34
ILMU KESEHATAN MATA REFERAT KELAINAN REFRAKSI PEMBIMBING Dr.Daisy A, SpM KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA RUMAH SAKIT UMUM BUDHI ASIH PERIODE 10 JUNI – 13 JULI 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI 1

Referat Refraksi Dr Daisy

Embed Size (px)

DESCRIPTION

oooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooooo

Citation preview

Page 1: Referat Refraksi Dr Daisy

ILMU KESEHATAN MATA

REFERAT KELAINAN REFRAKSI

PEMBIMBING

Dr.Daisy A, SpM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA

RUMAH SAKIT UMUM BUDHI ASIH

PERIODE 10 JUNI – 13 JULI 2013

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

1

Page 2: Referat Refraksi Dr Daisy

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Panca indra adalah organ – organ akhir yang dikhusukan untuk menerima jenis

rangsangan tertentu. Serabut saraf yang menangani merupakan alat perantara yang

membawa kesan rasa dari organ indra, menuju ke otak tempat perasaan ini ditafsirkan.

Beberapa kesan timbul dari luar seperti misalnya, penglihatan. Organ yang penting disini

adalah mata.

Namun, masyarakat luas belum mengetahui bagaimana indra - indra kita ini

diciptakan dapat dioptimalkan fungsinya, cara menjaga indra tersebut yang sehat tetap

sehat dan yang terganggu supaya tidak menjadi lebih parah. Dari panca indra yaitu

penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecap, dan penciuman. Dari kelima panca indra

tersebut memiliki fungsi masing-masing tetapi yang paling banyak berperan dalam

kehidupan dan paling sedikit dalam rangsangan yaitu indra penglihatan. Banyak manusia

yang memiliki indra yang lengkap dan sehat tetapi tidak dapat merawatnya dengan baik

sehingga menyebabkan gangguan terutama penglihatan yang khususnya jika terjadi

kelainan refraksi.

WHO memperkirakan bahwa 153 juta orang di seluruh dunia hidup dengan

gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi mata. Angka ini tidak termasuk orang yang

hidup dengan presbyopia yang tak mungkin cukup signifikan, menurut beberapa bukti

awal.

Hasil Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan pendengaran yang dilakukan oleh

Depkes di sejumlah Propinsi di Indonesia berturut-turut pada tahun anggaran 2003/2004,

2004/2005, 2005/2006, 2006/2007, ditemukan kelainan refraksi sebesar 22,1% dan

menempati urutan pertama dalam 10 penyakit mata terbesar di Indonesia. Sedangkan

angka kelainan refraksi pada golongan usia sekolah adalah kurang lebih 5%. Kelainan

refraksi ini dapat terjadi pada seluruh golongan umur terutama pada golongan anak

sekolahyang berumur dari 6 sampai 18 tahun.

Apabila dari salah satu indra yang dimiliki manusia terganggu terutama indra

penglihatan seperti kelalainan refraksi , maka kehidupan seseorang tersebut berjalan

dengan baik sehingga aktifitas yang dilakukannya tidak menghasilkan sesuatu yang

optimal.

2

Page 3: Referat Refraksi Dr Daisy

Berdasarkan uraian diatas tentang alat indra diatas penglihatan, kelompok tertarik

untuk membahas tentang kelainan refraksi pada mata ini secara lebih mendalam dalam

sebuah makalah sehingga mahasiswa dan mahasiswi agar mengetahui bagaimana jika

terjadi kelainan refraksi pada matanya maupun jika mendapatkan klien dengan gangguan

kelainan refraksi dapat melakukan asuhan keperawatan terhadap klien dengan baik dan

benar.

BAB II

ANATOMI DAN FISIOLOGI

A. Anatomi dan Fisiologi Mata

3

Page 4: Referat Refraksi Dr Daisy

1. Struktur Mata

Terdapat 4 struktur bola mata yang berperan dalam proses perjalanan cahaya dari luar

menuju retina, yaitu:

a) Kornea

Kornea adalah jaringan transparan yang ukuran dan strukturnya sebanding dengan

Kristal sebuah jam tangan kecil. Kornea ini disisipkan ke sclera di limbus, lekuk melingkar

pada persambungan ini disebut sulkus skleralis. Kornea dewasa rata-rata mempunyai tebal

0,54 mm di tengah, sekitar 0,65 mm di tepi, dan diameternya sekitar 11,5 mm. Dari

anterior ke posterior kornea mempunyai lima lapisan yang berbeda-beda: lapisan epitel,

lapisan Bowman, stroma, membran Descemet, dan lapisan endotel. Lapisan epitel

mempunyai lima atau enam lapis sel sedangkan endotel hanya satu lapis. Lapisan Bowman

merupakan lapisan jernih aseluler, yang merupakan bagian stroma yang berubah.

Membran Descemet merupakan suatu membran elastik yang jernih yang tampak amorf

pada pemeriksaan mikroskop elekron dan merupakan membran basalis dari endotel

kornea.

Stroma kornea mencakup sekitar 90% dari ketebalan lensa. Bagian ini tersusun dari

lamella fibril-fibril kolagen dengan lebar sekitar 1μm yang salin menjalin yang hampir

mencakup seluruh diameter kornea. Lamella ini berjalan sejajar dengan permukaan kornea

dan karena ukuran dan periodiditasnya secara optic menjadi jernih. Lamella terletak di

dalam suatu zat dasar proteoglikan hidrat bersama dengan keratosit yang menghasilkan

kolagen dan zat dasar.

