18
DAFTAR ISI KATAPENGANTAR ........................................... .................................... i DAFTARISI............................................... ......................................... ii BAB 1 PENDAHULUAN............................................. ......................... 1 1.1.Latar Belakang ................................... .................................. 1 BAB 2 PEMBAHASAN.............................................. ........................... 2 2.1. Anatomi Hidung ....................................... .......................................... 2 2.2.Definisi ......................................... .................................... 5 2.3.Epidemiologi ..................................... ................................. 5 2.4.Etiologi ......................................... .................................... 5 2.5.Patogenesis ...................................... .................................... 6 2.6.Gambaran Histologik .......................... ........................ 8 2.7.Klasifikasi ...................................... ...................................... 8 2.8.Gejala Klinis ................................ .............................. 8 2.9.Diagnosis ........................................ ..................................... 9 2.10.Diagnosis Banding ............................... ................................ 10 2.11.Penatalaksanaan ................................. ................................... 10

referat tht rhinitis alergica

Embed Size (px)

DESCRIPTION

referat THT mengenai rhinitis alergica

Citation preview

DAFTAR ISIKATAPENGANTAR...............................................................................iDAFTARISI........................................................................................ii

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................11.1.LatarBelakang.....................................................................1

BAB 2 PEMBAHASAN.........................................................................22.1.AnatomiHidung.................................................................................22.2.Definisi.............................................................................52.3.Epidemiologi......................................................................52.4.Etiologi.............................................................................52.5.Patogenesis..........................................................................62.6.GambaranHistologik..................................................82.7.Klasifikasi............................................................................82.8.GejalaKlinis..............................................................82.9.Diagnosis.............................................................................92.10.DiagnosisBanding...............................................................102.11.Penatalaksanaan....................................................................102.12.Komplikasi............................................................................132.13.Prognosis..............................................................................13

BAB3KESIMPULAN...........................................................................14

DAFTARPUSTAKA............................................................................15

BAB 1PENDAHULUAN1.1.LatarBelakangRinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh alergi pada pasien yangatopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatumediatorkimiaketikaterjadipaparanulangandenganalrgenspesifiktersebut.Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma) tahun 2001adalah kelainan padahidung dengan gejalabersin-bersin, rinore, rasagatal dantersumbatsetelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.1Prevalensi rinitis di dunia saat ini mencapai 10-25% atau lebih dari 600 juta penderitadari seluruh etnis dan usia.2 Di Amerika Serikat, lebih dari 40 juta warganya menderitarinitis alergi. Rinitis alergi pada anak lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkananak perempuan, sedangkan pada dewasa prevalensi rinitis alergi laki -laki sama denganperempuan. Sekitar 80% kasus rinitis alergi berkembang mulai usia 20 tahun. Insidensirinitis alergi pada anak-anak 40% dan menurun sejalan dengan usia.DiIndonesiabelumadaangkayangpasti,tetapidiBandung prevalensirinitisalergipadausia10tahun ditemukan cukup tinggi (5,8%).2Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala, pemeriksaan fisik,danpemeriksaan penunjang.Terapi padarinitis alergi adalah menghindari kontakdengan alergen penyebab, medikamentosa, operatif dan imunoterapi.1-8Komplikasi rinitis alergi yang sering adalah polip hidung, otitis media, dan sinusitisparanasal, asma bronchial, gangguan fungsi tuba eustachius.1,3,6,9

