Upload
frank-dedoctor
View
130
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
definisiklasifikasijenis-jenis terpi nebulisasi
Citation preview
1
BAB I
PENDAHULUAN
Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara inhalasi (hirupan) ke dalam
saluran respiratori. Penggunaan terapi ini sangat luas di bidang respirologi. Ada
berbagai macam alat terapi inhalasi yag ditujukan ke saluran respiratori bawah,
misalnya alat hirupan dosis terukur (metered dose inhaler, MDI) dan alat hirupan
bubuk kering (dry powder inhaler, DPI). Alat terapi lain yang banyak digunakan
adalah nebulizer, yaitu suatu alat yang dapat mengubah obat cair menjadi aerosol.
Bergantung pada besarnya partikel yang dihasilkan dan teknik penggunaannya,
alat ini dapat digunakan untuk terapi inhalasi saluran respiratori atas dan bawah.1
Terapi nebulisasi sebetulnya telah dikenal dan dilakukan oleh manusia
sejak lama, tetapi tidak diketahui tepatnya kapan. Sejak kira-kira 4000 tahun SM,
masyarakat Mesir, India, Yunani, dan Roma telah mengenalnya. Masyarakat
awam di Indonesia sendiri telah lama melakukan kebiasaan menghirup uap air
panas bila mengalami selesma. Penggunaan aerosol sebagai terapi inhalasi
diperkenalkan pertama kali oleh Schneider dan Waltz pada tahun 1929.1
Pada awalnya, prinsip dasar terapi inhalasi adalah mengubah obat cair
menjadi bentuk aerosol agar dapat langsung melalui system respiratori. Dengan
berkembangnya ilmu pengetahuan, terapi inhalasi tidak hanya dalam bentuk
aerosol, tetapi dapat juga dalam bentuk powder (bubuk) yang dihisap.1,2
Nebulisasi merupakan terapi inhalasi yang menggunakan alat nebulizer.
Awalnya terapi ini hanya dilakukan pada kasus asma, tetapi seiring
berkembangnya ilmu pengetahuan dan beberapa penelitian menunjukkan terapi ini
2
juga bermanfaat dalam mengatasi masalah saluran nafas lainnya. Terapi inhalasi
dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk segera bekerja. Dengan
demikian, efek samping dapat dikurangi dan jumlah obat yang perlu diberikan
adalah lebih sedikit dibanding cara pemberian lainnya. Sayangnya pada cara
pemberian ini diperlukan alat dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan,
sukar mengatur dosis, dan sering obatnya mengiritasi epitel paru.1,2
Pembahasan kali ini adalah mengenai prinsip kerja dan jenis-jenis dari
nebulizer serta obat-obat yang digunakan pada terapi nebulisasi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI
Nebulisasi merupakan terapi inhalasi yang menggunakan alat nebulizer.
Nebulizer adalah alat yang digunakan untuk merubah obat dari bentuk cair ke
bentuk partikel aerosol. Bentuk aerosol ini sangat bermanfaat apabila dihirup atau
dikumpulkan dalam organ paru.1,3
2.2 MANFAAT DAN JENIS NEBULIZER
Kelebihan terapi inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak atau sedikit
memerlukan koordinasi pasien, hanya memerlukan pernapasan tidal, dan dapat
berupa campuran beberapa jenis obat (misalnya salbutamol dan ipratropium
bromida). Nebulizer juga bermanfaat untuk mengencerkan lendir dan melebarkan
saluran napas bronkus (dilatasi bronkus). Kekurangannya adalah alat ini cukup besar
sehingga kurang praktis, memerlukan sumber tenaga listrik, dan relative mahal. 1
Alat nebulizer dapat mengubah obat berbentuk larutan menjadi aerosol secara
terus-menerus, dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau
gelombang ultrasonic sehingga pada prakteknya dikenal dua jenis alat nebulizer,
