129
POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS PERAN NEGARA DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI PERIODE 1990 2002) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Oleh: Tur Minah 1110112000073 PROGRAM STUDI ILMU POLITIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H / 2014 M

POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN

(STUDI ATAS PERAN NEGARA DALAM

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI

PERIODE 1990 – 2002)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

Tur Minah

1110112000073

PROGRAM STUDI ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H / 2014 M

Page 2: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME

Skripsi yang berjudul:

POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN

(STUDI ATAS PERAN NEGARA DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

DAN INDUSTRI PERIODE 1990 – 2002)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya

cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli

saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya

bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Jakarta, 15 Maret 2014

Tur Minah

Page 3: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

iii

Page 4: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

iv

Page 5: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

v

ABSTRAK

Skripsi ini membahas politik industrialisasi di Korea Selatan (studi atas

peran negara dalam pengembangan teknologi dan industri periode 1990 – 2002).

Korea Selatan merupakan salah satu negara di Asia Timur yang sangat cepat

dalam pengembangan teknologi. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui

bagaimana negara berperan dalam pengembangan teknologi dan industri di negara

tersebut. Penulisan ini dilakukan melalui wawancara dan studi pustaka. Penulis

menemukan, bahwa adanya peran negara yang sangat kuat dalam pengembangan

teknologi dengan serangkaian kebijakan teknologi di Korea Selatan, dalam waktu

lima dekade Korea Selatan menjadi salah satu negara di Asia Timur yang

mempunyai teknologi – teknologi canggih yang mampu bersaing dengan negara

– negara maju lainnya dan dalam kebijakan teknologi negara kemudian

merumuskan agar mampu menciptakan situasi yang kondusif dalam

pengembangan teknologi, hal tersebut menjadi sangat penting karena teknologi

kini menjadi faktor pendukung untuk membangun industri strategis dalam

menumbuhkan pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan. Penyelesain penulisan ini

dapat di lihat dari hasil wawancara kepada narasumber yang ahli dalam bidang

teknologi khususnya dalam menganalisa negara Korea Selatan dalam

mengembangkan teknologi untuk pembangunan industri dan selanjutnya akan

dianalisa menggunakan kerangka teori.

Kerangka teori yang digunakan dalam skripsi adalah developmental state

dan embedded autonomy. Dari hasil analisa dengan menggunakan dua teori

tersebut dapat simpulkan bahwa pentingnya peran negara terhadap pengembangan

teknologi untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dalam hal ini inovasi

teknologi menjadi kunci keberhasilan negara dalam pembangunan industri

strategis di suatu negara. Sinergi antara negara dan pelaku usaha sangat diperlukan

untuk mendorong industri dalam negeri agar dapat bersaing dengan teknologi dari

negara lain.

Page 6: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan

hidayah dan rahmat-Nya serta nikmat sehat kepada penulis dan atas karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan untuk

memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) di Universitas

Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Syukur Alhamdulillah kepada Allah

SWT atas segala petunjuk dan kemudahan-Nya sehingga pada akhirnya penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selain itu, dalam proses penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari

bimbingan, peranan dan bantuan berharga dari berbagai pihak. Pada kesempatan

ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ungkapan terima kasih kepada:

1. Bapak Ali Munhanif, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga Dosen

Pembimbing, terima kasih telah membimbing, meluangkan waktu, memberi

nasehat dan memotivasi terus tanpa henti sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak M.Zaki Mubarak, M.Si, selaku seketaris Program Studi Ilmu Politik

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan konstribusi dalam segala hal dan

memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Agus Nugraha, MA, dan Bapak Drs. Armein Daulay, M.Si, selaku

penguji sidang skripsi ini, yang telah meluangkan waktunya di tengah – tengah

kesibukannya yang begitu padat masih bersedia memberikan banyak masukan

bagi penulis dalam merevisi skripsi ini.

4. Seluruh Dosen dan staf pengajar pada Program Studi Ilmu Politik di

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis sampaikan

terima kasih yang sebesar – besarnya karena telah memberikan ilmu

Page 7: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

vii

sepanjang perkuliahan berlangsung.

5. Bapak Amir F. Manurung, selaku Kepala Subbidang Akses Basis Data Bidang

Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional, Deputi Bidang

Jaringan Iptek (Kementerian Ristek dan Teknologi Republik Indonesia) yang

bersedia meluangkan waktunya untuk wawancara dan pengumpulan

informasi yang berguna bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

6. Ibu Dyah Winarni Poedjiwati, selaku Staf Ahli Bidang Sumber daya Industri

dan Teknologi (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia) yang telah

meluangkan waktunya untuk wawancara dan memberikan data – data yang

dapat melengkapi dalam penulisan skripsi ini.

7. Bapak Dudi Hidayat, selaku Peneliti Pusat Penelitian Perkembangan ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek – LIPI) yang telah bersedia

meluangkan waktunya untuk wawancara dan memberikan buku – buku yang

dapat melengkapi dalam penulisan skripsi ini.

8. Ayah, Ibu, Kaka dan Keponakan – Keponakan tersayang yang telah

memberikan doa, dukungan, semangat, dan motivasi dalam setiap langkah

penulis.

9. Dandhy Perdana Syafrizal, S.Kom yang selalu memberikan dukungan dan

semangat kepada penulis baik dalam suka ataupun duka.

10. Teman - teman FISIP angkatan 2010 yang telah memberikan semangat dan

bantuan dalam menyelesaikan skripsi.

11. Seluruh pihak yang turut memberikan dukungannya yang tidak dapat penulis

sebutkan satu per satu yang telah ikut serta memberikan semangat sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak mungkin dapat

dilaksanakan tanpa bantuan, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak.

Page 8: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

viii

Semoga Allah SWT melimpahkan karunia serta anugrah-nya atas segala bantuan

yang telah diberikan, Amin.

Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, penulis

juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,

penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi

ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pikiran bagi para pembaca

sekalian.

Jakarta, 15 Maret 2014

Tur Minah

Page 9: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................. ii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ..................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................ iv

ABSTRAK .................................................................................................... v

KATA PENGANTAR ................................................................................. vi

DAFTAR ISI ................................................................................................ ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii

DAFTAR DIAGRAM ............................................................................... xiii

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiv

BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1

B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ........................................................... 5

C.1. Tujuan Penulisan ........................................................................ 5

C.2. Manfaat Penulisan ...................................................................... 6

D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6

E. Metodologi Penulisan ........................................................................ 8

F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10

BAB II KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL .......................... 12

A. Developmental State (Chalmers Johnson, MITI and The

Japanese Miracle: The Growth of Industrial Policy 1925- 1975,

(Stanford, CA : Stanford University Press, 1982)) .......................... 12

B. Embedded Autonomy (Peter Evans, Embedded Autonomy: States

and Industrial Transformation (New Jersey: Princeton University

Press, 1995)) ..................................................................................... 20

C. Dependensi (Ketergantungan) (Arief Budiman, Teori

Pembangunan Dunia Ketiga (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama, 1995)) .................................................................................. 22

D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 26

Page 10: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

x

BAB III GAMBARAN UMUM STRATEGI NEGARA

DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI DI

KOREA SELATAN ..................................................................................... 28

A. Latar Belakang Negara Korea Selatan ............................................. 28

B. Gambaran Umum Strategi Negara Dalam Pengembangan Teknologi

.......................................................................................................... 32

BAB IV PERAN NEGARA DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI

UNTUK PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIODE 1990 – 2002 ............. 54

A. Peran Negara dalam Pengembangan Teknologi .............................. 54

A.1. Program “Highly Advanced National (HAN) project” ............ 56

A.2. Program Foresight ................................................................... 58

B. Pembaharuan Pembentukan Lembaga Negara ................................. 59

C. Karakteristik Administrasi dan Undang – Undang Iptek ................. 63

D. Mekanisme Perencanaan Terpusat dalam Pengembangan Iptek ..... 64

E. Mekanisme Pelaksanaan dalam Pengembangan Iptek ..................... 67

F. Kondisi Industri dalam situasi Krisis 1997 – 1998 .......................... 69

G. Perusahaan – Perusahaan Korea Selatan yang Berkembang Pesat .. 73

BAB V PENUTUP ....................................................................................... 84

A. Kesimpulan ...................................................................................... 84

B. Saran ................................................................................................. 87

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 89

LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................................................................ 95

Page 11: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Ringkasan Tahapan Kebijakan Utama dalam Pembangunan

Ekonomi di Korea Selatan ........................................................................... 35

Tabel 4.1 Rencana Restrukturisasi Tujuh Bidang Industri .......................... 72

Tabel 4.2 Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Negara Lain.................... 74

Page 12: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Skema Alur Berpikir ................................................................ 26

Gambar 3.1 Peta Negara Korea Selatan ....................................................... 29

Gambar 4.1 Samsung Electronics ................................................................ 75

Gambar 4.2 Hyundai Motor ......................................................................... 76

Gambar 4.3 POSCO ..................................................................................... 77

Gambar 4.4 Kia Motors................................................................................ 78

Gambar 4.5 Hyundai Mobis ......................................................................... 79

Gambar 4.6 LG Chem .................................................................................. 80

Gambar 4.7 Hyundai Heavy Industries ........................................................ 80

Gambar 4.8 Samsung Life Insurance ........................................................... 81

Gambar 4.9 Shinhan Financial Group .......................................................... 82

Gambar 4.10 SK Hynix ................................................................................ 83

Page 13: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

xiii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 3.1 Mengejar Ketertinggalan: Metode Alih Teknologi Asing

di Korea Selatan pada Era 1960 Hingga 1970-an ........................................ 40

Diagram 3.2 Metode Pembangunan Industir Berat/Kimia di Era 1980-an

dan Rantai Produksi Baru 1990-an .............................................................. 41

Diagram 4.1 Sistem Kerja NSTC pada 1990 – 2004 ................................... 60

Diagram 4.2 Infrastruktur Komunikasi Kebijakan Iptek Korea Selatan ...... 62

Diagram 4.3 Bagan Alur Kebijakan Iptek Korea Selatan ............................ 63

Page 14: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

xiv

DAFTAR SINGKATAN

APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

ASEAN : Association of South East Asian Nation

DER : Debt to Equity Ratio (perbandingan antara hutang

perusahaan terhadap jumlah modalnya)

EOI : Export Oriented Industrilization

ETRI : Electronics and Telecommunication Research Institute

FDI : Foreign Direct Investment

FTA : Free Trade Agreement

GDP : Gross Domestic Product

GNP : Gross National Product

GRI : Government Research Institution

HAN : Highly Advanced National (proyek nasional tingkat tinggi,

Korea Selatan)

HCI : Heavy Chemical Industry

HDTV : High Definition Television

HKI : Hak Kekayaan Intelektual

IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

ISDN : Integrated Services Digital Networks

KAIST : Korea Advanced Institute of Science and Technology

KECRI : Korea Electronics and Communications Research Institute

KERIS : Korea Education of Research Information Service

KETRI : Korea Electronics and Telecommunications Research Institute

KIET : Korea Institute for Industrial Economics and Trade

KIMM : Korea Institute of Machinery and Metals

Page 15: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

xv

KIPRIS : Korea Institute of Patent Right Information

KIST : Korea Institute of Science and Technology

KISTI : Korea Institute of Science and Technology Information

KORSTIC : Korea Science and Technology Information Center

KRISS : Korea Research Institute of Standards and Science

KTDC : Korea Technology Development Corporation

KTRI : Korea Telecommunications Research Institute

LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia

MITI : Ministry of International Trade and Technology

MOST : Ministry of Science and Technology

NICs : Newly Industrializing Countries

NSTC : National Science and Technology Committee

PAPIPPTEK : Pusat Penulisan Perkembangan ilmu Pengetahuan

dan Teknologi

PHK : Pemutusan Hubungan Kerja

POSCO : Pohang Iron and Stell Company

P/E : Price Earning Ratio (salah satu ukuran paling mendasar

dalam analisis saham secara fundamental)

R&D : Research and Development

SDA : Sumber Daya Alam

SDM : Sumber Daya Manusia

TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi

UNINDO : United Nations Industrial Development Organization

US : United States

Page 16: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Korea Selatan merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang

telah mengalami jatuh bangun yang diwarnai sejarah panjang negeri di

semenanjung Korea ini. Sikap patriotik dan daya juang yang ditunjukkan

masyarakat Korea Selatan begitu heroik yang pada akhirnya mengantarkan negara

ini tampil sejajar dengan negara - negara maju di dunia.1 Betapa tidak, dalam waktu

lima dekade sejak merdeka, Korea Selatan menjelma sebagai negara yang

pertumbuhan ekonominya pesat dan salah satu negara tercanggih di dunia dengan

nilai ekonomi triliunan dollar.

Ketika mulai merekonstruksi ekonominya pada tahun 1962, pendapatan

perkapitanya sekitar 87 dolar AS, hal ini setara dengan Ghana dan India ketika itu.

Tapi kini, pada tahun 2012 pendapatan perkapita Korea Selatan 32.020 dolar AS

perorang,2 menempatkan Korea Selatan sejajar dengan negara – negara Eropa,

sehingga tidak jauh berbeda dengan Jepang (dengan pendapatan per kapita 38.000

dolar AS) dan bahkan membuka kesempatan menyaingi Amerika Serika (dengan

pendapatan per kapita 47.000 dolar AS).3 Sekitar lima dekade yang lalu Korea

1Deisyati Rodiyah ”Perkembangan Korea Selatan” artikel diunduh pada 17 November

2013 dari http://dr-koreaworld.blogspot.com/2013/03/perkembangan-korea-selatan-jatuh-

bangun.html 2Wikipedia “Economy of South Korea” arikel diunduh pada 19 November 2013 dari

http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_South_Korea 3Myung Oak Kim dan Sam Jaffe, The New Korea: Mengungkap Kebangkitan Ekonomi

Korea Selatan. Terjemahan., (Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelomok Gramedia,2013),xiii.

Page 17: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

2

Selatan dapat dikatakan begitu lengang dan gelap. Pada masa kolonialisme dan

perang yang begitu besar membuat negara ini dalam kondisi yang rusak parah. Hal

ini yang membuat kondisi perekonomian Korea Selatan dalam keadaan yang sangat

memprihatinkan. Namun saat ini, ekonomi Korea Selatan tumbuh dalam satu ruang

tercepat. Korea Selatan mengalami transformasi dari sebuah negara agraris,

menjadi negara industri untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi

dilakukan sejak zaman pemerintahan Park Chung-Hee mulai pada tahun 1960-an

hingga 1970-an. Ketika negara - negara lain harus membutuhkan waktu bertahun -

tahun untuk membangun pertumbuhan ekonomi yang mapan, Korea Selatan hanya

dalam waktu dua dekade saja. Karena Korea Selatan sudah masuk dalam jajaran

negara – negara industri baru newly industrializing countries (NICs).

Munculnya negara – negara industri baru dengan pertumbuhan ekonominya

yang cepat seperti Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura merupakan

suatu prestasi yang belum pernah terjadi dan suatu contoh dari model pembangunan

suatu negara yang sangat berhasil.4 Bahkan keberhasilannya dalam

mengembangkan sektor industri sebagai motor penggerak pembangunan

ekonominya, dewasa ini negara –negara industri baru mulai mampu dan bahkan

dapat menyaingi negara – negara industri maju.

Perekonomian Korea Selatan, awalnya dibangun dengan membangun

industri – industri standar negara berkembang pada tahun 1960-an, Korea Selatan

4Colin I. Bradford, Jr, Model – Model Asia Timur : mitos – mitos dan pelajaran –

pelajaran dalam Jhon P.Lewis & Valeriana Kllab, eds, Mengakaji Ulang Strategi – Strategi

Pembangunan ( Jakarta: UI Press, 1987), 141.

Page 18: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

3

memulai mengekspor tekstil, plywood dan hasil – hasil produksi lain yang di

hasilkan dari pemanfaatan tenaga kerja. Sepuluh tahun kemudian barang dan jasa

konstruksi dari Korea Selatan mempunyai peluang untuk bisa menjadi supplier bagi

negara – negara maju.

Pada tahun 1962, ketika negara melancarkan Repelita yang pertama, pada

dasarnya Korea Selatan mempunyai dua alternatif pendekatan terhadap

pembangunan ekonomi. Pertama, melanjutkan strategi pembangunan yang

memandang ke dalam dengan didasarkan atas industri substitusi impor (ISI).

Kedua, strategi pembangunan yang memandang keluar yang menekankan

pertumbuhan ekspor.5 Dalam hal ini, Korea Selatan memilih pendekatan yang

kedua, karena Korea Selatan memiliki alasan antara lain miskin dengan sumber –

sumber alam, kecilnya pasaran dalam negeri, serta adanya pengurangan bantuan

dana dari Amerika Serikat (AS). Adapun hakekat srategi pembangunan yang

memandang keluar bagi Korea Selatan ialah memanfaatkan keunggulan –

keunggulan komparatif dalam barang – barang yang di produksi secara padat karya

( labor-intensive).

Dalam keberhasilan pelaksanaan industrialisasi ini, tampak jelas bahwa

negara sangat berperan memainkan peranan penting. Intervensi negara dalam hal

ini sangatlah beralasan mengingat bahwa Korea Selatan merupakan suatu negara

yang terlambat membangun industrinya (late – industrializing country). Dalam hal

ini dibutuhkan sosok negara yang sangat kuat untuk memobilisasi potensi – potensi

5Leopoldo Solis dan A. Montemayor, Suatu Pandangan Meksiko tentang Pilihan antara

Orientasi ke Luar dan ke Dalam (Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama,2001),130-134.

Page 19: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

4

dalam negari maupun bantuan – bantuan dari luar negeri. Demikian juga,

diperlukannya pengawasan terhadap negara dalam berlangsungnya proses tersebut,

yang dasarnya bertujuan untuk mencapai keharmonisan kepentingan masing –

masing kelompok dalam negara tersebut, dengan arti luas untuk tercapainya

kepentingan pembangunan nasional itu sendiri.Korea Selatan telah meninggalkan

pola struktur perekonomian yang agraris, kemudian melaju memasuki tahap

industrialisasi dengan mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Saat

ini Korea Selatan berhasil mengubah wajah kemiskinan menjadi kemakmuran.

Pemerintah Korea Selatan dalam memimpin upaya mengejar ketertinggalan

teknologi (catching-up) demi meningkatkan daya kompetisi industri. Sebelum

memasuki pertengahan 1980-an, selama dua puluh tahun Korea Selatan berhasil

mengakuisisi dan mengadopsi iptek industri asing, mereka menerapkannya

misalnya di bidang teknologi industri komponen, sistem operasi, ilmu material,

sistem kontrol, desain, serta produk teknologi, akan tetapi strategi mengandalkan

daya akuisisi dan asimilasi teknologi asing dianggap semakin kompleks bilamana

harus mengandalkan upaya lembaga riset nasional. Oleh karena itu, di tahun 1990-

an secara sporadis proyek - proyek riset di Korea Selatan mulai menyentuh isu

mengembangkan inovasi teknologi inti (teknologi dasar yang dapat dikembangkan

lebih jauh) karena pada dekede sebelumya industri Korea Selatan masih bergantung

terhadap teknologi inti hasil impor dari Jepang maupun Amerika.6

6Ibid.,4.

Page 20: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

5

Strategi ini lahir setelah pemerintah menerima evaluasi bahwa sektor

perdagangan tengah menghadapi kombinasi masalah defisit besar, melonjaknya

biaya tenaga kerja, serta menurunnya laju investasi industri, sehingga Korea Selatan

memerlukan modal iptek lebih intensif agar dapat melakukan ekspansi keragaman

produksi, menciptakan industri bermoda lebih kompleks, menyerap tenaga kerja

dan bernilai kompetitif.7 Sehingga pernyataan masalahnya jelas terlihat bahwa ada

satu hal penting yang bisa diambil dari setiap negara ialah sangat diperlukannya

komitmen dari tiap negara untuk berperan penting dalam pengembangan teknologi

tinggi dan juga mengalokasikan anggaran tersendiri untuk pengembangan

teknologi.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pernyataan penelitian di atas maka penulis merumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana peran negara dalam implementasi pengembangan teknologi dan industri

di Korea Selatan periode 1990 – 2002?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

C.1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Menjelaskan peran negara dalam pengembangan teknologi dan industri.

7Ibid., 12.

Page 21: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

6

b. Menganalisa peran negara terkait dengan keberhasilan pengembangan

teknologi dan industri di Korea Selatan periode 1990 – 2002?

C.2. Manfaat Penelitian

Penelitian yang penulis lakukan ini mudah - mudahan dapat bermanfaat bagi

penulis sendiri, maupun bagi pembaca atau pihak - pihak lain yang

berkepentingan.

1. Manfaat akademis

Penelitian ini sangat erat hubungannya dengan mata kuliah ekonomi

politik, sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis

dan semua pihak yang berkepentingan dapat lebih memahami

bagaimana negara berperan penting dalam pengembangan teknologi

untuk pembangunan industri.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan konstribusi literatur keilmuan serta menjadikan

penulisan ini sebagai literatur dalam bidang Ilmu Politik.

b. Menambah informasi bagi penulisan skripsi yang serupa di waktu

yang akan datang.

D. Tinjauan Pustaka

Terdapat beberapa penelitian yang mengkaji mengenai peran negara dalam

pengembangan teknologi dan industri sebagai upaya pembangunan ekonomi.

Pertama, dalam buku yang di tulis oleh Chalmers Johnson yang berjudul ” MITI

and The Japanese Miracle: The Growth of Industrial Policy 1925 - 1975”

Page 22: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

7

menjelaskan dan mengamati keberhasilan pembangunan Jepang melalui

pembentukan Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri, MITI (Ministry

of International Trade and Industry). Dengan pembentukan MITI, jelas terlihat

bagaimana pemerintah Jepang terlibat secara langsung untuk menciptakan industri

– industri strategis. Oleh kerena itu, kemudian di tahun 1974 di perkenalkan konsep

plan - oriented market economy system.

Fenomena keberhasilan ekonomi Jepang ialah dengan adanya dukungan

dari teknologi dalam pertumbuhan ekonomi Jepang yang kemudian membuat

pemerintah melakukan transfer teknologi melalui impor teknologi dari Amerika

Serikat untuk kepentingan industri. Adapun hal yang membedakan dari penelitian

ini adalah membahas peran negara dalam menciptakan industri – industri strategis

di Jepang, sedangkan penulis membahas politik industrialisasi di Korea Selatan

(studi atas peran negara dalam pengembangan teknologi dan industri periode 1990

– 2002).

Kedua, skripsi yang ditulis oleh Meri Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Skripsi yang berjudul ”Peranan

Negara Dalam Proses Industrialisasi di Korea Selatan (1961 - 1987)”. Dalam skripsi

tersebut penulis menjelaskan tentang peranan negara dalam proses industrialisasi

sebagai upaya pembangunan ekonomi di Korea Selatan. Dalam skripsi ini

digambarkan suatu fenomena yang menarik, yaitu adanya peran yang dimainkan

oleh negara dalam proses industrialisasi dan juga munculnya peranan negara yang

dominan tersebut tidak terlepas dari historis negara ini yang sering mengalami

peperangan serta intervensi dari negara - negara besar lainya. Munculnya peran

Page 23: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

8

negara dapat dilihat dari hasil proses interaksi antara faktor – faktor domestik dan

internasional, ekonomi maupun politik. Dalam hal ini peranan yang dilakukan oleh

negara adalah strukturisasi ekonomi maupun politik domestik seiring dengan

dinamika politik dan ekonomi internasional. Hal yang membedakan dari penelitian

ini adalah membahas peranan negara dalam proses industrialisasi di Korea Selatan

( 1961 - 1987) dan dalam menganalisa hal tersebut menggunakan teorinya Gullermo

O’Donnell yaitu model pemerintahan Birokratik Otoriterian dan penelitian di

lakukan pada tahun 1991, sedangkan penulis menganalisa politik industrialisasi di

Korea Selatan (studi atas peran negara dalam pengembangan teknologi dan industri

periode 1990 – 2002), teori yang digunakan adalah teori Chalmers Johnson yaitu

developmental state dan teori Peter Evans yaitu embedded autonomy.

