114
1 Problematika Pendidikan Pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang bermutu, penyiapan sumber daya manusia akan menjadi terarah sesuai dengan kualitas yang dikehendaki untuk mendorong kemajuan suatu bangsa. Usaha-usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan pada hakekatnya adalah merupakan realisasi dari seluruh manusia, masyarakat dan bangsa Indoesia secara Universal menginginkan agar dapat menciptakan kondisi atau iklim pendidikan yang lebih kondusif, baik pada saat sekarang maupun pada era yang akan datang. Hal ini sebagaimana yang telah dituangkan di dalam tujuan pendidikan Nasional kita, yang terdapat pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 yang berbunyi : Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, meliputi pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Pasal 4 : 6) Untuk mencapai tujuan pendidikan yang sedemikian kompleksnya, maka harus ada kerja sama yang lebih antara lain orang tua, masyarakat luas, pemerintah dan berbagai kelompok organisasi lainnya. Semua itu mempunyai hak dan kewajiban untuk menciptakan

Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

1

Problematika

Pendidikan

Pendidikan merupakan hal yang sangat strategis dalam

menentukan arah kemajuan suatu bangsa. Dengan pendidikan yang

bermutu, penyiapan sumber daya manusia akan menjadi terarah sesuai

dengan kualitas yang dikehendaki untuk mendorong kemajuan suatu

bangsa.

Usaha-usaha dalam meningkatkan mutu pendidikan pada

hakekatnya adalah merupakan realisasi dari seluruh manusia,

masyarakat dan bangsa Indoesia secara Universal menginginkan agar

dapat menciptakan kondisi atau iklim pendidikan yang lebih kondusif,

baik pada saat sekarang maupun pada era yang akan datang. Hal ini

sebagaimana yang telah dituangkan di dalam tujuan pendidikan

Nasional kita, yang terdapat pada Undang-undang Republik Indonesia

Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 4 yang

berbunyi :

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan

bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,

yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan

Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, meliputi

pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung

jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. (Undang-undang RI

No. 2 Tahun 1989 Pasal 4 : 6)

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang sedemikian

kompleksnya, maka harus ada kerja sama yang lebih antara lain orang

tua, masyarakat luas, pemerintah dan berbagai kelompok organisasi

lainnya. Semua itu mempunyai hak dan kewajiban untuk menciptakan

Page 2: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

2

citra pendidikan supaya berkualitas. Sekolah hanya sebagai lembaga

pelaksana pendidikan secara formal.

Perbedaan pendidikan dengan pengajar terletak pada

penekanan pendidikan terhadap pembentukan kesadaran dan

kepribadian anak didik di samping transfer ilmu dan keahlian. Dengan

proses semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewariskan nilai-

nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian kepada generasi

mudanya, sehingga mereka betul-betul siap menyongsong kehidupan di

era mendatang.

Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan nasional Indonesia

menyatakan bahwa Pendidikan pada umumnya berarti daya upaya

untuk memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek), dan

jasmani anak-anak, selaras dengan alam dan masyarakat. (Azyumardi

Azra, 2001 :4).

Jadi tujuan pendidikan Islam tidak lepas dari tujuan hidup

manusia dalam Islam : yaitu untuk menciptakan pribadi-pribadi hamba

Allah yang selalu bertaqwa kepada-Nya, dan dapat mencapai

kehidupan yang berbahagia di dunia dan akherat. Dalam konteks sosial

masyarakat, bangsa dan negara, maka apabila yang bertaqwa ini

menjadi “Rahmatan Lil „Alamin”, baik dalam skala kecil maupun besar.

Tujuan hidup manusia dalam Islam inilah yang disebut juga sebagai

tujuan akhir pendidikan Islam.

Berkaitan dengan perkembangan IPTEK lembaga dalam Islam

harus ditingkatkan baik dalam sistem maupun muatan pendidikan yang

harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam

bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik serta metodologi yang

tepat.

Page 3: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

3

Salah satu faktor yang menentukan kualitas pendidikan adalah

diselenggarakannya pembelajaran yang dirancang secara sistematis

sesuai kaidah-kaidah pembelajaran yang efektif. Guru memegang peran

penting yang menentukan dalam penyelenggaraan pembelajaran

berkualitas. Guru harus mampu bertindak sebagai perancang (desainer)

sekaligus pelaksana proses pembelajaran. Sebagai perancang

pembelajaran, guru perlu memiliki penguasaan yang baik atas prinsip-

prinsip perancang pembelajaran. Karena pembelajaran adalah

merupakan sistem, maka perancang pembelajaran seharusnya dilakukan

secara sistemik (menggunakan pendekatan sistem). Dalam kerangka

merancang pembelajaran inilah, maka pemilih strategi pembelajaran

harus mendapatkan perhatian secara seksama untuk menciptakan

pengelolaan proses belajar mengajar yang efektif.

Maka dalam proses belajar-mengajar, guru harus memiliki

strategi, agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengenai

pada tujuan yang diharapkan. Salah satu lagkah untuk memiliki strategi

itu ialah harus menguasai teknik-teknik pengajaran, atau biasanya

disebut metode mengajar.

Model Hackbarth (1996 : 20) menampilkan 18 langkah. Empat

yang pertama adalah : (1) Menggambarkan apa yang ingin diketahui

siswa atau menetapkan tujuan pembelajaran, (2) Menaksir hal-hal yang

sudah dikuasai siswa, (3) merancang tes prestasi belajar, dan (4)

Mengidentifikasikan strategi pembelajaran yang efektif.

Dasar-dasar konseptual pengembangan strategi pembelajaran

harus dikuasai secara baik oleh para guru agar setiap pilihan yang

dijatuhkan mempunyai pijakan yang kuat yang berorientasi pada

pencapaian hasil pembelajaran yang berkualitas. Berdasarkan modal

perancang pembelajaran tersebut, pengembangan strategi pembelajaran

Page 4: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

4

harus mengacu pada tujuan pembelajaran sekaligus juga

mempertimbangkan kondisi peserta didik. Dengan pemahaman seperti

itu, berarti keefektifan setiap strategi pembelajaran sangat ditentukan

oleh ketepatan pemilihan strategi dikaitkan dengan keunikan dari

masing-masing tujuan pembelajaran dan kondisi siswa. Ini berarti

bahwa tidak ada metode atau strategi yang efektif untuk semua jenis

tujuan pembelajaran dan semua kondisi siswa. Di samping kedua hal

tersebut, pemilihan strategi pembelajaran juga tergantung pada teori

belajar dan pembelajaran yang dijadikan dasar pijakan dalam

melakulan pilihan strategi. Berhubung teori belajar dan pembelajaran

secara terus menerus mengalami perkembangan, maka pengembangan

atau pemilihan strategi pembelajaran harus pula mengikuti perubahan-

perubahan menyangkut teori-teori belajar dan pembelajaran yang terus

berkembang tersebut.

Dalam memilih strategi pembelajaran, seorang guru harus

mampu memberikan bantuan kepada siswa dalam belajar. Pemahaman

bahwa mengajar adalah membantu siswa dalam belajar berarti

memandang mengajar merupakan kegiatan yang bertumpu pada peserta

didik. Merekalah yang mempunyai tanggung jawab atas kegiatan

belajarnya termasuk materi yang dipelajari. Tujuan guru adalah sebagai

motivator tumbuhnya minat peserta didik. Tugas pengajar adalah

membantu proses belajar pada diri peserta didik baik dengan

menyediakan materi maupun dalam memberikan bimbingan mengenai

hal-hal yang bersifat konseptual.

Mengelola pembelajaran secara efektif merupakan tantangan

profesi yang cukup berat. Baik guru maupun siswa memiliki perbedaan

minat, latar belakang, kemampuan, maupun harapan-harapan. Banyak

ahli pendidikan berusaha mengidentifikasi perbedaan-perbedaan

Page 5: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

5

tersebut, kemudian menciptakan strategi-strategi pembelajaran yang

memungkinkan untuk membantu peserta didik belajar mulai dari

tahapan yang mudah hingga yang kompleks, mulai dari menghapal

fakta-fakta sampai tingkatan keterampilan intelektual yang lebih tinggi

misalnya berpikir kritis. Usaha untuk memahami dan meningkatkan

keefektifan pembelajaran haruslah diawali dengan upaya untuk

memahami bagaimana peserta didik belajar.

Teknik penyajian pembelajaran adalah suatu pengetahuan

tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh guru atau

instruktur (Roestiyah NK, 1991 : 1).

Agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan

digunakan oleh siswa dengan baik. Di dalam kenyataan cara atau

metode mengajar, teknik penyajian yang digunakan guru untuk

menyampaikan pesan kepada siswa berbeda dengan cara yang

ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan,

keterampilan serta sikap.

Rumusan tujuan instruksional yang dibuat guru tidak selalu

hanya satu tujuan, bahkan beberapa tujuan. Untuk mencapai tujuan

yang berbeda itu, maka guru memerlukan beberapa teknik penyajian

pula yang digunakan agar ada variasi, lebih-lebih lagi dalam mencapai

tujuan pendidikan secara universal, sekaligus kualitasnya.

Guru dalam dunia pendidikan atau dalam proses belajar

mengajar keberadaan dituntut semaksimal mungkin dapat menciptakan

supaya bagaimana siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong

oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan

dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik.

Proses pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang

terkandung di dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan

Page 6: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

6

pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi Qur’an Hadits yang

selanjutnya guru dapat melakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan

dan mengembangkan cara-cara atau strategi pembelajaran yang tepat

untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai dengan

kondisi yang ada, agar materi bidang studi Qur’an Hadits dapat

diaktualisasikan dalam proses pembelajaran dan siswa termotivasi,

sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik.

Untuk itu, maka strategi, metode, dan teknik pembelajaran

yang digunakan harus disesuaikan dengan karakteristik materi ajaran,

karakteristik siswa, karakteristik guru, dan kondisi nyata sumber daya

yang tersedia di sekolah serta lingkungan sekitarnya.

Pembelajaran menurut Muhaimin, terdapat tiga komponen

utama yang saling berpengaruh dalam proses pendidikan agama, yaitu

(1) Kondisi pembelajaran pendidikan agama, (2) Metode pembelajaran

pendidikan agama, (3) Hasil pembelajaran pendidikan agama.

(Muhaimin, et.al, 2001 : 145).

Untuk mencapai tujuan pendidikan, guru selaku fasilisator

dalam proses belajar mengajar perlu menerapkan metode yang

bervariasi gunanya adalah untuk mengatasi kebosanan murid dalam

menerima materi pelajaran dan diharapkan situasi belajar mengajar,

murid senantiasa menunjukan ketekunan, antusiasme, serta penuh

partisipasi.

Menerapkan metode yang bervariasi memiliki tujuan dan

manfaat, sebagai mana yang dijelaskan oleh Moh. Uzer Usman sebagai

berikut :

1. Untuk menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa kepada

aspek-aspek belajar mengajar yang relevan

Page 7: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

7

2. Untuk memberi kesempatan bagi perkembangan bakat ingin

mengetahui dan menyelidiki pada siswa tentang hal-hal yang baru.

3. Untuk memupuk tingkah laku positif terhadap guru dan sekolah

dengan berbagai cara mengajar yang lebih hidup dan lingkungan

belajar yang lebih baik.

4. Guna memberi kesempatan kepada siswa untuk memperoleh cara

menerima pelajaran yang disenanginya. (Moh. Uzer Usman, 2001 :

84)

Prinsip-prinsip penggunaan variasi dalam proses belajar

mengajar menurut Moh. Uzer Usman adalah :

1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang

relevan dengan tujuan yang hendak dicapai.

2. Variasi harus digunakan secara lancar dan berkesinambungan

sehingga tidak akan merusak perhatian siswa dan tidak mengganggu

pelajaran.

3. Direncanakan secara baik, dan secara eksplisit dicantumkan dalam

rencana pelajaran atau satuan pelajaran. (Moh. Uzer Usaman, 2001 :

85)

Berdasarkan observasi sementara dari peneliti terhadap

gambaran proses pembelajaran Qur’an Hadits di MAN Model Jambi

masih rendah dalam menerapkan suatu strategi atau metode yang

bervariatif, serta selalu monoton yang diterapkan pada proses

pembelajaran Qur’an Hadits dengan hanya menggunakan metode

ceramah dan hafalan saja oleh guru-guru mata pelajaran Qur’an Hadits

di MAN Model Jambi.

Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi adalah suatu lembaga

Pendidikan Tingkat Menengah Atas yang berada di bawah naungan

Departemen Agama Republik Indonesia.

Page 8: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

8

Madrasah Aliyah Negeri Model Jambi terletak di Jalan

Aditiawarman The Hok Kota Jambi. Didirikan pada tahun 1991/1992

sebagai alih fungsi dari Pendidikan Guru Agama Negeri (PGAN). Dan

pada tahun pembelajaran 1998/1999 melalui surat keputusan Dirjen

Bimbingan Islam Departemen RI Nomor : F.

IV/PP.00.6/KEP/17A/1998 tertanggal 20 Februari 1998 status

Madrasah Aliyah Negeri Jambi berfungsi menjadi Madrasah Aliyah

Negeri Model jambi. (Dokumentasi MAN Model jambi, 2-11-2002).

Dengan permasalahan di atas itulah sebagai dasar peneliti

mengangkat judul tesis ini. Peneliti tesis ini pada intinya adalah apakah

strategi guru dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa pada pembelajaran Qur’an Hadits di MAN Model Jambi.

Page 9: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

9

Strategi

Belajar Mengajar

A. Konsep Strategi Belajar Mengajar

1. Pengertian Strategi Belajar Mengajar

Secara umum strategi mempunyai pengertian sebagai suatu

garis besar haluan dalam bertindak untuk mencapai sasaran yang

telah ditentukan. Dihubungkan dalam belajar mengajar, strategi bisa

diartikan sebagai pola umum kegiatan guru-murid dalam

perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang

telah digariskan.

Istilah strategi mula-mula dipakai di kalangan militer dan

diartikan sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan,

terutama yang erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi

ke dalam posisi perang yang dipandang paling menguntungkan

untuk memperoleh kemenangan. Penetapan strategi tersebut harus

didahului oleh analisis kekuatan musuh yang meliputi jumlah

personal, kekuatan persenjataan, kondisi lapangan, posisi musuh,

dan sebagainya. Dalam perwujudannya, strategi itu akan

dikembangkan dan dijabarkan lebih lanjut menjadi tindakan-

tindakan nyata dalam medan pertempuran.

Dewasa ini istilah strategi banyak dipinjam oleh bidang-

bidang ilmu lain, termasuk bidang ilmu pendidikan. Dalam

kaitannya dengan belajar mengajar, pemakaian istilah strategi

dimaksudkan sebagai daya upaya guru dalam menciptakan suatu

sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses mengajar.

Maksudnya agar tujuan pengajaran yang telah dirumuskan dapat

Page 10: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

10

tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna, guru dituntut

memiliki kemampuan mengatur cara umum komponen-komponen

pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin ketertarikan fungsi

antara komponen pengajar dimaksud. Dengan rumus lain, dapat juga

dikemukakan bahwa strategi berarti pilihan pola kegiatan belajar

mengajar yang diambil untuk mencapai tujuan secara efektif. Untuk

melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan

yang mantap tentang kemungkinan-kemungkinan strategi belajar

mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan,

baik dalam arti efek instruksional (Tujuan belajar yang dirumuskan

secara eksplisit dalam proses belajar mengajar), maupun dalam arti

efek pengiring (Hasil ikatan yang didapat dalam proses belajar,

misalnya kemampuan berfikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah

siswa mengikuti diskusi kelompok kecil dalam proses belajarnya.

(Abu Ahmadi, Joko Tri prasetya, 1997 : 11).

Strategi belajar mengajar bukanlah berarti strategi belajar

bagaimana cara mengajar, melainkan strategi belajar dan strategi

mengajar dengan meletakkan ke dua aktivitas subyek-didik dan

pendidik dalam suatu konteks dimana tekanan lebih diletakkan pada

aktivitas belajar subyek-didik. Strategi sebagai istilah banyak

digunakan orang. Dalam arti umum strategi adalah suatu penataan

potensi dan sumber daya agar dapat efisien memperoleh hasil sesuai

rancangan. Dekat dengan istilah tersebut adalah taktik atau siasat.

Siasat merupakan pemanfaatan optimal situasi dan kondisi untuk

menjangkau sasaran. Dalam militer strategi digunakan untuk

memenangkan suatu peperangan, sedangkan taktik digunakan untuk

memenangkan pertempuran.

Page 11: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

11

Strategi belajar-mengajar berarti bagaimana menata potensi

(subyek-didik, pendidik) dan sumber daya (sarana, biaya, prasarana)

agar suatu program dapat dimanfaatkan secara optimal, atau sesuatu

matapelajaran/matakuliah dapat mencapai tujuanya; sedangkan

taktik belajar-mengajar adalah suatu penataan atau pengelolaan

kondisi dan situasi instruksional dan non-instruksional agar tujuan

belajar-mengajar tercapai secara efisien. (Noeng Muhajir, 2000 : 138

: 139).

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2002 : 5) strategi belajar

mengajar mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan

untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan. Dihubungkan dengan belajar megajar, strategi bisa

diartikan sebagai “Pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam

perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang

telah digariskan”.

Adapun empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang

meliputi hal-hal berikut :

a. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi

perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana

yang diharapkan.

b. Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi

dan pandangan hidup masyarakat.

c. Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar

mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat

dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan

mengajar.

d. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau

kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan

Page 12: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

12

pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan

belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpanbalik

buat penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan

secara keseluruhan.

Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok

yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan

yang diharapkan.

Page 13: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

13

Klasifikasi Strategi

Belajar Mengajar

Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar

Menurut Tabrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah

sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara

keseluruhan diklasifikasi sebagai berikut :

a. Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar

Konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal :

1) menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku,

2) menetapkan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap

masalah belajar mengajar, 3) memilih prosedur, metode dan

teknik belajar mengajar, dan 4) menerapkan norma dan kriteria

keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

b. Sasaran Kegiatan Belajar Mengajar

Setiap kegiatan belajar mengajar mempunyai sasaran dan

tujuan. Tujuan itu bertahap dan berjenjang mulai dari yang sangat

operasional dan konkret, yakni Tujuan Instruksional Khusus dan

Tujuan Instruksional Umum, tujuan nasional, sampai kepada

tujuan yang bersifat universal.

Persepsi guru atau persepsi anak didik mengenai sasaran

akhir kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi persepsi

mereka terhadap sasaran-antara serta sasaran-kegiatan. Sasaran

itu harus diterjemahkan ke dalam ciri-ciri perilaku kepribadian

yang didambakan. Pada tingkat sasaran atau tujuan yang

universal, manusia yang diidamkan tersebut harus memiliki

Page 14: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

14

kualifikasi ; 1) pengembangan bakat secara optimal, 2) hubungan

antar manusia, 3) efisiensi ekonomi, dan 4) tanggung jawab

selaku warga negara.

Pandangan hidup para guru maupun anak didik akan turut

mewarnai berkenaan dengan gambar karakteristik sasaran

manusia idaman. Konsekuensinya akan mempengaruhi juga

kebijakan tentang perencanaan pengorganisasian, serta penilaian

terhadap kegiatan belajar mengajar.

c. Belajar Mengajar Sebagai Suatu Sistem

Belajar mengajar selaku suatu sistem instruksional

mengacu kepada pengertian sebagai seperangkat komponen yang

saling bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Selaku

suatu sistem, belajar mengajar meiputi suatu komponen, antara

lain tujuan, bahan, siswa, guru, metode, situasi dan evaluasi. Agar

tujuan itu tercapai, semua komponen yang ada harus

diorganisasikan sehingga antar sesama komponen terjadi kerja

sama. Karena itu guru tidak boleh hanya memperhatikan

komponen-komponen tertentu saja misalnya metode, bahan dan

evaluasi saja, tetapi ia harus mempertimbangkan komponen

secara keseluruhan.

