Upload
dindaaputria
View
199
Download
17
Embed Size (px)
DESCRIPTION
psikopatologi
Citation preview
Referat Ilmu Kesehatan Jiwa
Psikopatologi
Pembimbing :dr.Henny Riana,Sp.KJ
dr. Karjana, SpKJ dr. Soehendro, SpKJ
dr. Esther Sinsuw, SpKJ
Disusun oleh :Sandra Aldira 1102010262
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSIKepaniteraan Klinik Ilmu Jiwa
Rumah Sakit Bhayangkara tk.I R.S.Sukanto-Jakarta
1
Periode 27 Oktober – 29 November 2014
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, pembuatan karya tulis berupa referat bidang ilmu kesehatan jiwa
yang berjudul “Psikopatologi” dapat tersusun dan terselesaikan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan karya tulis referat ini adalah untuk memenuhi salah
satu tugas kepaniteraan ilmu kesehatan jiwa di RS POLRI Said Sukanto periode 27 Oktober
2014 – 29 November 2014 agar dapat menerima kelulusan pada bidang kepaniteraan yang
bersangkutan.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan referat ini. Terutama kepada pembimbing referat yang
bersangkutan di bidang kesehatan jiwa: dr. Henny Riana, Sp.KJ, dan dr. Karjana, Sp.KJ, dr.
Soehendro, SpKJ, dr. Esther Sinsuw, SpKJ, serta para perawat bagian jiwa dan semua pihak
yang memberi arahan dan dukungan dalam proses penyelesaian referat ini.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna dan memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis dengan senang hati menerima segala kritik dan masukan
yang diberikan agar referat ini menjadi lebih sempurna. Akhir kata, semoga referat ini dapat
berguna bagi penulis dan pembacanya.
Jakarta, November 2014
Penulis
2
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................................
Kata Pengantar..................................................................................................................... 2
Daftar isi .............................................................................................................................. 3
Bab I. Pendahuluan ........................................................................................................... 4
Bab II. Definisi Psikopatologi ........................................................................................... 5
Bab III. Klasifikasi Psikopatologi .................................................................................... 6
3.1 Gangguan Kepribadian ...................................................................................... 6
Kepribadian paranoid, Kepribadian Skizoid, Kepribadian Skizotipal .............. 7
Kepribadian Antisosial, Kepribadian Ambang, Kepribadian Histrionik,
Kepribadian Narsistik ......................................................................................... 8
Kepribadian Menghindar, Kepribadian Dependen,
Kepribadian Obsesif-Kompulsif .......................................................................... 9
Gangguan Kepribadian yang Tidak Ditentukan (Kepribadian Pasif-Agresif,
Kepribadian Depresif, Kepribadian Sadomasokistik, Kepribadian Sadistik .......10
3.2 Gangguan Aspek motorik .................................................................................. 10
3.3 Gangguan Persepsi ............................................................................................. 12
Ilusi .................................................................................................................... 12
Halusinasi .......................................................................................................... 13
3.4 Gangguan Pikiran ............................................................................................... 14
Bentuk Pikiran, Isi Pikiran ................................................................................ 14
Arus Pikiran ...................................................................................................... 17
3.5 Gangguan Afek ................................................................................................... 18
3
3.6 Gangguan Kesadaran .......................................................................................... 19
3.7 Gangguan Ingatan ................................................................................................20
Bab IV. Etiologi ....................................................................................................................24
Bab V. Epidemiologi ............................................................................................................31
Daftar Pustaka ........................................................................................................................32
4
BAB I
PENDAHULUAN
Dengan kemajuan zaman, masalah-masalah pribadi dan sosial dalam kehidupan
manusia bukannya berkurang, tetapi sebaliknya, bahkan bertambah sehingga mengganggunya
untuk mencapai kebahagiaan. Perang (dalam maupun luar negeri), masalah ekonomi, perilaku
anti sosial (perampokan, penganiayaan, perkosaan, dan sebagainya), ketidakserasian
penerapan hukum dan peraturan, hidup berkeluarga yang bermasalah (percekcokan,
perceraian, kekerasan dalam keluarga, hidup bersama tanpa nikah, dan sejenisnya) semuanya
menambah disilusi (kekecewaan yang mendalam), kesulitan atau ketidakmampuan untuk
menegakkan nilai-nilai sosial kultural dan melaksanakan program yang berorientasi filsafat
sosial. Semuanya secara bertumpuk-tumpuk memicu konflik dan stres (ketegangan yang
tidak pernah reda secara spontan). Situasi seperti itu mengakibatkan kondisi maladjustment
(keadaan ketidaksesuaian diri dengan lingkungan), yang dinyatakan secara jasmaniah (seperti
kondisi sakit atau kurang sehat hingga terpaksa tidak masuk bekerja atau bekerja tidak
efektif) atau melahirkan perilaku menyimpang, yaitu kepribadian yang “agak aneh” hingga
kurang diterima oleh lingkungan karena dinilai kurang wajar(2).
Gangguan jiwa atau kelainan di bidang kejiwaan pada dasarnya merupakan gangguan
dari berbagai aspek kepribadian, misalnya: aspek kesadaran, aspek tingkah laku atau
perbuatan, kehidupan afektif, proses pikir dan sebagainya. Gangguan jiwa dapat dilihat dari
berbagai sudut pandang. Pandangan dari sudut psikopatologi, sudut kebudayaan, sudut
keseimbangan lingkungan, dan pandangan dari sudut kaidah ajaran agama.
Psikopatologi adalah suatu ilmu yang mempelajari proses dan perkembangan
gangguan mental. Perkembangan penanganan gaangguan mental berkembang mulai dari
zaman kuno (Yunani) hingga zaman sekarang (modern). Menurut pandangan dari sudut
pandang psikopatologi, gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah akibat-akibat dari
keadaan sakit atau gangguan-gangguan penyakit yang jelas kelihatan dari gejala klinisnya.
Referat ini dibuat sebagai referensi tambahan dalam mengetahui proses terjadinya
beberapa gangguan kejiwaan yang sering terjadi di Indonesia.
5
BAB II
DEFINISI PSIKOPATOLOGI
Psikopatologi adalah ilmu yang mempelajari kelainan atau gangguan dari
berbagai aspek kepribadian yang meliputi: aspek kesadaran, aspek tingkah laku atau
perbuatan, kehidupan afektif dan proses pikir. Menurut pandangan dari sudut
psikopatologi gangguan jiwa atau tingkah laku abnormal adalah akibat-akibat dari
keadaan keadaan sakit atau gangguan-gangguan penyakit yang jelas terlihat dari gejala
klinisnya. Misalnya takut yang tidak beralasan pada penderita neurosis, adanya waham
dan halusinasi pada penderita skizofrenia, dan tingkah laku antisosial pada orang-orang-
orang yang menderita sosioapatis.
6
BAB III
KLASIFIKASI PSIKOPATOLOGI
Psikopatologi meliputi:
1. Gangguan kepribadian(1)
Kepribadian ialah ekspresi keluar dari pengetahuan dan perasaan yang
dialami secara subyektif oleh seseorang. Kepribadian menuju ke kematangan
badaniah, emosional, sosial dan intelektual. Perkembangan ini dipengaruhi oleh
faktor-faktor badaniah (keturunan, keadaan susunan saraf dan hormonal), emosional
(mekanisme penyesuaian diri), sosial (hubungan antar-manusia), adat-istiadat,
kebudayaan dan kepercayaan, serta intelektual (taraf intelegensi). Watak adalah
kepribadian yang dipengaruhi oleh motivasi yang menggerakkan kemauan sehingga
orang tersebut bertindak. Pembagian atau klasifikasi dari gangguan jiwa kepribadian
tidak memuaskan, sama dengan klasifikasi dengan orang-orang yang normal.
Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosa Gangguan Jiwa ke-3 (PPDGJ-III)
sebagai berikut:
a. Kepribadian paranoid
Kepribadian paranoid adalah suatu gangguan kepribadian dengan sifat
curiga yang menonjol. Orang seperti ini mungkin agresif dan setiap orang lain
yang dilihat sebagai seorang agresor terhadapnya. Dirinya harus
mempertahankan dirinya, ia bersikap sebagai pemberontak dan angkuh untuk
menahan harga diri. Seringkali dirinya mengancam orang lain sebagai akibat
proyeksi rasa bermusuhannya sendiri. Dalam kepribadian paranoid kita
menemukan secara berlebihan kecenderungan yang sudah umum seperti, yaitu
suka melemparkan tanggung jawab kepada orang lain.
b. Kepribadian skizoid
Sifat-sifat kepribadian ini adalah pemalu, suka menyendiri, perasa,
pendiam, menghindari hubugan jangka panjang dengan orang lain. Individu ini
menunjukan respons yang terbatas terhadap isyarat atau rangsangan sosial.
Ciri utama cara menyesuaikan dan membela dirnya ialah menarik diri,
mengasingkan diri, dan sering aneh (eksentrik). Terdapat juga cara pemikiran
otostik, melamun berlebihan dan ketidakmampuan menyatakan rasa
permusuhan.
7
c. Kepribadian skizotipal
Orang dengan gangguan kepribadian skizotipal biasanya lebih sering
berpikir ke arah magis, memiliki gagasan aneh, gagasan menyangkut diri
sendiri, waham, dan derealisasi.
d. Kepribadian antisosial
Individu dengan kepribadian ini tidak mempunyai loyalitas terhadap
kelompoknya ataupun norma-norma sosial. Pada umumnya individu dengan
kepribadian ini egosentrik, tidak bertanggung jawab, impulsif, tidak mampu
mengubah diri, baik karena pengalaman maupun karena hukuman. Kepribadian
ini sudah ditunjukan ketika masa anak-anak sebelum umur 12-15 tahun.
Kepribadian antisosial jauh lebih banyak pada kaum pria, yaitu sekitar 5-10 pria
dibandingkan satu wanita dan saat ini belum diketahui apa sebabnya.
e. Kepribadian ambang
Pasien dengan gangguan kepribadian ini berada dalam perbatasan antara
neurosis dan psikosis dan ditandai oleh afek, mood, perilaku, hubungan objek,
dan citra diri yang tidak stabil. Gangguan ini dinamakan skizofrenia
ambulatorik, kepribadian seolah-olah (as-if personality).
Pasien dengan gangguan kepribadian ambang hampir selalu dalam
keadaan krisis. Pasien dapat bersikap argumentatif pada suatu waktu dan
terdepresi pada waktu selanjutnya. Perilaku pda pasien ini tidak dapat
diperkirakan. Pasien dengan kepribadian ini juga sering mencerminkan sifat
menyakitkan dengan seringnya merusak diri sendiri, mengekspresikan
kemarahan pada teman dekat mereka jika mengalami frustasi. Namun pasien
seperti ini tidak dapt mentoleransi keadaan sendirian dan mereka lebih senang
untuk mencari teman secara mati-matian dibandingkan duduk sendirian.
f. Kepribadian histrionik
Kepribadian histerik biasanya sombong, egosentrik, tidak stabil emosinya,
menarik perhatian dengan afek yang labil, memiliki gaya bicara yang
impresionistik dan tidak memiliki perincian, lekas tersinggung, tetapi memiliki
emosi yang dangkal. Pada kepribadian ini tidak dapat menyatakan perasaan
secara tepat dan sering menggunakan gerakan tubuh dalam komunikasi.
Kepribadian histerik lebih sering pada kaum wanita.
g. Kepribadian narsistik
8
Orang dengan gangguan kepribadian narsistik ditandai oleh meningkatnya
rasa kepentingan diri dan perasaan kebesaran yang unik. Mereka menganggap
dirinya sebagai orang yang khusus dan mengharapkan terapi yang khusus
pula. Mereka menanggapi kritik secara buruk dan mungkin menjadi marah
jika ada yang berani mengkritik mereka, atau mereka tampak acuh tak acuh
terhadap kritik. Pasien dengan gangguan ini seringkali tidak mampu
menunjukkan empati, dan hanya berpura-pura simpati hanya untuk mencapai
kepentingan mereka sendiri. pasien memiliki harga diri yang rapuh dan rentan
terhadap depresi.
h. Kepribadian menghindar
Orang dnegan gangguan kepribadian menghindar menunjukkan kepekaan
yang ekstrem terhadap penolakan, yang dpaat menyebabkan penarikan diri
dari kehidupan sosial. Mereka tidak asosial dan menunjukkan keinginan yang
kuat untuk berteman namun mereka malu; mereka memerlukan jaminan yang
kuat dan penerimaan tanpa kritik yang tidak lazim, mengindari aktivitas
pekerjaan yang memerlukan kontak intrapersonal yang bermakna, tidak mau
terlibat dengan orang lain kecuali mereka yakin akan disukai, memandang diri
sendiri janggal secara sosial, lebih rendah dari orang lain, dan enggan untuk
mengambil risiko pribadi atau melakukan aktivitas baru.
i. Kepribadian dependen
Orang dengan gangguan kepribadian dependen menepmpatkan kbutuhan
mereka sendiri di bawah kebutuhan orang lain, meminta orang lain untuk
mengambil tanggung jawabuntuk masalah besar dalam kehidupan mereka,
tidak memiliki keprcayaan dari, dan mungkin memngalami rasa tidak nyaman
yang kuat jika sedang sendirian. Pasien dengan gangguan kepribadian ini
lebih menghindari posisi tanggung jawab dan menjadi cemas jika diminta
untuk memegang peran kepemimpinan.
j. Kepribadian obsesif-kompulsif
Gangguan kepribadian ini ditandai oleh penyempitan emosional,
ketertiban, kekerasan hati, sikap keras kepala, dan kebimbangan. Orang
dengan kepribadian obsesif-kompulsif merasa asyik dengan peraturan, serius,
dan seringkali tidak memiliki rasa humor. Mereka memaksakan aturan supaya
diikuti secara kaku dan tidak mampu mentoleransi apa yang dirasakannya
sebagai pelanggaran. Pasien biasanya enggan membuangbenda-benda yang
9
usang atau tidak berguna walaupun tidak memiliki nilai sentimental, enggan
mendelegasikan tugas atau bekerja sama dengan orang lain kecuali mereka
tunduk dengan tepat caranya mengerjakan tugas, terlalu berhati-hati, teliti,
dan tidak fleksibel tentang maslaah moralitas, etika, atau nilai-nilai (tidak
disebabkan oleh identifikasi kultural atau religius)
Gangguan Kepribadian yang Tidak Ditentukan
Kategori ini dalam DSM-IV dicadangkan untuk gangguan yang tidak
memenuhi ke dalam satu gangguan kepribadian yang telah dijelaskan sebelumnya.
