatur seperti diinduksi
nitrat oksida sintetase (iNOS) (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010).
F. Karagenin
Karagenin merupakan senyawa iritan yang diperoleh dari ekstrak
Chindrus crispus atau rumput laut merah dan termasuk dalam kelas
Rhodophyceae yang banyak ditemukan di Samudera Atlantik, Eropa, dan Amerika
Utara (Necas dan Bartosikova, 2013). Karagenin merupakan mukopolisakarida
tersusun dari monomer unit galaktosa sulfat. Bentuknya berupa serbuk berwarna
putih hingga kuning kecoklatan, ada yang berbentuk butiran kasar hingga serbuk
halus berwarna kecoklatan, tidak berbau, tidak berasa, serta memberi rasa
berlendir di lidah. Karagenin menginduksi reaksi inflamasi yang bersifat akut,
lokal, non-imun, dan dapat diamati dengan baik dengan reprodusibilitas tinggi
(Morris, 2003). Karagenin dapat digunakan dalam berbagai aplikasi sebagai
pembentuk gel, stabilizing, thickening, formulasi pada kosmetik, dan aplikasi
industri. Selain itu karagenin memiliki kegunaan khusus sebagai senyawa iritan
yang digunakan untuk pengujian obat antiinflamasi dan merupakan senyawa
penginduksi inflamasi akut pada tikus atau mencit tanpa adanya kerusakan pada
kaki yang meradang (Necas dan Bartosikova, 2013).
Karagenin yang digunakan untuk menginduksi udema pada kaki tikus
pada umumnya menggunakan larutan dengan konsentrasi 1-3% dengan cara
dilarutkan ke dalam garam fisiologis (NaCl fisiologis 0,9%) (Necas dan
Bartosikova, 2013). Karagenin diberikan secara intraplantar dengan volume 0,1
mL untuk tikus, sedangkan untuk mencit menggunakan volume 0,05 mL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
(Suleyman, Demircan, Karagoz, dan Ozta, 2004). Karagenin dipilih dalam
pembentukan udema karena dapat menstimulasi pelepasan prostaglandin setelah
disuntikkan ke hewan uji. Pelepasan mediator inflamasi akibat karagenin akan
menyebabkan terjadinya edema yang bertahan hingga 6 jam dan akan berangsur-
angsur berkurang dalam waktu 24 jam setelah injeksi (Suleyman et.al., 2004).
Mekanisme aksi karagenin sebagai senyawa penginduksi inflamasi
sinergis dengan beberapa mediator inflamasi seperti bradikinin, serotonin,
histamin, prostaglandin, leukotrien, dan chemotactic agents. Karagenin
mengiduksi inflamasi (udema) secara biphasic, tergantung usia dan berat badan
yang melibatkan beberapa mediator secara berurutan untuk menghasilkan respon
inflamasi. Fase awal adalah pelepasan histamine, serotonin dan bradikinin. Fase
akhir dihubungkan dengan pelepasan prostaglandin dan adanya induksi
siklooksigenase (COX-2) yang meningkatkan permeabilitas vaskular dan infiltrasi
neutrofil yang menghasilkan radikal bebas yang dapat menimbulkan udema.
Terjadinya peradangan lokal atau sistemik dikaitkan dengan peningkatan sitokin
pro-inflamasi TNF-α, IL-1, dan IL-6 (Necas dan Bartosikova, 2013). Fase awal
akan berakhir setelah 60 menit dan fase akhir terjadi antara 60 menit setelah
injeksi dan berakhir setelah 3 jam (Suleyman et.al., 2004).
Zat yang dapat digunakan untuk memicu terbentuknya udema, antara
lain: mustard oil 5%, dextran 1%, egg white fresh undiluted, serotonin kreatinin
sulfat, lambda karagenin 1% yang diinjeksikan secara subplantar pada telapak
kaki tikus. Terdapat beberapa tipe karagenin, yaitu karagenin lambda (λ),
karagenin iota (i), dan karagenin kappa (k). Pengelompokan karagenin tersebut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
berdasarkan atas kelarutannya pada kalium klorida dan kandungan sulfat serta
potensi pembentukan gel. Karagenin lambda(λ) paling cepat menyebabkan
inflamasi dan memiliki bentuk gel yang baik dan tidak keras (Rowe, Sheskey, dan
Weller, 2003). Keuntungan dari penggunaan karagenin, antara lain: tidak
meninggalkan bekas, tidak menimbulkan kerusakan jaringan, dan memberikan
respon yang peka terhadap obat antiinflamasi dibanding senyawa iritan lainnya
(Siswanto dan Nurulita, 2005).
G. Metode Penyarian
Penyarian merupakan peristiwa pemindahan massa. Zat aktif yang
semula berada di dalam sel ditarik oleh cairan penyari, sehingga terjadi larutan zat
aktif dalam cairan penyari tersebut (Depkes RI, 1989). Proses penarikan zat aktif
dalam simplisia nabati atau hewani dapat dilakukan dengan metode maserasi,
infudasi, dekoksi, perklorasi, maupun pemerasan simplisia segar. Pemilihan
metode dan jenis penyari yang digunakan tergantung dari zat aktif yang akan
disari (Badan POM RI, 2013).
Dekokta adalah sediaan cair yang dibuat dengan mengekstrak sediaan
herbal dengan air pada suhu 90oC selama 30 menit. Dekokta dibuat dengan
mencampur simplisia dengan derajat halus yang sesuai dalam panci dengan air
secukupnya, dipanaskan di atas tangas air selama 30 menit terhitung mulai suhu
90oC sambil sekali-kali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flannel, dan
tambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume dekokta
yang dikehendaki (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Pada umumnya, dekokta yang termasuk dalam metode penyarian infudasi
adalah hasil proses penyarian yang digunakan untuk menyari zat kandungan aktif
yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini
menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang.
Oleh sebab itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari
24 jam (Depkes RI, 1989).
Sediaan dekokta berbeda dengan sediaan infusa yang juga menggunakan
air, perbedaan terlihat dari lamanya waktu penyarian. Dekokta mempunyai waktu
penyarian lebih lama yaitu 30 menit dibandingkan dengan infusa yang hanya
memerlukan waktu 15 menit (Badan Pengawas Obat dan Makanan, 2010).
Dekokta digunakan untuk simplisia yang tahan terhadap pemanasan. Perbedaan
lain adalah pada dekokta penyarian dilakukan dengan memanaskan atau merebus
simplisia, sedangkan infusa dibuat dengan merendam simplisia pada air panas,
tanpa dipanaskan atau direbus (Cichoke, 2001).
H. Metode Pengujian Efek Antiinflamasi
Pengujian antiinflamasi dapat dilakukan dengan beberapa cara. Metode
yang dapat dilakukan antara lain :
1. In vitro
Metode pengujian secara in vitro merupakan metode pengujian yang
dilakukan di luar tubuh makhluk hidup. Percobaan secara in vitro berguna untuk
mengetahui peran dan pengaruh substansi-substansi fisiologis dalam inflamasi
seperti histamin, bradikinin, prostaglandin, dan lain-lain. Metode pengujian secara
in vitro antara lain 3H-Bradykinin receptor binding, 3H-substance P receptor
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
binding, uji kemotaksis polymophonuclear (PMN) leukosit in vitro, dan
Constitutive cellular arachidonic acid dan metabolism in vitro (Vogel, 2002).
2. In vivo
Metode pengujian secara in vivo merupakan metode pengujian yang
dilakukan di dalam tubuh makhluk hidup. Metode pengujian aktivitas secara in
vivo dibedakan menjadi tiga yaitu model inflamasi akut, subakut dan kronis.
a. Induksi udema pada telapak kaki belakang (paw udema)
Salah satu metode pengujian efek antiinflamasi adalah induksi udema
telapak kaki belakang hewan uji. Dasar metode ini adalah kemampuan agen dalam
menghambat terjadinya udema pada telapak kaki belakang hewan uji setelah
pemberian bahan-bahan pembuat radang (iritan) seperti seperti brewer’s yeast,
formaldehid, dextran, albumin, kaolin, serta polisakarida sulfat (Vogel, 2002).
Pada penelitian ini, metode induksi udema dilakukan pada kaki hewan
percobaan yaitu mencit jantan atau betina, dengan cara penyuntikan suspensi
karagenin secara subplantar pada telapak kaki kiri bagian belakang (Khanna dan
Sarma, 2001). Penggunaan metode induksi udema telah dilakukan pada penelitian
Gandhimathi (2013), penelitian ini menggunakan jangka sorong untuk
pengukuran udema, tanpa harus mengorbankan hewan uji. Aktivitas antiinflamasi
obat ditunjukkan oleh kemampuan mengurangi udema yang diinduksi pada kaki
hewan uji (Vogel, 2002).
COX-2 mencapai maksimal setelah 1 jam penginjeksian karagenin.
Penggunaan metode induksi karagenin pada kaki tikus telah semakin banyak
digunakan untuk menguji obat antiinflamasi baru serta digunakan untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
mempelajari mekanisme yang terlibat dalam peradangan. Sekitar 400 penelitian
telah menggunakan metode udema kaki tikus. Berdasarkan analisis literatur yang
telah dilakukan Posadas et al. (2004), menggambarkan bahwa injeksi karagenin
1% pada kaki mencit menyebabkan udema yang sama selama waktu pengamatan.
Keuntungan metode induksi udema antara lain: cepat, pengukuran udema
dapat dilakukan dengan dengan lebih akurat dan objektif, serta mudah dilakukan
karena mudah diamati atau visible. Kekurangan metode ini adalah teknik
penyuntikan telapak kaki hewan uji menggunakan karagenin secara suplantar
yang tidak menjamin pembentukan volume udema yang seragam, dapat
mempengaruhi nilai simpangan pada masing-masing kelompok hewan uji yang
cukup besar (Ma, Li, Li dan Wu, 2013).
b. Induksi asam asetat (permeabilitas vaskular)
Metode ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas inhibisi terhadap
peningkatan permeabilitas vaskular yang diinduksi oleh asam asetat secara
intraperitonial dengan melepaskan mediator-mediator inflamasi. Sejumlah
pewarna (Evan Blue 10%) disuntikkan secara intravena untuk melihat terjadinya
infiltrasi pada area kulit yang terinjeksi. Aktivitas inhibisi obat uji terhadap
peningkatan permeabilitas vaskular ditunjukkan oleh kemampuan obat uji dalam
mengurangi konsentrasi pewarna yang menempel dalam ruang abdomen yang
disuntikkan sesaat setelah induksi asam asetat (Vogel, 2002).
c. Induksi xylene pada udema daun telinga
Metode ini menggunakan xylene sebagai agen penginduksi inflamasi.
Pemaparan xylene melalui dermal menyebabkan kulit mengalami kerusakan,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
karena karakteristik xylene yang mudah larut dalam lemak. Induksi dilakukan
menggunakan mikropipet pada kedua permukaan daun telinga hewan uji dan
telinga kiri sebagai kontrol. Terdapat dua parameter pengukuran pada metode ini,
yaitu ketebalan udema dari daun telinga hewan uji yang diukur menggunakan
jangka sorong digital dan bobot dari daun telinga hewan uji yang diukur dengan
cara dipotong kemudian ditimbang, masing-masing pengukuran dibandingkan
dengan telinga kiri sebagai kontrol (Suralkar, 2008).
d. Modifikasi metode udema buatan dengan granuloma pouch
Metode ini merupakan induksi inflamasi subakut yang dilakukan dengan
cara mencukur bulu pada punggung hewan uji dengan diameter ± 3 cm. Pada
punggung yang dicukur, disuntikkan dengan udara 5 mL secara subkutan
sehingga membentuk kantong udara, selain itu juga diinjeksi karagenin sebanyak
0,1 mL dalam NaCl fisiologis. Kantong udara yang terbentuk kemudian dihisap
hingga kempes setelah 24 jam. Ditambahkan larutan karagenin 2% sebanyak 2
mL pada daerah yang terdapat kantong udara tersebut. Sediaan yang akan diuji
diberikan dengan cara mengoleskan pada daerah yang dicukur segera setelah
pemberian karagenin 2%. Pengukuran volume radang dilakukan pada hari ke
lima, eksudat yang terbentuk diambil dengan menggunakan jarum suntik dan
diukur volumenya (Verawati, Aria dan Novicaresa, 2011). Persen inhibisi
granuloma dihitung dengan membandingkan volume cairan eksudat kelompok
perlakuan dengan kelompok kontrol. Model percobaan ini lebih responsif untuk
uji obat antiinflamasi steroid (Khanna dan Sarma, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
e. UV-erythema
Metode ini merupakan pengujian untuk inflamasi menggunakan
ultraviolet (UV) yang paling sering digunakan untuk menyelidiki potensi
antiinflamasi dermatologis topikal secara in vivo. Prinsip dari metode ini adalah
hewan uji yang telah diberi bahan uji, disinari dengan sinar UV selama selang
waktu tertentu, setelah dua jam maka eritema diamati dan diberi skor nol hingga
empat. Kelebihan metode ini adalah sederhana, tetapi peneliti memerlukan
pelatihan untuk melakukan metode ini karena penilaian bersifat subyektif namun
tetap valid. Tes eritema UV hanya cocok untuk bahan dengan efek kortikosteroid,
sehingga obat-obat antiinflamasi yang bekerja dengan cara menghambat sintesis
prostaglandin tidak digunakan untuk pengujian ini (Vogel, 2002).
f. Induksi arthritis
Metode ini digunakan untuk induksi arthritis rheumatoid yang
merupakakan inflamasi kronik. Metode induksi ini bertujuan untuk menghasilkan
reaksi imun yang menyebabkan inflamasi dengan menginjeksikan antigen ke
dalam hewan uji. Pada penelitian yang dilakukan Gupta, Bharadwaj, Lata,
Sharma, Kacker, dan Sharma (2013), digunakan formaldehid sebagai adjuvant
penginduksi arthritis. Agen antiarthritis diberikan secara berturut-turut selama 21
hari. Perubahan volume telapak kaki berupa udem diukur dengan menggunakan
plethysmometer kemudian dibandingkan antara perlakuan dengan kontrol (Khanna
dan Sarma, 2001).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
I. Landasan teori
Inflamasi adalah bentuk respon proteksi tubuh akibat adanya benda asing
yang masuk ke dalam tubuh, infeksi bakteri atau virus, maupun kerusakan pada
sel atau jaringan di dalam tubuh. Inflamasi menandakan mekanisme perlindungan
di dalam tubuh untuk membasmi agen yang berbahaya dan untuk memperbaiki
jaringan (Rang, Dale, Ritter, dan Moore, 2003).
Rusaknya membran sel secara kimia, mekanis, maupun fisik akan
mengaktivasi enzim fosfolipase dan dibantu oleh radikal bebas yang mengubah
fosfolipid menjadi asam arakhidonat. Adanya ikatan antigen dengan antibodi
menyebabkan pelepasan mediator inflamasi seperti histamin, serotonin,
prostaglandin, kinin, dan ion kalsium. Asam arakidonat adalah substrat utama dari
mediator-mediator inflamasi yang dihasilkan dengan jalur lipooksigenase dan
siklooksigenase. Radikal bebas yang berlebihan akan menyebabkan kerusakan
jaringan sehingga menimbulkan inflamasi. Dalam proses peradangan, radikal
bebas terbentuk ketika asam arakidonat dikonversi menjadi endoperoksida
melalui jalur sikloksigenase dan hidroperoksida melalui jalur lipooksigenase
sehingga terjadi pelepasan mediator inflamasi. Biosintesis prostaglandin
berlangsung dengan bantuan radikal bebas. Jika radikal bebas tersebut tidak
ditangkap, maka prostaglandin akan terus terbentuk dan menyebabkan terjadinya
inflamasi (Wulandari dan Hendra, 2011).
Beberapa senyawa telah berhasil diisolasi dari Macaranga tanarius L.
yaitu diterpenoid, flavonoid, megastigmane glucoside gallate, dan hydrolizable
tannin. Kandungan flavonoid dan megastigmane glucoside gallate dilaporkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas (Kawakami dkk., 2008).
Matsunami, dkk. (2006) melaporkan adanya senyawa glikosida, yaitu
macarangioside A-C dan mallophenol B yang diisolasi dari ekstrak metanol
Macaranga tanarius L. menunjukkan aktivitas penangkapan radikal terhadap
DPPH. Dilihat dari pendekatan struktur, macarangioside A-C dan mallophenol B
mempunyai gugus karbonil yang mampu menangkap radikal bebas sehingga
mediator inflamasi tidak terbentuk dan peradangan tidak terjadi. Glikosida
merupakan senyawa yang kurang larut dalam pelarut organik dan lebih mudah
larut dalam pelarut air (Supriyatna, dkk., 2014). Oleh karena itu, diharapkan
dengan menggunakan air sebagai pelarut dekokta, sehingga dapat diperoleh lebih
banyak senyawa yang memiliki aktivitas dalam menangkap radikal bebas. Adanya
aktivitas antioksidan dalam menangkap radikal bebas diduga dapat membantu
menghambat pembentukan inflamasi yang menghambat prostaglandin dengan
menangkap radikal-radikal bebas yang berperan terhadap pembentukan mediator-
mediator inflamasi.
Wulandari dan Hendra (2011) telah melaporkan infusa daun Macaranga
tanarius L. memiliki efek analgesik pada mencit. Adanya efek analgesik yang
ditimbulkan oleh infusa daun Macaranga tanarius L. memunculkan dugaan
adanya efek antiinflamasi pada dekokta daun Macaranga tanarius L. Penelitian
kali ini dilakukan pengujian efek antiinflamasi menggunakan metode induksi
udema, metode ini dipilih karena telah digunakan oleh banyak peneliti dan telah
terbukti cocok untuk skrining evaluasi mendalam (Vogel, 2002). Pemilihan
metode ini disebabkan oleh cakupan untuk menguji efek antiinflamasi cukup luas,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
sehingga sekalipun belum diketahui secara spesifik bagaimana mekanismenya
namun efek dapat terlihat melalui metode ini. Pada penelitian ini, dilakukan pula
skrining fitokimia dengan menggunakan metode uji tabung, sehingga dapat
memberikan penegasan secara kualitatif terhadap golongan senyawa berupa
alkaloid, fenolik, flavonoid, glikosida, terpenoid, dan saponin yang terdapat pada
dekokta daun Macaranga tanarius L. sehingga diduga dapat berperan dalam
memberikan aktivitas antiinflamasi.
J. Hipotesis
Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dapat memberikan efek
antiinflamasi pada mencit galur Swiss yang diinduksi karagenin 1 %.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian tentang efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius
L. pada mencit galur Swiss merupakan jenis penelitian eksperimental murni
dengan rancangan acak lengkap pola searah.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimental murni karena
dilakukan dengan adanya perlakuan dan belum ada penelitian sebelumnya.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap pola searah karena setiap
hewan uji memiliki kesempatan yang sama untuk masuk dalam kelompok uji serta
faktor yang diuji dalam penelitian ini hanya pengaruh pemberian dosis sediaan
dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap udema pada telapak kaki mencit
yang diinduksi karagenin 1% dengan pengukuran menggunakan jangka sorong.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel utama
a. Variabel bebas. Dosis sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
b. Variabel tergantung. Besarnya tebal udema telapak kaki belakang pada
mencit galur Swiss yang terinduksi karagenin
2. Variabel pengacau
a. Variabel pengacau terkendali. Variabel pengacau terkendali dalam
penelitian ini adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
1. Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit galur
Swiss, berat badan 20-30 gram, jenis kelamin jantan, umur 2-3 bulan,
dan subyek uji dalam keadaan sehat.
2. Bahan uji yang digunakan berupa daun Macaranga tanarius L., yang
berasal dari Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
b. Variabel pengacau tak terkendali. Variabel pengacau tak terkendali dalam
penelitian ini adalah keadaan patofisiologis dari hewan uji, kemampuan
tubuh hewan uji untuk mengabsorpsi dekokta daun Macaranga tanarius L.,
serta kemampuan hewan untuk beradaptasi dengan peradangan (inflamasi).