yaitu ultrasonic nebulizer dan jet nebulizer.1,3
Hasil pengobatan dengan nebulizer telah banyak bergantung pada jenis
nebulizer yang digunakan. Ada nebulizer yang dapat menghasilkan partikel
aerosol terus-menerus, tetapi ada juga yang dapat diatur sehingga aerosol hanya
timbul ketika pasien melakukan inhalasi, sehingga obat tidak banyak terbuang.1
4
1. Nebulizer Jet
Alat ini paling banyak digunakan di banyak Negara karena relative lebih
murah daripada ultrasonic nebulizer. Gas jet berkecepatan tinggi yang berasal
dari udara yang dipadatkan dalam silinder, ditiupkan melalui lubang kecil,
dan akan menghasilkan tekanan negative, yang selanjutnya akan memecah
larutan menjadi bentuk aerosol. Aerosol yang terbentuk dihisap pasien
melalui mouthpiece atau sungkup. Dengan mengisi suatu tempat pada
nebulizer sebanyak 3-5 cc, maka dihasilkan partikel aerosol berukuran <5
µm. Sekitar 60-80% larutan nebulisasi akan terpakai dan lama nebulisasi
dapat dibatasi. Dengan cara yang optimal, maka hanya 12% larutan yang
akan terdeposisi di paru. Bronkodilator yang diberikan dengan nebulizer
memberikan efek bronkodilatasi yang bermakna tanpa menimbulkan efek
samping. Nebulizer jet merupakan nebulizer yang paling banyak digunakan,
karena nebulizer jet dapat menebulisasi semua jenis obat. Alat ini dapat
digunakan pada semua kasus respiratorik.1,4
2. Nebulizer ultrasonik
Alat ini meghasilkan aerosol melalui osilasi frekuensi tinggi dari piezo-
electric crystal yang berada dekat larutan dengan menggunakan tenaga listrik
untuk menggetarkan lempengan yang kemudian menggetarkan cairan di
atasnya sehingga cairan memecah menjadi aerosol. Kelebihan jenis nebulizer
ini adalah tidak menimbulkan suara bising dan dapat mengubah larutan
menjadi aerosol secara terus-menerus. Keurangannya adalah mahal dan
memerlukan biaya perawatan yang lebih besar. Alat ini juga menggunakan
5
frekuensi vibrator yang tinggi, sehingga dengan mudah dapat mengubah
cairan menjadi partikel kecil yang bervolume tinggi, yakni mencapai 6
cc/menit dengan partikel yang uniform. Prinsip kerjanya adalah dengan
mengatur tebal kabut serta mengatur waktu yang diperlukan.1,3,4
Perbandingan nebulizer jet dan ultrasonic
Parameter Jet Ultrasonic
Teknik
Sumber tenaga
Cara kerja
Arus aliran udara
Suara
Posisi alat
Volume isi
Klinis
Obat yang dinebulisasi
Lain-lain
Harga
Perawatan
Listrik
Aliran udara tekanan
tinggi, Hukum Bernoulli
7 l/mnt
Bising
Bebas
Sedikit (≤ 5 ml)
Semua
Murah
Mudah
Listrik
Osilasi frekuensi tinggi
Piezo-electric crystal
Tenang
Harus datar benar
Banyak (≥10 ml)
Steroid tidak bisa
Mahal
Sulit
6
2.3 INDIKASI
Pada awalnya terapi nebulisasi hanya dilakukan pada kasus asma, tetapi
seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan beberapa penelitianmenunjukkan
terapi ini juga bermanfaat dalam mengatasi masalah saluran nafas lainnya.
Penggunaan terapi inhalasi ini diindikasikan untuk pengobatan asma (saat
serangan atau di luar serangan), penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), sindrom
obstruktif post tuberkulosis, bronkiektasis, croup, bronkiolitis akut dan mengi
pasca-bronkiolitis, pneumonia, prematuritas dan Chronic Lung Disease serta
keadaan atau penyakit lain dengan sputum yang kental dan lengket, produksi
mucus yang berlebihan, batuk dan sesak napas. Semua penyakit ini memberikan
respon positif pasca nebulisasi. Pada anak dengan riwayat atopi keluarga, dapat
terjadi hiperreaktivitas bronkus (HRB) dengan atau tanpa retensilendir/sputum.
Nebulisasi atas indikasi seperti yang disampaikan sebelumnya, ditujukan untuk
meredakan masalah pada saluran pernafasan sesegera mungkin.2,3,4
2.4 MEKANISME KERJA
Prinsip farmakologis terapi inhalasi yang tepat untuk penyakit sistem
respiratori yaitu obat dapat mencapai organ target dengan menghasilkan partikel
aerosol berukuran optimal agar terdeposisi di paru-paru, awitan kerja cepat, dosis
kecil, efek samping minimal karena konsentrasi obat di dalam darah sedikit atau
rendah, mudah digunakan, dan efek terapeutik segera tercapai yang ditunjukkan
dengan adanya perbaikan klinis.1
Sistem respiratori memiliki beberapa meknisme pertahanan yang akan
mlindungi dari masuk dan mengendapnya partikel obat. Mekanisme pertahanan
tersebut antara lain reflex batuk, bersin, serta klirens mukosilier. Dengan adanya
mekanisme tersebut, harus dibuat suatu metode agar partikel aerosol yang
dihasilkan tidak tereliminasi, yaitu dengan memperhatikan besar atau ukuran
partikel. Ukuran partikel akan mempengaruhi sampai sejauh mana partikel
melakukan penetrasi ke dalam saluran respiratori.1,5
Terapi inhalasi adalah pemberian obat secara langsung ke dalam saluran
napas melalui penghisapan. Prinsip dasar terapi inhalasi (nebulizer) adalah
menciptakan partikel kecil aerosol (respirable aerosol) yang dapat mencapai
7
sasarannya. Sasarannya meliputi seluruh bagian dari sistem respiratorik, mulai
dari hidung, trakea, bronkus, hingga saluran respiratorik terkecil (bronkiolus),
bahkan bisa mencapai alveolus. Aerosol adalah dispersi dari partikel kecil cair
atau padat dalam bentuk uap/kabut yang dihasilkan melalui tekanan atau tenaga
dari hirupan napas.5
2.5 OBAT-OBAT YANG DIGUNAKAN
Umumnya diberikan larutan garam fisiologis sebagai pelarutnya selain
bahan aktif berupa obat-obatan. Jenis obat untuk nebulisasi terdiri dari golongan
β-agonis, antikolinergik dan golongan steroid. Golonganβ-agonis antara lain
Berotec®, Ventolin®, dan Bricasma®. Golongan antikolinergik yaitu
Ipratropiumbromide (Atrovent®) dan golongan steroid dapat mengandung
budesonide (Pulmicor®) dan fluticason (Flixotide®). Selain itu juga ada obat
merupakan gabungan antara β-agonis dan antikolinergik yaitusalbutamol dan
ipratropium (Combivent UDV®).9
Adanya kekhawatiran obat steroid melalui nebulisasi lebih berbahaya
daripada steroid oral tentunyatidak beralasan. Steroid dalam nebulisasi tidak
menimbulkan efek samping seperti steroid oral yangmengganggu kardiovaskuler,
saluran cerna , mata dan metabolik. Dalam nebulisasi, dosis steroid sangatkecil
dibandingkan oral sehingga hanya sedikit sekali yang beredar di dalam darah dan
karena itu efeksamping menjadi minimal. Dari penelitian-penelitian juga
menunjukkkan bahwa pemberian steroidinhalasi aman digunakan dalam jangka
panjang.9,10
2.6 EFEK SAMPING
Jika aerosol diberikan dalam jumlah besar, maka dapat menyebabkan
penyempitan pada saluran pernapasan (bronkospasme). Disamping itu bahaya
iritasi dan infeksi pada jalan napas, terutama infeksi nosokomial juga dapat
terjadi. 7,11
8
2.7 KONTRA INDIKASI
Nebulizer kontraindikasi pada keadaan dimana suara napas tidak
ada/berkurang, kecuali jika medikasi nebulizer diberikan melalui
endotracheal tube yang menggunakan tekanan positif.
Pasien dengan penurunan pertukaran gas juga tidak dapat
menggerakkan/memasukkan medikasi secara adekuat ke dalam saluran
napas.
Pemakaian katekolamin pada pasien dengan cardiac irritability harus
dengan perlahan. Ketika diinhalasi katekolamin dapat meningkatkan
cardiac rate dan menimbulkan disritmia
Medikasi nebulizer tidak dapat diberikan terlalu lama melalui
IPPB/Intermittent Positive Pressure Breathing, sebab IPPB mengiritasi dan
meningkatkan bronkhospasme4,5
2.8 TERAPI INHALASI LAIN SELAIN NEBULISASI
Metered Dose Inhaler (MDI)
Inhaler dosis terukur atau lebih sering disebut MDI diberikan dalam
bentuk inhaler aerosol dengan/tanpa spacer. MDI juga merupakan cara
inhalasi yang memerlukan teknik inhalsi tertentu agar sejumlah dosis obat
mencapai saluran respiratori. Pada inhaler ini, bahan aktif obat
disuspensikan kedalam kurang lebih 10 ml cairan pendorong (propelan).
Propelan mempunyai tekana uap tinggi, sehingga di dalam tabung
(kanister) tetap terbentuk cairan. Dengan teknik inhalasi yang benar, maka
80% aerosol akan mengendap di mulut dan orofaring karena kecepatan
yang tinggi dan ukuran yang besar, 10% tetap berada di dalam akuator,
dan hanya sekitar 10% dari aerosol yang akan disemprotkan ke dalam
paru.1,3
9
Dry Powder Inhaler (DPI)
Pada awalnya, yaitu pada tahun 1957, jenis inhaler ini digunakan untuk
delivery serbuk antibiotic. Selanjutnya, banyak penelitian uji klinis
yang menunjukkan bahwa DPI dapat digunakan untuk pengobatan
pada anak. Penggunaan obat serbuk kering pada DPI memerlukan
inspirasi yang cukup kuat. Pada anak kecil hal ini sulit dilakukan
mengingat inspirasi kuat belum dapat dilakukan, sehingga deposisi
obat pada sistem respiratori berkurang. Pada anak yang lebih besar,
penggunaan obat serbuk ini dapat lebih mudah, karena kurang
memerlukan koordinasi dibandingkan dengan MDI. Dengan cara ini,
deposisi obat di dalam paru lebih besar dan lebih konstan
dibandingkan dengan tanpa spacer, sehingga dianjurkan untuk
diberikan pada anak berusia lebih dari 5 tahun. Cara DPI ii tidak
memerlukan spacer sebagai alat bantu, sehingga lebih praktis untuk
pasien (mudah dibawa dan dimasukan kedalam saku).1,4
Inhalasi dengan intermitten positive pressure breathing (IPPB)
Cara ini biasanya diberikan di rumah sakit dan memerlukan tenaga
yang terlatih. Cara ini jauh lebih mahal dan mempunyai indikasi yang
terbatas, terutama untuk pasien yang tidak dapat bernapas dalam dan
pasien-pasien yang sedang dalam keadaan gawat yang tidak dapat
bernapas spontan. Untuk pengobatan di rumah cara yang terbaik
adalah dengan menggunakan MDI. 7,10
Pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan ventilator
Dapat dengan menggunakan MDI atau hand held nebulizer, yakni
melalui bronkodilator Tee. Dengan cara ini sebenarnya tidak efektif
oleh karena banyak aerosol yang mengendap, sehingga cara ini
dianggap kurang efektif dibandingkan dengan MDI. 7
10
BAB III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
1. Nebulisasi merupakan terapi inhalasi yang menggunakan alat nebulizer.
yaitu alat yang digunakan untuk merubah obat dari bentuk cair ke bentuk
partikel aerosol
2. Kelebihan terapi inhalasi menggunakan nebulizer adalah tidak atau sedikit
memerlukan koordinasi pasien, hanya memerlukan pernapasan tidal, dan
dapat berupa campuran beberapa jenis obat juga dapat digunakan untuk
terapi inhalasi saluran respiratori atas dan bawah
3. Pada prakteknya dikenal dua jenis alat nebulizer, yaitu ultrasonic nebulizer
dan jet nebulizer (paling sering digunakan)
11
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe, N.N, Supriyatno B, Setyanto D.B. Buku Ajar Respirologi Anak.
Edisi pertama. Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2012. h. 366-381
2. Terapi inhalasi. Available from: URL Diunduh dari :
http://www.pharmacy.gov.my/patient_educa tion/inhalation_malay.shtml.
diakses tanggal 22 April 2014
3. Iwanto HS. Diunduh dari:
http://www.scribd.com/doc/129094909/nebulisasi . Diakses pada tanggal
23 April 2014
4. Inhalation Therapy. Available from: URL:
http://www.unc/~chooper/classes/voice/ webtherapy/inhalationtx.html.
Diakses tanggal 24 April 2014
5. Darmawan B. Setyanto. Terapi Inhalasi pada anak. Diunduh dari :
http://www.scribd.net/terapi-inhalasi-pada-anak.html . Diakses tanggal 22
April 2014
6. Pilihan obat inhalasi asma pada anak. Diunduh dari :
http://farmasiobat.wordpress.com/2013/11/10. Diakses tanggal 20 April
2014.
7. Aerosol delivery guide. Diunduh dari : aerosol_delivery_guide.pdf.
diakses tanggal 25 april 2014.
8. Setiawati A, Zunilda SB, Suyatna FD. Pengantar Farmakologi. Dalam:
Ganiswara SG, Setiabudy R, Suyatna FD, Purwantyastuti, Nafrialdi, Ed.
Farmakologi dan Terapi. Edisi IV. Bagian Farmakologi FKUI. Jakarta.
1995
12
9. Yunus F. Penatalaksanaan sesak pada anak. Diunduh dari:
http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/07PenatalaksanaanSesak.pdf/07Pena
talaksanaanSesak pada anak084.2014. Diakses pada tanggal 22 April
2014.
10. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Review of Medical
Physiology). Alih Bahasa: Andrianto P. Oswari J, Ed. EGC. Jakarta. 1995;
609-21
11. Respiratory medicine of children. Diunduh dari :
http:/respiratory_medicine.guidline.pdf. diakses tanggal 25 April 3024.
12. Yofelita. Informasi obat. Diunduh dari :
http://dinkes.tasikmalayakota.go.id/index.php/informasi-obat
inhalasi/238.html. 2010. Diakses pada tanggal 22 April 2014.