E. Metodologi Penelitian

1. Tipe atau Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan –

temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.

Contohnya, dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat dan perilaku

seseorang, disamping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial atau

hubungan timbal balik dan lain-lain.8 Dengan begitu berharap dapat mengetahui

serta memahami apa yang terjadi dibalik fenomena yang kadang sulit dipahami.

2. Jenis dan Smber Data

8Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar – Dasar Penelitian Kualitatif (Tata Langkah dan

Teknik – Teknik Teoritis Data) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, cet. 1),4.

Page 24: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

9

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data berupa data primer dan

data sekunder. Adapun data primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah wawancara. Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung antara

dua orang dalam situasi saling berhadapan, salah seorang yaitu yang melakukan

wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang

berputar disekitar pendapat dan keyakinannya.9 Penulis melakukan wawancara

dengan orang yang ahli dan berkompeten dalam bidang penelitian yang sedang

penulis teliti. Maka dalam hal ini, wawancara dilakukan dengan Bapak Dr. Agus R.

Hoetman, M.T selaku Deputi Bidang Jaringan Iptek (Kementerian Riset dan

Teknologi Republik Indonesia) dan Bapak Amir F. Manurung selaku Kepala

Subbidang Akses Basis Data Bidang Perkembangan (Kementerian Riset dan

Teknologi Republik Indonesia).

Selain itu, wawancara juga di lakukan dengan Ibu Dyah Winarni Poedjiwati

selaku Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi (Kementerian

Perindustrian Republik Indonesia) dan Bapak Dudi Hidayat selaku Peneliti Pusat

Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek - LIPI).

Penulis memilih mereka, karena penulis yakin mereka memahami tentang

penelitian penulis dan dapat memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian

ini.

Sementara data sekunder, penulis menggunakan berupa bahan bacaan mulai

dari buku – buku, jurnal – jurnal, majalah, surat kabar, artikel – artikel, internet,

9Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisa Data (Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,2010),50.

Page 25: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

10

serta yang berkaitan dengan penelitian ini. Oleh karena itu, Untuk mendapatkan

bahan bacaan maka penulis berkunjung ke perpustakaan UIN Jakarta, Universitas

Indonesia, Perpustakaan Nasional, perpustakaan Universitas Paramadina, serta

perpustakaan LIPI.

F. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini penulis menyusun pembahasan yang menjadi beberapa

bagian dari sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini penulis akan memaparkan permasalahan yang melatarbelakangi

pembahasan dan perumusan masalah serta tujuan terkait dalam penelitian politik

industrialisasi di Korea Selatan (studi atas peran negara dalam pengembangan

teknologi dan industri periode 1990 – 2002) berdasarkan pada metode penelitian

kualitatif.

Bab II Kerangka Teoritis & Konseptual

Pada bab ini akan dipaparkan mengenai teori dan konsep yang dipergunakan dalam

pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan skripsi ini yaitu politik

industrialisasi di Korea Selatan.

Page 26: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

11

Bab III Gambaran Umum Strategi Negara dalam Pengembangan Teknologi

dan Industri di Korea Selatan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang sejarah pengembangan teknologi di

Korea Selatan dengan latar belakang internal dan eksternal teknologi untuk

mengetahui bagaimana peran negara dalam mengembangkan teknologi dan industri

di Korea Selatan sebelum periode 1990-an.

Bab IV Peran Negara dalam Pengembangan Teknologi dan Industri Periode

1990 – 2002

Pada bab ini merupakan bagian yang berisikan tentang permasalahan yang penulis

angkat. Penulis akan menjalaskan bagaimana peran negara dalam implementasi

pengembangan teknologi dan industri periode 1990 – 2002.

Bab V Penutup

Pada bab ini penulis akan berusaha menyimpulkan pembahasan mengenai skripsi

ini sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan mengenai politik

industrialisasi di Korea Selatan (studi atas peran negara dalam pengembangan

teknologi dan industri periode 1990 – 2002) dan selanjutnya di bab penutup ini juga

terdapat saran dan kritik dari penulis.

Page 27: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

12

BAB II

KERANGKA TEORITIS & KONSEPTUAL

Dalam studi tentang negara-negara berkembang terdapat sinergi antara

pengembangan teknologi dan pembangunan industri. Hal ini karena adanya peran

negara sebagai aktor utama yang bertujuan memaksimalkan kekuasaan untuk

memperjuangkan kepentingan nasional dan dalam hal tersebut akan dianalisa

dengan menggunakan teori developmental state dan embedded autonomy. Teori ini

sangat penting untuk membantu penulis dalam menganalisa permasalahan dalam

penelitian.

A. Developmental State

Developmental state adalah suatu paradigma yang menempatkan negara

sebagai faktor dominan dalam mempengaruhi arah dan kecepatan pembangunan

ekonomi. Negara secara langsung mengintervensi proses pembangunan yang

berbanding terbalik dengan cara berpikir yang mengandalkan kekuatan pasar dalam

mengalokasikan sumber daya ekonomi. Paradigma ini membangun tujuan

substantif sosial dan ekonomi yang memandu proses pembangunan dan mobilisasi

sosial. Karakteristik dari paradigma ini adalah pemerintahan yang kuat, peran

dominan pemerintahan, rasionalitas teknokratik dalam pembuatan kebijakan

ekonomi birokrasi yang otonom dan kompeten serta terlepas dari pengaruh

kepentingan politik.

Page 28: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

13

Seiring dengan perkembangan perekonomian, sejumlah negara di kawasan

Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan mengalami industrialisasi.

Kemudian Chalmers Johnson melihat fenomena tersebut dengan menjelaskannya

ke dalam teori developmental state. Keberhasilan industrialisasi di kawasan

tersebut memang memiliki karakteristik tersendiri, yaitu dengan adanya peran

negara sebagai aktor pembangunan.

Salah satu model keberhasilan itu adalah Jepang, keberhasilan

pembangunan perekonomian Jepang melalui pembentukan Kementrian

Perdagangan Internasional dan Industri, MITI (Ministry of International Trade and

Industry), memberikan insentif dengan jalan memberi perlindungan maupun

penggabungan. Perlindungan terhadap industri tersebut dilakukan pemerintah

dengan kebijakan diskriminasi tarif, pajak yang rendah dan pembatasan impor

(melindungi industri domestik dari penetrasi asing). Dengan pembentukan MITI,

jelas terlihat bagaimana pemerintah Jepang terlibat secara langsung dalam

menciptakan industri-industri strategis. Oleh karena itu, kemudian di tahun 1974

diperkenalkanlah konsep plan-oriented market economy system.10 Satu lagi poin

penting dalam fenomena keberhasilan ekonomi Jepang ialah adanya peran dari

teknologi dalam pertumbuhan ekonomi Jepang yang kemudian membuat

pemerintah untuk melakukan transfer teknologi melalui impor teknologi dari

Amerika Serikat bagi kepentingan industri. Sebelum liberalisasi modal di akhir

periode 1960-an dan 1970-an, tidak ada teknologi yang dapat masuk ke Jepang

10Chalmers Johnson, MITI and The Japanese Miracle: The Growth of Industrial Policy

1925- 1975 (Stanford, CA : Stanford University Press, 1982),10.

Page 29: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

14

tanpa persetujuan MITI sehingga kerja sama hanya dapat dilakukan dengan

keterlibatan MITI.11

Chalmers Johnson menggambarkan peran negara yang sangat besar dengan

cara memberi insentif kepada masyarakat bisnis melalui peraturan administratif,

subsidi, proteksi, hingga peninjauan pasar. Negara secara langsung terlibat dalam

pembangunan ekonomi dan mempunyai pengaruh yang besar dalam keputusan

publik. Model developmental state harus dipahami sehubungan dengan tiga

ciri utamanya yaitu: pertama, peran pemerintah yang sangat besar dalam sektor

pembangunan ekonomi yang diwujudkan dalam bentuk intervensi kebijakan

terhadap pasar. Intervensi pemerintah bukan saja dalam hal perencanaan kebijakan

pembangunan nasional namun lebih jauh lagi juga dalam pelaksanaan atau

implementasi pembangunan ekonomi. Dalam model developmental state

diperlukan negara yang kuat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang

tinggi.

Developmental state juga mementingkan stabilitas politik dengan menekan

peran oposisi dan sebaliknya memperkuat peran dan pengaruh elit pembangunan

yang terdiri dari birokrasi-politisi-pengusaha (swasta). Dalam hal ini tujuannya

agar semua perhatian negara tercurah untuk pembangunan ekonomi, yang paling

berperan di antara ketiganya adalah birokrasi, ini dikarenakan birokrasilah yang

membuat Rancangan Undang – Undang (RUU), membuat keputusan- keputusan

besar, mengontrol anggaran nasional dan sumber dari semua inovasi kebijakan

dalam sistem. Dalam hal pihak swasta merupakan hasil koneksi politik dari kelas

11Ibid.,16-17.

Page 30: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

15

elit yang berkuasa, dari sinilah terjalin proses pengambilan keputusan dan

kebijakan yang interconnected antara politisi, birokrasi, dan pengusaha tersebut.

Ketiganya terjalin dalam hubungan kerja sama yang dikenal dengan “Japan Inc.”

atau sering juga disebut dengan segitiga besi (iron triangle). Prinsip kerja dari

Japan Inc. adalah bantuan dan perlindungan serta promosi bagi kelompok

pengusaha atau bisnis Jepang oleh birokrasi dan politisi.

Kedua, kebijakan industri aktif Jepang sebagai prioritas utama negara

diberikan untuk pertumbuhan ekonomi. Pemerintah memperkuat industri dalam

negeri untuk meningkatkan daya saing internasionalnya di pasar dunia. Semua

sumber-sumber kekuatan Jepang dikerahkan untuk mengejar pertumbuhan

ekonomi yang tinggi dan cepat. Untuk maksud tersebut, maka pemerintah Jepang

secara sistematis melakukan intervensi melalui kebijakan-kebijakan makro

ekonomi, yaitu pada sektor industri, perdagangan, dan finansial.

Dalam konteks ini, pemerintah Jepang telah memberikan prioritas pada

industri bernilai tinggi dan berdasarkan pada teknologi. Terutama teknologi dari

Barat yang amat diperlukan untuk industrialisasi. Mesin- mesin hasil teknologi

mutakhir diimpor, teknisi luar negeri didatangkan ke Jepang dan orang-orang

Jepang dikirim ke luar negeri untuk training dan pendidikan, serta melakukan

perjanjian untuk lisensi pemakaian teknologi yang telah dipatenkan. Dalam

paradigma developmental state, sepanjang periode restrukturasi pasca perang,

Jepang memprioritaskan untuk mempergunakan teknologi dasar yang

dikembangkan di Barat yang telah disesuaikan dengan situasi Jepang daripada

memproduksi sendiri. Industri strategis ditargetkan dan kemudian birokrasi,

Page 31: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

16

terutama MITI, memberikan insentif melalui perlindungan maupun penggabungan.

Perlindungan terhadap industri tersebut dilakukan pemerintah dengan kebijakan

diskriminasi tarif, pajak yang rendah, dan pembatasan impor (melindungi industri

domestik dari penetrasi asing).

Dalam Upaya pengembangan industri ditempuh dengan menyediakan

dana berbunga rendah melalui organ-organ finansial pemerintah, subsidi,

pemberian lisensi teknologi asing yang diimpor, penyediaan fasilitas pangkalan

industri transportasi. Pemerintah berupaya untuk itu dengan meningkatkan

promosi ekspor ke pasar internasional, tetapi sekaligus juga melindungi pasarnya

dari impor barang-barang asing. Kebijakan promosi ekspor Jepang yang terpenting

adalah tetap mempertahankan nilai rendah mata uang Yen. Pada tahun 1949,

ditetapkan 365 Yen Jepang untuk 1 dollar Amerika. Penetapan ini dirancang

untuk membuat semua industri Jepang dapat kompetitif dalam pasar internasional.

Nilai ini tetap rendah sepanjang tahun 1950-an dan 1960-an. Ketika Yen mulai

mengambang pada pada tahun 1973, pemerintah Jepang tetap melakukan

intervensi yang ketat terhadap sistem moneternya. Selain itu pemerintah

Jepang juga menetapkan pembatasan impor dari produk-produk asing, dan hanya

terbuka apabila perusahaan-perusahaan Jepang juga memiliki keunggulan

komparatif.12

12Uni Sagena, “Pergeseran Model Pembanguna Ekonomi Developmental State Jepang”,

artikel diunduh pada 15 Maret 2014 dari

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved

=0CCsQFjAB&url=http%3A%2F%2Fportal.fisip-unmul.ac.id%2Fsite%2Fwp

Page 32: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

17

Ketiga, terdapatnya suatu agen utama pembangunan dalam birokrasi

negara. Agen utama tersebut memainkan peran kunci untuk merumuskan dan

mengimplementasikan kebijakan-kebijakan strategis. Agen ini terdiri dari orang-

orang yang memiliki bakat manajerial terbaik dalam birokrasi sehingga mampu

mengambil inisiatif dan bekerja secara efektif. Di Jepang, peran kunci untuk

mengatur ekonomi tersebut dilaksanakan oleh badan intervensi ekonomi terutama

oleh Kementrian Perdagangan Internasional dan Industri atau MITI.

MITI menetapkan tujuan-tujuan untuk industri- industri yang lebih spesifik

dan memberi arah bagi pertumbuhan industri Jepang. melalui kontrol terhadap

valuta asing dan pemberian lisensi. MITI memiliki fungsi- fungsi sebagai berikut:

1) Melindungi industri-industri kecil, 2) Mengorganisasikan kembali industri-

industri yang mengalami kemunduran (misalnya pertambangan dan pemintalan

benang), 3) Membantu pengusaha-pengusaha kecil, 4) Mengontrol kompetisi yang

bersifat monopoli melalui kontrol terhadap perluasan kapasitas dan membantu

perusahaan yang melakukan peleburan.13 Kebijakan pengembangan teknologi juga

dilakukan oleh negara berkembang seperti Indonesia. Namun, dengan tingkat

kapabilitas teknologi industri yang masih terbilang relatif rendah. Apabila

dibandingkan dengan Jepang atau Korea Selatan, basis teknologi Indonesia masih

terbilang lemah dalam menyerap dan meningkatkan proses impor teknologi.14

13K.Bieda, The Structure and Operation of the Japanese Economy (New York: John Wiley

and Sons Australasia,),95.

14“Policies Affecting Indonesia’s Industrial Technology Development”, ASEAN

Economic Bulletin: December, 1 2006,artikel diunduh pada 03 November 2013 dari

ttp://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199- 6223164/Policies-affecting-Indonesia-s-industrial.html

Page 33: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

18

Sektor barang modal masih terbelakang dan minimnya upaya

pengembangan teknologi karena terlalu fokus pada industri tinggi yang disubsidi

dan dilindungi negara saat kepemimpinan B. J Habibie dalam Kementrian Riset dan

Teknologi. Namun, perjalanan pengembangan teknologi di Indonesia telah

mencatat beberapa pencapaian dalam kepemimpinan Habibie. Ia meletakkan

pandangan bahwa Indonesia seharusnya tidak lagi bergantung pada industri padat

karya yang menyebabkan menurunnya daya saing internasional. Oleh karena itu,

Habibie mendukung pengembangan industri strategis, meliputi industri pesawat

terbang teknologi tinggi milik negara sehingga mampu menghasilkan lebih banyak

devisa.

Industri teknologi strategis untuk sementara waktu memerlukan

perlindungan dan subsidi dari pemerintah. Namun, ternyata pengembangan

teknologi strategis tidak mendapat dukungan penuh. Terobosan pengembangan

industri berbasis teknologi tinggi Habibie menuai kritik dari para ekonom karena

industri strategis khususnya industri perakitan pesawat dinilai hanya memaksakan

biaya sosial yang tinggi.15 Pembangunan teknologi di tengah industrialisasi

menjadi semakin jelas apabila melihat pembangunan teknologi pasca reformasi

ekonomi di Cina. Menariknya, pengalaman Cina bertentangan dengan kondisi yang

berlangsung di negara-negara industri dan dunia ketiga.

Pada kebanyakan kasus, peran kebijakan politik dianggap penting, baik

melalui intervensi ”langsung” yang ditujukan di area tertentu dengan program

pendanaan nasional dan laboratorium riset nasional atau melalui cara yang ”tidak

15Ibid.,

Page 34: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

19

langsung” melalui modifikasi pasar yang mampu mendukung inovasi. Meskipun

pada kenyataannya banyak yang menilai pasar sebagai aktor yang menentukan,

kuatnya peran dalam kebijakan politik menjadi tema sentral dalam literatur inovasi

teknologi.

Reformasi Cina mengikuti strategi ”dua-cabang” dalam mengembangkan

sains dan sistem teknologi dengan telah memperkenalkan kekuatan pasar sebagai

alat untuk merangsang kemajuan ilmu pengetahuan dan modernisasi teknologi dan

pada saat yang sama juga tetap mengandalkan kontrol pusat terutama ekonomi dan

militer.Dengan demikian, pendekatan yang diambil dalam pengembangan sains dan

teknologi ialah dengan fokus pada peningkatan mekanisme operasional yang

berorientasi pada pusat R&D.16 Cina juga mengakui bahwa salah satu unsur paling

penting dalam keberhasilan pengembangan teknologi pasca perang di negara Barat

ialah dengan adanya kombinasi antara kewirausahaan dan rangsangan pasar seperti

yang terjadi di dalam Silicon Valley.17

Struktur ekonomi baru didesain agar pengembangan teknologi dapat selaras

dengan pertumbuhan ekonomi. Strategi dilakukan untuk memodernisasi sains dan

teknologi dengan menggabungkan unsur negara dan pasar. Pendekatan ini juga

dilakukan oleh negara industri seperti India, Taiwan dan Korea Selatan dengan

16Merle Goldman dan Denis Fred Simon, “ Introduction: The Onset of China’s New

Technological Revolution”, dalam Denis Fred Simon dan Merle Goldman (eds), Science and

Technology in Post-Mao China (Massachusetts dan London: Harvard University Press, 1989),15. 17Sillicon Valley adalah Silicon Valley (terj. harfiah: Lembah Silikon) adalah julukan bagi

daerah selatan dari San Francisco Bay Area, California Amerika Serikat. Julukan ini diraih karena

daerah ini memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang komputer dan semikonduktor.

Daerahnya termasuk San Jose, Santa Clara, Sunnyvale, Palo Alto, dll. Perusahaan-perusahaan yang

sekarang menghuni Lembah Silikon, di antara lain adalah: Adobe Systems, Apple Computer, Cisco

Systems, eBay, Google, Hewlett-Packard, Intel, dan Yahoo!. Artikikel diunduh pada 15 Maret 2014

dari http://id.wikipedia.org/wiki/Silicon_Valley

Page 35: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

20

menggunakan kombinasi antara negara dan pasar untuk mendirikan basis industri

teknologi tinggi seperti mikro elektronika dan informatika. Sikap pemerintah

ditunjukkan dengan mengeluarkan serangkaian kebijakan antara lain kebijakan

fiskal, perdagangan, valuta asing dan baik yang bersifat makro dan mikro demi

memfasilitasi kemajuan ilmu pengetahuan.

B. Embedded Autonomy

Dalam beberapa dasawarsa terakhir, perdebatan tentang peran ekonomi

negara telah terlalu sering diserahkan ke kecaman terhadap intervensi, khususnya

Peter Evans dalam teori Embedded Autonomy. Teori Embedded Autonomy

mengisyaratkan keberhasilan dan kegagalan dari keterlibatan negara dalam proses

industrialisasi yang menunjukkan bahwa tindakan negara yang sukses

membutuhkan pemahaman tentang batas sendiri, hubungan realistis untuk ekonomi

global, kombinasi dari internal organisasi yang koheren dan hubungan dekat dengan

masyarakat.

Dalam konteks ini, dibutuhkan negara yang relatif otonom. Artinya negara

relatif memiliki independensi terhadap berbagai kepentingan yang terdapat di

dalam masyarakat. Hal ini tidak berarti bahwa kelompok – kelompok yang ada di

dalam masyarakat tidak memiliki keuntungan dari kebijakan-kebijakan negara.

Relatif otonomnya negara juga bukan berarti negara terlepas sama sekali dari

kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat. Peter Evans

menggambarkan fenomena ini di dalam konsep embedded autonomy untuk

menyebut adanya relasi dinamis antara negara dengan kekuatan-kekuatan yang ada

Page 36: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

21

di dalam masyarakat, meskipun memiliki otonomi, negara memiliki keterkaitan

(embedded) dengan kekuatan-kekuatan non state dan aktor - aktor lain, baik

eksternal maupun internal, melalui di mana negara mampu melakukan koordinasi

ekonomi dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan ekonominya.

Dalam teori embedded autonomy, negara berbeda - beda dalam cara mereka

terorganisir dan terkait dengan masyarakat. Di beberapa negara, seperti Zaire

negara telah menjadi predator, kejam dan tidak memberikan apa-apa tentang nilai

sebagai balasannya. Sedangkan seperti Korea Selatan, negara membantu dalam hal

perkembangan dan mempromosikan transformasi industri. Negara yang lain,

seperti Brasil dan India negara terkadang membantu dan terkadang juga

menghambat.18 Peter Evans dalam menganalisis pengalaman Korea Selatan

terutama pada masa kepemimpinan presiden Korea Selatan Park Chung-Hee di

dekade 1960-an. Park Chung-Hee sendiri berperan besar dalam dalam mewujudkan

berdirinya industri baja skala besar. Industri tersebut terintegrasi dengan Bank

Dunia serta pimpinan perusahaan Barat yang terletak di Teluk Kwang yang melalui

pembuatan POSCO (Pohang Iron and Stell Company Ltd).

