33

Click here to load reader

RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

Refleksi Dan Rekonstruksi Pendidikan Islam:Model Pendidikan Pesantren A La

Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo

==========================================================Oleh: K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, M.A.**

A. PENDAHULUAN

1926 merupakan tahun bersejarah bagi umat Islam Indonesia. Pada tahun tersebut umat Islam

Indonesia mengadakan kongres di Surabaya yang berlangsung dari tanggal 18-23 September

1926. Kongres ini dihadiri oleh tokoh-tokoh utama umat dari berbagai golongan, antara lain,

sekadar menyebut sebagai misal, H.O.S. Cokroaminoto, Kyai Mas Mansyur, H. Agus Salim, A.M.

Sangaji, dan Usman Amin. Di antara keputusan penting yang disepakati oleh Kongres Umat Islam

ini adalah mengirim seorang utusan untuk menghadiri Muktamar Islam se- Dunia yang akan

diselenggarakan dalam waktu dekat di Mekkah. Kongres menyepakati bahwa utusan yang akan

dikirim itu sekurang-kurangnya mahir berbahasa Arab dan Inggris. Di sinilah kemudian timbul

masalah tentang siapa yang akan menjadi utusan. Karena tidak seorang pun dari peserta

Kongres yang menguasai kedua bahasa tersebut dengan baik. Akhirnya dipilihlah dua orang

utusan; yang satu pandai berbahasa Inggris, yaitu H.O.S. Cokroaminoto, dan satu lagi adalah

Kyai Mas Mansyur yang mahir berbahasa Arab.

Peristiwa pemilihan utusan dengan kriteria semacam ini meninggalkan kesan sangat kuat

dalam diri K.H. Ahmad Sahal, yang menjadi peserta Kongres mewakili umat Islam di wilayah

Madiun. Sepulang dari Kongres masalah ini menjadi topik pembicaraan bersama kedua adiknya

dan merupakan masukan pemikiran yang sangat berharga bagi bentuk dan ciri lembaga

pendidikan yang akan dibina, yang meletakkan B. Arab dan Inggris sebagai bahasa pengantar

dalam belajar dan bahasa komunikasi harian para santri.

Dengan kata lain, peristiwa ini juga bisa dikatakan sebagai pemicu langsung bagi

kebangkitan semangat para pendiri pondok ini untuk mendirikan Pondok Gontor. Maka pada

tahun 1926 ini juga Pondok Gontor didirikan.

Momen historis lain yang patut dicatat pada tahun 1926 ini dan sekaligus sebagai hasil

dari Kongres Umat Islam di Surabaya ini adalah berdirinya sebuah organisasi masa Islam

“Nahdlatul Ulama,” salah satu organisasi Islam yang sangat besar di negeri ini.

Tulisan ini berusaha memotret secara singkat mengenai sistem pendidikan pesantren,

khususnya di Pondok Modern Darussalam Gontor.

B. PENDIDIKAN PESANTREN DI PONDOK MODERN DARUSSALAM GONTOR

Secara umum pesantren atau pondok bisa didefinisikan sebagai “lembaga pendidikan Islam

dengan sistem asrama, kyai sebagai sentral figurnya dan masjid sebagai titik pusat yang

Disampaikan dalam Seminar tentang “Refleksi dan Rekonstruksi Pendidikan Islam,” diselenggarakan oleh Yayasan al-Kautsar, 31 Oktober 2002, di Jakarta Design Center.

Page 2: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

menjiwainya.” Definisi ini menunjukkan bahwa inti dari dunia pesantren adalah pendidikannya.

Pendidikan di dunia pesantren yang berlangsung 24 jam dengan sistem asrama semacam itu

tentu saja mencakup suatu bidang yang sangat luas, meliputi aspek-aspek spiritual, intelektual,

moral-emosional, sosial, dan termasuk juga aspek pendidikan fisik.

Dalam perjalanannya yang panjang, lembaga pendidikan pesantren telah berkiprah

secara signifikan pada setiap zaman yang dilaluinya; baik sebagai lembaga pendidikan dan

pengembangan ajaran-ajaran Islam, sebagai kubu pertahanan Islam, sebagai lembaga

perjuangan dan dakwah, maupun sebagai lembaga pemberdayaan dan pengabdian masyarakat.

Karena itu, hingga kini, eksistensi pesantren tetap dipertahankan dan bahkan terus

dikembangkan agar dapat meningkat kualitas dan kuantitas peran dan kontribusinya bagi

kemajuan dan kesejahteraan bangsa, lahir-batin dan dunia-akhirat.

Pondok Modern Darussalam Gontor (PMDG) adalah salah satu dari sekian banyak

pondok yang telah ikut andil dalam pembangunan bangsa ini. Andil Gontor ini terlihat dari peran

para alumninya yang tersebar beragam dalam berbagai sektor kehidupan; baik dalam sekala

regional, nasional, maupun internasional. Mereka ada yang menjadi ulama atau kyai,

cendekiawan, pengusaha, pejabat sipil ataupun militer, politisi, da’i, guru, dosen, seniman,

budayawan, dll. Selain itu, kini telah banyak alumni PMDG ini yang mendirikan dan mengelola

lembaga pendidikan pesantren di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Saat ini tidak kurang dari

150 pondok pesantren besar dan kecil yang telah didirikan dan dikelola oleh alumni PMDG yang

tesebar di seluruh Indonesia, dan bahkan di luar negeri.

1. MENGAPA SISTEM PENDIDIKAN PESANTREN?

Pada tahun-tahun sekitar berdirinya Pondok Gontor, terdapat dua sistem pendidikan Islam

yang menonjol yang dikembangkan oleh para pengelola lembaga pendidikan Islam di

negeri ini: lembaga pendidikan Islam tradisional yang lazim diwakili oleh dunia pesantren

dan lembaga pendidikan Islam modern yang mengadopsi sistem pendidikan Belanda yang

biasa diwakili oleh lembaga pendidikan/sekolah-sekolah Muhammadiyah. Setelah

mengamati model-model lembaga pendidikan Islam di atas dan juga berbagai sistem

pendidikan lain baik di dalam maupun di luar negeri, para pendiri Gontor akhirnya memilih

untuk mengintegrasikan dua sistem pendidikan di atas, yakni integrasi antara sistem

pendidikan pesantren dengan sistem pendidikan modern. Idealisme, jiwa, dan falasafah

hidup berikut sistem asramanya tetap mengacu kepada khazanah dunia pesantren, tetapi

penyelenggaraannya dilakukan secara efektif dan efisien yang menjadi kekhasan sistem

pendidikan modern.

