44
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peternakan dewasa ini menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan, demikian halnya dengan peternakan unggas. Hal ini dapat dilihat dengan perkembangan populasi ternak unggas dan pertumbuhan jumlah populasi ternak yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Seiring dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, meningkat pula kebutuhan akan protein hewani. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya protein hewani bagi pertumbuhan jaringan tubuh. Meskipun tingkat konsumsi telur dan daging ayam masyarakat Indonesia sudah tinggi, namun belum diiringi

punyanya sampeang

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: punyanya sampeang

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan peternakan dewasa ini menunjukkan pertumbuhan yang

menggembirakan, demikian halnya dengan peternakan unggas. Hal ini dapat

dilihat dengan perkembangan populasi ternak unggas dan pertumbuhan

jumlah  populasi ternak yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. 

Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang. Seiring

dengan naiknya pendapatan perkapita penduduk Indonesia, meningkat pula

kebutuhan akan protein hewani. Masyarakat semakin menyadari akan pentingnya

protein hewani bagi pertumbuhan jaringan tubuh.

Meskipun tingkat konsumsi telur dan daging ayam masyarakat Indonesia

sudah tinggi, namun belum diiringi dengan kenaikan populasi dan produksi ayam

pedaging itu sendiri. Hal ini disebabkan karena manajemen pemeliharaan yang

belum baik dan efektif. Hanya sebagian kecil dari peternakan rakyat yang sudah

menerapkan manajemen pemeliharaan yang sesuai dan diikuti dengan penerapan

teknologi. Ini merupakan salah satu hambatan dalam peningkatan populasi ayam.

Padahal jika kita lihat, Indonesia memiliki kondisi lingkungan yang baik untuk

pengembangan peternakan ayam, terutama temperatur luar yang lebih rendah

dibandingkan dengan temperatur tubuh ayam. Sehingga peluang pemeliharaan

ayam petelur dan pedaging di Indonesia masih sangat terbuka lebar.

Page 2: punyanya sampeang

Melalui praktikum Manajemen Ternak Unggas ini, diharapkan akan

diketahui cara pemeliharaan ayam mulai dari DOC sampai finisher, peralatan yang

digunakan, pemberian pakan, vaksinasi dan sistem perkandangan sehingga pada

akhirnya dapat diterapkan di lapangan karena keberhasilan usaha peternakan

unggas terutama ayam sangat ditentukan oleh breeding, feeding, dan manajemen

yang diterapakn.

B. Tujuan Praktikum

Adapun tujuan dari peraktikum ini adalah untuk mengetahui manajemen

pemeliharaan ayam pedaging dari fase starter sampai finiser dan ayam petelur dari

pullet hingga masa afkir.

Page 3: punyanya sampeang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Pemeliharaan Ternak Unggas

1. Sistem pemeliharaan ayam pedaging

Ayam pedaging adalah ayam jantan atau betina yang umumnya

dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging, ayam

pedaging meruapakn ayam yang berwarna putih dan cepat tumbuh (Rasyaf,

2008).

Ayam pedaging memiliki kelebihan dan kelemahan, kelebihannya

adalah dagingnya empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan

berisi, efisiensi terhadap pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah

menjadi daging dan pertambahan bobot badan sangat cepat sedangkan

kelemahannya adalah memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat,

relatif lebih peka terhadap suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi

(Murtidjo, 1987).

Ayam pedaging adalah salah satu klasifikasi sebagai ayam pedaging

atau ayam yang arah kemampuan utamanya menghasilkan daging. Anatomi

ayam hampir sama pada semua strain. Perbedaan secara anatomi biasanya

hanya ukuran tubuh. Ayam pedaging yang masih kecil yang baru dibeli sangat

di identik dengan pengawasan dan ketelitian. Pada ayam pedaging yang baru

Page 4: punyanya sampeang

datang sangat membutuhkan perlakuan yang baik dan pemanasan (Kartasudjana

dan Suprijatna, 2006).

Periode pemanasan ( broading periode ) atau disebut juga dengan

period starter. Pada prinsipnya, pemeliharaan ayam pedaging breeder dan

komersial pada periode pemanasan dimulai sejak DOC diterima. Sampai umur

3-4 minggu periode pemanasan sangat penting karena pada periode ini terjadi

perkembangan fisiologi yang menentukan fisiologi yang menentukan

keberhasilan usaha pemeliharaan ayam, yaitu periode pembentukkan sistem

kekebalan tubuh, sistim kardiovaskuler, pembentukan tubuh, dan awal

pembentukan kerangka putih (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Ayam pedaging sangat dominan diternakkan di indonesia karena selain

pertumbuhannya yang sangat cepat. Bobot badannya yang semakin hari

semakin bertambah dan juga dapat menghasilkan keuntungan apabila

diternakkan dalam jumlah yag banyak.Ayam pedaging sangat mudah sekali

mengalami stress. Oleh sebab itu diperlukan pemeliharaan yang baik dan

efesien, karena stress dapat menyebabkan pertumbuhannya terhambat dan dapat

menyebaban kematian (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

2. Sistem pemeliharaan ayam petelur

Ayam petelur adalah ayam yang diternakkan khusus untuk

menghasilkan telur konsumsi. Jenis ayam petelur dibagi menjadi tipe ayam

petelur ringan dan medium. Tipe ayam petelur ringan mempunyai badan yang

ramping dan kecil, bulu berwarna putih bersih, dan berjengger merah, berasal

Page 5: punyanya sampeang

dari galur murni white leghorn, dan mampu bertelur lebih dari 260 telur per

tahun produksi hen house. Ayam petelur ringan sensitif terhadap cuaca panas

dan keributan, responnya yaitu produksi akan menurun. Tipe ayam petelur

medium memiliki bobot tubuh yang cukup berat, tidak terlalu gemuk, kerabang

telur berwarna coklat,dan bersifat dwiguna (Bappenas, 2010).