BAB 2PEMBAHASAN

2.1.AnatomiHidung

Hidung terdiri dari hidung bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung denganpendarahan serta persarafannya. Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannyadari atas ke bawah: 1) pangkal hidung, 2) dorsum nasi, 3) puncak hidung, 4) ala nasi, 5)kolumela dan 6) lubang hidung (nares anterior)1,10Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi kulit,jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi untuk melebarkan atau menyempitkan lubanghidung.Kerangkatulangterdiridari1)tulanghidung(osnasalis) 2)prosesus frontalis os maksila dan 3) prosesus nasalis os frontal. Sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari.1) sepasang kartilago nasalis lateralis superior, 2) sepasang kartilago nasalis lateralis inferior (kartilago ala mayor), 3) beberapa pasang kartilago ala minor, dan 4) tepi inferior kartilago septum.1,10Ronggahidungataukavumnasiberbentukterowongandaridepankebelakang,dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengahnya menjadi kavum nasi kanan dan kiri. Pintuatau lubang masuk kavum nasi di bagian depan disebut nares anterior dan lubang belakangdisebut nares posterior (koana) yang menghubungkan kavum nasi dengan nasofaring.1,4,10 Septum bagian luar dilapisi oleh mukosa hidung. Bagian depan dinding hidung licin,yang disebut agar nasi dan di belakangnya terdapat konka-konka yang mengisi sebagianbesar dinding lateral hidung.1Pada dinding lateral terdapat 4 konka, dari yang terbesar sampai yang terkecil adalah konka inferior, konka media, konka superior, dan konka suprema. Konka suprema inibiasanya rudimeter.1Di antara konka-konka dan dinding laterla hidung terdapat rongga sepit yang disebutmeatus. Terdapat 3 meatus, yaitu meatus inferior, meatus media, dan meatus superior. Padameatus inferior terdapat muara (ostium) duktus nasolakrimaris, pada meatus media terdapatmuara sinus frontalis, sinus maksilaris, dan sinus etmoid anterior. Sedangkan pada meatussuperior bermuara sinus etmoid posterior dan sinus sfenoid.1,10Pendarahanhidungberasaldaria.maksilarisinterna(bagianbawahhidung), a.fasialis (bagian depanhidung). Bagiandepan anastomosis daricabang a.sfenopalatina, a.etmoidanterior,a.labialissuperior,dana.palatinamayor,yangdisebutpleksus Kieselbach.1Vena-vena membentuk pleksus yang luas di dalam submucosa. Pleksus ini dialirkan oleh vena-vena yang menyertai arteri.10Persarafanhidungpadabagiandepandanatas,sarafsensorisn.etmoidanterior(cabang.n.nasolakrimalis, cabang N. oftalmikus). Rongga hidung lainnya saraf sensoris n.maksila. Saraf vasomotor (autonom) melalui ganglion sfenopalatinum.1

Gambar 1: Anatomi External Hidung

Gambar 2: Anatomi Dinding Lateral HidungMukosa hidung berdasar histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernapasan danmukosapenghidu(olfaktorius).Mukosapernapasanterdapatpadasebagianbesarrongga hidung berupa epitel torak berlapis semu yang mempunyai silia dan di antaranya terdapat sel goblet. Pada bagian yang lebih sering terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadang-kadang berubah menjadi epitel skuamosa.1Dalamkeadaannormalmukosaberwarnamerahmudadanselalubasahkarena diliputi oleh palut lendir pada permukaannya yang dihasilkan oleh kelenjar mukosa dan sel-selgoblet.Siliayangterdapatpadapermukaanepitelmempunyaiartipentingdalam mobilisasi palut lendir di dalam kavum nasi yang didorong ke arah nasofaring.1

Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertigabagian atas septum. Mukosa dilapisi oleh epiteltorak berlapis semu yang tidak bersilia.1Mukosa sinus paranasal berhubungan langsung dengan mukosa rongga hidung didaerah ostium. Mukosa sinus menyerupai mukosa hidung, hanya lebih tipis dan sedikitmengandung pembuluh darah.1

2.2.DefinisiRinitis alergi adalah penyakit inflamasi yang disebabkan oleh alergi pada pasien yangatopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannyasuatu mediator kimia ketika terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut.1Definisi menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and Its Impact on Asthma) tahun2001adalahkelainanpadahidungdengangejalabersin-bersin,rinore,rasagataldan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.12.3.EpidemiologiPrevalensi rinitis di dunia saat ini mencapai 10-25% atau lebih dari 600 juta penderitadari seluruh etnis dan usia.2Di Amerika Serikat, lebih dari 40 juta warganya menderitarhinitis alergi. Rinitis alergi pada anak lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkananak perempuan, sedangkan pada dewasa prevalensi rinitis alergi laki-laki sama denganperempuan. Sekitar 80% kasus rhnitis alergi berkembang mulai usia 20 tahun. Insidensirinitis alergi pada anak-anak 40% dan menurun sejalan dengan usia.3DiIndonesia belum ada angka yang pasti, tetapi di Bandung prevalensi rinitis alergi pada usia10tahun ditemukan cukup tinggi (5,8%).2

2.4.EtiologiBerdasarkan cara masuknya alergen dibagi atas:1,3,5 1.Alergen inhalan, yang masuk bersama dengan udara pernapasan, misalnya tungau deburumah, kecoa, serpihan epitel kulit binatang,rerumputan, serta jamur.2.Alergeningestan yang masuk ke saluran cerna,berupa makanan,misalnya susu, sapi,telur, coklat, ikan laut, udang kepiting, dan kacang-kacangan.3.Alergeninjektan, yang masuk melaluisuntikan atautusukan,misalnya penisilin dansengatan lebah.4.Alergenkontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringan mukosa, misalnyabahan kosmetik, perhiasan.

