23
Posisi Pembedahan 0

Posisi Pasien Pembedahan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pembedahan pasien

Citation preview

Posisi Pembedahan

0

Keamanan posisi pasien ketika operasi menjadi tanggung jawab seluruh tim tim

bedah. Ahli bedah menentukkan posisi untuk mengoptimalkan paparan pada area

pembedahan, sedangkan praktisi anestesi untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas, akses

pembuluh darah, dan stabilitas kardiovaskuler.

Pertimbangan perencanaan

Lima faktor yang harus di perhatikan ketika merencanakan posisi pasien untuk pembedahan :

1. Anatomi yang terlibat dengan prosedur berhubungan dengan

Organ, letak penyakit/tumor

Kanan atau kiri sisi ektremitas

Area yang akan dicangkok atau di perbaiki

2. Pertimbangan pembedahan yaitu area harus dengan mudah diakses dan menyediakan

paparan yag maksimum untuk kelancaran pembedahan.

3. Kenyamanan pasien

a. Menyokong kepala dan ekstremitas

b. Kesejajaran tubuh yang tepat

c. Menghindari titik tekan dengan bantalan yang adekuat

d. Mencegah paparan berlebihan untuk menjaga privasi dan mencegah hipotermi

e. Memperhatikan lama pembedahan

4. Keamanan pasien dan staf

a. Ketepatan penggunaan tali keselamatan.

b. Ketepatan penggunaan dan penempatan peralatan dalam memposisikan pasien

c. Ketepatan penggunaan mekanik tubuh dalam memindahkan dan mengangkat

serta keadekuatan personel

d. Menjaga struktur neuromuskuler dan tulang

e. Ketepatan dalam penempatan electrosurgical ground pad

f. Mengetahui keterbatasan diri sendiri

5. Kepatenan respiratori dan sirkulasi

a. Respiratori

1. Area thoraks terhindar dari tekanan eksternal

2. Menjaga keadekuatan jalan nafas

b. Sirkulasi

1. mencegah tekanan ektremitas yang dapat menurunkan aliran vena

1

2. mencegah hiperekstensi dari lengan tanpa ketepatan sokongan

3. mencegah mata kaki atau kaki bersilang pada posisi supine

Efek Fisiologi Dari Posisi Pasien

Posisi pasien mempengaruhi sistem kardiovaskuler, pernafasan, dan neurologi, dan

berpasangan dengan efek anestesi, dapat menjadi bahaya potensial untuk semua pasien

pembedahan.

1. Sistem pernafasan

a. Perubahan posisi merubah volume aliran darah kapiler paru, sehingga

mempengaruhi jumlah kesediaan darah untuk oksigenasi

b. Udara inspirasi di paru-paru kemungkinan didistribusikan kembali,

mempengaruhi kesediaan kebutuhan udara untuk oksigenasi

c. Compliance jaringan paru-paru menurun, yang akan mengurangi jumlah udara

yang dapat mengurangi kecepatan pertukaran

d. Ekspansi paru-paru terbatas, karena retriksi mekanis dari tulang rusuk atau

penurunan kemampuan diafragma

2. Sistem kardiovaskuler

a. Anestesi (umum atau lokal) menyebabkan dilatasi pembuluh darah perifer

b. Hipotensi dapat terjadi karena efek posisi

c. bendungan dapat terjadi pada dependent area, yang disebabkan oleh dilatasi

pembuluh darah

d. Jumlah darah yang kembali ke jantung dan paru-paru dapat menurun,

mempengaruhi oksigenasi dan redistribusi oksigen

e. Biasanya, tekanan dan / atau obstruksi pembuluh darah disebabkan kerusakan

pada sistem kardiovaskuler

3. Sistem neurologi

a. Hampir masalah neurologi berhubungan dengan posisi selama fase postoperasi

b. Syaraf perifer dan superfisial rentan mengalami kerusakan akibat tekanan

mekanis

c. Mayoritas masalah berhubungan dengan tekanan, obstruksi, dan peregangan

karena kesalahan posisi, dan pada umumnya berhubungan dengan luka syaraf

d. Penurunan syaraf motorik atau sensorik dapat tejadi dalam beberapa menit

karena posisi yang tidak tepat, dan kerusakan jaringan terjadi akibat efek yang

lama

2

Posisi Pembedahan Dan Hubungannya Dengan Efek Fisiologi

Ada 8 posisi yang umum digunakan untuk prosedur pembedahan, dan semua posisi itu

dasarnya dari dua posisi yaitu, supine dan prone

1. Supine (dorsal recumbent)

2. Prone

3. Trendelenburg

4. Litothomi

5. Duduk ( modifikasi fowler)

6. Kraske ( jackknife)

7. Lateral recumbent

Supine (dorsal recumbent)