Berbagai persoalan yang biasa dihadapi oleh guru antara

lain adalah :

1. Tujuan-tujuan apa yang mau dicapai;

2. Materi pelajaran apa yang diperlukan;

3. Metode, alat mana yang harus dipakai;

4. Proses apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.

Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan

sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan

Page 15: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

15

masyarakat, administrator. Dan lain-lain. Untuk itu wajar bila

guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik, seperti

:

1) Kecerdasan dan bakat khusus;

2) Prestasi sejak permulaan sekolah;

3) Perkembangan jasmani dan kesehatannya;

4) Kecenderungan emosi dan karakternya;

5) Sikap dan minat belajar;

6) Cita-cita;

7) Kebiasaan belajar dan bekerja;

8) Hobi dan penggunaan waktu senggang;

9) Hubungan sosial di sekolah dan di rumah;

10) Latar belakang keluarga;

11) Lingkungan tempat tinggal;

12) Sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik

Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan

melalui evaluasi. Selain itu guru mempunyai keharusan

melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala

sekolah, orang tua, dan instansi yang terkait.

d. Hakikat Proses Belajar

Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat

pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan kegiatan adalah

perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,

keterampilan maupun sikap; bahkan meliputi segenap aspek

organisasi atau pribadi. Kegiatan belajar mengajar seperti

mengorganisasi pengalaman belajar, mengolah kegiatan belajar

megajar, menilai proses dan hasil belajar, kesemuanya termasuk

Page 16: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

16

dalam cakupan tanggung jawab guru. Jadi, hakikat belajar adalah

perubahan.

e. Entering Behavior Siswa

Hasil kegiatan belajar mengajar tercermin dalam perbuatan

perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional,

maupun secara behavior. Yang dipersoalkan adalah kepastian

bahwa tingkat prestasi yang dicapai siswa itu apakah benar

merupakan hasil kegiatan belajar mengajar yang bersangkutan.

Untuk kepastiannya seharusnya guru mengetahui tentang

karakteristik perilaku anak didik saat mereka mau masuk sekolah

dan mulai dengan kegiatan belajar mengajar dilangsungkan,

tingkat dan jenis karakteristik perilaku anak didik yang telah

dimilikinya ketika mau mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Itulah yang dimaksudkan dengan Entering Behavior Siswa.

Menurut Abin Syamsuddin, sebagaimana yang dikutip oleh

Syaiful Bahri Djamarah (2002:12) entering behavior akan dapat

diidentifikasikan dengan cara :

1) Secara tradisional, telah lazim para guru mulai dengan

pertanyaan mengenai bahan yang pernah diberikan sebelum

menyajikan bahan baru.

2) Secara inovatif, guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan

yang memiliki atau mampu mengembangkan instrumen

pengukur prestasi belajar dengan memenuhi syarat,

mengadakan pre-test sebelum mereka mulai mengikuti

program belajar mengajar.

Gambaran tentang entering behavior, ialah siswa banyak

menolong guru yang antara lain :

Page 17: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

17

a) Untuk mengetahui seberapa jauh kesamaan individual

siswa dalam taraf kesiapannya, kematangan, serta tingkat

penguasaan pengetahuan dan keterampilan dasar bagi

penyajian bahan baku.

b) Diketahuinya disposisi perilaku siswa tersebut akan dapat

dipertimbangkan dan dipilih bahan, prosedur, metode,

teknik serta alat bantu belajar mengajar yang sesuai.

c) Dengan membandingkan nilai proses dengan nilai hasil

pasca-tes, atau setelah menjalani program kegiatan belajar

mengajar, guru akan mendapat petunjuk seberapa jauh dan

seberapa banyak perubahan perilaku itu telah menjadi

dalam diri siswa. Perbedaan antara nilai pasca-tes dengan

pre-tes, baik secara kelompok maupun individual,

merupakan indikator seperti atau hasil pencapaian yang

nyata sebagai pengaruh dari proses belajar mengajar.

Ada tiga dimensi dari entering behavior yang perlu

diketahui oleh guru :

1) Batas-batas ruang lingkup materi pengetahuan yang telah

dimiliki dan dikuasai oleh siswa.

2) Tingkat tahap materi pengetahuan, terutama kawasan pola-

pola sambutan atau kemampuan yang telah dimiliki siswa.

3) Kesiapan dan kematangan fungsi-fungsi psikofisik.

Sebelum merencanakan dan melaksanakan kegiatan

mengajar, guru harus dapat menjawab pertanyaan :

1) Sejauh mana batasan-batasan materi pengetahuan yang telah

dikuasai dan diketahui oleh siswa yang akan diajar.

2) Tingkat dan tahapan serta jenis kemampuan manakah yang

telah dicapai dan dikuasai oleh siswa yang bersangkutan.

Page 18: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

18

3) Apakah siswa sudah cukup siap dan matang untuk menerima

bahan dan pola-pola perilaku yang akan diajarkan.

4) Berapa jauh motivasi dan minat belajar yang dimiliki oleh

siswa sebelum belajar dimulai.

f. Pola-pola Belajar Siswa

Menurut Robert M. Gagne yang dikutip oleh Syaiful bahri

Djamarah, (2002 : 13-14) membedakan pola-pola belajar siswa

ke dalam delapan tipe, di mana yang satu merupakan persyaratan

bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya. Delapan tipe belajar

dimaksudkan adalah : 1) Signal learning (belajar isyarat), 2)

Stimulus-response learning (belajar stimulus-respons), 3)

Shaining (rantai atau rangkaian), 4) Verbal association (asosiasi

verbal), 5) Discrimination learning (belajar kriminasi), 6)

Concept learning (belajar konsep), 7) Rule learning (belajar

aturan), dan 8) Problem solving (memecahkan masalah).

g. Memilih Sistem Belajar Mengajar

Para ahli teori belajar telah mencoba mengembangkan

berbagai cara pendekatan atau sistem pengajaran atau proses

belajar mengajar. Berbagai sistem pengajaran yang menarik

perhatian akhir-akhir ini adalah: enquiry-discovery approach,

expositiory approach, mastery learning, dan hummanistic

education.

1) Enquiry-Discovery Learning

Enquiry-Discovery Learning adalah belajar mencari dan

menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru

menjadikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk yang final,

tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan

menemukannya sendiri dengan mempergunakan teknik

Page 19: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

19

pendekatan pemecahan masalah. Secara garis besar

produsennya adalah demikian :

a) Simulation. Guru mulai bertanya dengan mengajarkan

persoalan, atau menyuruh anak didik membaca atau

mendengarkan uraian yang memuat permasalahan.

b) Problem statement. Anak didik diberi kesempatan

mengidentifikasi berbagai permasalahan. Sebagian besar

memilihnya yang dipandang paling menarik dan fleksibel

untuk dipecahkan. Permasalahan yang dipilih itu

selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk pertanyaan,

atau hipotesis, yakni pernyataan (Statement) sebagai

jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan.

c) Data Collection. Untuk menjawab pertanyaan atau

membuktikan benar tidaknya hipotesis ini, anak didik diberi

kesempatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang

relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara

dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan

sebagainya.

d) Data processing. Semua informasi hasil bacaan,

wawancara, observasi, dan sebagainya, semuanya diolah,

diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bia perlu

dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat

kepercayaan tertentu.

e) Verification, atau pembuktian. Berdasarkan hasil

pegelolaan dan tafsir, atau informasi yang ada, pernyataan

atau hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu itu

kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah

terbukti atau tidak.

Page 20: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

20

f) Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil

verifikasi tadi, anak didik belajar menarik kesimpulan atau

generalisasi tertentu.

Sistem belajar yang dikembangkan ini menggunakan

landasan pemikiran pendekatan belajar mengajar. Hasil belajar

dengan cara ini lebih mudah dihapal dan diingat, mudah

ditransfer untuk memecahkan masalah. Pengetahuan dan

kecakapan anak didik bersangkutan lebih jauh dapat

menumbuhkan motivasi instrinsik, karena anak didik merasa

puas atas penggunaannya sendiri.

Pendekatan belajar mengajar ini sangat cocok untuk

materi pelajaran yang bersifat kongnitif. Kelemahannya adalah

memakan waktu yang cukup banyak, dan kalau kurang

terpimpin atau kurang terarah dapat menjurus kepada

kekacauan dan kekaburan atas materi yang dipelajari. (Syaiful

Bahri Djamarah, 2002 : 21-23).

2) Ekspository Learning

Dalam sistem ini guru menyajikan dalam bentuk yang

telah dipersiapkan secara rapi, sistematis, dan lengkap

sehingga anak didik tinggal menyimak dan mencernanya saja

secara tertib dan teratur. Secara garis besar prosedur ini adalah

:

a) Preparasi. Guru mempersiapkan (preparasi) bahan

selengkapnya secara sistematis dan rapi.

b) Apersepsi. Guru bertanya atau memberikan uraian singkat

untuk mengarah perhatian anak didik kepada materi yang

akan diajarkan.

Page 21: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

21

c) Presentase. Guru menyajikan bahan degan cara

memberikan ceramah atau menyuruh anak didik membaca

bahan yang telah disiapkan dari buku teks tertentu atau

yang ditulis guru sendiri.

d) Resitasi. Guru bertanya dan anak didik menjawab sesuai

dengan bahan yang dipelajari, atau anak didik disuruh

menyatakan kembali dengan kata-kata sendiri (resitasi)

tentang pokok-pokok masalah yang telah dipelajari, baik

yang dipelajari secara lisan maupun tulisan (Syaiful Bahri,

2002 : 21-23).

3) Mastery Learning

Dari hasil berbagai studi menunjukkan bahwa hanya

sebagian keci anak didik yang mampu menguasai bahan, yakin

90%-100% dari penyajian guru. Sebagian besar anak didik

bervariasi antara 50%-80%, malah sebagian lagi ada yang

lebih kecil dari penguasaannya terhadap bahan yang disajikan

guru. Adanya variasi penguasaan bahan ini mencerminkan

adanya variasi kemampuan para anak didik.

Setiap anak didik akan mampu menguasi bahan kalau

diberikan waktu atau kesempatan yang cukup untuk

mempelajarinya, sesuai dengan kapasitas masing-masing anak

didik. Dengan demikian, taraf atau tingkatan belajar itu pada

dasarnya merupakakn fungsi dari proporsisi waktu yang

disediakan untuk belajar dengan waktu yang diperlukan untuk

belajar oleh setiap anak didik.

Tidak menyangkal bahwa ada faktor dominan lain yang

berpengaruh terhadap taraf penguasaan belajar itu, yaitu antara

kualitas pengajar dengan taraf kemampuan anak didik untuk

Page 22: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

22

memahami pelajaran itu. Selain itu faktor motivasi juga amat

berpengaruh.

Karena itu, kalau guru menghendaki anak didik

mencapai penguasaan bahan pelajaran tertentu, maka bahan

harus disusun secara sempurna, begitu juga isntrumen evaluasi

atau pengukuran hasil belajarnya. Bahan pelajaran harus

diperinci dan diorganisasikan ke dalam satuan-satuan tertentu

sampai kepada satuan-satuan kecil yang bermakna dan

merupakan bagian yang tak terpisahkan dari satuan yang lebih

besar. Satuan bahan yang terkecil inilah yang disebut modul.

Dalam kegiatan Mastery Learning ini guru harus

mengusahakan upaya-upaya yang dapat mengantarkan

kegiatan anak didik ke arah tercapaiannya penguasaan penuh

terhadap bahan pelajaran yang diberikan. Dalam hal ini

Suharsismi Arikunto (1988 : 35) mengemukakan dua buah

kegiatan, yaitu kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan.

Kegiatan pengayaan adalah kegiatan yang diberikan kepada

siswa-siswa tersebut menjadi lebih kaya pengetahuan dan

keterampilan atau lebih mendalami bahan pelajaran yang

sedang mereka pelajari. Sedangkan kegiatan perbaikan adalah

kegiatan yang diberikan kepada siswa-siswa yang belum

menguasai bahan pelajaran yang diberikan oleh guru, dengan

maksud mempertinggi tingkat penguasaan terhadap bahan

pelajaran tersebut.

Menurut Suharsimi Arikunto (1988 : 35) secara garis

besar kegiatan pengayaan dapat dibedakan menjadi dua

macam, yaitu :

Page 23: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

23

a) Kegiatan pengayaan yang berhubungan dengan topik

modul pokok

Kegiatan pengayaan yang dimaksud di sini adalah

pemberian-pemberian kegiatan berupa apa saja (membaca

buku, mengarang, kliping, diskusi dan sebagainya), tetapi

masalahnya masih sama degan topik modul pokok.

Misalnya, topik yang baru saja dipelajari adalah “Tabung

Berhubungan”, maka kegiatan pengayaan berjudul “Air

Mancur”.

b) Kegiatan pengayaan yang tidak berhubungan dengan topik

modul pokok.

Mungkin suatu pokok modul bersifat sangat

sempit, sehingga sukar bagi guru menciptakan kegiatan

yang sesuai dengan topik tersebut. Sehubungan dengan

keadaan ini maka guru dapat mengambil langkah-langkah

berikut :

(1) Memberikan kegiatan yang tidak berhubungan dengan

topik modul tetapi masih dalam ruang lingkup bidang

studi yang sama.

Contoh 1 : Topik yang baru saja diberikan ialah

menjumlahkan dua pecahan desimal. Maka pengayaan

yang dapat diberikan adalah mengerjakan.

(2) Memberikan kegiatan lain yang tidak berhubungan

dengan topik modul dan juga tidak dalam bidang studi

yang sama.

Contoh 1 : Anak yang sudah selesai mengerjakan

hitungan disuruh menggambar sesuka hatinya, atau

mengarang dengan topik yang ditentukan.

Page 24: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

24

Contoh 2 : anak yang sudah selesai mengerjakan tes

bahasa Indonesia dan mendapatkan angka yang tinggi

disuruh membantu guru memberikan penjelasan

kepada siswa lain yang masih memerlukan penjelasan.

Melihat luasnya daerah yang boleh dijangkau

dalam pemberian kegiatan pengayaan, akan tidak terlampau

sulit bagi guru untuk menciptakan. Namun demikian, suatu

hal yang harus diperhatikan dalam menciptakan kegiatan

pengayaan adalah : Kegiatan pengayaan bukan merupakan

kegiatan untuk memberikan konsep baru yang akan

diberikan pada waktu mendatang.

Dengan pengertian ini dimaksudkan bahwa

kegiatan yang dilakukan oleh guru tidak dibenarkan untuk

memberikan kegiatan pengayaan dengan konsep baru,

sehingga siswa tersebut sudah lebih dahulu menguasai

konsep, baru dibandingkan kawan-kawannya. Apabila

demikian keadaannya, maka pemberian kegiatan ini bukan

pengayaan, tetapi percepatan dan apabila guru melakukan

percepatan, maka yang terjadi di kelas adalah kejar-

mengejar mempelajari topik atau pokok bahasan. Siapakah

yang akan mendapat kerepotan jika terjadi situasi seperti ini

? jangan menyalahkan orang lain ! diri sendirilah yang akan

menemukan kesulitan untuk mengatasinya.

Dalam upaya pelaksanaan kegiatan perbaikan,

Suharsimi Arikunto juga menggemukan konsepnya.

Keampuhan peranan sebagai metode diusulkan dalam hal

ini. Menurutnya, jika ditinjau dari jenis metode, banyaknya

Page 25: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

25

metode yang sudah di kenal dapat digunakan untuk

mengajar. Metode tersebut antara lain :

(a) Metode pemberian tugas dan realitasi, yaitu

melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru dan

melaporkan hasilnya.

(b) Metode diskusi

(c) Metode pendekatan proses.

(d) Metode penemuan.

(e) Metode kerja kelompok.

(f) Metode eksperimen.

(g) Metode tanya jawab, dan metode lain serta gabungan

dari metode tertentu.

Dengan demikian maka sebagai pelaksana

program perbaikan guru seyogyanya memilih metode

mengajar yang lebih sesuai bagi siswa.

4) Humanistic education

Karena kemampuan dasar kecerdasan para siswa sangat

bervariasi secara individual, maka muncul teori belajar yang

menitikberatkan upaya untuk membantu siswa agar sanggup

mencapai perwujudan dirinya sesuai dengan kemampuan,

keunikan yang dimilikinya.

Karakteristik pokok metoda ini antara lain bahwa guru

hendaknya jangan membuat jarak terlalu tajam dengan

siswanya. Ia harus menempatkan dirinya berdampingan

dengan siswa sebagai siswa senior yang selalu siap menjadi

sumber atau konsultan yang berbicara. Tarap akhir dari proses

belajar mengajar menurut pandangan ini adalah “self

Page 26: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

26

Actualization” seoptimal mungkin dari setiap anak didik

(Syaiful Bahri Djamrah, 2002 : 21-23).

Page 27: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

27

Dasar- dasar Strategi

Belajar Mengajar

Dasar-dasar Strategi Belajar Mengajar

Dasar-dasar yang dipergunakan untuk mengklasifikasikan

strategi belajar mengajar tersebut antara lain :

a. Pengaturan Guru-Siswa

Pengaturan guru-siswa dapat dibedakan sebagai berikut :

1) Dari segi pengaturan guru, dapat dibedakan pengajaran oleh

seorang guru atau oleh suatu tim. Yang dimaksud dengan

“team teaching” adalah suatu sistem mengajar yang dilakukan

oleh dua orang guru atau lebih dalam satu kelas atau lebih.

Para guru tersebut bersama-sama mempersiapkan,

melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar siswa.

Pelaksanaan belajarnya dapat secara bergiliran dengan cara

metode ceramah atau bersama-sama dengan metode diskusi

panel.

2) Dari segi pengaturan siswa, dapat dibedakan menjadi tiga

bentuk pengajaran :

a) Pengajaran klasikal, bila seorang guru menghadapi

kelompok besar siswa di dalam kelas dan memberi

pelajaran dengan satu jenis metode mengajar.

b) Pengajar kelompok kecil, bila siswa dalam satu kelas dibagi

kedalam beberapa kelompok (5-7 siswa/kelompok) dan

masing-masing kelompok diberi tugas untuk menyelesaikan

tugas.

Page 28: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

28

c) Pengajaran perseorangan, bila masing-masing siswa secara

pribadi diberi beban belajar secara mandiri, misalnya dalam

bentuk pengajaran modul.

3) Dari segi hubungan guru-siswa, dapat dibedakan menjadi

sebagai berikut :

a) Hubungan langsung guru-siswa melalui bentuk tatap muka

b) Hubungan langsung guru-siswa dalam bentuk tatap muka

dengan bentuk media pengajaran sebagai alat bantu

mengajar, baik media cetak (modul) maupun media

elektronik.

c) Hubungan tak langsung, bila penyampaian pesan

disampaikan dengan perantara media baik melalui media

cetak (modul) maupun elektronik (radio kaset, suara, atau

video).

b. Struktur Media Belajar Mengajar

Struktur belajar mengajar dapat dibedakan menjadi dua :

1) Struktur pristiwa belajar mengajar yang bersifat tertutup, ialah

belajar mengajar yang segala sesuatunya telah ditentukan

secara relatif ketat dimana guru tidak berani menyimpang dari

persiapan mengajar yang telah dibuat.

2) Struktur belajar mengajar yang bersifat tersebuka, ialah proses

belajar mengajar dimana tujuan, materi dan prosedur yang

akan ditempuh ditentukan pada saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Contoh pengajaran yang bersifat terbuka adalah

pengajaran unit, yaitu suatu sistem mengajar yang berpusat

pada suatu masalah dan dipecahkan secara keseluruhan yang

mempunyai arti. (Abu Ahmadi, Joko Tri Prasetya, 1997 : 26-

27).