Di awal pendirian POSCO, banyak pihak yang meragukan kesuksesan

perusahaan tersebut. Keraguan itu memang cukup beralasan karena Korea Selatan

sendiri tidak memiliki biji besi dan alat untuk memanaskan batu bara yang sangat

penting dalam industri baja. Namun, presiden Park Chung-Hee tetap bersikeras

dengan pembangunan industri baja tersebut. Pemerintah kemudian mendukung

18Peter Evans, Embedded Autonomy: States and Industrial Transformation (New Jersey:

Princeton University Press, 1995),178

Page 37: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

22

dengan memberikan pendanaan dan bantuan pelatihan dari perusahaan baja Jepang,

Nippon Steel.19

POSCO kini menjadi salah satu produser baja terbesar dunia. Kinerja

POSCO juga semakin baik sehingga mendorong peningkatan penggunaan

teknologi inovatif dan turut membantu berdirinya The Pohang Institute of

Technology di tahun 1980-an yang dianggap sebagai “Korea’s MIT”.20 Negara di

sini berperan besar dalam membentuk sektor industri, meningkatkan kewirausahaan

melalui modal swasta kemudian mengatur produksinya secara langsung dengan

pembentukan perusahaan milik negara dan kemudian turut mengembangkan

teknologi inovatif itu sendiri.21

C. Dependensi (Ketergantungan)

Teori dependensi lahir atas ketidakmampuan teori modernisasi

membangkitkan ekonomi negara – negara terbelakang, terutama negara di bagian

Amerika Latin.22 Secara teoritik, teori modernisasi melihat bahwa kesalahan pada

negara – negara terbelakang akibat dari keterlambatan negara – negara tersebut

melakukan modernisasi dirinya.23 Sehingga, kemiskinan dan keterbelakangan yang

19Ibid.,74. 20MIT atau Massachusetts Institute of Technology merupakan sebuah universitas swasta

terkemuka yang terletak di Cambridge, Massachusetts Amerika Serikat. Universitas ini memiliki

reputasi sangat baik di bidang teknologi. Lulusan dari MIT kemudian banyak berkiprah di Silicon

Valley yang dikenal sebagai pusat pengembangan teknologi yang telah membidangi lahirnya

perusahaan teknologi terkemuka dunia seperti Google, Cisco, Oracle, Palm, Yahoo!, Apple

Computer dan Amazon. Silicon Valley sendiri berbasis di California, Amerika Serikat. 21Ibid.,75. 22Artikel diunduh pada tanggal 13 April 2014 dari http://qniek-

happy.blogspot.com/2012/05/teori-dependensi.html 23Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka

Utama,1995),41

Page 38: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

23

terjadi di negara Dunia ketiga karena faktor internal di negara tersebut, karena

faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai

kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.

Paradigma inilah yang kemudian dibantah oleh teori dependensi. Secara

garis besar, teori dependensi adalah suatu keadaan dimana keputusan - keputusan

utama yang mempengaruhi kemajuan ekonomi di negara berkembang seperti

keputusan mengenai harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh

individu atau institusi di luar negara yang bersangkutan.24 Sehingga, teori ini

berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara-negara

Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih

banyak ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Faktor

luar yang paling menentukan keterbelakangan negara Dunia Ketiga adalah adanya

campur tangan dan dominasi negara maju pada laju pembangunan di negara Dunia

Ketiga. Adanya campur tangan tersebut, maka pembangunan di negara Dunia

Ketiga tidak berjalan dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan yang

sedang terjadi, namun semakin membawa kesengsaraan dan keterbelakangan.

Keterbelakangan di negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh

ketergantungan yang diciptakan oleh campur tangan negara maju kepada negara

Dunia Ketiga. Jika pembangunan ingin berhasil, maka ketergantungan ini harus

diputus dan biarkan negara Dunia Ketiga melakukan roda pembangunannya secara

mandiri.

24 Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya

(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2007), 44.

Page 39: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

24

Ada dua hal utama dalam masalah pembangunan yang menjadi karakter

kaum Marxis Klasik:25

1.Negara pinggiran yang pra - kapitalis adalah kelompok negara yang tidak dinamis

dengan cara produksi Asia, tidak feodal dan dinamis seperti tempat lahirnya

kapitalisme, yaitu Eropa.

2. Negara pinggiran akan maju ketika telah disentuh oleh negara pusat yang

membawa kapitalisme ke negara pinggiran tersebut. Ibaratnya, negara pinggiran

adalah seorang putri cantik yang sedang tertidur, ia akan bangun dan

mengembangkan potensi kecantikannya setelah disentuh oleh pangeran tampan.

Pangeran itulah yang disebut dengan negara pusat dengan ketampanan yang

dimilikinya, yaitu kapitalisme. Pendapat inilah yang kemudian dibantah oleh teori

dependensi.

Bantahan mengenai teori dependensi atas pendapat kaum Marxis Klasik ini

juga ada dua hal, yaitu:26

1.Negara pinggiran yang pra-kapitalis memiliki dinamika tersendiri yang berbeda

dengan dinamika negara kapitalis. Bila tidak mendapat sentuhan dari negara

kapitalis yang telah maju, mereka akan bergerak dengan sendirinya mencapai

kemajuan yang diinginkannya.

2. Justru karena dominasi, sentuhan dan campur tangan negara maju terhadap

negara Dunia Ketiga, maka negara pra-kapitalis menjadi tidak pernah maju karena

tergantung kepada negara maju tersebut. Ketergantungan tersebut ada dalam format

25Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka

Utama,1995),62 26Ibid.,62-63.

Page 40: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

25

“neo - kolonialisme” yang diterapkan oleh negara maju kepada negara Dunia Ketiga

tanpa harus menghapuskan kedaulatan negara Dunia Ketiga.

Teori-teori mengenai ketergantungan dan keterbelakangan telah

digambarkan dalam studi - studi yang dilakukan Celso Furtado, Andre Gunder

Frank, Theotonio Dos Santos, Fernando Henrique Cardoso dan lain-lain. Pada

umumnya mereka itu membahas secara serius masalah kolonial yang secara historis

membekas pada pertumbuhan di negara – n egara Amerika Latin, Afrika dan Asia.

Menurut mereka, kecuali dengan suatu pengenalan yang eksplisit akan konsekuensi

hubungan tersebut, maka mustahil dapat diperoleh suatu pengertian yang akurat

mengenai situsi yang sekarang di negara-negara tersebut. Dengan kata lain bahwa

keterbelakangan yang ada sekarang ini merupakan konsekuensi masa penjajahan

yang telah dialami oleh negara-negara baru.

Kemiskinan serta ketergantungan merupakan fenomena yang terjadi

disemua negara berkembang khususnya Amerika Latin. Akan tetapi, untuk mencari

akar dari semuanya komisi PBB untuk Amerika Latin. Lembaga yang dikenal

dengan nama ECLA (economic commission for Latin America) melakukan

serangkaian penelitian yang dipimpin oleh Raul Prebisch. Hasil dari penelitian itu,

terungkap bahwa keterbelakangan perekonomian negara – negara Amerika Latin

karena adnya eksploitasi oleh pihak asing. Ekonomi pasar bebas dunia lebih banyak

menimbulkan keterbelakangan dan kemiskinan dari pada kemakmuran. Sebagai

dampak dari hasil penelitian ECLA pada tahun 1980-an “paradigma baru” ekonomi

politik radikal, yang mencakup berbagai pendekatan, termasuk pendekatan

ekonomi politik strukturalisme ketergantunagan yang berpendapat bahwa negara

Page 41: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

26

terbelakang jika ingin mencapai kemajuan haruslah melakukan industrialisasi.27

Dalam hal ini, telah dilakukan oleh negara – negara berkembang yang berhasil

menjadi negara industri baru seperti Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong dan

Singapura.28 Akan tetapi, negara – negara industri baru tersebut pertama kali

dengan melakukan industri barang substitusi impor dan industry substitusi impor

ini harus dilindungi oleh pemerintah dengan memberikan subsisi.

D. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Skema Alur Berpikir

27 Ibid.,45 – 48. 28Ibid.,74.

NEGARA

TEKNOLOGI

SWASTA DAN

UNIVERSITAS

BEKERJA SAMA

Page 42: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

27

Skema di atas menunjukkan bagaimana negara mengembangkan teknologi

di Korea Selatan. Pengembangan teknologi dilakukan untuk menciptakan

kesejahteraan ekonomi yang berguna untuk mewujudkan Korea Selatan sebagai

kekuatan ekonomi dan politik sehingga bisa bersaing dengan negara lainnya. Oleh

karena itu, negara mendukung pengembangan teknologi dengan mrumuskan

kebijakan industrial sehingga dapat mewujudkan kepentingan nasional.

Dalam skema tersebut dapat dilihat bahwa dengan adanya negara

bekerjasama dengan swasta dan universitas di harapkan dapat memberikan stimulus

yang positif dalam pengembnagan teknologi berupa sumber daya modal, R&D,

manajemen dan transfer teknologi. Tujuan negara bekerjasama dengan swasta dan

universitas ialah untuk mengembangkan teknologi, agar mendapatkan keuntungan

ekonomi secara maksimal.

Page 43: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

28

BAB III

GAMBARAN UMUM STRATEGI NEGARA DALAM PENGEMBANGAN

TEKNOLOGI DAN INDUSTRI DI KOREA SELATAN

A. Latar Belakang Negara Korea Selatan

Dalam memahami kehadiran dan bentuk negara Korea Selatan dan

perkembangannya, sangat perlu dipahami arus, kekuatan dan lingkungan sejarah

negara tersebut yang terungkap dalam dinamika politik, ekonomi dan sosial yang

pada akhirnya akan menunjukan bahwa munculnya negara modern sangat erat

hubunganya dengan struktur masyarakat, pertumbuhan kapitalisme dan lingkungan

internasional.

Korea Selatan adalah semenanjung yang menjorok di sebelah Timur Laut

daratan Asia dari 38 sampai 34 derajat lintang utara. Total luas negara ini pada

tahun 2013 yaitu 100.210 km2 dan dengan jumlah penduduk 50.219.669 jiwa.

Korea Selatan atau yang biasa dikenal dengan nama Daehan Minguk. Korea Selatan

merupakan suatu negara yang berada di kawasan Asia Timur yang terletak di

sebelah Utara, berbatasan dengan negara Rusia, China dan Korea Utara, sementara

itu di sebelah Selatan berbatasan dengan Jepang.29

29Wikipedia “ Korea Selatan “ artikel diunduh pada 17 November 2013 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan

Page 44: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

29

Gambar 3.1 Peta Negara Korea Selatan

Sumber: diolah dari http://wikitravel.org/mobile/en/South_Korea

Page 45: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

30

Letak geografis Korea Selatan yang berada di Semenanjung Korea cukup

strategis sehingga memungkinkan budaya Cina dibawa ke wilayah Jepang melalui

daerah ini. Hal ini menyebabkan Korea juga memberikan kontribusi bagi

penyebaran kebudayaan dari Cina ke Jepang, seperti ajaran Buddha dan

Konfusianisme.30 Korea Selatan memiliki batas luar berupa lautan di ketiga arah

mata angin. Hal ini memberikan pengaruh besar pada kehidupan masyarakat Korea

Selatan terutama kemampuan dalam membuat kapal.

Posisi strategis teritorial Korea yang membawa wilayah ini dalam konflik

perebutan wilayah dengan negara – negara tetangga yang berpengaruh pada

perkembangan perekonomian Korea. Berulang kali Cina, Rusia dan Jepang

berusaha menginvasi Semenanjung Korea sebelum abad ke-20 walaupun akhirnya

dapat dipatahkan oleh pertahanan militer Korea. Dengan dilatarbelakangi oleh

kematian Ratu Myoengsong pada tahun 1895, Jepang memaksa Korea untuk

menandatangani perjanjian Eulsa31 tahun 1905 yang menjadikan Korea sebagai

protektorat Jepang, sehingga Korea resmi menjadi negara boneka atau negara

jajahan Jepang pada tahun 1910. Pendudukan Jepang membuat perekonomian,

pemerintahan, pertahanan dan tatanan kehidupan rakyat Korea hancur berantakan

karena eksploitasi total pihak Jepang terhadap Korea dalam kurun waktu 1910 –

1945 hingga akhirnya Korea Selatan memeperoleh kemerdekaannya pada tanggal

15 Agustus 1945.

30Don Baker, Korean Sprituality (Honululu: Univertsity of Hawai’I Press,2008),2. 31Perjanjian Eulsa merupakan perjanjian yang dilaksanakan antara jepang dan Korea pada

tahun 1905. Dalam perjanjian ini Korea Selatan dipaksa untuk menerima bahwa tanah Korea

digunakan sebagai pangkalan militer Jepang serta membatalkan hak diplomasi Korea. Hildi Kang,

Under The Black Umbrella: Voices From Colonial Korea 1910-1945 (USA: Cornell University

Press,2001),166.

Page 46: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

31

Pada awal kemerdekaan Korea Selatan tahun 1945, perekonomian negara

ini sangat terpuruk karena tidak adanya sistem dan struktur tersendiri.32 Pada masa

itu walaupun kependudukan Jepang perkembangan perekonomian Korea yang

beralih dari agraris menjadi industri berat menjadi cukup maju, pada kenyataannya

kemajuan dalam bidang industri ini tidak memberikan dampak yang lebih baik

dalam perkembangan kesejahteraan rakyat Korea. Hasil dari industri ini hanya

untuk perkembangan perekonomian Jepang, sementara itu dari pihak Korea hanya

menjadi buruh dan pemasok bahan mentah industri. Keadaan Korea juga menjadi

lebih buruk setalah terjadi Perang Dunia II, yang terjadi pada tahun 1939 sampai

1945.33 Beberapa tahun kemudian pada 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 195334 terjadi

perpecahan antara wilayah Korea bagian selatan dan Korea bagian Utara yang

didasari perbedaan ideologi yang dianut oleh kedua wilayah itu yaitu paham

kapitalis yang dianut Korea Selatan dan paham Komunis yang dianut oleh Korea

Utara. Dalam pencapaian ini yang membuat perekonomian Korea Selatan menjadi

goyah karena kekurangan infrastruktur di bidang industri.

Pasca Perang dunia II, posisi Korea Selatan merupakan persaingan antara

dua ideologi, yaitu liberal yang didukung Blok Barat dan komunis yang didukung

Blok Timur. Keadaan seperti ini membuat keuntungan tersendiri untuk Korea

32Pada tahun 1945-1953, Korea Selatan tidak memiliki sistem dan struktur tersendiri dalam

perekonomiannya dikarenakan menjelang kemerdekaannya perekonomian Korea dikendalikan oleh

Jepang, sehingga pasca penjajahan Jepang, Korea menjadi negara sendiri yang belum memiliki

idiologi dan arah perekonomian yang jelas karena mengalami masa transisi dari negara terjajah

menjadi negara merdeka. Lihat Gregory Grossman, Sistem – sistem Ekonomi (Jakarta: Bumi

Aksara,2004),63. 33Wikipedia “ Perang Dunia II “ artikel diunduh pada 02 februari 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II 34Wikipedia “ Perang Korea” artikel diunduh 02 februari 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Korea

Page 47: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

32

Selatan, karena pada waktu itu, Amerika Serikat memberikan bantuan besar dalam

bidang ekonomi dan militer kepada Korea Selatan untuk menangkal masuknya

kekuatan komunis. Kedatangan Amerika Serikat ke Korea Selatan sangat

membantu untuk perekonomian dan perindustrian Korea Selatan dari kebangkrutan

total dengan menjadi penyokong dana untuk pembangunan Korea Selatan, yang

pada akhirnya membuat Korea Selatan berhutang budi pada Amerika Serikat.35

Korea Selatan yang dulu merupakan negara miskin dan terbelakang yang sangat

terbatas sumber daya alamnya sekarang menjadi negara maju, kerana negara

tersebut sangat berkomitmen mengembangkan teknologi untuk membangun

industri strategis agar bisa memajukan pertumbuhan ekonomi yang pesat.

B. Gambaran Umum Strategi Negara Dalam Pengembangan Teknologi

Transformasi ekonomi di Korea Selatan berjalan selama lima dekade.

Dengan mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk membangun

industri strategis, Korea Selatan berhasil mengubah wajah kemiskinan dan

menggantinya dengan kemakmuran. Di awal 1960-an, tujuh tahun setelah perang

saudara dengan Korea Utara memasuki tahap genjatan senjata, negara ini praktis

tidak mempunyai kapasitas iptek berarti. Masyarakat agraris yang miskin, pada

kisaran periode tersebut Korea Selatan hanya memiliki dua lembaga riset

pemerintah. Keduanya bernuansa kepentingan militer, yaitu Institut Litbang

Pertahanan Nasional dan Lembaga Riset Nuklir Korea Selatan yang dibangun pada

35Byung-nak song, The Rise of The Korean Economy (New York: oxford University

Press,1997),41.

Page 48: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

33

1959. Di seluruh negeri, hanya terdapat 5000 peneliti dan perekayasa teknologi

dengan kualifikasi yang tidak menggembirakan.36

Pada awal dasawarsa 1960-an industri di Korea Selatan juga sebenarnya

mengalami perkembangan yang cukup pesat namun, industrinya hanya tertuju pada

pasar domestik sehingga mengalami inflasi yang melumpuhkan perekonomian

nasional, yang berakibat pada meningkatnya harga bahan baku yang mempengaruhi

produksi dan rendahnya daya beli pasar domestik yang mengakibatkan sulit

mengejar pertumbuhan ekonomi. Di bawah rezim Park Chung-Hee Korea Selatan

mengalami transformasi menjadi negara industri yang sangat cepat. Presiden Park

Chung-Hee berbeda dengan pendahulunya yang tidak menekankan kebijakannya

pada penyatuan Korea, tetapi pada kemajuan ekonomi sebagai tujuan utamanya.37

Pada rezim Park Chung-Hee model pemerintah militernya dikenal dengan istilah

administrative democracy (demokrasi administratif) yang menekankan tujuan

pembangunan negaranya pada beberapa hal, yaitu pemberantasan korupsi,

memperkuat kemampuan mandiri masyarakat dan membangun keadilan sosial,

sedangkan dalam program pembangunan ekonominya menitikberatkan

pembangunan ekonomi dalam bidang industri dengan adanya intervensi negara

yang kuat.

Presiden Park Chung-Hee sangat menjujung tinggi ide kesetaraan dalam

pendistribuan dan persaingan bebas. Dia melihat bahwa pemerintah memiliki peran

36Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang Jaringan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),1. 37Jon Woronoff, Korea’s Economy: Man-Made Miracle (Seoul:The Si-sa-yong-0-sa

Publishers, 1983),28.

Page 49: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

34

dalam mempogram pengembangan ekonomi nasional seperti mengawasi dan

mengatur jalannya industri sehingga setiap masyarakat mempunyai peluang untuk

berkompetisi secara bebas.38Dalam menerapkan kebijakan ekonomi Park Chung-

Hee membangun sebuah sistem birokrasi baru, sebuah sistem pemerintahan yang

berkiblat pada pendidikan barat dan menganut sistem militer, sejumlah kalangan

terpelajar diikutsertakan dalam pengembangan program pemerintah dan dalam

waktu yang bersamaan Park Chung-Hee juga melakukan pembersihan kabinet

dengan memecat sebagian besar pejabat senior yang dianggap bermasalah.

Pada tanggal 22 Juli 1961, pemerintah mengeluarkan rancangan program

pembangunan ekonomi selama lima tahun yang dikenal dengan “Rencana

Pembangunan Lima Tahun”.39 Tekad Park Chung-Hee dalam menjalankan

pembangunan lima tahun ini adalah agar Korea Selatan dapat menghadapi segala

ancaman yang datang dari Korea Utara, serta ingin lebih unggul dari Korea Utara.

Maka, caranya adalah dengan memajukan perekonomiannya. Disamping itu, Park

Chung-Hee juga ingin mencapai tujuan nasionalnya menjadi bangsa yang ingin

mandiri.

38Ibid.,28. 39Hyung-A Kim, Korea’s Development Under Park Chung Hee: Rapid industrialization,

1961 – 1979 ( London: Rautledge, 2004),80.

Page 50: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

35

Tabel 3.1 Ringkasan tahapan kebijakan utama dalam pembangunan

ekonomi di Korea Selatan tahun 1961 - 1981

Tahun Kebijakan

Pelita I (1961 – 1966) Melakukan reformasi birokrasi

(menciptakan birokrasi baru dengan

merekrut orang – orang yang

berprestasi dan ahli dibidangnya

seperti : Military officers, technical

engineers dan keahlian lain yang

berkualitas professional).

Pelita II (1966 – 1971) Mendorong pertumbuhan ekspor.

Pelita III (1971 – 1976) Konsentrasi terhadap kebijkan

industri berat dan kimia

Pelita IV (1976 – 1981) Mendorong perkembangan teknologi

Sumber: diolah dari John Kie Chiango Oh, Korean Politics The Quest For

Democratization an Economic Development ( Lodon: Cornell University Press,

1999),36.

Dalam pembangunan ekonomi di Korea Selatan mengalam dua fase yaitu

fase pertama, kebijakan dari tahun 1961 – 1971 (dimana fase pertama dan kedua

dijalankan) fase ini di fokuskan agar dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang

tinggi dengan mulai menjalankan kebijakan Export-Oriented Industrialization

(EOI) dan pada tahap ini birokrasi yang bersih dan professional ditegakkan. Fase

kedua, kebijakan dari tahun (1971 – 1979) muncul kebijakan Yusin40 dan kebijakan

40Sistem yushin adalah suatu sistem yang sama dengan sistem kekuasaan Birokratik yang

dicetuskan di Amerika Latin. Latar belakang dari sistem ini adalah usaha Park Chung-Hee untuk

Page 51: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

36

Heavy Chemical Industri (HCI), yaitu perubahan orientasi industri ringan ke berat,

serta memacu perkembangan teknologi yang mulai dilaksanakan pada pelita ketiga

hingga keempat.

Mengingat kaitan langsung antara industrialisasi dengan iptek, maka boleh

dikatakan perkembangan industri di suatu negara merupakan cerminan dari

perkembangan inovasi iptek. Sedangkan Korea Selatan justru memiliki

karakteristik terbalik yaitu perkembangan inovasi merupakan cerminan dari

perkembangan industri. Dengan demikian bisa dikatakan industri Korea Selatan

tumbuh lebih dahulu kemudian menyediakan acuan bagi arah perkembangan

inovasi teknologi. Kecenderungan ini hampir sama dengan Jepang maupun Taiwan

yang melakukan lompatan industri kemudian mencoba mengurai ilmu pengetahuan

dan teknologi yang menjadi pijakan industri tersebut.41

Sejak Korea Selatan mengubah dari ekonomi pertanian subsistence ke

negara industri baru, ekonomi Korea Selatan telah tumbuh setiap tahun rata – rata

hampir 9%, Peningkatan Gross National Product (GNP) sesuai dengan harga yang

berlaku dari $ 87 milyar pada tahun 1962 menjadi $ 6.253 milyar di tahun 1991.

Sedangkan total ekspor yang dihasilkan dari barang – barang manufaktur

meningkat dari 14,3% ke 95,0% dalam periode yang sama. Pada tahun 1960-an,

Korea Selatan memulai ekspor tekstil, plywood dan hasil – hasil produksi lain yang

memperketat kontrol pemerintahan atau sentralisasi kekuasaan, Yushin didesain untuk

mensentralisasi seluruh kekuatan politik dan untuk memberi kekuatan presiden dalam mengeksekusi

fungsi-fungsi dari kaki tangannya. 41Jelliarko Palgunadi, “Melirik Dinamika Evolusi Inovasi Teknologi Korea Selatan” artikel

diunduh pada 24 Desember 2013 dar http://matainginbicara.wordpress.com/2007/08/16/melirik-

dinamika-evolusi-inovasi-teknologi-korea-selatan/

Page 52: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

37

dihasilkan dari pemanfaatan tenaga kerja. Sepuluh tahun kemudian barang dan jasa

konstruksi dari Korea Selatan mempunyai peluang untuk bisa menjadi supplier bagi

negara – negara maju. Pada pertengahan tahun 1980-an Korea Selatan menambah

jumlah jenis yang diekspor seperti semi konduktor memory chips, video cassette

recorder dan mobil. Antara tahun 1961 dan 1990, nilai tambah dari sektor pertanian

menurun dari 38,7% ke 9,1%, sementara pertambangan dan sektor manufaktur telah

meningkat dari 15,4% menjadi 29,7%.42

Keadaan di atas, sekiranya tidak terlepas dari keberhasilan Korea Selatan

dalam mengembangkan sektor industri yang berorientasi ekspor yang menjadi

program andalan pemerintah.43 Di awal pembangunan industri, Korea Selatan telah

mendorong untuk mendukung industri – industri substitusi impor dan orientasi

ekspor pada industri ringan melalui insentif pajak dan keuangan. Disamping itu

pemerintah juga menyiapkan dana pembangunan untuk membangun industri berat

dan industri kimia. Dalam hal ini, Korea Selatan menekankan ekspor Karena Korea

Selatan memiliki alasan antara lain miskin dengan sumber – sumber alam, kecilnya

pasaran dalam negeri, serta adanya pengurangan bantuan dana dari Amerika

Serikat. Adapun hakikat srategi pembangunan yang memandang keluar bagi Korea

Selatan ialah memanfaatkan keunggulan – keunggulan komparatif dalam barang –

barang yang diproduksi secara padat karya (labor-intensive).