Lebih lanjut, alasan mengapa sistem pendidikan pesantren menjadi pilihan untuk

mewujudkan cita-cita luhur tersebut, antara lain dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pesantren adalah sistem pendidikan berasrama di mana tri pusat

pendidikan menjadi satu kesatuan yang terpadu. Sekolah, keluarga, dan masyarakat

berada dalam satu lingkungan sehingga lebih memungkinkan penciptaan suasan yang

2

Page 3: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

kondusif, yang terkait dengan peran ketiga pusat pendidikan tersebut, dalam mencapai

tujuan pendidikan.

b. Pesantren adalah sebuah masyarakat mini yang terdiri dari

santri, guru, dan pengasuh/kyai. Ini adalah sebuah masyarakat kecil (a mini society) yang

sesungguhnya. Dalam tradisi pesantren para santri merupakan subjek dari proses

pendidikan, mereka mengatur kehidupan mereka sendiri (self government) melalui

berbagai aktifitas, kreatifitas, dan interaksi sosial yang sangat penting artinya bagi

pendidikan mereka.

c. Pesantren adalah lembaga pendidikan yang berasal dari,

dikelola oleh, dan berkiprah untuk masyarakat, sehingga paradigma pendidikan yang

berorientasi pada Community Based Education (CBE) bagi dunia pesantren sudah bukan

lagi wacana.

d. Orientasi pendidikan pesantren adalah kemasyarakatan.

Lingkungan pesantren diciptakan untuk mendidik santri agar dapat menjadi anggota

masyarakat yang mandiri dan bermanfaat. Pendidikan ini menjadikan alumni pesantren

tidak canggung untuk terjun dan berjuang ke masyarakat, sehingga, dalam bidang

pekerjaan misalnya, dapat dikatakan tidak ada istilah nganggur (nunggu pekerjaan) bagi

tamatan pesantren.

e. Pesantren lebih mementingkan pendidikan daripada pengajaran.

Pendidikan pesantren lebih mengutamakan pembentukan mental karakter yang

didasarkan pada jiwa, falsafah hidup, dan nilai-nilai pesantren. Adapun pengetahuan

yang diajarkan adalah sebagai tambahan dan kelengkapan.

f. Hubungan antara anggota masyarakat pesantren berlangsung

dalam suasana ukhuwwah Islamiyyah yang bersumber pada tauhid dan prinsip-prinsip

akhlak karimah. Suasana ini tertanam dalam jiwa santri dan menjadi bekal berharga

untuk kehidupan di luar masyarakat pesantren.

g. Pendidikan pesantren didasarkan pada prinsip-prinsip

keikhlasan, kejuangan, pengorbanan, kesederhanaan, kemandirian, persaudaraan, dan

kebebasan berpikir, sehingga bagi pesantren tidak ada masalah apapun dengan

paradigma School Based Management (SBM).

h. Dalam masyarakat pesantren, kyai atau pimpinan pesantren

selain berfungsi sebagai central figure juga menjadi moral force bagi para santri dan

seluruh penghuni pesantren. Hal ini adalah suatu kondisi yang mesti bagi dunia

pendidikan, tetapi kenyataannya jarang didapati dalam sistem pendidikan selain

pesantren.

2. IDE TRIMURTI

Ide Trimurti adalah nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang mendasari seluruh proses pendidikan

dan pengajaran di Gontor.

3

Page 4: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

a. Visi

1) Menjadi tempat ibadah, talabul ilmi, dan tempat mencari rida Allah.

2) Menjadi sumber pengetahuan Islam, bahasa al-Qur’an/B. Arab, ilmu pengetahuan, dan

tetap berjiwa pondok.

b. Misi

1) Membentuk karakter/pribadi umat yang unggul dan berkualitas, yang berbudi tinggi,

berbadan sehat, berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas, serta berkhidmat

kepada masyarakat.

2) Mempersiapkan warga negara yang berkepriba-dian Indonesia yang bertakwa kepada

Allah SWT.

c. Jiwa

Jiwa ini biasa disebut Panca Jiwa Pondok Pesantren, sebagaimana yang telah

dirumuskan dan disampaikan oleh K.H. Imam Zarkasyi pada Seminar Pondok Pesantren

seluruh Indonesia tahap pertama di Yogyakarta, 4-7 Juli 1965, yaitu:

1) Jiwa Keikhlasan

Jiwa ini berarti sepi ing pamrih, yakni berbuat sesuatu itu bukan karena didorong oleh

keinginan memperoleh keuntungan tertentu. Segala pekerjaan dilakukan dengan niat

semata-mata ibadah, lillah. Kyai ikhlas dalam mendidik, santri ikhlas dididik dan

mendidik diri sendiri, dan para pembantu kyai ikhlas dalam membantu menjalankan

proses pendidikan.

2) Jiwa Kesederhanaan

Kehidupan di dalam pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak

berarti pasif atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam

kesederhanaan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan, dan

penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. Di balik kesederhanaan ini

terpancar jiwa besar, berani maju, dan pantang mundur dalam segala keadaan.

3) Jiwa Berdikari

Berdikari atau kesanggupan menolong diri sendiri ini tidak saja dalam arti bahwa santri

sanggup belajar dan berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, tetapi pondok

pesantren itu sendiri—sebagai lembaga pendidikan—juga harus sanggup berdikari

sehingga tidak pernah menyandarkan kelangsungan hidupnya kepada bantuan atau

belas kasihan pihak lain.

4) Jiwa Ukhuwwah Islamiyyah

Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga

segala suka dan duka dirasakan bersama dalam jalinan persaudaraan keagamaan.

Ukhuwwah ini bukan saja selama mereka belajar di Pondok, tetapi juga mempengaruhi

ke arah persatuan umat dalam masyarakat sepulang para santri itu dari Pondok.

5) Jiwa Bebas

4

Page 5: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

Bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam

memilih jalan hidup, dan bahkan bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar. Tentu

saja kebebasan ini adalah bebas di dalam garis-garis disiplin yang positif, dengan penuh

tanggungjawab; baik di dalam kehidupan pondok pesantren itu sendiri, maupun dalam

kehidupan masyarakat.

d. Moto

Motto pendidikan dan pengajaran di Gontor adalah berbudi tinggi, berbadan sehat,

berpengetahuan luas, dan berpikiran bebas

e. Orientasi Pendidikan

Orientasi pendidikan di Gontor adalah kemasyarakatan, kesederhanaan, kaderisasi,

dan lebih dari itu adalah ibadah thalabul ilmi.

f. Sintesa Unsur-unsur Pendidikan di PMDG

Pada awal pembukaan Pondok Gontor, para pendirinya telah mengkaji beberapa lembaga

pendidikan terkenal dan maju saat itu. Mereka merumuskan suatu sintesa unsur-unsur

utama dari berbagai lembaga pendidikan yang diperhatikannya.

1) Universitas al-Azhar di Kairo, Mesir, dengan keabadian dan kepemilikan wakafnya.

2) Pondok Syanggit di Afrika, dengan kedermawanan dan keikhlasan para pengasuhnya.

3) Universitas Muslim Aligarh di India, dengan modernisasinya.

4) Shantiniketan, di India, dengan kedamaiannya.

g. Falsafah

Falsafah yang mewarnai dan mendasari gerak dan aktifitas di Gontor adalah

1) Falsafah Kelembagaan

a) Pondok Modern Gontor berdiri di atas dan untuk semua golongan.

b) Pondok adalah lapangan perjuangan, bukan tempat mencari penghidupan.

c) Pondok itu milik umat, bukan milik kyai.