Page 29: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

29

c. Peranan Guru-Siswa dalam Pengelolaan Pesan

Pesan adalah materi pengajaran yang dipakai sebagai

masukan pencapaian suatu tujuan belajar, dapat berupa

pengetahuan, wawasan, keterampilan atau isi pengajaran lainnya,

maka pesan juga diartikan semua informasi yang perlu diketahui

oleh siswa.

Berdasarkan peran guru-siswa dalam pengolahan pesan,

peristiwa belajar mengajar dapat dibedakan menjadi dua :

1) Pengajaran bersifat ekspositorik, apabila pesan disajikan

dalam keadaan siap diolah oleh guru sebelum disampaikan

kepada siswa, dengan ataupun tanpa bimbingan guru (sifat

sama dengan struktur peristiwa belajar mengajar tertutup.

2) Pengajaran bersifat heuristik atau hipotetik, apabila pesan yang

disajikan tidak diolah tuntas oleh guru dengan maksud agar

diolah sendiri oleh para siswa dengan ataupun tanpa

bimbingan guru (sifatnya sama dengan struktur peristiwa

belajar mengajar terbuka).

d. Proses Pengelolaan Pesan

Proses berpikir siswa di dalam menjalani pengalaman

belajar tidak selalu sama bergantung pada strategi belajar

mengajar yang diprogramkan oleh guru. Atas dasar proses

pengolahan pesan, strategi belajar mengajar dapat dibedakan

sebagai berikut :

1) Strategi pengajaran induktif adalah di mana proses pengolahan

pesan bertolak dari contoh-contoh kongkrit kepada

generalisasi atau prinsip yang bersifat umum, dari fakta-fakta

yang nyata kepada konsep yang bersifat abstrak.

Page 30: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

30

Strategi induktif berkembang dari suatu dasar

konseptual bahwa cara belajar seorang siswa akan mantap jika

dimulai dari data empirik menuju konsep sampai pada

generalisasi.

Agar lebih memahami strategi induktif, siswa perlu

menguasai pengertian fakta, data konsep dan generalisasi,

serta kaitan antara istilah-istilah tersebut.

2) Strategi pengajaran dedukatif merupakan kebalikan dari proses

pengajaran induktif. Para siswa pertama-tama siswa

diperkenalkan pada generalisasi (konsep-konsep) yang bersifat

abstrak kepada proses pembuktian dalam bentuk data empirik

yang mendukung hubungan antara konsep-konsep tadi.

e. Tujuan-tujuan Belajar

Telah disebutkan dimuka bahwa masing-masing tujuan

belajar mempersyaratkan sistem lingkungan belajar tertentu pula.

Menurut Robert M. Gagne sebagaimana yang dikutip oleh Abu

Ahmadi dan Joko Tri Prasetya (1997 : 30) dilihat dari tujuan

belajar, ada lima tipe hasil belajar yaitu sebagai berikut :

1) Kemampuan intelektual, ialah sejumlah kemampuan mulai

dari membaca, menulis, menghitung sampai dengan

kemampuan memperhitungkan kekuatan sebuah jembatan atau

akibat devaluasi.

2) Strategi kongnitif ialah kemampuan mengatur “cara belajar

dan berpikir” seseorang, dalam arti yang seluas-luasnya,

termasuk kemampuan memecahkan masalah. Salah satu nama

yang diberikan kelompok kemampuan ini adalah prilaku

pengaturan diri.

Page 31: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

31

3) Informasi verbal ialah kemampuan menerap pengetahuan

dalam arti informasi dan fakta termasuk kemampuan untuk

mencari dan mengolah informasi sendiri.

4) Keterampilan motorik ialah kemampuan yang erat dengan

keterampilah fisik seperti keterampilan menulis, mengetik,

menggunakan jangka, busur derajat, dan lain-lain.

5) Sikap dan nilai ialah kemampuan yang erat hubungannya

dengan arah serta intensitas emosional yang dimiliki

seseorang, bagaimana dapat disimpulkan dari

kecendrungannya untuk bertingkah laku terhadap orang,

barang atau kejadian. Sekolah diharapkan berperan dalam

pembentukan sikap dan nilai, seperti sikap menghormati orang

lain, kesediaan bekerja sama, tanggung jawab atau keinginan

untuk terus menerus belajar dan sebagainya.

f. Pengklasifikasian yang Lebih Konprehensif

Dasar pengklasifikasian strategi belajar mengajar yang

lebih komprehensif dalam arti meninjau beberapa faktor

sekaligus, seperti wawasan tentang manusia dan dunianya

maupun tujuan seperti lingkungan belajar, dikemukakan oleh

Bruce Joyce dan Masha Weil sebagai berikut :

1) Kelompok model-model interaksi sosial

Kelompok model interaksi sosial didasarkan kepada dua

asumsi pokok, yaitu :

a) Masalah-masalah sosial diidentifikasikan dan dipecahkan

atas dasar kesempatan-kesempatan yang diperoleh dari

dalam dan dengan menggunakan proses-proses sosial.

Page 32: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

32

b) Proses sosial yang demokratis perlu dikembangkan untuk

melakukan perbaikan di masyarakat dalam arti seluas-

luasnya secara “building” dan terus menerus.

2) Kelompok model pengolahan informasi

Model-model mengajar di dalam kelompok ini bertolak

dari prinsip-prinsip pengolahan informasi oleh manusia:

bagaimana manusia menangani rangsangan dari lingkungan,

mengolah data, mendeteksi masalah, menyusun konsep,

memecahkan masalah, dan menggunakan simbolik-simbolik.

3) Kelompok model personal humanistik

Model-model yang termasuk kelompok ini meletakkan

nilai tertinggi pada perkembangan pribadi di dalam

memandang dan membangun realitas, yang melibat manusia

terutama sebagai pembuat makna. Dengan perkataan lain,

kelompok ini mengutamakan proses pengorganisasian internal

yang dilakukan individu tersebut dengan lingkungannya

maupun dengan dirinya sendiri. Model-model mengajar di

dalam kelompok ini sangat mementingkan efek pengiringan

sistem lingkungan belajar.

4) Kelompok mode modifikasi tingkah laku

Bertolak dari tingkah laku behavioristrik, model-model

mengajar kelompok ini mementingkan penciptaan sistem

lingkungan yang memungkinkan manipulasi penguatan

tingkah laku (reinforcement) secara efektif sehingga terbentuk

pola tingkah laku yang dikehendaki. Istilah teknik yang

dipergunakan untuk proses ini adalah “shaping”. (Abu

Ahmadi, Joko Tri Prasetya, 1997: 26-32).

Page 33: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

33

Unsur- unsur Strategi

Belajar Mengajar

Unsur-unsur Strategi Belajar Mengajar

1. Komponen Strategi Belajar Mengajar

Pola umum perubahan guru siswa tersebut adalah merupakan

suatu sistem lingkungan yang komponen-komponennya meliputi :

a. Pengaturan guru siswa

Di dalam proses belajar mengajar, strategi yang dapat

diterapkan terhadap pengaturan guru ialah: guru dapat diatur

sendiri (individual) mengajar, dapat pula diatur mengajar secara

tim. Demikian pula siswa dalam menerima pelajaran dapat diatur

secara perorangan atau individual, dapat diatur secara kelompok

kecil (5-7 orang), atau dapat juga diatur secara kelompok besar

klasikal.

b. Struktur peristiwa belajar mengajar

Di dalam peristiwa belajar mengajar segala sesuatunya

seperti tujuan, materi pelajaran, metode mengajar yang

digunakan, media yang dipakai, dan evaluasinya telah ditetapkan

sebelumnya, maka hal yang demikian disebut struktur yang

tertutup. Dapat juga segala sesuatunya dalam pristiwa balajar

mengajar akan di tentukan oleh siswa bersama guru pada saat

pristiwa belajar mengajar terjadi di kelas, hal demikian disebut

struktur yang terbuka.

c. Peranan guru siswa dalam mengolah pesan

Apabila guru sendiri yang mengolah pesan dan

menyampaikan di dalam kelas, maka peranan tersebut adalah

Page 34: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

34

bersifat ekspositorik. Tetapi bila pesan tersebut diolah oleh siswa

dan dibantu oleh guru, maka proses tersebut bersifat heuristik.

d. Proses mengolah pesan

Apabila dalam menyampaikan pesan dimulai dari

pemberian fakta atau peristiwa yang diambil dari masyarakat,

kemudian dengan melalui pembentukan konsep disusunlah suatu

generalisasi, maka proses penyampaian pesan tersebut dapat

dikatakan menggunakan metode dedukatif, yaitu mulai dari yang

bersifat umum menuju yang bersifat khusus.

e. Tujuan belajar

Semua komponen di atas ditetapkan oleh guru dengan

maksud untuk mencapai suatu tujuan tertentu, atau dengan kata

lain pada setiap tujuan yang berbeda akan mempersaratkan

strategi belajar mengajar yang berbeda pula. Ada beberapa jenis

tujuan yang dapat dicapai dalam proses belajar mengajar.

Kemampuan manusia yang merupakan hasil belajar mengajar

dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis :

1) Keterampilan intelektual

Menulis suatu konsep, menggambarkan suatu peristiwa,

menganalisis suatu proses, semuanya dapat membantu

meningkatkan keterampilan intelektual yang sangat kompleks

itu. Apabila tujuannya seperti itu, maka seorang guru

seharusnya dapat memilih jenis strategi belajar mengajar yang

dapat dipakai untuk mencapai tujuan tersebut.

2) Strategi Kongnitif

Mengumpulkan data, kemudian menyusun konsep dan

terus disusun suatu generalisasi atau teori, adalah suatu contoh

tujuan strategi kongnitif dengan menggunakan metode

Page 35: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

35

induktif. Proses seperti itu, mengontrol prilaku siswa dalam

belajar dan berpikir. Dalam hal ini siswa tidak diberi ceramah

atau pengajaran tertentu untuk dapat mengenal konsep,

melainkan dilatih untuk mempelajari dan berpikir sendiri.

3) Informasi ferbal

Siswa ilmu pengetahuan sosial belajar banyak tentang

informasi ferbal ini karena memang bidangnya, misalnya

mempelajari tentang ciri-ciri suatu peristiwa, sifat-sifat suatu

obyek atau suatu benda. Semuanya itu adalah suatu bagian

yang penting dari pelajaran ilmu pengetahuan sosial. Tanpa

informasi, mempelajari sesuatu pada setiap bidang tidak akan

dapat dilanjutkan.

4) Keterampilan motorik

Keterampilan ini adalah salah satu bagian yang tampak

jelas dari kemampuan manusia. Mengoperasikan overhead

projector, mengetik, menggunakan komputer, membuat media,

semuanya adalah contoh dari keterampilan motorik. Fungsi

keterampilan ini sebagai suatu kemampuan adalah sederhana

yaitu untuk memungkimkan penampilan motorik.

5) Sikap

Seorang siswa belajar untuk dapat memilih terhadap

beberapa jenis kegiatan, memilih terhadap orang tertentu dari

pada orang lain, menunjukkan adanya perhatian terhadap suatu

peristiwa dari pada peristiwa yang lain, adalah contoh sikap

dari seorang siswa terhadap jenis kegiatan, orang, dan

peristiwa. Fungsi tujuan ini adalah untuk dapat merubah sikap

pilihannya, karena banyak faktor yang mempengaruhinya.

(Sunaryo, 1989 : 1-4).

Page 36: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

36

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi strategi belajar mengajar

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa,

dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Faktor internal,

Faktor yang timbul dari dalam anak itu sendiri. Seperti

kesehatan, rasa aman, kemampuan. Minat, dan sebagainya.

Faktor ini berwujud juga sebagai kebutuhan dari anak itu

b. Faktor exsternal,

Faktor yang datang dari luar diri siswa anak. Seperti

kebersihan rumah, udara yang panas, lingkungan dan sebagainya.

Faktor exsternal dapat dijelaskan lebih luas. Ternyata

banyak faktor yang dapat mempengaruhi anak belajar. Di

samping exsternal yang bersifat fisik tersebut di atas banyak

macamnya yang lain, yang dapat dikelompokkan sebagai berikut

:

1) Yang datang dari sekolah

a) Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara

intim, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang

lancar. Juga siswa merasa jauh dari guru, maka segan

berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b) Cara penyajian

Guru yang lama bisa mengajar dengan metode

ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan

hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba

metode-metode yang baru, yang dapat membantu

meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan

meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

Page 37: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

37

c) Hubungan antar murid

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang

bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas

ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa

kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing

individu tidak tampak. Hal mana suasana kelas semacam itu

tidak diharapkan guru harus mampu membina jiwa kelas

supaya dapat hidup bergotong-royong dalam belajar

bersama.

d) Standart pelajaran di atas ukuran

Guru berpendirian untuk memperhatikan wibawanya,

perlu memberi pelajaran di atas ukuran standard. Akibatnya

anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila

banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata

kuliahnya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi

berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan

psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal

tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut

penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa

masing-masing. Yang penting tujuan yang telah

dirumuskan dapat tercapai.

e) Media pendidikan

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak

yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang

membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar

pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau

media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang

dalam memiliki media jumlah maupun kualitasnya.

Page 38: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

38

f) Kurikulum

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses

belajar- mengajar yang mementingkan kebutuhan anak.

Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus

mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat

melayani anak belajar secara individual. Kurikulum

sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan

yang demikian.

g) Keadaan gedung

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya,

keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk

berjejal-jejal di dalam setiap kelas, bagaimana mungkin

mereka dapat belajar dengan anak, kalau kelas itu terpaksa

berisi 50 orang siswa ?

h) Waktu sekolah

Akibat meledaknya jumlah anak masuk sekolah, dan

penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan

jumlah siswa.

Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa

masuk sekolah di sore hari. Hal mana sebenarnya kurang

dapat di pertanggung jawabkan. Dimana anak harus

beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah, mereka

mendengar pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya.

Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih

segar, jasmani dalam kondisi baik.

i) Pelaksanaan disiplin

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin

kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar.

Page 39: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

39

Kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan

tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar

siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang

kuat.

j) Metode belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah.

Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara

belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu.

Juga dalam pembagian waktu untuk belajar, kadang-kadang

siswa belajar tidak teratur, atau terus menerus, karena besok

akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang

beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu

belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu

yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup

istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k) Tugas rumah

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah

biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka

diharapkan guru jangan terlalu banyak memberi tugas yang

harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai

waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

2) Yang datang dari dalam masyarakat

a) Mass media

Banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah,

koran, yang kurang dapat dipertanggung jawabkan secara

pendidikan. Kadang-kadang anak asik membaca buku yang

bukan pelajaran, sehingga lupa akan tugas belajar. Maka

bacaan anak perlu diawasi dan di seleksi.

Page 40: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

40

b) Teman bergaul

Anak perlu bergaul dengan anak lain, untuk

mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu dijaga jangan

sampai mendapat teman bargaul yang buruk perangainya.

Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain.

Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

c) Kegiatan lain

Disamping belajar anak mempunyai kegiatan-

kegiatan lain di luar sekolah, seperti olah raga, berenang,

kesenian, main drams dan sebagainya. Hal itu perlu diawasi

agar jangan sampai mendesak anak untuk melupakan

belajarnya.

d) Cara hidup lingkungan

Cara hidup tetangga di sekitar rumah di mana anak

tinggal, besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak. Di

lingkungan yang rajin belajar, otomatis anak terpengaruh

akan rajin belajar juga tanpa disuruh.

3) Yang datang dari keluarga

a) Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah

anak sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung

jawab, dan takut menghadapi tantangan kesulitan. Juga

orang tua yang mendidik anak secara keras, anak itu akan

menjadi penakut. Bagaimana cara mendidik yang baik.

b) Suasana keluarga

Hubungan antar anggota keluarga yang kurang intim,

menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga.

Menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar.

Page 41: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

41

Suasana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih

sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak.

c) Penegrtian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang

tua. Bila anak sedang belajar jangan digangu dengan tugas-

tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah

semangat, orangtua wajib memberi pengertian dan

mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang

dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru

anaknya untuk mengetahui perkembangan.

d) Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak belajar memerlukan saran-saran yang kadang-

kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak

memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak

belajar. Maka perlu diberi pengertian kepada anak. Namun

bila keadaan memungkinkan cukupkanlah sarana yang

diperlukan anak, (sehingga merekalah sarana yang

diperlukan anak), sehingga mereka dapat belajar dengan

senang.

e) Latar belakang kebudayaan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga

mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak

ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar

mendorong semangat anak untuk belajar.

Masih banyak lagi faktor-faktor lain yang dapat

berpengaruh pada proses belajar siswa. Tugas calon guru

untuk meneliti selanjutnya, agar dapat memiliki pengetahuan

tentang siswa secara mendalam, sehingga dapat membina

Page 42: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

42

siswa secara indiviual dan efektif. (Roestiyah N.K, 1982 : 159-

164).

Page 43: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

43

Pola-pola Strategi

Belajar Mengajar

Pola-pola Strategi Belajar Mengajar

1. Fungsi Metode dalam Strategi Belajar Mengajar

Tentang fungsi metode secara umum dapat dikemukakan

sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi

pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan

dalam konteks lain metode dapat merupakan sarana untuk

menemukan, menguji, dan menyusun data yang diperlukan bagi

pengembangan disiplin suatu ilmu. Dari dua pendekatan ini segera

dapat dilihat bahwa pada intinya metode berfungsi mengantarkan

suatu tujuan kepada objek sasaran dengan cara yang sesuai dengan

perkembangan obyek sasaran tersebut. Dalam Qur’an sebagaimana

nanti akan dijelaskan di bawah ini, metode dikenal sebagai sarana

yang menyampaikan seseorang kepada tujuan penciptaannya sebagai

khalifah di muka bumi dengan melaksanakan pendekatan di mana

manusia ditempatkan sebagai makhluk yang memiliki potensi

rohaniah dan jasmaniah yang keduanya dapat digunakan sebagai

saluran penyampaian materi pelajaran. Karenanya terdapat suatu

prinsip yang umum dalam memfungsikan metode, yaitu prinsip agar

pengajaran dapat disampaikan dalam suasana menyenangkan,

menggembirakan, penuh dorongan, dan motivasi, sehingga pelajaran

atau materi didikan itu dapat dengan mudah diberikan. Banyaknya

metode yang ditawarkan para ahli sebagaimana dijumpai dalam

buku-buku kependidikan lebih merupakan usaha mempermudah atau

Page 44: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

44

mencari jalan paling sesuai dengan perkembanagn jiwa si anak

dalam menerima pelajaran. (Abuddin Nata, 1997 : 93-94).

2. Pola dan Sasaran Strategi belajar mengajar

a. Pola Strategi Belajar Mengajar

Dalam proses pembelajaran yang terdapat tiga pola strategi:

1) Pembelajaran yang terpusat pada guru (teacher center)

2) Pembelajaran yang terpusat pada siswa (student center)

3) Pembelajaran yang melibatkan keaktifan terpadu antara guru

dengan siswa (join center)

Sebagaimana dikemukakan dalam GBPP Qur’an Hadits

Madrasah Aliyah bahwa dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM), guru hendaknya memilih dan menggunakan

strategi yang melibatkan secara aktif baik mental, fisik maupun

sosial siswa dalam belajar. Untuk itu, dalam proses pembelajaran

Qur’an Hadits, pola pembelajaran yang melibatkan keaktifan

terpadu antara guru dengan peserta didiklah yang paling tepat

digunakan. Dengan pola ini siswa dimungkinkan

mengembangkan kreatifitas belajarnya sehingga materi pelajaran

dapat dikuasai dengan baik.

b. Sasaran Strategi Belajar Mengajar

Target atau sasaran yang hendak dicapai dari pengajaran

Qur’an Hadist bagi siswa Madrasah Aliyah adalah agar siswa

selalu berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadist Nabi dalam

menjalankan kehidupannya baik untuk kepentingan dunia

maupun Akhirat. Agar target tersebut dapat tercapai, maka dalam

proses pembelajarannya ditujukan untuk :

Page 45: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

45

1) Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap

pokok-pokok ilmu Al-Qur’an dan ilmu Hadits, sehingga

peserta didik mempunyai wawasan yang lebih luas tentang Al-

Qur’an dan Hadits.

2) Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan keyakinan

peserta didik terhadap kandungan ayat-ayat Al-Qur’an dan

Hadits Nabi serta kemurnian dan kesempurnaan Al-Qur’an

sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan target yang telah ditetapkan tersebut diharapkan

guru dapat mengatur program kegiatan sebaik mungkin. Hal ini

disebabkan karena menurut kurikulum 1994, untuk pembelajaran

Qur’an-Hadits disediakan hanya dua jam pelajaran dalam satu

minggu di setiap kelas. Karenanya pemberian motivasi dan

pendekatan pribadi antara guru dengan peserta didik sangat

diperlukan. Sehingga dengan cara tersebut diharapkan peserta

didik mau belajar secara aktif baik di sekolah maupun rumah.

(Departemen Agama RI 1998/1999 : 39-40).

Page 46: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

46

Tahapan-tahapan

Strategi Belajar Mengajar

Tahapan-tahapan Strategi Belajar Mengajar

Tahapan-tahapan pada Strategi Belajar Mengajar dapat

diperincikan sebagai berikut :

1. Perencanaan, meliputi :

a. Menetapkan apa yang mau dilakukan kapan dan bagaimana cara

melakukannya.

b. Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk

mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target.

c. Mengembangkan alternatif-alternatif.

d. Mengumpulkan dan menganalisis informasi.

e. Mempersiapkan dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan

keputusan-keputusan.

2. Pengorganisasian

a. Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan tentang kerja yang

diperlukan untuk penyusunan kerangka yang efisien dalam

melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan

kerja yang diperlukan untuk menyelesaikannya.

b. Pengelompokan kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur.

c. Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi.

d. Merumuskan dan menetapkan metode dan prosedur.

e. Memilih, mengadakan pelatihan dan pendidikan tenaga kerja

serta mencari sumber-sumber lain yang diperlukan.

3. Pengarahan

a. Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci

Page 47: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

47

b. Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam

melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan

c. Mengeluarkan intruksi-interuksi yang spesifik

d. Membimbing, memotivasi dan melakukan supervisi

4. Pengawasan

a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan dibandingkan dengan

rencana

b. Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi dan

merumuskan tindakan koreksi, menyusun standar-standar dan

sarana-sarana

c. Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap

penyimpangan-penyimpangan. (Abu Ahmadi, Joko Tri prasetya,

1997 : 32-33).

Menurut Nana Sudjana (1988 : 147-161) menyatakan ada tiga

pokok yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan strategi

mengajar, antara lain adalah :

1. Tahapan Mengajar

Secara umum ada tiga tahapan pokok dalam strategi mengajar,

yakni tahapan pemula (prainstruksional), tahapan pengajaran

(instruksional) dan tahap penilaian dan tindak lanjut.

1 2 3

Ketiga tahapan ini harus ditempuh pada setiap saat

melaksanakan pengajaran. Satu tahap ditinggalkan, sebenarnya tidak

dapat dikatakan proses pengajaran.

Tahap Prainstruksional

Tahap Instruksional

Tahap Penilai dan

Tindak Lanjut

Page 48: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

48

a. Tahap Prainstruksional

Tahap prainstruksional adalah tahap yang ditempuh guru

pada saat ia memulai proses belajar mengajar.

Beberapa kegiatan yang dapat dilakukan oleh guru atau

oleh siswa pada tahap ini :

1) Guru menanyakan kehadiran siswa, dan mencatat siapa yang

tidak hadir, kiranya tidak perlu diabsensi satu persatu, cukup

ditanyakan yang tidak hadir saja, dengan alasannya. Kehadiran

siswa dalam pengajaran, dapat dijadikan salah satu tolak ukur

kemampuan guru mengajar. Tidak selalu ketidak hadiran

siswa, disebabkan oleh kondisi siswa yang bersangkutan

(sakit, malas, bolos, dan lain-lain), tetapi bisa juga terjadi

karena pengajaran dari guru tidak menyenangkan, sikapnya

tidak disukai oleh siswa atau karena tindakan guru pada waktu

mengajar sebelumnya dianggap merugikan siswa (penilaian

tidak adil, memberi hukuman yang menyebabkan frustasi dan

rendah diri dan lain-lain).

2) Bertanya kepada siswa, sampai dimana pembahasan pelajaran

sebelumnya. Hal ini bukan soal guru lupa, tetapi menguji atau

mengecek kembali ingatan siswa terhadap bahan yang telah

dipelajarinya. Dengan demikian guru akan mengetahui ada

tidaknya kebiasaan belajar siswa dirumahnya sendiri, setidak-

tidaknya kesiapan siswa menghadapi pelajaran hari itu.

3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa kelas, atau siswa

tertentu bahan pelajaran yang sudah diberikan sebelumnya.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui sampai dimana

pemahaman materi yang telah diberikan, apakah tahan lama

diingat, atau tidak, data dan informasi ini bukan hanya berguna

Page 49: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

49

bagi siswa tapi juga bagi guru. Jika ternyata siswa dapat

menjawabnya, sangat bijaksana bila guru memberikan pujian

dan penghargaan.

4) Memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai

bahan pelajaran yang belum dikuasainya dari pengajaran yang

telah dilaksanakan sebelumnya.

5) Mengulangi kembali bahan pelajaran yang lalu (bahan

pelajaran sebelumnya) secara singkat tapi mencakup semua

aspek bahan yang telah dibahas sebelumnya. Hal ini dilakukan

sebagai dasar bagi pelajaran yang akan dibahas hari itu, dan

sebagai usaha dalam menciptakan kondisi belajar siswa.

Tujuan tahap ini, pada hakikatnya adalah mengungkapkan

kembali tanggapan siswa terhadap bahan yang telah diterimanya,

dan menumbuhkan kondisi belajar dalam hubungannya dengan

pelajaran hari itu. Tahap prainstruksional dalam strategi mengajar

mirip dengan kegiatan pemanasan dalam olah raga. Kegiatan ini

akan mempengaruhi keberhasilan siswa. Seperti seorang pemain

bulu tangkis, melakukan pukulan pemanasan, sebelum ia bermain

yang sebenarnya. Oleh sebab itu tak pernah terjadi seorang

pemain langsung bertanding tanpa melakukan pukulan

pemanasan.

b. Tahap instruksional

Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti. Yakni

tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru

sebelumnya. Secara umum dapat diidentifikasi beberapa kegiatan

sebagai berikut :

1) Menjelaskan kepada siswa tujuan pengajaran yang harus

dicapai siswa. Informasi tujuan penting diberikan kepada

Page 50: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

50

siswa, sebab tujuan tersebut untuk siswa dan harus dicapai

setelah pengajaran selesai. Berdasarkan pengamatan, masih

banyak guru yang tidak melaksanakan ini. Sebaiknya tujuan

tersebut ditulis secara ringkas di papan tulis, sehingga dapat

dibaca dan dipahami oleh semua siswa.

2) Menulis pokok materi yang akan dibahas hari itu. Pokok

materi tersebut dapat diambil dari buku sumber yang telah

disiapkan sebelumnya. Sudah barang tentu pokok materi

tersebut sesuai dengan silabus dan tujuan pengajaran, sebab

materi bersumber dari tujuan.

3) Membahas pokok materi yang telah dituliskan tadi. Dalam

pembahasan materi itu dapat ditempuh dua cara yakni :

pertama, pembahasan semula dari gambaran umum materi

pengajaran menuju kepada topik secara lebih khusus. Cara

kedua dimulai dari topik khusus menuju topik umum. Cara

mana yang paling baik bergantung pada guru masing-masing.

Namun demikian, cara pertama diduga akan lebih sehingga

siswa tahu arah bahan pengajaran yang akan dibahas

selanjutnya. Pembahasan tidak harus oleh guru tapi lebih baik

lagi dibahas oleh siswa.

4) Pada setiap pokok materi yang dibahas sebaiknya diberikan

contoh-contoh konkret. Demikian pula siswa harus diberikan

pertanyaan atau tugas, untuk mengetahui tingkat pemahaman

dari setiap pokok materi yang telah dibahas. Dengan demikian

penilaian tidak hanya pada akhir pelajaran saja, tetapi juga

pada saat pengajaran berlangsung. Jika ternyata siswa belum

memahaminya, maka guru mengulang kembali pokok materi

tadi, sebelum melanjutkan pada pokok materi berikutnya.

Page 51: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

51

Demikian seterusnya sampai semua pokok materi yang telah

ditulis tadi selesai dibahas. Harus diperhatikan bahwa siswa

harus banyak terlibat dalam membahas pokok materi.

5) Penggunaan alat bantu pengajaran untuk memperjelas

pembahasan setiap pokok materi sangat diperlukan. Alat bantu

seperti alat peraga grafik, model, atau alat peraga yang

diproyeksikan (kalau ada) sudah barang tentu harus sudah

disiapkan sebelumnya. Alat ini digunakan dalam empat fase

kegiatan yakni a) pada waktu guru menjelaskan bahan kepada

siswa, b) pada waktu guru menjawab pertanyaan siswa,

sehingga jawaban lebih jelas, c) pada waktu guru mengajukan

pertanyaan kepada siswa atau pada waktu ia memberi tugas

kepada siswa, d) digunakan siswa pada waktu ia mengerjakan

tugas yang diberikan guru dan pada waktu siswa melakukan

kegiatan belajar. Dengan demikian alat peraga tersebut dapat

digunakan oleh guru dan oleh siswa.

6) Menyimpulkan hasil pembahasan dari semua pokok materi.

Kesimpulan ini dibuat oleh guru dan sebaiknya pokok-

pokoknya ditulis dipapan tulis untuk dicatat siswa.

Kesimpulan dapat pula dibuat guru bersama-sama siswa,

bahkan kalau mungkin diserahkan sepenuhnya kepada siswa.

Pada kegiatan ini siswa diberi waktu untuk mencatat

kesimpulan pelajaran bertanya kepada teman-temannya, atau

mendiskusikannya dalam kelompok. Harus diperhatikan

bahwa kegiatan yang ditempuh dalam tahapan instruksional,

sebaiknya dititik beratkan kepada siswa yang harus lebih aktif

melakukan kegiatan belajar. Untuk itu maka haruslah dipilih

Page 52: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

52

pendekatan mengajar yang berorientasi kepada cara belajar

siswa aktif.

c. Tahap evaluasi dan tindak lanjut

Tahapan yang ketiga atau yang terakhir dari strategi

mengajar adalah tahap evaluasi atau penilaian dan tindak lanjut.

Tujuan tahapan ini, ialah untuk mengetahui tingkat keberhasilan

dari tahapan kedua (instruksional). Kegiatan yang dilakukan pada

tahapan ini antara lain :

1) Mengajukan pertanyaan kepada kelas, atau kepada beberapa

siswa, mengenai semua pokok materi yang telah dibahas pada

tahapan kedua. Pertanyaan yang diajukan bersumber dari

bahan pengajaran. Pertanyaan dapat diajukan kepada siswa

secara lisan maupun secara tulisan. Pertanyaan ini disebut post

test. Berhasil tidaknya tahapan kedua, dapat dilihat dari

dapat/tidaknya siswa menjawab pertanyaan yang diajukan

guru, salah satu patokan yang dapat digunakan ialah, apabila

kira-kira 70% dari jumlah siswa di kelas tersebut dapat

menjawab setiap pertanyaan yang diajukan, maka proses

pengajaran (tahap kedua) dikatakan berhasil.

2) Apabila pertanyaan yang diajukan belum dapat dijawab oleh

siswa kurang dari 70%, maka guru harus mengulang kembali

materi yang belum dikuasai siswa. Teknik pembahasan biasa

ditempuh dengan berbagai cara. Pertama dijelaskan oleh guru

sendiri atau menyuruh siswa yang sudah dianggap menguasai

untuk menjelaskannya pada kegiatan terjadwal. Kedua

diadakan diskusi kelompok membahas pokok materi yang

belum dikuasai. Ketiga memberikan tugas pekerjaan rumah,

yang berhubungan dengan pokok materi yang belum dikuasai

Page 53: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

53

melalui kegiatan mandiri. Cara mana yang dipilih diserahkan

sepenuhnya kepada guru.

3) Untuk memperkaya pengetahuan siswa, materi yang dibahas,

guru dapat memberikan tugas/pekerjaan rumah yang ada

hubungannya dengan topik atau pokok materi yang telah

dibahas. Misalnya tugas memecahkan masalah, menulis

karangan/makalah, membuat kliping dari koran dan lain-lain,

yang erat hubungannya dengan bahan yang telah dibahas.

4) Akhiri pelajaran dengan menjelaskan atau memberi tahu

pokok materi yang akan dibahas pada pelajaran berikutnya.

Informasi ini perlu agar siswa dapat mempelajari bahan

tersebut dari sumber-sumber yang dimilikinya. Ketiga tahap

yang telah dibahas di atas, merupakan satu rangkaian kegiatan

yang terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru dituntut

untuk dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel,

sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara

utuh. Di sinilah letak keterampilan profesional dari seorang

guru khususnya dalam melaksanakan strategi mengajar.

Kemampuan mengajar seperti dilukiskan dalam uraian di atas

secara teoritis mudah dikuasai, namun dalam prakteknya tidak

semudah seperti digambarkan. Hanya dengan latihan dan

kebiasaan yang terencana, kemampuan itu dapat diperoleh.

2. Pendekatan mengajar

Dalam uraian mengenai tahap instruksional telah dijelaskan

bahwa dalam proses pengajaran, intinya adalah kegiatan belajar para

siswa. Tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar banyak dipengaruhi

oleh pendekatan mengajar yang digunakan guru. Ada beberapa

Page 54: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

54

pendapat mengenai pendekatan mengajar. Richard Anderson

mengajukan empat pendekatan ;

a. Pendekatan ekspositeri model informasi

Pendekatan ini bertolak dari pandangan, bahwa tingkah

laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan

oleh guru/pengajar. Hakikat mengajar menurut pandangan ini

adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa

dipandang sebagai objek yang menerima apa yang diberikan

guru. Biasanya guru menyampaikan informasi mengenai bahan

pengajaran dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan,

yang dikenal dengan istilah, kuliah/ceramah/lecture. Dalam

pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan

mengingat informasi yang telah diberikan guru, serta

mengungkapkan kembali apa yang telah dimilikinya melalui

respon yang ia berikan pada saat diberikan pertanyaan oleh guru.

Komunikasi yang digunakan guru dalam interaksinya dengan

siswa menggunakan komunikasi satu arah atau komunikasi

sebagai aksi. Oleh sebab itu kegiatan belajar siswa kurang

optimal, sebab terbatas kepada mendengarkan uraian guru,

mencatat, dan sekali-kali bertanya kepada guru. Guru yang kreatif

biasanya dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada

siswa menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik dan

lain-lain, di samping memberi kesempatan kepada siswa untuk

mengajukan pertanyaan.

b. Pendekatan inquiry/discovery

Pendekatan ini bertolak dari pandangan bahwa siswa

sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan

dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan

Page 55: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

55

kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus

dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk

melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak

menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar

dan fasilisator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak

melakukan kegiatan sendiri atau dalam bentuk kelompok

memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.

c. Pendekatan interaksi sosial

Pendekatan interaksi sosial hampir memiliki persamaan

dengan pendekatan inquiry terutama social inquiry. Pendekatan

ini menentukan terbentuknya hubungan antara individu/siswa

yang satu dengan siswa yang lainnya sehigga dalam konteks yang

lebih luas terjadi hubungan sosial individu dengan masyarakat.

Oleh sebab itu proses belajar-mengajar hendaknya

mengembangkan kemampuan dan kesanggupan siswa untuk

mengadakan hubungan dengan orang lain/siswa lain,

mengembangkan sikap dan prilaku yang demokratis, serta

menumbuhkan produktivitas kegiatan belajar siswa. Metode-

metode mengajar yang paling diutamakan dalam pendekatan ini

antara lain diskusi, problem solving, metode stimulus, bekerja

kelompok, dan metode lain yang menunjang berkembang

hubungan sosial siswa. Pendekatan interaksi sosial pada

hakikatnya bertolak dari pemikiran pentingnya hubungan pribadi

dan hubungan sosial atau hubungan individu dengan lingkungan

sosialnya. Proses belajar pada hakikatnya adalah mengadakan

hubungan sosial dalam pengertian siswa berinteraksi dengan

lingkungan, berinteraksi dengan siswa lain dan berinteraksi

Page 56: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

56

secara kelompok. Langkah yang ditempuh guru dalam

pendekatan ini adalah :

1) Guru melemparkan masalah dalam bentuk situasi kepada para

siswa.

2) Siswa dengan bimbingan guru menelusuri berbagai jawaban

masalah yang terdapat dalam situasi tersebut.

3) Siswa diberi tugas atau permasalahan untuk dipecahkan,

dianalisis, dikerjakan yang berkenaan dengan situasi tersebut.

4) Dalam memecahkan masalah tersebut siswa diminta untuk

mendiskusikannya.

5) Siswa membuat kesimpulan dari hasil diskusinya.

6) Pembahasan kembali hasil-hasil kegiatan.

Keterlibatan Sosiodrama atau role playing merupakan

contoh pendekatan ini. Siswa dalam melakukan kegiatan belajar

cukup tinggi terutama dalam bentuk partisipasi dalam

kelompoknya. Oleh sebab itu pendekatan ini boleh dikatakan

berorientasi kepada siswa.

d. Pendekatan tingkah laku (Behavioral models)

Beberapa istilah yang digunakan untuk pendekatan ini

antara lain behavior modification, behavior therapy, social

learning theory. Pendekatan ini menekankan kepada teori tingkah

laku, sebagai aplikasi dari teori belajar behaviorisme. Tingkah

laku individu pada dasarnya dikontrol oleh stimulus dan respon

yang diberikan individu. Penguatan hubungan stimulus dengan

respon merupakan proses belajar yang menyebabkan perubahan

tingkah laku.

Dalam pendekatan ini langkah-langkah guru mengajar

adalah sebagai berikut :

Page 57: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

57

1) Guru menyajikan stimulus belajar kepada siswa

2) Mengamati tingkah laku siswa dalam menanggapi stimulus

yang diberikan guru (respon siswa) menyediakan atau

memberikan latihan-latihan kepada siswa dalam memberikan

respon terhadap stimulus

3) Memperkuat respon yang dipandang paling tepat sebagai

jawaban terhadap stimulus

Memperhatikan langkah di atas maka aspek penting dari

pendekatan ini ialah melatih siswa dan memperkuat respon siswa

yang paling tepat terhadap stimulus.

3. Prinsip mengajar

Prinsip megajar atau dasar mengajar merupakan usaha guru

dalam menciptakan dan mengkondisikan situasi belajar-mengajar

agar siswa melakukan kegiatan belajar secara optimal. Usaha

tersebut dilakukan guru pada saat berlangsungnya proses belajar-

mengajar. Penggunaan prinsip mengajar bisa direncanakan guru

sebelumnya, bisa pula secara spontan dilaksanakan pada saat

berlangsungnya proses belajar-mengajar, terutama bila kondisi

belajar siswa sudah menurun. Beberapa prinsip mengajar yang

paling utama harus digunakan guru antara lain, prinsip motivasi,

kooperasi dan kompetensi, korelasi dan integrasi, aplikasi dan

transformasi, individualitas.