42M. Arifin. et al. Peran Iptek dalam Pembangunan Industri (Jakarta:Lemabaga

Pengetahuan Indonesia,Pusat Penelitian Perkembagan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(PAPPIPTEK-LIPI)),52. 43Leopoldo Solis dan A. Montemayor, Suatu Pandangan Meksiko tentang Pilihan antara

Orientasi ke Luar dan ke Dalam (Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.,2001),130-134.

Page 53: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

38

Korea Selatan dalam meninggalkan pola struktur perekonomian yang

agraris, kemudian melaju memasuki tahap industri ringan/perakitan, kemudian

industri berat/kimia, baru dilanjutkan dengan industri yang berbasis ilmu

pengetahuan seperti sekarang. Dalam hal ini, Presiden Park Chung-Hee percaya

bahwa kemandirian industri akan memutuskan ketergantungan kuat pada bantuan

asing. Maka, pemerintah membangun berbagai lembaga – lembaga pendidikan/riset

iptek, yang bertugas mengurai teknologi asing (reverse engineering)44 dan

melisensikannya ke sektor perindustrian dalam negeri, pemerintah juga

mengandalkan dana pinjaman jangka panjang sebagai modal membangun institusi

riset dan memilih unit – unit industri swasta tertentu seperti chaebol45 (konglomerat

pribumi) sebagai mitra kerja utama.46

Perlu ditekankan pula model pengambil alihan atau akuisisi teknologi demi

industrialisasi dimulai dengan kebijakan alih teknologi dari luar. Korea Selatan

memiliki dua tujuan dalam program ini yaitu, memulai proses alih teknologi dari

luar dan meningkatkan kapasitas daya serap domestik dalam hal mencerna,

memodifikasi dan mengembangkan teknologi asing. Pada saat itu Korea Selatan

hampir secara keseluruhan bergantung pada teknologi dari luar.47 Korea Selatan

44Reverse engineering adalah sebuah proses untuk mencari dan menemukan teknologi yang

bekerja di balik suatu sistem, perangkat atau objek, melalui sebuah proses analisa mendalam pada

struktur, fungsi dan cara kerja dari sistem, perangkat atau objek yang di teliti. Artikel diunduh pada

18 maret 2014 dari http://ayrbyte.blogspot.com/2013/04/apa-itu-reverse-engineering_12.html 45Chaebol itu adalah sebutan untuk sebuah kelompok besar keluarga yang mengendalikan

perusahaan-perusahaan di Korea. Kalau dilihat secara literal, menurut struktur penulisannya,

chaebol berarti hubungan bisnis. Chaebol disebut-sebut telah ada sejak dinasti Chosun terakhir

sebelum formal japanese annexation (penggabungan/penyerobotan) pada 1910. Artikel diunduh

pada 18 maret 2014 dari http://www.wisegeek.com/what-is-a-chaebol.htm 46Ibid.,2. 47Jelliarko Palgunadi, “Melirik Dinamika Evolusi Inovasi Teknologi Korea Selatan” artikel

diunduh pada 24 Desember 2013 dari http://matainginbicara.wordpress.com/2007/08/16/melirik-

dinamika-evolusi-inovasi-teknologi-korea-selatan/

Page 54: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

39

tidak seperti negara berkembang lainya yang tidak mengandalkan foreign direct

investment (FDI)48 maupun membeli lisensi asing untuk mendapatkan modal

teknologi produksi, pilihan tersebut dipilih Korea Selatan karena pemerintah tidak

memiliki sumber dana yang cukup.

Dalam kebijakannya yang “anti braindrain”,49 Presiden Park Chung-Hee

menetapkan periset Korea Selatan yang ingin kembali setelah sukses di luar negeri,

akan menerima gaji bahkan lebih besar dibandingkan nilai yang diterimanya.

Kebijakan ini ternyata berdampak lebih besar karena bisa menambah kemampuan

teknologi, manajemen dan jaringan kerja penelitian dan pengembangan (litbang)

Korea Selatan. Pada awal 1970-an, berkat hasil riset pemerintah industri elektronik

mulai bekerja hingga pada tahun 1980-an pemerintah membiayai sekitar 62%

anggaran iptek di lembaga riset nasional, 9,2% untuk perguruan tinggi dan sisanya

sekitar 28,8% dikerahkan untuk pihak swasta.50

Dengan motif ingin memperbaiki daya saing sektor industrinya, pemerintah

memiliki peranan besar untuk mencetak tenaga terdidik, di samping menggelar

48Foreign Direct Investment (FDI) ialah investasi asing yang melibatkan pendirian bisnis

baru dan transfer modal untuk menanggung investasi tersebut[. FDI secara lebih spesifik memiliki

pengertian sejumlah penanaman modal dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain.

Penanaman modal yang diijinkan ialah sekurang-kurangnya sejumlah 10% dari kepemilikan modal

murni. FDI menjadi bisnis sebagian besar perusahaan yang diizinkan di sejumlah negara

berkembang. Situasi yang mendorong ialah, (1) terjadi kelengahan ekonomi domestik sehingga

perusahaan mengembangkan bisnis di negara lain, (2) terdapat prospek potensial dan jangka

panjang/ jangka pendek (melibatkan faktor dependen) perusahaan untuk berinvestasi di luar negeri,

(3) motif untuk mengurangi ketergantungan di negara asal, motif untuk mencapai produksi yang

lebih efisien dan keuntungan maksimal, motif mendekati pasar, motif mencari pasar yang lebih luas.

Artikel diunduh pada 16 Maret 2014 dari http://frenndw.wordpress.com/2011/01/18/investasi-

langsung-asing-foreign-direct-investment/ 49Braindrain adalah di mana penduduk dengan taraf pedidikan yang tinggi melakukan

emigrasi sehingga tidak bisa memberikan kontribusi langsung bagi kemajuan bangsa. Wawancara

dengan Bapak Amir F. Manurung pada 10 maret 2012. 50Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang Jaringan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),2.

Page 55: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

40

upaya menguraikan dan meyebarluaskan pengetahuan atas teknologi asing, Korea

Selatan juga mempunyai semangat kemandirian yang tinggi hanya memandang

industri asing yang masuk sebagai pemberi konsultasi.

Diagram 3.1 Mengejar Ketertinggalan: Metode Alih Teknologi Asing di

Korea Selatan Pada Era 1960 Hingga 1970-an

Sumber: diolah dari Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang

Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),3.

Diagram di atas menunjukan peran pemerintah dalam membantu

pengembangan teknologi dengan mengeksplorasi teknologi asing dengan tujuan

melakukan akuisisi dan asimilasi (imitasi) teknologi asing bagi sektor industri.

Pemerintah membangun Korea Institute of Science and Tecnology (KIST) pada

tahun 1970-an yaitu lembaga riset industri perdana milik pemerintah yang bertugas

menguraikan teknologi asing untuk diadaptasikan pada sektor industri Korea

Selatan. KIST dalam mengembangan teknologi yang bersumber dari pihak asing

menguraikan berbagai pengembangan teknologi untuk pabrik industri yang

Page 56: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

41

menciptakan industri ringan/perakitan dan berat/kimia, KIST juga mengembangkan

teknologi permesinan.

Diagram 3.2 Metode Pembangunan Industri Berat/Kimia di Era 1980-an

dan Rantai Produksi Baru 1990-an

Sumber: diolah dari Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang

Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),3.

Diagram di atas menunjukan bahwa pemerintah dalam menjalankan

program riset nasional juga melibatkan perguruan tinggi. Pemerintah dalam

mengintervensi sektor produksi dengan cara memberikan suplai modal iptek dan

tenaga terdidik dan kemudian pemerintah membangun Government Research

Institution (GRI) lembaga riset milik pemerintah. GRI dirancang untuk

bekerjasama secara langsung dengan pihak swasta agar sektor industri dapat

mengadopsi teknologi asing secara efesien. Selain memberikan pendanaan,

pemerintah mendorong keterlibatan swasta baik untuk membangun satuan litbang

Page 57: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

42

mandiri, yang berfungsi sebagai unit mitra GRI karena swasta semakin mampu

dalam meriset secara mandiri.

Pemerintah setelah mendirikan KIST sebagai lembaga riset nirlaba pada

tahun 1971 atas ide Presiden Park Chung-Hee, kemudian negara juga mendirikan

Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST), KAIST merupakan

perguruan tinggi teknologi yang menekankan fungsi sebagai lembaga pendidikan

dalam mencetak sarjana dan ahli sains/teknologi. Belajar dari keberhasilan KIST,

untuk membantu industri mendapatkan modal strategis berupa pengetahuan teknik,

pemerintah mendirikan beberapa lembaga GRI sepanjang 1968 hingga 1980, yaitu

antara lain:

Korea Research Institute of Standards and Science (KRISS), berdiri pada

1975 untuk membantu industri mempelajari dan menentukan standar proses,

kalibrasi/presisi peralatan, keamanan penggunaan instrumentasi, serta

kualitas produk akhir;

Korea Institute of Machinery and Metals (KIMM), didirikan pada 1976,

untuk membantu industri mekanika mendapatkan servis pengujian/evaluasi

komponen dan material produksi, serta pengetahuan yang menyertainya.

KIMM mendukung Korea Selatan mengembangkan industri lokal untuk

komoditas mesin dan rekayasa metal;

Electronics and Telecommunications Research Institute (ETRI), merupakan

lembaga yang lahir pada 1985, hasil penggabungan antara lain dari Korea

Electronics and Communications Research Institute (KECRI), Korea

Electronics and Telecommunications Research Institute (KETRI), serta

Page 58: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

43

Korea Telecommunications Research Institute (KTRI). Ketiganya berdiri

pada 1976. Pendirian ETRI antara lain berkat dukungan daya riset

ekonomik dari Korea Insitute for Industrial Economics and Trade (KIET).

ETRI atau ketiga elemen pendirinya adalah salah satu komponen penting

dalam membentuk agenda kompleks mengembangan sistem industri

telekomunikasi modern Korea Selatan, yang mulai bergulir pada 1976.51

Agar dapat berkolaborasi dengan GRI secara harmonis, pemerintah

menghimbau pihak swasta turut membangun unit litbangnya sendiri, anjuran ini

mendapat sambutan baik. Pada 1988, unit riset industri mencapai 604 lembaga, dan

di tahun 1989 berkembang menjadi 705. Tahun 1982 memiliki makna khusus bagi

perkembangan modernisasi industri Korea Selatan, yaitu dimana besarnya alokasi

dana iptek pemerintah menjadi lebih kecil dibanding biaya riset swasta.

Menyadari hal ini, pemerintah kemudian mengganti dominasi tujuan dana

penelitian untuk sektor industri dan memilih topik riset beresiko tinggi yang

membutuhkan kerjasama lintas bidang disiplin ilmu sebagai proyek nasional.

Contoh proyek tersebut adalah menyiapkan industri teknologi informasi dan

komunikasi (TIK). Dampaknya hingga sekarang Korea unggul di komoditas TIK.

Jadi, Proses industrialisasi Korea Selatan mulai terjadi saat pemerintah

mengintervensi sektor produksi, dengan memberikan suplai modal iptek dan

tenaga terdidik. GRI, kelompok riset pemerintah, merupakan instrumen

kelembagaan bagi kebijakan tersebut. GRI dirancang untuk bekerjasama secara

51Ibid.,8.

Page 59: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

44

langsung dengan pihak swasta agar sektor industri dapat mengadopsi

teknologi asing secara efisien. Selain memberikan pendanaan, pemerintah

mendorong keterlibatan swasta baik untuk membangun satuan litbang mandiri,

yang berfungsi sebagai unit mitra GRI. Dengan demikian, pemerintah membina

swasta melakukan manajemen iptek secara mandiri. Secara bersamaan, strategi ini

juga mendorong GRI lebih mengembangkan wawasan bekerjasama maupun

melayani sektor bisnis.52

Secara umum upaya – upaya yang dilakukan pemerintah Korea Selatan

dalam industrialisasi sejak lima dekade yang lalu dapat secara kronologis

disimpulkan sebagai berikut:

a. Pertama, Keseimbangan perdagangan merupakan perhatian yang utama

dari semua kebijakan pada awal dari era industrialisasi, yang ditandai

dengan kebijkaan substitusi dan kebijkan – kebijakan promosi ekspor.

b. Kedua, pemerintah telah memberikan bantuan pada perusahaan –

perusahaan swasta yang terpilih di bidang industri berat dan industri

kimia dengan mengalokasikan sebagian besar dari sumberdaya.

c. Ketiga, kebijakan industri mendukung beberapa industri strategis, seperti

elektronik, mobil dan komputer mikro-chip telah memungkinkan mereka

untuk memprakarsai pengembangan teknologi tinggi. Untuk mendukung

industri – industri tersebut, program – program penelitian dan

52Ibid., 8-9.

Page 60: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

45

pengembangan didirikan dan kebebasan impor teknologi telah

mempunyai dampak yang positif.53

Dalam proses pebangunan sektor iptek untuk menunjang pembangunan

industrialisasi di Korea Selatan, pemerintah memiliki basis hukum dengan

mengeluarkan berbagai undang – undang yang penting dalam pengembangan iptek.

Sejak tahun 1960-an ada dua undang – undang yang sangat berpengaruh pada

periode tersebut yaitu “ Undang – Undang Promosi Iptek” dan “ Undang –Undang

Lembaga Iptek Korea Selatan”. Untuk mendorong kegiatan – kegiatan sektor

swasta di bidang litbang, “Undang – Undang Promosi”, “Undang – Undang

Konsultasi Teknologi” dan “ Undang – Undang Sertifikasi Teknologi” yang telah

diundangkan pada tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an pemerintah telah mencoba

mendorong kerjasama kegiatan penelitian dan pengembangan melalui “ Undang –

Undang Foresting Research Association of Industrial Technology” (Undang –

Undang Asosiasi Bantuan Penelitian pada Teknologi Industri).54

a. Undang – Undang (Mengenai Promosi Iptek)

Undang – undang promosi iptek adalah perundang – undangan yang

pertama berhasil dijadikan hukum dan telah memberikan pelayanan sebagai

dasar perundang – undangan iptek lain yang berisi kebijakan dan

perencanaan secara menyuluruh untuk pengembangan iptek. Isi yang utama

dari undang – undang termasuk di dalamnya menyusun dan

mengkoordinasikan rencana jangka panjang bagi pengembangan Iptek dan

53M.Arifin,Santosa, Tri Surya K, Putut Budijanto, Dina Nurul Fitria, Vetti Rina Prasetyas,

Peran Iptek dalam Pembangunan Industri (Jakarta:Lemabaga Pengetahuan Indonesia,Pusat

Penelitian Perkembagan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PAPPIPTEK-LIPI)),53. 54Ibid.,55.

Page 61: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

46

merumuskan pembentukan panitia dibidang promosi Iptek dan

Pengembangan SDM.

Undang – undang yang telah dibuat dimaksudkan untuk memperkuat jumlah

investasi negara di bidang Iptek yang hanya mencapai 0,2% dari GNP pada tahun

1967. Beberapa isi yang lain di dalam undang – undang yang dianggap penting

adalah:

- Menetapkan peran dan misi pemerintah di dalam mengembangkan Iptek

nasional

- Menjelaskan tentang didirikannya majelis kepresidenan di bidang promosi

teknologi.

- Prinsip – prinsip negara di dalam pengembangan Sumber Daya Manusia

(SDM), penelitian dan pengembangan secara sistematis dan impor teknologi

asing.

- Menentukan ukuran – ukuran lain di bidang promosi Iptek.

Bagaimanapun isi dalam undang – undang tidak menjelaskan secara rinci

tentang peranan koordinasi Iptek yang dihubungkan dengan kebijakan – kebijakan

dan hukum, tetapi menerangkan tentang bidang dan fungsi keterlibatan pemerintah

di dalam pengembangan Iptek.

b. Undang –Undang Lembaga Iptek Korea Selatan

Perundang – undangan lain yang dianggap penting adalah “Undang –

undang mengenai lembaga Iptek Korea Selatan” yang telah diundangkan

sejak tahun 1966 kini merupakan produk hukum yang pertama tentang

Page 62: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

47

dukungan pemerintah terhadap lembaga penelitian dan model yang

disediakan untuk lembaga – lembaga yang sama yang berkenaan dengan

pelaksanaan penelitian yang otonom. Pendirian lembaga iptek Korea

Selatan yang telah diprakarsai sebagi proyek kerjasama antara Korea

Selatan dan Amerika Serikat telah memberikan dampak yang penting

terhadap penggunaan tenaga – tenaga asing di tingkat – tingkat jabatan yang

tinggi. Lembaga tersebut sekarang dikenal dengan Korea Industrial of

Science and Technology (KISTI).

c. Undang – undang Promosi Teknologi

Undang – undang ini telah diberlakukan sejak tahun 1972, yang dibuat

dengan tujuan untuk mendorong kegiatan – kegiatan penelitian dan

pengembangan sektor swasta dengan maksud sebagai cadangan pendanaan

dalam pengembangan teknologi dan insentif pajak serta menyediakan

informasi teknologi bagi perusahaan – perusahaan swasta. Ketentuan

tentang “ Cadangan Pengembangan Teknologi” telah diubah yang tadinya

ditentukan oleh pemerintah menjadi kebebasan untuk memilih bagi

perusahaan – perusahaan swasta pada tahun 1994. Pada waktu “Undang –

Undang Promosi iptek ” ditetapkan peran pemerintah di dalam pengertian

ekonomi makro berisi rincian tentang maksud dari beberapa aspek

pendukung seperti pembiayaan potongan pajak dan lain – lain.55

Pembuatan Undang – Undang oleh Penyelenggara Pengembangan Iptek

55Ibid.,55-57.

Page 63: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

48

a. Tahap pertama adalah membangun infrastruktur. Beberapa produk

hukum telah diundangkan pada permulaan pembangunan infrastruktur

iptek dan telah disediakan suatu penataan kerangka kerja dasar untk

standar industri dan hak atas karya ilmiah. Misalnya: Undang – Undang

Tenaga Atom, Undang – Undang Administrasi Cuaca, Undang –

Undang Perlindungan Terhadap Penemuan Baru, Undang –Undang

Paten, Undang – Undang Usaha Kecil Menengah, Undang – undang

Pengukur Pengurangan Pajak dan Undang – Undang Perangsang Modal

Asing telah diundangkan pada periode tersebut.

b. Undang – Undang yang berkaitan dengan organisasi

Menurut “Undang – Undang Organisasi Pemerintah” yang telah

diundangkan pada tahun 1948, Departemen Pendidikan diberi

tanggunng jawab untuk melaksanakan kebijakan nasional di bidang

iptek. Badan Tenaga Atom dibentuk di bawah presiden

mengembangkan pemanfaatan tenaga atom untuk kepentingan damai.

c. Undang – undang yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan

produk hukum pertama yang diundangkan menyangkut bidang

penelitian dan pengembangan adalah “Undang – Undang Tenaga

Atom” tahun 1958. “Undang – Undang Administrasi Cuaca” telah

diundangkan tahun 1961 untuk memodernisasikan administrasi

mengenai observasi-observasi cuaca.

d. Undang – undang yang berkaitan dengan standar industri dan hak atas

industri untuk melindungi kegiatan-kegiatan inovasi oleh sektor swasta,

Page 64: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

49

“Undang – Undang Perlindungan Penemuan Baru”, “Undang – Undang

Paten”, Undang – Undang Model Pemanfaatan, Undang – Undang

Potongan, Undang – Undang Merk Dagang dan Undang – Undang

Standar Industri telah diundangkan untuk mengawasi standar dan

kualitas.

e. Infrastruktur Bangunan Iptek

Selama periode akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an telah

disetujui: Undang – Undang Promosi Pengembangan Teknologi, hal ini

merupakan peristiwa yang sangat penting.

f. Undang – Undang mengenai Organisasi

Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dibentuk berdasarkan Undang

– Undang Organisasi Pemerintah tahun 1967 dengan kedudukan

sebagai Menteri Muda.

g. Pembentukan Sistem Promosi Iptek

Banyak perundang – undangan yang penting mengenai lembaga –

lembaga penelitian pemerintah dan kebijakan promosi Iptek telah

diundangkan antara awal tahun 1970-an dan akhir tahun 1980-an.

h. Undang – undang yang berkaitan dengan Lembaga Penelitian Tenaga

Atom Korea Selatan telah didirikan berdasarkan “Undang – Undang

Lembaga Penelitian Tenaga Atom” digabungkan dengan lembaga-

lembaga penelitian lain seperti: Lembaga Penelitian Tenaga Atom,

Lembaga Penelitian Radiotherapeutics, dan Lembaga Penelitian

Pertanian Radioaktif. “Undang – Undang Bantuan Khusus Lembaga

Page 65: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

50

Penelitian” (Forestering Specific Research Institute Art) telah

diundangkan untuk memperkuat hubungan antara lembaga-lembaga

penelitian tertentu dan industri berat serta industri kimia pada tahun

1973. Khususnya Undang – Undang Bantuan Khusus Lembaga

Penelitian ditujukan untuk mendukung lembaga – lembaga penelitian

pemerintah yang berhubungan dengan lima sektor industri strategis

yakni: pembuatan kapal, pengembangan kelautan, mesin – mesin secara

umum, elektronik, komunikasi dan petrokimia.56 Selanjutnya, Undang

– undang juga menetapkan diadakannya reorganisasi di beberapa

lembaga – lembaga penelitian pemerintah untuk meningkatkan

efisiensi.

i. Undang – undang yang berkaitan dengan tenaga teknik dan promosi

investasi iptek “Undang – Undang Sertifikasi Teknologi” telah

diundangkan pada tahun 1973 untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja

pada industri – industri strategis. Selanjutnya, “Undang – Undang

Manajemen Perusahaan Negara” di bidang tenaga kerja industri Korea

Selatan dan “Undang-Undang Perguruan Tinggi Teknik Korea Selatan”

menjelaskan tentang prinsip – prinsip lembaga latihan kerja, pengujian

– pengujian kualitas teknik dan dukungan teknik bagi peserta. “Undang

– Undang Konsultasi Teknologi” dibuat untuk menaikkan tingkat

56Petrokimia adalah bahan kimia apapun yang diperoleh dari bahan bakar fosil. Ini

termasuk bahan bakar fosil yang telah dipurifikasi seperti metana, propana, butana, bensin, minyak

tanah, bahan bakar diesel, bahan bakar pesawat, dan juga termasuk berbagai bahan kimia untuk

pertanian seperti pestisida, herbisida, dan pupuk, serta bahan-bahan seperti plastik, aspal, dan serat

buatan. Artikel diunduh pada 12 Maret 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Petrokimia

Page 66: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

51

teknologi dan konsultan – konsultan lokal melalui standar kualitas.

