Upload
sesha-widya-marina
View
49
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
TERAPI PERILAKU
I. PENDAHULUAN
Terapi perilaku adalah “penggunaan prinsip dan paradigma
belajar yang ditetapkan secara eksperimental untuk mengatasi
perilaku yang tidak adaktif. Istilah perilaku dalam terapi perilaku
dalam hal ini ialah suatu tindakan mengamati tingkah laku dan
tanggapan seseorang. Terapi perilaku melibatkan perubahan
perilaku pasien untuk mengurangi disfungsi dan untuk
meningkatkan kualitas hidup. Terapi perilaku termasuk sebuah
metodologi, yang disebut sebagai analisis perilaku, sebagai suatu
pilihan yang strategis untuk perubahan perilaku.1
Terapi perilaku dapat menolong orang dengan fobia dan
gangguan psikologis, atau para ahli kesehatan, biasanya sangat
berhasil dalam menolong orang dengan gangguan fobia. Terapi
psikologis memperlihatkan efek yang lebih tahan lama dalam
gangguan cemas adalah Terapi Perilaku Kognitif dan Terapi
Perilaku.2
Psikoterapi merupakan salah satu modalitas terapi yang
terandalkan dalam tatalaksana pasien psikiatri disamping
psikofarmaka dan terapi fisik. Dalam praktek psikoterapi
dilakukan dengan percakapan dan observasi. Percakapan dengan
seseorang dapat mengubah pandangan, keyakinan serta
perilakunya secra mendalam, dan hal ini sering tidak kita sadari.3
Instruksi untuk terapi perilaku meliputi berbagai metode yang
perilaku terapis terapkan untuk, menyampaikan informasi dan
1
memberikan arahan kepada klien dalam konteks membuat
perubahan perilaku.
Tabel 1. Gangguan psikologi yang cocok untuk terapi perilaku.4
II. DEFINISI
Terapi perilaku (Behaviour therapy, behavior modification)
adalah pendekatan untuk psikoterapi yang didasari oleh Teori
Belajar (learning theory) yang bertujuan untuk menyembuhkan
psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders, phobias,
dengan memakai tehnik yang didisain menguatkan kembali
perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak
diinginkan.5
Psikoterapi juga adalah terapi atau pengobatan yang
menggunakan cara-cara psikologik, dilakukan oleh seseorang yang
terlatih khusus, yang menjalin kerjasama secara professional
dengan seorang pasien pasien dengan tujuan untuk menghilangkan,
mengubah atau menghambat gejala-gejala dan penderitaan akibat
penyakit.3
Fobia sosial adalah gangguan kecemasan umum dan ditandai
oleh rasa takut evaluasi negatif dalam situasi kinerja atau interaksi
sosial. Penelitian mengenai akar penyebab dalam terapi individual,
2
dan berbagi pengalaman dalam kelompok psikoterapi, juga dapat
membantu pemahaman dan pemulihan dari agoraphobia. Selain
menerima terapi dari seorang profesional kesehatan, program terapi
perilaku kognitif komputerisasi juga telah dikembangkan untuk
memberikan terapi perilaku kognitif untuk gangguan kecemasan di
bawah pengawasan profesional kesehatan.6
III. EPIDEMIOLOGI
Pengakuan keberhasilan mengenai teknik desensitisasi dalam
mengobati gangguan fobia lainnya menyebabkan uji teknik ini
sebagai penanganan utama fobia sosial. Penelitian menggunakan
teknik desensitisasi imaginal sebagian besar selesai sebelum
publikasi DSM - III , dan menggunakan subyek beragam
didiagnosis sebagai fobia sosial , disfungsional secara sosial , dan
sosial cemas . Dalam review ini teknik , Marks ( 1985)
menemukan bahwa pada umumnya mereka tidak sangat efective
dalam mengobati masalah yang sedang diteliti , meskipun ada
beberapa laporan dari keefektifan dengan pelatihan keterampilan
