33
PRESENTASI KASUS Karsinoma Nasofaring

Presentasi Kasus Karsinoma Nasofaring.ppt

Embed Size (px)

Citation preview

PRESENTASI KASUSKarsinoma Nasofaring

PENYAJIAN KASUS

Anamnesis

Identitas• Nama : Ny. S• Jenis Kelamin : Perempuan• Umur : • Alamat : Ketapang• Pekerjaan : Ibu rumah tangga• Nomor RM : • Tanggal Masuk RS : 7 Desember 2009

Anamnesis

Keluhan Utama• Sakit kepala berdenyut dan hidung tersumbat.

Riwayat Penyakit Sekarang• Nyeri kepala frontal dan berdenyut.• Nafsu makan kurang.• Kalau ngomong lidah terasa berat dan sulit

menelan.• Penurunan berat badan.• Anosmia.

Anamnesis

Riwayat Penyakit Dahulu• Hidung sering pilek (sekret) disertai bau.• Hidung tersumbat.• Keluar darah dari lubang hidung.• Telinga sumbat bergantian (unilateral).

Riwayat Penyakit Keluarga• Di keluarga tidak ada yang mengalami keluhan

serupa.

Pemeriksaan Fisik Status Lokalis

Telinga• Inspeksi, Palpasi :

Telinga kanan Telinga kiri

Aurikula Edema (-), hiperemis (-), massa (-). Edema (-), hiperemis (-), massa (-).

Preaurikula Edema (-), hiperemis (-), massa (-),

fistula (-), abses (-).

Edema (-), hiperemis (-), massa (-),

fistula (-), abses (-).

Retroaurikula Edema (-), hiperemis (-), massa (-),

fistula (-), abses (-).

Edema (-), hiperemis (-), massa (-),

fistula (-), abses (-).

Palpasi Nyeri pergerakan aurikula (-), nyeri

tekan tragus (-).

Nyeri pergerakan aurikula (-), nyeri

tekan tragus (-).

Pemeriksaan Fisik Status Lokalis

Telinga• Otoskopi :

Telinga kanan Telinga kiri

MAE Edema (-), hiperemis (-),

serumen (-), furunkel (-).

Edema (-), hiperemis (-),

serumen (-), furunkel (-).

Membran

timpani

Intak, berwarna putih,

refleks cahaya ↓.

Intak, berwarna putih,

refleks cahaya ↓.

Pemeriksaan Fisik Status Lokalis

Telinga• Fungsional (Tes Pendengaran / Garpu Tala) :– Tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik Status Lokalis

Hidung dan Sinus Paranasal• Inspeksi, Palpasi :– Deviasi tulang hidung (-), bengkak daerah hidung

dan sinus paranasal (-)– Krepitasi tulang hidung (-), nyeri tekan hidung dan

sinus paranasal (-)

Pemeriksaan Fisik Status Lokalis

Hidung dan Sinus Paranasal1. Rinoskopi Anterior :

2. Rinoskopi Posterior : tidak dilakukan pemeriksaan

Rinoskopi anterior Cavum nasi dextra Cavum nasi sinistra

Mukosa hidung Hiperemis (-), sekret (-) mukus

purulen, massa (-), atrofi (-).

Hiperemis (-), sekret (-)

mukus purulen, massa (-),

atrofi (-).

Septum Deviasi (-), dislokasi (-). Deviasi (-), dislokasi (-).

Konka inferior dan

media

Edema (-), atrofi (-). Edema (-), atrofi (-).

Meatus inferior dan

media

Sekret (-), polip (-). Sekret (-), polip (-).

