70
PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PRIMARY SURVEY PADA PENANGANAN KEGAWATDARURATAN DI IGD RSUD KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI “Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan” Oleh : Galih Jati Kurniawan NIM. S11016 PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015 i

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

  • Upload
    vanhanh

  • View
    229

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PRIMARY SURVEY PADA

PENANGANAN KEGAWATDARURATAN DI IGD RSUD KABUPATEN

KARANGANYAR

SKRIPSI

“Untuk memenuhi persyaratan mencapai Sarjana Keperawatan”

Oleh :

Galih Jati Kurniawan

NIM. S11016

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2015

i

Page 2: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat
Page 3: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

iii

Page 4: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang

telah mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya. Pada akhirnya penulis mampu

menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG

PRIMARY SURVEY PADA PENANGANAN KEGAWATDARURATAN DI

IGD RSUD KABUPATEN KARANGANYAR”. Skripsi penelitian ini disusun

sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh mata ajar skripsi di Program

Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Dalam penulisan

skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan, arahan, dan masukan yang

sangat membangun dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep., Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S-1

Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta sekaligus Pembimbing

Utama yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama proses

penyusunan skripsi.

3. Ika Subekti Wulandari, S.Kep., Ns.M.Kep, selaku Pembimbing Pendamping

yang telah memberikan bimbingan, masukan dan saran dalam proses

penyusunan skripsi.

iv

Page 5: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

v

Page 6: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. ii

SURAT PERNYATAAN................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................ ix

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 4

1.3. Tujuan Penelitian...................................................................... 4

1.4. Manfaat Penelitian .................................................................... 5

BAB II TINJAUN PUSTAKA..................................................................... 6

2.1 Tinjauan Teori .......................................................................... 6

2.1.1 Konsep kegawatdaruratan.................................................... 6

2.1.2 Pengetahuan………………………………………………. 16

2.2 Kerangka Teori......................................................................... 21

2.3 Fokus Penellitian……………………………………………... 21

2.4 Keaslian Penelitian…………………………………………… 22

vi

Page 7: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 23

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian.................................................

23

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................

24

3.3 Populasi dan Sampel..................................................................

24

3.4 Instrumen dan prosedur pengumpulan data ..............................

25

3.5 Analisa Data .............................................................................

28

3.6 Keabsahan Data........................................................................

29

3.7 Etika Penelitian .......................................................................

31

BAB IV HASILPENELITIAN………………………………………………

32

4.1.Gambaran Lokasi Penelitian………………………………………….

32

4.2.Gambaran Karakteristik Partisipan……………………………………

33

4.3.Hasil Penelitian………………………………………………………..

34

BAB V PEMBAHASAN……………………………………………………. .

42

5.1.Mengidentifikasi Pengetahuan Perawat Tentang Primary Survey…….

42

5.2.Mengidentifikasi manajemen Airway Terhadap Penanganan

Kegawatdaruratan…. ........................................................................... 43

5.3.Mengidentifikasi manajemen Breating Terhadap Penanganan

Kegawatdaruratan… ........................................................................... 44

5.4.Mengidentifikasi manajemen Circulation Terhadap Penanganan

Kegawatdaruratan……………………………………………………. 47

5.5.Mengidentifikasi manajemen Disability Terhadap Penanganan

Kegawatdaruratan…………………………………………………… 49

vii

Page 8: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

5.6.Mengidentifikasi manajemen Exposure Terhadap Penanganan

Kegawatdaruratan………………………………………………….. .. 50

BAB VI PENUTUP…………………………………………………………… 51

6.1.Kesimpulan……………………………………………………………. 51

6.2.Saran…………………………………………………………………... 52

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

viii

Page 9: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

DAFTAR TABEL

Nomor Tabel Judul Tabel Halaman

2.1 Keaslian Penelitian 26

ix

Page 10: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

DAFTAR GAMBAR

Nomor Gambar Judul Gambar Halaman

2.1

Kerangka Teori

25

2.2

Fokus Penelitian

25

x

Page 11: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: F 01 Usulan Topik Penelitian

Lampiran 2: Pengajuan Persetujuan Judul

Lampiran 3: F 04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4: Permohonan Studi Pendahuluan Penelitian

Lampiran 5: Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 6: Jadwal Penelitian

Lampiran 7: Surat Ijin Penelitian

Lampiran 8: Pedoman wawancara

Lampiran 9: Surat ijin BAPEDA

Lampiran 10: Surat ijin KESBANGPOL

Lampiran 11: Lembar Konsul

Lampiran 12: Transkip Wawancara

Lampiran 13: Analisa Tematik

Lampiran 14: Penjelasan Penelitian

Lampiran 15: Kesediaan partisipan

xi

Page 12: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015

Galih Jati Kurniawan

Pengetahuan Perawat Tentang Primary Survey Pada Penanganan

Kegawatdaruratan Di IGD RSUD Kabupaten Karanganyar

Abstrak

Seseorang yang mengalami henti napas ataupun henti jantung belum tentu

ia mengalami kematian, mereka masih dapat ditolong. Dengan melakukan

tindakan pertolongan pertama berupa Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan

pemeriksaan primary survey. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengetahuan perawat tentang primary survey pada penanganan kegawatdaruratan.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan

pendekatan fenomenologis. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini

adalah purposive sampling dengan jumlah partisipan 3 orang Perawat IGD RSUD

Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan tehnik indepth interview,

dengan menggunakan analisis model Colaizzi.

Pengetahuan perawat tentang primary survey diperoleh tema deskripsi

primary survey yang terdiri dari pengkajian awal dan indikasi primary survey.

Pemeriksaan airway diperoleh tema aspek pengkajian airway dan tema

manajemen airway. Pemeriksaan breathing terhadap penanganan

kegawatdaruratan diperoleh tema indikasi oksigenasi dan tema manajemen

breathing. Pemeriksaan disability terhadap penanganan kegawatdaruratan

diperoleh tema penilaian status kesadaran yang terdiri dari gangguan motorik,

gangguan neurologis dan pengkajian GCS. Pemeriksaan exposure terhadap

penanganan kegawatdaruratan diperoleh tema pengkajian exposure yang terdiri

dari pengkajian head to toe dan log roll. Pengetahuan perawat tentang primary survey pada penanganan kegawatdaruratan

di IGD RSUD kabupaten karanganyar sudah sesuai dengan SOP ( Standart Operasional

Prosedur) di rumah sakit.

Kata Kunci : Pengetahuan Perawat, Primary Survey, Kegawatdaruratan

Daftar pustaka : 19 (2003-2014).

xii

Page 13: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

BACHELOR PROGRAM IN NURSING SCIENCE

STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2015

Galih Jati Kurnuiawan

Knowledge of Nurse about Primary Survey in Emergency Treatment at

Emergency and Accident Department in RSUD Karanganyar

Abstract

Someone who had stopped breathing or cardiac arrest is not exactly death;

they still can be helped, by doing the first aid measures such Cardiac Pulmonary

Resuscitation (CPR) and the primary inspection survey. The aim of this research

is to know the knowledge of nurse about primary survey in emergency treatment.

This study uses qualitative research with phenomenological approach. The

sampling technique used in this research is purposive sampling. The numbers of

participants were 3 nurses of emergency and accident department in RSUD

Karanganyar. This research used in-depth interview technique by using colaizzi

model.

Knowledge of nurse about primary survey was obtained from description

theme of primary survey consisting of the initial assessment and the primary

indication survey. From the airway assessment was obtained the aspects of airway

assessment and airway management theme. Breathing assessment toward

emergency treatment was obtained indication of oxygenation and airway

management theme. Disability assessment toward emergency treatment was

obtained assessment of consciousness status themes consisting of motor disorders,

neurological disorders and GCS assessment. Exposure examination toward

emergencies treatment was obtained exposure assessment theme consisting of

head-to-toe assessment and log roll.

Knowledge of nurse about primary survey in emergency treatment at

emergency and accident department RSUD Karanganyar had followed the SOP

(Standard Operating Procedure) at the hospital.

Keywords: Knowledge of Nurse, Primary Survey, Emergency

Bibliography: 19 (from 2003 to 2014).

xiii

Page 14: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kejadian gawat darurat biasanya berlangsung cepat dan tiba-tiba sehingga

sulit memprediksi kapan terjadinya. Langkah terbaik untuk situasi ini adalah

waspada dan melakukan upaya kongkrit untuk mengantisipasinya. Harus di

pikirkan suatu bentuk mekanisme bantuan kepada korban dari awal tempat

kejadian, selama perjalanan menuju sarana kesehatan, bantuan fasilitas kesehatan

sampai pasca kejadian cedera (Rahmanta, 2007). Penanganan gawat darurat ada

filosofinya yaitu Time Saving it’s Live Saving. Artinya seluruh tindakan yang

dilakukan pada saat kondisi gawat darurat haruslah benar-benar efektif dan

efisien. Hal ini mengingatkan pada kondisi tersebut pasien dapat kehilangan

nyawa hanya dalam hitungan menit saja. Berhenti nafas selama 2-3 menit pada

manusia dapat menyebabkan kematian yang fatal (Sutawijaya, 2009 ).

Seseorang yang mengalami henti napas ataupun henti jantung belum tentu

ia mengalami kematian, mereka masih dapat ditolong. Dengan melakukan

tindakan pertolongan pertama berupa Resusitasi Jantung Paru (RJP) dan

pemeriksaan primary survey (AHA, 2010). Primary Survey adalah mengatur

pendekatan ke klien sehingga klien segera dapat diidentifiksi dan tertanggulangi

dengan efektif. Pemeriksaan primary survey berdasarkan standar A-B-C dan D-E,

dengan airway (A: jalan nafas), breathing (B: pernafasan), circulation (C:

sirkulasi), disability (D: ketidakmampuan), dan exposure (E: penerapan) (Krisanty

1

Page 15: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

2

et al, 2009). Unsur penyebab kejadian gawat darurat antara lain karena terjadinya

kecelakaan lalu lintas, penyakit, kebakaran maupun bencana alam. Kasus gawat

darurat karena kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab kematian utama di

daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ).

