36
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Perpajakan I Semester II Disusun Oleh : KELOMPOK 6 1. Sri Agustina (F0309085) 2. Ulva Navatilova Menes (F0309092) 3. Vika Vitri Anggraita (F0309093) 4. Maya Larasati Ardini (F0309106) 5. Nandhya Marfiana (F0309107) FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET

PPh 24 dan 25

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PPh 24 dan 25

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Perpajakan I

Semester II

Disusun Oleh :

KELOMPOK 6

1. Sri Agustina (F0309085)

2. Ulva Navatilova Menes (F0309092)

3. Vika Vitri Anggraita (F0309093)

4. Maya Larasati Ardini (F0309106)

5. Nandhya Marfiana (F0309107)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2010

Page 2: PPh 24 dan 25

PENGKREDITAN PAJAK LUAR NEGERI

(PPh PASAL 24 )

PPh pasal 24: Pajak Terutang yang dibayarkan di Luar Negeri atas penghasilan yang diterima atau

diperoleh dari Luar Negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak penghasilan

terutang atas seluruh Penghasilan Wajib Pajak (WP) Dalam Negeri

Pengkreditan pajak luar negeri tersebut dilakukan dalam tahun pajak digabungkannya

penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di Indonesia.

Pengkreditan pajak yang dimaksudkan dalam pasal 24 ini untuk menghindarkan pajak berganda,

tetapi jumlah yang dikreditkan tidak melebihi perhitungan pajak yang terutang berdasarkan

undang-undang Pajak Penghasilan.

Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan sesuai dengan ketentuan pasal 24 undang - undang

pajak penghasilan yang diikuti dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor

164/KMK.03/2002 tentang Kredit Pajak Luar Negeri yang mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan 19 April 2002.

Untuk melaksanakan pengkreditan pajak luar negeri, Wajib Pajak wajib menyampaikan

permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak dengan melampirkan :

1. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri;

2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri;

3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.

PERLAKUAN PERPAJAKAN DAN PENENTUAN SUMBER PEBGHASILAN

Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang dapat dikreditkan terhadap pajak

yang terutang di Indonesia hanya pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima

atau diperoleh Wajib Pajak,

Contoh:

PT A di Indonesia merupakan pemegang saham tunggal dar Z Inc. Di Negara x. Z Inc. Tersebut

dalam tahun 1995 memperoleh keuntungan sebesar US$100.000.000. Pajak penghasilan yang

berlaku di Negara X adalah 48% dan Pajak Dividen adalah 38%. Penghitungan pajak atas

dividen tersebut adalah :

Keuntungan Z inc. US$100.000,00

Pajak Penghasilan(Corporate Income Tax)

Atas Z Inc.(48 %) US$ 48.000,00 (-)

2

Page 3: PPh 24 dan 25

US$ 52.000,00

Pajak atas dividen (38%) US$ 19.760,00 (-)

Dividen yang dikirim ke Indonesia US$ 32.240,00

Pajak penghasilan yang dapat dikreditkan terhadap seluruh Pajak Penghasilan yang terutang atas PT

A adalah pajak yang langsung dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar

negeri, dalam contoh di atas yaitu jumlah sebesar US$19.760,00. Pajak penghasilan (corporate

income tax) atas Z Inc. sebesar US$48.000,00 tersebut tidak dikenakan langsung atas penghasilan

yang diterima atau diperoleh PT A dari luar negeri, melainkan pajak yang dikenakan atas

keuntungan Z Inc. Di negara X.

Dalam menghitung batas jumlah pajak yang boleh dikreditkan, sumber penghasilan ditentukan

oleh :

1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya serta keuntungan dari pengalihan saham

dan sekuritas lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau

sekuritas tersebut didirikan atau bertempat kedudukan;

2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta

gerak adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti atau

sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada;

3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak bergerak adalah

negara tempat harta tersebut terletak;

4. Penghasilan berupa imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan adalah

negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut bertempat

kedudukan atau berada;

5. Penghasilan Bentuk Usaha Tetap adalah negara tempat Bentuk Usaha Tetap tersebut

menjalankan usaha atau melakukan kegiatan;

6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda turut

serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan pertambangan adalah

negara tempat lokasi penambangan berada;

7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap berada;

8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu Bentuk Usaha

Tetap adalah negara tempat Bentuk Usaha Tetap berada.

3

Page 4: PPh 24 dan 25

PENGGABUNGAN PENGHASILAN

Untuk menghitung Pajak Penghasilan yang terutang atas seluruh penghasilan yang diterima atau

diperoleh Wajib Pajak Dalam Negeri, baik dari dalam maupun luar negeri, maka seluruh

penghasilan Wajib Pajak tersebut digabungkan. Untuk penggabungan penghasilan yang berasal dari

luar negeri dilakukan untuk :

1. Penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya penghasilan tersebut.

2. Penghasilan lainnya dilakukan dalam Tahun Pajak diterimanya penghasilan tersebut.

3. Penghasilan berupa dividen sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) Undang-

Undang pajak Penghasilan, dilakukan dalam tahun pajak pada saat perolehan dividen

tersebut sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan.

Penggabungan penghasilan ini tidak diperkenankan apabila terjadi kerugian yang diderita di luar

negeri.

Tata Cara Perhitungan Kredit Pajak Luar Negeri

Ketentuan mengenai jumlah pajak luar negeri yang boleh dikreditkan adalah sebagai berikut :

1. Jumlah kredit pajak yang besarnya paling tinggi sama dengan jumlah pajak yang dibayar

atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi jumlah tertentu (ordinary credit

method).

