17
Lembar Tugas Mandiri 4 PENGELOLAAN BENCANA (QBD 3 ) Oleh Arini Idza Safarina , 1306375 600 , PB 13 1. Jelaskan pengelolaan bencana pada skala lokal, nasional, dan internasional Pengelolaan bencana skala lokal Pengelolaan bencana skala lokal di Indonesia merupakan tanggung jawab provinsi dan kabupaten kota. Tanggung jawab ini diwujudkan dengan adanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPPD. Pembentukan BPPD dilakukan melalui koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sesuai ketetapan yang tertuang pada Peraturan Daerah (Perda) yang berlaku. Struktur organisasi pengelolaan bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dilihat pada bagan dibawah ini :

Qbd7 Pb-13 Arini Idza Safarina 1306375600

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengben

Citation preview

Lembar Tugas Mandiri 4PENGELOLAAN BENCANA (QBD 3)Oleh Arini Idza Safarina, 1306375600, PB 13

1. Jelaskan pengelolaan bencana pada skala lokal, nasional, dan internasional

Pengelolaan bencana skala lokalPengelolaan bencana skala lokal di Indonesia merupakan tanggung jawab provinsi dan kabupaten kota. Tanggung jawab ini diwujudkan dengan adanya Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPPD. Pembentukan BPPD dilakukan melalui koordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sesuai ketetapan yang tertuang pada Peraturan Daerah (Perda) yang berlaku. Struktur organisasi pengelolaan bencana di tingkat provinsi dan kabupaten/kota dapat dilihat pada bagan dibawah ini :Pada pembagian bidang unsur pelaksana, terdapat 3 badan yang menangani salah satu dari komponen siklus bencana, antara lain prevention (pencegahan dan kesiapsiagaan), response (kedaruratan dan logistic), serta recovery (rehabilitasi dan rekonstruksi).

Menurut UU No.24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjadi penanggung jawab dalam penyelenggaraan bencana (dalam pasal 5). Dalam pasal 6 dijelaskan bahwa tanggung jawab pemerintah diantaranya:

a) pengurangan risiko bencana dan pemaduan pengurangan risiko bencana dengan program pembangunan

b) pelindungan masyarakat dari dampak bencana;

c) penjaminan pemenuhan hak masyarakat dan pengungsi yang terkena bencana secara adil dan sesuai dengan standar pelayanan minimum;

d) pemulihan kondisi dari dampak bencana;

e) pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam anggaran pendapatan dan belanja negara yang memadai;

f) pengalokasian anggaran penanggulangan bencana dalam bentuk dana siap pakai; dan

g) pemeliharaan arsip/dokumen otentik dan kredibel dari ancaman dan dampak bencana.

Dari tanggung jawab yang telah disebutkan pada pasal 6 tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengelolaan bencana skala lokal meliputi:

a. Prabencana

Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, serta peringatan dini

b. Saat tanggap darurat

Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatan search and rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian

c. Pascabencana

Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, rehabilitasi, dan rekonstruksi.Pengelolaan bencana skala nasional

Pengelolaan bencana pada skala nasional di berbagai Negara biasanya ditangani oleh kementerian kesehatan, kementerian pertahanan, kementerian dalam negeri, atau kementerian dan institusi lain yang setara. Badan nasional non pemerintah (NGO, Non Governmental Organization) juga dapa terlibat dalam penanggulangan bencana. Di Indonesia, pengelolaan bencana skala nasional dilakukan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), yaitu suatu lembaga pemerintah nondepartemen yang menjalankan fungsi penanggulangan bencana. Struktur organisasi pengelolaan bencana skala nasional dapat dilihat melalui bagan berikut.

Dalam melakukan pengelolaan bencana skala nasional, diperlukan adanya kerjasama dengan lokal dan tiap pihak saling koordinasi. Adapun tugas dari pengelola bencana nasional yaitu:

Penyediaan prioritas manajemen darurat dan arahan kepada pengelola bencana lokal

Penyediaan pelatihan keahlian di lapangan

Penyediaan dana untuk mendukung mitigasi, kesiapsiagaan, respon, dan pemulihan

Menyediakan peralatan teknis

Mengatur dan memfasilitasi program asuransi yang tidak ditawarkan oleh penyedia asuransi.