Pemeriksaan Fisik Status Lokalis

Rongga Mulut dan Tenggorokan • Inspeksi, Palpasi :– Lidah : deviasi ke arah kiri– Uvula : tidak ada deviasi– Mukosa : hiperemis (-), edema (-)– Tonsil : T1-T1

• Laringoskopi Indirek : tidak dilakukan pemeriksaan

Pemeriksaan Fisik Status Lokalis

Saraf Kranial • Inspeksi, Palpasi :

– I : Anosmia VIII : N– II : N IX dan X : gangguan menelan– III, IV, danVI : N XI : paralisis otot lidah– V : N XII : N– VII : N

Pemeriksaan Fisik Status Lokalis

KGB Servikal• Terdapat pembesaran KGB servikalis superfisial

kanan, dengan karakteristik :– Keras– Tidak nyeri tekan– Ukuran 1-2 cm– Terfiksir/imobil

Pemeriksaan Penunjang yang Diusulkan

• Pemeriksaan radiologi : – Foto Rontgen hidung dan sinus paranasal (AP, Lateral, Waters)– Endoskopi (Nasofaringoskop)

• Biopsi nasofaring• Pemeriksaan Patologi Anatomi• Laboratorium :

– Serologi IgA-anti VCA dan IgA-anti EA– Pemeriksaan darah rutin– Fungsi hati– Fungsi ginjal

Diagnosis dan Diagnosis Banding

• Diagnosis kerja– Karsinoma Nasofaring Stadium IV

• Diagnosis banding– Angiofibroma Nasofaing Belia

• Stadium

Tatalaksana

• Medikamentosa :– Radioterapi.– Terapi tambahan.• Diseksi leher• Pemberian tetrasiklin, faktor transfer, interferon,

kemoterapi, seroterapi, vaksin dan antivirus.

– Perawatan Paliatif

Tatalaksana

• Perawatan Paliatif– Pasien dengan pengobatan radiasi• Mulut kering diatasi dengan makan yang berkuah,

banyak minum, dan mencoba memakan dan mengunyah bahan yang asam sehingga merangsang keluarnya air liur.• Atasi infeksi sekunder yang terjadi.

– Metastasis jauh• Pengobatan simptomatis untuk meningkatkan kualitas

hidup pasien.

Prognosis

• Pada stadium dini pengobatan yang diberikan memberikan hasil yang baik.

• Secara keseluruhan, angka bertahan hidup 5 tahun adalah 45 %.

• Prognosis diperburuk oleh beberapa faktor, seperti :– Stadium yang lebih lanjut.– Usia lebih dari 40 tahun– Laki-laki dari pada perempuan– Ras Cina dari pada ras kulit putih– Adanya pembesaran kelenjar leher– Adanya kelumpuhan saraf otak adanya kerusakan tulang tengkorak– Adanya metastasis jauh

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

• Karsinoma Nasofaring adalah tumor ganas yang tumbuh di daerah nasofaring dengan predileksi di Fosa Rossenmuller dan atap nasofaring.

• Merupakan tumor daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia.

• Diagnosis dini cukup sulit karena letaknya yang tersembunyi.

21

Etiologi dan Epidemiologi

• Kaitan antara suatu kuman yang di sebut sebagai virus Epstein-Barr dan konsumsi ikan asin dikatakan sebagai penyebab utama timbulnya penyakit ini.

• Insidens karsinoma nasofaring tertinggi di dunia dijumpai pada penduduk daratan Cina bagian selatan, khususnya suku Kanton di propinsi Guang Dong dengan angka rata-rata 30-50 / 100.000 penduduk per tahun.

• Penderita karsinoma nasofaring lebih sering dijumpai pada pria dibanding pada wanita dengan rasio 2-3 : 1.

• Penyakit ini ditemukan terutama pada usia yang masih produktif ( 30-60 tahun ), dengan usia terbanyak adalah 40-50 tahun.

Etiologi dan Epidemiologi • Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamin.• Keadaan sosio-ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.• Sering kontak dengan zat-zat yang dianggap karsinogen, seperti :

– benzopyrenen– benzoanthracene– gas kimia– asap industri– asap kayu– beberapa ekstrak tumbuhan

• Ras dan keturunan• Radang kronis daerah nasofaring• Profil HLA.

23

Histopatologi• Klasifikasi gambaran histopatologi yang direkomendasikan oleh Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO) sebelum tahun 1991, dibagi atas 3 tipe, yaitu :1. Karsinoma sel skuamosa berkeratinisasi (Keratinizing Squamous Cell Carcinoma).

Tipe ini dapat dibagi lagi menjadi diferensiasi baik, sedang dan buruk.2. Karsinoma non-keratinisasi (Non-keratinizing Carcinoma).