2. Jumlah tertentu seperti pada butir 1 dihitung menurut perbandingan antara penghasilan

antara penghasilan dari luar negeri terhadap Penghasilan Kena Pajak dikalikan dengan

pajak yang terutang atas penghasilan kena Pajak, paling tinggi sama dengan pajak yang

terutang atas Penghasilan Kena Pajak dalam hal Penghasilan Kena Pajak lebih kecil dari

penghasilan luar negeri.

3. Kemungkinan penghasilan dari luar negeri tersebut berasal dari beberapa negara, maka

penghitungan kredit pajak dilakukan untuk masing-masing negara.

4. Penghasilan kena pajak yang digunakan sebagai perbandingan (perhatikan butir 2) tidak

termasuk penghasilan yang dikenakan pajak yang bersifat final yang diatur dalam Pasal

4 ayat (2) tentang penghasilan yang dikenakan pajak tertentu yaitu atas dasar Peraturan

Pemerintah dan/atau penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri sebagaimana diatur

dalam pasal 8 ayat (1) dan ayat (40 Undang-Undang Pajak Penghasilan.

Pasal 8 ayat (1) dan ayat (4) mengatur bahwa seluruh penghasilan atau kerugian wanita

yang telah kawin pada awal Tahun pajak atau awal Bagian tahun pajak, demikian halnya

kerugian yang berasal dari tahun-tahun sebelumnya yang belum dikompensasikan

dianggap penghasilan atau kerugian suaminya. Pengecualian yaitu apabila penghasilan

4

Page 5: PPh 24 dan 25

semata-mata diterima atau diperoleh dari 1 (satu) pemberi kerja yang telah dipotong PPh

Pasal 21 dan pekerjaan tersebut tidak ada hubungannya dengan usaha atau pekerjaan

bebas suami atau anggota keluarga lainnya.

Penghasilan anak yang belum dewasa Pasal 8 ayat (4) mengatur bahwa penghasilan anak

yang belum dewasa digabung dengan penghasilan orang tuanya kecuali penghasilan

yang berasal dari pekerjaan yang tidak ada hubungannya dengan usaha atau kegiatan

dari orang yang mempunyai hubungan istimewa dengan anak tersebut.

5. Apabila ternyata Pajak Penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri melebihi

jumlah kredit pajak yang diperkenankan, atas kelebihan tersebut tidaklah dapat

diperhitungkan dengan Pajak Penghasilan yang terutang tahun berikutnya, maka

kelebihan itu tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau pengurang penghasilan, dan

tidak dapat dimintakan restitusi/pengembalian.

Pasal 18 ayat (2) Undang-Undang pajak Penghasilan mengatur kewenangan menteri Keuangan

untuk menetapkan saat diperolehnya dividen oleh Wajib Pajak Dalam Negeri atas penyertaan modal

usaha di luar negeri selain badan usaha yang menjual sahamya di bursa efek dengan ketentuan :

1. Penyertaan modal Wajib Pajak Dalam Negeri sekurang-kurangnya 50% (lima puluh

persen) dari jumlah saham yang disetor.

2. Secara bersama-sama dengan Wajib Pajak Dalam Negeri lainnya memiliki penyertaan

modal sebesar 50% (lima puluh persen) atau lebih dari jumlah saham yang disetor.

PERHITUNGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI WAJIB PAJAK BADAN

PT Abadi di jakarta memeproleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai berikut :

Penghasilan dalam negeri Rp 1.000.000.000,00

Penghasilan luar negeri Rp 1.000.000.000,00

(dengan tarif pajak 20%)

Penghitungan jumlah maksimum kredit pajak luar negeri adalah :

1. Penghasilan luar negeri Rp 1.000.000.000,00

Penghasilan dalam negeri Rp 1.000.000.000,00 ( +)

Jumlah penghasilan neto Rp 2.000.000.000,00

2. Apabila jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan Kena Pajak, maka sesuai

dengan tarif pasal 17, Pajak Panghasilan yang terutang sebesar :

28% x Rp 2.000.000.000,00 = Rp 560.000.000,00

3. Batas maksimum kredit pajak luar negeri adalah :

5

Page 6: PPh 24 dan 25

Oleh karena batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar Rp 280.000.000,00 lebih

besar dari jumlah pajak luar negeri yang terutang atau dibayar di luar negeri yaitu

sebesar Rp 200.000.0000,00 (20% x Rp 1.000.000.000,00), maka jumlah kredit pajak

luar negeri yang diperkenankan adalah Rp 200.000.000,00

PERHITUNGAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI

Seperti pada contoh di atas, apabila penghasilan tersebut diperoleh oleh Wajib Pajak Orang

pribadi, untuk menghitung Penghasilan Kena Pajak harus dikurangi terlebih dahulu dengan

Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP). Oleh karena itu, penghitungan PPh Pasal 24 menjadi

sebagai berikut :

1. Penghasilan Neto Rp 2.000.000.000,00

PTKP (TK/0) (Rp 15.840.000,00

Penghasilan Kena Pajak Rp 1.984.160.000,00

2. Pajak penghasilan terutang sesuai tarif Pasal 17

5% x Rp 50.000.00000 = Rp 2.500.000,00

15% x Rp 200.000.000,00 = Rp 30.000.000,00

25% x Rp 250.000.000,00 = Rp 62.000.000,00

30% x Rp 1.484.160.000,00 = Rp 445.248.000,00

Total Rp 540.248.000,00

3. Batas maksimum kredit pajak luar negeri :

Pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri Rp 200.000.0000,00 ternyata masih lebih

kecil dibanding batas maksimumnya (Rp 272.280.461,00). Oleh karena itu, jumlah kredit

pajak luar negeri (Pasal 24) ang diperkenankan adalah Rp 200.000.000,00

KERUGIAN DI DALAM NEGERI

PT Tugu Indah di jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai berikut :