Pengelolaan bencana dimana semua pemerintah pusat dan pemerintah daerah bekerja sama untuk menanggulangi bencana yang akan menjadi ancaman masyarakat. Langkah- langkah kebijakan manajemen bencana yang biasanya dilakukan oleh beberapa negara yaitu:

1. Mendefinisikan ancaman dari bencana tersebut secara jelas

2. Mengidentifikasi efek atau dampak apa saja yang dapat ditimbulkan oleh bencana tersebut

3. Sumber daya yang tersedia saat bencana terjadi

4. Tahapan dari persiapan sebelum terjadi bencana, bagaimana respon terhadap bencana, dan bagaimana mengatasi setelah terjadinya bencana tersebut

5. Menjelaskan bagaimana manajemen bencana nasional menaruh perhatian pada perkembangan nasional dan lingkungan setelah terjadinya bencana

6. Faktor lain tingkat nasional yang mungkin akan berpengaruh

Tahapan pengelolaan bencana skala Nasional:

1. Preventif- melakukan tindakan atau upaya yang dapat mencegah atau mengurangi bencana yang akan terjadi. Contohnya: membuat tanggul pada daerah yang sering terjadi banjir agar jika terjadi luapan sungai karena hujan deras mampu menahan air yang banyak.

2. Mitigasi- tindakan atau program mana yang kan kita terapkan saat terjadinya bencana. Contohnya: dengan membuat kode gedung, hal tersebut dapat menghindarkan dari gempa bumi dan angin topan. Dapat juga melakukan modifikasi beberapa program untuk melakukan tindakan pencegahan dari bencana yang akan terjadi.

3. Persiapan- tahap dimana pemerintah, komunitas dan individu siap atas bencana yang terjadi secara cepat dan efektif. Tahap persiapan termasuk mencakup rencana menghadapi bencana, mengatur penyediaan sumberdaya, dan pelatihan tiap personil.

4. Respon- tindakan respon untuk menyelamatkan hidup, melindungi property, siap dengan dampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut.

5. Pemulihan- tahap untuk mengembalikan keadaan seperti sebelum terjadi bencana dengan cara rehabilitasi dan rekonstruksi. Hal ini membutuhkan waktu yang lama untuk menghilangkan trauma pada masyarakat yang mengalami, menata kembali kehidupan mereka seperti sedia kala.

6. Perkembangan- kemajuan progresif dan modernisasi dari masyarakat setelah mengalami dampak dari bencana yang terjadi.

Pengelolaan bencana skala internasional

Pengelolaan bencana skala Internasional mengatur bagaimana beberapa negara melakukan kerjasama untuk menggulangi bencana yang terjadi pada skala nasional. Standar respon dilihat dari dari beberapa sumber dan identifikasi dari beberapa partisipan.

Suatu bencana tidak dapat dikatakan begitu saja menjadi bencana skala Internasional karena banyaknya kapasitas sebuah negara dalam merespon, tetapi melalui pertimbangan beberapa hal, diantaranya harus diakui oleh Internasional terlebih dahulu, melalui pemerintah Nasional negara tersebut.

Pengelolaan bencana skala Internasional:

1. Mitigasi, untuk mengurangi dampak dari bencana yang akan terjadi program apa yang tepat untuk dilaksanakan.

2. Persiapan, dimana masyarakat melakukan persiapan akan datangnya bencana untuk mengurangi kerugian yang akan terjadi dan untuk mempertahankan hidup.

3. Respon, tindakan jika bencana sedang terjadi untuk menyelamatkan property, keluarga serta hidupnya sendiri.

4. Pemulihan, tahap dimana dilakukan rehabilitasi dan rekonstruksi untuk memulihkan semuanya seperti sebelum terjadinya bencana.

