Upload
phamkhanh
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN
(STUDI ATAS PERAN NEGARA DALAM
PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI
PERIODE 1990 – 2002)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Tur Minah
1110112000073
PROGRAM STUDI ILMU POLITIK
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H / 2014 M
ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Skripsi yang berjudul:
POLITIK INDUSTRIALISASI DI KOREA SELATAN
(STUDI ATAS PERAN NEGARA DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
DAN INDUSTRI PERIODE 1990 – 2002)
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua Sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 15 Maret 2014
Tur Minah
iii
iv
v
ABSTRAK
Skripsi ini membahas politik industrialisasi di Korea Selatan (studi atas
peran negara dalam pengembangan teknologi dan industri periode 1990 – 2002).
Korea Selatan merupakan salah satu negara di Asia Timur yang sangat cepat
dalam pengembangan teknologi. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui
bagaimana negara berperan dalam pengembangan teknologi dan industri di negara
tersebut. Penulisan ini dilakukan melalui wawancara dan studi pustaka. Penulis
menemukan, bahwa adanya peran negara yang sangat kuat dalam pengembangan
teknologi dengan serangkaian kebijakan teknologi di Korea Selatan, dalam waktu
lima dekade Korea Selatan menjadi salah satu negara di Asia Timur yang
mempunyai teknologi – teknologi canggih yang mampu bersaing dengan negara
– negara maju lainnya dan dalam kebijakan teknologi negara kemudian
merumuskan agar mampu menciptakan situasi yang kondusif dalam
pengembangan teknologi, hal tersebut menjadi sangat penting karena teknologi
kini menjadi faktor pendukung untuk membangun industri strategis dalam
menumbuhkan pertumbuhan ekonomi di Korea Selatan. Penyelesain penulisan ini
dapat di lihat dari hasil wawancara kepada narasumber yang ahli dalam bidang
teknologi khususnya dalam menganalisa negara Korea Selatan dalam
mengembangkan teknologi untuk pembangunan industri dan selanjutnya akan
dianalisa menggunakan kerangka teori.
Kerangka teori yang digunakan dalam skripsi adalah developmental state
dan embedded autonomy. Dari hasil analisa dengan menggunakan dua teori
tersebut dapat simpulkan bahwa pentingnya peran negara terhadap pengembangan
teknologi untuk pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dalam hal ini inovasi
teknologi menjadi kunci keberhasilan negara dalam pembangunan industri
strategis di suatu negara. Sinergi antara negara dan pelaku usaha sangat diperlukan
untuk mendorong industri dalam negeri agar dapat bersaing dengan teknologi dari
negara lain.
vi
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
hidayah dan rahmat-Nya serta nikmat sehat kepada penulis dan atas karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan untuk
memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana sosial (S.Sos) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Syukur Alhamdulillah kepada Allah
SWT atas segala petunjuk dan kemudahan-Nya sehingga pada akhirnya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
Selain itu, dalam proses penyelesaian skripsi ini tentunya tidak terlepas dari
bimbingan, peranan dan bantuan berharga dari berbagai pihak. Pada kesempatan
ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ungkapan terima kasih kepada:
1. Bapak Ali Munhanif, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Ilmu Politik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga Dosen
Pembimbing, terima kasih telah membimbing, meluangkan waktu, memberi
nasehat dan memotivasi terus tanpa henti sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak M.Zaki Mubarak, M.Si, selaku seketaris Program Studi Ilmu Politik
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan konstribusi dalam segala hal dan
memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Agus Nugraha, MA, dan Bapak Drs. Armein Daulay, M.Si, selaku
penguji sidang skripsi ini, yang telah meluangkan waktunya di tengah – tengah
kesibukannya yang begitu padat masih bersedia memberikan banyak masukan
bagi penulis dalam merevisi skripsi ini.
4. Seluruh Dosen dan staf pengajar pada Program Studi Ilmu Politik di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis sampaikan
terima kasih yang sebesar – besarnya karena telah memberikan ilmu
vii
sepanjang perkuliahan berlangsung.
5. Bapak Amir F. Manurung, selaku Kepala Subbidang Akses Basis Data Bidang
Perkembangan, Asisten Deputi Jaringan Iptek Internasional, Deputi Bidang
Jaringan Iptek (Kementerian Ristek dan Teknologi Republik Indonesia) yang
bersedia meluangkan waktunya untuk wawancara dan pengumpulan
informasi yang berguna bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
6. Ibu Dyah Winarni Poedjiwati, selaku Staf Ahli Bidang Sumber daya Industri
dan Teknologi (Kementerian Perindustrian Republik Indonesia) yang telah
meluangkan waktunya untuk wawancara dan memberikan data – data yang
dapat melengkapi dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Dudi Hidayat, selaku Peneliti Pusat Penelitian Perkembangan ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek – LIPI) yang telah bersedia
meluangkan waktunya untuk wawancara dan memberikan buku – buku yang
dapat melengkapi dalam penulisan skripsi ini.
8. Ayah, Ibu, Kaka dan Keponakan – Keponakan tersayang yang telah
memberikan doa, dukungan, semangat, dan motivasi dalam setiap langkah
penulis.
9. Dandhy Perdana Syafrizal, S.Kom yang selalu memberikan dukungan dan
semangat kepada penulis baik dalam suka ataupun duka.
10. Teman - teman FISIP angkatan 2010 yang telah memberikan semangat dan
bantuan dalam menyelesaikan skripsi.
11. Seluruh pihak yang turut memberikan dukungannya yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu yang telah ikut serta memberikan semangat sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini tidak mungkin dapat
dilaksanakan tanpa bantuan, petunjuk, bimbingan dan saran dari berbagai pihak.
viii
Semoga Allah SWT melimpahkan karunia serta anugrah-nya atas segala bantuan
yang telah diberikan, Amin.
Karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki, penulis
juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
penulis berharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat dan memberikan sumbangan pikiran bagi para pembaca
sekalian.
Jakarta, 15 Maret 2014
Tur Minah
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ............................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBINGAN ..................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ........................ iv
ABSTRAK .................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................. vi
DAFTAR ISI ................................................................................................ ix
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xii
DAFTAR DIAGRAM ............................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ........................................................... 5
C.1. Tujuan Penulisan ........................................................................ 5
C.2. Manfaat Penulisan ...................................................................... 6
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6
E. Metodologi Penulisan ........................................................................ 8
F. Sistematika Penulisan ...................................................................... 10
BAB II KERANGKA TEORETIS DAN KONSEPTUAL .......................... 12
A. Developmental State (Chalmers Johnson, MITI and The
Japanese Miracle: The Growth of Industrial Policy 1925- 1975,
(Stanford, CA : Stanford University Press, 1982)) .......................... 12
B. Embedded Autonomy (Peter Evans, Embedded Autonomy: States
and Industrial Transformation (New Jersey: Princeton University
Press, 1995)) ..................................................................................... 20
C. Dependensi (Ketergantungan) (Arief Budiman, Teori
Pembangunan Dunia Ketiga (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama, 1995)) .................................................................................. 22
D. Kerangka Pemikiran ......................................................................... 26
x
BAB III GAMBARAN UMUM STRATEGI NEGARA
DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN INDUSTRI DI
KOREA SELATAN ..................................................................................... 28
A. Latar Belakang Negara Korea Selatan ............................................. 28
B. Gambaran Umum Strategi Negara Dalam Pengembangan Teknologi
.......................................................................................................... 32
BAB IV PERAN NEGARA DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
UNTUK PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIODE 1990 – 2002 ............. 54
A. Peran Negara dalam Pengembangan Teknologi .............................. 54
A.1. Program “Highly Advanced National (HAN) project” ............ 56
A.2. Program Foresight ................................................................... 58
B. Pembaharuan Pembentukan Lembaga Negara ................................. 59
C. Karakteristik Administrasi dan Undang – Undang Iptek ................. 63
D. Mekanisme Perencanaan Terpusat dalam Pengembangan Iptek ..... 64
E. Mekanisme Pelaksanaan dalam Pengembangan Iptek ..................... 67
F. Kondisi Industri dalam situasi Krisis 1997 – 1998 .......................... 69
G. Perusahaan – Perusahaan Korea Selatan yang Berkembang Pesat .. 73
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 84
A. Kesimpulan ...................................................................................... 84
B. Saran ................................................................................................. 87
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 89
LAMPIRAN – LAMPIRAN ........................................................................ 95
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Ringkasan Tahapan Kebijakan Utama dalam Pembangunan
Ekonomi di Korea Selatan ........................................................................... 35
Tabel 4.1 Rencana Restrukturisasi Tujuh Bidang Industri .......................... 72
Tabel 4.2 Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Negara Lain.................... 74
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema Alur Berpikir ................................................................ 26
Gambar 3.1 Peta Negara Korea Selatan ....................................................... 29
Gambar 4.1 Samsung Electronics ................................................................ 75
Gambar 4.2 Hyundai Motor ......................................................................... 76
Gambar 4.3 POSCO ..................................................................................... 77
Gambar 4.4 Kia Motors................................................................................ 78
Gambar 4.5 Hyundai Mobis ......................................................................... 79
Gambar 4.6 LG Chem .................................................................................. 80
Gambar 4.7 Hyundai Heavy Industries ........................................................ 80
Gambar 4.8 Samsung Life Insurance ........................................................... 81
Gambar 4.9 Shinhan Financial Group .......................................................... 82
Gambar 4.10 SK Hynix ................................................................................ 83
xiii
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 3.1 Mengejar Ketertinggalan: Metode Alih Teknologi Asing
di Korea Selatan pada Era 1960 Hingga 1970-an ........................................ 40
Diagram 3.2 Metode Pembangunan Industir Berat/Kimia di Era 1980-an
dan Rantai Produksi Baru 1990-an .............................................................. 41
Diagram 4.1 Sistem Kerja NSTC pada 1990 – 2004 ................................... 60
Diagram 4.2 Infrastruktur Komunikasi Kebijakan Iptek Korea Selatan ...... 62
Diagram 4.3 Bagan Alur Kebijakan Iptek Korea Selatan ............................ 63
xiv
DAFTAR SINGKATAN
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
ASEAN : Association of South East Asian Nation
DER : Debt to Equity Ratio (perbandingan antara hutang
perusahaan terhadap jumlah modalnya)
EOI : Export Oriented Industrilization
ETRI : Electronics and Telecommunication Research Institute
FDI : Foreign Direct Investment
FTA : Free Trade Agreement
GDP : Gross Domestic Product
GNP : Gross National Product
GRI : Government Research Institution
HAN : Highly Advanced National (proyek nasional tingkat tinggi,
Korea Selatan)
HCI : Heavy Chemical Industry
HDTV : High Definition Television
HKI : Hak Kekayaan Intelektual
IPTEK : Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
ISDN : Integrated Services Digital Networks
KAIST : Korea Advanced Institute of Science and Technology
KECRI : Korea Electronics and Communications Research Institute
KERIS : Korea Education of Research Information Service
KETRI : Korea Electronics and Telecommunications Research Institute
KIET : Korea Institute for Industrial Economics and Trade
KIMM : Korea Institute of Machinery and Metals
xv
KIPRIS : Korea Institute of Patent Right Information
KIST : Korea Institute of Science and Technology
KISTI : Korea Institute of Science and Technology Information
KORSTIC : Korea Science and Technology Information Center
KRISS : Korea Research Institute of Standards and Science
KTDC : Korea Technology Development Corporation
KTRI : Korea Telecommunications Research Institute
LIPI : Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
MITI : Ministry of International Trade and Technology
MOST : Ministry of Science and Technology
NICs : Newly Industrializing Countries
NSTC : National Science and Technology Committee
PAPIPPTEK : Pusat Penulisan Perkembangan ilmu Pengetahuan
dan Teknologi
PHK : Pemutusan Hubungan Kerja
POSCO : Pohang Iron and Stell Company
P/E : Price Earning Ratio (salah satu ukuran paling mendasar
dalam analisis saham secara fundamental)
R&D : Research and Development
SDA : Sumber Daya Alam
SDM : Sumber Daya Manusia
TIK : Teknologi Informasi dan Komunikasi
UNINDO : United Nations Industrial Development Organization
US : United States
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Korea Selatan merupakan salah satu negara di kawasan Asia Timur yang
telah mengalami jatuh bangun yang diwarnai sejarah panjang negeri di
semenanjung Korea ini. Sikap patriotik dan daya juang yang ditunjukkan
masyarakat Korea Selatan begitu heroik yang pada akhirnya mengantarkan negara
ini tampil sejajar dengan negara - negara maju di dunia.1 Betapa tidak, dalam waktu
lima dekade sejak merdeka, Korea Selatan menjelma sebagai negara yang
pertumbuhan ekonominya pesat dan salah satu negara tercanggih di dunia dengan
nilai ekonomi triliunan dollar.
Ketika mulai merekonstruksi ekonominya pada tahun 1962, pendapatan
perkapitanya sekitar 87 dolar AS, hal ini setara dengan Ghana dan India ketika itu.
Tapi kini, pada tahun 2012 pendapatan perkapita Korea Selatan 32.020 dolar AS
perorang,2 menempatkan Korea Selatan sejajar dengan negara – negara Eropa,
sehingga tidak jauh berbeda dengan Jepang (dengan pendapatan per kapita 38.000
dolar AS) dan bahkan membuka kesempatan menyaingi Amerika Serika (dengan
pendapatan per kapita 47.000 dolar AS).3 Sekitar lima dekade yang lalu Korea
1Deisyati Rodiyah ”Perkembangan Korea Selatan” artikel diunduh pada 17 November
2013 dari http://dr-koreaworld.blogspot.com/2013/03/perkembangan-korea-selatan-jatuh-
bangun.html 2Wikipedia “Economy of South Korea” arikel diunduh pada 19 November 2013 dari
http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_South_Korea 3Myung Oak Kim dan Sam Jaffe, The New Korea: Mengungkap Kebangkitan Ekonomi
Korea Selatan. Terjemahan., (Jakarta : PT Elex Media Komputindo Kelomok Gramedia,2013),xiii.
2
Selatan dapat dikatakan begitu lengang dan gelap. Pada masa kolonialisme dan
perang yang begitu besar membuat negara ini dalam kondisi yang rusak parah. Hal
ini yang membuat kondisi perekonomian Korea Selatan dalam keadaan yang sangat
memprihatinkan. Namun saat ini, ekonomi Korea Selatan tumbuh dalam satu ruang
tercepat. Korea Selatan mengalami transformasi dari sebuah negara agraris,
menjadi negara industri untuk mengejar pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dilakukan sejak zaman pemerintahan Park Chung-Hee mulai pada tahun 1960-an
hingga 1970-an. Ketika negara - negara lain harus membutuhkan waktu bertahun -
tahun untuk membangun pertumbuhan ekonomi yang mapan, Korea Selatan hanya
dalam waktu dua dekade saja. Karena Korea Selatan sudah masuk dalam jajaran
negara – negara industri baru newly industrializing countries (NICs).
Munculnya negara – negara industri baru dengan pertumbuhan ekonominya
yang cepat seperti Korea Selatan, Taiwan, Hongkong dan Singapura merupakan
suatu prestasi yang belum pernah terjadi dan suatu contoh dari model pembangunan
suatu negara yang sangat berhasil.4 Bahkan keberhasilannya dalam
mengembangkan sektor industri sebagai motor penggerak pembangunan
ekonominya, dewasa ini negara –negara industri baru mulai mampu dan bahkan
dapat menyaingi negara – negara industri maju.
Perekonomian Korea Selatan, awalnya dibangun dengan membangun
industri – industri standar negara berkembang pada tahun 1960-an, Korea Selatan
4Colin I. Bradford, Jr, Model – Model Asia Timur : mitos – mitos dan pelajaran –
pelajaran dalam Jhon P.Lewis & Valeriana Kllab, eds, Mengakaji Ulang Strategi – Strategi
Pembangunan ( Jakarta: UI Press, 1987), 141.
3
memulai mengekspor tekstil, plywood dan hasil – hasil produksi lain yang di
hasilkan dari pemanfaatan tenaga kerja. Sepuluh tahun kemudian barang dan jasa
konstruksi dari Korea Selatan mempunyai peluang untuk bisa menjadi supplier bagi
negara – negara maju.
Pada tahun 1962, ketika negara melancarkan Repelita yang pertama, pada
dasarnya Korea Selatan mempunyai dua alternatif pendekatan terhadap
pembangunan ekonomi. Pertama, melanjutkan strategi pembangunan yang
memandang ke dalam dengan didasarkan atas industri substitusi impor (ISI).
Kedua, strategi pembangunan yang memandang keluar yang menekankan
pertumbuhan ekspor.5 Dalam hal ini, Korea Selatan memilih pendekatan yang
kedua, karena Korea Selatan memiliki alasan antara lain miskin dengan sumber –
sumber alam, kecilnya pasaran dalam negeri, serta adanya pengurangan bantuan
dana dari Amerika Serikat (AS). Adapun hakekat srategi pembangunan yang
memandang keluar bagi Korea Selatan ialah memanfaatkan keunggulan –
keunggulan komparatif dalam barang – barang yang di produksi secara padat karya
( labor-intensive).
Dalam keberhasilan pelaksanaan industrialisasi ini, tampak jelas bahwa
negara sangat berperan memainkan peranan penting. Intervensi negara dalam hal
ini sangatlah beralasan mengingat bahwa Korea Selatan merupakan suatu negara
yang terlambat membangun industrinya (late – industrializing country). Dalam hal
ini dibutuhkan sosok negara yang sangat kuat untuk memobilisasi potensi – potensi
5Leopoldo Solis dan A. Montemayor, Suatu Pandangan Meksiko tentang Pilihan antara
Orientasi ke Luar dan ke Dalam (Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama,2001),130-134.
4
dalam negari maupun bantuan – bantuan dari luar negeri. Demikian juga,
diperlukannya pengawasan terhadap negara dalam berlangsungnya proses tersebut,
yang dasarnya bertujuan untuk mencapai keharmonisan kepentingan masing –
masing kelompok dalam negara tersebut, dengan arti luas untuk tercapainya
kepentingan pembangunan nasional itu sendiri.Korea Selatan telah meninggalkan
pola struktur perekonomian yang agraris, kemudian melaju memasuki tahap
industrialisasi dengan mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Saat
ini Korea Selatan berhasil mengubah wajah kemiskinan menjadi kemakmuran.
Pemerintah Korea Selatan dalam memimpin upaya mengejar ketertinggalan
teknologi (catching-up) demi meningkatkan daya kompetisi industri. Sebelum
memasuki pertengahan 1980-an, selama dua puluh tahun Korea Selatan berhasil
mengakuisisi dan mengadopsi iptek industri asing, mereka menerapkannya
misalnya di bidang teknologi industri komponen, sistem operasi, ilmu material,
sistem kontrol, desain, serta produk teknologi, akan tetapi strategi mengandalkan
daya akuisisi dan asimilasi teknologi asing dianggap semakin kompleks bilamana
harus mengandalkan upaya lembaga riset nasional. Oleh karena itu, di tahun 1990-
an secara sporadis proyek - proyek riset di Korea Selatan mulai menyentuh isu
mengembangkan inovasi teknologi inti (teknologi dasar yang dapat dikembangkan
lebih jauh) karena pada dekede sebelumya industri Korea Selatan masih bergantung
terhadap teknologi inti hasil impor dari Jepang maupun Amerika.6
6Ibid.,4.
5
Strategi ini lahir setelah pemerintah menerima evaluasi bahwa sektor
perdagangan tengah menghadapi kombinasi masalah defisit besar, melonjaknya
biaya tenaga kerja, serta menurunnya laju investasi industri, sehingga Korea Selatan
memerlukan modal iptek lebih intensif agar dapat melakukan ekspansi keragaman
produksi, menciptakan industri bermoda lebih kompleks, menyerap tenaga kerja
dan bernilai kompetitif.7 Sehingga pernyataan masalahnya jelas terlihat bahwa ada
satu hal penting yang bisa diambil dari setiap negara ialah sangat diperlukannya
komitmen dari tiap negara untuk berperan penting dalam pengembangan teknologi
tinggi dan juga mengalokasikan anggaran tersendiri untuk pengembangan
teknologi.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan penelitian di atas maka penulis merumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Bagaimana peran negara dalam implementasi pengembangan teknologi dan industri
di Korea Selatan periode 1990 – 2002?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
C.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
a. Menjelaskan peran negara dalam pengembangan teknologi dan industri.
7Ibid., 12.
6
b. Menganalisa peran negara terkait dengan keberhasilan pengembangan
teknologi dan industri di Korea Selatan periode 1990 – 2002?
C.2. Manfaat Penelitian
Penelitian yang penulis lakukan ini mudah - mudahan dapat bermanfaat bagi
penulis sendiri, maupun bagi pembaca atau pihak - pihak lain yang
berkepentingan.
1. Manfaat akademis
Penelitian ini sangat erat hubungannya dengan mata kuliah ekonomi
politik, sehingga dengan melakukan penelitian ini diharapkan penulis
dan semua pihak yang berkepentingan dapat lebih memahami
bagaimana negara berperan penting dalam pengembangan teknologi
untuk pembangunan industri.
2. Manfaat Praktis
a. Memberikan konstribusi literatur keilmuan serta menjadikan
penulisan ini sebagai literatur dalam bidang Ilmu Politik.
b. Menambah informasi bagi penulisan skripsi yang serupa di waktu
yang akan datang.
D. Tinjauan Pustaka
Terdapat beberapa penelitian yang mengkaji mengenai peran negara dalam
pengembangan teknologi dan industri sebagai upaya pembangunan ekonomi.
Pertama, dalam buku yang di tulis oleh Chalmers Johnson yang berjudul ” MITI
and The Japanese Miracle: The Growth of Industrial Policy 1925 - 1975”
7
menjelaskan dan mengamati keberhasilan pembangunan Jepang melalui
pembentukan Kementerian Perdagangan Internasional dan Industri, MITI (Ministry
of International Trade and Industry). Dengan pembentukan MITI, jelas terlihat
bagaimana pemerintah Jepang terlibat secara langsung untuk menciptakan industri
– industri strategis. Oleh kerena itu, kemudian di tahun 1974 di perkenalkan konsep
plan - oriented market economy system.
Fenomena keberhasilan ekonomi Jepang ialah dengan adanya dukungan
dari teknologi dalam pertumbuhan ekonomi Jepang yang kemudian membuat
pemerintah melakukan transfer teknologi melalui impor teknologi dari Amerika
Serikat untuk kepentingan industri. Adapun hal yang membedakan dari penelitian
ini adalah membahas peran negara dalam menciptakan industri – industri strategis
di Jepang, sedangkan penulis membahas politik industrialisasi di Korea Selatan
(studi atas peran negara dalam pengembangan teknologi dan industri periode 1990
– 2002).
Kedua, skripsi yang ditulis oleh Meri Jurusan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia. Skripsi yang berjudul ”Peranan
Negara Dalam Proses Industrialisasi di Korea Selatan (1961 - 1987)”. Dalam skripsi
tersebut penulis menjelaskan tentang peranan negara dalam proses industrialisasi
sebagai upaya pembangunan ekonomi di Korea Selatan. Dalam skripsi ini
digambarkan suatu fenomena yang menarik, yaitu adanya peran yang dimainkan
oleh negara dalam proses industrialisasi dan juga munculnya peranan negara yang
dominan tersebut tidak terlepas dari historis negara ini yang sering mengalami
peperangan serta intervensi dari negara - negara besar lainya. Munculnya peran
8
negara dapat dilihat dari hasil proses interaksi antara faktor – faktor domestik dan
internasional, ekonomi maupun politik. Dalam hal ini peranan yang dilakukan oleh
negara adalah strukturisasi ekonomi maupun politik domestik seiring dengan
dinamika politik dan ekonomi internasional. Hal yang membedakan dari penelitian
ini adalah membahas peranan negara dalam proses industrialisasi di Korea Selatan
( 1961 - 1987) dan dalam menganalisa hal tersebut menggunakan teorinya Gullermo
O’Donnell yaitu model pemerintahan Birokratik Otoriterian dan penelitian di
lakukan pada tahun 1991, sedangkan penulis menganalisa politik industrialisasi di
Korea Selatan (studi atas peran negara dalam pengembangan teknologi dan industri
periode 1990 – 2002), teori yang digunakan adalah teori Chalmers Johnson yaitu
developmental state dan teori Peter Evans yaitu embedded autonomy.