3. Definisi operasional
a. Daun Macaranga tanarius L. merupakan daun yang diambil dari tumbuhan
Macaranga tanarius L. Daun yang digunakan yaitu daun yang berwarna
hijau segar, tidak berlubang, serta tidak terdapat kotoran dari binatang
kecil. Daun diperoleh dari Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
b. Serbuk daun Macaranga tanarius L. diperoleh dengan mengumpulkan lalu
mencuci daun Macaranga tanarius L. menggunakan air mengalir lalu
ditiriskan dan dikeringkan menggunakan oven dengan suhu 45-50oC selama
24 jam hingga daun benar-benar kering dan dapat diserbuk dengan mesin
penyerbuk. Serbuk diayak menggunakan ayakan nomor 40.
c. Dekokta daun Macaranga tanarius L. diperoleh dengan menginfudasi 10,0
g serbuk daun Macaranga tanarius L. dalam air sebanyak 20,0 mL, lalu
dipanaskan dalam 100,0 mL air pada suhu 90oC selama 30 menit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
d. Dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. (mg/kg BB) didapat
berdasarkan perhitungan menggunakan konsentrasi dekokta yang dapat
dibuat (10%) dan volume maksimal secara peroral pada mencit (1 mL)
serta berat badan maksimal mencit (30 gram).
e. Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap adanya benda asing. Respon
inflamasi berupa merah, nyeri, bengkak, perubahan fungsi, dan panas.
Dalam penelitian ini, tanda inflamasi yang diamati berupa udema
(bengkak) pada telapak kaki belakang mencit.
f. Tebal udema adalah tebal telapak kaki mencit yang diinduksi oleh larutan
karagenin 1% yang diinjeksikan secara subplantar dan diukur dengan
jangka sorong digital dalam satuan millimeter. Pengukuran dilakukan di
bagian telapak kaki mencit dengan posisi jangka sorong vertikal.
g. Efek antiinflamasi merupakan kemampuan sediaan dekokta daun
Macaranga tanarius L. pada dosis tertentu dalam mengurangi tebal udema
telapak kaki belakang pada mencit galur Swiss yang terinduksi karagenin.
h. Uji antiinflamasi merupakan uji pada mencit galur Swiss yang diinduksi
karagenin 1% sehingga terjadi peradangan pada telapak kaki belakang
mencit dan tebal udema diukur menggunakan jangka sorong digital selama
6 jam, kemudian kelompok kontrol dibandingkan dengan kelompok
perlakuan peroral dekokta daun Macaranga tanarius L.
i. AUC (Area Under Curve) menggambarkan tebal udema kaki belakang
mencit yang telah diukur menggunakan jangka sorong, AUC ditentukan
dengan rumus trapezoid dimana selisih udema antara kaki kiri (diberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
karagenin 1% secara subplantar) dan kaki kanan (tanpa karagenin) mencit
dikali dengan selisih waktu pengukuran (mm.menit).
j. Penghambatan inflamasi (PI) merupakan kemampuan bahan uji untuk
mengurangi pembengkakan pada kaki hewan uji akibat injeksi karagenin
1% secara suplantar terhadap kontrol negatif aquadest.
k. Potensi relatif daya antiinflamasi (PRDA) merupakan merupakan
kemampuan bahan uji untuk memberikan penghambatan inflamasi terhadap
kontrol positif diklofenak.
l. Pemberian peroral merupakan pemberian peringkat dosis dekokta daun
Macaranga tanarius L. melalui mulut hewan uji menggunakan spuit injeksi
oral yang jarumnya tumpul. Pemberian peroral dekokta daun Macaranga
tanarius L. dilakukan sebelum kaki mencit diinjeksikan dengan karagenin
1% secara subplantar dengan rentang waktu pada hasil orientasi.
m. Injeksi subplantar merupakan injeksi di bawah kulit telapak kaki belakang
hewan uji, arah jarum harus menuju ke jari-jari hewan uji.
C. Bahan Penelitian
1. Bahan utama
a. Hewan uji berupa mencit galur Swiss yang memiliki jenis kelamin jantan,
umur 2-3 bulan, dan berat badan 20-30 gram diperoleh dari Laboratorium
Imono Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Daun Macaranga tanarius L. diperoleh dari Paingan, Maguwoharjo,
Sleman, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
2. Bahan kimia
a. Zat inflamatogen berupa Karagenin tipe I (Sigma Chemical Co.) yang
diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas
Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
b. Serbuk Cataflam Fast® (Novartis Indonesia) yang mengandung kalium
diklofenak 50 mg sebagai kontrol positif diperoleh dari Apotek Kimia
Farma, Yogyakarta.
c. NaCl fisiologis 0,9 % (Ossuka) sebagai pelarut karagenin diperoleh dari
Apotek Kimia Farma, Yogyakarta.
d. Aquadest sebagai pelarut diperoleh dari Toko Brataco Chemica, Jl. Letjen
Suprapto 70, Ngampilan, Yogyakarta.
e. Ketamin 0,5 mL untuk melakukan euthanasia pada mencit setelah
penelitian selesai, diperoleh dari Laboratorium Farmakologi dan
Toksikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
D. Alat Penelitian
1. Alat pembuatan serbuk kering daun Macaranga tanarius L.
Alat-alat yang digunakan antara lain oven (Memmert), mesin
penyerbuk (Retsch), dan ayakan nomor 40.
2. Pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L.
Alat yang digunakan antara lain seperangkat alat gelas berupa beaker
glass, gelas ukur, batang pengaduk, labu ukur, corong, dan pipet tetes.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Timbangan analitik Mettler Teledo®, panci enamel, penangas air, kain flannel,
termometer, dan stopwatch.
3. Alat induksi udema telapak kaki belakang mencit
Seperangkat alat gelas berupa beaker glass, gelas ukur, labu ukur,
pipet tetes, batang pengaduk (Pyrex Iwaki Glass®). Timbangan analitik Mettler
Toledo®, stopwatch, spuit (syringe), needle, dan jangka sorong Digital Caliper
“Wipro”.
E. Tata Cara Penelitian
1. Determinasi tanaman Macaranga tanarius L.
Determinasi tanaman menggunakan ciri-ciri yang terdapat pada
tanaman Macaranga tanarius L. yang dilakukan secara benar berdasarkan
herbarium Macaranga tanarius L. yang telah dilakukan determinasi
sebelumnya dan disimpan di Laboratorium Botani Farmasi Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Pengumpulan bahan uji
Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius L. yang
telah dipanen saat pagi hari (antara pukul 07.00-10.00) pada bulan April 2015.
Bahan uji didapatkan dari tempat yang sama yaitu di Paingan, Maguwoharjo,
Sleman, Yogyakarta. Bila tempat tumbuh berbeda (perbedaan pada kualitas
tanah, kadar air, sinar matahari) akan mengakibatkan perbedaan kandungan
senyawa aktif (Agoes, 2007). Daun yang dipanen adalah daun yang masih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
segar berwarna hijau, tidak berlubang, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua,
serta tidak terdapat kotoran binatang kecil.
3. Pembuatan simplisia dan serbuk daun Macaranga tanarius L.
Pembuatan simplisia daun Macaranga tanarius L. dilakukan dengan
beberapa tahapan, antara lain daun yang telah dipanen dan dikumpulkan
kemudian dicuci dengan menggunakan air mengalir lalu ditiriskan untuk
meniadakan air pada daun. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L.
dilakukan di Laboratorium Pengujian “LPPT-UGM”, sebelum dilakukan
penyerbukan, daun kembali dikeringkan dengan menggunakan oven dengan
suhu 45-50oC selama 24 jam hingga daun benar-benar kering dan dapat
diserbuk dengan mesin penyerbuk dengan diameter lubang saringan 1 mm.
Serbuk simplisia yang didapatkan kemudian diayak kembali menggunakan
ayakan nomor 40.
4. Penetapan kadar air pada serbuk kering daun Macaranga tanarius L.
Penetapan kadar air dari serbuk bertujuan untuk mengetahui serbuk
yang digunakan telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik, yaitu kurang
dari 10% (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).
Penetapan kadar air dilakukan dengan menimbang krus kosong terlebih dahulu
(A), kemudian serbuk kering dari daun Macaranga tanarius L. yang sudah
diayak, dimasukkan ke dalam krus porselen (B) dan diratakan. Bobot serbuk
kering daun tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum pemanasan, setelah itu
dipanaskan dalam oven pada suhu 1050C selama 3 jam hingga dicapai berat
konstan yaitu perbedaan antara dua penimbangan berturut-turut tidak lebih dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
0,25% (Departemen Kesehatan RI, 1995). Serbuk kering daun Macaranga
tanarius L. yang sudah dipanaskan dimasukkan ke dalam eksikator lalu
ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan (C).
Kemudian dilakukan perhitungan terhadap kadar air serbuk daun Macaranga
tanarius dengan rumus :
Kadar air = (���)��
��100%
5. Pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L.
Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. ditimbang 10,0 g dan
dimasukkan ke dalam 20,0 mL pelarut aquadest sebagai pembasah serbuk,
kemudian ditambahkan lagi aquadest sebanyak 100,0 mL. Setelah itu,
dipanaskan pada heater dengan suhu 90oC dan dijaga tetap dalam suhu
tersebut selama 30 menit sambil beberapa kali diaduk. Waktu 30 menit
dihitung ketika suhu campuran mencapai 90oC. Setelah 30 menit, campuran
tersebut diambil dan diperas menggunakan kain flannel kemudian
ditambahkan air panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume
dekok daun Macaranga tanarius L. yang diinginkan yaitu 100 mL, sehingga
didapat konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. sebesar 10%.
6. Pembuatan larutan karagenin 1% sebagai penginduksi udema
Larutan karagenin yang digunakan sebagai zat penginduksi radang
dibuat dengan cara melarutkan 100 mg karagenin dalam larutan NaCl
fisiologis 0,9% hingga volume 10 mL, diperoleh konsentrasi karagenin 1 %
(b/v) setara dengan dosis 25 mg/kgBB menurut Williamson, Okpako dan
Evans (1996), dimana konsentrasi karagenin yang digunakan adalah 1%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
dengan volume 0,05 mL yang diinjeksikan pada mencit dengan berat badan
20 gram.
7. Pembuatan larutan diklofenak sebagai obat antiinflamasi
Serbuk Cataflam Fast® mengandung kalium diklofenak dengan
kekuatan 50 mg tiap sachet. Diambil serbuk Cataflam Fast® untuk ditimbang
sebesar 0,05 gram, lalu serbuk dilarutkan dalam aquadest hingga volume 100
mL. Diperoleh konsentrasi diklofenak sebesar 0,5 mg/mL.
8. Penentuan kontrol negatif
Kontrol negatif adalah zat yang tidak memiliki efek antiinflamasi
sehingga dapat digunakan sebagai pembanding terhadap zat yang diuji. Pada
penelitian digunakan aquadest sebagai kontrol negatif yang merupakan
pelarut dalam pembuatan dekokta daun Macaranga tanarius L. dan pelarut
kalium diklofenak.
9. Pembuatan inflamasi
Kaki mencit sebelah kiri diinduksi dengan larutan karagenin 1%
secara subplantar, sedangkan kaki sebelah kanan disuntik tanpa larutan
karagenin.
10. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. Penetapan
peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. didasarkan pada :
1) Bobot tertinggi mencit adalah 30 g
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
2) Pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. menggunakan
volume maksimal pemberian secara peroral pada mencil yaitu 1 mL
(Harmita dan Radji, 2008)
3) Konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. yang dapat dibuat
yaitu 10% (serbuk dapat terendam sempurna dalam air)
Penetapan dosis tertinggi dekokta daun Macaranga tanarius
L. yaitu :
D x BB = C x V
D x 30 g = 10 g/100 mL x 1 mL
D x 30 g = 100 mg/ mL x 1 mL
D = 3,3333 mg/gBB
D = 3333,33 mg/kgBB
Keterangan :
D = Dosis (mg/kgBB)
BB = Bobot badan mencit (gram)
C = Konsentrasi (mg/mL)
V = Volume (mL)
Dua dosis lainnya diperoleh dengan membagi 2 dari dosis
3333,33 mg/kgBB kemudian dibagi 2 lagi sehingga diperoleh 3 peringkat
dosis yaitu 3333,33; 1667,67; dan 833,33 mg/kgBB.
b. Penetapan dosis diklofenak. Dosis diklofenak dipilih berdasarkan
penelitian yang dilakukan Djunarko, Donatus, dan Noni (2003). Menurut
penelitian, dosis untuk tikus dengan berat badan 200 g adalah 32
mg/kgBB, lalu dikonversikan ke mencit dengan berat badan 20 gram
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
sehingga didapatkan dosis sebesar 4,48 mg/kg BB. Digunakan pula dosis
lain yaitu dosis kalium diklofenak untuk manusia dengan berat badan 50
kg adalah 50 mg (Manurung, 2013), maka dosis untuk manusia 70 kg
adalah sebesar 70 mg. Konversi dari manusia 70 kg ke mencit 20 g adalah
0,0026. Didapatkan dosis untuk mencit 20 g sebesar 9,1 mg/kg BB
mencit.
c. Penentuan waktu pemberian karagenin 1% b/v secara subplantar. Waktu
pemberian dosis efektif diklofenak dipilih berdasarkan penelitian
yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu 15 menit (Esvandiary, 2006;
Martin, 2010; Gunawan, 2010) dan 30 menit (Hidayat, 2010).
Dalam penetapan rentang waktu ini digunakan 15 ekor mencit yang
terbagi dalam 5 kelompok. Kelompok I, II, III, dan IV secara
berturut-turut diberikan pemberian peroral kalium diklofenak dengan
dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit, dosis
9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit, dosis 4,48
mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 30 menit, dan dosis 9,1
mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 30 menit sebelum injeksi
karagenin 1% secara subplantar. Kelompok V diberikan aquadest
sebagai kontrol negatif. Pengukuran udem dilakukan pada menit ke-0,
15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360
setalah diinjeksikan karagenin 1% secara subplantar. Rata-rata penurunan
udema kemudian dihitung pada berbagai selang waktu tersebut. Waktu
efektif pemberian diklofenak merupakan rentang waktu antara sesaat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
setelah pemberian kalium diklofenak sampai saat injeksi karagenin
yang mampu menurunkan udema secara berarti.
11. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam uji antiinflamasi dekokta daun
Macaranga tanarius L. adalah mencit galur Swiss sebanyak dua puluh lima
ekor, umur 2-3 bulan, berat badan 20-30 gram. Hewan uji yang digunakan
pada uji pendahuluan sebanyak lima belas ekor mencit galur Swiss, umur 2-3
bulan, dan berat badan 20-30 gram. Sebelum digunakan, hewan uji
diadaptasikan dengan lingkungan penelitian dan dipuasakan selama 18-24
jam dan hanya diberikan air minum.
12. Pengelompokan hewan uji
Pada penelitian ini dilakukan uji pendahuluan dan uji efek
antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. Hewan uji yang
digunakan sebanyak lima belas ekor mencit untuk uji pendahuluan yang
terbagi menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari tiga
ekor mencit. Pada pengujian efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga
tanarius L. digunakan lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari
lima ekor mencit, sehingga total mencit yang digunakan adalah dua puluh
lima ekor mencit.
Rincian kelompok penelitian beserta perlakuan yang diberikan dapat
dilihat pada flowchart, sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
a. Pengelompokkan hewan uji pada uji pendahuluan
Gambar 6. Flowchart pengelompokan hewan uji pada uji pendahuluan
Kelompok I (Kontrol negatif)
Kelompok II
(Perlakuan)
Kelompok III
(Perlakuan)
Lima belas
ekor mencit
Kelompok IV
(Perlakuan)
Kelompok V
(Perlakuan)
Aquadest (peroral)
Kalium diklofenak 4,48 mg/kg
BB (peroral)
Kalium diklofenak 4,48 mg/kg
BB (peroral)
Kalium diklofenak 9,1 mg/kg
BB (peroral)
Kalium diklofenak 9,1 mg/kg
BB (peroral)
Rentang waktu 15
menit
Rentang waktu 30
menit
Rentang waktu 15
menit
Rentang waktu 30
menit
Kaki kiri hewan uji diinjeksikan karagenin 1% secara subplantar dan kaki kanan
disuntik tanpa suspensi karagenin
Udema diukur selama 6 jam pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 210, 240, 270, 300, 330 dan 360 menggunakan jangka sorong digital
Dihitung selisih tebal udema kaki kiri dan kaki kanan lalu dilakukan perhitungan AUC masing-masing kelompok
Dilakukan pemilihan dosis dengan selang waktu yang efektif dalam menurunkan udema yang berarti pada telapak kaki mencit yang telah terinduksi karagenin 1%
Rentang waktu 15
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
b. Pengelompokan hewan uji pada uji efek antiinflamasi dekokta daun
Macaranga tanarius L.
Gambar 7. Flowchart pengelompokan hewan uji pada uji efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L.
Kelompok I (Kontrol negatif)
Kelompok II (Kontrol positif)
Kelompok III
(Perlakuan)
dua puluh lima
ekor mencit
Kelompok IV
(Perlakuan)
Kelompok V
(Perlakuan)
Aquadest (peroral)
Kalium diklofenak 4,48 mg/kg
BB (peroral)
Dekokta daun
M.tanarius 833,33
mg/kgBB (peroral)
Dekokta daun
M.tanarius 1667,67
mg/kgBB (peroral)
Dekokta daun
M.tanarius 3333,33
mg/kgBB (peroral)
Rentang waktu 15
menit
Rentang waktu 15
menit
Rentang waktu 15
menit
Rentang waktu 15
menit
Kaki kiri hewan uji diinjeksikan karagenin 1% secara subplantar dan kaki kanan
disuntik tanpa suspensi karagenin
Udema diukur selama 6 jam pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120, 150, 210, 240, 270, 300, 330 dan 360 menggunakan jangka sorong digital
Dihitung selisih tebal udema kaki kiri dan kaki kanan lalu dilakukan perhitungan AUC masing-masing kelompok (mm.menit)
Dilakukan perhitungan % penghambatan inflamasi dan % potensi relatif daya antiinflamasi pada masing-masing kelompok, lalu dilakukan analisis statistik
Rentang waktu 15
menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
13. Pengukuran aktivitas antiinflamasi
Pengukuran aktivitas antiinflamasi dilakukan dengan metode
pengukuran tebal udema telapak kaki belakang mencit dengan menggunakan
jangka sorong digital selama enam jam mulai dari menit ke-0, 15, 30, 45, 60,
90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan 360 setelah terinduksi
karagenin 1% dengan rentang waktu pemberian dari hasil orientasi.
Nilai selisih udema dihitung menggunakan luas area dibawah kurva
(AUC-Area Under Curve) dari ketebalan udema telapak kaki mencit
terinduksi karagenin pada masing-masing perlakuan di setiap rentang waktu
pengukuran dengan metode trapezoid. Rumus perhitungan sebagai berikut :
AUC0-x =( �����
� x t1-t0 ) + (
�����
� x t2-t1 ) + …. + (
�������
� x tn-tn-1 )
Keterangan :
AUC0-x = Area Under Curve dari ketebalan udema telapak kaki mencit pada menit ke-0 sampai menit ke-360 Cn – Cn-1 = Besarnya tebal udema dari menit ke-0 sampai menit ke-360 tn – tn-1 = Lamanya waktu pengukuran mulai dari menit ke-0 sampai menit ke-360
(Ikawati, Suparjan, dan Asmara, 2007).
Adanya aktifitas antiinflamasi dapat dilihat dari persen (%)
penghambatan inflamasi (PI). Kemampuan suatu bahan dalam mengurangi
udema pada kaki hewan uji dinyatakan sebagai daya antiinflamasi. Daya
antiinflamasi diperoleh dengan membandingkan luas daerah di bawah kurva
tebal udema kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dan
kontrol positif dengan luas daerah bawah kurva kontrol negatif (Hidayati,
Listyawati, dan Setyawan, 2005). Rumus perhitungannya sebagai berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
Penghambatan inflamasi (%) = (��� ���)��(��� ���)�
(��� ���)� x 100 %
Keterangan :
(AUC0-x)0 = AUC0-x rata-rata dari AUC ketebalan udema telapak kaki mencit pada kelompok kontrol negatif (mm.menit)
(AUC0-x)n = AUC0-x total dari AUC ketebalan udema telapak kaki mencit yang diberi senyawa uji dengan dosis sebesar n (mm.menit)
(Ikawati dkk., 2007).
Persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi (PRDA) dekokta daun
Macaranga tanaius L. dapat diketahui dengan membandingkan terhadap
kelompok kalium diklofenak sebagai kontrol positif. Rumus perhitungannya
sebagai berikut :
Potensi relatif daya antiinflamasi (%) = ����
����100%�
Keterangan :
DAp = Persen (%) penghambatan inflamasi kelompok perlakuan DAd = Persen (%) penghambatan inflamasi kalium diklofenak
(Hemamalini et al., 2010).
Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis secara statistik untuk
menemukan dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. yang dapat
menurunkan udema kaki mencit secara signifikan.
14. Identifikasi kandungan kimia dekokta daun Macaranga tanarius L.
Skrining fitokimia adalah tahap pendahuluan dalam suatu penelitian
fitokimia, hal ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang golongan
senyawa yang terkandung pada tanaman yang sedang diteliti. Metode
skrining fitokimia pada penelitian ini dilakukan dengan melihat perubahan
warna pada reaksi pengujian dengan menggunakan suatu pereaksi warna
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
(Kristianti, Aminah, Tanjung dan Kurniadi, 2008). Identifikasi kandungan
kimia dekokta daun Macaranga tanarius L. secara kualitatif menggunakan
metode yang dimodifikasi dari Departemen Kesehatan Republik
Indonesia (1980).
Uji Alkaloid dilakukan dengan cara mengambil 9 mL air dekokta
daun Macaranga tanarius L. dan 1 mL HCl 2 N. Campuran dipanaskan di
atas penangas air selama 2 menit, 10 tetes filtrat dipindahkan dan
ditambah 2 tetes Dragendrof (Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014).
Uji Flavonoid menggunakan air seduhan sebanyak 2 mL
dipindahkan dalam tabung reaksi dan ditambah 0,1 gram sebuk Mg, 1-2 mL
etanol 95%, dan 10 tetes HCl pekat (Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014).
Uji Glikosida dilakukan dengan mengambil air seduhan sebanyak
0,1 mL dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan 2 mL
aquades, 5 tetes Molisch, dan 2 mL H2SO4 pekat secara hati-hati
melalui dinding tabung reaksi (Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014).
Uji Saponin dilakukan dengan metode Forth yaitu mengambil air
seduhan sebanyak 10 mL dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu
dikocok kuat-kuat selama 10 detik (Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014).
Uji Tanin dilakukan dengan mengambil air seduhan sebanyak 1 mL
dan dipindahkan ke atas plat tetes lalu ditambah beberapa tetes FeCl3 1%
(Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Uji Triterpenoid/steroid dilakukan dengan mengambil 1 mL air
seduhan yang diuapkan hingga kering, kemudian ditambah dengan pereaksi
Lieberman-Burchad (Kurniati, 2013).
Uji Fenolik dilakukan dengan mengambil sebanyak 2 mL ekstrak
ditambahkan dengan 10 mL aquades lalu dididihkan selama 10 menit dalam
penangas air. Larutan tersebut kemudian disaring dan filtratnya ditambahkan
dengan 3 tetes FeCl3 1% (Kurniati, 2013).
F. Tata Cara Analisis Hasil
Analisis hasil pengujian efek antiinflamasi dilakukan dengan menghitung
AUC total dari ketebalan udema telapak kaki mencit pada rentang waktu
pengukuran untuk menghitung persen (%) penghambatan inflamasi serta persen
(%) potensi relatif daya antiinflamasi. Hasil pengukuran dianalisis secara statistik
dengan uji Shapiro-Wilk untuk melihat distribusi data mempunyai distribusi
normal atau tidak secara analitis karena penelitian ini merupakan deskriptif
numerik. Penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk karena sampel yang
digunakan sedikit yaitu kurang dari 50, bila nilai probabilitas (p)>0,05 maka data
terdistribusi normal. Keunggulan penggunaan metode analitis sebagai metode
untuk menguji normalitas data karena lebih objektif karena data tidak hanya
disajikan dalam bentuk plot atau histogram (Dahlan, 2008).
Pada penelitian ini, data yang didapat pada kelompok uji pendahuluan
dianalisis menggunakan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95%
untuk mengetahui perbedaan antar kelompok tidak berpasangan yang lebih dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
dua kelompok karena data memiliki distribusi normal dan menunjukkan varian
data sama pada Levene’s test. Pada uji ANOVA menghasilkan nilai p<0,05 yaitu
paling tidak terdapat dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang
bermakna kemudian dilakukan analisis Post-Hoc menggunakan uji LSD (memilih
alternatif uji manapun, hasilnya relatif sama) diperoleh nilai p<0,05 maka
diartikan terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data
tersebut (Dahlan, 2008).
Pada kelompok uji efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius
L., data yang diperoleh dilakukan analisis dengan uji Kruskal Wallis yaitu
merupakan alternatif uji non parametrik dari uji ANOVA satu arah karena data
tidak terdistribusi normal dan diperoleh nilai p<0,05 yaitu paling tidak terdapat
dua kelompok data yang mempunyai perbedaan rerata yang bermakna kemudian
dilakukan analisis Post-Hoc dengan uji Mann Whitney untuk mengetahui
kelompok yang berbeda secara bermakna yang diperoleh nilai p<0,05 maka
diartikan terdapat perbedaan rerata yang bermakna antara dua kelompok data
tersebut (Dahlan, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Determinasi Tanaman Macaranga tanarius L.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah serbuk daun
Macaranga tanarius L. dengan sediaan berupa dekokta. Pada penelitian ini,
dipilih bagian daun dari tumbuhan Macaranga tanarius L. Menurut Kumazawa
dkk. (2014), pada bagian daun Macaranga tanarius L. mengandung
prenylflavonoids (nymphaeol B, isonymphaeol B, nymphaeol A, 3’-geranyl-
naringenin, dan nymphaeol C) yang memiliki aktivitas penangkapan radikal
terhadap DPPH. Bagian daun dipilih karena dapat dikumpulkan dengan mudah
daripada bagian lain yang juga mengandung prenylflavonoids, seperti pada
trikoma glandular (Kumazawa dkk., 2014).
Pada penelitian sebelumnya juga telah terbukti bahwa daun Macaranga
tanarius L. memiliki efek antiinflamasi dengan bentuk sediaan ekstrak pada
pemberian secara peroral (Kurniawaty, 2011) dan topikal (Gilda, 2014). Sebelum
daun Macaranga tanarius L. tersebut digunakan dalam pengujian efek
antiinflamasi maka diperlukan determinasi tanaman untuk memastikan bahwa
tumbuhan yang digunakan adalah benar tanaman Macaranga tanarius L., yang
biasa dikenal oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai tanaman Senu. Bagian
tanaman yang digunakan dalam determinasi adalah bagian batang, daun, biji, dan
bunga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Determinasi dilakukan sesuai dengan buku acuan (Steenis, Hoed,
Blommbergen dan Eyma, 1992) hingga kategori jenis (spesies) dan dicocokkan
pula dengan herbarium yang disimpan di Laboratorium Botani Farmasi, Fakultas
Farmasi, Universitas Sanata Dharma. Herbarium yang digunakan sebagai acuan
telah dilakukan determinasi sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk membuktikan
bahwa batang, daun, biji, dan bunga yang dilakukan determinasi adalah benar
Macaranga tanarius L. Berdasarkan hasil determinasi maka terbukti bahwa
tanaman yang diuji adalah benar merupakan tanaman Macaranga tanarius L.
(Lampiran 4).
B. Penetapan Kadar Air Serbuk Daun Macaranga tanarius L.
Pengujian efek antiinflamasi pada penelitian ini dibuat menggunakan
serbuk daun Macaranga tanarius L. Daun Macaranga tanarius L. dipanen pada
waktu pagi hari, penentuan waktu panen erat kaitannya dengan tingkat zat aktif
yang terdapat dalam suatu simplisia. Pemanenan sebaiknya dilakukan pada saat
tanaman memiliki kandungan zat aktif paling tinggi. Pada penelitian ini,
pemanenan dilakukan pagi hari karena kandungan zat aktif dalam tanaman tinggi
dan belum terlalu lama terkena paparan sinar matahari. Metabolit sekunder
berperan untuk sistem pertahanan tanaman itu sendiri, salah satunya adalah untuk
proteksi terhadap sinar ultraviolet dari matahari yang dapat menghasilkan radikal
bebas (Sutini, 2005). Bagian daun akan dipanen setelah bunga mulai muncul atau
mekar, pemanenan daun sebaiknya dilakukan pada saat cuaca kering. Pemanenan
saat cuaca hujan akan mengakibatkan daun yang dipanen basah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
mengakibatkan kualitas simplisia daun berkurang bahkan rusak (Juanda dan
Cahyono, 2000). Daun yang dipilih adalah daun yang masih segar dan berwarna
hijau, tidak berlubang, dan tidak ada binatang kecil atau kotorannya. Daun
Macaranga tanarius L. yang telah terkumpul, kemudian dicuci menggunakan air
mengalir lalu dijemur di bawah sinar matahari dengan ditutup kain hitam untuk
melindungi terurainya kandungan kimia yang cukup mudah terpengaruh oleh sinar
matahari secara langsung, menghindari debu, dan mencegah agar tidak terbawa
angin ketika sudah kering. Pengeringan terhadap sinar matahari sangat umum
untuk bagian daun (Soegihardjo, 2013). Simplisia daun yang telah setengah
kering, lalu dikeringkan kembali di dalam oven dengan suhu 40-50oC hingga
kering. Keringnya daun ditandai dengan perubahan warna daun menjadi
kecoklatan dan mudah dihancurkan. Daun Macaranga tanarius L. kering
kemudian diserbukkan dengan mesin penyerbuk dan kemudian diayak kembali
menggunakan ayakan nomor mesh 40. Pengayakan ditujukan agar diperoleh
ukuran serbuk yang homogen dengan luas permukaan yang besar, sehingga
interaksi pelarut dengan serbuk akan semakin besar dan proses ekstraksi akan
semakin efektif (Agoes, 2009).
Penetapan kadar air ini dilakukan di LPPT Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta menggunakan metode gravimetri dengan alat moisture balance.
Serbuk daun Macaranga tanarius L. dipanaskan dalam oven pada suhu 105oC
selama 3 jam sehingga akan diperoleh bobot tetap. Tujuan pemanasan pada suhu
tersebut agar kandungan air sudah bisa menguap seluruhnya dan diperoleh serbuk
dengan kadar air yang tetap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Penetapan kadar air dilakukan untuk mengetahui kandungan air yang
terdapat dalam serbuk sehingga dapat diketahui apakah serbuk daun Macaranga
tanarius L. memenuhi salah satu persyaratan serbuk yang baik atau tidak. Salah
satu syarat serbuk yang baik adalah memiliki kadar air kurang dari 10%
(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995). Dengan
berkurangnya kadar air, diharapkan serbuk dapat lebih tahan terhadap
pertumbuhan kapang serta tahan terhadap kemungkinan reaksi kimia yang
diperantarai oleh air, seperti reaksi redoks atau reaksi enzimatis. Selain itu, nilai
kadar air dari serbuk penting dalam pembuatan sediaan dekokta. Hal ini karena
kadar air akan ikut mempengaruhi konsentrasi yang dihasilkan, apabila nilai kadar
air melebihi persyaratan dikhawatirkan konsentrasi dekokta tidak sesuai dengan
yang diinginkan. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh kadar air serbuk daun
Macaranga tanarius L. yang digunakan dalam penelitian adalah 6,66% b/b
(Lampiran 7), hal tersebut menunjukkan bahwa serbuk daun Macaranga tanarius
L. telah memenuhi persyaratan serbuk yang baik.
C. Dekokta Daun Macaranga tanarius L.
Sebanyak 10 gram serbuk daun Macaranga tanarius L. ditambahkan 20
mL air sebagai pembasah, kemudian ditambahkan air 80-100 mL. Campuran
tersebut dimasukkan ke dalam panci enamel (panci bertingkat) dan dipanaskan di
atas heater pada suhu 90oC selama 30 menit sambil sesekali diaduk. Waktu 30
menit dapat dihitung setelah campuran mencapai suhu 90oC. Selama pemanasan,
panci dalam keadaan tertutup agar suhu saat pemanasan tidak terpengaruh oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
suhu lingkungan atau suhu kamar. Campuran lalu diserkai menggunakan kain
flannel selagi panas hingga diperoleh volume 100 mL. Bila belum mencapai
volume 100 mL, dapat ditambahkan air panas melalui ampas. Konsentrasi dekokta
yang didapatkan adalah 10%. Hasil pembuatan dekokta didapatkan cairan
berwarna coklat, tidak berbau, dan rasanya pahit. Sediaan dekokta yang
menggunakan penyari berupa air dipilih karena diharapkan senyawa-senyawa
glikosida dan flavonoid yang mempunyai aktivitas penangkapan radikal bebas
dapat tertarik lebih banyak ke dalam sediaan dekokta dan menghasilkan efek
antiinflamasi pada mencit galur Swiss yang diinduksi karagenin 1%.
D. Hasil Uji Kandungan Kimia Dekokta Daun Macaranga tanarius L.
Pengujian terhadap kandungan kimia dari dekokta daun Macaranga
tanarius L. yang dilakukan secara kualitatif bertujuan untuk mengetahui
kandungan metabolit sekunder yang terdapat pada sediaan dekokta daun
Macaranga tanarius L. sehingga dapat diketahui pula senyawa yang diduga
bertanggungjawab dalam menimbulkan efek antiinflamasi. Pada penelitian ini
dilakukan pengujian terhadap adanya kandungan alkaloid, flavonoid, saponin,
polifenolik, glikosida, tannin, dan steroid/triterpenoid dengan metode uji tabung
dengan mengamati perubahan warna yang terjadi. Senyawa yang diuji pada
penelitian ini berdasarkan pada kandungan metabolit sekunder yang memiliki efek
antiinflamasi (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Hasil skrining fitokimia
pada dekokta daun Macaranga tanarius L. dapat dilihat pada Tabel II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada Tabel II, dapat dilihat bahwa pada
sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. mengandung senyawa yang
tergolong dalam alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, tannin dan fenolik.
Kelima hasil uji kandungan kimia menunjukkan reaksi yang positif dengan
melihat intensitas warna yang terbentuk.
Tabel II. Analisis kandungan kimia dekokta daun Macaranga tanarius L.
No Kandungan
Senyawa Hasil Uji
Tanda positif Hasil Tanda 1 Alkaloid Endapan merah Endapan merah +++ 2 Flavonoid Kuning-Jingga Kuning +++
3 Glikosida Cincin berwarna biru-ungu pada
batas cairan
Cincin ungu pada batas cairan
++
4 Saponin Buih > 1 cm dan bertahan selama
30 menit
Buih > 1 cm selama 30 menit
+++
5 Tannin Hijau - Biru kehitaman
Biru kehitaman +++
6 Fenolik Hijau-biru Biru kehitaman + 7 Terpenoid Merah Coklat -
(Azizah, Endang, dan Sitoresmi, 2014).
Keterangan :
(-) = Hasil pengujian negatif terhadap kandungan yang diujikan (+) = Hasil pengujian positif dengan intensitas warna rendah (++) = Hasil pengujian positif dengan intensitas warna sedang (+++) = Hasil pengujian positif dengan intensitas warna kuat
Pengujian terhadap alkaloid menghasilkan hasil positif yang dibuktikan
dengan adanya endapan merah di dasar tabung reaksi. Adanya flavonoid
dibuktikan dengan perubahan warna larutan menjadi kuning jingga. Pada uji
glikosida dibuktikan dengan adanya cincin ungu pada batas cairan. Adanya
saponin dibuktikan dengan terbentuknya buih dengan tinggi >1 cm pada tabung
reaksi, dan uji tanin dibuktikan dengan perubahan warna larutan menjadi biru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
kehitaman. Pada uji fenolik dibuktikan dengan adanya perubahan warna menjadi
biru kehitaman. Uji terpenoid menunjukkan hasil negatif, hal ini menunjukkan
bahwa terpenoid tidak dapat terambil pada sediaan dekokta yang menggunakan
pelarut polar berupa air karena sebagian besar terpenoid mempunyai struktur
siklik dengan satu atau lebih gugus fungsional seperti hidroksi dan karbonil,
sehingga terpenoid pada umumnya merupakan senyawa yang larut dalam lipid.
Terpenoid merupakan senyawa alam yang terbentuk dengan proses biosintesis dan
terdistribusi luas dalam dunia tumbuhan maupun hewan (Sirait, 2007).
Beberapa senyawa fitokimia inti telah dilaporkan sebagai agen
antiinflamasi yang berasal dari bahan alam, antara lain senyawa seperti polifenol,
flavonoid, terpenoid, alkaloid, antrakuinon, lignan, polisakarida, saponin, dan
peptida (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Senyawa fitokimia tersebut
ditemukan dalam pengujian secara kualitatif terhadap kandungan senyawa pada
dekokta daun Macaranga tanarius L.
Hasil pengujian secara kualitatif terhadap kandungan senyawa pada
dekokta daun Macaranga tanarius L., didapatkan bahwa dekokta daun
Macaranga tanarius L. mengandung golongan senyawa flavonoid dan glikosida.
Kedua golongan senyawa tersebut diduga bertanggung jawab terhadap efek
antiinflamasi. Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Phommart et al.(2005),
telah ditemukan bahwa daun Macaranga tanarius L. mengandung
tanarifuranonol, tanariflavonon C, tanariflavanon D dan ketujuh senyawa yang
telah dilaporkan sebelumnya yaitu nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C,
tanariflavanon B, blumenol A (vomifoliol), blumenol B (7,8-dihydrovomifoliol),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
dan annuionone E yang termasuk golongan senyawa flavonoid. Flavonoid dapat
diambil pada sediaan dekokta karena sifatnya yang larut air (Astuti, 2001).
Senyawa flavonoid termasuk dalam golongan senyawa fenolik yang memiliki
aktivitas antioksidan, hal ini karena senyawa tersebut merupakan senyawa fenol
yang mempunyai kemampuan untuk menyumbangkan atom hidrogen, sehingga
dapat menstabilkan radikal bebas yang terbentuk pada proses inflamasi (Kurniati,
2013). Investigasi biokimia juga menunjukkan bahwa flavonoid menimbulkan
efek antiinflamasi dengan menghambat jalur siklooksigenase dan lipooksigenase
dari metabolisme asam arakidonat berdasarkan struktur yang dimilikinya
(Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010).
Golongan senyawa glikosida merupakan senyawa yang diduga
bertanggung jawab pula dalam menghasilkan efek antiinflamasi pada dekokta
daun Macaranga tanarius L. Matsunami et al. (2006), menemukan kandungan
daun Macaranga tanarius L. berupa megastigmane glycoside yaitu
macarangiosida A-D dan tujuh flavanone terprenilasi, macaflavones A-G bersama
dengan campuran mallophenol B, lauriside E, methyl brevifolin carboxylate,
hyperin, dan isoquercitri, macarangioside E, dan F, dan (+)-pinoresinol 4-O-[6”-
O-galloyl]-β-D-glucopyranoside yang merupakan golongan senyawa glikosida
yang juga terkandung dalam sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
Glikosida memiliki aktivitas penghambatan terhadap siklooksigenase, sehingga
mencegah terbentuknya PG-2 dan memberikan efek analgesik ringan serta
memiliki aktivitas antiinflamasi (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Kandungan lain yang ditemukan pada dekokta daun Macaranga tanarius
L. adalah tannin. Pada Macaranga tanarius L. ditemukan senyawa ellagitanin
yaitu mallotinic acid, corilagn, macatannin A, dan macatannin B yang memiliki
efek antidiabetes (Putri dan Kawabata, 2010). Macaranga tanarius L. memiliki
banyak kandungan tannin. Lim dkk. (1990), melaporkan berhasil mengisolasi
tujuh hydrolysable tannins bersama dengan dua puluh satu tannin yang diketahui
dari daun Macaranga tanarius L. Hasil penelitian Valdes, Figueroa, Carbo,
Barragan, Herrera, dan Aguilar (2011) menunjukkan bahwa senyawa ellagitanin
memiliki kemampuan penangkapan radikal bebas yang berperan pada inflamasi.
Golongan senyawa alkaloid dan saponin juga ditemukan dalam dekokta
daun Macaranga tanarius L. Alkaloid mengandung nitrogen dan banyak
ditemukan dalam pelarut semi polar (Supriyatna, dkk., 2014). Alkaloid dikaitkan
dengan tipe rantai berdasarkan sistem cincin piridin menunjukkan aktivitas
antiinflamasi (Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010). Saponin adalah glikosida
dari triterpen dan sterol. Saponin mempunyai efek antioksidan (Kurniati, 2013).
Saponin memiliki efek antiinflamasi dengan menghambat kedua fase dari udema
(Agnihotri, Wakode, dan Agnihotri, 2010).