k. Kepribadian pasif-agresif
Kepribadian ini terdapat dua sub, diantaranya: pasif-dependent dan pasif-
agresif. Orang yang pasif-dependent senantiasa berpikir, bertindak dan merassa
bahwa kebutuhannya akan ketergantungan itu akan dipenuhi secara
menakjubkan. Orang yang pasif-agresif merasa bahwa kebutuhannya akan
ketergantungan tidak pernah dipenuhi. Ia menunjukan penangguhan
(penundaan) dan sikap keras, agar diterima dan diberi dengan murah hati apa
yang diharapkannya dengan sangat. Kepribadian ini ditandai oleh sikap pasif
dan agresif. Agresivitas ini dapat dinyatakan secara pasif dengan cara
mengambat, bermuka asam, malas dan keras kepala. Perilakunya merupakan
cerminan dari ras permusuhan yang tidak pernah dinyatakan secara terang-
terangan.
l. Kepribadian depresif
Orang dengan gangguan depresif ditandari oleh sifat yang masuk ke
dalam spektrum depresif. Mereka adalah pesimistik, anhedonia, terikat pada
kewajiban, dan meragukan diri sendiri
m. Kepribadian sadomasokistik
Sadisme adlah keinginan untuk menyebabkan rasa sakit pada orang lain
baik secara penyiksaan seksual atau fisik atau penyiksaan psikologis pada
umumnya. Masokisme adalah pencapaian pemuasan seksual dengan menyiksa
diri sendiri.
n. Kepribadian sadistik
Orang dengan gangguan kepribadian ini menunjukkan pola kekejaman
yang pervasif, merendahkan, dan perilaku agresif, yang dimulai sejak masa
kanak-kanak awal, dan diarahkan kepada orang lain.
10
2. Gangguan aspek motorik atau tingkah laku motorik
Sikap dan tingkah laku penderita tidak dapat lepas dari keseluruhan ekpresi
penderita. Sikap adalah sesuatu yang statis sedangkan tingkah laku adalah corak
gerak-gerik terutama kaki dan tangan. Sikap yang diperlihatkan penderita
diantaranya(1) :
a. Indifferent adalah sikap yang tidak menuju ke suatu kecenderungan (tendensi)
tertentu, jadi banyak bersifat netral.
b. Apatik adalah sikap acuh tak acuh, sikap merasa bodoh dan tidak menghiraukan
apapun yang terjadi disekelilingnya.
c. Kooperatif adalah sikap ingin bersahabat, ingin turuti petunjuk atau perintah, dan
ingin bekerja sama dengan semua orang.
d. Negativisme adalah sikap menolak petunjuk atau perintah yang diberikan tanpa
alasan yang obyektif.
e. Dependen adalah sikap ingin menggantungkan diri secara berlebihan pada
pemeriksa atau individu yang memegang kekuasaan.
f. Infantil adalah sikap kekanak-kanakan.
g. Rigid adalah sikap kaku dan tidak fleksibel kadang-kadang sudah dekat dengan
sikap negativistik.
h. Curiga adalah sikap yang tidak percaya seolah-olah meragukan maksud baik dari
pemeriksa atau orang lain. Baik ucapan maupun gerakannya.
i. Berubah-ubah adalah sikap yang tidak stabil selalu berganti-ganti sikap. Hal ini
sering menunjukan kegelisahan yang bersangkutan.
j. Tegang adalah sikap yang tidak tenang dan kadang-kadang dekat dengan sikap
yang gelisah.
k. Pasif adalah sikap tanpa inisiatif dan keinginan bertindak.
l. Katalepsi adalah sikap yang bertahan dalam satu kedudukan saja untuk jangka
waktu yang lama, seringkali aneh tak masuk akal dan tak ada tujuannya. Disebut
juga fleksibilitas cerea.
m. Aktif adalah sikap penuh inisiatif dan keinginan bertindak.
n. Bermusuhan adalah sikap seperti ingin menyerang atau marah saja.
Sedangkan tingkah laku diantaranya adalah :
a. Hiperaktif adalah sangat besar dorongan bergeraknya, disebut juga over active.
11
b. Hipoaktif adalah dorongan bergerak yang amat kurang, walaupun tidak
menghilang sama sekali.
c. Stupor adalah segala pergerakan berhenti, penderita tinggal diam seperti patung.
d. Gelisah adalah gerakan yang menyatakan adanya ketegangan jiwa yang
memuncak. Penderita tidak dapat duduk diam dan harus berdiri danm berjalan
kesana kemari.
e. Berkoordinasi adalah gerakan yang harmonik sesuai dengan fleksibel secara
luwes.
f. Tak berkoordinasi adalah gerakan yang tidak harmonis kaku dan kadang-kadang
kacau.
g. Stereotipi adalah gerakan yang bertahan dalam satu atau dua macam tipe gerakan
yang terus menerus diulang untuk waktu yang lama tanpa tujuan yang jelas.
h. Manineren adalah gerakan yang bermacam-macam, tetapi semuanya aneh dan
karena keanehannya itu seringkali menarik perhatian disekelilingnya.
i. Agresif adalah nafsu yang selalu beraksi dengan cara kekuatan. Nafsu dapat
terlihat dari roman muka dan sikapnya.
j. Perservasi adalah pembicaraan yang selalu mengulangi kalimat-kalimat yang
sama.
k. Verbigenasi adalah pembicaraan yang selalu mengulangi kata-kata yang sama.
3. Gangguan Persepsi
Persepsi adalah hasil interaksi antara rangsang sensorik yang tertuju pada
individu itu dengan faktor-faktor pengaruh yang mengatur atau mengolah rangsang itu
secara intra-psikik. Faktor-faktor pengaruh ini dapat bersifat biologik, sosial, dan
psikologik(1).
a. Ilusi
Ilusi adalah mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang
nyata. Misalkan seorang penderita dengan perasaan yang bersalah, dapat
menginterpretasikan suara bergerisiknya daun-daun sebagai suara yang
mendekatinya. Ilusi sering terdapat pada:
a. Keadaan afektif yang luar biasa
b. Keinginan yang luar biasa
c. Dorongan dan impuls-impuls yang mendesak
Ada 5 jenis ilusi:
12
a. Visual
b. Akustik
c. Olfaktorik
d. Gustatorik
e. Taktil
b. Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi panca indra tanpa rangsang pada reseptor panca
indra. Jadi halusinasi adalah persepsi tanpa obyek(1).
Jenis – jenis halusinasi yaitu :
1. Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris palsu yang terjadi saat akan tertidur;
biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis
2. Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat terbangun dari tidur,
biasanya dianggap nonpatologis
3. Halusinasi auditorik : persepsi bunyi palsu, biasanya suara tetapi bisa juga
bunyi-bunyi lain, seperti musik.
4. Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan yang berupa citra yang
berbentuk (misalnya, orang) dan citra yang tidak berbentuk (misalnya, kilatan
cahaya)
5. Halusinasi olfaktoris : persepsi membau yang palsu
6. Halusinasi gustatorik (kecap) : persepsi tentang rasa kecap yang palsu, seperti
rasa kecap yang tidak menyenangkan akibat dari kejang
7. Halusinasi raba (taktil; haptic) : persepsi palsu tentang perabaan atau sensai
permukaan, seperti tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya
gerakan pada atau di bawah kulit (kesemutan)
8. Halusinasi somatik : sensasi palsu tentang sesuatu hal yang terjadi di dalam
atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari viseral (dikenal juga dengan
nama halusinasi kinestetik)
9. Halusinasi liliput : persepsi yang palsu dimana benda-benda tampak lebih kecil
ukurannya (dikenal juga dengan mikropsia)
10. Halusinasi yang sejalan dengan mood (mood-congruent hallucination):
halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang tertekan
atau manik (sebagai contoh, pasien yang mengalamidepresi mendengar suara
yang mengatakan bahwa pasien adalah orang yang jahat; seorang pasien
13
manik mendengar suara yang mengatakan bahwa pasien memiliki harga diri,
kekuatan, dan pengetahuan yang tinggi)
11. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (moodincongruent hallucination) :
halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang tertekan atau
manik (sebagai contoh, pada depresi, halusinasi tidak melibatkan tema-tema
seperti rasa bersalah, penghukuman yang layak diterima, atau
ketidakmampuan; pada mania, halusinasi tidak mengalami tema-tema seperti
kekuasaan yang tinggi atau harga diri)
12. Halusinosis: halusinasi, yang paling sering adalah halusinasi auditorik, yang
berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam
sensorium yang jernih, berbeda dengan delirium tremens, yaitu halusinasi
yang terjadi dalam konteks sensorium yang berkabut
13. Sinestesia: sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi lain (sebagai
contoh, suatu sensasi auditoris yang disertai oleh suatu sensai visual; suatu
bunyi yang dialami sebagai dilihat, atau suatu penglihatan dialami sebagai
didengar)
14. Trailing phenomenon : kelainan persepsi yang berhubungan dengan obat-obat
halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang
terpisah dan tidak kontinu
4. Gangguan pikiran
Proses berpikir ialah suatu proses intrapsikik yang meliputi pengolahan dari
berbagai pikiran dah paham, dengan jalan membayangkan, menghayalkan,
memahami, membandingkan, dan menarik kesimpulan sehingga terjelma pikiran dan
paham baru(3).
