20

Click here to load reader

PROTEKSI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

MAKALAH

Citation preview

PROTEKSI

1. PENGERTIAN KEBIJAKAN PROTEKSIKebijakan proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri yang sedang tumbuh(infant industry), dan melindungi perusahaan baru dari perusahaan-perusahaan besar yang dari persaingan yang tidak adil,juga melindungi dari -persaingan barang-barang impor. Industri-industri domestik yang baru berdiri biasanya memiliki struktur biaya yang masih tinggi, sehingga sulit bersaing dengan industri asing yang memiliki struktur biaya rendah (karena sudah memiliki skala ekonomi yang besar). Proteksi ini memberi kesempatan kepada industri domestik untuk belajar lebih efisien dan memberi kesempatan kepada tenaga kerjanya untuk memperoleh keterampilan. Kebijakan proteksi biasanya bersifat sementara. Jika suatu saat industri domestik dirasakan sudah cukup besar dan mampu bersaing dengan industri asing, maka proteksi akan dicabut.

2. FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG PROTEKSIDalam perdagangan luar negeri konsep proteksi berarti usaha-usaha pemerintah yang membatasi atau mengurangi jumlah barang yang diimpor dari Negara-negara lain dengan tujuan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu yang penting artinya dalam pembangunan Negara dan kemakmuran perekonomian negara.Ada beberapa tujuan penting dari proteksi:a.Mengatasi masalah deflasi dan pengangguran.b.Mendorong perkembangan industri baruc.Mendiversifikasikan perekonomiand.Menghindari kemerosotan industri-industri tertentue.Memperbaiki neraca pembayaranf.Menghindari neraca pembayarang.Menghindari dumpingh.Menambah pendapatan pemerintah3. TUJUAN KEBIJAKAN PROTEKSI ADALAH: Memaksimalkan produksi dalam negri. Memperluas lapangan kerja. Memelihara tradisional. Menghindari resiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu komoditi andalan. Menjaga stabilitas nasional, dan tidak menggantungkan diri pada negara lain.4. KONSEP DAN PRAKTIK PROTEKSIProteksi meliputi tarif dan nontarif melalui tarif bea masuk, digolongkan atas dua jenis, yakni tarif nominal dan tarif efektif. Tarif nominal dinyatakan beberapa% dari nilai impor (fob), sedangkan tarif efektif dihitung dengan mengetahui lebih dulu nilai tambah suatu komoditi, yang dapat diciptakan di dalam negeri dan nilai tambah komoditi itu di pasar internasional. Kemudian, dihitung persentase perbedaannya. Proteksi nontarif dapat berupa pelarangan impor, membatasi impor, rintangan-rintangan administrasi, dan lisensi impor.Kebijakan tarif dan nontarif ini berkaitan dengan variabel-variabel ekonomi lainnya, seperti pendapatan pemerintah, harga barang-barang di dalam negeri, termasuk dalam hal bahan baku, kurs mata uang di dalam negeri dan luar negeri, teknologi produksi, kesempatan kerja, dan berkaitan pula dengan produksi sektor pertanian dan efisiensi industri. Tingkat tarif yang relatif tinggi untuk barang-barang konsumsi akan mengurangi daya saing, sedangkan bagi bahan baku, akan menimbulkan harga yang relatif tinggi, dan sukar mendapat daya saing. Dalam batas waktu tertentu proteksi dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, tetapi jika terus-menerus akan merugikan ekonomi di dalam negeri karena setiap komoditi akan mengalami masa jenuh. Produksi di dalam negeri relatif lebih banyak tersedia, sedangkan harganya relatif mahal maka kemampuan daya beli tidak naik sebagaimana diharapkan. Hal ini dapat menimbulkan keadaan under-capacity yang lebih tinggi, dan makin mendorong ekonomi biaya tinggi.Dalam berbagai kasus di negara-negara Amerika Latin dan negara berkembang lainnya, proteksi juga menimbulkan konsentrasi pasar dan monopoli, dan malahan di Pakistan menimbulkan pula tekanan terhadap sektor pertanian, dan di Amerika Serikat tahun 1978-1982, telah menurunkan kesempatan kerja 40% pada industri mobil diperlukan proteksi dari saingan luar negeri. Proteksi yang tinggi dapat menimbulkan mata uang dalam negeri menjadi over-valued.5. MENGUKUR BESARNYA PROTEKSITarif atas barang impor meningkatkan harga barang yang dihasilkan oleh produsen dalam