E. Uji Pendahuluan
Serangkaian uji pendahuluan perlu dilakukan terlebih dahulu, sebelum
dilakukan perlakuan uji antiinflamasi dari dekokta daun Macaranga tanarius L.
Uji pendahuluan (orientasi) dilakukan untuk menetapkan hal-hal yang akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
dilakukan pada pengujian sebenarnya. Uji pendahuluan pada penelitian ini
meliputi penetapan dosis diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin 1%.
Orientasi dosis kalium diklofenak dan rentang waktu pemberian
karagenin 1% bertujuan untuk menetapkan dosis diklofenak dan rentang waktu
pemberian karagenin 1% yang paling efektif sebagai antiinflamasi dalam
mengurangi tebal udema pada kaki mencit. Dosis diklofenak yang digunakan
untuk mencit dengan berat badan 20 gram dalam orientasi adalah 4,48 mg/kgBB
berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya (Djunarko dkk., 2003)
dan dosis 9,1 mg/kgBB berdasarkan dosis yang banyak digunakan di masyarakat
(Manurung, 2013). Pengujian rentang waktu pemberian karagenin 1% dipilih
berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya, yaitu 15 menit
(Gunawan, 2010; Martin, 2010) dan 30 menit (Hidayat, 2010). Rentang waktu
pemberian karagenin merupakan jeda antara pemberian zat uji secara peroral
dengan pemberian injeksi karagenin secara subplantar. Pada rentang waktu
tersebut, zat uji diharapkan telah terabsorbsi sehingga dapat memberikan efek
antiinflamasi secara optimal.
Konsentrasi karagenin sebagai agen penginduksi inflamasi didasarkan
pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu 1% (Kurniawaty, 2010;
Manurung, 2013). Karagenin tipe λ dipilih karena karagenin merupakan salah satu
zat inflammatogen udema pada kaki mencit yang paling banyak digunakan untuk
memprediksi efektivitas potensial terapeutik dari obat-obat antiinflamasi, baik dari
golongan steroid maupun non-steroid. Selain itu, karagenin juga tidak
menimbulkan kerusakan jaringan pada kaki mencit. Menurut Necas dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Bartosikova (2013), karagenin akan menginduksi cedera sel sehingga sel yang
cedera melepaskan mediator yang mengawali proses inflamasi akut seperti
histamin, serotonin, bradikinin dan prostaglandin. Udema yang terbentuk mampu
bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur berkurang dalam waktu 24 jam
setelah injeksi karagenin.
Pada uji pendahuluan ini, hewan uji terbagi menjadi lima kelompok.
Pengelompokan hewan uji dilakukan secara acak (random), maksudnya adalah
setiap unit dasar (individu) memiliki kesempatan yang sama untuk diambil
sebagai sampel. Masing-masing kelompok secara berturut-turut diberikan
aquadest dosis 25 g/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit sebagai
kontrol negatif, larutan diklofenak secara peroral dosis 4,48 mg/kgBB dengan
rentang waktu pemberian 15 menit, dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu 30
menit, dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 15 menit, dan dosis 9,1
mg/kgBB dengan rentang waktu 30 menit sebelum injeksi karagenin 1% secara
subplantar. Adanya kontrol negatif ditujukan untuk memastikan bahwa pelarut
untuk diklofenak tidak memberikan efek antiinflamasi dan digunakan untuk
mengetahui apakah pemberian diklofenak dengan dosis dan rentang waktu
tersebut dapat memberikan efek antiinflamasi dalam menurunkan tebal udema
dibandingkan dengan kontrol negatif. Rata-rata AUC total pada kelompok
orientasi dosis efektif dan rentang waktu pemberian dosis efektif diklofenak dapat
dilihat pada Tabel III.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Tabel III. Rata-rata AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin 1% (n = 5)
Kelompok Rata-rata AUC
total (mm.menit) (X ± SE)
Nilai p
Kontrol negatif aquadest waktu pemberian 15 menit
711,20 ± 6,41 0,390(N)
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 15
menit 181,63 ± 15,92 0,726
(N)
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 30
menit 267,15 ± 16,26 0,772
(N)
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit
280,35 ± 25,81 0,605(N)
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit
246,50 ± 11,15 0,790(N)
Keterangan : X = Mean (Rata-rata)
SE = Standard Error (SD/√�) N = Distribusi data normal (p>0,05)
Pengujian secara statistik terhadap nilai AUC total dilakukan dengan dua
tahap untuk menentukan dosis diklofenak dan waktu pemberian karagenin yang
efektif. Tahap pertama dilakukan pengujian terhadap kelompok kontrol negatif
aquadest dengan waktu pemberian 15 menit dibandingkan dengan kelompok yang
diberikan diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB dengan waktu pemberian 15 menit dan
kelompok yang diberikan diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB dengan waktu pemberian
15 menit. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah efek antiinflamasi yang
dapat dihasilkan oleh diklofenak memiliki perbedaan dengan aquadest sebagai
kontrol negatif yang memiliki rentang waktu pemberian senyawa uji yang sama
sehingga memiliki kesempatan yang sama untuk diabsorbsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Hasil dianalisis dengan menggunakan uji Shapiro-Wilk, untuk
mengetahui distribusi data. Berdasarkan uji tersebut didapatkan hasil bahwa
kelompok memiliki distribusi normal (p>0,05) (Tabel III), maka selanjutnya
dilakukan uji varian. Uji varian menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,250
(p>0,05) yang menunjukkan bahwa varian data yang diuji adalah sama atau
seragam. Dilanjutkan uji ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95% dan
diperoleh nilai p<0,05 yang menunjukkan paling tidak terdapat perbedaan rerata
AUC total yang bermakna pada dua kelompok uji pendahuluan. Perbedaan antar
kelompok uji pendahuluan dapat diketahui berbeda bermakna atau berbeda tidak
bermakna dengan melakukan analisis Post Hoc menggunakan uji LSD. Hasil dari
uji LSD pada kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel IV dan Gambar 8.
Berdasarkan hasil uji LSD (Tabel IV), masing-masing kelompok
perlakuan yang diberikan kalium diklofenak dosis 4,48 dan 9,1 mg/kgBB dengan
rentang waktu 15 menit berbeda secara signifikan (p>0,05) terhadap kontrol
negatif aquadest, yang merupakan pelarut diklofenak. Hal tersebut menandakan
bahwa kalium diklofenak yang diberikan dengan dosis 4,48 dan 9,1 mg/kgBB
dengan selang waktu pemberian karagenin selama 15 menit telah dapat
menurunkan tebal udema pada telapak kaki belakang mencit yang diinduksi
karagenin 1% atau memiliki aktivitas antiinflamasi. Dilihat dari tabel rata-rata
nilai AUC (mm.menit), nilai AUC aquadest menunjukkan nilai paling besar yaitu
sebesar 711,20 ± 6,41 (mm.menit), aquadest memberikan udema yang paling
besar dibandingkan perlakuan diklofenak. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa
pemberian aquadest tidak memberikan penurunan udema dibandingkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
kelompok perlakuan dengan pemberian kalium diklofenak pada dosis 4,48 dan 9,1
mg/kgBB dengan waktu pemberian karagenin 15 menit.
Tabel IV. Hasil uji LSD AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin antara kelompok
kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit
Kelompok Nilai p
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB waktu
pemberian 15 menit
Kontrol negatif aquadest waktu pemberian 15 menit 0,000
(BB)
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit 0,008
(BB)
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB waktu
pemberian 15 menit
Kontrol negatif aquadest waktu pemberian 15 menit 0,000
(BB)
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 15
menit 0,008
(BB)
Keterangan : BB = Berbeda bermakna (p < 0,05)
Gambar 8. Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin antara
kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit
711,20 ± 6,41 181,63 ± 15,92 280,35 ± 25,81
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Kelompok perlakuan dengan pemberian kalium diklofenak pada dosis
4,48 dan 9,1 mg/kgBB dengan waktu pemberian karagenin 15 menit telah terbukti
memberikan efek antiinflamasi, selanjutnya untuk melihat kelompok yang
memiliki dosis diklofenak dan waktu pemberian karagenin paling efektif
dilakukan dengan pengujian tahap kedua. Tahap kedua dilakukan pengujian
terhadap kelompok yang diberikan diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB waktu
pemberian 15 menit dan dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit terhadap
kelompok yang diberikan diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 30
menit dan dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit.
Kelompok uji pendahuluan tersebut memiliki data berditribusi normal,
kemudian dilakukan uji varian yang menghasilkan nilai probabilitas sebesar 0,562
(p>0,05) yang menunjukkan bahwa varian data yang diuji adalah sama atau
seragam. Oleh karena itu, dapat dilanjutkan dengan uji ANOVA satu arah dengan
taraf kepercayaan 95% dan diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,020 (p<0,05)
yang menunjukkan paling tidak terdapat perbedaan rerata AUC total yang
bermakna pada dua kelompok uji pendahuluan. Perbedaan antar kelompok uji
pendahuluan dapat diketahui berbeda bermakna atau berbeda tidak bermakna
dengan melakukan uji Post Hoc menggunakan uji LSD. Hasil dari uji LSD pada
kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel V dan Gambar 9.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Tabel V. Hasil uji LSD AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin antara kelompok
diklofenak rentang 15 dan 30 menit
Kelompok Perlakuan Diklofenak Nilai p
Dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit
Dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit 0,005
(BB)
Dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit 0,010
(BB)
Dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit 0,035
(BB)
Dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 15 menit
Dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit 0,620
(BTB)
Dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit 0,222
(BTB)
Dosis 4,48 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit
Dosis 9,1 mg/kgBB waktu pemberian 30 menit 0,443
(BTB)
Keterangan : BTB = Berbeda tidak bermakna (p > 0,05) BB = Berbeda bermakna (p < 0,05)
Gambar 9. Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada orientasi dosis efektif diklofenak dan rentang waktu pemberian karagenin 1% antara
kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit
280,35 ± 25,81 181,63 ± 15,92 267,15 ± 16,26 246,50 ± 11,15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
Berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan uji LSD pada masing-
masing kelompok uji pendahuluan (Tabel V), didapatkan bahwa nilai rata-rata
AUC total pada dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu 15 menit berbeda
secara signifikan (p<0,05) terhadap dosis 4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu 30
menit, dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 15 menit, dan dosis 9,1
mg/kgBB dengan rentang waktu 30 menit sebelum mencit diberikan karagenin
1% secara subplantar. Pada kelompok yang diberikan diklofenak dosis 4,48
mg/kgBB dengan rentang waktu 30 menit memiliki perbedaan tidak bermakna
(p>0,05) terhadap kelompok yang diberikan diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB
dengan rentang waktu 15 menit dan dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 30
menit. Pada dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 15 menit menunjukkan
hasil berbeda tidak bermakna (p>0,05) terhadap dosis 9,1 mg/kgBB dengan
rentang waktu 30 menit.
Pada penelitian ini, kelompok perlakuan yang diberikan diklofenak dosis
4,48 mg/kgBB rentang waktu 15 menit tersebut mampu memberikan penurunan
udema yang lebih besar daripada kelompok perlakuan dosis 4,48 mg/kgBB
dengan rentang waktu 30 menit, dosis 9,1 mg/kgBB dengan rentang waktu 15
menit, dan dosis 9,1 mg/kgBB rentang waktu 30 menit dilihat dari nilai rata-rata
AUC total, yaitu sebesar 181,63 ± 15,92 (mm.menit). Pada penelitian kali ini,
dipilih diklofenak dengan dosis 4,48 mg/kgBB rentang pemberian 15 menit
karena hanya dengan pemberian diklofenak pada dosis yang rendah dan rentang
waktu pemberian yang singkat telah dapat memberikan penurunan tebal udema
yang berbeda secara bermakna terhadap kontrol negatif (p<0,05) sehingga dosis
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
4,48 mg/kgBB dengan rentang waktu pemberian 15 menit dipilih untuk digunakan
pada langkah penelitian selanjutnya.
F. Uji Efek Antiinflamasi Dekokta Daun Macaranga tanarius L.
Pengujian efek antiinflamasi dilakukan untuk mengetahui efek
antiinflamasi sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L., mengetahui
persentase penghambatan inflamasi dan persen potensi relatif daya antiinflamasi
dari dekokta daun Macaranga tanarius L. pada udema telapak kaki belakang
mencit yang diinduksi karagenin 1%, serta mengetahui ada atau tidaknya
hubungan kekerabatan antara dosis dekokta daun Macaranga tanarius L.dan efek
antiinflamasi yang dihasilkan. Inflamasi ditandai dengan terjadinya udema pada
suatu bagian, dalam penelitian ini adalah udema pada telapak kaki belakang
mencit akibat injeksi suspensi karagenin 1%. Antiinflamasi adalah suatu senyawa
uji yang memiliki kemampuan untuk mengurangi pembengkakan (udema), dalam
penelitian ini adalah sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
Hewan uji yang digunaan pada penelitian ini adalah mencit jantan galur
Swiss. Mencit jantan dipilih karena mudah didapatkan daripada mencit betina dan
tidak terdapat pengaruh siklus estrus serta kehamilan. Adanya pengaruh siklus
estrus perlu dipertimbangkan karena pada siklus estrus terdapat peran dari
prostaglandin yaitu PG-F2α yang menyebabkan lisisnya korpus luteum (Romich,
2005). Hewan uji yang digunakan juga mempunyai keseragaman pada berat badan
(antara 20-30 gram) dan umur (2-3 bulan). Hal ini bertujuan untuk memperkecil
variabilitas biologis antar hewan uji yang digunakan sehingga dapat memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
respon yang relatif seragam (Yusuf, Agus, dan Ekardius, 2005). Sebelum
mendapatkan perlakuan, masing-masing mencit dipuasakan selama kurang lebih
8-12 jam dan hanya diberikan minum berupa air untuk menghindari kemungkinan
adanya pengaruh makanan terhadap kandungan bahan yang berkhasiat pada zat uji
yang dapat mempengaruhi efek antiinflamasi yang dihasilkan.
Pada pengujian efek antiinflamasi sediaan dekokta daun Macaranga
tanarius L., dua puluh lima hewan uji dibagi secara acak menjadi lima kelompok.
Kelompok pertama merupakan kelompok kontrol negatif yang diberikan aquadest
sebagai pelarut sediaan dekokta Macaranga tanarius L. sebelum injeksi karagenin
1% sebagai penginduksi udema. Kelompok kedua, ketiga, keempat dan kelima,
secara berturut-turut diberikan larutan kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB
sebagai kontrol positif, sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33
mg/kgBB, sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB,
sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB pada waktu
15 menit sebelum diberikan karagenin 1% sebagai penginduksi udema.
Metode pengukuran efek antiinflamasi yang digunakan dalam penelitian
ini mengadopsi dari Mahmood, Aorahman, Tariq, dan Hussain (2009), yaitu
pengukurannya terletak pada ketebalan kaki mencit (dari telapak kaki mencit
dengan posisi jangka sorong vertikal). Udema yang terbentuk diukur
menggunakan jangka sorong digital selama enam jam. Metode pengukuran
dengan jangka sorong merupakan salah satu metode yang seringkali digunakan
dalam uji antiinflamasi disamping metode potong kaki atau metode pengukuran
volume udema dengan pletismometer. Alasan pemilihan metode ini adalah karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
metode ini relatif sederhana, baik dari instrumen yang dibutuhkan, proses
perlakuan, pengamatan, pengukuran hingga pengolahan hasil. Sebelum memulai
rangkaian penelitian, alat jangka sorong yang akan digunakan dikalibrasi terlebih
dahulu untuk memastikan kelayakan, akurasi, dan presisi dari alat tersebut dalam
melakukan pengukuran (dalam millimeter). Kalibrasi alat dilakukan di PT. Atmi
Solo yang hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 6.
Pada kelompok kontrol negatif, hewan uji diberikan aquadest dengan
dosis 25 g/kgBB lalu diberikan injeksi karagenin 1% secara subplantar. Aquadest
digunakan sebagai kontrol negatif karena merupakan pelarut dari dekokta daun
Macaranga tanarius L. dan kalium diklofenak. Tujuannya untuk membandingkan
hasilnya dengan kelompok perlakuan, sehingga dapat dipastikan bahwa pelarut
sediaan dekokta Macaranga tanarius L. dan kalium diklofenak yang berupa air
tidak memberikan efek antiinflamasi pada mencit yang diinduksi karagenin 1%.
Pada kelompok kontrol positif, hewan uji diberikan Cataflam Fast® yang
mengandung kalium diklofenak 50 mg lalu diberikan injeksi karagenin 1% setelah
15 menit secara subplantar. Adanya kontrol positif digunakan untuk
membandingkan seberapa besar aktivitas antiinflamasi yang ditimbulkan oleh
dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap kalium diklofenak yang telah
terbukti memiliki aktivitas antiinflamasi. Kalium diklofenak dipilih karena produk
ini telah beredar di pasaran dan banyak digunakan oleh masyarakat, serta telah
teruji aktivitas antiinflamasinya yang merupakan golongan OAINS yang dapat
menghambat sintesis prostaglandin. Bentuk garam kalium dipilih karena lebih
mudah larut dalam air dan memberikan pelepasan dan penyerapan yang lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
cepat daripada bentuk garam diklofenak yang lain yaitu natrium diklofenak
(Altman dkk., 2015).
Pada kelompok perlakuan, masing-masing kelompok hewan uji diberikan
sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. Peringkat dosis dekokta daun
Macaranga tanarius L. berturut-turut adalah 3333,33 mg/kgBB; 1667,67
mg/kgBB; dan 833,33 mg/kgBB. Pemberian peringkat dosis sediaan dekokta daun
Macaranga tanarius L. ini dilakukan untuk mengetahui perbandingan khasiat
dekokta daun Macaranga tanarius L. pada setiap peringkat dosis sebagai
antiinflamasi terhadap kontrol.
G. Hasil Pengujian Efek Antiinflamasi Dekokta Daun
Macaranga tanarius L.
Efek antiinflamasi ditunjukkan dengan penurunan tebal udema pada kaki
mencit tiap satuan waktu setelah pemberian suspensi karagenin 1% yang
digambarkan dari penurunan nilai AUC total (mm.menit), selain itu efek
antiinflamasi juga dapat dilihat dari kemampuan penghambatan inflamasi dari
masing-masing kelompok perlakuan terhadap kontrol.
Tebal udema kaki mencit diukur menggunakan jangka sorong selama 6
jam pada menit ke-0, 15, 30, 60, 90, 120, 150, 180, 210, 240, 270, 300, 330, dan
360 sehingga dapat diketahui penurunan udema tiap satuan waktu (menit). Tebal
udema kaki mencit didapat dari selisih antara tebal udema kaki kiri mencit yang
disuntikkan suspensi karagenin 1% dengan tebal udema kaki kanan mencit yang
disuntikkan jarum tanpa karagenin pada tiap menit pengukuran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Hasil selisih tebal udema pada kaki mencit yang menunjukkan adanya
udema dari pengukuran 0-360 menit kemudian digunakan untuk menghitung luas
area bawah kurva atau AUC dari masing-masing kelompok. Hasil perhitungan
AUC masing-masing kelompok perlakuan beserta kontrol digunakan untuk
menentukan rata-rata AUC total. Nilai rata-rata AUC total adalah luas daerah di
bawah kurva yang menunjukkan rata-rata selisih tebal udema kaki mencit dari
menit ke-0 hingga menit ke-360 (mm.menit). Semakin besar nilai rata-rata AUC
totalnya, maka semakin kecil penurunan selisih tebal udema kaki mencit. Oleh
karena itu, senyawa yang diduga memiliki efek antiinflamasi diharapkan memiliki
nilai rata-rata AUC total yang kecil dan berbeda secara signifikan terhadap kontrol
negatif. Hasil rata-rata AUC total pada kelompok perlakuan sediaan dekokta daun
Macaranga tanarius L. beserta kelompok kontrol negatif dan kontrol positif dapat
dilihat pada Tabel VI dan Gambar 10.
