plkbr

  • Upload
    bonyarc

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • Pengaruh dari Lingkungan Fisik Pada Perilaku Manusia Psikologi lingkungan adalah dasar dari penelitian ilmiah yang lahir dari kebutuhan sosial. Dimana kebutuhan sosial kurang memiliki teori yang dapat memberikan definisi yang jelas. Yang paling mendasar adalah bagaimana hubungan manusia dengan lingkungan fisiknya sendiri.

    Tidak pernah muncul pertanyaan bagaimana manusia pada abad lalu dapat mengubah bumi, kenyataannya itu salah manusia tidak dapat merubah bumi seutuhnya justru dampak dari perilaku manusia untuk menaklukkan lingkungan fisiknya ternyata menimbulkan masalah bagi manusia misalnya terjadi polusi udara dan air, kehabisan sumber daya alam, kemerosotan kota dan permasalahan pokok lingkungan hidup lainnya.

  • Yang menjadi masalah dalam penelitian adalah bagaimana definisi lingkungan yang bukan sekedar menyebutkan teori alam dalam lingkungan. Untuk itu diperlukan definisi untuk lingkungan yang mempengaruhi dan merubah perilaku manusia. Disini dapat kita lihat bagaimana hubungan ilmu lingkungan dan ilmu psikologi saling berkaitan dan berperan dalam perubahan perilaku.

    Manusia membutuhkan lingkungan yang sesuai untuk mewadahi kegiatan (perilaku) disini peranan psikolog diperlukan unuk dapat mendefinisikan konsep lingkungan yang diinginkan oleh manusia.

    Pendekatan obyektif lingkungan bisa bersumber pada eksperimen kejiwaan dan tingkah laku dimana perilaku dapat dibagi dalam lingkungan yang berbeda-beda hal ini sebabkan oleh pengalaman masing-masing orang tentang apa yang dilihat dan dirasa.

  • Dasar yang paling mendekati untuk menetapkan dimensi dan kemurnian dari fungsi psikologi manusia yaitu Perasaan, Pikiran, Pengetahuan dan sentuhan, pada setting fisik yang simpel maupun yang kompleks akan menimbulkan respon yang kompleks dari manusia melalui perasaannya, tingkah laku, nilai dan keinginan.

    Inilah pengetahuan yang menjelaskan bahwa hubungan antara pengalaman manusia dan tingkah laku manusia harus bisa dipahami atau dimengerti. Jadi stabilitas dan konsistensi hubungan antara manusia dan lingkungan fisik terjadi karena adanya respon dari manusia pada lingkungan fisiknya.

  • Dalam melakukan observasi perilaku kita mulai dulu dengan melakukan pemetaan" perilaku. Pengamatan dapat dimulai dan difokuskan pada perilaku yang jelas, dengan mudah tampak dan berhubungan dengan penggunaan ruang yang yang ditempati, kemudian dari data observasi tersebut dapat dibuat sebuah kategori umu dari tingkah laku yang diamati.

  • Asumsi 1 : Perilaku manusia dalam hubungan dengan suatu setting fisik adalah konsisten dan kronis dari waktu ke waktu dan situasi; dengan demikian, pola karakteristik dari perilaku untuk setting itu dapat diidentifikasi

    Pada hubungan manusia dengan setting fisiknya dari waktu ke waktu selalu terjadi pengulangan perilaku hal ini pengaruhi oleh setting fisik yang ada. Misalnya pola perabotan yang ada pada sebuah kamar tidur akan membentuk pengulangan perilaku yang stabil dari waktu ke waktu dimana adanya tempat tidur akan membatasi ruang tersebut hanya digunakan untuk kegiatan tidur diatas tempat tidur. Bukan hanya itu pola yang stabil tentan perilaku dapat diidentifikasi dalam hubungannya dengan setting fisik tetapi terdapat pengulangan yang stabil dari respon aktual perilaku manusia menentang perubahan.

  • Pengulanganyang stabil pola perilaku sebagai respon atas suatu setting fisik akan tetap berlaku dengan mengabaikan individu yang terlibat atau terdapat perubahan pelaku. Ini kita sebut Kontinuitas dari perilaku (continuity of behavior).