sosial ( Shaw , 1979; Stravynski dan Greenberg , 1989) . Paparan
dinilai untuk situasi ketakutan sosial, dalam sebuah kelompok
perlakuan dan in vivo , adalah teknik perilaku yang paling umum
digunakan saat ini . Telah terbukti mengurangi gejala fisiologis
dari kecemasan dalam situasi ketakutan, dan mengurangi
penghindaran situasi yang ditargetkan ( Emmelkamp et al ,
1985b ; . Wlazlo et al , 1990. ) . Paparan hasil dalam peningkatan
signifkan pada fobia sosial . Namun, mengingat bukti pentingnya
faktor kognitif pada fobia sosial , ada hal yang menarik signifikan
3
untuk membandingkan hasil terapi paparan terapi kognitif dan
paparan sendiri untuk kombinasi terapi kognitif dan eksposur .7
IV. TEKNIK TERAPI PERILAKU
• Desensitisasi sistematik dipandang sebagai proses
deconditioning atau counterconditioning. Prosedurnya adalah
memasukkan suatu respons yang bertentangan dengan
kecemasan, seperti relaksasi. Individu belajar untuk relaks
dalam situasi yang sebelumnya menimbulkan kecemasan.8
Contoh : Seorang pria yang takut terbang pertama belajar
prosedur relaksasi. Dan jika sudah santai kemudian kembali dia
membayangkan mengemudi ke bandara. Setelah proses ini
menghasilkan kecemasan, dia akan kembali disuruh rileks.
Proses ini diulang sampai dia bisa menjaga relaksasi
ketakutannya dalam pikiran tetap santai. Prosedur ini diulang
untuk setiap situasi pada saat timbul kecemasan.9
• Flooding adalah prosedur terapi perilaku di mana orang yang
ketakutan memaparkan dirinya sendiri dengan apa yang
membuatnya takut, secara nyata atau khayal, untuk periode
waktu yang cukup panjang tanpa kesempatan meloloskan diri.9
Teknik ini diyakini terapi paparan berdasarkan pada pemaparan
kronis trhadap stimulus ketakutan yang sesungguhnya.
Asumsinya adalah bahwa seseorang terpapar pada keadaan
yang menakutkan pada waktu yang cukup lama dan tidak terjadi
hal yang buruk selanjutnya akan menghilangkan ketakutan.1
Contoh : Seorang pria yang takut ketinggian mulai pengobatan
dengan pergi ke lantai 20 - gedung bertingkat dan berdiri di dek
4
observasi, sampai kecemasannya reda.9
• Pemodelan (modeling) yaitu mencontohkan dengan
menggunakan belajar observasionnal. Cara ini sangat efektif
untuk mengatasi ketakutan dan kecemasan, karena memberikan
kesempatan kepada klien untuk mengamati orang lain
mengalami situasi penimbul kecemasan tanpa menjadi terluka.
Pemodelan lazimnya disertai dengan pengulangan perilaku
dengan permainan simulasi (role-playing).8
Contoh : Seorang wanita dengan riwayat fobia ketinggian
menonton rekaman video yang menunjukkan seorang wanita
melakukan adegan naik kegedung tinggi dan mengatasi
ketakutannya.9
• Regulasi diri melibatkan pemantauan dan pengamatan perilaku
diri sendiri, pengendalian atas kondisi stimulus, dan
mengembangkan respons bertentangan untuk mengubah
perilaku maladaptif.8
Contoh : Seorang wanita dengan kesulitan tidur diinstruksikan
untuk merekam ketika dia tertidur dan mencatat berapa lama dia
tidur tiap malam.9
Observational learning, Juga dikenal sebagai: monkey see
monkey do. Ada 4 proses utama observasi pembelajaran.8
a) Attention to the model.
b) Retention of details (observer harus mampu mengingat
kebiasaan model)
c) Motor reproduction (observer mampu menirukan aksi)
d) Motivation and opportunity (observer harus termotivasi
melakukan apa yang telah diobservasi dan diingat dan
5
harus berkesempatan melakukannya).
Terapi Aversi yaitu, teknik-teknik pengondisian aversi, yang
telah digunakan secara luas untuk meredakan gangguan-
gangguan behavioral yang spesifik, melibatkan pengasosiasian
tingkah laku simtomatik dengan suatu stimulus yang
menyakitkan sampai tingkah laku yang tidak diinginkan
terhambat/hilang. Terapi ini mencakup gangguan, kecanduan
Alkohol, Napza, Kompulsif, Fetihisme, Homoseksual,
Pedhophilia, Judi, Penyimpangan seksual lainnya. Teknik-
teknik aversi adalah metode-metode yang paling kontroversi,
misalnya memberikan kejutan listrik pada anak anak autis bila
muncul tingkah laku yang tidak diinginkan.8
V. TEKNIK TERAPI DESENSITISASI
Wolpe (dalam Corey, 2007) mengungkapkan bahwa teknik
desensitisasi sitematis merupakan salah satu teknik perubahan
perilaku yang didasari oleh teori atau pendekatan behavioral
klasikal. Pendekatan behavioral memandang manusia atau
kepribadian manusia pada hakikatnya adalah perilaku yang
dibentuk berdasarkan hasil pengalaman dari interaksi individu
dengan lingkungannya. Perhatian behavioral adalah pada perilaku
yang nampak, sehingga terapi tingkah laku mendasarkan diri pada
penerapan teknik dan prosedur yang berakar pada teori belajar
yakni menerapkan prinsip-prinsip belajar secara sistematis dalam
proses perubahan perilaku menuju kearah yang lebih adaptif.10
Untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku
serta untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih dapat
6
disesuaiakan. Salah satu aspek yang paling penting dalam
memodifikasi perilaku adalah penekanannya pada tingkah laku
yang didefinisikan secara operasional, teramati dan terukur.,
Menurut sejarah teknik desensitisasi sitematis, Corey (2005)
mengemukakan tentang latar belakang teknik ini melihat bahwa
rasa takut dipelajari lewat pengkondisian, demikian juga
sebaliknya rasa takut dapat dihilangkan lewat pusat
pengkondisiannya. Tahun 1920-an Johannes Schulz, psikolog
Jerman, mengembangkan teknik & “Autogenic Training” yang
mengkombinasikan diagnosis, relaksasi dan autosugesti untuk
konseli yang mengalami kecemasan. Tahun 1935 Guthrie
mengemukakan beberapa teknik untuk menghapus kebiasaan
maladaptif termasuk kecemasan; dengan menghadapkan individu
yang mengalami phobia pada stimulus yang tidak dapat
menimbulkan kecemasan secara gradual ditingkatkan ke stimulus
yang lebih kuat menimbulkan ketakutan.10
Desensitisasi sistematis dikembangkan dalam tradisi behavioristik
pada awal tahun 1950 oleh Joseph Wolpe. Asumsi dasar teknik ini
adalah respon ketakutan merupakan perilaku yang dipelajari dan
dapat dicegah dengan menggantikan aktivitas yang berlawanan
dengan respon ketakutan tersebut. Respon khusus yang dihambat
oleh proses perbaikan (treatment) ini adalah kecemasan-kecemasan
atau perasaan takut yang kurang beralasan; dan respon yang sering
dijadikan pengganti atas kecemasan tersebut adalah relaksasi atau
penenangan. Ketidakpekaan dapat dibentuk dengan menunjukkan
setiap individu, hal-hal kecil dan bertahap atas situasi ketakutan,
saat orang tersebut menunjukkan aktivitasnya yang berlawanan
dengan kekhawatirannya. Prinsip dasar Desensitisasi adalah
7
memasukkan suatu respon yang bertentangan dengan kecemasan
yaitu relaksasi.10
Desentisasi yaitu suatu cara untuk mengurangi rasa takut atau
cemas seorang anak dengan jalan memberikan rangsangan yang
membuatnya takut atau cemas sedikit demi sedikit rangsangan
tersebut diberikan terus, sampai anak tidak takut atau cemas lagi