Penghasilan dari usaha di luar negeri Rp 1.000.000.000,00

Rugi usaha di dalam negeri (Rp 200.000.000,00)

Pajak atas penghasilan di luar negeri misalnya 40 % Rp 400.000.000,00

Penghitungan maksimum kredit pajak luar negeri serta pajak terutang adalah sebagai berikut

:6

Page 7: PPh 24 dan 25

1. Penghasilan dari usaha di luar negeri Rp 1.000.000.000,00

Rugi usaha di dalam negeri (Rp 200.000.000,00)

Jumlah penghasilan neto Rp 800.000.000,00

2. Apabila jumlah penghasilan neto sama dengan Penghasilan kena Pajak, maka sesuai

dengan tarif Pasal 17, Pajak Penghasilan yang terutang :

28 % x Rp 800.000.000,00 = Rp 224.000.000,00

3. Batas maksimum kredit pajak luar negeri :

Oleh karena pajak yang dibayar di luar negeri (Rp 400.000.000,00) dan batas maksimum

kredit pajak luar negeri yang dapat dikreditkan (Rp 280.000.000,00) lebih besar dari

jumlah pajak yang terutang (Rp 224.000.000,00), maka pajak yang dibayar di luar negeri

diperkenankan untuk dikreditkan dalam penghitungan Pajak Penghasilan adalah sebesar

Pajak Penghasilan yang terutang yaitu Rp 224.000.000,00

PENGHASILAN LUAR NEGERI BERASAL DARI BEBERAPA NEGARA

Apabila penghasilan luar negeri berasal dari bebrapa negara, jumlah maksimum kredit pajak

luar negeri dihitung untuk masing-masing negara dengan cara penghitungan di atas.

PT Elok di jakarta dalam tahun 2009 memperoleh penghasilan neto sebaga berikut :

Penghasilan dari dalam negeri Rp 2.000.000.000,00

Penghasilan dari singapura

(dengan tarif pajak 40%) Rp 1.000.000.000,00

Penghasilan dari Malaysia

(dengan tarif pajak 30%) Rp 2.000.000.000,00 (+)

Jumlah penghasilan neto Rp 5.000.000.000,00

Apabila penghasilan neto sama dengan Penghasilan Kena Pajak, maka besarnya Pajak

Penghasilan yang terutang menurut tarif Pasal 17 sebesar :

28% x Rp 5.000.000.000,00 = Rp 1.400.000.000,00

Batas maksimum kredit pajak luar negeri untuk setiap negara adalah :

a. Untuk Singapura

7

Page 8: PPh 24 dan 25

Pajak yang terutang di luar negeri sebesar Rp 400.000.000,00 lebih besar dari batas

maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan, maka jumlah kredit yang diperkenankan

hanya sebesar Rp 280.000.000,00.

b. Untuk Malaysia

Pajak yang terutang di luar negeri sebesar Rp 600.000.000,00 lebih besar dari batas

maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan, maka jumlah kredit pajak yang

diperkenankan Rp 560.000.000,00.

Jumlah kredit pajak luar negeri :

Rp 280.000.000,00 + Rp 560.000.000,00 = Rp 840.000.000,00

KERUGIAN DI LUAR NEGERI

Dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak, kerugian yang diderita di luar negeri tidak

boleh digabungkan/ dikompensasikan dengan penghasilan yang diterima atau diperoleh dari

Indonesia.

Contoh :

PT Batavia di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2009 sebagai

berikut :

1. Di Singapura memperoleh penghasilan (laba) Rp 1.000.000.000,00 dengan tarif pajak

sebesar 40% (Rp 400.000.000,00).

2. Di Malaysia, memperoleh penghasilan (laba) Rp 3.000.000.000,00 dengan tarif pajak

sebesar 25% (Rp 750.000.000,00).

3. Di Filipina, menderita kerugiaan Rp 2.500.000.000,00.

4. Penghasilan usaha di dalam negeri Rp 4.000.000.000,00.

Penghasilan kredit pajak luar negeri adalah :

1. Penghasilan luar negeri :

a. Laba di Singapura Rp 1.000.000.000,00

b. Laba di Malaysia Rp 3.000.000.000,00

c. Rugi di filipina Rp - ( + )

Jumlah pengahasilan luar negeri Rp 4.000.000.000,00

2. Penghasilan dalam negeri Rp 4.000.000.000,00 ( + )

3. Jumlah penghasilan neto Rp 8.000.000.000,00

8

Page 9: PPh 24 dan 25

4. PPh terutang ( menurut tarif pasal 17)

28 % x Rp 8.000.000.000,00 = Rp 2.240.000.000,00

5. Batas maksimum kredit pajak luar negeri untuk masing-masing negara adalah :

a. untuk Singapura

Pajak yang terutang di Singapura Rp 400.000.000,00, namun maksimum pajak yang

dapat dikreditkan hanya sebesar Rp 280.000.000,00.

b. Untuk Malaysia

Pajak yang terutang di Malaysia sebesar Rp 750.000.000,00 ternyata masih lebih

kecil dibanding batas maksimumnya ( Rp 840.000.000,00). Oleh karena itu, jumlah

kredit pajak luar negeri yang diperkenankan adalah Rp 750.000.000,00.

Jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan sebesar :

Rp 280.000.000,00 + Rp 750.000.000,00 = Rp 1.030.000.000,00.

Dalam contoh pengitungan di atas tampak dengan jelas bahwa kerugian yang diderita di

Filipina Rp 2.500.000.000,00 tidak boleh digabungkan / dikompensasikan dengan

penghasilan yang diterima /diperoleh dari Indonesia.