    Tetapi bila kita balik ke asumsi pertama kebenarannya akan dikatakan valid apabila kebenarannya terbukti sendiri, bahwa tidak hanya stabilitas dari perilaku manusia yang diasumsikan secara umum tapi keteraturannya dalam hubungan tertentu dengan lingkungan fisik adalah suatu aspek paten dari keberadaan manusia.

    Asumsi diatas tentang keteraturan atau stabilitas dari perilaku dengan setting fisik dapat lebih jelas dimana kita dapat melihat disediakannya ruang tidur, ruang makan, kamar mandi dan runag ruang lainnya untuk memenuhi dan mempola perilaku sesuai dengan yang direncanakan untuk ruang tersebut. Asumsi diatas menyederhanakan hubungan antara perilaku manusia dan setting fisik, tetapi masih perlu diperhatikan apakah yang terjadi hanya perilaku yang konsisten dimana ruang tidur mungkin tidak hanya digunakan untuk tidur. Jadi apa yang dipelajari dari suatu riset perilaku adalah bagaimana dan apa tujuan dari individu menggunakan ruang adalah bukan hanya sifat fungsional ruang yang ditentukan oleh fisik rancangan atau sekedar pemberian label linguitas pada ruang fisik tersebut.

  • Kesimpulannya adalah cukup sederhana perencanaan yang rasional dari setting fisik untuk tujuan atau kepentingan spesifik sebelum dibangun harus diujikan (simulasi) terhadap penguna aktual dari rancangan ini, pada saat terbangun dan beroperasi. Tanpa ini mustahil kita dapat mengakumulasi data yang dapat mempengaruhi perilaku manusia, perilaku yang bertujuan dari fisik ruang. Penggujian ini dapat mengatasi masalah yang timbul akbat perilaku yang tidak direncanakan pada setting fisik yang akan dibangun, selain itu penggujian ini juga dapat berguna untuk evaluasi pada bangunan berikutnya.

    Selain stabilitas dan keteraturan didalam hubungan dengan ruang fisik yang diamati juga muncul keragaman dan perubahan yang terus menerus dari waktu kewaktu. Disini stabilitas dan keraturan hanya berlaku untuk kegiatan atau aktivitas umum dimana kegiatan ini tidak dapat berlangsung lama walaupun tetap dipaksa untuk dipertahankan akan tetap terjadi perubahan.Respon perilaku dari suatu setting fisik muncul akibat adanya stimulus-stimulus yang ada setting fisik tersebut.

    Semakin kecil unit dari analisa perilaku, semakin baik, semakin detail yang dicatat semakin mungkin kita menemukan keragaman dan perubahan dalam hubungan dengan setting fisik.

  • Terdapat hubungan sebab akibat antara ruang dan perilaku. Hal ini menyatakan bahwa adanya hubungan timbal balik antara setting fisik yang menjadi stimulus untuk munculnya respon perilaku dan kemudian respon perilaku ini dapat memunculkan setting fisik baru.. Perubahan sifat fisik pada setting fisik akan mempengaruhi perilaku pasien, karenanya keranekaragaman perilaku dilatar belakangi oleh pengalaman pelaku.

  • Asumsi 3 : Setting fisik yang mendefinisikan dan struktur situasi apapun bukanlah suatu sistem tertutup; batasan-batasannya tidak tetap yang manapun didalam ruang maupun waktu.

    Suatu setting fisik, seperti perilaku dari individu sebagai respon yang telah dijelaskan pada asumsi 1 dan 2 ditandai oleh stabilitas dan keteraturan. Perubahan yang terus menerus yang dipengaruhi oleh faktor waktu akan menyebabkan ruang dipersepsikan berbeda-beda menurut perilakunya didalamnya Hal ini seperti yang disebukan pada asumsi 2 bahwa perilaku pada suatu setting fisik dapat juga dipengaruhi oleh jumlah pelaku didalamnya, ruang sama diisi dengan dengan orang akan berbeda bila ruang tersebut diisi dengan 3 orang pelaku. Keapadatn jumlah penghuni akan menyebabkan suhu didalam ruang menjadi panas dan ini berbeda bila diisi dengan 3 oarang dimana suhu cenderung stabil dimana akan terjadi perubahan perilaku.

