Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PROCESS AND EMPLOYEE EFFECTIVENESS
PRACTICES DAN INTERNAL PROCESS
IMPROVEMENT PRACTICES SERTA KAITANNYA
TERHADAP ORGANISATIONAL SUSTAINABILITY
PERFORMANCE MENURUT PERSEPSI
MANAJEMEN (STUDI KASUS PADA PT. DAYA
MANUNGGAL SALATIGA)
Oleh :
CATHERINE YUNITA CIPTADI
NIM : 232009018
KERTAS KERJA
Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Guna Memenuhi Sebagian dari
Persyaratan-persyaratan Untuk Mencapai
Gelar Sarjana Ekonomi
FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS
PROGRAM STUDI : AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2013
ii
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
Jalan Diponegoro 52 -60
:(0298) 321212, 311881
Telex 322364 ukswsa ia
Salatiga 50711 - Indonesia
Fax. (0298) -321433
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS KERTAS KERJA
Yang bertanda tangan dibawah ini:
N a m a : CATHERINE YUNITA CIPTADI
N I M : 232009018
Program Studi : AKUNTANSI
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga.
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kertas kerja,
Judul : PROCESS AND EMPLOYEE EFFECTIVENESS PRACTICES
DAN INTERNAL PROCESS IMPROVEMENT PRACTICES
SERTA KAITANNYA TERHADAP ORGANISATIONAL
SUSTAINABILITY PERFORMANCE MENURUT PERSEPSI
MANAJEMEN (STUDI KASUS PADA PT. DAYA
MANUNGGAL SALATIGA)
Pembimbing : Dr. Suzy Noviyanti, MM, CPA
Tanggal di uji : 18 JANUARI 2013
adalah benar-benar hasil karya saya.
Di dalam kertas kerja ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau gagasan orang lain
yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol
yang saya aku seolah-olah sebagai tulisan saya sendiri tanpa memberikan pengakuan pada penulis
aslinya.
Apabila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan
orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, saya bersedia menerima sanksi sesuai
peraturan yang berlaku di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga, termasuk pencabutan gelar kesarjanaan yang telah saya peroleh.
Salatiga, 2 Desember 2012
Yang memberi pernyataan
Catherine Yunita Ciptadi
iii
MOTTO
iv
“MOTTO”
“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok
mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk
sehari"
(Matius 6:34)
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti
dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”
(Ibrani 11:1)
v
ABSTRACT
Nowadays sustainability become an important aspect for organisations or
companies. With sustainability, strategy and company’s goals is not only short-
term oriented but also long-term oriented. Corporate Social Responsibility (CSR)
assessed as a key to reach organisational sustainability. CSR focus to satisfy
various stakeholders’ interest, and the consequence is company’s responbility is
not only focus on financial aspect but also social, and environtmental.
Implementation of CSR in companies realized into company’s management
practices (sustainability performance management practices).
This research focus on two management practices, they are : process and
employee effectiveness practices, and internal process improvement practices.
The results of this study are explain the relation of those two management
practices with organisational sustainability performance based on management’s
perception. This research use quailtative and descriptive analysis technic, and the
object of this research is focus on one company, PT. Daya Manunggal Salatiga.
Key Words : organisational sustainability, corporate social responsibility,
sustainability performance management practices, process and employee
effectiveness practices, internal process improvement practices
vi
SARIPATI
Saat ini sustainability menjadi fokus penting bagi perusahaan, dimana
strategi dan tujuan perusahaan tidak hanya berorientasi dalam jangka pendek,
namun juga dalam jangka panjang. Konsep Corporate Social Responsibility
(CSR) dinilai sebagai kunci untuk mencapai keberlanjutan perusahaan
(organisational sustainability). CSR fokus pada pemenuhan kepentingan
stakeholders yang beraneka ragam, konsekuensinya perusahaan tidak dapat hanya
fokus pada aspek finansial, namun juga sosial dan lingkungan. Penerapan CSR di
perusahaan diwujudkan dalam praktek manajemen perusahaan (sustainability
performance management practices).
Penelitian ini fokus pada dua praktek manajemen, yaitu praktek
manajemen yang fokus pada efektivitas karyawan dan proses peningkatan dan
perbaikan internal perusahaan. Hasil penelitian ini menjelaskan mengenai
bagaimana persepsi manajemen perusahaan mengenai kaitan dua praktek
manajemen tersebut terhadap kinerja keberlanjutan perusahaan. Penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriptif kualitatif dan merupakan studi kasus pada
satu perusahaan, yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah PT.Daya
Manunggal, Salatiga.
Kata Kunci : keberlanjutan perusahaan, CSR, praktek manajemen yang fokus
pada karyawan, proses peningkatan dan perbaikan internal perusahaan.
vii
KATA PENGANTAR
Dengan berkembangnya konsep sustainability di kalangan perusahaan,
telah meningkatkan kesadaran perusahaan akan pentingnya konsep CSR untuk
mencapai organisational sustainability. Konsep CSR fokus pada kepentingan
stakeholders, dan keseimbangan aspek sosial, lingkungan serta finansial.
Perusahaan mewujudkan konsep CSR ke dalam praktek manajemen perusahaan,
diharapkan dengan praktek manajemen tersebut perusahaan dapat mencapai
organisational sustainability.
Dalam penelitian ini akan menjelaskan bagaimana persepsi manajemen
terrhadap kaitan praktek manajemen yang berbasiskan konsep CSR terhadap
tercapainya organisational sustainability. Dua praktek manajemen yang menjadi
fokus penelitian ini, yaitu praktek manajemen terkait dengan efektivitas karyawan
dan proses peningkatan internal perusahaan.
Akhir kata penulis berharap bahwa melalui kertas kerja yang jauh dari
sempurna ini bisa memberikan manfaat dan sumbangan pengetahuan bagi para
pembacanya.
Salatiga, 5 Januari 2013
Penulis
viii
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan
penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas kerja ini. Penulis
menyadari bahwa selama proses penyusunan kertas kerja ini penulis mendapatkan
berbagai bantuan dan dukungan dari pihak lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dimana bantuan tersebut dirasa sangat membantu dalam
terselesaikannya kertas kerja ini. Untuk itu penulis ingin mengucapkan rasa terima
kasih kepada :
1. Tuhan Yesus Kristus atas segala kasih dan berkat-Nya.
2. Ibu Suzy Noviyanti, MM, CPA selaku dosen pembimbing atas kesediaan
dan kesabarannya untuk memberikan bantuan, bimbingan, dan masukan
kepada penulis dari proses awal hingga kertas kerja ini dapat terselesaikan.
3. Bapak Hari Sunarto, SE, MBA, PhD selaku Dekan Fakultas Ekonomika
dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
4. Bapak Usil Sis Sucahyo, SE, MBA selaku Ketua Program Studi Akuntansi
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana.
5. Bapak Marwata SE, Msi, PhD selaku wali studi yang juga telah
memberikan masukan dan saran dalam kertas kerja ini.
6. Ibu Lieli Suharti, MM, PhD yang telah memberikan masukan dan saran
dalam kertas kerja ini.
7. Ibu Like Soegiono SE, Msi yang telah memberikan masukan dan saran
atas kertas kerja ini.
8. Mba Yeterina Widi Nugrahanti, SE yang telah memberikan masukan dan
saran dalam kertas kerja ini.
9. PT. Daya Manunggal (Damatex) Salatiga Jawa Tengah.
10. Ir. Djarot Goenadi sebagai Factory Manager PT. Daya Manunggal atas
informasi dan data yang telah diberikan dalam penelitian ini.
11. Dra. Ma Dian L. Melisa sebagai KA Departemen Personalia PT. Daya
Manunggal atas bantuan dan kesabaran yang diberikan kepada penulis
ix
dalam melakukan penelitian serta atas data dan informasi yang diberikan
untuk membantu terselesaikannya kertas kerja ini.
12. Drs. Triyuni santoso sebagai KA Departemen PPC PT. Daya Manunggal
atas bantuan dan informasi yang telah diberikan.
13. Muh. Syarifuddin SE, Msi, Akt, sebagai KA Accounting PT. Daya
Manunggal.
14. Seluruh pengajar UKSW yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan,
serta seluruh civitas akademika UKSW.
15. Seluruh keluarga penulis, papah, engkong, uma, ii Lili, ii Cing, Titin,
Cynthia dan khususnya untuk mamah yang telah berada bersama Tuhan
Yesus. Terima kasih segala doa dan dukungannya hingga kertas kerja ini
dapat terselesaikan.
16. Teman-teman senasib, sepenanggungan, dan seperjuangan : Liana, Helen,
Fani, Nana, Melada, Kartika, Inggrid, Even, Sasa, Nia, Ester, Shella, Adit.
17. Seluruh teman-teman penghuni Kost Angela.
18. Serta seluruh pihak yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung,
yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Atas semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada penulis,
semoga Tuhan membalas dan memberkati kebaikan yang telah diberikan tersebut
dengan berkali-kali lipat.
x
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................................................................................ i
Surat Pernyataan Keaslian....................................................................................... ii
Halaman Persetujuan. ............................................................................................. iii
Halaman Motto....................................................................................................... iv
Abstract. ................................................................................................................... v
Saripati. .................................................................................................................. vi
Kata Pengantar. ..................................................................................................... vii
Ucapan Terima Kasih. .......................................................................................... viii
Daftar Isi................................................................................................................... x
Daftar Tabel. ......................................................................................................... xii
Daftar Lampiran. .................................................................................................. xiii
Daftar Gambar. ..................................................................................................... xiv
PENDAHULUAN. .................................................................................................. 1
TELAAH TEORITIS. ........................................................................................... 5
Organisational Sustainability Performance. ......................................................... 5
Corporate Social Responsibility. ........................................................................... 6
Teori Stakeholder. .................................................................................................. 7
Sustainability Performance Management Practices (SPMPs). ............................. 9
Process and Employee Effectiveness Practices. .................................................. 10
Internal Process Improvement Practices. ............................................................ 13
METODE PENELITIAN. ................................................................................... 15
Objek Penelitian. .................................................................................................. 15
Alat Penelitian ..................................................................................................... 16
xi
Jenis dan Sumber Data. ........................................................................................ 16
Teknik Pengumpulan dan Analisis Data. ............................................................. 17
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
Gambaran Umum Objek Penelitian. .................................................................... 18
Process and Employee Effectiveness Practices. .................................................. 22
Internal Process Improvement Practices. ............................................................ 29
Organisational Sustainability Performance (OSP). ............................................ 32
Pembahasan. ........................................................................................................ 42
PENUTUP. ............................................................................................................ 52
Kesimpulan. ......................................................................................................... 52
Implikasi Terapan. ............................................................................................... 53
Keterbatasan dan Saran untuk Penelitian Mendatang. ........................................ 53
DAFTAR PUSTAKA. .......................................................................................... 55
LAMPIRAN. ......................................................................................................... 59
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Organisational Sustainability Performance. ............................................. 6
Tabel 2 Kepentingan Stakeholders.......................................................................... 8
Tabel 3 Sustainability Performance Management Practices (SPMPs). ............... 10
Tabel 4 Persentase Perubahan Jumlah Karyawan Damatex. ................................ 23
Tabel 5 Persentase Perubahan Jumlah Anggaran Pelatihan. ................................. 26
Tabel 6 Persentase Komplain Pelanggan. ............................................................. 30
Tabel 7 Persentase Produk yang Tidak Sesuai (PTS). .......................................... 31
Tabel 8 Perubahan Anggaran Pengelolaan Limbah. ............................................. 33
Tabel 9 Penghematan Energi Tahun 2008. ........................................................... 34
Tabel 10 Persentase Perubahan Jumlah Karyawan yang Keluar. .......................... 36
Tabel 11 Jumlah Kecelakaan Kerja di Damatex. ................................................... 37
Tabel 12 Persentase Jumlah Kecelakaan Kerja di Damatex. ................................. 38
Tabel 13 Persentase Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia. ................................ 38
Tabel 14 Persentase Perubahan Jumlah Pelanggan. ............................................... 40
Tabel 15 Perubahan Penjualan ............................................................................... 41
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Pertanyaan Wawancara. .......................................................... 58
Lampiran 2 Daftar Riwayat Hidup. ........................................................................ 65
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Struktur Organisasi PT. Daya Manunggal. ........................................... 67
1
1. Pendahuluan
Saat ini sustainability merupakan aspek penting yang menjadi fokus dalam
penyusunan strategi dan pencapaian tujuan perusahaan (Sebhatu, 2009).
Sustainability merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan
saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk
memenuhi kebutuhannya (Brundtland, 1985). Dengan sustainability suatu
organisasi diharapkan mampu mempertahankan aktivitasnya tidak hanya dalam
jangka pendek namun juga dalam jangka panjang secara berkelanjutan.
Pencapaian hasil kinerja perusahaan yang berorientasi pada jangka panjang inilah
yang dimaksud dengan Organisational Sustainability Performance (OSP).
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep yang bertujuan
untuk mencapai organisational sustainability. Berdasarkan konsep CSR
perusahaan yang sustainable adalah perusahaan yang mampu memenuhi
kepentingan para stakeholder-nya (Lowe, 2010). Untuk memenuhi kepentingan
stakeholders yang beraneka ragam maka perusahaan tidak dapat berorientasi pada
profit saja, karena tidak semua stakeholders memiliki kepentingan terhadap profit
perusahaan. Oleh sebab itu dengan konsep CSR, tanggung jawab dan kegiatan
perusahaan tidak hanya terbatas pada hal yang bersifat finansial, namun
perusahaan juga dituntut untuk memperhatikan tanggung jawab sosial dan
lingkungan / triple bottom line (Widjaja dan Pratama, 2008).