Sumber-sumber nutrisi untuk kornea adalah pembuluh-pembuluh darah limbus,

humor aqueus, dan air mata. Kornea superficial juga mendapat oksigen sebagian besar dari

atmosfer. Saraf-saraf sensorik kornea didapat dari percabangan pertama (oftalmika) dari

nervus kranialis V (trigeminus). Kornea mempunyai indeksi bias 1,38. Kelengkungan

4

Page 5: Referat Refraksi Dr Daisy

kornea mempunyai kekuatan yang sebanding dengan lensa hingga 40 dioptri. Pemeriksaan

kelengkungan kornea ditentukan dengan keratometer. Keratometri diperlukan untuk:

1) Melihat kecembungan yang teratur

2) Meluhat kecembungan berbeda pada meridian berbeda sehingga diketahui mata

tersebut mempunyai kelainan refraksi astigmat/silinder

3) Menyesuaikan kelengkungan lensa kontak yang dapat di steep (cembung kuat), flat

(permukaan yang rata) dan normal

4) Melihat kemungkinan terdapat permukaan kornea yang tidak teratur atau astigmat

ireguler

b) Humor aquaeus

Humor aqueus diproduksi oleh korpus siliaris. Setelah memasuki kamera okuli

posterior, humor aqueus melalui pupil masuk ke kamera okuli anterior dan kemudian ke

perifer menuju sudut kamera okuli anterior.

c) Lensa

Lensa yang berkembang dengan sempurna berbentuk bikonveks dan tidak berwarna

sehingga hampir transparan sempurna. Permukaan posteriornya lebih konveks dari

permukaan anteriornya. Pada orang dewasa, tebalnya sekitar 4 mm dengan diameter 9 mm.

Berat suatu lensa bertambah lima kali lipat berbanding berat lensa saat lahir. Lensa pada

orang dewasa diperkirakan seberat 220 gm. Lensa terletak bilik mata belakang yaitu antara

bagian posterior dari iris dan bagian anterior dari corpus vitreous yang dinamakan fossa

hialoid. Terdapat serabut-serabut yang dinamakan zonulla zinni (zonula fibres) di sekitar

ekuator lensa yang berfungsi untuk mengikat lensa dengan corpus siliaris. Serabut-serabut

ini memegang lensa pada posisinya dan akan berkontraksi atau mengendur saat otot siliaris

berkontraksi atau berdilatasi saat proses akomodasi.

Lensa merupakan salah satu media refraksi yang penting. Kekuatan dioptri seluruh

bola mata adalah sekitar 58 dioptri. Lensa mempunyai kekuatan dioptri sekitar 15 dioptri.

Tetapi kekuatan dioptri ini tidak menetap seperti pada kornea (43 dioptri). Kekuatan

dioptri lensa berubah dengan meningkatnya umur, yaitu menjadi sekitar 8 dioptri pada

umur 40 tahun dan menjadi 1 atau 2 dioptri pada umur 60 tahun.

Lensa terbentuk dari kapsul yang elastis, epitel yang terbatas pada permukaan anterior

lensa dan serabut-serabut lensa yang dibagi lagi menjadi nukleus dan korteks. Kapsul

lensa merupakan suatu membran elastis yang membungkus seluruh permukaan lensa.

5

Page 6: Referat Refraksi Dr Daisy

Kapsul bagian anterior (20µm) lebih tebal berbanding kapsul bagian posterior (3µm). Di

bawah mikroskop electron, kapsul lensa terdiri dari lamela yang mengandung kolagen tipe

4. Pada bagian ekuator lensa, terdapat zonula zinnia yang mengikat lensa pada prosessus

ciliaris. Kapsul lensa berfungsi sebagai diffusion barier dan permeabel terhadap komponen

dengan berat molekul rendah. Fungsi utama kapsul lensa adalah untuk membentuk lensa

sebagai respon dari penarikan serabut-serabut zonula saat proses akomodasi.

Epitel lensa berbentuk kuboid dan terletak di bawah kapsul bagian anterior. Di bagian

ekuator, sel-sel ini memanjang dan membentuk kolumnar. Di bagian ekuator ini juga sel

epitel lensa berubah membentuk serabut-serabut lensa karena di bagian ini aktivitas

mitotik berada pada puncaknya. Fungsi sel epitel lensa adalah untuk berdiferensiasi

membentuk serabut lensa dan terlibat dalam transportasi antara humor aquous dengan

bagian dalamnya dan sekresi material kapsul.

Seperti yang telah diketahui, serabut-serabut lensa terbentuk dari multiplikasi dan

diferensiasi dari sel epitel lensa di bagian ekuator. Oleh karena pertumbuhan normal dari

lensa bermula dari permukaan ke arah dalam, maka serabut yang terbentuk terlebih dahulu

dinamakan nukleus lensa dan serabut yang baru terbentuk dinamakan korteks.

Enam puluh lima persen lensa terdiri dari air, sekitar 15 % protein, dan sedikit sekali

mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di lensa

daripada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat dalam bentuk

teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah dan persarafan di

lensa.

d) Korpus Vitreus

Vitreus adalah suatu badan gelatin yang jernih dan avaskuler yang membentuk

duapertiga dari volume dan berat mata. Vitreus mengisi ruangan yang dibatasi oleh kornea,

retina dan diskus optikus. Permukaan luar vitreus (membrane hiloid) normalnya kontak

dengan struktur-struktur seperti kapsul lensa posterior, serat-serat zonula pars plana lapisan

epitel, retina, dan caput nervi optici. Basis vitreus mempertahankan penempelan yang kuat

sepanjang hidup ke lapisan epitel pars plana dan retina tepat di belakang ora serata Perlekatan

ke kapsul lensa dan nervus optikus kuat pada awal kehidupan tetapi segera hilang. Vitreus

berisi air sekitar 99%. Sisanya 1% meliputi dua komponen, kolagen dan asam hialuronat,

yang memberikan bentuk dan konsistensi mirip gel pada vitreus karena kemampuannya

mengikat banyak air.