Untuk mendapatkan dukungan pembiayaan dalam pengembangan

teknologi oleh perusahaan swasta, pemerintah telah mendirikan

Perusahaan Pengembagan Teknologi Korea Selatan (Korea Technology

Development Corporation/KTDC) pada tahun 1981, yang telah

berkembang menjadi Bank Teknologi Korea Selatan yang

menyediakan pelayanan seperti penyimpanan pinjaman dan investasi

untuk pengembangan teknologi sektor swasta. Para pengusaha

memperoleh perlakuan istimewa pemerintah dari usaha kecil dan

menengah diatur melalui “Undang – Undang Promosi Perlakuan

Khusus bagi Usaha Kecil dan Menegah”.

j. Peraturan Iptek

Dalam pengembangan kerangka kerja dasar dalam pengembangan

teknologi, pemerintah mempercepat untuk memperoleh dukungan

dalam pengembangan industri teknologi melalui “Undang – Undang

Pengembangan Industri Teknologi” pada tahun 1986.

k. Undang – undang yang berkaitan dengan dukungan litbang industri

Perundang – undangan tentang “Undang – Undang Pengembangan

Teknologi Industri” adalah merupakan sesuatu yang amat penting bagi

dukungan pemerintah terhadap kegiatan – kegiatan penelitian dan

pengembangan. Dalam undang – undang tersebut terdiri dari tujuh

undang – undang yang termasuk di dalamnya seperti “Undang –

Undang Promosi Mesin”, The Petrochemical Engineering. Undang –

Page 67: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

52

Undang Bantuan Tenaga Teknik Petrokimia dan Undang – Undang

Promosi Elektronik memuat prinsip pengembangan dan keterlibatan

pemerintah secara intensif. Dana pengembangan industri telah

ditetapkan dan dikelola oleh panitia pengembangan industri sesuai

dengan undang – undang. Kemudian undang – undang untuk

mengembangkan asosiasi teknologi industri telah diundangkan untuk

mendorong kerjasama penelitian antar perusahaan dan undang –

undang untuk mendukung memulainya usaha kecil dan menengah

untuk mendorong penggunaan modal yang beresiko kecil.

l. Undang – undang yang berkaitan dengan pengembangan arus

informasi, komunikasi dan industri – industri teknologi tinggi perluasan

dan penggunaan jaringan komputer telah didorong dengan adanya

undang – undang yang mendorong penggunaan pemanfaatan komputer

dan onderdil serta pelatihan bagi tenaga spesialisasi komputer pada

tahun 1986. Dengan undang – undang tersebut juga telah ditentukan

terbentuknya lembaga komputer Korea Selatan dan asosiasi promosi

komunikasi informasi Korea Selatan. Undang – Undang Perlindungan

Program Komputer dan Undang – Undang Promosi Pengembanga

Perangkat Lunak telah diundangkan untuk melindungi hak milik bagi

penemu, untuk meningkatkan pengembangan informasi dan

komunikasi teknologi, lembaga penelitian dan pengembangan

komunikasi telah didirikan pada tahun 1987. Survei pengumpulan data

dan analisa informasi yang berkaitan dengan masalah – masalah

Page 68: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

53

komunikasi telah menjadi tugas lembaga tersebut, sesuai dengan

“Undang – Undang Lembaga Penelitian Pengembangan Komunikasi”.

“Undang – Undang Pengembangan Penelitan Informasi Teknologi”

juga mengakibatkan diperlukannya penyediaan dana untuk promosi

litbang di bidang informasi teknologi pada tahun 1991. Sebagai

pengganti “Undang – Undang Promosi Industri Pesawat Terbang” pada

tahun 1987, pemerintah menetapkan rencana induk pengembangan

industri pesawat terbang. Dalam undang – undang tersebut berisi

peraturan – peraturan tentang dana pemerintah yang harus disediakan,

panitia dan lembaga – lembaga penelitian.

m. Undang – undang yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan

“Undang – Undang Perlindungan Pencemaran” telah berkembang

menjadi “Undang – Undang Perlindungan Lingkungan” yang

selanjutnya dibagi kedalam beberapa undang – undang sesuai dengan

tipe – tipe pencemaran pada tahun 1990. Upaya pemerintah untuk

melindungi lingkungan yang telah ditekankan melalui perundang –

undangan “Undang – Undang Penilaian Terhadap Dampak

Lingkungan” dan menyediakan dana khusus untuk perbaikan

lingkungan pada tahun 1994. Badan usaha negara untuk memulihkan

sumber daya Korea Selatan, telah didirikan pada tahun 1993,

ditugaskan untuk mengurangi pemborosan.57

57Ibid.,57-62.

Page 69: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

54

BAB IV

PERAN NEGARA DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN

INDUSTRI PERIODE 1990 - 2002

Bab ini hendak memperkuat pembahasan pada bab sebelumnya dengan

menjawab pertanyaan penelitian yang dikemukakan pada awal skripsi ini. Penulis

akan menganalisa studi kasus dengan menggunakan kerangka teori dan strategi

negara dalam pengembangan teknologi dan industri. Data – data literatur yang telah

dicantumkan akan dianalisa sehingga diharapkan dapat menjelaskan mengenai

peran negara dalam pengembangan teknologi.

A. Peran Negara dalam Pengembangan Teknologi

Peran negara dalam pengembangan teknologi dapat dilakukan dengan

berbagai cara. Saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa tidak ada satu negara yang

mampu mencapai kemajuan ekonomi tanpa melakukan pengembangan teknologi.

Maka dari itu, upaya pengembangan teknologi menjadi satu program yang harus

dilakukan oleh negara. Pada kasus Korea Selatan, pengembangan teknologi juga

dipersiapkan untuk membangun industri strategis, yang kemudian negara dengan

kekuatan politiknya berperan dalam menentukan arah pembangunan itu sendiri dan

mengkoordinasikan dengan lembaga riset negara, universitas dan swasta.

Dalam hal ini juga sesuai dengan teori developmental state bahwa

pembangunan ekonomi merupakan prioritas utama bagi pemerintah dalam

mencapai tujuan pembangunan ekonomi tersebut, negara mempunyai peran yang

Page 70: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

55

sangat besar, tidak hanya dalam hal perencanaan pembangunan saja tetapi didukung

juga oleh birokrasi yang bersih, kompeten dan profesional.

Pada pengembangan teknologi dan industri di Korea Selatan, negara sangat

mengintervensi dalam sektor strategi proyek – proyek riset dalam mensukseskan

industri strategis. Saat ini, perkembangan teknologi di Korea Selatan sekarang lebih

mandiri karena bila tadinya industri membutuhkan teknologi agar bisa mengimitasi

produk asing,tetapi sekarang Korea Selatan telah mampu mengembangkan

teknologi yang lebih inovatif sehingga mampu menciptakan industri mermoda lebih

kompleks, menyerap tenaga kerja dan bernilai lebih kompetitif, strategi ini lahir

setalah pemerintah menerima evaluasi bahwa sektor perdagangan tengah

menghadapi kombinasi masalah defisit besar, melonjaknya biaya tenaga kerja serta

menurunnya laju investasi industri sehingga Korea Selatan memerlukan teknologi

lebih intensif agar dapat melakukan ekspansi keragaman produksi.58

Sistem legal-kontinental 59 di Korea Selatan juga menuntut peran kuat

pemerintah pusat. Peran dominan ini makin dibutuhkan mengingat Korea Selatan

tidak memiliki sumber daya alam yang memadai dan juga mempunyai jumlah

penduduk yang besar. Pada era 1990-an, jumlahnya sudah mendekati 50 juta jiwa.

Di samping itu, kondisi geopolitik Asia Timur juga tidak memungkinkan industri

swasta Korea Selatan tumbuh secara natural dan modal sendiri. Di samping itu,

58Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang Jaringan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),12. 59Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-

ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh

hakim dalam penerapannya

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090722214145AAwA51S)

Page 71: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

56

Korea Selatan juga memiliki masalah sosial, di mana pertumbuhan budaya setempat

banyak digerus oleh invasi asing dan praktik menutup diri di era-era

sebelumnya.60Sehingga negara bekerjasama dengan swasta dan universitas untuk

mengembangkan program riset pengembangan teknologi dan industri agar lebih

mandiri, bernilai kompetitif, dan bisa bersaing dengan negara maju lainya. Program

riset tersebut sebagai berikut:

A.1 Program “Highly Advanced National (HAN) project”

Pada tahun 1992 proyek riset top-down perdana pemerintah mulai

dijalankan yang di beri nama “G7 Project” dan kerap dikodifikasi sebagai “HAN”

akronim dari ‘highly advanced national (HAN) project’. Dalam pembangunan

proyek HAN ini, pemerintah menggunakan anggaran sekitar 4,6 milyar dolar AS

untuk 10 tahun masa kegiatan. Secara ambisius, proyek HAN menetapkan target

menghasilkan serangkaian modal teknologi yang dapat memasuki tahap produksi

massal atau memperbaiki kapabilitas sektor industri setidaknya pada tahun 2001.

Proyek HAN hanya menyediakan waktu lima tahun untuk menyelesaikan

prototype sebelum memasuki tahap aplikasi. Latar belakang tersebut mengarah

proyek HAN agar memprioritaskan membiayai riset pada domain yang sudah

memiliki cikal industri (critical mass) di Korea Selatan, sekaligus

memperhitungkan faktor kerjasama internasional terutama untuk menciptakan

saluran penyediaan sumber daya. Dalam pembangunan proyek HAN mempunyai

dua kategori yaitu pertama, pengembangan industri produk teknologi tinggi.

60Wawancara langsung dengan Amir F. Manurung pada tanggal 08 desember 2013.

Page 72: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

57

Kedua, pengembangan teknologi inti. Cakupan disiplin teknologi proyek HAN

adalah teknologi luar angkasa, permobilan, rekayasa biologi, komunikasi,

komputer, elektronik, lingkungan hidup, mesin dan metal, energi nuklir, serta semi-

konduktor.

Dalam pembangunan proyek HAN berada di tangan Kementrian Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi, disamping itu juga proyek HAN juga melibatkan

struktur kerjasama lintas kementerian seperti Kementerian Perdagangan dan

Industri, Kementerian Komunikasi, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan,

serta Kementerian Lingkungan Hidup. Proyek HAN menghimpun partispasi

seluruh elemen litbang (penelitian dan pengembangan) Korea Selatan yang bekerja

di GRI (government research institutions), industri maupun perguruan tinggi, unsur

– unsur tersebut dilibatkan sebagai bagian tim koordinator komite dan tenaga ahli.

Dalam pembangunan proyek HAN menggunakan pendanaan yang heterogen, 56%

dari anggaran pemerintah dan 44% berasal dari swasta. Proyek HAN yang

berlangsung 1992 – 2001 ini, pemerintah Korea Selatan membangun kekuatan

nasional untuk meretas antara lain: Industri semikonduktor komponen memory,

teknologi integrated services digital networks (ISDN), televisi berdefinisi tinggi

(high-definition TV/HDTV), sistem manufaktur otomatis dan fleksibel.61

A.2 Program Foresight

61Ibid., 12 -13.

Page 73: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

58

Korea Selatan dalam pengembangan teknologi untuk pembangunan industri

tidak hanya mengandalkan proyek HAN, tetapi juga membangun proyek progam

foresight dalam program ini berfungsi untuk menyediakan kesempatan evaluasi

bagi pemerintah Korea Selatan untuk memperhitungkan dampak – dampak

kehadiran teknologi baru, berkat program Foresight, pemerintah dapat mengkaji

tidak hanya kemungkinan mengembangkan industri yang sudah ada, namun juga

mensimulasikan pola konvergensi sektor produksi dalam menghasilkan komoditas

yang baru. Dalam kegiatan proyeksi industri ini menggunakan teknik wawancara

yang disebut metode Delphi.

Dalam pembanguan teknologi pemerintah Korea Selatan memiliki berbagai

kegitan yang bemisi foresight, antara lain: Studi Skala Besar Delphi (1994), Studi

Delphi II (1999), Rencana Teknologi Nasional (2002), Studi Delphi III (2004),

Studi Delphi IV (2011). 62 Kemandirian teknologi yang dicapai Korea Selatan

disebabkan strategi kebijakaan teknologi yang diintegralkan dengan kebijakan

industri dan dalam pengembangan inovasi sains dan teknologi menjadi bagian dari

pengembangan industri.63

Proyek – proyek riset yang dilakukan di Korea Selatan juga karena adanya

relasi yang dinamis antara negara dengan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam

masyarakat. Meskipun memiliki otonomi, negara memiliki keterkaitan (embedded

) dengan kekuatan-kekuatan non state dan aktor - aktor lain, baik eksternal maupun

62Ibid.,13. 63Wawancara langsung dengan bapak Dudi Hidayat pada tanggal 06 maret 2014.

Page 74: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

59

internal, melalui di mana negara mampu melakukan koordinasi ekonomi dan

mengimplementasikan kebijakan-kebijakan ekonominya.

B. Pembaharuan Pembentukan Lembaga Negara

Pada proses pembangunan sektor teknologi Korea Selatan tentu memiliki

basis hukum dan perangkat kelembagaan negara, yang megikat komitmen imperatif

pembanguann secara permanen. Ditahun 1967, negara menerbitkan Undang –

Undang Intensifikasi Teknologi dan Pendidikan Ilmu pengetahuan, yang hadir di

tengah proses pembanguan Korea Institute of Science and Technology (KIST). Di

tahun berikutnya, pada tahun 1968 pemerintah membetuk Kementerian Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi yang bertugas memformulasikan kebijakan teknologi

nasional tahap awal. Agar kebijakan teknologi memeiliki daya penetrasi lebih

tinggi, maka pemerintah memebentuk Komisi iptek (ilmu pengetahuan dan

teknologi) pada tahun 1973.

Lembaga yang di ketuai oleh Perdana Menteri dan wakilnya deputi Perdana

Menteri bidang Ekonomi. Tetapi pada akhirnya dibubarkan pada 1996, langsung

digantikan oleh suatu lembaga lain yang disebut Dewan Menteri Iptek, yang

diketuai Menteri Keuangan dan Ekonomi serta Menteri Iptek. Akan tetapi,

ironisnya hanya bertahan dua tahun saja kemudian kedudukannya pada tahun 1999

digantikan oleh lembaga “ Komite Nasional Iptek” (National Science and

Technology Committee/ NSTC), yang diketahui oleh presiden.64

64Ibid.,14.

Page 75: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

60

Diagram 4.1 Sistem Kerja NSTC pada 1990 – 2004

Sumber: diolah dari Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang

Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),14.

Tugas NSTC yaitu pada peningkatan nilai keharmonisan proses

perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program teknologi pada berbagai

kementerian. Akan tetapi, ternyata NSTC dievaluasi tidak berhasil membangun

keselarasan sebagaimana diharapkan. Pasalnya, selain tingginya tingkat kesulitan

NSTC dalam menguraikan program antar kementerian, secara umum program

teknologi milik Ministry of Science anf Technology (MOST) telah cenderung

mempunyai akar kuat (business as usual) mengambil fokus membangun kerjasama

dengan litbang milik kelompok industri (pengusaha pribumi). Kebijakan teknologi

ini yang semula efektif akhirnya meninggalkan pekerjaan rumah, karena

perusahaan – perusahaan industri memiliki tingkat persaingan satu sama lain yang

sangat tinggi, sehingga telah menyebabkan industri besar Korea Selatan lebih sulit

Page 76: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

61

untuk mengembangkan kerjasama atau konsorsium riset secara terbuka. Dalam hal

ini, pemerintah menyadari bahwa faktor utamanya dalam melaksanakan berbagai

program litbang nasional adalah pada aspek pertukaran informasi, maka setalah

krisis ekonomi pada 1997, pemerintah membenahi infrastruktur saluran komunikasi

risetnya.

Pada tahun 1962, sebelum industrialisasi berjalan pemerintah Korea

Selatan telah membangun KORSTIC (Korea S&T Information Center), yang

bertugas menyebarluaskan informasi teknologi secara nasional, akan tetapi pada

tahun 1980-an, KORSTIC justru mengalami penggabungan dengan GRI

(Government research institutions) lain, sehingga melemahkan aspek komunikasi

iptek nasional di dekade tersebut, kemudian pada tahun 1996 dan 1998, pemerintah

kembali mendirikan lembaga informasi pendidikan dan riset, yaitu Korea

Education & Research Information Service (KERIS) serta Korea Institute of Patent

Right Information (KIPRIS), yang melayani distribusi sebagai gugus informasi

properti hak kekayaan intelektual. Sepanjang 1995 hingga 1999, pemerintah

mendirikan delapan belas pusat informasi riset rekayasa teknologi yang

dioperasikan oleh berbagai perguruan tinggi dengan tujuan mempromosikan

kemampuan litbang perguruan tinggi. Kemudian pada tahun 2001 pemerintah

membentuk Korea Institute of Science & Technology Information (KISTI).

KISTI berada di bawah pimpinan Perdana Menteri, yang merupakan

gabungan dari dua lembaga informasi di Kementerian Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi serta Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi. KISTI kemudian

menjadi lembaga utama dalam menyebarluaskan informasi pengetahuan dan

Page 77: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

62

informasi kebijkan riset nasional. Fungsi KISTI ada empat elemen yaitu

menyebarluaskan informasi litbang (mengoperasikan perpustakaan digital

nasional), mengembangkan sistem analis, memanfaatkan perangkat superkomputer

dan membangun infrastruktur jaringan. Selain KISTI, KERIS dan KIPRIS menjadi

tulang punggung komunikasi kebijakan publik iptek, masing – masing memiliki

tugas meningkatkan pola akademi berbasis digital dan menyebarkan informasi

kekayaan intelektual baik tingkat nasional maupun internasional.65

Diagram 4.2 Infrastruktur Komunikasi Kebijakan Iptek Korea Selatan

Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang Jaringan

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan

dan Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),14.

65Ibid.,16.

KERIS

Menyebarluaskan

informasi pendidikan

dan riset,termasuk

untuk bidang-bidang

sosial.

KIPRIS

Menyebarluaskan

informasi hak

kekayaan intelektual

untuk tataran

nasional maupun

internasional.

KISTI

Membangun dan menganalisis

informasi iptek, memberikan

layanan superkomputer dan

jaringan

PUSAT INFORMASI

PEREKAYASAAN

TEKNOLOGI

Terspesialisasi untuk 18

disiplin bidang ilmu.

PENGGUNA

INFORMASI

Page 78: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

63

C. Karakteristik Administrasi dan Undang – Undang Iptek

Diagram 4.3 Bagan Alur Kebijakan Iptek Korea Selatan

Sumber: diolah dari M. Arifin, et al. Peran Iptek dalam Pembangunan Industri

(Jakarta:Lemabaga Pengetahuan Indonesia,Pusat Penelitian Perkembagan Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi (PAPPIPTEK-LIPI)),65.

Perencanaan

1. Arah dan Sasaran

2. Kepedulian pembuat

kebijakan & dukungan

PELAKSANAAN

Pola karakteristik kebijakan

1. Kebijakan sederhana

2. Hubungan sebab akibat

3. Terpenuhinya yang

dimaksud

Kelayakan sistem pelaksanaan

SDM

SDA

Organisasi yang simple

Pembagian sasaran

HASIL

Infrastruktur iptek

1. Kemampuan

infrastruktur

2. Rencana insentif

Umpan Balik

Page 79: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

64

Dari diagram diatas jelas terlihat bahwa aliran kebijakan Iptek dari tahap

perencanaan sampai ke tahap pelaksanaan. Pada tahap awal dibuat konsep garis

besar dari kebijakan yang didalamnya termasuk prioritas dan alokasi dana.

Keinginan dan dukungan dari pembuat kebijakan adalah merupakan faktor utama

di dalam menentukan prioritas dan anggaran.

Pada tahap pelaksanaan disusun rincian kebijaksanaan, yang dimaksudkan

baik merencanakan pengaturannya maupun untuk merencanakan kemajuan –

kemajuan yang ingin dicapai. Empat faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan

kebijakan di tahap ini adalah kelayakan dari sistem pelaksanaan, tingkat

infrastruktur iptek dan dukungan – dukungan publik yang dikaitkan dengan sasaran

yang ingin dicapai oleh kebijakan, dengan sasaran yang ingin dicapai oleh

kebijakan akhirnya dapat melalui mekanisme koreksi yang dihasilkan dari umpan

balik dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil – hasil yang telah dicapai.66

D. Mekanisme Perencanaan Terpusat dalam pengembangan Iptek

- Mekanisme perencanaan

Faktor penting dalam perumusan rencana iptek adalah pembuatan kebijakan

dan perioritas yang harus dikedepankan didalam rencana yang tidak cukup banyak

memiliki sumberdaya. Prioritas tertinggi Korea Selatan selama lima dekade adalah

di bidang ekonomi dan pengembangan industri. Presiden Korea Selatan dan Badan

Perencanaan Ekonomi telah memainkan peran utama sebagai pengambil keputusan

di dalam kebijakan.

66Ibid.,64.

Page 80: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

65

- Kebijakan Perencanaan Nasional

Kebijakan iptek tidak dikatakan berhasil apabila tidak mampu

menumbuhkan industri – industri yang cukup mampu untuk bersaing secara

internasional. Kebijakan – kebijkan ekonomi dan ndustri yang dilakukan Korea

Selatan telah berganti dari “tingkat industri” ke “tingkat teknologi”. Sehubungan

dengan hal tersebut maka dukungan pemerintah telah diarahkan pada industri –

industri terpilih dan telah berganti untuk menyediakan dukungan terhadap

pengembangan teknologi maju. Bentuk mekanisme perencanaan ekonomi Korea

Selatan adalah sistem sentral atau sistem yang koordinir, artinya semua keputusan

didalam perencanaan pengembagan nasional dibawah kekusaan presiden sejak awal

pengembangan industri.

- Dasar wewenang pengambilan keputusan

Proses pemuatan kebijakan yang berkaitan dengan iptek dapat dibedakan

kedalam tiga tipe, yaitu: dasar pengetahuan yang profesional dalam pengembilan

keputusan, dasar kesepakatan dalam pengambilan keputusan dan dasar wewenang

dalam pengambilan keputusan. Dasar pengetahuan pengambilan keputusan adalah

keadaan pada pengertian mengenai pengetahuan ilmiah secara umum tentang

masalah kebijkaan. Di dalam dasar kesepakatan pembuatan keputusan, keputusan

final digambarkan sebagai kompromi dari kepentingan – kepentingan peserta.

Akhirnya, didalam dasar wewenang dalam pengambilan keputusan, maka

keputusan – keputusan yang dibuat oleh teknokrat memerlukan persetujuan final

dari para politisi. Selanjutnya membicarakan dua model lain yang memberikan

contoh tentang kebiasaan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan

Page 81: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

66

kebijakan – kebijkan iptek. Pertama, proses pengambilan keputusan dimana

keputusan akhir dibuat hanya setelah dilengkapi dengan survei dan penelitian

ilmiah. Model ini menunjukan bahwa dengan adanya survai ilmiah dan identifikasi

pokok persoalan kebijakn dapat dipercaya, mengakibatkan beberapa argumentasi

tidak diperlukan.

Kedua, model yang jarang dilaksanakan dalam hal keputusan – keputusan

yang dibuat sejak awal oleh suatu kewenangan politik. Dalam model ini sebagian

besar kritik dan pertentangan dengan kebijkan kemungkinan tidak terungkap.

Didalam banyak hal, kewenangan mengambil keuntungan dari haasil – hasil temuan

ilmiah untuk membenarkan kebijakan – kebijakn mereka. Tipe pengambilan

keputusan keputusan Korea Selatan lebih memakai model yang kurang dibahas dan

sekarang sedang bergerak pada model yang lebih banyak untuk diadakan

pembahasan.