Ayam yang pertama masuk dan mulai diternakkan pada periode ini

adalah ayam ras petelur white leghorn yang kurus dan umumnya setelah habis

masa produktifnya. Antipati orang terhadap daging ayam ras cukup lama

hingga menjelang akhir periode 1990-an. Ketika itu mulai merebak peternakan

ayam pedaging yang memang khusus untuk daging, sementara ayam petelur

dwiguna/ayam petelur cokelat mulai menjamur pula. Disinilah masyarakat

mulai sadar bahwa ayam ras mempunyai klasifikasi sebagai petelur handal dan

pedaging yang enak. Mulai terjadi pula persaingan tajam antara telur dan

daging ayam ras dengan telur dan daging ayam kampung. Sementara itu telur

ayam ras cokelat mulai diatas angin, sedangkan telur ayam kampung mulai

terpuruk pada penggunaan resep makanan tradisional saja. Persaingan inilah

menandakan maraknya peternakan ayam petelur. Ayam kampung memang

bertelur dan dagingnya memang bertelur dan dagingnya dapat dimakan, tetapi

tidak dapat diklasifikasikan sebagai ayam dwiguna secara komersial-unggul.

Penyebabnya, dasar genetis antara ayam kampung dan ayam ras petelur

dwiguna ini memang berbeda jauh. Ayam kampung dengan kemampuan

adaptasi yang luar biasa baiknya. Sehingga ayam kampung dapat

Page 6: punyanya sampeang

mengantisipasi perubahan iklim dengan baik dibandingkan ayam ras. Hanya

kemampuan genetisnya yang membedakan produksi kedua ayam ini. Walaupun

ayam ras itu juga berasal dari ayam liar di Asia dan Afrika (Sudarmono, 2003).

Ayam yang dipelihara sebagai penghasil telur konsumsi umumnya

tidak memakai pejantan dalam kandangnya karena telur konsumsi tidak perlu

dibuahi (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Produksi ayam dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain bangsa dan

strain ayam yang digunakan, kondisi lingkungan di kandang dan manajemen

pakan. Strain adalah kelompok unggas dalam satu bangsa yang diseleksi

menurut kriteria yang spesifik, yaitu umur saat dewasa kelamin, daya hidup,

produksi telur, kualitas telur atau kombinasi dari faktor-faktor tersebut. Macam

– macam strain ayam petelur yang dikembangkan dari bangsa Leghorn antara

lain Lohmann (LSL, White), Lohmann Brown, Hy-Line W-36 dan W-98, Hy-

Line Brown, ISA White dan ISA Brown. Strain ayam petelur  berwarna coklat

memiliki performa yang lebih unggul daripada strain ayam petelur berwarna

putih. Persentase cangkang pada ISA Brown lebih besar daripada ISA White,

selain itu bobot telur, egg mass, dan efisiensi pakannya juga lebih baik

(Grobas et al., 2001).

Page 7: punyanya sampeang

B. Manajemen Pemberian Pakan Ternak Unggas

1. Sistem pemberian pakan ayam pedaging

Ayam pedaging sebagai bangsa unggas umumnya tidak dapat

membuat makanannya sendiri. Oleh sebab itu ia harus makan dengan cara

mengambil makanan yang layak baginya agar kebutuhan nutrisinya dapat

dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral harus dipenuhi agar

pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsi- fungsi

tubuhnya secara normal. Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan energi bagi

ayam pedaging sangat besar (Rasyaf, 2008).

Pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik maupun

anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat

makanan dalam proses pertumbuhan. Ransum dapat diartikan sebagai pakan

tunggal atau campuran dari berbagai bahan pakan yang diberikan pada ternak

untuk pemenuhan kebutuhan nutrisi ternak selama 24 jam baik diberikan

sekaligus maupun sebagian (Sudarmono, 2003)

Pakan merupakan 70% biaya pemeliharaan. Pakan yang diberikan

harus memberikan zat pakan (nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat,

protein, lemak, vitamin dan mineral, sehingga pertambahan berat badan perhari

(Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian pakan dengan sistem ad libitum

(selalu tersedia/tidak dibatasi). Apabila menggunakan pakan dari pabrik, maka

jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang dibedakan

menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1

Page 8: punyanya sampeang

sampai 20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap

kedua disebut penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan

berkadar protein 20 %. Jenis pakan biasanya tertulis pada kemasannya.