Keperawatan gawat darurat merupakan pelayanan keperawatan yang

komperhensif di berikan pada pasien dengan injuri akut atau sakit yang

mengancam kehidupan. Sebagai seorang spesialis perawat gawat darurat harus

menghubungkn pengetahuan dan keterampilan untuk menangani respon pasien

pada resusitasi, syok, trauma dan kegawatan yang mengancam jiwa lainnya, dan

salah satu tempat untuk pasien gawat darurat adalah di Instalasi Gawat Darurat

(IGD) (Krisanty et al 2009).

Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah instalasi untuk menangani kasus-

kasus gawat darurat, seperti panas dan muntah-muntah, diare berat kecelakaan,

keracvunan, korban bencana alam yang membutuhkan penanganan segera untuk

menyelamatkan nyawa dan menghindari kecacatan (Wicaksana 2008)

Kecelakaan di jalan raya masih menjadi masalah serius di negara

berkembang dan negara maju. Angka kematian menurut World Health

Organization (WHO,2004) telah mencapai 1.170.649 orang di seluruh dunia.

Jumlah serata dengan 2,2% dari seluruh jumlah kematian di dunia dan menempati

urutan kesembilan dari sepuluh penyebab kematian. Angka kecelakaan lalu lintas

di dunia selalu meningkat dan pada tahun 2020, diperkirakan kecelakaan lalu

lintas akan menjadi penyebab kematian nomor tiga setelah jantung iskemik dan

depresi dengan proyeksi kecelakaan dari 5,1 juta pada tahun 1990 menjadi 8,4 juta

Page 16: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

3

pada tahun 2020. Prosentasi keterlibatan sepeda motor dalam kecelakaan di jalan,

sebanyak 70% dan 30% roda empat (Badan Intelijen Nasional, 2013).

Perawat adalah anggota tim kesehatan yang paling lama kontak dengan

pasien, sehingga diharapkan perawat harus mampu membela hak – hak pasien.

(Mubarak dan Nur Chayatin, 2009). Menurut Wijaya (2005) mengatakan bahwa

perawat bertanggung jawab meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit,

penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan kepada

upaya pelayanan kesehatan utama sesuai wewenang, tanggung jawab dan etika

profesi keperawatan. Dalam memberikan pelayanan kesehatan perawat dituntut

untuk lebih profesional agar kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan semakin

meningkat. Perawat dituntut memberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan cermat

dengan tujuan mendapatkan kesembuhan tanpa kecacatan. Oleh karena itu

perawat perlu membekali dirinya dengan pengetahuan dan perlu meningkatkan

keterampilan yang spesifik yang berhubungan dengan kasus-kasus

kegawatdaruratan utamanya kasus kegawatan pernafasan dan kegawatan jantung

(Maryuani, 2009).

Hasil studi pendahuluan di Rumah Sakit Daerah Kabupaten Karanganyar

didapatkan pada bulan Desember 2014 diketahui bahwa pasien masuk Instalasi

Gawat Darurat sebanyak 102 pasien diantaranya 10% penyakit gawatdarurat dan

20-30% kecelakaan lalu lintas.(IGD,2014) Berdasarkan pengamatan dari peneliti,

perawat di IGD tersebut tidak melakukan tindakan pengkajian primary survey

pada kasus kegawat daruratan.

Page 17: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

4

Pada saat studi pendahuluan di dapatkan Fenomena perawat tidak

melakukan tindakan primary survey secara terstruktur pada kasus

kegawatdaruratan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah dijelaskan diatas

maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut, bagaimana

pengetahuan perawat tentang primary survey pada penanganan kegawatdaruratan

di IGD RSUD Kabupaten Karanganyar

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang primary survey

pada penanganan kegawatdaruratan di IGD RSUD kabupaten

Karanganyar

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang primary survey

2. Untuk mengidentifikasi managemen airway terhadap penanganan

kegawatdaruratan

3. Untuk mengidentifikasi managemen breating pada penanganan

kegawatdaruratan.

4. Untuk mengidentifikasi managemen circulasi pada penanganan

kegawatdaruratan

Page 18: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

5

5. Untuk mengidentifikasi managemen disability pada penanganan

kegawatdaruratan.

6. Untuk mengidentifikasi managemen exposure pada penanganan

kegawatdaruratan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi rumah sakit

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan perawat

dalam penanganan pasien kegawatdaruratan.

1.4.2 Manfaat bagi institusi pendidikan

Menambah pustaka, wawasan dan pengetahuan mengenai

penanganan pasien kegawatdaruratan .

1.4.3 Manfaat bagi peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dijadikan sebagai referensi atau titik

tolak tambahan bila diadakan penelitian lebih lanjut khususnya pengetahuan

perawat tentang primary survey penanganan pasien kegawatdaruratan.

1.4.4 Manfaat bagi peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman peneliti

tentang primary survey.

1.4.5 Manfaat Bagi Perawat

Memberikan peningkatan pengetahuan terhadap tindakan primery

survey agar selalu meningkatkan pengetahuannya dalam melakukan

tindakan yang baik untuk pasien yang dating dan dapat memprioritaskan

kegawatadaruratan pasien.

Page 19: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Konsep Kegawatdaruratan

1. Pengertian Kegawatdaruratan

Kegawatdaruratan secara umum dapat diartikan sebagai suatu keadaan

yang dinilai sebagai ketergantungan seseorang dalam menerima tindakan

medis atau evaluasi tindakam operasi dengan segera. Berdasarkan definisi

tersebut the American College of Emergency Physicians states dalam

melakukan penatalaksanaan kegawatdaruratan memiliki prinsip awal, dalam

mengevaluasi, melaksanakan, dan menyediakan terapi pada pasien-pasien

dengan trauma yang tidak dapat di duga sebelumnya serta penyakit lainnya

(Krisanty, 2009).

Menurut Krisanty (2009) Penatalaksanaan awal diberikan untuk :

a. Mempertahankan hidup

b. Mencegah kondisi menjadi lebih buruk

c. Meningkatkan pemulihan

6

Page 20: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

7

Menurut Krisanty (2009) Seseorang yang memberikan

penatalaksanaan awal harus :

a. Mengkaji sesuatu

b. Menentukan diagnosis untuk setiap korban

c. Memberikan penanganan yang cepat dan adekuat, mengingat

bahwa korban mungkin memiliki lebih dari satu cedera dan

beberapa korban akan membutuhkan perhatian dari pada yang

lain

d. Tidak menunda pengiriman korban ke Rumah Sakit sehubungan

dengan kondisi serius

Pada penderita trauma, waktu sangat penting, oleh karena itu

diperlukan adanya suatu cara yang mudah dilaksanakan. Proses

ini dikenal sebagai initial aassesment (penilaian awal) dan

meliputi (ATLS, 2004) :

a. Persiapan

b. Triase

c. Primary survey (ABCDE)

d. Resusitasi

e. Tambahan terhadap primary survey dan resutisasi

f. Secondary survey, pemeriksaan head to toe dan anamnesis

g. Tambahan terhadap secondary survey

h. Pemantauan dan re-evaluasi berkesinambungan

Page 21: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

8

2. Penanganan definitif

a. Primary Survey

1). Airway

Manajemen Airway merupakan hal yang terpenting dalam resusitasi

dan membutuhkan keterampilan yang khusus dalam penatalaksanaan keadaan

gawat darurat, oleh karena itu hal pertama yang harus dinilai adalah

kelancaran jalan nafas, yang meliputi pemeriksaan jalan nafas yang dapat

disebabkan oleh benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur manibula atau

maksila, fraktur laring atau trakea. Gangguan airway dapat timbul secara

mendadak dan total, perlahan – lahan dan sebagian, dan progresif dan/atau

berulang (Dewi. 2013)

Menurut ATLS 2004, Kematian-kematian dini karena masalah airway

seringkali masih dapat dicegah, dan dapat disebabkan oleh :

a). Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan airway

b). Ketidakmampuan untuk membuka airway

c). Kegagalan mengetahui adanya airway yang dipasang secara keliru

d). Perubahan letak airway yang sebelumnya telah dipasang

e). Kegagalan mengetahui adanya kebutuhan ventilasi

f). Aspirasi isi lambung

Page 22: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

9

Bebasnya jalan nafas sangat penting bagi kecukupan ventilasi dan

oksigenasi. Jika pasien tidak mampu dalam mempertahankan jalan

nafasnya, patensi jalan nafas harus dipertahankan dengan cara buatan

seperti : reposisi, chin lift, jaw thrust, atau melakukan penyisipan airway

orofaringeal serta nasofaringeal (Smith, Davidson, Sue, 2007). Usaha

untuk membebaskan jalan nafas harus melindungi vertebra servikal.

Dalam hal ini dapat dimulai dengan melakukan chin lift atau jaw thrust.

Pada penderita yang dapat berbicara, dapat dianggap bahwa jalan nafas

bersih, walaupun demikian penilaian terhadap airway harus tetap

dilakukan. Penderita dengan gangguan kesadaran atau Glasgow Coma

Scale sama atau kurang dari 8 biasanya memerlukan pemasangan airway

definitif. Adanya gerakan motorik yang tak bertujuan, mengindikasikan

perlunya airway definitif.

Teknik-teknik mempertahankan airway :

a. Head tilt

Bila tidak sadar, pasien dibaringkan dalam posisi terlentang

dan horizontal, kecuali pada pembersihan jalan napas dimana bahu dan

kepala pasien harus direndahkan dengan posisi semilateral untuk

memudahkan drainase lendir, cairan muntah atau benda asing. Kepala

diekstensikan dengan cara meletakkan satu tangan di bawah leher

pasien dengan sedikit mengangkat leher ke atas. Tangan lain

diletakkan pada dahi depan pasien sambil mendorong / menekan ke

Page 23: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

10

belakang. Posisi ini dipertahankan sambil berusaha dengan

memberikan inflasi bertekanan positif secara intermittena (Alkatri,

2007).

b. Chin lift

Jari - jemari salah satu tangan diletakkan bawah rahang, yang

kemudian secara hati – hati diangkat ke atas untuk membawa dagu ke

arah depan. Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir

bawah untuk membuka mulut, ibu jari dapat juga diletakkan di

belakang gigi seri (incisor) bawah dan, secara bersamaan, dagu dengan

hati – hati diangkat. Maneuver chin lift tidak boleh menyebabkan

hiperekstensi leher. Manuver ini berguna pada korban trauma karena

tidak membahayakan penderita dengan kemungkinan patah ruas rulang

leher atau mengubah patah tulang tanpa cedera spinal menjadi patah

tulang dengan cedera spinal.

c. Jaw thrust

Penolong berada disebelah atas kepala pasien. Kedua tangan

pada mandibula, jari kelingking dan manis kanan dan kiri berada pada

angulus mandibula, jari tengah dan telunjuk kanan dan kiri berada

pada ramus mandibula sedangkan ibu jari kanan dan kiri berada pada

mentum mandibula. Kemudian mandibula diangkat ke atas melewati

molar pada maxila (Arifin, 2012).