  • Asumsi 4 : Perilaku dalam hubungan dengan setting fisik adalah dinamis terorganisir : sebagai suatu perubahan didalam komponen apapun dari setting mempunyai bervariasi tingkat menghilangkan pengaruh atau dayanya atas semua komponen yang lain dalam setting, dengan demikian mengubah pola perilaku karakteristik dari setting secara keseluruhan.

    Satu atau lebih komponen pada setting perilaku akan dapat mempengaruhi dan mengubah pola perilaku. Dalam riset perialku yang perlu kita catat adalah apa yang terjadi sebelum dan sesudah sesuatu komponen mempengaruhi setting fisik yang sangat bergantung dengan waktu sehingga kita dapat membandingan tingkat perubahan perilaku yang terjadi akibat dari perubahan pada komponen setting fisik. Pengambilalihan stabilitas dan keteraturan dari perilaku dalam suatu setting fisik menunjuk sebagai konservasi dari perilaku.

  • Asumsi 5 : Ketika suatu perubahan dalam setting fisik tidak kondusif untuk suatu pola dari perilaku karakteristik dari setting, dimana perilaku akan menyatakan itu sendiri pada suatu tempat atau waktu yang baru.

    Jika kita mengatakan banyak benda, tempat, kejadian dan orang-orang yang menyusun suatu setting fisik adalah saling tergantung yang kemudian mungkin untuk saling mempengaruhi dan menimbulkan perubahan melalui banyak cara. Untuk dapat mempengaruhi perilaku dapat kita lakaukan dengan mengubah komponen-komponen pada setting fisik, misalnya merubah perabotan, mengganti elemen pembentuk fisik ruang dan masih banyak cara lainnya.

  • Asumsi 6 : Mengubah karakteristik perilaku , pola dari suatu setting fisik dapat dipengaruhi dengan mengubah fisik, sosial atau struktur administratif yang mendefinisikan setting itu.

    Pada asumsi enam ini dijelaskan bahwa perubahan yang terkait dengan perubahan yang direncanakan akan terlihat sanagat memaksa untuk perubahan perilaku yang ada didalamnya. Perubahan ini tidak terlihat alami, tetapi akan menjadi perubahan perilaku yang bukan sebenarnya dari pelaku. Fokus utama dari psikologi lingkungan adalah hubungan manusia dengan lingkungan fisik. Tujuan dari analisa riset kita adalah untuk mengolah total lingkungan dari suatu sosial, fisik atau lingkungan psikologis, atau pribadi. Sehingga dapat dinyatakan bahwa perubahan yang berakibat pada perubahan perilaku tidak hanya dinyatakan sekedar perubahan fisik ruangnya, rancangan dan benda mati yang ada didalamnya (perabotan), tetapi perubahan yang terjadi juga meliputi perubahan sosial dan psikologis. Di sini jelas inklusif lingkungan adalah suatu proses total dimana semua komponen berpartisipasi dalam mengubah hubungan satu dengan yang lainnya.

  • Asumsi 7 : Lingkungan adalah suatu proses aktif dan melanjutkan proses siapa yang berpartisipasi dalam komponen yang mendefinisikan dan didefinisikan oleh sifat hubungan timbal balik diantara mereka pada momen yang ditentukan dan dari waktu ke waktu.

    Apapun yang terbentuk dari analisa adalah semua komponen didefinisikan oleh karena partisipasi mereka didalam proses lingkungan. Pada asumsi tujuh ini penekanannya atas lingkungan sebagai suatu proses yang terus menerus aktif dari komponen yang saling berhubungan dan saling berinteraksi, suatu implikasi yang penting harus dapat segera dibedakan. Suatu komponen yang bertindak mengubah lingkungan juga akan mempengaruhi komponen itu sendiri. Proses yang demikian merupakanhubungan timbal balik dengan mengedarkan timbal balik.