Penambahan POC NASA lewat air minum dengan dosis 1 - 2 cc/liter air minum

memberikan berbagai nutrisi pakan dalam jumlah cukup untuk membantu

pertumbuhan dan penggemukan ayam pedaging (Suharno, 1994).

Pakan dengan kualitas dibawah standar, terutama untuk pakan grower

dan finisher dapat berpengaruh terhadap kualitas karkas dari ayam

pedaging.Penambahan lemak baik asal nabati maupun hewani untuk tujuan

meningkatkan kandungan energi metabolis dalam sediaan pakan dapat

menyebabkan terjadinya peningkatan kandungan lemak tubuh.Adanya efek

positif dari digestibility terhadap lemak jenuh dan tak jenuh, yang mana kedua-

duanya ditambahkan kedalam sediaan pakan dan terlebih lagi karena didukung

ketidakseimbangan antara protein dengan energi dalam sediaan pakan dapat

memicu terjadinya penimbunan lemak yang berlebihan dalam jaringan

tubuh.Penambahan jenis lemak tidak jenuh dalam pakan grower dan finisher

menyebabkan karkas yang diproduksi Nampak berminyak. Dengan demikian,

tanpa adanya perlakuan khusus (cool storage), waktu penyimpanan karkas

menjadi lebih singkat yang kemungkinan disebabkan karena terjadinya proses

oksidasi dan ketengikan karkas tersebut (Suharno, 1994).

Penggantian ransum starter dengan ransum  finisher sebaiknya tidak

dilakukan sekaligus, tetapi secara bertahap. Hari pertama diberi

Page 9: punyanya sampeang

ransum starter 75% ditambah ransum finisher 25%, pada hari berikutnya diberi

ransum starter 50% ditambah ransum finisher 50%, hari berikutnya diberi

ransum starter 25% ditambah ransum finisher 75% dan hari terakhir diberi

ransumfinisher seluruhnya. Jika tahapan ini tidak dilakukan maka nafsu makan

ayam menurun untuk beberapa hari dan dikhawatirkan akan menghambat

pertumbuhan (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

2. Sistem pemberian pakan ayam petelur

Konsumsi pakan ayam petelur dipengaruhi oleh kesehatan ayam,

temperatur lingkungan, selera ayam dan produksi. Di Indonesia pakan ayam

petelur masa bertelur I membutuhkan pakan sebanyak 18 % dan 15 % protein

ransum untuk masa bertelur II. Saat produksi telur masih menanjak selama dua

bulan semenjak 5% HD-kebutuhan protein cukup tinggi. Selama masa bertelur

pemberian ransum berganti dua kali, pertama sewaktu mencapai 5% hen-day

diberikan ransum ayam bertelur fase I (ransum layer I atau prelayer) dan setelah

mencapai puncak produksi diberikan ransum ayam bertelur fase II (ransum

layer II). Kebutuhan energi ayam petelur pada umur 14 minggu hingga

mencapai 5% hen-day sebanyak 2750 kkal/Kg. Setelah mencapai 5% hen-day

digunakan ransum dengan kandungan energi 2850 kkal/Kg (Rasyaf, 2008).

Menurut Anggorodi (1985), ayam berumur 42 minggu membutuhkan

PK 21% dan ME 2950 kkal/Kg, 43-84 minggu membutuhkan PK 19 dan ME

2850 kkal/Kg, 85-112 membutuhkan PK 16-17% dan ME 2800 kkal/Kg dan

112 minggu membutuhkan PK 21% dan 3100 kkal/Kg, kelebihan energi

Page 10: punyanya sampeang

disimpan dalam bentuk lemak. Pemberian ransum untuk periode petelur dapat

diberikan sesuai dengan umur ayam, yaitu ayam 19-35 minggu membutuhkan

ransum dengan protein 19%; energi metabolisme 2.800 kkal/kg; dan kalsium

3,8-4,2%, untuk ayam umur 53 minggu sampai 76 atau 80 minggu

membutuhkan protein 18%; energi metabolisme 2750 kkal/kg; dan kalsium 4,0-

4,4%.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam tatalaksana pemberian air

minum adalah : 1) air minum harus diberikan setengah jam sebelum pakan

diberikan, 2) ketika dilakukan pemuasaan (off feed day) air minum hanya

diberikan selama dua jam, setelah itu dipuasakan, 3) jika suhu lingkungan diatas

30°C atau kondisi ayam sedang sakit atau stres, air harus tersedia selama 24

jam, dan ayam sebaiknya mengkonsumsi air dengan kisaran 1,5-2 ml/gram

konsumsi pakan. Kebutuhan air pada ayam pada suhu lingkungan 25°C adalah

dua kali jumlah pakan, namun pada suhu lingkungan 30-32°C konsumsi air

dapat meningkat menjadi 4 kali jumlah konsumsi pakan. Konversi Pakan Pada

ayam petelur modern, dalam satu siklus masa produksinya yaitu berkisar 60

minggu akan mampu menghasilkan total telur seberat 21 kg. Sedangkan volume

pakan standar berkisar 46 kg atau equivalen dengan konversi pakan sebesar 2,1.