Penerapan CSR diwujudkan oleh perusahaan melalui praktek manajemen
perusahaan. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mia et al (2011) praktek
manajemen yang berdasarkan konsep CSR dan fokus pada pemenuhan
2
kepentingan stakeholders disebut Sustainability Performance Management
Practices. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Berman et al (1999)
apabila perusahaan mampu menerapkan praktek manajemen yang fokus pada
pemenuhan kepentingan stakeholders akan meningkatkan dan mendukung kinerja
perusahaan tersebut. Oleh sebab itu praktek manajemen perusahaan yang
berorientasi pada stakeholder dapat mendorong tercapainya kinerja perusahaan
dalam jangka panjang (Post et al, 2002) atau organisational sustainability.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Mia
et al (2011). Dalam penelitian tersebut menguji pengaruh delapan praktek
manajemen terhadap indikator-indikator organisational sustainability dengan
menggunakan kuesioner dan uji data statistik. Sementara dalam penelitian ini
hanya akan fokus pada dua praktek manajemen, yaitu Process and Employee
Effectiviness Practices dan Internal Improvement Practices.
Praktek manajemen yang pertama yaitu process and employee
effectiveness practices. Sumber daya manusia atau karyawan merupakan salah
satu stakeholder yang penting untuk mendukung perusahaan dalam mencapai
organisational sustainability (Cohen et al 2012). Menurut Marbun (2011) dengan
pencapaian efektivitas karyawan akan menghemat waktu, tenaga, dan biaya yang
pada akhirnya akan mendukung kelangsungan perusahaan. Namun dalam Survei
“Advancing Sustainability: HR’s Role” Tahun 2011, mengenai peranan karyawan
terhadap tercapainya sustainability, hanya 6% dari sekitar lebih dari 700
perusahaan di United States yang berpendapat bahwa karyawan berpengaruh
terhadap tercapainya organisational sustainability. Selain itu saat ini masih sering
3
muncul perselisihan antara karyawan dengan perusahaan terkait masalah gaji,
kebijakan, atau kesejahteraan pekerja. Hal ini menunjukkan adanya
ketidaksesuaian antara konsep yang ada dengan kenyataan yang terjadi. Oleh
sebab itu dalam penelitian ini akan menjelaskan bagaimana proses dan efektivitas
karyawan di Damatex dan bagaimana kaitannya terhadap organisational
sustainability performance berdasarkan persepsi manajemen.
Praktek manajemen yang kedua adalah internal process improvement
practices. Peningkatan proses internal yang dimaksud adalah peningkatan maupun
perbaikan kegiatan internal perusahaan untuk mencapai kinerja perusahaan yang
lebih baik. Proses internal perusahaan meliputi jumlah produk gagal, absensi
karyawan, komplain pelanggan, meminimalisasi kecelakaan kerja (Mia et al,
2011). Menurut Maguire (2012) peningkatan proses internal perusahaan dapat
menciptakan nilai tambah bagi semua jenis dan ukuran organisasi. Process
improvement yang dilakukan perusahaan secara berkelanjutan mendukung
tercapainya organisational sustainability (Bateman dan David, 2002).
Penelitian ini merupakan studi kasus pada PT. Daya Manunggal
(Damatex) Salatiga. Damatex merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
tekstil dan didirikan sejak tahun 1961, terbukti hingga sekarang (51 tahun sejak
didirikan) Damatex dapat mempertahankan bisnisnya (sustainable) bahkan
mengalami berbagai perkembangan. Perkembangan yang terjadi meliputi bidang
produksi (awalnya hanya kain grey sekarang sudah memproduksi kain jadi),
peningkatan jumlah mesin, luas lahan serta bangunan, dan jumlah tenaga kerja
yang saat ini mencapai 2.396 orang. Kemampuan Damatex untuk tetap bertahan
4
dalam jangka panjang (sustainability) dan melakukan berbagai perkembangan
bisnisnya tersebut yang menjadi alasan mengapa Damatex digunakan sebagai
objek dalam penelitian ini.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana gambaran
perusahaan, yaitu pihak manajemen Damatex mengenai praktek manajemen yang
fokus pada karyawan dan peningkatan proses internal perusahaan serta kaitan
kedua praktek manajemen tersebut terhadap organisational sustainability.
Sehingga masalah penelitian yang akan dianalisis untuk mencapai tujuan
penelitian tersebut, meliputi :
1. Bagaimana persepsi manajemen mengenai process and employee
effectiveness practices dan kaitannya dengan OSP?
2. Bagaimana persepsi manajemen mengenai internal process improvement
practices dan kaitannya dengan OSP?
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman, baik secara
teori maupun praktek dari organisational sustainability, serta mampu menjelaskan
mengenai pentingnya organisational sustainability performance yang dicapai
melalui praktek manajemen kinerja yang berbasis CSR dan fokus terhadap
stakeholders, khususnya praktek manajemen yang fokus pada karyawan dan
peningkatan proses internal perusahaan bagi tercapainya keberlanjutan perusahaan
atau organisational sustainability.
5
2. Telaah Teoritis
2.1 Organisational Sustainability Performance
Bagi perusahaan konsep Sustainability adalah “different things to different
people” (A Research Report by SHRM, BSR and Aurosoorya, 2011). Artinya
untuk menjaga eksistensi perusahaan dalam jangka panjang, perusahaan
diharapkan mampu memenuhi berbagai kepentingan dari berbagai pihak. Pihak
yang dimaksud disini adalah para stakeholders, baik yang berhubungan secara
langsung maupun tidak langsung dengan perusahaan. Dengan konsep
sustainability maka tujuan perusahaan adalah untuk memenuhi kebutuhan
stakeholders, dan bersamaan dengan itu perusahaan juga menjaga, mendukung,
dan berupaya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat sosial dan kelestarian
lingkungan dalam jangka panjang (Psilou, 2011).
Persepsi perusahaan terhadap Organisational Sustainability telah
mengalami pergeseran dari “apakah” organisational sustainability diperlukan
menjadi “bagaimana” cara untuk mencapai organisational sustainability. Bahkan
Patrick Cescau selaku Chief Executive dari Unilever mengungkapkan bahwa CSR
dan Organisational Sustainability tidak hanya menjadi masalah utama, namun
akan menjadi masalah yang kritis bagi perusahaan, bagaimana respon perusahaan
terhadap hal tersebut akan menentukan keberhasilan atau kegagalan perusahaan di
masa yang akan datang. Dengan demikian Organisational Sustainability
Performance merupakan pencapaian kinerja perusahaan baik dalam aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan agar perusahaan mampu bertahan dan semakin
berkembang dalam jangka waktu yang panjang.
6
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mia et al (2011)
Organisational Sustainability Performance dibagi menjadi tujuh indikator kinerja,
yang dijelaskan pada tabel 11 berikut :
Tabel 1
Organisational Sustainability Performance
Organisational Sustainability
Performance Indicators
Empiric Indicators
1) Environmental performance (EP) Biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
limbah dan penghematan energi
2) Employee value performance
(EVP)
Memenuhi kesejahteraan karyawan, relasi di
tempat kerja, kepuasan karyawan, kesehatan
dan keselamatan karyawan yang terjamin,
3) Customer value performance
(CVP)
Kepuasan pelanggan terhadap barang dan
jasa, kualitas produk
4) Social responsibility performance
( SRP) Sumbangan ke komunitas, dan sponsorship
5) New product development
performance (NPDP)
Waktu untuk memasarkan produk baru,
penelitian dan pengembangan produk baru,
Produk baru yang sukses dipasarkan
6) Information capital effectiveness
performance (ICEP)
Efektivitas penggunaan teknologi (e-
commerce), pengungkapan informasi secara
online.
7) Financial performance (FP) Penjualan produk perusahaan
Sumber : Mia et al, 2011
2.2 Corporate Social Responsibility (CSR)
Berdasarkan konsep CSR terjadi perubahan sikap terhadap fokus
perusahaan, yang saat ini lebih menyoroti pada kepentingan para stakeholders
(Suharti dan Donafin, 2007). Ada banyak definisi mengenai CSR yang
dikemukakan oleh berbagai pihak, namun masih belum ada definisi resmi
mengenai CSR. Dalam penelitian ini mengambil definisi CSR menurut World
Bussiness Council for Sustainable Development : CSR merupakan komitmen
7
perusahaan untuk secara terus menerus berkontribusi terhadap pembangunan
ekonomi yang berkelanjutan (sustainability), sembari meningkatkan kualitas
hidup karyawan dan keluarganya, serta masyarakat setempat maupun masyarakat
luas. Tujuan utama penerapan CSR adalah untuk mencapai sustainabilty.
Untuk memenuhi kepentingan stakeholders yang beranekaragam maka
CSR fokus pada tiga aspek (triple bottom line), yaitu keseimbangan antara aspek
ekonomi (profit), masyarakat sosial (people), dan lingkungan (planet). Dengan
konsep triple bottom line tersebut maka tanggung jawab perusahaan tidak hanya
pada keuntungan perusahaan saja namun juga terhadap keberlanjutan lingkungan
hidup serta kesejahteraan manusia dan masyarakat (Suharti, Donafin, 2007). Inti
dari konsep CSR adalah perusahaan tidak hanya berpikir untuk mencari profit,
namun juga mau berkomitmen menyisihkan sebagian dari keuntungannya untuk
kegiatan sosial dan pelestarian lingkungan, sehingga tercapai keseimbangan tiga
aspek dalam triple bottom line.
2.3 Teori Stakeholder
Konsep CSR fokus pada pemenuhan kepentingan para stakeholders,
karena stakeholders dianggap memiliki peranan penting dalam menentukan
reputasi dan keberlanjutan perusahaan. Berikut definisi stakeholders menurut
Freeman, yang dikenal sebagai “father of stakeholder concept” :
Pengertian secara luas : Setiap kelompok atau individu yang dapat
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi
(Freeman,1984).
8
Pengertian secara sempit : Kelompok atau individu yang sangat penting bagi
kelangsungan organisasi (Freeman, 2004).
Teori stakeholder memiliki prinsip bahwa setiap tujuan yang ingin dicapai
oleh perusahaan harus didasarkan pada keseimbangan dari tuntutan dan
kepentingan stakeholders yang beraneka ragam dalam suatu organisasi (Ansoff,
1965). Inti dari teori stakeholder mengacu pada keseimbangan antara tujuan yang
dicapai oleh perusahaan dengan tanggung jawab perusahaan kepada stakeholders.
Namun untuk mencapai hal tersebut tentu tidak mudah, karena terkadang ada
kepentingan antar stakeholders yang saling bertentangan satu sama lain.
Menjadi tanggung jawab pihak manajemen perusahaan untuk menerapkan
praktek manajemen yang mampu menjaga keseimbangan antar kepentingan para
stakeholders. Ketika hubungan antar stakeholders menjadi tidak seimbang maka
akan membahayakan bagi kelangsungan perusahaan (Freeman, 2004). Berikut ini
merupakan tabel yang menunjukkan kelompok stakeholder, dan masing-masing
kepentingannya, serta indikator yang mengukur kinerja perusahaan dari sudut
pandang masing-masing stakeholder :
Tabel 2
Kepentingan Stakeholders
Stakeholder Kontribusi Kepentingan Indikator
Pengukuran
Kinerja
Pemilik Modal Keuntungan
finansial yang
sepadan dengan
resiko yang telah
diambil
Return on asset
(ROA), laba operasi,
pertumbuhan
penjualan
Pelanggan Komitmen
untuk tetap
Nilai dan kualitas
pelayanan
Ketepatan waktu
pengiriman, jumlah
9
membeli produk keluhan, pelayanan
pelanggan, garansi
produk
Masyarakat
Sosial
Menerima (tidak
menentang)
aktivitas
perusahaan
Kepatuhan
terhadap hukum
dan menjadi
perusahaan yang
sosial
Pengungkapan CSR,
sumbangan yang
diberikan kepada
masyarakat sosial,
dan lingkungan
Karyawan Usaha,
keterampilan,
motivasi dan
komitmen pada
perusahaan
Gaji dan manfaat
yang kompetitif,
keamanan dan
lingkungan kerja
yang sesuai dengan
harapan, perlakuan
yang adil dan etis
Tingkat keluarnya
karyawan, kepuasan
karyawan, jumlah
kecelakaan kerja,
kegagalan produk,
dan produk baru
Suplier atau
kreditur
Komitmen
untuk
menyediakan
modal dan input
Keuntungan
finansial
Return on asset
(ROA), laba operasi,
pertumbuhan
penjualan
Sumber : Atkinson, et al (dalam Mia et al, 2011)
2.4 Sustainability Performance Management Practices
Berdasarkan teori stakeholder perusahaan harus mampu menjaga
keseimbangan antar berbagai kepentingan stakeholder. Untuk mencapai hal
tersebut tentunya diperlukan manajemen kinerja perusahaan yang mampu
mengidentifikasi kepentingan tiap stakeholders, serta menerapkannya ke dalam
praktek dan kegiatan perusahaan atau organisasi (Mia et al, 2011). Praktek
manajemen yang fokus pada stakeholders untuk mencapai organisational
sustainability inilah yang disebut dengan Sustainability Performance
Management Practices (SPMPs).
SPMPs meliputi mengenai bagaimana perusahaaan mengidentifikasi, me-
manage, dan mengukur praktek-praktek manajemen agar mampu mencapai
sustainability (Mia et al, 2011). Sesuai konsep triple bottom line maka SPMPs
10
tidak hanya meliputi aspek ekonomi atau finansial perusahaan saja, namun juga
aspek lingkungan dan sosial. Dengan demikian SPMPs menjamin bahwa
organisasi mampu mencapai kinerja perusahaan yang berkelanjutan dan
memperoleh keuntungan bisnis yang maksimum.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mia, et al. (2011) SPMPs dibagi
menjadi delapan praktek manajemen, namun dalam penelitian ini akan fokus pada
dua praktek manajemen yaitu : process and employee effectiveness practices dan
internal process improvement practices.