2) Falsafah Kependidikan

b) Jadilah ulama yang intelek, bukan intelek yang tahu agama.

c) Hidup sekali, hiduplah yang berarti.

d) Berjasalah tetapi jangan minta jasa.

e) Mau dipimpin dan siap memimpin, patah tumbuh hilang berganti.

f) Berani hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja.

g) Apa yang dilihat, didengar, dirasakan, dan dialami santri sehari-hari harus

mengandung unsur pendidikan.

h) Seluruh mata pelajaran harus mengandung pendidikan akhlak.

i) In uridu illa al-ishlah.

j) Sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat untuk sesamanya.

k) Pendidikan itu by doing, bukan by lip.

l) Perjuangan itu memerlukan pengorbanan: bondo, bahu, pikir, lek perlu sak

nyawane.

m) I’malu fauqa ma ‘amilu.

5

Page 6: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

n) Hanya orang penting yang tahu kepentingan, dan hanya pejuang yang tahu arti

perjuangan.

o) Jadilah orang yang kaya iman, kaya ilmu, kaya budi, kaya jasa; biarpun

miskin/kurang harta, asal jangan miskin budi, miskin jasa, miskin hati; syukur jika

kaya harta pula.

3) Falsafah Pembelajaran

a) Metode lebih penting daripada materi, guru lebih penting daripada metode, dan jiwa

guru lebih penting daripada guru itu sendiri.

b) Pondok memberi kail, tidak memberi ikan.

c) Ujian untuk belajar, bukan belajar untuk ujian.

d) Ilmu bukan untuk ilmu, tetapi ilmu untuk ibadah dan amal.

e) Pelajaran di Pondok: agama 100% dan umum 100%.

3. LEMBAGA PENYELENGGARA PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN DI PM. GONTOR

Untuk memperlancar dan menjamin keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran, di

Gontor terdapat beberapa lembaga yang menyelenggarakan proses ini baik secara langsung

maupun tidak. Lembaga tertinggi di Gontor ialah Badan Wakaf, sebuah badan legislatif yang

bertanggungjawab secara menyeluruh atas pelaksanaan dan perkembangan pendidikan dan

pengajaran. Tugas dan kewajiban keseharian dari lembaga ini dijalankan oleh Pimpinan

Pondok sebagai mandataris Badan Wakaf yang memimpin seluruh lembaga di Gontor dan

bertanggungjawab kepada Badan Wakaf Pondok Modern Gontor. Saat ini Pondok Modern

Gontor dipimpin oleh K.H. Abdullah Syukri Zarkasyi, MA., K.H. Hasan Abdullah Sahal, dan

Drs. K.H. Imam Badri. Di tingkat menengah terdapat dua lembaga yang secara langsung

menangani pendidikan dan pengajaran, yaitu Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI) yang

dipimpinan oleh Direktur KMI dan lembaga Pengasuh Santri yang dipimpin oleh Pimpinan

Pondok. KMI menangani pendidikan intrakurikuler dan sebagian kegiatan ko-kurikuler,

sedangkan Pengasuh Santri menangani kegiatan ekstra kurikuler dan sebagian kegiatan ko-

kurikuler.

a. Kulliyyatul Mu’allimin al-Islamiyyah (KMI)

Kulliyatu-l-Mu’allimin al-Islamiyah (KMI) didirikan tanggal 19 Desember 1936, sebagai

lembaga penyelenggara pendidikan tingkat menengah dengan masa belajar 6 tahun (bagi

lulusan SD) dan 4 tahun (bagi lulusan SLTP/SLTA/PT) ini.

1) Kurikulum

Mengenai kurikulum KMI akan dibahas dalam bagian tersendiri.

2) Bahasa yang Digunakan

Bahasa pengajaran menggunakan bahasa Arab untuk bidang studi bahasa Arab dan

Dirasah Islamiyah, bahasa Inggris untuk bidang studi bahasa Inggris, dan bahasa

Indonesia untuk bidang studi IPA, IPS, dan kewarganegaraan.

3) Tenaga Pengajar

Guru-guru yang mengajar di KMI adalah tamatan dari KMI sendiri dan alumni berbagai

6

Page 7: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

perguruan tinggi baik di dalam maupun di luar negeri yang memegang gelar S1, S2, dan

S3.

4) Siswa

a) Siswa KMI memiliki latarbelakang pendidikan yang berbeda-beda, mulai dari

Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi dan berasal dari seluruh pelosok

Nusantara serta dari manca negara, seperti Malaysia, Thailand, Saudi Arabia,

Australia, Singapura, dan pernah ada juga siswa yang berasal dari Suriname,

Somalia, Jepang, dan Belanda.

b.Pengasuhan Santri

Pengasuhan santri adalah lembaga yang mendidik dan membina langsung seluruh kegiatan

ekstra-kurikuler santri tingkat menengah (KMI) dan santri tingkat perguruan tinggi (ISID).

Kegiatan santri di tingkat menengah mencakup kegiatan-kegiatan yang diselengarakan oleh

Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM) dan Organisasi Kepramukaan, sedangkan

kegiatan santri tingkat perguruan tinggi (mahasiswa) adalah kegiatan yang dikelola oleh

Dewan Mahasiswa. Selain itu beberapa kegiatan pengajaran di tingkat KMI juga ditangani

oleh Pengasuhan santri, dan begitu pula sebaliknya. Semua itu merupakan integrasi

pendidikan dan pengajaran di Gontor.

1) Kegiatan Santri

a) Kegiatan Berorganisasi

Kegiatan berorganisasi ini merupakan kegiatan yang tak terpisahkan dari kehidupan

santri sehari-hari, sebab berorganisasi di Pondok ini berarti pendidikan untuk mengurus

diri sendiri dan tentu saja orang lain. Seluruh kehidupan santri selama berada di dalam

Pondok diatur oleh mereka sendiri dengan dibimbing oleh santri-santri senior atau guru-

guru. Kegiatan-kegiatan ini selalu didasari oleh nilai-nilai dan ajaran-ajaran yang

ditanamkan dalam kehidupan santri di pesantren di bawah bimbingan dan pimpinan kyai.

Di tingkat santri tingkat menengah terdapat dua organisasi, yaitu:

(1) Organisasi Pelajar Pondok Modern (OPPM)

Pelaksana OPPM adalah santri-santri kelas akhir yang terpilih secara demokratis.

Pemilihan Ketua dan Pengurus Organisasi ini diadakan setahun sekali. Pada setiap

bulan Ramadan atau sebelum memasuki tahun ajaran baru mereka mengadakan

Musyawarah Kerja untuk merancang Program Kerja selama satu periode masa bakti.

Pada setiap akhir masa jabatan, pengurus Organisasi ini melaporkan kegiatan-

kegiatan yang telah dilaksanakan selama setahun di depan seluruh santri dan guru-

guru serta pimpinan-pimpinan lembaga dan Pimpinan Pondok. Seusai laporan

pertanggungjawaban diadakan serah terima jabatan dari pengurus lama ke pengurus

baru terpilih.