Semakin rendah nilai konversi ransum berarti efisiensi penggunaan ransum

semakin tinggi dan sebaliknya semakin tinggi nilai konversi ransum berarti

ransum yang dibutuhkan untuk meningkatkan bobot badan persatuan berat

menjadi semakin tinggi, nilai konversi pakan yang baik adalah kurang satu 1

Page 11: punyanya sampeang

dimana pada nilai tersebut pakan digunakan sebaik-baiknya dan konversi lebih

dari satu artinya konversi buruk, ayam yang sudah tua atau baru mulai bertelur

atau adanya pencurian telur (Anggorodi, 1985).

C. Manajemen Perkandangan Ternak Unggas

1. Sistem perkandangan ayam pedaging

Manajemen perkandangan terdiri atas jenis kandang, atap dan lantai.

Pengaruh sistem kandang berkaitan dengan keamanan terhadap penyakit.

Kandang tertutup cenderung lebih aman dari gangguan penyakit dibandingkan

dengan kandang terbuka. Penyakit yang timbul akan mengganggu produksi

baik kualitas maupun kuantitasnya termasuk didalamnya adalah karkas. Namun

untuk membangun kandang tertutup (close house) membutuhkan biaya yang

besar sehingga peternak rakyat yang memiliki biaya terbatas tidak punya

pilihan untuk membangun kandang tertutup. Oleh karena itu, peternak rakyat

baik mandiri maupun kemitraan lebih banyak membangun kandang tipe

terbuka. Pemeliharaan dalam kandang terbuka melahirkan konsekuensi pada

manajemen sanitasi dan kesehatan yang lebih intens untuk mengontrol

penyebaran penyakit (Anonim, 1994).

Selain jenis kandang, yang termasuk dalam menajemen perkandangan

adalah tipe atap. Tipe atap berpengaruh secara tidak langsung pada kualitas

karkas yang dihasilkan. Tipe atap yang mampu memberikan sirkulasi udara

yang baikakan membuat kondisi dalam kandang menjadi lebih nyaman bagi

ayam. Kondisi nyaman ini berkaitan dengan temperatur dan kelembaban udara.

Page 12: punyanya sampeang

Temperatur dan kelembaban adalah dua hal yang menjadi momok bagi

peternakan di daerah tropis. Temperatur tinggi menyebabkan ternak mudah

mengalami heat stress, ditambah lagi dengan kelembaban yang tinggi menjadi

lingkungan ideal bagi perkembangan bibit penyakit. Kebanyakan peternak

rakyat yang memiliki kandang tipe terbuka lebih banyak membuat atapnya

dengan tipe gable. Tipe gable cenderung sulit untuk mengalirkan udara yang

masuk dan keluar kandang, hal ini menyebabkan pertukaran udara kotor dari

dalam kandang dan udara bersih dari luar sulit terjadi. Jenis atap yang mampu

memberikan sirkulasi udara yang baik adalah tipe monitor, namun pembuatan

atap tipe ini tidak sederhana dan membutuhkan teknik dan pengetahuan khusus

(Anonim, 1994).

Kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan

kenyamanan bagi ayam, mudah dalam tata laksana, dapat memberikan produksi

yang optimal, memenuhi persyaratan kesehatan dan bahan kandang mudah

didapat serta murah harganya. Bangunan kandang yang baik adalah bangunan

yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang tersebut biasa berfungsi

untuk melindungi ternak terhadap lingkungan yang merugikan, mempermudah

tata laksana, menghemat tempat, menghindarkan gangguan binatang buas, dan

menghindarkan ayam kontak langsung dengan ternak unggas lain (Anonim,

1994).

Page 13: punyanya sampeang

Kandang serta peralatan yang ada di dalamnya merupakan sarana

pokok untuk terselenggarakannya pemeliharaan ayam secara intensive, berdaya

guna dan berhasil guna. Ayam akan terus menerus berada di dalam kandang,

oleh karena itu kandang harus dirancang dan ditata agar menyenangkan dan

memberikan kebutuhan hidup yang sesuai bagi ayam-ayam yang berada di

dalamnya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini adalah

pemilihan tempat atau lokasi untuk mendirikan kandang serta konstruksi atau

bentuk kandang itu sendiri. Kandang merupakan modal tetap (investasi) yang

cukup besar nilainya, maka sedapat mungkin semenjak awal dihindarkan

kesalahan-kesalahan dalam pembangunannya, apabila keliru akibatnya akan

menimbulkan problema-problema terus menerus sedangkan perbaikan tambal

sulam tidak banyak membantu (Williamsons dan Payne, 1993).

Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi:

persyaratan temperatur berkisar antara 32,2-350C, kelembaban berkisar antara

60-70%, penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata

letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata

angin kencang, model kandang disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan

sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja

± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan

untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal ataupun kandang bateray.

Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting

kuat, bersih dan tahan lama (Bambang, 1995).

Page 14: punyanya sampeang

Kondisi lantai juga sangat berpengaruh terhadap kualitas karkas.