Tabel 3
Sustainability Performance Management Practices
No Sustainability Performance Management Practices
1 Environmental management practices (EMP)
2 Social responsibility practices (SRP)
3 Process and Employee Effectiveness Practices (PEEP)
4 Customer focus practices (CFP)
5 Product innovation practices (PIP)
6 Internal process improvement practices (IPIP)
7 Profitability and cash flow improvement practice (PCFIP)
8 Capital Utilisation Management Practice (CUMP)
Sumber : Mia et al (2011)
2.5 Process and Employee Effectiveness Practices
Sumber daya manusia / karyawan merupakan salah satu stakeholder yang
berperan penting untuk mendukung tercapainya organisational sustainability
(Cohen et al, 2012). Hal ini juga didukung oleh pendapat Lowe (2010) yang
menyatakan bahwa kunci utama untuk mencapai organisational sustainability
adalah integritas dan komitmen dari seluruh anggota perusahaan, baik manajer
11
maupun pekerja untuk menerapkan praktek CSR dalam setiap aktivitas maupun
pengambilan keputusan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mia, et al. (2011) process and
employee effectivenes practices dapat mempengaruhi dua indikator organisational
sustainability, yaitu kinerja nilai pelanggan dan nilai karyawan. Selain itu
karyawan juga berperan terhadap kinerja lingkungan yang dijelaskan dalam
Report Advancing Sustainability: HR’s Role (2011), hal ini terkait dengan
penghematan sumber daya dan energi yang dilakukan oleh karyawan.
Dalam penelitian ini praktek manajemen yang fokus pada efektivitas
karyawan akan mengacu pada pendapat Porter dan Carmer (2006) dan Mia et al.
(2011) yang meliputi :
Proses perekrutan karyawan
Rekrutmen merupakan faktor penting untuk mendukung dalam efektivitas
karyawan dan keberhasilan suatu organisasi. Pemilihan karyawan yang
berkualitas dan berkompeten sesuai bidangnya serta mampu bekerja dengan
optimal dan efektif akan membantu peningkatan kinerja perusahaan dan
kepuasan pelanggan (Cohen dan Taylor, 2012).
Pelatihan dan pengembangan karyawan
Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan kemampuan pekerja merupakan
hal yang krusial bagi organisasi (Cohen dan Taylor, 2012). Melalui
pelatihan tersebut akan membantu meningkatkan kualitas dan efektivitas
karyawan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
Kesejahteraan karyawan
12
Perusahaan perlu menerapkan fasilitas dan kebijakan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan maupun kepuasan karyawan, baik terkait
masalah gaji, cuti, tunjangan dan lain-lain. Kesejahteraan yang terjamin
akan membuat karyawan lebih termotivasi dalam bekerja, memiliki moral
kerja yang baik, loyal terhadap perusahaan, dan dapat bekerja dengan efektif
dan efisien (Matzler, Fuchs, Schubert, 2004).
Kesehatan dan keselamatan kerja bagi karyawan (K3)
Menjadi tanggung jawab perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja
yang bebas dari ancaman bahaya maupun penyakit (Quartey dan Puplampu,
2012). Tentunya karyawan akan lebih bekerja secara maksimal bila dalam
lingkungan kerja yang aman dan sehat.
Relasi di tempat kerja
Di tempat kerja karyawan tidak bekerja sendiri, namun memerlukan kerja
sama dengan karyawan yang lain. Mau tidak mau karyawan harus
berhubungan dengan karyawan yang lain, baik atasan maupun bawahannya
(Hardjana, 1994). Dalam pelaksanaan tujuan dan strategi perusahaan,
khususnya untuk mencapai sustainability tidak hanya dijalankan oleh
sebagian karyawan atau pihak manajemen perusahaan, melainkan
merupakan hasil kerja sama dari seluruh karyawan. Relasi yang tidak
harmonis antar karyawan akan berpotensi memunculkan konflik atau
perselisihan antar karyawan yang dapat menghambat kegiatan di
perusahaan. Oleh sebab itu bagaimana perusahaan menciptakan relasi yang
baik antar pekerja dan minimalisasi konflik antar karyawan penting bagi
13
keberlanjutan perusahaan, karena pencapaian organisational sustainability
memerlukan kerja sama dari seluruh anggota organisasi.
2.6 Internal process improvement practices.
Tujuan utama dari process improvement adalah untuk mengidentifikasi
dan meningkatkan proses atau aktivitas perusahaan, dengan fokus pada
ketidaksesuaian dan kelemahan kinerja perusahaan, kemudian menganalisis dan
mencari solusi atas kelemahan tersebut untuk rekomendasi perbaikan proses
internal perusahaan (Maguire, 2012 : 56). Process improvement terdiri dari 4
aktivitas, yaitu plan (perencanaan dan target perusahaan), do (melaksanakan
rencana yang sudah ditetapkan), check (membandingkan realisasi dengan target),
dan action (langkah perbaikan dan peningkatan kinerja (Page, 2010).
Perusahaan tidak dapat mencapai sustainability apabila perusahaan tidak
dapat mengidentifikasi dan mengatasi kelemahannya. Dengan proses
improvement dapat membantu perusahaan untuk memenuhi keinginan pelanggan,
mengurangi kesalahan dan kegagalan yang terjadi, dan lebih fleksibel terhadap
perubahan bisnis (Page, 2010). Hal tersebut tentunya akan meningkatkan kinerja
dan tingkat kompetitif perusahaan, namun peningkatan dan perbaikan tersebut
harus dilakukan secara berkelanjutan agar tercapai organisational sustainability
(Bateman dan David, 2002). Internal process improvement practices dalam
penelitian ini mengacu pada penelitian Mia et al (2011), yang meliputi :
Mengurangi jumlah komplain pelanggan
Jumlah komplain pelanggan menunjukkan ketidakpuasan pelanggan
terhadap produk atau pelayanan perusahaan. Untuk mempertahankan bisnis
14
dalam jangka panjang komplain / ketidakpuasan pelanggan harus menjadi
prioritas utama (Barwise dan Meehan, 2011). Oleh sebab itu perusahaan
berupaya menurunkan jumlah komplain pelanggan guna meningkatkan nilai
dan kepuasan pelanggan.
Mengurangi insiden terjadinya produk cacat / gagal
Perusahaan yang memiliki produktivitas yang efektif akan menghasilkan
produk cacat dalam jumlah yang kecil atau bahkan tidak ada. Jumlah produk
cacat juga menunjukkan seberapa efektif pengendalian kualitas produk yang
dilakukan oleh perusahaan. Oleh sebab itu penting bagi perusahaan untuk
menekan jumlah produk cacat untuk mencapai dan mempertahankan
sustainability perusahaan.
Meniadakan atau mengurangi insiden kecelakaan kerja
Tingkat kecelakaan kerja yang tinggi dapat menjadi ancaman serius bagi
perusahaan, karena adanya karyawan yang menjadi korban, munculnya
biaya tambahan, waktu yang terbuang apabila proses produksi terhenti, dan
reputasi perusahaan akan diragukan dalam menjamin keselamatan
karyawannya (Hansen, 1988). Oleh sebab itu dengan menekan tingkat
kecelakaan kerja perusahaan bisa menghemat biaya, tidak ada karyawan
yang menjadi korban, reputasi dan kelangsungan perusahaan terjamin.
Mengurangi tingkat absensi karyawan
Bagaimana perusahaan dapat mengontrol tingkat absensi karyawannya
merupakan hal yang penting karena tingkat absensi dapat mempengaruhi
produktivitas perusahaan (Gaudine dan Saks, 2001).
15
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sim dan Kilough (1998) bagi perusahaan
manufaktur dengan menerapkan strategi perusahaan terkait internal process
improvement akan meningkatkan kinerja lingkungan, keuangan, dan pelanggan.
Dengan melakukan perbaikan proses internal artinya perusahaan berupaya
menghilangkan faktor-faktor yang menyebabkan pemborosan bagi perusahaan
(Bateman dan David, 2002). Oleh sebab itu pengaruh internal process
improvement terhadap kinerja lingkungan berkaitan dengan penghematan energi,
kemudian dengan meningkatkan kualitas produk, mengurangi produk gagal,
mengurangi jumlah komplain pelanggan, yang akan berpengaruh pada kepuasan
pelanggan dan akhirnya dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk meneliti bagaimana persepsi perusahaan
mengenai process and employee effectiveness practices dan internal process
improvement serta kaitannya terhadap organisational sustainability performance.
Oleh sebab itu untuk mendapatkan informasi secara mendalam mengenai persepsi
perusahaan tersebut maka penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif, sehingga data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer.
Data primer diperoleh langsung dari narasumber dengan melakukan wawancara
(depth interviews) agar dapat diperoleh informasi yang lebih mendalam mengenai
persepsi dari pihak manajemen perusahaan.
3.1 Objek Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kasus pada PT. Daya Manunggal, Salatiga.
Penelitian ini mengambil satu objek penelitian karena diharapkan dengan fokus
16
pada satu perusahaan penelitian bisa dilakukan secara lebih mendalam dan
mendapatkan hasil yang maksimal, yang tidak dijelaskan secara statistik namun
menurut persepsi dari pihak manajemen perusahaan. Wawancara akan dilakukan
dengan manajemen dari masing-masing bagian dan manajemen puncak
perusahaan. Pihak manajemen perusahaan merupakan pihak yang bertanggung
jawab terkait dengan praktek manajemen perusahaan, terutama manajemen
puncak berperan dalam menjaga kinerja organisasi atau perusahaan, termasuk
menyeimbangkan berbagai konflik kepentingan stakeholders (Freeman, 2004).
Pihak manajemen yang akan menjadi narasumber dalam penelitian ini meliputi :
Manajer Personalia atau Sumber Daya Manusia, Manajer bagian Accounting,
Manajer bagian Planning Product Control (PPC), Manajer Manajer Puncak
(Factory Manager).
3.2 Alat Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan daftar pertanyaan yang akan menjadi
alat bantu dalam melakukan wawancara. Daftar pertanyaan tersebut akan
diserahkan kepada pihak manajemen perusahaan sebelum wawancara dan
digunakan pada saat wawancara berlangsung, sebagai pedoman pada saat
melakukan tanya jawab. Selain itu selama melakukan wawancara juga
menggunakan alat bantu berupa rekaman audio dari wawancara yang dilakukan.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, dimana data tersebut
diperoleh langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini sumber data diperoleh
dari PT. Daya Manunggal Salatiga. Data diperoleh dari wawancara yang
17
dilakukan serta data atau dokumen yang mendukung pendapat pihak manajemen
tersebut.
3.4 Teknik Pengumpulan dan Analisis Data
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung kepada pihak
manajemen, yang dilakukan secara perorangan dengan pihak manajemen agar
dapat mengumpulkan informasi secara lebih intensif. Wawancara dilakukan
secara terstruktur dan terbuka, karena dalam sebelum melakukan wawancara telah
disiapkan pertanyaan tertulis yang ingin ditanyakan, dan dijadikan pedoman
dalam proses wawancara.
Langkah-langkah dalam melakukan analisis data, yaitu:
a. Menyiapkan daftar pertanyaan sesuai dengan indikator empiris dari dua
praktek manajemen dan tujuh kinerja OSP.
b. Memberikan pertanyaan tersebut kepada pihak manajemen sebelum
dilakukan wawancara, agar pihak manajemen dapat mempersiapkan data
pendukung untuk mendukung jawaban atau pendapat yang dinyatakan pada
saat wawancara.
c. Melakukan proses tanya jawab dengan pihak manajemen, yang disertai
dengan data-data pendukung pendapat manajemen tersebut. Selama
melakukan wawancara dengan masing-masing manajer juga dilakukan
kroscek antara jawaban masing-masing manajer, apakah jawaban yang
diberikan sesuai dengan pernyataan manajer yang lainnya.
18
d. Melakukan analisis dari jawaban yang diberikan oleh manajemen atas
pertanyaan yang diajukan, yang disesuaikan dengan data pendukung dan
penelitian terdahulu.
e. Menjelaskan kaitan antara praktek manajemen process and effectiveness
employee dan internal process improvement.
4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
PT. Daya Manunggal Tekstil atau PT. Damatex didirikan pada tanggal 17
Februari 1961, berlokasi di Jalan Argobusono no.1 Kelurahan Lodok Kecamatan
Argomulyo, Kota Salatiga. Pendirian perusahaan ini diprakarsai oleh Bapak Musa
dan Bapak The Nien King dengan modal awal Rp. 10.000.000, dan perusahaan ini
merupakan salah satu cabang perusahaan yang tergabung dalam Argo Manunggal
Group yang berkantor pusat di Jakarta. Damatex mulai berproduksi pada tahun
1962, dengan hasil produksinya berupa kain grey (kain mentah). Pada awalnya
Damatex hanya memiliki 200 unit mesin konvensional untuk proses produksinya,
yang dibantu oleh 150 orang tenaga kerja, dan dengan luas lahan sekitar 2 ha.
Tujuan dari pendirian PT. Daya Manunggal, antara lain :
1. Mendapatkan keuntungan
2. Untuk membantu pemerintah menyediakan lapangan pekerjaan
3. Untuk membantu pemerintah dalam penyedian bahan sandang
4. Untuk membantu pemerintah dalam peningkatan eksport non migas
Dengan adanya perkembangan dan kemajuan usaha yang cukup pesat maka
proses produksi juga semakin meningkat, hasil produksinya tidak lagi hanya
19
berupa kain grey (kain mentah) saja, namun kain grey tersebut akan diproses lagi
hingga menjadi kain jadi. Perkembangan proses produksi juga berdampak pada
peningkatan fasilitas dan tenaga kerja yang diperlukan. Oleh sebab itu saat ini luas
lahan pabrik telah mencapai 349.725 m2, luas bangunan 79.194,01 m
2, dengan
jumlah tenaga kerja sebesar 2.396 orang (November 2012).
Kegiatan produksi di Damatex berjalan ketika ada pesanan atau
berdasarkan job order. Hampir seluruh hasil produksi Damatex dieksport ke luar
negeri, yaitu sekitar 80 % sementara sisanya 20% dipasarkan di dalam negeri.
Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor, antara lain : Argentina, Australia,
Bahrain, Bangladesh, China, Jerman, Hongkong, Italy, Jepang, Korea Selatan,
Kuwait, Laos, Malaysia, Philphines, Saudi Arabia, Singapore, Afrika Selatan, Sri
Langka, Thailand, Vietnam, dan Yunan. PT. Daya Manunggal memiliki tiga
departemen yang mendukung proses produksinya, yaitu :
a. Departemen Spinning
Proses produksi pada departemen spinning adalah pemintalan kapas atau
polyester menjadi benang.
b. Departemen Weaving
Proses produksi pada departemen weaving adalah penenunan benang
menjadi kain grey.
c. Departemen Processing
Departemen Processing merupakan departemen yang memproses kain
grey sehinga menjadi kain jadi dan siap dikirim.
d. Departemen Teknik
20
Departemen ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :
Laborat, pembuatan resep warna untuk departemen processing,
serta penentuan standart syarat proses kain grey hingga kain jadi
sampai finishing.