Dalam skala internasional, pengelolaan bencana juga berperan lebih dalam pemberian bantuan secara teknis (makanan, obat-obatan, minuman, pakaian, dan lain-lain), memberikan pinjaman uang untuk merehabilitasi dan merekonstruksi akibat yang ditimbulkan bencana. Selain itu, negara-negara internasional juga mau bekerjasama dalam membantu baik daya dan dana untuk menjalankan proyek manajemen pengelolaan bencana seperti pengembangan sistem peringatan dini, memperkuat bangunan dan infrastruktur, mendidik masyarakat mengenai tindakan untuk mengurangi risiko bencana.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 23 tahun 2008 tentang peran serta lembaga internasional dan lembaga asing non-pemerintah dalam penanggulangan bencana mengatakan bahwa peran serta lembaga internasional dan lembaga asing non-pemerintah adalah mendukung penguatan upaya penanggulangan bencana, pengurangan ancaman dan risiko bencana, pengurangan penderitaan korban bencana dan mempercepat pemulihan kehidupan2. Jelaskan masalah yang dapat terjadi dalam pengelolaan organisasi lokal, nasional, dan internasionalKemungkinan terdapat begitu banyak masalah yang dapat terjadi dalam pengelolaan bencana baik pada skala lokal, nasional hingga internasional. Masalah tersebut dapat berkaitan dengan sumber daya yang tersedia, dana, sumber daya manusia, dan lain sebagainya. Regulasi dan birokrasi juga seringkali menjadi faktor penghambat dalam pengelolaan bencana. Berikut ini merupakan ilustrasi tahapan pengelolaan bencana, dimana pada setiap tahapannya memiliki kemungkinan adanya masalah.

Pada tahapan ketiga dari pengelolaan bencana, yaitu preparation of requests (Persiapan permintaan bantuan), pengelola bencana biasanya bermasalah dengan pemerintah setempat terutama perihal birokrasi. Masalah lainnya juga dapat terjadi pada langkah kesembilan, yaitu transportasi. Pada saat bencana, jalur transportasi lokal banyak yang mengalami kerusakan sehingga menghambat distribusi bantuan.Sedangkan menurut Badan Penanggulangan Bencana Daerah di kabupaten Bangli menyatakan bahwa permasalahan yang dapat terjadi dalam pengelolaan bencana baik secara lokal, nasional maupun internasional dapat terjadi berdasarkan siklus bencana yaitu pra-bencana, saat terjadi bencana dan pasca-bencana.

a. Permasalahan bidang penanganan pra bencana

Beberapa masalah terkait dengan pencegahan dan kesiapsiagaan, yang terdiri dari:

Kondisi geografis yang rawan akan bencana alam baik gunung berapi, gempa bumi, tanah longsor, kekeringan, kebakaran, dan lain-lain.

Kondisi bangunan rumah penduduk dan sarana pemerintahan banyak yang rusak dan tidak memadai yang dapat membahayakan bila terjadi bencana

Pertambahan penduduk yang tinggi akan menyulitkan penanganan penanggulangan bencana

Belum sepenuhnya penyelenggaraan penanganan bencana dilaksanakan sesuai dengan UU No. 24 tahun 2007 terutama kewenangan yang sebelumnya di SKPD selain BPBD ( Lokal dan Nasional )

Terbatasnya anggaran yang tersedia di masing-masing SKPD bagi kegiatan penyelenggaraan penanggulangan bencana

Adanya perubahan iklim global yang berpotensi meningkatkan intensitas bencana alam di dunia

Adanya keterbatasan sarana komunikasi di daerah sehingga menghambat kecepatan penyebaran arus data ke pusat maupun daerah lain

Luasnya cakupan wilayah penanganan penanggulangan kebencanaan dengan jenis potensi bencana yang beragam

Masih rendahnya pemahaman masyarakat dan aparat Pemerintahan dalam menyikapi kondisi alam yang rawan bencana

b. Permasalahan bidang penanganan pada saat terjadi bencana

Beberapa masalah yang terjadi berkaitan dengan tanggap darurat dan logistik yakni:

Belum memadainya prosedur dan regulasi sebagai pedoman penyelenggaraan penanganan bencana di Indonesia termasuk belum terpenuhinya seluruh amanah aturan dan regulasi yang dikehendaki Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana ( Lokal dan Nasional ) Masih tersebar dan belum terbangun Sistem informasi dan komunikasi kebencanaan secara terpadu dan terintegrasi dari tingkat bawah sampai kabupaten Kurang tersedianya anggaran yang memadai dalam rangka penanggulangan bencana Kurang terpadunya penyelenggaraan penanganan bencana dan masih berjalan secara sektoral Belum optimalnya koordinasi pelaksanaan penanggulangan bencana Masih terbatasnya sarana dan prasarana dalampenyelenggaraan penanggulangan Belum memiliki SOP (Standar Operational Prosedur) Penanggulangan Bencana yang optimalc. Permasalahan bidang penanganan pasca bencana

Beberapa masalah di siklus ini terkait rehabilitasi dan rekonstruksi yaitu:

Basis data yang tidak termutakhirkan dan teradministrasi secara reguler

Penilaian kerusakan dan kerugian setelah terjadi bencana yang tidak akurat

Keterbatasan peta wilayah yang meyebabkan terhambatnya pelaksanaan analisa kerusakan spasial

Koordinasi pinalainkerusakan dan kerugian serta perencanaan rehabilitasi dan rekontruksi yang terpusat

Keterbatasan alokasi pendanaan bagi rehabilitasi dan rekontruksi yang berasal dari anggaran daerah.