Kondisi lantai yang rusak dapat menyebabkan ayam terperosok sehingga

kejadian memar dan lebam pada ayam akan meningkat. Kejadian ayam

terperosok akan banyak terjadi pada lantai slat dan wire, sedangkan pada lantai

litter jarang terjadi. Namun begitu, tetap ada segi positif dari lantai berlubang

ini, diantaranya adalah lebih bersih, sirkulasi udara lebih terjamin sehingga

suplai O2 ke dalam kandang dan pembuangan CO2 dan NH3 lebih lancar. Lantai

rapat (litter) memiliki beberapa keuntungan yaitu rendahnya kejadian ayam

terperosok sehingga penurunan kualitas karkas nantinya dapat dikontrol. Selain

itu keadaan kandang lebih hangat dan pengolahannya lebih mudah. Namun,

disamping itu ada beberapa kerugian dari lantai litter yaitu, terjadinya

fermentasi litter yang menghasilkan gas metan dan ammonia sehingga

menyebabkan perubahan tingkah laku yaitu timbulnya sifat agresif.

Permasalahan-permasalahan ini nantinya akan mempengaruhi kualitas dari

karkas yang dihasilkan (Bambang,1995).

Menurut Amrullah (2003), standar pembangunan kandang sebagai

berikut :

a. Arah kandang harus membujur timur ke barat sesuai dengan arah terbit dan

tenggelamnya matahari, yang bertujuan untuk melindungi ayam dari panas

yang berlebihan.

b. Posisi mess karyawan, gudang, pagar atau bangunan lainnya tidak boleh

mengganggu sirkulasi udara.

Page 15: punyanya sampeang

c. Jarak antar kandang sedikitnya 10 m dan lokasi jauh dari pemukiman

penduduk dan tidak berada dilembah atau disekitar pepohonan yang

mengganggu aliran udara.

d. Pagar dibuat berkisi-kisi agar aliran udara bisa menerobos kolong kandang

untuk membuang amoniak,membuat sejuk dan menambah oksigen.

e. Lebar kandang 7,5 m, sedangkan panjang kandang di sesuaikan dengan luas

tanah.

f. Tinggi tiang dari tanah ke litter kandang 2 m. Tinggi tiang samping dari litter

keatap 2,8 m dan tinggi tiang tengah dari litter ke puncak atap sekitar 3,3 m.

g. Atap terbuat dari asbes tanpa atap monitor.

2. Sistem perkandangan ayam petelur

Kandang adalah suatu bangunan yang digunakan oleh unggas sebagai

tempat tinggal sejak awal pertumbuhan sampai masa produksi. Oleh karena itu

kandang yang disediakan harus bisa menjamin kenyamanan dan kesehatan bagi

penghuninya, sehingga unggas mampu berproduksi secara maksimal. Dalam

pembuatan kandang harus memperhatukan karaktaristik biologis unggas,

sehingga kandang yang tersedia nantinya tidak menimbulkan cekaman bagi

unggas tapi bisa memberikan kenikmatan berproduksi. Dengan demikian

kandang unggas dikatakan baik adalah suatu bangunan yang memenuhi

karaktaristik biologis unggas, sehingga unggas mampu broroduksi sesuai

dengan potensi genetikanya (Malik, 2001)

Page 16: punyanya sampeang

Kandang merupakan salah satu sarana yang terpenting untuk

terselenggaranya peternakan secara intensif, disamping sarana-sarana lain yang

mendukung. Berdasarkan tingkat umur ayam ad tiga macam kandang yang

perlu diketahui yaitu kandang pembibitan, kandang pembesaran ayam dan

kandang ayam dewasa yang sudah berproduksi yaitu kandang postal, kandang

rend an kandang sistem batteray (Priyatno, 1996).

Pada peternakan modern kandang dibangun dengan sistem praktis dan

tidak mengunakan tempat terlalu luas tetapi dapat berdayaguna semaksial

mungkin, kandang dibuat sesuai dengan selera masing-masing dengan

memperhatikan tempat tinggal dan lokasi yang tersedia. Mengingat peranan

kandang sebagai sarana produksi usaha ternak ayam sangat penting, maka

kandang harus dipersiapkan dengan baik  sehigga kandang tersebut benar-benar

siap huni (Ginting, 1994).

Sistem perkandangan ayam petelur dapat berupa litter dan cage.

Sistem litter menggunakan alas berupa sekam, serbuk gergaji, atau bahan

lainnya. Sistem cage dapat berupa single bird cage (diisi satu ekor ayam,

disebut juga kandang tipe baterai), multiple bird cage (diisi 2 ekor ayam atau

lebih, tidak lebih dari 8 – 10 ekor) dan colony cage (diisi 20 – 30 ekor ayam).

Lebar bangunan kandang untuk ayam petelur saat fase layer sebaiknya sekitar 8

m apabila tipe kandang terbuka, jika lebar kandang 12 m maka perlu dilengkapi

dengan ridge ventilation. Jika ventilasi kurang baik, amoniak dari ekskreta akan

mejadi racun bagi ayam, menimbulkan gangguan pernafasan, penurunan

Page 17: punyanya sampeang

produksi dan penyakit cacing untuk ayam yang dipelihara di kandang litter.