PENGHASILAN WAJIB PAJAK DIKENAKAN PAJAK BERSIFAT FINAL

Mengacu pada pasal 4 ayat (2) yaitu 4ndang-Undang Pajak Penghasilan mengatur Objek

Pajak yang pengenaan pajaknya tersendiri (diatur dengan Peraturan Pemerintah).

Penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final tidak digabungkan dengan penghasilan

teratur lainnya.

Contoh :

PT Jayakarta memperoleh penghasilan tahun 2009 yang terdiri atas :

1. Penghasilan dari Cina Rp 2.000.000.000,00 dengan tarif pajak 30 %.

2. Penghasilan dalam negeri Rp 3.500.000.000,00.

Dalam penghasilan dalam negeri ini termasuk penghasilan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 4 ayat (2) Undang- Undang Pajak Penghasilan sebesar Rp 500.000.000,00.

Penghitungan kredit pajak luar negeri :

1. Penghasilan luar negeri

9

Page 10: PPh 24 dan 25

Penghasilan dari Cina Rp 2.0000.000.000,00

2. Penghasilan dari dalam negeri Rp 3.500.000.000,00

Koreksi (Pasal 4 ayat (2)) Rp 500.000.000,00

Rp 3.000.000.000,00

3. Total penghasilan neto Rp 5.000.000.000,00

4. PPh terutang :

28% x Rp 5.000.000.000,00 = Rp 1.400.000.000,00

5. Batas maksimum kredit pajak luar negeri sebesar :

Pajak yang terutang di Cina sebesar 30 % x Rp 2.000.000.000,00 = Rp

600.000.000,00 namun maksimum kredit pajak yang dapat dikreditkan sebesar Rp

560.000.000,00, sehingga jumlah kredit pajak luar negeri yang diperkenankan hanya

sebesar Rp 560.000.000,00.

PENGURANGAN/PENGEMBALIAN KREDIT PAJAK LUAR NEGERI

Sebagaimana dinyatakan dalam penjelasan pasal 24 ayat (5) Undang-Undang Pajak

Penghasilan, apabila terjadi pengurangan atau pengembalian pajak atas penghasilan yang dibayar di

luar negeri sehingga besarnya pajak yang dapat dikreditkan di Indonesia menjadi lebih kecil dari

besarnya perhitungan semula, maka selisihnya ditambahkan pada Pajak Penghasilan yang terutang

atas seluruh penghasilan Wajib Pajak Dalam Negeri pada tahun pengurangan atau pengembalian itu

dilakukan.

PERUBAHAN BESARNYA PENGHASILAN LUAR NEGERI

Dalam hal terjadi perubahan besarnya penghasilan yang berasal dari luar negeri, Wajib Pajak harus

melakukan pembetulan SPT untuk tahun pajak yang bersangkutan dengan melampirkan dokumen terkait.

Apabila akibat pembetulan tersebut terjadi koreksi fiskal di luar negeri yang menyebabkan adanya

tambahan penghasilan yang mengakibatkan pajak atas penghasilan yang terutang di luar negeri lebih

besar daripada yang dilaporkan dalam SPT, sehingga pajak di luar negeri kurang dibayar, maka terdapat

kemungkinan Pajak Penghasilan di Indonesia juga kurang dibayar.

Apabila koreksi fiskal di luar negeri menyebabkan penghasilan dan pajak atas penghasilan yang terutang

di luar negeri lebih kecil dari yang dilaporkan dalam SPT, sehingga pajak yang di luar negeri lebih

dibayar, maka hal ini akan mengakibatkan Pajak Penghasilan yang terutang di Indonesia juga menjadi

lebih kecil, sehingga Pajak Penghasilan menjadi lebih bayar. Atas kelebihan bayar pajak tersebut dapat

dikembalikan kepada Wajib Pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.

10

Page 11: PPh 24 dan 25

Sepanjang koreksi fiskal di luar negeri tersebut dilaporkan sendiri oleh Wajib Pajak melalui surat

pembetulan Surat Pemberitahuan tahunan, maka atas kekurangan tersebut tidak dikenakan bunga

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2997 tentang KUP.

Apabila koreksi fiskal di luar negeri menyebabkan penghasilan dan pajak atas penghasilan yang terutang

di luar negeri lebih kecil dari yang dilaporkan dalam SPT, sehingga pajak di luar negeri lebih bayar, maka

hal ini akan mengakibatkan Pajak Penghasilan yang terutang di Indonesia juga menjadi lebih kecil,

sehingga Pajak Penghasilan menjadi lebih bayar. Atas kelebihan bayar pajak tersebut dapat dikembalikan

kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 25

PPh Pasal 25 : Angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak untuk

setiap bulan dalam Tahun Pajak berjalan.

Pembayaran angsuran setiap bulan itu sendiri dimaksudkan untuk meringankan beban Wajib Pajak

dalam membayar pajak terutang.

Aturan pelaksanaan diperbaharui, yaitu :

1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 522/KMK.04/2000 tanggal 14 Desember 2000

tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Penghasilan Dalam Tahun Pajak Berjalan

yang Harus Dibayar Sendiri Oleh Wajib Pajak Baru, Bank, Sewa dengan Hak Opsi, BUMN,

BUMD, dan Wajib Pajak lainnya termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi, Pengusaha Tertentu.

Keputusan ini telah diubah dengan Keputusan menteri Keuangan Nomor

394/KMK.03/2001 terakhir diadakan perubahan kembali dengan Keputusan Menteri

Keuangan Nomor 84/ KMK.03/2002 Tanggal 8 maret 2002.

2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor 210/Pj./2001 Tanggal 12 Maret 2001 mengatur

masalah besarnya pembayaran angsuran bulanan PPh Pasal 25 dalam masa transisi Tahun

Pajak 2001.

