20
HEMOROID Yoshanda Krisna Paddiansyah Pembimbing: dr. Hj. Yulinda F, M.Kes

ppt

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kasus tifoid

Citation preview

Page 1: ppt

HEMOROIDYoshanda Krisna Paddiansyah

Pembimbing: dr. Hj. Yulinda F, M.Kes

Page 2: ppt

Nama/Jenis Kelamin/Umur:An. W / Laki-laki / 9 tahun

Pekerjaan orang tua: Ibu rumah tangga Alamat: RT 27 Kel. Simpang IV Sipin  Jumlah saudara: 1 (satu) orang Status ekonomi: Menengah Biaya Kesehatan: BPJS

LAPORAN KASUS

Page 3: ppt

Keluhan Utama: Demam yang naik dan turun sejak 7 hari yang lalu.Keluhan Tambahan: BAB sedikit dan jarang.Riwayat Perjalanan Penyakit: Demam yang naik turun sejak 7 hari yang lalu, terutama pada

malam hari dan turun ketika di siang hari. \ Diperiksa darahnya, dan menurut dokter dari hasil pemeriksaan

tersebut didapatkan hasil malaria (-) dan DBD (-). Kebiasaan Os memang sering jajan jajanan gendongan di luar,. Selain itu Os juga sulit BAB, terakhir kali BAB 2 hari yang lalu,

jumlah relatif sedikit, darah (-), lendir (-). Nafsu makan menurun, mual (+), muntah (-).

Riwayat Penyakit Dahulu: Riwayat keluhan yg sama sebelumnya (-), Riwayat kejang (-), Riwayat batuk yang lama (-)Riwayat Penyakit keluarga: Riwayat keluhan yang sama pada keluarga (-), batuk yang lama pada keluarga (-)

Anamnesis

Page 4: ppt

Pemeriksaan FisikVital Sign Tampak sakit ringan Compos mentis Suhu: 38, 5°C Nadi: 103 x/menit Pernafasan: 24 x/menit Berat Badan: 20 kg Tinggi Badan: 125 cm Lingkar kepala: 49 cm LILA: 16 cm Kesan gizi: Baik

Head to Toe Kepala: Bibir rhagaden,

tyfoid tongue Leher: DBN Thorax: DBN Abdomen: Nyeri tekan

kuadran kanan bawah Genitalia: DBN Ekstremitas: Edema

(-), akral hangat.

Page 5: ppt

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan: DDR (-) Hb: 11,6 gr/dL Ht: 37,3 gr/dL Leukosit: 4.300 /mm3

Trombosit: 274.000 /mm3

Pemeriksaan penunjang anjuran: Uji widal Tes Tubex Gaal kultur

Page 6: ppt

Diagnosis Banding Demam Tifoid Malaria Demam Berdarah Dengue

Diagnosis Demam Tifoid

Diagnosis Banding dan Diagnosis

Page 7: ppt

Promotif dan Preventif Mencuci tangan dengan sabun sebelum menyiapkan

atau memakan makanan. Menghindari makanan mentah, kerang dan es. Hanya memakan makanan yang sudah dimasak dan

masih panas atau dipanaskan kembali.Kuratif Antibiotik: Kloramfenikol capsul 4 x 250 mg Antipiretik: Paracetamol tablet 3 x 500 mg. B complex 2 x1 tablet

Penatalaksanaan

Page 8: ppt

Demam tifoid disebut juga dengan Typus abdominalis atau typoid fever. Demam tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya terdapat pada saluran pencernaan (usus halus) dengan gejala demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran.

TINJAUAN PUSTAKA

Page 9: ppt

Di Indonesia, mayoritas penderitanya adalah kelompok umur 3-19 tahun (91%). Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemik, tetapi lebih sering bersifat sporadik, terpencar-pencar disuatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih dari satu kasus pada orang-orang serumah. Sumber penularannya biasanya tidak dapat ditemukan.

EPIDEMIOLOGI

Page 10: ppt

Sanitasi lingkungan yang buruk Personal Hygiene yang buruk Menjadikan sungai sebagai sapiteng rumah

tangga Mengkonsumsi makanan (khususnya

sayuran) dalam kondisi mentah dan minum air yang tidak direbus

Pasteurisasi susu yang tidak baik Cara pengolahan dan penyajian makanan

dan minuman yang tidak baik

FAKTOR RISIKO

Page 11: ppt

ETIOLOGI Salmonella, yang termasuk anggota dari famili

Enterobacteriaciae, merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk basil (batang). Bakteri ini berukuran 2-3 ± 0,4 - 0,6 μm, bergerak dan merupakan bakteri anaerob fakultatif yang berarti bakteri ini dapat tumbuh dalam kondisi ada dan tidak adanya oksigen.