(Dalimunthe, 2009).10
Prosedur treatment ini dilandasi oleh prinsip belajar
counterconditioning, yaitu respon yang tidak diinginkan
digantikan dengan tingkah laku yang diinginkan sebagai hasil
latihan yang berulang-ulang. Teknis desentisisasi ini sangat efektif
untuk menghilangkan rasa takut atau fobia10
Prinsip macam terapi ini adalah memasukan suatu respon yang
bertentangan dengan kecemasan yaitu relaksasi. Pertama-tama
subyek dilatih untuk relaksasi dalam, salah satu caranya misalnya
secara progresif merelaksasi berbagai otot, mulai dari otot kaki,
pergelangan kaki, kemudian keseluruhan tubuh, leher dan wajah.10
Pada tahap selanjutnya ahli terapi membentuk hirarki situasi
yang menimbulkan kecemasan pada subyek dari situasi yang
menghasilkan kecemasan paling kecil sampai situasi yang paling
menakutkan. Setelah itu subyek diminta relaks sambil mengalami
atau membayangkan tiap situasi dalam hirarki yang dimulai dari
situasi yang paling kecil menimbulkan kecemasan (Purnama,
2008)10
Desentisisasi adalah salah satu tehnik yang paling luas di
gunakan dalam terapi tingkah laku. Desentisisasi sistematik di
gunakan untuk menghapus tingkah laku yng di perkuat secara
8
negatif, dan ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon
yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak di hapuskan
itu. Dengan pengkondisian klasik, respon- respon yang tidak di
kehendaki dapat di hilangkan secara bertahap10
Terapi desentisisasi sangat baik dalam menangani kasus-kasus
yang dapat jelas diidentifikasi bias memprovokasi stimulus. Fobia,
obsesi, kompulsi dan gangguan seksual tertentu telah berhasil
diobati dengan teknik ini.11
Konstruksi hirarki
Ketika melakukan konstruksi hirarki, pasien memastikan dalam
kondisi apa saja mereka bisa merasakan suatu kegelisahan, dan
setelah itu pasien membuat daftar hirarkinya sebanyak 10 atau 12
keadaan yang dapat merangsang terjadinya kegelisahan.
Contohnya seorang yang takut akan ketinggian, hirarkinya dimulai
ketika pasien membayangkan berdiri di dekat jendela di lantai dua
dan di akhiri dengan berdiri di atap dari lantai 20, dan disuruh
untuk melihat kebawah.11
Pelatihan relaksasi
Terapi relaksasi merupakan prosedur efek psikologis yang
merupakan kebalikan dari suatu rasa cemas : denyut jantung yang
lambat, peningkatan aliran darah perifer dan neuromuscular yang
stabil. Berbagai metode relaksasi telah dikembangkan. Salah
satunya yaitu, yoga dan zen, yang sudah sangat terkenal. Suatu
metode yang sangat maju, dikembangkan oleh seorang psikiater
9
yang bernama Edmund Jacobson. pasien merilekskan seluruh otot
utama dalam urutan tetap, dimulai dari otot kecil di kaki sampai ke
kepala bekerja atau sebaliknya. Tapi ada juga seorang psikiateer
menggunakan hipnotis untuk memfasilitasi relaksasi ataupun
menggunakan alat perekam sebagai latihan untuk dirinya sendiri.11
Desenitisasi yang sebenarnya
Pada proses akhir, disebut desenizitation, yang prosesnya
dimana pasien menyusun daftar secara sistemati dari yang paling
bawah sampai yang paling memprofokatif munculnya suatu
perasaan gelisah dan pasien sementara dalamj tahap proses
relaksasi yang paling dalam. 1
Suatu tingkat di mana pasien maju melalui daftar ditentukan
oleh respon tersebut ke rangsangan, ketika pasien secara jelas bisa
membayangkan bagian yang paling meransang terjadinya rasa
cemas dari hirarki dengan tenang, pengalaman mereka teratasi
sedikit dalam mengatasi kecemasan dalam situasi kehidupan yang
sesuai dengan kehidupan nyata.1
Indikasi meliputi setiap ansietas dimana stimulus yang memicu
ansietas dapat di identifikasi. Gangguan yang dapat di obati
meliputi fobia, dan sekumpulan ansietas.1
VI. TEKNIK TERAPI FLOODING
Flooding adalah bentuk terapi perilaku dan berdasar dengan
prinsip-prinsip pengkondisian responden. Terapi ini kadang disebut
sebagai terapi pemaparan atau terapi eksposur yang lama. Sebagai
teknin psikoterapi, terapi ini dapat digunakan untuk mengobati
10
fobia dan gangguan kecemasan termasuk stres pasca trauma. Cara
kerjanya dengan cara mengekspos pasien dengan traumanya atau
ketakutannya, dengan tujuan melihat emosi mereka yang muncul
dalam keadaan sadar.12
Flooding adalah metode psikoterapi untuk mengatasi fobia dan
merupakan metode yang sangat cepat (tapi kurang efisien dan lebih
traumatis) dan lebih memicu ketakutan dibandingkan dengan
densitisasi sistematis. Ketika dalam melakukan pengobatan, terapis
akan menempatkan seseorang dalam situasi dimana mereka akan
menghadapi fobia mereka yang paling buruk. Dalam kondisi yang
terkendali dan menggunakan teknik relaksasi, dan iniu terbukti
pasien dapat mengendalikan ketakutan mereka dan menggatikan
ketakutan mereka dengan relaksasi. 12
Banyak pasien menolak terapi flooding karena
ketidaknyamanan psikologis yang dirasakan. Dan terapi ini
kontraindikasi jika terdapat kecemasan yang terlalu sering dan
akan berbahaya bagi pasien (dengan orang yang memiliki penyakit
jantung atau orang dengan psikologi yang rapuh). Dan teknik terapi
ini sangat cocok untuk fobia yang spesifik.11
DAFTAR PUSTAKA
11
1. Guze, Bary and Richeimer, Steven. 2004. Buku Saku Psikiatri
Residen Bagian Psikiatri UCLA. Hal 558-71.
2. House, Andrews, St. 2008. Phobias- what, who, and how to
help. British Psychological Society.
3. Elvira, Sylvia D. 2010. Buku Ajar Psikiatri : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 361-73.
4. Olatunji, Bunmi O, PhD. Reese, Hannah E, MA. Otto, Michael
W, Phd and Wilhelm, Sabine, PhD. 2008. Cognitive-Behavioral
Therapy, Behavioral Therapy and Cognitive Therapy :
Massachusetts General Hospital Comprehensive Clinical
Psychiatry. Hal 189-99.
5. Love and Care. 2011. Psikoterapi Terapi Perilaku (Behavior
Therapy).
[http://loveandcarelovencare.blogspot.com/2011/05/psikoterapi-
terapi-perilaku-behaviour.html ]
6. McEvoy, Peter M. Perini, Sarah J. 2009. Cognitive Behavioral
Group Therapy For Social Phobia With or Without Attention
Training: A Controlled Trial. Journal of Anxiety Disorder.
7. Andrews, Gavin. Creamer, Mark. Crino, Rocco. Hunt, Caroline.
Lampe, Lisa and Page, Andrew. 2003. The Treatment Of
Anxiety Disorders. Second Edition: Clinican Guides and
Patient Manuals. Hal. 164-76.
8. Nurlita. 2013. Behavior Therapy (Terapi Perilaku. [ http://nurri-
lita.blogspot.com/2013/04/behaviour-therapy-terapi-
perilaku.html ]
9. Stevens, Vivian M. K, Susan. Reedwood. H, Richard. Bost. L,
Jackie. Neel. W, Nancy. Winkle, Van and Pollak, Michael H.
12
2007. Psychological Therapies : Rapid Review Behavioral
Science Second Edition.
10. Ifdil. 2012. Desensitisasi : Bimbingan dan Konseling Indonesia
: Pusat Referensi Konseling.
11. Kaplan, Harold I. Sadock, Benjamin. Grebb, Jack A. 2009.
Comprehensive Textbook of Psychiatry Vol. 2. Hal 953-58.
12. Mimi. 2012. Flooding vs Systematic Desensitization : MD
Junction.
13
LAMPIRAN
14