Tabel VI. Rata-rata AUC total (mm.menit) pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5)
Kelompok Rata-rata AUC total (X ± SE)
Nilai p
Kontrol negatif aquadest 696,99 ± 9,39 0,423(N)
Kontrol positif
diklofenak 319,94 ± 2,64 0,917
(N)
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
517,74 ± 4,08 0,782(N)
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
486,09 ± 3,10 0,214(N)
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
533,30 ± 7,40 0,020(TN)
Keterangan : X = Mean (rata-rata)
SE = Standard error (SD/√�) N = Distribusi data normal (p>0,05) TN = Distribusi data tidak normal (p<0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
Hasil AUC total pada masing-masing kelompok uji kemudian dilakukan
analisis secara statistik menggunakan uji Shapiro Wilk dan didapatkan hasil
kelompok uji antiinflamasi memiliki distribusi data tidak normal dengan nilai
p<0,05 (Tabel VI). Dilanjutkan dengan analisis Kruskal-Wallis. Dari hasil analisis
diketahui nilai probabilitasnya 0,021 (p<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa paling
tidak terdapat perbedaan AUC total antara dua kelompok. Selanjutnya untuk
mengetahui kebermaknaan (p<0,05) dari perbedaan antar kelompok, dilanjutkan
dengan analisis Post Hoc menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil analisis Mann-
Whitney dapat dilihat pada Tabel VII dan Gambar 10.
Gambar 10. Diagram batang rata-rata AUC total (mm.menit) pada kelompok uji antiinflamasi
696,99 ± 9,39 319,94 ± 2,64 517,74 ± 4,08 486,09 ± 3,10 533,30 ± 7,40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Tabel VII. Hasil uji Mann-Whitney AUC total (mm.menit) pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5)
Kelompok Nilai p
Kontrol negatif aquadest
Kontrol positif diklofenak 0,009(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Kontrol positif diklofenak
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,047
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Keterangan :
BB = Berbeda bermakna (p < 0,05)
Hasil perhitungan AUC dari masing-masing kelompok kemudian
digunakan untuk menentukan persen penghambatan inflamasi untuk masing-
masing kelompok. Persen (%) penghambatan inflamasi (PI) dapat diperoleh
karena nilai AUC pada kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
dan kelompok kontrol positif lebih kecil daripada kelompok kontrol negatif.
Persen PI didapatkan dengan membandingkan selisih rata-rata AUC total
kelompok kontrol negatif dan AUC total pada masing-masing kelompok
perlakuan dengan rata-rata AUC total kontrol negatif. Perhitungan persen PI
bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan senyawa uji untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
menurunkan udema pada kaki belakang mencit akibat injeksi karagenin
dibandingkan kelompok kontrol negatif. Rata-rata persen penghambatan inflamasi
pada setiap kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. berserta
kontrol dapat dilihat pada Tabel VIII dan Gambar 11.
Tabel VIII. Rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5)
Kelompok Rata-rata % PI
(X ± SE) Nilai p
Kontrol negatif aquadest
0,00 ± 1,35 0,423(N)
Kontrol positif diklofenak
54,10 ± 0,38 0,918(N)
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33
mg/kgBB 25,72 ± 0,59 0,782
(N)
Dekokta daun M.tanarius dosis
1667,67 mg/kgBB 30,26 ± 0,57 0,214
(N)
Dekokta daun M.tanarius dosis
3333,33 mg/kgBB 23,49 ± 1,06 0,020
(TN)
Keterangan :
PI = Penghambatan Inflamasi X = Mean (rata-rata)
SE = Standard error (SD/√�) N = Distribusi data normal (p>0,05) TN = Distribusi data tidak normal (p<0,05)
Hasil persen (%) penghambatan antiinflamasi masing-masing kelompok
uji kemudian dianalisis secara statistik sama seperti yang dilakukan pada hasil
AUC total. Hasil dianalisis menggunakan uji Mann Whitney untuk mengetahui
kelompok mana yang memiliki perbedaan bermakna terhadap kemampuannya
untuk memberikan efek antiinflamasi yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel IX
dan Gambar 11.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Tabel IX. Hasil uji Mann-Whitney persen (%) penghabatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5)
Kelompok Nilai p
Kontrol negatif aquadest
Kontrol positif diklofenak 0,009(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Kontrol positif diklofenak
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,047
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Keterangan :
BB = Berbeda bermakna (p < 0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Gambar 11. Diagram batang rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi pada kelompok uji antiinflamasi
Dari hasil persen penghambatan inflamasi yang telah diperoleh pada
kelompok uji antiinflamasi maka dapat dilakukan penghitungan untuk
mendapatkan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi (PRDA). Hal ini
karena nilai persen penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan dekokta
daun Macaranga tanarius L. dan kelompok kontrol negatif lebih kecil
dibandingkan dengan kontrol positif. Tujuan dilakukannya perhitungan terhadap
persen potensi relatif daya antiinflamasi adalah untuk membandingkan
kemampuan bahan uji dalam menghambat inflamasi yang terjadi terhadap kontrol
positif, dalam penelitian ini adalah kalium diklofenak. Potensi relatif daya
0,00 ± 1,35 54,10 ± 0,38 25,72 ± 0,59 30,26 ± 0,57 23,49 ± 1,06
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
antiinflamasi didapatkan dari hasil perbandingan antara persen penghambatan
inflamasi kelompok perlakuan uji antiinflamasi dengan persen penghambatan
inflamasi kelompok kalium diklofenak sebagai kontrol positif yang merupakan
suatu obat antiinflamasi. Hasil rata-rata persen potensi relatif daya antiinflamasi
masing-masing kelompok uji dapat dilihat pada Tabel X.
Tabel X. Rata-rata persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5)
Kelompok Rata-rata % PRDA (X ± SE)
Nilai p
Kontrol negatif aquadest 0,00 ± 2,49 0,423(N)
Kontrol positif
diklofenak 100,00 ± 0,70 0,918
(N)
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33
mg/kgBB 47,54 ± 1,20 0,783
(N)
Dekokta daun M.tanarius dosis
1667,67 mg/kgBB 55,93 ± 1,06 0,212
(N)
Dekokta daun M.tanarius dosis
3333,33 mg/kgBB 43,42 ± 1,96 0,020
(TN)
Keterangan :
PI = Penghambatan Inflamasi X = Mean (rata-rata)
SE = Standard error (SD/√�) N = Distribusi data normal (p>0,05) TN = Distribusi data tidak normal (p<0,05)
Hasil pengujian nilai PRDA pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi
memiliki distribusi data tidak normal setelah diuji secara statistik menggunakan
uji Shapiro-Wilk, maka analisis dilanjutkan seperti yang dilakukan pada hasil
AUC total dan hasil persen penghambatan inflamasi. Dilakukan pengujian untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
mengetahui kebermaknaan dari perbedaan antar kelompok dengan menggunakan
uji Mann-Whitney yang dapat dilihat pada Tabel XI dan Gambar 12.
Tabel XI. Hasil uji Mann-Whitney persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi (n = 5)
Kelompok Nilai p
Kontrol negatif aquadest
Kontrol positif diklofenak 0,009(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Kontrol positif diklofenak
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB 0,009
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,047
(BB)
Dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
Dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB 0,009
(BB)
Keterangan :
BB = Berbeda bermakna (p < 0,05)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Gambar 12. Diagram batang rata-rata persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi
1. Kontrol negatif (Aquadest)
Pada kelompok kontrol negatif yang diberikan aquadest dan injeksi
karagenin 1% secara subplantar mengakibatkan terjadinya udema lokal yang
merupakan inflamasi akut. Tebal udema pada masing-masing kelompok tiap
menit dapat dilihat pada Gambar 13.
0,00 ± 2,49 100,00 ± 0,70 47,54 ± 1,20 55,93 ± 1,06 43,42 ± 1,96
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
Gambar 13. Kurva tebal udema (mm) terhadap waktu (menit) pada masing-masing kelompok uji antiinflamasi
Berdasarkan kurva tebal udema tiap satuan waktu pada masing-masing
kelompok uji antiinflamasi (Gambar 13), terlihat bahwa kelompok kontrol negatif
yang diberikan aquadest lalu disuntik dengan karagenin 1% tidak terjadi
penurunan udema yang signifikan terhadap kelompok uji antiinflamasi lainnya
dan menghasilkan tebal udema yang paling tinggi dibandingkan kelompok kontrol
positif kalium diklofenak dan kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. Beberapa penurunan kecil tebal udema yang terjadi pada kontrol
negatif dapat disebabkan oleh respon alami dari tubuh berupa antioksidan
endogen yang berupaya untuk mempertahankan dan memulihkan tubuh dari
peradangan, namun respon tubuh tersebut tidak dapat mengatasi udema yang
dapat dibandingkan kelompok uji lainnya. Adanya kenaikan udema cukup besar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
yang terjadi pada menit ke 60-90 dalam masing-masing kelompok karena
senyawa penginduksi udema berupa karagenin telah melewati fase awal pada
menit ke-60 dan memulai fase akhir dengan merangsang keluarnya mediator
berupa prostaglandin yang menyebabkan udema yang bertahan hingga 6 jam.
Karagenin yang digunakan pada penelitian ini adalah karagenin tipe λ yang
mengakibatkan cedera sel sehingga mediator inflamasi akan dilepaskan dan
mengawali kejadian inflamasi akut. Karagenin menginduksi udema dengan dua
fase (biphasic). Fase awal ditandai dengan pelepasan pelepasan histamin dan
serotonin yang akan berakhir hingga menit ke-60 dan fase kedua berhubungan
dengan pelepasan prostaglandin yang mengakibatkan terjadinya peningkatan
COX. Fase kedua berlangsung antara menit ke-60 setelah injeksi dan berakhir
setelah menit ke-180. Setelah pelepasan mediator inflamasi maka udema akan
bertahan selama 6 jam dan berangsur-angsur akan berkurang dalam waktu 24 jam
(Suleyman dkk., 2004).
Hasil pengujian terhadap nilai AUC total pada setiap kelompok
menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol negatif menghasilkan rata-rata AUC
total yang paling besar yaitu 696,99 ± 9,39 (mm.menit). Hal ini menunjukkan
kelompok kontrol negatif tidak dapat memberikan efek antiinflamasi, terlihat dari
nilai persen penghambatan inflamasi pada kontrol negatif sebesar 0,00 ± 1,35 %.
Hasil penelitian sebelumnya oleh (Kurniawaty, 2010), melaporkan bahwa
penggunaan kontrol negatif yang diberikan aquadest secara peroral lalu diberikan
karagenin 1% secara subplantar didapatkan hasil rata-rata bobot udema hampir
sama dengan kelompok kontrol negatif yang hanya diberikan karagenin 1% secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
subplantar yang menunjukkan bahwa kedua kontrol negatif tersebut tidak
memiliki kemampuan sebagai antiinflamasi. Hal ini berarti bahwa karagenin dapat
menimbulkan inflamasi yang terjadi dengan peningkatan tebal udema pada kaki
mencit sedangkan pelarut yang digunakan untuk dekokta daun Macaranga
tanarius L. dan pelarut kalium diklofenak yaitu aquadest tidak memiliki efek
dalam menurunkan udema pada kaki mencit atau tidak memiliki aktivitas
antiinflamasi.
2. Kontrol positif (Kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kg BB)
Pada kelompok kontrol positif yang diberikan kalium diklofenak, rata-
rata AUC total yang dihasilkan adalah paling kecil dan berbeda secara signifikan
pada uji Mann Whitney (Tabel VI) dibandingkan dengan kelompok aquadest,
yaitu sebesar 319,94 ± 2,64 (mm.menit). Kelompok kontrol positif menunjukkan
nilai persen penghambatan inflamasi yang paling tinggi yaitu 54,10 ± 0,38 % (X ±
SE) dan memiliki perbedaan secara signifikan terhadap kontrol negatif. Hal ini
menunjukkan bahwa pemberian diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB telah terbukti
memiliki penghambatan antiinflamasi yang lebih besar dibandingkan dengan
kontrol negatif yang menunjukkan tidak memiliki potensi penghambatan
inflamasi. Diklofenak merupakan obat antiinflamasi non steroid (OAINS) yang
memiliki efek menurunkan udema yang terbentuk akibat induksi karagenin.
Kalium diklofenak yang digunakan sebagai kontrol positif pada
penelitian ini merupakan golongan OAINS. Mekanisme kerja OAINS meliputi
reduksi sintesis prostaglandin dengan menghambat enzim siklooksigenase (COX).
Suatu obat dapat menjadi inhibitor kompetitif terhadap asam arakidonat untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
dapat berikatan dengan enzim COX, maka obat tersebut harus memiliki
lipofilisitas yang tinggi serta properti asam untuk menyerupai substrat alami dari
COX (Mehanna, 2003). Diklofenak merupakan turunan asam asetat yang
memiliki fungsionalitas asam sehingga dapat berikatan dengan enzim COX untuk
menghambat biosintesis prostaglandin.
3. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833.33;
1667,67; 3333,33 mg/kg BB pada mencit galur Swiss yang terinduksi
karagenin 1%
Kemampuan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dalam
memberikan efek antiinflamasi dapat dilihat dari adanya penurunan tebal udema
pada telapak kaki mencit yang ditunjukkan dengan penurunan rata-rata nilai AUC
total (mm.menit), peningkatan persen penghambatan inflamasi, dan persen potensi
relatif daya antiinflamasi.
a. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis
833,33 mg/kgBB
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33
mg/kgBB dapat memberikan nilai AUC tebal udema pada kaki mencit sebesar
517,74 ± 4,08 (mm.menit) yang lebih kecil dari kontrol negatif dengan nilai AUC
tebal udema pada kaki mencit sebesar 696,99 ± 9,39 (mm.menit). Kelompok
perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki
nilai persen penghambatan inflamasi sebesar 25,72 ± 0,59 % , dan menunjukkan
nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 47,54 ± 1,20 % yang lebih
besar dari kontrol negatif, yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
sebesar 0,00 ± 1,35 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar
0,000 ± 2,49%. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney,
kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB
memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap kontrol negatif. Hal ini
menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 833,33 mg/kgBB memiliki efek penghambatan inflamasi yaitu dapat
menurunkan udema pada telapak kaki kiri mencit yang terinduksi karagenin.
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33
mg/kgBB memiliki nilai AUC total yang lebih besar daripada kontrol positif yang
memiliki nilai AUC sebesar 319,94 ± 2,64 (mm.menit), sedangkan nilai persen
penghambatan inflamasi dan nilai persen potensi daya antiinflamasi lebih kecil
dari kontrol positif yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar
54,10 ± 0,38 % dan nilai persen potensi daya antiinflamasi sebesar 100,00 ±
0,70%. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, kelompok
perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki
perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap kontrol positif.
Hal ini menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. dapat memberikan efek penghambatan inflamasi dibandingkan dengan
kontrol negatif yaitu kelompok yang diberikan aquadest, tetapi efek yang
dihasilkan lebih rendah daripada kontrol positif yaitu kelompok yang diberikan
diklofenak sebagai obat antiinflamasi (OAINS).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
b. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis
1667,67 mg/kgBB
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67
mg/kgBB memiliki nilai AUC tebal udema pada kaki mencit sebesar 486,09 ±
3,10 (mm.menit) yang lebih kecil dari kontrol negatif dengan nilai AUC tebal
udema pada kaki mencit sebesar 696,99 ± 9,39 (mm.menit). Kelompok perlakuan
dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki nilai
persen penghambatan inflamasi sebesar 30,26 ± 0,57 %, dan menunjukkan nilai
persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 55,93 ± 1,06 % yang lebih besar
dibandingkan kontrol negatif, yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi
sebesar 0,00 ± 1,35 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar
0,00 ± 2,49%. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney,
didapatkan nilai p<0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna antar
kedua kelompok tersebut. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa dekokta
daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki efek
penghambatan inflamasi.
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67
mg/kgBB memiliki nilai AUC yang lebih besar daripada kontrol positif yang
memiliki nilai AUC sebesar 319,94 ± 2,64 (mm.menit), sedangkan nilai persen
penghambatan inflamasi dan nilai persen potensi daya antiinflamasi lebih kecil
dari kontrol positif, yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar
54,10 ± 0,38 % dan nilai persen potensi daya antiinflamasi sebesar 100,00 ±
0,70%. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki
perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap kontrol positif. Hal ini menyatakan
bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67
mg/kgBB memiliki potensi penghambatan inflamasi lebih rendah daripada kalium
diklofenak yang merupakan obat antiinflamasi (OAINS).
c. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis
3333,33 mg/kgBB
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33
mg/kgBB memiliki nilai AUC tebal udema pada kaki mencit sebesar 533,30 ±
7,40 (mm.menit) yang lebih kecil dari kontrol negatif dengan nilai AUC tebal
udema pada kaki mencit sebesar 696,99 ± 9,39 (mm.menit). Kelompok perlakuan
dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki nilai
persen penghambatan inflamasi sebesar 30,26 ± 0,57 % dan menunjukkan nilai
persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 55,93 ± 1,06 % lebih besar
dibandingkan kontrol negatif, yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi
sebesar 0,00 ± 1,35 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar
0,00 ± 2,49 %. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney,
didapatkan nilai probabilitas (p<0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan
bermakna antara kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis
3333,33 mg/kgBB dan kelompok kontrol negatif tersebut. Hasil analisis tersebut
menunjukkan bahwa dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,3 mg/kgBB
memiliki efek penghambatan inflamasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33
mg/kgBB memiliki nilai AUC yang lebih besar daripada kontrol positif yang
memiliki nilai AUC sebesar 319,94 ± 2,64 (mm.menit), sedangkan nilai persen
penghambatan inflamasi dan nilai persen potensi daya antiinflamasi lebih kecil
dari kontrol positif, yang memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar
54,10 ± 0,38 % dan nilai persen potensi daya antiinflamasi sebesar 100,00 ±
0,70%. Berdasarkan analisis statistik menggunakan uji Mann Whitney, didapatkan
nilai probabilitas (p<0,05) menunjukkan adanya perbedaan bermakna antar kedua
kelompok tersebut. Hal ini menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun
Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB memiliki potensi penghambatan
inflamasi lebih rendah daripada kalium diklofenak yang merupakan obat
antiinflamasi (OAINS).
d. Perbandingan efek antiinflamasi antar kelompok perlakuan dekokta
daun Macaranga tanarius L.
Pada penelitian ini, kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius
L. pada ketiga peringkat dosis memiliki efek antiinflamasi ditunjukkan dengan
adanya nilai persen penghambatan inflamasi, meskipun kemampuan yang
dihasilkan lebih kecil dari penghambatan inflamasi yang ditimbulkan oleh
kelompok kontrol positif diklofenak. Adanya efek penghambatan inflamasi yang
dihasilkan oleh masing-masing kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. tersebut, maka dapat dibandingkan potensi relatif daya
antiinflamasinya dengan diklofenak sebagai kontrol positif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33
mg/kgBB memiliki nilai AUC tebal udema pada kaki mencit sebesar 517,74 ±
4,08 (mm.menit), yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok perlakuan
dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB yang memiliki nilai
AUC total tebal udema pada kaki mencit sebesar 486,09 ± 3,10 (mm.menit),
diperoleh hasil analisis secara statistik menggunakan uji Mann Whitney memiliki
probabilitas (p<0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kedua
kelompok tersebut. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 833,33 mg/kgBB memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar
25,72 ± 0,59% dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 47,54 ±
1,20 % yang lebih kecil dari kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB yang memiliki nilai persen penghambatan
inflamasi sebesar 30,26 ± 0,57 % dan nilai persen potensi relatif daya
antiinflamasi sebesar 55,93 ± 1,06 %. Berdasarkan analisis statistik menggunakan
uji Mann Whitney, kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 833,33 mg/kgBB memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap
kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67
mg/kgBB. Hal ini menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun
Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB memiliki potensi penghambatan
inflamasi lebih rendah dibandingkan dengan kelompok perlakuan dekokta daun
Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB.
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67
mg/kgBB memberikan nilai AUC total tebal udema pada kaki mencit sebesar
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
486,09 ± 3,10 (mm.menit), lebih kecil dibandingkan dengan kelompok perlakuan
dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB yang memiliki nilai
AUC total tebal udema pada kaki mencit sebesar 533,30 ± 7,40 (mm.menit),
diperoleh hasil analisis secara statistik menggunakan uji Mann Whitney memiliki
probabilitas (p<0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kedua
kelompok tersebut. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar
30,26 ± 0,57 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 55,93 ±
1,06 % yang lebih besar dari kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB yang memiliki nilai persen penghambatan
inflamasi sebesar 23,49 ± 1,06 % dan nilai persen potensi relatif daya
antiinflamasi sebesar 43,42 ± 1,96 %. Berdasarkan analisis statistik menggunakan
uji Mann Whitney, kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 1667,67 mg/kgBB memiliki perbedaan yang signifikan (p<0,05) terhadap
kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33
mg/kgBB. Hal ini menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun
Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB menunjukkan potensi
penghambatan inflamasi lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok perlakuan
dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB.