Kegiatan- kegiatan santri di dalam Pondok diurus oleh 20 bagian dalam OPPM.

Bagian-bagian tersebut terdiri dari pengurus harian: ketua, sekretaris, bendahara, dan

keamanan, dan 16 bagian yang lain, yaitu: Bagian Pengajaran, Bagian Penerangan,

7

Page 8: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

Bagian Kesehatan, Bagian Olahraga, Bagian Kesenian, Bagian Kesenian, Bagian

Perpustakaan, Bagian Koperasi Pelajar, Bagian Penerimaan Tamu, Bagian Koperasi

Dapur, Bagian Warung Pelajar, Bagian Penggerak Bahasa, Bagian Penatu, Bagian

Fotografi, dan Bagian Bersih Lingkungan.

(2) Kegiatan Kepramukaan

Gerakan Pramuka di Pondok Modern Gontor dianggap sangat penting sebagai sarana

pendidikan yang dapat membentuk kepribadian, mental, dan akhlak mulia untuk bekal

para santri dalam hidup bermasyarakat. Sejak Gerakan Pramuka ini berdiri dengan

nama Kepanduan "Bintang Islam", para pendiri Pondok Modern Gontor telah

mewajibkan seluruh santri untuk aktif dalam kegiatan kepramukaan. Karena itu,

seluruh santri Pondok Modern adalah anggota Pramuka. Kegiatan kepramukaan ini

ditangani oleh organisasi yang disebut Koordinator Gugusdepan 15089 Pondok

Modern, di bawah pengawasan Majlis Pembimbing

Bagian-bagian dalam Koordinator Gerakan Pramuka Pondok Modern ini terdiri

dari: Ketua, Andalan Koordinator Urusan Kesekretariatan, Andalan Koordinator

Urusan Keuangan, Andalan Koordinator Urusan Latihan, Andalan Koordinator Urusan

Perpustakaan, Andalan Koordinator Urusan Kedai Pramuka, Andalan Koordinator

Urusan Perlengakapan. Kemudian ada Gugusdepan, terdiri dari 9 satuan pramuka.

2) Kegiatan Mahasiswa (Dewan Mahasiswa)

Kegiatan Dewan Mahasiswa ini berada di bawah koordinasi dan bimbingan Pengasuhan

Santri yang langsung ditangani oleh Pimpinan Pondok Modern Gontor. Dewan

Mahasiswa bertanggungjawab menganani segala kegiatan seluruh mahasiswa ISID.

Kepengurusan Dewan Mahasiswa dipilih melalui pemungutan suara. Pengurus DEMA

terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Departemen Riset dan Diskusi, Departemen

Kesenian, Departemen Olahraga, Departemen Komunikasi, Departemen Koperasi, dan

Departemen Kerohanian.

Beberapa organisasi lain di Pondok memiliki kaitan tidak langsung dengan proses

pendidikan dan pengajaran. Organisasi-organisasi tersebut adalah (a) Ikatan Keluarga

Pondok Modern (IKPM) yang menangani alumni atau eks-santri yang tersebar di seluruh

Indonesia dan di luar negeri, (b) Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok

Modern (YPPWPM) yang bertugas menyandang dana untuk memenuhi sarana dan

prasarana serta berbagai kebutuhan lain demi berlangsungnya proses pendidikan dan

pengajaran di Pondok, (c) Bagian Pembangunan Pondok yang bertanggungjawab

membangun dan memelihara prasarana pendidikan berupa gedung-gedung sekolah,

asrama, balai olah raga, perkantoran, dll., (d) Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren)

La Tansa yang mengupayakan usaha-usaha untuk mencukupi segala kebutuhan dalam

menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran melalui pendirian berbagai unit usaha

yang tergabung dalam Koperasi Pondok Pesantren ini (saat ini terdapat 20 unit usaha

yang tergabung dalam Kopontren La Tansa), dan (e) Balai Kesehatan Santri dan

8

Page 9: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

Masyarakat (BKSM) yang menangani pelayanan kesehatan untuk santri dan

masyarakat, juga melayani rawat nginap dan BKIA.

4. PENDIDIKAN DAN PENGAJARAN: KURIKULUM

Kurikulum merupakan sebuah sistem yang memiliki komponen-komponen yang saling

mendukung dan membentuk satu kesatuan yang tak terpisahkan. Berikut ini akan

dibicarakan beberapa saja dari komponen kurikulum yang dimaksud sebagaimana yang

diamalkan di PMDG. Pada bagian pertama akan dibahas sisi intra-kurikuler (akademik),

sedangkan pada bagian berikutnya dibahas kegiatan-kegiatan ekstra-kurikuler (non-

akademik).

Di dunia pesantren, karena sistemnya yang integrated, agaknya cukup sulit

memisahkan sama sekali antara kurikululm intra dan ekstra, terkadang keduanya bisa

menjadi sifat dari satu kegiatan yang sama, sehingga dia bisa disebut dengan keduanya.

Karena itu pembagian ini hanyalah untuk memudahkan penyajiannya. Bahasan ini tidak

akan menyinggung kurikulum pendidikan tinggi Institut Studi Islam Darussalam (ISID),

hanya terbatas pada jenjang pendidikan menengah Kulliyatu-l-Mu’allimin al-Islamiyah

(KMI).

Karena PMDG mandiri dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran,

kurikulumnya pun disusun secara mandiri disesuaikan dengan program Pondok secara

keseluruhan. Materi ketrampilan, kesenian, dan olahraga tidak dimasukkan dalam

kurikulum, melainkan menjadi aktivitas ekstra-kurikuler, agar para santri dapat lebih bebas

memilih serta mengembangkan bakat sesuai dengan aktivitas yang ada.

a. Intra-Kurikuler

Sebelum membahas beberapa komponen di atas perlu dijelaskan lebih dulu mengenai

program belajar dan jam belajar di KMI. Untuk memberikan informasi tambahan mengenai

KMI, pada akhir pembahasan mengenai intra-kurikuler ini akan diuraikan secara singkat

mengenai kegiatan KMI yang diadakan secara berkala: harian, mingguan, tengah tahunan,

dan tahunan sebagai kelengkapan informasi untuk memperoleh gambaran yang agak

menyeluruh mengenai kurikulum di Gontor.

1) Program

Terdapat dua macam program yang ditempuh siswa di KMI PMDG: program reguler dan

program intensif. Program reguler untuk lulusan Sekolah Dasar atau Madrasah

Ibtida’iyah, dengan masa belajar 6 tahun. Sedangkan program intensif untuk lulusan SMP

atau MTs dan di atasnya, dengan masa belajar 4 tahun, dengan urutan kelas 1-3-5-6.

2) Jam Belajar

Jam belajar santri di KMI berlangsung dari jam 07.00WIB-12.50 WIB, dengan waktu

istirahat 2 kali: pertama jam 08.30-09.00 dan kedua jam 11.15-11.30. Waktu belajar

tersebut dibagi menjadi 7 jam pelajaran, masing-masing mendapat alokasi waktu 45 menit,

kecuali mata pelajaran pada jam ketujuh yang hanya diberi alokasi waktu 35 menit.