Tipe kasus di Korea Selatan dari model yang kurang mendapatkan bahasan

adalah kata ilmiah Daeduck. Kata tersebut telah dirancang oleh para teknokrat dan

tidak dapat dibangun tanpa dukungan kuat dari presiden. Di lain pihak model yang

banyak mendapatkan bahasan adalah membatasi perbedaan yang berlebihan

tentang kebijakan industri kaum chaebol (konglomerat pribumi).67

E. Mekanisme Pelaksanaan dalam Pengembangan Iptek

67 Ibid.,66 – 68.

Page 82: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

67

Dalam mempengaruhi tahap pelaksanaan kebijakan ada empak faktor.

Pertama, Kelayakan dari sistem – sistem yang dilaksanakan termasuk sumber daya

manusia (SDM) dan sumber daya material dan organisasi pelaksanaan yang

sederhana. Pada saat tidak ada masalah yang serius di dalam SDM dan organisasi,

dana nasional yang dialokasikan untuk iptek tidak mencukupi untuk mengejar apa

yang diinginkan oleh kebijakan sebab kebijakan iptek relatif mempunyai prioritas

yang lebih rendah daripada kebijakan – kebijakan dalam pengembangan ekonomi

dan industri.

Kedua, adanya sifat – sifat khusus dari bentuk kebijakan yang termasuk

sasaran-sasaran yang telah ditentukan, adanya kesederhanaan suatu kebijakan yang

berkaitannya dengan kebijakan – kebijakan lain dan terpenuhinya perangkat-

perangkat kebijakan. Tidak mengindahkan hubungannya dengan kebijakan-

kebijakan lain adalah merupakan masalah yang paling kritis di Korea Selatan.

Sebenarnya, teknologi – teknologi industri adalah di luar kebijakan baik Menteri

Perdagangan, Industri dan Sumber Daya dan Menteri Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi. Kemudian Menteri Perdagangan, Industri dan Sumber Daya telah

menyepakati di sektor industri tertentu yang strategis, Menteri Iptek telah

mengkonsentrasikan pada ilmu – ilmu dasar dan infrastruktur iptek.

Ketiga, infrastruktur Iptek di Korea Selatan telah siap dalam membangun

infrastruktur, seperti pendayagunaan SDM, mendirikaan lembaga-lembaga

penelitian pemerintahan dan menyiapkan kerangka hukumnya.

Faktor yang sangat penting untuk mempengaruhi di Korea Selatan adalah

tingkat dan kedudukan menteri yang bertanggungjawab di bidang iptek. Di dalam

Page 83: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

68

sistem administrasi pengembangan iptek, menteri iptek adalah bertanggungjawab

mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan iptek.

Selain itu juga ada kementerian – kementerian yang berkaitan dengan industri dan

ekonomi nasional, seperti Badan Perencanaan Ekonomi dan menteri perdagangan,

industri dan sumber daya yang telah ditetapkan untuk memberikan petunjuk dan

banyaknya kegiatan iptek yang berkaitan dengan kebijakan – kebijakan yang

dilaksanakan.

Dalam memaksimalkan pengaruh - pengaruh sinergi dalam pengembangan

iptek, seluruh fungsi perlu dikoordinasikan. Di Korea Selatan banyak kementerian

– kementerian lain yang dilibatkan selain kementrian iptek dalam masalah

pengembangan iptek. Sementara menteri iptek bertugas melaksanakan kegiatan –

kegiatan dasar seperti pengelolaan lembaga – lembaga penelitian pemerintah dan

perencanaan nasional dalam program program – program penelitian dan

pengembangan. Sedangkan, Kementerian Ekonomi, Kementerian Industri dan

Sumber Daya dan Kementerian Pendidikan melaksanakan program – program

mereka sendiri untuk mendukung teknologi industri dan juga mendidik tenaga

kerja. 68

F. Kondisi Industri dalam situasi Krisis 1997 - 1998

68Ibid.,68-70.

Page 84: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

69

Krisis di Korea Selatan yang diawali oleh terjadinya krisis mata uang pada

tahun 1997, telah membuat Korea Selatan mengalami persoalan yang sangat berat

di bidang finansial, sehingga membuat Korea Selatan dalam situasi yang sangat

buruk baik secara ekonomi maupun sosial.69 Dampak perekonomian yang buruk

membuat industri – industri di Korea Selatan mengurangi beban finansial seperti

mengurangi produksi, menutup sejumlah pabrik, mengurangi jam kerja para

karyawan serta menurunkan upah dan juga melakukan PHK terhadap karyawan.

Adanya peran yang sangat besar dari industri untuk menumbuhkan

perekonomian Korea Selatan, sehingga ketika terjadi krisis ekonomi telah

menjadikan perekonomian Korea Selatan menurun. Akan tetapi, tidak semua

industri mengalami nasib buruk seperti Electronic Business Asian dan Honjin Kang

yang menunjukkan industri di bidang elektronik dan semikonduktor mengalami hal

yang sangat bertolak belakang. Ada beberapa industri yang bergerak di bidang

elektronik dan semikonduktor yang memeperlihatkan ketangguhannya. Electronic

Business Asia dalam hasil surveinya pada tahun 1998 menunjukan bahwa

perusahaan – perusahaan elektronik Korea Selatan mendominasi peringkat ke

sepuluh besar perusahaan elekronik terbesar di Asia (berdasarkan jumlah penjualan

pada tahun 1997) di luar jepang. Dalam peringkat tersebut Korea Selatan

menempatkan delapan perusahaan yaitu: Samsung Electronics, Samsung Display

Device¸ Samsung Electro Mechanics (Samsung Group), LG Electronics, LG

69Humas UGM, “solusi krisis ala korea selatan” artikel diunduh pada 3 Maret 2014 dari

http://ugm.ac.id/id/berita/1019-solusi.krisis.ala.korea.selatan

Page 85: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

70

information & Communications (LG Group), Hyundai Electronics (Hyundai

Group) dan Daewoo Electronics (Daewoo Group).

Hojin Kang juga menunjukkan prestasi mengesankan lainnya dari

perkembangan industri elektronik dan semikonduktor Korea Selatan adalah dengan

menjadi negara industri elektronik terbesar keempat setelah Amerika Serikat,

Jepang dan Jerman pada tahun 1996, produsen alat – alat elektronik dan dynamic

random access memory (DRAM) terbesar kedua setelah Jepang serta penghasil

semikonduktor terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Jepang. Ia juga

mencatat bahwa industri elektronik di Korea Selatan telah menjadi industri

terpenting dalam perekonomian Korea Selatan dimana industri elektronik

menghasilkan 21% dari total output barang manufaktur serta memimpin komposisi

1/3 total ekspor dan menghasilkan 41 milyar dolar AS pada tahun 1996.

Keberhasilan industri elektronik dan semikonduktor Korea Selatan yang

justru memperlihatkan prestasi mengesankan di saat krisis ekonomi sedang

berlangsung menunjukkan bahwa masih ada harapan akan pulihnya kondisi

ekonomi. Pemulihan ekonomi tercermin dari meningkatnya ekspor Korea Selatan

sehingga dapat meningkatkan devisa serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi

negara tersebut. Untuk mendongkrak pertumbuhan ekspor, maka pemerintah harus

memperhatikan industri – industri yang di anggap di tangan mereka dapat di capai

pertumbuhan ekspor. Sehingga pemerintah harus melindungi industri – industri

yang masih bisa diselamatkan, untuk itu pemerintah mengeluarkan kebijakan yang

dibagi kedalam dua kategori yaitu “big deal” bagi para industri top five (Hyundai,

Samsung, LG, Daewo dan SK) dan “workout program” bagi para industri urutan

Page 86: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

71

enam ke bawah. “Workout program” merupakan kebijakan pemerintah untuk

mengatasi permasalahn para industri yang menyangkut kesulitan finansial dalam

merestrukturisasi manajemen perusahaannya. Kebijakan ini dilaksanakan untuk

memperbaiki industri – industri yang memiliki harapan dan prospek jangka panjang

namun memiliki permasalahan di bidang finansial. Sedangkan untuk “big deal”

lahir dari kesepakatan rencana-rencana untuk memperkuat fokus bisnis dan

efisiensi para industri top five yang tertuang dalam Agreement for Improving the

Capital Sturcture yang dilakukan antara para industri top five dengan para kreditur

tanggal 7 Desember 1998.

Kesepakatan antara pemerintah, para kreditur dan para industri top five

meliputi empat poin utama.70Pertama, sepakat untuk merestrukturisasi tujuh bidang

industri yaitu: semikonduktor, lokomotif, petrochemical, pesawat terbang,

pembangkit listrik, mesin kapal dan penyulingan minyak. Para industri top five juga

diharuskan memilih tiga sampai lima fokus bisnis. Selain itu, mereka juga sepakat

mengurangi jumlah afiliasi perusahaan dari 272 menjadi 138 perusahaan.

70 Kim dohyung, “IMF Bailout and Financial and Corporate Restructuring in the Republic

of Korea”, The Developing Economies, vol. XXXVII no. 4, December 1999. 491.

Page 87: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

72

Tabel 4.1 Rencana Restrukturisasi Tujuh Bidang Industri

Bidang Industri Rencana Resturkturisasi

1. Semikonduktor LG dan Hyundai sepakat menggabungkan anak-anak

perusahaan yang bergerak pada produksi semikonduktor

menjadi satu perusahaan dan besarnya kepemilikan

perusahaan yang baru ini aka ditentukan kemudian.

2. Lokomotif

3. Petrochemical

4. Pesawat Terbang

Kepemilikan saham perusahaan pada industry ini

sebesar 50% dikuasai oleh perusahaan-perusahaan

domestic. Sedangkan sisanya akan dijual kepada

investor asing.

5. Pembangkit Listrik

6. Mesin Kapal

Samsung dan Hyundai akan menyerahkan bisnis ini ke

Korea Heavy Industry

7. Penyulingan Minyak Hyundai akan mengambil alih bisnis ini dari Hanhwa’s

Oil Refining.

Sumber: Ministry of Commerce, Industry and Energy, 1999 dalam Kim Dohyung, IMF

Bailout and Financial and Corporate Restructuring in the republic of Korea, “ The

Developing Economies,vol. XXXVII no. 4, December 1999,503.

Kedua, para industri top five sepakat untuk memperbaiki kinerja

finansialnya dengan menjual beberapa anak perusahaanya kepada investor asing

serta mengurangi DER71 menjadi 200% atau kurang pada akhir tahun 1999.

71DER yang merupakan kepanjangan dari Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan

antara hutang perusahaan terhadap jumlah modalnya. Pada umumnya makin besar angka DER

perusahaan dianggap makin berbahaya secara finansial. Artikel diunduh pada 15 maret 2014 dari

(http://sahamgembira.blogspot.com/2008/01/debt-to-equity-ratio-der.html)

Page 88: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

73

Ketiga, para industri top five sepakat untuk menghentikan jaminan utang

silang (cross debt guarantees) antar anak perusahaan milik industri senilai 12,7

triliun won pada akhir 1998 dan permasalahan ini akan selesai pada bulan Maret

2000. Keempat, para industri top five akan mengurangi kontrol dalam manajemen

pada level dewan direktur di perusahaan-perusahaan milik para industri tersebut.

Sehingga, sistem manajemen keluarga yang selama ini identik dengan sistem

manajemen para industri yang sarat dengan nuansa peternalistik secara bertahap

akan digantikan dengan sistem manajemen yang lebih modern. Kebijakan ini

merupakan tantangan berat, karena melibatkan lima kekuatan – kekuatan ekonomi

terbesar di Korea Selatan dan diharapkan dapat menjadi pemicu bagi terciptanya

pertumbuhan ekspor yang akan sangat membantu dalam proses pemulihan

ekonomi.

G. Perusahaan – Perusahaan Korea Selatan yang Berkembang Pesat

Sebagai negara yang sudah mengalami pengembangan teknologi dan

ekonomi yang maju, saat ini Korea Selatan merupakan negara eksportir di antara

negara eksportir lainnya, karena negara Korea Selatan tercatat sebagai pengekspor

terbesar ke sepuluh dan juga tercatat negara pengimpor ke tujuh dengan volume

perdagangan sebesar $ 884.200.000.000 pada tahun 2010. Dengan kurangnya

sumber daya alam, Korea Selatan sangat ketergantungan pada impor barang modal,

bahan baku dan perlengkapan industri. Negara ini juga pengimpor terbesar kelima

minyak di dunia, dengan 3.074 juta barel per hari yang diimpor.72 Sejak tahun 2003

72Wawancara langsung dengan Dyah Winarni Poedjiwati pada tanggal 04 maret 2014.

Page 89: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

74

juga, Korea Selatan telah membentuk jaringan perjanjian perdagangan bebas (Free

trade agreement) untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan ekonomis

sehingga bisa mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan

atau mengurangi hambatan – hambatan perdagangan dengan negara-negara lain.

Tabel 4.2 Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Negara Lain

FTAs in effect

Korea-Chile FTA

Korea-Singapore FTA

Korea-EFTA FTA

Korea-ASEAN FTA

Korea-India CEPA

Korea-EU FTA

Korea-Peru FTA

Korea-U.S. FTA

Concluded FTAs

Korea-Turkey FTA

Korea-Colombia FTA

FTAs under negotiation

Korea-Canada FTA

Korea-Mexico FTA

Korea-GCC FTA

Korea-Australia FTA

Korea-New Zealand FTA

Korea-China FTA

Korea-Vietnam FTA

Korea-Indonesia FTA

Korea-China-Japan FTA

RCEP (Regional

Comprehensive Economic

Partnership)

Korea-Japan FTA

FTAs under consideration

Korea-MERCOSUR FTA

Korea-Israel FTA

Korea-Central America FTA

Korea-Malaysia FTA

Sumber: diolah dari Ministry of Foreign Affairs, “FTA Status of ROK”, artikel diunduh

pada 10 Februari 2014

http://www.mofa.go.kr/ENG/policy/fta/status/overview/index.jsp?menu=m_20_80_10

Page 90: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

75

Dengan adanya kerjasama dengan beberapa negara lain kekuatan ekonomi

Korea Selatan yang dibangun oleh daya saing di bidang perusahaan manufaktur

(pengolahan), khususnya di sektor industri semikonduktor, peralatan

telekomunikasi, elektronik, otomotif, petrokimia, komputer, perkapalan dan baja

bisa memulai ekspansi bisnisnya di lingkup pasar internasional. Negara di sini

sangat berperan untuk memainkan peran dalam mensukseskan agar industri bisa

bersaing di kancah internasional dengan segala kebijakan negara yang sangat

efektif dalam upaya mengintegrasikan pengembangan universitas riset dengan

kebijakan industri nasional. Daftar sepuluh perusahaan yang terkenal secara global

tetapi juga tidak begitu di kenal di Asia, pemeringkatan ini dibuat berdasarkan

kapasitas pasar perusahaan per 10 juli 2012. Berikut ini daftar lengkapnya:73

1. Samsung Electronics

Gambar 4.1 Samsung Electronics

Kapitalisasi pasar: 165,2 miliar dolar AS (Rp 1.486,2 triliun) Rasio P/E74: 10,9

73Rajeshni Naidu-Ghelani, “South Korea’s 10 Biggest Companies”, artikel diunduh pada

28 februari 2014 dari http://www.cnbc.com/id/48237596/page/1 74P/E (Price-Earnings Ratio) adalah adalah salah satu ukuran paling dasar dalam analisis

saham secara fundamental. (http://iinloveaccounting.blogspot.com/2012/06/price-earning-ratio-

per.html)

Page 91: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

76

Samsung Electronics adalah perusahaan teknologi terbesar di dunia

berdasarkan pendapatan dan perusahaan ini terdaftar terbesar di Korea Selatan.

Kapitalisasi pasarnya tiga kali lebih besar daripada pesaing terdekatnya, Hyundai

Motor. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1969 dan saat ini menjadi produsen chip

memori, smartphone dan TV terbesar di dunia. Samsung Electronics adalah anak

perusahaan unggulan dari konglomerasi bisnis terbesar Korea Selatan, Samsung

group yang memiliki hampir delapan puluh anak perusahaan. Group yang dikelola

keluarga ini memiliki dampak signifikan pada ekonomi di Korea Selatan,

diperkirakan sekitar 1/5 dari GDP negara. Laba triwulan kedua firma ini

diperkirakan mencapai rekor 5,9 miliar dolar AS berkat kuatnya penjualan lini

smartphone Galaxy. Samsung juga meluncurkan jasa musik online untuk bersaing

langsung dengan iPhone milik Apple. Samsung Electronics merupakan satu-

satunya di antara sepuluh perusahaan Korea Selatan yang sahamnya naik dari dua

belas bulan lalu hingga 10 Juli 2012 dengan catatan kenaikan 27,2%.

2. Hyundai Motor

Gambar 4.2 Hyundai Motor

Kapitalisasi pasar: 49,8 miliar dolar AS (Rp 448,2 triliun) Rasio P/E: 7,6

Page 92: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

77

Hyundai Motor adalah produsen mobil terbesar kelima di dunia berdasarkan

penjualan kendaraan tahunan dan produsen mobil terdepan di Korea Selatan.

Didirikan pada tahun 1967, perusahaan ini meluncurkan mobil penumpang Korea

Selatan pertama, Hyundai Pony pada tahun 1976. Dengan berekspansi ke pasar

utama seperti China, Hyundai berhasil menjual 4,06 juta kendaraan sepanjang tahun

2011.

3. POSCO

Gambar 4.3 POSCO

Kapitalisasi pasar: 32,6 miliar dolar AS (Rp 293,4 triliun) Rasio P/E: 9,1

POSCO adalah produsen baja terbesar keempat di dunia dan dibekingi

investor yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia, Warren Buffett.

Perusahaan ini didirikan pada tahun 1968 sebagai joint venture antara pemerintah

Korea Selatan dengan manufaktur perkakas Taegu Tec. Sejak itu, mereka sudah

memproduksi lebih dari 33 juta ton baja dan melakukan joint venture dengan U.S.

Steel yang disebut USS – POSCO di California. Pada tahun 2012, perusahaan

menargetkan proyek pabrik baja senilai 12 miliar dolar AS di negara bagian timur

India, Orissa.

Page 93: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

78

4. Kia Motors

Gambar 4.4 Kia Motors

Kapitalisasi pasar: 29,2 miliar dolar AS (Rp 262,8 triliun) Rasio P/E: 16

Kia Motors adalah produsen otomotif terbesar kedua di Korea Selatan dan

anak perusahaan Hyundai Motor Group. Didirikan pada tahun 1944 sebagai

manufaktur pipa baja dan onderdil sepeda, perusahaan ini mulai membuat

kendaraan pada 1957. Semasa krisis keuangan Asia, Kia mengumumkan

kebangkrutan sehingga Hyundai Motor mengakuisisi 51% saham firma ini. Sejak

saat itu, produsen otomotif ini sibuk berekspansi secara global dengan mendirikan

pabrik perakitan di Amerika Serikat, Eropa dan China. Masuk ke pasar otomotif

terbesar dunia, penjualan Kia di China melonjak lebih dari 30% pada 2011.

Perusahaan ini berencana membuka pabrik ketiganya di China tahun 2012 untuk

meningkatkan kapasitas tahunan sebanyak 200.000 unit menjadi 730.000 unit pada

2014. Di Eropa, Kia Slovakia baru-baru ini melaporkan peningkatan produksi 10%

dari 149.000 mobil dalam enam bulan pertama tahun 2012. Penjualan Kia AS naik

hampir 18% dalam paruh pertama 2012 dibanding setahun lalu.

5. Hyundai Mobis

Page 94: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

79

Gambar 4.5 Hyundai Mobis

Kapitalisasi pasar: 26,1 miliar dolar AS (Rp 234,9 triliun) Rasio P/E: 8,2

Anak perusahaan Hyundai Motor Group ini merupakan produsen onderdil

otomotif terkemuka di Korea Selatan. Didirikan pada 1977 dengan nama Hyundai

Precision Industry untuk memproduksi kontainer, perusahaan ini kemudian

berganti fokus pada otomotif dan meluncurkan merek kendaraan Galloper pada

tahun 1990-an. Setelah krisis keuangan Asia, firma ini mengorganisir ulang dirinya

sendiri sebagai spesialis onderdil otomotif. Mereka menyediakan onderdil untuk

Hyundai, Kia dan merek internasional seperti Subaru dan Mitsubishi. Awal tahun

ini, Hyundai Mobis menandatangani kesepakatan senilai 1,07 miliar dolar AS untuk

menyuplai onderdil ke General Motors dan Chrysler.

6. LG Chem

Page 95: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

80

Gambar 4.6 LG Chem

Kapitalisasi pasar: 20 miliar dolar AS (Rp 180 triliun) Rasio P/E: 12

LG Chem merupakan produsen kimia terbesar di Korea Selatan sekaligus

salah satu supplier baterai mobil terdepan. Perusahaan ini didirikan pada 1947

dengan nama Lucky Chemical Industrial hingga akhirnya merger dengan LG

Petrochemical pada 2007. Ada dua segmen operasi yaitu petrokimia dan materi

elektronik seperti baterai yang bisa di-charge ulang untuk ponsel, laptop dan

kendaraan listrik. Salah satu pelanggan utama LG Chem adalah General Motors.

LG Chem menyuplai baterai untuk plug-in kendaraan listrik hibrida GM, Volt.

7. Hyundai Heavy Industries

Gambar 4.7 Hyundai Heavy Industries

Kapitalisasi pasar: 19,8 miliar dolar AS (Rp 178,2 triliun) Rasio P/E: 8,2

Page 96: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

81

Hyundai Heavy Industries Co. merupakan perusahaan perakit kapal terbesar

di dunia. Firma ini didirikan pada 1947 sebagai bisnis konstruksi oleh pendiri

Hyundai Group Chung Ju-yung. Lalu mereka mulai beralih ke perakitan kapal di

tahun 1970-an. Pada 1974, firma ini membangun galangan kapal terbesar di dunia.

Pada 2002, firma ini berpisah dari Hyundai Group dan menjadi bagian dari Hyundai

Heavy Industries Group yang kini memiliki berbagai anak perusahaan di teknik

mesin, alat-alat berat, konstruksi dan energi hijau. Hyundai Heavy Industries baru-

baru ini mengumumkan beberapa kesepakatan besar termasuk pemesanan kapal

dari Yunani sebesar $ 1,2 miliar dan tiga pesanan pembangunan rig migas bernilai

total 600 juta dolar AS.

Perusahaan ini juga berhasil mengumpulkan 614 juta dolar AS dengan

menjual 1,5% dari 3,5% sahamnya di Hyundai Motor bulan ini, menandai penjualan

saham terbesar di Korea Selatan di tahun 2012.

8. Samsung Life Insurance

Gambar 4.8 Samsung Life Insurance

Kapitalisasi pasar: 18,8 miliar dolar AS (Rp 169,2 triliun) Rasio P/E: 19,6

Page 97: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

82

Samsung Life Insurance merupakan perusahaan asuransi jiwa terbesar di

Korea Selatan dengan penguasaan pasar lokal sekitar 26%. Didirikan pada 1957,

pertumbuhan perusahaan asuransi ini melesat setelah masuk di bawah payung

Samsung Group pada 1963. IPO Samsung Life Insurance pada 2010 yang berhasil

meraup $ 4,4 miliar melontarkan firma ini ke status sebagai salah satu perusahaan

Korea Selatan paling bernilai. Pemegang saham utamanya adalah Lee Kun-hee, pria

terkaya di Korea Selatan sekaligus mantan CEO firma induk Samsung Group.

Dalam rangka ekspansi ke pasar berkembang, ada beberapa laporan pada Mei lalu

bahwa Samsung Life merencanakan bermitra dengan Sovereign Fund Dubai,

Investment Corporation of Dubai untuk menjual asuransi jiwa di Timur Tengah dan

Afrika Utara.

