62
REFERAT MANAJEMEN LAKTASI DI RSUD NGANJUK Oleh : Kiki Megasari 10700157 Pembimbing : Dr. Sonia Rahayu Sp,OG Dr. Sugeng Sp,OG Dr. Ghazali Rusdi Sp,OG Dr. Jaka Sp,OG Dr. Yudi Rizal FAKULTAS KEDOKTERAN 1

Referat Manajemen ASI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

selamat belajar

Citation preview

Page 1: Referat Manajemen ASI

REFERAT

MANAJEMEN LAKTASI

DI RSUD NGANJUK

Oleh :

Kiki Megasari

10700157

Pembimbing :

Dr. Sonia Rahayu Sp,OG

Dr. Sugeng Sp,OG

Dr. Ghazali Rusdi Sp,OG

Dr. Jaka Sp,OG

Dr. Yudi Rizal

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2015

1

Page 2: Referat Manajemen ASI

DAFTAR ISI Halaman

Daftar Isi …………………………………………………………............ 2

Daftar Tabel ................................................................................................4

Bab I. Pendahuluan .....................................................................................5

Bab II. 1. Tinjauan Pustaka .........................................................................8

I.1 Anatomi Payudara Manusia.......................................................8

I.2. Fisiologi Laktasi........................................................................9

I.3. Hormon yang Mempengaruhi Laktasi.......................................12

I.4. Siklus Laktasi............................................................................13

I.5. Proses Pembentukan Laktogenesis ...........................................13

I.6. Reflek Laktasi............................................................................15

I.7. Reflek Prolaktin ........................................................................15

I.8. Reflek Aliran.............................................................................16

I.9. Proses Produksi Air Susu..........................................................19

I.10. Faktor yang Mempengaruhi Produksi Asi...............................19

Bab II. 2. 1 ASI Eksklusif ...........................................................................23

2.1.1 Pengertian...............................................................................23

2.1.2. Nilai gizi ASI.........................................................................23

2.1.3. Komposisi..............................................................................24

2.1.4. Keunggulan dan Manfaat ASI...............................................29

2.1.5. Persiapan Laktasi Sejak Dini ................................................34

2.1.6. Perawatan Payudara...............................................................35

2.1.7. Langkah Menyusui ...............................................................36

2.1.8. Dukungan Bidan....................................................................39

Bab III. Ringkasan.......................................................................................41

2

Page 3: Referat Manajemen ASI

Daftar Pustaka..............................................................................................41

3

Page 4: Referat Manajemen ASI

DAFTAR TABEL

Gambar 1. Anatomi Payudara ….......................................................………8

Gambar 2. Proses Laktasi ….............................................................………11

Gambar 3. Reflek Prolaktin …..........................................................………16

Gambar 4. Reflek Oksitosin …..........................................................………18

Gambar 5. Perawatan Payudara …....................................................………37

Gambar 6. Langkah Menyusui ….....................................................………39

4

Page 5: Referat Manajemen ASI

BAB I

PENDAHULUAN

Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang

pesat, sehingga kerap diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis.

Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh

asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi

dan anak pada masa ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka

periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan mengganggu tumbuh

kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya(DepKes RI,

2006). Diperkirakan sepertiga dari anak di bawah lima tahun dari total 178 juta

anak mengalami gangguan pertumbuhan, sementara 112 juta lainnya menderita gizi

kurang.2 Pada tahun 2000, prevalensi gizi kurang pada anak balita di negara-negara

berkembang diperkirakan 27 %. Data Statistik Kesehatan tahun 2001 menunjukkan

prevalensi gizi kurang pada anak balita di Indonesia sekitar 30,2 %. Pada tahun

2003, lebih dari 100 kabupaten atau kota mempunyai prevalensi gizi kurang di atas

30 % (Atmawikarta,2007)

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, di dalam Global Strategy for

Infant and Young Child Feeding, WHO/UNICEF merekomendasikan empat hal

penting yang harus dilakukan yaitu; pertama memberikan air susu ibu kepada bayi

segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan hanya air susu

ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir sampai bayi berusia

6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak bayi

berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat meneruskan pemberian ASI sampai

anak berusia 24 bulan atau lebih (DepKes RI, 2006).

Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama

6 bulan pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan

hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan

gizi (nutrisi) yang dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian

5

Page 6: Referat Manajemen ASI

ASI eksklusif mengurangi tingkat kematian bayi yang disebabkan berbagai

penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare dan radang paru, serta

mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran

(Newman,2009).

Makanan Pendamping ASI/ MP-ASI adalah makanan atau minuman selain

ASI yang mengandung nutrient yang diberikan kepada bayi selama periode

pemberian makanan peralihan (complementary feeding) yaitu pada saat makanan/

minuman lain diberikan bersama pemberian ASI (Damayanti et all, 2011).

Periode peralihan dari ASI eksklusif ke makanan keluarga dikenal pula

sebagai masa penyapihan (weaning) yang merupakan suatu proses dimulainya

pemberian makanan khusus selain ASI secara bertahap jenis, jumlah, frekuensi

maupun tekstur dan konsistensinya sampai seluruh kebutuhan nutrisi anak dipenuhi

oleh makanan keluarga (Damayanti et all, 2011).

Usia optimal untuk memperkenalkan makanan pendamping ASI pada anak,

pada awalnya adalah sesuatu yang kontroversial. Pada tahun 1994 hampir semua

organisasi internasional, nasional, dan regional meyetujui pemberian makanan

pendamping ASI dimulai dari usia 4-6 bulan. Tetapi, pemberian makanan

pendamping ASI oleh ibu tidak memberikan keuntungan sampai usia anak tersebut

mencapai 6 bulan. Karena pengenalan terhadap makanan sebelum usia 6 bulan ini

meningkatkan resiko diare pada anak dan infeksi lainnya (Judy,2010).

Jika makanan pendamping ASI diperkenalkan setelah umur 4 bulan, sistem

pencernaan telah cukup matur untuk mencerna dan menyerap karbohidrat, protein

dan lemak yang berasal dari makanan non-susu. Kapasitas lambung fungsional

pada bayi cukup terbatas berkisar antara 38-76ml pada masa neonatus hingga kira-

kira 20 ml/kgBB pada anak yang baru bisa berjalan, dimana memuat kira-kira 160-

200 gr/kali pada bayi berumur 6-8 bulan (EFSA,2009).

Selama bertahun-tahun, terlalu banyak ibu telah secara keliru diminta untuk

berhenti menyusui  hanya karena mereka mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Keputusan untuk terus menyusui ketika ibu berada dalam masa pengobatan,

6

Page 7: Referat Manajemen ASI

misalnya, seringkali lebih dipengaruhi oleh kekhawatiran akan masuknya zat

kimia/obat di dalam ASI. Padahal, seharusnya ada pertimbangan resiko tidak

menyusui, bagi ibu, bayi dan keluarga, serta tentu saja masyarakat. Ada begitu

banyak resiko tidak menyusui, jadi pertanyaan yang mendasar sesungguhnya

adalah: Apakah masuknya sejumlah kecil obat ke dalam ASI membuat menyusui

menjadi lebih berbahaya dibandingkan susu formula? Jawabannya hampir selalu

tidak. ASI dengan hanya sedikit obat hampir selalu lebih aman. Dengan kata lain,

berhati-hati melanjutkan menyusui, bukan berhenti. Pertimbangan yang sama perlu

dilakukan ketika ibu maupun bayinya sakit (Newman,2009).

Ingat bahwa menghentikan proses menyusui selama satu minggu dapat

mengakibatkan penyapihan permanen karena bayi mungkin tidak mau menyusu

langsung lagi pada payudara ibu. Di sisi lain, perlu dipertimbangkan juga bahwa

beberapa bayi mungkin menolak minum dari botol, sehingga saran untuk berhenti

menyusui bukan saja tidak tepat, tapi seringkali juga tidak praktis. Di atas itu

semua, adalah mudah menyarankan ibu untuk memerah ASI-nya sementara bayi

tidak menyusu, tapi hal ini tidak selalu mudah dalam prakteknya dan ibu dapat

mengalami pembengkakan yang menyakitkan (Newman,2009).

7

Page 8: Referat Manajemen ASI

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1.1 Anatomi Payudara Manusia

Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan VI. Secara

horisontal terletak mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis.

Secara anatomis dari luar payudara manusia terdiri dari: korpus mammae, areola

mammae dan papilla mammae(Rahayu,2011).