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33
mg/kgBB memberikan nilai AUC total tebal udema pada kaki mencit sebesar
517,74 ± 4,08 (mm.menit), lebih kecil dibandingkan dengan kelompok perlakuan
dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB yang memiliki nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
AUC total tebal udema pada kaki mencit sebesar 533,30 ± 7,40 (mm.menit),
diperoleh hasil analisis secara statistik menggunakan uji Mann Whitney memiliki
nilai p<0,05 yang menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kedua
kelompok tersebut. Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 833,33 mg/kgBB memiliki nilai persen penghambatan inflamasi sebesar
25,72 ± 0,59 % dan nilai persen potensi relatif daya antiinflamasi sebesar 47,54 ±
1,20 % yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok perlakuan dekokta daun
Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB yang memiliki nilai persen
penghambatan inflamasi sebesar 23,49 ± 1,06 % dan nilai persen potensi relatif
daya antiinflamasi sebesar 43,42 ± 1,96 % %, diperoleh hasil analisis secara
statistik menggunakan uji Mann Whitney menghasilkan nilai p<0,05 yang
menunjukkan adanya perbedaan bermakna pada kedua kelompok tersebut. Hal ini
menyatakan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 833,33 mg/kgBB menunjukkan potensi penghambatan inflamasi lebih tinggi
dibandingkan dengan kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L.
dosis 3333,33 mg/kgBB.
Kelompok perlakuan yang diberikan sediaan dekokta daun Macaranga
tanarius L. menunjukkan aktivitas antiinflamasi yang dapat dilihat dari
kemampuan sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. dalam menimbulkan
penghambatan inflamasi. Penghambatan inflamasi pada kelompok perlakuan
dekokta daun Macaranga tanarius L. pada dosis 833,33; 1667,67; dan 3333,33
mg/kgBB, berturut-turut sebesar 25,72 ± 0,59; 30,26 ± 0,57; 23,49 ± 1,06 %.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB memberikan nilai persen penghambatan
inflamasi yang paling tinggi yaitu 30,26 ± 0,57 %.
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L., pada dosis
3333,33 mg/kgBB terjadi penurunan persen penghambatan inflamasi dan
penurunan persen potensi relatif daya antiinflamasi yang menunjukkan bahwa
semakin besarnya dosis dekokta daun Macaranga tanarius L. tidak menghasilkan
efek penghambatan inflamasi yang semakin besar pula, sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat kekerabatan antara kenaikan dosis sediaan
dekokta daun Macaranga tanarius L. dengan efek antiinflamasi yang dihasilkan.
Hal tersebut diduga karena adanya senyawa dari dekokta daun
Macaranga tanarius L. yang mengalami perubahan dari sifat antioksidan menjadi
prooksidan. Prooksidan adalah sifat senyawa yang dapat mendorong oksidasi pada
komponen sel yang melibatkan radikal bebas dan berujung pada reaksi rantai
sedangkan antioksidan merupakan sifat senyawa yang dapat melindungi sel dari
efek berbahaya radikal bebas oksigen reaktif (Ardhie, 2011). Prooksidan ini justru
menimbulkan efek yang merugikan. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang
kontroversional mengenai antioksidan eksogen, yaitu meliputi jenis, dosis, dan
matriks antioksidan ini dapat menjadi faktor penentu yang mempengaruhi
keseimbangan antara efek menguntungkan dan merugikan dari senyawa alami
(Yordi, Perez, Matos dan Villares, 2012). Senyawa bioaktif seperti polifenol yang
terdapat pada sediaan dekokta Macaranga tanarius L. dapat bertindak sebagai
prooksidan, dalam kondisi tertentu, seperti dosis pemberian yang tinggi dan
adanya ion logam. Senyawa fenolik dapat bertindak sebagai prooksidan dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
sistem yang mengandung logam reduksi aktif. Kehadiran O2 dan logam transisi
seperti besi dan tembaga mengkatalisis reaksi redoks fenolat dan dapat
menyebabkan pembentukan ROS dan phenoxyl radical yang akan merusak DNA,
protein dan lipid yang menyebabkan kematian sel (Galati dan O’Brien, 2004).
Penelitian lebih lanjut mengenai jumlah kandungan senyawa fenolik dari dekokta
daun Macaranga tanarius L. dapat dilakukan untuk menegaskan peran senyawa
fenolik yang memiliki kemungkinan berubah menjadi sifat prooksidan terhadap
efek antiinflamasi yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil yang didapat dalam penelitian ini, dapat dikembangkan
penelitian lebih lanjut mengenai dosis optimum dari sediaan dekokta daun
Macaranga tanarius L. yang dapat memberikan efek antiinflamasi pada rentang
dosis yang dipersempit yaitu di antara dosis 833,33 sampai1667,67 mg/kgBB atau
antara dosis 1667,67 sampai 3333,33 mg/kgBB. Pada penelitian ini, dosis yang
dapat dianjurkan untuk digunakan dalam memberikan efek antiinflamasi adalah
pada dosis 1667,67 mg/kgBB mencit, bila dikonversikan pada dosis manusia
adalah sebesar 13,862 g/50 kgBB manusia untuk sekali pemberian. Penelitian
lebih lanjut mengenai efek antiinflamasi pada infusa daun Macaranga tanarius L.
dapat dilakukan pula untuk membandingkan efek antiinflamasi yang dihasilkan
antara dua sediaan yang menggunakan pelarut air.
Sediaan dekokta yang menggunakan pelarut berupa air telah marak
digunakan oleh masyarakat karena pembuatannya yang praktis. Oleh karena itu
perlu dilakukan uji toksisitas terhadap pemberian dekokta daun Macaranga
tanarius L. yang digunakan dalam jangka panjang (dosis berulang). Hal ini
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pada organ tubuh dengan
melihat ciri histologis, misalnya lambung. Hal yang perlu diamati pula dalam
pengujian toksisitas adalah kemungkinan terjadinya perdarahan akibat dari
penghambatan mediator inflamasi yaitu tromboksan yang memiliki peran dalam
memicu agregasi platelet (Katzung, 2001). Uji toksisitas ini juga ditujukan untuk
pengembangan sediaan dekokta yang digunakan untuk melihat keamanan
pemakaiannya.
Inflamasi disebabkan oleh adanya kerusakan yang terjadi pada membran
sel akibat rangsangan kimiawi, fisik, ataupun mekanik dan dipengaruhi oleh
adanya pelepasan mediator kimiawi dari jaringan yang rusak serta terjadinya
migrasi sel. Kerusakan dari sel inilah yang akan memicu terjadinya pembebasan
asam arakidonat dan dapat diuraikan menjadi prostaglandin, suatu mediator
inflamasi yang diperantarai oleh enzim siklooksigenase (COX) (Rang et al.,
2007). Oksidan reaktif seperti radikal bebas yang bersifat relatif tidak stabil
(reaktif) juga dihasilkan pada daerah peradangan yang berkontribusi pada
kerusakan jaringan. Radikal bebas diartikan sebagai molekul yang mempunyai
satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan di orbit luarnya sehingga relatif
tidak stabil. Untuk mendapatkan kestabilannya, molekul yang bersifat reaktif
tersebut mencari pasangan elektronnya, sehingga disebut juga sebagai reactive
oxygen species (ROS) (Ardhie, 2011). Sumber utama radikal bebas pada mamalia
diantaranya pada proses sintesis prostaglandin. Radikal bebas yang berlebih akan
menyebabkan kerusakan jaringan dan menimbulkan peradangan. Dalam proses
peradangan, radikal bebas terbentuk ketika asam arakidonat dikonversi menjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
endoperoksida melalui jalur siklooksigenase dan hidroperoksida melalui jalur
lipooksigenase sehingga terjadi pelepasan mediator inflamasi. Ketika terjadi
kerusakan jaringan, jumlah radikal bebas meningkat seiring dengan peningkatan
produksi peroksida, padahal tubuh memproduksi antioksidan endogen yang
terbatas, seperti superoksida dismutase (SOD) yang bekerja menstabilkan radikal.
Apabila jumlah radikal bebas makin banyak, antioksidan endogen tidak mampu
lagi mengatasinya secara efektif sehingga dibutuhkan antioksidan dari luar
(eksogen) (Wulandari dan Hendra, 2011).
Gambar 14. Proses pengeluaran radikal bebas pada inflamasi
(Tjay dan Raharja, 2007).
Efek antiinflamasi dekokta daun Macaranga tanarius L. diduga karena
adanya senyawa glikosida yaitu macarangioside A-C dan mallophenol B yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
larut dalam air dan memiliki kemampuan dalam menangkap oksidan reaktif
seperti radikal bebas (free radical scavenger) (Matsunami et al., 2006). Dilihat
dari pendekatan struktur, macarangioside A-C dan mallophenol B mempunyai
gugus karbonil yang mampu menangkap radikal bebas sehingga jalur
pembentukan prostaglandin terhambat. Keberadaan glikosida quersetin, yaitu
hiperindan isoquersitrin yang dikenal sebagai flavonoid antioksidan (Matsunami
et al., 2006) juga mampu menangkap radikal bebas. Kandungan flavonoid seperti
tanarifuranonol, tanariflavanone C, dan tanariflavanone D memiliki aktivitas
antioksidan dalam menangkap radikal bebas (Phommart et al., 2005). Adanya
aktivitas antioksidan dalam menangkap radikal bebas diduga juga mampu
memberikan efek antiinflamasi yang membantu menghambat pembentukan
prostaglandin dengan menangkap radikal bebas yang berperan dalam
pembentukan inflamasi. Antioksidan akan menghambat inisiasi pembentukan
radikal bebas atau menginaktifkan radikal bebas dan menghentikan kerusakan
yang diakibatkan oleh adanya radikal bebas (Ardhie, 2011).
Flavonoid juga dapat berperan pada penghambatan degranulasi netrofil
sehingga secara langsung akan mengurangi pelepasan asam arakidonat oleh
netrofil. Beberapa senyawa flavonoid dapat menghambat pelepasan asam
arakidonat dan sekresi enzim lisosom dari membran dengan jalan memblok jalur
siklooksigenase secara tidak langsung akan menyebabkan penghambatan
biosintesis eikosanoid sehingga menurunkan kadar prostaglandin yang merupakan
mediator inflamasi sehingga inflamasi pada jaringan berkurang. Flavonoid juga
berperan sebagai penstabil Reactive Oxygen Spesies (ROS), melalui reaksinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
dengan senyawa reaktif dari radikal sehingga menyebabkan radikal penyebab
kerusakan jaringan sel tersebut menjadi inaktif (Hidayati, Listyawati, dan
Setyawan, 2005).
Penelitian ini merupakan penelitian skrining awal farmakologi untuk
mengetahui ada tidaknya efek antiinflamasi dari dekokta daun Macaranga
tanarius L. pada mencit galur Swiss yang membuktikan bahwa dekokta daun
Macaranga tanarius L. memiliki efek antiinflamasi, namun informasi yang terkait
dengan senyawa yang bertanggungjawab terhadap efek antiinflamasi serta
bagaimana mekanisme efek antiinflamasi dari dekokta daun Macaranga tanarius
L. tersebut belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian
lebih lanjut untuk mengetahui senyawa lebih spesifik yang bertanggungjawab
terhadap aktivitas antiinflamasi dari dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. memiliki efek antiinflamasi
pada mencit galur Swiss yang diinduksi karagenin 1%.
2. Efek penghambatan inflamasi sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
pada dosis 833,33; 1667,67; dan 3333,33 mg/kgBB yang dinyatakan oleh
persen (%) penghambatan inflamasi berturut-turut adalah 25,72; 30,26; dan
23,49%.
3. Potensi relatif daya antiinflamasi sediaan dekokta daun Macaranga tanarius
L. pada dosis 833,33; 1667,67; dan 3333,33 mg/kgBB yang dinyatakan oleh
persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi berturut-turut adalah 47,14;
55,94; dan 43,42%.
4. Tidak terdapat hubungan kekerabatan antara pemberian peringkat dosis
sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L. terhadap efek antiinflamasi
yang dihasilkan.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perlu dilakukan penelitian
tentang :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
1. Penelitian lebih lanjut mengenai efek antiinflamasi pada rentang dosis yang
dipersempit yaitu antara dosis 833,33 mg/kgBB sampai 1667,67 mg/kgBB
dan rentang dosis antara 1667,67 mg/kgBB sampai 3333,33 mg/kgBB untuk
mengetahui dosis optimum dari sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
2. Penelitian lebih lanjut mengenai senyawa spesifik yang bertanggungjawab
terhadap efek antiinflamasi dari sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
menggunakan metode kromatografi kolom.
3. Penelitian lebih lanjut terhadap efek antiinflamasi dari daun Macaranga
tanarius L. dalam bentuk sediaan infusa dengan metode induksi udema pada
kaki belakang hewan uji agar dapat dibandingkan efek antiinflamasinya
terhadap sediaan dekokta daun Macaranga tanarius L.
4. Penelitian mengenai toksisitas pada pemberian dekokta daun Macaranga
tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Daftar Pustaka Anonim, 2015, Prosea - Macaranga tanarius, http://www.proseanet.org/prohati4
/browser.php?docsid=162, diakses tanggal 28 April 2015. Agoes, G., 2009, Teknologi Bahan Alam (Serial Farmasi Industri-2), Edisi revisi
dan perluasan, Penerbit ITB, Bandung, hal. 10-20. Agnihotri, S., Wakode, S., dan Agnihotri, A., 2010, An Overview on Anti-
inflammatory Properties and Chemo-profiles of Plants Used in Traditional Medicine, Indian Journal of Natural Products and Resources, 1(2), 150-167.
Altman, R., Bosch, B., Brune, K., Patrignani, P., Young, C., 2015, Advances in
NSAID Devlopment: Evolution of Diclofenac Product Using Pharmaceutical Technology, Drugs, 75, 859-877.
Ardhie, A.M., 2011, Radikal Bebas dan Peran Antioksidan dalam Mencegah
Penuaan, Medicinus, 24(1), 4-9. Astuti, M., 2001, Radikal Bebas dan Antioksidan dalam Kesehatan Dasar
Aplikasi dan Pemanfaatan Bahan, Bag. Biokimia, Bagian Biokimia FKUI, Jakarta, hal. 1-15.
Azizah, N., Endang, S., dan Sitoresmi, P., 2014, Analisis Kandungan Kimia
Infusa Tanaman Sangket (Basilicum Polystachyon (L.) Moench) Dan Uji Efektivitas Antifungal Infusa Tanaman Sangket Terhadap Penghambatan Pertumbuhan Candida Albicans Secara In Vitro, Skripsi, 3, Universitas Negeri Malang, Malang.
Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2010, Acuan Sediaan Herbal, Direktorat
Obat Asli Indonesia, Jakarta, hal. 3-4. Badan Pengawas Obat dan Makanan RI, 2013, Pedoman Formulasi Sediaan
Berbasis Ekstrak, Vol. 2, Badan POM RI, Jakarta, hal. 10. Bellik, Y., Boukra, L., Alzahrani, H.A., Bakhotmah, B.A., Abdellah, F.,
Hammoudi, S.M., Iguer-Quada, M., 2013, Mollecular Mechanism Underlying Anti-inflammatory and Anti-allergic Activities of Phytochemicals : An Update, Molecules, 18, 322-353.
Chooi, O.H., 2004, Tumbuhan Liar Khasiat Ubatan dan Kegunaan Lain, Utusan
Publications & Distributors Sdn. Bhd., Kuala Lumpur, p. 125. Cichoke, A., 2001, Secrets of Native American Herbal Remedies, Penguin Putnam
Inc., New York, p. 14.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Dahlan, M.S., 2008, Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan, Edisi 3, Salemba Medika, Jakarta, hal. 53-58, 85-105.
Dai, J., dan Mumper, R.J., 2010, Plant Phenolics: Extraction, Analysis and Their
Antioxidant and Anticancer Properties, Molecule, 15, 7313-7352. Day, R.O., dan Graham, G.G., 2013, Non-steroidal Anti-inflammatory Drugs
(NSAIDs), BMJ, 346, 3195. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1989, Sediaan Galenik, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 8-25. Derle, D.V., Gujar, K.N., dan Sagar, B.S.H., 2006, Adverse Effect Associated
with the Use of Nonsteroidal Antiinflammatory Drugs : An Overview, Indian J. Pharmacol, 68(4), 409-414.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995, Farmakope Indonesia,
Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, hal. 46. Djunarko, I.,Donatus, I.A., dan Noni, 2003, Pengaruh Perasan Buah Mengkudu
(Morinda citrifolia L.) terhadap Daya Antiradang Diklofenak pada Mencit Jantan, Jurnal Farmasi Sains dan Komunitas, 1, 10-17.
Esvandiary, J., 2006, Efek Analgetik dan Anti Inflamasi Beta Karoten pada
Mencit, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Galati, G., dan O’Brien, P.J., 2004, Potential Toxicity of Flavonoids and Other
Dietary Phenolics : Significance for Their Chemopreventive and Anticancer Properties, Free Radic. Biol. Med., 37, 287-303.
Gandhimathi, R., 2013, Evaluation of Antiinflammatory Activity of Macaranga
Peltata Roxb., Journal of Pharmaceutical Biology, 3(1), 36-39. Greene, R.J., and Harris, N.D., 2008, Pathology and Therapeutics for
Pharmacist; A Basis for Clinical Pharmacy Practice, 3thed, Pharmaceutical Press, USA, pp. 46-63.
Gilda, T., 2014, Efek Antiinflamasi Topikal Ekstrak Metanol-Air Daun Senu
(Macaranga tanarius L. Mull. Arg) pada Mencit Betina Terinduksi Karagenin, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Gunawan, T., 2010, Efek Analgesik-Antiinflamasi Sari Buah Nanas pada Mencit
Putih Betina, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
Gupta, A.K., Bharadwaj, V., Lata, S., Sharma, R., Kacker, S., dan Sharma, A.K., 2013, To Evaluate The Activity of Glycyrrhiza Glabra Linn and Vanda Roxburghi in Animal Model of Arthritis, Medical Science, 2(5), 405-406.
Harmita, dan Radji, M., 2008, Buku Ajar Analisis Hayati, Edisi 3, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta, hal. 66-67. Hemamalini, K., Naik, K., dan Ashok, P., 2010, Antiinflammatory and Analgesic
Effect of Methanolic Extract of Anogeissus acuminate leaf, Int.J.Pharm.Biomed.Res, 1 (3), 98-101.
Hidayat, R., 2010, Efek Analgesik dan Antiinflamasi Jus Buah Nanas (Ananas
comosus L.) pada Mencit Betina galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Hidayati, N.A., Listyawati, S., dan Setyawan, A.D., 2005, Kandungan Kimia dan
Uji Antiinflamasi Ekstrak Etanol Lantana camara L. pada Tikus Putih (Rattus norvegicus L.) Jantan, Bioteknologi, 5 (1), 10-17.
Ikawati, Z., Supardjan, A.M., Asmara, L.S., 2007, Pengaruh Senyawa
Heksagamavunon-1 terhadap Inflamasi Akut Akibat Reaksi Anafilaksis Kutaneus Aktif pada Tikus Wistar Jantan Terinduksi Ovalbumin, Laporan Penelitian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, 34-36.
Jachak, S.M., 2006, Cyclooxygenase Inhibitory Natural Product: Current Status,
Current Medical Chemistry, 13, 659-678. Juanda, D., dan Cahyono, B., 2000, Ubi Jalar : Budi Daya dan Analisis Usaha
Tani, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, hal. 69. Kawakami, S., Harinantenaina, L., Matsunami, K., Otsuka, H., Shinzato, T., dan
Takeda, Y., 2008, Macaflavones A-G, Prenylated Flavonones from the Leaves of Macaranga tanarius, J. Nat. Prod.,71, 1872-1876.
Katzung, B.G., 2001, Basic and Clinical Pharmacology, diterjemahkan oleh
Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, edisi 8, buku 3, Salemba Medika, Jakarta, hal. 449-426, 636.
Kee, J. L., dan Hayes, E. R., 1996, Farmakologi : Pendekatan Proses
Keperawatan, EGC, Jakarta, hal. 310. Khana N., dan Sarma, S.B., 2001, Antiinflammatory and Analgesic Effect of
Herbal Preparation: Septilin, Indian J. Med. Sci., 55, 195-202.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
Kristianti, A. N, N. S., Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi., 2008, Buku Ajar Fitokimia Jurusan Kimia Laboratorium Kimia Organik FMIPA, Universitas Airlangga, Surabaya, P.47-48.