9. Shinhan Financial Group

Gambar 4.9 Shinhan Financial Group

Kapitalisasi pasar: 18,2 miliar dolar AS (Rp 163,8 triliun) Rasio P/E: 6,6

Firma jasa perbankan terbesar di Korea Selatan, Shinhan Financial Group

merupakan satu-satunya perusahaan finansial yang masuk dalam daftar ini.

Group ini didirikan pada 2001 sebagai perusahaan holding untuk sebelas anak

Page 98: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

83

perusahaan. Beberapa di antaranya adalah Shinhan Bank (nama aslinya Hanseong

Bank) yang dikenal sebagai bank pertama di Korea Selatan dan Jeju Bank. Shinhan

Group juga mempunyai bisnis manajemen aset dan asuransi jiwa.

10. SK Hynix

Gambar 4.10 SK Hynix

Kapitalisasi pasar: 16,4 miliar dolar AS (Rp 155,8 triliun) Rasio P/E: NA

SK Hynix yang dulu dikenal sebagai Hynix Semikonduktor merupakan

produsen chip memori terbesar kedua di dunia. Perusahaan ini didirikan pada 1983

dan mengubah namanya jadi SK Hynix setelah SK Telecom membeli 21%

sahamnya seharga 2,98 milyar dolar AS Februari silam. Baru-baru ini SK Hynix

telah mengumumkan beberapa inisiatif demi bersaing dengan raksasa teknologi,

Samsung Electronics dan Micron. Mereka berencana penyelesaian lini

semikonduktor baru yang bisa memenuhi kenaikan permintaan chip penyimpanan

data yang digunakan di smartphone Apple dan berbagai tablet. Aksi ini terwujud

setelah SK Hynix mengambil alih L_A_Media Devices sebesar 250 juta dolar AS

untuk memproduksi chip-chip dalam kemasan. Dilaporkan juga bahwa beberapa

bulan belakangan SK Hynix mempertimbangkan untuk membeli produsen chip

Jepang yang bangkrut, Elpida.

Page 99: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

84

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari permasalahan pembahasan yang dilakukan oleh penulis terhadap

penelitian skripsi ini, maka penulis menyimpulkan bahwa ada beberapa hal yang

membuat Korea Selatan mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam

pengembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yaitu adanya peran negara

yang sangat kuat dalam kebijakan – kebijakan yang dibuatnya.

Transformasi ekonomi Korea Selatan berjalan selama lima dekade, dengan

mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), Korea Selatan berhasil

mengubah wajah kemiskinan dan menggantinya dengan kemakmuran. Mengenai

perekonomian Korea Selatan pada tahun 1950-an merupakan negara miskin karena

kategori sebagai negara underdeveloped tingginya tingkat kemiskinan dan tingkat

ketergantungan pada bantuan luar negeri. Ekonominya yang hanya bersandar pada

pertanian dan juga sempat hancur karena kependudukan Jepang dan Perang Korea.

Akan tetapi, dalam lima dekade Korea Selatan berubah cepat dari negara miskin

menjadi salah satu negara yang maju perekonomiannya dan juga negara canggih

dalam bidang teknologinya.

Sekarang Korea Selatan menjadi negara yang pertumbuhan ekonominya

sangat cepat, banyak industri – industri yang berkembang pesat, pencapaian

teknologi yang semakin canggih, urbanisasi, pembangunan gedung – gedung

pencakar langit dan modernisasi, perubahan yang terjadi di Korea Selatan dari

puing – puing perang Korea menjadi negara makmur.

Page 100: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

85

Transformasi dari negara agraris melaju menjadi negara yang memasuki

tahap industri ringan/perakitan terjadi pada rezim Presiden Park Chung-Hee pada

tahun 1960-an, hal ini menjadi momentum terlepasnya Korea Selatan dari lingkaran

kemiskinan serta menjadi negara yang mempunyai pertumbuhan yang lebih mapan.

Di bawah rezim Park Chung-Hee negara sangat berperan dan medorong

pertumbuhan ekonominya dan menciptakan industrialisasi strategis. Demi

mendapatkan hasil yang maksimal, negara harus menggunakan sumber daya yang

dimilikinya untuk berperan dalam pengembangan teknologi. Negara sangat

berperan dalam merumuskan kebijakan industri dan menciptakan iklim yang

kondusif, misalnya dangan mengupayakan kembalinya sumber daya manusia yang

berkualitas sebagai innovator pengembangan teknologi. Negara juga berperan besar

dalam mengkoordinasikan banyak aktor dalam pengemabangan teknologi seperti

lembaga riset utama negara, akademi sains nasional dan kemudian diizinkan untuk

mengembangkan kerjasama dengan swasta untuk menguatkan R&D. Akademi

Sains Nasional juga menjalin hubungan erat dengan universitas.

Dalam Koordinasi ini bahkan terbentuk antara lembaga riset pemerintah,

universitas dan swasta untuk melakukan transfer teknologi yang berguna bagi

kepentingan pengembangan teknologi. Dalam membangun kekuatan ekonomin di

Korea Selatan sangat mendukung dalam pengembangan teknologi untuk

mendukung industri strategis. Pemerintah membangun daya saing di bidang

manufaktur (pengolahan) khususnya di sektor industri semikonduktor, peralatan

telekomunikasi, elektronik, otomotif, petrokimia, Komputer, perkapalan dan baja.

Page 101: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

86

Dalam pengembangan teknologi di Korea Selatan mengalami

perkembangan yang semakin canggih, karena pada tahun 1990-an Korea Selatan

dapat mengembangkan teknologi inti yang lebih inovatif. Sebelumnya, Korea

Selatan mengimitasi teknologi dari negara lain yang lebih maju dalam

pengembangan teknologinya, untuk mendukung pengembangan teknologi yang

lebih inovatif. Korea Selatan melakukan beberapa strategi proyek nasional dan

pembaharuan lembaga negara untuk mendukung pengembnagan teknologi, seperti

program “Highly Advanced National (HAN) project”. Cakupan disiplin teknologi

proyek HAN adalah teknologi luar angkasa, permobilan, rekayasa biologi,

komunikasi, komputer, elektronik, lingkungan hidup, mesin dan metal, energi

nuklir, serta semi-konduktor.

Selain itu, ada juga program foresight dalam program ini berfungsi untuk

menyediakan kesempatan evaluasi bagi pemerintah Korea Selatan untuk

memperhitungkan dampak – dampak kehadiran teknologi baru. Berkat program

Foresight, pemerintah dapat mengkaji tidak hanya kemungkinan mengembangkan

industri yang sudah ada, namun juga mensimulasikan pola konvergensi sektor

produksi dalam menghasilkan komoditas yang baru. Dalam pebangunan proyek

riset juga melibatkan instansi - instansi yang terkait seperti Kementrian Ilmu

Pengetahuan dan Teknologi, Kementerian Perdagangan dan Industri, Kementerian

Komunikasi, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, serta Kementerian

Lingkungan Hidup dan selain itu juga menghimpun partispasi seluruh elemen

litbang (penelitian dan pengembangan) Korea Selatan yang bekerja di GRI

(government research institutions), industri maupun perguruan tinggi, unsur –

Page 102: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

87

unsur tersebut dilibatkan sebagai bagian tim koordinator komite dan tenaga ahli.

Bila tadinya industri membutuhkan iptek agar bisa mengimitasi produk asing, tatapi

berkat peran negara dalam proyek riset nasionalnya, sekarang mampu menciptakan

industri bermoda lebih kompleks, menyerap tenaga kerja dan bernilai kompetitif.

B. Saran

Dalam pengembangan teknologi di Korea Selatan pemerintah harus

berperan secara akomodatif dan reaktif dalam melanjutkan pengembangan

teknologi yang ada. Saat ini, Korea Selatan telah bergerak menuju pengembangan

teknologi yang semakin canggih, demi mewujudkan kepentingan nasional. Dalam

pengembangan teknologi harus semakin tepat guna dalam memlihara koordinasi

antar aktor lainnya sehingga bisa berjalan sinergis dan juga harus mengerti

kebutuhan pasar internasional agar industri – industri Korea Selatan bisa bersaing

dengan industri - industri negara maju lainnya. Pengembangan teknologi di Korea

selatan harus sebagai “investasi” bagi pembangunan negara tersebut kedepannya,

karena kompetisi teknologi antar negara tidak akan surut akan tetapi semakin

canggih teknologi kedepannya. Dengan demikian, negara tidak akan segan unttuk

mengerahkan sumber daya dalam mendukung proses pengembangan teknologi.

Kehadiran dan peran negara menjadi jawaban dalam model pengembangan teknologi di

Korea Selatan. Dalam hal ini negara harus menjadi institusi yang reaktif dalam meliahat

potensi pembangunan di wilayahnya. Teknologi dengan demikian harus terus

memperoleh perhatian yang besar dari negara. Kerja sama yang dilakukan oleh negara

dengan negara lain untuk membentuk jaringan perjanjian perdagangan bebas (Free

trade agreement) bukanlah menjadi bukti yang melemahkan peran negara melainkan

bukti atas besarnya perhatian dan keinginan negara untuk dapat mewujudkan

kepentingan nasional melalui teknologi itu sendiri.

Page 103: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

89

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Arifin, M. et al. Peran Iptek Dalam Pembangunan Industri kasus: Indonesia,

Muangthai, RRC dan Korea Selatan. Jakarta: PAPPIPTEK-LIPI.

Bradford, Jr, Colin I. Model–Model Asia Timur: Mitos – mitos dan Pelajaran –

pelajaran dalam jhon P. Lewis & Valerina kallab, eds, Mengkaji

Ulang Strategi – strategi pembangunan. Jakarta: UI Press, 1987.

Bieda, K. The structure and operation of the Japanese economy.New York: John

Wiley and Sons Australasia.

Baker, Don. Korean Sprituality . Honululu: Univertsity of Hawai’I Press,2008.

Winarno, Budi. Pertarungan Negara Vs Pasar. Yogyakarta: Media Pressindo.

2009.

Budiman, Arief. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

Utama,1995.

Castells, Manuel. The Rise of Network Society,Second Edition:The Information

Age:Economy Society and Culture.Volume 1.Malden, MA:

Blackwell Publishers, 2000.

Chiango Oh, John Kie. Korean Politics The Quest For Democratization an

Economic Development. Lodon: Cornell University Press, 1999.

Dohyung, Kim “IMF Bailout and Financial and Corporate Restructuring in the

Republic of Korea”, The Developing Economies, vol. XXXVII no.

4, December 1999.

Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisa Data. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada,2010.

Evans, Peter. Embedded Autonomy States and Industrial Transformation.New

Jersey: Princeton University Press, 1995.

Page 104: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

90

Fathurahman, Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia,

2011.

Goldman, Merle dan Fred Simon, Denis. “ Introduction: The Onset of China’s New

Technological Revolution”, dalam Denis Fred Simon dan Merle

Goldman (eds), Science and Technology in Post-Mao China.

Massachusetts dan London: Harvard University Press, 1989.

Grossman, Gregory. Sistem – sistem Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara,2004.

Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Prenada Media Group, 2007.

Johnson, Chalmers. MITI and The Japanese Miracle: The Growth of Industrial

Policy 1925- 1975. Stanford, CA : Stanford University Press, 1982.

Jaffe, Sam dan Myung Oak Kim. The New Korea: Mengungkap Kebangkitan

Ekonomi Korea Selatan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo

Kelomok Gramedia, 2013.

Kang, Hildi. Under The Black Umbrella: Voices From Colonial Korea 1910-1945

.USA: Cornell University Press,2001.

Kim, Hyung-A. Korea’s Development Under Park Chung Hee: Rapid

industrialization, 1961 – 1979. London: Rautledge, 2004.

Manurung, Amir F. Komersialisasi Teknologi.Jakarta: Asisten Deputi Bidang

Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi

Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Kementerian

Riset dan Teknologi,2011.

Mahlich ,Jorg dan Pascha, Werner. Korean Science and Technology in an

International Perspective. New York : Springer-Verlag Berlin

Heidelberg,2012.

Moleong,Lexy J. Metodologi, Penelitian Kualitatif .Bandung:Rosdakarya, 2006.

Meri, Peranan Negara Dalam Proses Industrialisasi di Korea Selatan (1961 –

1987). Universitas Indonesia Depok: Skripsi tidak diterbitkan,1991.

Page 105: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

91

Neuman, W. Lawrence. Social Research Methods : Qualitative and Quantitative

Approaches 5thed. Boston : Allyn and Bacon, 2003

Nasution, Zulkarimen. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan

Penerapannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2007.

Robert, K. Yin. Case Study Research: Design and Methods (Applied Social

Research and Method Series. Volume 5. London: Sage Publication,

1989.

Strauss, Anselm dan Corbin, Juliet. Dasar – Dasar Penelitian Kualitatif (Tata

Langkah dan Teknik – Teknik Teoritis Data. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2003.

Solis, Leopoldo dan Montemayor, A. “Suatu Pandangan Meksiko tentang Pilihan

antara Orientasi ke Luar dan ke Dalam”. Yogyakarta: Lapera

Pustaka Utama,2001.

Song, Byung-nak. The Rise of The Korean Economy. New York: Oxford University

Press,1997.

Woronoff, Jon. Korea’s Economy: Man-Made Miracle.Seoul:The Si-sa-yong-0-sa

Publishers, 1983.

JURNAL :

Winanti, Poppy S.”Developmental State dan Tantangan Globalisasi”. Jurnal Ilmu

Sosial dan IlmuPolitik, Vol. 7, No.2, November 2003.

INTERNET:

ASEAN. “Policies Affecting Indonesia's Industrial Technology Development”.

ASEAN Economic Bulletin: December, 1 2006. artikel diunduh

pada 14 Maret 2014 dari http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-

6223164/Policies-affectingIndonesia-s-industrial.html

Page 106: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

92

Dwitri Waluyo,s GATRA. “ Chaebol Berpayung Pejabat”. artikel diunduh pada

tanggal 26 Februari 2014 dari

http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/05/10/0024.html

Encycloaedia Britanica Online. “Park Chung Hee”. artikel diunduh pada 14 maret

dari http://www.britannica.com/EBchecked/topic/444035/Park-

Chung-Hee

Gregg, Donald.”Park Chung Hee”. artikel diunduh 14 Maret 2014 dari

http://time.com

Gruebe, Martin. 2012 Global R & D Funding Forecast: R & D Spending Growth

Continues While Globalization Accelerates,” artikel diunduh pada

19 November 2013 dari

http://www.rdmag.com/articles/2011/12/2012-global-r-d-funding-

forecast-r-d-spending-growth-continues-while-globalization-

accelerates.

Sagena, Uni. “Pergeseran Model Pembanguna Ekonomi Developmental State

Jepang”, artikel diunduh pada 15 Maret 2014 dari

https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web

&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCsQFjAB&url=http%3A%2F%

2Fportal.fisip-unmul.ac.id%2Fsite%2Fwp

Humas UGM. “solusi krisis ala Korea Selatan”. artikel diunduh pada 3 Maret 2014

dari http://ugm.ac.id/id/berita/1019-solusi.krisis.ala.korea.selatan

Karwanti, Asrie. ”Analisis sederhana tentang Development state”. artikel di unduh

pada 17 November 2013 dari

http://www.academia.edu/3028077/Analisis_Sederhana_tentang_D

evelopmental_State_Asia_Timur

Page 107: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

93

Ministry of Foreign Affairs. “FTA Status of ROK”. artikel diunduh pada 10

Februari 2014

http://www.mofa.go.kr/ENG/policy/fta/status/overview/index.jsp?

menu=m_20_80_10

Naidu-Ghelani. Rajeshni “South Korea’s 10 Biggest Companies”. artikel diunduh

pada 28 Februari 2014 dari

http://www.cnbc.com/id/48237596/page/1

Original Equipment Manufacturer- OEM”. Artikel diunduh pada 14 Maret 2014

dari http://www.investopedia.com/terms/o/oem.asp

“Political Events of the 1950’s”.artikel diunduh pada 14 Maret 2014 dari

http://www.buzzle.com/articles/political-events-of-the-1950s.html

Rodiyah, Deisyati. ”Perkembangan Korea Selatan”. artikel diunduh pada 17

November 2013 dari http://dr-

koreaworld.blogspot.com/2013/03/perkembangan-korea-selatan-

jatuh-bangun.html

Wikipedia. “Economy of South Korea”. arikel diunduh pada 19 November 2013

dari http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_South_Korea

Wikipedia. “ Korea Selatan “. artikel diunduh pada 17 November 2013 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan

Wikipedia. “ Perang Dunia II “. artikel diunduh pada 02 Februari 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II

Page 108: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

94

Wikipedia.“ Perang Korea”. artikel diunduh 02 Februari 2014 dari

http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Korea

http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090722214145AAwA51S)

diunduh pada 10 Maret 2014

-------------------.” Policies Affecting Indonesia’s Industrial Tecnology

Development”. ASEAN Economic Bulletin, artikel diunduh pada 18

November 2013 dari http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-

6223164/Policies-affecting-Indonesia-s-industrial.html

--------------------.“Vladmir IIyich Lenin, Karl Marx: ”A Brief Biographical Sketch

With an WX position Of Marxism”. artikel diunduh pada 19

November 2013 dari

http://www.marxists.org/archive/lenin/works/1914/granat/ch03.htm

l

http://sahamgembira.blogspot.com/2008/01/debt-to-equity-ratio-der.html) diunduh

pada 09 Maret 2014.

http://iinloveaccounting.blogspot.com/2012/06/price-earning-ratio-per.html)

diunduh pada tanggal 09 Maret 2014.

http://qniek-happy.blogspot.com/2012/05/teori-dependensi.html

artikel diunduh pada tanggal 13 April 2014.

“Zhongguancun: China’s Silicon Valley”. China Pictorial: December 12, 2002.

artikel diunduh pada 14 Maret 2014 dari

http://www.china.org.cn/english/travel/51023.htm

Page 109: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

95

LAMPIRAN

Wawancara dengan Bapak Dr. Agus R Hoetman, M.T, Deputi Bidang

Jaringan Iptek (Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia)

1. Dalam pembangunan industrialisasi di Korea Selatan peran apa saja

yang dilakukan negara dalam pengembangan teknologi dan industri

pada tahun 1990 – 2002?

Jawab: Dalam pengembangan teknologi dan industri di Korea Selatan,

negara sangat berperan dalam berbagai hal dari mulai proyek – proyek

riset yang di lakukan negara dalam bekerjasama dengan swasta, dan

universitas dan juga negara mengerahkan kekuatan politiknya dalam

berperan menentukan arah pembangunan itu sendiri. Sebelumya, negara

sangat menekankan sumber daya manusianya di buat pinter / kuat

dahulu, infrastruktur diperbaiki agar mempermudah dalam

pembangunan industri dan peraturan perundang – undangan di

permudah dalam pengembangan teknologi dan industri. Dalam hal ini,

negara sangat berperan dan fokus dalam mengembangkan industrialisasi

di Korea Selatan.

2. Faktor - faktor apa saja yang mendorong negara Korea Selatan

mengembangkan teknologi dan industri pada tahun 1990 – 2002?

Jawab: Faktor yang mendorong adalah negara negara sangat

memprioritaskan pembangunan ekonomi nasional yang lebih mapan,

Page 110: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

96

dalam perencanaan pembangunan didukung juga oleh birokrasi yang

bersih, kompeten dan profesional. Pengembangan teknologi di Korea

Selatan mengalami perubahan pada tahun 1990-an. Sebelumnya, Korea

Selatan membutuhkan teknologi untuk mengimitasi teknologi asing.

Tetapi, pada tahun 1990-an Korea Selatan bisa mengembangan

teknologi inti yang lebih inovatif sehingga industri – industri di Korea

Selatan bisa bersaing dengan negara maju.

3. Undang - Undang apa yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatur

pengembangan teknologi dan industri terkait dengan industrialisasi

pada tahun 1990 – 2002?

Jawab: Undang – undang secara rinci saya tidak tahu, tatapi yang pasti

undang – undang di Korea Selatan sangat berpihak kepada kebijakan

dalam negeri yang menggunakan sumber daya lokal untuk

pengembangan teknologi dan industri, memprioritaskan teknologi untuk

di kuasai masyarakat dan juga teknologi sebagai dasar acuan

pembangunan ekonomi nasional.

4. Lembaga negara atau kementrian apa saja yang turut serta dalam

membantu pengembangan teknologi dan industri di Korea Selatan pada

tahun 1990 – 2002?

Jawab: Dalam pengembangan teknologi dan industri melibatkan struktur

kerjasama lintas kementerian seperi Kementrian Ilmu Pengetahuan dan

Page 111: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

97

Teknologi, Kementerian Perdagangan dan Industri, Kementerian

Komunikasi, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, serta

Kementerian Lingkungan Hidup. Lembaga negara di Korea Selatan

sangat patuh dan disiplin, konektivitas lembaga satu dengan lembaga lain

saling mendukung untuk pengembangan teknologi dan industri.

Teknologi dan industri di Korea Selatan dijadikan acuan untuk

pembangunan ekonomi.

5. Strategi proyek riset apa saja yang dilakukan oleh negara pada periode

1990- 2002 dalam pengembangan teknologi dan industri agar industri

– industri di Korea Selatan bisa bersaing dengan negara maju?

Jawab: Dalam pengembangan teknologi dan industri di Korea Selatan

pada tahun 1990-an negara membangun proyek riset seperti Highly

Advanced National (HAN) dan Foresight proyek ini untuk dua kategori

yaitu pertama, pengembangan industri produk teknologi tinggi. Kedua,

pengembangan teknologi inti. Cakupan proyek ini adalah teknologi luar

angkasa, permobilan, rekayasa biologi, komunikasi, komputer,

elektronik, lingkungan hidup, mesin dan metal, energi nuklir, serta semi-

konduktor.

6. Apa yang dilakukan negara untuk mencari dana dalam pengembangan

teknologi dan industri di Korea Selatan pada tahun 1990 – 2002?

Bersumber dari mana saja dana yang diperoleh?

Page 112: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

98

Jawab: Dalam pengembangan teknologi dan industri di Korea Selatan

dana diperoleh dari negara dan swasta. Negara dalam memperoleh dana

dari kekuatan nasional, dari kekuatan sumber daya yang mereka miliki

meskipun sumber daya mereka kecil tetapi, mereka mengkelola dengan

baik dan disiplin sehingga sumber daya mereka miliki bisa

mengembangkan teknologi dengan baik.

Wawancara dengan Bapak Amir F. Manurung, Kepala Subbidang

Akses Basis Data Bidang Perkembangan (Kementerian Riset dan Teknologi

Republik Indonesia):

1) Dalam perkembangan teknologi sekarang Korea Selatan mengalami

perkembangan teknologi yang sangat maju, banyak industri – industri

yang berkembang pesat, pertumbuhan ekonomi yang yang sangat mapan,

padahal sebelumnya Korea Selatan negara berkembang yang masih

bergantung pada bantuan negara lain seperti Amerika, sebenarnya apa

yang menjadi faktor Korea Selatan bisa cepat melakukan transformasi?

Jawab: Transformasi yang dilakukan oleh Korea Selatan dimulai Ketika

dibawah rezim Presiden Park Chung-Hee, ketika itu Park Chung-Hee

tidak mempunyai banyak pilihan untuk melakukan modernisasi selain

memilih beberapa industri untuk menjadi” para pemenang”/leaders

dalam pembangunan, Karena Kondisi mereka saat itu terpuruk sekali.

Page 113: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

99

2) Bagaimana pemerintah membantu industri agar menjadi “para

pemenang” atau leaders dalam pembangunan?