2.5.PatogenesisRinitisalergimerupakansuatupenyakitinflamasiyangdiawalidengantahapsensitisasi dan diikuti dengan tahap provokasi/reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu ImmediatePhaseAllergicReactionataureaksi alergi fasecepat(RAFC) yangberlangsung sejak kontak dengan allergen sampai satu jam setelahnya dan Late PhaseAllergic Reactionatau reaksi alergi fase lambat (RAFL) yang berlangsung 2-4 jam denganpuncak 6-8 jam (fase hiper-reaktifitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung sampai24-48 jam.1,6Pada kontak pertama dengan allergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosityang berperan sebagai sel penyaji (Antigen Presenting Cell/APC) akan menangkap allergen yang menempel di permukaan mukosa hidung. Setelah diproses, antigen akan membentukfragmen pendek peptide dan bergabung dengan molekul HLA kelas II membentuk komplekpeptide MHC kelas II ( Major Histocompatibility Complex) yang kemudian dipresentasikanpada sel T Helper (Th0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1(IL1) yang akan mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akanmenghasilakan berbagai sitokin seperti IL3, IL4, IL5, dan IL13. IL4 dan IL13 dapat diikatoleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi IgE. IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basofil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif.Prosesinidisebutsensitisasiyangmenghasilkanselmediatoryang tersensitisasi.Bila mukosayang sudahtersensitisasi terpapar denganallergenyangsama,maka kedua rantai IgE akan mengikat allergen spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnyadinding sel) mastosit dan basofil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk (Preformed Mediators) terutama histamine. Selain itu juga dikeluarkan NewlyFormedMediators ,antaralainprostaglandinD2(PGD2),LeukotreinD4(LTD4),Leukotrein C4 (LTC4), bradikinin, Platelet Activating Factor (PAF) dan berbagai sitokin.Inilah yang disebut sebagai reaksi alergi fase cepat (RAFC).1HistamineakanmerangsangreseptorH1padaujungsarafvidianussehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamine juga akan menyebabkan sel mukosa dan sel goblet megalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkatsehingga terjadi rinorea. Gejala lain dalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid. Selain histamine merangsang ujung saraf vidianus, juga menyebabkan rangsangan pada mukosahidungsehinggaterjadipengeluaran InterCellularAdhesionMolecule 1(ICAM1).1PadaRAFC,selmastositjugaakanmelepaskanmolekulkemotaktikyangmenyebabkan akumulasi sel eusinofil dan noutrofil di jaringan target. Timbulnya gejalahiperaktif atau hiper responsive hidung adalah akibat peranan eosinofil dengan mediatorinflamasi dari granulnya seperti ECP, EDP, MBP, EPO. Pada fase ini, selain factor spesifik(allergen), iritasi oleh faktor non spesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bauyang merangsang, perubahan cuaca, dan kelembaban udara yang tinggi.1