Dalam memperhatikan proses berpikir seseorang, kita perhatikan:
a. Bentuk pikiran
Rangsang berpikir berasal dari berbagai sumber termasuk dari alam tak
sadar dan alam perasaan tetapi dikoreksi oleh akal sehat, logika, dan realitas.
Pikiran tersebut dinamakan rasional (realitas).
Pada keadaan melamun (day dreaming), berpikir diarahkan tidak hanya
oleh pertimbangan realistik tetapi sebagian besar oleh keinginan egosentrik dan
kebutuhan nafsu. Pada gangguan jiwa terutama skizofrenia, berpikir dapat
diarahkan oleh faktor-faktor di luar kesadaran (bawah sadar) dan menjadi suatu
14
bentuk autistik (dereistik). Berpikir autistik bersifat kompleks dengan dorongan
dan motivasi afektif dan konatif lainnya, mendapat kebebasan dan berjalan tanpa
menghiraukan kesadaran dan realitas. Akibatnya, hubungan paham atau pikiran
tidak logis lagi.
b. Isi pikiran
Isi pikir memperlihatkan variasi yang cukup luas dalam keadaan normal.
Dalam keadaan terentu dapat pula suatu pola sentral dalam pikiran manusia
karena kompleksnya pikiran tersebut dianggap sangat penting bagi dirinya,
sehingga nampaknya egosentrik terlihat jelas. Apabila sifat egosentrik ini
melampaui batas normal maka timbulah gangguan isi pikiran(3).
Gangguan isi pikiran diantaranya(1) :
1. Over valued ideas
Perhatian seluruhnya ditujukan kearah suatu topkc atau masalah
dengan menekankan segala perasaannya terhadap soal-soal tersebut.
2. Waham (delusi)
Waham adalah suatu keyakinan atau pikiran yang salah karena
bertentangan dengan kenyataan (dunia realitas). Waham mempunyai 5 sifat
tertentu (syarat):
a. Buah pikiran ini selalu mengenai diri sendiri (egosentris)
b. Selalu bertentangan dengan realitas.
c. Selalu bertentangan dengan logika.
d. Penderita percaya 100% kepada kebenaran pikirannya.
e. Tidak dapat dirubah oleh orang lain, sekalipun dengan jalan yang logis dan
rasional.
Jenis – jenis waham(1) :
a. Waham kacau (bizarre delusion)
Keyakinan palsu yang aneh, mustahil, dan sama sekali tidak masuk akal
(sebagai contoh, orang luar angkasa telah menanamkan elktroda ke dalam
otak pasien)
b. Waham tersistematisasi
Keyakinan yang palsu yang digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa
tunggal (contohnya pasien diamta-matai oleh mafia atau agen rahasia)
c. Waham nihilistik
15
Perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan duania berakhir atau tidak
ada
d. Waham kemiskinan
Keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan atau akan terampas semua harta
benda miliknya
e. Waham somatik
Keyakinan palsu menyangkut fungsi tubuhnya (contohnya, keyakinan
bahwa otak pasien telah mencair)
f. Waham persekutorik
Keyakinan palsu bahwa pasien sedang diganggu, ditipu atau disiksa
g. Waham kebesaran
Gambaran kepentingan, kekuatan, atau identitas seseorang yang berlebihan
h. Waham referensi
Keyakinan palsu bahwa perilaku orang lain ditujuan kepada dirinya, merasa
bahwa orang lain sedang membicarakan dirinya (contohnya, percaya bahwa
orang di televisi sedang berbicara atau membicarakan dirinya)
i. Waham menyalahkan dirinya sendiri
Keyakinan palsu tentang penyesalan yang dlaam dan bersalah
j. Waham pengendalian
Keyakinan palsu bahwa kemauan, pikiran, atau perasaan pasien
dikendalikan oleh tenaga dari luar
k. Penarikan pikiran
Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien telah dihilangkan dari ingatannya
l. Penanaman pikiran
Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien telah ditanamkan oleh tenaga lain
m. Siar pikiran
Keyakinan palsu bahwa pikiran pasien dapat didengar oleh orang lain
n. Waham ketidaksetiaan
Keyakinan palsu yang didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa
kekasih pasien tidak jujur
o. Erotomania
Keyakinan palsu bahwa seseorang sangat mencintainya
p. Pseudologia phantastica
16
Suatu jenis kebohongan dimana seseorang tampaknya percaya terhadap
kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan biasanya disertai
dengan berpura-pura sakit yang berulang
3. Obsesi
Isi pikiran yang bersifat terpaku, terus menerus mengganggu
penderitanya, terus menerus berulang kembali yang mendesak ke taraf kedaran
individu, dan timbulnya tidak dapat dielakkan penderita sendiri(1).
Contoh :
Saya harus pergi ke kuburan orang tua.
4. Fobia
Fobia adalah suatu keadaan ketakutan atau kegelisahan yang bersifat
irrasional, yang diakui ketidak benarannya oleh penderita tetapi tetap
menguasai jalan pikirannya. Contohnya fobia sederhana: rasa takut yang jelas
terhadap suatu objek (laba-laba, ular), akrofobia (rasa takut terhadap tempat
tinggi, algofobia (takut terhadap rasa nyeri), klaustrofobia (takut terhadap
tempat tertutup), xenofobia (rasa takut terhadap orang asing)(1).
c. Gangguan pada arus pikiran
Kelancaran dan aktifitas pikiran tentu saja tidak dapat kita pelajari kecuali
dengan menilai dari perkataan yang keluar dalam pembicaraan seseorang.