Gambar 1. Anatomi payudara

Korpus mammae terdiri dari jaringan parenkim dan stroma. Jaringan

parenkim terdiri dari: duktus, lobulus dan alveolus. Jaringan stroma terdiri dari

jaringan ikat, jaringan lemak, pembuluh darah, saraf dan getah

bening(Rahayu,2011).

Payudara manusia tebagi kurang lebih 10-15 lobus yang melingkar keluar

dimulai dari papilla mammae dan terdiri dari sekelompok kelenjar yang

memproduksi air susu. Masing-masing kelompok mempunyai saluran sendiri

(duktus laktiferus), yang kemudian mengumpul di dekat papila mammae. Pada

ujung papilla mammae berkumpul sekitar 15-20 duktus kecil yang

terbuka(Rahayu,2011).

8

Page 9: Referat Manajemen ASI

Daerah yang hiperpigmentasi di sekitar papilla mammae disebut areola

mammae. Papilla mammae terdiri dari jaringan erektil yang akan terangsang

dengan aktivitas menyusu, seksual dan rangsangan dingin. Didalam payudara

terdapat bangunan yang disebut alveolus, yang merupakan tempat air susu

diproduksi. Dari alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil (duktulus),

beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus).

Di dalam areola, saluran yang besar ini memusat ke dalam puting susu dan

bermuara keluar. Didalam dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot polos

yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar(Rahayu,2011).

Ada 4 macam bentuk puting susu yaitu:

- Normal

- Pendek/ datar

- Panjang

- Terbenam/inverted

Namun bentuk-bentuk puting ini

tidak selalu berpengaruh pada proses laktasi,

yang penting adalah bahwa puting susu dan areola dapat ditarik sehingga

membentuk tonjolan atau “dot“ ke dalam mulut bayi(Rahayu,2011).

II.1.2. Fisiologi Laktasi

Laktasi atau menyusui merupakan proses integral dari daur reproduksi dan

mempunyai dua pengertan yaitu: produksi dan pengeluaran ASI. Keduanya harus

sama baiknya. Secara alamiah akibat pengaruh hormon maka akan terjadi

perubahan secara bertahap sesuai umur dan kondisi yaitu terdiri dari proses:

(Rahayu,2011).

1.Mammogenesis: yaitu pembentukan kelenjar payudara

9

Page 10: Referat Manajemen ASI

2.Galaktogenesis: yaitu proses pembentukan atau produksi ASI

3.Galaktopoesis : yaitu proses mempertahankan produksi ASI

Pembentukan kelenjar payudara dimulai dari sebelum pubertas, saat

pubertas, masa siklus menstruasi, dan masa kehamilan

Pada masa kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang

baru, percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon plasenta dan

korpus luteum. Hormon yang ikut membantu mempercepat pertumbuhannya

adalah prolaktin, laktogen plasenta, korionik gonadotropin, insulin, kortisol,

hormon tiroid, hormon paratiroid dan hormon pertumbuhan. Pada usia 3 bulan

kehamilan prolaktin dari adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang

kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa

ini pengeluaran kolostrom masih dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi

jumlah prolaktin meningkat hanya aktivitasnya dalam pembuatan kolostrum yang

ditekan(Rahayu,2011).

Setelah bayi lahir estrogen dan progesteron akan menurun drastis dan

prolaktin akan meningkat, oxytosin (hipofise posterior) meningkat, bila ada

rangsang isap maka sel mioepitelium buah dada berkontraksi(Rahayu,2011).

Pembentukan air susu

Pada seorang ibu menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing

berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek Prolaktin dan

refleks Oxytosin atau “ Let Down Reflex “(Rahayu,2011).

10

Page 11: Referat Manajemen ASI

Gambar 2. Proses Laktasi

Pemeliharaan pengeluaran air susu

Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur

kadar prolaktin dan oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu

untuk pengeluaran permulaan dan pemeliharaan penyediaan air susu selama

menyusui. Proses menyusui memerlukan pembuatan dan pengeluaran air susu dari

alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan mengakibatkan

berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses

menyusui(Rahayu,2011).

Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan

isapan kurang, frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini

berarti pelepasan prolaktin dari hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu

berkurang, karena diperlukan kadar prolaktin yang cukup untuk mempertahankan

pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran(Rahayu,2011).

Pengeluaran prolaktin dihambat oleh beberapa faktor yang penghambat,

yang belum jelas bahannya, namun beberapa bahan seperti dopamin, serotonin,

11

Produksi ASI dalan sel alveolar

Stimulasi hipofise anterior

Sekresi Porolaktin

KEHAMILAN MERANGSANG PERUBAHAN BUAH DADA

Impuls syaraf dari hisapan

Stimulasi hipotalmus

Stimulasi hipofise posterior

Sekresi Oksitosin

Kontraksi sel myoepitel sekitar alveoli

Let down Reflek(Mengalirnya ASI ke sinus laktiferus)

LAKTASI

Page 12: Referat Manajemen ASI

katekolamin, dihubungkan ada sangkut pautnya dengan pengeluaran

prolaktin(Rahayu,2011).

Oksitosin bekerja pada sel-sel moepitelium pada alveoli kelenjar

mammae. Hormon ini berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding

alveolus dan dinding saluran, sehingga ASI dipompa keluar. Makin sering

menyusui, pengosongan alveolus dan saluran semakin baik sehingga

kemungkinan terjadinya bendungan susu semakin kecil dan menyusui akan

semakin lancar(Rahayu,2011).

Jadi peranan prolaktin dan oksitosin mutlak diperlukan dalam laktasi.

II.1.3 Hormon yang Mempengaruhi Laktasi

Hormon-hormon yang mempengaruhi pembentukan ASI adalah Sebagai

berikut : Mulai dari bulan ketiga kehamilan, tubuh wanita memproduksi hormon

yang menstimulasi munculnya ASI dalam sistem payudara: (Maryunani, 2010)

1. Progesteron: mempengaruhi pertumbuhan dan ukuran alveoli. Tingkat

progesteron dan estrogen menurun sesaat setelah melahirkan. Hal ini

menstimulasi produksi secara besar-besaran.

2. Estrogen: menstimulasi sistem saluran ASI untuk membesar. Tingkat estrogen

menurun saat melahirkan dan tetap rendah untuk beberapa bulan selama tetap

menyusui[9]. Karena itu, sebaiknya ibu menyusui menghindari KB hormonal

berbasis hormon estrogen, karena dapat mengurangi jumlah produksi ASI.

Follicle stimulating hormone (FSH). Luteinizing hormone (LH)

3. Prolaktin: berperan dalam membesarnya alveoil dalam kehamilan. Prolaktin

merupakan suatu hormon yang disekresi oleh glandula pituitari. Hormon ini

memiliki peran penting untuk memproduksi ASI, dan meningkat selama

kehamilan. Peristiwa lepas atau keluarnya plasenta pada ahir proses persalinan

akan membuat kadar estrogen dan progesteron berangsur-angsur menurun sampai

12

Page 13: Referat Manajemen ASI

tingkat dapat dilepaskan dan diaktifkanya prolaktin. Peningkatan prolaktin akan

menghambat ovulasi. Kadar paling tinggi adalah ada malam hari dan penghentian

pertama pemberian air susu dilakukan pada malam hari.

4. Oksitosin: mengencangkan otot halus dalam rahim pada saat melahirkan dan

setelahnya, seperti halnya juga dalam orgasme. Setelah melahirkan, oksitosin juga

mengencangkan otot halus di sekitar alveoli untuk memeras ASI menuju saluran

susu. Oksitosin berperan dalam proses turunnya susu let-down / milk ejection

reflex.

5. Human placental lactogen (HPL): Sejak bulan kedua kehamilan, plasenta

mengeluarkan banyak HPL, yang berperan dalam pertumbuhan payudara, puting,

dan areola sebelum melahirkan.Pada bulan kelima dan keenam kehamilan,

payudara siap memproduksi ASI. Namun, ASI bisa juga diproduksi tanpa

kehamilan (induced lactation).

II.1.4. Siklus Laktasi

1. Laktogenesis stadium 1 ( kehamilan ) : penambahan dan pembesaran lobulus

alveolus.

2. Laktogenesis stadium 2 ( ahir kehamilan 2-3 hari postpartum ) : produksi ASI

3. Laktogenesis stadium 3 ( galaktopoeisis ) : mulai 40 hari setelah berhenti

menyusui.