6

Page 7: Referat Refraksi Dr Daisy

Selain keempat struktur bola mata di atas, terdapat satu struktur lagi yang penting

pada proses masuknya cahaya ke retina, yaitu pupil. Pupil merupakan lubang bundar di

tengah iris yang sesuai dengan bukaan lensa pada sebuah kamera. Pupil mengendalikan

banyaknya cahaya yang masuk ke dalam mata. Ukuran pupil pada prinsipnya diatur oleh

keseimbangan antara konstriksi akibat aktivitas parasimpatik yang dihantarkan melalui

nervus kranialis III dan dilatasi yang ditimbulkan oleh aktivitas simpatik. Pada proses miosis

(konstriksi), otot sfingter pupil mengecilkan pupil. Hal ini terjadi pada kondisi lingkungan

yang terang dan selama proses akomodasi. Miosis merupakan aktivitas saraf parasimpatis.

Pada proses midriasis (dilatasi), otot dilator pupil melebarkan pupil. Hal ini terjadi pada

kondisi lingkungan yang gelap. Midriasis merupakan aktivitas saraf simpatis.

Secara fisiologik besarnya pupil didapatkan :

1) Perempuan > laki-laki

2) Myopia > hipermetropia

3) Mata biru > mata coklat

4) Dewasa > anak – anak atau orang tua

5) Inspirasi > ekspirasi

BAB III

KELAINAN REFRAKSI

1. Media Refraksi

Media refraksi merupakan bangunan transparan yang harus dilalui berkas cahaya

untuk mencapai retina. Komponen media refraksi adalah :

a. Kornea

7

Page 8: Referat Refraksi Dr Daisy

b. kamera okuli anterior

c. kamera okuli posterior

d. lensa

e. badan vitreus

Mata dapat dianggap sebagai kamera dimana sistem refraksinya menghasilkan

bayangan kecil dan terbalik di retina. Rangsangan ini diterima oleh sel batang dan kerucut di

retina, yang diteruskan melalui N.II ke korteks serebri pusat penglihatan, yang kemudian

tampak sebagai bayangan yang tegak. Supaya bayangan tak kabur, kelebihan cahaya diserap

oleh lapisan epitel pigmen di retina. Bila intensitas cahaya terlalu tinggi, pupil akan mengecil

untuk menguranginya.

Alat-alat refraksi mata terdiri dari permukaan kornea, humor aqueus, lensa, dan

korpus vitreus. Daya refraksi kornea hampir sama dengan humor aqueus, sedangkan daya

refraksi lensa hampir sama dengan korpus vitreus. Keseluruhan sistem refraksi mata ini

membentuk lensa yang cembung dengan vokus 23 mm. dengan demikian pada mata yang

emetrop, dalam keadaan istirahat, sinar yang sejajar yang datang di mata akan dibiaskan tepat

di fovea sentralis di retina. Fovea sentralis merupakan posterior principal focus dari sistem

refraksi mata ini dimana cahaya yang datangnya sejajar, setelah melalui sistem refraksi ini

bertemu. Fovea sentralis letaknya 23 mm di belakang kornea, tepat dibagian dalam macula

lutea. Pembiasan yang terbesar terdapat pada permukaan anterior dari kornea, ditambah

dengan permukaan anterior dan posterior dari lensa.

8

Page 9: Referat Refraksi Dr Daisy

Gambar 1. Refraksi pada mata emetrop 4

Hasil pembiasan sinar pada mata ditentukan oleh media penglihatan yang terdiri atas

kornea, cairan mata, lensa dan panjangnya bola mata. Pada orang normal, susunan pembiasan

oleh media penglihatan dan panjangnya bola mata demikian seimbang sehingga bayangan

benda setelah melallui media penglihatan dibiaskan tepat pada daerah makula lutea. Mata

yang normal dikenal dengan emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat

diretinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi / melihat jauh.

Dikenal beberapa titik didalam bidang refraksi, seperti Pungtum Proksimum merupakan

titik terdekat dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Pungtum Remotum adalah

titik terjauh dimana seseorang masih dapat melihat dengan jelas. Titik ini merupakan titik

dalam ruang yang berhubungan dengan retina bila mata beristirahat. Pada emetropia pungtum

remotum terletak di depan mata sedang pada mata hipermetropia titik semu di belakang mata.

2. Akomodasi

Akomodasi adalah kesanggupan mata untuk memperbesar daya pembiasannya.

Akomodasi dipengaruhi oleh serat-serat sirkule mm.siliaris. Fungsi serat-serat sirkuler

adalah mengerutkan dan relaksasi serat-serat zonula yang berorigo di lembah-lembah

di antara prosesus siliaris. Otot ini mengubah tegangan pada kapsul lensa, sehingga

lensa dapat mempunyai berbagai focus baik untuk objek dekat maupun yang berjarak

jauh dalam lapangan pandang.

Ada beberapa teori mengenai mekanisme akomodasi, antara lain:

1) Teori Helmholtz. Jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus siliaris

digerakkan ke depan bawah, sehingga zonulla Zinnii menjadi kendor, lensa

menjadi cembung.

2) Teori Schoen. Terjadi akibat mm.siliaris pada bola karet yang dipegang dengan

kedua tangan dengan jari akan mengakibatkan pencembungan bola di bagian

tengah.

3) Teori dari Tichering. Jika mm.siliaris berkontraksi maka iris dan korpus siliaris

digerakkan ke belakang atas/luar, sehingga zonulla Zinnii menjadi tegang, bagian

perifer lensa juga menjadi tegang, sedangkan bagian tengahnya didorong ke

sentraldan menjadi cembung.

9

Page 10: Referat Refraksi Dr Daisy

Gambar 2. Skema terjadinya akomodasi mata

Punctum remotum (R) adalah titik terjauh yang dapat dilihat dengan nyata

tanpa akomodasi. Pada emetrop letak R adalah tak terhingga. Punctum proksimum

(P) adalah titik terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi maksimal. Daerah

akomodasi adalah daerah di antara titik R dan titik P. Lebar akomodasi (A) adalah

tenaga yang dibutuhkan untuk melihat daerah akomodasi. Lebar akomodasi

dinyatakan dengan dioptri, besarnya sama dengan kekuatan lensa konfeks yang harus

diletakkan di depan mata yang menggantikan akomodasi untuk punctum proksimum.

A = 1/P – 1/R

Kekuatan akomodasi makin berkurang dengan bertambahnya umur dan

punctum proksimumnya (P) semakin menjauh. Hal ini disebabkan oleh karena

berkurangnya elastisitas dari lensa dan berkurangnya kekuatan otot siliarnya.

B. Konsep Dasar

Kelainan refraksi adalah kelainan pembiasan sinar oleh media penglihatan yang

terdiri dari kornea, cairan mata, lensa, badan kaca, atau panjang bola mata, sehingga

bayangan benda dibiaskan tidak tepat di daerah makula lutea tanpa bantuan

akomodasi. Kelainan refraksi dapat dibagi menjadi miopia (rabun jauh), hipermetropia

(rabun dekat), dan astigmatisme, serta presbiopia yang terjadi pada orang lanjut usia.

1)Miopia

10

Page 11: Referat Refraksi Dr Daisy

Miopia adalah anomali refraksi pada mata dimana bayangan difokuskan di

depan retina, ketika mata tidak dalam kondisi berakomodasi. Ini juga dapat

dijelaskan pada kondisi refraktif dimana cahaya yang sejajar dari suatu objek yang

masuk pada mata akan jatuh di depan retina,  tanpa akomodasi. Myopia berasal

dari bahasa yunani “ muopia” yang memiliki arti menutup mata. Myopia

merupakan manifestasi kabur bila melihat jauh, istilah populernya adalah

“nearsightedness.

Myopia

atau biasa juga disebut sebagai rabun jauh merupakan jenis kerusakan mata yang

disebabkan pertumbuhan bola mata yang terlalu panjang atau kelengkungan kornea

yang terlalu cekung.

Myopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki

mata tanpa akomodasi, jatuh pada fokus yang berada di depan retina.

Kata myopia sendiri sebenarnya baru dikenal pada sekitar abad ke 2, yang

mana terbentuk dari dua kata meyn yang berarti menutup, dan ops yang berarti mata.

Ini memang menyiratkan salah satu ciri – ciri penderita myopia yang suka menyipitkan

matanya ketika melihat sesuatu yang baginya tampak kurang jelas, karena dengan cara

ini akan terbentuk debth of focus di dalam bola mata sehingga titik fokus yang tadinya

berada di depan retina, akan bergeser ke belakang mendekati retina.

Sebenarnya, myopia juga dapat dikatakan merupakan keadaan di mana panjang

fokus media refrakta lebih pendek dari sumbu orbita (mudahnya, panjang aksial bola

mata jika diukur dari kornea hingga makula lutea di retina).

a) Klasifikasi

Klasifikasi myopia berdasarkan besarnya derajat refraksi anomaly, antara lain:

1) Myopia ringan : Spheris - 0.25 Dioptri s/d Spheris - 3.00 Dioptri

11

Page 12: Referat Refraksi Dr Daisy

2) Myopia sedang : Speris - 3.25 Dioptri s/d Spheris - 6.00 Dioptri

3) Myopia tinggi : lebih dari Spheris - 6.25 Dioptri

Klasifikasi berdasarkan laju perubahan besarnya derajat anomaly secara klinik, antara

lain :

1. Myopia simplek/stasioner/fisiologik

Myopia simplek biasanya timbul pada usia yang masih muda kemudian akan berhenti.

Tetapi dapat juga naik sedikit kemudian berhenti. Dapat juga naik sedikit pada masa

puber sampai sekitar umur 20 tahun. Besar dioptrinya kurang dari S -5.00 Dioptri atau

S -6.00 Dioptri. Tetapi kalau dikoreksi dengan lensa yang sesuai dapat mencapai

normal yaitu 6/6 atau 20/20.

2. Myopia progresif

Myopia ini ditemukan pada segala umur. Pada keadaan ini akan terjadi kelainan

fundus yang khas untuk myopia tinggi ( myopia lebih dari Speris -6.00 Dioptri )

3. Myopia maligna

Myopia ini disebut juga dengan myopia patologis/degeneratif karena disertai penuaan

dari koroid dan bagian lain dalam bolamata ( lensa, koroid, badan siliar ).

Myopia berdasarkan faktor penyebab dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Myopia axial

Myopia axial ini dapat terjadi sejak lahir oleh karena faktor hereditas,

komplikasi penyakit lain seperti gondok, TBC, dan campak maupun

karena konginetal. Selain itu juga dapat karena anak biasa membaca

dalam jarak yang selalu dekat sehingga mata luar dan polus posterior yang

paling lemah dari bolamata memanjang. Orang yang berwajah lebar akan

menyebabkan konvergensi berlebihan saat melakukan pekerjaan dekat,

karena peradangan atau melemahnya lapisan yang mengelilingi bolamata

disertai tekanan yang tinggi.

Myopia ini dapat bertambah terus sampai dewasa. Myopia axial

merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus media refrakta lebih pendek

12

Page 13: Referat Refraksi Dr Daisy

dibandingkan sumbu orbitnya. Dalam hal ini jarak fokus media refrakta

normal 22,6 mm sedangkan jarak sumbu orbitnya adalah > 22,6 mm.

2) Myopia refraktif

Myopia refraktif merupakan suatu keadaan dimana jarak fokus media

refrakta lebih pendek ddibandingkan sumbu orbitnya. Namun dalam hal

ini sumbu orbit normal 22,6 mm sedangkan jarak fokus media refrakta <

22,6 mm

b) Gejala dan Tanda Miopia

1) Tanda-tanda Myopia :

Penderita mata myopia kurang mampu untuk berakomodasi

dibandingkan dengan mata emmetropia. Penderita myopia mampu melihat

obyek dekat dengan jelas tetapi untuk melihat obyek jauh kurang jelas.

Oleh karena itu seorang penderita myopia biasanya selalu menyipitkan

matanya saat melihat obyek jauh untuk mendapatkan efek pin hole yang

akan membantu menggeser bayangan yang tadinya jatuh didepan retina

supaya dapat mendekati retina.

2) Gejala Myopia :

(a) Gejala tunggal paling penting myopia adalah penglihatan jauh yang

kabur atau buram.

(b) Sakit kepala jarang dialami meskipun ditunjukkan bahwa koreksi

kesalahan myopia yang rendah membantu mengurangi rasa sakit

kepala akibat asthenopia.

(c) Ada kecenderungan pasien untuk memincingkan mata jika ia ingin

melihat jauh, efek pinhole dari celah palpebra membuat ia melihat

lebih jelas.

(d) Pada penderita myopia atau rabun jauh biasanya suka membaca karena

mudah bagi mereka sebagai spekulasi yang menarik.

(e) Bahwa penderita myopia yang dikatakan sebagai rabun jauh akan

mengatakan penglihatannya kabur untuk melihat jauh an hanya jelas

pada jarak dekat.

(f) Pada saat membaca selalu mendekatkan benda yang dilihatnya dan saat

melihat jauh selalu menyipitkan matanya.

13

Page 14: Referat Refraksi Dr Daisy

(g) Saat diuji dengan bikromatik unit penderita rabun jauh akan melihat

obyek dengan warna dasar merah kelihatan lebih jelas/terang

dibandingkan dengan warna dasar hijau ( lebih redup )

(h) Bolamata agak menonjol.

(i) Biasanya penderita akan melihat ada titik-titik atau benang-benang di

lapang pandangnya.

(j) Keadaan bolamata cepat lelah, mudah berair, terasa pusing, cepat

terasa mengantuk, atau biasanya disebut dengan asthenopia ( kedaan

mata cepat lelah/capai )

(k) COA (Camera oculi anterior) dalam keadaanya, karena jarang

dipakainya otot-otot akomodasi.

(l) Pupil relatif lebih besar/lebar akibat dari kurangnya akomodasi.

(m)Iris tremulans.

(n) Badan kaca cenderung keruh.

(o) Kekeruhan di polus posterior lensa.

(p) Dapat terjadi pendarahan di badan kac.

(q) Menunjukkan ekspresi mata yang melotot.

(r) Akan kelihatan menjulingkan mata.

c) Koreksi Mata

Koreksi myopia dengan menggunakan lensa konkaf atau lensa negatif,

perlu diingat bahwa cahaya yang melalui lensa konkaf akan disebarkan.

Karena itu, bila permukaan refraksi mata mempunyai daya bias terlalu besar,

seperti pada myopia, kelebihan daya bias ini dapat dinetralisasi dengan

meletakkan lensa sferis konkaf di depan mata. 

Besarnya kekuatan lensa yang digunakan untuk mengkoreksi mata myopia

ditentukan dengan cara trial and error, yaitu dengan mula-mula meletakan sebuah

14

Page 15: Referat Refraksi Dr Daisy

lensa kuat dan kemudian diganti dengan lensa yang lebih kuat atau lebih lemah

sampai memberikan tajam penglihatan yang terbaik.

Pasien myopia yang dikoreksi dengan kacamata sferis negatif terkecil yang

memberikan ketajaman penglihatan maksimal. Sebagai contoh bila pasien dikoreksi

dengan -3.00 dioptri memberikan tajam penglihatan 6/6, demikian juga bila diberi

sferis -3.25 dioptri, maka sebaiknya diberikan koreksi -3.00 dioptri agar untuk

memberikan istirahat mata dengan baik setelah dikoreksi.

2)Hipermetropia

Hipermetropia merupakan keadaan dimana kekuatan pembiasan sinar pada

mata tidak cukup kuat untuk memfokuskan sinar pada bintik kuning (macula lutea),

sehingga mata menfokuskan sinar di belakang retina. Hipermetropia merupakan

kelainan refraksi dimana dalam keadaan mata istirahat semua sinar sejajar yang

datang dari benda-benda pada jarak tak terhingga dibiaskan dibelakang retina, dan

sinar-sinar divergen yang datang dari benda-benda yang jaraknya dekat dibiaskan

lebih jauh lagi di belakang retina.

Penyebab utama hipermetropia adalah panjangnya bola mata yang lebih

pendek. Akibat bola mata yang lebih pendek, bayangan benda akan difokuskan di

belakang retina atau selaput jala.

Berdasarkan penyebabnya, hipermetrop dibedakan atas 3 jenis, yaitu:

1) Hipermetropia sumbu atau hipermetropia aksial merupakan kelainan

refraksi akibat bola mata pendek atau sumbu anteroposterior yang

pendek.

2) Hipermetropia kurvatur, dimana kelengkungan kornea atau lensa kurang

sehingga bayangan difokuskan di belakang retina.

3) Hipermetropia indeks refraktif, dimana terdapat indeks bias yang kurang

pada sistem optic mata, misalnya pada usia lanjut lensa mempunyai

indeks refraksi yang berkurang.

15

Page 16: Referat Refraksi Dr Daisy

Gambar 3. Refraksi pada mata hipermetrop

Gambar 4. Penggunaan lensa positif pada hipermetrop

1) Bentuk hipermetropia

Hipermetropia dikenal dalam bentuk :

a) Hipermetropia manifes ialah hipermetropia yang dapat dikoreksi

dengan kacamata positif maksimal yang memberikan tajam

penglihatan normal. Hipermetropia ini tediri atas hipermetropia

absolut ditambah dengan hipermetropia fakultatif. Bila dilakukan

pemeriksaan mata pada seorang hipermetropia dan dapat melihat

jelas (visus 6/6) dengan ∫ +3,00 akan tetapi dapat menjadi lebih jelas

dengan ∫ +3,50 maka dikatakan hipermetropia manifesnya adalah ∫

+3,50

b) Hipermetropia absolut, dimana kelainan refraksi tidak dapat

diimbangi dengan akomodasi dan memerlukan kacamata positif

untuk melihat jauh. Pada contoh di atas hipermetropia absolutnya

bernilai ∫ +3,00.

c) Hipermetropia fakultatif, dimana kelainan hipermetropia dapat

diimbangi dengan akomodasi ataupun dengan kacamata positif.

Pasien yang hanya mempunyai hipermetropia fakultatif akan melihat

normal tanpa kacamata. Bila diberikan kacamata positif yang

16

Page 17: Referat Refraksi Dr Daisy

memberikan penglihatan normal maka otot akomodasinya akan

beristirahat. Pada contoh di atas maka hipermetropia fakultatifnya

adalah ∫ +3,50 dikurang ∫ +3,00 atau 0,50.

d) Hipermetropia laten, di mana kelainan hipermetropia tanpa

siklopegi (atau dengan obat yang melemahkan akomodasi) diimbangi

seluruhnya dengan akomodasi. Hipermetropia laten hanya dapat

diukur bila diberikan siklopegia. Hipermetropia laten merupakan

selisih antara hipermetropia total dan manifes yang menunjukkan

kekuatan tonus dari mm.siliaris. Makin muda makin besar komponen

hipermetropia laten seseorang, makin tua seseorang akan terjadi

kelemahan akomodasi sehingga hipermetropia laten menjadi

hipermetropia fakultatif dan kemudian akan menjadi hipermetropia

absolut. Hipermetropia laten sehari-hari diatasi pasien dengan

akomodasi terus-menerus, terutama bila pasien masih muda dan daya

akomodasinya masih kuat

e) Hipermetropia total ialah hipermetropia yang ukurannya didapat

sesudah diberikan siklopegia. Hasil pengukuran lensa sesudah

diberikan siklopegia (hipermetropia total) lebih besar daripada

hipermetropia manifes.

2) Gejala dan tanda hipermetropia

Pada hipermetropia, untuk melihat benda yang terletak pada jarak jauh sampai

tak terhingga (6m atau lebih) dengan baik, mata penderita harus berakomodasi supaya

bayangan benda yang difokuskan di belakang retina dapat dipindahkan tepat di retina.

Untuk melihat benda yang lebih dekat dengan jelas, akomodasi lebih banyak

dibutuhkan, karena bayangannya jatuh lebih jauh lagi di belakang retina. Dengan

demikian untuk mendapatkan ketajaman penglihatan sebaik-baiknya penderita

hipermetropia harus selalu berakomodasi, baik untuk penglihatan jauh, apalagi untuk

penglihatan dekat.

Penderita hipermetropia sukar untuk melihat dekat dan tidak sukar melihat

jauh. Penglihatan jauh dapat terganggu bila hipermetropianya tinggi melebihi daya

akomodasi, jadi merupakan hipermetropia manifes absolut. Dengan bertambahnya usia

maka kemampuan mata berakomodasi untuk mengatasi hipermetropia ringan

berkurang. Pasien hipermetropia hingga ∫ + 2,00 D dengan usia 20 tahun masih dapat

17

Page 18: Referat Refraksi Dr Daisy

melihat jauh dan dekat tanpa kaca mata dengan tidak mendapatkan kesukaran. Tidak

demikian bila sudah berumur 60 tahun.

Pada penderita hipermetropia, dirasakan sakit kepala terutama di daerah dahi

atau frontal, rasa silau, dan kadang rasa juling atau melihat ganda. Pasien

hipermetropia akan mengeluh matanya lelah, panas, mengantuk dan sakit karena terus-

menerus harus berakomodasi untuk melihat atau memfokuskan bayangan yang terletak

di belakang retina agar terletak di daerah macula lutea. Keadaan ini disebut astenopia

akomodatif. Akibat terus-menerus berakomodasi, maka bola mata bersama-sama

melakukan konvergensi dan mata akan sering terlihat mempunyai kedudukan esotropia

atau juling kearah dalam(nasal).

Pasien muda dengan hipermetropia tidak akan memberikan keluhan karena

matanya masih mampu melakukan akomodasi kuat untuk melihat benda dengan jelas.

Pada pasien yang banyak membaca atau mempergunakan matanya, terutama pada usia

yang lanjut akan memberikan keluhan kelelahan setelah membaca. Selain itu sering

terasa sakit kepala, mata terasa pedas, dan tertekan. Pada usia lanjut seluruh titik focus

akan berada di belakang retina karena berkurangnya daya akomodasi mata dan

penglihatan akan berkurang.

Pada hipermetropia terjadi akomodasi terus-menerus sehingga timbul hipertrofi

otot siliaris, yang disertai terdorongnya iris ke depan, sehingga bilik mata depan

menjadi dangkal. Karena selalu berakomodasi, pupil menjadi miosis.

3) Penyulit pada hipermetropia

Mata dengan hipermetropia sering akan memperlihatkan ambliopia akibat mata

tanpa akomodasi tidak pernah melihat obyek dengan baik dan jelas. Bila terdapat

perbedaan kekuatan hipermetropia antara kedua mata maka akan terjadi ambliopia pada

salah satu mata. Mata ambliopia sering menggulir kearah temporal. Penyulit lain adalah

esotropia dan glaucoma. Esotropia atau juling ke dalam terjadi akibat pasien selamanya

menggunakan akomodasi. Glaucoma sekunder terjadi akibat hipertrofi otot siliar pada

badan siliar yang akan mempersempit sudut bilik mata.

4) Koreksi mata

18

Page 19: Referat Refraksi Dr Daisy

Untuk memperbaiki kelainan refraksi adalah dengan mengubah sistem pembiasan

dalam mata. Pada hipermetropia diperlukan lensa cembung atau konveks untuk mematahkan

sinar lebih kuat ke dalam lensa. Pengobatan hipermetropia adalah diberikan koreksi

hipermetropia manifes dimana tanpa siklopegia didapatkan ukuran lensa positif maksimal

yang memberiakn tajam penglihatan normal.

Pasien dengan hipermetropia sebaiknya diberikan kaca mata sferis positif terkuat atau

lensa positif terbesar yang masih memberikan tajam penglihatan maksimal. Bila pasien

datang dengan + 3,00 D ataupun dengan + 3,25 D dan memberikan ketajaman penglihatan

normal, maka diberikan kacamata + 3,25 D. Hal ini untuk memberikan istirahat pada mata

akibat hipermetropia fakultatifnya diistirahatkan dengan lensa positif.

Pada pasien di mana akomodasi masih sangat kuat atau pada anak-anak, maka

sebaiknya dilakukan dengan memberikan siklopegik atau melumpuhkan otot akomodasi.

Dengan melumpuhkan otot akomodasi, maka pasien akan mendapatkan koreksi kacamatanya

dengan mata yang istirahat. Pada pasien hipermetropia aksial memerlukan kekuatan lensa

yang lebih tinggi untuk menggeser sinar ke macula lutea dibanding dengan hipermetropia

lain.

Pada setiap kekuatan lensa +1 dioptri akan terjadi pembesaran benda yang dilihat

sebesar 2%. Penderita yang memakai kacamata positif akan terlihat seolah-olah matanya

menjadi besar. Dengan kacamata positif tebal akan terjadi kesukaran melihat seperti

gangguan penglihatan tepi dan aberasi sferis. Lensa kontak dapat mengurangi masalah dalam

hal koreksi visus penderita hipermetropia akan tetapi perlu diperhatikan kebersihan dan

ketelitian pemakaiannya. Selain itu, perlu diperhatikan juga masalah lama pemakaian, infeksi,

dan alergi terhadap bahan yang dipakai.

3) Astigmatismus

Yang dimaksud dengan astigmatismus atau astigmat atau silinder adalah

terdapatnya variasi kurvatur atau kelengkungan kornea atau lensa pada meridian yang

berbeda yang akan mengakibatkan sinar tidak terfokus pada satu titik. Setiap meridian

mata mempunyai titik focus tersendiri yang letaknya mungkin teratur (pada astigmat

regular) dan mungkin pula tidak teratur (pada astigmat ireguler).

19

Page 20: Referat Refraksi Dr Daisy

Astigmatismus biasanya bersifat diturunkan atau terjadi sejak lahir, biasanya

berjalan bersama dengan myopia dan hipermetropia dan tidak banyak terjadi

perubahan selama hidup. Astigmat merupakan akibat bentuk kornea yang oval seperti

telur, makin lonjong bentuk kornea makin tinggi astigmat mata tesebut. Astigmat juga

dapat terjadi akibat jaringan parut pada kornea atau setelah pembedahan mata. Jahitan

yang terlalu kuat pada bedah mata dapat mengakibatkan perubahan pada permukaan

kornea. Bila dilakukan pengencangan atau pengendoran jahitan pada kornea maka

dapat terjadi astigmat akibat terjadi perubahan kelengkungan kornea.

Gambar 5. Gambaran Refraksi pada mata astigmat.

1) Bentuk Astigmatismus

Pada astigmat regular, meskipun setiap meridian mempunyai daya bias

tersendiri, tetapi perbedaan itu teratur, dari meridian dengan daya bias terlemah

sedikit demi sedikit membesar sampai meridian dengan daya bias terkuat. Meridian

dengan daya bias terlemah tegak lurus terhadapa meridian dengan daya bias yang

terkuat.