Posisi paling umum dan natural adalah posisi supine (dorsal recumbent)

Prosedur

bedah perut, ekstremitas, pembuluh darah, dada, leher, wajah, telinga, payudara

Teknik Memposisikan

Pasien terlentang dengan lengan disamping tubuh

Bantalan kecil diletakkan di bawah kepala dan leher serta bawah lutut

Titik yang rentan terhadap tekanan diberikan bantalan, seperti tumit, siku dan sakrum

Jika prosedur akan dilakukan lebih dari 1 jam atau pasien khusus yang rentan terhadap

tekanan , harus digunakan egg crate atau flotation mattres

Pengaman tali pengikat harus diberikan 2 inchi di atas lutut

Jika kepala diubah ke satu sisi, harus digunakan doughnut atau head rest special untuk

menjaga syaraf wajah superficial dan pembuluh darah

Mata harus dijaga dengan menggunakan eye patch, dan salep untuk mencegah

kekeringan

Efek fisiologi

1. Sistem Kardiovaskuler

a. Penurunan MAP (mean arterial pressure), heart rate

b. Peningkatan cardiac output dan stroke volume

c. Penurunan tekanan diastole

d. Potensial penurunan bendungan vena pada ekstremitas bawah

2. Sistem Respiratori

a. Berkompromi dengan fungsi pernafasan

b. Penurunan kapasitas vital

3

c. Penurunan ekskursi diafragma

d. biasanya distribusi ventilasi dari apeks ke dasar paru-paru

Prone

Prosedur

Pembedahan pada permukaan posterior tubuh, seperti tulang belakang, leher, pantat,

ekstremitas bawah

Teknik memposisikan

Induksi anestesi yang ditunjukkan di posisi supine pada tempat tidur pasien atau meja

operasi. Ketika tidak sadar, pasien di “log rolled”

Chest rolls atau guling diletakkan di meja operasi sebelum memposisikan, menurut

panjangnya pada kedua sisi

Foam head rest atau doughnut; kepala dibalik ke salah satu sisi atau muka

ditundukkan

Lengan pasien dirotasikan ke bantalan armboard, menyebabkan lengan bergerak pada

rental normalnya, siku-siku ditekuk

Bantalan di lutut dan bantal pada ekstremitas bawah untuk mencegah jari kaki

menyentuh matras

Pengaman tali pengikat diberikan 2 inchi diatas lutut

Efek fisiologi

1. Sistem kardiovaskuler

a. Sedikit masalah kardiovaskuler jika posisi benar

b. Tekanan di vena cava inferior dan vena femoral, dapat mengurangi aliran balik

vena akibat penurunan tekanan darah jika posisi tidak tepat

c. Jika kepala diubah ke satu sisi, tekanan sinus karotis dapat menyebabkan hipotensi

dan aritmia

2. Sistem respiratori

a. Paling rentan untuk masalah pernafasan

4

b. Berat badan melawan dinding abdomen membatasi pergerakan diafragma,

menyebakan peningkatan tekanan jalan nafas dengan kesulitan ventilasi,

keterbatasan volume tidal

Trendelenburg

Prosedur

Abdomen bawah, organ pelvis

Teknik memposisikan

Pasien supine dengan kepala lebih rendah daripada kaki

Shoulder braces tidak boleh digunakan karena dapat menyebabkan kerusakan brachial

pleksus. Jika dibutuhkan, harus diberi bantalan yang baik dan diletakkan over

acrominal pada scapula

Modifikasi posisi ini dapat digunakan untuk syok hipovolemik

Posisi ekstremitas dan pengaman tali pengikat sama dengan posisi supine

Efek fisiologi

1. Sistem kardiovaskuler

a. Bendungan darah di atas torso (batang tubuh) meningkatkan tekanan darah

b. Dapat menyebabkan penurunan tekanan darah ketika kembali ke posisi supine

c. vena leher membesar (baik untuk CVP/insersi Swan line)