Menurut Slameto, (1991 : 125-126). Tahapan-tahapan

persiapan pengajaran itu adalah sebagai berikut :

a. Perumusan tujuan pengajaran

Rumusan tujuan pengajaran merupakan pernyataan tentang

apa yang diharapkan untuk diketahui, dilakukan dan dinyatakan

oleh siswa setelah menyelesaikan suatu kegiatan belajar.

Page 58: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

58

Kemampuan yang diperoleh sebagai hasil mengikuti pengalaman

belajar, pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku yang

dapat diukur atau sekurang-kurangnya ada sesuatu yang dapat

dijadikan indikator terjadinya perubahan.

b. Pengembangan alat evaluasi

Untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan

pengajaran, disusun alat evaluasi yang sesuai dengan perubahan

tingkah laku. Pada tahap ini dirancang jenis alat evaluasi yang

akan digunakan : tes lisan, tertulis, perbuatan. Jika tertulis

berbentuk apa : essei, obyektif, melengkapi angket, studi kasus,

dan kriteria keberhasilan atau indikator apa yang digunakan.

c. Analisis tugas belajar dan identifikasi kemampuan siswa

Kemampuan yang ingin dicapai sebagai tujuan pengajaran,

diurai (analisis) atas unsur-unsur tingkah laku yang membentuk

kemampuan tersebut. Unsur-unsur yang telah diidentifikasi

tersebut diseleksi sehingga unsur-unsur yang belum dikuasai

sejarah yang dipilih sebagai bahan pelajaran.

Pada tahap ini juga diidentifikasi karakteristik individual

siswa seperti : kecerdasan/bakat, kebiasaan belajar, motivasi

belajar, kemampuan awal dan kebutuhan belajar siswa, terutama

yang menyangkut kesulitan belajar.

d. Penyusunan strategi belajar mengajar

Strategi belajar mengajar pada hakikatnya adalah rencana

kegiatan belajar mengajar yang dipilih guru untuk dilaksanakan

baik oleh siswa maupun oleh guru dalam rangka usaha

pencapaian tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Kriteria

yang biasa dipakai dalam memilih strategi adalah : efisiensi,

efektivitas dan keterlibatan siswa. Berdasarkan kriteria tersebut

Page 59: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

59

dipilih dan dirancanglah delapan unsur strategi disebut pada

bagian Pengertian Strategi Belajar Mengajar di muka. (Slameto,

1991 : 125-126).

Sejauh pengetahuan penulis memang sudah banyak buku-

buku yang menjelaskan tentang strategi belajar mengajar antara

lain sebagaimana buku yang di karang oleh Syaiful Bahri

Djamarah yang berjudul “Strategi Belajar Mengajar” tahun 2002.

Begitu juga tentang motivasi belajar yang dikarang oleh

Sardiman A.M, yang berjudul “Interaksi dan Motivasi Belajar

Mengajar” tahun 2001. Akan tetapi kedua buku tersebut menurut

penulis masih terlalu universal dan masih terkesan berbentuk

teoritis dan pembahasannya masih terpisah-pisah.

Berdasarkan dua judul buku tersebut, maka penulis ingin

mengangkat dua pola judul tersebut dalam satu konsep penelitian,

sebab antara strategi dan motivasi menempati posisi yang sangat

vital dalam suatu proses pembelajaran dan supaya lebih

menyentuh aplikasinya terhadap proses pembelajaran pada

bidang studi Qur’an Hadits di MAN Model Jambi.

Jadi penelitian tentang strategi guru untuk meningkatkan

motivasi belajar siswa pada pembelajaran Qur’an Hadits belum

ada, maka oleh sebab itu perlu rasanya melakukan penelitian

tentang permasalahan tersebut, dengan harapan kiranya dapat

membantu agar dalam pelaksanaan proses pembelajaran qur’an

hadits di MAN Model Jambi berjalan lebih baik dan mendapat

prestasi yang memuaskan di masa mendatang.

Page 60: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

60

Konsep Motivasi

Pembelajaran

Konsep Motivasi Pembelajaran

1. Pengertian Motivasi pembelajaran

Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan

“motif” untuk menunjukan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu.

Apa motif si Budi itu membuat kekacauan, apa motif Aman itu rajin

membaca, apa motif Pak jalu itu memberikan insentif kepada para

pembantunya, dan begitu seterusnya. Kalau demikian apa yang

dimaksud dengan motif itu.

Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong

seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai

daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan

aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan

motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan).

Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan

sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi

aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk

mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.

Menurut Mc. Donald sebagaimana yang dikutip oleh A.M.

sardiman (2001, 71-72), motivasi adalah perubahan energi dalam

diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan

didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.

Dari pengertian yang dikemukakan diatas mengandung tiga

elemen penting.

Page 61: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

61

a. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan energi pada

diri setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan

membawa beberapa perubahan energi di dalam sistem “neuro-

physiological” yang ada pada organisme manusia. Karena

menyangkut perubahan energi manusia (walaupun motivasi itu

muncul dari dalam diri manusia), penampakannya akan

menyangkut kegiatan fisik manusia.

b. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa “feeling”, afeksi

seseorang dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-

persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menentukan

tingkah-laku manusia.

c. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi

dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yakni

tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi

kemunculannya karena terangsang/terdorong oleh adanya unsur

lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini akan menyangkut

soal kebutuhan. (A.M.Sardiman, 2001 : 71-72).

Secara harfiah “motivasi” berarti sesuatu yang menggerakan

seseorang individu untuk melakukan suatu tingkah laku atau

tindakan. Motivasi menunjukan kepada kekuatan atau daya

pendorongnya. Jadi tingkah laku atau tindakan adalah sebagian

akibat atau operasional dari adanya motivasi. Motivasi mendorong

seorang individu untuk bertindak atau berbuat sesuatu. (Masnur,

1987 : 41).

Derajat usaha atau perjuangan di dalam melakukan usaha atau

tindakan itu menunjukan tinggi rendahnya derajat motivasi. Bila

motivasi tinggi maka untuk merealisasikan motivasi tersebut dalam

bentuk tindakan atau perbuatan akan dilaksanakan dengan usaha

Page 62: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

62

yang tinggi pula, atau penuh semangat. Sebaliknya, suatu tindakan

yang dilaksanakan dengan sangat santai-santai saja merupakan

gejala dari motivasi yang rendah. Dengan kata lain, motivasi adalah

kekuatan pendorong yang ada dalam diri seorang individu untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dalam rangka mencapai suatu

tujuan.

Page 63: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

63

Teori-teori Motivasi

Pembelajaran Teori-teori Motivasi Pembelajaran

a. Teori Motivasi (Higgiene)

Teori ini dikembangkan oleh Frederich Herberg

sebagaimana dikutip oleh Sondang P. Siagian (1995 : 164) dalam

usaha membuktikan kebenarannya, melakukan penelitian yang

bertujuan untuk menemukan jawaban terhadap pertanyaan?

“Timbulnya keinginan menemukan jawaban terhadap pertanyaan

ini didasarkan pada keyakinan bahwa hubungan seseorang

dengan pekerjaannya sangat mendasar dan karena itu sikap

seseorang terhadap pekerjaannya itu sangat mungkin menentukan

keberhasilan dan kegagalannya.

Yang sangat menarik dari hasil penelitian yang dilakukan

ini ialah bahwa apabila para pekerja merasa puas dengan

pekerjaannya, kepuasan itu didasarkan pada faktor-faktor yang

sifatnya intrinsik seperti yang dilakukan, rasa tanggung jawab,

kemajuan dalam karier dan pertumbuhan profesional dan

intelektual, yang dialami oleh seseorang. Sebaliknya apabila para

pekerja merasa tidak puas dengan pekerjaannya, ketidak puasan

itu pada umumnya dikaitkan dengan faktor-faktor yang sifatnya

ekstrinsik artinya bersumber dari luar diri pekerja yang

bersangkutan seperti kebijaksanaan organisasi, pelaksanaan

kebijaksanaan yang telah ditetapkan, supervisi oleh para manajer,

hubungan interpersonal dan kondisi kerja. (Sondang P. Siagian,

1995 : 164).

Page 64: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

64

b. Teori Motivasi (Kebutuhan dan Keberhasilan)

Menurut Maslow sebagaimana yang dikutip oleh Sahlan

Asnawi, (2002 : 91-92) teori pemenuhan kebutuhan yang

berjenjang yang telah mempelajari hirarki kebutuhan manusia

menyatakan bahwa :

1) Manusia adalah binatang yang berkeinginan.

2) Segera setelah keinginan yang satu terpenuhi, maka timbul

keinginan yang lain.

3) Kebutuhan manusia nampaknya merupakan kebutuhan yang

berjenjang, atau bertingkat. Tingkat-tingkat tersebut

memperlihatkan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

suatu waktu tertentu. Satu daya dorong atau motif tidak akan

dapat mempengaruhi tindakan seseorang, bilamana kebutuhan

dasar belum terpenuhi. Setelah kebutuhan dasar terpenuhi baru

maka kebutuhan yang lainnya akan segara menyusul sesuai

urutannya, karena kebutuhan yang satu dengan yang lain

saling berpengaruh.

4) Kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lainnya saling

kait mengkait, namun tidak terlalu dominan keterkaitan

tersebut (Sahlan Asnawi, 2002 : 91-91).

c. Teori Motivasi (Mc. Cleelland)

Dalam diri manusia ada dua macam motif yaitu : (1) motif

yang tidak dipelajari, atau sering disebut motif primer, dan (2)

motif yang dipelajari melalui pengalaman serta interaksi dengan

orang lain atau sering disebut dengan motif sekunder. Motif ini

disebut pula sebagai motif sosial. Ada tiga macam motif sosial,

yaitu :

Page 65: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

65

1) Motif Berprestasi

2) Motif Berafiliasi

3) Motif Berkuasa

Menurut Mc. Clelland sebagaimana yang dikutip Sahlan

Asnawi (2002 : 93) motif yang ada dalam diri manusia dapat

dipelajari dari lingkungan sosial. Banyak ahli yang berpendapat

sama bahwa pada hakekatnya manusia dalam memuaskan

kebutuhannya adalah kebutuhan sosial dalam membahas motivasi

manusia menitikberatkan kepada pemuasan kebutuhan skunder

yang bersifat sosial, sehingga disebut sebagai “Teori Motivasi

Sosial”. Lebih lanjut mengemukakan bahwa semua orang dalam

kehidupan sehari-hari mempunyai ketiga motif tersebut diatas,

hanya saja kebutuhan dan interaksi tidak sama orang satu dengan

orang lainnya. (Sahlan Asnawi, 2002 : 93).

Page 66: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

66

Unsur-unsur Motivasi

Pembelajaran

Unsur-unsur Motivasi Pembelajaran

1. Hal-hal yang Mempengaruhi Motivasi Pembelajaran

Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni :

a) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa.

b) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi

lingkungan disekitar siswa.

c) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis

upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang

digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-

materi pelajaran. (Muhibbin Syah, 2001 : 130-131).

Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering saling

berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain. Seorang siswa yang

bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan atau bermotif

ekstrinsik (faktor eksternal) umpamanya, biasanya cenderung

mengambil pendekatan belajar yang sederhana dan tidak mendalam.

Sebaliknya, seorang siswa yang berinteligensi tinggi (faktor internal)

dan mendapat dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal),

mungkin akan memilih pendekatan belajar pengaruh faktor-faktor

tersebut di atas, muncul siswa-siswa yang berprestasi tinggi dan

berprestasi rendah atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang

guru yang kompeten dan profesional diharapkan mampu

mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan munculnya kelompok

Page 67: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

67

siswa yang menunjukkan gejala kegagalan dengan berusaha

mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar

mereka.

Kemudian ada pula yang berpendapat lain seperti pendapat

Mudjiono Dimyati (1999 : 97-100) tentang hal-hal yang

mempengaruhi motivasi tersebut adalah :

1) Aspirasi Siswa

Motivasi belajar tampak pada keinginan anak sejak kecil

seperti keinginan belajar berjalan, makan makanan yang lezat,

berebut permainan, dapat membaca, dapat menyanyi, dan lain-

lain selanjutnya. Keberhasilan mencapai keinginan tersebut

menumbuhkan kemauan bergiat, bahkan dikemudian hari

menimbulkan cita-cita dalam kehidupan. Timbulnya cita-cita

diberbagai oleh perkembangan akal, moral, kemauan, bahas dan

nilai-nilai kehidupan. Timbulnya cita-cita juga dibarengi oleh

perkembangan kepribadian.

Dari segi emansipasi kepribadian, keinginan yang

terpuaskan dapat memperbesar kemauan dan semangat belajar.

Dari segi pembelajaran, penguatan dengan hadiah atau juga

hukuman akan dapat mengubah keinginan menjadi kemauan, dan

kemudian kemauan menjadi cita-cita. Keinginan berlangsung

sesaat atau dalam rangka waktu yang lama. Kemauan telah

disertai dengan perhitungan akal sehat. Cita-cita dapat

berlangsung dalam waktu sangat lama, bahkan sepanjang hayat.

Cita-cita siswa untuk “menjadi seseorang ....”(gambaran ideal

seperti pemain bulu tangkis dunia, misalnya) akan memperkuat

semangat belajar dan mengarahkan perilaku belajar. Misalnya

siswa tersebut akan rajin berolahraga melatih nafas, berlari,

Page 68: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

68

meloncat, disamping tekun berlatih bulu tangkis. Cita-cita akan

memperkuat motivasi belajar intrinsik maupun ekstrinsik. Sebab

tercapainya suatu cita-cita akan mewujudkan aktualisasi diri.

2) Kemampuan siswa

Keinginan seorang anak perlu dibarengi dengan

kemampuan atau kecakapan mencapainya. Keinginan membaca

perlu dibarengi dengan kemampuan mengenal dan mengucapkan

bunyi huruf-huruf. Kesukaan mengucapkan huru “r” misalnya,

dapat diatasi dengan drill/ melatih ucapan “r” yang benar. Latihan

berulang kali menyebabkan terbentuknya kemampuan

mengucapkan “r”. Dengan didukung kemampuan mengucapkan

“r”, atau kemampuan mengucapkan huruf-huruf yang lain, maka

keinginan anak untuk membaca akan terpenuhi. Keberhasilan

membaca suatu buku bacaan akan menambah kekayaan

pengalaman hidup. Keberhasilan tersebut memuaskan dan

menyenangkan hatinya. Secara perlahan-lahan terjadilah

kegemaran membaca pada anak yang semula sukar mengucapkan

huruf “r” yang benar. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa

kemampuan akan memperkuat motivasi anak untuk

melaksanakan tugas-tugas perkembangan.

3) Kondisi Siswa

Kondisi siswa yang meliputi kondisi jasmani dan rohani

mempengaruhi motivasi belajar. Seorang siswa yang sedang

sakit, lapar, atau marah-marah akan mengganggu perhatian

belajar. Sebaliknya, seseorang siswa yang sehat, kenyang, dan

gembira akan mudah memusatkan perhatian. Anak yang sakit

akan enggan belajar. Anak yang marah-marah akan sukar

memusatkan perhatian pada penjelasan pelajaran. Sebaliknya,

Page 69: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

69

setelah siswa tersebut sehat ia akan mengejar ketinggalan

pelajaran. Siswa tersebut dengan senang hati membca buku-buku

pelajaran agar ia memperoleh nilai rapor baik, seperti sebelum

sakit. Dengan kata lain, kondisi jasmani dan rohani siswa

berpengaruh pada motivasi belajar.

4) Kondisi Lingkungan Siswa

Lingkungan siswa dapat berupa keadaan alam, lingkungan

tempat tinggal, pergaulan sebaya, dan kehidupan

kemasyarakatan. Sebagai anggota masyarakat maka siswa dapat

terpengaruh oleh lingkungan sekitar. Bencana alam, tempat

tinggal yang kumuh, ancaman rekan yang nakal, perkelahian

antar siswa, akan mengganggu kesungguhan belajar. Sebaliknya

kampus sekolah yang indah, pergaulan siswa yang rukun, akan

memperkuat motivasi belajar. Oleh karena itu kondisi lingkungan

sekolah yang sehat, kerukunan hidup, ketertiban pergaulan perlu

dipertinggi mutunya. Dengan lingkungan yang aman, tenteram,

tertib dan indah, maka semangat dan motivasi belajar mudah

diperkuat.

5) Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar dan Pembelajaran.

Siswa memliki perasaan, perhatian, kemauan, ingatan, dan

pikiran yang mengalami perubahan berkat pengalaman hidup.

Pengalaman dengan teman sebayanya berpengaruh pada motivasi

dan prilaku belajar. Lingkungan siswa yang berupa lingkungan

alam, lingkungan tempat tinggal, dan pergaulan juga mengalami

perubahan. Lingkungan budaya siswa yang berupa surat kabar,

majalah, radio, televisi, dan film semakin menjangkau siswa.

Kesemua lingkungan tersebut mendinamiskan motivasi belajar.

Dengan melihat tayangan televisi tentang pembangunan bidang

Page 70: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

70

perikanan di Indonesia Timur misalnya, lingkungan yang

semakin bertambah baik berkat dibangun, merupakan kondisi

dinamis yang bagus bagi pembelajaran. Guru profesional

diharapkan mampu memanfaatkan surat kabar, majalah, siaran

radio, televisi dan sumber belajar disekitar sekolah untuk

memotivasi belajar.

6) Upaya Guru dalam Membelajarkan Siswa

Guru adalah seorang pendidik profesional. Ia bergaul setiap

hari dengan puluhan atau ratusan siswa. Interaksi efektif

pergaulannya sekitar lima jam sehari. Rata-rata pergaulan guru

dengan siswa di SD misalnya, berkisar antara 10-20 menit

persiswa, intensitas pergaulan tersebut mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan jiwa siswa. Dengan kata-kata

yang arif seperti “suaramu membaca sangat merdu” saat siswa

kelas satu SD, maka pujian guru tersebut dapat menimbulkan

kegemaran membaca.

Guru adalah pendidik yang berkembang. Tugas profesionalnya

mengharuskan dia belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat

tersebut sejalan dengan masyarakat dan lingkungan sekitar sekolah

yang juga dibangun. Guru tidak sendirian dalam belajar sepanjang

hayat, lingkungan sosial guru, lingkungan budaya guru, dan

kehidupan guru perlu diperhatikan oleh guru. Sebagai pendidik, guru

dapat memilih dan memilih yang baik. Partisipasi dan teladan

memilih perilaku yang baik tersebut sudah merupakan upaya

membelajarkan siswa.

Upaya guru membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar

sekolah. Upaya membelajarkan siswa terjadi di sekolah dan di luar

sekolah. Upaya pembelajaran di sekolah meliputi hal-hal berikut a)

Page 71: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

71

menyelenggarakan tertib belajar di sekolah, b) membina disiplin

belajar dalam tiap kesempatan, c) membina belajar tertib pergaulan,

dan d) membina belajar tertib lingkungan sekolah. Di samping

penyelenggaraan tertib yang umum tersebut, maka secara individual

tiap guru menghadapi anak didiknya. Upaya pembelajaran tersebut

meliputi (1) pemahaman tentang diri siswa dalam rangka kewajiban

tertib belajar, (2) pemanfaatan penguatan berupa hadiah, kritik,

hukum secara tepat guna, dan (3) mendidik cinta belajar. (Mujiono

Dimyati, 1999 : 97-100).

2. Jenis-jenis Motivasi Pembelajaran

Berbicara tentang macam-macam atau jenis motivasi ini dapat

dilihat dari berbagai sudut pandang. Dengan demikian motivasi atau

motif-motif yang aktif itu sangat bervariasi.

a. Motivasi dilihat dari dasar pembentukannya

1) Motif-motif bawaan

Yang dimaksud dengan motif bawaan adalah yang

dibawa sejak lahir, jadi motivasi itu ada tanpa dipelajari.