Berbagai gangguan progresi pikir diantaranya(1) :
1. Flight of ideas
Verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus dari satu
ide ke ide lain; ide-ide cenderung dihubungkan, dan dalam bentuk yang
kurang parah pendengar mungkin mampu untuk mengikutinya
2. Neologisme
Kata baru yang diciptakan oleh pasien, dengan mengombinasikan suku kata
dari kata lain, untuk alasan keanehan psikologis
3. Verbigerasi
Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang tidak mempunyai arti
4. Sirkumstansialitas
Bicara yang tidak langsung dan lambat dalam mencapai tujuan ditandai
dengan pemasukan perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan
17
5. Inkoherensi
Pembicaraan yang tidak logis, pikiran yang, bisanya, tidak dapat dimengerti
6. Asosiasi bunyi
Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya; kata-kata tidak
memiliki hubungan yang logis, termasuk sajak dan permainan kata
7. Blocking
Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan
terselesaikan
8. Kondensasi
Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep
9. Keluar dari jalur (derailment)
Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan
10. Word salad
Campuran kata adan frasa yang membingungkan
5. Gangguan afek
Gangguan afek berarti adanya suatu corak perasaan yang sifatnya agak
menetap (konstan) dan biasanya berlangsung untuk waktu yang lama. Keadaan afek
ini seolah-olah menguasai seluruh bidang perasaan individu tersebut walaupun
masih dapat dipacu untuk beraksi secara lain pula. Dalam keadaan normal,keadaan
afektif ini tidak memperlihatkan kelainan-kelainan yang mencolok. Macam-macam
gangguan dari afektif diantaranya :
a. Hyperthymia disebut juga afek yang meninggi dalam artian individu
memperlihatkan suatu afektif yang gembira luar biasa.
b. Hypothymia disebut juga dengan afektif yang merendah ini berarti bahwa
penderita memperlihatkan hambatan di segala bidang aktifitasnya.
c. Poikilothymia disebut juga keadaan afektif yang berubah-ubah dan jarang
ditemui.
d. Parathymia adalah keadaan afektifnya yang tidak sesuai dengan lingkungan yang
sebenarnya.
e. Tension adalah selalu ada perasaan tertekan
f. Anxiety adalah perasaaan takut terus menerus terhadap bahaya yag seolah-olah
terus mengancam yag sebenarnya tidak nyata tetapi hanya dalam perasaan
penderita saja.
18
g. Panik adalah suatu cemas yang luar biasa dan menimbulkan dis-organisasi dari
fungsi ego.
h. Ambivalensi adalah dua perasaan yang bertentangan yang berada pada suatu saat
pada individu.
i. Depersonalisasi adalah gangguan afek dengan gejala utamanya perasaan berada
diluar realitas dan kehilangan keyakinan akan identitas diri sendiri.
6. Gangguan kesadaran
Kesadaran merupakan kemampuan individu untuk mengadakan hubungan
dengan lingkungannya serta dengan dirinya sendiri (melalui panca-inderanya) dan
mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri
(melalui perhatian). Bila kesadaran seseorang baik, maka akan didapatkan orientasi
yang baik mengenai orang, waktu, tempat, dan situasi. Selain itu, seseorang dengan
kesadaran baik (normal) dapat mencerna informasi berupa pertanyaan dan dapat
melakukan pertimbangan.
Pada tiap kesadaran dapat dinilai pula luasnya kesadaran dan terangnya
kesadaran. Dalam Psikiatri keadaan kesadaran penderita sangat penting untuk
diagnosis dan prognosis dari suatu gangguan jiwa. Gejala sikotik dengan kesadaran
normal mempunyai arti yang berbeda jauh dibandingkan dengan gejala-gejala sikotik
dengan kesadaran terganggu.
Secara klinis gangguan kesadaran diantaranya(1) :
a. Disorientasi , yaitu gangguan kesadaran berkaitan dengan orang waktu tempat
dan situasi.
b. Kesadaran berkabut , yaitu gangguan dengan kesadaran yang tidak lengkap,
individu tidak mampu berfikir jernih dan berespon secara memadai terhadap
situasi disekitarnya. Gejala ini sering terdapat pada penderita-penderita penyakit
infeksi dan keadaan-keadaan lain yang mengganggu oksigenasi dan metabolisme
serebral.
c. Stupor, yaitu keadaan dimana penderita akinetik (tidak bergerak dan diam seperti
patung) dan mutistik tetapi kesadaran relatif masih ada. Masih ada gerakan mata
dan respirasi tetapi gerakan mata pada umumnya nampak tanpa tujuan. Sesudah
keadaan stupor, sering ada kesanggupan untuk mengingat kejadian-kejadian
meskipun dapat terjadi juga amnesia total. Stupor perlu dibedakan dengan rasa
mengantuk, kehilangan kesadaran seperti pada koma dan paralise saraf motorik.
19
d. Delirium, yaitu merupakan suatu simtom komplek yang disebut sindrome otak
akut. Sindrome ini biasanya berkembang dan berjalan akut, ditandai dengan
kesadaran menurun atau berkabut, bingung, gelisah, disorientasi, ilusi, dan
halusinasi serta cemas dan takut. Kejadian ini biasanya berhubungan dengan
infeksi disertai panas, keadaan toksik, gangguan metabolisme (uremia, pellagra,
dan anemia pernisiosa), dekompensasi kordis, dan trauma kapitis.
e. Koma, yaitu derajat kesadaran paling berat. Individu dalam keadaan koma tidak
dapat bereaksi terhadap rangsangan dari luar. Meskipun sekuat apapun
rangsangan yang diberikan.
f. Dream like state, yaitu gangguan kualitas kesadaran yang terjadi pada serangan
epilepsi psikomotor. Individu dalam keadaan ini tidak menyadari apa yang
dilakukannya meskipun tampak seperti melakukan aktifitas normal.
g. Twillight state, yaitu kesadaran menurun tetapi orientasi terhadap sekitarnya
masih baik dan tidak ada bicara yang kacau kontak dengan sekitarnya masih ada,
kadang-kadang dalam keadaan marah luar biasa dan dalam keadaan marah ini
dapat dilakukan penganiayaan dan pembunuhan. Penderita sering bernafsu untuk
mengembara, jika kesadaran ini lebih menurun lagiakan timbul disorientasi dan
bicara kacau.
7. Gangguan orientasi
Orientasi adalah suatu proses seseorang dapat menangkap atau mengerti keadaan
disektarnya, dan ia dapat melokalisir dirinya dalam hubungan dengan sekitarnya
tersebut. Jika seseorang tahu posisinya dalam hubungan dengan waktu, sadar akan
keadaan pribadinya, sadar situasi lingkungannya dan mengerti hubungannya mengapa
orang lain berada disitu maka orang tersebut berorientasi baik.
Gangguan orientasi dapat timbul pada tiap gangguan mental dimana didapatkan
gangguan persepsi dan perhatian. Gangguan orientasi banyak didapatkan pada
keadaan-keadaan sindroma otak organik akut tetapi jarang didapatkan pada keadaan
afek yang luar biasa, dan konflik-konflik yang akut. Bermacam-macam orientasi
yaitu;
a) Orientasi orang (personal), yaitu kemampuan individu untuk mengemukakakan
identitas diri sendiri dan orang lain disekitarnya.
b) Orientasi waktu (temporal), yaitu kemampuan untuk mengetahui tentang
hubungan masa, waktu, hari, tanggal, bulan, musim, dan tahun sekarang.
20
c) Orientasi tempat (spasial), yaitu kemampuan untuk mengetahui tentang batasan
ruang, atau lokasi yang ditempati dan hubungannya dengan ruang lain atau lokasi
lain.
d) Orientasi situasi, yaitu kemampuan individu untuk menafsirkan apakah sebaiknya
seseorang atau beberapa orang berada di suatu tempat atau di situasi tertentu dan
masing-masing kepentingan atau tugasnya seseorang berada di situ.
8. Gangguan memori atau ingatan
Memori adalah daya kemampuan individu untuk memproduksi hal tertentu yang
telah terjadi dimasa lampau, jadi dalam memori atau daya ingat terdapat tiga prose ;
a) Penerimaan dan pencatatan dari kesan mental
b) Penyimpangan dari kesan yang telah didapat
c) Penggalian kembali dari kesan tersebut.