3. Keputusan Direktur jenderal pajak Nomor Kep. 537/Pj./2000 Tanggal 29 Desember 2000

tentang Penghitungan Besarnya Anggaran Pajak pada Tahun Berjalan dalam Hal-hal

Tertentu.

Penghitungan Pajak Terutang digunakan tarif baru yang sesuai dengan ketentuan perundang-

undangan perpajakan yaitu undang-undang Pajak Penghasilan berlaku mulai 11 Januari 2009.

11

Page 12: PPh 24 dan 25

CARA MENGHITUNG PPh PASAL 25

Besarnya angsuran pajak Penghasilan Pasal 25 adalah sebesar Pajak Penghasilan yang terutang

menurut Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Tahun Pajak yang lalu dikurangi

dengan Pajak Penghasilan yang dipotong dan/atau dipungut serta Pajak Penghasilan yang

dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sebagaimana dimaksudkan dalam

Pasal 21,22,23,dan 24, kemudian dibagi 12(dua belas) atau banyaknya bulan dalam Bagian

Tahun Pajak.

Besarnya PPh pasal 25 untuk Bulan-Bulan Sebelum Batas Waktu Penyampaian SPT

Tahunan

Angsuran bulanan untuk bulan sebelum batas waktu penyampaian SPT Tahunan PPh adalah sebesar

angsuran pajak untuk bulan terakhir dari tahun pajak yang lalu.

Contoh: Apabila Surat pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan disampaikan oleh Wajib pajak

Orang pribadi pada bulan Februari 2010 maka besarnya angsuran pajak yang harus di bayar Wajib

pajak tersebut untuk bulan Januari 2010 adalah sebesar angsuran pajak bulan Desember 2009,

misalnya sebesar Rp 1.000.000.000,00

Surat Ketetapan Pajak sebagai Dasar Perhitungan Angsuran PPh Pasal 25

Apabila dalam Tahun pajak berjalan diterbitkan surat ketetapan pajak untuk tahun Pajak yang

lalu, maka besarnya angsuran pajak dihitung kembali berdasarkan surat ketetapan pajak

tersebut dan berlaku mulai bulan berikutnya setelah bulan penerbitan surat ketetapan pajak.

Penetapan besarnya angsuran pajak berdasarkan Surat Ketetapan Pajak tersebut bisa sama,

lebih besar atau lebih kecil dari angsuran pajak sebelumnya berdasarkan Surat Pemberitahuan

Tahunan.

Angsuran PPh Pasal 25 untuk Setiap Bulan dan Sesudah Adanya Keputusan Mengenai

Kelebihan Pembayaran Pajak

Apabila Pajak Penghasilan yang terutang menurut Surat pemberitahuan Tahunan Pajak

Penghasilan Tahun Pajak yang lalu lebih kecil dari jumlah Pajak penghasilan yang telah dibayar,

dipotong, dan/atau dipungut selama Tahun Pajak yang bersangkutan dan oleh karena itu Wajib

Pajak mengajukan permohonan pengembalian kelebihan pembayaran pajak atau permohonan

untuk memperhitungkan dengan utang pajak yang lain, sebelum Direktur Jenderal Pajak

memberikan keputusan mengenai pengembalian atau perhitungan kelebihan tersebut, maka

besarnya angsuran pajak untuk setiap bulan adalah sama dengan angsuran pajak untuk bulan

terakhir dari Tahun Pajak yang lalu.

12

Page 13: PPh 24 dan 25

Setelah dikeluarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak, angsuran pajak untuk bulan-bulan

berikutnya setelah tanggal keputusan itu, dihitung berdasarkan jumlah pajak yang terutang

menurut keputusan tersebut.

PENYETORAN DAN PELAPORAN PPh PASAL 25

Ketentuan perundang-undangan Perpajakan mengatur penyetoran PPh pasal 25 sebagai berikut ini :

1. Pajak Penghasilan Pasal 25 dibayar/disetorkan selambat-lambatnya 15(lima belas) bulan takwim

berikutnya.

2. Wajib pajak diwajibkan untuk menyampaikan Surat Pemberutahuan Masa paling lambat 20 (dua

puluh) hari setelah Masa Pajak berakhir dalam Surat Setoran Pajak (SSP) lembar ke 3.

PERHITUNGAN PPh PASAL 25 DALAM HAL – HAL TERTENTU

Yang dimaksud dengan peerhitungan PPh Pasal 25 dalam hal-hal tertentu adalah perhitungan PPh

pasal 25 dalam hal :

1. Wajib Pajak berhak atas kompensasi kerugian ;

2. Wajib Pajak memperoleh penghasilan tidak teratur ;

3. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan tahun yang lalu disampaikan setelah lewat

batas waktu yang telah ditentukan ;

4. Wajib Pajak diberikan perpanjangan jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan

Pajak Penghasilan ;

5. Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan yang

mengakibatkan angsuran buklanan lebih besar dari angsuran bulanan sebelum pembetulan ; dan

6. Tejadi perubahan keadaan usaha atau kegiatan wajib pajak.

PPH PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK BARU, BANK, SEWA DENGAN HAK OPSI, BUMN,

DAN BUMD

PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Baru

WP Baru : WP orang pribadi dan badan yang baru pertama kali memperoleh penghasilan dari

usaha atau pekerjaan bebas dalam tahun pajak berjalan.

Prinsip perhitungannya :

1. Bagi Wajib Pajak baru yang mulai menjalankan usaha atau melakukan kegiatan dalam Tahun

Pajak perlu diatur perhitungan besarnya angsuran, karena Wajib Pajak belum pernah

memasukkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan. Besarnya didasarkan atas kenyataan usaha atau

kegiatan Wajib Pajak.