Sebagai contoh misalnya: dorongan untuk makan, dorongan

untuk minum, dorongan untuk bekerja, untuk beristirahat,

dorongan seksual. Motif-motif ini seringkali disebut motif-

motif yang disyaratkan secara biologis.

2) Motif-motif yang dipelajari

Maksud motif-motif yang timbul karena dipelajari.

Sebagai contoh: dorongan untuk belajar suatu cabang ilmu

pengetahuan dorongan untuk mengajar sesuatu di dalam

masyarakat. Motif-motif yang disyaratkan secara sosial. Sebab

manusia hidup dalam lingkungan sosial dengan sesama

manusia yang lain, sehingga motivasi itu terbentuk. Frandsen

Page 72: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

72

mengistilahkan dengan afflictive needs. Sebab justru dengan

kemampuan berhubungan, kerja sama di dalam masyarakat

tercapailah suatu kepuasan diri. Sehingga manusia perlu

mengembangkan sifat-sifat ramah, kooperatif, membina

hubungan baik dengan sesama, apalagi orang tua dan guru.

Dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini dapat membantu

dalam usaha mencapai prestasi.

b. Jenis motivasi menurut pembagian dari Woodworth dan

Marquis

1) Motif atau kebutuhan organis

Meliputi misalnya : kebutuhan untuk minum, makan,

bernafas, seksual, berbuat dan kebutuhan untuk beristirahat.

2) Motif-motif darurat

Yang termasuk dalam jenis motif ini antara lain:

dorongan untuk menyelamatkan diri, dorongan untuk

membalas, untuk berusaha, untuk memburu. Jelasnya motivasi

jenis ini timbul karena rangsangan dari luar.

3) Motif-motif objektif

Dalam hal ini menyangkut kebutuhan untuk melakukan

eksplorasi, melakukan manipulasi, untuk menaruh minat.

Motif-motif ini muncul karena dorongan untuk dapat

menghadapi dunia luar secara relatif.

c. Motivasi jasmaniah dan rohaniah

Ada beberapa ahli yang menggolongkan jenis motivasi itu

menjadi dua jenis yakni motivasi jasmaniah dan motivasi

rohaniah. Yang termasuk motivasi jasmani seperti misalnya:

refleks, instink otomatis, nafsu. Sedangkan yang termasuk

motivasi rohaniah, yaitu kemauan.

Page 73: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

73

Soal kemauan itu pada setiap diri manusia terbentuk

melalui empat momen.

1) Momen timbulnya alasan

Sebagai contoh seorang pemuda yang sedang giat

berlatih olah raga untuk menghadapi sesuatu porseni di

sekolahnya, tetapi tiba-tiba disuruh ibunya untuk

mengantarkan seseorang tamu membeli tiket karena tamu itu

mau kembali ke Jakarta. Si pemuda itu kemudian

mengantarkan tamu tersebut. Dalam hal ini si pemuda tadi

timbul alasan baru untuk melakukan sesuatu kegiatan

(kegiatan mengantar). Alasan baru itu bisa karena untuk

menghormati tamu atau mungkin keinginan untuk tidak

mengecewakan ibunya.

2) Momen pilihan

Momen pilihan, maksudnya dalam keadaan pada waktu

ada alternatif-alternatif yang mengakibatkan persaingan di

antara alternatif atau alasan-alasan itu. Kemudian seseorang

menimbang-nimbang dari berbagai alternatif untuk kemudian

menentukan pilihan alternatif yang akan dikerjakan.

3) Momen putusan

Dalam persaingan antara berbagai alasan, sudah barang

tentu akan berakar dengan dipilihnya satu alternatif. Satu

alternatif yang dipilih inilah yang menjadi putusan untuk

dikerjakan.

4) Momen terbentuknya kemauan

Kalau seorang sudah menetapkan satu putusan untuk

dikerjakan maka timbullah dorongan pada diri seseorang untuk

bertindak, melaksanakan putusan itu.

Page 74: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

74

d. Motivasi intrinsik dan ekstrinsik

1) Motivasi intrinsik

Yang dimaksud motivasi intrinsik adalah motif-motif

yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang

dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan

untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang yang

senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau

mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk

dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan

yang dilakukannya (misalnya kegiatan belajar), maka yang

dimaksud dengan motivasi intrinsik ini adalah ingin mencapai

tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri.

2) Motivasi ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan

berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.

Perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi

ekstrinsik ini tidak baik dan tidak penting. Dalam kegiatan

belajar-mengajar tetap penting. Sebab kemungkinan besar

keadaan siswa itu dinamis, berubah-ubah dan juga mungkin

komponen-komponen lain dalam proses belajar-mengajar ada

yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi

ekstrinsik. (A.M. Sardiman, 2001 : 84-89).

Page 75: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

75

Bentuk-bentuk Motivasi

Pembelajaran

Bentuk-bentuk Motivasi Pembelajaran

1. Teknik-teknik Motivasi Pembelajaran

a. Pemberian Penghargaan atau Ganjaran

Teknik ini dianggap berhasil bila menumbuh kembangkan

minat siswa. Minat adalah perasaan seseorang bahwa apa yang

dipelajari atau dilakukannya bermakna bagi dirinya.

Pemberian penghargaan dapat membangkitkan minat anak

untuk mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian

penghargaan adalah membangkitkan dan mengembangkan minat.

Jadi, penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja.

Penghargaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan

jangan sampai penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian

penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang

menerima penghargaan karena telah melakukan kegiatan belajar

dengan baik, ia akan terus melakukan kegiatan belajarnya sendiri

diluar kelas.

b. Pemberian Angka

Apabila pemberian angka atau grade didasarkan atas

perbandingan interpersonal dalam prestasi akademis, hal ini akan

menimbulkan dua hal : anak yang mendapat angka baik dan anak

yang mendapat angka jelek. Pada anak yang mendapat angka

jelek mungkin akan berkembang rasa rendah diri dan tak ada

semangat terhadap pekerjaan-pekerjaan sekolah.

Dalam hubungan ini, “Karena grade atau angka itu lebih

banyak menekankan kegagalan dari pada keberhasilan, dan

Page 76: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

76

karena kegagalan itu merupakan dasar bagi timbulnya masalah-

masalah, maka saya menyarankan sistem pelaporan kemajuan

siswa yang keseluruhannya menghilangkan kegagalan. Saya

menyarankan jangan ada siswa yang tergolong gagal atau hal-hal

yang menyebabkan ia merasa gagal dengan adanya sistem

angka”.

c. Keberhasilan dan Tingkat Aspirasi

Istilah “tingkat aspirasi” menunjuk kepada tingkat

pekerjaan yang diharapkan pada masa depan berdasarkan

keberhasilan atau kegagalan dalam tugas-tugas yang

mendahuluinya. Konsep ini berkaitan erat dengan konsep

seseorang tentang dirinya dan kekuatan-kekuatannya.

Dalam hubungan ini guru dapat menggunakan prinsip

bahwa tujuan-tujuan harus dapat dicapai dan para siswa merasa

bahwa mereka akan mampu mencapainya.

d. Pemberian Pujian

Teknik lain untuk memberikan motivasi adalah pujian.

Namun, harus diingat bahwa efek pujian itu bergantung pada

siapa yang memberi pujian dan siapa yang menerima pujian itu.

Para siswa yang sangat membutuhkan keselamatan dan harga

diri, mengalami kecemasan, dan merasa bergantung pada orang

lain akan responsif terhadap pujian. Pujian dapat ditunjukkan

baik secara verbal maupun secara nonverbal. Dalam bentuk

nonverbal misalnya anggukan kepala, senyuman, atau tepukan

bahu.

e. Kompetisi dan Kooperasi

Persaingan merupakan insentif pada kondisi-kondisi

tertentu, tetapi dapat merusak pada kondisi yang lain. Dalam

Page 77: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

77

kompetisi harus terdapat kesepakatan yang sama untuk menang.

Kompetisi harus mengandung suatu tingkat kesamaan dalam

sifat-sifat para peserta.

Ada tiga jenis persaingan yang efektif :

1. Kompetisi interpersonal antara teman-teman sebaya sering

menimbulkan semangat persaingan.

2. Kompetisi kelompok di mana setiap anggota dapat

memberikan sumbangan dan terlibat di dalam keberhasilan

kelompok merupakan motivasi yang sangat kuat.

3. Kompetisi dengan diri sendiri, yaitu dengan catatan tentang

prestasi terdahulu, dapat merupakan motivasi yang efektif.

f. Pemberian Harapan

Harapan selalu mengacu ke depan. Artinya, jika seseorang

berhasil dalam kegiatan belajarnya, dia dapat memperoleh dan

mencapai harapan-harapan yang telah diberikan kepadanya

sebelumnya. Itu sebabnya pemberian harapan kepada siswa dapat

menggugah minat dan motifasi belajar asalkan siswa yakin bahwa

harapannya bakal terpenuhi kelak. Harapan itu dapat merupakan

hadiah, kedudukan, nama baik, atau sejenisnya. Sebaliknya, cara

ini tidak menghasilakan apa-apa jika guru tidak memenuhi

harapan yang pernah diberikan kepada para siswa.

2. Prinsip-prinsip Motivasi Pembelajaran

Prinsip-prinsip ini disusun atas dasar penelitian yang seksama

dalam rangka mendorong motivasi belajar murid-murid di sekolah

yang mengundang pandangan demokratis dan dalam rangka

menciptakan self motivation dan self discipline. Prinsip-prinsip

motivasi tersebut adalah :

Page 78: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

78

a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat

menghentikan sesuatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat

menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih

besar nilainya bagi motivasi belajar murid.

b. Semua murid mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang

bersifat dasar) tertentu yang harus mendapat kepuasan.

Kebutuhan-kebutuhan itu menyatakan diri dalam berbagai bentuk

yang berbeda. Murid-murid yang dapat memenuhi kebutuhannya

secara efektif melalui kegiatan-kegiatan belajar hanya

memerlukan sedikit bantuan di dalam motivasi dan disiplin.

c. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada

motivasi yang dipaksakan dari luar. Sebabnya ialah karena

kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran

yang ada dalam diri murid sendiri.

d. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan

keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforcement).

Apabila sesuatu perbuatan belajar mencapai tujuan maka

terhadap perbuatan itu perlu segera diulang kembali setelah

beberapa menit kemudian, sehingga hasilnya lebih mantap.

Pemantapan itu perlu dilakukan dalam setiap tingkatan

pengalaman belajar.

e. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain.

Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan

murid-murid yang juga berminat tinggi antusias pula. Demikian

murid yang antusias akan mendorong motivasi murid-murid

lainnya.

f. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang

motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak

Page 79: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

79

dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar daya

dorongnya.

g. Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan

minat yang lebih besar untuk mengerjakannya daripada apabila

tugas-tugas itu dipaksakan oleh guru.

h. Pujian-pujian yang datangnya dari lauar (external reward)

kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang

minat yang sebenarnya. Berkat dorongan orang lain, misalnya

untuk memperoleh angka yang tinggi maka murid akan berusaha

lebih giat karena minatnya menjadi lebih besar.

i. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah

efektif untuk memelihara minat murid. Cara mengajar yang

bervariasi ini akan menimbulkan situasi belajar yang menantang,

dan menyenangkan seperti halnya bermain dengan alat permainan

yang berlainan.

j. Manfaat minat yang telah dimiliki oleh murid adalah bersifat

ekonomis. Minat khusus yang telah dimiliki oleh murid, minatnya

bermain bola basket, akan mudah ditransferkan kepada minat

dalam bidang studi atau dihubungkan dengan masalah tertentu

dalam bidang studi.

k. Kegiatan-kegiatan yang akan dapat merangsang minat murid-

murid yang kurang mungkin tidak ada artinya (kurang berharga)

bagi para siswa yang tergolong pandai. Hal ini disebabkan karena

bedanya tingkat kualitas di kalangan siswa. Karena itu, guru yang

hendak membangkitkan minat murid-muridnya supaya

menyesuaikan usahanya dengan kondisi-kondisi yang ada pada

mereka.

Page 80: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

80

l. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar.

Kecemasan ini akan mengganggu perbuatan belajar siswa, sebab

akan mengakibatkan pindahnya perhatiannya kepada hal lain,

sehingga kegiatan belajarnya menjadi tidak efektif.

m. Kecemasan dan frustasi yang lemah dapat membantu belajar,

dapat juga lebih baik. Keadaan emosi yang lebih dapat

menimbulkan perbedaan yang lebih energik, kelakuan yang lebih

hebat.

n. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka

frustasi secara cepat menuju ke demoralisasi. Karena terlalu

sulitnya tugas itu maka akan menyebabkan murid-murid

melakukan hal-hal yang tidak wajar sebagai manifestasi dari

frustasi yang terkandung di dalam dirinya.

o. Setiap murid mempunyai tingkat-tingkat frustasi toleransi yang

berlainan. Ada murid yang karena kegagalannya justru

menimbulkan incentive tetapi ada siswa yang selalu berhasil

malahan menjadi cemas terhadap kemungkinan timbulnya

kegagalan, misalnya tergantung pada stabilitas emosinya masing-

masing.

p. Tekanan kelompok murid kebanyakan lebih efektif dalam

motivasi daripada tekanan/paksaan dari orang dewasa. Para siswa

(terutama para adolesent) sedang mencari kebebasan dari orang

dewasa, ia menempatkan hubungan per lebih tinggi. Ia bersedia

melakukan apa yang akan dilakukan oleh per grupnya dan

demikian sebaliknya. Karena itu kalau guru hendak membimbing

murid-murid belajar maka arahkanlah anggota-anggota kelompok

itu pada nilai-nilai belajar, baru murid tersebut akan belajar

dengan baik.

Page 81: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

81

q. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas murid.

Dengan teknik mengajar yang tertentu motivasi murid-murid

dapat ditunjukkan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi

yang dimiliki oleh murid apabila diberi semacam penghalang

seperti adanya ujian yang mendadak, peraturan-peraturan

sekolah, dan lain-lain maka kegiatan kreatifnya akan timbul

sehingga ia lolos dari penghalang tadi. (Oemar Hamalik, 2001 :

163-166).

Demikian beberapa prinsip yang dapat digunakan sebagai

petunjuk dalam rangka membangkitkan dan memelihara motivasi

murid dalam belajar.

3. Bentuk-bentuk Motivasi Pembelajaran.

Ada beberapa bentuk dan cara untuk menumbuhkan motivasi

dalam kegiatan belajar di sekolah.

a. Memberi angka

Angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan

belajarnya. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk

mencapai angka/nilai yang baik. Sehingga siswa biasanya yang

dikejar adalah nilai ulangan atau nilai-nilai pada raport angkanya

baik-baik.

Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan

motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada juga, bahkan banyak siswa

bekerja atau balajar hanya ingin mengejar pokoknya naik kelas

saja. Ini menunjukkan motivasi yang dimilikinya kurang berbobot

bila dibandingkan dengan siswa-siswa yang menginginkan angka

baik. Namun demikian semua itu harus diingat oleh guru bahwa

pencapaian angka-angka seperti itu belum merupakan hasil

belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna. Oleh karena itu

Page 82: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

82

langkah selanjutnya yang ditempuh oleh guru adalah bagaimana

cara memberikan angka-angka dapat dikaitkan dengan value yang

terkandung di dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada

para siswa sehingga tidak sekedar kognitif saja tetapi juga

keterampilan dan afeksinya.

b. Hadiah

Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, tetapi

tidaklah selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan,

mungkin tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang

dan tidak berbakat untuk suatu pekerjaan tersebut. Sebagai

contoh hadiah yang diberikan untuk gambar yang terbaik

mungkin tidak akan menarik bagi seseorang siswa yang tidak

memiliki bakat menggambar.

c. Saingan/kompetisi

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat

motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik

persaingan individu maupun persaingan kelompok dapat

meningkatkan prestasi belajar siswa. Memang unsur persaingan

ini banyak dimanfaatkan di dalam dunia industri atau

perdagangan, tetapi juga sangat baik digunakan untuk

meningkatkan kegiatan belajar siswa.

d. Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan

pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai

salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. Seseorang akan

berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang

baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan

Page 83: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

83

baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri, begitu juga untuk

siswa si subjek belajar. Para siswa akan belajar dengan keras bisa

jadi karena harga dirinya.

e. Memberi ulangan

Para siswa akan menjadi lebih giat belajar kalau

mengetahui akan ada ulangan. Oleh karena itu memberi ulangan

ini juga merupakan sarana motivasi. Tetapi yang harus diingat

oleh guru, adalah jangan terlalu sering (misalnya setiap hari)

karena bisa membosankan dan bersifat rutinitas. Dalam hal ini

guru harus juga terbuka maksudnya, kalau akan ulangan harus

diberitahukan kepada siswanya.

f. Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi

kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar.

Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka

ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu

harapan hasilnya terus meningkat.

g. Pujian

Apabila ada siswa yang sukses yang berhasil

menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian

ini adalah bentuk reinforcement yang positif dan sekaligus

merupakan motivasi yang baik. Oleh karena itu supaya pujian ini

merupakan motivasi, pemberiannya harus tepat. Dengan pujian

yang tepat akan memupuk suasana yang menyenangkan dan

mempertinggi gairah belajar serta sekaligus akan membangkitkan

harga diri.

Page 84: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

84

h. Hukuman

Hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi kalau

diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh

karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian

hukuman.

i. Hasrat untuk belajar

Hasrat untuk belajar, berarti ada unsur kesengajaan, ada

maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik, bila dibandigkan

segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar

berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk

belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik.

j. Minat

Di depan sudah diuraikan bahwa soal motivasi sangat erat

hubungannya dengan unsur minat. Motivasi muncul karena ada

kebutuhan, begitu juga minat sehingga tepatlah kalau minat

merupakan alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan

berjalan lancar kalau disertai dengan minat. Mengenai minat ini

antara lain dapat dibangkitkan dengan cara-cara sebagai berikut :

1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan

2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau

3) Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik

4) Menggunakan berbagai macam bentuk mengajar

k. Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa,

akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan

memahami tujuan yang harus dicapai, karena dirasa sangat

berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk

terus belajar. (A.M. Sardiman, 2001 : 90-93).

Page 85: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

85

Di samping bentuk-bentuk motivasi sebagaimana diuraikan

di atas, sudah barang tentu masih banyak bentuk dan cara yang

bisa dimanfaatkan. Hanya yang penting bagi guru adanya

bermacam-macam motivasi itu dapat dikembangkan dan

diarahkan untuk dapat melahirkan hasil belajar yang bermakna.

Mungkin pada mulanya, karena ada sesuatu (bentuk motivasi)

siswa itu rajin belajar, tetapi guru harus mampu melanjutkan dari

tahap rajin belajar itu bisa diarahkan menjadi kegiatan belajar

yang bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi

kehidupan si subjek belajar.

Page 86: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

86

Fungsi Motivasi

Pembelajaran

Fungsi Motivasi Pembelajaran

Motivasi adalah untuk mendorong tumbuhnya kelakuan dan

mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi itu

meliputi berikut ini.

1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa

motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah. Artinya mengarahkan

perbuatan kepencapaian tujuan yang diinginkan.

3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak. Ia berfungsi sebagai mesin

bagi mobil. Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau

lambatnya suatu pekerjaan. (Oemar Hamalik, 2001 : 161).