Pada tipe ini dijumpai adanya diferensiasi, tetapi tidak ada diferensiasi sel skuamosa tanpa jembatan intersel. Pada umumnya batas sel cukup jelas.

3. Karsinoma tidak berdiferensiasi (Undifferentiated Carcinoma).Pada tipe ini sel tumor secara individu memperlihatkan inti yang vesikuler, berbentuk oval atau bulat dengan nukleoli yang jelas. Pada umumnya batas sel tidak terlihat dengan jelas.

• Tipe tanpa diferensiasi dan tanpa keratinisasi mempunyai sifat yang sama, yaitu bersifat radiosensitif. Sedangkan jenis dengan keratinisasi tidak begitu radiosensitif.

Manifestasi Klinik

• Gejala Klinik– Gejala Dini

• Gejala telinga :– Kataralis/sumbatan tuba eutachius. – Pasien mengeluh rasa penuh di telinga, rasa dengung kadang-kadang disertai

dengan gangguan pendengaran. Gejala ini merupakan gejala yang sangat dini.– Radang telinga tengah sampai pecahnya gendang telinga.

25

Manifestasi Klinik

• Gejala Klinik– Gejala Dini

• Gejala Hidung– Mimisan– Sumbatan hidung

26

Manifestasi Klinik

• Gejala Klinik– Gejala Lanjut

1. Pembesaran kelenjar limfe leher2. Gejala akibat perluasan tumor ke jaringan sekitar.3. Gejala akibat metastasis

27

Stadium• Untuk penentuan stadium dipakai sistem TNM menurut UICC (1992).

T (Tumor primer)T0 Tidak tampak tumor.T1 Tumor terbatas pada satu lokalisasi saja

(lateral/posterosuperior/atap dan lain-lain).T2 Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih tetapi masih terbatas di dalam rongga nasofaring .T3 Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (ke rongga hidung atau orofaring dsb).T4 Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah merusak tulang tengkorak atau mengenai saraf-saraf otak.TX Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan tidak lengkap.

Stadium• N (Nodule/Pembesaran kelenjar getah bening regional)

N0 Tidak ada pembesaran.N1 Terdapat penbesaran tetapi homolateral dan masih dapat di gerakkan .N2 Terdapat pembesaran kontralateral/bilateral dan masih dapat di

gerakkan .N3 Terdapat pembesaran , baik homolateral ,kontralateral ,maupun

bilateral yang sudah melekat pada jaringan sekitar .

• M (Metastasis)Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilaiM0 Tidak ada metastesis jauh.M1 Terdapat Metastesis jauh .

Stadium

Pemeriksaan Penunjang • Pemeriksaan radiologi konvisional foto tengkorak potongan antero- postofor

lateral, dan posisi waters tampak jaringan lunak di daerah nasofaring. Pada foto dasar tengkorak ditemukan destruksi atau erosi tulang daerah fosa serebia media.

• Pemeriksaan tomografi, CT Scaning nasofaring.Merupakan pemeriksaan yang paling dipercaya untuk menetapkan stadium tumor dan perluasan tumor. Pada stadium dini terlihat asimetri dari saresus lateralis, torus tubarius dan dinding posterior nasofaring.

• Scan tulang dan foto torak untuk mengetahui ada tidaknya metatasisjauh.

• Pemeriksaan serologi, beruoa pemeriksaan titer antibodi terhadapvirus Epsten-Barr ( EBV ) yaitu lgA anti VCA dan lgA anti EA.

• Pemeriksaan aspirasi jarum halus, bila tumor primer di nasofaringbelum jelas dengan pembesaran kelenar leher yang diduga akibatmetatasisi karsinoma nasifaring.

• Pemeriksaan darah tepi, fungsi hati, ginjal untuk mendeteksi adanya metatasis.

31

Diagnosis

1. Anamnesis / pemeriksaan fisik2. Pemeriksaan nasofaring3. Biopsi nasofaring4. Pemeriksaan Patologi Anatomi5. Pemeriksaan radiologi6. Pemeriksaan neuro-oftalmologi7. Pemeriksaan serologi.