Quality control, meneliti kualitas dari resep yang dibuat.
Engraving, bagian yang memproses desain hingga bentuk sampel
maupun screen.
Penerapan CSR di Damatex sebenarnya sudah dilakukan sejak perusahaan
berdiri, seperti kepedulian terhadap lingkungan, karyawan, dan masyarakat
sekitar. Namun secara resmi bahwa kegiatan tersebut dikategorikan sebagai CSR,
yaitu pada tahun 2007 (tahun diterapkannya UU no. 40 tahun 2007). CSR dalam
struktur perusahaan dimasukan dalam bagian personalia, sehingga bagian
personalia yang bertanggung jawab atas kegiatan CSR di Damatex. Meskipun
penerapan CSR tersebut belum terprogram secara khusus, dalam arti belum ada
bagian khusus untuk CSR, namun berbagai kegiatan yang terkait dengan
kepedulian terhadap lingkungan dan sosial telah menjadi agenda rutin bagi
perusahaan. Berikut beberapa contoh praktik CSR yang dilakukan oleh
perusahaan :
1. Bidang pendidikan :
Menerima kunjungan industri bagi sekolah yang ingin melakukan
kunjungan, dengan memfasilitasi transportasi antar jemput dari
sekolah ke Damatex, serta memberikan materi dan penjelasan
terkait dengan Damatex dan dunia industri.
21
Menerima praktek kerja industri dari berbagai Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK).
Beberapa staff dari Damatex menjadi pengurus di SMK industri,
untuk membantu memberikan pengajaran dan melakukan evaluasi
terkait dengan bidang industri bagi para siswa.
2. Kegiatan lingkungan :
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan lingkungan, contoh :
penanaman pohon, kegiatan bersih-bersih lingkungan.
Menyediakan bak penampungan air yang digunakan oleh warga
sekitar.
Melakukan praktek penghematan energi “Off We Go”
Mengalirkan air ke mushola sekitar wilayah Damatex.
Unit pengelelolaan limbah.
3. Kesejahteraan karyawan :
Membentuk serikat pekerja yang bertujuan untuk kesejahteraan
karyawan, dan menampung opini para pekerja.
Memberikan fasilitas yang memadai bagi karyawan, tunjangan,
THR.
Melakukan pelatihan dan pembinaan bagi karyawan.
4. Pelanggan
Menerapkan kebijakan mutu yang mengutamakan pada kepuasan
pelanggan dan kualitas produk
22
Dengan adanya ISO 9001 : 2008 menunjukkan salah satu jaminan
perusahaan akan kepuasan pelanggan.
4.2 Process and Employee Effectiveness Practices
Salah satu sumber keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan
kinerja yang tinggi adalah tenaga kerja yang berkualitas dan mempunyai
efektivitas kerja yang memadai (Wijayanti, 2008). Dalam penelitian (Joyner dan
Payne, 2002) process and employee effectiveness practices meliputi perekrutan,
pengembangan, kepuasan, kinerja, retensi, dan kesejahteraan karyawan. Process
and employee effectiveness practice merupakan bagaimana cara perusahaan untuk
mendapatkan, mengembangkan, memelihara, dan mempertahankan sumber daya
manusia yang berkualitas agar tercapai organisational sustainability performance.
Menurut sudut pandang Damatex kualitas dan kuantitas hasil produksi
suatu perusahaan tidak hanya tergantung pada kecanggihan mesin, namun sumber
daya manusia juga memegang peranan yang sangat penting. Sebagian besar
karyawan Damatex merupakan karyawan tetap (sekitar 80%) dan sisanya
merupakan karyawan kontrak. Di Damatex sama sekali tidak menggunakan sistem
outsourcing, perusahaan lebih memilih menggunakan sistem kontrak dalam
jangka waktu tertentu bagi karyawan baru. Berikut ini merupakan data terkait
persentase perubahan jumlah karyawan dari tahun 2007 hingga tahun 2011 :
23
Tabel 4
Persentase Perubahan Jumlah Karyawan Damatex
Tahun Persentase
2007-2008 Menurun sebesar 6,12%
2008-2009 Menurun sebesar 4,21%
2009-2010 Menurun sebesar 4,72%
2010-2011 Menurun sebesar 3,8%
Sumber : Data primer Damatex (2007-2011)
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah karyawan dari
tahun ke tahun. Perusahaan tentunya berupaya untuk melakukan efektivitas dan
efisiensi tenaga kerja sehingga perusahaan lebih mementingkan kualitas tenaga
kerja daripada kuantitas tenaga kerja yang banyak namun tidak berkualitas.
Menurut manajer personalia Penurunan yang terjadi dari tahun 2007-2011
dikarenakan upaya perusahaan untuk melakukan efektivitas dalam hal jumlah
karyawan. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan kepala departemen PPC yang
menyatakan “Bahwa dengan kecanggihan teknologi jumlah dan mesin yang
digunakan maka tenaga kerja yang digunakan akan semakin berkurang (semakin
efisien).” Namun hal tersebut bukan berarti perusahaan melakukan pemutusan
hubungan kerja secara sepihak pada karyawannya, karena untuk memberhentikan
karyawan tidak bisa sembarangan ada regulasinya yang diatur dalam perjanjian
kerja bersama (PKB).
Untuk alasan karyawan berhenti bekerja umumnya karena faktor usia yang
sudah purna usia, pensiun dini, atau berhenti atas kemauan sendiri. Dengan
pensiun dini perusahaan memberikan tawaran kepada karyawan yang belum
seharusnya mencapai usia purna untuk keluar dari perusahaan, dan memang
24
kebanyakan dari karyawan keluar dari Damatex dikarenakan pensiun dini, tanpa
adanya paksaan dari pihak perusahaan.
Dalam penelitian ini indikator dari process and employee effectiveness
practices, meliputi proses dan perekrutan karyawan, pelatihan dan pengembangan
karyawan, kesejahteraan karyawan, kesehatan dan keselamatan kerja karyawan
(K3), hubungan di tempat kerja. Sebelum menjelaskan mengenai process and
employee effectiveness practices dan kaitannya terhadap indikator OSP
(Sustainability Performance Indicators), berikut merupakan penjabaran mengenai
bagaimana penerapan praktek manajemen yang terkait dengan process and
employee effectiveness di Damatex :
a. Proses Perekrutan Karyawan
Untuk mencapai efektivitas dan kinerja karyawan yang tinggi, perusahaan
perlu mendapatkan tenaga kerja yang memiliki keahlian dan keterampilan
sesuai dengan tugas dan tanggung jawab pekerjaannya (Sari, 2009). Oleh
sebab itu merekrut tenaga kerja yang berkualitas merupakan hal yang penting
dalam mendukung efektivitas kerja karyawan. Di Damatex sistem perekrutan
karyawan sama sekali tidak menggunakan sistem outsourcing, karena
diharapkan dengan melakukan proses penyeleksian dan perekrutan dari awal
hingga akhir yang dilakukan oleh perusahaan sendiri, dapat diperoleh
karyawan yang benar-benar berkualitas. Selain itu alasan Damatex tidak
menggunakan sistem outsourcing adalah kesadaran perusahaan bahwa
sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting bagi perusahaan,
sehingga Damatex berupaya untuk mengutamakan kesejahteraan serta
25
pemenuhan hak karyawan yang merupakan tanggung jawab utama
perusahaan.
“Proses perekrutan tenaga kerja pada Damatex umumnya dilakukan
berdasarkan permintaan dari masing-masing departemen kepada departemen
personalia, yang disertai dengan kualifikasi (job qualification) terkait dengan
tenaga kerja yang dibutuhkan oleh departemen bersangkutan.” Hal tersebut
merupakan pernyataan manajemen mengenai bagaimana awal dari proses
perekrutan. Tahap-tahap perekrutan karyawan dimulai dari penerimaan
lamaran yang disesuaikan dengan job qualification, kemudian seleksi yang
meliputi beberapa test terkait dengan skill calon karyawan, wawancara dan
test kesehatan. Perekrutan tersebut mempertimbangkan hal-hal seperti :
tingkat pendidikan, kualitas, dan kualifikasi calon pekerja. Diharapkan
dengan proses rekruitmen yang terstruktur dan selektif tersebut perusahaan
dapat memperoleh tenaga kerja yang berkualitas.
b. Pelatihan dan Pengembangan Karyawan
Karyawan yang berkualitas merupakan modal intelektual yang sangat
penting bagi perusahaan guna mempertahankan kelangsungan dan mencapai
keunggulan perusahaan (Djajendra, 2011). Untuk meningkatkan kualitas
karyawan, Damatex melakukan program pengembangan dan pelatihan
karyawan secara berkala. Program pelatihan karyawan yang dilakukan
perusahaan tidak hanya dari dalam perusahaan, namun Damatex juga
mendatangkan trainner dari luar perusahaan. Berikut data mengenai budget
26
perusahaan untuk pengembangan dan pelatihan karyawan dari tahun 2007-
2011 :
Tabel 5
Persentase Perubahan Jumlah Anggaran Pelatihan Karyawan
Tahun Persentase perubahan anggaran
2007-2008 Meningkat 80%
2008-2009 Menurun sebesar 16%
2009-2010 Meningkat sebesar 43%
2010-2011 Meningkat sebesar 67%
Sumber : Data primer Damatex (2007-2011)
Dari data tersebut merupakan bukti bahwa Damatex telah melakukan
pelatihan dan pengembangan bagi karyawannya. Dapat disimpulkan, dari
tahun 2007-2011 anggaran untuk pelatihan karyawan secara relatif
mengalami kenaikan, kecuali pada tahun 2008-2009. Pihak manajemen
menyatakan penurunan pada tahun 2008-2009 terjadi karena kondisi ekonomi
makro yang kurang stabil, termasuk dalam bidang industri tekstil, sehingga
perusahaan mengurangi anggaran pelatihan karyawan untuk tahun tersebut.
Damatex berupaya untuk terus meningkatkan efektivitas karyawan dengan
melakukan investasi pada pelatihan dan pengembangan karyawannya.
Menurut manajer personalia Damatex pelatihan dan pengembangan karyawan
merupakan suatu investasi bagi perusahaan untuk mencapai efektivitas
kinerja karyawan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Bontis dan Fitz-enz (2002) yang menyatakan bahwa human capital
investment yang berupa anggaran dan biaya yang dikeluarkan untuk pelatihan
27
dan pengembangan karyawan, merupakan faktor yang mendukung
tercapainya effective human capital management.
c. Kesejahteraan karyawan
Rasa senang, aman, dan nyaman karyawan dalam bekerja tidak hanya dari
gaji yang diterima, namun juga ditunjang oleh sejauh mana perusahaan
memperhatikan tingkat kesejahteraan karyawannya. Kesejahteraan karyawan
dapat menjadi faktor yang menentukan kinerja karyawan (Wijayanti, 2008).
Perusahaan tidak dapat hanya menuntut kinerja tinggi dari pekerja, namun
juga perlu memperhatikan hak-hak asasi dan fasilitas yang memadai demi
kesejahteraan karyawan, cara yang dilakukan Damatex untuk meningkatkan
kesejahteraan karyawan, antara lain:
Adanya serikat pekerja yang berfungsi sebagai penyalur aspirasi
karyawan, membantu menyelesaikan permasalahan, mengembangkan
keterampilan, serta melindungi hak dan kepentingan karyawan.
Sehingga ketika karyawan merasa tidak puas atau ingin memberikan
opininya kepada perusahaan maka mereka dapat menyampaikan hal
tersebut ke serikat pekerja, yang kemudian akan disampaikan kepada
perusahaan.
Memberikan fasilitas kerja yang memadai
Berbagai fasilitas yang diberikan perusahaan kepada karyawan, antara
lain : jaminan kesehatan, tunjangan, cuti dan dispensasi, fasilitas
rekreasi bersama, fasilitas di bidang olahraga, tempat ibadah,
transportasi, perpustakaan, kredit perumahan atau asrama bagi
28
karyawan yang tidak memiliki tempat tinggal. Diharapkan dengan
fasilitas tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan karyawan serta
memotivasi karyawan untuk bekerja dengan optimal.
d. Kesehatan dan keselamatan kerja karyawan (K3).
Program kesehatan keselamatan kerja (K3) bertujuan untuk menjamin
keselamatan karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Damatex merupakan
industri tekstil yang meliputi proses produksi dan penggunaan mesin dan alat
berat, sehingga rawan terhadap terjadinya kecelakaan kerja. Mengingat
pentingnya hal tersebut maka Damatex membentuk Panitia Pembina
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (P2K3) untuk melakukan pembinaan
program K3 kepada karyawan agar tercapai lingkungan kerja yang aman dan
nyaman serta meningkatkan kesadaran karyawan akan pentingnya K3.
Karyawan yang bekerja dalam perlindungan dan rasa nyaman tentunya dapat
bekerja dengan lebih optimal. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Lestari (2007) yang menunjukkan pengaruh positif antara K3
dengan peningkatan produktivitas karyawan.
e. Relasi di tempat kerja
Untuk mencapai organisational sustainability tentunya diperlukan kerja
sama oleh seluruh anggota perusahaan, bagaimana membangun relasi dan
hubungan yang baik di lingkungan perusahaan merupakan faktor yang
penting untuk diperhatikan. Bagi Damatex relasi di tempat kerja merupakan
aspek yang kelihatannya sederhana namun sebenarnya membawa pengaruh
yang besar bagi kinerja karyawan.
29
Di Damatex penciptaan hubungan kerja yang baik didasari dengan prinsip
kekeluargaan dan kesetaraan, tidak ada sama sekali perbedaan dan
diskriminasi untuk karyawan dalam hal jabatan, agama, gender, suku,
maupun agama. Untuk fasilitas umum, baik manajer puncak, maupun satpam
atau cleaning service semua berhak menggunakan, dan tidak ada pembedaan.