3) Tujuan

9

Page 10: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

Tujuan institusional umum dari kurikulum di KMI PMDG adalah mencetak santri yang

mukmin muslim, taat menjalankan dan menegakkan syari’at Islam, berbudi tinggi, berbadan

sehat, berpengetahuan luas, berpikiran bebas, serta berkhidmat kepada bangsa dan

negara.

4) Isi

Kurikulum yang diterapkan di KMI bersifat akademik. Kurikulum tersebut dapat dibagi

menjadi beberapa bidang studi sebagai berikut:

a) Bahasa Arab (Semua disampaikan dalam Bahasa Arab): al-Imla’, al-Insya’, Tamrin al-

Lughah, al-Muthala’ah, al-Nahwu, al-Sharf, al-Balaghah, Tarikh al-Adab, dan al-Khat

al-`Arabi.

b) Dirasah Islamiyah (kelas II ke atas, seluruh materi ini menggunakan B. Arab): al-

Qur’an, al-Tajwid, al-Tauhid, al-Tafsir, al-Hadis, Mushthalah al-Hadis, al-Fiqh, Ushul al-

Fiqh, al-Fara’idl, al-Din al-Islami, Muqaranat al-Adyan, Tarikh al-Islam, al-Mantiq, dan

al-Tarjamah (Arab-Indonesia)

c) Keguruan: al-Tarbiyah wa al-Ta’lim (dengan B. Arab) dan Psikologi Pendidikan

(dengan B. Indonesia)

d) Bahasa Inggris (dengan B. Inggris): Reading and Comprehension, Grammar,

Composition, dan Dictation,

e) Ilmu Pasti: Berhitung, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Fisika, dan Biologi.

f) Ilmu Pengetahuan Sosial: Sejarah Nasional dan Internasional, Geografi, Sosiologi, dan

Psikologi Umum

g) Keindonesiaan/Kewarganegaraan: Bahasa Indonesia dan Tata Negara

Komposisi kurikulum semacam di atas ditetapkan untuk tujuan tertentu.

Pengetahuan Bahasa Arab dimaksudkan untuk membekali santri dengan kemampuan

berbahasa Arab yang menjadi kunci untuk memahami sumber-sumber Islam dan

khazanah pemikiran Islam. Sedangkan B. Inggris digunakan untuk media komunikasi

modern dan mempelajari pengetahuan umum, bahkan juga pengetahuan agama, karena

saat ini tidak sedikit karya-karya di bidang studi Islam ditulis dalam B. Inggris.

Dalam kurikulum ini terlihat keseimbangan pengetahuan agama dan umum.

Secara lebih mendasar tujuan pengajaran kedua macam ilmu tersebut adalah untuk

membekali siswa dengan dasar-dasar ilmu untuk menuju kesempurnaan menjadi ‘abid dan

khalifah.

Pelajaran-pelajaran yang diberikan selalu merujuk kepada tujuan umum

pendidikan dan pengajaran di Pondok dan mesti mengandung nilai-nilai yang hendak

ditanamkan oleh Pondok ke dalam diri santri. Misalnya ada pelajaran yang, di samping

memberikan materi pengetahuan ia juga, dimaksudkan untuk mengembangkan jiwa-

jiwa tertentu dari Panca Jiwa Pondok, misalnya jiwa kebebasan (berpikir), yang akan

menumbuhkan jiwa berpikir kritis, terbuka, open ended, komparatif, dan seterusnya.

b. Kegiatan Ekstra Kurikuler

10

Page 11: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

Kegiatan ini ditangani oleh Pengasuhan Santri melaui Organisasi Pelajar Pondok Modern

(OPPM) yang membawahi 20 bagian seperti tersebut di atas dan Gerakan Pramuka yang

membawahi 7 andalan dan 9 satuan gugusdepan. Kegiatan-kegiatan ini terbagi ke dalam

kegiatan harian, mingguan, tengah tahunan, dan tahunan.

Semua kegiatan dalam berbagai bentuknya merupakan satu kesatuan

“kurikulum” yang tak terpisahkan yang mengatur seluruh kahidupan santri guna

mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang dikehendaki. Dengan kata lain semua

kegiatan yang ada memiliki nilai pendidikan dalam berbagai aspeknya, sehingga “segala

yang dilihat, didengarkan, dirasakan, dan dialami oleh santri adalah untuk pendidikan”.

5. PENANAMAN NILAI-NILAI PONDOK

Di Pondok Modern Gontor pendidikan lebih banyak ditanamkan dan ditularkan secara tidak

formal; tidak sekadar dengan ceramah, pengarahan, penataran, diskusi, pengajian, dan

sejenisnya. Justru penularannya lebih banyak dilakukan melalui pembiasaan, keteladanan,

penugasan, dan pengkondisian atau penciptaan lingkungan البيئة إ يجاد ) ) yang kondusif

untuk mencapai tujuan pendidikan.

Penciptaan lingkungan semacam ini sangat dimungkinkan di dalam Pondok karena

santri dan guru bertempat tinggal di kampus yang sama. Selain beberapa guru senior dan

guru-guru yunior yang mengurusi unit-unit usaha Pondok, seluruh guru tinggal di lingkungan

asrama. Santri-santri yunior belajar mengenai kehidupan Pondok dari santri-santri senior,

santri-santri senior belajar dari santri-santri yang lebih senior, dan begitu seterusnya. Pola

kehidupan di Pondok itu diwariskan dan ditularkan dari satu generasi santri ke generasi

berikutnya secara berkelanjutan.

Berikut ini dipaparkan beberapa contoh penanaman Panca Jiwa pondok pesantren

dengan menggunakan pendekatan tidak formal sebagaimana yang dijelaskan di atas.

a. Keikhlasan

Keikhlasan adalah pangkal dari segala jiwa Pondok dan kunci dari diterimanya amal di

sisi Allah SWT. Segala sesuatu harus dilakukan dengan niat semata-mata ibadah, lillah,

ikhlash hanya untuk Allah SWT. Di Pondok diciptakan suasana di mana semua tindakan

didasarkan pada keikhlasan. Ikhlas dalam bergaul, ikhlas dalam nasehat-menasehati,

ikhlas dalam memimpin, ikhlas dipimpin, ikhlas mendidik, ikhlas didik, ikhlas mendisiplin,

ikhlas didisiplin. Ada suasana keikhlasan antara sesama santri, antara santri dengan

guru, antara santri dengan kyai, antara guru dengan guru, dst.

Pendidikan keikhlasan diwujudkan melalui keteladanan para pendiri Pondok

dengan mewakafkan Pondok seluruhnya, kecuali rumah pribadi kyai yang ditinggalinya.

Pewakafan ini terjadi pada tahun 1958. Sejak saat itu Pondok telah berubah status

menjadi milik institusi, bukan milik pribadi. Dengan pewakafan itu seluruh keturunan para

pendiri tidak berhak lagi atas harta wakaf tersebut.