negeri. Dampak ini kerap merupakan tujuan utama dari tarif untuk melindungi produsen dalam negeri terhadap persaingan impor yang harganya lebih murah. Dalam menganalisis kebijakan perdagangan yang dijumpai dalam kenyataan, agaknya penting untuk mengetahui besarnya perlindungan (proteksi) dari tarif atau kebijakan perdagangan lain yang benar-benar diberikan kepada suatu industri. Besarnya perlindungan ini biasanya dinyatakan dalam persentase dari harga yang berlaku jika perdagangan berlangsung dengan bebas. Pembatasan impor gula, misalnya, dapat meningkatkan harga yang diperoleh produsen gula Amerika sebesar 45 persen.Pengukuran demikian sepintas lalu tampaknya merupakan pengukuran gamblang dalam kasus tarif: jika jenis tarifnya berbentuk pajak ad valorem yang besarnya proporsional terhadap nilai impor, tingkat tarif itu sendiri niscaya mengukur besarnya proteksi; jika jenis tarifnya adalah spesifik, dengan membagi tarif dengan harga netto setelah tarif menghasilkan angka yang sama dengan tarif ad valorem.Ada dua masalah dalam menghitung tingkat proteksi dengan cara sederhana di atas. 1. Pertama, jika asumsi negara kecil buka merupakan pertimbangan yang akurat, maka sebagian dampak tarif akan menurunkan harga ekspor dan sebagian lagi berupa peningkatan harga Domestik, dan dampak dari kebijakan perdagangan terhadap harga ekspor terkadang sangat berarti. Dalam teori (meskipun jarang terjadi dalam kenyataan) sebetulnya bisa saja terjadi di mana tarif sebetulnya bisa menurunkan harga yang diterima produsen dalam negeri. 2. Kedua, tarif bisa menimbulkan dampak yang berbeda di setiap tahapan produksi suatu barang. Contoh sederhana dari permasalahan ini dapat dilukiskan dengan ilustrasi berikut.Misalkan harga mobil di pasaran dunia adalah $8,000 dan harga keseluruhan suku cadangnya adalah $6,000. marilah kita bandingkan keadaan di dua negara: satu negara ingin mendorong pengembangan industri perakitan mobil dan yang lain telah memiliki industri perakitan dan menginginkan pengembangan industri suku cadang mobil. Untuk mendorong industri mobil dalam negeri, negara pertama mengenakan tarif sebesar 25 persen atas mobil yang diimpor, sehingga memungkinkan pengusaha perakitan di dalam negeri menetapkan harga $10,000 dan bukan $8,000. Dalam kasus, kita sudah salah kalau pengusaha perakitan mobil menerima proteksi hanya sebesar 25%. Sebelum ada tarif, perusahaan perakitan dalam negeri akan berkiprah hanya kalau ia bisa memperoleh setidaknya $2,000 (selisih antara harga mobil $8,000 dan harga keseluruhan suku cadang $6,000);kini, ada tarif, ia dapat memperoleh paling tidak $4,000 (perbedaan harga mobil setelah tarif sebesar $4,000(perbedaan harga mobil setelah tariff sebesar $10,000 dengan biaya suku cadang sebesar $6,000). Artinya, tingkat tarif sebesar 25% memberikan pengusaha perakitan tingkat proteksi efektif (effective rate of protection)sebesar 100%. Di pihak lain, katakanlah di negara kedua, untuk mendorong produksi suku cadang di dalam negeri, mengenakan tarif 10% atas suku cadang yang diimpor, sehingga meningkatkan biaya suku cadang bagi pengusaha perakitan $6,600.Meskipun tak ada perubahan tarif atas mobil impor kebijakan ini menyebabkan usaha perakitan mobil dalam negeri kurang menguntungkan. Tanpa tarif merakit mobil didalam negeri akan menghasilkan $2,000 ($8,000-$6,000);setelah adanya tarif perakitan lokal hanya memperoleh $1,4000 ($8,000-$6,600). karena itu, disatu pihak tarifmemberikan proteksi positif kepada pabrik suku cadang, tetapi dilain pihak menimbulkan proteksi efektifyang negatif bagi pengusaha perakitan sebesar 30% (-600/2000).Dengan alasan yang serupa dengan contoh diatas para ekonom lebih merinci perhitungan untuk mengukur tingkat proteksi efektif yang sebetulnya diperoleh suatu sektor industri dengan adanya tarif dan kebijakan perdagangan lainnya. Kebijakan perdagangan yang bertujuan untuk meningkatkan pembangunan ekonomi,kerap mengakibatkan tingkat proteksi efektif lebih tinggi dari tingkat tarif normalnya.6. BENTUK- BENTUK PROTEKSIPelaksanaan proteksi dalam perdagangan internasional mempunyai beberapa macam bentuk, yaitu:

1. Tarif atau bea masuk1. Pengertian tarifTarif adalah suatu pembebanan terhadap barang yang melintasi daerah pabean (suatu daerah geografis dimana barang bebas bergerak tanpa dikenakan cukai/bea pabean). Tarif merupakan suatu rintangan yang membatasi kebebasan perdagangan internasional. Bea masuk yang cukup tinggi yang dikenakan terhadap barang impor menyebabkan harga barang impor di pasaran dalam negeri meningkat. Hal ini mengakibatkan pembelian konsumen terhadap barang impor berkurang dan beralih ke produk lokal, sehingga produksi nasional meningkat. Di samping itu bea masuk dapat mengisi kas negara. Ada tiga macam penentuan tarif, atau bea masuk, yaitu:a. Bea ekspor, adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang yang diangkut menuju negara lain.b. Bea transit, adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain.c. Bea impor, adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang masuk dalam suatu negara.2. Sistem tarif

Dalam menentukan besarnya tarif yang berlaku bagi setiap barang atau komoditi yang diperdagangkan secara internasional, para pelaku perdagangan internasional (eksportir-importir) menggunakan pedoman berdasarkan sistem tarif yang berlaku. Sistem tarif yang dimaksud adalah sebagai berikut:a. Tarif Tunggal (Single Column Tariff)Pengenaan satu tarif untuk satu jenis barang atau komoditi yang besarnya (prosentasenya) berlaku sama untuk impor komoditi tersebut dari negara mana saja, tanpa kecuali.b. Tarif Umum/Konvensional (General Conventional/Tariff)Dikenal juga dengan istilah tarif berganda (double coloum tariff) yaitu pengenaan satu tarif untuk satu komoditi yang besar prosentase tarifnya berbeda antara satu negara dengan negara lain.c. Tarif Preferensi (Preferensi Tariff)Tarif yang ditentukan oleh lembaga tarif internasional GATT yang persentasenya diturunkan, bahkan untuk beberapa komoditi sampai menjadi 0% yang diberlakukan oleh negara terhadap komoditi yang diimpor dari negara-negara tertentu karena adanya hubungan khusus antara negara pengimpor dengan negara pengekspor.3. Cara Pengenaan Tarif