Page 24: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

11

d. Oropharingeal Airway (OPA)

Indikasi : Airway orofaringeal digunakan untuk membebaskan jalan

napas pada pasien yang kehilangan refleks jalan napas bawah

(Krisanty, 2009). Teknik : Posisikan kepala pasien lurus dengan

tubuh. Kemudian pilih ukuran pipa orofaring yang sesuai dengan

pasien. Hal ini dilakukan dengan cara menyesuaikan ukuran pipa oro-

faring dari tragus (anak telinga) sampai ke sudut bibir. Masukkan pipa

orofaring dengan tangan kanan, lengkungannya menghadap ke atas

(arah terbalik), lalu masukkan ke dalam rongga mulut. Setelah ujung

pipa mengenai palatum durum putar pipa ke arah 180 drajat.

Kemudian dorong pipa dengan cara melakukan jaw thrust dan kedua

ibu jari tangan menekan sambil mendorong pangkal pipa oro-faring

dengan hati-hati sampai bagian yang keras dari pipa berada diantara

gigi atas dan bawah, terakhir lakukan fiksasi pipa orofaring. Periksa

dan pastikan jalan nafas bebas (Lihat, rasa, dengar). Fiksasi pipa oro-

faring dengan cara memplester pinggir atas dan bawah pangkal pipa,

rekatkan plester sampai ke pipi pasien (Arifin, 2012)

e. Nasopharingeal Airway

Indikasi : Pada penderita yang masih memberikan respon,

airway nasofaringeal lebih disukai dibandingkan airway orofaring

karena lebih bisa diterima dan lebih kecil kemungkinannya

merangsang muntah (ATLS, 2004).

Page 25: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

12

Teknik : Posisikan kepala pasien lurus dengan tubuh. Pilihlah

ukuran pipa naso-faring yang sesuai dengan cara menyesuaikan

ukuran pipa naso-faring dari lubang hidung sampai tragus (anak

telinga). Pipa nasofaring diberi pelicin dengan jelly (gunakan kasa

yang sudah diberi jelly). Masukkan pipa naso-faring dengan cara

memegang pangkal pipa naso-faring dengan tangan kanan,

lengkungannya menghadap ke arah mulut (ke bawah). Masukkan ke

dalam rongga hidung dengan perlahan sampai batas pangkal pipa.

Patikan jalan nafas sudah bebas (lihat, dengar, rasa) ( Arifin, 2012).

Apabila pernafasan membaik, jaga agar jalan nafas tetap

terbuka dan periksa dengan cara (Krisanty, 2009) :

1. Lihat (look), melihat naik turunnya dada yang simetris dan

pergerakan dinding dada yang adekuat.

2. Dengar (listen), mendengar adanya suara pernafasan pada kedua

sisi dada.

3. Rasa (feel), merasa adanya hembusan nafas.

1. Breathing

Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Sel-sel tubuh memerlukan

pasokan konstan O2 yang digunakan untuk menunjang reaksi kimiawi

penghasil energi, yang menghasilkan CO2 yang harus dikeluarkan secara

terus-menerus (Dewi. 2013). Airway yang baik tidak dapat menjamin pasien

dapat bernafas dengan baik pula (Dewi, 2013). Menjamin terbukanya airway

Page 26: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

13

merupakan langkah awal yang penting untuk pemberian oksigen. Oksigenasi

yang memadai menunjukkan pengiriman oksigen yang sesuai ke jaringan

untuk memenuhi kebutuhan metabolik, efektivitas ventilasi dapat dinilai

secara klinis (Krisanty, 2009).

Apabila pernafasan tidak adekuat, ventilasi dengan menggunakan

teknik bag-valve-face-mask merupakan cara yang efektif, teknik ini lebih

efektif apabila dilakukan oleh dua orang dimana kedua tangan dari salah satu

petugas dapat digunakan untuk menjamin kerapatan yang baik (ATLS, 2004).

Cara melakukan pemasangan face-mask (Arifin, 2012):

a. Posisikan kepala lurus dengan tubuh

b. Pilihlah ukuran sungkup muka yang sesuai (ukuran yang sesuai

bila sungkup muka dapat menutupi hidung dan mulut pasien, tidak

ada kebocoran)

c. Letakkan sungkup muka (bagian yang lebar dibagian mulut)

d. Jari kelingking tangan kiri penolong diposisikan pada angulus

mandibula, jari manis dan tengah memegang ramus mandibula, ibu

jari dan telunjuk memegang dan memfiksasi sungkup muka

e. Gerakan tangan kiri penolong untuk mengekstensikan sedikit

kepala pasien

f. Pastikan tidak ada kebocoran dari sungkup muka yang sudah

dipasangkan

Page 27: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

14

g. Bila kesulitan, gunakan dengan kedua tangan bersama-sama

(tangan kanan dan kiri memegang mandibula dan sungkup muka

bersama-sama)

h. Pastikan jalan nafas bebas (lihat, dengar, rasa)

i. Bila yang digunakan AMBU-BAG, maka tangan kiri memfiksasi

sungkup muka, sementara tanaga kanan digunakan untuk

memegang bag (kantong) reservoir sekaligus pompa nafas bantu

(squeeze-bag)

2. Circulation

Perdarahan merupakan penyebab kematian setelah trauma (Krisanty,

2009). Oleh karena itu penting melakukan penilaian dengan cepat status

hemodinamik dari pasien, yakni dengan menilai tingkat kesadaran, warna

kulit dan nadi (ATLS, 2004).

a) Tingkat kesadaran

Bila volume darah menurun perfusi otak juga berkurang yang

menyebabkan penurunan tingkat kesadaran.

b) Warna kulit

Wajah yang keabu-abuan dan kulit ektremitas yang pucat

merupakan tanda hipovolemia.

Page 28: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

15

c) Nadi

Pemeriksaan nadi dilakukan pada nadi yang besar seperti a.

femoralis dan a. karotis (kanan kiri), untuk kekuatan nadi, kecepatan

dan irama.

Dalam keadaan darurat yang tidak tersedia alat-alat, maka secara cepat

kita dapat memperkirakan tekanan darah dengan meraba pulsasi (Dewi.

2013) :

(1) Jika teraba pulsasi pada arteri radial, maka tekanan darah

minimal 80 mmHg sistol

(2) Jika teraba pulsasi pada arteri brachial, maka tekanan darah

minimal 70 mmHg sistol

(3) Jika teraba pulsasi pada arteri femoral, maka tekanan darah

minimal 70 mmHg sistol

(4) Jika teraba pulsasi pada arteri carotid, maka tekanan darah

minimal 60 mmHg sistol

3. Disability

Menjelang akhir primary survey dilakukan evaluasi terhadap keadaan

neurologis secara cepat. Hal yang dinilai adalah tingkat kesadaran, ukuran dan

reaksi pupil. Tanda-tanda lateralisasi dan tingkat (level) cedera spinal (ATLS,

2004). Cara cepat dalam mengevaluasi status neurologis yaitu dengan

menggunakan AVPU, sedangkan GCS (Glasgow Coma Scale) merupakan

Page 29: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

16

metode yang lebih rinci dalam mengevaluasi status neurologis, dan dapat

dilakukan pada saat survey sekunder (Krisanty P. Dkk, 2009,).

AVPU, yaitu:

A : Alert

V : Respon to verbal

P : Respon to pain

U : Unrespon

4. Exposure

Merupakan bagian akhir dari primary survey, penderita harus dibuka

keseluruhan pakaiannya, kemudian nilai pada keseluruhan bagian tubuh.

Periksa punggung dengan memiringkan pasien dengan cara log roll.

Selanjutnya selimuti penderita dengan selimut kering dan hangat, ruangan

yang cukup hangat dan diberikan cairan intra-vena yang sudah dihangatkan

untuk mencegah agar pasien tidak hipotermi (Dewi. 2013).

2.1.2 Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003) yang dikutip oleh Wawan & Dewi

(2011), pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang

mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek. Pengetahuan sangat erat

hubungannya dengan pendidikan, dimana bahwa dengan pendidikan yang

tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya (Wawan

& Dewi, 2011). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat

Page 30: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

17

penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ovent behavior) (Wawan &

Dewi, 2011).

Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting

untuk terbentuknya tindakan seseorang. Perilaku dari pengalaman dan

penelitian membuktikan bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih bertahan lama dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2003), pengetahuan yang cukup dalam dominan

kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu:

a. Tahu (Know)

Kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari atau dirangsang yang telah diterima. Cara kerja untuk mengukur

bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan,

menguraikan, mengidentifikasikan dan mengatakan. Tingkatan ini

merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Contohnya adalah

mengetahui apa yang dimaksud dengan kegawatdaruratan.

b. Memahami (Comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang

diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

seseorang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat

Page 31: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

18

menjelaskan dan menyebutkan. Misalnya pada tahap ini dapat

menjelaskan secara benar bagaimana prinsip penatalaksanaan

kegawatdaruratan.

c. Aplikasi (Aplication)

Kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

sebagai pengguna hukum-hukum, rumus, metode, prinsip-prinsip dan

sebagainya. Misalnya apabila menemukan korban trauma, mahasiswa

sudah mengetahui penatalaksaan apa yang harus pertama sekali dilakukan.

d. Analisis (Analysis)

Kemampuan untuk menjabarkan materi atau sesuatu objek ke dalam

sesuatu komponen–komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur

organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis

ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan,

membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainnya.