Menurut pendapat S. Nasution (t.t : 60-61). Setiap motivasi

bertalian erat dengan suatu tujuan. Tensing dan Hillary mungkin ingin

membuktikan kesanggupan manusia untuk menaklukan puncak

tertinggi itu. Tukang becak bekerja panas dan hujan untuk mencari

nafkah bagi anak istrinya. Motivasi mempunyai tiga fungsi yaitu :

1. Mendorong manusia untuk berbuat, jadi sebagai penggerak atau

motor yang melepaskan energi

2. Menentukan arah perbuatan, yakni ke arah tujuan yang hendak

dicapai

3. Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa

yang harus dijalankan yang serasi guna mencapai tujuan itu, dengan

menyampingkan perbuatan-perbuatan yang tak bermanfaat bagi

tujuan itu. Seorang yang betul-betul bertekad menang dalam

Page 87: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

87

pertandingan, tak akan menghabiskan waktunya bermain kartu,

sebab tidak serasi dengan tujuan.

Dalam bahasa sehari-hari motivasi dinyatakan dengan : hasrat,

keinginan, maksud, tekad, kemauan, dorongan, kebutuhan, kehendak,

cita-cita kehausan, kesedihan dan sebagainya. Pemberian motivasi pada

anak didik tidak selalu didasarkan pada sesuatu yang bersifat formal,

seperti memberi piagam maupun hadiah. Dalam upaya memotivasi

anak didik guru perlu memperhatikan hal-hal berikut : a) memberikan

perhatian yang merata pada anak didik, b) memperhatikan rasa harga

diri, c) memahami kebutuhan rohani dan batiniah, d) memahami

kebutuhan untuk berpartisipasi, e) menempatkan anak didik pada

kelompok belajar yang tepat, f) menimbulkan rasa aman dalam belajar,

g) memahami fasilitas belajar yang memadai, h) memberikan

kesempatan setiap anak didik untuk berkembang dengan wajar dan

optimal, i) menciptakan kreativitas dan kompetisi belajar.

Motivasi menurut Al-Qur’an dimaknai sebagai ikhtiar dalam

menyentuh kesadaran manusia untuk melakukan berbagai tindakan

yang memiliki dimensi formalitas dan substansial, berdasarkan

kesadaran diri akan kebutuhan asasi dalam kehidupan dunia dan

akhirat. Dengan kesadaran setiap anak didik diharapkan dapat

mengarahkan seluruh potensi anak, untuk melakukan tindakan belajar

yang bermakna bagi pengembangan kualitas diri yang unggul sebagai

rasa syukur kehadirat Allah SWT. Al-Qur’an banyak memberikan

isyarat pentingnya menumbuhkan motivasi, sebagaimana dalam

firman-nya :

1) Optimalisasi motivasi dalam proses belajar diarahkan untuk

menumbuhkan potensi anak didik. Setiap anak didik perlu memiliki

kesadaran yang kuat bahwa Allah akan memberikan kemampuan

Page 88: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

88

bagi orang yang konsisten dalam melakukan amal sholeh :

“Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa dan

orang-orang yang berbuat kebaikan”. (Q.S, An Nahl; 128)

2) Pembinaan motivasi dalam proses pembelajaran dilakukan untuk

meningkatkan keyakinan akan kebenaran dan tanggungjawab dalam

melahirkan karya dan prestasi pada setiap waktu dan keadaan. Setiap

anak didik harus memiliki pemahaman yang utuh terhadap

keyakinan dan tanggungjawab untuk berkarya atau beramal sholeh :

“Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertaqwa, (niscaya

mereka akan mendapat pahala), dan sesungguhnya pahala dari sisi

Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui. (Q.S. Al

Baqarah;103)

3) Motivasi dalam proses pembelajaran harus dapat memacu anak didik

untuk mengoptimalkan potensi belajar yang dimiliki, agar dapat

mewujudkan prestasi terbaik (ihsan) dalam mengikuti

pembelajaran.; “Hai jama‟ah jin dan manusia, jika kamu sanggup

menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah,

kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan”. (Q.S,

Ar Rahman;33)

4) Motivasi harus dapat menumbuhkan kesadaran diri anak didik

sebagai generasi pilihan, yang diberikan amanat untuk dapat

mewujudkan cita-cita yang bermanfaat bagi masa depan kehidupan:

Page 89: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

89

“ kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar,

dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu

lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan

kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Q.S.Ali Imron :

110)

5) Motivasi yang diberikan kepada anak didik harus dapat

mengembangkan kesadaran dan sikap bersyukur terhadap berbagai

nikmat yang dikaruniakan Allah. Setiap keberhasilan yang dicapai

menjadi pendorong terwujudnya keberhasilan baru yang lebih

berkualitas. Kemudian setiap keberhasilan anak didik dalam

menyelesaikan tugas, dapat mendorong untuk menyelesaikan tugas

dan kewajiban berikutnya dengan kualitas hasil yang tinggi; “Dan

(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu mema‟lumkan: “Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni‟mat)

kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni‟mat-Ku), maka

sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Q.S, Ibrahim;7)

6) Motivasi dalam proses pembelajaran diarahkan untuk membawa

anak didik agar dapat meneguhkan keyakinan (optimisme) dalam

menjalani proses pembelajaran.; “Sesungguhnya orang-orang yang

beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus

menjadi tempat tinggal, mereka kekal di dalamnya, mereka tidak

ingin berpindah daripadanya. (Q.S, Al Kahfi;107-108)

7) Motivasi dalam proses pembelajaran diarahkan untuk

mengoptimalkan keunggulan potensi anak didik dalam mencapai

Page 90: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

90

tujuan pembelajaran; Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan

mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.

(Q.S, Al Bayyinah;7)

8) Motivasi dalam proses pembelajaran diarahkan untuk

membangkitkan kesadaran dan peran aktif anak didik dalam

menghadapi berbagai problema dan tantangan belajar, sehingga akan

menciptakan efektifitas dan efisiensi pembelajaran; “Dan kami

tinggikan bagimu sebutan (nama)mu. Karena sesungguhnya sesudah

kesulitan itu ada kemudahan, (Q.S, Insyirah; 4-5)

Menurut pandangan Al-Qur’an, membina motivasi anak didik

harus dapat memberikan arti penting untuk mewujudkan tujuan

pembelajaran. Sedangkan untuk menjalankan fungsi motivasi dalam

proses pembelajaran, pendidik perlu mengembangkan langkah-langkah

strategis sebagai berikut :

a. Setiap pendidik harus menjadi teladan bagi anak didik dalam

menjalankan tugas dan kewajiban dalam urusan pribadi ataupun

sosial.

b. Menentukan target bersama untuk mewujudkan tujuan

pembelajaran, baik yang mencakup target individual ataupun

klasikal.

c. Pendidik mendorong setiap anak didik untuk dapat mengembangkan

pola belajar yang sistematis dan kreatif.

d. Seorang pendidik perlu memberikan respon positif dan insentif

untuk membangkitkan motivasi belajar anak didik.

e. Setiap pendidik perlu mengarahkan anak didik untuk mempertegas

tujuan dan cita-cita yang ingin dicapai dalam menjalankan proses

pembelajaran.

Page 91: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

91

f. Pendidik senantiasa mengarahkan agar setiap anak didik dapat

mengoptimalkan motivasi individual (intrinsik) untuk mewujudkan

tujuan dan cita-citanya. Karena motivasi individual akan

menentukan kualitas proses dan prestasi belajar.

g. Pendidik memberikan kesempatan yang luas bagi setiap anak didik

untuk melakukan interaksi dan mengembangkan kerjasama yang

baik dengan teman belajar (cooperativ learning).

h. Pendidik perlu mengusahakan tersedianya sarana dan prasarana

penunjang yang kondusip yang menunjang pelaksanaan

pembelajaran.

i. Pendidik perlu mengembangkan pendekatan spiritual dengan cara

mendorong anak didik, untuk dapat bersama-sama melakukan sholat

jamaah; sholat dhuha; puasa sunnah; tadarus al Qur’an; dzikir

bersama dan memberikan taushiyah secara individual atau kolektif.

Page 92: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

92

Strategi Pembelajaran Qur’an

Hadits Di MAN Model Jambi

LAPORAN HASIL PENELITIAN

Berdasarkan data yang dikumpulkan, maka ditemukan beberapa

hasil penelitian sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan, maka

berikut ini disajikan hasil-hasil penelitian.

A. Strategi Pembelajaran Qur’an Hadits Di MAN Model Jambi

Untuk mencapai sasaran hasil proses belajar mengajar di MAN

Model Jambi pada mata pelajaran Qur’an Hadits, guru-guru mata

pelajaran Qur’an Hadits melakukan upaya-upaya yaitu, bahwa sebelum

melakukan proses belajar mengajar, menyiapkan administrasi

mengajarnya dengan tahap-tahap sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini guru mata pelajaran Qur’an Hadits membuat

program tahunan, program semester, program satuan pelajaran,

menyusun rencana pengajaran, analisis materi pelajaran. Semua

administrasi tersebut harus diketahui oleh Kepala Sekolah.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Qur’an

Hadits tahap pelaksanaan ini, bahwa sebelum memulai pengajaran

dengan siswa, antara lain adalah melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Tahap Pertama

(1) Guru menanyakan tentang kehadiran siswa, mencatat siapa

yang tidak hadir dan alasannya di dalam buku absen yang

sudah disiapkan.

Page 93: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

93

(2) Menanyakan kepada siswa, sampai dimana batas materi

pelajaran sebelumnya.

(3) Mengajukan pertanyaan kepada siswa (pre test) terhadap

bahan atau materi yang telah disampaikan sebelumnya.

(4) Memberikan waktu kepada siswa untuk bertanya mengenai

materi yang belum dipahami.

(5) Mengulangi kembali bahan pelajaran yang lalu secara

singkat.

b. Tahap Kedua

(1) Guru mata pelajaran Qur’an Hadits menjelaskan kepada

siswa tujuan pengajaran yang harus dicapai sesuai dengan

apa yang sudah dirumuskan di dalam Program Satuan

Pelajaran (PSP).

(2) Guru mata pelajaran Qur’an Hadits menulis materi pokok

yang akan dibahas di papan tulis.

(3) Guru mata pelajaran Qur’an Hadits menjelaskan (membahas)

pokok-pokok materi yang telah ditulis di papan tulis tersebut.

(4) Guru mata pelajaran Qur’an Hadits menunjukan contoh

kongkrit dari materi yang disampaikan, jika materi tersebut

memerlukan.

(5) Menggunakan alat bantu pengajaran berupa tulisan ayat al-

Qur’an / Hadits Nabi pada kertas karton.

(6) Guru mata pelajaran Qur’an Hadits menyimpulkan hasil

pembahasan materi yang telah disampaikan.

Untuk lebih jelasnya dapat peneliti ungkapkan lebih

sistematis struktur pembelajaran mata pelajaran Qur’an Hadits di

bawah ini :

Page 94: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

94

Tabel 1

Pelaksanaan Pembelajaran Qur’an Hadits

NO WAKTU URAIAN PROSES PEMBELAJARAN

01

02

03

10 Menit

25 Menit

10 Menit

PENDAHULUAN

- Appersepsi (Pengenalan materi)

- Pre Test (Penjajakan Kemampuan)

KEGIATAN PENGAJARAN

- Mengenalkan tujuan pengajaran yang akan

dicapai

- Membacakan ayat al-Qur’an/Hadits

- Menterjemahkan ayat al-Qur’an/Hadits

- Menjelaskan isi kandungan ayat al-

Qur’an/Hadits

- Melatih, menulis, membaca, menjelaskan

ayat al-Qur’an/Hadits

- Tanya jawab

PENUTUP

- Menyimpulkan materi

- Mengadakan post test hasil belajar

- Memberikan tugas (PR) Sumber : Data Penelitian Penulis

c. Tahap Ketiga

Sebagai tahap ketiga atau tahap akhir dari strategi

pembelajaran mata pelajaran Qur’an Hadits adalah dengan

melakukan penilaian atau evaluasi dan tindak lanjut.

Pada tahap ini guru mata pelajaran Qur’an Hadits bertujuan

untuk megetahui tingkat keberhasilan siswa. Kegiatan yang

dilakukan oleh guru mata pelajaran Qur’an Hadits pada tahap ini

adalah :

(1) Mengajukan pertanyaan kepada beberapa orang siswa

tentang pokok materi yag telah dipelajari.

Page 95: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

95

(2) Bila pertanyaan yang diajukan tersebut belum dapat dijawab

oleh siswa di bawah 70%, maka guru mata pelajaran Qur’an

Hadits mengulangi kembali materi yang belum dikuasai

siswa. Teknik pembahasan yang dilakukan oleh guru mata

pelajaran Qur’an Hadits adalah mengulang penjelasan,

diskusi kelompok dan memberi tugas pekerjaan rumah (PR).

(3) Guru mata pelajaran Qur’an Hadits memberikan tugas yang

berhubungan dengan topik atau pokok materi, seperti

mencari ayat, arti ayat, dan maksud ayat al-Qur’an / Hadits

dan topik-topik tertentu hanya yang berhubungan dengan

materi.

(4) Jika mengakhiri pelajaran, maka guru mata pelajaran Qur’an

Hadits menginformasikan pokok materi baru yang akan

dibahas pada pelajaran berikutnya.

3. Tahap Pendekatan Mengajar

Pada tahap pendekatan proses belajar mengajar ini guru mata

pelajaran Qur’an Hadits menggunakan beberapa metode dalam

melaksanakan proses belajar, karena fungsinya sangat dominan

sekali. Metode suatu kegiatan belajar yang dapat melahirkan

interaksi antara guru dengan murid dalam usaha mencapai tujuan

pengajaran.

Metode juga dapat dipastikan sangat besar pengaruhnya dan

sangat menentukan tinggi rendahnya kadar kegiatan belajar

mengajar metode yang di terapkan oleh guru. Bahkan tidak ada satu

pun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode.

Guru-guru mata pelajaran Qur’an Hadits di MAN Model

Jambi dalam melakukan proses belajar mengajar menggunakan

beberapa motode antara lain :

Page 96: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

96

a. Metode Ceramah

Metode ini digunakan untuk menyampaikan materi

pembelajaran, uraian tentang suatu pokok materi tentang ayat Al-

Qur’an / Hadits serta menyimpulkan materi yang telah

disampaikan atau dipelajari. Agar lebih jelasnya dapat dilihat

tabel-tabel di bawah ini.

Tabel 2

Penggunaan Metode Ceramah

No Metode Jumlah %

1

2

3

Ceramah

Diskusi

Penugasan

28

15

11

51,85

27,77

20,37

Jumlah 54 100% Sumber : Data Penelitian Penulis

Dilihat dari skor jawaban siswa, jumlah penggunaan metode

ceramah mencapai 51,85%, diskusi 27,77% dan penugasan

20,37%. Jadi jumlah total 100%.

Metode yang digunakan guru Qur’an Hadits dalam proses

belajar mengajar yang paling dominan adalah metode ceramah,

metode diskusi dan penugasan sangat minim.

b. Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab ini dapat menciptakan kehidupan

interaksi belajar mengajar. Untuk memberikan motivasi agar

siswa bangkit pemikirannya untuk bertanya. Pertanyaan itu baik

dari guru maupun murid guna untuk memperdalam dari materi

Page 97: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

97

yang telah disampaikan dan dari hal-hal yang belum dipahami.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini.

Tabel 3

Memberikan Waktu Tanya Jawab

No Metode Guru Mengajar Jumlah %

1

2

3

Memberikan waktu

Tidak memberikan waktu

Tidak pernah

37

10

7

68,51

18,51

12,96

Jumlah 54 100% Sumber : Data Penelitian Penulis

Berdasarkan skor jawaban siswa diatas, guru memberikan waktu

untuk tanya jawab mencapai 68,51%, tidak memberikan waktu

18,51% tidak pernah 12,96%. Jadi jumlahnya 100%.

Guru Qur’an Hadits dalam proses belajar memberikan

waktu kepada siswa untuk bertanya pada akhir penyampaian

materi dan sangat sedikit sekali guru tidak memberikan waktu

kepada siswa untuk bertanya.

c. Metode Penugasan

Metode ini dalam usaha meningkatkan mutu dan frekuensi

isi pelajaran. Tugas yang dilakukan oleh guru mata pelajaran

Qur’an Hadits adalah dalam bentuk menulis, mengartikan ayat al-

Qur’an / Hadits, dan mencari ayat / hadits yang berhubungan

dengan materi pelajaran serta membuat rangkuman. Agar lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Page 98: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

98

Tabel 4

Keaktifan Siswa Mengerjakan Tugas

No Mengerjakan Tugas Jumlah %

1

2

3

Senang

Kurang Senang

Tidak Senang

32

13

9

59,25

24,07

16,66

Jumlah 54 100% Sumber : Data Penelitian Penulis

Dilihat dari hasil jawaban diatas, bahwa siswa senang

mengerjakan tugas 59,25% kurang senang 24,07% tidak senang

16,66%. Jadi jumlah totalnya 100%.

Jika ada tugas dari guru dalam mata pelajaran Qur’an

Hadits siswa senang mengerjakannya, baik di sekolah maupun di

rumah dan sedikit yang tidak mengerjakannya.

d. Metode Hafalan

Pada metode ini diterapkan kepada siswa untuk menghafal

ayat/hadits, kemudian dipanggil satu persatu ke depan kelas atau

di kantor guru dan guru memberikan penilaian atau angka.

Karena metode hafalan ini sangat berguna bagi siswa untuk

menambah perbendaharaan ayat / hadits dan dapat dibacakan

pada waktu sholat. Hal ini cukup tinggi ditanggapi oleh siswa

MAN Model Jambi. Agar lebih jelasnya dapat dilihat tabel di

bawah ini.

Page 99: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

99

Table 5

Keaktifan Siswa Menghafal ayat

No Mengerjakan Tugas Jumlah %

1

2

3

Senang

Kurang Senang

Tidak Senang

40

8

6

74,07

14,81

11,11

Jumlah 54 100% Sumber : Data Penelitian Penulis

Berdasarkan hasil jawaban diatas, siswa senang menghafal ayat

al-Qur’an / Hadits 74,07% kurang senang 14,81% tidak senang

11,11%. Jadi jumlah totalnya 100%.

Jadi, dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Qur’an

Hadits siswa sangat senang menghafal ayat al-Qur’an / Hadits

Nabi baik di sekolah maupun di rumah.

e. Metode Diskusi

Penerapan metode ini diharapkan timbul interaksi antara

dua atau lebih individu yang terlibat dapat saling tukar

pengalaman, informasi, memecahkan masalah seperti maksud

ayat / hadits. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table 2 di

atas. Berdasarkan hasil jawaban penggunaan metode diskusi

dalam proses belajar mengajar Qur’an Hadits diskusi 27,77%

ceramah 51,85% metode tanya jawab 20,37%. Jadi jumlahnya

total 100%.

Jadi penggunaan metode diskusi oleh guru mata pelajaran

Qur’an Hadits di MAN Model Jambi tergolong sedang diterapkan

dibandingkan dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Page 100: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

100

4. Melakukan Evaluasi

Penilaian dilakukan sebagai suatu usaha atau kegiatan untuk

mengumpulkan informasi, menganalisa dan menafsirkan data

tentang proses dan hasil belajar siswa dengan secara sistematis dan

berkesinambungan. Hasil proses tersebut dapat dijadikan bahan

untuk menentukan langkah-langkah berikutnya.

Sebagai alat ukur aspek yang dinilai pada mata pelajaran

Qur’an Hadits di MAN Model Jambi ada beberapa aspek penilaian

antara lain adalah aspek kognitif, efektif dan psikomotorik.

a. Aspek Penilaian

Aspek kognitif terdiri dari beberapa jenjang pengetahuan,

pemahaman siswa tentang ayat al-Qur’an / Hadits Nabi,

penguasaan membaca, menulis, menterjemah ayat/hadits, dan

penguasaan dalam penghafalan ayat al-Qur’an dan Hadits Nabi

serta maksud suatu ayat al-Qur’an / Hadits.

Aspek afektif mencakup sikap ketaatan siswa dalam

menjalankan perintah agama, kepatuhan terhadap orang tua dan

guru serta teman-temanya di sekolah.

Aspek psikomotorik mencakup penilaian terhadap

keterampilan intelektual dan keterampilan sosialnya, kemampuan

siswa dalam membaca dan menulis ayat al-Qur’an dan Hadits

serta keterampilan siswa dalam menerapkan pokok-pokok ajaran

al-Qur’an / Hadits dalam kehidupan sehari-hari.

b. Bentuk Penilaian

Penilaian yang digunakan dalam mata pelajaran Qur’an

Hadits adalah :

1) Tes Lisan

Page 101: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

101

Tes lisan ini dilakukan untuk mengukur kemampuan

siswa dalam beberapa hal :

a) Lancar atau tidak membaca ayat al-Qur’an / Hadits Nabi.

b) Fasih atau tidaknya menafsirkan ayat al-Qur’an / Hadits

Nabi.

c) Hafal atau tidaknya satu / beberapa ayat al-Qur’an / Hadits

nabi.

d) Paham atau tidaknya terhadap kandungan isi ayat al-Qur’an

/ Hadits Nabi.

e) Mampu atau tidaknya mengungkapkan rangkuman isi ayat

al-Qur’an / Hadist Nabi.

2) Tes Tertulis

Tes tertulis ini merupakan alat penilaian tertulis yang

jawabannya diisi oleh siswa yang meliputi :

a) Tes Uraian

Pada setiap test uraian diharapkan siswa dapat

menjawab dari pertanyaan yang telah ditentukan baik

uraian bebas maupun uraian terbatas (berupa struktur).

b) Tes Obyektif

Bentuk test ini siswa diharapkan dapat memilih

diantara kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah

disediakan, berupa pilihan ganda dengan alternatif pilihan

yang benar di antara a, b, c, d, dan e.

Pelaksanaan kedua bentuk test ini dilakukan pada waktu

ulangan harian, untuk ulangan semester dilaksanakan oleh semua

kelas yang berlangsung serentak. Hasil penilaian ujian semester

kelas satu dan dua dijadikan sebagai bahan pertimbangan kenaikan

kelas setelah siswa menerima buku rapor, tetapi untuk EBTA hanya

Page 102: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

102

dilaksanakan oleh kelas tiga saja. Setelah itu akan memperoleh Surat

Tanda Tamat Belajar (STTB).

Sebagai rumusan penilaian yang diterapkan oleh guru mata

pelajaran Qur’an Hadits untuk dimasukan kedalam buku rapor siswa

sebagai hasil proses pembelajaran adalah dengan menggunakan

rumus sebagaimana di bawah ini :

NR = NH + 2 NU

3

NR = Nilai Rapor

NH = Nilai Rata-rata Ulangan Harian

NU = Nilai Ulangan Umum

Berdasarkan rumus itulah guru mata pelajaran Qur’an Hadits

dalam melakukan teknik penilaian untuk mengukur tingkat

keberhasilan siswa di MAN Model Jambi. Agar lebih jelasnya dapat

dilihat hasil evaluasi siswa pada tabel di bawah ini.

Tabel 6

Hasil Evaluasi Siswa

No Prestasi Siswa Jumlah %

1

2

3

6

7

8

4

39

11

7,40

72,22

20,37

Jumlah 54 100%

Sumber : Data Penelitian Penulis

Dilihat dari skor pencapaian hasil evaluasi siswa yang

mendapat nilai 6 : 7,40% nilai 7 : 72,22% nilai 8 : 20,37%.

Jadi jumlah totalnya 100%.

Page 103: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

103

Jadi, rata-rata hasil yang diperoleh siswa pada mata

pelajaran Qur’an Hadits menunjukan di atas rata-rata 7.

Sebagai alat ukur keberhasilan suatu proses belajar mengajar.

5. Analisis Hasil Ujian

Setelah dilakukan ujian atau ulangan, maka guru melakukan

analisis dari hasil ulangan harian, sebagai umpan balik tentang

tingkat daya serap peserta didik terhadap materi pelajaran yang telah

diajarkan.

Analisis hasil ulangan sangat penting sekali, karena

berdasarkan itu guru akan dapat mengklasifikasikan hal-hal yang

telah dicapai dan dipahami begitu pula sebaliknya, supaya guru

dapat menentukan langkah-langkah perbaikan dan pengayaan

selanjutnya terhadap siswa baik secara indiviual maupun secara

klasikal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 7

Bimbingan Guru terhadap Siswa

No Bimbingan Siswa Jumlah %

1

2

3

Pernah

Sering

Tidak Pernah

27

19

8

50

35,18

14,81

Jumlah 54 100%

Sumber : Data Penelitian Penulis

Berdasarkan skor jawaban terhadap bimbingan yang diberikan oleh

guru Qur’an Hadits pernah 50%, sering 19 : 35,18%, tidak pernah 8 :

14,81%.

Jadi, bimbingan yang diberikan oleh guru mata pelajaran

Qur’an Hadits dalam membahas hasil evaluasi siswa ada dilakukan

Page 104: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

104

tetapi tidak sering dilaksanakan, hal itu dapat dilihat pada tabel

diatas.

B. Strategi Pembelajaran Kaitannya Dengan Motivasi Belajar Siswa

Strategi dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat

signifikan sekali karena strategi merupakan pola-pola umum kegiatan

antara guru dan siswa dalam mengkondisikan kegiatan belajar

mengajar untuk mencapai tujuan.

Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan dalam proses

pembelajaran Qur’an Hadits adalah metode, karena metode berperan

sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam proses belajar mengajar di

sekolah. Maka dari itu strategi mempunyai hubungan yang erat dengan

motivasi belajar siswa.

Dalam rangka untuk meningkatkan gairah atau motivasi dalam

proses belajar mengajar mata pelajaran Qur’an Hadits yang dilakukan

di MAN Model Jambi, sekaligus untuk mempertahankan motivasi

siswa dengan langkah-langkah sebagaimana di bawah ini.

1. Memberikan Nilai Angka

Pemberian angka adalah sebagai simbol atau nilai dari setiap

hasil aktivitas siswa yaitu dari hasil ulangan harian, ulangan

semester dan tugas-tugas lainnya yang telah diberikan.

Jadi dengan adanya nilai tersebut yang mendapat nilai bagus

cenderung untuk mempertahankan. Untuk nilai yang rendah

berusaha pula agar nilainya lebih baik dari apa yang sudah

diperoleh. Di bawah ini dapat dilihat pencapaian hasil evaluasi siswa

dalam mata pelajaran Qur’an Hadits pada semester I tahun

pembelajaran 2002 / 2003. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat table di

bawah ini.

Page 105: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

105

Tabel 8

Tanggapan Siswa Terhadap Hasil Evaluasi

No Tanggapan Siswa Jumlah %

1

2

3

Puas

Kurang Puas

Tidak Puas

39

9

6

72,22

16,66

11,11

Jumlah 54 100%

Sumber : Data Penelitian Penulis

Berdasarkan skor diatas menunjukan tanggapan siswa terhadap hasil

yang telah dicapainya, puas 72,22% kurang puas 16,66% tidak puas

11,11%. Jadi jumlah totalnya 100%.

Tanggapan siswa terhadap nilai yang telah diberikan guru dari

hasil evaluasi dalam menunjukkan motivasi siswa pada mata

pelajaran Qur’an Hadits dominasi merasa puas, dan hampir tidak ada

atau sedikit sekali yang menyatakan kurang puas dan tidak puas.

2. Pujian

Dalam bentuk pujian ini dilakukan pada siswa, apabila siswa

tersebut dapat menyelesaikan pertanyaan yang telah diberikan,

membaca, menulis, menterjemahkan dan menjelaskan maksud ayat /

hadits dengan baik dan benar, maka guru mata pelajaran Qur’an

Hadits mengucapkan kata-kata “jawaban bagus”, “bacaan ayat /

haditsmu bagus”, “selamat menjadi juara” dan “suaramu bagus”.

Dengan adanya ucapan seperti itu siswa akan lebih senang dan

giat belajar pada mata pelajaran Qur’an Hadits di masa-masa

berikutnya, sekaligus termotivasi untuk rajin belajar baik di sekolah

maupun di rumah.

Page 106: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

106

3. Hadiah

Pemberian hadiah ini dilakukan oleh guru mata pelajaran

Qur’an Hadits terhadap siswanya adalah setelah anak menerima

buku rapor semester, berupa buku tulis, pensil, pena dan buku

bacaan lainnya, agar alat tersebut dapat dipergunakan oleh siswa

dalam belajar. Penyerahan hadiah itu dilakukan di dalam kelas.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tebel di bawah ini.

Tabel 9

Mendapat Hadiah dari Guru

No Menerima Hadiah Jumlah %

1

2

3

Pernah

Selalu

Tidak Pernah

13

8

33

24,07

14,81

61,11

Jumlah 54 100%

Sumber : Data Penelitian Penulis

Dilihat dari skor diatas menunjukan tentang pemberian hadiah dari

guru mata pelajaran Qur’an Hadits pernah 24,07%, selalu 14,81%,

tidak pernah 61,11%. Jadi jumlah totalnya 100%

Dengan demikian, pemberian hadiah dari guru mata pelajaran

Qur’an Hadits bagi siswa yang berprestasi, seperti buku tulis, pensil,

pena dan buku bacaan lainnya sangat rendah.

4. Hukuman

Dalam proses belajar mengajar, pemberian hukuman juga

diperlukan hal ini dilakukan, apabila siswa terlambat masuk, suka

ribut, tidak mengerjakan tugas. Supaya siswa tidak meremehkan

Page 107: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

107

mata pelajaran Qur’an Hadits dalam proses belajar mengajar yang

sedang berlangsung.

Bentuk hukuman yang diberikan kepada siswa tersebut berupa

sanksi antara lain : menyapu, mencatat bahan pelajaran yang

ketinggalan, membuat perjanjian diatas kertas, berdiri di depan

kelas. Hal ini juga tergantung pada bentuk kesalahannya. Agar lebih

jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini.

Tabel 10

Mendapat Hukuman dari Guru

No Mendapat Hukuman Jumlah %

1

2

3

Pernah

Sering

Tidak Pernah

13

5

36

24,07

9,25

66,66

Jumlah 54 100% Sumber : Data Penelitian Penulis

Dilihat dari skor diatas yang menunjukan tentang hukuman yang

diberikan guru terhadap siswa pernah 24,07%, sering 9,25%, tidak

pernah 66,66%. Jadi jumlah totalnya 100%.

Hukuman yang diterima oleh siswa dalam mata pelajaran

Qur’an Hadits, berdasarkan data di atas sedikit sekali dilakukan

hukuman bila dibandingkan dengan pernah dan sering dilakukan

hukuman. Hal ini disebabkan karena rendahnya pelanggaran yang

dilakukan oleh siswa.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Siswa

Pentingnya menjaga motivasi belajar pada proses belajar

mengajar tidak dapat dipisahkan, karena dengan menggerakkan

motivasi yang terpendam dan menjaganya dalam kegiatan yang

dilakukan siswa akan menjadikan siswa itu lebih giat belajar.

Page 108: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

108

Apabila siswa belajar berdasarkan motivasi yang kuat, maka ia

tidak akan malas, maka guru Qur’an Hadits perlu memelihara motivasi

siswa dan semua yang berhubungan dengan motivasi dalam proses

belajar mengajar.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar

siswa adalah :

1. Faktor siswa, dimana tiap-tiap siswa memiliki kondisi yang berbeda

baik faktor intrinsik maupun ekstrinsik. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 11

Faktor Motivasi Belajar Siswa

No Unsur Motivasi Jumlah %

1

2

3

Diri siswa sendiri

Teman siswa

Orang tua siswa

29

11

14

53,70

20,37

25,92

Jumlah 54 100%

Sumber : Data Penelitian Penulis

Dilihat dari skor hasil jawaban diatas faktor yang mempengaruhi

motivasi siswa dalam mengerjakan tugas diri sendiri 53,70%, teman

20,37%, orang tua 25,92%. Jadi jumlah totalnya 100%.

Ketiga faktor tersebut diatas yang paling tinggi tingkat

motivasi siswa dalam proses belajar Qur’an Hadits adalah faktor

internal siswa dan sangat sedikit faktor dari eksternal seperti teman

dan orang tua siswa.

2. Disiplin Guru

Kedisiplinan dari seorang guru sangat menentukan sekali

dalam proses belajar mengajar, karena guru adalah sebagai panutan,

Page 109: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

109

contoh tauladan bagi siswa. Agar lebih jelasnya dapat dilihat tabel di

bawah ini.

Tabel 12

Kedisiplinan Guru Mengajar

No Disiplin Guru Jumlah %

1

2

3

Pernah terlambat

Selalu terlambat

Tidak pernah terlambat

10

15

29

16,66

27,77

53,70

Jumlah 54 100%

Sumber : Data Penelitian Penulis

Dilihat dari skor jawaban disiplin guru dalam melaksanakan

tugasnya pernah 16,66%, selalu 27,77%, tidak pernah 53,70%. Jadi

jumlah totalnya 100%.

Jadi guru Qur’an Hadits dalam menjalankan tugas sehari-hari

selalu menjaga kedisiplinan, agar tidak terlambat masuk ke dalam

kelas. Guru pernah terlambat karena faktor transportasi dan selalu

terlambat jika cuaca kurang baik, namun guru tidak pernah terlambat

mengajar disebabkan unsur kesengajaan karena tingginya kesadaran

guru terhadap tugasnya.

3. Interaksi Guru dan Siswa

Interaksi dalam proses belajar mengajar sangat diperlukan.

Hubungan yang baik menyebabkan proses belajar mengajar tidak

lancar. Jika siswa merasa jauh dengan guru, maka siswa segan

berpartisipasi secara aktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di

bawah ini.

Page 110: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

110

Tabel 13

Hubungan Guru dengan Siswa

No Komunikasi dengan Siswa Jumlah %

1

2

3

Pernah

Sering

Tidak pernah

9

6

39

16,66

11,11

73,22

Jumlah 54 100%

Sumber : Data Penelitian Penulis

Berdasarkan skor hasil jawaban interaksi guru dengan siswa

menunjukan pernah 16,66%, sering 11,11%, tidak pernah 72,22%.

Jadi jumlah totalnya 100%.

Jadi hubungan guru dengan siswa pada mata pelajaran Qur’an

Hadits hampir tidak menemui masalah dan berjalan sesuai dengan

apa yang diharapkan, karena guru selalu memperhatikan keluhan

siswa di sekolah maupun di luar sekolah, dan sering menanyakan

siswanya sebab-sebab tidak belajar dan alasan tidak mengerjakan

tugas serta selalu menegur siswa seperti bertemu di jalan.

Page 111: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

111

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu, Joko Tri Prasetya (1997), Strategi Belajar Mengajar,

Bandung : Pustaka Setia.

............., Widodo, Supriyono (1991), Psikologi Belajar, Cet.I, Jakarta :

Rineka Cipta.

Asnawi, Sahlan (2002), Teori Motivasi dalam Pendekatan Psikologi

Industri dan Organisasi, Jakarta : Studi Press.

Atwi, Suparman (1997), Desain Instruksional, Jakarta : PAV untuk PPAI

Ditjen Dikti Depdikbud.

Azra, Azyumardi (2001), Pendekatan Islam Tradisi dan Modernisasi

Menuju Milenium Baru, Jakarta : Kalimah.

Arikunto, Suharsimi (1998), Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan

Praktek, Jakarta : Rineka cipta.

............... (1998), Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan

Evaluatif, Cet.II, Jakarta : Rajawali Pers.

Djamarah, Syaiful Bahri (2002), Strategi Belajar Mengajar, Jakarta :

Rineka Cipta.

Dimyati, Mudjiono (1999), Belajar dan Pembelajaran, Jakarta.

Departemen Agama RI, Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan

Agama Islam (1998/1999), Pedoman Pelaksanaan Mata

Pelajaran Qur‟an Hadits, Jakarta.

Faisal, Sanapiah (1981), Dasar dan Tehnik Penyusunan Angket, Surabaya

: Usaha Nasional.

Hamalik, Oemar (2001), Pendekatan Baru Strategi Belajar Mengajar

Berdasarkan CBSA, Bandung : Sinar Baru Algesindo.

.............., (2001), Proses Belajar Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara.

Page 112: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

112

Hackbarth, Steven (1996), The Educational Technology Hand Book : A

Comprehensive Guide, Process and Products For Learning,

Englewood Cliffs, N.J. Educational Technology Publications.

Hadi, Sutrisno (1986), Metodologi Research 2, Yogyakarta : YPFP UGM.

Kamaruddin (1985), Kamus Istilah Skripsi dan Tesis, Bandung : Angkasa.

Muhajir, Noeng (2000), Ilmu Pendidikan dan Perubahan Sosial Tiori

Pendekatan Pelaku Sosial Kreatif, Yogyakarta : Rake Sarasin.

Marimba, Ahmad, D (1980), Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,

Bandung : Al-Ma’arif.

Muhaimin, et. al (2001), Paradigma Pendidikan Islam, Bandung : PT.

Remaja Rosda Karya.

Mansur, et. al (1987), Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar Bahasa

Indonesia, Bandung : Jemmars.

Moleong, Lexy. J (2001), Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung :

PT. Remaja Rosdakarya.

Namsa, Yunus (2000), Metodologi Pengajaran Agama Islam, Ternate :

Pustaka Firdaus.

Nasution, S (1995), Didaktik Azas-azas Mengajar, Jakarta : Bumi Aksara.

------- (t.t.) Didaktik Azas-azas Mengajar, Jakarta : Jenmers.

Nata, Abuddin (1996), Falsafah Pendidikan Islam I, Jakarta : Logos

Wacana Ilmu.

Pasaribu, I.L, B. Simanjuntak (1983), Proses Belajar Mengajar,

Bandung : Tarsito.

Proyek Pengadaan Kitab Suci (1986), Al-Qur‟an dan Terjemahan, Jakarta

: PT. Serajaya Santria.

P. Siagian. Sondang (1995), Tiori Motivasi dan Aplikasinya, Jakarta :

Rineka Cipta.

Rooijakkers, Ad (1984), Mengajar dengan Sukses, Jakarta : PT. Gramedia.

Page 113: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

113

Roestiyah, N. K (2001), Strategi Belajar Mengajar, Cet. VI, Jakarta :

Rineka Cipta.

------- (1982), Masalah-masalah Ilmu keguruan, Cet. III, Jakarta : Bina

Aksara.

Rusyan, A. Tabrani, Atang Kusdinar, Zainal Arifin (1994), Pendekatan

dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Sudjana, Nana (1988), Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung :

Sinar Baru.

Sholeh, Abdul Rachman (2000), Pendidikan Agama dan Keagamaan,

Jakarta : PT. Grama Windu Panca Perkasa.

Sardiman. A.M (1986), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta :

Rajawali Pers.

Sudirman. N,. Et. al (1991), Ilmu Pendidikan Remaja, Bandung :

Rosdakarya,.

Syah, Muhibbin (2001), Psikologi Belajar, Jakarta : Logos Wacana Ilmu.

Slameto (1991), Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester,

Jakarta : Bumi Aksara.

Sunaryo (1989), Strategi Belajar Mengajar Dalam Pengajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial, Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi, Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan.

Undang-undang RI. No. 2 Tahun (1989), Tentang Sistem Pendidikan

Nasional, Jakarta : Diperbanyak oleh Depdikbud.

Usman, Moh. Uzer (2001), Menjadi Guru Profesional, Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Zuhairimi (1993), Metodologi Pendidikan Agama, Solo : Ramadhani.

Page 114: Problematika Pendidikan - staimaarif-jambi.ac.id · Problematika Pendidikan ... harus dapat memenuhi kebutuhan dunia modern antara lain dalam bentuk kurikulum yang berbobot dan menarik

114