Salah satu bentuk kebijakan manajemen untuk menciptakan kesetaraan antar
karyawan adalah penggunaan seragam di Damatex, baik manager maupun
karyawan biasa menggunakan seragam yang sama. Untuk penyelesaian
masalah di Damatex juga dilakukan secara kekeluargaan dan musyawarah
bersama. Melalui hal-hal inilah perusahaan mampu membangun hubungan
yang baik di lingkungan kerja perusahaan untuk mencapai kinerja dan
efektivitas karyawan dalam bekerja.
4.3 Internal Process Improvement Practices
Indikator empiris internal process improvement practices meliputi tingkat
ketidakhadiran karyawan, jumlah pelanggan yang komplain, jumlah produk yang
rusak, serta jumlah insiden yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan
kerja. Berikut penjabaran mengenai praktek manajemen yang fokus pada Internal
process improvement yang terapkan di Damatex, sesuai dengan indikator yang
digunakan dalam penelitian ini :
a. Mengurangi Jumlah Komplain Pelanggan
Damatex terus berupaya untuk mengurangi komplain pelanggan, sesuai
dengan kebijakan mutu dari Damatex yang mengutamakan kepuasan
pelanggan. Menurut manajer PPC cara perusahaaan untuk mengatasi dan
30
mengurangi jumlah komplain pelanggan yaitu “Melakukan proses kunjungan
ke pihak pelanggan, dan menanyakan keluhan pelanggan, mereka (pelanggan)
akan memberikan umpan balik bagi perusahaan atau dengan membagikan
kuesioner kepada pelanggan.” Dengan melakukan komunikasi tersebut dinilai
dapat membantu perusahaan untuk lebih memperhatikan komplain dan
masukan dari pelanggan yang akhirnya dapat menurunkan komplain
pelanggan, dan di Damatex komplain pelanggan tahun ke tahun dinilai relatif
mengalami penurunan.
Berikut data terkait perubahan jumlah komplain pelanggan dari Juli-
Desember 2011 dan Januari-Juli 2012 :
Tabel 6
Persentase Komplain Pelanggan :
Juli-Desember 2011 Januari-Juni 2012
Total komplain 20 komplain 10 komplain
Yang diterima 5 komplain 2 komplain
Target 14 komplain -
Sumber : Data Primer Damatex ISO 9001 : 2000 (2007-2011)
Dari tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah
komplain pelanggan dari Juli-Desember 2011 ke Januari-Juni 2012. Hal ini
membuktikan bahwa perusahaan memang melakukan upaya penurunan
komplain pelanggan yang dicantumkan dalam ISO 9001 : 2008.
b. Mengurangi insiden terjadinya produk cacat / produk tidak sesuai
Pihak manajemen menyatakan penyebab produk cacat ada tiga faktor utama
“Pertama mesin yang rusak, kedua kualitas material, biarpun incoming
material itu sudah ada standarnya tapi tidak mungkin perusahaan melakukan
31
pemeriksaan secara keseluruhan jadi bisanya di sampling, kemudian yang
ketiga adalah human error.” Menurut manajer produksi bagaimana
perusahaan melakukan upaya untuk mengurangi produk cacat penting bagi
kelangsungan perusahaan, karena dengan munculnya produk cacat maka akan
memunculkan biaya tambahan, waktu tambahan (bila dilakukan pengerjaan
ulang), dan kemungkinan besar perusahaan akan rugi karena harganya akan
jatuh. Untuk mengatasi hal tersebut perusahaan melakukan tindakan
perbaikan (action plan), dengan menganalisis produk cacat dan penyebab
terjadinya sebagai dasar penetapan action plan tersebut. Sehingga untuk ke
depannya produk cacat dapat terus diminimalisasi. Berikut data terkait jumlah
produk gagal yang terjadi selama proses produksi di Damatex :
Tabel 7
Persentase Produk yang Tidak Sesuai (PTS) :
Juli-Desember
2011
Januari-Juni
2012
Total produksi 48.477.139 yard 51.537.896 yard
Kasus PTS 905.681 yard 1.039.808,5 yard
% kasus dari total produksi 1,87% 2,02%
Target 1.198.106 yard -
% target dari total produksi 2,47% -
Sumber: Data primer Damatex, ISO 9001 : 2008 (2007-2011)
Dari data tersebut menunjukkan bahwa jumlah produk gagal secara
keseluruhan di Damatex relatif kecil dan berada di bawah rata-rata target
yang ingin dicapai perusahaan (2,47%) artinya upaya Damatex untuk
melakukan perbaikan sudah cukup berhasil. Hal ini juga membuktikan bahwa
32
perusahaan memang telah melakukan praktek manajemen untuk mengurangi
jumlah produk yang cacat, yang juga dicantumkan dalam ISO 9001 : 2008.
c. Mengurangi tingkat kecelakaan kerja
Untuk mengurangi kecelakaan kerja seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya, Damatex memiliki program K3 yang dibantu oleh P2K3 untuk
mengajarkan kepada karyawan mengenai pentingnya keselamatan kerja baik
secara teori maupun praktek, bukti bahwa perusahaan melakukan praktek
manajemen dalam mengurangi tingkat kecelakaan kerja.
d. Mengurangi absensi karyawan
Tingkat kehadiran karyawan merupakan hal yang penting, semakin tinggi
tingkat absensi maka dapat mengganggu kinerja dan produktivitas karyawan.
Absensi karyawan di Damatex dibedakan menjadi tiga, yaitu sakit, ijin, dan
mangkir. Untuk karyawan yang mangkir atau bolos bekerja akan diberi
peringatan bahkan bila terus berlanjut akan diberikan sanksi berupa skorsing.
Hal tersebut dimaksudkan karyawan dapat lebih bertanggung jawab dan dapat
mengurangi tingkat absensi karyawan.
4.4 Organisational Sustainability Performance (OSP)
Indikator Organisational Sustainability Performance yang akan dijelaskan akan
fokus pada indikator OSP yang dipengaruhi oleh Process and Employee
Effectiveness Practices dan Internal Process Improvement Practices. Sehingga
OSP yang akan dijelaskan meliputi Environtmental Performance, Employee Value
Performance, Customer Value Performance, dan Financial Performance.
a. Environtmental Performance
33
Dalam penelitian ini indikator environtmental performance meliputi biaya
untuk pengelolaan limbah, dan penghematan energi.
Biaya Pengelolaan Limbah
Limbah yang dihasilkan dari proses produksi di Damatex berupa limbah cair,
limbah padat, emisi gas dan karbon. Menurut pihak manajemen Damatex
pengelolaan limbah di Damatex telah dilakukan sesuai standar yang ada.
Setiap tahunnya Damatex menganggarkan biaya khusus pengelolaan limbah
perusahaan. Berikut data terkait dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan
untuk mengelola limbah :
Tabel 8
Perubahan Anggaran Pengelolaan Limbah
Tahun Persentase perubahan biaya pengelolaan limbah
2007-2008 11% (menurun)
2008-2009 9,4% (menurun)
2009-2010 11,7% (menurun)
2010-2011 14% (menurun)
Sumber: Data Primer, 2007-2011
Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa setiap tahunnya biaya untuk
pengelolaan limbah mengalami penurunan, penurunan tersebut bukan berarti
perusahaan menurunkan kualitas pengelolaan limbahnya. Sebagai buktinya,
manajer puncak Damatex menyatakan bahwa hal tersebut dapat dilihat dari
peringkat PROPER (Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup) yang diperoleh Damatex adalah biru.
Peringkat biru artinya perusahaan telah melakukan pengelolaan lingkungan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pernyataan manajemen
34
perusahaan tersebut, dapat dibuktikan dengan hasil PROPER yang dilakukan
oleh menteri lingkungan hidup untuk periode 2011-2012 yang menunjukkan
bahwa Damatex termasuk salah satu perusahaan yang dikategorikan
berperingkat biru dalam pengelolaan lingkungannya.
Penghematan energi
Penghematan energi di Damatex merupakan salah satu hal yang difokuskan di
Damatex, yang meliputi mematikan lampu / AC ruangan setelah selesai
digunakan, pada jam istirahat laptop, komputer, AC dimatikan, penggunaan
air seperlunya, menghindari kerusakan yang menyebabkan pencemaran dan
pemborosan. Perusahaan juga mempunyai perhitungan berapa energi yang
dapat dihemat dengan melakukan penghematan tersebut. Berikut merupakan
data terkait berapa besar penghematan energi yang dapat dicapai perusahaan
dalam rupiah :
Tabel 9
Penghematan Energi Tahun 2008
Penghematan Energi Penghematan Biaya
a. Mematikan lampu saat tidak digunakan Rp. 828.000,-
b. Mematikan komputer pada jam istirahat Rp. 828.000,-
c. Menggunakan AC seperlunya Rp. 248.400,-
d. Menghindari kebocoran kran/pipa air Rp. 777.600,-
e. Menghindari pipa steam Rp. 21.012480,-
f. Menghindari kebocoran undara kompresor Rp. 7.452.000,-
Sumber: Data Primer, Energi-ISO 9001 (2008)
Dari tabel tersebut membuktikan penghematan energi yang berhasil dilakukan
oleh perusahaan, sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh pihak
manajemen perusahaan.
35
b. Employee Value Performance
Indikator dari employee value performance, meliputi tercapainya kepuasan
karyawan, kesehatan dan keselamatan karyawan yang terjamin, hubungan di
lingkungan kerja yang harmonis, kualitas karyawan, dan kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan karyawan. Berikut merupakan penjelasan
mengenai pencapaian employee value performance di Damatex :
Kepuasan karyawan
Menurut pihak manajemen Damatex, kepuasan kerja bagi karyawan di
Damatex sudah dapat dikatakan terpenuhi, hal ini dapat dibuktikan dengan
tidak pernah terjadi aksi demo, mogok, ataupun segala macam bentuk
perlawanan karyawan terhadap perusahaan selama 52 tahun terakhir ini atau
sejak Damatex didirikan. Kepuasan kerja merupakan faktor penting bagi
Damatex, dengan menciptakan kepuasan karyawan maka karyawan akan
lebih termotivasi dalam bekerja sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai
yang tentunya akan menjamin keberlangsungan perusahaan. Pendapat pihak
manajemen Damatex, hal ini sesuai dengan teori “social exchange” (Blau,
1987), yang menyatakan bahwa karyawan akan memberikan yang terbaik
bagi perusahaan apabila mereka juga mendapatkan yang terbaik dari
perusahaan.
Mempertahankan karyawan
Menurut persepsi Damatex, mempertahankan karyawan merupakan hal
yang penting bagi organisational sustainability khususnya karyawan yang
berbakat dan memiliki kinerja yang bagus. Bila karyawan yang berbakat
36
keluar dari perusahaan tentunya hal tersebut akan merugikan dari segi biaya
maupun waktu yang telah digunakan untuk mengembangkan karyawan
tersebut. Pendapat ini sesuai dengan penelitian (Schneider dan Bowen, 1985)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat keluarnya karyawan akan
mengakibatkan efektivitas organisasi menurun, terutama apabila perusahaan
kehilangan karyawan yang berbakat. Dalam penelitian ini kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan karyawannya akan dilihat berdasarkan
jumlah karyawan yang keluar dan penyebab keluarnya karyawan tersebut.
Berikut merupakan data jumlah dan persentase karyawan yang keluar dari
tahun 2007 hingga 2011 :
Tabel 10
Persentase Perubahan Jumlah Karyawan yang Keluar
Tahun Persentase perubahan jumlah karyawan yang keluar
2007-2008 72,7% (menurun)
2008-2009 112,5% (meningkat)
2009-2010 15% (menurun)
2010-2011 33,9% (menurun)
Sumber : Data primer Damatex (2007-2011)
Dari tabel tersebut secara keseluruhan memang dari tahun ke tahun relatif
mengalami penurunan, namun pada tahun 2008-2009 terjadi peningkatan
jumlah karyawan yang cukup signifikan (112,5%). Peningkatan tersebut
terkait dengan kondisi ekonomi makro yang kurang stabil pada tahun
tersebut, sehingga perusahaan melakukan efektivitas dalam hal jumlah
karyawan, misalnya dengan menawarkan pensiun dini kepada karyawan,
namun tanpa paksaan dari perusahaan.
37
Kemudian untuk alasan keluarnya karyawan lebih dari 50%, dikarenakan
pensiun dini atau usia karyawan yang sudah purna. Apabila ditinjau dari
alasan keluarnya karyawan, maka menunjukkan bahwa kebanyakan karyawan
berhenti karena faktor usia, bukan atas keinginan sendiri. Karyawan yang
berhenti atas keinginan sendiri biasanya cenderung kurang puas terhadap
perusahaan atau memutuskan untuk pindah ke perusahaan yang dinilai lebih
menjanjikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Koys
(2001) yang menyatakan bahwa apabila tingkat karyawan yang keluar atas
kemauan sendiri “voluntary turnover” memliki hubungan negatif terhadap
kinerja perusahaan.