3. Jelaskan kesiapan (mitigasi dan kesiapsiagaan) menghadapi bencana pada skala lokal, nasional, dan internasional

Didalam UU RI No 24 Tahun 2007, kesiapsiagaan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat dan berdaya guna. Sedangkan mitigasi adalah upaya untuk mengurangi risiko bencana. Demi tidak banyaknya korban serta memperburuk keadaan, tentunya kesiasiagaan dan mitigasi sangat diperlukan baik dalam sekala lokal, nasional dan internsional.

Dalam UU RI No 24 Tahun 2007 Pasal 45 ayat (2), tentang penanggulangan bencana, pada tingkat lokal dan nasional kesiapsiagaan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Penyusunan dan uji coba rencana penanghulangan kedaruratan bencana

b. Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem peringatan dini

c. Penyediaan dan penyiapan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar

d. Pengorganisasian, penyuluhan, pelatihan dan gladi tentang mekanisme tanggap darurat

e. Penyiapan lokasi evakuasi

f. Penyusunan data akurat, informasi dan pemutakhiran prosedur tetap tanggap darurat bencana

g. Penyediaan dan penyiapan bahan, barang, dan peralatan untuk pemenuhan pemulihan prasarana dan sarana

Sedangkan mitigasi pada skala lokal dan nasional yang dapat dilakukan adalah:

a. Pelaksanaan penataan ruang

b. Pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan

c. Penyelenggaraan pendidikan, penyuluihan dan pelatihan baik secara konvensional maupaun modern.

Pada tingkat internasional, lokal dan nasional ada beberapa hal yang harus dipersiapkan dalam kesiapan menghadapi bencana, yaitu. Dalam hal manajemen dan koordinasi, karena hal ini berkaitan dengan yang namanya informasi-informasi situasi dan kondisi pada wilayah bencana dan rekasi cepat tanggap yang akan dilakukan pada wilayah tersebut.

Dalam hal perlindungan, penerimaan dan pendataan yang akan dilakukan dalam hal evakuasi, pertolongan serta tempat penampungan darurat dan pendataan kebutuhan di pelayanan di wilayah bencana. Dalam hal pangan, air bersih, sanitasi lingkungan, logistik serta transportasi di wilayah bencana. Dalam hal pelayanan kesehatan dan pelayanan masyarakat di wilayah bencana tersebut.REFERENSI

Anon, (2015). [online] Avalaible at: http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/regulasi/uu/UU_No._24_Th_2007_ttg_Penanggulangan_Bencana.pdf (Accessed 14 Mar 2015)Anon, (2015). [online] Available at: http://www.gitews.org/tsunami-kit/en/E6/further_resources/national_level/peraturan_pe2008_Peran%20serta%20Lembaga%20international%20d... (Accessed 14 Mar. 2015)Bpbd.banglikab.go.id, (2015). Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pemerintah Kabupaten Bangli. [online] Available at: http://bpbd.banglikab.go.id/index.php?sik=tupoksi (Accessed 14 Mar 2015)Coppola D P. Introduction to International Disaster Managemet. UK:Elsevier, 2007

Coppola P. Damon. Introduction to International Disaster Management.USA: Butterworth-Heinemann; 2007Novriandi, Z. (2009). BAB 2 KAJIAN LITERATUR. [online] Available at: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/128332T%2026604Usulan%20pengembanganTinjauan%20literatur.pdf (Accessed 14 Mar 2015)Pan American Health Organization. Natural Disasters:Protecting the Publics Health. USA: WHO, 2000Penanggulangan Bencana. Pusat Teritorial Angkatan Darat Pusat Pendidikan Teritorial. Jakarta: Penerbit TNI AD; 2004Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga Internasional dan Lembaga Asing Nonpemerintah dalam Penanggulangan Bencana