Jika daya ingatan individu terganggu maka beberapa hal yang harus
dipertimbangkan ;’
a) Apakah terdapat suatu kemungkinan yang diakibatkan oleh sebab organobiologik
sehingga terjadi kerusakan pada substansia otak yang sifatnya permanen
misalnya pada demensia.
b) Apakah terdapat suatu kemunduran yang berarti kehilangan daya ingatan yang
penyebabnya lebih kompleks yang biasanya oleh kombinasi sebab
organobiologik dan psikososial. Kehilangan daya ingatan disini sifatnya
sementara misalnya pada amnesia.
c) Apakah terdapat suatu kemunduran daya ingatan (lupa) terhadap salah satu atau
beberapa peristiwa sajak. Hal ini pada umumnya karena pengaruh emosi atau
pengaruh psikologik yang kuat, yang diduga terjadi di alam tak sadar. Seringkali
didahului peristiwa yang menakutkan atau memalukan.
Macam-macam gangguan memori (daya ingat)(1) :
a) Hipermensia, yaitu peringatan yang berlebih-lebihan dan abnormal. Hipermensia
kadang-kadang terlihat pada keadaan manik, paranoid dan katatonik. Kemampuan
mengingat menjadi berlebih-lebihan, dan kebanyakan terbatas pada periode-
periode khusus atau kejadian-kejadian khusus yang dihubungkan dengan reasi
emosional yang sangat kuat.
b) Amnesia, yaitu ketidakmampuan untuk mengingat sebagian atau seluruh
pengalaman masa lalu. Amnesia dapat disebabkan oleh gangguan organik
21
maupun sikogenik. Amnesia organik disebabkan karena gangguan pada proses
pencatatan dan penyimpanan. Sedangkan amnesia psikogenik disebabkan karena
pada proses mengingat kembali (recall). Jenis-jenis amnesia ;
i. Amnesia anterograd ; yaitu kehilangan ingatan dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi sesudah kejadian yang menumbulkan amnesia tersebut, sampai
dengan periode waktu tertentu.
ii. Amnesia retrograd ; yaitu kehilangan ingatan dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi sebelum kejadian yang menimbulkan amnesia tersebut dari periode
waktu tertentu.
c) Paramnesia disebut juga peringatan salah, yaitu keadaan dimana penderita benar-
benar mengetahui apa yang dialami sekarang telah dialaminya pula pada waktu
dahulu tetapi hal itu tidak benar. Jenis-jenis paramnesia yaitu ;
i. Konfabulasi ; yaitu, cerita tentang soal-soal dan kejadian yang sebenarnya
sama sekali tidak terjadi. Ada dua jenis konfabulasi yaitu konfabulasi
spontan dan konfabulasi untuk menutupi kebodohan-kebodohan.
ii. De javu ; yaitu adanya perasaan bahwa yang dilihat sekarang ini pernah
dilihat dan dikenal sebelumnya. Padahal sebelumnya belum pernah melihat
atau mengenalnya.
iii. Jamais fu ; yaitu adanya perasaan yang salah atau palsu bahwa penderita
tidak mengenal situasi atau personal yang sebenarnya hal ini pernah dialami
atau dikenalnya pada waktu yang lampau. Sering didapatkan pada
skizofrenia, psikoneurosa, kerusakan pada lobus temporalis, dan epilepsi
iv. Demensia ; yaitu gangguan atau degenerasi dari neuron-neuron pada koteks
serebri yang berlangsung lama yang berakibat hilangnya efisiensi intelektual
yang bersifat permanen dan irrevesibel. Etiologi dari demensia yaitu ;
a) Perubahan atrofi otak dengan akibat senelis
b) Gangguan vaskuler otak termasuk demensia vasculer dan hipertensi
ensefalopati.
c) Gangguan radang otak terutama lues dan ensefalitis epidemika.
d) Penyakit degenerasi otak misalnya Alzaimer’s diseasea, picks’s diseasea ,
dan hurtington’s chorea
e) Penyakit-penyakit defisiensi misanya; korsa koff’s psikosis, wernicke’s
encephalopati, pellagra, anemia perniciosa dan defesiensi vitamin B-12.
f) Neoplasma
22
g) Trauma (fisik)
9. Gangguan intelegensia
Intelegensia sering disebut sebagai taraf kecerdasan individu suatu faktor yang
penting dalam intelegensia ialah kemampuan individu untuk mengambil manfaat dari
suatu masalah dan pengalaman terdahulu untuk menghadapi masalah dikemudian hari.
Proses mengambil manfaat dari pengalaman ini, biasanya merupakan salah satu aspek
penting dari proses belajar manusia. Oleh karena itu maka taraf intelegensia
merupakan suatu indikasi dari kemampuan belajar manusia baik pada pengalaman
praktik maupun dari hasil pendidikan di sekolah.
Persoalan intelegensia merupakan masalah yang sangat komplek dan masih
belum diakui secara universal kepentingan serta kedudukannya pada pemeriksaan
psikiatri, yang penting ialah dugaan intelegensia individu yaitu apakah bertaraf
superior normal atau subnormal.
23
BAB IV
ETIOLOGI
Psikopatologi Gangguan Jiwa
Manusia bereaksi secara keseluruhan, secara holistic atau dapat dikatakan juga
secara somatopsikososial. Dalam mencari penyebab gangguan jiwa, maka ketiga unsur
ini harus diperhatikan. Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-gejala
yang patolo gik dari unsur psikis. Hal ini tidak berarti bahwa unsur yang lain tidak
terganggu. Hal-hal yang dapat mempengaruhi perilaku manusia ialah keturunan, umur
dan seks, keadaan badaniah, keadaan psikologik, keluarga, adat-istiadat, kebudayaan dan
kepercayaan, pekerjaan, pernikahan dan kehamilan, kehilangan dan kematian orang yang
dicintai, agresi, rasa permusuhan, hubungan antar amanusia, dan sebagainya.
Biarpun gejala umum atau gejala yang menonjol itu terdapat pada unsur kejiwaan,
tetapi penyebab utamanya mungkin pada badan (somatogenik), lingkungan sosial
(sosiogenik) ataupun psikis (psikogenik). Biasanya tidak terdapat penyebab tunggal,
akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari berbagai unsur itu yang saling
mempengaruhi atau kebetulan terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan jiwa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan jiwa diantaranya :
1. Faktor keturunan
Pada mongoloisme atau sindroma Down terdapat trisoma pada pasangan
Kromosoma No. 21. Sindroma Turner ternyata berhubungan dengan jumlah
kromosima sex yang abnormal. Gangguan yang berhubungan dengan kromosoma sex
dikatakan “terikat pada sex” (“sex linked”), artinya bahwa efek genetik itu hanya
terdapat pada kromosoma sex. Kaum wanita ternyata lebih kurang peka terhadap
gangguan yang terikat pada sex, karena mereka mempunyai dua kromosoma X : bila
satu tidak baik, maka yang lain biasanya akan melakukan pekerjaannya. Akan tetapi
seorang pria hanya mempunyai satu kromosoma X dan satu kromosoma Y, dan bila
salah satu tidak baik, maka akan terganggu.