Contoh lain dari penanaman jiwa keikhlasan yang sederhana adalah bahwa

dalam mendidik santri, kyai ikhlas tidak dibayar. Bahkan sampai sekarang di Gontor tidak

11

Page 12: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

ada sistem gaji kepada guru. Istilah yang digunakan ialah “kesejahteraan keluarga”.

Jumlah jam mengajar tidak terkait dengan tingkat “kesejahteraan” yang diterima.

“Kesejahteraan” guru tersebut tidak diambilkan dari iuran santri, melainkan dari unit-unit

usaha milik Pondok yang dikelola sendiri oleh para guru.

b. Kesederhanaan

Pendidikan kesederhanaan yang diajarkan antara lain kesederhanaan dalam berpakaian, ,

makan, tidur, berbicara, bersikap, dan bahkan berpikir. Contoh kesederhanaan ini dapat

dilihat dengan mudah dari kehidupan pribadi kyai; baik rumah, cara berpakaian, pola

makan, bertingkah laku, dan sikap hidup kyai. Dengan begitu, kyai mempunyai alasan

kuat untuk mendidik santri hidup sederhana. Pola hidup sederhana ini menjadikan

suasana hidup di Gontor tergolong egaliter, tidak ada kemenonjolan materi yang

ditunjukkan oleh santri. Sehingga tidak terlihat perbedan antara santri yang kaya dan

miskin. Hal ini juga membuat santri yang kurang mampu tidak minder dan santri yang

kaya tidak sombong.

c. Berdikari

Di antara ciri utama pendidikan pesantren pada umumnya adalah kemandirian.

Maksudnya, bukan sekadar masing-masing santri mampu mengurus diri sendiri, tetapi

juga pondok itu sendiri mandiri. Hal ini diajarkan dengan cara tetap menjaga

kemandirian Gontor. Pondok tidak menggantungkan kelangsungan hidupnya kepada

pihak manapun, tidak pemerintah dan tidak pula swasta. Kemandirian Pondok juga

ditunjukkan dengan tidak menjadikan Pondok bagian dari organisasi tertentu; politik,

masa, golongan, atau organisasi apapun.

Demikian pula dalam penyelenggaraan pendidikan dan pengajaran secara

rutin, Pondok tetap mandiri, tidak ada pegawai di Pondok. Santri dididik untuk

mengurus segala keperluannya secara mandiri; mengurus mini toserba, kantin,

fastfood, dapur, keuangan, kesekretarian, asrama, disiplin, olahraga, kursus-kursus,

dll., semuanya dilakukan sendiri oleh santri. Kebersihan kampus juga menjadi

tanggungjawab santri sendiri; setiap hari ada piket dari santri yang membersihkan

kamar, asrama, depan asrama, kelas, masjid, aula, kantor-kantor, dst. Untuk

pendidikan kemandirian, seringkali kalau ada pembangunan gedung baru, santri

dilibatkan untuk ikut mengecor secara bergantian. Poinnya di sini tidak sekadara pada

nilai ekonomis biaya pembangunan, tetapi penanaman jiwa kemandirian.

d. Ukhuwwah Diniyyah

Penanaman jiwa ukhuwwah ini dirangkai dengan nilai-nilai lain yang diperjuangkan

Pondok yaitu berdiri di atas dan untuk semua golongan, tidak berpartai, dan santri

perekat umat.

Pendidikan dan pengajaran di Gontor sama sekali tidak ada kaitannya dengan

golongan, ormas atau partai tertentu. Kyai, ketua-ketua lembaga, para guru tidak menjadi

anggota golongan, ormas, dan atau partai tertentu. Seringkali ada pertanyaan: Gontor itu

Muhammadiyah atau NU? Gontor itu partainya apa? Pak Kyai itu nyoblos apa dalam

12

Page 13: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

pemilu? Tentu saja pertanyaan ini tidak bisa dijawab dengan menyebut ormas dan atau

partai tertentu. Sebab PMDG bukan ormas dan bukan organisasi partai serta bukan

organisasi lain-lain, Gontor adalah lembaga pendidikan.

Jiwa ukhuwwah ditanamkan dalam kebersamaan dan tolong-menolong

mengurusi organisasi, bermain bersama di klub olahraga, menjadi piket malam bersama,

menjadi anggota kelompok latihan pidato yang sama, latihan pramuka bersama, main

drama bersama, dst.

Dalam pelantikan peremajaan pengurus Badan Wakaf Pondok Modern Gontor,

24 Desember 1977, K.H. Imam Zarkasyi menyampaikan amanat:

Andaikata, guru-gurunya (Pondok) terdiri dari orang-orang yang simpati atau

anggota Muhammadiyah, murid-muridnya terdiri dari anak keluarga Muhammadiyah,

tetapi Pondok Modern tidak boleh dijadikan Pondok Muhammadiyah.

Andaikata, guru-gurunya (Pondok) terdiri dari orang-orang yang simpati atau

anggota NU, murid-muridnya terdiri dari anak keluarga NU, tetapi Pondok Modern tidak

boleh dijadikan NU.

Demikian seterusnya.

Selanjutnya beliau mengatakan bahwa sikap ini tidak berarti bahwa semua

golongan atau golongan tertentu itu adalah musuh Pondok, tetapi semua golongan itu

tetap sebagai kawan seperjuangan, berjalan pada rel masing-masing.

Bahkan semboyan Pondok, anak didik Pondok harus menjadi perekat umat.

Artinya dapat mempersatukan yang retak atau berselisih.

Menarik untuk dicatat, banyak santri yang telah menyelesaikan pendidikannya di

PMDG menjadi pengurus ormas, partai, gerakan pemuda yang berafiliasi pada paratai

atau ormas, dll. Sebagai contoh alumni yang berkiprah di bidang ini di tingkat Nasional

antara lain: K.H. Hasyim Muzadi menjadi Ketua Umum PBNU (dulu ormas ini juga pernah

dipimpin alumni Gontor selama 25 tahun, yaitu K.H. Idham Khalid), Dr. Din Syamsuddin

menjadi salah seorang ketua PP. Muhammadiyah, Dr. M. Amin Abdullah menjadi Ketua

Majlis Tarjih PP. Muhammadiyah, Drs. Habib Chirzin dan Dr. Din Syamsuddin pernah

memimpin oraganisasi Pemuda Muhammadiyah, Dr. M. Hidayat Nur Wahid menjadi

Presiden Partai Keadilan.

13

Page 14: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

d. Jiwa Bebas

Jiwa ini terkait dengan kemandirian, karena dengan memiliki jiwa mandiri seseorang

dapat bebas menentukan pilihannya. Jiwa ini diajarkan misalnya dengan contoh

kebebasan Pondok dalam menentukan kurikulum, kalender, dan program akademik.

Pada masa Orde Baru, jiwa bebas Pondok benar-benar diuji dalam kaitannya dengan

kebijakan-kebijakan Pemerintah tentang pendidikan yang sentralistik. Konsekuesnsi dari

mempertahankan kebebasan ini, dalam waktu cukup lama Pondok Gontor diperlakukan

secara diskriminatif oleh Pemerintah. Tetapi kondisi tersebut, saat ini telah mulai berubah.