d. Sianosis, peningkatan muatan pembuluh darah ke jantung dari ekstremitas bawah

2. Sistem Respiratori

a. Penurunan volume paru akibat gangguan respiratori

b. Gangguan pada pertukaran respiratori

c. Kemungkinan menyebabkan kongesti paru dan edema

d. Penurunan ekspansi diafragma

5

Reverse Trnedelenburg

Prosedur

Abdominal atas, kepala dan leher, bedah wajah

Teknik memposisikan

Posien supine dengan kepala lebih tinggi dari kaki

Bantal kecil dibawah leher dan lutut

Bantalan yang baik footboard harus digunakan untuk mencegah licin kaki di meja

Antiembolik harus digunakan jika posisi digunakan untuk periode waktu yang lama

Pasien harus di kembalikan ke posisi supine secara perlahan

Efek fisiologi

1. Sistem Kardiovaskuler

a. Pengurangan cardiac return akibat penurunan cardiac output

b. Penurunan perfusi brainstem karena gravity

c. Bendungan darah di ekstremitas bawah

d. Kemungkinan overload sirkulasi jika mengembalikan ke posisi supine dengan

cepat

2. Sistem Respiratori

a. Tidak terganggunya pergerakan pernafasan degan retriksi minimal dari ekspansi

sentral dinding dada anterior

b. Potensial penurunan kapasitas difusi oksigen untuk perfusi dari region atas paru-

paru

c. Potensial untuk insufisiensi pernafasan dan asidosis respiratori

Lithotomy

Prosedur

Bedah perineal, vaginal, rectal, kombinasi prosedur abdominal-vaginal

Teknik memposisikan

6

Variasi dari posisi supinasi, dapat berbahaya dan tidak nyaman untuk pasien

Pasien ditempatkan pada posisi supine dengan pantat dekat dengan meja bawah (area

sacrum harus diberikan bantalan yang baik)

Kaki di letakkan di stirrup atau knee rest di meja operasi pada kedua sisi.

Tinggi stirrup tidak boleh terlalu tinngi atau rendah, tetapi sama pada kedua sisi

Bantalan stirrup (knee brace) tidak harus menekan struktur pembuluh darah atau

syaraf di ruang popliteal

Tekanan dari logam strirrup melawan bagian atas dalam paha / betis harus dicegah

Kaki harus dinaikkan dan diturunkan secara perlahan dan simultan (kemungkinan

dibutuhkan 2 orang)

Efek fisiologi

1. Sistem kardiovaskuler

a. Bendungan darah di daerah lumbal

b. Penurunan kaki secara cepat dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara

mendadak (500-800 mL)

c. Penurunan sistem sirkulasi karena kompresi pada abdominal vena cava inferior

dan aorta abdominal.

2. Sistem respiratori

a. Penurunan efisiensi respiratori karena tekanan dari abdomen dan tekanan dari

diafragma pada viscera abdomen, retriksi respiratori

b. Jaringan paru menjadi membesar dengan darah; penurunan kapasitas vital dan

volume tidal

Modified Fowler ( Duduk)

Prosedur

Otorhinology (telinga dan hidung), neurosurgery (posterior atau oksipital)

Teknik memposisikan

7

variasi dari posisi reverse tredelenburg

pasien supine, dengan meja atas dapat fleksikan (footboard optional)

backrest dielevasikan, lutut difleksikan

arm rest pada bantal yang diletakkan di pangkuan, pengaman tali pengikat diberikan 2

inchi diatas lutut

Tekanan pada area scapula, olecranon, scrum, ischial tuberositis, dan calcaneus

Bergerak lambat dalam perubahan posisi harus digunakan untuk mencegah perubahan

drastis pada pergerakan volume darah.

Antiembolic harus digunakan untuk menbantu aliran balik vena

Ketika penggunaan neurologi headrest khusus, mata harus dijaga

Efek fisiologi

1. Sistem kardiovaskuler

a. Bendungan darah di ektremitas bawah

b. Potensial adanya emboli udara karena tekanan negative pada kepala dan leher

c. Hipotensi berhubungan dengan posisi dan efek anestesi

2. Sistem Respiratori

a. Sama dengan reverse tredelenburg

Kraske (Jackknife)

Prosedur

Prosedur rectal, sigmoidoscopy, colonoscopy

Teknik memposisikan

Variasi dari posisi prone

Meja di fleksikan (90 derajat)