Kumar, V., Abbas, A.K., Fausto, N., dan Mitchell, R.N., 2007, Robbins Basic
Pathology, Philadelpia, Saunders Alsevier, hal. 29, 37-41, 53-54. Kumar, V., Abbas, A.K., dan Aster, J.C., 2014, Pathologic Basis of Disease, 9th
edition, Philadelphia, Elsavier Health Sciences, pp. 84,90,91. Kumazawa, S., Murase, M., Momose, N., dan Fukumoto, S., 2014, Analysis of
antioxidant prenylflavonoids in different parts of Macaranga tanarius, the plant origin of Okinawan propolis, Asian Pacific Journal of Tropical Medicine, 16-20.
Kurniati, R.I., 2013, Uji Aktivitas Antioksidan Fraksi Etanol Daun Buas-Buas
(Premna cordifolia Linn.) dengan Metode DPPH (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), Skripsi, 6-7, Universitas Tanjungpura, Pontianak.
Kurniawaty, A.Y., 2011, Efek Antiinflamasi Ekstrak Metanol-Air Daun
Macaranga tanarius L., Skripsi, 56, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Lim, T.Y., Lim, Y.Y., Yule, C.M., 2009, Evaluation of antioxidant, antibacterial
and anti-tyrosinase activities of four Macaranga species, Food Chemistry, 114, 594-599.
Lim, J., Nonaka, G., dan Nishioka, I., 1990, Tannins and Related Compounds.
XCIV. Isolation and Characterization of Seven New Hydrolyzable Tannins from the Leaves of Macaranga tanarius (L.) MUELL., et ARG., Chem. Pharm. Bull.,38(5), 1218-1223.
Ma, Y., Li, Y., Li, X., dan Wu, Y., 2013, Anti-Inflammatory Effects of 4-
Methylcyclopentadecanone on Edema Models in Mice, Int. J. Mol. Sci., 14, 23980-23992.
Magadula, J.J., 2014, Phytochemistry and Pharmacology of the Genus
Macaranga: Review, Journal of Medical Plant Research, 8 (2), 489-503. Mahmood, K., Aorahman, Z.A., Tariq, I.N., dan Hussain, S.A.R., 2009, Dose-
Dependent Anti-Inflammatory Effect of Silymarin in Experimental Animal Model of Chronic Inflammation, African J. of Pharm. And Pharmacol., 3(5), 242-247.
Manurung, D.Y.S., 2013, Efek Antiinflaasi Infusa Bunga Telang (Clitoria
ternatea L.) pada Udema Telapak Kaki Mencit Betina Terinduksi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
Karagenin dengan Pengukuran Jangka Sorong, Skripsi, Universitas Sanata Dharna, Yogyakarta.
Martin, J.B., 2010, Efek Analgesik dan Antiinflamasi Jus Buah Pepaya (Carica
papaya L.) pada Mencit Betina Galur Swiss, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Matsunami, K., Takamori, I., Shinzato, T., Aramoto, M., Kondo, K., Otsuka, H.,
et al., 2006, Radical-Scavanging Activities of New Megastigmane Glucosides from Macaranga tanarius (L.) MUL(L.)-ARG., Chem. Pharm. Bull(L.), 54(10), 1403-1407.
Matsunami, K., Otsuka, H., Kondo, K., Shinzato, T., Kawahata, M., Yamaguchi,
K., et al., 2009, Absolute Configuration of (+)-pinoresinol 4-O-[600-O-galloyl]-b-D-glucopyranoside, Macarangiosides E, and F Isolated from the Leaves of Macaranga tanarius, Phytochemistry, 70, 1277-1285.
Mehanna, A.S., 2003, Absorbtion of Anthocyanins from Blueberries and Serum
Antioxidant Status in Human Subjects, J.Agric. Food Chem., 50, 7731-7737.
Meliala, L., dan Pinzon, R., 2007, Breakthrough in Management of Acute Pain,
Dexa Media Jurnal Kedokteran dan Farmasi, 4(20), 151-155. Morris, C.J., 2003, Carragenin Induced Paw Edema in The Rat and Mouse
Inflammation Protocols, Methods in Molecular Biology, 2, 7731-7737. Necas, J., dan Bartosikova, L., 2013, Carragenan : a review, Veterinarni
Medicina, 58, 187-205. Novartis, 2009, Cataflam®, www.pharma.us.novartis.com/product/pi/pdf/
Cataflam.pdf, diakses tanggal 19 Maret 2015. Phommart, S., Sutthivaiyakit, P., Nitirat, C., Ruchirawat, S., dan Sutthivaiyakit,
S., 2005, Constituents of the leaves of Macaranga tanarius, J.Nat.Prod., 68,927-930
Posadas, I., Bucci, M., Roviezzo, F., Rossi, A., Parente, L., Sautebin, L., Cirino,
G., 2004, Carrageenan-induced Mouse Paw Oedema is Biphasic, Age-weight Dependent and Displays Differential Nitric Oxide Cyclooxygenase-2 Expression, British Journal of Pharmacology, 142 (2), 331–338.
Price, S.A., and Wilson, L.M.C., 2005, Patophysiology : Clinical Concepts of
Disease Processes, diterjemahkan oleh Pendit, B.U.,dkk., Edisi 6, Vol.2, hal. 1063, EGC, Jakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
Pringgoutomo, S.S., Himawan, dan Tjarta, 2002, Buku Ajar Patologi, Edisi Pertama, Sagung Seto, Jakarta.
Priyanto, 2010, Farmakologi Dasar, edisi II, Lembaga Studi dan Konsultasi
Farmakologi, Jakarta, hal. 118-120. Puteri, M. D. P. T. G., dan Kawabata, J., 2010, Novel Α-Glucosidase Inhibitor
from Macaranga tanarius Leaves, Food Chemistry, 123, 384-389. Rang, H.P., Dale, M.M., Ritter, J.M., dan Moore, P.K., 2003, Pharmacology, 5th
edition, Churchill Livingstone, London, pp. 231-237, 244-250, 562-567. Rhoades, R.A., dan Bell, D.R., 2013, Medical Physiology : Principles for Clinical
Medicines, 4th edition, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia, pp. 201-202.
Romich, J.A., 2005, Fundamentals of Pharmacology for Veterinary Technicians,
Thomson Delmar Learning, New York, pp. 165. Rowe, C.R., Sheskey, J.P., dan Weller, J.W., 2003, Handbook of Pharmaceutical
Excipien, Edisi IV, Pharmaceutical Press and American Pharmaceutical, pp. 101-103.
Schror, K., dan Meyer-Kircharth, J., 2000, Cyclooxygenase-2 Inhibition and Side
Effects of Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs in the Gastrointestinal Tract, Curr. Med. Chem., 7, 1121-1129.
Sirait, M., 2007, Penuntun Fitokimia dalam Farmasi, Penerbit ITB, Bandung, hal.
54-62. Siswanto, A., dan Nurulita, N.A., 2005, Daya Antiinflamasi Infus Daun Makkota
Dewa (Phaleria macrocarpa Scheff. Boerl) pada Tikus Putih (Rattus norvegicus), Prosiding Seminar Nasional TOI XXVII, Batu, 177-181.
Soegihardjo, C.J., 2013, Farmakognosi, Penerbit Citra Aji Parama, Yogyakarta,
hal. 11. Starr, F., Starr, K., and Loope, L., 2003, Biological Resources Division Ppeakala
Field Station, Maui, Hawai’I, United States Geological Survey, 1. Steenis, C.G.G.J.van., Hoed, D., Blommbergen, S., dan Eyma, P.J., 1992, Flora:
Untuk Sekolah di Indonesia, cetakan keenam, diterjemahkan oleh Moeso, S., dkk., PT Pradnya Paramita, Jakarta, pp. 35, 36, 37, 49-50.
Suleyman, H., Demircan, B., Karagoz, Y., dan Ozta, N., 2004, Antiinflamattory
Effect of Selective COX-2 Inhibitors, J.Pharmacol., 56 (6), 775-780.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Supriyatna, Moelyono, M.W., Iskandar, Y., Febriyanti, R.M., 2014, Prinsip Obat
Herbal : Sebuah Pengantar Untuk Fitoterapi, Edisi 1, Deepublish, Yogyakarta, hal. 31.
Supriyatna, Febriyanti, R., Dewanto, Wijaya, I., dan Ferdiansyah, F., 2015,
Fitoterapi Sistem Organ: Pandangan Dunia Barat terhadap Obat Herbal Global, Ed. 2, Cet. 2, CV Budi Utama, Yogyakarta, pp. 223-224.
Suralkar, A., 2008, In-vivo Animal Models for Evaluation of Antiinflammatory
Activity, Article Review, Vol.6, Issue 2. Sutini, 2015, Kajian Hasik Riset Beberapa Metabolit Sekunder dari Kultur In
Vitro Tanaman Camelia Sinensis, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi 2015, Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Sutthivaiyakit, S., Unganont, S., Sutthivaiyakit, P., dan Suksamrarn, A., 2002,
Diterpenylated and Prenylated Flavonoids from Macaranga deniculata, Tetrahedron, 58, 3619-3622.
Tjay, T.H., dan Raharja, K., 2007, Obat-Obat Penting: Khasiat Penggunaan dan
Efek-Efek Sampingnya, Ed. 6, Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta, hal. 233, 327-330.
Toripah, S.S., Abidjulu, J., Wehantouw, F., 2014, Aktivitas Antioksidan dan
Kandungan Total Fenolik Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera LAM.), Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT, 3(4), 2302-2493.
Valdes, J.A.A., Figueroa, J.J.B., Carbo, A.A., Barragan, A.P., Herrera, R.R., dan
Aguillar, C.N., 2011, Ellagitannins: Biosynthesis, Biodegradation, and Biologycal Properties, Journal of Medicinal Plants Research, 5(19), 4696-4703.
Verawati, Aria, W., Novicaresa, M., 2011, Aktifitas Anti Inflamasi Ekstrak Etanol
Daun Kembang Bulan (Tithonia Diversifolia. A. Gray) Terhadap Mencit Putih Betina, Scientia Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 1 (1), 47-51.
Vogel, H.G., 2002, Drug Discovery & Evaluation : Pharmacological Assays, 2nd
edition, Springer, New York, pp. 669-691, 725, 751-756. Wibowo, S., dan Gofir, A., 2001, Farmakoterapi dalam Neurologi, Edisi I,
Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal. 113-115. Williamson, S.M., Okpako, D.T., dan Evans, F.J., 1996, Pharmacological Method
in Phytotherapy Research Volume 1 : Selection, Preparation, and
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
Pharmacologycal Evaluation of Plant Material, John Willey and Sons Ltd., England, pp. 131-136.
Wilmana, P. F. & Gan, S., 2007, Farmakologi dan Terapi, Ed. 5, Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal. 230, 231, 233. Wulandari, D., dan Hendra, P., 2011, Efek analgesik Infusa Daun Macaranga
tanarius L. pada Mencit Betina Galur Swiss, Jurnal Bionatura, 13( 2), 108-117.
Yordi, E.G., Perez, E.M., Matos, M.J., 2012, Anthocyanins and Their Role in
Cancer Prevention, Carcer Lett., 269, 281-290. Yusuf, Y., Agus, S., dan Ekardius, 2005, Penilaian Viabilitas Iskemia Usus Intra
Operatif dengan Angiografi Fluoreseince, Majalah Kedokteran Andalas, 1(29), 30.
Zuhud, E.A.M., Siswoyo, Sandra, E., Hikmat A., dan Adhiyanto E., 2013, Buku
Acuan Umum Tumbuhan Obat Indonesia Jilid IX – Macaranga tanarius L. Muell. Arg., http://apps.cs.ipb.ac.id/ipbiotics/user/organism/detail/ detail_organisme_obat.php?id=749, diakses pada tanggal 8 Agustus 2015.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
Lampiran 1.Daun Macaranga tanarius L. dan dekokta Macaranga tanarius L.
Gambar 15. Daun dan serbuk Macaranga tanarius L.
Gambar 16. Dekokta daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Lampiran 2. Cara pembuatan dan pengukuran udema pada kaki mencit
Gambar 17. Udema pada telapak kaki kiri mencit
Gambar 18. Pengukuran udema pada kaki mencit
menggunakan jangka sorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
Lampiran 3. Hasil analisis kandungan kimia secara kualitatif pada dekokta daun Macaranga tanarius L.
Gambar 19. Uji Alkaloid (+++) Gambar 20. Uji Flavonoid (+++)
Gambar 21. Uji Glikosida (++) Gambar 22. Uji Saponin (+++)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Gambar 23. Uji Tanin (+++) Gambar 24. Uji Terpenoid (-)
Gambar 25. Uji Fenolik (+)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
Lampiran 4. Surat pengesahan determinasi Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Lampiran 5. Surat Ethical Clearance (EC)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
Lampiran 6. Surat kalibrasi jangka sorong (Digital Caliper)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
Lampiran 7. Sertifikat penetapan kadar air serbuk daun Macaranga
tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
Lampiran 8. Cara menetapkan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lampiran 9. Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS untuk pengujian data
secara statistik
Lampiran 9. Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS untuk pengujian data
secara statistik
127
Lampiran 9. Surat legalitas penggunaan aplikasi SPSS untuk pengujian data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
Lampiran 10. Perhitungan Dosis
a. Dosis aquadest
Dosis pemberian aquadest menggunakan ½ volume maksimal yaitu
0,5 ml. Berat jenis aquadest adalah 1 g/ml. Dosis aquadest yang digunakan
adalah 25 g/kg BB mencit. Perhitungan dosis untuk aquadest sebagai berikut :
�,���
����������� = 0,5 mg/20 g BB mencit
= 0,025 mg/kgBB mencit
= 25 g/kg BB mencit b. Dosis karagenin
Dosis karagenin ditetapkan berdasarkan penelitian Williamson, et.al.
(1996), yaitu menggunakan konsentrasi 1% yang dilarutkan dalam NaCl
fisiologis 0,9% lalu disuntikkan secara subplantar pada telapak kaki mencit
sebesar 0,05 ml. Berat badan mencit adalah 20 gram. Dosis yang diperoleh
adalah 25 mg/kg BB mencit.
Dosis karagenin = �,�����
�����
����
�,���� = 25 mg/kg BB mencit
c. Dosis kalium diklofenak
Dosis dipilih berdasarkan hasil orientasi, dimana didapatkan dosis
4,48 mg/kgBB dengan selang waktu pemberian 15 menit yang efektif
menurunkan udema pada telapak kaki mencit yang telah terinduksi karagenin
1%. Berikut perhitungan dosis kalium diklofenak yang mengacu pada
penelitian yang telah dilakukan oleh (Djunarko, Donatus, dan Noni, 2003) :
Dosis kalium diklofenak pada tikus dengan BB 250 gram adalah 40
mg/kgBB tikus. Sehingga, dosis untuk tikus dengan BB 200 gram adalah :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
Dosis kalium diklofenak = ������������/����
������� = 32 mg/kgBB tikus
Dosis yang dapat diberikan pada mencit dengan BB 20 gram,
didapatkan dari konversi dosis kaliumm diklofenak pada tikus dengan BB 200
gram menggunakan faktor konversi 0,14 (Harmita dan Radji, 2008) :
Dosis kalium diklofenak = 0,14 x 32 mg/kgBB = 4,48 mg/kgBB mencit
d. Dosis dekokta daun Macaranga tanarius L.
Penetapan peringkat dosis dekokta daun Macaranga tanarius L.
didasarkan pada :
4) Bobot tertinggi mencit adalah 30 g
5) Pemberian dekokta daun Macaranga tanarius L. menggunakan
volume maksimal pemberian secara peroral yaitu 1 ml
6) Konsentrasi dekokta daun Macaranga tanarius L. yang digunakan
yaitu 10% (serbuk dapat terendam sempurna dalam air)
Penetapan dosis tertinggi dekokta daun Macaranga tanarius
L. yaitu :
D x BB = C x V
D x 30 g = 10 g/ 100ml x 1 ml
D x 30 g = 100 mg/ml x 1 ml
D = 3,3333 mg/gBB
D = 3333,33 mg/kgBB
Dua dosis lainnya diperoleh dengan membagi 2 dari dosis
3333,33 mg/kgBB kemudian dibagi 2 lagi sehingga diperoleh 3
peringkat dosis yaitu 3333,33 mg/kgBB, 1667,67 mg/kgBB, 833,33
mg/kgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
Perhitungan konversi dosis dari mencit ke manusia
Faktor konversi dari mencit 20-30 gram ke manusia 70 kg = 387,9
(Harmita, 2008). Rata-rata berat badan manusia Indonesia = 50 kg.
Rumus :
Dosis manusia = dosis mencit 30 gBB x angka konversi ke manusia
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33 mg/kgBB
Dosis mencit = 0,00083333 g/gBB
= 0,025 g/30gBB
Dosis manusia = 0,025 g/30 gBB x 387,9
= 9,697 g/70 kgBB
= 6,927 g/50 kgBB
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 1667,67 mg/kgBB
Dosis mencit = 0,00166767 g/gBB
= 0,050 g/30gBB
Dosis manusia = 0,050 g/30 gBB x 387,9
= 19,407 g/70 kgBB
= 13,862 g/50 kgBB
Dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB
Dosis mencit = 0,00333333 g/gBB
= 0,099 g/30gBB
Dosis manusia = 0,099 g/30 gBB x 387,9
= 38,790 g/70 kgBB
= 27,707 g/50 kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
Lampiran 11. Hasil analisis statistika data orientasi penentuan dosis dan selang waktu pemberian kalium diklofenak antara kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
AUC Kontrol negatif rentang 15 menit
.308 3 . .901 3 .390
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
.232 3 . .980 3 .726
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit
.221 3 . .986 3 .772
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
Lampiran 12. Rata-rata AUC tebal udema dengan standar error (SE) pada uji pendahuluan antara kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
AUC Kontrol negatif rentang 15 menit
Mean 7.1120E2 6.40642
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.8364E2
Upper Bound 7.3877E2
5% Trimmed Mean .
Median 7.0718E2
Variance 123.127
Std. Deviation 1.10962E1
Minimum 702.68
Maximum 723.75
Range 21.07
Interquartile Range .
Skewness 1.417 1.225
Kurtosis . .
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
Mean 1.8163E2 15.92476
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1.1311E2
Upper Bound 2.5015E2
5% Trimmed Mean .
Median 1.7708E2
Variance 760.794
Std. Deviation 2.75825E1
Minimum 156.60
Maximum 211.20
Range 54.60
Interquartile Range .
Skewness .722 1.225
Kurtosis . .
Diklofenak dosis 9,1 Mean 2.8035E2 25.81832
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
mg/kgBB rentang 15 menit
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1.6927E2
Upper Bound 3.9144E2
5% Trimmed Mean .
Median 2.7420E2
Variance 2.000E3
Std. Deviation 4.47186E1
Minimum 239.03
Maximum 327.83
Range 88.80
Interquartile Range .
Skewness .607 1.225
Kurtosis . .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
Lampiran 13. Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah dan uji LSD nilai AUC total pada kelompok uji pendahuluan antara kelompok kontrol negatif dan kelompok diklofenak rentang 15 menit
Test of Homogeneity of Variances
AUC
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.761 2 6 .250
ANOVA
AUC
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups
475830.123 2 237915.062 247.512 .000
Within Groups 5767.357 6 961.226
Total 481597.480 8
Multiple Comparisons
AUC LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Kontrol negatif rentang 15 menit
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
529.57667* 25.31437 .000 467.6346 591.5187
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit
430.85000* 25.31437 .000 368.9080 492.7920
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
Kontrol negatif rentang 15 menit
-529.57667* 25.31437 .000 -591.5187 -467.6346
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit
-98.72667* 25.31437 .008 -160.6687 -36.7846
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit
Kontrol negatif rentang 15 menit
-430.85000* 25.31437 .000 -492.7920 -368.9080
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
98.72667* 25.31437 .008 36.7846 160.6687
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
Lampiran 14. Hasil analisis statistika data orientasi penentuan dosis dan selang waktu pemberian kalium diklofenak antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
AUC Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
.232 3 . .980 3 .726
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit
.221 3 . .986 3 .772
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 30 menit
.260 3 . .958 3 .605
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 30 menit
.217 3 . .988 3 .790
a. Lilliefors Significance Correction
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
Lampiran 15. Rata-rata AUC tebal udema dengan standar error (SE) pada uji pendahuluan antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit
Descriptives
Kelompok Statistic Std. Error
AUC Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
Mean 1.8163E2 15.92476
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1.1311E2
Upper Bound 2.5015E2
5% Trimmed Mean .