13

Page 14: PPh 24 dan 25

2. Bagi Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang perbankan, BUMN, BUMD, Wajib Pajak masuk

bursa, dan lainnya berdasarkan ketentuan diharuskan membuat laporan keuangan berkala yang

dipakai sebagai dasar perhitungan.

Penentuan Penghasilan Neto :

1. Bagi Wajib Pajak baru menyelenggarakan pembukuan yang dapat diketahui penghasilan

neto per bulan, maka penghasilan neto Wajib Pajak dihitung berdasarkan pembukuannya.

2. Bagi Wajib Pajak baru menggunakan Norma penghitungan Penghasilan Neto atau

menyelenggarakan pembukuan tetapi dari pembukuannya tidak dapat dihitung besarnya

penghasilan neto setiap bulan, maka penghasilan neto dihitung berdasarkan Norma

Penghitungan Penghasilan Neto atas peredaran atau penerimaan brutonya.

PPh Pasal 25 bagi WP Bank dan Sewa dengan Hak Opsi

Besarnya angsuran yang harus dibayar Wajib Pajak yang bergerak dalam bidang perbankan atau

sewa dengan hak opsi adalah sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan

tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan triwulan terakhir yang disetahunkan

dikurangi pajak Penghasilan Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk Tahun

Pajak yang lalu, dibagi 12.

Untuk Wajib Pajak baru, besarnya angsuran setiap bulan untuk triwulan pertama adalah jumlah

Pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas penerimaan laba rugi

fiskal triwulan pertama yang disetahunkan, dibagi 12.

PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak BUMN dan BUMD

1. Besarnya angsuran adalah dihitung berdasarkan penerapan tarif umum atas laba rugi fiskal

menurut Rencana Kerja dan Anggaran Pendapatan Tahun Pajak yang bersangkutan yang telah

disahkan Rapat Umum Pemegang Saham dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan PPh

Pasal 22, 23, serta 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri Tahun Pajak yang lalu, dibagi 12.

2. Jika RKAP belum disahkan, maka besarnya angsuran setiap bulan sebelum pengesahan

adalah sama dengan angsuran pajak Penghasilan Pasal 25 bulan terakhir.

PPh PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU

Sesuai Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 Tanggal 31 Desember 2008 yang

diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2009 adalah Waji Pajak yang melakukan kegiatan usaha di

bidang perdagangan yang mempunyai tempat usaha lebih dari satu, atau berbeda alamat dengan

domisili.

14

Page 15: PPh 24 dan 25

Kewajiban Orang Pribadi Pengusaha Tertentu

Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep. 171/Pj./2002 Tanggal 28 Maret 2002 yang

berlaku per 1 April 2002 sebagai berikut :

1. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh

NPWP bagi setiap tempat usaha/ gerai (outlet) di Kantor Pelayanan Pajak lokasi yang

wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak.

2. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu harus membayar angsuran Pajak

Penghasilan Pasal 25 sebesar 2% dari jumlah berdasarkan pembukuan atau pencatatan setiap

bulan yang dibayarkan atas nama dan NPWP Wajib Pajak masing-masing tempat usaha.

Kedudukan pembayaran angsuran :

3. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib menyampaikan SPT Tahunan Pajak

Penghasilan dengan melampirkan jumlah penghasilan dan pembayaran Pajak Penghasilan

Pasal 25 .

4. Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib menyampaikan SPT masa Pajak

penghasilan Pasal 25 dengan menggunakan bentuk formulir dan dilampiri lembar ke-3 Surat

Setoran Pajak (SSP) ke Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak terdaftar.

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu Menerima Penghasilan Lainnya

1. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 atas penghasilan lain yang diterima untuk bulan sebelum

batas penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan, sama dengan besarnya angsuran pajak

untuk bulan terakhir Tahun Pajak yang lalu.

2. Besarnya angsuran PPh Pasal 25 atas penghasilan lain yang diterima untuk bulan setelah

batas waktu penyampaian SPT Tahunan Pajak Penghasilan adalah sebesar perbandingan

antara penghasilan lain neto dengan total penghasilan neto dikalikan besarnya angsuran

yang terutang berdasarkan SPT Tahunan tahun sebelumnya.

Kompensasi Kerugian

Perlakuan kompensasi kerugian untuk tahun-tahun sebelumnya;

1. Dalam hal Wajib Pajak tidak menerima atau memproleh penghasilan lain yang dikenakan

PPh yang bersifat tiak final, kompensasi kerugian tidak dapat diperhitungkan.

2. Dalam hal Wajib Pajak menerima atau memperoleh penghasilan lain yang dikenakan PPh

yang bersifat tidak final kompensasi kerugian dapat diperhitungkan dengan penghasilan

pengusaha tertentu sepanjang belum habis masa kompensasinya.

Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP)

Dasar penghitungan :

1. Hasil pemeriksaan lapangan dalam rangka pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak. 15

Page 16: PPh 24 dan 25

2. Peredaran bruto menurut SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai meliputi gerai yang dimiliki

Wajib Pajak terdaftar pada Kantor Pelayanan Pajak yang sama dimana Pengusaha Kena

Pajak terdaftar.

ANGSURAN PPh PASAL 25 WAJIB PAJAK MASUK BURSA DAN WAJIB PAJAK

LAINNYA YANG WAJIB MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN BERKALA

Besarnya angsuran PPh Pasal 25 yang dimaksud sebesar Pajak Penghasilan yang dihitung

berdasarkan tarif umum atas laba rugi fiskal menurut laporan keuangan berkala terakhir yang

disetahunkan dikurangi dengan pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 22 dan Pasal

23 serta Pasal 24 yang dibayar atau terutang di luar negeri untuk Tahun Pajak yang lalu, dibagi 12.