II.1.5. Proses Pembentukan Laktogenesis

Laktogenesis I :Pada fase terakhir kehamilan, payudara wanita memasuki

fase Laktogenesis I. Saat itu payudara memproduksi kolostrum, yaitu

berupa cairan kental yang kekuningan. Pada saat itu, tingkat progesteron

yang tinggi mencegah produksi ASI sebenarnya. Tetapi bukan merupakan

masalah medis apabila ibu hamil mengeluarkan (bocor) kolostrum

sebelum lahirnya bayi, dan hal ini juga bukan indikasi sedikit atau

banyaknya produksi ASI sebenarnya nanti. (Maryunani, 2010)

13

Page 14: Referat Manajemen ASI

Laktogenesis II:Saat melahirkan, keluarnya plasenta menyebabkan

turunnya tingkat hormon progesteron, estrogen, dan HPL secara tiba-tiba,

namun hormon prolaktin tetap tinggi. Hal ini menyebabkan produksi ASI

besar-besaran yang dikenal dengan fase Laktogenesis II.Apabila payudara

dirangsang, level prolaktin dalam darah meningkat, memuncak dalam

periode 45 menit, dan kemudian kembali ke level sebelum rangsangan tiga

jam kemudian. Keluarnya hormon prolaktin menstimulasi sel di dalam

alveoli untuk memproduksi ASI, dan hormon ini juga keluar dalam ASI

itu sendiri. Penelitian mengindikasikan bahwa level prolaktin dalam susu

lebih tinggi apabila produksi ASI lebih banyak, yaitu sekitar pukul 2 pagi

hingga 6 pagi, namun level prolaktin rendah saat payudara terasa penuh.

Hormon lainnya, seperti insulin, tiroksin, dan kortisol, juga

terdapat dalam proses ini, namun peran hormon tersebut belum diketahui.

Penanda biokimiawi mengindikasikan bahwa proses laktogenesis II

dimulai sekitar 30-40 jam setelah melahirkan, tetapi biasanya para ibu

baru merasakan payudara penuh sekitar 50-73 jam (2-3 hari) setelah

melahirkan. Artinya, memang produksi ASI sebenarnya tidak langsung

setelah melahirkan.Kolostrum dikonsumsi bayi sebelum ASI sebenarnya.

Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang tinggi daripada

ASI sebenarnya, khususnya tinggi dalam level immunoglobulin A (IgA),

yang membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah

kuman memasuki bayi. IgA ini juga mencegah alergi makanan . Dalam

dua minggu pertama setelah melahirkan, kolostrum pelan pelan hilang dan

tergantikan oleh ASI sebenarnya (Maryunani, 2010).

Laktogeneses III :Sistem kontrol hormon endokrin mengatur produksi

ASI selama kehamilan dan beberapa hari pertama setelah melahirkan.

Ketika produksi ASI mulai stabil, sistem kontrol autokrin dimulai. Fase ini

14

Page 15: Referat Manajemen ASI

dinamakan Laktogenesis III. Pada tahap ini, apabila ASI banyak

dikeluarkan, payudara akan memproduksi ASI dengan banyak pula.

Penelitian berkesimpulan bahwa apabila payudara dikosongkan secara

menyeluruh juga akan meningkatkan taraf produksi ASI. Dengan

demikian, produksi ASI sangat dipengaruhi seberapa sering dan seberapa

baik bayi menghisap, dan juga seberapa sering payudara dikosongkan

(Maryunani, 2010).

II.1.6. Reflek Laktasi

Pada proses laktasi terdapat dua reflek yang berperan, yaitu refleks

prolaktin dan reflek saliran yang timbul akibat perangsangan puting susu

dikarenakan isapan bayi (Brian,2012).

1. Refleks prolaktin

2. Refleks saliran (let down reflek)

Reflek-reflek Menyusui pada Ibu dan Bayi

Pada saat menyusui akan terjadi beberapa refleks pada ibu an bayi yang

penting pengaruhnya terhadap kelancaran menyusui. Refelks yang terjadi pada

ibu yaitu rangsangan yang terjadi sewaktu bayi menghisap puting susu

diantaranya: (Brian,2012)

II. 1. 7. Refleks Prolaktin

Refleks prolaktin : (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon

prolaktin), hormon ini akan merangsang sel-sel kelenjar payudara untuk

memproduksi ASI. makin sering bayi menghisap, makinbanyak prolaktin yang

lepas makin banyak pula ASI yang diproduksi. maka cara yang terbaik

mendapatkan ASI dalam jumlah banyak adalah menyusui bayi sesering mungkin

atau setidaknya menempelkan putting susu ibu pada mulut bayi untuk bisa dihisap

bayinya (Maryunani, 2010).

15

Page 16: Referat Manajemen ASI

Pasca persalinan, yaitu saat lepasnya plasenta dan berkurangnya fungsi

korpusluteum maka estrogen dan progesterone juga berkurang. Hisapan bayi akan

merangsang puting susu dan kalang payudara, karena ujung-ujung saraf sensoris

yang berfungsi sebagai reseptor mekanik. Rangsangan ini dilanjutkan ke

hipotalamus melalui medulla spinalis hipotalamus dan akan menekan pengeluaran

factor penghambat sekresi prolactin dan sebaliknya merangsang pengeluaran

factor pemicusekresi prolaktin akan merangsang hipofise anterior sehingga keluar

prolaktin. Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk membuat

air susu (Maryunani, 2010).

Kadar prolaktin pada ibu menyusui akan menjadi normal 3 bulan setelah

melahirkan sampai penyapihan anak dan pada saat tersebut tidak akan ada

peningkatan prolaktin walau ada isapan bayi, namun pengeluaran air susu tetap

berlangsung (Maryunani, 2010).

Pada ibu nifas yang tidak menyusui, kadar prolaktin akan menjadi normal

pada minggu ke 2 –3. Sedangkan pada ibu menyusui prolaktin akan meningkat

dalam keadaan seperti : stress atau pengaruh psikis, anastesi, operasi dan

rangsangan puting susu (Brian,2012).

Gambar 3. Proses pengaliran ASI / refleks Prolaktin

16

Page 17: Referat Manajemen ASI

II. 1. 8. Reflek Aliran ( (LET DOWN REFLEK)

Bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh hipofise anterior,

rangsangan yang berasal dari isapan bayi dilanjutkan kehipofise posterior

(neurohipofise) yang kemudian dikeluarkan oksitosin.

Melalui aliran darah, hormon ini menuju uterus sehingga menimbulkan

kontraksi. Kontraksi dari selakan memeras air susu yang telah terbuat, keluar dari

alveoli dan masuk kesistem duktus dan selanjutnya mengalir melalui duktus

lactiferus masuk kemulut bayi (Maryunani, 2010).

Faktor-faktor yang meningkatkan let down adalah : melihat bayi, mendengarkan

suara bayi, mencium bayi, memikirkan untuk menyusui bayi (Maryunani, 2010).

Faktor-faktor yang menghambat reflek let down adalah stress, seperti:

keadaan bingung/ pikiran kacau, takut dan cemas.

Refleks Oksitosin

Refleks oksitosin : (rangsangan ke otak untuk mengeluarkan hormon

oksitosin), hormon ini akan memacu sel-sel otot yang mengelilingi jaringan

kelenjar susu dan saluranya unutk berkontraksi, sehingga memeras air susu keluar

menuju putting susu. Ibu perlu mewaspadai bahwa tekanan karena kontraksi otot

ini kadang-kadang begitu kuat sehingga air susu keluar dari putting menyembur,

ini bisa membuat bayi tersedak. Refleks oksitosin dipengaruhi oleh pikiran,

perasaan, dan sensasi ibu. biasanya perasaan ibu bisa merangsang pengeluaran

ASI secara refleks, tetapi kadang-kadang juga menghambatnya. Perasaan yang

bisa menghentikan refleks oksitosin misalnya, khawatir, sedih, atau takut akan

sesuatu. ibu kesakitan pada saat menyusui atau merasa malu (Maryunani, 2010).

Refleks ini bisa muncul pada saat sang ibu mendengar bayinya menangis, melihat

foto bayinya atau sedang teringat pada bayinya berada jauh. Manfaaat refleks

oksitosin lainya adalah membantu lepasnya plasenta dari rahim ibu dan

menghentikan perdarahan persalinan (Maryunani, 2010).

17

Page 18: Referat Manajemen ASI

Pengeluaran ASI (Oksitosin)

Apabila bayi disusui, maka gerakan menghisap yang berirama akan

menghasilkan rangsangan saraf yang terdapat pada glandulapituitaria posterior,

sehingga keluar hormon oksitosin. Hal ini menyebabkan sel-selmiopitel di sekitar

alveoli akan berkontraksi dan mendorong ASI masuk dalam pembuluh ampula.