  • Asumsi 8 : Tiap-tiap komponen dari lingkungan berinteraksi atau telah mendefinisikan hubungan dengan semua komponen yang lain di dalam jalan dua arah: (a) itu mematuhi semua aspek yang lain, dan (b) adalah yang dilaksanakan oleh semua aspek yang lain khususnya, menerima konsekuensi tentang kepunyaan tindakannya dalam kaitan dengan suatu mengubah situasi lingkungan.

    Tiap-tiap komponen pada lingkungan akan saling berinteraksi sehingga mewujubkan suatu padanan norma akan setting fisik yang sulit untuk dirubah. Keputusan untuk merubah komponen dari lingkungan yang telah dapat berinteraksi tidak hanya akan menimbulkan perubahan sosial tapi juga akan menimbulkan perubahan fisik. Misalkan keptusan menambah julah pasien pada bangsal perawatan melebihi kemampuan optimal tidak hanya akan menimbulakn perubahan perialku pasien yang ada didalamnya tetapi juga mempengaruhi besaran fisik dimensi dari ruang yang dirasakan oleh pasien, akan mempengaruhi bentuk penghawaan pada ruang tsb.

  • Asumsi 9 : Lingkungan adalah unik pada suatu memberi waktu dan tempat.

    Lingkungan dan manusia tidak dapat dipisahkan karena keduanya dua hal yang saling mempengaruhi. Dimana individu sebagai komponen dari total proses lingkungan yang diselidiki untuk mendapat suatu pemahaman yang lebih besar. Ilmuwan sebagai pengamat hanya berdiri di luar lingkungan dan data dicatat atas orang-orang yang berpartisipasi didalamnya. Sebenarnya proses lingkungan dapat dipelajari dari sudut pandang lain yaitu peserta dari pengamat, orientasi yang berhubungan dengan kita.

  • Asumsi 10 : Penelitian proses lingkungan dari titik pandang peserta tertentu didalam proses menciptakan suatu situasi dichotomized ke dalam peserta pada suatu pihak dan semua komponen lingkungan yang lain

    Semua observasi pemetaan yang didasarkan pada perilaku adalah suatu usaha untuk memahami proses lingkungan dari segi pandangan pengamat. Dimana pada program riset kita yang kita mulai dengan metodologi dimana kita termasuk peserta sampai taraf tertentu, yang paling penting adalah bagaimana pengamat dapat melihat pelaku yang diamati mempersepsikan setting fisik yang disediakan. Asumsi 9 menunjukkan bahwa lingkungan apapun adalah unik pada tempat dan waktu yang ditentukan, tetapi sekarang jelas waktu dan tempat mempengaruhi proses lingkungan melihat semua komponen lingkungan yang lain.

  • Asumsi 11 : Walaupun hanya ada satu situasi lingkungan di sana meliputi komponen dari sudut pandang proses yang dapat diuji.

    Pada proses lingkungan dua komponen tidak dapat menduduki tempat yang sama sekalipun adalah mungkin untuk ruang dan waktu menjadi identik dari dua peserta, lingkungan dari masing-masing akan tetap unik karena adanya hubungan timbal balik. Lingkungan fisik dari masing-masing peserta sebelumnya dipengaruhi oleh pengalaman, latar belakang (kultur sosial, persepsi dan faktor-faktor lainnya). Lingkungan fisik dapat menjadi netral dan memasuki kewaspadaan ketika berbagai kesulitan telah ditemui.

  • Asumsi 12 : Dilihat dari sudut pandang peserta proses lingkungan, lingkungan biasanya adalah netral, mereka masuk kewaspadaan hanya ketika mereka menyimpang dari beberapa tingkat adaptasi.

    Ketika seseorang menghadapi suatu setting fisik baru kewaspadaan perlu ditingkatkan. Hal ini bisa dikatakan meskipun suatu setting fisik yang baru adalah optimal dalam semua bidang, termasuk temperatur, cahaya, bunyi, ruang dan warna, kewaspadaan seseorang dari setting baru ini harus dipertinggi. Hal ini menyimpulkan adanya penyimpangan dari proses adaptasi. Walaupun kadang peserta tidak sadar akan lingkungan fisiknya namun perilaku yang muncul setiap saat sangat dipengaruhi oleh itu.