Semua perlindungan dengan posisi prone di ubah dengan posisi Kraske

Meja (pengaman) tali pengikat diberikan di atas paha8

Efek fisiologi

Karena posisi ini berlawanan dengan sistem kardiovaskuler dan respiratori, Kraske perlu

pertimbangan karena posisi paling berbahaya pada semua posisi pembedahan. Respon

fisiologi sama dengan posisi prone, hanya berlebihan

Lateral recumbent

Prosedur

Bedah thorak dan ginjal

Teknik memposisikan

Bantalan khusus “bean bag atau Vac-Pac” diletakkan di meja operasi

Awalnya, pasien diposisikan supine untuk induksi

Pasien kemudian diangkat dan diubah kedalam sisi nonoperatif (biasanya dibutuhkan

4 orang untuk memindahkan)

Kepala disokong dan diluruskan dengan spinal column

Bedah thoraks

Lengan atas difleksikan di siku-siku dan dinaikan diatas kepala; kemungkinan

digunakan bantalan diatas kepala armboard atau bantalan Mayo berdiri

Lengan bawah dibawa ke depan, difleksikan, dan diletakkan di bantalan armboard

Kaki bawah difleksikan dengan bantal diletakkan diantara kaki, kaki diletakkan di

bantal untuk menjaga ketepatan kesejajaran

Pengaman tali pengikat diberikan di panggul

Bedah Ginjal

Pasien diposisikan diatas kidney elevator pada meja operasi (dibawah tulang iliaca)

Posisi ini mengelevasi area operasi antara rusuk ke 12 dan puncak iliaca

Ekstremitas atas kemungkinan tegal lurus dengan bahu, ; fleksi dan disokong dengan

bantalan armboard atau lengan atas di atas kepala armboard

9

kaki bawah difleksikan, dan bantal diletakkan diantara kaki, dengak kaki disokong

dengan bantal

pengaman tali pengikat menyilang paha

ketika posisi tepat, bean bag (Vac-Pac) menggembung; untuk bedah ginajl; kidney elevator

dinaikkan dan meja difleksikan

efek fisiologi

1. sistem Kardiovaskuler

perubahan cardiac output

sirkulasi dapat terganggu

jika kidney rest dielevasikan, tekanan pembuluh darah abdominal

pada posisi lateral kiri, MAP menrun 24 mmHg, dan posisi lateral kanan turu

33 mmHg.

2. Sistem Respiratory

Efisiensi respiratory dipengaruhi tekanan dari berat badan pada bawah dada

Retriksi pergerakan dari dada akibat posisi compromise pertukaran gas

Ketikan pasien dianestesi pernafasan spontan, tergantung paru-paru

mempunyai ventilasi yang lebih baik

Posisi simple lateral mengurang kapasitas vital 10 % dan volume tidal 8 %;

posisi ginjalmengurangi kapasitas vital 14,5 % karena gangguan ekspansi

thoraks .

Alat-alat dalam Memposisikan dan Implikasi Klinis

Banyak peralatan untuk membantu memposisikan pasien dengan pembedahan.

Perawat perioperatif harus mempunyai pengetahuan dari peralatan-peralatan ini untuk

memberikan posisi terbaik buat pasien , keamanan, dan kenyamanan.

10

Idealnya, banyak material yang digunakan untuk memposisikan, terutama bantalan,

yang harus memenuhi 4 syarat :

1. Mengabsorbsi kekuatan tekanan

2. Mendistribusi ulang tekanan

3. Mencegah peregangan berlebihan

4. Memberikan dukungan stabilitas operatif optimal

Semua material ini harus dibersihkan dengan adekuat dan didesinfeksikan.

Table Attachments

Beberapa bagian dari table attachment yang biasa digunakan selama memposisikan

1. safety table straps

2. armboard dan wrist restraints

3. stirrup dan penyokong popliteal knee

4. Head rest dan attachments

5. Kidney elevator dan Kidney rest

6. shoulder brace, penyokong dan overhead arm rest

7. footboard

Safety Table Straps

Merupakan alat yang penting untuk memposisikan, digunakan sejak pasien

ditempatkan di meja operasi dan sebagai alat restrains.

Ini harus diaplikasikan dengan prinsip-prinsip khusus :

Tali harus ditempatkan di atas lutut selama posisi supine dan dibawah lutut selama

posisi prone.

Harus dilindungi , sebelum dibatasi dan harus diposisikan diantara selimut pasien

dan pasien untuk menghindari iritasi pada kulit

Tali harus dikencangkan dengan cukup hanya 3 jari dibawah tali untuk

menghindari tekanan

Armboard Dan Wrist Restraints

Digunakan untuk menyokong lengan pasien dan tangan pasien. Wrist restrains terbuat

dari bahan-bahan yang bervariasi dan tertutup. Harus lembut dan tidak membatasi namun

aman untuk lengan ketika ditempatkan disekitar armboard.