Jiwa bebas ini mengajarkan kepada santri untuk bebas dalam berpikir dan berbuat, bebas

dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup.

6. PONDOK MODERN GONTOR DAN PEMBINAAN MASYARAKAT SEKITAR

Di samping mendidik dan mengajar santri di dalam kampus, Pondok juga memberikan

perhatian terhadap pembinaan masyarakat sekitar. Upaya-upaya Pondok dalam hal ini

dilakukan oleh guru-guru yunior dan senior serta para alumni yang telah berada di lingkungan

masyarakat dan tetap menjalin komunikasi aktif dengan Pondok. Kegiatan ini dapat

dikelompokkan menjadi tiga:

a. Pendidikan dan Sosial-Keagamaan

1) Pendirian pesantren-pesantren ala Gontor oleh alumni Gontor (5 pesantren).

2) Pendirian sekolah-sekolah oleh guru dan atau alumni Gontor, dengan rincian 4 MTs,

2 MA, dan 1 SMP.

3) Pendirian TPA dan TPQ (148 buah).

4) Penyelenggaraan pengajian-pengajian baik untuk masyarakat umum seperti yang

diselenggarakan pada setiap Ahad pagi, jam 06.00-07.00, dengan mengundang da’i-

da’i dari daerah Ponorogo dan sekitarnya. Adapun pengajian yang khusus

diselenggarakan untuk para pekerja Pondok pada setiap Sabtu malam.

5) Penyelenggaraan peringatan hari-hari besar Islam.

6) Pendirian ratusan masjid dan musholla di sekitar Gontor.

b. Seni, Budaya, dan Olahraga

Hal ini dilakukan dengan memfasilitasi berbagai pagelaran kesenian, terutama reog dan

gajahan, dan kompetisi-kompetisi olahraga dalam berbagai kesempatan semisal pada

peringatan hari-hari besar Islam, acara-acara peringatan di Pondok, dan dalam berbagai

kegiatan sosial yang diadakan oleh masyarakat bersama Pondok. Pondok juga

melakukan pembinaan terhadap tokoh-tokoh paguyuban reog Ponorogo. Pondok juga

menyediakan fasilitas olahraga kepada masyarakat berupa lapangan sepak bola dan

Gedung Olahraga. Adapun penggunaannya telah ditetapkan berdasarkan jadwal yang

ada.

c. Ekonomi

Pemberdayaan masyarakat sekitar dalam bidang ekonomi dilakukan melalui penyerapan

tenaga kerja dalam berbagai sektor pekerjaan di Pondok atau melalui berbagai bentuk

14

Page 15: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

lainnya. Dalam bahasa Pondok upaya sedemikian ini biasa diistilahkan sebagai “berkah

Pondok untuk masyarakat sekitar”. Penyerapan tenaga kerja untuk berbagai sektor

pekerjaan di Pondok saat ini melibatkan 402 orang.

Di samping itu berkah Pondok untuk masyarakat juga berupa pelibatan

masyarakat sebagai penyetor bahan-bahan dan penyediaan jasa dan sarana kebutuhan

para santri. Mereka itu berjumlah 196 orang (80%-nya penduduk desa Gontor dan

selebihnya dari desa-desa yang bersebelahan dengan Gontor).

Upaya lain yang dilakukan Pondok untuk membina dan memberdayakan

masyarakat sekitar adalah dengan menjadi penyalur Kredit Usaha Tani (KUT) untuk para

petani di desa-desa sekitar Pondok.

Pondok juga memberi kesempatan kepada para petani di sekitar tanah-tanah

pertanian milik Pondok untuk mengelola lahan pertanian tersebut dengan sistem bagi

hasil. Di samping itu, di bidang pertanian, Pondok menyalurkan pupuk kepada para

petani. Para petani membayar pupuk tersebut pada saat panen dengan harga dasar.

Gabah hasil panen tersebut oleh para petani dijual ke Gontor.

Salah satu unit usaha Pondok yang berlokasi di desa Gontor, yaitu Usaha

Kesejahteraan Keluarga (UKK), berfungsi sebagai penjual grosiran bagi para pemilik

toko-toko di desa Gontor dan sekitarnya.

d. Kesehatan.

Di bidang kesehata Pondok mendirikan Balai Kesehatan Santri dan Masyarakat (BKSM).

Di samping pelayanan kesehatan, kegiatan sosial BKSM lainnya dilakukan dengan

pengobatan masal dan khitanan massal untuk masyarakat yang diadakan secara

insidentil.

7. PROGRAM PENGEMBANGAN PONDOK: PANCA JANGKA

Dalam rangka mengembangkan dan memajukan Balai Pendidikan Pondok Modern Gontor,

dirumuskanlah “Panca Jangka” yang merupakan program kerja Pondok yang senantiasa

memberikan arah dan panduan untuk mewujudkan upaya pengembangan dan pemajuan

tersebut. Adapun Panca Jangka itu meliputi bidang-bidang berikut:

a. Pendidikan dan Pengajaran

Pengembangan di bidang dilakukan dengan mempertahankan dan meningkatkan

pendidikan dan pengarajaran di Pondok Modern Gontor. Usaha ini tercatat dalam

sejarah perjalanan Pondok sebagai berikut:

1) Pendirian Tarbiyatul Athfal (Sekolah Rakyat) pada tahun 1926.

2) Pembukaan Sullamul Muta’allimin, tahun 1932.

3) Tahun 1936, didirkan Kulliyatul Mu’allimin al-Islamiyah (KMI).

4) Pada tahun 1963 didirikanlah Perguruan Tinggi bernama Institut Pendidikan

Darussalam. Sekarang institut tersebut berganti nama menjadi Institut Studi Islam

Darussalam (ISID).

15

Page 16: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

5) Pada tahun 1990 didirikan Pesantren Putri di areal tanah milik Gontor yang teletak di

desa Sambirejo, Mantingan, Ngawi.

6) Tahun 1996, dibuka Pondok Modern Gontor II di Madusari, Siman Ponorogo.

7) Tahun 1993, dibuka Pondok Modern Gontor III, “Darul Ma’rifat”, di Sumbercangkring,

Gurah, Kediri. Berasal dari wakaf keluarga H. Ridawan (alm.).

8) Tahun 1990, mendapat wakaf dari keluarga H. Nawawi Ishaq yang kemudian dijadikan

Pondok Modern Gontor IV, “Darul Muttaqien”, di Kaligung, Rogojampi, Banyuwangi

9) Tahun 1999, dibuka Pondok Modern Gontor V, “Darul Qiyam”, di Gadingsari,

Mangunsari, Sawangan, Magelang. Berasal dari wakaf keluarga Ibu Qayyumi Kafrawi

(alm.).

10) Pondok Modern Gontor Putri II, di Sambirejo, Mantingan, Ngawi, dibuka tahun 1999.

Lokasinya tepat di sebelah barat Pondok Modern Gontor Putri I.