PENGURANGAN PPh PASAL 25 DALAM TAHUN 2009

Untuk mengantisipasi dampak krisis global yang dapat berakibat perubahan keadaan usaha atau

kegiatan WP perlu adanya aturan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan Pasal

25 dalam tahun 2009. ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor

10/Pj./2009 berlaku per 11 Februari 2009.

KUALIFIKASI WAJIB PAJAK DAN BESARNYA PENGURANGAN PPh PASAL 25

Besarnya pengurangan yang dapat diberikan kepada Wajib Pajak sampai dengan 25% untuk Masa

Pajak Januari sampai Juni 2009 dihitung dari besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Desember

2008. Wajib Pajak yang dapat diberikan pengurangan wajib menyampaikan pemberitahuan secara

tertulis kepada KPP disertai :

1. Penghitungan Pajak Penghasilan yang terutang berdasarkan SPT Tahunan Pajak Penghasilan

Tahun Pajak 2008 atau Penghitungan Sementara Pajak Penghasilan Terutang Tahun Pajak

2008

2. Perkiraan perhitungan Pajak Penghasilan yang akan terutang tahun 2009.

TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN

Mengenai pengurangan besarnya Pajak penghasilan Pasal 25 untuk masa pajak Juli sampai

Desember 2009 diatur :

1. WP dapat mengajukan permohonan secara tertulis kepada Kepala KPP tempat WP terdaftar

paling lambat 30 Juni 2009. juka WP dapat menunjukkan besarnya Pajak Penghasilan yang

akan terutang untuk tahun 2009 kurang dari 75% dari Pajak Penghasilan yang terutang yang

menjadi dasar penghitungan.

2. Pengajuan permohonan pengurangan besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 disertai perkiraan

penghitungan berdasarkan :

a. penghasilan yang diterima sampai dengan bulan terakhir sebelum bulan pengajuan

permohonan.16

Page 17: PPh 24 dan 25

b. Perkiraan penghasila yang akan diterima sejak bulan pengajuan permohonan sampai

Desember 2009.

3. Atas permohonan yang diajukan WP KPP melakukan evaluasi dengan mempertimbangkan

kondisi WP di tahun 2009.

4. Kepala KPP menerbitka surat keputusan tentang besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 masa

pajak Juli sampai dengan Desember 2009 berdasarkan evaluasi, paling lama 15 hari kerja

setelah permohonan diterima lengkap.

5. Apabila pada butir 4 Kepala KPPtidak memberikan keputusan, permohonan sebagaimana

disebutkan pada butir 1 dianggap dikabulkan dan kepala KPP harus menerbitkan surat

keputusan tersebut paling lama tiga hari kerja sejak jangka waktu yang dimaksud pada butir

4 berakhir.

17

Page 18: PPh 24 dan 25

Evaluasi diskon PPh di atas 25% akan lebih lama

JAKARTA: Pemerintah akan menggunakan ketentuan umum atas perlakuan pembayaran pajak penghasilan (PPh) Pasal 25 terhadap perusahaan yang mengalami penurunan omzet di atas 25%.

Konsekuensi aturan ini, WP yang hendak mengajukan permohonan pengurangan PPh Pasal 25 di atas 25% akan membutuhkan proses evaluasi lebih lama.

Sebelumnya, pemerintah memberikan insentif pengurangan PPh Pasal 25 hingga 25%, guna meringankan likuiditas bagi wajib pajak (WP) yang mengalami perubahan keadaan usaha atau kegiatan usaha akibat krisis ekonomi global. (Bisnis, 13 Februari)

Direktur Perpajakan II Ditjen Pajak Djonifar Abdul Fatah mengatakan ketentuan umum itu diatur dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak KEP-537/ PJ/2000 tentang Penghitungan Besarnya Angsuran Pajak Dalam Tahun Pajak Berjalan Dalam Hal-hal Tertentu.

"Berdasarkan Keputusan itu, wajib pajak bisa mengajukan pengurangan di atas 25% bahkan bisa sampai 100% tergantung kondisi wajib pajak," katanya di Jakarta, kemarin.

Wakil Ketua Kadin Bidang Kebijakan Publik, Perpajakan, dan Kepabeanan Hariyadi B. Sukamdani mengatakan pihaknya dapat menerima perlakuan yang diberikan Ditjen Pajak, dengan catatan proses permohonannya harus dipercepat.

"Selama ini repot kalau mau mengajukan. Jadi prosesnya harus dicepetin dan Dirjen Pajak akan membantu mempercepat."

Berdasarkan ketentuan dalam KEP-537/PJ/2000, WP diperbolehkan mengajukan permohonan pengurangan besarnya PPh Pasal 25.

Syaratnya, yaitu apabila dalam waktu 3 bulan atau lebih berjalannya suatu tahun pajak, PPh yang akan terutang untuk tahun pajak kurang dari 75% dari PPh yang terutang, yang menjadi dasar penghitungan besarnya PPh Pasal 25.

Akan tetapi, sebelum mendapatkan pengurangan WP akan terlebih dahulu diteliti untuk kemudian diterbitkan surat keputusan. Apabila dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal diterimanya surat permohonan kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) tidak memberikan keputusan, permohonan dianggap diterima.

Sumber: Bisnis Indonesia, 18 Februari 2009 Tanggapan:

1. Dalam melakukan kebijakan pengurangan angsuran pajak, hendaknya harus dilakukan penilaian secara teliti, jujur dan bertanggung jawab mengenai kondisi Wajib Pajak, agar tidak terjadi penyalahgunaan nantinya.