Kesehatan dan keselamatan kerja yang terjamin
Berikut merupakan data terkait jumlah kecelakaan kerja yang terjadi di
Damatex dari tahun 2007-2011 :
Tabel 11
Jumlah Kecelakaan Kerja di Damatex
Tahun Persentase perubahan kecelakaan kerja
2007 167 kasus
2008 110 kasus
2009 108 kasus
2010 114 kasus
2011 105 kasus
Sumber : Data primer Damatex (2007-2011)
38
Tabel 12
Persentase Jumlah Kecelakaan Kerja di Damatex
Tahun Persentase perubahan kecelakaan kerja
2007-2008 34,1% (menurun)
2008-2009 1,8% (menurun)
2009-2010 5,6% (meningkat)
2010-2011 7,9% (menurun)
Sumber : Data primer Damatex (2007-2011)
Dari tabel 11 dan 12 tersebut menunjukkan jumlah kecelakaan kerja di
Damatex mengalami penurunan setiap tahunnya, kecuali pada tahun 2009-
2010 mengalami peningkatan sebesar 5,6%. Peningkatan tersebut sebagian
besar merupakan kelalaian karyawan, contoh kasus : kecelakaan lalu lintas
pada saat menuju atau pulang kantor atau dalam jam kerja, kejatuhan benda,
kontak dengan bahan berbahaya, dan lain-lain. Sementara menurut data dari
Jamsostek selama lima tahun terakhir, yaitu dari tahun 2007-2011 telah
terjadi peningkatan total jumlah kecelakaan kerja di Indonesia. Berikut
merupakan data terkait perubahan jumlah kecelakaan kerja di Indonesia :
Tabel 13
Persentase Jumlah Kecelakaan Kerja di Indonesia
Tahun Persentase perubahan kecelakaan kerja
2007-2008 13,17% (meningkat)
2008-2009 1,67% (meningkat)
2009-2010 2,45% (meningkat)
2010-2011 0,79% (meningkat)
Sumber : Jamsostek
Data pada tabel 13 tersebut menunjukkan secara total di Indonesia terjadi
peningkatan jumlah kecelakaan kerja. Hal tersebut berbeda dengan yang
39
terjadi di Damatex, dimana hampir setiap tahunnya mengalami penurunan
jumlah kecelakaan kerja. Namun tidak setiap tahun Damatex mengalami
penurunan, dan bila dilihat dari jumlah kasus mencapai lebih dari 100
kecelakaan kerja per tahunnya.
Relasi di tempat kerja yang harmonis
Penciptaan relasi di tempat kerja yang harmonis merupakan aspek penting
bagi perusahaan. Menurut pihak manajemen Damatex pencapaian relasi kerja
yang harmonis tidak hanya meliputi relasi antar karyawan saja, namun juga
antar perusahaan dengan karyawannya. Hal tersebut dinilai dapat
meningkatkan kerja sama antar karyawan, dan meminimalisasi konflik di
lingkungan kerja. Menurut Damatex penciptaan relasi di tempat kerja di
Damatex telah tercapai, menjadi komitmen perusahaan untuk menciptakan
lingkungan kerja yang berprinsip kekeluargaan dan kesetaraan bagi semua
karyawan di Damatex.
Contoh : Untuk fasilitas umum, baik manajer puncak, maupun satpam atau
cleaning service semua berhak menggunakan, dan tidak ada pembedaan.
Sehingga semua karyawan dapat saling berinteraksi dan berelasi satu sama
lain, tidak ada diskriminasi, semua karyawan sama yang membedakan hanya
tugas dan tanggung jawab karyawan terhadap perusahaan.
c. Customer Value Performance
Indikator empiris dari customer value performance meliputi kepuasan
pelanggan dan loyalitas pelanggan kepada perusahaan.
Kepuasan Pelanggan
40
Kepuasan pelanggan merupakan hal yang diutamakan di Damatex, dimana
kepuasan pelangggan merupakan salah satu dari kebijakan mutu di Damatex.
Pencapaian kepuasan pelanggan di Damatex ditunjukkan dengan jumlah
jumlah peningkatan pelanggan. Komplain pelanggan menunjukkan
ketidakpuasan pelanggan terhadap produk yang dihasilkan, berdasarkan tabel
menunjukkan penurunan jumlah komplain pelanggan. Sementara ketika
kepuasan pelanggan terpenuhi maka dapat meningkatkan jumlah pelanggan,
hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Laili, 2011) yang
menunjukkan hubungan positif antara kepuasan pelanggan dengan
peningkatan jumlah pelanggan. Berikut merupakan tabel yang menunjukkan
perubahan jumlah pelanggan dari tahun 2007-2011 :
Tabel 14
Persentase Perubahan Jumlah Pelanggan
Tahun Persentase perubahan pelanggan
2007-2008 Meningkat 4,05%
2008-2009 Menurun 20,12%
2009-2010 Meningkat 21,95%
2010-2011 Meningkat 18,67%
Sumber : Data primer Damatex (2007-2011)
Dari tabel 14 menunjukkan bahwa hampir setiap tahunnya terjadi peningkatan
pelanggan. Namun pada tahun 2008-2009 terjadi penurunan jumlah
pelanggan yang cukup signifikan, yaitu 20,12%. Penurunan pada tahun
tersebut terjadi karena ketidakstabilan kondisi ekonomi makro, yang
mempengaruhi kinerja perusahaan.
Kualitas produk
41
Kebijakan mutu Damatex selain kepuasan pelanggan adalah jaminan kualitas
produk. Bukti dari pencapaian kualitas produk tersebut adalah sertifikasi ISO
9001 : 2008 yang diperoleh Damatex. ISO 9001 : 2008 merupakan sistem
manajemen mutu, yang merupakan jaminan atas kualitas produk. Dimana
produk yang dihasilkan harus sesuai standar dan persyaratan yang telah
disepakati untuk mencapai kepuasan pelanggan.
d. Financial Performance
Indikator financial performance dalam penelitian ini adalah jumlah
penjualan. Berikut tabel terkait dengan peningkatan penjualan Damatex :
Tabel 15
Perubahan Penjualan (2010-2011)
2010 2011
Eksport $34.066.199 $38.338.792
% eksport 72% 76%
Lokal $13.001.651 $12.301.521
% lokal 28% 24%
Total $47.067.850 $50.540.313
Sumber : Data primer Damatex (2010-2011)
Dari tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan total penjualan
perusahaan dari tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar $3.472.463 atau 7,4 %.
Selain itu pada tahun 2011 juga terjadi peningkatan untuk penjualan ekspor
perusahaan sekitar 12,5%.
42
4.5 Pembahasan
Persepsi Manajemen mengenai Process and Employee Effectiveness Practices
dan Kaitannya terhadap Indikator OSP (Sustainability Performance
Indicators).
Pertanyaan yang diajukan kepada pihak manajer berkaitan dengan indikator
empiris dari process and employee effectiveness practices, apa tujuan yang ingin
dicapai perusahaan dengan menerapkan praktek manajemen tersebut dan
bagaimana kaitannya terhadap organisational sustainability performance.
Process and employee effectiveness dan kaitannya terhadap customer value
performance.
Menurut pihak manajemen Damatex, process and employee effectiveness
practices, khususnya praktek manajemen yang berhubungan dengan kesehatan
dan keselamatan kerja, kesejahteraan karyawan, serta hubungan di lingkungan
kerja berkaitan dengan customer value performance yaitu dengan tercapainya
kepuasan pelanggan. Berikut pernyataan manajemen mengenai kaitan antara
process and employee effectiveness practices terhadap customer “Kalau buyers
yang branded mereka memang memperhatikan hal-hal yang mendasar mengenai
karyawan, misalnya : toiletnya cukup tidak bila dibandingkan dengan jumlah
karyawan, antar jemput untuk shift malam ada tidak, overtime-nya setiap hari atau
tidak, upah lemburnya bagaimana dan perhitungannya seperti apa, jam kerjanya
bagaimana, asramanya memadai atau tidak, manajemen K3 di perusahaan
(penerangan, tingkat kebisingan, alat pelindung diri, pintu darurat, alat pemadam
kebakaran).”
43
Para buyers tersebut beranggapan bahwa bagaimana perusahaan dapat
menghasilkan produk yang baik apabila perusahaan tidak mampu memenuhi hal-
hal mendasar bagi karyawannya. Hal ini dibuktikan dengan adanya “code of
conduct” yang merupakan aturan terkait komitmen perusahaan dalam
menjalankan bisnis maupun berelasi dengan stakeholders (Wahid, 2003), salah
satu aspek penting dalam code of conduct adalah karyawan. Perusahaan yang
memiliki code of conduct tidak akan mau melakukan hubungan bisnis dengan
perusahaan yang tidak memenuhi aturan dalam code of conduct tersebut. Sebagian
besar pelanggan Damatex merupakan “branded buyers” yang menerapkan code of
conduct, sehingga kemampuan perusahaan untuk memenuhi hal tersebut akan
berpengaruh terhadap tercapainya kepuasan pelanggan. Oleh sebab itu dapat
disimpulkan dengan upaya meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja,
kesejahteraan karyawan, serta hubungan di tempat kerja dapat meningkatkan
kinerja nilai pelanggan, yang dibuktikan dengan peningkatan jumlah pelanggan
(pada tabel 14), namun tidak setiap tahun Damatex berhasil melakukan
peningkatan, pada tahun 2008-2009 Damatex juga mengalami penurunan jumlah
karyawan karena ketidakstabilan kondisi perusahaan, yang merupakan dampak
dari krisis ekonomi secara global pada tahun-tahun tersebut.
Process and employee effectiveness practice dan kaitannya terhadap
environtmental performance.
Praktek manajemen yang fokus pada proses dan efektifitas karyawan
berkaitan terhadap pencapaian kinerja lingkungan meliputi peranan karyawan
dalam mendukung peningkatan kinerja lingkungan perusahaan. Dengan
44
melakukan pelatihan dan pengembangan karyawan terkait dengan masalah
lingkungan, diharapkan karyawan dapat mendukung program yang dilakukan
perusahaan terkait lingkungan, baik dalam hal pengelolaan limbah maupun
penghematan energi. Hal ini sesuai dengan pernyataan dalam Report yang
diterbitkan oleh North American Task Force (2011) bahwa peranan perusahaan
dalam mendukung partisipasi karyawan merupakan aspek penting untuk
mendukung kinerja perusahaan, untuk itu perusahaan perlu melatih dan mendidik
karyawannya agar dapat berpartisipasi aktif dalam pencapaian environtmental
performance.
Damatex mempunyai aturan dan standar khusus untuk mengelola limbah
agar tidak berbahaya bagi lingkungan. Untuk mencapai hal tersebut Damatex
melakukan pelatihan bagi karyawannya, khususnya bagian produksi agar dapat
bekerja sesuai standar dan aturan, sehingga meminimalisasi bahkan meniadakan
resiko terjadinya pencemaran lingkungan, yang disebabkan oleh kelalaian
karyawan dalam bekerja, contoh : kebocoran pipa steam, kebocoran udara.
Sebagai bukti bahwa pengelolaan limbah di Damatex sudah memenuhi standar
ditunjukkan oleh peringkat PROPER biru yang diperoleh adalah biru.
Penghematan energi di Damatex dikenal dengan “Off We Go” (matikan
jika tidak diperlukan). Menurut manajemen puncak “Bagaimana perusahaan dapat
me-manage pemakaian energi dan mengarahkan serta melatih tenaga kerja untuk
melakukan efisiensi energi merupakan hal yang penting bagi perusahaan.” Contoh
dari praktek penghematan tersebut adalah mematikan lampu / AC ruangan setelah
selesai digunakan, pada jam istirahat laptop, komputer, AC dimatikan,
45
penggunaan air seperlunya. Penghematan energi tersebut wajib dijalankan oleh
seluruh anggota perusahaan. Namun pihak manajemen juga mengakui bahwa
“Mengubah orang untuk berbuat efisien itu yang susahnya bukan main, tapi mau
tidak mau sekarang perusahaan harus fokus ke arah penghematan energi tersebut,
sehingga perlu kerja sama dengan pihak Human Resource Development
(personalia).” Hal ini terkait dengan bagaimana pihak manajemen personalia
melakukan arahan dan pelatihan untuk mendorong kesadaran dan partisipasi
karyawan dalam hal penghematan energi. Untuk itu Perusahaan juga mempunyai
target dan perhitungan mengenai berapa energi yang dapat dihemat bila seluruh
karyawan melakukan hal tersebut seperti yang ditunjukkan oleh tabel 9.
Pencapaian environtmental performance tersebut tentunya memerlukan
pelaksanaan dan kerja sama dari seluruh karyawan di Damatex, tanpa peranan dari
karyawan untuk melaksanakan program pelestarian lingkungan tersebut tentunya
pencapaian kinerja lingkungan perusahaan tidak akan dapat terlaksana. Untuk
mendukung peranan karyawan tersebut maka perusahaan melakukan pelatihan
dan pengembangan kepada karyawan terkait masalah lingkungan. Oleh sebab itu
dapat disimpulkan dengan menerapkan process and employee effectiveness
practices terkait pelatihan karyawan akan berkaitan terhadap tercapainya
environtmental performance, yaitu pengelolaan limbah dan penghematan energi
perusahaan.
Process and employee effectiveness practice dan kaitannya terhadap financial
performance
46
Menurut persepsi manajemen dengan menerapkan process and employee
effectiveness practices dinilai dapat meningkatkan kinerja keuangan. Dimana
seluruh indikator terkait efektivitas karyawan dinilai dapat meningkatkan kinerja
keuangan perusahaan. Dalam penelitian ini kinerja keuangan dilihat berdasarkan
penjualan perusahaan, dimana dari tabel 15 menunjukkan bahwa dari tahun 2010
hingga 2011 perusahaan telah berhasil melakukan peningkatan penjualan. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Huselid, 1995) yang
mengemukakan bahwa sumber daya manusia merupakan kunci keberhasilan
perusahaaan, karena dengan melakukan praktek manajemen karyawan yang
efektif maka akan meningkatkan kinerja karyawan, produktivitas, maupun tingkat
kompetitif perusahaan, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan
perusahaan. Oleh sebab itu dapat disimpulkan dengan praktek manajemen process
and employee effectiveness practice berkaitan terhadap financial performance
melalui indikator perubahan tingkat penjualan perusahaan.
Process and Employee Effectiveness Practices berkaitan terhadap Employee Value
Performance.
Menurut persepsi pihak manajemen Damatex dengan menerapkan praktek
manajemen yang fokus pada process and employee effectiveness maka akan
meningkatkan employee value performance. Process and employee effectiveness
practices meliputi perekrutan karyawan, pelatihan karyawan, peningkatan
kesejahteraan karyawan, K3, dan penciptaan hubungan di tempat kerja. Sementara
indikator empiris dari Employee Value Performance meliputi bagaimana
kemampuan perusahaan untuk mempertahankan karyawan, tercapainya
47
kesejahteraan karyawan, kesehatan dan keselamatan karyawan yang terjamin,
relasi di tempat kerja yang harmonis, kualitas karyawan.
Pihak manajemen umum personalia, menyatakan bahwa semua indikator
empiris dari process and employee effectiveness practices berkaitan dengan
tercapainya seluruh indikator empiris dari employee value performance.