  • Asumsi 13 : Walaupun peserta yang tetap sebagian besar tidak sadar pada lingkungannya yang mana proses lingkungan ini terus mengerahkan pengaruh yang besar atas perilakunya.

    Setting fisik bukanlah suatu sistem tertutup yang menekankan pengalaman masa lalu dan hubungan sistem sosial yang lebih luas. Pada asumsi 12 memimpin kita untuk bertanya bagaimana hubungan antara kesulitan yang dialami disetting fisik dan kewaspadaan pada setting dipengaruhi oleh sifat yang spesifik dari setting. Pada suatu tingkat kesulitan dimana kewaspadaan dari setting fisik akan berkurang, konsep adaptasi lingkungan memberikan jalan keluar untuk masalah ini.

  • KesimpulanPerilaku manusia pada suatu setting fisik tertentu bersifat stabil dan teratur dari waktu ke waktu. Perilaku manusia manusia dapat diarahkan dan diatur dngan menggunakan setting fisik tertentuStabilitas dan keteraturan dari perilaku manusia tidak bigitu saja muncul sebagai gambaran dari fungsional ruang, tetapi lebih kepada bagaimana manusia dapat melakukan interaksi sosial didalamnya serta dapat melakukan adaptasi terhadap setting fisik lingkungan yang dihadapinya.Stabilatas dan keteraturan dalam setting fisik lingkungan akan menjadi konsisten apabila diberikan stimulus-stimulus yang tepat sehingga manusia dapat berinteraksi didalam setting fisik tersebutManusia memiliki perialku yang beraneka ragam dalam hubngannya dengan lingkungan fisik, tetapi setting lingkungan fisik memberikan keterbatasan/pengekangan pada perilaku manusia.Untuk dapat mencapai suatu rancangan yang tepat maka terlebih dahulu perlu adanya uji coba akan setting fisik yang direncananakan terhadap pengguna.Setting fisik lingkungan bersifat terbuka karena selalu dipengaruhi oleh waktu yang menimbulkan perubahan-perubahan perilaku didalamnya.Perubahan pada setting fisik tidaknya melakukan perubahan pada ruang fisik tapi juga akan menimbulkan perubahan pada pola interaksi sosial di dalamnya serta perubahan pskologis.

  • Dalam hubngan perilaku dan lingkungan fisik terdapat hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi.Dalam melakukan pengamatan perilaku ada dua posisi yang dapat dipertimbangkan oleh pengamat dalam menempatkan diri yaitu :1. Berdiri diluar sebagai pengamat yang tidak masuk kedalam lingkungan amatan2. Terlibat langsung sebagai peserta dalam lingkungan amatan. Posisi pada nomor 2 dianggap paling tepat karena observasi perilaku adalah sutu usaha untuk memahani proses lingkungan dari segi pandang peserta/pelaku.Secara sadar maupun tidak sadar akan lingkunangannya, lingkungan fisik tetap akan memberikan pengaruh pada perilaku pesertanya.

  • PembahasanStudi perilaku lingkungan lebih dari sekedar fungsi. Pertanyaan yang sangat penting ialah bagaimana interaksi anatar manusia dengan lingkungan binaan atau bagaimana pengaruh lingkungan binaan terhadap perilaku manusia. Disebutkan oleh Zeisel (1981) dalam Inqury By Desain bahwa perilaku dapat dijelaskan dari aktor, kegiatan, kepentinagn lain, hubungan,konteks dan setting serta dapat kita lihat pendapat dalam Introduction To Architecture (1979), bahwa faktor-faktor perilaku menyangkut hal-hal yang lebih dalam, seperti mengenai psikologi dari emakai, persepsinya pada bangunan itu, kebutuhan interaksi sosial anatar pemakai dan juga arti simbolois dari bangunan.