E. Metodologi Penelitian
1. Tipe atau Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang temuan –
temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainnya.
Contohnya, dapat berupa penelitian tentang kehidupan, riwayat dan perilaku
seseorang, disamping juga tentang peranan organisasi, pergerakan sosial atau
hubungan timbal balik dan lain-lain.8 Dengan begitu berharap dapat mengetahui
serta memahami apa yang terjadi dibalik fenomena yang kadang sulit dipahami.
2. Jenis dan Smber Data
8Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar – Dasar Penelitian Kualitatif (Tata Langkah dan
Teknik – Teknik Teoritis Data) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003, cet. 1),4.
9
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data berupa data primer dan
data sekunder. Adapun data primer yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah wawancara. Wawancara adalah interaksi bahasa yang berlangsung antara
dua orang dalam situasi saling berhadapan, salah seorang yaitu yang melakukan
wawancara meminta informasi atau ungkapan kepada orang yang diteliti yang
berputar disekitar pendapat dan keyakinannya.9 Penulis melakukan wawancara
dengan orang yang ahli dan berkompeten dalam bidang penelitian yang sedang
penulis teliti. Maka dalam hal ini, wawancara dilakukan dengan Bapak Dr. Agus R.
Hoetman, M.T selaku Deputi Bidang Jaringan Iptek (Kementerian Riset dan
Teknologi Republik Indonesia) dan Bapak Amir F. Manurung selaku Kepala
Subbidang Akses Basis Data Bidang Perkembangan (Kementerian Riset dan
Teknologi Republik Indonesia).
Selain itu, wawancara juga di lakukan dengan Ibu Dyah Winarni Poedjiwati
selaku Staf Ahli Bidang Sumber Daya Industri dan Teknologi (Kementerian
Perindustrian Republik Indonesia) dan Bapak Dudi Hidayat selaku Peneliti Pusat
Penelitian Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Pappiptek - LIPI).
Penulis memilih mereka, karena penulis yakin mereka memahami tentang
penelitian penulis dan dapat memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini.
Sementara data sekunder, penulis menggunakan berupa bahan bacaan mulai
dari buku – buku, jurnal – jurnal, majalah, surat kabar, artikel – artikel, internet,
9Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisa Data (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2010),50.
10
serta yang berkaitan dengan penelitian ini. Oleh karena itu, Untuk mendapatkan
bahan bacaan maka penulis berkunjung ke perpustakaan UIN Jakarta, Universitas
Indonesia, Perpustakaan Nasional, perpustakaan Universitas Paramadina, serta
perpustakaan LIPI.
F. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini penulis menyusun pembahasan yang menjadi beberapa
bagian dari sistematika penulisan sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini penulis akan memaparkan permasalahan yang melatarbelakangi
pembahasan dan perumusan masalah serta tujuan terkait dalam penelitian politik
industrialisasi di Korea Selatan (studi atas peran negara dalam pengembangan
teknologi dan industri periode 1990 – 2002) berdasarkan pada metode penelitian
kualitatif.
Bab II Kerangka Teoritis & Konseptual
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai teori dan konsep yang dipergunakan dalam
pendekatan yang menjelaskan pokok permasalahan skripsi ini yaitu politik
industrialisasi di Korea Selatan.
11
Bab III Gambaran Umum Strategi Negara dalam Pengembangan Teknologi
dan Industri di Korea Selatan
Pada bab ini penulis akan membahas tentang sejarah pengembangan teknologi di
Korea Selatan dengan latar belakang internal dan eksternal teknologi untuk
mengetahui bagaimana peran negara dalam mengembangkan teknologi dan industri
di Korea Selatan sebelum periode 1990-an.
Bab IV Peran Negara dalam Pengembangan Teknologi dan Industri Periode
1990 – 2002
Pada bab ini merupakan bagian yang berisikan tentang permasalahan yang penulis
angkat. Penulis akan menjalaskan bagaimana peran negara dalam implementasi
pengembangan teknologi dan industri periode 1990 – 2002.
Bab V Penutup
Pada bab ini penulis akan berusaha menyimpulkan pembahasan mengenai skripsi
ini sekaligus menjadi penutup pada pokok permasalahan mengenai politik
industrialisasi di Korea Selatan (studi atas peran negara dalam pengembangan
teknologi dan industri periode 1990 – 2002) dan selanjutnya di bab penutup ini juga
terdapat saran dan kritik dari penulis.
12
BAB II
KERANGKA TEORITIS & KONSEPTUAL
Dalam studi tentang negara-negara berkembang terdapat sinergi antara
pengembangan teknologi dan pembangunan industri. Hal ini karena adanya peran
negara sebagai aktor utama yang bertujuan memaksimalkan kekuasaan untuk
memperjuangkan kepentingan nasional dan dalam hal tersebut akan dianalisa
dengan menggunakan teori developmental state dan embedded autonomy. Teori ini
sangat penting untuk membantu penulis dalam menganalisa permasalahan dalam
penelitian.
A. Developmental State
Developmental state adalah suatu paradigma yang menempatkan negara
sebagai faktor dominan dalam mempengaruhi arah dan kecepatan pembangunan
ekonomi. Negara secara langsung mengintervensi proses pembangunan yang
berbanding terbalik dengan cara berpikir yang mengandalkan kekuatan pasar dalam
mengalokasikan sumber daya ekonomi. Paradigma ini membangun tujuan
substantif sosial dan ekonomi yang memandu proses pembangunan dan mobilisasi
sosial. Karakteristik dari paradigma ini adalah pemerintahan yang kuat, peran
dominan pemerintahan, rasionalitas teknokratik dalam pembuatan kebijakan
ekonomi birokrasi yang otonom dan kompeten serta terlepas dari pengaruh
kepentingan politik.
13
Seiring dengan perkembangan perekonomian, sejumlah negara di kawasan
Asia Timur seperti Jepang, Korea Selatan dan Taiwan mengalami industrialisasi.
Kemudian Chalmers Johnson melihat fenomena tersebut dengan menjelaskannya
ke dalam teori developmental state. Keberhasilan industrialisasi di kawasan
tersebut memang memiliki karakteristik tersendiri, yaitu dengan adanya peran
negara sebagai aktor pembangunan.
Salah satu model keberhasilan itu adalah Jepang, keberhasilan
pembangunan perekonomian Jepang melalui pembentukan Kementrian
Perdagangan Internasional dan Industri, MITI (Ministry of International Trade and
Industry), memberikan insentif dengan jalan memberi perlindungan maupun
penggabungan. Perlindungan terhadap industri tersebut dilakukan pemerintah
dengan kebijakan diskriminasi tarif, pajak yang rendah dan pembatasan impor
(melindungi industri domestik dari penetrasi asing). Dengan pembentukan MITI,
jelas terlihat bagaimana pemerintah Jepang terlibat secara langsung dalam
menciptakan industri-industri strategis. Oleh karena itu, kemudian di tahun 1974
diperkenalkanlah konsep plan-oriented market economy system.10 Satu lagi poin
penting dalam fenomena keberhasilan ekonomi Jepang ialah adanya peran dari
teknologi dalam pertumbuhan ekonomi Jepang yang kemudian membuat
pemerintah untuk melakukan transfer teknologi melalui impor teknologi dari
Amerika Serikat bagi kepentingan industri. Sebelum liberalisasi modal di akhir
periode 1960-an dan 1970-an, tidak ada teknologi yang dapat masuk ke Jepang
10Chalmers Johnson, MITI and The Japanese Miracle: The Growth of Industrial Policy
1925- 1975 (Stanford, CA : Stanford University Press, 1982),10.
14
tanpa persetujuan MITI sehingga kerja sama hanya dapat dilakukan dengan
keterlibatan MITI.11
Chalmers Johnson menggambarkan peran negara yang sangat besar dengan
cara memberi insentif kepada masyarakat bisnis melalui peraturan administratif,
subsidi, proteksi, hingga peninjauan pasar. Negara secara langsung terlibat dalam
pembangunan ekonomi dan mempunyai pengaruh yang besar dalam keputusan
publik. Model developmental state harus dipahami sehubungan dengan tiga
ciri utamanya yaitu: pertama, peran pemerintah yang sangat besar dalam sektor
pembangunan ekonomi yang diwujudkan dalam bentuk intervensi kebijakan
terhadap pasar. Intervensi pemerintah bukan saja dalam hal perencanaan kebijakan
pembangunan nasional namun lebih jauh lagi juga dalam pelaksanaan atau
implementasi pembangunan ekonomi. Dalam model developmental state
diperlukan negara yang kuat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi.
Developmental state juga mementingkan stabilitas politik dengan menekan
peran oposisi dan sebaliknya memperkuat peran dan pengaruh elit pembangunan
yang terdiri dari birokrasi-politisi-pengusaha (swasta). Dalam hal ini tujuannya
agar semua perhatian negara tercurah untuk pembangunan ekonomi, yang paling
berperan di antara ketiganya adalah birokrasi, ini dikarenakan birokrasilah yang
membuat Rancangan Undang – Undang (RUU), membuat keputusan- keputusan
besar, mengontrol anggaran nasional dan sumber dari semua inovasi kebijakan
dalam sistem. Dalam hal pihak swasta merupakan hasil koneksi politik dari kelas
11Ibid.,16-17.
15
elit yang berkuasa, dari sinilah terjalin proses pengambilan keputusan dan
kebijakan yang interconnected antara politisi, birokrasi, dan pengusaha tersebut.
Ketiganya terjalin dalam hubungan kerja sama yang dikenal dengan “Japan Inc.”
atau sering juga disebut dengan segitiga besi (iron triangle). Prinsip kerja dari
Japan Inc. adalah bantuan dan perlindungan serta promosi bagi kelompok
pengusaha atau bisnis Jepang oleh birokrasi dan politisi.
Kedua, kebijakan industri aktif Jepang sebagai prioritas utama negara
diberikan untuk pertumbuhan ekonomi. Pemerintah memperkuat industri dalam
negeri untuk meningkatkan daya saing internasionalnya di pasar dunia. Semua
sumber-sumber kekuatan Jepang dikerahkan untuk mengejar pertumbuhan
ekonomi yang tinggi dan cepat. Untuk maksud tersebut, maka pemerintah Jepang
secara sistematis melakukan intervensi melalui kebijakan-kebijakan makro
ekonomi, yaitu pada sektor industri, perdagangan, dan finansial.
Dalam konteks ini, pemerintah Jepang telah memberikan prioritas pada
industri bernilai tinggi dan berdasarkan pada teknologi. Terutama teknologi dari
Barat yang amat diperlukan untuk industrialisasi. Mesin- mesin hasil teknologi
mutakhir diimpor, teknisi luar negeri didatangkan ke Jepang dan orang-orang
Jepang dikirim ke luar negeri untuk training dan pendidikan, serta melakukan
perjanjian untuk lisensi pemakaian teknologi yang telah dipatenkan. Dalam
paradigma developmental state, sepanjang periode restrukturasi pasca perang,
Jepang memprioritaskan untuk mempergunakan teknologi dasar yang
dikembangkan di Barat yang telah disesuaikan dengan situasi Jepang daripada
memproduksi sendiri. Industri strategis ditargetkan dan kemudian birokrasi,
16
terutama MITI, memberikan insentif melalui perlindungan maupun penggabungan.
Perlindungan terhadap industri tersebut dilakukan pemerintah dengan kebijakan
diskriminasi tarif, pajak yang rendah, dan pembatasan impor (melindungi industri
domestik dari penetrasi asing).
Dalam Upaya pengembangan industri ditempuh dengan menyediakan
dana berbunga rendah melalui organ-organ finansial pemerintah, subsidi,
pemberian lisensi teknologi asing yang diimpor, penyediaan fasilitas pangkalan
industri transportasi. Pemerintah berupaya untuk itu dengan meningkatkan
promosi ekspor ke pasar internasional, tetapi sekaligus juga melindungi pasarnya
dari impor barang-barang asing. Kebijakan promosi ekspor Jepang yang terpenting
adalah tetap mempertahankan nilai rendah mata uang Yen. Pada tahun 1949,
ditetapkan 365 Yen Jepang untuk 1 dollar Amerika. Penetapan ini dirancang
untuk membuat semua industri Jepang dapat kompetitif dalam pasar internasional.
Nilai ini tetap rendah sepanjang tahun 1950-an dan 1960-an. Ketika Yen mulai
mengambang pada pada tahun 1973, pemerintah Jepang tetap melakukan
intervensi yang ketat terhadap sistem moneternya. Selain itu pemerintah
Jepang juga menetapkan pembatasan impor dari produk-produk asing, dan hanya
terbuka apabila perusahaan-perusahaan Jepang juga memiliki keunggulan
komparatif.12
12Uni Sagena, “Pergeseran Model Pembanguna Ekonomi Developmental State Jepang”,
artikel diunduh pada 15 Maret 2014 dari
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=rja&uact=8&ved
=0CCsQFjAB&url=http%3A%2F%2Fportal.fisip-unmul.ac.id%2Fsite%2Fwp
17
Ketiga, terdapatnya suatu agen utama pembangunan dalam birokrasi
negara. Agen utama tersebut memainkan peran kunci untuk merumuskan dan
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan strategis. Agen ini terdiri dari orang-
orang yang memiliki bakat manajerial terbaik dalam birokrasi sehingga mampu
mengambil inisiatif dan bekerja secara efektif. Di Jepang, peran kunci untuk
mengatur ekonomi tersebut dilaksanakan oleh badan intervensi ekonomi terutama
oleh Kementrian Perdagangan Internasional dan Industri atau MITI.
MITI menetapkan tujuan-tujuan untuk industri- industri yang lebih spesifik
dan memberi arah bagi pertumbuhan industri Jepang. melalui kontrol terhadap
valuta asing dan pemberian lisensi. MITI memiliki fungsi- fungsi sebagai berikut:
1) Melindungi industri-industri kecil, 2) Mengorganisasikan kembali industri-
industri yang mengalami kemunduran (misalnya pertambangan dan pemintalan
benang), 3) Membantu pengusaha-pengusaha kecil, 4) Mengontrol kompetisi yang
bersifat monopoli melalui kontrol terhadap perluasan kapasitas dan membantu
perusahaan yang melakukan peleburan.13 Kebijakan pengembangan teknologi juga
dilakukan oleh negara berkembang seperti Indonesia. Namun, dengan tingkat
kapabilitas teknologi industri yang masih terbilang relatif rendah. Apabila
dibandingkan dengan Jepang atau Korea Selatan, basis teknologi Indonesia masih
terbilang lemah dalam menyerap dan meningkatkan proses impor teknologi.14
13K.Bieda, The Structure and Operation of the Japanese Economy (New York: John Wiley
and Sons Australasia,),95.
14“Policies Affecting Indonesia’s Industrial Technology Development”, ASEAN
Economic Bulletin: December, 1 2006,artikel diunduh pada 03 November 2013 dari
ttp://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199- 6223164/Policies-affecting-Indonesia-s-industrial.html
18
Sektor barang modal masih terbelakang dan minimnya upaya
pengembangan teknologi karena terlalu fokus pada industri tinggi yang disubsidi
dan dilindungi negara saat kepemimpinan B. J Habibie dalam Kementrian Riset dan
Teknologi. Namun, perjalanan pengembangan teknologi di Indonesia telah
mencatat beberapa pencapaian dalam kepemimpinan Habibie. Ia meletakkan
pandangan bahwa Indonesia seharusnya tidak lagi bergantung pada industri padat
karya yang menyebabkan menurunnya daya saing internasional. Oleh karena itu,
Habibie mendukung pengembangan industri strategis, meliputi industri pesawat
terbang teknologi tinggi milik negara sehingga mampu menghasilkan lebih banyak
devisa.
Industri teknologi strategis untuk sementara waktu memerlukan
perlindungan dan subsidi dari pemerintah. Namun, ternyata pengembangan
teknologi strategis tidak mendapat dukungan penuh. Terobosan pengembangan
industri berbasis teknologi tinggi Habibie menuai kritik dari para ekonom karena
industri strategis khususnya industri perakitan pesawat dinilai hanya memaksakan
biaya sosial yang tinggi.15 Pembangunan teknologi di tengah industrialisasi
menjadi semakin jelas apabila melihat pembangunan teknologi pasca reformasi
ekonomi di Cina. Menariknya, pengalaman Cina bertentangan dengan kondisi yang
berlangsung di negara-negara industri dan dunia ketiga.
Pada kebanyakan kasus, peran kebijakan politik dianggap penting, baik
melalui intervensi ”langsung” yang ditujukan di area tertentu dengan program
pendanaan nasional dan laboratorium riset nasional atau melalui cara yang ”tidak
15Ibid.,
19
langsung” melalui modifikasi pasar yang mampu mendukung inovasi. Meskipun
pada kenyataannya banyak yang menilai pasar sebagai aktor yang menentukan,
kuatnya peran dalam kebijakan politik menjadi tema sentral dalam literatur inovasi
teknologi.
Reformasi Cina mengikuti strategi ”dua-cabang” dalam mengembangkan
sains dan sistem teknologi dengan telah memperkenalkan kekuatan pasar sebagai
alat untuk merangsang kemajuan ilmu pengetahuan dan modernisasi teknologi dan
pada saat yang sama juga tetap mengandalkan kontrol pusat terutama ekonomi dan
militer.Dengan demikian, pendekatan yang diambil dalam pengembangan sains dan
teknologi ialah dengan fokus pada peningkatan mekanisme operasional yang
berorientasi pada pusat R&D.16 Cina juga mengakui bahwa salah satu unsur paling
penting dalam keberhasilan pengembangan teknologi pasca perang di negara Barat
ialah dengan adanya kombinasi antara kewirausahaan dan rangsangan pasar seperti
yang terjadi di dalam Silicon Valley.17
Struktur ekonomi baru didesain agar pengembangan teknologi dapat selaras
dengan pertumbuhan ekonomi. Strategi dilakukan untuk memodernisasi sains dan
teknologi dengan menggabungkan unsur negara dan pasar. Pendekatan ini juga
dilakukan oleh negara industri seperti India, Taiwan dan Korea Selatan dengan
16Merle Goldman dan Denis Fred Simon, “ Introduction: The Onset of China’s New
Technological Revolution”, dalam Denis Fred Simon dan Merle Goldman (eds), Science and
Technology in Post-Mao China (Massachusetts dan London: Harvard University Press, 1989),15. 17Sillicon Valley adalah Silicon Valley (terj. harfiah: Lembah Silikon) adalah julukan bagi
daerah selatan dari San Francisco Bay Area, California Amerika Serikat. Julukan ini diraih karena
daerah ini memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang komputer dan semikonduktor.
Daerahnya termasuk San Jose, Santa Clara, Sunnyvale, Palo Alto, dll. Perusahaan-perusahaan yang
sekarang menghuni Lembah Silikon, di antara lain adalah: Adobe Systems, Apple Computer, Cisco
Systems, eBay, Google, Hewlett-Packard, Intel, dan Yahoo!. Artikikel diunduh pada 15 Maret 2014
dari http://id.wikipedia.org/wiki/Silicon_Valley
20
menggunakan kombinasi antara negara dan pasar untuk mendirikan basis industri
teknologi tinggi seperti mikro elektronika dan informatika. Sikap pemerintah
ditunjukkan dengan mengeluarkan serangkaian kebijakan antara lain kebijakan
fiskal, perdagangan, valuta asing dan baik yang bersifat makro dan mikro demi
memfasilitasi kemajuan ilmu pengetahuan.
B. Embedded Autonomy
Dalam beberapa dasawarsa terakhir, perdebatan tentang peran ekonomi
negara telah terlalu sering diserahkan ke kecaman terhadap intervensi, khususnya
Peter Evans dalam teori Embedded Autonomy. Teori Embedded Autonomy
mengisyaratkan keberhasilan dan kegagalan dari keterlibatan negara dalam proses
industrialisasi yang menunjukkan bahwa tindakan negara yang sukses
membutuhkan pemahaman tentang batas sendiri, hubungan realistis untuk ekonomi
global, kombinasi dari internal organisasi yang koheren dan hubungan dekat dengan
masyarakat.
Dalam konteks ini, dibutuhkan negara yang relatif otonom. Artinya negara
relatif memiliki independensi terhadap berbagai kepentingan yang terdapat di
dalam masyarakat. Hal ini tidak berarti bahwa kelompok – kelompok yang ada di
dalam masyarakat tidak memiliki keuntungan dari kebijakan-kebijakan negara.
Relatif otonomnya negara juga bukan berarti negara terlepas sama sekali dari
kepentingan-kepentingan yang ada dalam masyarakat. Peter Evans
menggambarkan fenomena ini di dalam konsep embedded autonomy untuk
menyebut adanya relasi dinamis antara negara dengan kekuatan-kekuatan yang ada
21
di dalam masyarakat, meskipun memiliki otonomi, negara memiliki keterkaitan
(embedded) dengan kekuatan-kekuatan non state dan aktor - aktor lain, baik
eksternal maupun internal, melalui di mana negara mampu melakukan koordinasi
ekonomi dan mengimplementasikan kebijakan-kebijakan ekonominya.
Dalam teori embedded autonomy, negara berbeda - beda dalam cara mereka
terorganisir dan terkait dengan masyarakat. Di beberapa negara, seperti Zaire
negara telah menjadi predator, kejam dan tidak memberikan apa-apa tentang nilai
sebagai balasannya. Sedangkan seperti Korea Selatan, negara membantu dalam hal
perkembangan dan mempromosikan transformasi industri. Negara yang lain,
seperti Brasil dan India negara terkadang membantu dan terkadang juga
menghambat.18 Peter Evans dalam menganalisis pengalaman Korea Selatan
terutama pada masa kepemimpinan presiden Korea Selatan Park Chung-Hee di
dekade 1960-an. Park Chung-Hee sendiri berperan besar dalam dalam mewujudkan
berdirinya industri baja skala besar. Industri tersebut terintegrasi dengan Bank
Dunia serta pimpinan perusahaan Barat yang terletak di Teluk Kwang yang melalui
pembuatan POSCO (Pohang Iron and Stell Company Ltd).