Penjelasan selanjutnya akan membahas persepsi manajemen mengenai process
and employee effectiveness practices dan kaitannya terhadap employee value
performance berdasarkan masing-masing indikatornya.
Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan karyawan ditunjukkan
pada tabel 10, dimana hampir dari tahun 2007-2011 relatif terjadi penurunan
persentase jumlah karyawan yang keluar, kecuali pada tahun 2008-2009.
Kemudian bila ditinjau dari alasan keluarnya karyawan, sebagian besar
dikarenakan faktor usia dan pensiun dini. Dengan berbagai fasilitas yang
diberikan oleh perusahaan maka diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan
karyawan dan dampak positifnya karyawan akan lebih loyal kepada perusahaan.
Relasi antar pekerja juga berkaitan dengan kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan karyawan. Selain itu relasi yang harmonis juga dapat
meningkatkan kerja sama yang antar karyawan, dan mempererat rasa
kekeluargaan antar karyawan, sehingga tidak mudah untuk meninggalkan
perusahaan atau lebih terikat untuk terus bekerja di perusahaan. Kesehatan dan
keselamatan kerja (K3) yang terjamin akan membuat karyawan lebih nyaman
dalam bekerja. Karyawan yang bekerja dalam kondisi lingkungan kerja yang tidak
sehat dan berbahaya tentu akan merasa tidak nyaman dalam bekerja dan akhirnya
48
keluar dari perusahaan. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa dengan
menerapkan praktek manajemen process and employee effectiveness khususnya
yang terkait dengan kesejahteraan karyawan, hubungan di lingkungan kerja dan
K3, dapat berkaitan terhadap kemampuan perusahaan untuk mempertahankan
karyawannya.
Menurut manajer puncak Damatex kepuasan kerja di Damatex telah
terpenuhi, berikut merupakan pernyataan manajer puncak terkait kepuasan
pelanggan “Kalau mengenai kepuasan karyawan seharusnya dapat dikatakan
sudah cukup puas dan tingkat keluarnya karyawan di Damatex relatif rendah.” Hal
ini dibuktikan dengan tidak pernah terjadi aksi demo dan protes kepada
perusahaan. Namun pihak manajemen juga mengatakan “Untuk tingkat kepuasan
karyawan kalau dikatakan sempurna juga tidak bisa, sehingga kalau diberi nilai
dari 1-7 (dengan angka 7 sebagai nilai tertinggi), kepuasan karyawan di Damatex
mencapai nilai 6.” Process and employee effectiveness yang terkait dengan fokus
perusahaan dalam memenuhi kesejahteraan karyawan berkaitan dengan kepuasan
karyawan, berikut merupakan penjelasannya. Berbagai fasilitas yang diberikan
perusahaan baik dari segi gaji yang diatas upah minimum, tunjangan, dispensasi,
jaminan kesehatan (Jamsostek, Askes) dan lain-lain merupakan faktor penting
yang mempengaruhi peningkatkan kepuasan kerja karyawan. Kemudian dengan
adanya serikat pekerja juga bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
karyawan. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa menurut persepsi
pihak manajemen Damatex, praktek manajemen yang fokus pada process and
employee effectiveness, yang meliputi pemberian fasilitas yang memadai bagi
49
kesejahteraan karyawan berkaitan dengan employee value performance melalui
pencapaian kepuasan kerja karyawan.
Damatex sebagai perusahaan yang bergerak di bidang tekstil beresiko
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Damatex menerapkan praktek
manajemen terkait dengan kesehatan dan keselamatan kerja agar meminimalkan
resiko kecelakaan kerja maupun kesehatan karyawan di lingkungan kerja.
Peneltian yang dilakukan oleh (Silaban, 2009) menunjukkan hubungan yang
signifikan antara penerapan manajemen K3 terhadap angka kecelakaan kerja.
Sehingga dengan melakukan praktek manajemen K3 yang baik akan menurunkan
jumlah kecelakaan kerja.
Persepsi Manajemen Internal Process Improvement Practices dan Kaitannya
terhadap Indikator OSP (Sustainability Performance Indicators).
Indikator empiris Internal process improvement practices meliputi absensi
karyawan, jumlah pelanggan yang komplain, jumlah produk yang rusak, serta
jumlah insiden yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Inti dari
improvement practices adalah peningkatan dan perbaikan kinerja, sehingga tidak
hanya berkaitan dengan target dan rencana namun juga terkait tindakan dan
evaluasi perusahaan untuk memperbaiki kinerjanya (ISO 9001 : 2008).
Internal Process Improvement Practices dan kaitannya terhadap Customer Value
Performance
Pihak manajemen menyatakan Damatex berupaya untuk “Memberikan
kepuasan melebihi kepuasan” yang artinya untuk memenuhi kepuasan pelanggan
tentunya perusahaan juga harus berupaya menghasilkan dan memberikan produk
50
yang berkualitas kepada pelanggan. Kepuasan pelanggan dan kualitas produk
merupakan indikator dari customer value performance, melalui praktek
manajemen yang terkait dengan internal process improvement dinilai dapat
meningkatkan kualitas produk dan kepuasan pelanggan. Produk gagal dapat
menimbulkan biaya yang lebih besar dalam proses produksi dan juga dapat
berakibat pada ketidakpuasan pelanggan. Dari tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah
produk gagal secara keseluruhan di Damatex sekitar 1,87% dan 2,02% dari total
produksi, masih berada di bawah batas maksimal produk cacat yang menjadi
target perusahaan perusahaan (2,47%). Rendahnya jumlah produk yang cacat
tentunya akan meningkatkan kepuasan pelanggan terhadap produk perusahaan.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang membuktikan hubungan positif antara
kualitas produk dengan kepuasan pelanggan (Wardhani, 2010).
Menurut manajemen :“Tingkat kepuasan pelanggan bisa diukur dengan
misalnya barang jarang dikomplain, kemudian adanya repeat order berikutnya,
pelanggan yang tidak komplain kemungkinan besar akan melakukan order lagi
kepada Damatex, jadi yang menjadi tolak ukurnya tingkat komplain pelanggan.”
Hal tersebut juga ditunjukan pada data terkait komplain pelanggan yang
ditunjukkan pada tabel 6, penurunan komplain pelanggan membuktikan bahwa
kepuasan pelanggan meningkat. Selain itu guna mengatasi masalah komplain dan
produk gagal tersebut perusahaan melakukan action plan untuk tindakan koreksi
dan pencegahan penyebab komplain dan produk cacat. Hal ini sesuai dengan
konsep improvement process, yaitu plan, do, check, dan action. Dimana
perusahaan telah menetapkan target atau batasan PTS yang maksimal terjadi
51
kemudian membandingkan realisasi, dan melakukan action plan untuk
mengurangi produk gagal.
Selain itu untuk menghasilkan produk yang bagus dan mengurangi
komplain pelanggan guna mencapai kepuasan pelanggan tentunya diperlukan
produktivitas karyawan yang baik, diantaranya dengan penurunan tingkat absensi
karyawan dan tingkat kecelakaan kerja. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Huselid (1995) yang menyatakan dengan rendahnya tingkat
absensi akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan kualitas produk, yang
tentunya akan meningkatkan kepuasan pelanggan.
Internal Process Improvement Practices dan kaitannya terhadap Environtmental
Performance
Menurut persepsi manajemen Internal process improvement practices
berkaitan terhadap kinerja lingkungan melalui tercapainya penghematan energi
dan sumber daya bagi perusahaan. Dengan upaya perusahaan menurunkan produk
cacat dapat membantu perusahaan mengurangi penggunaan energi dan sumber
daya untuk mengatasi masalah produk cacat. Contoh : untuk mengatasi produk
cacat dapat dilakukan dengan pemotongan harga maupun pengerjaan ulang,
dengan pengerjaan ulang produk cacat tentunya perlu proses ulang, dan proses
ulang akan menambah biaya, serta membutuhkan sumber daya dan energi
tambahan.
Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya pada telaah teoritis yang
menyatakan bahwa process improvement practices berpengaruh terhadap
environtmental performance. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa process
52
improvement practices khususnya untuk penurunan produk cacat berkaitan
terhadap environtmental performance dalam tercapainya penghematan energi.
Internal Process Improvement Practices dan kaitannya terhadap Financial
Performance
Hubungan antara peningkatan proses internal perusahaan terhadap kinerja
keuangan adalah ketika perusahaan melakukan perbaikan proses internal
perusahaan baik dari sisi produksi, pelanggan maupun karyawan maka hal
tersebut akan meningkatkan nilai tambah bagi perusahaan baik bagi karyawan
maupun pelanggan, sehingga karyawan akan bekerja efektif, proses produksi lebih
efektif, produk cacat bisa berkurang, dan kepuasan pelanggan tercipta yang
akhirnya akan berdampak pada kinerja keuangan perusahaan. Dengan segala
upaya peningkatan dan perbaikan tersebut perusahaan dapat meningkatkan
penjualannya seperti ditunjukkan pada tabel perubahan penjualan.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara dengan pihak manajemen
PT. Daya Manunggal, dapat disimpulkan bahwa dengan menerapkan process and
employee effectiveness practices maka akan meningkatkan empat indikator kinerja
dari organisational sustainability, yaitu employee value performance, customer
value performance, financial performance, dan environtmental performance.
Kemudian dengan menerapkan Internal process improvement practices akan
meningkatkan tiga indikator kinerja dari organisational sustainability, yaitu
customer value performance, enviromental performance, financial performance.
53
Sehingga terbukti bahwa dengan menerapkan praktek manajemen yang fokus
pada process and employee effectiveness dan internal process improvement
practices berkaitan terhadap organisational sustainability performance.
5.2 Implikasi Terapan
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menerapkan praktek manajemen
perusahaan yang berbasiskan CSR dapat mempengaruhi tercapainya
organisational sustainability. Khususnya untuk praktek manajemen yang fokus
kepada process and employee effectiveness dan process improvement yang
ternyata berkaitan dengan lebih dari satu indikator organisational sustainability
performance. Sehingga dapat dijadikan acuan perusahaan dalam melakukan
penerapan praktek manajemen, dimana untuk mencapai organisational
sustainability perusahaan tidak menjalankan bisnisnya hanya pada untuk profit
perusahaan saja. Terbukti dari hasil penelitian ini dimana perusahaan yang
berupaya untuk memperhatikan karyawan dan perbaikan internal perusahaan
(fokus pada pelanggan dan produk yang berkualitas) memiliki kaitan terhadap
tercapainya organisational sustainability.
5.3 Keterbatasan Penelitian dan Saran untuk Penelitian Mendatang
Dalam penelitian ini untuk kinerja finansial hanya diukur berdasarkan penjualan
saja, hal ini disebabkan PT. Daya Manunggal bukan merupakan perusahaan go
public, sehingga memang sudah sewajarnya data keuangan perusahaan tidak dapat
disebarluaskan ke publik. Sehingga saran untuk penelitian berikutnya diharapkan
dapat menggunakan perusahaan yang go public agar dapat menggali lebih banyak
informasi dan data perusahaan. Kemudian juga disarankan tidak hanya melakukan
54
wawancara dengan satu orang manajer di perusahaan, namun juga beberapa
manajer bawah atau menengah di masing-masing bagian, sehingga dapat
membandingkan kesesuaian jawaban. Objek penelitian untuk penelitian
selanjutnya dapat menggunakan lebih dari satu objek sehingga hasil penelitian
dapat membandingkan persepsi manajemen antara satu perusahaan dengan yang
lain.
55
DAFTAR PUSTAKA
Ansoff, I. 1965. Corporate Strategy: an analytic approach to business policy for
growth and expansion. New York: McGraw Hill.
Barwise, P., Mehan, S., 2011. Exploiting Customer Dissatisfaction or How Not
To Annoy Your Customer. American Marketing Association.
Bateman, N., David,A., 2002. Process improvement programmes : a model for
assesing sustainability. International Journal of Operations and
Production Management. 22(5), 515-526.
Berman, S., Wicks, A., Kotha, S., & Jones, T. 1999. Does stakeholder orientation
matter? The relationship between stakeholder management models
and firm financial performance. Academy of Management Journal.
Blau, P. M. 1967. Exchange and Power in Social Life. New York : Wiley.
Bontis, N., Fitz-enz, J., 2002. Intellectual Capital ROI : a causal map of human
capital antecedents and consequents. Journal of Intellectual
Capital, 3(3), 223-247.
Bruntland. 1987. Report of the World Commission on Environment and
Development: Our Common Future.
Cohen, E., Taylor, S., Camen. M. M. 2012. HRM’s Role in Corporate Social and
Environmental Sustainability. United States: SHRM’s Foundations.
Djajendra. 2011. (4 Juli 2012). Karyawan yang Berkualitas adalah Modal
Intelektual Perusahaan. Diunduh tanggal 26 Desember 2012.
http://djajendra-motivator.com/?p=2933.
Fitriana, Rochmad. 2012. (1 juni 2012). Kecelakaan Kerja : Dalam 5 Tahun Klaim
Tanggungan Jamsostek Naik. 200%. Diunduh tanggal 28 Desember
2012.
http://www.bisnis.com/articles/kecelakaan-kerja-dalam-5-tahun-
klaim-tanggungan-jamsostek-naik-200-percent.
Freeman, R.E. 1984. “Strategic Management: A stakeholder Approach”. Boston,
MA: Pitman.
Freeman, R.E. 2004. “A Stakeholder Theory of Modern Corporations”, Ethical
Theory and Business, 7th edn.
56
Gaudine, A., P, Saks, A., M. 2001. Effects of an absteinsm feedback intervention
on employee absence behaviour. Journal of Organizational
Behaviour, 22, 15-29.
Hansen, C., P. 1988. Personality Characteristics of The Accident Involved
Employe. Journal of Bussiness and Psychology : 2 (4), 346-365.
Hardjana. 1994. Konflik di Tempat Kerja. Yogjakarta : Kanisius.
Huselid, M. A. 1995. The Impact of Human Resource Management Practices on
Turnover Productivity, and Corporate Financial Performance.
Academy of Management Journal, 38 (3), 635–872.
Lowe, Graham. 2010. Creating Healthy Organizations : how vibrant workplaces
inspired employes to achieve sustainability success. Canada : UTP
publishing.