    Pengamatan perilaku lingkungan dapat dilakukan dengan beberapa cara sesuai dengan kualitas Pengamatan. Seperti yang disebutkan oleh Zeisel (1981), bahwa pengamatan dapat dilakukan dengan pengamatan yang sungguh-sungguh, pengamtan secara langsung, pengamtan secara dinamis yang sangat dipengaruhi oleh waktu serta pengamatan dengan memperhatikan gangguan yang terjadi.

    Masalah pokok dalam pengamatan perilaku adalah pengamat itu sendiri, pengamat memiliki faktor kekuatan dan kelemahan dimana pengamat dapat membuat inferensi, kelemahannya pengamat dapat saja membuat inferensi yang salah tentang amatannya. Untuk mengamati perilaku manusia dibutuhkan pengetahuan kompoten tentang perilaku itu dan bahkan tentang arti perilaku tersebut seperti yang diungkapkan dalam penelitian behavior (2002)

  • Hal-hal yang mempengaruhi perilaku manusia diantaranya adalah situasi, budaya juga berpengaruh bagaimana orang menginterpretasi dan bereaksi pada perhubungan-perhubungan perilaku. Perhubungan perilaku dapat berupa telinga, visual, perabaan, penciuman dan simbolis. Pengamatan perilakusecara sistematis mengamati orang yang menggunakan lingkungan fisiknya. Sebagai pemakai lingkungan dapat dibedakan: perorangan sebagai individu, orang berpasangan, berkelompok kecil dan kelompok besar. Selanjutnya apa yang dikerjakan mereka, bagaimana hubungan aktivitas satu dengan lainnya secara meruang dan bagaimana hubungan-hubungan ruang mempengaruhi pemakai dimana diwaktu yang sama, setting sebagai lingkungan fisik mempengaruhi, memberikan efek samping dan dapat juga mendukung perilaku.

    Pengamat harus dengan sadar dapat mengidentifikasikan suatu tempat dan mengetahui aktivitas yang dilakukan berulang-ulang seperti yang disebut Zeisel (1981) yaitu sebagai kedudukan pola-pola perilaku. Mengidentifikasikan pola-pola penting dari kelompok-kelompok aktivitas yang secara tertutup berhubungan dengan lainnya. Cara pengamatan sangat berpengaruh terhadap perolehan data karenanya pengamat sebaiknya terlibat langsung didalam objek amatannya sehingga pelaku amatan tidak merasa diamati sehingga muncul perilaku yang wajar yang tidak dibuat-buat.

    Elemen-elemen yang perlu diperhatikan dalam pengamatan perilaku diantaranya: pelaku atau pemakai, perbuatan dan tindakan, orang lain yang penting, perhubungan (telinga, visual, rabaan, penciuman, simbolis), konteks sosial kultural situasi budaya, setting letak, keadaan fisik (perabotan), hubungan ruang.

  • Manfaat Pengamatan Perilaku Dalam Hubungannya Dengan Lingkungan Fisik Konteks perhubungan akan dipengaruhi sosial budaya pelaku dan setting fisik. Keberadaan lingkungan fisik akan mempengaruhi orang untuk melihat, mendengar, bersenruhan, tersenyum dan persepsi masing-masing dengan yang lainnya.Informasi yang baik tentang orang berperilaku pada setting, akan memudahkan perancang dalam mengakomodasikan rancangannya pada pemakai. Pengamatan perilaku didalam setting fisik dapat menghasilkan data tentang aktivitas pemakai dan kebutuhan hubungan mereka selanjutnya. Adanya keteraturan perilaku yang diamati dapat digunakan untuk perkiraan penggunaan, penggunaan-penggunaan baru dan kesalahan penggunaan suatu tempat, mengetahui tentang kesempatan-kesempatan perilaku dan hambatan-hambatan yang ada pada lingkungan. Pengaruh lingkungan fisik tidak hanya pada awal pemakaian suatu hasil rancangan tetapi hubungan timbal balik akan muncul dimana rancangan yang terbangun akan mempengaruhi perilaku sehingga muncul perilaku yang tida diperhirtungkan sebelumnya. Karenanya pengamatan perilaku pasca huni sangat penting untuk mengevaluasi hasil rancangan.