2. Sistem pengajuan permohonan pengurangan pph tersebut harus lebih efektif dan tidak memakan jangka waktu lama.

18

Page 19: PPh 24 dan 25

DAFTAR PUSTAKA

Waluyo. 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat

Suandy, Erly. 2008. Hukum Pajak. Jakarta: Salemba Empat

“Evaluasi Diskon PPh di atas 25% Akan Lebih Lama”, [http://bisnis.com] [12 Februari 2009] [diakses tanggal 05 April 2010]

“PPh Pasal 24”, [http://pajakonline.com] [diakses tanggal 06 April 2010]

“PPh Pasal 25”, [http://pajakonline.com] [diakses tanggal 06 April 2010]

19

Page 20: PPh 24 dan 25

Lampiran

FORMULIR BIODATA

PESERTA MATA KULIAH PERPAJAKAN I

SEMESTER GENAP TA. 2009/2010

Program Studi : Akuntansi S1 Reguler

Dosen : Agus Widodo, SE., M.Si., Ak

Nama Lengkap : Sri Agustina

NIM : F0309085

Semester/Tingkat : II (dua) / I (satu)

Tempat/Tanggal Lahir : Pati, 10 Agustus 1990

Agama : Islam

Asal SLTA/SMU : SMA Negeri 1 Pati

Jurusan : IPS

Hobby : Belajar, baca buku, traveling

Pengalaman Organisasi : 1. Staff Kesekjendan BEM FE UNS

2. Staff HRD HMJ – Akuntansi

3. Staff Dept. Of Research KEI

Alamat Asal (Rumah) : Jln. Penjawi No.535. Kaborongan. Pati - 59111

Alamat di Solo : Kost Annisa. Panggungrejo RT 02. RW 23. Jebres

E-mail : [email protected]

No. HP : 088215014373

Solo, 07 April 2010

(Sri Agustina)

20

Page 21: PPh 24 dan 25

FORMULIR BIODATA

PESERTA MATA KULIAH PERPAJAKAN I

SEMESTER GENAP TA. 2009/2010

Program Studi : Akuntansi S1 Reguler

Dosen : Agus Widodo, SE., M.Si., Ak

Nama Lengkap : Ulva Navatilova Menes

NIM : F0309092

Semester/Tingkat : II (dua) / I (satu)

Tempat/Tanggal Lahir : Bojonegoro, 18 Desember 1990

Agama : Islam

Asal SLTA/SMU : SMA Negeri 1 Lamongan

Jurusan : IPA

Hobby : mendengarkan musik, baca,nyanyi

Pengalaman Organisasi : -

Alamat Asal (Rumah) : Jl. Kombes Pol. M. Duryat No. 29 Lamongan

Alamat di Solo : Ngoresan

E-mail : [email protected]

No. HP : 085230009877

Solo, 07 April 2010

( Ulva Navatilova Menes)

21

Page 22: PPh 24 dan 25

FORMULIR BIODATA

PESERTA MATA KULIAH PERPAJAKAN I

SEMESTER GENAP TA. 2009/2010

Program Studi : Akuntansi S1 Reguler

Dosen : Agus Widodo, SE., M.Si., Ak

Nama Lengkap : Vika Fitri Anggraita

NIM : F0309093

Semester/Tingkat : II (dua) / I (satu)

Tempat/Tanggal Lahir : Pacitan, 15 April 1991

Agama : Islam

Asal SLTA/SMU : SMA Negeri 1 Pacitan

Jurusan : IPA

Hobby : Baca, Maen game

Pengalaman Organisasi : -

Alamat Asal (Rumah) : RT/RW 02/06 Kayen, Pacitan

Alamat di Solo : Panggung Rejo RT/RW 01/23 Jebres

E-mail : [email protected]

No. HP : 081949749574

Solo, 07 April 2010

( Vika Fitri Anggraita )

22

Page 23: PPh 24 dan 25

FORMULIR BIODATA

PESERTA MATA KULIAH PERPAJAKAN I

SEMESTER GENAP TA. 2009/2010

Program Studi : Akuntansi S1 Reguler

Dosen : Agus Widodo, SE., M.Si., Ak

Nama Lengkap : Maya Larasati Ardini

NIM : F03091

Semester/Tingkat : II (dua) / I (satu)

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Mei 1991

Agama : Islam

Asal SLTA/SMU : SMA Negeri 68 Jakarta

Jurusan : IPS

Hobby : Baca, Jalan-jalan, Foto-foto

Pengalaman Organisasi : BEM, BAPEMA

Alamat Asal (Rumah) : Jalan Kayumanis X Gang Sukun V RT 10/09 No.5

Kayumanis, Matraman, Jakarta Timur 13130

Alamat di Solo : Wisma Putri Permata Bunda

Jalan Kabut No.74

E-mail : [email protected]

No. HP : 08561000865

Solo, 07 April 2010

( Maya Larasati Ardini )

23

Page 24: PPh 24 dan 25

FORMULIR BIODATA

PESERTA MATA KULIAH PERPAJAKAN I

SEMESTER GENAP TA. 2009/2010

Program Studi : Akuntansi S1 Reguler

Dosen : Agus Widodo, SE., M.Si., Ak

Nama Lengkap : Nandhya Marfiana

NIM : F03091

Semester/Tingkat : II (dua)/ I (satu)

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 12 Februari 1991

Agama : Islam

Asal SLTA/SMU : SMA Negeri 14 Jakarta

Jurusan : IPS

Hobby : baca, jalan-jalan

Pengalaman Organisasi : BEM, HMJA, FORMI

Alamat Asal (Rumah) : Jln. Palem 2 G VI/12 Duta-Indah Jatimakmur.

Pondok Gede

Alamat di Solo : Jln. Kalingga Barat III/7 Banyu-Agung Kadipiro,

Banjarsari Surakarta

E-mail : [email protected]

No. HP : 08561820811

Solo, 07 April 2010

(Nandhya Marfiana )

24