Median 1.7708E2
Variance 760.794
Std. Deviation 2.75825E1
Minimum 156.60
Maximum 211.20
Range 54.60
Interquartile Range .
Skewness .722 1.225
Kurtosis . .
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit
Mean 2.8035E2 25.81832
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1.6927E2
Upper Bound 3.9144E2
5% Trimmed Mean .
Median 2.7420E2
Variance 2.000E3
Std. Deviation 4.47186E1
Minimum 239.03
Maximum 327.83
Range 88.80
Interquartile Range .
Skewness .607 1.225
Kurtosis . .
Diklofenak dosis Mean 2.6715E2 16.26102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
4,48 mg/kgBB rentang 30 menit
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1.9719E2
Upper Bound 3.3712E2
5% Trimmed Mean .
Median 2.7383E2
Variance 793.263
Std. Deviation 2.81649E1
Minimum 236.25
Maximum 291.38
Range 55.13
Interquartile Range .
Skewness -1.007 1.225
Kurtosis . .
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 30 menit
Mean 2.4650E2 11.15279
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 1.9852E2
Upper Bound 2.9449E2
5% Trimmed Mean .
Median 2.4405E2
Variance 373.154
Std. Deviation 1.93172E1
Minimum 228.53
Maximum 266.93
Range 38.40
Interquartile Range .
Skewness .562 1.225
Kurtosis . .
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
Lampiran 16. Hasil analisis dengan uji ANOVA satu arah dan uji LSD nilai AUC total pada kelompok uji pendahuluan antara kelompok diklofenak rentang 15 dan 30 menit
Test of Homogeneity of Variances
AUC
Levene Statistic df1 df2 Sig.
.730 3 8 .562
ANOVA
AUC
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups
17262.924 3 5754.308 5.861 .020
Within Groups 7853.937 8 981.742
Total 25116.861 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
Multiple Comparisons
AUC LSD
(I) Kelompok (J) Kelompok
Mean Difference
(I-J) Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit
-98.72667* 25.58310 .005 -157.7214 -39.7319
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 30 menit
-85.52667* 25.58310 .010 -144.5214 -26.5319
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 30 menit
-64.87667* 25.58310 .035 -123.8714 -5.8819
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
98.72667* 25.58310 .005 39.7319 157.7214
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 30 menit
13.20000 25.58310 .620 -45.7947 72.1947
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 30 menit
33.85000 25.58310 .222 -25.1447 92.8447
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 30 menit
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
85.52667* 25.58310 .010 26.5319 144.5214
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit
-13.20000 25.58310 .620 -72.1947 45.7947
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 30 menit
20.65000 25.58310 .443 -38.3447 79.6447
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 30 menit
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 15 menit
64.87667* 25.58310 .035 5.8819 123.8714
Diklofenak dosis 9,1 mg/kgBB rentang 15 menit
-33.85000 25.58310 .222 -92.8447 25.1447
Diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB rentang 30 menit
-20.65000 25.58310 .443 -79.6447 38.3447
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
Lampiran 17. Hasil analisis uji statistik nilai AUC total pada uji
antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L.
Uji Normalitas
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
AUC Kontrol Negatif Aquadest 0.5mL/20gBB
.236 5 .200* .902 5 .423
Kontrol Positif Kalium Diklofenak 4.48mg/kgBB
.161 5 .200* .977 5 .917
Kelompok Perlakuan Dosis 833.33mg/kgBB
.228 5 .200* .956 5 .782
Kelompok Perlakuan Dosis 1667.67mg/kgBB
.239 5 .200* .856 5 .214
Kelompok Perlakuan Dosis 3333.33mg/kgBB
.355 5 .038 .732 5 .020
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
Lampiran 18. Rata-rata AUC tebal udema dan standard error (SE) pada uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L.
Kelompok Statistic Std. Error
AUC Kontrol Negatif Aquadest 0.5mL/20gBB
Mean 6.9699E2 9.38527
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 6.7094E2
Upper Bound 7.2305E2
5% Trimmed Mean 6.9673E2
Median 7.0268E2
Variance 440.417
Std. Deviation 2.09861E1
Minimum 674.93
Maximum 723.75
Range 48.82
Interquartile Range 39.78
Skewness .043 .913
Kurtosis -1.941 2.000
Kontrol Positif Kalium Diklofenak 4.48mg/kgBB
Mean 3.1994E2 2.64041
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 3.1261E2
Upper Bound 3.2727E2
5% Trimmed Mean 3.1985E2
Median 3.1973E2
Variance 34.859
Std. Deviation 5.90413
Minimum 313.20
Maximum 328.20
Range 15.00
Interquartile Range 11.02
Skewness .423 .913
Kurtosis -.699 2.000
Kelompok Perlakuan Dosis 833.33mg/kgBB
Mean 5.1774E2 4.07806
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 5.0642E2
Upper Bound 5.2906E2
5% Trimmed Mean 5.1772E2
Median 5.1698E2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
Variance 83.153
Std. Deviation 9.11881
Minimum 505.20
Maximum 530.70
Range 25.50
Interquartile Range 14.59
Skewness .114 .913
Kurtosis 1.575 2.000
Kelompok Perlakuan Dosis 1667.67mg/kgBB
Mean 4.8609E2 3.99894
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 4.7499E2
Upper Bound 4.9719E2
5% Trimmed Mean 4.8613E2
Median 4.8810E2
Variance 79.958
Std. Deviation 8.94191
Minimum 476.25
Maximum 495.15
Range 18.90
Interquartile Range 17.70
Skewness -.264 .913
Kurtosis -2.974 2.000
Kelompok Perlakuan Dosis 3333.33mg/kgBB
Mean 5.3330E2 7.40351
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 5.1274E2
Upper Bound 5.5385E2
5% Trimmed Mean 5.3295E2
Median 5.2185E2
Variance 274.060
Std. Deviation 1.65548E1
Minimum 520.28
Maximum 552.45
Range 32.18
Interquartile Range 30.49
Skewness .612 .913
Kurtosis -3.271 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
Lampiran 19. Hasil analisis uji Kruskal-Wallis nilai AUC total pada
kelompok uji antiinflamasi dekokta daun M.tanarius L.
Ranks
Kelompok N Mean Rank
AUC Kontrol Negatif Aquadest 0.5mL/20gBB
5 23.00
Kontrol Positif Kalium Diklofenak 4.48mg/kgBB
5 3.00
Kelompok Perlakuan Dosis 833.33mg/kgBB
5 13.60
Kelompok Perlakuan Dosis 1667.67mg/kgBB
5 8.00
Kelompok Perlakuan Dosis 3333.33mg/kgBB
5 17.40
Total 25
Test Statisticsa,b
AUC
Chi-Square 22.590
Df 4
Asymp. Sig.
.000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
Lampiran 20. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada
kelompok kontrol negatif uji antiinflamasi dekokta daun
M.tanarius L.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
AUC Kontrol Negatif
Aquadest
0.5mL/20gBB
5 8.00 40.00
Kontrol Positif Kalium
Diklofenak
4.48mg/kgBB
5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
AUC
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok kontrol negatif aquadest menghasilkan nilai p = 0,009, masing
masing terhadap kelompok kontrol positif kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB;
kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kg BB; kelompok
perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kg BB; dan kelompok
perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kg BB. Nilai p < 0,05 maka
kelompok kontrol negatif aquadest terhadap kelompok uji antiinflamasi lainnya
memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
Lampiran 21. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada
kelompok kontrol positif uji antiinflamasi dekokta daun
M.tanarius L.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
AUC Kontrol Positif Kalium
Diklofenak
4.48mg/kgBB
5 3.00 15.00
Kelompok Perlakuan
Dosis 833.33mg/kgBB 5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
AUC
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok kontrol positif kalium diklofenak menghasilkan nilai p = 0,009,
masing masing terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis
833,33 mg/kgBB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67
mg/kgBB; dan kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33
mg/kgBB. Nilai p < 0,05 maka kelompok kontrol positif diklofenak terhadap
kelompok uji antiinflamasi lainnya memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
Lampiran 22. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada
kelompok perlakuan uji antiinflamasi dekokta daun
M.tanarius L.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
AUC Kelompok Perlakuan
Dosis 833.33mg/kgBB 5 8.00 40.00
Kelompok Perlakuan
Dosis 1667.67mg/kgBB 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
AUC
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun
M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB. Kelompok perlakuan dekokta daun
M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap
kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
Lampiran 23. Hasil analisis uji Mann-Whitney nilai AUC total pada
kelompok perlakuan uji antiinflamasi dekokta daun
M.tanarius L.
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
AUC Kelompok Perlakuan Dosis 833.33mg/kgBB
5 3.60 18.00
Kelompok Perlakuan Dosis 3333.33mg/kgBB
5 7.40 37.00
Total 10
Test Statisticsb
AUC
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 18.000
Z -1.984
Asymp. Sig. (2-tailed) .047
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.056a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun
M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
Lampiran 24. Hasil uji statistik nilai persen (%) penghambatan inflamasi
pada kelompok uji antiinflamasi dekokta M.tanarius L.
Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
PI Kontrol negatif aquadest
.236 5 .200* .902 5 .423
Kontrol positif diklofenak
.161 5 .200* .977 5 .918
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
.228 5 .200* .956 5 .782
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
.239 5 .200* .856 5 .214
Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
.355 5 .038 .732 5 .020
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
Lampiran 25. Rata-rata persen (%) penghambatan inflamasi dan standard error (SE) pada kelompok uji antiinflamasi
Kelompok Statistic Std. Error
PI Kontrol negatif aquadest
Mean .0000 1.34656
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound -3.7386
Upper Bound 3.7386
5% Trimmed Mean .0374
Median -.8160
Variance 9.066
Std. Deviation 3.01099
Minimum -3.84
Maximum 3.17
Range 7.00
Interquartile Range 5.71
Skewness -.043 .913
Kurtosis -1.941 2.000
Kontrol positif diklofenak
Mean 54.0976 .37878
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 53.0459
Upper Bound 55.1493
5% Trimmed Mean 54.1098
Median 54.1270
Variance .717
Std. Deviation .84698
Minimum 52.91
Maximum 55.06
Range 2.15
Interquartile Range 1.58
Skewness -.423 .913
Kurtosis -.698 2.000
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
Mean 25.7182 .58500
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 24.0940
Upper Bound 27.3424
5% Trimmed Mean 25.7216
Median 25.8280
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
Variance 1.711
Std. Deviation 1.30809
Minimum 23.86
Maximum 27.52
Range 3.66
Interquartile Range 2.09
Skewness -.115 .913
Kurtosis 1.575 2.000
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
Mean 30.2592 .57375
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 28.6662
Upper Bound 31.8522
5% Trimmed Mean 30.2530
Median 29.9710
Variance 1.646
Std. Deviation 1.28294
Minimum 28.96
Maximum 31.67
Range 2.71
Interquartile Range 2.54
Skewness .264 .913
Kurtosis -2.974 2.000
Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
Mean 23.4862 1.06225
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 20.5369
Upper Bound 26.4355
5% Trimmed Mean 23.5351
Median 25.1280
Variance 5.642
Std. Deviation 2.37526
Minimum 20.74
Maximum 25.35
Range 4.62
Interquartile Range 4.37
Skewness -.612 .913
Kurtosis -3.271 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Lampiran 26. Hasil Uji Kruskal-Wallis nilai persen penghambatan inflamasi
pada kelompok uji antiinflamasi
Ranks
Kelompok N Mean Rank
PI Kontrol negatif aquadest
5 3.00
Kontrol positif diklofenak
5 23.00
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5 12.40
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
5 18.00
Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
5 8.60
Total 25
Test Statisticsa,b
PI
Chi-Square 22.590
df 4
Asymp. Sig.
.000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
Lampiran 27. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi
pada kelompok kontrol negatif uji antiinflamasi
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
PI Kontrol negatif aquadest
5 3.00 15.00
Kontrol positif diklofenak
5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
PI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok kontrol negatif aquadest menghasilkan nilai p = 0,009, masing
masing terhadap kelompok kontrol positif kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB;
kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kg BB; kelompok
perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kg BB; dan kelompok
perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kg BB. Nilai p < 0,05 maka
kelompok kontrol negatif aquadest terhadap kelompok uji antiinflamasi lainnya
memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
Lampiran 28. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi
pada kelompok kontrol positif uji antiinflamasi
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
PI Kontrol positif
diklofenak 5 8.00 40.00
Dekokta M.tanarius
dosis 833,33 mg/kgBB 5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
PI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok kontrol positif kalium diklofenak menghasilkan nilai p = 0,009,
masing masing terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis
833,33 mg/kgBB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67
mg/kgBB; dan kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33
mg/kgBB. Nilai p < 0,05 maka kelompok kontrol positif diklofenak terhadap
kelompok uji antiinflamasi lainnya memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
Lampiran 29. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi
pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
PI Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5 3.00 15.00
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
PI
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun
M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB. Kelompok perlakuan dekokta daun
M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap
kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Lampiran 30. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen penghambatan inflamasi
pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
PI Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5 7.40 37.00
Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
5 3.60 18.00
Total 10
Test Statisticsb
PI
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 18.000
Z -1.984
Asymp. Sig. (2-tailed) .047
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.056a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33
mg/kgBB memiliki nilai p = 0,047 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun
Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
Lampiran 31. Hasil uji statistik nilai persen (%) potensi relatif daya
antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi
Uji Normalitas (Shapiro-Wilk)
Tests of Normality
Kelompok
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
PRDA Kontrol negatif aquadest
.236 5 .200* .902 5 .423
Kontrol positif diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB
.161 5 .200* .977 5 .918
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
.228 5 .200* .956 5 .783
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
.240 5 .200* .855 5 .212
Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
.355 5 .038 .733 5 .020
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
Lampiran 32. Rata-rata dan standard error (SE) nilai persen (%) potensi relatif daya antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi
Kelompok Statistic Std. Error
PRDA Kontrol negatif aquadest
Mean .0002 2.48912
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound -6.9107
Upper Bound 6.9111
5% Trimmed Mean .0693
Median -1.5080
Variance 30.979
Std. Deviation 5.56585
Minimum -7.10
Maximum 5.85
Range 12.95
Interquartile Range 10.55
Skewness -.043 .913
Kurtosis -1.941 2.000
Kontrol positif diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB
Mean 99.9988 .70024
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 98.0546
Upper Bound 1.0194E2
5% Trimmed Mean 1.0002E2
Median 1.0005E2
Variance 2.452
Std. Deviation 1.56579
Minimum 97.81
Maximum 101.79
Range 3.98
Interquartile Range 2.92
Skewness -.420 .913
Kurtosis -.702 2.000
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
Mean 47.5402 1.08157
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 44.5373
Upper Bound 50.5431
5% Trimmed Mean 47.5464
Median 47.7430
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
Variance 5.849
Std. Deviation 2.41847
Minimum 44.10
Maximum 50.87
Range 6.76
Interquartile Range 3.87
Skewness -.114 .913
Kurtosis 1.575 2.000
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
Mean 55.9350 1.06118
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 52.9887
Upper Bound 58.8813
5% Trimmed Mean 55.9236
Median 55.4010
Variance 5.630
Std. Deviation 2.37287
Minimum 53.53
Maximum 58.54
Range 5.01
Interquartile Range 4.70
Skewness .264 .913
Kurtosis -2.976 2.000
Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
Mean 43.4140 1.96408
95% Confidence Interval for Mean
Lower Bound 37.9608
Upper Bound 48.8672
5% Trimmed Mean 43.5046
Median 46.4500
Variance 19.288
Std. Deviation 4.39182
Minimum 38.33
Maximum 46.87
Range 8.54
Interquartile Range 8.09
Skewness -.612 .913
Kurtosis -3.270 2.000
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
Lampiran 33. Hasil Uji Kruskal-Wallis nilai persen potensi relatif daya
antiinflamasi pada kelompok uji antiinflamasi
Ranks
Kelompok N Mean Rank
PRDA Kontrol negatif aquadest
5 3.00
Kontrol positif diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB
5 23.00
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5 12.40
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
5 18.00
Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
5 8.60
Total 25
Test Statisticsa,b
PRDA
Chi-Square 22.590
df 4
Asymp. Sig.
.000
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Kelompok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Lampiran 34. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif daya
antiinflamasi pada kelompok kontrol negatif uji antiinflamasi
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
PRDA Kontrol negatif
aquadest 5 3.00 15.00
Kontrol positif
diklofenak dosis 4,48
mg/kgBB
5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
PRDA
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)] .008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok kontrol negatif aquadest menghasilkan nilai p = 0,009, masing
masing terhadap kelompok kontrol positif kalium diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB;
kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kg BB; kelompok
perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67 mg/kg BB; dan kelompok
perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kg BB. Nilai p < 0,05 maka
kelompok kontrol negatif aquadest terhadap kelompok uji antiinflamasi lainnya
memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
Lampiran 35. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif daya
antiinflamasi pada kelompok kontrol positif uji antiinflamasi
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
PRDA Kontrol positif diklofenak dosis 4,48 mg/kgBB
5 8.00 40.00
Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5 3.00 15.00
Total 10
Test Statisticsb
PRDA
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok kontrol positif kalium diklofenak menghasilkan nilai p = 0,009,
masing masing terhadap kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis
833,33 mg/kgBB; kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 1667,67
mg/kgBB; dan kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33
mg/kgBB. Nilai p < 0,05 maka kelompok kontrol positif diklofenak terhadap
kelompok uji antiinflamasi lainnya memiliki perbedaan yang bermakna (BB).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
Lampiran 36. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif daya
antiinflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
PRDA Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5 3.00 15.00
Dekokta M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB
5 8.00 40.00
Total 10
Test Statisticsb
PRDA
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 15.000
Z -2.611
Asymp. Sig. (2-tailed) .009
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.008a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun
M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB. Kelompok perlakuan dekokta daun
M.tanarius dosis 1667,67 mg/kgBB menghasilkan nilai p = 0,009 terhadap
kelompok perlakuan dekokta daun M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
Lampiran 37. Hasil Uji Mann-Whitney nilai persen potensi relatif daya
antiinflamasi pada kelompok perlakuan uji antiinflamasi
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
PRDA Dekokta M.tanarius dosis 833,33 mg/kgBB
5 7.40 37.00
Dekokta M.tanarius dosis 3333,33 mg/kgBB
5 3.60 18.00
Total 10
Test Statisticsb
PRDA
Mann-Whitney U 3.000
Wilcoxon W 18.000
Z -1.984
Asymp. Sig. (2-tailed) .047
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)]
.056a
a. Not corrected for ties.
b. Grouping Variable: Kelompok
Kelompok perlakuan dekokta daun Macaranga tanarius L. dosis 833,33
mg/kgBB memiliki nilai p = 0,047 terhadap kelompok perlakuan dekokta daun
Macaranga tanarius L. dosis 3333,33 mg/kgBB.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul “Uji Antiinflamasi
Dekokta Daun Macaranga tanarius L. Pada Mencit
Galur Swiss Terinduksi Karagenin” yang memiliki
nama lengkap Antonia Vidya Kartika, lahir di Klaten
pada tanggal 3 Februari 1995. Penulis merupakan putri
pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak
Antonius Kartolo, M.Pd. dan Ibu Fransiska Romana
Rusmiyati, S.Pd. Pendidikan formal yang ditempuh penulis yaitu TK Pokoh Kidul
1 (1999-2001), pendidikan tingkat Sekolah Dasar di SD N 1 Pokoh Kidul (2001-
2007), pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP N 1 Wonogiri (2007-
2009), dan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA N 1 Wonogiri (2009-
2012). Penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta (2012). Semasa menempuh pendidikan sarjana,
penulis mendapat beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik dari Dikti (2014).
Penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan, antara lain menjadi sekretaris pada Desa
Mitra I (2013), anggota divisi acara pada Cara Belajar Ibu Aktif (2014), dan
pelaksana pada Penyuluhan Ebola (2015). Penulis pernah mengikuti kegiatan
Program Kreativitas Mahasiswa tingkat Nasional dengan judul “Memanfaatkan
dan Mengolah Tanaman Obat Keluarga sebagai Alternatif Pengobatan bagi
Keluarga Mandiri di Dusun Pundong, Srihardono, Pundong, Bantul Yogyakarta
(2014). Selain itu, penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Biokimia
(2014), Anatomi Fisiologi Manusia (2014), dan Farmakologi Toksikologi (2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI