61
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam beberapa tahun terakhir kemajuan teknologi di bidang kedokteran molekuler sangatlah berkembang pesat. Saat ini bahkan dapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan keluarga antara dua individu. Pemeriksaan tersebut sangatlah berguna dalam situasi seseorang membutuhkan kepastian, atau bukti ilmiah tentang keturunannya, apakah benar mili k mereka sendiri atau berasal dari orang lain. Dalam keba nyakan kasus, hal ini mudah ditentukandengan proses persalinan. Wanita yang melahirkan seorang anak adalah jelas bahwa dia ibu dari anak tersebut secara genetik dan hukum. Tes paternitas dapat membantu pengadilan untuk menentukan seorang terdakwa dalam kasus perkosaan. DNA fingerprinting pada 2 orang yang mempunyai hubungan pertalian keluarga akan mirip. Tes paternitas dapat dilakukan untuk beberapa alasan, antara lain untuk menentukan siapakah ayah dari seorang bayi yang dikandung oleh seorang wanita. Di dalam kasus perkosaan, tes 1

REFERAT PATERNITAS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

medical

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

A.Latar belakangDalam beberapa tahun terakhir kemajuan teknologi di bidang kedokteran molekuler sangatlah berkembang pesat. Saat ini bahkan dapat dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan keluarga antara dua individu. Pemeriksaan tersebut sangatlah berguna dalam situasi seseorang membutuhkan kepastian, ataubuktiilmiahtentangketurunannya,apakahbenarmilikmerekasendiriatauberasaldarioranglain.Dalamkebanyakankasus,halinimudahditentukandengan proses persalinan. Wanita yang melahirkan seorang anak adalah jelasbahwa dia ibudari anak tersebut secara genetik dan hukum.Tes paternitas dapat membantu pengadilan untuk menentukan seorang terdakwa dalam kasus perkosaan. DNA fingerprinting pada 2 orang yang mempunyai hubungan pertalian keluarga akan mirip. Tes paternitas dapat dilakukan untuk beberapa alasan, antara lain untuk menentukan siapakah ayah dari seorang bayi yang dikandung oleh seorang wanita. Di dalamkasus perkosaan, tes paternitas ini dapat diajukan oleh sang wanita (korban), sang lelaki (tertuduh) atau penyidik untuk membuktikan bahwa bayi yang dikandung adalah memangbenaranakdarisangpemerkosa,apalagi apabila terdapat dugaan multiple sexual partners. Sebuah tes paternitas dengan DNA finger printing juga dapatmembantu pengadilan untuk menentukan siapa ayah dari seorang anak sehingga tahu kepada siapa bantuan pemeliharaan anak harus diwajibkan.A. Permasalahan Permsalahan yang kami angkat dalam refrat ini adalah:1. Apa yang dimaksud dengan paternitas?2. Bagaimana paternitas dibutuhkan dalam kehidupan?3. Apakah aspek medikolegal dari paternitas?4. Apa sajakah macam-macam test yang dapat dilakukan pada paternitas?5. Bagaimanakah cara mengambil kesimpulan tentang ada tidaknya pertalian darah?

B. Maksud dan Tujuan 1. MaksudRefrat ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkap syarat dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Kedokteran forensic dan Medikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi Semarang.

2. TujuanTujuan penyusunan refrat ini adalah agar tenaga medis memahami tentang paternitas. Selain itu refrat ini juga dapat bermanfaat bagi mahasiswa kedokteran dan calon dokter untuk mengetahui mengenai paternitas.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi PaternitasPaternitas adalah salah satu sarana untuk menetapkan seorang laki-laki yang merupakan ayah biologis.1 Paternitas adalah suatu prosedur hukum yang sah untuk keayahan.2 Kesangsian dari keayahan mulai muncul pada segi hukum setelah lahirnya sang anak. Untuk menentukan peternitas itu sendiri sulit karena banyak hal yang harus dibuktikan. Dan sampai sekarang untuk menyelesaikan masalah paternitas ini dilihat mulai dari segi kemiripan atau dari segi yang tidak terdapat kemiripan antara anak dan yang diduga sebagai ayah. Dari segi kemiripan contohnya karakteristik warna pelangi mata, rambut, cara bersikap ataupun berbicara yang khas, tinggi badan.3

Gambar 2.1. Hubungan ayah dan anakSumber: 5 Stellar Fathers Day Adventures, www.redtri.com

B. Peran Paternitas Dalam KehidupanSemakin lama semakin disadari bahwa setiap anak mempunyai hak untuk mendapatkan informasi mengenai asal usul mereka. Pengetahuan mengenai siapa ayah dan ibu kandung dari seorang anak, mempunyai banyak pengaruh dari berbagai pihak yang terkait. Pertama, informasi mengenai siapa orang tua biologis dari seorang anak. Kedua, dari informasi diatas dapat ditentukan hak dari anak tersebut seperti hak atas pengasuhan, hak untuk mendapatkan santunan biaya hidup, hak waris dari orangtuanya, hak untuk wali nikah (agama islam). Ketiga, dari hal diatas dapat menunjukan kewajiban dari orangtuanya, seperti kewajiban memberikan asuhan, warisan, member nafkah serta hak untuk membawa anak tersebut ke Negara tempat orangtuanya berasal.Kasus ragu ayah (disputed paternity), yaitu kasus yang mencari pembuktian siapa ayah kandung dari seorang anak. Contohnya kasus imigrasi, kasus klaim keayahan oleh seorang wanita, kasus perselingkuhan dan kasus incest. C. Aspek Medikolegal Paternitas5Di Indonesia sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang ketentuan hukum yang berlakupun bervariasi, setidaknya ada tiga hukum yang berlaku, yanitu Hukum Islam, Hukum Perdata yang memuat dalam KUH Perdata atau BW (Burgelijk Wetbook) dan hukum adat sebagai hukum yang tidak tertulis. Setelah lahir Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan terjadi univikasi hukum dalam segala hal yang berhubungan dengan perkawainan.Perkawinan terdapat beberapa ketentuan hukum tentang asal usul anak, hal ini dapat dimngerti, karena pluralitas bangsa, terutama dari segi agama dan adat kebiasaan, maka Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 mengatur tentang asal usul anak, dalam pasal 42, 43, dan 44, selengkapnya berbunyi sebagai berikut: Pasal 42: anak sah adalah anak yang dilahirkan dalam atau akibat perkawinan yang sah. Pasal 43: anak yang dilahirkan diluar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya (1). Kedudukan anak tersebut dalam ayat (1) diatas selanjutnya akan di atur dalam Peraturan Pemerintah (2). Pasal 44: (1) Seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh isterinya bilamana ia dapat membuktikan bahwa isterinya telah berzina dan anak itu akibat dari perzinaan tersebut. (2) Pengadilan memberikan keputusakn tentang sah tidaknya anak atas Permintaan pihak yang bersangkutan.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2006, maka hukum yang berlaku untuk menyelesaikan sengketa/ perkara asal-usul anak ini adalah Hukum Perdata Islam dan kekuasaan untuk mengadili (absolute kompetensi) perkara gugatan asal-usul anak bagi masyarakat yang beragama Islam asalah wewenang Pengadilan Agama. Putusan pengadilan Agama akan menjadi dasar bagi Kantor Catatan Sipil untuk menerbitkan Akta Kelahiran alat bukti (bewijsmiddel) bermacam-macam bentuk dan jenisnya, yang mampu memberikan keterangan dan penjelasan tentang masalah yang diperkarakan di pengadilan. Alat bukti mana diajukan para pihak untuk membenarkan dalil gugat atau dalil bantahan. Mengenai alat bukti yang diakui dalam Hukum Acara Perdata diatur dalam Pasal 1866 KUH Perdata dan Pasal 164. Yang terdiri dari:1. Bukti tulisan / surat2. Bukti saksi3. Persangkaan4. Pengakuan dan5. SumpahSurat ditempatkan dalam urutan pertama. Hal ini sesuai dengan kenyataan bahwa surat atau akta dalam perkara perdata memegang peranan yang sangat penting. Semua kegiatan yang menyangkut bidang perdata sengaja dicatat atau dituliskan dalam surat atau akta. Setiap perjanjian jual beli, hutang, sewa menyewa, hibah, asuransi, perkawinan, kelahiran kematian dan lain-lain, sengaja dibuat dalam bentuk tertulis dengan maskud sebagai alat bukti atas peristiwa hukum yang terjadi. Apabila suatu ketika terjadi sengketa atas peristiwa itu dapat dibuktikan dengan surat atau akta tersebut alat bukti saksi ditempatkan dalam urutan kedua karena apabila bukti surat tidak atau tidak cukup kuat maka dibutuhkan keterangan saksi-saksi yang melihat, mendengar dan mengalami langsung peristiwa itu.

D. Macam-macam Tes pada Paternitas6Dasar PemeriksaanPemeriksaan guna menetukan ada tidaknya pertalian darah didasarkna pada hukum genetika dari Mendel, bahwa msing-masing dari orang tua hanya akan menyumbang satu saja dari pasangan gen yang dimilikinya kepada anaknya. Tidak mungkin seorang anak mewarisi sepasang gen yang dimiliki salah satu dari orang tuanya dan juga tidak mungkin seorang anak tidak mendapatkan gen dari slah satu orang tuanya.Mendel membuat suatu kesimpulan yang disebut Hukum I Mendek dan Hukum II Mendel. Kedua hukum Mendel tersebut merupakan prinsip dasar dari genetika. Berikut ini adalah penjelasan dari hukum Mendel tersebut: Hukum I Mendel (Hukum segregasi atau hukum pemisahan alel-alel dari sautu gen yang berpasangan). Pada pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan-pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan satu sifat beda (monohybrid)

Gambar 2.2. Hukum Mendel 1Sumber: www.zonabiokita.comHukum II mendel ( hukum pengelompokan gen secara bebas atau asortasi). Pada pembentukan sel kelamin (gamet), alel mengadakan kombinasi secara bebas sehingga sifat yang muncul dalam keturunannya beraneka ragam. Hukum ini berlaku untuk persilangan dengan dua sifat beda ( dihibrid) atau lebih polihibrid).

Gambar 2.3 Penggambaran Hukum MendelSumber: https://dittakris.files.wordpress.com/2011/06/image_thumb17.pngBerdasarkan hukum Mendel tersebut maka pemeriksaan guna menentukan ada tidaknya pertalian darah antara seseorang dengan orang lain melalui pemeriksaan genetic marker dari antigen eritrosit menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :1. seorang anak tidak mungkin mempunyai genetik marker yang tidak dipunyai oleh kedua orang tuanya2. seorang anak pasti mewarisi salah satu pasangan dari genetik marker dari masing-masing orang tuanya.3. Seorang anak tidak mungkin mempunyai sepasang genetik marker yang identik ( misalnya aa), kecuali masing-masing dari kedua orang tuanya memiliki genetic marker yang sama ( misalnya a)4. Seorang anak pasti akan memiliki genetic marker a atau b apabila salah satu dari orang tuanya memiliki genetik marker yang identik (aa) atau (bb)

Ada banyak tes yang dapat digunakan untuk menentukan paternitas, antara lain :1. Tes dengan Marker Genetik dari Antigen EritrositTabel 2.1 Contoh tes marker Genetik dari Antigen Eritrosit

Sumber: Medical Genetics Center, University of Texas Health Sciences Center at Houston, HoustonPada kumpulan tes ini sampel yang digunakan adalah darah :a. Sistem ABOGolongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaam jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membrane sel darah merah. Golongan darah ABO ditemukan oleh Karl Landstein pada tahun 1900. Locus system ABO terletak pada Chromosom 9, yang berisi 7 axon yang merentang lebih dari 18 kb genom DNA. Dua jenin penggolongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus ( factor Rh). Di dunia ini sebenarnya dikenal sekitar 46 jenis antigen selain antigen ABO dan Rh, hanya saja lebih jarang dijumpai. Transfusi darah dari golongan yang tidak kompatibel dapat menyebabkan reaksi transfusi imunologis yang berakibat anemia hemolysis, gagal ginjal, syok, dan kematian.Golongan darah ABO ditentukan berdasarkan jenis antigen (aglutinogen) dan antibody (aglutinin) yang terkandung dalam darahnya, sebagai berikut : Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan membran selnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen B dalam serum darahnya. Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada pernukaan sel darah merahnya dan menghasilkan antibody terhadap antigen A dalam serum darahnya. Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta tidak menghasilkan antibody terhadap antigen A maupun B. Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi antibody terhadap antigen A dan Bjadi golongan darah O, meskipun tidak mengandung aglutinogen, tetapi mengandung agglutinin anti-A dan anti-B; golongan darah A mengandung aglutinogen tipe A dan agglutinin anti-B; dan golongan darah B mengandung aglutinogen tipe B dan agglutinin anti-A, golongan darah AB mengandung kedua aglutinogen A dan B tetapi tidak mengandung aglutinin sama sekali.

Golongan darah dengan genotipnya dan unsur pokok aglutinogen serta aglutininnya.

Tabel 2.2. Golongan darah dengan Genotipnya dan Unsur PokokGenotipGolongan darahAglutinogenAglutinin

OOO-Anti-A dan Anti-B

OA atau AAAAAnti-B

OB atau BBBAnti-A

ABABA dan B-

Sumber: Annisugiyarti, 2012 penentuan golongan darah, Jakarta erlangga 2012Tes paternitas dengan metode golongan darah ABOBahan yang digunakan : sampel darah ibu sampel darah anak / yang diduga anak sampel darah ayah/ lelaki yang diduga sebagai ayah reagen anti A dan reagen anti BCara / Metode :A. cek golongan darah ibu, anak, dan ayahdengan cara meneteskan reagen anti A dan anti B dimana hasilnya bila :A: ditetesi anti A mengalami aglutinasi, ditetesi anti B tidak mengalami aglutinasiB: ditetesi anti A tidak mengalami aglutinasi, ditetesi anti B mengalami aglutinasi AB : ditetesi anti A tidak mengalami aglutinasi, ditetesi anti B tidak mengalami aglutinasiO: ditetesi anti A mengalami aglutinasi, ditetesi anti B mengalami aglutinasiB setelah diketahui golongan darah masing-masing maka dari interprestasi yang didapatkan kemudian dicocokan apakah mereka bisa dimungkinkan mempunyai pertlian darah atau tidak.

Interpretasi :Antigen A dan B diwariskan sebagai alelomorf Mendel, A dan B adalah dominan. Misalnya, seseorang yang bergolongan darah B mendapatkan turunan satu antigen B dari setiap ayah dan ibu atau satu antigen dari salah satu orang tua dan satu O dari orang tua lain; jadi, seorang individu yang berfenotip B dapat mempunyai genotip BB ( homozigot) atau BO (heterozigot). Kalau golongan darah orang tua diketahui, kemungkinan genotip pada anak-anak mereka dapat ditetapkan. Kalau kedua orangtuanya bergolongan B maka mereka dapat mempunyai anak bergenotip BB ( antigen B dari kedua orang tua), Bo ( antigen B dari salah tua orangtua, O dari orang tua lain yang heterozigot).Tabel 2.3 Antigen Ayah, Ibu dan Anak motherchildMan as father

Impossiblepossible

OOOOABOABO,BO,AAB-A,ABB,ABO,A,BMother excluded

AAAAABOAB--A,OABO,AA,B,AB,OB,ABA,B,OB,AB

BBBBABOABO,B--ABB,OA,ABA,B,AB,OA,B,OA,AB

ABABABABABOAB--------A,B,ABA,B,AB,OMother excludedA,B,AB

Sumber: Panczak Ales MENDELIAN GENETICS editan terakhir maret 2007Kalau golongan darah seorang ibu dan anaknya diketahui, penggolongan darah dapat untuk membuktikan bahwa seorang laki-laki adalah ayahnya, namun tidak dapat membuktikan bahwa ia adalah ayahnya.Manfaat predikitif semakin besar kalau penggolongan darah kelompok orang yang bersangkutan ini meliputi pula identifikasi antigen lain selain aglutinogen ABO. Dengan menggunakan sidik DNA, angka penyingkiran paternal meningkat hamper mendekati 100% O + O tak mungkin anaknya A,B atau AB O + A tak mungkin anaknya B atau AB O + B tak mungkin anaknya A atau AB A + A tak mungkin anaknya B atau AB A + B semua kemungkinan dapat terjadi B + B tak mungkin anaknya A atau AB O + AB tak mungkin anaknya O atau AB A + AB tak mungkin anaknya O B + AB tak mungkin anaknya O AB + AB tak mungkin anaknya O

Untuk kepentingan pemeriksaan diperlukan darah secukupnya. Tidak boleh dilakukan pemeriksaan pada orang yang baru saja menerima transfusi darah. Sebaiknya pada bayi pemeriksaan ditunda sampai umur 1 tahun, sebab sebelum umur tersebut belum terbentuk agglutinin ( Anti A dan anti B) yang cukup. pada bayi tersebut darah diambil dari tumit.

b. Sistem MNSystem MN ditemukan oleh Landsteiner dan Levine pada tahun 1927. Pengelompokan imi didasar pada dua molekul glikoprotein spsifik yang terletak pada permukaan sel darah merah.

Group system MN terdapat pada locus autosomal yang terdapat pada chromosome 4 dan 23 dengan dua alel yang diberinama LM dan LN. orang orang dengan golongan darah M mempunyai satu dari kedua tipe molekul ini dan orang dengan golongan darah N mempunyai tipe yang lainnya. Golongan MN dikarakterisasi oleh adanya kedua molekul pada sel darah merah. Sebuah lokus gen tunggal, dimana dua variasi alel bisa berada, menetukan golongan golongan darah ini. Individu M adalah homozigot untuk satu alel; individu N adalah homozigot untuk alel yang lainnya. Kondisi heterozigot terdapat pada golongan MN. Perlu diperhatikan bahwa fenotip MN bukanlah intermediet antara fenotip M dan N, tetapi kedua fenotip tersebut secara sendiri- sendiri terekspresikan oleh adanya kedua tipe molekul ini pada sel darah merah.Tabel 2.4. Genotip dan AglutinogenGenotypeAgglutinogenBlood group/ phenotype

MMMM

NNNN

MNM + NMN

Sumber: www.wikipedi.com MN Gene. Mark E. BrecherBahan : Sampel darah ibu sampel darah anak / yang diduga anak sampel darah ayah / lelaki yang diduga sebagai ayahCara :- ambil sel jaringan yang terlarut pada cairan amnion ( amniosintesis ) dengan cara mengambil sedikit cairan amnion dari bayi menggunakan jarum yang dimasukan kedalam perut ibu Lakukan analisis PCR (polymerase chain reaction) untuk mendeterminasi antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit bayi Lakukan analisa serupa pada sampel darah ibu dan ayah untuk mengetahui golongan darah mereka menurut system MN

Interpretasi: (interpretasi Grup ABO dan MN)Tabel 2.5. Interpretasi Grup ABO dan MNIbuAnakLelaki yang mungkin adalah ayahnyaLelaki yang tidak mungkin ayahnya

O,MO,MNA,B,O,N,MNAB,M

O,MNB,MNB,AB,M,N,MNA,O

A,NO,MNA,B,O,M,MNAB,N

A,MNA,NA,B,O,AB,N,MNM

A,NAB,MNB,AB,M,MNA,O,N

B,MNO,NA,B,O,N,MNAB,M

B,MO,MA,B,O,M,MNAB,N

AB,NA,NA,B,O,AB,N,MNM

AB,MNAB,MA,B,AB,M,MNO,N

Sumber: Panczak Ales. MENDELIAN GENETICS halaman 20

MM + MM tak mungkin anaknya MN atau NN MM + MN tak mungkin anaknya NN MM + NN tak mungkin anaknya MM atau NN NN + NN tak mungkin anaknya MN atau MM MN + MN semua kemungkinan dapat terjadi

c. Sistem Rhesus14Bahan yang digunakanMelakukan uji pada wanita hamil yang mempunyai Rhesus negative. Paling tidak pada kehamilan kedua atau pada kehamilan berikutnya. Untuk mengambil apakah wanita-wanita tadi terbentuk antibody rhesus.Maka pengobatan awak dengan metode yang baik adalah transfuse pengambilan darah yang basanya berhasil. Penelitian efisiensi yang baik telah dilakukan yaitu engenai cara untuk mencegah sensitisasi wanita yang mempunyai rhesus negative secara praktis pada seluruh kasus. Penyuntikan sel-sel rhesus positif ke tubuh orang dengan rhesus negative akan merangsang pembentukan antibody dlam proporsi yang tinggi.Cara/Metode15Sistem rhesus didapat untuk memperoleh heteroaglutinin. Heteroaglutinin yang diperoleh kemudian dicoba pada eritrosit darah manusia. Eritrosit tersebut tentu saja diaglutinasikan oleh heteroaglutinin tadi. Eritrosit tersebut mengandung factor M dan N maka akan membentuk agglutinin terhadap factor M dan N dengan cara absorbs dapat dihilangkan untuk mendapatkan serum yang murni pada hasil percobaan tersebut 86% memberikan aglutinasi positif dan 14% memberikan aglutinasi negative. Selanjutnya penyuntikan sel-sel wanita yang belum pernah hamil pada keadaan apapun perlu dihindari karena akibatnya telah diketahui bahwa akan mengalami kematian anak dan selanjutnya.InterpretasiSistem rhesus terdiri dari sejumlah antigen yang berbeda-beda tetapi untuk keperluan praktis maka salah satu disebut rhesus D jauh lebih penting dibandingkan secara bersama-sama. Hal ini karena rhesus D paling kuat dalam merangsang pembentukan antibody. Dengan demikian dalam penggolongan darah donor atau dalam uji rutin wanita hamil merupakan praktek yang umum untuk menggunakan anti D saja. Untuk mengklasifikasikan individu sebagai rhesus positif atau rhesus negative wanita bergolongan darah OO rhesus (-) yang menikah dengan seorang pria bergolongan darah AO rhesus (+) akan mengalami sensititasi oleh anak pertamanya yang kebetulan bergolongan darah OO. Penelitian ini dimulai pada tahun 1961 dengan mengadakan tiran golongan darah ABO dengan menyuntikkan darah kompatibel ABO rhesus (-) pada para sukarelawan pria rhesus (-) dan kemudian mencegah terjadiya imunisasi dengan memberikan infuse plasma yang mengandung antibody anti D bertiter tinggi. Penyuntikan globulin yang mengandung anti D yang poten dalam 48 jam kelahiran sangat bersifat protektif.Keakuratannya Pada hasil percobaan tersebut didapatkan 86% memberikan aglutinasi (+) dan 14% memberikan agllutinasi (-). Golongan (=) disebut rhesus (+) (Rh+) sedangkan yang (-) disebut Rhesus (-) (Rh-).

Gambar 2.4. Hubungan Rhesus terhadap antigen janin Sumber:http://biologigonz.blogspot.com/2010/04/golongan-darah.html

Gambar 2.5. Hubungan Rhesus terhadap antibodi tubuhSumber: http://biologigonz.blogspot.com/2010/04/golongan-darah.htmld. Sistem Kell16Bahan yang digunakan: Antigen system rhesus pada janinCaranyaDiammbil 32 plasma pada ibu yang diambil pada bulan ke 2 dan ke 3 kehamilan dan kemudian dengan metode matriks laser desorption/ionisasi GF Flight mass spectrometry (MALDI-TOF MS) berbasis saber dan hasil yang dikonfirmasi oleh serological test darah/polymerase chain reaction (PCR) pada amaniocyte yang berasal dari DNA janin.Interpretasi Golongan darah kell merupakan system antigenic dalam eritrosit manusia. Kell antigen berada pada 93 Kda pada selaput glikoprotein yang berada pada sitoskeleton berdasarkan urutan asam amino dari salah satu peptide dan dengan menggunakan system PCR oligonucleid pada sumsum tulang manusia pada cDNA. Pada A klones yang berisi 1 c DNA yang berbingkai terbuka dan berbentuk 83 KDA protein. Semua Kell asam amino sekuensial yang ada dalam urutan berada ke 30 pada asam amino peptide. Reaksi pada imunoblot asli dengan Kell protein. Kell di urutan cDNA memuat 732 asam amino protein.Pada analisis air juga menunjukan satu selaput yang menyatakan bahwa Kell protein adalah berorientasi dengan 47 dari N terminal amino acid dalam sel cytoplasma, 665 asam amino segmen yang berisi N glycosylation situs yang terletak ekstraseluler. Kell structural dan homolog seng metaglycoproteins dengan netral endo peptidase.Golongan darah KEll yang penting dalam system transfuse obat ini adalah system kompleks yang mengandung 24 antigen berada pada 9300 kDa glycoprotein dan melekat pada sitoskeleton. Kell glycol mengandung 12% karbohidrat yang semuanya adalah N linked glikosida tidak semmua Kell antigen dapt disempurnakan hanya yang bernama kx. Kx ada pada semua eritrosit kecuali yang berjenis Mc leod eritrosit telah berkurang pada kell antigen dan akantolitik morfologi. Antigen kx terdapat 37 kDa protein. Kell dan Mc leod juga merupakan kode berbagai gen 93 Kell kDa protein yang berasal dari gen autosomal yang belum dapat digambarkan dan Mc Kod gen cDNA clone Kell dan urutan asam aminonya yang memiliki struktur dan urutan homolog yang dapat mengikat golongan endopeptidase netral fiktif karena golongan darah Kell mempengaruhi masalah rhesus dan kemudian menyebabkan penyakit hemolitik pada janin baru lahir. Untuk mendiagnosanya dilakukan secara rutin untuk melihat apakah ada janin yang beresiko.

KeakuratannyaDapat mendeteksi fetal Kell, allele sebannyak 11 dan 13 sampel Kell, positif tidak terdapat positif palsu dengan ayah yang Kell, allele dapat ditemukan sebannyak 94%.

Gambar 2.6. Sistem Kell dalam tubuh manusiaSumber: Practical Preimplantation Genetic Diagnosis hlm. 141e. Sistem Duffy17Sistem Duffy adalah suatu protein yang berada di permukaan dari sel darah merah dan penamaan ini diberikan setelah pasien dengan yang terdapat protein ini. Pada manusia, protein ini tidak mendapatkan kode dari gen DARC.Antigen Duffy dinyatakan dalam eritrosit juga ditemukan pada beberapa sel yakni: sel epitel, sel purkinje yang terdapat dalam serebelum, sel endotel yang ada di kapiler-kapiler tyroid, post-kapiler vena di beberapa organ dan beberapa vena besar di paru-paru.Protein yang tidak mendapatkan kode ini adalah membrane protein glycosylated an suatu reseptor non-spesific dari beberapa chemokines. Protein ini juga sebagai reseptor malaria bagi manusia yakni parasit Plasmodium vivax dan Plasmodium knowlesi. Polymorphism adalah salah satu gen yang berbasis dari sistem golongan darah Duffy.

Genetik dan GenomAntigen Gen Duffy (gp-Fy; CD234) dalah berlokasi pada kromosom 1 yang belengan panjang (1.q22-1.q23) dan ini ditemukan pada tahun 1993.1Ini adalah stau kopian dari gen tersebut dan tidak dikode sebagai 336 aam amino glycoprotein acidic. Ini adalah gen karier dengan antigen determina dari system golongan darah duffy yang terdiri dari empat alleles FY*A dan FY*B- masing-masing kode untuk Fya dan Fyb antigen ini adalah FY*X dan FY*Fy, lima phenotype (Fy-a, Fy-b, Fy-o, Fy-x dan Fy-y) dan lima antigen. Fya dan Fyb ini berbeda dari single asam amino pada posisi 43: asam aspartad pada Fya dan glisin di Fyb. Basis genetic untuk Fy (a-b-) penotipe adalah satu point mutasi pada eritrosit yang spesifik.

Gambar 2.7. Keluarga ras negroidSumber: www. mojaafryka.weebly.comOrgan PenyebaranSementara Duffy berada di eritrosit, antigen Duffy ditemukan di sel epithelial seperti pembuluh darah ginjal, sel purkinje pada cerebellum, endothelial sel di kelenjar tyroid dan di alveoli paru-paru.

PopulasiPerbedaan distribusi rasial Duffy antigens ditemukan pada tahun 1954 ketika mayoritas dari kulit hitam atau yang lebih dikenal orang Afrika Amerika, mempunyai erythrocyte phenotype Fy (A-B-) sebesar 68 %. Dan orang Afrika atau kulit hitam Afrika Barat itu sendiri lebih dari 90 %. Phenotype ini sangat jarang pada orang kulit putih. Sebab Duffy antigen merupakan phenotype luar biasa pada orang Afrika hitam.

PenyakitDi eritrosit, antigen Duffy bertindak sebagai reseptor masuknya parasite alaria manusia, Plasmodium vivax dan plasmodium knowlesi. Seorang individu Duffy negative, eritrositnya tidak menjadi reseptor masuknya malaria parasite hewan pengerat, Plasmodium yoelii. Penyaki-penyakit yang lain yaitu asma dan HIV.

Gambar 2.8. Plasmodium dalam tubuh manusiaSumber: http://www.cdc.gov/dpdx/malaria/f. Sistem KiddSistem antigen kidd (dikenal juga sebagai Jk antigen), adalah selaput membrane dari sel darah merah dan ginjal yang dapat menentukan jenis golongan darah seseorang. Jk antigen ini ditemukan pada suatu protein yang bertanggung jawab atas transport urea pada sel darah merah dan ginjal. Gen yang memberi kode pada protein ini ditemukan pada chromosome 18. Dua Jk umum allels adalah Jk (A) dan Jk (B).Penyebaran OrganSel darah merah dan sel darah putihOrang-orang dengan dua antigen Jk (A), sebagai contoh boleh membentuk zat darah penyerang kuman melawan terhadap darah yang didonorkan yang berisi dua Jk (B) antigens. Ini dapat mendorong kea rah anemia hemolytic, dimana badan menghancurkan darah yang ditransfusikan, mendorong kea rah sel darah merah rendah. Penyakit dihubungkan yang lain dengan Jk antigen adalah penyakit hemolytic bayi yang baru lahir (HDN), dimana ibu hamil menciptakan zat darah penyerang kuman melawan darah janinnya.

Gambar 2.9. Sickled Red CellSumber: http://scahillsborough.org/sickle-cell/2. Tes dengan marker genetic dari serum proteinPlasma darah berisi substansi protein yang juga dikontrol secara genetic dengan prinsip-pinsip pewarisan yang sama dengan erotrosit. Penggolongan serum protein didasarkan pada pengukuran pergerakan dari berbagai protein dibawah pengaruh listrik pada elektroforesis, kecuali pada sistem Gm. Dikenal beberapa sistem anatara lain sistem Gc, sistem Hp dan sistem Gm.a. Sistem Gc (Group-Spesific Component)Gc adalah vitamin D-binding (terikat) glikoprotein pada -2 globulin fraksi dari serum protein. Fungsi biological secara spesifik tidak begitu jelas. Ada tiga fenotip pada pola pita yang biasanya teridentifikasi dengan elektroforesis (Gc 1-1, Gc 2-2. Gc 2-1). Penggunaan imunoelektroforesis (IEF) memungkinakan untuk membedakan 9 Gc subtype.

Kedua metoda tersebut memerlukan imunofikasi (imobilisasi pita protein dengan gel spesifik antibody) untuk menemukan perbedaan pita protein. Fenotip pertama dipisahkan oleh migrasi melalui gel dan menghasilkan pola pita yang terlihat dengan mengaplikasikan anti-Gc buatan. Biasanya imunopresipitat bisa terlihat lebih jelas dengan menandai memakai rantai protein seperti Coosmassie brilliant blue.

b. Sistem Hp (haptoglobin)Haptoglobin adalah glikoprotein dari kelas -2 globulin yang merupakan kompleks stabil dengan hemoglobin yang mengontrol pengeluaran hemoglobin yang mengontrol pengeluaran hemoglobin dari tubuh. Kompleks ini stabil, kuat terikat dan ireversibel . Elektroforesis biasanya keluar pada vertical policrylamid gel apparatus. Pemisahan tipe Hp secara elektroforesis merupakan cara utama yang dilakukan, hemoglobin ditambahkan pada sample untuk membuat kompleks Hp-Hb, dimana nanti terpisah sebagai unit.Hp merupakan protein yang relative stabil pada darah yang kering yang dapat digunakan untuk marker serologis.Untuk mencari sistem-sistem tersebut di atas dilakukan pemeriksaan yang dapat membedakan makromolekul (seperti protein dan asam nukleat). Terdapat pemeriksaan elektroforeisis.Elektroforesis merupakan proses bergeraknya molekul bermuatan pada suatu medan listrik. Laju perpindahan tersebut bergantung pada ukuran molekul bersangkutan.

Gambar 2.10. Alat elektroforesisSumber: http://blog.ub.ac.id/pusphikasari/2014/04/16/tugas-dasar-bioteknologi/

Caranya:Prinsip yang dipakai dalam tes ini, bila berada dalam suatu medan listrik molekul biologi yang bermuatan positif akan bermigrasi ke elktroda yang negative dan sebaliknya.

Gambar 2.11. Metoda elektroforesis gelSumber: http://wanenoor.blogspot.com/2011/06/pengertian-elektroforesis-dan-jenis.html

Pita-pita (band) pada lajur-lajur (lane) yang berbeda pada gel akan tampak setelah proses pewarnaan; satu lajur merupakan arah pergerakan sampel dari sumur gel. Pita-pita yang berjarak sama dari sumur gel pada akhir elektroforesis mengandung molekul-molekul yang bergerak di dalam gel selama elektroforesis dengan kecepatan yang sama, yang biasanya berarti bahwa molekul-molekul tersebut berukuran sama. Marka atau penanda (marker) yang merupakan campuran molekul dengan ukuran berbda-beda dapat digunakan untuk menentukan ukuran molekul dalam pita sampel dengan mengelektroforesis marka tersebut dapat dibandingkan dengan pita sampel untuk menentukan ukurannya. Jarak pita dari sumur gel berbanding terbalik terhadap logaritma ukuran molekul.3. Tes dengan marker genetic dan enzim eritrositSebagaimana diketahui bahwa fungsi dari eritrosit adalah menyera, mengangkut dan mendistribusikan oksigen. Fungsi tersebut terjadi dengan bantuan enzim, yang pada dasarnya juga merupakan protein yang dikontrol secara genetic. Dikenal beberapa sistem PGM, 6GPD, AK, ADA, Acid Phospatase dan GPT.Phosphoglucomutase (PGM)PGM adalah sebuah enzim phosphotransferase enzim yang mengkatalisis konversi yang berubah dari glukosa 1-fosfatase menjadi glukosa-6-fosfatase, yang sangat penting pada metabolisme karbohidrat. PGM dapat ditemukan pada banyak jaringan dari tumbuhan, binatang dan mikroorganisme. Pada manusia enzim ini terdapat dalam konsentrasi yang artinya penting sekali pada darah, semen dan banyak pada sekresi vagina dan mucus serviks. Telah diketahui enzim ini dapat dihambat oleh logam logam-logam berta dan flour. Saat disimpan dengan kondisi dingin dan kering enzim ini dapat bertahan dengan baik. Hal ini harus selalu menjadi perhatian khusus dari para peneliti forensic untuk menghindari pemaparan bilogik untuk memperpanjang pemanasan dan kelembaban.

Tiga lokus genetik mengontrol polimorfi dari PGM. Lokus 1 pada kromosom 1, lokus 3 pada kromosom 6 dan lokus 2 terdapat pada kromosom 4. Hanya polimorfi yang berada pada lokus 1 yang dianggap penting pada forensic.Pada dasarnya pemeriksaan ini juga mencari protein yang dikontrol secara genetic. Seperti pemeriksaan protein makan pemeriksaan ini pun menggunakan elektroforesis.

4. Tes dengan marke genetic HLASistem HLA meliputi hampir seperseribu dari genom. Letaknya pada tangan pendek dari kromosom 6 dan terdiri atas satu seri yang letaknya berdekatan. Pada kromosom 6 terdiri dari 6 locus yaitu HLA-A, HLA-B, HLA-C, HLA-DR, HLA-DQ dan HLA-DP. Untuk tes paternitas secara rutin dilakukan pemeriksaan terhadap HLA-A dan HLA-B. Dibandingkan tes-tes lain, tes dengan menggunakan sistem HLA ini memiliki presentase penyingkiran yang amat tinggi 96%. Tes tersebut dilakukan dengan menggunakan metode serologi dengan menggunakan marker genetic dari HLA yang sangat polimorfis.

5. Penerapan metoda DNAPolimorfisme adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan adanya suatu bentuk yang berbeda dari suatu struktur dasar yang sama. Jika terdapat variasi/modifikasi pada suatu lokus yang spesifik (pada DNA) dalam suatu populasi, maka lokus tersebut dikatakan bersifat polimorfik ini disamping menunjukkan variasi individu, juga memberikan keuntungan karena dapat digunakan untuk membedakan satu orang dari yang lain.Dikenal polimorfisme protein dna polimorfisme DNA. Polimorfisme protein antara lain ialah sistem golongan darah , golongan protein serum dan sistem golongan enzim dan HLA. Namun di sini kami hanya akan membahas fungsi tes DNA terhadap kasus paternitas.Polimorfisme DNA merupakan suatu polimorfisme pada tingkat yang lebih awal dibandingkan polimorfisme protein, yaitu pada tingkat kode genetik atau DNA. Pemeriksaan polimorfisme DNA meliputi pemeriksaan sidik DNA (DNA fingerprint), VNTR (Variable Number of Tandem Repeat) dan RFLP (Resriction Fragment Length Polymorphisms), secara Southern blot maupun dengan PCR (Polymerase Chain Reaction).Dibandingkan dengan pemeriksaan pomlimorfisme protein, pemeriksaan polimorfisme DNA menunjukan beberapa kelebihan, yaitu: Polimorfisme DNA menunjukan tingkat polimorfis yang jauh lebih tinggi, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan terhap lebih banyak sistem DNA jauh lebih stabil dibandingkan protein, membuat pemeriksaan DNA masih memungkinkan pada bahan yang sudah membusuk, mengalami mumifikasi atau bahkan pada jenazah yang tinggal kerangka saja Distribusi DNA sangat luas meliputi seluruh sel tubuh, sehingga berbagai bahan mungkin untuk digunakan sebagai bahan pemeriksaan Dengan ditemukannya metode PCR, bahan DNA yang kurang segar dan sedikit jumlahnya masih mungkin untuk dianalisis

Gambar 2.12 Struktur DNASumber: https://wikispaces.psu.edu/display/BIOL110F2013/DNA+Replication

PEMERIKSAAN DNA FINGERPRINT26

Pemeriksaan sidik DNA pertama kali diperkenalkan oleh Jeffreys pada taun 1985. Pemeriksaan ini didasarkan atas adanya bagian DNA manusia yang termasuk daerah non-coding atau intron (tidak mengkode protein) yang ternyata merupakan urutan basa tertentu yang berulang sebanyak n kali.Bagian DNA ini tersebar dalam seluruh genom manusia sehingga dinamakan multilokus. Bagian DNA ini dimiliki oleh semua orang tetapi masing-masing individu memili jumlah pengulangan yang berbeda-beda satu sama lain, sedemikian rupa sehingga kemungkinan dua individu mempunyai fragmen DNA yang sama adalah sangat kecil sekali. Bagian DNA ini dikenal dengan nama Variabel Number of Tandem Repeats (VNTR) dan umumnya tersebar pada bagian ujung dari kromosom. Seperti juga DNA pada umumnya, VNTR ini diturunkan dari kedua orang tua menurut hukum Mendel, sehingga keberadaannya dapat dilacak secara tidak langsung dari orang tua, anak, maupun saudara kandungnya.Jeffreys dkk menemukan bahwa suatu fragmen DNA yang isolasi dari DNA yang terletak dekat dengan gen globin manusia ternyata dapat melacak VNTR ini secara simultan. Pelacak DNA (probe) multilokus temuannya ini dinamakan pelacak Jeffreys yang terdiri dari beberapa probe, antaranya 16.6 dan 16.15 yang paling sering digunakan.Pemeriksaan sidik DNA diawali dengan melakukan ekstraksi DNA dari sel berinti, lalu memotongnya dengan enzim restriksi Hinfl sehingga DNA menjadi potongan-potongan. Potongan DNA tersebut dipisahkan satu sama lain berdasarkan berat molekulnya (panjang potongan) dengan melakukan elektroforesis pada gel agarose. Dengan menempatkan DNA pada sisi bermuatan negatif, makan DNA yang juga bermuatan negatif akan ditolak ke sisi lainnya dengan kecepatan yang berbanding terbalik dengan panjang fragmen DNA. Fragmen DNA yang telah terpisah satu sama lain di dalam agar lalu diserapkan pada suatu membran nitroselulosa dengan suatu metode yang dinamakan metode Southern blot.

Gambar 2.13 Metode Southern blotSumber: http://www.mun.ca/biology/scarr/Gr12-18.html

Membran yang kini telah mengandung potongan DNA ini lalu diproses untuk membuat DNA-nya menjadi DNA untai tunggal (proses denaturasi), kemudian campurkan dengan pelacak DNA yang telah diberi label dengan bahan radioaktif dalam proses yang dinamakan hibridisasi. Pada proses ini pelacak DNA akan bergabung dengan fragmen DNA yang merupakan basa komplemennya.Untuk menampilkan DNA yang telah berhibridisasi dengan pelacak berlabel ini, dipaparkanlah suatu film di atas membran sehingga film akan terpapar oleh adanya radioaktif tersebut (proses autoradiografi). Hasil pembakaran film oleh sinar radioaktif ini akan tampak pada film berupa pita-pita DNA yang membentuk gambaran berupa barcode.

Gambar 2.14 Contoh hasil DNA fingerprintSumber: http://geneed.nlm.nih.gov/topic_subtopic.php?tid=37&sid=38

Dengan metode Jeffreys dan menggunakan dua macam pelacak DNA umumnya dapat dihasilkan sampai 20-40 buah pita DNA per-sampelnya.Pada kasus identifikasi mayat tak dikenal, dilakukan pembandingan pita korban dengan pita orang tua atau anak-anak tersangka korban. Jika korban benar adalah tersangka, maka akan didapatkan bahwa separuh pita anak akan cocok dengan ibunya dan separuhnya lagi cocok dengan pita ayahnya. Hal yang sama juga dapat dilakukan pada kasus ragu ayah (disputed paternity).Pada kasus perkosaan, dilakukan pembandingan pita DNA dari apus vagina dengan pita DNA tersangka pelaku. Jika tersangka benar adalah pelaku, maka akan dijumpai pita DNA yang persis pola susunannya.

Gambar 2.15 Langkah-langkah pembuatan DNA fingerprintSumber: http://www.erewise.com/current-affairs/dna-fingerprinting_art531084d75ab32.html

ANALISIS VNTR LAIN27Setelah penemuan Jeffreys ini, banyak penemuan VNTR lain yang mengikuti. Metode pemeriksaan pun menjadi beraneka ragam dengan menggunakan enzim restriksi sistem labeling pelacak dan pelacak yang berbeda meskipun semua masih menggunakan metode Southern blot seperti metode Jeffreys.Setelah kemudian ditemukan sesuatu pelacak yang dinamakan pelacak lokus tunggal (single locus), maka mulailah orang mengalihkan perhatiannya pada metode baru ini. Pada sistem pelacakan dengan pelacak tunggal, yang dilacak pada suatu pemeriksaan hanyalah satu lokus tertentu saja, sehingga pada analisis selanjutnya hanya akan didapatkan dua pita DNA saja. Karena pola penurunan DNA ini juga sama, maka satu pita berasal dari ibu dan pita satunya berasal dari ayah.Adanya jumlah pita yang sedikit ini menguntungkan karena interpretasinya menjadi lebih mudah dan sederhana. Keuntungan lain adalah ia dapat mendeteksi jumlah pelaku perkosaan. Jika pada usap vagina korban ditemukan ada 6 pita DNA misalnya, maka pelaku perkosaan adalah 3 orang (satu orang memiliki pita). Kelemahannya adalah jumlah pita yang sedikit membuat kekuatan diskriminasi individunya lebih kecil, sehingga untuk identifikasi personal selain kasus perkosaan perludilakukan pemeriksaan dengan pelacakan beberapa lokus sekaligus. Secara umum, metode Jeffreys dan pelacak multilokus dianjurkan untuk kasus identifikasi personal, sedangkan untuk kasus perkosaan menggunakan metode dengan pelacak lokus tunggal.

Gambar 2.16 Analisis VNTRSumber: http://classroom.sdmesa.edu/eschmid/Lab9-Biol210.htm

PEMERIKSAAN RFLP28Polimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment Length Polymorphisms (RFLP) adalah suatu polimorfisme DNA setelah dipotong dengan enzim restriksi tertentu. Suatu enzim restriksi mempunyai kemampuan untuk memotong DNA pada suatu urutan basa tertentu sehingga akan menghasilkan potongan-potongan DNA tertentu.Adanya mutasi tertentu pada lokasi pemotongan dapat membuat DNA yang biasanya dapat dipotong menjadi tidak dapat dipotong sehingga terbentuk fragmen DNA yang lebih panjang. Variasi inilah yang menjadi dasar metode analisis RFLP.VNTR yang disebutkan diatas sesungguhnya adalah salah satu jenis RFLP, karena variasi fragmennya didapatkan setelah pemotongan dengan enzim restriksi. Metode pemeriksaan RFLP dapat lakukan dengan metode Southern blot tetapi dapat juga dengan metode PCR.

Gambar 2.17 Langkah-langkah RFLPSumber: http://www.blog.gurukpo.com/rflp-restriction-fragment-length-pomorphisms

METODE PCR29Metode PCR (Polymerase Chain Reaction) adalah suatu metode untuk memperbanyak fragmen DNA tertentu secara in vitro dengan menggunakan enzim polymerase DNA.Kelompok Cetus pada tahun 1985 menemukan bahwa DNA yang dicampur dengan deoksiribonukleotida trifosfat atau dNTP (yang terdiri dari ATP, CTP, TTP, dan GTP), enzim polymerase DNA dan sepanjang primer jika dipanaskan, didinginkan lalu dipanaskan lagi akan memperbanyak diri dua kali lipat. Jika siklus ini diulang sebanyak n kali, maka DNA akan memperbanyak diri 2n kali lipat.Yang dimaksud dengan primer adlah fragmen DNA untai tunggal yang sengaja dibuat dan merupakan komplement dari bagian dari bagian ujung DNA yang akan diperbanyak, sehingga dapat diibaratkan debagai patok pembatas bagian DNA yang akan diperbanyak.Siklus proses PCR diawali dengan pemanasan pada suhu tinggi, yang berkisar antara 90-95 derajat C (fase denaturasi). Pada suhu ini DNA untai ganda (double stranded) terlepas menjadi 2 potong DNA untai tunggal (single stranded) proses ini dilanjutkan dengan pendinginan pada suhu tertentu (fase penempelan primer atau primer annealing ) yang dihitung dengan rumus Thein dan Wallace : Suhu = 4 (G+C) +2 (A+T)G,C,A dan T adalah jumlah basa guanin, sitosin, Adenin, dan Timin pada primer yang digunakan. Pada fase ini primer akan menempel pada basa komplemennya pada DNA untai tunggal tadi. Selanjutnya, siklus diakhiri dengan pemanasan kembali antara 70-75 derajat C ( fase ekstensi atau elongasi), yang akan membuat primer memperpanjang diri membentuk komplemen dari inti tunggal yang menggunakan bahan dNTP.Pemeriksaan dengan medote PCR hanya dimungkinkan jika bagian DNA yang ingin diperbanyak telah diketahui urutan basanya. Tahapan selanjutnya adalah menentukan dan menyiapkan primer yang merupakan komplemen dari basa pada ujung-ujung bagian yang akan diperbanyak. Pemeriksaan PCR sendiri merupakan suatu proses pencampuran antara DNAcetakan (template) yang akan diperbanyak, dNTP, primer, enzim polymerase DNA dan larutan buffer dalam reaksi 50 ul atau 100 ul. Campuran ini dipaparkan pada 3 suhu secara berulang sebanyak n sebuah siklus (biasanya dibawah 35 siklus).Adanya mesin otomatis untuk proses ini membuat prosedurnya menjadi amat sederhana. DNA hasil perbanyakan dapat langsung dianalisis dengan melakukan elektroforesis pada gel agarose atau gel poliakrilamide.Lokus DNA yang dapat dianalisi dengan metode PCR , meliputi banyak sekali lokus VNTR maupun RFLP lainnya, diantaranya lokus D1S58 dan D2S44. Metode analisis dengan PCR ini begitu banyak disukai sehingga penemuan penemuan lokus DNA polimorfik yang potensial untuk analisis kasus forensik terus terjadi tanpa henti setiap saat.Pada masa sebelum berkembangnya tekhnologi bio molekuler, identifikasi personal dilakukan hanya dengan memanfaatkan pemeriksaan polimorfisme protein, seperti golongan darah, dnegan segala keterbatasannya. Keterbatasan pertama, ia hanya dimungkinkan dilakukan pada bahan yang segar karena protein cepat rusak oleh pembusukan. Keterbatasan kedua adalah ia hanya dapat memberikan kesimpulan ekslusi yaitu pasti bukan atau mungkinPada metode kovensional, untuk mempertinggi ketepatan kesimpulan pada kelompok yang tak tereksklusi, pemeriksaan harus dilakukan terhadap banyak sistem sekaligus.Penemuan DNA finger print yang menawarkan metode eksklusi dengan kemampuan eksklusi yang amat tinggi membuatnya menjadi metode lengkap atau bahkan pengganti yang jauh lebih baik karena ia mempunyai ketepatan yang nyaris seperti siddik jari .Dengan mulai diterapkannya metode PCR, kemampuan metode ini untuk memperbanyak DNA jutaan sampai milyaran kali metode ini untuk memperbanyak DNA jutaan sampai milyaran kali memungkinkan dianalisisnya sampel forensic yang jumlahnya amat minim, seperti analisi kerokan kuku ( cakarankorban pada pelaku) , bercak mani atau darah yang minim, punting rokok, dsb. Kelebihan lain dari pemeriksaan dengan PCR adalah kemampuannya untuk menganalisisbahan yang sudah didegradasi sebagian. Hal ini penting karena banyak dari sampel forensik merupakan postmortem yang tak segar lagi.E. Cara mengambil Kesimpulan dari Berbagai Test Paternitas Pengambilan kesimpulan tentang ada tidaknya pertalian darah didasarkan pada 2 tahapan , yaitu : a. Penyingkiran terhadap orang orang yang jelas tidak ada hubungan keturunan.b. Penentuan terhadap orang-orang yang tidak disingkirkan Bagaimanapun penyelidikan keturunan melalui deteksi genetik marker tidak dapat menentukan ( menunjuk ) seseorang sebagai ayah yang sebenarnya dari seseoranga anak. Tujuan utamanya adalah menyingkirkan orang 0 orang yang tidak ada hubungan keturunan.Tingkat penyingkiran masing masing test berbeda. Kecuali test HLA, test lain yang memiliki derajat penyingkiran yang cukup rendah. Test ABO misalnya hanya mempunyai derajar penyingkiran 17,6 % , sedangkan test MN 32,1 % . Namun , semakin banyak test yang dikerjakan semakin besar derajat penyingkiran kumulatifnya. Jika semua test genetik marker dari eritrosit, plasma protein dan enzim eritrosit dikerjakan semua maka derajat penyingkirannya menjadi 89%.Tahapan selanjutnya adalah menentukan ada tidaknya hubungan keturunan dari orang orang yang tak tersingkirkan. Race dan Sanger menggunakan metode probabilitas guna menunjukan kecenderungan pewarisan gen- gen. Jika misalnya seorang laki-laki dicurigai sebagai ayah dari seorang anak yang dilahirkan oleh seorang ibu maka langkah pertama yang dilakukan adalah menentukan marker genetik yang harus ada pada ayah dengan melihat marker genetik pada ibu. Jika balans probabilitas ( dnegan menggunakan rumusnya ) diatas level 100 kali maka kecenderungan pewarisan gen tersebut dianggap signifikan.Pemeriksaan paternitas dengan menggunakan tekhnologi DNA memiliki derajat signifikansi yang lebih tinggi. Dengan cara membeandingkan variasi DNA sequence dari individu individu yang diperiksa maka akan dapat diketahui ada tidaknya hubungan darah anatara indivisu tersebut.

BAB IIILAPORAN KASUS

Mr. A adalah seorang laki-laki usia 65 tahun berkebangsaan Australia, memiliki anak laki-laki MDA dari Istri pertamanya di Australia. Pada tahun 2008, diketahui Mr. A telah memilki istri kedua di Bali Nyonya S dan dari hubungan mereka lahir seorang bayi laki-laki RJ yang pada saat pemeriksaan telah berusia satu bulan. Karena keluarga besar Mr. A yang berada di Australia ingin mengetahui pasti apakah bayi tersebut benar-benar anak dari Mr. A, maka mereka meminta dilakukannya uji keayahan atau tes paternitas dengan menggunakan tes DNA. Permasalahannya, Mr. A telah meninggal sejak tahun 2009, sehingga sampel dari ayah tidak mungkin di peroleh. Sehingga, sampel yang dipakai sebagai pembanding adalah sampel dari anak pertama Mr. A (MDA). Dari tes tersebut dapat diperoleh hasil, apakah MDA berasal dari satu garis keturunan yang sama dengan RJ atau tidak.

BAB IVPENUTUP

KesimpulanPaternitas adalah salah satu sarana untuk menetapkan seorang laki-laki yanag merupakan ayah biologis Peran paternitas dalam kehidupan yaitu, Informasi mengenai siapa orang tua biologis dari seorang anak Dapat ditentukan hak dari anak tersebut Dapat menunjukan kewajiban dari orangtuanya Kasus ragu orang tua (disputed parentage) Kasus ragu ayah (disputed paternity)Medikolegal paternitas Undang undang nomor 1 tahun 1974 mengatur tentang asal usul anak, dalam pasal 42,43, dan 44 selengkapnya berbunyi sebagai berikut : Pasal 42 : anak sah adalah anak yang dilahirkana dalam atau akibat perkawinan yang sah Pasal 43 : anak yang dilahirkan di luar perkawinan hanya mempunyai hubungan perdata dengan ibunya dan keluarga ibunya (1) kedudukan anak tersebut dalam ayat (1) di atas selanjutnya akan diatur dalam Peraturan Pemerintah (2) Pasal 44 : (1) seorang suami dapat menyangkal sahnya anak yang dilahirkan oleh isterinya bilamana, iada dapat membuktikan bahwa isterinya telah berzina dan anak itu akibat dari perzinaan tersebut. (2) Pengadilan memberikan keputusan tentang sah tidaknya anak atas Permintaan pihak yang bersangkutan. Mengenai alat bukti yang diakui dalam hukum acara Perdata diatur dalam pasal1866 KUHP Perdata dan pasal 164 , yang etrdiri dari :1. Bukti tulisan / surat 2. Bukti saksi3. Persangkaan 4. Pengakuan 5. Sumpah Macam macam test pada Paternitas A. Test dengan Marker Genetik dari Antigen Erotrosit Sitem ABO Sistem MN Sitem Rhesus Sistem kell Sistem Duffi Sistem Kidd Test dengan marker Genetik dari Serum Protein Sistem Gc ( group-Specific Component) Sistem Hp ( haptoglobin) Test dengan Marker Genetik dari Enzim Eritrosit Elektroforesis Isoelectric focusing Test dengan Marker Genetik HLA Penerapan metode DNA 6. Cara mengambil kesimpulan dari berbagai test Paternitas Penyeingkiran terhadap orang orang yang jelas yidak ada hubungan keturunan Penentuan terhadap orang orang yang tidak tersingkirkanSaran 1. Pemerintah meningkatkan subsidi dalam bidang kesehatan, agar alat-alat pemeriksaan paternitas tidak hanya berada di kota besar.2. Peningkatan sumber daya manusia dalam bidang pemeriksaan paternitas mengingat luasnya penggunaan tes-tes paternitas

DAFTAR PUSTAKA

1. Atmadja, Djaja Surya, Evi Untoro. Peran Analisa DNA pada Penanganan Kasus Forensik

2. Bagian kedokteran forensik Fakultas Kedokteran, 1997. Universitas Indonesia. Ilmu Kedokteran Forensik. Edisi I.

3. Dahlan, Sofwan. Ilmu Kedokteran Forensik. 2008. Semarang : Badan Penerbit ; Universitas Diponegoro.

4. Ellis , JM, dkk. 2000. Diversity is Demontrated in Class 1 HLA and HLA B Alleles in Cameroon

5. Elvita Azmi, dkk. Genetika Dasar.PDF. editan terakhir 2008 diakses tanggal 7 maret 2007

6. Gonzales, thomas A dkk. Legal Medicine Pathology and Toxicology. Chapter 21 Pregnancy : puerperium : Illegitimacy Second edition. New York : Appleti-Century-Croft,Inc.

7. James, Stuart H, Jon J. Nordby. Forensic Science An Introduction ti Scientific and Investigative Technique. 2003. CRC Press LLC : United states of America

8. Panzak Ales. MENDELIAN GENETICS. Editan Terakhir maret 2007 diakses tanggal 7 maret 2009

9. Race, RR& Sanger, Ruth. 1968. Blood Group In Man. Oxford.

10. Subekti, Tjitrosudibio, Cetakan ke 32 edisi revisi. 2003. Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Jakarta.PT Pradnya Paramita.

1