Pengeluaran oksitosin selain dipengaruhi oleh isapan bayi, juga oleh reseptor

yang terletak pada duktus. Bila duktus melebar, maka secara reflektoris oksitosin

dikeluarkan oleh hipofisis (Maryunani, 2010).

Gambar 4. Proses pengaliran ASI/ refleks oksitosin

Refleks yang penting dalam mekanisme hisapan bayi

Pada bayi yang sehat mempunyai 3 reflek intrinsik yang diperlukan untuk

berhasilnya menyusui yaitu: (Brian,2012).

18

Page 19: Referat Manajemen ASI

1. Refleks menangkap (rooting refleks)

2. Refleks menghisap (Sucking Refleks)

3. Refleks menelan (Swallowing Refleks)

1. RefleksMenangkap (Rooting Refleks)

Timbul saat bayi baru lahir tersentuh pipinya, dan bayi akan menoleh

kearah sentuhan. Bibir bayi dirangsang dengan papilla mamae, maka bayi akan

membuka mulut dan berusaha menangkap puting susu (Marmi,2011).

2. RefleksMenghisap (Sucking Refleks)

Refleks ini timbul apabila langit-langit mulut bayi tersentuh oleh puting.

Agar puting mencapai palatum, maka sebagian besar areola masuk kedalam mulut

bayi. Dengan demikian sinus laktiferus yang berada di bawah areola, tertekan

antara gusi, lidah dan palatum sehingga ASI keluar (Marmi,2011)..

3. RefleksMenelan (Swallowing Refleks)

Refleks ini timbul apabila mulut bayi terisi oleh ASI, maka ia akan

menelannya (Marmi,2011)..

II. 1. 9. Proses Produksi Air Susu

1. Saat bayi menghisap, sejumlah sel saraf di payudara ibu mengirim pesan ke

hipotalamus.

2. Ketika menerima pesan itu, hipotalasmus melepas “rem” proklaktin.

3. Untuk memulai menghasilkan ASI, prolaktin yang dihasilkan kelenjar pituitari

merangsang kelenjar-kelenjar susu di payudara.

II.10 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produksi Asi

19

Page 20: Referat Manajemen ASI

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun tergantung pada stimulasi

pada kelenjar payudara terutama pada minggu pertama laktasi (Soepardi,2007).

1. Frekuensi Penyusuan

Pada studi 32 ibu dengan bayi prematur disimpulkan bahwa produksi ASI

akan optimal dengan pemompaan ASI lebih dari 5 kali per hari selama bulan

pertama setelah melahirkan. Pemompaan dilakukan karena bayi prematur belum

dapat menyusu (Hopkinson et al, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Studi lain yang

dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi

penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2 minggu pertama setelah melahirkan

berhubungan dengan produksi ASI yang cukup (de Carvalho, et al, 1982 dalam

ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling

sedikit 8 kali perhari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan

ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar

payudara(Wulanda,2012).

2. Berat Lahir

Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI.

Hal ini berkaitan dengan kekuatan untuk mengisap, frekuensi, dan lama

penyusuan dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1

bulan sangat erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan

perbedaan intik yang besar dibanding bayi yang mendapat formula. De Carvalho

(1982) menemukan hubungan positif berat lahir bayi dengan frekuensi dan lama

menyusui selama 14hari pertama setelah lahir (Wulanda,2012)..

Bayi berat lahir rendah (BBLR) mempunyai kemampuan mengisap ASI

yang lebih rendah dibanding bayi yang berat lahir normal (> 2500 gr).

Kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah ini meliputi frekuensi dan lama

penyusuan yang lebih rendah dibanding bayi berat lahir normal yang akan

mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin dalam memproduksi ASI

(Wulanda,2012)..

20

Page 21: Referat Manajemen ASI

3. Umur Kehamilan saat Melahirkan

Umur kehamilan dan berat lahir mempengaruhi intik ASI. Hal ini

disebabkan bayi yang lahir prematur (umur kehamilan kurang dari 34 minggu)

sangat lemah dan tidak mampu mengisap secara efektif sehingga produksi ASI

lebih rendah daripada bayi yang lahir tidak prematur. Lemahnya kemampuan

mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan berat badan yang rendah dan

belum sempurnanya fungsi organ (Wulanda,2012)..

4. Stres dan Penyakit Akut

Ibu yang cemas dan stres dapat mengganggu laktasi sehingga

mempengaruhi produksi ASI karena menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran

ASI akan berlangsung baik pada ibu yang merasa rileks dan nyaman.. Penyakit

infeksi baik yang kronik maupun akut yang mengganggu proses laktasi dapat

mempengaruhi produksi ASI (Wulanda,2012).

5. Konsumsi Rokok

Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan mengganggu

hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan menstimulasi

pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan oksitosin.

Studi Lyon,(1983); Matheson, (1989) menunjukkan adanya hubungan antara

merokok dan penyapihan dini meskipun volume ASI tidak diukur secara

langsung. Meskipun demikian pada studi ini dilaporkan bahwa prevalensi ibu

perokok yang masih menyusui 6 – 12 minggu setelah melahirkan lebih sedikit

daripada ibu yang tidak perokok dari kelompok sosial ekonomi sama, dan bayi

dari ibu perokok mempunyai insiden sakit perut yang lebih tinggi. Anderson et al

(1982) mengemukakan bahwa ibu yang merokok lebih dari 15 batang rokok/hari

mempunyai prolaktin 30-50% lebih rendah pada hari pertama dan hari ke 21

setelah melahirkan dibanding dengan yang tidak merokok (Wulanda,2012)..

21

Page 22: Referat Manajemen ASI

6. Konsumsi Alkohol

Meskipun minuman alkohol dosis rendah disatu sisi dapat membuat ibu

merasa lebih rileks sehingga membantu proses pengeluaran ASI namun disisi lain

etanol dapat menghambat produksi oksitosin. Kontraksi rahim saat penyusuan

merupakan indikator produksi oksitosin. Pada dosis etanol 0,5-0,8 gr/kg berat

badan ibu mengakibatkan kontraksi rahim hanya 62% dari normal, dan dosis 0,9-

1,1 gr/kg mengakibatkan kontraksi rahim 32% dari normal(Wulanda,2012)..

7. Pil Kontrasepsi

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan

dengan penurunan volume dan durasi ASI (Koetsawang, 1987 dan Lonerdal, 1986

dalam ACC/SCN, 1991), sebaliknya bila pil hanya mengandung progestin maka

tidak ada dampak terhadap volume ASI (WHO Task Force on Oral

Contraceptives, 1988 dalam ACC/SCN, 1991). Berdasarkan hal ini WHO

merekomendasikan pil progestin untuk ibu menyusui yang menggunakan pil

kontrasepsi. Ada dua cara untuk mengukur produksi ASI yaitu penimbangan berat

badan bayi sebelum dan setelah menyusui; dan pengosongan payudara. Kurva

berat badan bayi merupakan cara termudah untuk menentukan cukup tidaknya

produksi ASI (Soepardi,2007). Dilihat dari sumber zat gizi dalam ASI maka ada 3

sumber zat gizi dalam ASI yaitu : 1) disintesis dalam sel secretory payudara dari

precursor yang ada di plasma; 2) disintesis oleh sel-sel lainnya dalam payudara; 3)

ditransfer secaralangsung dari plasma ke ASI (Soepardi,2007). Protein,

karbohidrat, dan lemak berasal dari sintesis dalam kelenjar payudara dan transfer

dari plasma ke ASI, sedangkan vitamin dan mineral berasal dari transfer plasma

ke ASI. Semua fenomena fisiologi dan biokimia yang mempengaruhi komposisi

plasma dapat juga mempengaruhi komposisi ASI. Komposisi ASI dapat

dimodifikasi oleh hormon yang mempengaruhi sintesis dalam kelenjar payudara

(Brian,2012)

Aspek gizi ibu yang dapat berdampak terhadap komposisi ASI adalah intik

pangan aktual, cadangan gizi, dan gangguan dalam penggunaan zat gizi.

Perubahan status gizi ibu yang mengubah komposisi ASI dapat berdampak

22

Page 23: Referat Manajemen ASI

positif, netral, atau negatif terhadap bayi yang disusui. Bila asupan gizi ibu

berkurang tetapi kadar zat gizi dalam ASI dan volume ASI tidak berubah maka

zat gizi untuk sintesis ASI diambil dari cadangan ibu atau jaringan ibu. Komposisi

ASI tidak konstan dan beberapa faktor fisiologi dan faktor non fisiologi berperan

secara langsung dan tidak langsung. Faktor fisiologi meliputi umur penyusuan,

waktu penyusuan, status gizi ibu, penyakit akut, dan pil kontrasepsi. Faktor non

fisiologi meliputi aspek lingkungan, konsumsi rokok dan alkohol (Soepardi,2007)

23

Page 24: Referat Manajemen ASI

II. 2.1 ASI Eksklusif

II.2.1.1 Pengertian

Air susu ibu (ASI) adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein,

laktosa, dan garam–garam anorganik yang disekresi oleh kelenjar air susu ibu.

Penelitian telah membuktikan bahwa ASI merupakan makanan terbaik pada bayi

dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sampai usia enam bulan. ASI eksklusif

adalah Pemberian ASI pada bayi tanpa tambahan makanan lainnya ataupun cairan

lainnya seperti susu formula, jeruk, madu, teh, air putih dan tanpa tambahan

makanan padat apapun seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan

tim sampai usia enam bulan (Roesli, 2000). WHO menganjurkan pemberian ASI

eksklusif, yakni bayi diberi ASI selama enam bulan pertama tanpa mendapat

tambahan apapun. Selama ASI eksklusif pemantauan tumbuh kembang bayi harus

dilakukan rutin tiap bulan baik posyandu atau di rumah sakit (Tjipta, 2009).

Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang

optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar

dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah

dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif.

Oleh karena itu, salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu

dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai enam bulan

dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur dua tahun. Organisasi Kesehatan

Dunia, WHO dan Pemerintah Indonesia mengeluarkan Keputusan Menteri

Kesehatan RI No. 450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI)

secara eksklusif pada bayi Indonesia mulai tanggal 7 April 2004 (Soepardi,2007)

II.2.1.2. Nilai Gizi Asi

Seperti halnya gizi pada umumya, ASI mengandung komponen mikro dan

makro nutrien. Yang termasuk makronutrien adalah karbohidrat, protein,dan

lemak. Sedangkan mikronutrien adalah vitamin dan mineral. ASI hamper 90%nya

terdiri dari air. Volume dan komposisi gizi ASI berbeda untuk setiap ibu

bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas juga

24

Page 25: Referat Manajemen ASI

terlihat pada masa menyusui (colostrum, ASI transisi, ASI matang, dan ASI pada

saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu yang

menyusui juga berbeda. Colostrum yang diproduksi antara hari 1 – 5 menyusui

kaya akan zat gizi terutama protein.

ASI transisi mengandung banyak lemak dan gula susu (laktosa). ASI yang

berasal dari ibu yang melahirkan bayi kurang bulan mengandung tinggi lemak dan

protein, serta rendah laktosa dibanding ASI yang berasal dari ibu yang melahirkan

bayi cukup bulan. Pada saat penyapihan kadar lemak dan protein meningkat

seiring bertambah banyaknya kelenjar payudara. Walaupun kadar protein, laktosa

dan nutrien yang larut dalam air sama pada setiap kali periode menyusui, tetapi

kadar lemak meningkat. Jumlah total produksi ASI dan asupan ke bayi bervariasi

untuk setiap waktu menyusui, dengan jumlah berkisar antara 450 – 1200 ml

dengan rerata antara 750 – 850 ml per hari. Banyaknya ASI yang berasal dari ibu

yang mempunyai status gizi buruk dapat menurun sampai jumlah 100 – 200 ml

per hari. ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 )

II. 2. 1. 3 Komposisi

ASI merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa, vitamin, dan

mineral yang berfungsi sebagai makanan bayi. ASI mengandung laktosa yang

merupakan karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah satu sumber

energi untuk otak. Kandungan laktosa di dalam ASI hampir dua kali lipat lebih

banyak dibandingkan di dalam susu formula. Namun kejadian diare akibat tidak

mampu mencerna laktosa jarang ditemukan pada bayi (intoleransi laktosa). Ini

disebabkan penyerapan laktosa ASI jauh lebih baik dibandingkan dengan susu

sapi atau susu formula (IDAI, 2008).

Komposisi ASI antara lain :

1. Karbohidrat

adalah karbohidrat yang terdapat dalam ASI dan berfungsi sebagai salah

satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir 2

kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu

25

Page 26: Referat Manajemen ASI

formula. Angka kejadian diare karena laktosa sangat jarang ditemukan pada bayi

yang mendapat ASI. Hal ini dikarenakan penyerapan laktosa ASI lebih baik

dibanding laktosa susu sapi maupun laktosa susu formula ( Walker, 2006 ).

2. Protein

Kandungan protein dalam ASI cukup tinggi. Protein yang terdapat pada

ASI dan susu sapi terdiri dari protein whey dan casein. Di dalam ASI senderi

lebih banyak terdapat protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi.

Sedangkan casein cenderung lebih susah dicerna oleh usus bayi dan banyak

terdapat pada susu sapi. ASI mempunyai jenis asam amino yang lebih lengkap

dibandingkan susu sapi. Salah satunya adalah taurin, dimana asam amino jenis ini

banyak ditemukan di ASI yang mempunyai peran pada perkembangan otak.

Selain itu ASI juga kaya akan nukleutida dimana nukleutida ini berperan dalam

meningkatkan pertumbuhan dan kematangan usus, merangsang pertumbuhan

bakteri baik yang ada di dalam usus dan meningkatkan penyerapan besi dan

meningkatkan daya tahan tubuh ( Walker, 2006 ).

3. Lemak

Kadar lemak ASI lebih tinggi jika dibandingkan dengan susu sapi atau

susu formula. Kadar lemak yang tinggi ini sangat dibutuhkan untuk mendukung

pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. Lemak omega 3 dan omega 6

banyak ditemukan dalam ASI yang berperan dalam perkembangan otak. DHA

dan ARA hanya terdapat dalam ASI yang berperan dalam perkembangan jaringan

saraf dan retina mata. ASI juga mengandung asam lemak jenuh dan tak jenuh

yang seimbang, yang baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah

( Hendarto dan Pringgadini, 2008 )

4. Karnitin

Karnitin dalam ASI sangat tiggi dan memiliki fungsi membantu proses

pembentukan energi yang diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh (

Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).

26

Page 27: Referat Manajemen ASI

5. Vitamin K

Vitamin K dalam ASI jumlahnya sangat sedikit sehingga perlu tambahan

vitamin K yang biasanya dalam bentuk suntikan. Vitamin K ini berfungsi sebagai

faktor pembekuan darah ( Walker, 2006 ).

6. Vitamin D

ASI hanya sedikit mengandung vitamin D. Sehingga dengan pemberian

ASI eksklusif dan ditambah dengan membeiarkan bayi terpapar pada sinar

matahari pagi akan mencegah bayi menderita penyakit tulang karena kekurangan

vitamin D ( Walker, 2006 ).

7. Vitamin E

Salah satu keuntungan ASI adalah kandungan vitamin Enya cukup tinggi

terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Fungsi penting vitamin E adalah

untuk ketahanan dinding sel darah merah ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).

8. Vitamin A

ASI mengandung vitamin A dan betakaroten yang cukup tinggi. Selain

berfungsi untuk kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung

pembelahan sel, kekebalan tubuh, dan pertumbuhan. Inilah yang menerangkan

mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai tumbuh kembang dan daya tahan

tubuh yang baik ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).

9. Vitamin yang larut dalam air

Hampir semua vitamin larut air terdapat dalam ASI. Seperti vitamin B,

vitamin C dan asam folat. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup tinggi dalam ASI

tetapi vitamin B6 dan B12 serta asam folat rendah terutama pada ibu yang kurang

gizi. Sehingga perlu tambahan vitamin ini pada ibu yang menyusui ( Walker,

2006 ).

10. Mineral

Mineral dalam ASI memiliki kualitas yang lebih baik dan lebih mudah

diserap dibandingkan mineral yang terdapat dalam susu sapi. Mineral utama yang

terdapat dalam susu sapi adalah kalsium yang berfungsi untuk pertumbuhan

jaringan otot dan rangka, transmisi jaringan saraf, dan pembekuan darah.

Walaupun kadar kalsium pada ASI lebih rendah daripada susu sapi tetapi

27

Page 28: Referat Manajemen ASI

penyerapannya lebih besar. Bayi yang mendapat ASI eksklusif beresiko sangat

kecil untuk kekurangan zat besi, walaupun kadar zat besi dalam ASI rendah. Hal

ini dikarenakan Zat besi yang terdapat dalam ASI lebih mudah diserap daripada

yang terdapat dalam susu sapi. Mineral yang cukup tinggi terdapat dalam ASI

dibandingkan susu sapi dan susu formula adalah selenium, yang sangat berfungsi

pada saat pertumbuhan anak cepat ( Hendarto dan Pringgadini, 2008 ).

ASI mengandung asam amino yang lebih lengkap dibandingkan dengan

susu sapi. ASI juga kaya akan nukleotida (berbagai sebanyawa organik yang

tersusun dari tiga jenis basa nitrogen, karbohidrat dan fosfat) dan memiliki

kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan susu sapi. nukleotida ini memiliki

peran dalam pertumbuhan dan kematangan usus serta meninkatkan penyerapan

besi dan daya tahan tubuh (IDAI, 2008).

Asam lemak tak jenuh tunggal lebih banyak terkandung di dalam ASI,

terutama asam linokleat, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung lemak

tak jenuh ganda. ASI memiliki butiran lemak yang lebih kecil dibandingkan susu

sapi yang memungkinkan bayi mampu mengabsorbsi lemak ASI lebih efisien

(Wong dkk, 2009). Lemak mampu membantu meningatkan berat badan bayi

dengan cepat karena ASI mengandung lemak dengan nilai kalori tinggi. ASI

mengandung lipase yang mampu memecah lemak agar mudah diserap

(Brian,2012).

Lemak omega 3 dan 6 yang berperan pada perkembangan otak bayi, yang

banyak ditemukan pada ASI. ASI juga mengandung banyak asam lemak rantai

panjang dari pada asam Dokosahesaoik (DHA) dan asam Arakidonat (ARA) yang

berkembang terhadap perkembangan jaringan saraf dan retina mata(Brian,2012).

ASI mengandung kadar karnitin yang tinggi terutama pada tiga minggu

pertama menyusui, bahkan dalam kolostrum kadar karnitin ini lebih tinggi.

Karnitin ini membantu dalam proses pembentukan energi yang dapat

mempertahankan metabolism tubuh. Konsetrasi karnitin bayi yang mendapat ASI

lebih tinggi dibandingan bayi yang mendapat susu formula(Brian,2012).

28

Page 29: Referat Manajemen ASI

Zat gizi lainya yang terkandung di dalam ASI yaitu vitamin D, E, A, K

dan vitamin yang larut dalam air. Vitamin D rendah di dalam ASI tetapi sudah

cukup mampu memenuhi kebutuhan bayi. Vitamin E berfungsi dalam

mempertahankan diding sel darah merah. Kekurangan vitamin E dapat

menyebabkan anemia. Bahan baku pembuat vitamin A yaitu beta karoten banyak

ditemukan pada ASI. Vitamin A berfungsi menjaga kesehatan mata, mendukung

pembelahan sel, kekebalan tubuh dan pertumbuhan. Hal ini yang dapat

menerangkan kenapa anak dengan ASI mengalami tumbuh kembang dan daya

tahan yang baik. Vitamin K dibutuhkan dalam pembekuan darah, kadar vitamin K

di dalam ASI hanya seperempat dibandingkan dengan susu formula, oleh karena

itu bayi baru lahir diberikan vitamin K dalam bentuk injeksi (IDAI, 2008).

Hampir seluruh vitamin yang larut di dalam air seperti vitamin B, asam

folat, dan vitamin C terdapat di dalam ASI. Kadar vitamin B1 dan B2 cukup

tinggi di dalam ASI tetapi kadar vitamin B6, B12 dan asam folat mungkin rendah

di dalam ASI ibu yang gizi kurang. Vitamin B6 dibutuhkan pada tahap awal

pertumbuhan bayi, sehingga ibu menyusui penting diberikan vitamin ini. Vitamin

B12 cukup banyak ditemukan pada makan sehari-hari kecuali pada orang

vegetarian (IDAI, 2008).

Mineral utama yang terdapat di dalam ASI adalah kalsium yang mepunyai

fungsi pertumbuhan jaringan otak dan rangka, transmisi jaringan saraf dan

pembekuan darah. Kekurangan kalsium berupa kejang otot lebih banyak

ditemukan pada bayi yang hanya mendapat susu formula(Brian,2012).

Kandungan zink rendah pada susu sapi dan ASI, akan tetapi zink pada ASI

lebih cepat diserap bayi (Wong dkk, 2009). Zink merupakan mineral yang sangat

esensial di dalam tubuh manusia. Mineral ini dibutuhkan dalam metabolisme

tubuh. Salah satu penyakit akibat kekurangan mineral ini adalah acrodermatitis

enterophatica dengan gejala kemerahan di kulit, diare kronis, gelisah dan gagal

pada tumbuh (IDAI, 2008).

ASI mengandung banyak anti bodi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu

sel darah putih dan faktor lain. Pada sel darah putih mengandung limfosit B,

limfosit T, makrofag, dan neutrophil. Molekul lain yang ditemukan di dalam ASI

29

Page 30: Referat Manajemen ASI

adalah IgA, bifidus, oligosakarida, asam lemak, laktoferin, dan mucin. ASI

terutama kolostrum mengandung kadar tinggi aktivitas lisoenzim dan IgA yang

memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit bakteri dan virus terutama

yang mengenai saluran pernafasan termasuk otitis media akut dan gastrointestinal.

Bukti bahwa ASI melindungi tubuh terhadap terjadinya alergi dan memperkuat

respon imun aktif terhadap vaksin Haemophilus influenza tipe B (Wong dkk,

2009).

II.2.1.4. Keunggulan dan Manfaat ASI

ASI mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6 bulan

pertama kehidupan. Keunggulan ASI dibanding susu formula adalah :

1. ASI praktis, ekonomis,dan hygienis.

2. Mengandung semua bahan / zat gizi yang diperlukan bagi pertumbuhan

dan perkembangan bayi.

3. Dapat diberikan dimana aja dan kapan saja dalam keadaan segar, bebas

bakteri dan suhu yang sesuai,tanpa penggunaan alat bantu.

4. Bebas dari kesalahan dalam penyediaan / takaran.

5. Problem kesulitan pemberian makanan pada bayi jauh lebih sedikit

daripadea bayi yang mendapat susu formula buatan.

6. Mengandung imunoglobulin.

7. Mencegah terjadinya keadaan gizi salah.

a) Manfaat Asi Untuk Bayi

1. Nutrisi yang sesuai untuk bayi

2. Mengandung zat protektif

3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan

30

Page 31: Referat Manajemen ASI

4. Menyebabkan pertumbuhan yang baik

5. Mengurangi kejadian karies dentis

6. Mengurangi kejadian maloklusi

b) Manfaat Asi Untuk Ibu

1. Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya

oksitosin oleh kelenjar hipofisis.Oksitosin membantu involusi dan

mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan

2. Aspek keluarga berencana

Menyusui secara murni(eksklusif) dapat menjarangkan

kehamilan.Ditemukan rerata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24

bulan,sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan.

3. Aspek psikologi

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi,tetapi

juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan,rasa yang

dibutuhkan oleh semua manusia.

c) Kerugian Air Susu Buatan/Formula

Air susu buatan/formula mempunyai beberapa kerugian yaitu:

1. pengenceran yang salah

Pengenceran yang salah dapat diartikan 2 hal yaitu melarutkan

susu formula lebih encer dari seharus nya atau lebih pekat dari seharus

nya.keduanya akan menimbulkan masalah pada bayi dan

anak.penyebabnya adalah anturan yang tertera pada label kaleng susu

formula tidak dapat di mengerti oleh ibu-ibu.

2. kontaminasi mikroorganisme

Pembuatan susu formula di rumah tidak menjamin bebas dari

kontaminasi mikroorganisme patogen.

3. Menyebabkan alergi

31

Page 32: Referat Manajemen ASI

Kejadian alergi susu sapi bukannya tidak jarang, prevalensinya

dilaporkan antara 0,5 -1 %. Tetapi tidak banyak petugas kesehatan yang

menyadari.

4. Susu sapi dapat menyebabkan diare kronis

Ada dugaan bahwa diare akut dapat berlanjut menjadi kronis pada

anak yang minum susu sapi.Diduga kerusakan mukosa usus yang terjadi

pada diare akut menyebabkan terjadinya akut menyebabkan terjadinya

diare kronis melalui mekanisme peningkatan absorsi antigen melalui

mukosa yang rusak yang selanjutnya terjadi sensitisasi terhadap protein

susu sapi dan dan terjadi enteropati yang akhirnya akan memperberat

kerusakan mukosa.

5. Penggunaan susu formula dengan indikasi yang salah

Saat ini banyak susu formula yang beredar dipasaran.Ada

diantaranya yang digunakan untuk penyakit tertentu atau keadaan tertentu.

6. Tidak Mempunyai manfaat ASI

Dari uraian manfaat ASI di atas dapatlah dikatakan bahwa

kekurangan lain dari susu formula adalah, bahwa susu formula tidak

mempunyai manfaat seperti halnya ASI.

Jadi air susu buatan / formula :

1. Nutriennya tidak sesempurna ASI

2. Tidak mengandungzat protektif

3. Mudah menimbulkan alergi

4. Lebih mudah menimbulkan karies dentis

5. Lebih mudah menimbulkan maloklusi

6. Kurang menimbulkan efek psikologis yang menguntungkan

7. Tidak merangsang involusi rahim

8. Tidak berefek men4jarangkan kehamilan

32

Page 33: Referat Manajemen ASI

9. Tidak mengurangi insiden karsinoma mammae

10. Tidak praktis

11. Tidak ekonomis

12. Bagi negara menambahkan beban anggaran yang harus dikeluarkan untuk

membeli susu formula, biaya perawatan ibu dan anak.

Sedangkan manfaat menyusui dapat dilihat dari beberapa aspek yaitu:

aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, neurologis,

ekonomis dan aspek penundaan kehamilan (Danuatmaja, 2007).

a. ASI merupakan nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang terbaik.

ASI yang dihasilkan oleh seorang ibu yang melahirkan secara

premature komposisinya akan berbeda dengan ASI yang yang dihasilkan

ibu yang melahirkan cukup bulan. ASI adalah makanan bayi yang paling

sempurna, baik kualitas maupun kuantitasnya. Dengan melaksanakan

manajemen laktasi secara baik, ASI sebagai makanan tunggal akan

mencukupi kebutuhan tumbuh bayi hingga usia enam bulan (IDIAI, 2008).

b. ASI dapat meningkatkan daya tahan tubuh

Bayi baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin (zat

kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, tetapi

kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya.

Badan bayi baru lahir akan memproduksi sendiri imunoglobulin secara

cukup saat mencapai usia sekitar empat bulan. Pada saat kadar

imunoglobulin dari ibu menurun dan yang dibentuk sendiri oleh tubuh

bayi belum mencukupi, terjadilah suatu periode kesenjangan

imunoglobulin pada bayi. Kesenjangan tersebut hanya dapat dihilangkan

atau dikurangi dengan pemberian ASI. Air Susu Ibu merupakan cairan

yang mengandung kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga dapat

menjadi pelindung bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus dan

jamur (IDIAI, 2008)

33

Page 34: Referat Manajemen ASI

c. ASI eksklusif membantu perkembangan anak

Kecerdasan perkembangan kecerdasan anak sangat berkaitan erat

dengan pertumbuhan otak. Faktor utama yang mempengaruhi

pertumbuhan otak anak adalah nutrisi yang diterima saat pertumbuhan

otak, terutama saat pertumbuhan otak cepat. Lompatan pertumbuhan

pertama atau growth sport sangat penting pada periode inilah

pertumbuhan otak sangat pesat. Nutrisi pada ASI yang tidak ada atau

hanya sedikit terdapat pada susu sapi yaitu taurin, laktosa, hidrat arang,

dan asam lemak ikatan panjang (Prastyo, 2010).

d. ASI meningkatkan jalinan kasih sayang bayi

Hal ini karena anak sering berada dalam dekapan ibunya karena

menyusui dapat merasakan kasih sayang ibu, rasa aman, tenteram dan

terlindung. Perasaan terlindung dan disayang inilah yang menjadi dasar

perkembangan emosi anak, yang kemudian membentuk kepribadian anak

menjadi baik dan penuh percaya diri (IDIAI, 2008).

e. Pemberian ASI dapat menurunan risiko kanker payudara (breast

cancer).

Ibu yang tidak pernah menyusui menurut American Cancer Society

(2011) berisiko 3,4 kali mengalami kanker payudara. Dengan menyusui

kelejar payudara akan berfungsi secara fisiologis, tetapi pada ibu yang

tidak menyusui kelenjar payudara tidak difungsikan secara maksimal

sehingga dapat memicu pembentukan sel kanker.

Protein merupakan makronutrien yang ditemukan pada ASI. Susu sapi

mengandung lebih banyak protein (3,5 g/dl) dibandingkan dengan ASI (0,7 g/dl),

tetapi kadar ini melebihi kebutuhan bayi. ASI lebih banyak mengandung protein

whey, terutama laktalbumin suatu protein yang lebih komplek dibandingkan

dengan protein kasein. Tingginya persentase kasein dalam susu sapi menyebabkan

terbentuknya gumpalan keju keras dan besar (Wong dkk, 2009).

34

Page 35: Referat Manajemen ASI

II. 2.1.5 Persiapan Laktasi Sejak Dini

Persiapan menyusui perlu dilakukan seawal mungkin pada setiap wanita

hamil dan para ibu hendaknya mengetahui upaya-upaya yang seharusnya

dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI/ menyusui.

Klinik Antenatal Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam klinik Antenatal

bagi ibu hamil adalah : (Marmi, 2011).

1. Gizi ibu hamil

Dari konsumsi zat gizi yang masuk kedalam tubuh serta cadangan yang

ada pada wanita hamil dan menyusui akan digunakan untuk aktivitas dan

metabolisme tubuh ibu, dan proses pembentukan ASI, nilai kalori serta zat gizi

dari ASI itu sendiri.

2. Perilaku ibu hamil.

a. Kecukupan istirahat

Wanita hamil sebaiknya tidur minimal 8 jam sehari, kegiatan dan

gerakannya sehari hari harus memperhatikan perubahan fisik dan mental

yang terjadi pada dirinya. Diantara waktu tersebut harus adawaktu untuk

istirahat (santai) guna melemaskan otot-otot.

b. Tidak merokok, minum alkohol, kopi, soda.

Termasuk menjauhi asap rokok dari orang lain.minuman kopi dan

minuman soda dapat mengurangi kemampuan usus untuk menyerap

kalsium dan zat besi.

3. Obat-obatan

Pemakaian obat-obatan selama hamil hanya atas petunjuk bidan

atau dokter, terutama menjelang persalinan perlu diperhatikan, agar tidak

berpengaruh terhadap laktasi.

4. keluhan lain

35

Page 36: Referat Manajemen ASI

Adanya keluhan lain, misalnya sakit gigi /mulut, infeksi lainya.

5. Hygiene personal dan lingkungan.

Kebersihan diri dan pakaian yang nyaman perlu mendapat

perhatian untuk menjaga kesehatan .pilihlah pakaian yang longgar ,ringan

dan mudah menyerap keringat.

6. Pendukung

Sebaiknya selama 3 bulan terakhir kehamilan, seorang ibu telah

menentukan dokter yang akan mengawasinya persalinan anaknya.

Kerjasama antara tenaga penolong persalinan dan dokter anak juga harus

di bina.

II.2.1.6. Perawatan Payudara

Demi keberhasilan menyusui, payudara memerlukan perawatan sejak dini

secara teratur .Perwatan selama kehamilan bertujuan agar selama menyusui kelak

produksi asi cukup.tidak terjadi kelainan pada payudara dan payudara tetap baik

setelah menyusui. Pada umumnya wanita dalam kehamilan 6-8 minggu akan

mengalami pembesaran payudara,akan lebih padat,kenyal,kencang,sakit dan

tampak jelas di permukaan kulit adanya gambaran pembuluh darah yang

bertambah serta melebar. kelenjar Montgomery pada daerah areola tampak lebih

nyata dan menonjol. Perawatan Payudara antara lain : (Marmi, 2011).

1. Pemakaian BH yang tepat,sebaiknya ibu hamil harus memakai bra yang

tepat dan ukuran yang sesuai dapat menopang perkembangan payudara.

2. Latihan otot-otot yang menopang payudara.

3. Hygiene payudara

Kebersihan/hygiene payudara juga harus di perhatikan ,khususnya daerah

papila dan aerola pada saat mandi sebaiknya papila dan areola tidak di

sabuni.untuk menghindari keadan kering dan kaku akibat hilangnya lendir

pelumas yang dihasilkan kelenjar Montgomery.Areola dan papila yang kering

akan memudahkan terjadinya lecet dan infeksi.

36

Page 37: Referat Manajemen ASI

Gambar 4 : Perawatan payudara

II.2.1.7. Langkah-langkah Menyusui

Langkah-langkah menyusui yang baik dan benar meliputi hal-hal berikut :

(Marmi, 2011).

1. Persiapan mental dan fisik ibu menyusui

Ibu yang akan menyusui harus dalam keadaan tenang. Bila perlu

minum segelas air sebelum menyusui. Hindari menyusui dalam keadaan

lapar dan haus. Sediakan tempat dengan peralatan yang diperlukan, seperti

kursi dengan sandaran punggung dan sandaran tangan, bantal untuk

menopang tangan yang menggendong bayi.

2. Hygiene personal ibu menyusui

Sebelum menggendong bayi untuk menyusui, tangan harus dicuci

bersih. Sebelum menyusui, tekan daerah areola di antara telunjuk dan ibu

jari sehingga keluar 2-3 tetes ASI, kemudian dioleskan ke seluruh puting

dan areola. Cara menyusui yang terbaikadalah bila ibu melepaskan BH

dari kedua payudara.

3. Menyusui bayi sesuai dengan permintaan bayi

Susukan bayi sesuai dengan kebutuhannya (”on demand“), jangan

dijadwalkan. Biasanya kebutuhan terpenuhi dengan menyusui tiap 2-3 jam

37

Page 38: Referat Manajemen ASI

sekali. Setiap kali menyusui, lakukanlah pada kedua payudara kiri dan

kanan secara bergantian, masing-masing sekitar 10 menit. Mulailah

dengan payudara sisi terakhir yang disusui sebelumnya.

4. Periksa ASI sampai payudara terasa kosong.

Setelah selesai menyusui, oleskan ASI lagi seperti awal menyusui

tadi. Biarkan kering oleh udara sebelum kembali memakai BH. Langkah

ini berguna untuk mencegah lecet.

5. Membuat bayi bersendawa

Setelah menyusui harus selalu dilakukan, untuk mengeluarkan

udara dari lambung supaya bayi tidak kembung dan muntah. Bila terjadi

keadaad lecet pada puting dan atau sekitarnya, sebaiknya ibu tetep

menyusui dengan mendahului pada puting yang tidak lecet. Sebelum

diisap, puting yang lecet dapat diolesi es untuk mengurangi rasa sakit.

Yang lebih penting dari kejadian ini adalah mencari penyebab lecet

tersebut yang tentunya harus dihindari.

Keadaan engorgement (payudara bengkak) yang sering terjadi

pada payudara yang elastisitasnya kurang. Untuk mengatasinya, kompres

payudara dengan handuk hangat kira-kira 4-5 menit, kemudian dilakukan

masase dari tepi ke arah puting hingga ASI keluar. Setelah itu baru bayi

disusukan. Jangan berhenti menyusui dalam keadaan ini. Apabila bayi

telah menyusu dengan benar ,maka akan memperlihatkan tanda-tanda

sebagai berikut : (Marmi, 2011).

1. Bayi tampak tenang Badan.

2. Bayi menempel pada perut ibu.

3. Mulut bayi terbuka lebar.

4. Dagu bayi menempel pada payudara ibu.

5. Sebagian areaola masuk kedalam mulut bayi,areola bawah lebih

banyak masuk.

6. Bayi nampak menghisap dengan ritmen perlahan-lahan.

38

Page 39: Referat Manajemen ASI

7. Puting susu tidak terasa nyeri.

8. Telinga dan lengan bayi terletak pada stu garis lurus.

9. Kepala bayi agak menengandah.

Gambar 5 : Langkah-langkah menyusui yang baik.

II.2.1.8. Dukungan Bidan

Bidan dapat memberikan dukungan dalam pemberian ASI dengan cara : (Marmi,

2011).

1. Membiarkan bayi bersama ibunya segera susudah lahir selama beberapa

jam pertama

2. Mengajarkan cara merawat payudara yang sehat pada ibu untuk

mencegah masalah umum yang timbul

3. Membantu ibu pada waktu pertama kali memberikan ASI

39

Page 40: Referat Manajemen ASI

Posisi menyusui dapat dilakukan dengan cara :

a. Posisi berbaring miring

b. Posisi duduk

c. Posisi tidur telentang

4. Menempatkan bayi didekat ibu pada kamar yang sama (rawat gabung)

Manfaat rawat gabung dalam proses laktasi dapat dilihat dari aspek fisik,

fisiologis, psikologis, edukatif, ekonomi maupun medis.

5. Memberikan ASI pada bayi sesering mungkin

6. Memberikan kolostrum dan ASI saja

7. Menghindari susu botol dan “dot empeng”

40

Page 41: Referat Manajemen ASI

BAB III

KESIMPULAN

Untuk mencapai tumbuh kembang optimal, empat hal penting yang harus

dilakukan dalam manajemen laktasi yaitu; pertama memberikan air susu ibu

kepada bayi segera dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir, kedua memberikan

hanya air susu ibu (ASI) saja atau pemberian ASI secara eksklusif sejak lahir

sampai bayi berusia 6 bulan, ketiga memberikan makanan pendamping air susu

ibu (MP-ASI) sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan, dan keempat

meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau lebih (DepKes RI,

2006).

ASI mengandung banyak anti bodi yang dibagi menjadi dua bagian yaitu

sel darah putih dan faktor lain. Pada sel darah putih mengandung limfosit B,

limfosit T, makrofag, dan neutrophil. Molekul lain yang ditemukan di dalam ASI

adalah IgA, bifidus, oligosakarida, asam lemak, laktoferin, dan mucin. ASI

terutama kolostrum mengandung kadar tinggi aktivitas lisoenzim dan IgA yang

memberikan perlindungan terhadap berbagai penyakit bakteri dan virus terutama

yang mengenai saluran pernafasan termasuk otitis media akut dan gastrointestinal.

Bukti bahwa ASI melindungi tubuh terhadap terjadinya alergi dan memperkuat

respon imun aktif terhadap vaksin Haemophilus influenza tipe B (Wong dkk,

2009).

. Periode emas dalam manajemen laktasi dapat diwujudkan apabila pada masa

ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang

optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa ini tidak memperoleh

makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi

periode kritis yang akan mengganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada

saat ini maupun masa selanjutnya(DepKes RI, 2006).

41

Page 42: Referat Manajemen ASI

DAFTAR PUSTAKA

Atmawikarta, Arum. Pengaruh Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-

ASI) Formula Tempe terhadap Diare, Aktivitas Fisik, dan Pertumbuhan Bayi

Status Gizi Baik Usia 6-12 Bulan di Bogor Jawa Barat. Gizi Indon (2007) 30 (2):

73-97

Brian, Symon, et al. Feeding in The First Year of Life: Emerging Benefit of

Introducing Complementary Solids from 4 Months. Australian Family Physician.

41.4 Apr 2012 : 226-9

Danuatmaja, B. 2007. 40 Hari Pasca Persalinan. Jakarta; Puspa Swara

Damayanti Rusli Sjarif, Endang Dewi Lestari, Maria Mexitalia, Sri Surdayati Nasar.

Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik. IDAI. 2011. 117-125

Definisi ASI.2011. [cited 21 October 2011]. Available

at:.http://plastikasi.com/definisi-dan-rekomendasi

Hendarto, A & Pringgadini, K,.2008. Bedah ASI. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2008. Peberian Air Susu Ibu (ASI). Jakarta

Marmi, S.ST.2011.Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maryunani, Anik. 2010. Biologi reproduksi dalam kehamilan. CV Trans Info Media.

Jakarta

More, Judy. Weaning Infants onto Solid Foods. April. 2010

Newman J. Breastfeeding and Illness. International Breastfeeding Centre; 2009.

42

Page 43: Referat Manajemen ASI

Pedoman Umum Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) lokal.

2006. Departemen Kesehatan RI.

Prasetyo, S.D. (2010). Buku Pintar ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik, dam

Kemanfaatan. Jogjakarta: Diva Press.

Rahayu T. Managemen Laktasi. 21 October 2011. Jakarta.

Scientific Opinion on the appropriate age for introduction of complementary feeding

of infants. EFSA Journal. 2009 7(12): 1423

Soepardi Soedibyo,Winda F. Pemberian Makanan Pendamping ASI Bayi yang

Berkunjung ke Unit Pediatri Rawat Jalan. Sari Pediatri Vol 8 No. 4. Maret 2007.

Tjipta. G. D.. Ali. M.. Lubis. B. M.. 2009. Ragam pediatric Praktis. Medan : USU

Press. 136. 137.

Walker, Allan. 2006. Makanan yang Sehat untuk Bayi dan Anak-anak. Jakarta: PT.

Buana Ilmu Populer

Wong, D.L, Hockenberry, M, et all. (2009). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih

bahasa, Monica Ester; (6th.ed). volumen 2. Jakarta: EGC.

Wulanda,Ayu febri. 2012. Biologi reproduksi. salemba medika. Jakarta

43

Page 44: Referat Manajemen ASI

44