Pemberian cahaya sebaiknya 14 jam per hari, yaitu kombinasi antara cahaya

matahari dan cahaya lampu sebagai tambahan, tujuannya untuk meningkatkan

produksi telur, mempercepat dewasa kelamin, mengurangi sifat mengeram dan

memperlambat molting (Kartasudjana dan Suprijatna, 2006).

Suhu optimal untuk pemeliharaan ayam petelur strain Hy-Line Brown

fase layer yaitu 18 – 27%, dengan batas kelembaban 40 – 60%. Intensitas

cahaya sekitar 20 lux. Sistem kandang dapat berupa litter (kepadatan

maksimum 8 ekor/m2), slat (kepadatan maksimum 10 ekor/m2) atau kombinasi

litter-slat (kepadatan maksimum 9 ekor/m2). Sarang untuk bertelur berbentuk

boks, satu sarang dengan ukuran 30 x 40 x 50 cm dapat digunakan maksimum

untuk delapan ekor ayam. Sarang tidak diperlukan untuk kandang

sistem cage (Hy-Line International, 2010).

Partisi yang berbentuk wire berfungsi untuk mengoptimalkan

pertukaran udara di dalam cage. Cage untuk ayam petelur dapat terbuat dari

berbagai bahan seperti logam, plastik, kayu, atau bambu. Lantai cage dibuat

agak miring agar telur dapat menggelinding ke tepi tempat telur sehingga

memudahkan proses pengambilannya (Hy-Line International, 2010).

Page 18: punyanya sampeang

BAB III

METODE PRAKTIKUM

A. Waktu Dan Tempat

Kegiatan praktek lapang ini dilaksanakan pada hari Jumat, 7 Desember

2012, bertempat di kandang Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas

Hasanuddin Makassar (UNHAS).

B. Alat Dan Bahan

1. Alat

Adapun alat yang digunakan pada peraktek lapang ini adalah kandang

dengan sistem litter dan bateray brooding, tempat pakan tempat minum, alat

pemanas, tangki air, botol tempat vaksin.

2. Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada peraktikum ini adalah, pakan

brupa kosentra dan jagung, air dan vaksin ND.

C. Prosedur kerja

Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah mengunjungi kandang

ternak ungags Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar (UNHAS)

dan memperhatikan :

1. Manajemen pemeliharaan ayam pedaging fase starter

2. Manajemen pemeliharaan ayam ras broiler dan ayam ras petelur.

3. Mencatat hasil dari pengamatan.

Page 19: punyanya sampeang

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil pengamatan

Tabel hasil pengamatan praktek lapang di kandang ternak ungags Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar (UNHAS).

Jenis Pengamatan

Ayam Pedang

Fase Starter

Ayam Pedaging

Fase FiniserAyam Petelur

Jenis kandang Brooding Litter Batterai

Pola pemeliharaan

Intensif dengan pola kemitraan

Intensif dengan pola kemitraan

Intensif dengan pola mandiri

Umur dan Jumlah Ternak

3 hari dengan jumlah 200 ekor

30 hari dengan jumlah 800

60 minggu dengan jumlah 450 ekor

Jenis Vaksing Vaksin ND Vaksin ND Vaksin ND

Jenis dan Frekuensi Pemberian Pakan

Kosentrat dengan Adlibitum

Kosentrat dengan frekuansi 2 kali sehari

Kosentrat dengan frekuansi 3 kali sehari

Sumber : Hasil Pengamatan Praktek Manajemen Ternak Unggas (2012)

B. Pembahasan

1. Manajemen Brooding

Hal-hal yang perlu diperhatikan diperhatikan dalam manajemen

Brooding.

a. Pastikan bahwa semua peralatan kandang berfungsi dengan baik

b. Hitung jumlah  kebutuhan peralatan  brooding dan  aturlah sesuai dengan

tata letaknya

Page 20: punyanya sampeang

c. Tiga jam sebelum DOC tiba, lakukan :

Isi tempat minum dengan larutan gula dengan konsentrasi 2%

Isi ransum untuk DOC  (pakan starter) ke tempat pakan “chickend

plate”

Nyalakan pemanas

Atur ketinggian dan posisi pemanas.

d. Pasang lampu di setiap area brooding  terutama di malam hari.

Setelah DOC tiba, secepatnya DOC ditangani dengan baik. Kegiatan

ini dimulai dari menghitung jumlah box DOC yang dating, cek sample DOC

yang ada dalam box, DOC yang mati serta kondisi secara umum (lincah,

diam, cacat, dll). Hitung berat DOC rata-rata  dengan cara menimbang DOC

yang masih dalam box. Berat rata-rata DOC =  Berat box yang berisi DOC

dikurangi dengan box kosong kemudian hasilnya dibagi dengan jumlah DOC

yang ada dalam box. Berat DOC ideal adalah ± 41 gram.  Bukalah box DOC

dan segera masukkan dalam brooding sambil dihitung jumlahnya serta

sekalian diseleksi DOC.

Pada pengamatan praktek ini DOC terlihat licah, aktif makan, bulunya

halus, dan kelihatan segar tidak lemas. Menurut MP. Zumrotun, (2012), cirri-

ciri DOC yang baik yaitu Lincah, aktif mencari makan, bentuk paruh normal,

mata (bulat, bersinar dan tidak cacat), berat badan normal/sesuai standart, bulu

Page 21: punyanya sampeang

kering, halus dan lembut, anus tidak basah dan tidak membuka, perut kering

dan tidak keras/besarserta kaki tidak bengkak.