Dalam pelaksanaannya, sistem atau cara pemungutan tarif bea masuk dapat dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain :1. Dasar Nilai ( Ad Valeroom )Besarnya pungutan bea masuk atas barang impor ditentukan oleh tingkat prosentase tarif dikalikan harga CIF dari barang tersebut.Sebagai contoh, harga CIF suatu barang adalah US$100 dan besarnya tarif bea masuk 10%, sedangkan kurs US$1 = Rp. 5.000,- . Maka besarnya bea masuk yang dikenakan sebesar = 10% x US$100 x Rp. 5.000,- = Rp. 50.000,-2. Dasar Jumlah Barang ( Ad Specific)Pungutan bea masuk ini didasarkan pada ukuran atau satuan tertentu dari barang impor. Sebagai contoh, bea masuk yang dikenakan atas barang-barang atau komoditi seperti dibawah ini :

1. Semen : Rp. 3.000,- per ton

2. Sepatu : Rp. 14.500,- per pasang

3. Piring : Rp. 5.000,- per lusin

4. Jeruk : Rp. 500 per kg

5. VCR : Rp. 250.000,- per unit3. Compound DutiesPengenaan tarif yang merupakan kombinasi dari ad valeroom dan ad specificContoh : sejenis barang tertentu dikenakan bea 10 % Ad valeroom ditambah dengan Rp. 50.000,- setiap unit.Keuntungan dan kelemahan dari masing-masing sistem atau cara pemungutan tarif bea masuk tersebut, antra lain :

a. Dasar Nilai ( Ad Valeroom) bersifat proprsional.Keuntungan : dapat mengikuti perkembangan tingkat harga atau inflasi. terdapat diferensiasi harga produk sesuai lualitasnya.Kerugian : memberikan beban yang cukup berat bagi administrasi pemerintah, khususnya bea cukai karena memerlukan data dan perincian harga yang lengkap. sering menimbulkan perselisihan dalam penetapan harga untuk perhitungan bea masuk antara importir dan bea cukai, sehingga dapat menimbulkan stagnasi atau kemacetan arus barang di pelabuhan.b. Dasar Jumlah Barang ( Ad Specific) bersifat regresif.

Keuntungan :

mudah dilaksanakan karena tidak memerlukan perincian harga barang sesuai kualitasnya. dapat digunakan sebagai alat kontrol proteksi industri dalam negri..

Kerugian :

pengenaan tarif dirasakan kurang atau tidak adil karena tidak membedakan harga dan kualitas barang. hanya dapat digunakan sebagai alat kontrol proteksi yang bersifat statis.4. Dampak Tarif ImporPembebanan tarif terhadap suatu komoditi atau barang dapat mempunyai dampak (effect) terhadap perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut. Beberapa macam dampak (effect) tarif tersebut adalah :

1. Dampak terhadap harga (Price Effect), menyebabkan harga barang di dalam negri naik.

2. Dampak terhadap konsumsi (Consumption Effect), menyebabkan jumlah barang yang diminta di dalm negri (demand) menjadi berkurang.

3. Dampak terhadap produksi (Import Subtitution Effect ), pengenan tarif dapat meningkatkan jumlah produksi yang ada di dalam negri.Dampak terhadap redistribusi pendapatan (Redistribution Effect), pendapatan yang diterima pemerintah akan meningkat, juga adanya ekstra pendapatan yang dibayarkan oleh konsumen di dalam negri kepada produsen di dalam negra.GAMBAR TARIF

Harga

SPipa

Besi

S

IP2

B

C

S A

HPI

S F

E G

D

O2. Kuota impor (pembatasan impor)Pemerintah menetapkan batas maksimum jumlah barang tertentu yang dapat diimpor. Dengan terbatasnya jumlah barang impor yang masuk ke dalam negara, diharapkan industri domestik meningkat. Dengan adanya kuota impor, pola impor selalu dapat ditinjau dan diubah sesuai dengan keperluan pembangunan di dalam negeri.

3. Pelarangan impor

Ada kalanya demi alasan tertentu. Baik ekonomis maupun politis, kran impor ditutup. Hal ini dapat berimbas pada menurunnya jumlah barang di pasaran, harga barang naik dan produksi dalam negeri meningkat.