Gambar 3: Patogenesis Rinitis Alergi

2.6.GambaranHistologikSecaramikroskopiktampak adanyadilatasipembuluhdarah denganpembesaran sel gobletdanselpembentukmucus.Terdapatjugapembesaranruanginterselulerdanpenebalan membranebasal,sertaditemukaninfiltrasisel-seleosinofilpadajaringan mukosa dan submukosa hidung.12.7.KlasifikasiBerdasarkan sifat berlangsungnya rinitis alergi dibagi menjadi :1,6,71.Rinitis alergimusiman (seasonal, hay fever, polinosis). Rinitis hanya ada di negara yang mempunyai4musim.Allergenpenyebabnyaspesifik,yaitutepung sari(pollen),rerumputan, dan spora jamur.2.Rinitis alergi sepanjangtahun (perennial). Gejala penyakit ini timbul intermiten atauterus menerus, tanpa variasi musim. Penyebab yang paling sering ialah alergen inhalandan alergen ingestan.Berdasarkan WHO Initiative ARIA, rinitis alergi berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi:1,111.Intermitten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4minggu.2.Persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu dan lebih dari4 minggu.Sedangkan untuk tingkat beratringannya penyakit, rinitis alergi dibagi menjadi:11.Ringanbilatidakditemukangangguantidur,gangguanakivitasharian,bersantai,berolahraga, belajar, bekerja dan hal-hal lain yang mengganggu.2.Sedang-berat bila terdapat salah satuatau lebih darigangguan tersebut di atas.2.8.GejalaKlinisGejala klinis pada rinitis alergi adalah bersin berulang pada pagi hari, keluar ingus(rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyakkeluar air mata (lakrimasi).1,3,4,6,7Awitan gejala timbul cepat setelah paparan allergen dapat berupa bersin,mata ataupalatum yang gatal berair, rinore, hidung gatal, hidung tersumbat.3,5,12Pada mata dapatmenunjukkan gejala berupa mata merah, gatal, conjungtivitis, mata terasa terbakar, danlakrimasi.3,8Pada telinga bisa dijumpai gangguan fungsi tuba, efusi telinga bagian tengah.6,82.9.DiagnosisDiagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan:1a.AnamnesisPada anamnesisdidapatikeluhanseranganbersinyangberulang.Bersinini merupakan gejala pada RAFC dan kadang-kadang RAFL sebagai akibat dilepaskan nya histamin.Gejalalainadalahkeluaringus(rinore)yangencerdanbanyak,hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang-kadang disertai dengan banyak keluar airmata (lakrimasi).1Riwayatpenyakitalergidalamkeluargaperluditanyakan.Pasienjugaperluditanya gangguan alergi selain yang menyerang hidung, seperti asma, eczema, urtikaria,atau sensitivitas obat.Keadaan lingkungan kerja dan tempat tinggal juga perlu ditanyauntuk mengaitkan awitan gejala.3,4b.Pemeriksaan FisikPada rinoskopi anterior tampak mukosa edema basah, berwarna pucat atau lividdisertai adanya secret encer yang banyak. Bila gejala persisten, mukosa inferior tampakhipertofi.1Gejala spesifik lain pada anak adalah adanya bayangan gelap di daerah bawah matayang terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Gejala ini disebut allergic shiner. Selain itu juga tampak anak menggosok-gosok hidung, karena gataldengan punggung tangan. Keadaan ini disebut allergig salute. Menggosok-gosok hidungmengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian sepertiga bawah yangdisebut allergic crease . Mulut sering terbuka dengan lengkung langit-langit yang tinggi,sehinggaakanmenyebabkangangguanpertumbuhangigi-geligi(faciesadenoid) .Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestoneappearance),sertadindinglateralfaringmenebal.Lidahtampaksepertigambaranpeta(geographictongue).1,3,7,8

c.Pemeriksaan Penunjang1 Invitro:Hitungeosinofildalamdarahtepidapatnormalataumeningkat.Demikianpulapemeriksaan IgE total seringkali menunjukkan nilai normal. Invivo :Allergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutanatauintradermalyangtunggalatauberseri(SkinEndPointTitration/SET).SET dilakukanuntukallergeninhalandenganmenyuntikkanallergendalamberbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Untukallergenmakanan,ujikulit IntracutaneusProvocativeDilutionalFoodTest(IPDFT),namunsebagaibakuemasdapatdilakukandengandieteliminasidanprovokasi(Challenge Test).2.10.DiagnosisBanding Diagnosa Banding dari rinitis alergi adalah:131. Rinitis vasomotor2. Rinitis infeksi2.11.Penatalaksanaana.Terapi yang palingidealdenganmenghindari kontakdengan allergenpenyebab dan eliminasi.1,3,5,6,8,11,12b.Medikamentosa1,6Antihistamin yang dipakai adalah antagonis histamin H-1 yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target. Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara peroral. Antihistamindibagi dalam2golonganyaitugolonganantihistamingenerasi-1(klasik) dan generasi-2 (non-sedatif). Antihistamin generasi-1 bersifat lipofilik sehingga dapat menembus sawar darah otak dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. Yangtermasuk kelompok ini antara lain adalah difenhidramin, klorfeniramin, prometasin,siproheptadin.Antihistamingenerasi-2bersifatlipofobik,sehinggasulitmenembussawar darah otak. Bersifat selektif mengikat reseptor H-1 perifer dan tidak mempunyaiefek antikolinergik, antiadrenergik dan efek pada SSP minimal.Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala terutama sumbatan hidung akibat responfase lambat tidak berhasil diatasi dengan obatlain.c.OperatifTindakankonkotomiparsial,konkoplastiatau multipleoutfractured,inferiorturbinoplasty perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berta dan tidak berhasildikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO 25% atau triklor asetatd.Imunoterapi1,3,6,8Cara pengobatan ini dilakukan pada alergi inhalan dengan gejala yang berat dansudah berlangsung lama serta dengan pengobatan cara lain tidak memberikan hasil yangmemuaskan.e.EdukasiPasien3,11Memberikan edukasi pada pasien utnuk menghindari bahan-bahan yang merupakan allergen.