Pada astigmat ada dua bidang utama, yaitu meridian dengan daya bias

maksimal dan minimal yang saling tegak lurus letaknya. Jadi ada meridian yang

vertical dan ada yang horizontal. Bila meridian vertical mempunyai daya bias yang

yang lebih besar daripada yang horizontal dinamakan astigmat lazim (astigmat with

the role), bila sebaliknya disebut astigmat tidak lazim (astigmat against the role).

Astigmat lazim lebih sering muncul pada anak-anak sedangkan astigmat tidak lazim

lebih banyak pada orang dewasa. Astigmat regular dimana bidang meridian tidak

terletak di bidang vertical dan horizontal dikenal sebagai astigmat oblik.

Pada astigmat ireguler terdapat perbedaan refraksi yang tak teratur pada setiap

meridian dan bahkan mungkin terdapat perbedaan refraksi pada meridian yang sama.

Videokeratografi merupakan cara terbaik untuk mengobservasi atau melihat

20

Page 21: Referat Refraksi Dr Daisy

permukaan kornea yang ireguler. Selain itu, astigmat ireguler dapat diketahui dengan

keratometer dan/atau feflex retinoskopi yang ireguler.

1) Gejala dan tanda astigmatismus

Seseorang dengan astigmat akan memberikan keluhan:

a) Penglihatan ganda pada satu atau kedua mata

b) Melihat benda yang bulat menjadi lonjong

c) Penglihatan kabur

d) Bentukbenda berubah

e) Sakit kepala

f) Mata tegang dan pegal

g) Mata dan fisik lemah

h) Pada astigmat tinggi (4-8 D) yang selalu melihat kabur sering

mengakibatkan ambliopia.

2) Koreksi mata

Koreksi mata astigmat adalah dengan memakai lensa dengan dua kekuatan

yang berbeda. Astigmat ringan tidak perlu diberi kacamata. Pada astigmat yang

berat dapat diberi kacamata silinder, lensa kontak atau pembedahan. Pada

astigmat ireguler, dapat digunakan kontak lensa yang kaku, dimana air mata

antara kontak lensa dan permukaan kornea dapat mengkompensasi permukaan

kornea yang tidak regular.

4) Presbiopia

Presbiopia merupakan keadaan refraksi mata dimana punctum proksimum (titik

terdekat yang dapat dilihat dengan akomodasi yang maksimal) telah begitu jauh sehingga

pekerjaan dekat yang halus seperti membaca, menjahit sukar dilakukan.

Pada presbiopia terjadi gangguan akomodasi pada usia lanjut. Presbiopia biasanya

mulai muncul pada usia 40 tahun. Dengan bertambahnya usia maka semakin kurang

kemampuan mata untuk melihat dekat. Presbiopia terjadi akibat lensa makin keras,

sehingga elastisitasnya berkurang. Demikian pula dengan otot akomodasinya, daya

kontraksinya berkurang sehingga tidak terdapat pengenduran zonula Zinnii yang

sempurna. Orang yang lemah dengan keadaan umum yang kurang baik sering lebih cepat

membutuhkan kacamata baca akibat presbiopia daripada orang sehat dan kuat.

1) Gejala dan tanda

21

Page 22: Referat Refraksi Dr Daisy

Keluahan muncul pada saat membaca dekat. Semua pekerjaan dekat

sukar dilakukan karena penglihatan kabur. Bila dipaksakan akan muncul

keluhan lain yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering terasa pedas.

Penderita presbiopia memposisikan membaca dengan menjauhkan kertas

yang dibaca, sukar melakukan pekerjaan dengan melihat dekat terutama

di malam hari, sering memerlukan sinar yang lebih terang untuk

membaca.

2) Koreksi mata

Untuk membantu kekurangan daya akomodasi pada presbiopia maka

dapat dipergunakan lensa positif untuk menambah kekuatan lensa yang

berkurang sesuai usia. Pada pasien presbiopia ini diperlukan kacamata

baca atau adisi untuk membaca dekat yang berkekuatan tertentu,

biasanya :

+1,0 D untuk usia 40 tahun

+1,5D untuk usia 45 tahun

+ 2,0 D untuk usia 50 tahun

+ 2,5 D untuk usia 55 tahun

+ 3,0 D untul usia 60 tahun

Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3,0 dioptri adalah lensa positif

terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pada keadaan ini mata tidak melakukan

akomodasi bila membaca pada jarak 33 cm, karena benda yang dibaca terletak pada titik api

lensa + 3,0 dioptri sehingga sinar yang keluar akan sejajar. Kekuatan lensa kacamata baca

sering disesuaikan dengan kebutuhannya. Seperti seorang ahli music yang membutuhkan

jarak dekat 50 cm untuk membaca not-not sehingga dia membutuhkan kacamata dengan

kekuatan lensa yang lebih kecil.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

22

Page 23: Referat Refraksi Dr Daisy

1) Ilyas, Sidarta, Prof. Dr, Sp M, Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga, Jakarta :

Balai Penerbit FKUI, 2004.

2) DR.Dr.Widya Artini, SpM, Pemeriksaan Dasar Mata, Edisi pertama, Jakarta:

Badan Penerbit FKUI, 2011.

3) Bruce James, Chris Chew,Anthony Bron, Lecture Notes On Oftalmology ,

edisi kesembilan ,Blackwell Science Ltd :Penerbit Erlangga

23