Menurut Cloninger, gangguan jiwa terutama gangguan persepsi sensori dan
gangguan psikotik lainnya erat sekali penyebabnya dengan faktor genetik termasuk di
24
dalamnya saudara kembar, atau anak hasil adopsi. Individu yang memiliki anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan lebih tinggi
dibanding dengan orang yang tidak memiliki faktor herediter. Individu yang memiliki
hubungan sebagai ayah, ibu, saudara atau anak dari klien yang mengalami gangguan
jiwa memiliki kecenderungan 10 %, sedangkan keponakan atau cucu kejadiannya 2-4
%. Individu yang memiliki hubungan sebagai kembar identik dengan klien yang
mengalami gangguan jiwa memiliki kecenderungan 46-48 %, sedangkan kembar
dizygot memiliki kecenderungan 14-17 %. Faktor genetik tersebut sangat ditunjang
dengan pola asuh yang diwariskan sesuai dengan pengalaman yang dimiliki oleh
anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
2. Faktor Biologi
Orang yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang khas
terutama pada susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya orang tersebut mengalami
pembesaran ventrikel ke III sebelah kirinya. Ciri lainnya terutama adalah pada orang
yang mengalami Schizofrenia memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata
orang yang normal. Menurut Candel, pada orang yang mengalami gangguan jiwa
dengan gejala takut serta paranoid (curiga) memiliki lesi pada daerah Amigdala
sedangkan pada klien Schizofrenia yang memiliki lesi pada area Wernick’s dan area
Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta disorganisasi dalam proses berbicara
(Word salad). Adanya Hiperaktivitas dopamin pada klien dengan gangguan jiwa
seringkali menimbulkan gejala-gejala Schizofrenia. Menurut hasil penelitian,
neurotransmitter tertentu seperti Norepinephrine pada pasien gangguan jiwa
memegang peranan dalam proses learning, memory reiforcement, Siklus tidur dan
bangun, kecemasan, pengaturan aliran darah dan metabolisme. Neurotransmitter lain
berfungsi sebagai penghambat aktivasi dopamin pada proses pergerakan yaitu GABA.
(Gamma Amino Butiric Acid).
Menurut Singgih gangguan mental dan emosi juga bisa disebabkan oleh
perkembangan jaringan otak yang tidak cocok (Aplasia). Kadang-kadang seseorang
dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry yang kurang sekali, atau disebut
sebagai otak yang rudimenter (Rudimentary Brain). Contoh gangguan tersebut terlihat
pada Microcephaly yang ditandai oleh kecilnya tempurung otak. Adanya trauma pada
waktu kelahiran, tumor, Infeksi otak seperti Enchepahlitis Letargica, gangguan
kelenjar endokrin seperti thyroid, keracunan CO (carbon Monoxide) serta perubahan-
perubahan karena degenerasi yang mempengaruhi sistem persyarafan pusat.
25
Kerusakan pada bagian-bagian otak tertentu ternyata memegang peranan pada
timbulnya gejala-gejala gangguan jiwa, misalnya:
a. Kerusakan pada lobus frontalis: menyebabkan kesulitan dalam proses pemecahan
masalah dan perilaku yang mengarah pada tujuan, berfikir abstrak, perhatian
dengan manifestasi gangguan psikomotorik.
b. Kerusakan pada Basal Gangglia dapat menyebabkan distonia dan tremor
c. Gangguan pada lobus temporal limbic akan meningkatkan kewaspadaan,
distractibility, gangguan memori (Short time).
3. Faktor sosio kultural
Kebudayaan secara teknis adalah ide atau tingkah laku yang dapat dilihat
maupun yang tidak terlihat. Faktor budaya bukan merupakan penyebab langsung
menimbulkan gangguan jiwa, biasanya terbatas menentukan “warna” gejala-gejala.
Disamping mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kepribadian seseorang
misalnya melalui aturan-aturan kebiasaan yang berlaku dalam kebudayaan tersebut.
Beberapa faktor-faktor kebudayaan tersebut :
a. Cara-cara membesarkan anak
Cara-cara membesarkan anak yang kaku dan otoriter , hubungan orang tua
anak menjadi kaku dan tidak hangat. Anak-anak setelah dewasa mungkin bersifat
sangat agresif atau pendiam dan tidak suka bergaul atau justru menjadi penurut
yang berlebihan. Deprivasi maternal atau kehilangan asuhan ibu di rumah sendiri,
terpisah dengan ibu atau di asrama, dapat menimbulkan perkembangan yang
abnormal. Deprivasi rangsangan umum dari lingkungan, bila sangat berat, ternyata
berhubungan dengan retardasi mental. Kekurangan protein dalam makanan,
terutama dalam jangka waktu lama sebelum anak breumur 4 tahun, dapat
mengakibatkan retardasi mental.
Deprivasi atau frustrasi dini dapat menimbulkan “tempat-tempat yang lemah”
pada jiwa, dapat mengakibatkan perkembangan yang salah ataupun perkembangan
yang berhenti. Untuk perkembangan psikologik rupanya ada “masa-masa gawat”.
Dalam masa ini rangsangan dan pengalaman belajar yang berhubungan dengannya
serta pemuasan berbagai kebutuhan sangat perlu bagi urut-urutan perkembangan
intelektual, emosional dan sosial yang normal.
b. Sistem Nilai
26
Perbedaan sistem nilai moral dan etika antara kebudayaan yang satu dengan
yang lain, antara masa lalu dengan sekarang sering menimbulkan masalah-masalah
kejiwaan. Begitu pula perbedaan moral yang diajarkan dirumah / sekolah dengan
yang dipraktekkan di masyarakat sehari-hari.
c. Kepincangan antar keinginan dengan kenyataan yang ada
Iklan-iklan diradio, televisi. Surat kabar, film dan lain-lain menimbulkan
bayangan-bayangan yang menyilaukan tentang kehidupan modern yang mungkin
jauh dari kenyataan hidup sehari-hari. Akibat rasa kecewa yang timbul, seseorang
mencoba mengatasinya dengan khayalan atau melakukan yang merugikan
masyarakat.
d. Ketegangan akibat faktor ekonomi dan kemajuan teknologi
Dalam masyarakat modern kebutuhan makin meningkat dan persaingan makin
meningkat dan makin ketat untuk meningkatkan ekonomi hasil-hasil teknologi
modern. Memacu orang untuk bekerja lebih keras agar dapat memilikinya. Jumlah
orang yang ingin bekerja lebih besar dari kebutuhan sehingga pengangguran
meningkat, demikian pula urbanisasi meningkat, mengakibatkan upah menjadi
rendah. Faktor-faktor gaji yang rendah, perumahan yang buruk, waktu istirahat dan
berkumpul dengan keluarga sangat terbatas dan sebagainya merupakan sebagian
mengakibatkan perkembangan kepribadian yang abnormal.
Alfin Toffler mengemukakan bahwa yang paling berbahaya di zaman modern,
di negara-negara dengan “super-industrialisasi”, ialah kecepatan perubahan dan
pergantian yang makin cepat dalam hal “kesementaraan” (“transience”),
“kebaruan” (“novelty”) dan “keanekaragaman” (“diversity”). Dengan demikian
individu menerima rangsangan yang berlebihan sehingga kemungkinan terjadinya
kekacuan mental lebih besar. Karena hal ini lebih besar kemungkiannya dalam
masa depan, maka dinamakannya “shok masa depan” (“future shock”). Telah
diketahui bahwa seseorang yang mendadak berada di tengah-tengah kebudayaan
asing dapat mengalami gangguan jiwa karena pengaruh kebudayaan ini yang serba
baru dan asing baginya. Hal ini dinamakan “shock kebudayaan” (“culture shock”).