2.12.KomplikasiKomplikasi rinitis alergi yang sering ialah:1,3,7,131.Polip hidung.2.Otitis media3.Sinusitis paranasal4.Gangguan fungsi tuba eustachius2.13.PrognosisKebanyakan gejala rintis alergi dapat diobati. Pada kasus yang lebih parah dapatmemerlukan imunoterapi.Beberapaorang (terutamaanak-anak) semakindewasa akansemakin kurang sensitif terhadap. Namun, sebagai aturan umum, jika suatu zat menjadipenyebab alergi bagi seorang individu, maka zat tersebut dapat terus mempengaruhi orangitu dalam jangka panjang.14

BAB 3KESIMPULAN

Rintis alergi adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, rinore, rasagatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.Alergen dapat berupa Alergen inhalan misalnya tungau debu rumah, kecoa, serpihan epitelkulit binatang, rerumputan, serta jamur, alergen ingestan yang masuk ke saluran cerna,berupa makanan,misalnya susu,sapi, telur,coklat,ikan laut, udangkepiting, dankacang-kacangan, alergen injektan, yang masuk melalui suntikan atau tusukan, misalnya penisilindan sengatan lebah, dan alergen kontaktan, yang masuk melalui kontak kulit atau jaringanmukosa, misalnya bahan kosmetik, perhiasan.Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, danpemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dijumpai keluhan dan gejala berupa bersin, keluaringus (rinore) yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yangkadang-kadang disertai dengan banyak keluar air mata (lakrimasi). pada anamnesis perludiatanyakan riwayat keluarga, riwayat tempattinggaldanlingkungan pekerjaan. Padapemeriksaan fisik,pada rinoskopi anteriordijumpai mukosa edema basah, berwarnapucat atau livid disertai adanya secret encer yang banyak. Penatalaksanaandaririnitisalergi adalahmenghindarikontakdenganallergen, medikamentosa, operatif, imunoterapi, dan edukasi kepada pasien. Komplikasi yang sering terjadi pada rinitis alergi adalah polip hidung, otitis media, gangguan fungsi tuba dan sinusitis paranasal.

DAFTAR PUSTAKA

1.Irawati, N.,Kasakeyan, E.,Rusmono,N. Rinitis Alergi. Dalam: BukuAjarIlmu Kesehatan Telonga Hidung Tenggorok Kepala Leher Edisi keenam. Jakarta: BalaiPenerbit FK UI; 2007; 128-134.

2.Sudiro,M.,Madiadipoera,T.,Purwanto,B.EosinofilKerokanMukosa Hidung Sebagai Diagnostik Rinitis Alergi. MKB volume 42 No1; 2010. hslm 6-11.

3.Sheikh,J.AllergicRhinitis.Availablefrom:http://emedicine.medscape.com/article/134825 [Accessed 11 Oktober 2011].4.Adams, G., Boies, L R.,Higler, P A. Penyakit Hidung. Dalam: BoiesBukuAjar Penyakit THT Edisi keenam. Jakarta: EGC; 1997; 210-218.5.Snow,JB.,Ballenger,JJ.AllergicRhinitis.IBallengersOtorhinolaryngology Head and Neck Surgery Edition 9 th. Spain: BC Decker; 2003;708-731.

6.Dhingra, PL. Allergic Rhinitis. In : Disease ofEar, Nose and Throat fourthedition. Elsevier. 157-159.

7.Mabry,R.,Marple,B.AllergicRhinitis.In:CummingsOtolaryngologiHead Neck Surgery Fourth Edition. USA: Elsevier. 2005; 982-988.

8.Pasha, R. Allergy and Rhinitis. In: Otolaryngolongy Head and Neck SurgeryClinical Reference Giude. Singular Thomson Learning; 28-33.

9.Karya, I W., Aziz, A., Rahardjo S P., Djufri, N I. Pengaruh Rinitis Alergi(ARIA WHO 2001) terhadap Gangguan Fungsi Ventilasi Tuba Eustachius. CerminDunia Kedokteran 166 volume 37 (7). 2008; 405-410.

10.Snell, R S. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta:EGC. 2006; 803-805.11.ARIA. ARIA At A Glance Pocket Reference 2007 1st Edition. 2007.12.Plaut, M.,Valentine, MD. Allergic Rhinitis. TheNew England Journal ofMedicine 353;18. 2005; 1934-1943.13.Harsono,Ariyanto,Endaryato,Anang.RinitisAlergika.Diunduhdari:http://www.pediatrik.com/isi03.php?