Contohnya mahasiwa sudah tahu membedakan apa yang harus di lakukan

pada setiap langkah – langkah penatalaksanaan kegawatdaruratan,

misalnya dapat membedakan langkah apa yang di lakukan pada tahap

airway ( jalan napas) dengan tahap breathing (pernapasan).

e. Sintesis (Sinthesis)

Kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu

bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu

Page 32: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

19

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi – formulasi

yang ada. Contohnya dapat merencanakan tahapan penataalaksanaan

kegawatdaruratan sesuai dengan teori yang telah ada dan telah dipelajari.

f. Evaluasi (Evaluation)

Kemampuan untuk melakukan penelitian terhadap suatu materi atau

objek. Penelitian – penelitian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang

sudah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria – kriteria yang telah

ada (Notoatmodjo, 2003). Misalnya dapat membandingkan keberhasilan

dalam penatalaksanaan kegawatdaruratan antara pasien yang buruk

penatalaksanaanya dengan yang baik.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2003):

a. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan,

ekonomi baik tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat

pengetahuan akan tinggi juga. Tingkat sosial ekonomi terlalu

rendah sehingga tidak begitu memperhatikan pesan-pesan yang

disampaikan karena lebih memikirkan kebutuhan-kebutuhan lain

yang lebih mendesak.

Page 33: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

20

b. Kultur (budaya, agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahauan

seseorang, karena informasi yang baru akan disaring kira-kira

sesuai tidak dengan budaya yang ada dan agam yang dianut.

c. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka ia akan mudah menerima hal-

hal baru dan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru tersebut.

Pendidikan itu menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi

kehidupannya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

d. Pengalaman

Berkaitan dengan umur dan pendidikan individu, bahwa

pendidikan yang tinggi maka pengalaman semakin luas, sedangkan

semakin tua umur seseorang maka pengalaman akan semakin

banyak.

Page 34: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

21

2.2 Kerangka Teori

Tingkat Pengetahuan

- Tahu (Know)

- Memahami

(Comprehention)

- Aplikasi

(Application)

- Analisis (Analysis)

- Sintesis (Synthesis)

- Evaluasi

(Evaluation)

Pengetahuan Perawat

Tindakan Primary Survey :

Airway, Breathing, Circulation,

Disability, Expresure

Gambar 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmojo (2003), Arief dkk (2007)

2.3 Fokus Penelitian

Kegawatdarura

tan

Pengetahuan

Perawat

Primary Survey Kegawatdarurat

an

Gambar 2.1 Fokus Penelitian

Sumber: Notoatmojo (2003), Arief dkk (2007)

Page 35: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

22

2.4 Keaslian Penelitian

Berdasarkan pengetahuan peneliti melalui penelusuran jurnal, didapatkan

penelitian yang mendukung penelitian yang akan dilakukan peneliti, sebagai

berikut :

Tabel 2.1

Keaslian Penelitian

Nama Peneliti

Judul Penelitian Metode

Penelitian

Hasil Penelitian

Putu Sukma

Parahita, Putu

Kurniyanta

Penatalaksanaan

Kegawatdaruratan

Pada Cedera Fraktur

Ekstrimitas

Kualitatif

Deskriptif Hasil dari ringkasan

penelitian ini adalah

penanganan awal dalam

ruang emergency sangat

penting untuk menyelamat-

kan nyawa dan

penyelamatan ekstremitas

yang mengalami fraktur. Survey primery

(mengamankan jalan nafas,

pernafasan dan sirkulasi)

Aziz Nur Fathoni,

Wahyu Rima

A, Ariyani.

Hubungan tingkat pengetahuan perawat

tentang basic life

support (BLS) dengan

perilaku perawat dalam

pelaksanaan primery

survey di RSUD

Mangun Sumarso

Kabupaten Wonogiri

Deskriptif cross-sectional

Hasil penilaian menunjukkan bahwa

tingkat pengetahuan

perawat 75% baik dan

25 % dikategorikan

cukup. Untuk perilaku

perawat dalam

pelaksanaan primery

survey 80 %

dikategorikan terampil

dan 20% dikategorikan

kurang.

Page 36: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan rancangan penelitian

Jenis penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan study

fenomenology yaitu penelitian untuk menemukan atau mengembangkan

pengetahuan yang memerlukan keterlibatan peneliti dalam mengidentifikasi

pengertian atau relevansi fenomena tertentu terhadap individu dengan

rancangan penelitian deskriptif study fenomenologi (Sujarweni, 2014).

Peneliti memilih metode kualitatif karena peneliti ingin memahami secara

holistic pengetahuan perawat tentang primary survey terhadap kecelakaan lalu

lintas di IGD RSUD Kabupaten Karanganyar. Fenomena pengetahuan perawat

dalam tindakan primary survey tidak dapat digambarkan secara kuantitatif

karena hal ini berkaitan dengan subyektivitas pengalaman manusia.

Pendekatan deskriptif fenomenologi dinilai dapat menjelaskan fokus

permasalahan dan realitas yang diteliti secara jelas dan lengkap karena peneliti

akan berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-

orang yang biasa dalam situasi tertentu (Sutopo, 2006.). Penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui pengetahuan perawat tentang primary survey

pada kegawatdaruratan.

24

Page 37: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

25

3.2 Tempat dan waktu penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi merupakan tempat dimana responden berada, sehingga peneliti

akan memperoleh data dari tangan pertama dilakukannya penelitian

(Sujarweni, 2014). Dalam penelitian ini dilakukan di IGD RSUD

Kabupaten Karanganyar.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian sesuai dengan jadwal. Penelitian ini dilaksanakan

pada bulan Februari sampai dengan 16 Agustus 2015.

3.3 Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian adalah subjek yang memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan (Nursalam, 2011). Apabila seseorang ingin meneliti semua

elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan

penelitian populasi (Arikunto, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua perawat yang berada di IGD RSUD Kabupaten Karanganyar. Sampel

yang peneliti ambil adalah sebanyak 1-10 partisipan dengan kriteria

kecukupan data dan disesuaikan dengan kemampuan peneliti (Yati dan Imami,

2014). Tehnik pengambilan sampel di lakukan dengan cara purposive

sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama

dengan populasi (Sugiyono, 2007). Dalam penelitian ini peneliti mengambil 3

sampel sebagai partisipan. Hal ini dikarenakan peniliti mengutamakan dalam

pengumpulan data dengan saturasi data. Saturasi data sudah diperoleh jawaban

berdasarkan dari 3 partisipan (P1), (P2), (P3) atau pernyataan yang sama,

Page 38: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

26

sehingga data sudah jenuh (Sugiyono, 2007). Dengan kriteria inklusi sebagai

berikut :

1. Pengalaman bekerja minimal 3 tahun di RSUD Kabupaten Karanganyar

2. Pendidikan minimal D3 Keperawatan.

3. Bersedia menjadi partisipan kooperatif.

3.4 Instrumen dan prosedur pengumpulan data

1. Instrumen

Pada penelitian ini digunakan dua macam instrument yaitu

instrument inti dan instrumen penunjang sebagai berikut:

a. Instrumen inti

Peneliti merupakan instrumen kunci pada penelitian ini.

Peneliti sebagai instrument inti berusaha untuk meningkatkan

kemampuan diri dalam melakukan wawancara dalam. Usaha yang

dilakukan berlatih wawancara terlebih dahulu sebelum pengambilan

data kepada partisipan. Pada saat latihan wawancara peneliti

berusaha responsive dan luwes dalam berkomunikasi. Keterampilan

wawancara kemudian terus diperbaiki seiring dengan seringnya

melakukan wawancara pada partisipan berikutnya (Yati dan Imami,

2014).

b. Intrumen penunjang

Alat bantu dalam pengumpulan data yang digunakan yaitu:

1) Data demografi atau biodata meliputi nama, umur, alamat,

pendidikan.

Page 39: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

27

2) Pedoman wawancara merupakan berisi daftar pertanyaan

terbuka yang telah diuji cobakan sebelumnya kepada perawat

yang memenuhi kriteria inklusi di Rumah Sakit yang berbeda

sebelum ditanyakan kepada partisipan.

3) Alat perekam atau smartphone yang dilengkapi program voice

recorder yang mempermudah peneliti membuat transkip

wawancara. Program tersebut telah dilakukan uji coba

sebelumnya dan mampu merekam suara kurang lebih 30 menit.

Hasil rekaman dapat disimpan dalam bentuk file MP3. Alat

perekam diisi daya penuh sebelum digunakan dan menggunakan

flight mode on agar tidak terganggu pada saat proses

wawancara.

2. Prosedur pengumpulan data

a. Fase pra interaksi

Pengumpulan data dimulai setelah peneliti menyelesaikan

ujian proposal dan diperbolehkan melakukan pengambilan data

dilapangan. Peneliti mengurus surat ijin pengambilan data yang

dikeluarkan oleh Program Studi S-1 Keperawatan Stikes Kusuma

Husada Surakarta kepada Direktur Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah. Ijin yang diberikan oleh Badan Kesatuan

Bangsa dan Politik selanjutnya dipergunakan peneliti sebagai

entery point pengambilan data kepada perawat dengan

berkoordinasi yang berada di RSUD Karanganyar.

Page 40: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

28

b. Fase pelaksanaan

1. Wawancara mendalam

Sumber data yang sangat penting dalam penelitian

kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai

narasumber atau informan. Informasi dari sumber data ini

dikumpulkan dengan teknik wawancara, dalam penelitian

kualitatif khususnya dilakukan dalam bentuk yang disebut

wawancara mendalam (in-depth interviewing) yaitu

wawancara yang dilakukan untuk menemukan permasalahan

secara lebih terbuka dimana informan yang diwawancara

diminta pendapat dan ide-idenya, peneliti mencatat apa yang

dikemukakan oleh informan (Sugiyono 2013). Wawancara

akan dihentikan oleh peneliti ketika semua jawaban dari

partisipan jenuh (Sutopo 2006).