Stirrup Dan Penyokong Popliteal Knee

11

Strirrup ditempatkan disebelah dalam pegangan meja untuk menopang lengan kaki

dan kaki ketika posisi litotomi. Selama pembedahan pada posisi litotomi, penyokong popliteal

knee dapat digunakan di popliteal yang ditopang dengan bantalan-bantalan. Hati-hati dalam

memposisikan dan menjaga ruang kosong di belakang lutut, dapat mencegah tekanan di

pembuluh darah dan saraf pada popliteal.

Head Rest Dan Attachments

Umumnya digunakan untuk prosedur neurosurgical. Dapat digunakan dengan posisi

supine, prone, sitting, atau posisi lateral. Posisi ahli bedah dikepala ketika perawat

perioperatif menstabilisasikan kepala selama memposisikan dan head rest attachments.

Kidney Elevator Dan Kidney Rest

Elevator ginjal adalah bagian dari meja operasi dan dapat dielevasikan menggunakan

kontrol panel pada kepala di meja. Ini digunakan untuk mengelevasi area mid-torso dari tubuh

ketika pasien berbaring dengan posisi lateral.

Kidney rest adalah bantalan konkaf yang dijangkar di kerangka meja untuk menstabilisasikan

pasien ketika pasien dalam posisi lateral. Ditempatkan di antara anterior dan posterior dari

pasien, dan harus diberi bantalan untuk menghindari penekanan pada tubuh.

Shoulder Brace, Penyokong Dan Overhead Arm Rest

Peralatan untuk kepala di meja dan digunakan untuk mencegah pasien dari

tergelincirnya kepala di meja ketika pasien posisi Trendelenburg. shoulder brace tidak boleh

digunakan ketika lengan diluruskan di armboard, untuk menghindari penekanan nervus

axillary.

Footboard

Dapat digunakan dengan 2 tujuan :

Left flat, sebagai permukaan horizontal di meja selama pembedahan

perineal/vagina, dan ditunjukkan dengan posisi litotomi

Menaikkan garis tegak lurus di meja dan bantalan untuk menopang kaki. Ini

digunakan utama di posisi Trendelenburg.

Posisi-posisi tambahan :

1. Sandbags/pillows

12

Bervariasi bentuk dan ukuran untuk mengakomodasikan struktur anatomi.

2. Flotation mattresses (gelled/egg crate)

Dikreasikan dengan ukuran meja. Digunakan untuk meminimalkan tekanan dari tulang,

pembuluh darah peripheral, dan saraf-saraf selama prosedur lama (lebih dari 2 jam), dan

untuk semua kasus pada pasien sadar/dibawah kesadaran.

3. Chest rolls/commercial bolsters

Dapat dikreasikan oleh perawat perioperatif menggunakan selimut mandi. Digunakan

ketika pasien dengan posisi prone. Ditempatkan posisi longitudinal diantara axilla dan

tulang panggul, bilateral untuk mempertahankan perubahan pernafasan yang adekuat, dan

untuk mencegah tekanan pada dada, genetalia, dan struktur abdominal.

4. Laminectomy frame

Bantalan metal frame yang digunakan untuk elevasi area spinal. Frame ini diposisikan

diatas meja, penopang dari sendi acromioclavicular iliac crest.

5. Towels, tape, ace bandages, soft roll

Dapat digunakan untuk menstabilisasikan posisi, tergantung dari tipe-tipe peralatan yang

digunakan. Tambahan pula, lift sheet dapat digunakan untuk membantu mereposisikan

pasien/menjamin lengan pasien ketika diposisikan.

Cedera Umum Berkaitan Dengan Posisi

Perencanaan dan persiapan dapat menghilangkan cedera umum yang terkait dengan

posisi pasien bedah. Namun, peristiwa-peristiwa tertentu meningkatkan kemungkinan cedera

bagi semua pasien bedah. Sebagai contoh, anestesi mencegah pertahanan tubuh normal

melawan rasa sakit/ nyeri dari peringatan pasien tentang peregangan berlebihan, memutar, dan

kompresi dari bagian tubuh. Kerusakan saraf perifer dan iskemia yang disebabkan oleh

hiperekstensi atau kondisi penyakit yang sudah ada sebelumnya juga termasuk cedera posisi

umum.

Empat daerah umumnya yang rentan terhadap komplikasi posisi dan / atau cedera: 1) daerah

pleksus brakialis, 2) daerah ulnar / radial, 3) saraf saphena dan peroneal, 4) sistem integumen

dan 5) cedera mata dan wajah.

Cedera Pleksus Brachial

Cedera pleksus brakialis bisa hasil dari posisi yang tidak benar dan / atau hiperekstensi

pada lengan  atau dasar lengan, terutama untuk pasien dalam posisi terlentang. Untuk

menghindari cedera, perawat perioperatif tidak boleh membiarkan lengan pasien

diekstensikan lebih dari sudut 90 derajat, dan kepala pasien harus berbalik ke arah lengan

13

yang diekstensikan dengan telapak yang disupinasikan atau dalam posisi normal . Cedera

pleksus brakialis juga dapat terjadi ketika bahu brakialis digunakan karena memposisikan

brakialis tidak tepat .

Cedera Saraf Radial/ Ulnaris

Saraf ulnaris paling sering terluka ketika siku terselip dari kasur ke tepi logam dari

meja, dan saraf yang dikompresi antara meja dan epikondilus medial. Cedera saraf Radial

dapat terjadi baik ketika lengan terselip dari dasar lengan dan terdorong meja atau ketika

ditaruh di samping dan ditekan antara pasien dan permukaan meja. Untuk menghilangkan

salah satu dari kemungkinan cedera, posisi tangan ke bawah sepanjang sisi pasien, siku, dan

menggunakan lembar menarik untuk mengamankan lengan dan tangan, dan / atau

menggunakan pembatasan yang ditempatkan longgar pergelangan belum aman di sekitar

armboard dan lengan pasien (terutama lengan dengan kateter infus IV).

Saraf Kerusakan Saraf Saphena Dan Peroneal

Cedera saraf saphena dan peroneal biasanya berhubungan dengan posisi litotomi dan

penggunaan sanggurdi. Harus diperhatian secara khusus ketika memposisikan pasien masuk

dan keluar sanggurdi untuk menghindari cedera. Kedua kakinya harus di angkat bersama-

sama bila menempatkan pasien dalam posisi litotomi, pertama ke posisi lutut-dada, kemudian

ke sanggurdi, untuk menghindari ketegangan pada saraf sendi pinggul dan sekitarnya. Cedera

pada saraf peroneal juga dapat terjadi jika paha dikompresi melawan bar sanggurdi

(pemegang), sehingga, bar harus empuk di sekitar area tulang fibula. Cedera pada saraf

saphena dapat terjadi jika saraf ditekan antara sanggurdi logam lutut dukungan poplitea dan

kondilus tibialis medialis. Tekanan ini dapat mengakibatkan mati rasa di betis dan

kelumpuhan mungkin. Padding dari menyokong lutut dapat mencegah cedera ini, terutama

antara behel dan bagian tengah lutut.

Kerusakan Integumen

Tekanan yang berlebihan yang disebabkan oleh posisi apapun dapat mengakibatkan

kerusakan pada kulit dalam bentuk ekskorasi atau memar yang aktual. Ketika memposisikan

pasien untuk prosedur apapun, pastikan untuk melindungi kulit dan jaringan lunak harus

dipertimbangkan, termasuk usia pasien, status kesehatan umum, distribusi berat badan,

tekanan darah, status hidrasi, dan rentang imobilitas yang disarankan. Untuk mencegah cedera

ini, bantalan memadai harus digunakan, terutama pada prominences kurus dan area-area

anatomis yang memerlukan pertimbangan khusus karena sifat dari posisi yang diperlukan.

14

Cedera Mata Dan Wajah

Mata harus ditutup dan, jika diperlukan, salep yang digunakan untuk menjaga

kelembaban dan mencegah goresan. tekanan yang berlebihan terhadap resiko mata dapat

menyebabkan trombosis dari arteri retina pusat dan bahkan dapat menyebabkan kebutaan

pada beberapa kasus jika masalah berjalan dikoreksi. Kompresi struktur wajah dapat

disebabkan oleh posisi, peralatan, atau bedah tema bersandar atau menekan melawan wajah

pasien. Hal ini dapat dihindari dengan memonitor posisi kepala pasien, dan, jika perlu,

penggunaan Mayo di wajah untuk mengangkat tirai, sehingga mencegah kemungkinan

cedera.Mencegah tindakan yang diambil sebelum memposisikan pasien bedah dapat

menghindari bahaya yang tidak semestinya dan melindungi pasien ketika mereka tidak dapat

melindungi diri: salah satu tujuan utama dari praktek keperawatan perioperatif.

15