Di awal pendirian POSCO, banyak pihak yang meragukan kesuksesan
perusahaan tersebut. Keraguan itu memang cukup beralasan karena Korea Selatan
sendiri tidak memiliki biji besi dan alat untuk memanaskan batu bara yang sangat
penting dalam industri baja. Namun, presiden Park Chung-Hee tetap bersikeras
dengan pembangunan industri baja tersebut. Pemerintah kemudian mendukung
18Peter Evans, Embedded Autonomy: States and Industrial Transformation (New Jersey:
Princeton University Press, 1995),178
22
dengan memberikan pendanaan dan bantuan pelatihan dari perusahaan baja Jepang,
Nippon Steel.19
POSCO kini menjadi salah satu produser baja terbesar dunia. Kinerja
POSCO juga semakin baik sehingga mendorong peningkatan penggunaan
teknologi inovatif dan turut membantu berdirinya The Pohang Institute of
Technology di tahun 1980-an yang dianggap sebagai “Korea’s MIT”.20 Negara di
sini berperan besar dalam membentuk sektor industri, meningkatkan kewirausahaan
melalui modal swasta kemudian mengatur produksinya secara langsung dengan
pembentukan perusahaan milik negara dan kemudian turut mengembangkan
teknologi inovatif itu sendiri.21
C. Dependensi (Ketergantungan)
Teori dependensi lahir atas ketidakmampuan teori modernisasi
membangkitkan ekonomi negara – negara terbelakang, terutama negara di bagian
Amerika Latin.22 Secara teoritik, teori modernisasi melihat bahwa kesalahan pada
negara – negara terbelakang akibat dari keterlambatan negara – negara tersebut
melakukan modernisasi dirinya.23 Sehingga, kemiskinan dan keterbelakangan yang
19Ibid.,74. 20MIT atau Massachusetts Institute of Technology merupakan sebuah universitas swasta
terkemuka yang terletak di Cambridge, Massachusetts Amerika Serikat. Universitas ini memiliki
reputasi sangat baik di bidang teknologi. Lulusan dari MIT kemudian banyak berkiprah di Silicon
Valley yang dikenal sebagai pusat pengembangan teknologi yang telah membidangi lahirnya
perusahaan teknologi terkemuka dunia seperti Google, Cisco, Oracle, Palm, Yahoo!, Apple
Computer dan Amazon. Silicon Valley sendiri berbasis di California, Amerika Serikat. 21Ibid.,75. 22Artikel diunduh pada tanggal 13 April 2014 dari http://qniek-
happy.blogspot.com/2012/05/teori-dependensi.html 23Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka
Utama,1995),41
23
terjadi di negara Dunia ketiga karena faktor internal di negara tersebut, karena
faktor internal itulah kemudian negara Dunia Ketiga tidak mampu mencapai
kemajuan dan tetap berada dalam keterbelakangan.
Paradigma inilah yang kemudian dibantah oleh teori dependensi. Secara
garis besar, teori dependensi adalah suatu keadaan dimana keputusan - keputusan
utama yang mempengaruhi kemajuan ekonomi di negara berkembang seperti
keputusan mengenai harga komoditi, pola investasi, hubungan moneter, dibuat oleh
individu atau institusi di luar negara yang bersangkutan.24 Sehingga, teori ini
berpendapat bahwa kemiskinan dan keterbelakangan yang terjadi di negara-negara
Dunia Ketiga bukan disebabkan oleh faktor internal di negara tersebut, namun lebih
banyak ditentukan oleh faktor eksternal dari luar negara Dunia Ketiga itu. Faktor
luar yang paling menentukan keterbelakangan negara Dunia Ketiga adalah adanya
campur tangan dan dominasi negara maju pada laju pembangunan di negara Dunia
Ketiga. Adanya campur tangan tersebut, maka pembangunan di negara Dunia
Ketiga tidak berjalan dan berguna untuk menghilangkan keterbelakangan yang
sedang terjadi, namun semakin membawa kesengsaraan dan keterbelakangan.
Keterbelakangan di negara Dunia Ketiga ini disebabkan oleh
ketergantungan yang diciptakan oleh campur tangan negara maju kepada negara
Dunia Ketiga. Jika pembangunan ingin berhasil, maka ketergantungan ini harus
diputus dan biarkan negara Dunia Ketiga melakukan roda pembangunannya secara
mandiri.
24 Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan Penerapannya
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2007), 44.
24
Ada dua hal utama dalam masalah pembangunan yang menjadi karakter
kaum Marxis Klasik:25
1.Negara pinggiran yang pra - kapitalis adalah kelompok negara yang tidak dinamis
dengan cara produksi Asia, tidak feodal dan dinamis seperti tempat lahirnya
kapitalisme, yaitu Eropa.
2. Negara pinggiran akan maju ketika telah disentuh oleh negara pusat yang
membawa kapitalisme ke negara pinggiran tersebut. Ibaratnya, negara pinggiran
adalah seorang putri cantik yang sedang tertidur, ia akan bangun dan
mengembangkan potensi kecantikannya setelah disentuh oleh pangeran tampan.
Pangeran itulah yang disebut dengan negara pusat dengan ketampanan yang
dimilikinya, yaitu kapitalisme. Pendapat inilah yang kemudian dibantah oleh teori
dependensi.
Bantahan mengenai teori dependensi atas pendapat kaum Marxis Klasik ini
juga ada dua hal, yaitu:26
1.Negara pinggiran yang pra-kapitalis memiliki dinamika tersendiri yang berbeda
dengan dinamika negara kapitalis. Bila tidak mendapat sentuhan dari negara
kapitalis yang telah maju, mereka akan bergerak dengan sendirinya mencapai
kemajuan yang diinginkannya.
2. Justru karena dominasi, sentuhan dan campur tangan negara maju terhadap
negara Dunia Ketiga, maka negara pra-kapitalis menjadi tidak pernah maju karena
tergantung kepada negara maju tersebut. Ketergantungan tersebut ada dalam format
25Arief Budiman, Teori Pembangunan Dunia Ketiga (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka
Utama,1995),62 26Ibid.,62-63.
25
“neo - kolonialisme” yang diterapkan oleh negara maju kepada negara Dunia Ketiga
tanpa harus menghapuskan kedaulatan negara Dunia Ketiga.
Teori-teori mengenai ketergantungan dan keterbelakangan telah
digambarkan dalam studi - studi yang dilakukan Celso Furtado, Andre Gunder
Frank, Theotonio Dos Santos, Fernando Henrique Cardoso dan lain-lain. Pada
umumnya mereka itu membahas secara serius masalah kolonial yang secara historis
membekas pada pertumbuhan di negara – n egara Amerika Latin, Afrika dan Asia.
Menurut mereka, kecuali dengan suatu pengenalan yang eksplisit akan konsekuensi
hubungan tersebut, maka mustahil dapat diperoleh suatu pengertian yang akurat
mengenai situsi yang sekarang di negara-negara tersebut. Dengan kata lain bahwa
keterbelakangan yang ada sekarang ini merupakan konsekuensi masa penjajahan
yang telah dialami oleh negara-negara baru.
Kemiskinan serta ketergantungan merupakan fenomena yang terjadi
disemua negara berkembang khususnya Amerika Latin. Akan tetapi, untuk mencari
akar dari semuanya komisi PBB untuk Amerika Latin. Lembaga yang dikenal
dengan nama ECLA (economic commission for Latin America) melakukan
serangkaian penelitian yang dipimpin oleh Raul Prebisch. Hasil dari penelitian itu,
terungkap bahwa keterbelakangan perekonomian negara – negara Amerika Latin
karena adnya eksploitasi oleh pihak asing. Ekonomi pasar bebas dunia lebih banyak
menimbulkan keterbelakangan dan kemiskinan dari pada kemakmuran. Sebagai
dampak dari hasil penelitian ECLA pada tahun 1980-an “paradigma baru” ekonomi
politik radikal, yang mencakup berbagai pendekatan, termasuk pendekatan
ekonomi politik strukturalisme ketergantunagan yang berpendapat bahwa negara
26
terbelakang jika ingin mencapai kemajuan haruslah melakukan industrialisasi.27
Dalam hal ini, telah dilakukan oleh negara – negara berkembang yang berhasil
menjadi negara industri baru seperti Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong dan
Singapura.28 Akan tetapi, negara – negara industri baru tersebut pertama kali
dengan melakukan industri barang substitusi impor dan industry substitusi impor
ini harus dilindungi oleh pemerintah dengan memberikan subsisi.
D. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Skema Alur Berpikir
27 Ibid.,45 – 48. 28Ibid.,74.
NEGARA
TEKNOLOGI
SWASTA DAN
UNIVERSITAS
BEKERJA SAMA
27
Skema di atas menunjukkan bagaimana negara mengembangkan teknologi
di Korea Selatan. Pengembangan teknologi dilakukan untuk menciptakan
kesejahteraan ekonomi yang berguna untuk mewujudkan Korea Selatan sebagai
kekuatan ekonomi dan politik sehingga bisa bersaing dengan negara lainnya. Oleh
karena itu, negara mendukung pengembangan teknologi dengan mrumuskan
kebijakan industrial sehingga dapat mewujudkan kepentingan nasional.
Dalam skema tersebut dapat dilihat bahwa dengan adanya negara
bekerjasama dengan swasta dan universitas di harapkan dapat memberikan stimulus
yang positif dalam pengembnagan teknologi berupa sumber daya modal, R&D,
manajemen dan transfer teknologi. Tujuan negara bekerjasama dengan swasta dan
universitas ialah untuk mengembangkan teknologi, agar mendapatkan keuntungan
ekonomi secara maksimal.
28
BAB III
GAMBARAN UMUM STRATEGI NEGARA DALAM PENGEMBANGAN
TEKNOLOGI DAN INDUSTRI DI KOREA SELATAN
A. Latar Belakang Negara Korea Selatan
Dalam memahami kehadiran dan bentuk negara Korea Selatan dan
perkembangannya, sangat perlu dipahami arus, kekuatan dan lingkungan sejarah
negara tersebut yang terungkap dalam dinamika politik, ekonomi dan sosial yang
pada akhirnya akan menunjukan bahwa munculnya negara modern sangat erat
hubunganya dengan struktur masyarakat, pertumbuhan kapitalisme dan lingkungan
internasional.
Korea Selatan adalah semenanjung yang menjorok di sebelah Timur Laut
daratan Asia dari 38 sampai 34 derajat lintang utara. Total luas negara ini pada
tahun 2013 yaitu 100.210 km2 dan dengan jumlah penduduk 50.219.669 jiwa.
Korea Selatan atau yang biasa dikenal dengan nama Daehan Minguk. Korea Selatan
merupakan suatu negara yang berada di kawasan Asia Timur yang terletak di
sebelah Utara, berbatasan dengan negara Rusia, China dan Korea Utara, sementara
itu di sebelah Selatan berbatasan dengan Jepang.29
29Wikipedia “ Korea Selatan “ artikel diunduh pada 17 November 2013 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan
29
Gambar 3.1 Peta Negara Korea Selatan
Sumber: diolah dari http://wikitravel.org/mobile/en/South_Korea
30
Letak geografis Korea Selatan yang berada di Semenanjung Korea cukup
strategis sehingga memungkinkan budaya Cina dibawa ke wilayah Jepang melalui
daerah ini. Hal ini menyebabkan Korea juga memberikan kontribusi bagi
penyebaran kebudayaan dari Cina ke Jepang, seperti ajaran Buddha dan
Konfusianisme.30 Korea Selatan memiliki batas luar berupa lautan di ketiga arah
mata angin. Hal ini memberikan pengaruh besar pada kehidupan masyarakat Korea
Selatan terutama kemampuan dalam membuat kapal.
Posisi strategis teritorial Korea yang membawa wilayah ini dalam konflik
perebutan wilayah dengan negara – negara tetangga yang berpengaruh pada
perkembangan perekonomian Korea. Berulang kali Cina, Rusia dan Jepang
berusaha menginvasi Semenanjung Korea sebelum abad ke-20 walaupun akhirnya
dapat dipatahkan oleh pertahanan militer Korea. Dengan dilatarbelakangi oleh
kematian Ratu Myoengsong pada tahun 1895, Jepang memaksa Korea untuk
menandatangani perjanjian Eulsa31 tahun 1905 yang menjadikan Korea sebagai
protektorat Jepang, sehingga Korea resmi menjadi negara boneka atau negara
jajahan Jepang pada tahun 1910. Pendudukan Jepang membuat perekonomian,
pemerintahan, pertahanan dan tatanan kehidupan rakyat Korea hancur berantakan
karena eksploitasi total pihak Jepang terhadap Korea dalam kurun waktu 1910 –
1945 hingga akhirnya Korea Selatan memeperoleh kemerdekaannya pada tanggal
15 Agustus 1945.
30Don Baker, Korean Sprituality (Honululu: Univertsity of Hawai’I Press,2008),2. 31Perjanjian Eulsa merupakan perjanjian yang dilaksanakan antara jepang dan Korea pada
tahun 1905. Dalam perjanjian ini Korea Selatan dipaksa untuk menerima bahwa tanah Korea
digunakan sebagai pangkalan militer Jepang serta membatalkan hak diplomasi Korea. Hildi Kang,
Under The Black Umbrella: Voices From Colonial Korea 1910-1945 (USA: Cornell University
Press,2001),166.
31
Pada awal kemerdekaan Korea Selatan tahun 1945, perekonomian negara
ini sangat terpuruk karena tidak adanya sistem dan struktur tersendiri.32 Pada masa
itu walaupun kependudukan Jepang perkembangan perekonomian Korea yang
beralih dari agraris menjadi industri berat menjadi cukup maju, pada kenyataannya
kemajuan dalam bidang industri ini tidak memberikan dampak yang lebih baik
dalam perkembangan kesejahteraan rakyat Korea. Hasil dari industri ini hanya
untuk perkembangan perekonomian Jepang, sementara itu dari pihak Korea hanya
menjadi buruh dan pemasok bahan mentah industri. Keadaan Korea juga menjadi
lebih buruk setalah terjadi Perang Dunia II, yang terjadi pada tahun 1939 sampai
1945.33 Beberapa tahun kemudian pada 25 Juni 1950 sampai 27 Juli 195334 terjadi
perpecahan antara wilayah Korea bagian selatan dan Korea bagian Utara yang
didasari perbedaan ideologi yang dianut oleh kedua wilayah itu yaitu paham
kapitalis yang dianut Korea Selatan dan paham Komunis yang dianut oleh Korea
Utara. Dalam pencapaian ini yang membuat perekonomian Korea Selatan menjadi
goyah karena kekurangan infrastruktur di bidang industri.
Pasca Perang dunia II, posisi Korea Selatan merupakan persaingan antara
dua ideologi, yaitu liberal yang didukung Blok Barat dan komunis yang didukung
Blok Timur. Keadaan seperti ini membuat keuntungan tersendiri untuk Korea
32Pada tahun 1945-1953, Korea Selatan tidak memiliki sistem dan struktur tersendiri dalam
perekonomiannya dikarenakan menjelang kemerdekaannya perekonomian Korea dikendalikan oleh
Jepang, sehingga pasca penjajahan Jepang, Korea menjadi negara sendiri yang belum memiliki
idiologi dan arah perekonomian yang jelas karena mengalami masa transisi dari negara terjajah
menjadi negara merdeka. Lihat Gregory Grossman, Sistem – sistem Ekonomi (Jakarta: Bumi
Aksara,2004),63. 33Wikipedia “ Perang Dunia II “ artikel diunduh pada 02 februari 2014 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II 34Wikipedia “ Perang Korea” artikel diunduh 02 februari 2014 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Korea
32
Selatan, karena pada waktu itu, Amerika Serikat memberikan bantuan besar dalam
bidang ekonomi dan militer kepada Korea Selatan untuk menangkal masuknya
kekuatan komunis. Kedatangan Amerika Serikat ke Korea Selatan sangat
membantu untuk perekonomian dan perindustrian Korea Selatan dari kebangkrutan
total dengan menjadi penyokong dana untuk pembangunan Korea Selatan, yang
pada akhirnya membuat Korea Selatan berhutang budi pada Amerika Serikat.35
Korea Selatan yang dulu merupakan negara miskin dan terbelakang yang sangat
terbatas sumber daya alamnya sekarang menjadi negara maju, kerana negara
tersebut sangat berkomitmen mengembangkan teknologi untuk membangun
industri strategis agar bisa memajukan pertumbuhan ekonomi yang pesat.
B. Gambaran Umum Strategi Negara Dalam Pengembangan Teknologi
Transformasi ekonomi di Korea Selatan berjalan selama lima dekade.
Dengan mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) untuk membangun
industri strategis, Korea Selatan berhasil mengubah wajah kemiskinan dan
menggantinya dengan kemakmuran. Di awal 1960-an, tujuh tahun setelah perang
saudara dengan Korea Utara memasuki tahap genjatan senjata, negara ini praktis
tidak mempunyai kapasitas iptek berarti. Masyarakat agraris yang miskin, pada
kisaran periode tersebut Korea Selatan hanya memiliki dua lembaga riset
pemerintah. Keduanya bernuansa kepentingan militer, yaitu Institut Litbang
Pertahanan Nasional dan Lembaga Riset Nuklir Korea Selatan yang dibangun pada
35Byung-nak song, The Rise of The Korean Economy (New York: oxford University
Press,1997),41.
33
1959. Di seluruh negeri, hanya terdapat 5000 peneliti dan perekayasa teknologi
dengan kualifikasi yang tidak menggembirakan.36
Pada awal dasawarsa 1960-an industri di Korea Selatan juga sebenarnya
mengalami perkembangan yang cukup pesat namun, industrinya hanya tertuju pada
pasar domestik sehingga mengalami inflasi yang melumpuhkan perekonomian
nasional, yang berakibat pada meningkatnya harga bahan baku yang mempengaruhi
produksi dan rendahnya daya beli pasar domestik yang mengakibatkan sulit
mengejar pertumbuhan ekonomi. Di bawah rezim Park Chung-Hee Korea Selatan
mengalami transformasi menjadi negara industri yang sangat cepat. Presiden Park
Chung-Hee berbeda dengan pendahulunya yang tidak menekankan kebijakannya
pada penyatuan Korea, tetapi pada kemajuan ekonomi sebagai tujuan utamanya.37
Pada rezim Park Chung-Hee model pemerintah militernya dikenal dengan istilah
administrative democracy (demokrasi administratif) yang menekankan tujuan
pembangunan negaranya pada beberapa hal, yaitu pemberantasan korupsi,
memperkuat kemampuan mandiri masyarakat dan membangun keadilan sosial,
sedangkan dalam program pembangunan ekonominya menitikberatkan
pembangunan ekonomi dalam bidang industri dengan adanya intervensi negara
yang kuat.
Presiden Park Chung-Hee sangat menjujung tinggi ide kesetaraan dalam
pendistribuan dan persaingan bebas. Dia melihat bahwa pemerintah memiliki peran
36Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang Jaringan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),1. 37Jon Woronoff, Korea’s Economy: Man-Made Miracle (Seoul:The Si-sa-yong-0-sa
Publishers, 1983),28.
34
dalam mempogram pengembangan ekonomi nasional seperti mengawasi dan
mengatur jalannya industri sehingga setiap masyarakat mempunyai peluang untuk
berkompetisi secara bebas.38Dalam menerapkan kebijakan ekonomi Park Chung-
Hee membangun sebuah sistem birokrasi baru, sebuah sistem pemerintahan yang
berkiblat pada pendidikan barat dan menganut sistem militer, sejumlah kalangan
terpelajar diikutsertakan dalam pengembangan program pemerintah dan dalam
waktu yang bersamaan Park Chung-Hee juga melakukan pembersihan kabinet
dengan memecat sebagian besar pejabat senior yang dianggap bermasalah.
Pada tanggal 22 Juli 1961, pemerintah mengeluarkan rancangan program
pembangunan ekonomi selama lima tahun yang dikenal dengan “Rencana
Pembangunan Lima Tahun”.39 Tekad Park Chung-Hee dalam menjalankan
pembangunan lima tahun ini adalah agar Korea Selatan dapat menghadapi segala
ancaman yang datang dari Korea Utara, serta ingin lebih unggul dari Korea Utara.
Maka, caranya adalah dengan memajukan perekonomiannya. Disamping itu, Park
Chung-Hee juga ingin mencapai tujuan nasionalnya menjadi bangsa yang ingin
mandiri.
38Ibid.,28. 39Hyung-A Kim, Korea’s Development Under Park Chung Hee: Rapid industrialization,
1961 – 1979 ( London: Rautledge, 2004),80.
35
Tabel 3.1 Ringkasan tahapan kebijakan utama dalam pembangunan
ekonomi di Korea Selatan tahun 1961 - 1981
Tahun Kebijakan
Pelita I (1961 – 1966) Melakukan reformasi birokrasi
(menciptakan birokrasi baru dengan
merekrut orang – orang yang
berprestasi dan ahli dibidangnya
seperti : Military officers, technical
engineers dan keahlian lain yang
berkualitas professional).
Pelita II (1966 – 1971) Mendorong pertumbuhan ekspor.
Pelita III (1971 – 1976) Konsentrasi terhadap kebijkan
industri berat dan kimia
Pelita IV (1976 – 1981) Mendorong perkembangan teknologi
Sumber: diolah dari John Kie Chiango Oh, Korean Politics The Quest For
Democratization an Economic Development ( Lodon: Cornell University Press,
1999),36.
Dalam pembangunan ekonomi di Korea Selatan mengalam dua fase yaitu
fase pertama, kebijakan dari tahun 1961 – 1971 (dimana fase pertama dan kedua
dijalankan) fase ini di fokuskan agar dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dengan mulai menjalankan kebijakan Export-Oriented Industrialization
(EOI) dan pada tahap ini birokrasi yang bersih dan professional ditegakkan. Fase
kedua, kebijakan dari tahun (1971 – 1979) muncul kebijakan Yusin40 dan kebijakan
40Sistem yushin adalah suatu sistem yang sama dengan sistem kekuasaan Birokratik yang
dicetuskan di Amerika Latin. Latar belakang dari sistem ini adalah usaha Park Chung-Hee untuk
36
Heavy Chemical Industri (HCI), yaitu perubahan orientasi industri ringan ke berat,
serta memacu perkembangan teknologi yang mulai dilaksanakan pada pelita ketiga
hingga keempat.
Mengingat kaitan langsung antara industrialisasi dengan iptek, maka boleh
dikatakan perkembangan industri di suatu negara merupakan cerminan dari
perkembangan inovasi iptek. Sedangkan Korea Selatan justru memiliki
karakteristik terbalik yaitu perkembangan inovasi merupakan cerminan dari
perkembangan industri. Dengan demikian bisa dikatakan industri Korea Selatan
tumbuh lebih dahulu kemudian menyediakan acuan bagi arah perkembangan
inovasi teknologi. Kecenderungan ini hampir sama dengan Jepang maupun Taiwan
yang melakukan lompatan industri kemudian mencoba mengurai ilmu pengetahuan
dan teknologi yang menjadi pijakan industri tersebut.41
Sejak Korea Selatan mengubah dari ekonomi pertanian subsistence ke
negara industri baru, ekonomi Korea Selatan telah tumbuh setiap tahun rata – rata
hampir 9%, Peningkatan Gross National Product (GNP) sesuai dengan harga yang
berlaku dari $ 87 milyar pada tahun 1962 menjadi $ 6.253 milyar di tahun 1991.
Sedangkan total ekspor yang dihasilkan dari barang – barang manufaktur
meningkat dari 14,3% ke 95,0% dalam periode yang sama. Pada tahun 1960-an,
Korea Selatan memulai ekspor tekstil, plywood dan hasil – hasil produksi lain yang
memperketat kontrol pemerintahan atau sentralisasi kekuasaan, Yushin didesain untuk
mensentralisasi seluruh kekuatan politik dan untuk memberi kekuatan presiden dalam mengeksekusi
fungsi-fungsi dari kaki tangannya. 41Jelliarko Palgunadi, “Melirik Dinamika Evolusi Inovasi Teknologi Korea Selatan” artikel
diunduh pada 24 Desember 2013 dar http://matainginbicara.wordpress.com/2007/08/16/melirik-
dinamika-evolusi-inovasi-teknologi-korea-selatan/
37
dihasilkan dari pemanfaatan tenaga kerja. Sepuluh tahun kemudian barang dan jasa
konstruksi dari Korea Selatan mempunyai peluang untuk bisa menjadi supplier bagi
negara – negara maju. Pada pertengahan tahun 1980-an Korea Selatan menambah
jumlah jenis yang diekspor seperti semi konduktor memory chips, video cassette
recorder dan mobil. Antara tahun 1961 dan 1990, nilai tambah dari sektor pertanian
menurun dari 38,7% ke 9,1%, sementara pertambangan dan sektor manufaktur telah
meningkat dari 15,4% menjadi 29,7%.42
Keadaan di atas, sekiranya tidak terlepas dari keberhasilan Korea Selatan
dalam mengembangkan sektor industri yang berorientasi ekspor yang menjadi
program andalan pemerintah.43 Di awal pembangunan industri, Korea Selatan telah
mendorong untuk mendukung industri – industri substitusi impor dan orientasi
ekspor pada industri ringan melalui insentif pajak dan keuangan. Disamping itu
pemerintah juga menyiapkan dana pembangunan untuk membangun industri berat
dan industri kimia. Dalam hal ini, Korea Selatan menekankan ekspor Karena Korea
Selatan memiliki alasan antara lain miskin dengan sumber – sumber alam, kecilnya
pasaran dalam negeri, serta adanya pengurangan bantuan dana dari Amerika
Serikat. Adapun hakikat srategi pembangunan yang memandang keluar bagi Korea
Selatan ialah memanfaatkan keunggulan – keunggulan komparatif dalam barang –
barang yang diproduksi secara padat karya (labor-intensive).
42M. Arifin. et al. Peran Iptek dalam Pembangunan Industri (Jakarta:Lemabaga
Pengetahuan Indonesia,Pusat Penelitian Perkembagan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(PAPPIPTEK-LIPI)),52. 43Leopoldo Solis dan A. Montemayor, Suatu Pandangan Meksiko tentang Pilihan antara
Orientasi ke Luar dan ke Dalam (Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.,2001),130-134.
38
Korea Selatan dalam meninggalkan pola struktur perekonomian yang
agraris, kemudian melaju memasuki tahap industri ringan/perakitan, kemudian
industri berat/kimia, baru dilanjutkan dengan industri yang berbasis ilmu
pengetahuan seperti sekarang. Dalam hal ini, Presiden Park Chung-Hee percaya
bahwa kemandirian industri akan memutuskan ketergantungan kuat pada bantuan
asing. Maka, pemerintah membangun berbagai lembaga – lembaga pendidikan/riset
iptek, yang bertugas mengurai teknologi asing (reverse engineering)44 dan
melisensikannya ke sektor perindustrian dalam negeri, pemerintah juga
mengandalkan dana pinjaman jangka panjang sebagai modal membangun institusi
riset dan memilih unit – unit industri swasta tertentu seperti chaebol45 (konglomerat
pribumi) sebagai mitra kerja utama.46
Perlu ditekankan pula model pengambil alihan atau akuisisi teknologi demi
industrialisasi dimulai dengan kebijakan alih teknologi dari luar. Korea Selatan
memiliki dua tujuan dalam program ini yaitu, memulai proses alih teknologi dari
luar dan meningkatkan kapasitas daya serap domestik dalam hal mencerna,
memodifikasi dan mengembangkan teknologi asing. Pada saat itu Korea Selatan
hampir secara keseluruhan bergantung pada teknologi dari luar.47 Korea Selatan
44Reverse engineering adalah sebuah proses untuk mencari dan menemukan teknologi yang
bekerja di balik suatu sistem, perangkat atau objek, melalui sebuah proses analisa mendalam pada
struktur, fungsi dan cara kerja dari sistem, perangkat atau objek yang di teliti. Artikel diunduh pada
18 maret 2014 dari http://ayrbyte.blogspot.com/2013/04/apa-itu-reverse-engineering_12.html 45Chaebol itu adalah sebutan untuk sebuah kelompok besar keluarga yang mengendalikan
perusahaan-perusahaan di Korea. Kalau dilihat secara literal, menurut struktur penulisannya,
chaebol berarti hubungan bisnis. Chaebol disebut-sebut telah ada sejak dinasti Chosun terakhir
sebelum formal japanese annexation (penggabungan/penyerobotan) pada 1910. Artikel diunduh
pada 18 maret 2014 dari http://www.wisegeek.com/what-is-a-chaebol.htm 46Ibid.,2. 47Jelliarko Palgunadi, “Melirik Dinamika Evolusi Inovasi Teknologi Korea Selatan” artikel
diunduh pada 24 Desember 2013 dari http://matainginbicara.wordpress.com/2007/08/16/melirik-
dinamika-evolusi-inovasi-teknologi-korea-selatan/
39
tidak seperti negara berkembang lainya yang tidak mengandalkan foreign direct
investment (FDI)48 maupun membeli lisensi asing untuk mendapatkan modal
teknologi produksi, pilihan tersebut dipilih Korea Selatan karena pemerintah tidak
memiliki sumber dana yang cukup.
Dalam kebijakannya yang “anti braindrain”,49 Presiden Park Chung-Hee
menetapkan periset Korea Selatan yang ingin kembali setelah sukses di luar negeri,
akan menerima gaji bahkan lebih besar dibandingkan nilai yang diterimanya.
Kebijakan ini ternyata berdampak lebih besar karena bisa menambah kemampuan
teknologi, manajemen dan jaringan kerja penelitian dan pengembangan (litbang)
Korea Selatan. Pada awal 1970-an, berkat hasil riset pemerintah industri elektronik
mulai bekerja hingga pada tahun 1980-an pemerintah membiayai sekitar 62%
anggaran iptek di lembaga riset nasional, 9,2% untuk perguruan tinggi dan sisanya
sekitar 28,8% dikerahkan untuk pihak swasta.50
Dengan motif ingin memperbaiki daya saing sektor industrinya, pemerintah
memiliki peranan besar untuk mencetak tenaga terdidik, di samping menggelar
48Foreign Direct Investment (FDI) ialah investasi asing yang melibatkan pendirian bisnis
baru dan transfer modal untuk menanggung investasi tersebut[. FDI secara lebih spesifik memiliki
pengertian sejumlah penanaman modal dalam jangka panjang ke sebuah perusahaan di negara lain.
Penanaman modal yang diijinkan ialah sekurang-kurangnya sejumlah 10% dari kepemilikan modal
murni. FDI menjadi bisnis sebagian besar perusahaan yang diizinkan di sejumlah negara
berkembang. Situasi yang mendorong ialah, (1) terjadi kelengahan ekonomi domestik sehingga
perusahaan mengembangkan bisnis di negara lain, (2) terdapat prospek potensial dan jangka
panjang/ jangka pendek (melibatkan faktor dependen) perusahaan untuk berinvestasi di luar negeri,
(3) motif untuk mengurangi ketergantungan di negara asal, motif untuk mencapai produksi yang
lebih efisien dan keuntungan maksimal, motif mendekati pasar, motif mencari pasar yang lebih luas.
Artikel diunduh pada 16 Maret 2014 dari http://frenndw.wordpress.com/2011/01/18/investasi-
langsung-asing-foreign-direct-investment/ 49Braindrain adalah di mana penduduk dengan taraf pedidikan yang tinggi melakukan
emigrasi sehingga tidak bisa memberikan kontribusi langsung bagi kemajuan bangsa. Wawancara
dengan Bapak Amir F. Manurung pada 10 maret 2012. 50Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang Jaringan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),2.
40
upaya menguraikan dan meyebarluaskan pengetahuan atas teknologi asing, Korea
Selatan juga mempunyai semangat kemandirian yang tinggi hanya memandang
industri asing yang masuk sebagai pemberi konsultasi.
Diagram 3.1 Mengejar Ketertinggalan: Metode Alih Teknologi Asing di
Korea Selatan Pada Era 1960 Hingga 1970-an
Sumber: diolah dari Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang
Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),3.
Diagram di atas menunjukan peran pemerintah dalam membantu
pengembangan teknologi dengan mengeksplorasi teknologi asing dengan tujuan
melakukan akuisisi dan asimilasi (imitasi) teknologi asing bagi sektor industri.
Pemerintah membangun Korea Institute of Science and Tecnology (KIST) pada
tahun 1970-an yaitu lembaga riset industri perdana milik pemerintah yang bertugas
menguraikan teknologi asing untuk diadaptasikan pada sektor industri Korea
Selatan. KIST dalam mengembangan teknologi yang bersumber dari pihak asing
menguraikan berbagai pengembangan teknologi untuk pabrik industri yang
41
menciptakan industri ringan/perakitan dan berat/kimia, KIST juga mengembangkan
teknologi permesinan.
Diagram 3.2 Metode Pembangunan Industri Berat/Kimia di Era 1980-an
dan Rantai Produksi Baru 1990-an
Sumber: diolah dari Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang
Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),3.
Diagram di atas menunjukan bahwa pemerintah dalam menjalankan
program riset nasional juga melibatkan perguruan tinggi. Pemerintah dalam
mengintervensi sektor produksi dengan cara memberikan suplai modal iptek dan
tenaga terdidik dan kemudian pemerintah membangun Government Research
Institution (GRI) lembaga riset milik pemerintah. GRI dirancang untuk
bekerjasama secara langsung dengan pihak swasta agar sektor industri dapat
mengadopsi teknologi asing secara efesien. Selain memberikan pendanaan,
pemerintah mendorong keterlibatan swasta baik untuk membangun satuan litbang
42
mandiri, yang berfungsi sebagai unit mitra GRI karena swasta semakin mampu
dalam meriset secara mandiri.
Pemerintah setelah mendirikan KIST sebagai lembaga riset nirlaba pada
tahun 1971 atas ide Presiden Park Chung-Hee, kemudian negara juga mendirikan
Korea Advanced Institute of Science and Technology (KAIST), KAIST merupakan
perguruan tinggi teknologi yang menekankan fungsi sebagai lembaga pendidikan
dalam mencetak sarjana dan ahli sains/teknologi. Belajar dari keberhasilan KIST,
untuk membantu industri mendapatkan modal strategis berupa pengetahuan teknik,
pemerintah mendirikan beberapa lembaga GRI sepanjang 1968 hingga 1980, yaitu
antara lain:
Korea Research Institute of Standards and Science (KRISS), berdiri pada
1975 untuk membantu industri mempelajari dan menentukan standar proses,
kalibrasi/presisi peralatan, keamanan penggunaan instrumentasi, serta
kualitas produk akhir;
Korea Institute of Machinery and Metals (KIMM), didirikan pada 1976,
untuk membantu industri mekanika mendapatkan servis pengujian/evaluasi
komponen dan material produksi, serta pengetahuan yang menyertainya.
KIMM mendukung Korea Selatan mengembangkan industri lokal untuk
komoditas mesin dan rekayasa metal;
Electronics and Telecommunications Research Institute (ETRI), merupakan
lembaga yang lahir pada 1985, hasil penggabungan antara lain dari Korea
Electronics and Communications Research Institute (KECRI), Korea
Electronics and Telecommunications Research Institute (KETRI), serta
43
Korea Telecommunications Research Institute (KTRI). Ketiganya berdiri
pada 1976. Pendirian ETRI antara lain berkat dukungan daya riset
ekonomik dari Korea Insitute for Industrial Economics and Trade (KIET).
ETRI atau ketiga elemen pendirinya adalah salah satu komponen penting
dalam membentuk agenda kompleks mengembangan sistem industri
telekomunikasi modern Korea Selatan, yang mulai bergulir pada 1976.51
Agar dapat berkolaborasi dengan GRI secara harmonis, pemerintah
menghimbau pihak swasta turut membangun unit litbangnya sendiri, anjuran ini
mendapat sambutan baik. Pada 1988, unit riset industri mencapai 604 lembaga, dan
di tahun 1989 berkembang menjadi 705. Tahun 1982 memiliki makna khusus bagi
perkembangan modernisasi industri Korea Selatan, yaitu dimana besarnya alokasi
dana iptek pemerintah menjadi lebih kecil dibanding biaya riset swasta.
Menyadari hal ini, pemerintah kemudian mengganti dominasi tujuan dana
penelitian untuk sektor industri dan memilih topik riset beresiko tinggi yang
membutuhkan kerjasama lintas bidang disiplin ilmu sebagai proyek nasional.
Contoh proyek tersebut adalah menyiapkan industri teknologi informasi dan
komunikasi (TIK). Dampaknya hingga sekarang Korea unggul di komoditas TIK.
Jadi, Proses industrialisasi Korea Selatan mulai terjadi saat pemerintah
mengintervensi sektor produksi, dengan memberikan suplai modal iptek dan
tenaga terdidik. GRI, kelompok riset pemerintah, merupakan instrumen
kelembagaan bagi kebijakan tersebut. GRI dirancang untuk bekerjasama secara
51Ibid.,8.
44
langsung dengan pihak swasta agar sektor industri dapat mengadopsi
teknologi asing secara efisien. Selain memberikan pendanaan, pemerintah
mendorong keterlibatan swasta baik untuk membangun satuan litbang mandiri,
yang berfungsi sebagai unit mitra GRI. Dengan demikian, pemerintah membina
swasta melakukan manajemen iptek secara mandiri. Secara bersamaan, strategi ini
juga mendorong GRI lebih mengembangkan wawasan bekerjasama maupun
melayani sektor bisnis.52
Secara umum upaya – upaya yang dilakukan pemerintah Korea Selatan
dalam industrialisasi sejak lima dekade yang lalu dapat secara kronologis
disimpulkan sebagai berikut:
a. Pertama, Keseimbangan perdagangan merupakan perhatian yang utama
dari semua kebijakan pada awal dari era industrialisasi, yang ditandai
dengan kebijkaan substitusi dan kebijkan – kebijakan promosi ekspor.
b. Kedua, pemerintah telah memberikan bantuan pada perusahaan –
perusahaan swasta yang terpilih di bidang industri berat dan industri
kimia dengan mengalokasikan sebagian besar dari sumberdaya.
c. Ketiga, kebijakan industri mendukung beberapa industri strategis, seperti
elektronik, mobil dan komputer mikro-chip telah memungkinkan mereka
untuk memprakarsai pengembangan teknologi tinggi. Untuk mendukung
industri – industri tersebut, program – program penelitian dan
52Ibid., 8-9.
45
pengembangan didirikan dan kebebasan impor teknologi telah
mempunyai dampak yang positif.53
Dalam proses pebangunan sektor iptek untuk menunjang pembangunan
industrialisasi di Korea Selatan, pemerintah memiliki basis hukum dengan
mengeluarkan berbagai undang – undang yang penting dalam pengembangan iptek.
Sejak tahun 1960-an ada dua undang – undang yang sangat berpengaruh pada
periode tersebut yaitu “ Undang – Undang Promosi Iptek” dan “ Undang –Undang
Lembaga Iptek Korea Selatan”. Untuk mendorong kegiatan – kegiatan sektor
swasta di bidang litbang, “Undang – Undang Promosi”, “Undang – Undang
Konsultasi Teknologi” dan “ Undang – Undang Sertifikasi Teknologi” yang telah
diundangkan pada tahun 1970-an. Pada tahun 1980-an pemerintah telah mencoba
mendorong kerjasama kegiatan penelitian dan pengembangan melalui “ Undang –
Undang Foresting Research Association of Industrial Technology” (Undang –
Undang Asosiasi Bantuan Penelitian pada Teknologi Industri).54
a. Undang – Undang (Mengenai Promosi Iptek)
Undang – undang promosi iptek adalah perundang – undangan yang
pertama berhasil dijadikan hukum dan telah memberikan pelayanan sebagai
dasar perundang – undangan iptek lain yang berisi kebijakan dan
perencanaan secara menyuluruh untuk pengembangan iptek. Isi yang utama
dari undang – undang termasuk di dalamnya menyusun dan
mengkoordinasikan rencana jangka panjang bagi pengembangan Iptek dan
53M.Arifin,Santosa, Tri Surya K, Putut Budijanto, Dina Nurul Fitria, Vetti Rina Prasetyas,
Peran Iptek dalam Pembangunan Industri (Jakarta:Lemabaga Pengetahuan Indonesia,Pusat
Penelitian Perkembagan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PAPPIPTEK-LIPI)),53. 54Ibid.,55.
46
merumuskan pembentukan panitia dibidang promosi Iptek dan
Pengembangan SDM.
Undang – undang yang telah dibuat dimaksudkan untuk memperkuat jumlah
investasi negara di bidang Iptek yang hanya mencapai 0,2% dari GNP pada tahun
1967. Beberapa isi yang lain di dalam undang – undang yang dianggap penting
adalah:
- Menetapkan peran dan misi pemerintah di dalam mengembangkan Iptek
nasional
- Menjelaskan tentang didirikannya majelis kepresidenan di bidang promosi
teknologi.
- Prinsip – prinsip negara di dalam pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM), penelitian dan pengembangan secara sistematis dan impor teknologi
asing.
- Menentukan ukuran – ukuran lain di bidang promosi Iptek.
Bagaimanapun isi dalam undang – undang tidak menjelaskan secara rinci
tentang peranan koordinasi Iptek yang dihubungkan dengan kebijakan – kebijakan
dan hukum, tetapi menerangkan tentang bidang dan fungsi keterlibatan pemerintah
di dalam pengembangan Iptek.
b. Undang –Undang Lembaga Iptek Korea Selatan
Perundang – undangan lain yang dianggap penting adalah “Undang –
undang mengenai lembaga Iptek Korea Selatan” yang telah diundangkan
sejak tahun 1966 kini merupakan produk hukum yang pertama tentang
47
dukungan pemerintah terhadap lembaga penelitian dan model yang
disediakan untuk lembaga – lembaga yang sama yang berkenaan dengan
pelaksanaan penelitian yang otonom. Pendirian lembaga iptek Korea
Selatan yang telah diprakarsai sebagi proyek kerjasama antara Korea
Selatan dan Amerika Serikat telah memberikan dampak yang penting
terhadap penggunaan tenaga – tenaga asing di tingkat – tingkat jabatan yang
tinggi. Lembaga tersebut sekarang dikenal dengan Korea Industrial of
Science and Technology (KISTI).
c. Undang – undang Promosi Teknologi
Undang – undang ini telah diberlakukan sejak tahun 1972, yang dibuat
dengan tujuan untuk mendorong kegiatan – kegiatan penelitian dan
pengembangan sektor swasta dengan maksud sebagai cadangan pendanaan
dalam pengembangan teknologi dan insentif pajak serta menyediakan
informasi teknologi bagi perusahaan – perusahaan swasta. Ketentuan
tentang “ Cadangan Pengembangan Teknologi” telah diubah yang tadinya
ditentukan oleh pemerintah menjadi kebebasan untuk memilih bagi
perusahaan – perusahaan swasta pada tahun 1994. Pada waktu “Undang –
Undang Promosi iptek ” ditetapkan peran pemerintah di dalam pengertian
ekonomi makro berisi rincian tentang maksud dari beberapa aspek
pendukung seperti pembiayaan potongan pajak dan lain – lain.55
Pembuatan Undang – Undang oleh Penyelenggara Pengembangan Iptek
55Ibid.,55-57.
48
a. Tahap pertama adalah membangun infrastruktur. Beberapa produk
hukum telah diundangkan pada permulaan pembangunan infrastruktur
iptek dan telah disediakan suatu penataan kerangka kerja dasar untk
standar industri dan hak atas karya ilmiah. Misalnya: Undang – Undang
Tenaga Atom, Undang – Undang Administrasi Cuaca, Undang –
Undang Perlindungan Terhadap Penemuan Baru, Undang –Undang
Paten, Undang – Undang Usaha Kecil Menengah, Undang – undang
Pengukur Pengurangan Pajak dan Undang – Undang Perangsang Modal
Asing telah diundangkan pada periode tersebut.
b. Undang – Undang yang berkaitan dengan organisasi
Menurut “Undang – Undang Organisasi Pemerintah” yang telah
diundangkan pada tahun 1948, Departemen Pendidikan diberi
tanggunng jawab untuk melaksanakan kebijakan nasional di bidang
iptek. Badan Tenaga Atom dibentuk di bawah presiden
mengembangkan pemanfaatan tenaga atom untuk kepentingan damai.
c. Undang – undang yang berkaitan dengan penelitian dan pengembangan
produk hukum pertama yang diundangkan menyangkut bidang
penelitian dan pengembangan adalah “Undang – Undang Tenaga
Atom” tahun 1958. “Undang – Undang Administrasi Cuaca” telah
diundangkan tahun 1961 untuk memodernisasikan administrasi
mengenai observasi-observasi cuaca.
d. Undang – undang yang berkaitan dengan standar industri dan hak atas
industri untuk melindungi kegiatan-kegiatan inovasi oleh sektor swasta,
49
“Undang – Undang Perlindungan Penemuan Baru”, “Undang – Undang
Paten”, Undang – Undang Model Pemanfaatan, Undang – Undang
Potongan, Undang – Undang Merk Dagang dan Undang – Undang
Standar Industri telah diundangkan untuk mengawasi standar dan
kualitas.
e. Infrastruktur Bangunan Iptek
Selama periode akhir tahun 1960-an dan awal tahun 1970-an telah
disetujui: Undang – Undang Promosi Pengembangan Teknologi, hal ini
merupakan peristiwa yang sangat penting.
f. Undang – Undang mengenai Organisasi
Menteri Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dibentuk berdasarkan Undang
– Undang Organisasi Pemerintah tahun 1967 dengan kedudukan
sebagai Menteri Muda.
g. Pembentukan Sistem Promosi Iptek
Banyak perundang – undangan yang penting mengenai lembaga –
lembaga penelitian pemerintah dan kebijakan promosi Iptek telah
diundangkan antara awal tahun 1970-an dan akhir tahun 1980-an.
h. Undang – undang yang berkaitan dengan Lembaga Penelitian Tenaga
Atom Korea Selatan telah didirikan berdasarkan “Undang – Undang
Lembaga Penelitian Tenaga Atom” digabungkan dengan lembaga-
lembaga penelitian lain seperti: Lembaga Penelitian Tenaga Atom,
Lembaga Penelitian Radiotherapeutics, dan Lembaga Penelitian
Pertanian Radioaktif. “Undang – Undang Bantuan Khusus Lembaga
50
Penelitian” (Forestering Specific Research Institute Art) telah
diundangkan untuk memperkuat hubungan antara lembaga-lembaga
penelitian tertentu dan industri berat serta industri kimia pada tahun
1973. Khususnya Undang – Undang Bantuan Khusus Lembaga
Penelitian ditujukan untuk mendukung lembaga – lembaga penelitian
pemerintah yang berhubungan dengan lima sektor industri strategis
yakni: pembuatan kapal, pengembangan kelautan, mesin – mesin secara
umum, elektronik, komunikasi dan petrokimia.56 Selanjutnya, Undang
– undang juga menetapkan diadakannya reorganisasi di beberapa
lembaga – lembaga penelitian pemerintah untuk meningkatkan
efisiensi.
i. Undang – undang yang berkaitan dengan tenaga teknik dan promosi
investasi iptek “Undang – Undang Sertifikasi Teknologi” telah
diundangkan pada tahun 1973 untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja
pada industri – industri strategis. Selanjutnya, “Undang – Undang
Manajemen Perusahaan Negara” di bidang tenaga kerja industri Korea
Selatan dan “Undang-Undang Perguruan Tinggi Teknik Korea Selatan”
menjelaskan tentang prinsip – prinsip lembaga latihan kerja, pengujian
– pengujian kualitas teknik dan dukungan teknik bagi peserta. “Undang
– Undang Konsultasi Teknologi” dibuat untuk menaikkan tingkat
56Petrokimia adalah bahan kimia apapun yang diperoleh dari bahan bakar fosil. Ini
termasuk bahan bakar fosil yang telah dipurifikasi seperti metana, propana, butana, bensin, minyak
tanah, bahan bakar diesel, bahan bakar pesawat, dan juga termasuk berbagai bahan kimia untuk
pertanian seperti pestisida, herbisida, dan pupuk, serta bahan-bahan seperti plastik, aspal, dan serat
buatan. Artikel diunduh pada 12 Maret 2014 dari http://id.wikipedia.org/wiki/Petrokimia
51
teknologi dan konsultan – konsultan lokal melalui standar kualitas.
Untuk mendapatkan dukungan pembiayaan dalam pengembangan
teknologi oleh perusahaan swasta, pemerintah telah mendirikan
Perusahaan Pengembagan Teknologi Korea Selatan (Korea Technology
Development Corporation/KTDC) pada tahun 1981, yang telah
berkembang menjadi Bank Teknologi Korea Selatan yang
menyediakan pelayanan seperti penyimpanan pinjaman dan investasi
untuk pengembangan teknologi sektor swasta. Para pengusaha
memperoleh perlakuan istimewa pemerintah dari usaha kecil dan
menengah diatur melalui “Undang – Undang Promosi Perlakuan
Khusus bagi Usaha Kecil dan Menegah”.
j. Peraturan Iptek
Dalam pengembangan kerangka kerja dasar dalam pengembangan
teknologi, pemerintah mempercepat untuk memperoleh dukungan
dalam pengembangan industri teknologi melalui “Undang – Undang
Pengembangan Industri Teknologi” pada tahun 1986.
k. Undang – undang yang berkaitan dengan dukungan litbang industri
Perundang – undangan tentang “Undang – Undang Pengembangan
Teknologi Industri” adalah merupakan sesuatu yang amat penting bagi
dukungan pemerintah terhadap kegiatan – kegiatan penelitian dan
pengembangan. Dalam undang – undang tersebut terdiri dari tujuh
undang – undang yang termasuk di dalamnya seperti “Undang –
Undang Promosi Mesin”, The Petrochemical Engineering. Undang –
52
Undang Bantuan Tenaga Teknik Petrokimia dan Undang – Undang
Promosi Elektronik memuat prinsip pengembangan dan keterlibatan
pemerintah secara intensif. Dana pengembangan industri telah
ditetapkan dan dikelola oleh panitia pengembangan industri sesuai
dengan undang – undang. Kemudian undang – undang untuk
mengembangkan asosiasi teknologi industri telah diundangkan untuk
mendorong kerjasama penelitian antar perusahaan dan undang –
undang untuk mendukung memulainya usaha kecil dan menengah
untuk mendorong penggunaan modal yang beresiko kecil.
l. Undang – undang yang berkaitan dengan pengembangan arus
informasi, komunikasi dan industri – industri teknologi tinggi perluasan
dan penggunaan jaringan komputer telah didorong dengan adanya
undang – undang yang mendorong penggunaan pemanfaatan komputer
dan onderdil serta pelatihan bagi tenaga spesialisasi komputer pada
tahun 1986. Dengan undang – undang tersebut juga telah ditentukan
terbentuknya lembaga komputer Korea Selatan dan asosiasi promosi
komunikasi informasi Korea Selatan. Undang – Undang Perlindungan
Program Komputer dan Undang – Undang Promosi Pengembanga
Perangkat Lunak telah diundangkan untuk melindungi hak milik bagi
penemu, untuk meningkatkan pengembangan informasi dan
komunikasi teknologi, lembaga penelitian dan pengembangan
komunikasi telah didirikan pada tahun 1987. Survei pengumpulan data
dan analisa informasi yang berkaitan dengan masalah – masalah
53
komunikasi telah menjadi tugas lembaga tersebut, sesuai dengan
“Undang – Undang Lembaga Penelitian Pengembangan Komunikasi”.
“Undang – Undang Pengembangan Penelitan Informasi Teknologi”
juga mengakibatkan diperlukannya penyediaan dana untuk promosi
litbang di bidang informasi teknologi pada tahun 1991. Sebagai
pengganti “Undang – Undang Promosi Industri Pesawat Terbang” pada
tahun 1987, pemerintah menetapkan rencana induk pengembangan
industri pesawat terbang. Dalam undang – undang tersebut berisi
peraturan – peraturan tentang dana pemerintah yang harus disediakan,
panitia dan lembaga – lembaga penelitian.
m. Undang – undang yang berkaitan dengan perlindungan lingkungan
“Undang – Undang Perlindungan Pencemaran” telah berkembang
menjadi “Undang – Undang Perlindungan Lingkungan” yang
selanjutnya dibagi kedalam beberapa undang – undang sesuai dengan
tipe – tipe pencemaran pada tahun 1990. Upaya pemerintah untuk
melindungi lingkungan yang telah ditekankan melalui perundang –
undangan “Undang – Undang Penilaian Terhadap Dampak
Lingkungan” dan menyediakan dana khusus untuk perbaikan
lingkungan pada tahun 1994. Badan usaha negara untuk memulihkan
sumber daya Korea Selatan, telah didirikan pada tahun 1993,
ditugaskan untuk mengurangi pemborosan.57
57Ibid.,57-62.
54
BAB IV
PERAN NEGARA DALAM PENGEMBANGAN TEKNOLOGI DAN
INDUSTRI PERIODE 1990 - 2002
Bab ini hendak memperkuat pembahasan pada bab sebelumnya dengan
menjawab pertanyaan penelitian yang dikemukakan pada awal skripsi ini. Penulis
akan menganalisa studi kasus dengan menggunakan kerangka teori dan strategi
negara dalam pengembangan teknologi dan industri. Data – data literatur yang telah
dicantumkan akan dianalisa sehingga diharapkan dapat menjelaskan mengenai
peran negara dalam pengembangan teknologi.
A. Peran Negara dalam Pengembangan Teknologi
Peran negara dalam pengembangan teknologi dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Saat ini tidak bisa dipungkiri bahwa tidak ada satu negara yang
mampu mencapai kemajuan ekonomi tanpa melakukan pengembangan teknologi.
Maka dari itu, upaya pengembangan teknologi menjadi satu program yang harus
dilakukan oleh negara. Pada kasus Korea Selatan, pengembangan teknologi juga
dipersiapkan untuk membangun industri strategis, yang kemudian negara dengan
kekuatan politiknya berperan dalam menentukan arah pembangunan itu sendiri dan
mengkoordinasikan dengan lembaga riset negara, universitas dan swasta.
Dalam hal ini juga sesuai dengan teori developmental state bahwa
pembangunan ekonomi merupakan prioritas utama bagi pemerintah dalam
mencapai tujuan pembangunan ekonomi tersebut, negara mempunyai peran yang
55
sangat besar, tidak hanya dalam hal perencanaan pembangunan saja tetapi didukung
juga oleh birokrasi yang bersih, kompeten dan profesional.
Pada pengembangan teknologi dan industri di Korea Selatan, negara sangat
mengintervensi dalam sektor strategi proyek – proyek riset dalam mensukseskan
industri strategis. Saat ini, perkembangan teknologi di Korea Selatan sekarang lebih
mandiri karena bila tadinya industri membutuhkan teknologi agar bisa mengimitasi
produk asing,tetapi sekarang Korea Selatan telah mampu mengembangkan
teknologi yang lebih inovatif sehingga mampu menciptakan industri mermoda lebih
kompleks, menyerap tenaga kerja dan bernilai lebih kompetitif, strategi ini lahir
setalah pemerintah menerima evaluasi bahwa sektor perdagangan tengah
menghadapi kombinasi masalah defisit besar, melonjaknya biaya tenaga kerja serta
menurunnya laju investasi industri sehingga Korea Selatan memerlukan teknologi
lebih intensif agar dapat melakukan ekspansi keragaman produksi.58
Sistem legal-kontinental 59 di Korea Selatan juga menuntut peran kuat
pemerintah pusat. Peran dominan ini makin dibutuhkan mengingat Korea Selatan
tidak memiliki sumber daya alam yang memadai dan juga mempunyai jumlah
penduduk yang besar. Pada era 1990-an, jumlahnya sudah mendekati 50 juta jiwa.
Di samping itu, kondisi geopolitik Asia Timur juga tidak memungkinkan industri
swasta Korea Selatan tumbuh secara natural dan modal sendiri. Di samping itu,
58Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang Jaringan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),12. 59Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri adanya berbagai ketentuan-
ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh
hakim dalam penerapannya
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090722214145AAwA51S)
56
Korea Selatan juga memiliki masalah sosial, di mana pertumbuhan budaya setempat
banyak digerus oleh invasi asing dan praktik menutup diri di era-era
sebelumnya.60Sehingga negara bekerjasama dengan swasta dan universitas untuk
mengembangkan program riset pengembangan teknologi dan industri agar lebih
mandiri, bernilai kompetitif, dan bisa bersaing dengan negara maju lainya. Program
riset tersebut sebagai berikut:
A.1 Program “Highly Advanced National (HAN) project”
Pada tahun 1992 proyek riset top-down perdana pemerintah mulai
dijalankan yang di beri nama “G7 Project” dan kerap dikodifikasi sebagai “HAN”
akronim dari ‘highly advanced national (HAN) project’. Dalam pembangunan
proyek HAN ini, pemerintah menggunakan anggaran sekitar 4,6 milyar dolar AS
untuk 10 tahun masa kegiatan. Secara ambisius, proyek HAN menetapkan target
menghasilkan serangkaian modal teknologi yang dapat memasuki tahap produksi
massal atau memperbaiki kapabilitas sektor industri setidaknya pada tahun 2001.
Proyek HAN hanya menyediakan waktu lima tahun untuk menyelesaikan
prototype sebelum memasuki tahap aplikasi. Latar belakang tersebut mengarah
proyek HAN agar memprioritaskan membiayai riset pada domain yang sudah
memiliki cikal industri (critical mass) di Korea Selatan, sekaligus
memperhitungkan faktor kerjasama internasional terutama untuk menciptakan
saluran penyediaan sumber daya. Dalam pembangunan proyek HAN mempunyai
dua kategori yaitu pertama, pengembangan industri produk teknologi tinggi.
60Wawancara langsung dengan Amir F. Manurung pada tanggal 08 desember 2013.
57
Kedua, pengembangan teknologi inti. Cakupan disiplin teknologi proyek HAN
adalah teknologi luar angkasa, permobilan, rekayasa biologi, komunikasi,
komputer, elektronik, lingkungan hidup, mesin dan metal, energi nuklir, serta semi-
konduktor.
Dalam pembangunan proyek HAN berada di tangan Kementrian Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, disamping itu juga proyek HAN juga melibatkan
struktur kerjasama lintas kementerian seperti Kementerian Perdagangan dan
Industri, Kementerian Komunikasi, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan,
serta Kementerian Lingkungan Hidup. Proyek HAN menghimpun partispasi
seluruh elemen litbang (penelitian dan pengembangan) Korea Selatan yang bekerja
di GRI (government research institutions), industri maupun perguruan tinggi, unsur
– unsur tersebut dilibatkan sebagai bagian tim koordinator komite dan tenaga ahli.
Dalam pembangunan proyek HAN menggunakan pendanaan yang heterogen, 56%
dari anggaran pemerintah dan 44% berasal dari swasta. Proyek HAN yang
berlangsung 1992 – 2001 ini, pemerintah Korea Selatan membangun kekuatan
nasional untuk meretas antara lain: Industri semikonduktor komponen memory,
teknologi integrated services digital networks (ISDN), televisi berdefinisi tinggi
(high-definition TV/HDTV), sistem manufaktur otomatis dan fleksibel.61
A.2 Program Foresight
61Ibid., 12 -13.
58
Korea Selatan dalam pengembangan teknologi untuk pembangunan industri
tidak hanya mengandalkan proyek HAN, tetapi juga membangun proyek progam
foresight dalam program ini berfungsi untuk menyediakan kesempatan evaluasi
bagi pemerintah Korea Selatan untuk memperhitungkan dampak – dampak
kehadiran teknologi baru, berkat program Foresight, pemerintah dapat mengkaji
tidak hanya kemungkinan mengembangkan industri yang sudah ada, namun juga
mensimulasikan pola konvergensi sektor produksi dalam menghasilkan komoditas
yang baru. Dalam kegiatan proyeksi industri ini menggunakan teknik wawancara
yang disebut metode Delphi.
Dalam pembanguan teknologi pemerintah Korea Selatan memiliki berbagai
kegitan yang bemisi foresight, antara lain: Studi Skala Besar Delphi (1994), Studi
Delphi II (1999), Rencana Teknologi Nasional (2002), Studi Delphi III (2004),
Studi Delphi IV (2011). 62 Kemandirian teknologi yang dicapai Korea Selatan
disebabkan strategi kebijakaan teknologi yang diintegralkan dengan kebijakan
industri dan dalam pengembangan inovasi sains dan teknologi menjadi bagian dari
pengembangan industri.63
Proyek – proyek riset yang dilakukan di Korea Selatan juga karena adanya
relasi yang dinamis antara negara dengan kekuatan-kekuatan yang ada di dalam
masyarakat. Meskipun memiliki otonomi, negara memiliki keterkaitan (embedded
) dengan kekuatan-kekuatan non state dan aktor - aktor lain, baik eksternal maupun
62Ibid.,13. 63Wawancara langsung dengan bapak Dudi Hidayat pada tanggal 06 maret 2014.
59
internal, melalui di mana negara mampu melakukan koordinasi ekonomi dan
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan ekonominya.
B. Pembaharuan Pembentukan Lembaga Negara
Pada proses pembangunan sektor teknologi Korea Selatan tentu memiliki
basis hukum dan perangkat kelembagaan negara, yang megikat komitmen imperatif
pembanguann secara permanen. Ditahun 1967, negara menerbitkan Undang –
Undang Intensifikasi Teknologi dan Pendidikan Ilmu pengetahuan, yang hadir di
tengah proses pembanguan Korea Institute of Science and Technology (KIST). Di
tahun berikutnya, pada tahun 1968 pemerintah membetuk Kementerian Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang bertugas memformulasikan kebijakan teknologi
nasional tahap awal. Agar kebijakan teknologi memeiliki daya penetrasi lebih
tinggi, maka pemerintah memebentuk Komisi iptek (ilmu pengetahuan dan
teknologi) pada tahun 1973.
Lembaga yang di ketuai oleh Perdana Menteri dan wakilnya deputi Perdana
Menteri bidang Ekonomi. Tetapi pada akhirnya dibubarkan pada 1996, langsung
digantikan oleh suatu lembaga lain yang disebut Dewan Menteri Iptek, yang
diketuai Menteri Keuangan dan Ekonomi serta Menteri Iptek. Akan tetapi,
ironisnya hanya bertahan dua tahun saja kemudian kedudukannya pada tahun 1999
digantikan oleh lembaga “ Komite Nasional Iptek” (National Science and
Technology Committee/ NSTC), yang diketahui oleh presiden.64
64Ibid.,14.
60
Diagram 4.1 Sistem Kerja NSTC pada 1990 – 2004
Sumber: diolah dari Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang
Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),14.
Tugas NSTC yaitu pada peningkatan nilai keharmonisan proses
perencanaan, pelaksanaan dan pengevaluasian program teknologi pada berbagai
kementerian. Akan tetapi, ternyata NSTC dievaluasi tidak berhasil membangun
keselarasan sebagaimana diharapkan. Pasalnya, selain tingginya tingkat kesulitan
NSTC dalam menguraikan program antar kementerian, secara umum program
teknologi milik Ministry of Science anf Technology (MOST) telah cenderung
mempunyai akar kuat (business as usual) mengambil fokus membangun kerjasama
dengan litbang milik kelompok industri (pengusaha pribumi). Kebijakan teknologi
ini yang semula efektif akhirnya meninggalkan pekerjaan rumah, karena
perusahaan – perusahaan industri memiliki tingkat persaingan satu sama lain yang
sangat tinggi, sehingga telah menyebabkan industri besar Korea Selatan lebih sulit
61
untuk mengembangkan kerjasama atau konsorsium riset secara terbuka. Dalam hal
ini, pemerintah menyadari bahwa faktor utamanya dalam melaksanakan berbagai
program litbang nasional adalah pada aspek pertukaran informasi, maka setalah
krisis ekonomi pada 1997, pemerintah membenahi infrastruktur saluran komunikasi
risetnya.
Pada tahun 1962, sebelum industrialisasi berjalan pemerintah Korea
Selatan telah membangun KORSTIC (Korea S&T Information Center), yang
bertugas menyebarluaskan informasi teknologi secara nasional, akan tetapi pada
tahun 1980-an, KORSTIC justru mengalami penggabungan dengan GRI
(Government research institutions) lain, sehingga melemahkan aspek komunikasi
iptek nasional di dekade tersebut, kemudian pada tahun 1996 dan 1998, pemerintah
kembali mendirikan lembaga informasi pendidikan dan riset, yaitu Korea
Education & Research Information Service (KERIS) serta Korea Institute of Patent
Right Information (KIPRIS), yang melayani distribusi sebagai gugus informasi
properti hak kekayaan intelektual. Sepanjang 1995 hingga 1999, pemerintah
mendirikan delapan belas pusat informasi riset rekayasa teknologi yang
dioperasikan oleh berbagai perguruan tinggi dengan tujuan mempromosikan
kemampuan litbang perguruan tinggi. Kemudian pada tahun 2001 pemerintah
membentuk Korea Institute of Science & Technology Information (KISTI).
KISTI berada di bawah pimpinan Perdana Menteri, yang merupakan
gabungan dari dua lembaga informasi di Kementerian Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi serta Kementerian Perdagangan, Industri dan Energi. KISTI kemudian
menjadi lembaga utama dalam menyebarluaskan informasi pengetahuan dan
62
informasi kebijkan riset nasional. Fungsi KISTI ada empat elemen yaitu
menyebarluaskan informasi litbang (mengoperasikan perpustakaan digital
nasional), mengembangkan sistem analis, memanfaatkan perangkat superkomputer
dan membangun infrastruktur jaringan. Selain KISTI, KERIS dan KIPRIS menjadi
tulang punggung komunikasi kebijakan publik iptek, masing – masing memiliki
tugas meningkatkan pola akademi berbasis digital dan menyebarkan informasi
kekayaan intelektual baik tingkat nasional maupun internasional.65
Diagram 4.2 Infrastruktur Komunikasi Kebijakan Iptek Korea Selatan
Amir F. Manurung, Komersialisasi Teknologi ( Jakarta: Asisten Deputi Bidang Jaringan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi dan Kementrian Riset dan Teknologi,2011),14.
65Ibid.,16.
KERIS
Menyebarluaskan
informasi pendidikan
dan riset,termasuk
untuk bidang-bidang
sosial.
KIPRIS
Menyebarluaskan
informasi hak
kekayaan intelektual
untuk tataran
nasional maupun
internasional.
KISTI
Membangun dan menganalisis
informasi iptek, memberikan
layanan superkomputer dan
jaringan
PUSAT INFORMASI
PEREKAYASAAN
TEKNOLOGI
Terspesialisasi untuk 18
disiplin bidang ilmu.
PENGGUNA
INFORMASI
63
C. Karakteristik Administrasi dan Undang – Undang Iptek
Diagram 4.3 Bagan Alur Kebijakan Iptek Korea Selatan
Sumber: diolah dari M. Arifin, et al. Peran Iptek dalam Pembangunan Industri
(Jakarta:Lemabaga Pengetahuan Indonesia,Pusat Penelitian Perkembagan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi (PAPPIPTEK-LIPI)),65.
Perencanaan
1. Arah dan Sasaran
2. Kepedulian pembuat
kebijakan & dukungan
PELAKSANAAN
Pola karakteristik kebijakan
1. Kebijakan sederhana
2. Hubungan sebab akibat
3. Terpenuhinya yang
dimaksud
Kelayakan sistem pelaksanaan
SDM
SDA
Organisasi yang simple
Pembagian sasaran
HASIL
Infrastruktur iptek
1. Kemampuan
infrastruktur
2. Rencana insentif
Umpan Balik
64
Dari diagram diatas jelas terlihat bahwa aliran kebijakan Iptek dari tahap
perencanaan sampai ke tahap pelaksanaan. Pada tahap awal dibuat konsep garis
besar dari kebijakan yang didalamnya termasuk prioritas dan alokasi dana.
Keinginan dan dukungan dari pembuat kebijakan adalah merupakan faktor utama
di dalam menentukan prioritas dan anggaran.
Pada tahap pelaksanaan disusun rincian kebijaksanaan, yang dimaksudkan
baik merencanakan pengaturannya maupun untuk merencanakan kemajuan –
kemajuan yang ingin dicapai. Empat faktor yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
kebijakan di tahap ini adalah kelayakan dari sistem pelaksanaan, tingkat
infrastruktur iptek dan dukungan – dukungan publik yang dikaitkan dengan sasaran
yang ingin dicapai oleh kebijakan, dengan sasaran yang ingin dicapai oleh
kebijakan akhirnya dapat melalui mekanisme koreksi yang dihasilkan dari umpan
balik dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil – hasil yang telah dicapai.66
D. Mekanisme Perencanaan Terpusat dalam pengembangan Iptek
- Mekanisme perencanaan
Faktor penting dalam perumusan rencana iptek adalah pembuatan kebijakan
dan perioritas yang harus dikedepankan didalam rencana yang tidak cukup banyak
memiliki sumberdaya. Prioritas tertinggi Korea Selatan selama lima dekade adalah
di bidang ekonomi dan pengembangan industri. Presiden Korea Selatan dan Badan
Perencanaan Ekonomi telah memainkan peran utama sebagai pengambil keputusan
di dalam kebijakan.
66Ibid.,64.
65
- Kebijakan Perencanaan Nasional
Kebijakan iptek tidak dikatakan berhasil apabila tidak mampu
menumbuhkan industri – industri yang cukup mampu untuk bersaing secara
internasional. Kebijakan – kebijkan ekonomi dan ndustri yang dilakukan Korea
Selatan telah berganti dari “tingkat industri” ke “tingkat teknologi”. Sehubungan
dengan hal tersebut maka dukungan pemerintah telah diarahkan pada industri –
industri terpilih dan telah berganti untuk menyediakan dukungan terhadap
pengembangan teknologi maju. Bentuk mekanisme perencanaan ekonomi Korea
Selatan adalah sistem sentral atau sistem yang koordinir, artinya semua keputusan
didalam perencanaan pengembagan nasional dibawah kekusaan presiden sejak awal
pengembangan industri.
- Dasar wewenang pengambilan keputusan
Proses pemuatan kebijakan yang berkaitan dengan iptek dapat dibedakan
kedalam tiga tipe, yaitu: dasar pengetahuan yang profesional dalam pengembilan
keputusan, dasar kesepakatan dalam pengambilan keputusan dan dasar wewenang
dalam pengambilan keputusan. Dasar pengetahuan pengambilan keputusan adalah
keadaan pada pengertian mengenai pengetahuan ilmiah secara umum tentang
masalah kebijkaan. Di dalam dasar kesepakatan pembuatan keputusan, keputusan
final digambarkan sebagai kompromi dari kepentingan – kepentingan peserta.
Akhirnya, didalam dasar wewenang dalam pengambilan keputusan, maka
keputusan – keputusan yang dibuat oleh teknokrat memerlukan persetujuan final
dari para politisi. Selanjutnya membicarakan dua model lain yang memberikan
contoh tentang kebiasaan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
66
kebijakan – kebijkan iptek. Pertama, proses pengambilan keputusan dimana
keputusan akhir dibuat hanya setelah dilengkapi dengan survei dan penelitian
ilmiah. Model ini menunjukan bahwa dengan adanya survai ilmiah dan identifikasi
pokok persoalan kebijakn dapat dipercaya, mengakibatkan beberapa argumentasi
tidak diperlukan.
Kedua, model yang jarang dilaksanakan dalam hal keputusan – keputusan
yang dibuat sejak awal oleh suatu kewenangan politik. Dalam model ini sebagian
besar kritik dan pertentangan dengan kebijkan kemungkinan tidak terungkap.
Didalam banyak hal, kewenangan mengambil keuntungan dari haasil – hasil temuan
ilmiah untuk membenarkan kebijakan – kebijakn mereka. Tipe pengambilan
keputusan keputusan Korea Selatan lebih memakai model yang kurang dibahas dan
sekarang sedang bergerak pada model yang lebih banyak untuk diadakan
pembahasan.
Tipe kasus di Korea Selatan dari model yang kurang mendapatkan bahasan
adalah kata ilmiah Daeduck. Kata tersebut telah dirancang oleh para teknokrat dan
tidak dapat dibangun tanpa dukungan kuat dari presiden. Di lain pihak model yang
banyak mendapatkan bahasan adalah membatasi perbedaan yang berlebihan
tentang kebijakan industri kaum chaebol (konglomerat pribumi).67
E. Mekanisme Pelaksanaan dalam Pengembangan Iptek
67 Ibid.,66 – 68.
67
Dalam mempengaruhi tahap pelaksanaan kebijakan ada empak faktor.
Pertama, Kelayakan dari sistem – sistem yang dilaksanakan termasuk sumber daya
manusia (SDM) dan sumber daya material dan organisasi pelaksanaan yang
sederhana. Pada saat tidak ada masalah yang serius di dalam SDM dan organisasi,
dana nasional yang dialokasikan untuk iptek tidak mencukupi untuk mengejar apa
yang diinginkan oleh kebijakan sebab kebijakan iptek relatif mempunyai prioritas
yang lebih rendah daripada kebijakan – kebijakan dalam pengembangan ekonomi
dan industri.
Kedua, adanya sifat – sifat khusus dari bentuk kebijakan yang termasuk
sasaran-sasaran yang telah ditentukan, adanya kesederhanaan suatu kebijakan yang
berkaitannya dengan kebijakan – kebijakan lain dan terpenuhinya perangkat-
perangkat kebijakan. Tidak mengindahkan hubungannya dengan kebijakan-
kebijakan lain adalah merupakan masalah yang paling kritis di Korea Selatan.
Sebenarnya, teknologi – teknologi industri adalah di luar kebijakan baik Menteri
Perdagangan, Industri dan Sumber Daya dan Menteri Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi. Kemudian Menteri Perdagangan, Industri dan Sumber Daya telah
menyepakati di sektor industri tertentu yang strategis, Menteri Iptek telah
mengkonsentrasikan pada ilmu – ilmu dasar dan infrastruktur iptek.
Ketiga, infrastruktur Iptek di Korea Selatan telah siap dalam membangun
infrastruktur, seperti pendayagunaan SDM, mendirikaan lembaga-lembaga
penelitian pemerintahan dan menyiapkan kerangka hukumnya.
Faktor yang sangat penting untuk mempengaruhi di Korea Selatan adalah
tingkat dan kedudukan menteri yang bertanggungjawab di bidang iptek. Di dalam
68
sistem administrasi pengembangan iptek, menteri iptek adalah bertanggungjawab
mengkoordinasikan semua kegiatan yang berkaitan dengan pengembangan iptek.
Selain itu juga ada kementerian – kementerian yang berkaitan dengan industri dan
ekonomi nasional, seperti Badan Perencanaan Ekonomi dan menteri perdagangan,
industri dan sumber daya yang telah ditetapkan untuk memberikan petunjuk dan
banyaknya kegiatan iptek yang berkaitan dengan kebijakan – kebijakan yang
dilaksanakan.
Dalam memaksimalkan pengaruh - pengaruh sinergi dalam pengembangan
iptek, seluruh fungsi perlu dikoordinasikan. Di Korea Selatan banyak kementerian
– kementerian lain yang dilibatkan selain kementrian iptek dalam masalah
pengembangan iptek. Sementara menteri iptek bertugas melaksanakan kegiatan –
kegiatan dasar seperti pengelolaan lembaga – lembaga penelitian pemerintah dan
perencanaan nasional dalam program program – program penelitian dan
pengembangan. Sedangkan, Kementerian Ekonomi, Kementerian Industri dan
Sumber Daya dan Kementerian Pendidikan melaksanakan program – program
mereka sendiri untuk mendukung teknologi industri dan juga mendidik tenaga
kerja. 68
F. Kondisi Industri dalam situasi Krisis 1997 - 1998
68Ibid.,68-70.
69
Krisis di Korea Selatan yang diawali oleh terjadinya krisis mata uang pada
tahun 1997, telah membuat Korea Selatan mengalami persoalan yang sangat berat
di bidang finansial, sehingga membuat Korea Selatan dalam situasi yang sangat
buruk baik secara ekonomi maupun sosial.69 Dampak perekonomian yang buruk
membuat industri – industri di Korea Selatan mengurangi beban finansial seperti
mengurangi produksi, menutup sejumlah pabrik, mengurangi jam kerja para
karyawan serta menurunkan upah dan juga melakukan PHK terhadap karyawan.
Adanya peran yang sangat besar dari industri untuk menumbuhkan
perekonomian Korea Selatan, sehingga ketika terjadi krisis ekonomi telah
menjadikan perekonomian Korea Selatan menurun. Akan tetapi, tidak semua
industri mengalami nasib buruk seperti Electronic Business Asian dan Honjin Kang
yang menunjukkan industri di bidang elektronik dan semikonduktor mengalami hal
yang sangat bertolak belakang. Ada beberapa industri yang bergerak di bidang
elektronik dan semikonduktor yang memeperlihatkan ketangguhannya. Electronic
Business Asia dalam hasil surveinya pada tahun 1998 menunjukan bahwa
perusahaan – perusahaan elektronik Korea Selatan mendominasi peringkat ke
sepuluh besar perusahaan elekronik terbesar di Asia (berdasarkan jumlah penjualan
pada tahun 1997) di luar jepang. Dalam peringkat tersebut Korea Selatan
menempatkan delapan perusahaan yaitu: Samsung Electronics, Samsung Display
Device¸ Samsung Electro Mechanics (Samsung Group), LG Electronics, LG
69Humas UGM, “solusi krisis ala korea selatan” artikel diunduh pada 3 Maret 2014 dari
http://ugm.ac.id/id/berita/1019-solusi.krisis.ala.korea.selatan
70
information & Communications (LG Group), Hyundai Electronics (Hyundai
Group) dan Daewoo Electronics (Daewoo Group).
Hojin Kang juga menunjukkan prestasi mengesankan lainnya dari
perkembangan industri elektronik dan semikonduktor Korea Selatan adalah dengan
menjadi negara industri elektronik terbesar keempat setelah Amerika Serikat,
Jepang dan Jerman pada tahun 1996, produsen alat – alat elektronik dan dynamic
random access memory (DRAM) terbesar kedua setelah Jepang serta penghasil
semikonduktor terbesar ketiga setelah Amerika Serikat dan Jepang. Ia juga
mencatat bahwa industri elektronik di Korea Selatan telah menjadi industri
terpenting dalam perekonomian Korea Selatan dimana industri elektronik
menghasilkan 21% dari total output barang manufaktur serta memimpin komposisi
1/3 total ekspor dan menghasilkan 41 milyar dolar AS pada tahun 1996.
Keberhasilan industri elektronik dan semikonduktor Korea Selatan yang
justru memperlihatkan prestasi mengesankan di saat krisis ekonomi sedang
berlangsung menunjukkan bahwa masih ada harapan akan pulihnya kondisi
ekonomi. Pemulihan ekonomi tercermin dari meningkatnya ekspor Korea Selatan
sehingga dapat meningkatkan devisa serta meningkatkan pertumbuhan ekonomi
negara tersebut. Untuk mendongkrak pertumbuhan ekspor, maka pemerintah harus
memperhatikan industri – industri yang di anggap di tangan mereka dapat di capai
pertumbuhan ekspor. Sehingga pemerintah harus melindungi industri – industri
yang masih bisa diselamatkan, untuk itu pemerintah mengeluarkan kebijakan yang
dibagi kedalam dua kategori yaitu “big deal” bagi para industri top five (Hyundai,
Samsung, LG, Daewo dan SK) dan “workout program” bagi para industri urutan
71
enam ke bawah. “Workout program” merupakan kebijakan pemerintah untuk
mengatasi permasalahn para industri yang menyangkut kesulitan finansial dalam
merestrukturisasi manajemen perusahaannya. Kebijakan ini dilaksanakan untuk
memperbaiki industri – industri yang memiliki harapan dan prospek jangka panjang
namun memiliki permasalahan di bidang finansial. Sedangkan untuk “big deal”
lahir dari kesepakatan rencana-rencana untuk memperkuat fokus bisnis dan
efisiensi para industri top five yang tertuang dalam Agreement for Improving the
Capital Sturcture yang dilakukan antara para industri top five dengan para kreditur
tanggal 7 Desember 1998.
Kesepakatan antara pemerintah, para kreditur dan para industri top five
meliputi empat poin utama.70Pertama, sepakat untuk merestrukturisasi tujuh bidang
industri yaitu: semikonduktor, lokomotif, petrochemical, pesawat terbang,
pembangkit listrik, mesin kapal dan penyulingan minyak. Para industri top five juga
diharuskan memilih tiga sampai lima fokus bisnis. Selain itu, mereka juga sepakat
mengurangi jumlah afiliasi perusahaan dari 272 menjadi 138 perusahaan.
70 Kim dohyung, “IMF Bailout and Financial and Corporate Restructuring in the Republic
of Korea”, The Developing Economies, vol. XXXVII no. 4, December 1999. 491.
72
Tabel 4.1 Rencana Restrukturisasi Tujuh Bidang Industri
Bidang Industri Rencana Resturkturisasi
1. Semikonduktor LG dan Hyundai sepakat menggabungkan anak-anak
perusahaan yang bergerak pada produksi semikonduktor
menjadi satu perusahaan dan besarnya kepemilikan
perusahaan yang baru ini aka ditentukan kemudian.
2. Lokomotif
3. Petrochemical
4. Pesawat Terbang
Kepemilikan saham perusahaan pada industry ini
sebesar 50% dikuasai oleh perusahaan-perusahaan
domestic. Sedangkan sisanya akan dijual kepada
investor asing.
5. Pembangkit Listrik
6. Mesin Kapal
Samsung dan Hyundai akan menyerahkan bisnis ini ke
Korea Heavy Industry
7. Penyulingan Minyak Hyundai akan mengambil alih bisnis ini dari Hanhwa’s
Oil Refining.
Sumber: Ministry of Commerce, Industry and Energy, 1999 dalam Kim Dohyung, IMF
Bailout and Financial and Corporate Restructuring in the republic of Korea, “ The
Developing Economies,vol. XXXVII no. 4, December 1999,503.
Kedua, para industri top five sepakat untuk memperbaiki kinerja
finansialnya dengan menjual beberapa anak perusahaanya kepada investor asing
serta mengurangi DER71 menjadi 200% atau kurang pada akhir tahun 1999.
71DER yang merupakan kepanjangan dari Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan
antara hutang perusahaan terhadap jumlah modalnya. Pada umumnya makin besar angka DER
perusahaan dianggap makin berbahaya secara finansial. Artikel diunduh pada 15 maret 2014 dari
(http://sahamgembira.blogspot.com/2008/01/debt-to-equity-ratio-der.html)
73
Ketiga, para industri top five sepakat untuk menghentikan jaminan utang
silang (cross debt guarantees) antar anak perusahaan milik industri senilai 12,7
triliun won pada akhir 1998 dan permasalahan ini akan selesai pada bulan Maret
2000. Keempat, para industri top five akan mengurangi kontrol dalam manajemen
pada level dewan direktur di perusahaan-perusahaan milik para industri tersebut.
Sehingga, sistem manajemen keluarga yang selama ini identik dengan sistem
manajemen para industri yang sarat dengan nuansa peternalistik secara bertahap
akan digantikan dengan sistem manajemen yang lebih modern. Kebijakan ini
merupakan tantangan berat, karena melibatkan lima kekuatan – kekuatan ekonomi
terbesar di Korea Selatan dan diharapkan dapat menjadi pemicu bagi terciptanya
pertumbuhan ekspor yang akan sangat membantu dalam proses pemulihan
ekonomi.
G. Perusahaan – Perusahaan Korea Selatan yang Berkembang Pesat
Sebagai negara yang sudah mengalami pengembangan teknologi dan
ekonomi yang maju, saat ini Korea Selatan merupakan negara eksportir di antara
negara eksportir lainnya, karena negara Korea Selatan tercatat sebagai pengekspor
terbesar ke sepuluh dan juga tercatat negara pengimpor ke tujuh dengan volume
perdagangan sebesar $ 884.200.000.000 pada tahun 2010. Dengan kurangnya
sumber daya alam, Korea Selatan sangat ketergantungan pada impor barang modal,
bahan baku dan perlengkapan industri. Negara ini juga pengimpor terbesar kelima
minyak di dunia, dengan 3.074 juta barel per hari yang diimpor.72 Sejak tahun 2003
72Wawancara langsung dengan Dyah Winarni Poedjiwati pada tanggal 04 maret 2014.
74
juga, Korea Selatan telah membentuk jaringan perjanjian perdagangan bebas (Free
trade agreement) untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan ekonomis
sehingga bisa mewujudkan kawasan perdagangan bebas dengan menghilangkan
atau mengurangi hambatan – hambatan perdagangan dengan negara-negara lain.
Tabel 4.2 Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Negara Lain
FTAs in effect
Korea-Chile FTA
Korea-Singapore FTA
Korea-EFTA FTA
Korea-ASEAN FTA
Korea-India CEPA
Korea-EU FTA
Korea-Peru FTA
Korea-U.S. FTA
Concluded FTAs
Korea-Turkey FTA
Korea-Colombia FTA
FTAs under negotiation
Korea-Canada FTA
Korea-Mexico FTA
Korea-GCC FTA
Korea-Australia FTA
Korea-New Zealand FTA
Korea-China FTA
Korea-Vietnam FTA
Korea-Indonesia FTA
Korea-China-Japan FTA
RCEP (Regional
Comprehensive Economic
Partnership)
Korea-Japan FTA
FTAs under consideration
Korea-MERCOSUR FTA
Korea-Israel FTA
Korea-Central America FTA
Korea-Malaysia FTA
Sumber: diolah dari Ministry of Foreign Affairs, “FTA Status of ROK”, artikel diunduh
pada 10 Februari 2014
http://www.mofa.go.kr/ENG/policy/fta/status/overview/index.jsp?menu=m_20_80_10
75
Dengan adanya kerjasama dengan beberapa negara lain kekuatan ekonomi
Korea Selatan yang dibangun oleh daya saing di bidang perusahaan manufaktur
(pengolahan), khususnya di sektor industri semikonduktor, peralatan
telekomunikasi, elektronik, otomotif, petrokimia, komputer, perkapalan dan baja
bisa memulai ekspansi bisnisnya di lingkup pasar internasional. Negara di sini
sangat berperan untuk memainkan peran dalam mensukseskan agar industri bisa
bersaing di kancah internasional dengan segala kebijakan negara yang sangat
efektif dalam upaya mengintegrasikan pengembangan universitas riset dengan
kebijakan industri nasional. Daftar sepuluh perusahaan yang terkenal secara global
tetapi juga tidak begitu di kenal di Asia, pemeringkatan ini dibuat berdasarkan
kapasitas pasar perusahaan per 10 juli 2012. Berikut ini daftar lengkapnya:73
1. Samsung Electronics
Gambar 4.1 Samsung Electronics
Kapitalisasi pasar: 165,2 miliar dolar AS (Rp 1.486,2 triliun) Rasio P/E74: 10,9
73Rajeshni Naidu-Ghelani, “South Korea’s 10 Biggest Companies”, artikel diunduh pada
28 februari 2014 dari http://www.cnbc.com/id/48237596/page/1 74P/E (Price-Earnings Ratio) adalah adalah salah satu ukuran paling dasar dalam analisis
saham secara fundamental. (http://iinloveaccounting.blogspot.com/2012/06/price-earning-ratio-
per.html)
76
Samsung Electronics adalah perusahaan teknologi terbesar di dunia
berdasarkan pendapatan dan perusahaan ini terdaftar terbesar di Korea Selatan.
Kapitalisasi pasarnya tiga kali lebih besar daripada pesaing terdekatnya, Hyundai
Motor. Perusahaan ini berdiri pada tahun 1969 dan saat ini menjadi produsen chip
memori, smartphone dan TV terbesar di dunia. Samsung Electronics adalah anak
perusahaan unggulan dari konglomerasi bisnis terbesar Korea Selatan, Samsung
group yang memiliki hampir delapan puluh anak perusahaan. Group yang dikelola
keluarga ini memiliki dampak signifikan pada ekonomi di Korea Selatan,
diperkirakan sekitar 1/5 dari GDP negara. Laba triwulan kedua firma ini
diperkirakan mencapai rekor 5,9 miliar dolar AS berkat kuatnya penjualan lini
smartphone Galaxy. Samsung juga meluncurkan jasa musik online untuk bersaing
langsung dengan iPhone milik Apple. Samsung Electronics merupakan satu-
satunya di antara sepuluh perusahaan Korea Selatan yang sahamnya naik dari dua
belas bulan lalu hingga 10 Juli 2012 dengan catatan kenaikan 27,2%.
2. Hyundai Motor
Gambar 4.2 Hyundai Motor
Kapitalisasi pasar: 49,8 miliar dolar AS (Rp 448,2 triliun) Rasio P/E: 7,6
77
Hyundai Motor adalah produsen mobil terbesar kelima di dunia berdasarkan
penjualan kendaraan tahunan dan produsen mobil terdepan di Korea Selatan.
Didirikan pada tahun 1967, perusahaan ini meluncurkan mobil penumpang Korea
Selatan pertama, Hyundai Pony pada tahun 1976. Dengan berekspansi ke pasar
utama seperti China, Hyundai berhasil menjual 4,06 juta kendaraan sepanjang tahun
2011.
3. POSCO
Gambar 4.3 POSCO
Kapitalisasi pasar: 32,6 miliar dolar AS (Rp 293,4 triliun) Rasio P/E: 9,1
POSCO adalah produsen baja terbesar keempat di dunia dan dibekingi
investor yang merupakan salah satu orang terkaya di dunia, Warren Buffett.
Perusahaan ini didirikan pada tahun 1968 sebagai joint venture antara pemerintah
Korea Selatan dengan manufaktur perkakas Taegu Tec. Sejak itu, mereka sudah
memproduksi lebih dari 33 juta ton baja dan melakukan joint venture dengan U.S.
Steel yang disebut USS – POSCO di California. Pada tahun 2012, perusahaan
menargetkan proyek pabrik baja senilai 12 miliar dolar AS di negara bagian timur
India, Orissa.
78
4. Kia Motors
Gambar 4.4 Kia Motors
Kapitalisasi pasar: 29,2 miliar dolar AS (Rp 262,8 triliun) Rasio P/E: 16
Kia Motors adalah produsen otomotif terbesar kedua di Korea Selatan dan
anak perusahaan Hyundai Motor Group. Didirikan pada tahun 1944 sebagai
manufaktur pipa baja dan onderdil sepeda, perusahaan ini mulai membuat
kendaraan pada 1957. Semasa krisis keuangan Asia, Kia mengumumkan
kebangkrutan sehingga Hyundai Motor mengakuisisi 51% saham firma ini. Sejak
saat itu, produsen otomotif ini sibuk berekspansi secara global dengan mendirikan
pabrik perakitan di Amerika Serikat, Eropa dan China. Masuk ke pasar otomotif
terbesar dunia, penjualan Kia di China melonjak lebih dari 30% pada 2011.
Perusahaan ini berencana membuka pabrik ketiganya di China tahun 2012 untuk
meningkatkan kapasitas tahunan sebanyak 200.000 unit menjadi 730.000 unit pada
2014. Di Eropa, Kia Slovakia baru-baru ini melaporkan peningkatan produksi 10%
dari 149.000 mobil dalam enam bulan pertama tahun 2012. Penjualan Kia AS naik
hampir 18% dalam paruh pertama 2012 dibanding setahun lalu.
5. Hyundai Mobis
79
Gambar 4.5 Hyundai Mobis
Kapitalisasi pasar: 26,1 miliar dolar AS (Rp 234,9 triliun) Rasio P/E: 8,2
Anak perusahaan Hyundai Motor Group ini merupakan produsen onderdil
otomotif terkemuka di Korea Selatan. Didirikan pada 1977 dengan nama Hyundai
Precision Industry untuk memproduksi kontainer, perusahaan ini kemudian
berganti fokus pada otomotif dan meluncurkan merek kendaraan Galloper pada
tahun 1990-an. Setelah krisis keuangan Asia, firma ini mengorganisir ulang dirinya
sendiri sebagai spesialis onderdil otomotif. Mereka menyediakan onderdil untuk
Hyundai, Kia dan merek internasional seperti Subaru dan Mitsubishi. Awal tahun
ini, Hyundai Mobis menandatangani kesepakatan senilai 1,07 miliar dolar AS untuk
menyuplai onderdil ke General Motors dan Chrysler.
6. LG Chem
80
Gambar 4.6 LG Chem
Kapitalisasi pasar: 20 miliar dolar AS (Rp 180 triliun) Rasio P/E: 12
LG Chem merupakan produsen kimia terbesar di Korea Selatan sekaligus
salah satu supplier baterai mobil terdepan. Perusahaan ini didirikan pada 1947
dengan nama Lucky Chemical Industrial hingga akhirnya merger dengan LG
Petrochemical pada 2007. Ada dua segmen operasi yaitu petrokimia dan materi
elektronik seperti baterai yang bisa di-charge ulang untuk ponsel, laptop dan
kendaraan listrik. Salah satu pelanggan utama LG Chem adalah General Motors.
LG Chem menyuplai baterai untuk plug-in kendaraan listrik hibrida GM, Volt.
7. Hyundai Heavy Industries
Gambar 4.7 Hyundai Heavy Industries
Kapitalisasi pasar: 19,8 miliar dolar AS (Rp 178,2 triliun) Rasio P/E: 8,2
81
Hyundai Heavy Industries Co. merupakan perusahaan perakit kapal terbesar
di dunia. Firma ini didirikan pada 1947 sebagai bisnis konstruksi oleh pendiri
Hyundai Group Chung Ju-yung. Lalu mereka mulai beralih ke perakitan kapal di
tahun 1970-an. Pada 1974, firma ini membangun galangan kapal terbesar di dunia.
Pada 2002, firma ini berpisah dari Hyundai Group dan menjadi bagian dari Hyundai
Heavy Industries Group yang kini memiliki berbagai anak perusahaan di teknik
mesin, alat-alat berat, konstruksi dan energi hijau. Hyundai Heavy Industries baru-
baru ini mengumumkan beberapa kesepakatan besar termasuk pemesanan kapal
dari Yunani sebesar $ 1,2 miliar dan tiga pesanan pembangunan rig migas bernilai
total 600 juta dolar AS.
Perusahaan ini juga berhasil mengumpulkan 614 juta dolar AS dengan
menjual 1,5% dari 3,5% sahamnya di Hyundai Motor bulan ini, menandai penjualan
saham terbesar di Korea Selatan di tahun 2012.
8. Samsung Life Insurance
Gambar 4.8 Samsung Life Insurance
Kapitalisasi pasar: 18,8 miliar dolar AS (Rp 169,2 triliun) Rasio P/E: 19,6
82
Samsung Life Insurance merupakan perusahaan asuransi jiwa terbesar di
Korea Selatan dengan penguasaan pasar lokal sekitar 26%. Didirikan pada 1957,
pertumbuhan perusahaan asuransi ini melesat setelah masuk di bawah payung
Samsung Group pada 1963. IPO Samsung Life Insurance pada 2010 yang berhasil
meraup $ 4,4 miliar melontarkan firma ini ke status sebagai salah satu perusahaan
Korea Selatan paling bernilai. Pemegang saham utamanya adalah Lee Kun-hee, pria
terkaya di Korea Selatan sekaligus mantan CEO firma induk Samsung Group.
Dalam rangka ekspansi ke pasar berkembang, ada beberapa laporan pada Mei lalu
bahwa Samsung Life merencanakan bermitra dengan Sovereign Fund Dubai,
Investment Corporation of Dubai untuk menjual asuransi jiwa di Timur Tengah dan
Afrika Utara.
9. Shinhan Financial Group
Gambar 4.9 Shinhan Financial Group
Kapitalisasi pasar: 18,2 miliar dolar AS (Rp 163,8 triliun) Rasio P/E: 6,6
Firma jasa perbankan terbesar di Korea Selatan, Shinhan Financial Group
merupakan satu-satunya perusahaan finansial yang masuk dalam daftar ini.
Group ini didirikan pada 2001 sebagai perusahaan holding untuk sebelas anak
83
perusahaan. Beberapa di antaranya adalah Shinhan Bank (nama aslinya Hanseong
Bank) yang dikenal sebagai bank pertama di Korea Selatan dan Jeju Bank. Shinhan
Group juga mempunyai bisnis manajemen aset dan asuransi jiwa.
10. SK Hynix
Gambar 4.10 SK Hynix
Kapitalisasi pasar: 16,4 miliar dolar AS (Rp 155,8 triliun) Rasio P/E: NA
SK Hynix yang dulu dikenal sebagai Hynix Semikonduktor merupakan
produsen chip memori terbesar kedua di dunia. Perusahaan ini didirikan pada 1983
dan mengubah namanya jadi SK Hynix setelah SK Telecom membeli 21%
sahamnya seharga 2,98 milyar dolar AS Februari silam. Baru-baru ini SK Hynix
telah mengumumkan beberapa inisiatif demi bersaing dengan raksasa teknologi,
Samsung Electronics dan Micron. Mereka berencana penyelesaian lini
semikonduktor baru yang bisa memenuhi kenaikan permintaan chip penyimpanan
data yang digunakan di smartphone Apple dan berbagai tablet. Aksi ini terwujud
setelah SK Hynix mengambil alih L_A_Media Devices sebesar 250 juta dolar AS
untuk memproduksi chip-chip dalam kemasan. Dilaporkan juga bahwa beberapa
bulan belakangan SK Hynix mempertimbangkan untuk membeli produsen chip
Jepang yang bangkrut, Elpida.
84
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari permasalahan pembahasan yang dilakukan oleh penulis terhadap
penelitian skripsi ini, maka penulis menyimpulkan bahwa ada beberapa hal yang
membuat Korea Selatan mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam
pengembangan teknologi dan pertumbuhan ekonomi yaitu adanya peran negara
yang sangat kuat dalam kebijakan – kebijakan yang dibuatnya.
Transformasi ekonomi Korea Selatan berjalan selama lima dekade, dengan
mengandalkan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), Korea Selatan berhasil
mengubah wajah kemiskinan dan menggantinya dengan kemakmuran. Mengenai
perekonomian Korea Selatan pada tahun 1950-an merupakan negara miskin karena
kategori sebagai negara underdeveloped tingginya tingkat kemiskinan dan tingkat
ketergantungan pada bantuan luar negeri. Ekonominya yang hanya bersandar pada
pertanian dan juga sempat hancur karena kependudukan Jepang dan Perang Korea.
Akan tetapi, dalam lima dekade Korea Selatan berubah cepat dari negara miskin
menjadi salah satu negara yang maju perekonomiannya dan juga negara canggih
dalam bidang teknologinya.
Sekarang Korea Selatan menjadi negara yang pertumbuhan ekonominya
sangat cepat, banyak industri – industri yang berkembang pesat, pencapaian
teknologi yang semakin canggih, urbanisasi, pembangunan gedung – gedung
pencakar langit dan modernisasi, perubahan yang terjadi di Korea Selatan dari
puing – puing perang Korea menjadi negara makmur.
85
Transformasi dari negara agraris melaju menjadi negara yang memasuki
tahap industri ringan/perakitan terjadi pada rezim Presiden Park Chung-Hee pada
tahun 1960-an, hal ini menjadi momentum terlepasnya Korea Selatan dari lingkaran
kemiskinan serta menjadi negara yang mempunyai pertumbuhan yang lebih mapan.
Di bawah rezim Park Chung-Hee negara sangat berperan dan medorong
pertumbuhan ekonominya dan menciptakan industrialisasi strategis. Demi
mendapatkan hasil yang maksimal, negara harus menggunakan sumber daya yang
dimilikinya untuk berperan dalam pengembangan teknologi. Negara sangat
berperan dalam merumuskan kebijakan industri dan menciptakan iklim yang
kondusif, misalnya dangan mengupayakan kembalinya sumber daya manusia yang
berkualitas sebagai innovator pengembangan teknologi. Negara juga berperan besar
dalam mengkoordinasikan banyak aktor dalam pengemabangan teknologi seperti
lembaga riset utama negara, akademi sains nasional dan kemudian diizinkan untuk
mengembangkan kerjasama dengan swasta untuk menguatkan R&D. Akademi
Sains Nasional juga menjalin hubungan erat dengan universitas.
Dalam Koordinasi ini bahkan terbentuk antara lembaga riset pemerintah,
universitas dan swasta untuk melakukan transfer teknologi yang berguna bagi
kepentingan pengembangan teknologi. Dalam membangun kekuatan ekonomin di
Korea Selatan sangat mendukung dalam pengembangan teknologi untuk
mendukung industri strategis. Pemerintah membangun daya saing di bidang
manufaktur (pengolahan) khususnya di sektor industri semikonduktor, peralatan
telekomunikasi, elektronik, otomotif, petrokimia, Komputer, perkapalan dan baja.
86
Dalam pengembangan teknologi di Korea Selatan mengalami
perkembangan yang semakin canggih, karena pada tahun 1990-an Korea Selatan
dapat mengembangkan teknologi inti yang lebih inovatif. Sebelumnya, Korea
Selatan mengimitasi teknologi dari negara lain yang lebih maju dalam
pengembangan teknologinya, untuk mendukung pengembangan teknologi yang
lebih inovatif. Korea Selatan melakukan beberapa strategi proyek nasional dan
pembaharuan lembaga negara untuk mendukung pengembnagan teknologi, seperti
program “Highly Advanced National (HAN) project”. Cakupan disiplin teknologi
proyek HAN adalah teknologi luar angkasa, permobilan, rekayasa biologi,
komunikasi, komputer, elektronik, lingkungan hidup, mesin dan metal, energi
nuklir, serta semi-konduktor.
Selain itu, ada juga program foresight dalam program ini berfungsi untuk
menyediakan kesempatan evaluasi bagi pemerintah Korea Selatan untuk
memperhitungkan dampak – dampak kehadiran teknologi baru. Berkat program
Foresight, pemerintah dapat mengkaji tidak hanya kemungkinan mengembangkan
industri yang sudah ada, namun juga mensimulasikan pola konvergensi sektor
produksi dalam menghasilkan komoditas yang baru. Dalam pebangunan proyek
riset juga melibatkan instansi - instansi yang terkait seperti Kementrian Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi, Kementerian Perdagangan dan Industri, Kementerian
Komunikasi, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, serta Kementerian
Lingkungan Hidup dan selain itu juga menghimpun partispasi seluruh elemen
litbang (penelitian dan pengembangan) Korea Selatan yang bekerja di GRI
(government research institutions), industri maupun perguruan tinggi, unsur –
87
unsur tersebut dilibatkan sebagai bagian tim koordinator komite dan tenaga ahli.
Bila tadinya industri membutuhkan iptek agar bisa mengimitasi produk asing, tatapi
berkat peran negara dalam proyek riset nasionalnya, sekarang mampu menciptakan
industri bermoda lebih kompleks, menyerap tenaga kerja dan bernilai kompetitif.
B. Saran
Dalam pengembangan teknologi di Korea Selatan pemerintah harus
berperan secara akomodatif dan reaktif dalam melanjutkan pengembangan
teknologi yang ada. Saat ini, Korea Selatan telah bergerak menuju pengembangan
teknologi yang semakin canggih, demi mewujudkan kepentingan nasional. Dalam
pengembangan teknologi harus semakin tepat guna dalam memlihara koordinasi
antar aktor lainnya sehingga bisa berjalan sinergis dan juga harus mengerti
kebutuhan pasar internasional agar industri – industri Korea Selatan bisa bersaing
dengan industri - industri negara maju lainnya. Pengembangan teknologi di Korea
selatan harus sebagai “investasi” bagi pembangunan negara tersebut kedepannya,
karena kompetisi teknologi antar negara tidak akan surut akan tetapi semakin
canggih teknologi kedepannya. Dengan demikian, negara tidak akan segan unttuk
mengerahkan sumber daya dalam mendukung proses pengembangan teknologi.
Kehadiran dan peran negara menjadi jawaban dalam model pengembangan teknologi di
Korea Selatan. Dalam hal ini negara harus menjadi institusi yang reaktif dalam meliahat
potensi pembangunan di wilayahnya. Teknologi dengan demikian harus terus
memperoleh perhatian yang besar dari negara. Kerja sama yang dilakukan oleh negara
dengan negara lain untuk membentuk jaringan perjanjian perdagangan bebas (Free
trade agreement) bukanlah menjadi bukti yang melemahkan peran negara melainkan
bukti atas besarnya perhatian dan keinginan negara untuk dapat mewujudkan
kepentingan nasional melalui teknologi itu sendiri.
89
DAFTAR PUSTAKA
BUKU:
Arifin, M. et al. Peran Iptek Dalam Pembangunan Industri kasus: Indonesia,
Muangthai, RRC dan Korea Selatan. Jakarta: PAPPIPTEK-LIPI.
Bradford, Jr, Colin I. Model–Model Asia Timur: Mitos – mitos dan Pelajaran –
pelajaran dalam jhon P. Lewis & Valerina kallab, eds, Mengkaji
Ulang Strategi – strategi pembangunan. Jakarta: UI Press, 1987.
Bieda, K. The structure and operation of the Japanese economy.New York: John
Wiley and Sons Australasia.
Baker, Don. Korean Sprituality . Honululu: Univertsity of Hawai’I Press,2008.
Winarno, Budi. Pertarungan Negara Vs Pasar. Yogyakarta: Media Pressindo.
2009.
Budiman, Arief. Teori Pembangunan Dunia Ketiga. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama,1995.
Castells, Manuel. The Rise of Network Society,Second Edition:The Information
Age:Economy Society and Culture.Volume 1.Malden, MA:
Blackwell Publishers, 2000.
Chiango Oh, John Kie. Korean Politics The Quest For Democratization an
Economic Development. Lodon: Cornell University Press, 1999.
Dohyung, Kim “IMF Bailout and Financial and Corporate Restructuring in the
Republic of Korea”, The Developing Economies, vol. XXXVII no.
4, December 1999.
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif: Analisa Data. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada,2010.
Evans, Peter. Embedded Autonomy States and Industrial Transformation.New
Jersey: Princeton University Press, 1995.
90
Fathurahman, Pupuh. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: CV Pustaka Setia,
2011.
Goldman, Merle dan Fred Simon, Denis. “ Introduction: The Onset of China’s New
Technological Revolution”, dalam Denis Fred Simon dan Merle
Goldman (eds), Science and Technology in Post-Mao China.
Massachusetts dan London: Harvard University Press, 1989.
Grossman, Gregory. Sistem – sistem Ekonomi. Jakarta: Bumi Aksara,2004.
Harrison, Lisa. Metodologi Penelitian Politik. Jakarta: Prenada Media Group, 2007.
Johnson, Chalmers. MITI and The Japanese Miracle: The Growth of Industrial
Policy 1925- 1975. Stanford, CA : Stanford University Press, 1982.
Jaffe, Sam dan Myung Oak Kim. The New Korea: Mengungkap Kebangkitan
Ekonomi Korea Selatan. Jakarta : PT Elex Media Komputindo
Kelomok Gramedia, 2013.
Kang, Hildi. Under The Black Umbrella: Voices From Colonial Korea 1910-1945
.USA: Cornell University Press,2001.
Kim, Hyung-A. Korea’s Development Under Park Chung Hee: Rapid
industrialization, 1961 – 1979. London: Rautledge, 2004.
Manurung, Amir F. Komersialisasi Teknologi.Jakarta: Asisten Deputi Bidang
Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi International,Deputi
Bidang Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Kementerian
Riset dan Teknologi,2011.
Mahlich ,Jorg dan Pascha, Werner. Korean Science and Technology in an
International Perspective. New York : Springer-Verlag Berlin
Heidelberg,2012.
Moleong,Lexy J. Metodologi, Penelitian Kualitatif .Bandung:Rosdakarya, 2006.
Meri, Peranan Negara Dalam Proses Industrialisasi di Korea Selatan (1961 –
1987). Universitas Indonesia Depok: Skripsi tidak diterbitkan,1991.
91
Neuman, W. Lawrence. Social Research Methods : Qualitative and Quantitative
Approaches 5thed. Boston : Allyn and Bacon, 2003
Nasution, Zulkarimen. Komunikasi Pembangunan Pengenalan Teori dan
Penerapannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2007.
Robert, K. Yin. Case Study Research: Design and Methods (Applied Social
Research and Method Series. Volume 5. London: Sage Publication,
1989.
Strauss, Anselm dan Corbin, Juliet. Dasar – Dasar Penelitian Kualitatif (Tata
Langkah dan Teknik – Teknik Teoritis Data. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2003.
Solis, Leopoldo dan Montemayor, A. “Suatu Pandangan Meksiko tentang Pilihan
antara Orientasi ke Luar dan ke Dalam”. Yogyakarta: Lapera
Pustaka Utama,2001.
Song, Byung-nak. The Rise of The Korean Economy. New York: Oxford University
Press,1997.
Woronoff, Jon. Korea’s Economy: Man-Made Miracle.Seoul:The Si-sa-yong-0-sa
Publishers, 1983.
JURNAL :
Winanti, Poppy S.”Developmental State dan Tantangan Globalisasi”. Jurnal Ilmu
Sosial dan IlmuPolitik, Vol. 7, No.2, November 2003.
INTERNET:
ASEAN. “Policies Affecting Indonesia's Industrial Technology Development”.
ASEAN Economic Bulletin: December, 1 2006. artikel diunduh
pada 14 Maret 2014 dari http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-
6223164/Policies-affectingIndonesia-s-industrial.html
92
Dwitri Waluyo,s GATRA. “ Chaebol Berpayung Pejabat”. artikel diunduh pada
tanggal 26 Februari 2014 dari
http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1996/05/10/0024.html
Encycloaedia Britanica Online. “Park Chung Hee”. artikel diunduh pada 14 maret
dari http://www.britannica.com/EBchecked/topic/444035/Park-
Chung-Hee
Gregg, Donald.”Park Chung Hee”. artikel diunduh 14 Maret 2014 dari
http://time.com
Gruebe, Martin. 2012 Global R & D Funding Forecast: R & D Spending Growth
Continues While Globalization Accelerates,” artikel diunduh pada
19 November 2013 dari
http://www.rdmag.com/articles/2011/12/2012-global-r-d-funding-
forecast-r-d-spending-growth-continues-while-globalization-
accelerates.
Sagena, Uni. “Pergeseran Model Pembanguna Ekonomi Developmental State
Jepang”, artikel diunduh pada 15 Maret 2014 dari
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web
&cd=2&cad=rja&uact=8&ved=0CCsQFjAB&url=http%3A%2F%
2Fportal.fisip-unmul.ac.id%2Fsite%2Fwp
Humas UGM. “solusi krisis ala Korea Selatan”. artikel diunduh pada 3 Maret 2014
dari http://ugm.ac.id/id/berita/1019-solusi.krisis.ala.korea.selatan
Karwanti, Asrie. ”Analisis sederhana tentang Development state”. artikel di unduh
pada 17 November 2013 dari
http://www.academia.edu/3028077/Analisis_Sederhana_tentang_D
evelopmental_State_Asia_Timur
93
Ministry of Foreign Affairs. “FTA Status of ROK”. artikel diunduh pada 10
Februari 2014
http://www.mofa.go.kr/ENG/policy/fta/status/overview/index.jsp?
menu=m_20_80_10
Naidu-Ghelani. Rajeshni “South Korea’s 10 Biggest Companies”. artikel diunduh
pada 28 Februari 2014 dari
http://www.cnbc.com/id/48237596/page/1
Original Equipment Manufacturer- OEM”. Artikel diunduh pada 14 Maret 2014
dari http://www.investopedia.com/terms/o/oem.asp
“Political Events of the 1950’s”.artikel diunduh pada 14 Maret 2014 dari
http://www.buzzle.com/articles/political-events-of-the-1950s.html
Rodiyah, Deisyati. ”Perkembangan Korea Selatan”. artikel diunduh pada 17
November 2013 dari http://dr-
koreaworld.blogspot.com/2013/03/perkembangan-korea-selatan-
jatuh-bangun.html
Wikipedia. “Economy of South Korea”. arikel diunduh pada 19 November 2013
dari http://en.wikipedia.org/wiki/Economy_of_South_Korea
Wikipedia. “ Korea Selatan “. artikel diunduh pada 17 November 2013 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Korea_Selatan
Wikipedia. “ Perang Dunia II “. artikel diunduh pada 02 Februari 2014 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Dunia_II
94
Wikipedia.“ Perang Korea”. artikel diunduh 02 Februari 2014 dari
http://id.wikipedia.org/wiki/Perang_Korea
http://id.answers.yahoo.com/question/index?qid=20090722214145AAwA51S)
diunduh pada 10 Maret 2014
-------------------.” Policies Affecting Indonesia’s Industrial Tecnology
Development”. ASEAN Economic Bulletin, artikel diunduh pada 18
November 2013 dari http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-
6223164/Policies-affecting-Indonesia-s-industrial.html
--------------------.“Vladmir IIyich Lenin, Karl Marx: ”A Brief Biographical Sketch
With an WX position Of Marxism”. artikel diunduh pada 19
November 2013 dari
http://www.marxists.org/archive/lenin/works/1914/granat/ch03.htm
l
http://sahamgembira.blogspot.com/2008/01/debt-to-equity-ratio-der.html) diunduh
pada 09 Maret 2014.
http://iinloveaccounting.blogspot.com/2012/06/price-earning-ratio-per.html)
diunduh pada tanggal 09 Maret 2014.
http://qniek-happy.blogspot.com/2012/05/teori-dependensi.html
artikel diunduh pada tanggal 13 April 2014.
“Zhongguancun: China’s Silicon Valley”. China Pictorial: December 12, 2002.
artikel diunduh pada 14 Maret 2014 dari
http://www.china.org.cn/english/travel/51023.htm
95
LAMPIRAN
Wawancara dengan Bapak Dr. Agus R Hoetman, M.T, Deputi Bidang
Jaringan Iptek (Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia)
1. Dalam pembangunan industrialisasi di Korea Selatan peran apa saja
yang dilakukan negara dalam pengembangan teknologi dan industri
pada tahun 1990 – 2002?
Jawab: Dalam pengembangan teknologi dan industri di Korea Selatan,
negara sangat berperan dalam berbagai hal dari mulai proyek – proyek
riset yang di lakukan negara dalam bekerjasama dengan swasta, dan
universitas dan juga negara mengerahkan kekuatan politiknya dalam
berperan menentukan arah pembangunan itu sendiri. Sebelumya, negara
sangat menekankan sumber daya manusianya di buat pinter / kuat
dahulu, infrastruktur diperbaiki agar mempermudah dalam
pembangunan industri dan peraturan perundang – undangan di
permudah dalam pengembangan teknologi dan industri. Dalam hal ini,
negara sangat berperan dan fokus dalam mengembangkan industrialisasi
di Korea Selatan.
2. Faktor - faktor apa saja yang mendorong negara Korea Selatan
mengembangkan teknologi dan industri pada tahun 1990 – 2002?
Jawab: Faktor yang mendorong adalah negara negara sangat
memprioritaskan pembangunan ekonomi nasional yang lebih mapan,
96
dalam perencanaan pembangunan didukung juga oleh birokrasi yang
bersih, kompeten dan profesional. Pengembangan teknologi di Korea
Selatan mengalami perubahan pada tahun 1990-an. Sebelumnya, Korea
Selatan membutuhkan teknologi untuk mengimitasi teknologi asing.
Tetapi, pada tahun 1990-an Korea Selatan bisa mengembangan
teknologi inti yang lebih inovatif sehingga industri – industri di Korea
Selatan bisa bersaing dengan negara maju.
3. Undang - Undang apa yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatur
pengembangan teknologi dan industri terkait dengan industrialisasi
pada tahun 1990 – 2002?
Jawab: Undang – undang secara rinci saya tidak tahu, tatapi yang pasti
undang – undang di Korea Selatan sangat berpihak kepada kebijakan
dalam negeri yang menggunakan sumber daya lokal untuk
pengembangan teknologi dan industri, memprioritaskan teknologi untuk
di kuasai masyarakat dan juga teknologi sebagai dasar acuan
pembangunan ekonomi nasional.
4. Lembaga negara atau kementrian apa saja yang turut serta dalam
membantu pengembangan teknologi dan industri di Korea Selatan pada
tahun 1990 – 2002?
Jawab: Dalam pengembangan teknologi dan industri melibatkan struktur
kerjasama lintas kementerian seperi Kementrian Ilmu Pengetahuan dan
97
Teknologi, Kementerian Perdagangan dan Industri, Kementerian
Komunikasi, Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan, serta
Kementerian Lingkungan Hidup. Lembaga negara di Korea Selatan
sangat patuh dan disiplin, konektivitas lembaga satu dengan lembaga lain
saling mendukung untuk pengembangan teknologi dan industri.
Teknologi dan industri di Korea Selatan dijadikan acuan untuk
pembangunan ekonomi.
5. Strategi proyek riset apa saja yang dilakukan oleh negara pada periode
1990- 2002 dalam pengembangan teknologi dan industri agar industri
– industri di Korea Selatan bisa bersaing dengan negara maju?
Jawab: Dalam pengembangan teknologi dan industri di Korea Selatan
pada tahun 1990-an negara membangun proyek riset seperti Highly
Advanced National (HAN) dan Foresight proyek ini untuk dua kategori
yaitu pertama, pengembangan industri produk teknologi tinggi. Kedua,
pengembangan teknologi inti. Cakupan proyek ini adalah teknologi luar
angkasa, permobilan, rekayasa biologi, komunikasi, komputer,
elektronik, lingkungan hidup, mesin dan metal, energi nuklir, serta semi-
konduktor.
6. Apa yang dilakukan negara untuk mencari dana dalam pengembangan
teknologi dan industri di Korea Selatan pada tahun 1990 – 2002?
Bersumber dari mana saja dana yang diperoleh?
98
Jawab: Dalam pengembangan teknologi dan industri di Korea Selatan
dana diperoleh dari negara dan swasta. Negara dalam memperoleh dana
dari kekuatan nasional, dari kekuatan sumber daya yang mereka miliki
meskipun sumber daya mereka kecil tetapi, mereka mengkelola dengan
baik dan disiplin sehingga sumber daya mereka miliki bisa
mengembangkan teknologi dengan baik.
Wawancara dengan Bapak Amir F. Manurung, Kepala Subbidang
Akses Basis Data Bidang Perkembangan (Kementerian Riset dan Teknologi
Republik Indonesia):
1) Dalam perkembangan teknologi sekarang Korea Selatan mengalami
perkembangan teknologi yang sangat maju, banyak industri – industri
yang berkembang pesat, pertumbuhan ekonomi yang yang sangat mapan,
padahal sebelumnya Korea Selatan negara berkembang yang masih
bergantung pada bantuan negara lain seperti Amerika, sebenarnya apa
yang menjadi faktor Korea Selatan bisa cepat melakukan transformasi?
Jawab: Transformasi yang dilakukan oleh Korea Selatan dimulai Ketika
dibawah rezim Presiden Park Chung-Hee, ketika itu Park Chung-Hee
tidak mempunyai banyak pilihan untuk melakukan modernisasi selain
memilih beberapa industri untuk menjadi” para pemenang”/leaders
dalam pembangunan, Karena Kondisi mereka saat itu terpuruk sekali.
99
2) Bagaimana pemerintah membantu industri agar menjadi “para
pemenang” atau leaders dalam pembangunan?
Jawab: Pemerintah membnatu dari sisi iptek. Mereka diberikan
kesempatan besar melakukan konsultasi iptek ke negara, sehingga bisa
sekaligus belajar bagaimana mengembangkan riset industri (industry
research), yang dimaksud “belajar” antara lain adalah menentukan
standar teknis industri. Standarisasi ini penting sekali, karena akan
memudahkan sebuah rancangan industri bisa diskala-kan secara besar-
besaran. Boleh dibilang, tanpa standarisasi tidak mungkin suatu negara
bisa masuk ke era industri.
3) Terus bagaimana negara dalam proses pembelajaran merancang riset
nasionalnya?
Jawab: Dalam proses merancang riset, industri – industri di Korea
Selatan tentu tidak bisa mengeluarkan anggaran sebesar – besarnya untuk
melakukan riset. Dalam bekerjasama dengan negara, swasta Korea
Selatan belajar bagaimana mengelola dana riset sehingga bisa
memberikan hasil optimum bagi kegiatan riset produksi. Riset yang
dilakukan industri di Korea Selatan dengan melihat kebutuhan pasar.
Jadi, riset mereka sebetulnya adalah untuk menghimpun modal agar bisa
masuk ke dalam jaring industri.
100
4) Selain dengan metode riset, apa yang dilakukan negara untuk mendukung
perkembangan teknologi?
Jawab: Industri di Korea Selatan juga belajar bagaimana mengelola hak
kekayaan intelektual (HKI). Hak – hak kekayaan intelaktual ini
contohnya: bentuknya paten, merk dan rahasia industri, biasanya tidak
dikenal oleh kalangan industry non-modern(negara terbelakang). Hak
kekayaan intelaktual adalah yang “mengunci” suatu kegiatan riset agar
hasilnya bisa dikelola secara utuh (monopoli/tidak boleh ditiru) oleh
pelakunya. Tanpa adanya pembentukan faktor pegunci ini, maka suatu
riset bisa dibilang berjalan tanpa akhir dan tidak jelas kapan penggunaan
hasil riset bisa mulai berlangsung. Bila hasil riset tidak diperjelas bentuk
HKI-nya, maka ia bisa dicuri oleh indsutri lain. Selanjutnya di era
pembelajaran tadi, swasta Jepang/Korea Selatan yang terpilih mendapat
posisi favorit di mata pemerintah dalam menjalankan pembangunan.
Mereka menerima proyek – proyek perintis/besar, mendapat
perlindungan proteksionis dari persaingan asing, sehingga bisa lebih
mudah berkembang. Di era sekarang, sistem ini tidak bisa diterima begitu
saja, karena langsung regulasi bisa dianggap kontraproduktif yaitu
membatasi akses konsumen ke produk lebih baik. Misalkan di Indonesia
terjadi pembatasan konsumsi mobil merk asing, maka kemungkinan akan
mendapat “backlash” tantangan public karena mereka akan merasa
haknya dibatasi.
101
5) Apakah dalam pengembangan teknologi untuk mendukung industri, ada
beberapa teknologi yang menjadi favoritisme juga dari negara?
Jawab: Kerangka berfikir favoritisme teknologi juga dilakukan negara
Korea Selatan dalam meilih jenis teknologi yang hendak dikembangkan,
Kerana negara sadar telah mempunyai keterbatasan kapasitas produksi,
tidak seperti misalnya Uni Soviet atau Amerika Serikat yang mempunyai
jumlah penduduk dan luas wilayah/potensi alam sangat besar. Kalu
diperhatikan baik – baik, saya mengungkapkan bahwa Korea Selatan
melakukan proses pemilihan tersebut denngan cara membiayai beberapa
proyek percobaan. Kesimpulannya, pemerintah Jepang/Korea Selatan.
6) Bagaimana pembangunan industri di Korea Selatan peran apa saja yang
dilakukan negara dalam pengembangan teknologi pada tahun 1990 –
2002?
Jawab: Sistem legal-kontinental di Korea Selatan (di sini hanya ditulis
sebagai “Korea) menuntut peran kuat pemerintah pusat. Peran dominan
ini makin dibutuhkan mengingat Korea tidak memiliki sumber daya alam
memadai dan jumlah penduduk besar. Pada era 1990-an, jumlahnya
sudah mendekati 50 juta jiwa. Di samping itu, kondisi geopolitik Asia
Timur juga tidak memungkinkan industri swasta Korea tumbuh secara
natural atau menggunakan inisiatif dan modal sendiri.
Di samping itu, Korea Selatan juga memiliki masalah sosial, di mana
pertumbuhan budaya setempat banyak digerus oleh invasi asing dan
102
praktik menutup diri di era-era sebelumnya. Tidak seperti misalnya
China dan Jepang, Korea Selatan tidak mempunyai karakter sejarah yang
bisa memperkuat jatidiri anggota warganya. Bisa dikatakan bahwa
reputasi Korea Korea Selatan adalah karena faktor keahlian pemerintah
dalam memilih dan melaksanakan program pembangunan negara di
dalam segala bidang. Dari sisi pengelolaan sumber daya atau
perekonomian (moneter, fiskal, dan lainnya), relasi luar negeri,
perdagangan, pemilihan sektor unggul industri, hingga masalah strategi
budaya. Faktor yang terakhir, budaya, terkait erat dengan kemampuan
Korea Selatan menarik dan memperkokoh SDM maupun imajinasi
konsumen asing terhadap komoditas mereka.
Strategi investasi besar-besaran yang terjadi di era 1970-an meskipun
memberikan dampak munculnya defisit neraca pembangunan masih
dilakukan hingga awal 1990-an. “Investasi” di sini artinya pemerintah
berupaya melakukan pembiayaan lebih besar pada perbaikan
infrastruktur dan pembangunan sistem riset memadai. Meskipun dari
satu sisi sifat penginvestasian ini terlihat tidak adil, karena
menitikberatkan posisi konglomerat, namun dampaknya dirasakan
masyarakat secara positif. Hal ini yang menyebabkan dukungan pada
pemerintah tidak menyurut meskipun perekonomian Korea Selatan
akhirnya jatuh di era 1990-an. memilih swasta tertentu untuk
menjalankan suatu topik industri yang dianggap bisa dikuasi mereka
(elektronik/otomotif). Jadi, yang menjadi aktor pengembangan teknologi
103
di Korea Selatan ada tiga: riset swasta, riset pemerintah dan perguruan
tinggi. Negara dan perguruan tinggi bekerja untuk memastikan bahwa
publik memiliki modal ilmu pengetahuan memadai. Kelompok swasta
cenderung berfikir untuk lembaganya sendiri, sehingga riset mereka
tidak akan memadai untuk mengembangkan ekonomi secara makro.
7) Apakah negara sangat serius dalam memfasilitasi kebutuhan – kebutuhan
untuk pengembangan teknologi,seperti dana (apakah para peneliti di
Korea Selatan dengan mudah mendapatkan dana untuk melakukan
penelitian dan juga apakah para pembangun industri mudah mendapat
pinjaman dana misalnya dari bank?
Jawaba:,Teknologi bukan sekedar alat bantu, perangkat kerja, dan
lainnya. Aset-aset tersebut disebut sebagai kapital. Yang lebih
diperhatikan bukan sekedar faktor menggunakan permesinan atau tanah.
"Produktivitas suatu sistem bergantung pada tiga faktor: pertama, tenaga
kerja manusia; kedua, kapital; ketiga teknologi. Kapital dan manusia
memiliki porsi penyumbang faktor produktivitas yang tidak selalu sama.
Kadang, tenaga kerja akan menghasilkan nilai produk lebih tinggi,
namun secara praktik kapital diketahui lebih banyak memberikan
manfaat lebih besar dibanding tenaga kerja. Jadi, bila ada dua kelompok
berbeda yang memiliki populasi sama dan memiliki nilai kapital sama,
tidak berarti bahwa keduanya akan mempunyai nilai produktivitas sama.
Namun, bergantung dari faktor inherent yang dimiliki oleh masing-
104
masing populasi atau kelompok manusia tersebut. Satu kelompok kadang
memerlukan lebih banyak mesin/kapital (misalnya mereka menanggap
bahwa industri harus punya tanah luas), lainnya harus bergantung pada
tenaga kerja karena tidak punya uang/kapital cukup banyak untuk
memiliki jumlah kapital lebih besar. Namun, "teknologi" bisa melipat
gandakan nilai-nilai kapital tertentu. Korea Selatan sedang berusaha
menghasilkan "core technologies", artinya, mereka sudah di taraf
berusaha meningkatkan taraf kerja di atas nilai produktivitas yang
sebelumnya sudah diketahui umat manusia. Jadi, "teknologi" lebih
abstrak dibanding barang-barang, tanah, kapital, dan lainnya. Namun
lebih kepada sistem integrasi antar manusia. Suatu kelompok yang
memiliki peradaban lebih tinggi, biasanya dianggap akan memiliki
kemampuan penguasaan lebih tinggi. Ini yang bisa menjelaskan
mengapa Malthus salah dengan prediksinya. Yaitu, dia mencoba melihat
masa depan dari kacamata taraf peradaban di era hidupnya. Peradaban di
era Malthus, hanya mampu mengatasi masalah yang ternyata bagi
manusia di era peradaban sekarang sudah dianggap bukan sebagai
problem berarti. Makin tinggi suatu peradaban, makin kompleks relasi
dan strukturnya, makin besar pula kemampuan mereka dalam
memecahkan masalah bersama.jika Korea memiliki taraf penguasaan
perubahan teknologi rendah, artinya mereka harus puas hidup di taraf
tertentu. Misalnya, jadi negara yang punya mayoritas masyarakat bekerja
sebagai buruh tani, atau tenaga kerja kasar.
105
8) Undang-Undang apa yang dikeluarkan pemerintah untuk mengatur
pengembangan teknologi terkait dengan pembangunan industri pada
tahun 1990 – 2002?
Jawab: Dalam menganalisis negara lain, saya yakin bahwa lahirnya suatu
'undang-undang' tidak memberikan bukti apapun mengenai pola pikir
pemerintah. Undang-undang hanya merupakan latar belakang, namun
yang perlu direkam adalah kejadian sebelum dan sesudah perundangan
itu muncul. Pendekatan ini lazim dilakukan, mengingat subyek studi
tidak memiliki cara berpikir atau paradigma yang sama dengan Indonesia
dalam melihat dan/atau menjalankan undang-undang. Kadang, suatu
negara lebih memperhatikan inisiatif setempat dibanding menghabiskan
energi menciptakan suatu undang-undang "raksaksa" yang mengatur
seluruh kompleksitas kehidupan bernegara. Contoh langsungnya, di
Australia, yang lebih ditekankan adalah masalah antisipasi dibanding
penindakan (firefighting). Di Jepang, undang-undang lebih sering
dijadikan referensi oleh lembaga-lembaga dalam membentuk
peraturan/etika lokal. Ahli politik iptek Jepang dari MITI, Taizo
Yakushiji, pernah menguraikan hal tersebut ke saya ketika menjelaskan
pola penegakan etika di Jepang. Jadi, jika orang Indonesia menganalisis
kebijakan negara lain dengan menggunakan kacamata cara berpikir
kontinental maka ia bisa terjebak di pikirannya sendiri dan gagal
menguraikan alur kebijakan yang sedang berkembang.
106
9) Mengapa Korea Selatan tidak mengandalkan FDI (Foreign Direct
Investment) maupun membeli lisensi asing untuk mendapatkan modal
teknologi produksi?
Jawab: Korea Selatan memiliki sejarah yang membentuk karakter
mereka sendiri. Faktor karekter tersebut, meskipun sifatnya intangible
(tak kentara) mempengaruhi cara berfikir mereka. Sejarah yang saya
maksud adalah fase “Hermit”, yaitu dimana mereka secara ekstrim
menutup diri dari bnagsa lain. Jika, Jepang masih membuka kesempetan
berinteraksi dengan bangsa lain untuk keperluan dagang, maka Korea
aktivitas niaga dianggap bertentangan dengan agama. Saya kira,
kebiasaan menutup diri tersebut adalah salah satuu faktor yang
memungkinkan Korea Utara sekarng sampai mampu memilih untuk
tidak berinteraksi dengan mayoritas negara di dunia.
Di Korea Selatan, karekter tersebut muncul dalam komodifikasi
menuntut diri bisa memenuhi kebutuhan – kebutuhan domestik secara
intens. Faktor demokrasi, yaitu praktik mengizinkan individu
mengembnagkan diri semaksimal mungkin demi kepentingan bersama,
memudahkan Korea Selatan akhirnya lebih terbuka dibnadingkan Korea
Utara. Secara gradual mereka pun membuka diri, bahkan akhirnya punya
orientasi sangat global dalam memecahkan masalah – masalah domestik.
Misalnya, mereka tidak tabu lagi membuka arus masuk bagi tenaga kerja
asing karena sadar bahwa angka pertumbuhan penduduk sangat rendah.
107
10) Apa yang menjadi tujuan negara Korea Selatan anti “brain drain”?
Jawab: Karena di mana penduduk dengan taraf pedidikan yang tinggi
melakukan emigrasi sehingga tidak bisa memberikan kontribusi
langsung bagi kemajuan bangsa, tanpa adanya fase awal ini, industri
Korea Selatan tidak akan mampu menjalankan fase internalisasi
(pembelajaran) yang secara cepat mereka lakukan di era 19-80an.
11) Bagaimana strategi negara dalam implementasi pengembnagan pasar
teknologi di Korea Selatan dan bagaimana hubungannya antara negara
dan pasar?
Jawab: Pemerintah berusaha untuk memperioritaskan agar industri
dalam negeri punya kemmpuan tinggi dengan cara memilih “winers
company” dalam tender – tender pembangunan untuk dimenangkan
hanya ke perusahaan dalam negeri Akan tetapi, praktik tersebut saya kira
sudah tidak bisa secara eksplisit ditemui saat ini di sana sekarang, tetapi
sudah tersembunyi dalam urusan peraturan yang intinya akan
memberikan prioritas bagi industri dalam negeri.Negara bagian ekspresi
dalam komitmen sosial yang perangkat – perangkatnya bertugas untuk
memberikan keadilan sosial bagi seluruh rakyatnya. Para aparatur negara
akan menggunakan metode – metode kebijkan publik untuk menggalang
partisipasi publik. Untuk negara demokrasi seperi Korea Selatan, pasar
adalah pengelola sumber – sumber daya yang sifatnya terbatas. Regulasi
108
jatuh ke tangan pemerintah, sedangkan aktualisasi transaksional lebih
ditekankan untuk dilakukan oleh swasta.
Wawancara dengan Ibu Dyah Winarni Poedjiwati (Staf Ahli Bidang
Sumber Daya Industri dan Teknologi).
1). Sekarang Korea Selatan memiliki pertumbuhan ekonomi yang sangat
maju, industri – industri di Korea Selatan sangat mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional, Bagaimana negara mendorong dalam
pembangunan itu?
Jawab: Sumber yang saya dapat dari UNINDO United Nations Industrial
Development Organization (Organisasi Pembangunan Industrial
Perserikatan Bangsa-Bangsa). GDP (Gross Domestic Product) Korea
Selatan tahun 1963 levelnya sama dengan GDP Indonesia 1977 sebesar
2000 dolar AS. Sedangkan posisi struktur industri Korea Selatan 1963
hampir sama dengan posisi struktur industri Indonesia tahun 1977.
Pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat ini di mulai dari industri
selama lima belas tahun (1963 – 1977) dimana GDPnya sebesar 5.200
dolar AS. Selama 15 tahun terakhir (1963 – 1977) Korea Selatan
berpengalaman dalam basisi sumber daya dan teknologi industri rendah
menjadi medium dan teknologi industri tinggi. Korea Selatan adalah
negara berorientasi ekspor, ekspor ini mulai ditekankan ketika di bawah
rezim Park Chung-Hee, sekarang volume perdagangan Korea Selatan
109
sebesar 884.200.000.000 dolar AS pada tahun 2010, yang membuat
mereka pengimpor terbesar ke tujuh dan ke sepuluh eksportir terbesar di
dunia. Dengan kurangnya suber daya alam, Korea Selatan memiliki
ketergantungan pada impor barang modal, bahan baku dan perlegkapan
industry. Negara ini juga pengimpor terbesar ke lima minyak di dunia
dengan 3.074 juta barel perhari yang diimpor.
2). Untuk mendukung perindustrian apa negara bekerjasama dengan
negara lain, untuk mendukung pertumbuhan ekonominya?
Jawab: Sejak tahun 2003, Korea Selatan telah membentuk jaringan Free
trade agreement (FTA) untuk meningkatkan hubungan perdangangan
dan ekonomi dengan negara – negara lain, saat ini Korea Selatan
memiliki lima FTA berlaku, tiga FTA yang telah menyimpulkan diskusi
dan Sembilan belas FTA masih di bawah pertimbnagan.antara lain: 1).
Korea-US FTA (2007), 2). Korea – EU FTA (2009), 3). Korea- Peru
FTA, 4). Korea- chile FTA, 5). Korea- Singapore FTA, 6). Korea-India
CEPA FTA, 7). Korea- Autralis FTA, 8). Korea- ASEAN FTA.
3). Industri apa saja yang sangat di kembnagkan di Korea Selatan?
Jawab: terdiri dari shipbuilding, mobil, pertambangan, konstruksi, heavy
kimia, peralatan perang militer dan pariwisata. Produk – produk
perdaganga Korea Selatan berasal dari industri manufaktur (produk –
produk teknologi tinggi) seperti besi & baja. Pengolahan alumunium,
110
dasar bahna kimia, plasik, otomotif, elektronik, mesin, peralatan listrik,
CU & Tin processing, tekstil, kulit dan produk semen.
4) Dalam perindustrian di Korea Selatan dukungan apa yang dilakukan
oleh negara?
Jawab: Dalam perindustrian di Korea Selatan negara sangat mendukung
dan antar instansi negara juga sangat mendukung (antara kementerian
perindustrian,kementrian teknologi dan juga instansi – instansi negara
lainnya) contohnya dalam pengembangan teknologi di Korea Selatan di
danai dari mulai pengembangan teknologi dari laboratorium sampai
teknologi di komersialisasikan. Sehingga periset/peneliti di Korea
Selatan sangat tertarik mengembangkan teknologi karena merasa di
perhatikan. Sedangkan dari segi pengembang industri negara sangat
menyiapkan dan memperhatikan dari mulai lahan untuk mendirikan
industri (tidak di persulit ketika ingin mendirikan industri) dan juga para
pengembang industri juga mudah untuk meminjam pinjaman dana jangka
panjang dari bank.
111
Wawancara dengan Bapak Dudi Hidayat Peneliti Pusat Penelitian
Perkembangan ilmu Pengetahuan dan Teknologi ( Pappiptek- LIPI).
1). Dalam pembangunan industri di Korea Selatan peran apa saja yang
dilakukan negara dalam pengembangan teknologi pada tahun 1990 –
2002?
Jawab: Dalam menjawab ini kita merujuk pada teori developmental state
ataau embedded autonomy di mana negara sangat berperan 100% dalam
pengembangan teknologi untuk mendukung perindustrian, birokrasi
yang profesional dan bertanggung jawab ditegakkan, instansi – intansi
negara saling bersinergis dalam mendukung pengembangan teknologi,
seperti Kementerian riset dan teknologi sangat memperhatikan dalam
pengembangan teknologi, negara tidak sibuk memikirkan politiknya saja
tetapi di tekankan untuk fokus mengembangkan teknologi, untuk
mendukung pertumbuhan ekonomi yang maju negara harus
mengembangkan teknologi yang canggih agar bisa mendirikan industri –
industri yang strategis sehingga bisa menyumbang APBN untuk
kebutuhan nasional.
Di Korea Selatan para peneliti yang mepunyai kemampuan teknologi
bagus, kemudian bekerja di perusahaan negara lain. Negara menyuruh
pulang untuk kembali ke Korea Selatan kemudian di berikan semua apa
yang di butuhkan peneliti dalam mengembangkan teknologi dan juga
dibiayai hidupnya dengan nilai tinggi. Sehingga peneliti merasa di
112
hargai. Dalam mengembangkan teknologi juga bekerja sama dengan
universitas dan pihak swasta.
2). Faktor – faktor apa saja yang mendorong pemerintah Korea Selatan
mengembnagkan teknologi pada tahun 1990 – 2002?
Jawab: Pertama, Salah satu hal yang memiliki pengaruh paling besar
dalam sejarah pemikiran Korea adalah Konfusianisme yang
diperkenalkan dari Cina. Konfusianisme adalah bagian fundamental
(pembangun) dalam masyarakat Korea yang membentuk sistem moral,
hubungan sosial antara orang tua dan kaum muda, dan bahkan bertahan
dalam moderenisasi hukum di Korea Selatan. Dalam ajaran Konfusius
juga tentang kenegaraan, yaitu memajukan kesejahteraan rakyat sesuai
denngan aturan-aturan Tuhan. Salah satu pandangannya adalah
‘Bimbinglah rakyat dengan aturan-aturan pemerintah dan periksalah dan
aturlah mereka dengan ancaman hukuman dan rakyat akan berusaha
untuk tinggal di luar penjara, tetapi tidak mempunyai perasaan, hormat
atau malu. Bimbinglah rakyat dengan kebijaksanaan atau periksalah atau
aturlah mereka dengan aturan-aturan tentang kesopanan, dan rakyat akan
mempunyai perasaan hormat dan menghormati’.
Kedua,Warisan kolonial Jepang yang pernah menjajah Korea Selatan,
ketika Jepang menjajah banyak membangun industri – industri di Korea
Selatan dan bekas – bekas industri yang di tinggalkan Jepang di
manfaatkan lagi. Kemungkin jika Korea Selatan tidak di tinggalkan
113
industr – industri yang dibangun Jepang Korea Selatan susah untuk
memulainya dan sekarang Korea Selatan banyak di bantu oleh Jepang
dalam bentuk teknologi contohnya dalam ketika Korea Selatan
membangun perusahaan baja yaitu POSCO (Pohang Iron and Stell
Company Ltd) banyak tenaga ahlinya dari jepang dan juga banyak orang
Korea Selatan yang belajar teknologi di perusahaan Jepang kemudian
setelah sudah ahli dalam bidang yang di tekunin mereka kembali ke
Korea Selatan. Menurut saya, Jepang melakukan ini karena merasa dulu
pernah menjajahnya.
Ketiga, perang dingin. Ketika perang dingin Korea Selatan sangat di
untungkan karena Amerika Serikat dan Jepang takut komunis masuk ke
Korea Selatan, maka Amerika Serikat dan Jepang sangat royal dalam
bentuk dana, pembelajaran teknologi dan lain – lain.
3). Undang – undang apa saja yang di keluarkan pemerintah untuk
mengatur pengembnagan teknologi terkait dengan pengembangan
industry pada tahun 1990 – 2002?
Jawab: Saya lupa undang – undangnya, tetapi yang jelas undang –
undang Korea Selatan lebih spesifik dalam mengatur pengembangan
teknologi. Contoh salah satunya para engineering tidak wajib militer.
114
DOKUMENTASI
Dokumentasi bersama Ibu Dyah Winarni Poedjiwati selaku Staff Ahli Bidang
Sumber Daya Industri dan Teknologi Kementerian Perindustrian Republik
Indonesia.
115
Dokumentasi bersama Bapak Dr. Agus R Hoetman, M.T selaku Deputi Bidang
Jaringan Iptek (Kementerian Riset dan Teknologi Republik Indonesia)