Joyner, B. E., Payne, D., 2002. Evolution and Implementation: A Study of Values,
Business.
Koys. D., J., 2001. The Effects of Employee Satisfaction Organizational
Citizenship Behaviour, and Turnover on Organizational
Effectiveness: A unit-Level, Longitudinal Study. Personnel
Psycology, 54.
Laili, U.,M., 2011. Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan
dan Dampaknya Terhadap Peningkatan Jumlah Pelanggan Pada
Percetakan dan Fotocopy Hasbona Solo. Skripsi Program Studi
Manajemen Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri Maulan
Malik Ibrahim. (tidak dipublikasikan).
Lestari, Trisna. 2007. Hubungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan
Produktivitas Kerja Karyawan (Studi Kasus : Bagian Pengolahan
PTPN VIII Gunung Mas, Bogor). Skripsi Departemen Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. (tidak
dipublikasikan).
Maguire, L. K. 2012. The Staying Power of Process Improvement. The Institute of
Internal Auditors.
Marbun, N., R. 2011. Analisis Pengaruh Pengawasan Terhadap Efisiensi Kerja
Karyawan pada Perum Pegadaian Kanwil. Skripsi Program Studi
Manajemen Universitas Sumatera Utara.
Matzler, K., Fuchs, M., Schubert, A., K. Employee Satisfaction : Does Kano’s
Model Apply. Total Quality Management 15(9), 1179-1198.
57
Mia, L., Sands, J.,Winata, L., Hooi, G., (2011). The Influence of Sustainability
Performance Management Practices on Organisational
Sustainability Performance. JAOC resubmission final draft.
Page, Susan. 2010. The Power of Business Process Improvement: 10 Simple Steps
to Increase Effectiveness. United States.
Post, J., L., Preston, L., E., Sachs, S., 2002. Redefining the Corporation
Stakeholder Management and Organizational Wealth. California :
Stanford Univrsity Press.
Porter, M., E., Kramer, M., R. 2006. Strategy and Society : the link between
competitive and corporate social responsibility. Harvard Bussiness
Review : 78-83.
Psilou. 2011. Incentives for Effective Employee Engagement in Corporate
Sustainability. A Thesis for the Degree of Master of Liberal Arts in
Extension Studies Harvard University.
Quartey, S., H., Puplampu, B., B. Employee Health and Safety Practices: An
Exploratory and Comparative Study of the Shipping and
Manufacturing Industries in Ghana. International Journal of
Business and Management, 7(23), 81-95.
Rapacioli, S., Obsorn, J. 2011. Sustainability Performance Management : How
CFOs Can Unlock Value. Accenture and Chartered Institute of
Management Accountants.
Sari, F., Y., 2009. Pengaruh Sistem Rekrutmen Teerhadap Kinerja Karyawan
Outsourcing pada PT. Personel Alih Daya Wilayah Sumbagut.
Draft Skripsi Program Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas
Sumatera Utara. (tidak dipublikasikan).
Sebhatu, S.P. 2011. Sustainability Performance Measurement for sustainable
organizations: beyond compliance and reporting. Linköping
University Electronic Press.
Scheneider B., Bowen, D.E. 1985. Employee and customer perceptions of service
in banks: replication and extension. Journal of Applied Psychology,
70(3), 423–433.
Silaban, Gery. 2009. Hubungan Angka Kecelakaan Kerja dengan Tingkat
Pemenuhan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja. Berita Kedokteran Masyarakat 25(3), 156-166.
Sim, K., L., Kilough, L., N. 1998. The Performance Effcts of Complementarites
Between Manufacturing Practices and Management Accounting
58
System. Journal of Management Accounting Research : 10 : 325-
346.
Suharti, L., Donafin. 2007. Corporate Social Responsibility (CSR) : Teori dan
Praktek. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya
Wacana.
Wahid. T., A. 2003. Code of conduct (CoC) dalam industri apparel : Kasus code
of conduct pap.
Wardhani, Ervina. 2010. Analisis Pengaruh Kualitas, Kualitas Pelayanan dan nilai
pelanggan terhadap kepuasan pelanggan. Skripsi Fakultas Ekonomi
Universitas Diponegoro.
Wibisono. 2006. Manajemen Kinerja : Konsep, Desain, dan Teknik Meningkatkan
Daya Saing Perusahaan. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Widjaja & Pratama. 2008. Resiko Hukum dan Bisnis Perusahaan Tanpa CSR.
Percetakan Penebar Swadaya. Jakarta.
Wijayanti, Lusi. 2008. Hubungan antara Kepuasan Kerja dengan Kinerja
Karyawan. Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
Surakarta. (tidak dipublikasikan)
59
LAMPIRAN
Daftar Pertanyaan Wawancara
Pertanyaan Umum
1. Profil perusahaan dan struktur organisasi?
2. Bagaimana Siklus Bisnis perusahaan?
3. Bagaimanana pendapat manajer mengenai CSR?
4. Apakah perusahaan setuju dengan UU no.40 tahun 2007 yang menjadikan
program CSR sebagai keharusan bagi perusahaan yang terkait dengan
lingkungan?
5. Kapan perusahaan mulai menerapkan CSR?
6. Apakah anda setuju bahwa CSR dapat memenuhi kepentingan stakeholder
yang beraneka ragam, dan seberapa penting keberadaan stakeholder bagi
perusahaan? (shareholder, customer, supplier, employee, community)
7. Apakah CSR yang diterapkan oleh perusahaan disajikan di web
perusahaan ? jika ya apakah hal tersebut menjadi salah satu alat promosi
bagi perusahaan? Sejak kapan?
8. Berapa persen biaya yang digunakan perusahaan untuk kegiatan CSR, bila
dibandingkan dengan biaya operasi perusahaan secara keseluruhan?
9. Pengungkapan CSR telah menjadi keharusan bagi perusahaan yang
berkaitan dengan lingkungan hidup. Menurut anda apakah sebenarnya
CSR bermanfaat bagi perusahaan atau sebenarnya menjadi beban bagi
perusahaan?
10. Dalam CSR terdapat tiga aspek (tripple bottom line) yang harus
diperhatikan perusahaan, yaitu keuangan, lingkungan, dan sosial. Menurut
60
perusahaan kinerja mana yang harus diutamakan terlebih dahulu,
mengapa?
Sustainability Performance Management Practics
1. Apakah jumlah karyawan perusahaan tahun 2007-2012 mengalami
perubahan ? berapa persentasenya ?
meningkat : menurun :
2007-2008 ........ % 2007-2008 ....... %
2008-2009 ........ % 2008-2009 ....... %
2009-2010 ........ % 2009-2010 ....... %
2010-2011 ........ % 2010-2011 ........%
2. Bagaimana cara perusahaan merekrut karyawan yang berkualitas ?
a. Pendidikan
b. Pengalaman dalam bekerja pada perusahaan sebelumnya
c. Sesuai dengan latar belakang pendidikan
d. Lain-lain, seperti……
3. Apakah dengan merekrut karyawan yang berkompeten akan meningkatkan
efektivitas proses produksi di perusahaan ? Mengapa ?
4. Jika perusahaan melakukan pelatihan terhadap karyawan, apakah jumlah
anggaran yang digunakan untuk pelatihan tersebut mengalami perubahan ?
meningkat : menurun :
2007-2008 ........ % 2007-2008 ....... %
2008-2009 ........ % 2008-2009 ....... %
2009-2010 ........ % 2009-2010 ....... %
61
2010-2011 ........ % 2010-2011 ........%
5. Apa tujuan yang ingin dicapai perusahaan dengan menerapkan praktek
manajemen terkait pelatihan dan pengembangan karyawan?
6. Seberapa penting mempertahankan karyawan lama? Mengapa ?
Tidak penting
Cukup penting
Sangat penting
7. Bagaimana cara perusahaan dalam mempertahankan karyawan lama ?
a. Dengan memberi gaji sesuai harapan
b. Memberi fasilitas seperti mobil, rumah, dll
c. Memberi rasa aman dalam bekerja misalnya dengan memberikan
asuransi bagi karyawan dan keluarganya
d. Kesehatan dan keselamatan kerja
e. Hubungan di lingkungan kerja
f. Lain-lain, seperti….
8. Apakah menurut perusahaan kesejahteraan karyawan itu penting,
Mengapa? Bagaimana cara perusahaan untuk meningkatkan kesejahteraan
karyawan?
9. Apakah pernah terjadi insiden terkait dengan kecelakaan kerja di
perusahaan? Jika ada apa penyebabnya? Bagaimana upaya perusahaan
untuk mengatasi hal tersebut.
10. Apakah jumlah insiden yang berhubungan dengan kecelakaan kerja
mengalami perubahan pada tahun 2007-2011 ? berapa persentasenya ?
62
meningkat : menurun:
2007-2008 ........ % 2007-2008 ....... %
2008-2009 ........ % 2008-2009 ....... %
2010-2011 ........ % 2009-2010 ....... %
2010-2011 .........% 2010-2011 ........%
11. Apa tujuan yang ingin dicapai perusahaan dengan menerapkan praktek
manajemen yang fokus pada kesehatan dan keselamatan kerja?
12. Apakah relasi di lingkungan kerja merupakan faktor penting bagi
perusahaan? Apa manfaat yang didapat dengan hubungan kerja yang
harmonis? Bagaimana cara perusahaan untuk menciptakan relasi di
lingkungan kerja yang harmonis?
13. Apakah menurunkan jumlah komplain pelanggan merupakan salah satu
strategi perusahaan? Bagaimana perubahan jumlah komplain pelanggan?
Bagaimana cara perusahaan mengatasi komplain pelanggan tersebut?
14. Bagaimana jumlah produk cacat/ produk yang tidak sesuai dengan standar
maupun pesanan pelanggan? Bagaimana cara perusahaan mengurangi
produk cacat tersebut ? Beserta data dan informasi yang mendukung.
15. Apa saja penyebab terjadinya produk gagal ?
Kerusakan mesin produksi pabrik
Kelalaian pekerja dalam mematuhi standar yang ada
Lainnya.....
16. Bagaimana usaha perusahaan untuk menekan tingkat ketidakhadiran
karyawan? Apa dampak dari tingkat ketidakhadiran yang tinggi?
63
17. Bagiamana upaya perusahaan dalam menurunkan tingkat kecelakaan kerja
di Damatex?
Organisational Sustainability Performance
1. Bagaimana perubahan jumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan utuk
pengelolaan limbah dari tahun ke tahun?
2. Apakah pengelolaan limbah perusahaan sudah terlaksana dengan baik?
Apa buktinya?
3. Bagaimana program penghematan energi di Damatex? Bukti mengenai
penghematan energi yang dilakukan perusahaan.
4. Seberapa penting pelanggan bagi perusahaan? Apakah kepuasan
pelanggan dan produk yang berkualitas telah dicapai oleh perusahaan?
5. Apakah perusahaan telah berhasil mempertahankan karyawannya?
6. Bagaimana relasi yang tercipta di perusahaan, antar karyawan maupun
karyawan dengan perusahaan?
7. Bagaimana perubahan persentase jumlah karyawan yang keluar
perusahaan dari tahun ke tahun?
2007-2008 ........ % 2007-2008 ....... %
2008-2009 ........ % 2008-2009 ....... %
2010-2012 ........ % 2009-2010 ....... %
2010-2011 .........% 2010-2011 ........%
Apa alasan keluarnya karyawan tersebut? Upaya apa saja yabg dilakukan
perusahaan untuk mempertahankan karyawannya?
8. Bagaimana perubahan jumlah penjualan perusahaan dari tahun ke tahun?
64
2007-2008 ........ % 2007-2008 ....... %
2008-2009 ........ % 2008-2009 ....... %
2010-2013 ........ % 2009-2010 ....... %
2010-2011 .........% 2010-2011 ........%
65
Daftar Riwayat Hidup
Nama : Catherine Yunita Ciptadi
NIM : 232009018
Alamat : Jl. Kapur Naga II Rt.67 Banjarmasin
Judul Kertas Kerja : Process and Employee Effectiveness
Practices dan Internal Process Improvement
Practices serta Kaitannya terhadap Organisational
Sustainability Performance Menurut Persepsi
Manajemen (Studi Kasus pada PT. Daya Manunggal
Salatiga).
Riwayat Pendidikan :
1995-1997 : TK Hippindo, Banjarmasin.
1997 – 2003 : SD Hippindo, Banjarmasin.
2003 – 2006 : SMP Santa Maria, Banjarmasin.
2006 – 2009 : SMA Frater Don Bosco, Banjarmasin.
Riwayat Organisasi :
1. Fungsionaris “Senat Mahasiswa FEB” (Anggota Team PC) Periode 2010/2011
2. “Satgas Rapat Kerja Lembaga Kemahasiswaan Fakultas Ekonomika dan
Bisnis” (2010/2011) sebagai bendahara, tanggal 27 September 2010.
66
3. Panitia “Makrab FEB E-Goal 2011” sebagai wali, tanggal 10 , 24, 25
September dan 1 Oktober 2011.
4. Panitia Retret awal “Percayalah KuasaNya Nyata” sebagai sie usaha dana,
tanggal 28-30 Oktober 2011.
5. Panita “Table Manner FEB Goes To” , sebagai sie konsumsi, tanggal 31 Maret
2012.
6. Korps. Asisten Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Satya Wacana
Salatiga, sebagai Asisten Akuntansi Manajemen Semester Ganjil Tahun 2012
67
Struktur Organisasi PT. Daya Manunggal Salatiga
Direktur Utama
Manager Direktur
Direksi
Pabrik Kantor Pusat
Factory Manager
Koord. PPC Koord. Misc Kasir Ka.div
EDP
MR-ISO
Manager Spinning Manager Weaving Manager Processing Manager
Power Utility
Manager
Umum
Personalia
Ka. dept.
spinning
Ka. dept.
weaving
SL
Ka. dept.
weaving
AJL 1
Ka. dept.
weaving
AJL 2
Ka. dept.
processing
Ka. dept.
teknik
Ka.
dept.
C/E
Ka.dept.
accounting
Ka. dept.
Pengupahan
Ka. dept.
personalia
Pengadaan Log
68