Bila brooding terlalu panas maka regulatornya pemanas diatur yaitu

dengan cara pemanas diangkat, bahan sumber panas dikurangi atau tirai

dibuka. Sebagai control kita dapat melihat tingkahlaku DOC, apakah

menyebar merata artinya pemanas sesuai yang dibutuhkan, atau DOC,

mendekati pemanas yang artinya suhu pemanas kurang atau menjauhi

pemanas. Pemberian ransum pada DOC secara adlibitum dalam kandang

brooding. Berikan air minum dengan menggunakan air yang bersih, segar dan

dingin. Berikan vitamin atau obat anti stress yang dilarutkan dalam air

minumnya pada saat DOC baru tiba.

2. Sistem pemeliharaan ayam ras pedaging

Sistem pemeliharaan ayam ras pedaging secara intensif dengan

kandang litter, dipelihara secara terbatas di dalam kandang aktivitasnya pun

sangat berkurang dan seluruh kebutuhan hidupnya tergantung kepada yang

disediakan oleh pengelolah (peternak). Rasyaf (1979), menyatakan bahwa tipe

kandang ayam Broiler ada dua, yaitu bentuk panggung dan tanpa panggung

(litter). Pemberian pakan secara manual dengan frekuensi dua kali sehari

dengan jenis pakan berupa kosentrat tetapi pemberian air minum

menggunakan alat otomatis, dengan menggunakan tangki ukuran 500 Liter

untuk penampungan air dan tangki ukuran 250 Liter untuk penampungan

obat. Hal ini dapat menghematkan penggunaan tenaga kerja. Pakan diberikan

Page 22: punyanya sampeang

setiap hari dengan frekuensi 2 kali sehari. Biaya pnggunaan pakan sangat

tinggi karena jumlah kandungan nutrisi seluruh kebutuhan pakan ayam ras

harus dipenuhi, apabila pakan tidak memenuhi prsyaratan, produksi tidak

efisien maka ayam tersebut mudah terserang penyakit, tingkat stres sangat

tinggi pada manajemen intensif, karena perubahan lingkungan yang bersifat

nutrisional, klimatis atau manejerial.

3. System pemeliharaan ayam petelur.

Sistem pemeliharaan ayam petelur secara intensif dengan

menggunakan kandang batteray dengan satu kotak dua ayam didalamnya.

Sudarmono A.S (2003), menjelaskan bahwa untuk anakan sampai umur 2

minggu atau 1 bulan memakai kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan

sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box yang dibesarkan dan untuk ayam

dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang bateray.

Pemberian pakan setiap hari dengan frekuensi 3 kali sehari. Dengan

pemberian air minum secara manual dan tersedia setiap saat. Umur 0-4

minggu merupakan “the major factor” dimana keberhasilan pencapaian berat

badan pada umur ini sangat menentukan produksi telur nantinya baik dari HD

% maupun berat telurnya. Mengapa demikian, karena pada umur 0-6 minggu

terjadi hiperplasia besar-besaran.

Pada umur 16 minggu, dimana ayam harus menghabiskan pakan

minimal 80 gr/ekor/hari rata-rata dalam satu minggu. Dan selanjutnya setiap

minggu rata-rata harus naik 5 gr/ekor/hari. Harapannya pada umur 24 minggu

Page 23: punyanya sampeang

dimana disitu harus puncak produksi pakan sudah masuk 120 gr/ekor.

Kebutuhan pakan 120 gr/ekor pada umur lebih dari 30 minggu. Disitu pula

ayam akan puncak (90% HDP). Lebih parah lagi seandainya pakan tidak bisa

masuk 120 gr/ekor, kalaupun ayam bisa puncak pasti tidak akan lama dan

berat telur juga akan terganggu. Karena memang kebutuhan hidup ayam dan

produksinya tidak tercukupi. Hal ini dijelaskan oleh Achmad (2010),

Keberhasilan suatu usaha peternakan ditentukan oleh tiga faktor yaitu bibit,

pakan, dan tatalaksana pemeliharaan. Proporsi masing-masing yaitu 20%

untuk bibit, pakan sebanyak 30% dan manajemen sebesar 50%. Kesemuanya

bersinergi dalam suatu produksi ternak ungags.

4. Vaksinasi

Program pencegahan penyakit merupakan salah satu kunci sukses

usaha beternak ayam broiler secara komersil. Program ini mutlak dijalankan,

apalagi iklim di Indonesia termasuk iklim tropis hingga faktor stress sebagai

pemicu terjadinya penyakit cukup tinggi, waktu setiap satu siklus

pemeliharaan ayam broiler komersil sangat pendek, biasanya jika ayam

terinfeksi penyakit, sampai proses pemanenan, performa ayam menjadi jelek

dan harga jual menjadi murah. Murtidjo (1992), mejelaskan Penyakit ayam

merupakan kendala utama pada peternakan intensif di lingkungan tropis

seperti di Indonesia. karena dapat menurunkan produksi, seperti pada

kelompok penyakit pernafasan.