Wawancara mendalam dilakukan kepada partisipan

guna mendapatkan data – data yang diharapkan peneliti,

setelah data didapat peneliti melakukan transkip dengan cara

mengulang kata dari partisipan 1, 2, dan 3 untuk mencari kata

kunci, sehingga didapatkan kategori dan tema.

2. Dokumen

Studi dokumentasi adalah teknik pengumpulan data

dengan mempelajari catatan-catatan mengenai suatu data.

Page 41: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

29

Dokumen tertulis merupakan sumber data yang memiliki

posisi penting dalam penelitian kualitatif (Sutopo, 2006).

c. Fase terminasi

Tahap terakhir dalam pengumpulan data dilakukan

terminasi dengan melakukan validasi terhadap data yang

ditemukan kepada partisipan. Peneliti memperlihatkan hasil

transkip wawancara dan interpretasi peneliti kepada partisipan.

Semua partisipan mengatakan bahwa apa yang ditulis peneliti telah

sesuai dengan apa yang dimaksud partisipan. Setelah semua data

divalidasi dan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh partisipan,

maka dilakukan terminasi dengan pemberian reward sebagai

ucapan terima kasih karena telah bersedia berpartisipasi dalam

penelitian dan menyampaikan bahwa proses penelitian telah

selesai.

3.5 Analisa data

Analisa data dalam penelitian ini menggunakan metode fenomenologis

deskriptif dengan metode Colaizzi (Polit & Beck 2006), adapun langkah –

langkah analisa data adalah sebagai berikut :

1. Peneliti menggambarkan fenomena dari pengalaman hidup partisipan yang

diteliti.

2. Peneliti mengumpulkan gambaran fenomena partisipan.

Page 42: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

30

3. Peneliti membaca semua protocol atau transkrip untuk mendapatkan

perasaan yang sesuai dari partisipan. Kemudian mengidentifikasi

pernyataan partisipan yang relevan. Serta membaca transkrip secara

berulang – ulang hingga ditemukan kata kunci dari pernyataan –

pernyataan.

4. Kemudian peneliti mencari makna dan dirumuskan kedalam tema.

a. Merujuk kelompok tema kedalam transkrip dan protocol asli untuk

memvalidasi.

b. Memperhatikan perbedaan antara satu kelompok dengan kelompok

yang lain dan menghindari perbedaan diantara kelompok tema tersebut.

5. Peneliti mengintegrasikan hasil kedalam deskripsi lengkap dari fenomena

yang diteliti.

6. Merumuskan deskripsi lengkap dari fenomena yang diteliti sebagai

pernyataan tegas dan didentifikasi kembali

7. Kembali kepada partisipan untuk langkah validasi akhir / verifikasi tema –

tema segera setelah proses verbal tim dilakukan dan peneliti tidak

mendapatkan data tambahan baru selama verifikasi.

3.6 Keabsahan data

Menurut Yati dan Imami (2014) menyatakan bahwa keabsahan data

sebagai berikut:

1. Kredibility (validitas internal)

Merupakan ukuran tentang kebenaran data yang diperoleh dengan

instrumen, yakni apakah instrumen itu sungguh-sungguh mengukur

Page 43: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

31

variabel yang sesungguhnya. Bila ternyata instrumen tidak mengukur

apa yang seharusnya diukur maka data yang diperoleh tidak sesuai

dengan kebenaran, sehingga hasil penelitiannya juga tidak dapat

dipercaya, atau dengan kata lain tidak memenuhi syarat validitas.

2. Transferability (validitas eksternal)

Berkenaan dengan masalah generalisasi, yakni sampai dimanakah

generalisasi yang dirumuskan juga berlaku bagi kasus-kasus lain diluar

penelitian. Dalam penelitian kualitatif, peneliti tidak dapat menjamin

keberlakuan hasil penelitian pada subyek lain. Hal ini disebabkan

karena penelitian kualitatif tidak bertujuan untuk menggeneralisir,

karena dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan sampling acak,

atau senantiasa bersifat purposive sampling.

3. Dependebility (dependabilitas)

Merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana alat pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dependebelity menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan ulang

terhadap gejala yang sama dengan alat pengukur yang sama.Untuk

dapat mencapai tingkat reliabilitas dalam penelitian ini, maka dilakukan

dengan teknik ulang atau check recheck.

4. Confirmability (konfirmabilitas)

Peneliti harus berusaha sedapat mungkin memperkecil faktor

subyektifitas. Penelitian akan dikatakan obyektif bila dibenarkan atau

Page 44: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

32

di ”confirm” oleh peneliti lain. Maka obyektifitas diidentikkan dengan

istilah ”confirmability”.

3.7 Etika penelitian

Menurut Setiadi (2013) menyatakan bahawa etika penelitian sebagai

berikut:

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan responden

dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Tujuannya

agar responden mengetahui maksud dan tujuan peneliti serta dampak yang

diteliti selama pengumpulan data. Jika responden setuju, maka diminta

untuk menandatangani lembar persetujuan. Namun peneliti harus tetap

menghormati hak responden bila tidak bersedia.

2. Anonimity (tanpa nama)

Merupakan masalah etika dengan tidak memberikan nama

responden pada alat bantu penelitian, cukup dengan kode yang hanya

dimengerti oleh peneliti.

3. Confidentially (kerahasiaan)

Merupakan masalah etika dengan menjamin kerahasiaan informasi

yang diberikan oleh responden. Peneliti hanya melaporkan kelompok data

tertentu saja.

Page 45: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini akan menguraikan hasil penelitian tentang pengetahuan

perawat tentang primary survey pada penanganan kegawatdaruratan di IGD RSUD

Kabupaten Karanganyar kemudian akan dibahas berdasarkan literatur. Hasil

penelitian diuraikan menjadi dua bagian, bagian yang pertama menjelaskan

karakteristik partisipan yang terlibat dalam penelitian secara singkat, bagian yang

kedua menguraikan hasil tematik tentang pengalaman perawat.

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian

Rumah sakit ini pada hakekatnya berawal dari sebuah Rumah Bersalin

(RB) bernama RB “Kartini” yang didirikan pada tanggal 21 April 1960. Pada

tanggal 6 juni 1965 RB pindah di Rumah Sakit yang telah dibangun, Rumah

Sakit ini bernama Rumah Sakit Bersalin Kartini. Seiring berjalannya waktu

peningkatan kebutuhan masyarakat akan kuantitas dan kualitas pelayanan

menyebabkan Pemerintah Daerah Karanganyar merencanakan pemindahan

RSUD ke lokasi yang lebih luas, maka pada tanggal 11 maret 1995 RSUD

pindah di jalan Yos Sudarso, Jengglong, Bejen, Karanganyar.

Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar memenuhi syarat menjadi

RSUD kelas C berdasarkan analisis organisasi, fasilitas dan kemampuan, dan

dikukuhkan dengan keputusan Menkes Republik Indonesia Nomor 009-

33

Page 46: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

34

1/1993, tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSUD Karanganyar,

tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja RSU Karanganyar. Sejak tanggal

2 Maret 2009 Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar

diteteapkan sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan status

BLUD penuh.

Ruang Instalasi Gawat Darurat yang ada di RSUD Karanganyar mempunyai

Jumlah perawat yaitu sebanyak 18 Perawat yang bekerja di ruang IGD

tersebut, IGD tersebut terdapat 8 ruangan, 4 ruangan tindakan berdasarkan

triage, 1 ruangan isolasi, 1 ruangan administrasi, 1 ruangan perawat dan 1

kamar mandi pasien.

4.2.Gambaran Karakteristik Partisipan

Partisipan dalam penelitian ini yaitu perawat di ruang IGD RSUD

Karanganyar. Wawancara dilakukan pada tanggal 3 Agustus, dan 7 Agustus

2015. Peneliti mengambil 3 partisipan 2 perawat laki-laki dan 1 perawat

perempuan dan berkisar antara umur 35-45 tahun dan masing-masing telah

mempunyai pengalaman dalam bekerja dan setiap tahunnya perawat di IGD

mengikuti kegiatan yang berupa seminar untuk pembaharuan ilmu - ilmu baru

tentang Kegawat Daruratan IGD.

4.2.1. Partisipan 1 (P1)

Ny. T berumur 35 tahun, pendidikan terakhir Ny. T yaitu S1

Keperawatan. Pengalaman kerja Ny. T sudah selama 5 tahun bekerja di

Page 47: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

35

ruang IGD. Ny.T sudah menjadi pegawai tetap di IGD RSUD

Karanganyar. Ny. T sudah pernah mengikuti pelatihan Kegawatdaruratan.

4.2.2. Partisipan 2 (P2)

Tn. D berumur 37 tahun, pendidikan terakhir Tn. D yaitu S1

Keperawatan. Pengalaman kerja sudah 14 tahun bekerja di ruang IGD, dan

menjadi pegawai teteap di IGD RSUD Karanganyar, sudah pernah

mengikuti pelatihan Kegawatdaruratan.

4.2.3. Partisipan 3 (P3)

Tn.A berumur 45 tahun, pendidikan terakhir Tn. A yaitu S1

Keperawatan. Pengalaman kerja Tn. A sudah 17 tahun bekerja di ruang

IGD. Tn. A sudah menjadi pegawai tetap di IGD RSUD Karanganyar. Tn.

A sudah pernah mengikuti pelatihan Kegawatdaruratan

4.3.Hasil Penelitian

Hasil wawancara dengan 3 partisipan didapatkan 7 tema yaitu 1)

Deskripsi primary survey 2) Aspek pengkajian airway 3) Manajemen airway

4) Manajemen breating 5) Indikator circulation 6) Penilaian status kesadaran

7) Pengkajian exposure.

Tema tersebut disusun dari kata kunci dan kategori pendukung.

Berikut ini hasil dari peneliti

Page 48: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

36

4.3.1. Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang primary survey

Hasil penelitian dalam mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang

primary survey didapatkan tema yaitu: Deskripsi primary survey.

Berikut ungkapan dari partisipan.

Tema deskripsi primary survey didapatkan kategori Pengkajian awal

dan Indikasi primary survey, dapat ditemukan dalam ungkapan

partisipan:

1) Pengkajian awal

“...Primary survey itu merupakan pengkajian awal yang

dilakukan perawat...” P1

“ primary survey adalah pengkajian dalam menerima pasien

diruang IGD yang dilakukan perawat dalam kondisi gawat

darurat...”P2

“...primary survey merupakan langkah awal dalam pengkajian

awal pada saat pasien datang ...”P3

2) Indikasi primary survey

“...perasaan tidak ada kata indikasi untuk pengkajian semua

masuk pada kasus pasien dengan kasus gawat darurat ....”P1

“...dalam melakukan primary survey pengkajian dilakukan

pada semua kasus, bahkan dengan kasus kegawat daruratan...”

P3

“...Ini kan pasien gawat darurat jadi penanganan sesuai prosedur A,B,C,D,E…’’ P2

4.3.2. Mengidentifikasi airway terhadap penanganan

kegawatdaruratan

Hasil penelitian dalam mengidentifikasi manajemen airway terhadap

penanganan kegawatdaruratan didapatkan tema yaitu: 1) Aspek

Page 49: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

37

pengkajian airway. 2) manajemen airway. Berikut ungkapan

informan:

1. Aspek pengkajian airway

Tema aspek pengkajian airway didapatkan kategori yaitu obstruksi

jalan nafas yang ditemukan dari ungkapan partisipan. Berikut

ungkapan dari partisipan mengenai obstruksi jalan nafas:

“… pemeriksaan airway iti meliputi keadaan jlan nafas

pasien seperti ada sumbatan atau tidak..’’ P1

“..terdengar suara tambahan kayak ronki apakah

terdapat sumbatan berupa secret..” P2

“..dari pemeriksaan airway kita lihat apakah ada

sumbatan pada jalan nafas…” P3

“.. untuk pasien cidera kepala missal kita lihat dari jalan

nafas tadi ada sumbatan atau tidak ada perdarahan atau

tidak..” P3

2. Manajemen airway

Tema dalam manajemen airway didapatkan 2 kategori yaitu

manjemen airway cidera servikal dan manajemen airway non

cidera servikal, dapat ditemukan dalam ungkapan partisipan:

1) Managemen airway cidera servikal

“...missal untuk kasus cidera kepala harus dilakukan jaw

trust...” P1

“… missal pada kasus cidera kepala kita lakukan jaw

trust itu juga penting..” P3

Partisipan 1 dan 3 mengungkapkan bahwa untuk menejemen

airway dilakukan jaw trust.

2) Managemen airway non cidera servikal

Page 50: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

38

“...biasanya dibagian tengkuk leher diberi ganjalan

supaya bertujuan untuk mempertahankan jalan nafa dan

kadang ada yang di head tilt-chin lift...” P2

“.. untuk kasus cidera kepala harus dilakukan jaw trast

apabila head tilt-chin lift maka akan memperparah

keadaan pasien..” P1

Partisipan 1 dan 2 mengungkapkan untuk menejemen airway

dilakukan head tilt – chin lift.

4.3.3. Mengidentifikasi breating terhadap penanganan kegawat-

daruratan

Hasil penelitian dalam mengidentifikasi breating terhadap penanganan

kegawatdaruratan didapatkan tema yaitu: 1) Indikasi oksigenasi 2)

manajemen breating. Berikut ungkapan dari partisipan:

1. Indikasi oksigenasi

Tema indikasi oksigenasi didapatkan dari kategori yaitu

pemenuhan oksigenasi dapat ditemukan dalam ungkapan

partisipan:

“...breathing itu merupakan kebutuhan oksigen pada

manusia....” P1

“...oksigenasi ini sangat penting atau bahkan kebutuhan

manusia” P3

Partisipan 1 dan 3 mengungkapkan dalam melakukan indikasi

oksigenasi dengan memenuhi kebutuhan oksigenasi karena

okesigenasi merupakan kebutuhan manusia.

2. Manajemen breating

Page 51: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

39

Tema manajemen breating didapatkan kategori yaitu: 1)

Memberikan oksiegenasi 2) memberikan posisi nyaman. Dapat

ditemukan dalam ungkapan partisipan.

“...kalau oksigen tidak adekuat maka tidak bisa

mempertahamkan breating maka diberikan oksigen

kanul atau masker...” P1

“...untuk teknik penanganan breating kita pertahankan

pernafasan dengan memberikan oksigenasi jika 1-6 kasih

nasal kanul, 6-8 sungkup..” P2

“...itu lihat oksigen yang sudah kita berikan apakah

sudah adekuat...” P3

Partisipan 1,2, dan 3 mengungkapkan dalam mempertahankan

breating yaitu dengan memberikan oksigen nasal kanul.

“ ... memposisikan dengan benar lalu memastikan

jalan nafas harus bebas...” P1

“ ... memposisikan pasien dengan posisi nyaman...”

P2

“...dengan memberi posisi yang nyaman...” P3

Partisipan 1,2, dan 3 mengungkapkan dalam mempertahankan

breating yaitu dengan memnerikan posisi yang nyaman pada

pasien.

4.3.4. Mengidentifikasi circulasi terhadap penanganan kegawat-

daruratan

Hasil penelitian dalam mengidentifikasi sirkulasi terhadap penanganan

kegawatdaruratan didapatkan kategori yaitu Indikator circulation.

Berikut ungkapan dari partisipan:

Page 52: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

40

Tema indikator circulation didapatkan kategori yaitu: 1) Status

hemodinamik 2) Status oksigenasi, dapat ditemukan dalam ungkapan

partisipan:

“...circulation merupakan keadaan dimana ada aliran

darah atau oksigen terganggu...”P1

“...circulasi disini merupakan keadaan dimana ada

hambatan atau tidak dalam aliran darah...” P2

“...circulation merupakan suatu kondisi dimana ada

aliran darah atau oksigen pada pasien yang

tersumbat...” P3

Partisipan 1,2, dan 3 mengungkapkan dalam melihat status dinamik

pasien dengan memeriksa keadan aliran darah atua oksigen untuk

mengetahui ada sumbatan apa tidak.

“.. kalau ada perdarahan dan jangan lupa cirkulasi

harus diawasi tanda tanda syok..” P1

“.. cara memeriksa circulation meraba akral apakah

hangat atau dingin juga jangan lupa dilihat atau

diperiksa tanda- tanda syoknya…” P2

“... pasien kita lihat akralnya hangat apa tidak dan

pasien biasanya ada tanda – tanda syok..” P3

Partisipan 1,2, dan 3 mengungkapakan dalam melihat status oksigenasi

pasien yaitu dengan memeriksa tanda – tanda syoknya

4.3.5. Mengidentifikasi disability terhadap penanganan

kegawatdaruratan

Hasil penelitian dalam mengidentifikasi disabilitiy terhadap

kegawatdaruratan didapatkan tema yaitu: Penilaian status kesadaran.

Berikut ungkapan dari partisipan:

Page 53: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

41

Tema penilaian status kesadaran didapatkan kategori yaitu: 1)

Gangguan motrik 2) Gangguan neurologi 3) pengkajian GCS, dapat

ditemukan dalam ungkapan partisipan:

“...disability itu merupakan keadaan atau respon yang

ada pada pasien apakah ada gangguan motorik atau

neurologis...” P1

“...disability itu suatu gangguan motorik atau neurologis biasanya ini sering terjadi pada kasus kecelakan...” P3

Partisipan 1 dan 3 mengungkapakan bahwa dalam menilai status

kesadaran pasien yaitu dengan menilai apakah pasien mengalami

gangguan motorik.

“...disability itu menilai tingkat kesadaran, status

neurologis..” P2

“...disability itu suatu gangguan motorik atau neurologis

biasanya ini sering terjadi pada kasus kecelakan...” P3

“...disability itu merupakan keadaan atau respon yang

ada pada pasien apakah ada gangguan motorik atau

neurologis...” P1

Partisipan 1,2, dan 3 mengungkapkan dalam mengidentifikasi

disability pasien yaitu dengan memeriksa keadaan neurologi pasien

“...untuk menilai neurologis pasien itu dengan cara

AVPU atau GCS kalau disi ni dengan GCS biasa

nya...” P1

“...ya kita priksa tingkat kesadaran’nya dengan GCS

mas...” P2

“...untuk menilai neurologis pasien kita kita mengukur

menggunakan GCS mas...” P3

Partisipan 1, 2, dan 3 mengungkapkan dalam mengidentifikasi

disability pasien yaitu dengan mengukur GCS pasien.

Page 54: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

42

4.3.6. Mengidentifikasi exposure terhadap penanganan

kegawatdaruratan

Hasil penelitian dalam mengidentifikasi exposure terhadap

penanganan kegawatdaruratan didapatkan tema yaitu: Pengkajian

exposure. Berikut ungkapan dari partisipan:

Tema pengkajian exposure didpatkan kategori yaitu: 1) Pemeriksaan

head to toe 2) Log roll, dapat ditemukan dalam ungkapan partisipan:

Exposure itu untuk memeriksa keadaan pasien dari ujung kepala

sampai ujung kuku kaki seperti head to toe untuk mengetahui ada

oedeme atau luka yang tidak diketahui...” P1

“...exposure merupakan pemeriksaan kembali pada

pasien mulai kepala sampai kaki biasanya dikenal

dengan teknik head to toe...” P2

“...exposure itu melihat keadaan pasien dari ujung kaki

sampai ujung kepala, apakah ada cidera atau tidak...”

P3

Partisipan 1,2, dan 3 mengungkapkan dalam melakukan pengkajian

exposure pasien yaitu dengan melihat keadaan pasien dari ujung kaki

sampai ujung kepala.

“...prosedurnya ya dengan PX,Head To Toe. Kalau Px di

punggung dengan cara log roll lalu di raba” dari ujung

kepala sampai kaki untuk mengetahui jejas pada daerah

punggung, jangan lupa setelah Px exposure di

kembalikan atau di selimuti...” P1

“...prosedur exposure melepas semua pakaian yang

digunakan pasien dari kepala sampai kaki. Melihat

adanya tanda gejala tambahan dengan teknik log roll...”

P2

Page 55: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

43

“...dalam melakukan exposure dengan cara head to toe,

kita priksa satu persatu dari kepla sampai kebawah

apakah ada jejas apakah ada cidera tulang belakang...”