4. Subsidi

subsidi adalah bantuan tetap dari pemerintah yang wujudnya berupa uang, tenaga atau alat. Di satu sisi subsidi memang mengurangi pendapatan pemerintah, namun di sisi lain dapat merangsang produsen dalam negeri untuk meningkatkan produksi.

5. Dumping

Dumping adalah menjual barang di luar negeri lebih murah daripada di dalam negeri. Dumping yang diprakarsai oleh Jepang ini bertujuan untuk memperluas ekpor. Cara dumping sering dipandang sebagai cara yang tidak disukai dunia internasional sebab mengindikasikan kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada di luar negeri dan terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak membeli barang dari luar negeri.

7. ALASAN PENGENAAN TARIF

Mengapa tarif dikenakan? Berbagai alasan telah sering dikemukakan baik dala forum- forum populer, seperti syrat kabar, majalah dan perdebatan umum, maupun dalam forum ilmiah. Namun ada beberapa alasan tarif dikenakan. Berikut ada 3 kelompok alasan mengenai pengenaan tarif, yaitu :

1. Alasan yang secara ekonomis tidak bisa dipertanggung jawabkan.

2. Alasan-alasan yang secara ekonomis ada unsur kebenarannya dalam keadaan-keadaan tertentu.

3. Alasan-alasan non ekonomis yang tidak bisa diuji hanya dengan logika ekonomi.

Agar uang tetap beredar di dalam negeri. Menurut syahibul hikayat, abraham lincoln presiden amerika yang terkenal itu pernah berkata : " saya tidak tahu banyak mengenai masalah tarif. Yang jelas saya ketahui adalah bahwa apabila saya membeli baju dari inggris maka saya memperoleh baju dan inggris memperoleh uangnya. Tetapi apabila saya membeli baju di Amerika, saya memperoleh baju dan Amerika memperoleh uangnya".

Jadi stok uang di dalam negri tidak ada hubungannya dengan besarnya manfaat yang diperoleh suatu negara dari perdagangan. Bila sistem standar kertas digunakan di dalam negeri, belum tentu bahwa negara lain mau menerima uang domestik terdebut sebagai pembeyaran. Mereka akan menuntut dibayar dengan emas atau mata uang kertas.

Kata Paul Samuelson "pengenaan tarif sebenarnya mirip dengan kenaikan biaya angkut, apabila negara-negara lain memang cukup bodoh untuk membiarkan jalan-jalan mereka rusak apakah kita akan untung apabila kita ikut-ikut merusak dan melubangi jalan-jalan kita? Tentu tidak. Memang tidak bisa disangkal bahwa bila negara-negara lain mengenakan tarif terhadap barang-barang yang masuk ke negara mereka, negara kita secara langsung maupun tidak langsung ikut rugi. Tetapi ini tidaklah berarti bahwa dengan ikut mengenakan tarif, kita bisa mengurangi kerugian tersebut, bahkan sebaliknya dengan mengenakan tarif terhadap impor kita, kita justru menambah kerugian tersebut, jika negara mengurangi tarif mereka tentu kerugian negara akan berkurang.

Menyamakan harga barang impor dengan biaya produksi dalam negri. Kadang-kadang tarif dikenakan untuk tujuan agar harga barang impor di dalam negeri menyamai harga barang buatan dalam negeri, sehingga dengan demikian, menurut pendapat ini, produsen dalam negeri bisa bersaing dengan barang impor secara adil atau fair. Kita mempunyai industri dalam negri yang sangat tidak efisien sehingga biaya produksi perunitnya sangat tinggi. Bila tarif dikenakan agar barang impor mencapai tingkat biaya produksi dalam negri yang tinggi ini, sebenarnya kita membebani konsumen dalam negri dengan beban yang berat. Bila konsep seperti ini benar-benar diterapkan secara konsekuen, akhirnya tidak akan ada perdagangan, sebab apapun yang lebih murah dari luar negeri akan dikenakan tarif sampai harganya sama dengan harga produksi dalam negri.