Page 24: punyanya sampeang

Cara pemberian vaksin yaitu melalui tetes mata, suntik/injeksi, melalui

air minum, wing-web dan semprot. Melalui tetes yaitu dengan tetes mata,

hidung, atau mulut. Melalui injeksi yaitu subcutan/dibawah kulit dan intra

muscular/dalam daging atau otot. Melalui air minum adalah dengan

mencampur vaksin dengan air minum, agar efektif ternak dipuasakan dahulu

selama 2 jam sehingga air mengandung vaksin dapat segera dikonsumsi.

Injeksi subcutan dilakukan dengan memberikan vaksin di daerah leher dengan

jarum tidak masuk ke daging melainkan berada diantara daging dan kulit. Dan

cara terakhir adalah semprot, cara ini harus dilakukan ketika tidak ada angin

sedang berhembus ke kandang, sehingga virus dalam vaksin akan terbang

keluar, tidak dihirup oleh ayam. Menurut penelitian terakhir cara inilah yang

terbaik. Jacob (2006), menjelaskan Ayam dan Kalkun dapat diimunisasi

terhadap ND (Newcastle Disease). Vaksin aktif dengan virus lemah

dianjurkan melalui berbagai cara., seperti melalui air minum, tetes mata, tetes

hidung, semprot. Sedangkan vaksin inaktif dianjurkan untuk pullet melalui

vaksinasi injeksi intramuscular atau subcutan.

Page 25: punyanya sampeang

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Sistem pemeliharaan ayam ras pedaging secara intensif dapat membatasi

aktifitas kehidupan ternak dan menyediakan suasana lingkungan yang nyaman

bagi ternak dan memudahkan pengelolaan. Ayam mampu berproduksi secara

maksimal sesuai potensi genetis dengan pengelolaan yang efisien. Hal ini tidak

lapas dari manajemen yang baik dari fase starter hingga fase finisher, diantaranya

manajemem pakan, perkandangan, vaksinasi, dan sanitasi.

Sistem pemeliharaan ayam petelur berbeda dengan ayam pedaging,

kebanyakan para peternak memelihara ayam petelur dari pullet hingga afkir.

Pemeliharaan ayam petelur menggunakan kandang bateray didalamnya terdapat 1

atau 2 ekor ayam. Dalam beternak ayam petelur ada dua fase umur yang menjadi

kunci dari tigginya produktifitas yaitu pada umur 0-4 minggu dan pada umur 16

minggu.

Program vaksinasi harus diakukan harus dilakukan secara teratur sehingga

ternak tidak terserang penyakit. Penyakityang sering menyerang unggas yaitu ND.

Penyakit inidapat dicegah menggunakan vaksin ND. Vaksin ini juga dilakukan

dengan 3 cara yaitu dengan pemberian tetes mata, metode injeksi subcutan dan

injeksi intramuskuler pada dada.

Page 26: punyanya sampeang

B. Saran

Adapun saran yang dapat saya sampaikan pada peraktek lapang ini adalah

bagi para penggunak laporan ini ketika beternak dapat menerapkan manajemen

yang baik, karena manajemen yang baik akan memeberikan hasil yang baik pula.

Page 27: punyanya sampeang

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012.Manajemen Ternak Unggas. http. www. Google.com//. Diakses tanggal 24 Desember 2012.

Anonim.2012. Ternak Ayam Potong. Http://ngraho.com/2007/12/29/ternak-ayam-potong. Diakses tanggal 24 Desembar 2012

AAK, 1982. Pedoman Beternak Ayam Negeri. Kanisius: Yogyakarta.

Achmad, P, 2010. Manajemen Pemeliharaan Ternak Unggas. (Broiler).http://teknis-budidaya.blogspot.com/2007/10/budidaya-ayam pedaging -broiler.html. Diakses tanggal 27 Desembar 2012

Amrullah, I. K. 2003. Manajemen Ternak Ayam Broiler. IPB-Press: Bogor.

Anggorodi, R., 1979. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

____________ 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas.UI-Press: Jakarta.

Ir. Zumrotun, MP. 2012. Manajemen Brooding Pada Ayam Broiler. http://vedca.siap.web.id/2012/03/22/manajemen-brooding-pada-ayam-broiler-oleh-ir-zumrotun-mp-widyaiswara-pppptk-pertanian. Diakses tanggal 27 Desembar 2012

J.P. Jacob, G.D. Butchaer, and F.B. Mather. 2006. Vaccination of Small Poultry Flock . University of Florida, Institute of Food and Agricultural Sciences (UF/IFAS) . Florida.

Murtidjo, B. A., 1992. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Kanisius: Yogyakarta. . Rasyaf, M., 1994. Makanan Ayam Broiler. Kanisius: Yogyakarta.

__________2008. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya: Jakarta.

Sudarmono, A.S., 2003. Pedoman Pemeliharaan Ayam Ras Petelur. Kanisius: Yogyakarta.

Suharno, B. Nazaruddin, 1994. Ternak Komersial. Penebar Swadaya: Jakarta.

Page 28: punyanya sampeang