P3

Partisipan 1, 2, dan 3 mengungkapkan dalam melakukan pengkajian

exposure pasien yaitu dengan melihat adanya tanda gejala tambahan

dengan teknik log roll.

Page 56: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

BAB V

PEMBAHASAN

5.1. Mengidentifikasi pengetahuan perawat tentang primary survey

5.1.1. Deskripsi primary survey

Hasil wawancara dari (P1), (P2), (P3) dapat disimpulkan bahwa deskripsi

primary survey yang dilakukan perawat adalah melakukan pengkajian awal.

Primary survey adalah mengatur pendekatan ke klien sehingga klien segera

dapat dididentifikasi dan tertanggulangi dengan efektif. Pemeriksaan primary

survey berdasarkan standart A-B-C dan D-E, dengan airway (A: jalan nafas),

breathing (B: pernafasan), circulation (C: sirkulasi), disability (D: ketidak

mampuan), dan exposure (E: penerapan) (Krisanty et al, 2009). Hal ini telah

sesuai dengan konsep teori dari Kartikawati (2011) tentang penilaian awal

pasien terutama terdiri atas primary survey dan sekunder survey. Pendekatan

ini ditujukan untuk mempersiapkan dan menyediakan metode perawatan

individu yang mengalami multiple trauma secara konsisten dan menjaga tim

agar tetap terfokus pada prioritas perawatan. Masalah – masalah yang

mengancam nyawa terkait jalan napas, pernapasan, sirkulasi, dan status

kesadaran pasien diidentifikasi, dievaluasi, serta dilakukan tindakan dalam

hitungan menit sejak datang di unit gawat darurat.

43

Page 57: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

44

Perawat juga mengungkapkan jika primary survey dilakukan atas indikasi

kegawatan pasien meliputi pemeriksaan airway, breathing, circulation,

disability, dan exposure hal ini juga telah sesuai dengan konsep teori dari

Musliha (2010) pengakajian primary survey airway dan cervikal control

(pemeriksaan jalan nafas dengan kontrol servikal), breating dan ventilation,

circulation dan hemmorhage control ( circulation dengan kontrol perdarahan),

disability ( menilai kesdaran pasien), exposure dan environment control (

membuka baju pasien, tetapi cegah hipotermia).

5.2. Mengidentifikasi airway terhadap penanganan kegawatdaruratan

5.2.1. Aspek pengkajian airway

Hasil wawancara dari partisipan 1, 2, dan 3 dalam aspek pengkajian airway

yaitu dengan melihat obstruksi jalan nafas apakah terdapat sumbatan. Hal ini

telah sesuai dengan konsep teori yang pertama yang harus dinilai adalah

kelancaran airway. Ini meliputi pemeriksaan adanya obstruksi jalan nafas yang

dapat disebabkan benda asing, fraktur tulang wajah, fraktur mandibula, atau

maksila, fraktur larinks atau trakea. (dari Musliha (2010)

5.2.2. Manajemen airway

Hasil wawancara dari partisipan 1, 2, dan 3 dalam manajemen airway yaitu

dengan menejemen airway cidera servikal dan manajemen airway non cidera

servikal seperti melakukan posisi jaw trust hal ini telah sesuai dengan konsep

teori dari Musliha (2010) yaitu usaha untuk membedakan jalan nafas harus

melindungi vertebra servikal karena kemungkinan patahnya tulang servikal

harus selalu diperhitungkan. Dalam hal ini dapat dilakukan “chin lift” atau “jaw

Page 58: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

45

thrust”.selama memeriksa dan memperbaiki jalan nafas, harus diperhatikan

bahwa tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi atau rotasi leher. Dalam keadaan

kecurigaan fraktur servikal, harus dipakai alat imobilisasi.

Bebasnya jalan nafas sangat penting bagi kecukupan ventilasi dan

oksigenasi. Jika pasien tidak mampu dalam mempertahankan jalan nafasnya,

patensi jalan nafas harus dipertahankan dengan cara buatan seperti : reposisi,

chin lift, jaw thrust, atau melakukan penyisipan airway orofaringeal serta

nasofaringeal (Smith, Davidson, Sue, 2007).

5.3. Mengidentifikasi breathing terhadap penanganan kegawatdaruratan

5.3.1. Indikasi oksigenasi

Hasil wawancara pada partisipan 1, 2, dan 3 yaitu dengan memenuhi

kebutuhan oksigenasi karena oksigenasi merupakan kebuthan dasar manusia.

Selama proses keperawat perawat selalu melakukan pemenuhan kebutuhan

oksigen kepada setiap pasien misalnya pasien dengan keluhan sesak nafas. Hal

ini telah sesuai dengan konsep teoi dari Kartikawati (2013) intervensi selama

proses keperawatan breathing meliputi memberikan oksigen tambahan untuk

semua pasien. Bagi pasien dengan volume tidal yang cukup, gunakan non-

rebrether mask dengan reservoir 10 – 12 l/menit.

Oksigen sangat penting bagi kehidupan. Sel-sel tubuh memerlukan pasokan

konstan O2 yang digunakan untuk menunjang reaksi kimiawi penghasil energi,

yang menghasilkan CO2 yang harus dikeluarkan secara terus-menerus (Dewi.

2013). Airway yang baik tidak dapat menjamin pasien dapat bernafas dengan

baik pula (Dewi, 2013). Menjamin terbukanya airway merupakan langkah awal

Page 59: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

46

yang penting untuk pemberian oksigen. Oksigenasi yang memadai

menunjukkan pengiriman oksigen yang sesuai ke jaringan untuk memenuhi

kebutuhan metabolik, efektivitas ventilasi dapat dinilai secara klinis (Krisanty,

2009).

5.3.2. Manajemen breathing

Hasil wawancra pada partisipan 1, 2, dan 3 dalam memanajemen breating

yaitu dengan memberikan oksigenasi serta memberikan posisi yang nyaman

guna mempertahankan breathing pada pasien. Hal ini telah sesuai dengan teori

dari Kartikawati (2013) yaitu munculnya masalah pernafasan pada pasien

trauma terjadi karena kegagalan pertukaran udara, perfusi, atau sebagai akibat

dari kondisi serius pada status neurologis pasien. Untuk menilai pernafasan,

perhatikan proses respirasi spontan dan cacat kecepatan, kedalaman, serta

usaha melakukannya. Periksa dada untuk mengetahui penggunaan otot bantu

pernafasan dan gerakan naik turunnya dinding dada secara simetris saat

respirasi.

Terapi O2 merupakan salah satu dari terapi pernafasan dalam

mempertahankan okasigenasi jaringan yang adekuat. Secara klinis tujuan

utama pemberian O2 adalah (1) untuk mengatasi keadaan Hipoksemia sesuai

dengan hasil Analisa Gas Darah, (2) untuk menurunkan kerja nafas dan

meurunkan kerja miokard.

Syarat-syarat pemberian O2 meliputi : (1) Konsentrasi O2 udara inspirasi

dapat terkontrol, (2) Tidak terjadi penumpukan CO2, (3) mempunyai tahanan

jalan nafas yang rendah, (4) efisien dan ekonomis, (5) nyaman untuk pasien.

Page 60: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

47

Dalam pemberian terapi O2 perlu diperhatikan “Humidification”. Hal ini

penting diperhatikan oleh karena udara yang normal dihirup telah mengalami

humidfikasi sedangkan O2 yang diperoleh dari sumber O2 (Tabung)

merupakan udara kering yang belum terhumidifikasi, humidifikasi yang

adekuat dapat mencegah komplikasi pada pernafasan.

Keuntungan dan kerugian dari masing-masing system, kateter nasal

Merupakan suatu alat sederhana yang dapat memberikan O2 secara kontinu

dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi 24% – 44%.

– Keuntungan Pemberian O2 stabil, klien bebas bergerak, makan dan berbicara,

murah dan nyaman serta dapat juga dipakai sebagai kateter penghisap.

Kerugian tidak dapat memberikan konsentrasi O2 yang lebih dari 45%, tehnik

memasuk kateter nasal lebih sulit dari pada kanula nasal, dapat terjadi distensi

lambung, dapat terjadi iritasi selaput lendir nasofaring, aliran dengan lebih dari

6 L/mnt dapat menyebabkan nyeri sinus dan mengeringkan mukosa hidung,

kateter mudah tersumbat. Kanula nasal merupakan suatu alat sederhana yang

dapat memberikan O2 kontinu dengan aliran 1 – 6 L/mnt dengan konsentrasi

O2 sama dengan kateter nasal.

Keuntungan pemberian O2 stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan

teratur, mudah memasukkan kanul disbanding kateter, klien bebas makan,

bergerak, berbicara, lebih mudah ditolerir klien dan nyaman. Kerugian tidak

dapat memberikan konsentrasi O2 lebih dari 44%, suplai O2 berkurang bila

klien bernafas lewat mulut, mudah lepas karena kedalam kanul hanya 1 cm,

mengiritasi selaput lendir. Sungkup muka sederhana merupakan alat pemberian

Page 61: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

48

O2 kontinu atau selang seling 5 – 8 L/mnt dengan konsentrasi O2 40 – 60%.

Keuntungan konsentrasi O2 yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau kanula

nasal, system humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan sungkup

berlobang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi aerosol. Kerugian

tidak dapat memberikan konsentrasi O2 kurang dari 40%, dapat menyebabkan

penumpukan CO2 jika aliran rendah. Sungkup muka dengan kantong non

rebreathing kerupakan tehinik pemberian O2 dengan Konsentrasi O2 mencapai

99% dengan aliran 8 – 12 L/mnt dimana udara inspirasi tidak bercampur

dengan udara ekspirasi. Keuntungan konsentrasi O2 yang diperoleh dapat

mencapi 100%, tidak mengeringkan selaput lendir. Kerugian kantong O2 bisa

terlipat.

Penelitian dari aneci, rolly, franly menunjukkan pengaruh pemberian posisi

semi fowler terhadap kestabilan pola napas, bahwa pasien yang setelah

diberikan intervensi posisi semi fowler memiliki rata-rata skor dyspnea.

Penelitian dari safitry dkk,2011 dengan judul “keefektifan pemberian posisi

semi fowler terhadap penurunan sesak napas pada pasien asma.

5.4.Mengidentifikasi circulation terhadap penanganan kegawatdaruratan

5.4.1. Indikator circulation

Hasil wawancara pada partisipan 1, 2, dan 3 dalam mengindikasikan

sirkulasi yaitu dengan melihat status hemodinamik serta status oksigenasi,

dalam sirkulasi sangat di pantau guna mengetahui kondisi dimana ada aliran

darah atau oksigen pada pasien yang tersumbat. Hal ini telah sesuai dengan

Page 62: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

49

teori dari Kartikawati (2013) penilaian primer mengenai status sirkulasi pasien

trauma mencakup evaluasi adanya perdarahan, denyut nadi dan perfusi.

Musliha (2010) ada 3 observasi yang dalam hitungan detik dapat memberikan

informasi mengenai keadaan hemidinamik ini yakni kesadaran, warna kulit dan

nadi.

Syok didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan system sirkulasi

untuk mencukupi kebutuhan tubuh sehingga mengakibatkan

ketidakseimbangan antara supply oksigen dengan kebutuhan oksigen. Keadaan

ketidakseimbangan ini disebut sebagai keadaan hipoperfusi. Keadaan

hipoperfusi yang dibiarkan akan menjadi suatu global hipoperfusi yang

berakibat turunnya kandungan oksigen darah serta asidosis laktat.

Kondisi syok seringkali berhubungan dengan penyakit yang mendasarinya,

seperti infark miokard, anafilaksis ataupun perdarahan. Keadaan yang

menunjukkan kurangnya volume cairan antara lain: riwayat perdarahan,

muntah muntah, diare, kencing yang berlebihan, kehilangan cairan karena

demam,serta pusing akibat hipotensi ortostatik. Sedangkan riwayat nyeri dada

atau gagal jantung penting ditanyakan untuk menyingkirkan kemungkinan syok

kardiogenik.

Hemodinamik adalah aliran darah dalam system peredaran tubuh kita baik

melalui sirkulasi magna (sirkulasi besar) maupun sirkulasi parva (sirkulasi

dalam paru-paru). Hemodinamik status adalah indeks dari tekanan dan

kecepatan aliran darah dalam paru dan sirkulasi sistemik.

Page 63: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

50

5.5. Mengidentifikasi disability terhadap penanganan kegawatdaruratan

5.5.1. Penilaian status kesadaran

Hasil wawancara yang dilakukan pada partisipan 1, 2, dan 3 bahwa

penilaian status kesadaran dengan memeriksa, kondisi motorik, gangguan

neurologi serta pengkajian GCS pasien. Hal ini telah sesuai dengan konsep

teori dari Musliha (2010) pengkajian disability terdiri dari pengakjian tingkat

kesadaran, gerakan ekstremitas, glasgow coma scale (GCS), atau pada anak

tentukan alert (A), respon verbal (V), respon nyeri / pain (P), tidak berespon /

unresponsive (U), dan ukuran pupil dan respons pupil terhadap cahaya.

Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang

terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadarankesadaran dibedakan

menjadi, Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar

sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya.

Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan

sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang,

tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor

yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang

(mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban

verbal. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada

respon terhadap nyeri. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak

Page 64: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

51

ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun

reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).

Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor,

termasuk perubahan dalam lingkungan kimia otak seperti keracunan,

kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah ke otak, dan tekanan

berlebihan di dalam rongga tulang kepala.

5.6. Mengidentifikasi exposure terhadap penanganan kegawatdaruratan

5.6.1. Pengkajian exposure

Hasil wawancara yang diklakukan pada partisipan 1, 2, dan 3 dalam

mengkaji exposure yaitu dengan melakakukan pemeriksaan head to toe serta

melakukan log roll. Merupakan bagian akhir dari primary survey, penderita

harus dibuka keseluruhan pakaiannya, kemudian nilai pada keseluruhan bagian

tubuh. Periksa punggung dengan memiringkan pasien dengan cara log roll.

Selanjutnya selimuti penderita dengan selimut kering dan hangat, ruangan yang

cukup hangat dan diberikan cairan intra-vena yang sudah dihangatkan untuk

mencegah agar pasien tidak hipotermi (Kartikawati, 2013).

Page 65: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

BAB VI

PENUTUP

6.1.KESIMPULAN

Pengetahuan perawat tentang primary survey pada penanganan

kegawatdaruratan pasien kecelakaan lalu lintas di IGD RSUD Kabupaten

Karanganyar menghasilkan 8 tema dari 6 tujuan khusus sebagai berikut:

1. Pengetahuan perawat tentang primary survey diperoleh tema deskripsi

primary survey yang terdiri dari pengkajian awal dan indikasi primary

survey.

2. Pengetahuan perawat tentang pemeriksaan airway terhadap penanganan

kegawatdaruratan diperoleh tema aspek pengkajian airway dan tema

manajemen airway. Aspek pengkajian airway dilihat dari obstruksi jalan

nafas. Manajemen airway terdiri dari manajemen airway cedera servikal

dan manajemen non cedera cervikal.

3. Pengetahuan perawat tentang pemeriksaan breathing terhadap penanganan

kegawatdaruratan diperoleh tema indikasi oksigen dan tema manajemen

breathing. Tema indikasi oksigen yaitu pemenuhan O2. Tema manajemen

breathing terdiri dari memberikan oksigenasi dan memberikan posisi yang

nyaman.

52

Page 66: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

53

4. Pengetahuan perawat tentang pemeriksaan circulasi terhadap penanganan

kegawatdaruratan diperoleh tema indikator circulation yang terdiri dari

status hemodinamik dan status oksigenasi.

5. Pengetahuan perawat tentang pemeriksaan disability terhadap penanganan

kegawatdaruratan diperoleh tema penilaian status kesadaran yang terdiri

dari gangguan motorik, gangguan neurologis dan pengkajian GCS.

6. Pengetahuan perawat tentang pemeriksaan exposure terhadap penanganan

kegawatdaruratan diperoleh tema pengkajian exposure yang terdiri dari

pengkajian head to toe dan log roll.

6.2.SARAN

1. Bagi Institusi Keperawatan / Rumah Sakit

Bagi institusi keperawatan khususnya perawat diperlukan penanganan

tindakan yang komprehensif dalam pemberian pertolongan pertama pada

pasien gawat darurat atau tidak dengan cara primary survey : Airway,

Breathing, Circulasi, Disability dan Exposure. Disamping itu perawat juga

harus mampu berkolaborasi dengan tim medis lain untuk menunjang

keberhasilan tindakan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi wacana tambahan dalam

pengetahuan perawat tentang primary survey sehingga dapat diterapkan

pada proses pembelajaran. Mahasiswa saat praktik dapat mengaplikasikan

Page 67: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

54

bagiamana dalam melakukan primary survey dari pengkajian sampai

evaluasi.

3. Bagi Peneliti Lain

Berdasarkan hasil kesimpulan penelitian tersebut, penulis memberikan

saran kepada peneliti lain untuk melanjutkan dan mengembangkan

pengetahuan perawat tentang primary survey.

4. Bagi Peneliti

Meningkatkan kemampuan cara berkomunikasi peneliti dengan

menggali informasi dari perawat untuk mendapatkan jawaban – jawaban

pengetahuan perawat tentang primary survey.

Page 68: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010), Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta.

Alkatiri, J., Bakri Syakir. 2007. Resusitasi Jantung Paru. Dalam: Sudoyo, Aru S., dkk (editor).

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jilid I. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu

Penyakit Dalam FK UI. Arifin, Lukman. 2012. Laporan Kerja Praktek : Pemetaan Resiko Bencana Pasca Erupsi Gunung

Merapi tahun 2010. Penginderaan Jauh dan SIG, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah

Mada : Yogyakarta.

Dewi, K.N. 2013. Buku ajar dasar dasar keperawatan kegawatdaruratan. Yogyakarta: Salemba

Medika

Krisanty P. Dkk, 2009, Asuhan Keperawatan Gawat Darurat, Jakarta: Trans Info Media.

Kartikawati, 2013. Buku Ajar Dasar – Dasar Keperawatan Gawat Darurat. Salemba Medika.

Jakarta Krisanty P. Dkk, 2009, Asuhan Keperawatan Gawat Darurat, Jakarta: Trans Info Media. Musliha, 2010. Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep Dengan Pendekatan NANDA,

NIC, NOC. Nuha medika, yogyakarta.

Marye, A, K. 2010. Selamat Berkendara Di Jalan Raya Depok : Raih Asa Sukses

Nursalam. (2011). Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan pedoman

skripsi, tesis, dan instrumen penelitian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, 2003. Prinsip Prinsip kesehatan masyarakat. Jakarta : Rinaka Cipta

Smith, T., Davidson, Sue, 2007. Dokter di Rumah Anda. Jakarta: Dian Rakyat, 290- 296.\

Polit & Beck. (2006. Nursing research principle and methods: Lippincott Williams & Wilkins.

Trias, Welas. 2010. Undang Undang Lalu Lintas No 22 Th 2009 Tentang Lalu Lintas Dan

Ankutan Jalan. Yogyakarta: New Merah Putih

Setiadi. (2013). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sugiyono (2013) Metode Penelitian Kuantitaif kualitatif dan R&D . Bandung Alfabeta.

Page 69: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat

Sujarweni, V. Wiratna. (2014). Metodelogi penelitian keperawatan. Yogyakarta: Gava Media Sutopo, (2006)..Penelitian Kualitatif : Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Wawan, A & Dewi M 2011, Teori & Pengukuran Pengetahuan, Perilaku, dan Perilaku Manusia,

Yogyakarta: Nuha Medika

Yati, A. Imami, N,R. (2014). Metodologi penelitian kualitatif dalam riset keperawatan. Jakarta:

PT Raja Grafindo Persada

Page 70: PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN STIKES KUSUMA …digilib.stikeskusumahusada.ac.id/files/disk1/26/01-gdl-galihjatik... · dengan menggunakan analisis model Colaizzi. Pengetahuan perawat