11) Tahun 2002 dibuka Pondok Modern Gontor VII di Podahoa, Kendari, Sulawesi

Tenggara.

12) Pada tahun ajaran baru 1423/1424 akan dibuka Pondok Gontor Putri III di

Karangbanyu, Mantingan, Ngawi, Jawa Timur.

Pengembangan ini juga dilaksanakan dengan menjalin kerjasama-kerjasama

dengan berbagai lembaga pendidikan; baik di dalam maupun di luar negeri.

b. Kaderisasi

Sejarah timbul dan tenggelamnya suatu usaha, terutama hidup dan matinya pondok-

pondok di tanah air, memberikan pelajaran tentang pentingnya kaderisasi. Karena itu

Pondok Modern Gontor memberikan perhatian yang serius terhadap upaya

menyiapkan para keder yang akan melanjutkan cita-cita Pondok. Di antara usaha itu

adalah mengirimkan kader-kader Pondok untuk menambah dan memperluas ilmu dan

pengalaman baik di dalam maupun di luar negeri.

c. Pergedungan

Pengembangan di bidang ini meliputi tugas penyediaan, pemeliharaan, dan

penyediaan sarana dan prasana pendidikan dan pengajaran yang layak bagi para

santri. Bidang ini berkembang pesat dengan semakin banyaknya gedung-gedung baru

—baik untuk asrama maupun kelas—yang dibangun, di samping perbaikan gedung-

gedung lama dan pengembangannya dari tidak bertingkat menjadi ditingkat. Di

samping membangun asrama dan sekolahan Pondok juga membangun komplek-

komplek perumahan untuk para guru di lingkungan Kampus Pondok..

d. Chizanatullah (Pengadaan Sumber Dana)

Di antara syarat penting bagi sebuah lembaga pendidikan untuk dapat tetap bertahan hidup

dan berkembang adalah memiliki sumber dana sendiri. Sejak beridirinya, Pondok Modern

telah memperhatikan masalah ini dengan sungguh-sungguh. Bermacam-macam usaha

telah dilakukan untuk memenuhi maksud ini, antara lain adalah unit-unit usaha berikut ini:

16

Page 17: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

No Jenis Usaha Lokasi

1 Penggilingan Desa Gontor

2 Percetakan Darussalam Desa Gontor

3 Usaha Kesejahteraan Keluarga (UKK) Desa Gontor

4 Toko Bahan Bangunan Desa Bajang

5 Toko Buku La Tansa Ponorogo

6 Toserba Ponorogo

7 Toko Palen I Ponorogo

8 Toko Palen II Desa Bajang

9 Kedai Bakso I Ponorogo

10 Kedai Bakso II Ponorogo

11 Photokopi dan Alat Tulis Desa Bajang

12 Apotik Ponorogo

13 Wartel I Desa Gontor

14 Wartel II Desa Gontor

15 Pabrik Es Balok Desa Gontor

16 Pusat Perkulakan Desa Gontor

17 Jasa Angkutan Desa Gontor

18 Pasar Sayur Desa Gontor

19 Kredit Usaha Tani Ponorogo

20 Budidaya Ayam Potong Siman

21 Koperasi Pelajar (mini toserba) Kampus Pondok

22 Kantin Pelajar I Kampus Pondok

23 Kantin Pelajar II Kampus Pondok

24 Fastfood Kampus Pondok

25 Koperasi Warung Pelajar Kampus Pondok

26 Koperasi Dapur Kampus Pondok

27 Fotokopi Kampus Pondok

28 Fotografi Kampus Pondok

29 Kedai Pramuka Kampus Pondok

Semua unit usaha dari nomor 1-20 di atas dikelola oleh para guru. Sedangkan unit

usaha/koperasi nomor 21-29 dikelola oleh para santri. Unit-unit usaha yang dikelola

oleh santri semacam ini terdapat di semua Kampus Pondok Cabang.

e. Kesejahteraan Keluarga Pondok

Jangka ini bertujuan untuk memberdayakan kehidupan keluarga-keluarga yang

membantu dan bertanggungjawab terhadap hidup dan matinya Pondok secara langsung,

agara mereka tidak menggantungkan penghidupannya kepada Pondok. Pengertian

Keluarga Pondok, menurut kamus PMDG, adalah guru-guru senior yang telah

berkeluarga yang membantu secara langsung pendidikan dan pengajaran di Pondok.

Keluarga Pondok tidak mesti pihak yang memiliki hubungan darah dengan para pendiri

Pondok. Bahkan keluarga dari keluarga pendiri Pondok yang tidak membantu langsung

17

Page 18: RefleksidanRekonstruksiPendiidkanIslam

Pondok tidak termasuk dalam kategori Keluarga Pondok, dan karena itu tidak berhak atas

kesejahteraan yang diusahakan oleh Pondok. Hubungan kekeluargaan di sini bersifat

institusional, bukan geneologikal. Pemberdayaan Keluarga Pondok ini dimaksudkan agar

meraka dapat berusaha sendiri dan bahkan beramal untuk Pondok.

III. PENUTUP

Demikianlah pemaparan sebagian potret dari pendidikan dan pengajaran yang

diselenggarakan di Pondok Modern Darussalam Gontor. Pendidikan dan Pengajaran di

Gontor dipahami sebagai upaya pembudayaan manusia melalui proses pembentukan dan

transformasi intelektual, moral, dan spiritual santri dalam sebuah masyarakat kecil

pesantren untuk kemudian diwujudkan dalam kehidupan umat yang lebih luas.

Menurut ijtihad Gontor, cara paling efektif dan efisien untuk mewujudkan proses

transformasi ini adalah melalui keteladanan ( سنةحدوة ق atau حسنة .(أسوة

Keteladanan dalam keikhlasan, kesederhanaan, kemandirian, ukhuwwah, kejujuran,

kebebasan, kesungguhan, disiplin, kepemimpinan, pengorbanan, dll., yang dimulai dari

kyai, guru, dan pengurus yang seterusnya ditularkan kepada para santri yang hidup dalam

lingkungan Pondok. Dari sini akan tercipta dan diciptakan lingkungan yang kondusif untuk

mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran. Karena itu lingkungan Gontor dikondisikan

agar benar-benar menjadi lingkungan pendidikan. Sehingga “segala gerak-gerik kita dan

perbuatan kita, bukan asal berbuat, asal berdiri, asal berjalan, asal maju, bukan .” Semua

itu diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebab “segala yang dilihat, didengarkan,

dirasakan, dan dialami oleh santri adalah untuk pendidikan.”

Selanjutnya dalam mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran yang dikehendaki

itu, Gontor lebih mementingkan pendidikan daripada pengajaran, lebih mementingkan

mental attitude daripada job skill, dan lebih mementingkan metode daripada materi. Untuk

yang terakhir ini biasanya, dalam konteks Gontor, masih diteruskan, yakni lebih

mengutamakan guru daripada metode, sedangkan dari guru yang lebih dipentingkan

adalah ruhnya.

Wallahu a`lam bi al-shawab.

Gontor, 25 Oktober 2002

18