Seperti seorang inidvidu, suatu masyarakat secara keseluruhan dapat juga
berkembang ke arah yang tidak baik. Hal ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan
fisik ataupun oleh keadaan sosial masyarakat itu sendiri Hal-hal ini merendahkan
daya tahan frustasi seluruh masyarakat (kelompok) dan menciptakan suasana sosial
yang tidak baik sehingga para anggotanya secara perorangan dapat menjurus ke
27
gangguan mental. Faktor-faktor sosiokultural membentuk, baik macam sikap
individu dan jenis reaksi yang dikembangkannya, maupun jenis stres yang
dihadapinya.
e. Perpindahan kesatuan keluarga
Khusus untuk anak yang sedang berkembang kepribadiannya, perubahan-
perubahan lingkungan (kebudayaan dan pergaulan). Hal ini cukup mengganggu.
f. Masalah golongan minoritas
Tekanan-tekanan perasaan yang dialami golongan ini dari lingkungan dapat
mengakibatkan rasa pemberontakan yang selanjutnya akan tampil dalam bentuk
sikap acuh atau melakukan tindakan-tindakan akan yang merugikan orang banyak.
4. Perkembangan Psikologik yang salah
a. Ketidak matangan atau fiksasi, yaitu inidvidual gagal berkembang lebih lanjut ke
fase berikutnya;
b. “Tempat-tempat lemah” yang ditinggalkan oleh pengalaman yang traumatik
sebagai kepekaan terhadap jenis stres tertentu, atau
c. Disorsi, yaitu bila inidvidu mengembangkan sikap atau pola reaksi yang tidak
sesuai atau gagal mencapai integrasi kepribadian yang normal.
5. Pola keluarga yang patogenik
Dalam masa kanak-kanak keluarga memegang peranan yang penting dalam
pembentukan kepriabadian. Hubungan orangtua-anak yang salah atau interaksi yang
patogenik dalam keluarga sering merupakan sumber gangguan penyesuaian diri.
Kadang-kadang orangtua berbuat terlalu banyak untuk anak dan tidak memberi
kesempatan anak itu berkembang sendiri. Ada kalanya orangtua berbuat terlalu sedikit
dan tidak merangsang anak itu atau tidak memberi bimbingan dan anjuran yang
dibutuhkannya. Akan tetapi pengaruh cara asuhan anak tergantung pada keadaan
sosial secara keseluruhan dimana hal itu dilakukan. Dan juga, anak-anak bereaksi
secara berlainan terhadap cara yang sama dan tidak semua akibat adalah tetapi
kerusakan dini sering diperbaiki sebagian oleh pengalaman di kemudian hari. Akan
tetapi beberapa jenis hubungan orangtua-anak sering terdapat dalam latar belakang
anak-anak yang terganggu, umpamanya penolakan, perlindungan berlebihan, manja
berlebihan, tuntutan perfeksionistik, standar moral yang kaku dan tidak realistik,
disiplin yang salah, persaingan antar saudara yang tidak sehat, contoh orangtua yang
salah, ketidak-sesuaikan perkawinan dan rumah tangganya yang berantakan, tuntutan
yang bertentangan.
28
6. Masa Perkembangan
Bermacam pengalaman frustasi, kegagalan dan keberhasilan yang dialami
akan mewarnai sikap,mkebiasaan dan sifatnya dikemudian hari. Hidup seorang
manusia dapat dibagi atas 7 masa dan pada keadaan tertentu dapat mendukung
terjadinya gangguan jiwa, yaitu :
a. Masa bayi
b. Masa anak pra sekolah (antara 2 sampai 7 tahun)
c. Masa Anak sekolah
d. Masa Remaja
Masa remaja dikenal sebagai masa gawat dalam perkembangan kepribadian,
sebagai masa “badai dan stres”. Dalam masa ini inidvidu dihadapi dengan
pertumbuhan yang cepat, perubahan-perubahan badaniah dan pematangan seksual.
Pada waktu yang sama status sosialnya juga mengalami perubahan, bila dahulu ia
sangat tergantung kepada orangtuanya atau orang lain, sekarang ia harus belajar
berdiri sendiri dan bertanggung jawab yang membawa dengan sendirinya masalah
pernikahan, pekerjaan dan status sosial umum. Kebebasan yang lebih besar membawa
tanggung jawab yang lebih besar pula. Perubahan-perubahan ini mengakibatkan
bawha ia harus mengubah konsep tentang diri sendiri.
e. Masa Dewasa muda
f. Masa Dewasa Tua
g. Masa Tua
7. Cacat Kongenital
Cacat kongenital atau sejak lahir dapat mempengaruhi perkembangan jiwa
anak, terlebih yang berat, seperti retardasi mental yang berat. Akan tetapi pada
umumnya pengaruh cacat ini pada timbulnya gangguan jiwa terutama tergantung pada
individu itu, bagaimana ia menilai dan menyesuaikan diri terhadap keadaan hidupnya
yang cacat atau berubah itu. Kromosom dan “genes” yang defektif serta banyak faktor
lingkungan sebelum, sewaktu dan sesudah lahir dapat mengakibatkan gangguan
badaniah. Gangguan badaniah dapat mengganggu fungsi biologik atau psikologik
secara langsung atau dapat mempengaruhi daya tahan terhadap stres.
8. Penyalahgunaan obat-obatan dan zat psikotropika
Koping yang maladaptif yang digunakan individu untuk menghadapi strsessor
melalui obat-obatan atau zat yang memiliki sifat adiksi (efek ketergantungan) seperti
29
Cocaine, amphetamine menyebabkan gangguan persepsi, gangguan proses berfikir,
gangguan motorik.
30
BAB V
EPIDEMIOLOGI
Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Gangguan jiwa
berat terbanyak di DI Yogyakarta, Aceh, Sulawesi Selatan, Bali, dan Jawa Tengah. Proporsi
RT yang pernah memasung ART gangguan jiwa berat 14,3 persen, terbanyak pada penduduk
yang tinggal di perdesaan (18,2%), serta pada kelompok penduduk dengan kuintil indeks
kepemilikan terbawah (19,5%). Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk
Indonesia 6,0 persen. Provinsi dengan prevalensi ganguan mental emosional tertinggi adalah
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,Jawa Barat, DI Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur(4).
Sekitar 450 juta orang menderita gangguan mental menurut perkiraan WHO diberikan
dalam Laporan Kesehatan Dunia 2001. Satu dari empat orang akan mengembangkan satu
atau lebih gangguan mental atau perilaku selama hidup mereka. Gangguan mental dan
perilaku terjadi pada setiap titik waktu pada sekitar 10% dari populasi orang dewasa di
seluruh dunia. Seperlima dari remaja di bawah usia 18 tahun mengalami masalah
perkembangan, emosional atau perilaku, satu dari delapannya memiliki gangguan mental,
sedangkan pada anak-anak yang kurang beruntung angka ini adalah satu dari lima. Gangguan
neurologis dan mental terhitung 13% dari keseluruhan Disability Adjusted Life Years
(DALYs) dikarenakan semua penyakit dan cedera di dunia. Lima dari sepuluh penyebab
utama kecacatan di seluruh dunia adalah kondisi kejiwaan, termasuk depresi, penggunaan
alkohol, skizofrenia dan kompulsif. Proyeksi memperkirakan pada tahun 2020 gangguan
neuropsikiatri akan mencapai 15% dari kecacatan di seluruh dunia, dengan depresi unipolar
sendiri terhitung 5.7% dari DALYs(4).
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, B.J.,A.Virginia.2010. Teori Kepribadian dan Psikopatologi.Sinopsis
Psikiatri.Ilmu Pengetahuan perilaku Psikiatri Klinis.Jilid I.Binarupa Aksara
Publisher.Jakarta.
2. Setyonegoro, Kusumanto. 2005. Kesehatan Jiwa di Kehidupan Modern. Cermin
Dunia Kedokteran. Jakarta: Kalbe Farma. 5.
3. Maramis, W.F.2009.Penyebab umum gangguan jiwa. Catatan Ilmu Kedokteran
Jiwa Edisi II.Airlangga University Press.Surabaya.
4. http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/
Laporan_Riskesdas2013.PDF
32
33