Tarif titik bahaya, menurut alasan ini, memang harus berusaha mempertahankan tingkat tarif yang rendah bagi suatu industri, agar pengaruh-pengaruh negatif dari tarif yang tinggi bisa dihindari. Namun tarif harus dijaga jangan sampai terlalu rendah, sehingga membahayakan kelangsungan hidup industri tersebut. Kadang-kadang alasan seperti ini diungkapkan sebagai kawajiban menjamin hak hidup dari satu industri dalam negri. Impor tidak boleh menyaingi industri dalam negri yang telah ada, meskipun industri ini sama sekali tidak efisien. Dari segi kepenatingan umum, suatu industri atau perusahaan yang tidak efisien ini untuk mengalihkan kegiatan usaha mereka ke bidang-bidang yang lebih produktif, namun bantuan yang tepat bukan berupa pemberian proteksi terhadap saingan luar negri, melainkan berupa bantuan langsung yaitu kredit, pengetahuan teknologi baru, pengetahuan tentang kemungkinan kegiatan-kegiatan baru dan sebagainya.

Demikianlah beberapa contoh mengenai alasan pengenaan tarif yang sebenarnya tidak bias. Tarif bisa dikenakan karena pemerintah memerlukan dana untuk membiayai kegiatannya. Bila memang sumber-sumber perpajakan lain tidak bisa ditingkatkan lagi, dan bila memang pengeluaran pemerintah yang direncanakan tersebut benar-benar bisa dipertanggung jawabkan dari segi manfaat sosialnya, maka pengenaan tarif untuk tujuan memperoleh dana memang bisa dibenarkan. Tetapi dua syarat tersebut harus benar-benar dipenuhi. Apabila sebanaranya sumber-sumber perpajakan lain masih bisa ditingkatkan, maka alasa pengenaan tarif untuk dana tidak berlaku. Cara yang terbaik untuk memperoleh dana dari pemerintah adalah dengan mengenakan pajak progresif atau pendapatan dan kekayaan. Karena pajak semacam ini adalah adil. Apabila penerimaan dengan cara ini belum pula mencukupi, cara kedua yang ditempuh adalah mengenakan pajak penjulan yang seragam baik terhadap barang impor maupun barang buatan dalam negri. Pajak penjuala semacam ini tidak memberikan proteksi terhadap indisustri dalam negri terhadap barang impor, sehingga kerugian-keruian dari adanya ptroteksi bisa dihindari. Tarif sebenarnya adalah pajak penjualan tetapi hanya khusus dikenakan pada barang impor dan tidak pada barang buatan dalam negri.

Negara yang mengenakan tarif harus negara penting, artinya tindakannya bisa mempengaruhi pasar barang tersebut. Sayarat ini penting untuk diingat kerena bagi negara kecil, alasan optimum tarif tidak berlaku. Jadi seandainya, indonesia mengenakan tarif atas impor biji besinya, maka tidak bisa diharapkan bahwa harga biji besi perunit yang di impor indonesia menurun, sebab indonesia hanyalah pembeli kecil di pasar biji besi dunia.

Industri yang menyurut bila perubahan situasi ekonomi dan perubahan dalam pola permintaan dan pola keunggulan konperatif mengakibatkan suatu sektor industri mengalami penyurutan dalam jangka panjang, makan ada kemungkinan tarif bisa digunakan untuk mengurangi beban penyesuaian dan industri ini. Dalam jangka panjang industri yang tidak lagi ekonomis harus diperkenankan untuk menyurut dan diganti dengan industri lain yang lebih ekonomis. Dalam jangka pendek kita harus memperhatikan masalah-masalah penyesuaiannya, nagi buruhnya, bagi pemilik modalnya dan sebagainya. Yang perlu diingat adalah bahwa tarif ini harus bersifat sementara dan hanya sebagai pelengkap bagi program bantuan langsung tersebut.