Jawab: Pemerintah membnatu dari sisi iptek. Mereka diberikan

kesempatan besar melakukan konsultasi iptek ke negara, sehingga bisa

sekaligus belajar bagaimana mengembangkan riset industri (industry

research), yang dimaksud “belajar” antara lain adalah menentukan

standar teknis industri. Standarisasi ini penting sekali, karena akan

memudahkan sebuah rancangan industri bisa diskala-kan secara besar-

besaran. Boleh dibilang, tanpa standarisasi tidak mungkin suatu negara

bisa masuk ke era industri.

3) Terus bagaimana negara dalam proses pembelajaran merancang riset

nasionalnya?

Jawab: Dalam proses merancang riset, industri – industri di Korea

Selatan tentu tidak bisa mengeluarkan anggaran sebesar – besarnya untuk

melakukan riset. Dalam bekerjasama dengan negara, swasta Korea

Selatan belajar bagaimana mengelola dana riset sehingga bisa

memberikan hasil optimum bagi kegiatan riset produksi. Riset yang

dilakukan industri di Korea Selatan dengan melihat kebutuhan pasar.

Jadi, riset mereka sebetulnya adalah untuk menghimpun modal agar bisa

masuk ke dalam jaring industri.

Page 114: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

100

4) Selain dengan metode riset, apa yang dilakukan negara untuk mendukung

perkembangan teknologi?

Jawab: Industri di Korea Selatan juga belajar bagaimana mengelola hak

kekayaan intelektual (HKI). Hak – hak kekayaan intelaktual ini

contohnya: bentuknya paten, merk dan rahasia industri, biasanya tidak

dikenal oleh kalangan industry non-modern(negara terbelakang). Hak

kekayaan intelaktual adalah yang “mengunci” suatu kegiatan riset agar

hasilnya bisa dikelola secara utuh (monopoli/tidak boleh ditiru) oleh

pelakunya. Tanpa adanya pembentukan faktor pegunci ini, maka suatu

riset bisa dibilang berjalan tanpa akhir dan tidak jelas kapan penggunaan

hasil riset bisa mulai berlangsung. Bila hasil riset tidak diperjelas bentuk

HKI-nya, maka ia bisa dicuri oleh indsutri lain. Selanjutnya di era

pembelajaran tadi, swasta Jepang/Korea Selatan yang terpilih mendapat

posisi favorit di mata pemerintah dalam menjalankan pembangunan.

Mereka menerima proyek – proyek perintis/besar, mendapat

perlindungan proteksionis dari persaingan asing, sehingga bisa lebih

mudah berkembang. Di era sekarang, sistem ini tidak bisa diterima begitu

saja, karena langsung regulasi bisa dianggap kontraproduktif yaitu

membatasi akses konsumen ke produk lebih baik. Misalkan di Indonesia

terjadi pembatasan konsumsi mobil merk asing, maka kemungkinan akan

mendapat “backlash” tantangan public karena mereka akan merasa

haknya dibatasi.

Page 115: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

101

5) Apakah dalam pengembangan teknologi untuk mendukung industri, ada

beberapa teknologi yang menjadi favoritisme juga dari negara?

Jawab: Kerangka berfikir favoritisme teknologi juga dilakukan negara

Korea Selatan dalam meilih jenis teknologi yang hendak dikembangkan,

Kerana negara sadar telah mempunyai keterbatasan kapasitas produksi,

tidak seperti misalnya Uni Soviet atau Amerika Serikat yang mempunyai

jumlah penduduk dan luas wilayah/potensi alam sangat besar. Kalu

diperhatikan baik – baik, saya mengungkapkan bahwa Korea Selatan

melakukan proses pemilihan tersebut denngan cara membiayai beberapa

proyek percobaan. Kesimpulannya, pemerintah Jepang/Korea Selatan.

6) Bagaimana pembangunan industri di Korea Selatan peran apa saja yang

dilakukan negara dalam pengembangan teknologi pada tahun 1990 –

2002?

Jawab: Sistem legal-kontinental di Korea Selatan (di sini hanya ditulis

sebagai “Korea) menuntut peran kuat pemerintah pusat. Peran dominan

ini makin dibutuhkan mengingat Korea tidak memiliki sumber daya alam

memadai dan jumlah penduduk besar. Pada era 1990-an, jumlahnya

sudah mendekati 50 juta jiwa. Di samping itu, kondisi geopolitik Asia

Timur juga tidak memungkinkan industri swasta Korea tumbuh secara

natural atau menggunakan inisiatif dan modal sendiri.

Di samping itu, Korea Selatan juga memiliki masalah sosial, di mana

pertumbuhan budaya setempat banyak digerus oleh invasi asing dan

Page 116: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

102

praktik menutup diri di era-era sebelumnya. Tidak seperti misalnya

China dan Jepang, Korea Selatan tidak mempunyai karakter sejarah yang

bisa memperkuat jatidiri anggota warganya. Bisa dikatakan bahwa

reputasi Korea Korea Selatan adalah karena faktor keahlian pemerintah

dalam memilih dan melaksanakan program pembangunan negara di

dalam segala bidang. Dari sisi pengelolaan sumber daya atau

perekonomian (moneter, fiskal, dan lainnya), relasi luar negeri,

perdagangan, pemilihan sektor unggul industri, hingga masalah strategi

budaya. Faktor yang terakhir, budaya, terkait erat dengan kemampuan

Korea Selatan menarik dan memperkokoh SDM maupun imajinasi

konsumen asing terhadap komoditas mereka.

Strategi investasi besar-besaran yang terjadi di era 1970-an meskipun

memberikan dampak munculnya defisit neraca pembangunan masih

dilakukan hingga awal 1990-an. “Investasi” di sini artinya pemerintah

berupaya melakukan pembiayaan lebih besar pada perbaikan

infrastruktur dan pembangunan sistem riset memadai. Meskipun dari

satu sisi sifat penginvestasian ini terlihat tidak adil, karena

menitikberatkan posisi konglomerat, namun dampaknya dirasakan

masyarakat secara positif. Hal ini yang menyebabkan dukungan pada

pemerintah tidak menyurut meskipun perekonomian Korea Selatan

akhirnya jatuh di era 1990-an. memilih swasta tertentu untuk

menjalankan suatu topik industri yang dianggap bisa dikuasi mereka

(elektronik/otomotif). Jadi, yang menjadi aktor pengembangan teknologi

Page 117: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

103

di Korea Selatan ada tiga: riset swasta, riset pemerintah dan perguruan

tinggi. Negara dan perguruan tinggi bekerja untuk memastikan bahwa

publik memiliki modal ilmu pengetahuan memadai. Kelompok swasta

cenderung berfikir untuk lembaganya sendiri, sehingga riset mereka

tidak akan memadai untuk mengembangkan ekonomi secara makro.

7) Apakah negara sangat serius dalam memfasilitasi kebutuhan – kebutuhan

untuk pengembangan teknologi,seperti dana (apakah para peneliti di

Korea Selatan dengan mudah mendapatkan dana untuk melakukan

penelitian dan juga apakah para pembangun industri mudah mendapat

pinjaman dana misalnya dari bank?

Jawaba:,Teknologi bukan sekedar alat bantu, perangkat kerja, dan

lainnya. Aset-aset tersebut disebut sebagai kapital. Yang lebih

diperhatikan bukan sekedar faktor menggunakan permesinan atau tanah.

"Produktivitas suatu sistem bergantung pada tiga faktor: pertama, tenaga

kerja manusia; kedua, kapital; ketiga teknologi. Kapital dan manusia

memiliki porsi penyumbang faktor produktivitas yang tidak selalu sama.

Kadang, tenaga kerja akan menghasilkan nilai produk lebih tinggi,

namun secara praktik kapital diketahui lebih banyak memberikan

manfaat lebih besar dibanding tenaga kerja. Jadi, bila ada dua kelompok

berbeda yang memiliki populasi sama dan memiliki nilai kapital sama,

tidak berarti bahwa keduanya akan mempunyai nilai produktivitas sama.

Namun, bergantung dari faktor inherent yang dimiliki oleh masing-

Page 118: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

104

masing populasi atau kelompok manusia tersebut. Satu kelompok kadang

memerlukan lebih banyak mesin/kapital (misalnya mereka menanggap

bahwa industri harus punya tanah luas), lainnya harus bergantung pada

tenaga kerja karena tidak punya uang/kapital cukup banyak untuk

memiliki jumlah kapital lebih besar. Namun, "teknologi" bisa melipat

gandakan nilai-nilai kapital tertentu. Korea Selatan sedang berusaha

menghasilkan "core technologies", artinya, mereka sudah di taraf

berusaha meningkatkan taraf kerja di atas nilai produktivitas yang

sebelumnya sudah diketahui umat manusia. Jadi, "teknologi" lebih

abstrak dibanding barang-barang, tanah, kapital, dan lainnya. Namun

lebih kepada sistem integrasi antar manusia. Suatu kelompok yang

memiliki peradaban lebih tinggi, biasanya dianggap akan memiliki

kemampuan penguasaan lebih tinggi. Ini yang bisa menjelaskan

mengapa Malthus salah dengan prediksinya. Yaitu, dia mencoba melihat

masa depan dari kacamata taraf peradaban di era hidupnya. Peradaban di

era Malthus, hanya mampu mengatasi masalah yang ternyata bagi

manusia di era peradaban sekarang sudah dianggap bukan sebagai

problem berarti. Makin tinggi suatu peradaban, makin kompleks relasi

dan strukturnya, makin besar pula kemampuan mereka dalam

memecahkan masalah bersama.jika Korea memiliki taraf penguasaan

perubahan teknologi rendah, artinya mereka harus puas hidup di taraf

tertentu. Misalnya, jadi negara yang punya mayoritas masyarakat bekerja

sebagai buruh tani, atau tenaga kerja kasar.

Page 119: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

105

8) Undang-Undang apa yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatur

pengembangan teknologi terkait dengan pembangunan industri pada

tahun 1990 – 2002?

Jawab: Dalam menganalisis negara lain, saya yakin bahwa lahirnya suatu

'undang-undang' tidak memberikan bukti apapun mengenai pola pikir

pemerintah. Undang-undang hanya merupakan latar belakang, namun

yang perlu direkam adalah kejadian sebelum dan sesudah perundangan

itu muncul. Pendekatan ini lazim dilakukan, mengingat subyek studi

tidak memiliki cara berpikir atau paradigma yang sama dengan Indonesia

dalam melihat dan/atau menjalankan undang-undang. Kadang, suatu

negara lebih memperhatikan inisiatif setempat dibanding menghabiskan

energi menciptakan suatu undang-undang "raksaksa" yang mengatur

seluruh kompleksitas kehidupan bernegara. Contoh langsungnya, di

Australia, yang lebih ditekankan adalah masalah antisipasi dibanding

penindakan (firefighting). Di Jepang, undang-undang lebih sering

dijadikan referensi oleh lembaga-lembaga dalam membentuk

peraturan/etika lokal. Ahli politik iptek Jepang dari MITI, Taizo

Yakushiji, pernah menguraikan hal tersebut ke saya ketika menjelaskan

pola penegakan etika di Jepang. Jadi, jika orang Indonesia menganalisis

kebijakan negara lain dengan menggunakan kacamata cara berpikir

kontinental maka ia bisa terjebak di pikirannya sendiri dan gagal

menguraikan alur kebijakan yang sedang berkembang.

Page 120: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

106

9) Mengapa Korea Selatan tidak mengandalkan FDI (Foreign Direct

Investment) maupun membeli lisensi asing untuk mendapatkan modal

teknologi produksi?

Jawab: Korea Selatan memiliki sejarah yang membentuk karakter

mereka sendiri. Faktor karekter tersebut, meskipun sifatnya intangible

(tak kentara) mempengaruhi cara berfikir mereka. Sejarah yang saya

maksud adalah fase “Hermit”, yaitu dimana mereka secara ekstrim

menutup diri dari bnagsa lain. Jika, Jepang masih membuka kesempetan

berinteraksi dengan bangsa lain untuk keperluan dagang, maka Korea

aktivitas niaga dianggap bertentangan dengan agama. Saya kira,

kebiasaan menutup diri tersebut adalah salah satuu faktor yang

memungkinkan Korea Utara sekarng sampai mampu memilih untuk

tidak berinteraksi dengan mayoritas negara di dunia.

Di Korea Selatan, karekter tersebut muncul dalam komodifikasi

menuntut diri bisa memenuhi kebutuhan – kebutuhan domestik secara

intens. Faktor demokrasi, yaitu praktik mengizinkan individu

mengembnagkan diri semaksimal mungkin demi kepentingan bersama,

memudahkan Korea Selatan akhirnya lebih terbuka dibnadingkan Korea

Utara. Secara gradual mereka pun membuka diri, bahkan akhirnya punya

orientasi sangat global dalam memecahkan masalah – masalah domestik.

Misalnya, mereka tidak tabu lagi membuka arus masuk bagi tenaga kerja

asing karena sadar bahwa angka pertumbuhan penduduk sangat rendah.

Page 121: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

107

10) Apa yang menjadi tujuan negara Korea Selatan anti “brain drain”?

Jawab: Karena di mana penduduk dengan taraf pedidikan yang tinggi

melakukan emigrasi sehingga tidak bisa memberikan kontribusi

langsung bagi kemajuan bangsa, tanpa adanya fase awal ini, industri

Korea Selatan tidak akan mampu menjalankan fase internalisasi

(pembelajaran) yang secara cepat mereka lakukan di era 19-80an.

11) Bagaimana strategi negara dalam implementasi pengembnagan pasar

teknologi di Korea Selatan dan bagaimana hubungannya antara negara

dan pasar?

Jawab: Pemerintah berusaha untuk memperioritaskan agar industri

dalam negeri punya kemmpuan tinggi dengan cara memilih “winers

company” dalam tender – tender pembangunan untuk dimenangkan

hanya ke perusahaan dalam negeri Akan tetapi, praktik tersebut saya kira

sudah tidak bisa secara eksplisit ditemui saat ini di sana sekarang, tetapi

sudah tersembunyi dalam urusan peraturan yang intinya akan

memberikan prioritas bagi industri dalam negeri.Negara bagian ekspresi

dalam komitmen sosial yang perangkat – perangkatnya bertugas untuk

memberikan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Para aparatur negara

akan menggunakan metode – metode kebijkan publik untuk menggalang

partisipasi publik. Untuk negara demokrasi seperi Korea Selatan, pasar

adalah pengelola sumber – sumber daya yang sifatnya terbatas. Regulasi

Page 122: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

108

jatuh ke tangan pemerintah, sedangkan aktualisasi transaksional lebih

ditekankan untuk dilakukan oleh swasta.

Wawancara dengan Ibu Dyah Winarni Poedjiwati (Staf Ahli Bidang

Sumber Daya Industri dan Teknologi).

1). Sekarang Korea Selatan memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat

maju, industri – industri di Korea Selatan sangat mendukung

pertumbuhan ekonomi nasional, Bagaimana negara mendorong dalam

pembangunan itu?

Jawab: Sumber yang saya dapat dari UNINDO United Nations Industrial

Development Organization (Organisasi Pembangunan Industrial

Perserikatan Bangsa-Bangsa). GDP (Gross Domestic Product) Korea

Selatan tahun 1963 levelnya sama dengan GDP Indonesia 1977 sebesar

2000 dolar AS. Sedangkan posisi struktur industri Korea Selatan 1963

hampir sama dengan posisi struktur industri Indonesia tahun 1977.

Pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat ini di mulai dari industri

selama lima belas tahun (1963 – 1977) dimana GDPnya sebesar 5.200

dolar AS. Selama 15 tahun terakhir (1963 – 1977) Korea Selatan

berpengalaman dalam basisi sumber daya dan teknologi industri rendah

menjadi medium dan teknologi industri tinggi. Korea Selatan adalah

negara berorientasi ekspor, ekspor ini mulai ditekankan ketika di bawah

rezim Park Chung-Hee, sekarang volume perdagangan Korea Selatan

Page 123: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

109

sebesar 884.200.000.000 dolar AS pada tahun 2010, yang membuat

mereka pengimpor terbesar ke tujuh dan ke sepuluh eksportir terbesar di

dunia. Dengan kurangnya suber daya alam, Korea Selatan memiliki

ketergantungan pada impor barang modal, bahan baku dan perlegkapan

industry. Negara ini juga pengimpor terbesar ke lima minyak di dunia

dengan 3.074 juta barel perhari yang diimpor.

2). Untuk mendukung perindustrian apa negara bekerjasama dengan

negara lain, untuk mendukung pertumbuhan ekonominya?

Jawab: Sejak tahun 2003, Korea Selatan telah membentuk jaringan Free

trade agreement (FTA) untuk meningkatkan hubungan perdangangan

dan ekonomi dengan negara – negara lain, saat ini Korea Selatan

memiliki lima FTA berlaku, tiga FTA yang telah menyimpulkan diskusi

dan Sembilan belas FTA masih di bawah pertimbnagan.antara lain: 1).

Korea-US FTA (2007), 2). Korea – EU FTA (2009), 3). Korea- Peru

FTA, 4). Korea- chile FTA, 5). Korea- Singapore FTA, 6). Korea-India

CEPA FTA, 7). Korea- Autralis FTA, 8). Korea- ASEAN FTA.

3). Industri apa saja yang sangat di kembnagkan di Korea Selatan?

Jawab: terdiri dari shipbuilding, mobil, pertambangan, konstruksi, heavy

kimia, peralatan perang militer dan pariwisata. Produk – produk

perdaganga Korea Selatan berasal dari industri manufaktur (produk –

produk teknologi tinggi) seperti besi & baja. Pengolahan alumunium,

Page 124: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

110

dasar bahna kimia, plasik, otomotif, elektronik, mesin, peralatan listrik,

CU & Tin processing, tekstil, kulit dan produk semen.

4) Dalam perindustrian di Korea Selatan dukungan apa yang dilakukan

oleh negara?

Jawab: Dalam perindustrian di Korea Selatan negara sangat mendukung

dan antar instansi negara juga sangat mendukung (antara kementerian

perindustrian,kementrian teknologi dan juga instansi – instansi negara

lainnya) contohnya dalam pengembangan teknologi di Korea Selatan di

danai dari mulai pengembangan teknologi dari laboratorium sampai

teknologi di komersialisasikan. Sehingga periset/peneliti di Korea

Selatan sangat tertarik mengembangkan teknologi karena merasa di

perhatikan. Sedangkan dari segi pengembang industri negara sangat

menyiapkan dan memperhatikan dari mulai lahan untuk mendirikan

industri (tidak di persulit ketika ingin mendirikan industri) dan juga para

pengembang industri juga mudah untuk meminjam pinjaman dana jangka

panjang dari bank.

Page 125: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

111

Wawancara dengan Bapak Dudi Hidayat Peneliti Pusat Penelitian

Perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( Pappiptek- LIPI).

1). Dalam pembangunan industri di Korea Selatan peran apa saja yang

dilakukan negara dalam pengembangan teknologi pada tahun 1990 –

2002?

Jawab: Dalam menjawab ini kita merujuk pada teori developmental state

ataau embedded autonomy di mana negara sangat berperan 100% dalam

pengembangan teknologi untuk mendukung perindustrian, birokrasi

yang profesional dan bertanggung jawab ditegakkan, instansi – intansi

negara saling bersinergis dalam mendukung pengembangan teknologi,

seperti Kementerian riset dan teknologi sangat memperhatikan dalam

pengembangan teknologi, negara tidak sibuk memikirkan politiknya saja

tetapi di tekankan untuk fokus mengembangkan teknologi, untuk

mendukung pertumbuhan ekonomi yang maju negara harus

mengembangkan teknologi yang canggih agar bisa mendirikan industri –

industri yang strategis sehingga bisa menyumbang APBN untuk

kebutuhan nasional.

Di Korea Selatan para peneliti yang mepunyai kemampuan teknologi

bagus, kemudian bekerja di perusahaan negara lain. Negara menyuruh

pulang untuk kembali ke Korea Selatan kemudian di berikan semua apa

yang di butuhkan peneliti dalam mengembangkan teknologi dan juga

dibiayai hidupnya dengan nilai tinggi. Sehingga peneliti merasa di

Page 126: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

112

hargai. Dalam mengembangkan teknologi juga bekerja sama dengan

universitas dan pihak swasta.

2). Faktor – faktor apa saja yang mendorong pemerintah Korea Selatan

mengembnagkan teknologi pada tahun 1990 – 2002?

Jawab: Pertama, Salah satu hal yang memiliki pengaruh paling besar

dalam sejarah pemikiran Korea adalah Konfusianisme yang

diperkenalkan dari Cina. Konfusianisme adalah bagian fundamental

(pembangun) dalam masyarakat Korea yang membentuk sistem moral,

hubungan sosial antara orang tua dan kaum muda, dan bahkan bertahan

dalam moderenisasi hukum di Korea Selatan. Dalam ajaran Konfusius

juga tentang kenegaraan, yaitu memajukan kesejahteraan rakyat sesuai

denngan aturan-aturan Tuhan. Salah satu pandangannya adalah

‘Bimbinglah rakyat dengan aturan-aturan pemerintah dan periksalah dan

aturlah mereka dengan ancaman hukuman dan rakyat akan berusaha

untuk tinggal di luar penjara, tetapi tidak mempunyai perasaan, hormat

atau malu. Bimbinglah rakyat dengan kebijaksanaan atau periksalah atau

aturlah mereka dengan aturan-aturan tentang kesopanan, dan rakyat akan

mempunyai perasaan hormat dan menghormati’.

Kedua,Warisan kolonial Jepang yang pernah menjajah Korea Selatan,

ketika Jepang menjajah banyak membangun industri – industri di Korea

Selatan dan bekas – bekas industri yang di tinggalkan Jepang di

manfaatkan lagi. Kemungkin jika Korea Selatan tidak di tinggalkan

Page 127: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

113

industr – industri yang dibangun Jepang Korea Selatan susah untuk

memulainya dan sekarang Korea Selatan banyak di bantu oleh Jepang

dalam bentuk teknologi contohnya dalam ketika Korea Selatan

membangun perusahaan baja yaitu POSCO (Pohang Iron and Stell

Company Ltd) banyak tenaga ahlinya dari jepang dan juga banyak orang

Korea Selatan yang belajar teknologi di perusahaan Jepang kemudian

setelah sudah ahli dalam bidang yang di tekunin mereka kembali ke

Korea Selatan. Menurut saya, Jepang melakukan ini karena merasa dulu

pernah menjajahnya.

Ketiga, perang dingin. Ketika perang dingin Korea Selatan sangat di

untungkan karena Amerika Serikat dan Jepang takut komunis masuk ke

Korea Selatan, maka Amerika Serikat dan Jepang sangat royal dalam

bentuk dana, pembelajaran teknologi dan lain – lain.

3). Undang – undang apa saja yang di keluarkan pemerintah untuk

mengatur pengembnagan teknologi terkait dengan pengembangan

industry pada tahun 1990 – 2002?

Jawab: Saya lupa undang – undangnya, tetapi yang jelas undang –

undang Korea Selatan lebih spesifik dalam mengatur pengembangan

teknologi. Contoh salah satunya para engineering tidak wajib militer.

Page 128: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

114

DOKUMENTASI

Dokumentasi bersama Ibu Dyah Winarni Poedjiwati selaku Staff Ahli Bidang

Sumber Daya Industri dan Teknologi Kementerian Perindustrian Republik

Indonesia.

Page 129: POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN (STUDI ATAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39514/3/TUR... · Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional,

115

Dokumentasi bersama Bapak Dr. Agus R Hoetman, M.T selaku Deputi Bidang

Jaringan Iptek (Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia)