28
KABUT ASAP : SEBAGAI ISU ANCAMAN NON- TRADISIONAL DALAM KAJIAN KEAMANAN REGIONAL (Poppy Irawan, S.IP) Abstrak Kabut asap yang terjadi tiap tahun di kawasan Asia Tenggara khususnya di Indonesia, Malaysia dan Singapura telah menghasilkan dampak yang cukup signifikan. Tulisan ini mencoba mengelaborasi dan menjelaskan bagaimana fenomena kabut asap dikaji melalui perspektif keamanan internasional dan regional. Meningkatnya aktivitas manusia seiring dengan perkembangan globalisasi dan hubungan yang saling terkait mengakibatkan semakin banyak bentuk ancaman terhadap kelangsungan hidup manusia. Untuk itu perlu adanya perluasan konsep keamanan itu sendiri yang tidak hanya berbicara pada aspek militer dan politik. Konsep keamanan perlu diturunkan ke dalam konteks lingkungan, manusia, sosial, ekonomi dan politik. Kabut asap yang dihasilkan oleh aktivitas manusia adalah salah satu isu penting dalam kajian environmental security. 1

Poppy Irawan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Poppy Irawan

KABUT ASAP : SEBAGAI ISU ANCAMAN NON-

TRADISIONAL DALAM KAJIAN KEAMANAN REGIONAL

(Poppy Irawan, S.IP)

Abstrak

Kabut asap yang terjadi tiap tahun di kawasan Asia Tenggara

khususnya di Indonesia, Malaysia dan Singapura telah

menghasilkan dampak yang cukup signifikan. Tulisan ini mencoba

mengelaborasi dan menjelaskan bagaimana fenomena kabut

asap dikaji melalui perspektif keamanan internasional dan

regional.

Meningkatnya aktivitas manusia seiring dengan perkembangan

globalisasi dan hubungan yang saling terkait mengakibatkan

semakin banyak bentuk ancaman terhadap kelangsungan hidup

manusia. Untuk itu perlu adanya perluasan konsep keamanan itu

sendiri yang tidak hanya berbicara pada aspek militer dan politik.

Konsep keamanan perlu diturunkan ke dalam konteks lingkungan,

manusia, sosial, ekonomi dan politik. Kabut asap yang dihasilkan

oleh aktivitas manusia adalah salah satu isu penting dalam kajian

environmental security.

Kabut asap adalah salah satu bentuk ancaman nyata terhadap

stabilitas keamanan manusia, ekonomi, sosial dan politik dan

mendatangkan kerugian yang cukup besar di kawasan Asia

Tenggara. Di satu sisi, masalah ini mampu mendatangkan konflik

dan perselisihan di antara negara-negara di kawasan ini dan di

sisi lain negara-negara dapat melakukan kerjasama yang lebih

erat dalam menanggulangi ancaman lingkungan seperti bencana

kabut asap.

1

Page 2: Poppy Irawan

Keyword : Kabut Asap, Keamanan Internasional dan Regional, Enviromental

Security, dan Ancaman Lingkungan

Perluasan Konsep Keamanan dan Ancaman

Paska berakhirnya perang dingin konsep dan isu keamanan internasional mulai

berkembang, dimana konsep ini sebelumnya selalu diasosiasikan dengan

pendekatan militeristik dan saat ini mulai bergeser ke isu human security,

societal securiry, environmental security dan economics security. Isu-isu

keamanan pada saat dan sebelum perang dingin didominasi oleh isu-isu

pertahanan, security dilemma, arm race, nuklir, persenjataan dan lain

sebagainya. Seiring dengan perkembangan dinamika hubungan internasional,

banyak para penstudi Hubungan Internasional mulai untuk memperluas konsep

dan defenisi dari kajian keamanan. Oleh karena itu kosep keamanan sampai

saat sekarang dianggap sebagai “konsep yang masih diperdebatkan” (contested

concept).

Isu keamanan internasional secara tradisional dapat ditemukan dalam

pemahaman keamanan militer-politik, dalam konteks ini konsep keamanan

berbicara bagaimana untuk survive.1 Dalam agenda keamanan yang lebih luas

definisi keamanan menyangkut isu-isu yang lebih luas yakni isu keamanan tidak

hanya dititikberatkan pada isu keamanan militer tetapi juga menyangkut

keamanan lainnya Seiring dengan perkembangan interaksi antar aktor-aktor di

dalam arena dunia internasional baik state actor maupun non-state actor,

interaksi yang dibangun tidak lagi hanya bermain pada tataran politik, militer ,

ideologi (isu-isu high politics) akan tetapi mulai meluas kepada aspek-aspek lain

seperti ekonomi, sosial, informasi dan komunikasi, teknologi dan lain-lain.

Interaksi tidak lagi bersifat state centric tetapi juga melibatkan aktor-aktor non-

state dan lebih mengglobal. Perkembangan inilah yang kemudian melahirkan

gagasan globalisasi, dimana adanya saling keterkaitan antar aktor-aktor di dunia

internasional di dalam isu-isu yang beragam baik politik, ekonomi, sosial,

pertahanan, lingkungan dan lain sebagainya.

1 Barry Buzan, 1998, “A New Frame Work For Analysis”, Lynne Rienner Publisher. Hlm 21

2

Page 3: Poppy Irawan

Terma keamanan memiliki pengertian universal yang beraneka ragam,

sehingga pengertiannya bergantung pada kata yang mengikutinya. Ditinjau dari

tatarannya, paling tidak dapat dikategorikan sebagai: (1) International Security,

untuk level dunia (2) National (State) Security, untuk level negara, (3) Public

Security (and Order), untuk level masyarakat, dan (4) Human Security, untuk

level individu.

Semakin berkembangnya globalisasi, maka ancaman akan tatanan dunia

semakin beragam. Ancaman yang semula merupakan terminologi dari konsep

militer mulai bergeser ke konsep yang lebih luas seperti apa yang dikemukakan

ileh Brown, Ullman, Nye dan Lyn-Jones yang mengatakan bahwa International

Security Studies membutuhkan sebuah agenda yang secara substansial lebih

luas dibandingkan dengan keamanan militer.2

Untuk memahami keamanan internasional itu sendiri, Beberapa para

ilmuwan hubungan internasional mencoba untuk mendefenisikan keamanan

internasional antara lain :

Sebuah bangsa dikatakan aman apabila mampu mempertahankan

keadaan tidak dalam bahaya akan pengorbanan nilai-nilai pokok jika berharap

untuk menghindari perang dan jika ikut berperang harus mampu untuk

mempertahankan kemenangannya ( Walter Lippmann).3

Keamanan dalam pengertian objektif merupakan ukuran-ukuran tidak

adanya ancaman terhadap nilai-nilai dan secara subjektif tidak adanya ketakutan

bahwa nilai-nilai tersebut akan diserang (Arnold Wolfers).4

Stabilitas keamanan hanya mampu dicapai oleh orang-orang dan

kelompok-kelompok jika mereka tidak saling menghancurkan satu sama lain. Hal

ini mampu dicapai jika keamanan dipahami sebagai sebuah proses emansipasi.

(Booth dan Wheeler).5

2 Barry Buzan, 1991, “People, State and Fear”, Lynne Rienner Publisher. Hlm 233 Walter Lippmann dalam Baylis & Steve Smith, 1999, “ The Globalization of World Politics”, Oxford University Press. Hlm 1954 Arnold Wolfers dalam Baylis & Steve Smith, 1999, “ The Globalization of World Politics”, Oxford University Press. Hlm 1955 Booth dan Wheeler dalam Baylis & Steve Smith, 1999, “ The Globalization of World Politics”, Oxford University Press. Hlm 195

3

Page 4: Poppy Irawan

Memahami konsep keamanan telah termasuk di dalamnya aspek politik,

ekonomi, societal dan lingkungan sebagaimana aspek militer yang didefinisikan

dalam lingkup yang lebih luas. Dimana keamanan merupakan sebuah keadaan

yang bebas dari ancaman. Dalam konteks sistem internasional keamanan

adalah mengenai kemampuan negara dan masyarakat untuk memelihara

kemerdekaan indentitasnya dan fungsi integritasnya. Dalam mecapai keamanan

negara dan masyarakat kadangkala memiliki interaksi yang harmonis satu sama

lainnya dan kadangkala saling bertentangan.6

Secara sederhana konsep keamanan sendiri dapat dipahami bahwa suatu

kondisi yang aman (secure) adalah suatu kondisi yang bebas akan adanya

ancaman baik itu dari aspek militer maupun aspek lainnya dan keadaan yang

tidak aman (insecure) dapat didefinisikan adanya ancaman terhadap kehidupan

manusia di dalam sebuah kelompok, masyarakat dan negara di segala aspek

kehidupan manusia.

Bagi kelompok pemikir critical security studies seperti Richard Wyn Jones

dalam bukunya Securiry, Strategy and Critical Theory, konsep keamanan harus

dielaborasi dan didefinisikan kembali untuk melahirkan sebuah bentuk gerakan

emansipasi terhadap dominasi di dunia internasional. Oleh karena terdapat

beberapa alternatif dalam melihat keamanan itu sendiri, yakni :

Deeper (lebih dalam) bahwa perlunya pemahaman bahwasanya

keamanan adalah sebuah konsep yang dibangun (derivative

concept) dimana keamanan merefleksikan asumsi yang lebih

dalam mengenai keadaan alamiah politik dan peran konflik dalam

kehidupan politik.

Broader (lebih luas), adanya pengakuan bahwa kekuatan militer

tidak hanya sebagai satu-satunya ancaman potensial terhadap

keamanan dan bahwa ancaman lainnya sama pentingnya dan

sama-sama dipertimbangkan didalam kajian keamanan.

Extended (diperluas), bahwa adanya perluasan terhadap objek

terancam lainnya dibandingkan negara, kehidupan individu

6 Buzan, op. cit, hlm 18-19

4

Page 5: Poppy Irawan

manusia dan bagaimanapun semuanya dianggap sebagai objek

yang paling terancam (ultimate referents).

Adanya pemfokusan bahwasanya antara teori dan praxis

keamanan dapat terlihat sebagai sebuah kesatuan.7

Dari beberapa definisi terhadap konsep keamanan diatas, tulisan ini

mencoba memaparkan dan mengelaborasi konsep dan isu keamanan di Asia

Tenggara menyangkut ancaman yang timbul dari lingkungan yakni kabut asap

yang kerap terjadi kawasan ini. Dimana kabut asap berdampak terhadap

kehidupan manusia, ekonomi dan politik diantara negara-negara di Asia

Tenggara khususnya Indonesia, Malaysia dan Singapura.

Kabut Asap & Keamanan Lingkungan (Enviromental Security) di

Asia Tenggara

Dalam memahami konsep dan isu keamanan terdapat beberapa areal bidang

kaji keamanan itu tersendiri yakni :

Keamanan Militer (military security) sebagai objek utama adalah negara

meskipun juga termasuk di dalamnya entitas politik lainnya. Dapat

dipahami ancaman di bidang militer ini adalah bagaimana bertahan dari

kekuatan persenjataan yang mampu menguasai negara tersebut baik dari

segi wilayah maupun kebijakan-kebijakan. Bagi Tradisional Security

Studies permasalahan militer merupakan inti dari keamanan itu sendiri.

Dalam masalah keamanan militer, instrument penting yang harus

dibangun adalah sektor militer (guardian) baik peralatan, persenjataan,

teknologi maupun sumberdaya manusia dalam menghadapi lingkungan

strategis regional dan global serta melindungi kedaulatan negara dari

invansi atau penguasaan kedaulatan pihak asing.

Keamanan Politik (political security), secara tradisional ancaman

didefenisikan dalam terminologi prinsip-prinsip konstitusi , kedaulatan dan

7 Richard Wyn Jones, 1999, “Security, Strategy, and Critical Theory”, Lynne Rienner Publisher. Hlm 166

5

Page 6: Poppy Irawan

ideologi negara. Kedaulatan dapat terancam oleh adanya pengakuan,

legitimasi atau otoritas memerintah.

Dimensi politik merupakan bangunan penting dalam menciptakan

stabilitas keamanan nasional, dimana hal ini berimplikasi terhadap

bagaimana negara sebagai pengatur yang dilegitimasi oleh penduduknya.

Elemen-elemen politik baik struktur maupun proses dan sistem politik

yang tidak stabil dapat menjadi ancaman terhadap hak-hak warga

negaranya.

Keamanan Ekonomi (economic security), objek dan ancaman dari

keamanan ini agak sulit untuk diturunkan. Secara umum perusahaan-

perusahaan mendapatkan ancaman dari kebangkrutan dan kadangkala

adanya perubahan hukum yang membuat mereka ilegal atau tidak ada

(seperti setelah revolusi komunis). Keamanan ekonomi merupakan

bagaimana akses untuk mendapatkan sumberdaya, keuangan dan pasar

yang mana merupakan elemen penting dalam kelangsungan tingkat

kemakmuran yang dapat diterima dan kekuatan sebuah negara.

Usaha dalam pemenuhan kebutuhan yang terkait dalam bidang ekonomi

merupakan hal yang cukup signifikan bagi individu maupun society.

Seiring dengan berkembangnya situasi maupun teknologi menghasilkan

pola-pola hubungan ekonomi yang beragam. Sehingga perkembangan ini

dapat memberikan ancaman bagi negara, masyarakat, dan individu untuk

mengakses atau memperoleh sumber daya ekonominya. Hal ini dapat

terlihat ketika maraknya investasi maupun liberalisasi di sektor ekonomi

yang tanpa memperhatikan keamanan ekonomi mengakibatkan hilangnya

kesempatan bagi masyarakat maupun individu untuk mengelola sumaber

daya ekonominya sendiri. Kejadian ini dapat kita lihat ketika terjadinya

krisis yang disebabkan oleh aktor-aktor non-negara.

Keamanan Sosial (societal security), objek keamanan itu sendiri berada

pada skala identitas kolektif yang luas dimana berfungsi independen

dalam sebuah negara seperti bangsa (nations) dan agama.

6

Page 7: Poppy Irawan

Nilai, norma, identitas dan budaya merupakan elemen penting bagi

sebuah society, namun dengan kondisi Indonesia saat ini yang terdiri dari

beragam suku bangsa (nations)mengakibatkan terjadinya persaingan

dalam dinamika sosial untuk memperkuat nilai, identitas, norma dan

budaya diantara suku bangsa. Sehingga dalam proses ini tidak dapat

terhindrakan pergesekkan antara satu suku bangsa dengan suku bangsa

lainnya. Oleh karena itu perlu adanya perangkat dan alat dalam

menjelaskan dan menganalisis fenomena societal security tersebut.

Keamanan Lingkungan (enviromental security), objek dari ancaman

lingkungan itu sendiri cukup luas, relatif pada sesuatu yang bersifat

konkret seperti kelangsungan hidup spesies (harimau, paus, dan

kehidupan manusia) atau jenis-jenis habitat (hutan hujan, danau), skala

isu yang luas seperti pemeliharaan iklim dan biosphere yang menyelimuti

kehidupan manusia dimana saat ini lebih sempit dibandingkan dengan

beberapa ratus tahun peradaban sebelumnya.8

Fenomena bencana yang bersumber dari alam merupakan sesuatu yang

saat ini hanya dianggap sebagai sebuah fenomena alam dan cenderung

dianggap sebagai sebuah takdir. Akan tetapi, bencana kabut asap yang terjadi di

kawasan Asia Tenggara tiap tahunnya merupakan bentuk dari ancaman

terhadap kelangsungan hidup manusia dan spesies lainnya di kawasan ini.

Terjadinya kabut asap di Malaysia, Indonesia dan Singapura merupakan dampak

dari aktivitas pembakaran hutan yang dilakukan oleh masyarakat dan pengusaha

dengan tujuan untuk membuka lahan baru. Teknik pembukaan lahan baru

dengan membakar hutan bagi masyarakat dan petani dinilai lebih hemat, praktis

dan menyuburkan tanah.

Bagi masyarakat tradisional pembakaran lahan dapat dikategorikan

sebagai “budaya”, tapi jika ketersediaan lahan semakin sempit dan jumlah

penduduk semakin banyak, maka pembakaran lahan menyebabkan kebakaran

dalam skala yang luas dan tidak menutup kemungkinan juga faktor ekonomi

melatarbelakangi kegiatan pembakaran lahan oleh masyarakat. Kebutuhan lahan

8 Barry Buzan, 1998, “A New Frame Work For Analysis”, Lynne Rienner Publisher. Hlm 23

7

Page 8: Poppy Irawan

menyebabkan lahan bernilai ekonomi tinggi, sehingga masyarakat berlomba

mendapatkan lahan dengan cara pembakaran. Selain itu untuk membuka lahan

baru seperti membersihkan alang-alang tinggi yang tumbuh di lahan gambut

harus dibakar habis sebab tidak mungkin dicangkul atau dibabat menggunakan

mesin atau alat pemotong. Selain boros tenaga dan waktu, petani tidak memiliki

dana untuk membersihkan lahan itu secara mekanik. Sehingga faktor alam juga

mempengaruhi tingkah dan pola kerja dari penggarap lahan untuk melakukan

pembakaran lahan.

Kejadian dan pola penggarapan lahan seperti inilah yang terjadi dari tahun

ke tahun sehingga kabut asap yang terjadi tidak bisa hanya dianggap sebagai

bencana alam biasa, akan tetapi bencana alam yang terskenario dengan rapi

dan mengakibatkan terancamnya lingkungan Indonesia serta negara tetangga

seperti Malaysia.

Berdasarkan pencitraan satelit NOAA 12 diketahui bahwa bencana kabut

asap pada oktober 2006 mencapai 15.443 titik api dan jumlah titik api harian

terbanyak terjadi pada tanggal 5 oktober 2006 sebanyak 3.876. Titik api

terkonsentrasi pada Pulau Kalimantan dan Sumatera, yang meliputi Kalimantan

Tengah (4.910), Kalimantan Selatan (1.916), Kalimantan Barat (1.180) dan

Sumatera Selatan (3.800).9

Secara umum lokasi pusat titik api di atas merupakan wilayah yang secara

geografis berdekatan dengan Malaysia dan Singapura. Oleh karena itu secara

tidak langsung dan dalam waktu yang cepat Malaysia dan Singapura menerima

dampak dari kebakaran hutan tersebut yakni kabut asap.

Dalam memahami keamanan lingkungan seperti fenomena kabut asap di

Indonesia, Malaysia dan Singapura terdapat dua agenda berbeda yakni agenda

scientific dan agenda politis. Agenda scientific merupakan aktivitas dari ilmu

pengetahuan khususnya ilmu alam dan aktivitas NGO. Hal tersebut dikonstruk

diluar inti politik dimana para ilmuwan dan lembaga penelitian memberikan

serangkaian daftar masalah lingkungan yang secara potensial menghambat

evolusi dari peradaban saat ini. Sedangkan dalam agenda politik, pada

9 http:/ www.wwf.or.id/admin/file-upload/files/FCT1161154328/

8

Page 9: Poppy Irawan

dasarnya adalah pemerintah dan antarpemerintah, dimana terdiri dari proses

pembuatan kebijakan publik dan kebijakan publik yang menempatkan

pertanyaan bagaimanan mengatasi masalah lingkungan.

Dalam agenda politik terdapat tiga area :

1. Negara dan kesadaran publik akan isu-isu dari agenda scientific (sejauh

mana agenda scientific dipertimbangkan dan diakui oleh pembuat

kebijakan, dalam pemilihan umum dan pers)

2. Penerimaan tanggung jawab politis untuk menangani isu tersebut

3. Munculnya pertanyaan manajemen politik seperti masalah kerjasama

internasional dan institusionalisasi dalam formasi rejim tertentu,

keefektifan inisiatif unilateral, distribusi biaya dan keuntungan dan lain

sebagainya.10

Pendekatan dalam memahami keamanan dapat dilakukan secara objektif

(adanya ancaman nyata) dan Subjektif (merasa mendapatkan ancaman)11 dan

environmental security sendiri menyangkut pemeliharaan lokal dan biosphere

bumi sebagai dukungan pokok system dimana seluruh kegiatan manusia

bergantung padanya.12

Malaysia dan Singapura yang secara geografis berbatasan langsung

dengan Indonesia, sehingga dalam masalah ini Malaysia dan Singapura

menerima secara langsung dan merasa dirugikan oleh bencana kabut asap yang

berdampak terhadap terganggunya kegiatan ekonomi serta kehidupan

masyarakatnya. Oleh karena itu fenomena kabut asap dapat dikategorikan

sebagai bentuk ancaman yang bersifat subjektif, lain halnya jika negara-negara

di kawasan Asia Tenggara tidak merasa terganggu oleh bencana kabut asap itu

sendiri.

Kejadian kabut asap yang disebabkan oleh pembakaran lahan di

Indonesia dapat dikategorikan sebagai ancaman terhadap stabilitas keamanan

regional. Negara-negara yang berada di kawasan Asia Tenggara rentan

10 Buzan, op.cit hlm 7211 Ibid. hlm 3012 Buzan, op.cit. hlm 19-20

9

Page 10: Poppy Irawan

terhadap kabut asap yang dihasilkan oleh Indonesia dan Malaysia serta

Singapura potensial dianggap sebagai objek penderita terhadap kabut asap.

Untuk mengidentifikasi Keamanan Wilayah (regional security) terdapat beberapa

karakteristik antara lain :

1. Terdiri dari dua atau lebih Negara

2. Negara-negara ini secara geografis dikelompokkan secara terkait (karena

ancaman dalam sektor ini dapat berjalan lebih mudah dari satu negara

dengan negara lainnya.

3. Hubungan diantara negara-negara ini ditandai dengan keamanan yang

salingketergantungan, dimana hubungan ini bisa jadi positif dan negatif.

4. Pola saling ketergantungan keamanan cukup dalam dan bertahan lama.13

Dalam terminologi security, region adalah pembagian dan subsistem dalam

hubungan keamanan yang ada di antara negara-negara dan terletak di dalam

lingkungan geografis yang saling berdekatan.

Ancaman terhadap enviromental security di Asia Tenggara

Ancaman keamanan termasuk di dalamnya adalah masalah sumber

daya dan lingkungan yang mengurangi kualitas hidup dan menghasilkan

peningkatan kompetisi dan ketegangan diantara kelompok negara. Walaupun

masih ada keraguan akan perhatian terhadap sumberdaya dan lingkungan

bermain dalam meningkatkan peranannya dalam politik internasional.14

Ancaman yang berasal dari sektor lingkungan meliputi isu yang sangat

spesifik dan jarang sekali bersifat universal. Penyebab dan dampak dari

ancaman lingkungan ini berbeda pada level dan wilayah tertentu. Pijakan

pertama dalam memahami keamanan linkungan adalah adanya skenario

bencana alam seperti kapan terjadinya lubang ozon, siapa korbannya dan

dimana akan terjadi?

Masalah lingkungan dapat menjadi sumber konflik politik antara negara-

negara dan mampu berkontribusi terhadap kekerasan diantara Negara-negara.

13 Buzan, op.cit. hlm 1514 Sean M. Lynn-Jones & Steven Miller, 1995, “Global Dangers: Changing Dimensions of International Security”, MIT Press. Hlm 87

10

Page 11: Poppy Irawan

Perubahan lingkungan mampu menciptakan konflik dalam bentuk perang,

terorisme, diplomatsi dan perselisihan perdagangan.15

Untuk mengidentifikasi bagaimana sumber ancaman terhadap masyarakat

dunia yang berasal dari lingkungan, kita dapat melihat masalah ini dalam

beberapa masalah antara lain :

rusaknya ekosistem termasuk didalamnya perubahan iklim,

hilangya keragaman hayati, rusaknya hutan dan bentuk-bentuk lain

dari erosi, penipisan lapisan ozon dan berbagai bentuk polusi

masalah energi termasuk di dalamnya berkurangnya sumber daya

alam seperti minyak bumi, berbagai bentuk polusi dan manajemen

bencana alam

masalah populasi yakni pertumbuhan populasi dan kapasitas

konsumsi, penyakit epidemic dan secara umum masalah

kesehatan, bertambahnya buta aksara, migrasi yang tidak

terkendali

masalah makanan yakni kemiskinan, kumuh, kuman penyakit,

berkurangnya lahan pertanian yang subur, tidak tersedianya

sumber daya air dan kelangkaan distribusi makanan

masalah ekonomi yakni mode produksi yang tidak

berkesinambungan, instabilitas societal dan secara struktur

asimetrik dan tidak setara

konflik sipil seperti perang yang disebabkan hancurnya lingkungan

dan di sisi lain kekerasan yang berkaitan dengan degradasi

lingkungan.16

Secara prinsipnya ada tiga keterkaitan dalam mendefenisikan ancaman

terhadap keamanan lingkungan :

1. Ancaman terhadap peradaban manusia yang berasal dari alam yang tidak

diakibatkan oleh aktivitas manusia seperti gempa, letusan gunung berapi.

2. Ancaman yang berasal dari aktivitas manusia yang mengakibatkan

perubahan pada sistem dan struktur alam. Hal ini merupakan sesuatu

15 Ibid, hlm 4416 Ibid, hlm 75

11

Page 12: Poppy Irawan

yang terlihat sebagai ancaman bagi peradaban manusia seperti pada

level global dengan adanya penipisan lapisan ozon sebagai dampak dari

penggunaan CFC. Pada level regional berhubungan pada dampak

eksploitasi alam yang mengakibatkan rusaknya dasar-dasar ekonomi dan

struktur sosial sebuah negara.

3. Ancaman yang berasal dari aktivitas manusia yang mengakibatkan

perubahan pada sistem dan struktur alam dan tidak terlihat sebagai

ancaman bagi peradaban manusia seperti berkurangnya berbagai sumber

daya mineral yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi.17

Kabut asap tahunan yang dihasilkan oleh pembakaran lahan di Indonesia

mengakibatkan polusi yang melewati batas-batas negara. Di satu sisi bagi

Indonesia, kejadian ini lebih disebabkan oleh faktor alam, ekonomi dan budaya

masyarakat serta mendatangkan kerugian bagi ekosistem di sekitar kawasan

pembakaran lahan tersebut. Tetapi bagi Malaysia dan Singapura, hal ini

dianggap sebagai sesuatu yang serius, dimana masyarakat Malaysia dan

Singapura merasa dirugikan karena mereka menerima dampak atas aktivitas

pembakaran lahan yang dilakukan di Indonesia antara lain :

Ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia

Kebutuhan dasar masyarakat Malaysia sebagai manusia terganggu oleh

udara yang mereka hirup tercemari oleh kabut asap dan bahkan

mengakibatkan kematian bagi masyarakat Malaysia. Dalam beberapa

kasus Indeks Polusi Udara (air pollution index/API) Kamis, 11 Agustus

2005 mencapai 529 di Port Klang, pusat perkapalan penting di Malaysia,

dan 531 di Kuala Selangor. Tingkat API berada di atas 300 dapat

dikategorikan berbahaya sementara 500 dapat memicu keadaan darurat.

Jumat, 12 Agustus 2005 kabut asap agak bersih di pantai barat, tetapi di

Kuala Lumpur API meningkat dari 321 menjadi 365. 18

Departemen Lingkungan Malaysia mengatakan bahwa kualitas udara

akibat kabut asap yang terjadi pada tahun 2006 lebih buruk untuk

17 Ibid, hlm 80 18 http:// www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0805/13/0102.htm

12

Page 13: Poppy Irawan

kesehatan manusia dibandingkan akibat kabut asap pada tahun 1997.

Kualitas udara yang buruk ini tersebar di 32 wilayah Malaysia.

Oleh karena itu, pemerintah Malaysia menyatakan keadaan darurat di

daerah sekitar Kuala Lumpur, setelah kabut asap tebal menyelimuti

kawasan itu. Malaysia mengumumkan langkah-langkah darurat termasuk

menutup sekolah-sekolah dan meminta warga untuk mengenakan

masker.19

Menurut United Nations Developments Programme (UNDP), kabut asap

pada tahun 1997 mengakibatkan individu-individu di Asia Tenggara

mengalami kerugian 1,4 milyar dolar AS, khususnya biaya terhadap

kesehatan jangka pendek. Lebih dari 40.000 orang dirawat karena

penyakit pernafasan. Dampak kesehatan jangka panjang terhadap anak-

anak dan orang dewasa sedang dihitung. ADB memperkirakan 757 juta

ton CO2 dihasilkan oleh pembakaran hutan antara 1997-1998. jumlah

biaya atas kandungan karbon di atmosfer (berdasarkan 7 US$ per metric

ton) dikalkulasikan sebanyak 1.446 milyar US$.20

Dapat dibayangkan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat

Malaysia yang terancam oleh kabut asap. Aktivitas individu dan

masyarakat Malaysia tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Sehingga kabut asap mengganggu individu dan masyarakat yang ada di

Malaysia. Dampak yang ditimbulkan oleh terganggunya aktivitas sehari-

hari mengakibatkan terganggunya dan bahkan hancurnya struktur-struktur

sosial masyarakat Malaysia.

Ancaman terhadap ekonomi

Menurut penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti, terlihat

bagaimana besarnya dampak dari kabut asap yang mengancam aktivitas

ekonomi individu, masyarakat dan perusahaan-perusahaan di Malaysia

dan Singapura. Terbatasnya jarak pandang, mengakibatkan aktivitas

perekonomian di kawasan pelabuhan dan banda udara di Malaysia ,

19 http:// www.BBC.com/ indonesian/Ungkapan Pendapat Indonesia/ kirim asap lagi.htm20 http://www.adb.org/Documents/Books/AEO/2001/aeo2010.asp

13

Page 14: Poppy Irawan

Indonesia dan Singapura terganggu dan pada situasi tertentu tidak dapat

beroperasi sebagaimana mestinya.

Berdasarkan ASEAN Secretariat's Environment and Disaster

Management Centre, kerugian ekonomi akibat kebakaran hutan yang

terjadi pada tahun 1997-1998 diperkirakan 9 milyar dolar AS.21

Di sisi lain, kabut asap mengakibatkan banyaknya para investor asing

takut untuk berinvestasi di Indonesia, Malaysia dan Singapura. Karena

dengan adanya kabut asap mengakibatkan banyaknya biaya dan resiko

yang harus mereka tanggung.

Bagi Indonesia kebakaran hutan telah mengakibatkan kerugian ekonomi

dari degradasi dan deforestasi hutan di Indonesia berkisar antara 1,62-2,7

miliar dollar AS.22 Dan jumlah ini bisa lebih tinggi jika dihitung hilangnya

flasma nutfah dan keragaman hayati yang dimiliki hutan.

Ancaman terhadap hubungan Indonesia dengan Malaysia dan

Singapura

Secara tidak langsung, kabut asap yang terjadi mempengaruhi hubungan

antara Indonesia, Malaysia dan Singapura. Hubungan yang terjadi akibat

kabut asap bisa saja menghasilkan sebuah bentuk kerjasama dan bahkan

terjadinya perselisihan di antara negara-negara yang menderita akibat

kabut asap. Kabut asap yang melanda Malaysia dan kawasan Asia

Tenggara lainnya telah mengakibatkan meningkatnya konstelasi politik di

kawasan tersebut. Di Malaysia Partai oposisi terbesar di Malaysia, Parti

Tindakan Demokratis, (DAP) berdemonstrasi di luar kedutaan Indonesia di

Kuala Lumpur. Partai itu mengatakan kabut asap ini merupakan ancaman

bagi ekonomi dan kesehatan jutaan warga Malaysia. Mereka mendesak

ASEAN supaya mengambil tindakan atas masalah itu.23

21 http://app.mfa.gov.sg/2006/press/view_press.asp?post_id=1887

22 http://\www.haze-online.or.id/news.php/ID=20030702100607.htm

23 http://voanews.com/indonesian/archive/2006-10/2006-10-11-voa5.cfm.htm

14

Page 15: Poppy Irawan

Tindakan yang dilakukan oleh Partai oposisi Malaysia diatas secara tidak

langsung mengartikulasikan bagaimana pendapat dan persepsi dari

sebagian masyarakat Malaysia terhadap kabut asap yang terjadi.

Pemerintah Malaysia mendesak Indonesia untuk segera mengatasi

kebakaran hutan agar kabut asap agar Malaysia tidak menerima dampak

dari kabut asap. Untuk menyelesaikan masalah ini pemerintah Malaysia

mengatakan bahwa pihaknya tidak akan mengambil pendekatan

konfrontatif terhadap pemerintah Indonesia karena ada kebutuhan yang

lebih luas untuk memelihara hubungan mereka.

Sedangkan Singapura lebih memilih membawa masalah kabut asap di

tingkat dunia. Singapura mengangkat isu kabut asap Indonesia dalam

Sidang Umum PBB pada tanggal 20 Oktober 2006. Hal ini mendapat

protes dari pemerintah Indonesia, sehingga mengakibatkan adanya

hubungan yang kurang harmonis antara Indonesia-Singapura. Sebagai

sebuah bentuk protes dari Indonesia, Menteri Perdagangan Indonesia,

Fahmi Idris memboykot pertemuan antara Indonesia-Singapura mengenai

Special Economic Zones di Batam. Menurut kantor berita Antara, Fahmi

Idris mengatakan bahwa “saya tidak akan menghadiri pertemuan sebagai

bentuk protes terhadap langkah Singapura yang membawa masalah

kabut asap ke tingkat Sidang Umum PBB, sedangkan Singapura

sebelumnya telah setuju untuk mengatasi masalah ini pada tingkat

ASEAN”.24

Akibat dari tindakan Singapura tersebut, hubungan bilateral Indonesia-

Singapura kurang harmonis. Sehingga bagi pemerintah Indonesia dengan

dibawanya kasus asap ke meja dewan PBB berarti telah mendatangkan

preseden buruk bagi pemerintah Indonesia di mata dunia Internasional.

Peranan ASEAN

ASEAN sebagai organisasi regional di kawasan Asia Tenggara memiliki

peran dan tanggung jawab dalam menciptakan stabilitas keamanan, ekonomi,

24 http://www.jeffooi.com/2006/11/haze_balls_on_un_table_and_ind.php

15

Page 16: Poppy Irawan

sosial, politik dan hubungan diantara sesama anggotanya. Kabut asap telah

mengancam stabilitas keamanan, ekonomi dan kehidupan individu di negara

anggota ASEAN khususnya Indonesia, Malaysia dan Singapura. Untuk

mengatasi masalah kabut asap tidak hanya dibutuhkan peran aktif dari Indonesia

sebagai negara yang dicap sebagai pengekspor asap dan negara lain yang

menerima dampak langsung dari kabut asap itu sendiri. Akan tetapi ASEAN

diharapkan mampu memainkan perannya untuk mengatasi masalah ini.

Sebetulnya sejak tahun 1990 negara-negara ASEAN telah melakukan

berbagai bentuk kerja sama untuk menanggulangi masalah kabut asap. Mulai

dari pembentukan ASEAN Haze Technical Taks Force; Sub-Regional Fire

Fighting Arrangements; ASEAN Regional Haze Action Plan (ARHAP); hingga

Persetujuan ASEAN mengenai Pencemaran Asap Lintas Batas atau ASEAN

Transboundary Haze Pollution (ATHP) yang telah ditandatangani oleh negara-

negara ASEAN pada bulan Juni 2002, dan telah berlaku sejak tanggal 25

November 2003.

AATHP merupakan persetujuan regional pertama yang secara khusus

diharapkan dapat menanggulangi masalah pencemaran kabut asap di kawasan.

Salah satu konsekuensi dari berlakunya ATHP adalah akan segera dibentuk

ASEAN Coordinating Centre (ACC) for Transboundary Haze Pollution Control

yang akan menjalankan fungsi koordinasi mulai dari tahap pencegahan,

pemantauan, dan penanggulangan serta mitigasi kebakaran lahan dan hutan

yang menimbulkan pencemaran kabut asap.

Fungsi koordinasi tersebut dapat ditempuh melalui

pertukaran/pengumpulan informasi untuk mengetahui langkah-langkah

penanggulangan yang perlu diambil. Sejalan dengan itu, negara-negara ASEAN,

di mana Indonesia yang sering menjadi sumber kabut asap, dapat memainkan

peranan sentral melalui penerapan kebijakan-kebijakan yang ditempuh di tingkat

pusat dan daerah, termasuk dengan mengaktifkan National Monitoring Centre

(NMC) dan pusat-pusat pemantauan lainnya yang berada di daerah-daerah

rawan kebakaran lahan dan hutan.

16

Page 17: Poppy Irawan

Sayangnya kesepakatan ASEAN Transboundary Haze Pollution (AATHP)

sampai saat ini belum diratifikasi oleh Indonesia. Indonesia beralasan

bahwasanya belum diratifikasinya kesepakatan AATHP disebabkan oleh

terlambatnya proses pembahasan ATHP di tingkat legislatif Indonesia. Oleh

karena itu, negara-negara yang menderita akibat kabut asap Indonesia merasa

kecewa dengan tidak cepatnya tindakan Indonesia dalam menangani kabut

asap. Akan tetapi hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah Indonesia

sebagai negara penghasil kabut asap dan salah satu cara untuk mengatasi

permasalahan kabut asap di kawasan Asia Tenggara.

Peranan Akademisi

Selain aktor-aktor negara dan lembaga non pemerintah internasional (INGO),

permasalahan kabut asap sendiri perlu adanya perhatian dari kalangan

akademisi dan multidipliner dalam menganalisa dan memahaminya. Tulisan-

tulisan mengenai kabut asap ini sangat diharapkan untuk membuka pemahaman

bagi komunitas internasional, regional, nasional dan hingga pada level individu.

Penjelasan ilmiah sangat dibutuhkan untuk memberikan masukan atau

rekomendasi bagi pemerintah khususnya para decision maker untuk

merumuskan dan merancang tindakan yang harus diambil oleh negara-negara

dalam mengatasi dan mencegah kabut asap itu sendiri. Karena tanpa adanya

peran serta dari para akademisi, permasalahan ini dapat berujung pada konflik-

konflik yang lebih luas dan dimensi lain seperti ekonomi, sosial, politik hingga

militer diantara negara-negara yang terlibat dalam masalah ini.

Kesimpulan

Pada level regional permasalahan keamanan lingkungan seperti

terjadinya kabut asap adalah tanggung jawab bersama negara-negara ASEAN

untuk memahami bahwa ini adalah ancaman nyata terhadap stabilitas keamanan

manusia, ekonomi, societal dan politik di kawasan Asia Tenggara.

17

Page 18: Poppy Irawan

Kabut asap tidak hanya dipahami sebagai sebuah bencana alam semata

namun kabut asap merupakan sebuah bentuk ancaman nyata terhadap

keamanan di Asia Tenggara dan oleh karena itu perlunya pemahaman lebih

lanjut bagi negara-negara ASEAN untuk memahami isu-isu keamanan yang

lebih luas dan tidak hanya memandang isu keamanan dari aspek militer,

sebelum terjadinya konflik dan perselisihan di antara sesama Negara-negara

ASEAN.

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Baylis, Jhon & Smith, Steve, 1999, “ The Globalization of World Politics”, Oxford

University Press

18

Page 19: Poppy Irawan

Buzan, Barry, 1998, “A New Frame Work For Analysis”, Lynne Rienner

Publisher, London.

Buzan, Barry, 1991, “People, State and Fear”, Lynne Rienner Publisher, London.

Jones, Richard Wyn, 1999, “Security, Strategy, and Critical Theory”, Lynne

Rienner Publisher, London.

Lynn-Jones, Sean M & Miller, Steven, 1995, “Global Dangers: Changing

Dimensions of International Security”, MIT Press

Website

http:/ www.wwf.or.id/admin/file-upload/files/FCT1161154328/

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2005/0805/13/0102.htm

http:// www.BBC.com/ indonesian/Ungkapan Pendapat Indonesia/ kirim asap lagi.htm

http://www.adb.org/Documents/Books/AEO/2001/aeo2010.asp

http://app.mfa.gov.sg/2006/press/view_press.asp?post_id=1887

http://\www.haze-online.or.id/news.php/ID=20030702100607.htm

http://voanews.com/indonesian/archive/2006-10/2006-10-11-voa5.cfm.htm

http://www.jeffooi.com/2006/11/haze_balls_on_un_table_and_ind.php

19