Salmonella tidak membentuk spora, tidak memiliki kapsul dan tidak memfermentasikan laktosa, tetapi bakteri ini memproduksi H2S (yang dapat digunakan sebagai identifikasi bakteri tersebut di laboratorium). Salmonella, seperti Enterobacteriaceae lain, memproduksi asam pada fermentasi glukosa, mereduksi nitrat dan tidak memproduksi sitokrom oksidase.

Page 12: ppt

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Pembuluh darah (bakteremia I)

IgA yang kurang baik

Menembus sel epitel usus

Sebagian ke usus & berkembang biak

HCl dari Gaster membunuh sebagian

Makanan/Minuman dengan S. typhi

Fagositosis makrofag

Lamina Propria

KGB mesenterika

Plak Peyeri Ileum distalD. torasikus

Organ retikulo endotelial

Limpa Hati Empedu

FesesGejala sistemik

SirkulasiLumen Usus

Page 13: ppt

PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Sirkulasi darah (bakteremia II)

Makrofag telah teraktivasi Lumen usus

Kandung empeduHatiGejala sistemik

B’kembang biak di ekstraseluler

Sel fagosit

Rx hipersensitivitas tipe lambat

Hiperaktif

Melepas sitokin reaksi inflamasi

sistemik

Feses

Rx hiperplasia plak Peyeri

Pendarahan saluran cerna

Proses berjalan terus Menembus lapisan mukosa & otot

Gejala-gejala

Eros pemb. darah

Hiperplasia nekrosis

Perforasi

Akumulasi mononuklear

di radang usus

reaksi seperti semua

Menembus usus lagiB’kembang biak

Page 14: ppt

Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tapi bisa mencapai 3-30 hari tergantung dari sumber penularan, cara penularan, status nutrisi, status imun.

Gejala-gejala yang timbul amat bervariasi, dari penyakit ringan yang tidak terdiagnosis sampai gambaran penyakit yang khas dengan komplikasi dan kematian.

Selama masa inkubasi mungkin ditemukan gejala prodromal seperti penyakit infeksi akut pada umumnya, berupa rasa tidak enak badan, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut, batuk, dan epistaksis.

Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat. Sifat demam adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore hingga malam hari.

GEJALA KLINIS

Page 15: ppt

Pemeriksaan penunjang Pemeriksaan hematologis Pemeriksaan SGOT dan SGPT Biakan darah Uji widal Uji Tubex Uji Typhidot Uji IgM Dipstick

Diagnosis BandingDemam tifoid dapat didiagnosa banding dengan demam paratifoid A, B, atau C, infeksi dengue, malaria, tuberkulosis, atau influenza.

Pemeriksaan Penunjang dan DD

Page 16: ppt

PENATALAKSANAAN AntibiotikNo. Obat Dosis

1. Kloramfenikol 50 mg/kg BB/ hari dibagi 4 dosis/ oral, iv

(diberikan minimal 10 – 12 hari atau minimal 5

hari bebas demam).

2. Ampisilin 200 mg/kg BB/ hari dibagi 4 dosis/ oral, iv

(diberikan minimal 10 – 12 hari atau minimal 5

hari bebas demam).

3. Amoxicilin 100 mg/kg BB/ hari dibagi 3 dosis/ oral, iv

(diberikan minimal 10 – 12 hari atau minimal 5

hari bebas demam).

4. Cotrimoxazole 6 – 9 mg /kg BB/ hari dibagi 2 dosis/ oral, iv

(diberikan minimal 10 – 12 hari atau minimal 5

hari bebas demam).

Catatan: Bila semua telah resisten dengan obat di atas diberi

Sefalosporin: Ceftriaxone 100 mg/kg BB/hari dibagi dalam 2

dosis/ iv selama 5 – 10 hari.

Karier: Amoksisilin 200 mg/kg BB/ hari dibagi 3 dosis selama 10

hari dan dilanjutkan dengan kolesistektomi.

Page 17: ppt

Antipiretika Antipiretika tidak perlu diberikan secara rutin pada

setiap pasien demam tifoid, karena tidak banyak berguna.

Kortikosteroid Pasien yang toksik dapat diberikan kortikosteroid

oral atau parenteral dalam dosis yang menurun secara bertahap (tapering off) selama 5 hari.

PENATALAKSANAAN Simptomatik

Page 18: ppt

Umumnya baik bila pasien cepat berobat. Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella, serta cepat dan tepatnya pengobatan. Angka kematian pada anak-anak sebesar 2,6%, dan pada orang dewasa 7,4%, dengan rata-rata 5,7%. Prognosis kurang baik bila terdapat gejala klinis yang berat seperti hiperpireksia (febris kontinua), penurunan kesadaran, dehidrasi, asidosis, perforasi usus, atau pada keadaan gizi buruk.

Prognosis

Page 19: ppt

Anamnesis, Pemeriksaan Fisik, Penunjang sederhana Demam Tifoid

Penatalaksanaan: Antibiotik, Antipiretik, Vitamin penambah nafsu makan

Prognosis: tergantung pengobatan

ANALISA KASUS

Page 20: ppt

TERIMA KASIH