Tujuan utamanya adalah untuk memperoleh kestabilan yang lebih mantap dalam hubungan ekonomi luar negri. Perdagangan bebas mungkin akan membawa negara tersebut pada spesialisasi produksi yang terlalu jauh, sehingga negara tersebut menjadi terlalu terpengaruh oleh perubahan situasi pasar dunia. Dengan demikian berarti ada diverifikasi resiko pada lebih banyak sektor. Bila satu sektor mengalami penurunan permintaan luar negri, sektor-sektor lain mungkin justru mengalami peningkatan.

Suatu sektor industri memang bisa diharapkan untuk menjadi dewasa dan efisien di kemudian hari, makan pemerintah seharusnya memberikan bantuannya bagi sektor ini untuk mengatasi hambatan-hambatan awal yang dihadapinya. Pemberian proteksi dengan tarif adalah salah satu cara untuk memberi bantuan ini. Tetapi tarif bukan cara yang terbaik untuk memberikan bantuan tersebut. Subsidi adalah yang terbaik.

Ada 3 hal penting yang harus diingat dalam menerapkan alasan industri anak-anak atau infant industry argument :

1. proteksi atau subsidi yang diberikan harus bersifat sementara, yaitu dihapus apabila industri tersebut sudah mengunjak dewasa,

2. Biaya sosial yang ditimbulkan oleh adanya proteksi yang harus lebih kecil dari pada manfaat sosial yang akan ditimbulkan oleh industri tersebut apabila telah dewasa.

3. Dalam praktek sulit untuk mengetahui dengan yakin sektor-sektor industri mana yang merupakan industri yang ekonomis.

Tarif untuk menarik modal asing, negara kita tidak mempunyai modal untuk membangun suatu cabang industri yang penting, misalnya industri tekstil. Satu-satunya sumber modal dari luar negeri kita bisa menawarkan berbagai keringanan pajak. Fasilitas tempat, pembebasan bea masuk atas barang-barang modal dan atas bahan mentah yang diperlukan dan sebagainya. Dalam keadaan seperti ini, pemerintah menjanjikan untuk mengendalikan impor dengan mengenakan tarif terhadap tekstil impor. Kalau kebijakansanaan ini berhasil maka modal asing akan masuk dan ini berarti laju pertumbuhan GDP yang lebih cepat dari pada tanpa tarif.

Demikian beberapa argumen atau alasan pengenaan tarif yang mungkin bisa dipertanggung jawabkan dari segi ekonomis dalam keadaan khusus. Sekarang kita melihat alasan-alasan lain yang bersifat nonekonomis. Namum karena alasan-alasan ini pada hakekatnya berada diluar bidang ekonomi, maka lasan itu sendiri sulit untuk diuji hanya dengan logika ekonomi saja. Aspek-aspek politik, militer, sosial dan budaya merupakan pertimbangan yang penting bagi alasan-alasan ini. Diantara tujuan-tujuan non ekonomis yang sering dijumpai adalah:

1. Pertahanan nasional

2. Cita-cita membangun suatu perekonomian nasional yang tangguh dan mandiri.

3. Perlindungan terhadap kegiatan-kegiatan tertentu yang mempunyai nilai sosial budaya yang ingin dilestarikan.

4. Tarif dalam rangka menunjang tujuan politik luar negeri tertentu ini semua adalah tujuan-tujuan non ekonomis dalam hal mana para ekonom tidak mempunyai kompetensi yang lebih dari warganegara biasa untuk menentukan benar atau tidaknya. Tetapi para ekonom masih bisa memeberikan pendapat ahlinya dalam pemilihan cara untuk mencapainya. Misalnya, mereka bisa mengajukan saran bahwa sisrem subsidi adalah lebih baik dari pada tarif untuk menumbuhkan industri-industri vital, untuk mengembangkan struktur perekonomian nasional yang lebih seimbang dan sebagainya.