Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    1/19

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    2/19

    2

    Perkembangan yang pesat di bidang kedokteran juga membawa perubahan dalam

    penatalaksaan sinusitis. Tersedianya alat diagnosis CT Scan telah membuat pencitraan sinus

    paranasal lebih jelas dan terinci, sedangkan dipopulerkannya pemakaian alat endoskop untuk

    opersi bedah sinus menciptakan tindakan pengobatan yang tidak radikal tetapi dapat lebih

    tuntas.

    BSEF saat ini merupakan teknik terbaik penatalaksanaan sinusitis kronik dan akut

    berulang. Dibandingkan dengan bedah sinus terdahulu yang pada umumnya radikal dengan

    morbiditas yang tinggi, maka BSEF lebih konservatif dengan morbiditas yang rendah.

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    3/19

    3

    BAB II

    BEDAH SINUS ENDOSKOPIK FUNGSIONAL

    2.1 Definisi BSEF2

    Bedah Sinus Endoskopik Fungsional (BSEF) atau Functional Endoscopic Sinus

    Surgery (FESS) adalah teknik operasi pada sinus paranasal dengan menggunakan endoskop

    yang bertujuan memulihkan mucocilisry clearance dalam sinus. Prinsipnya ialah membuka

    dan membersihkan daerah kompleks osteomeatal yang menjadi sumber penyumbatan dan

    infeksi sehingga ventilasi dan drenase sinus dapat lancar kembail melalui ostium alami.

    Dibandingkan dengan prosedur operasi sinus sebelumnya yang bersifat invasif radikal

    seperti operasi caldwel-Luc, fronto-etmoidektomi eksternal dan lainnya, maka BSEF

    merupakan teknik operasi invasif yang minimal yang diperkenalkan pertama kali pada tahun

    1960 oleh Messerklinger dan kemudian dipopulerkan di Eropa oleh Stammberger dan di

    Amerika oleh Kennedy. Sejak tahun 1990 sudah mulai diperkenalkan dan dikembangkan di

    Indonesia.

    Dengan alat endoskop maka mukosa yang sakit dan polip-polip yang menyumbat

    diangkat sedangkan mukosa sehat tetap dipertahankan agar transportasi mukosilier tetap

    berfungsi dengan baik sehingga terjadi peningkatan drenase dan ventilasi melalui ostium-

    ostium sinus. Teknik bedah BSEF sampai saat ini dianggap sebagai terapi terkini untuk

    sinusitis kronik dan bervariasi dari yang ringgan yaitu hanya membuka drenase dan ventilasi

    kearah sinus maksilaris (BSEF mini) sampai kepada pembedahan lebih luas membuka

    seluruh sinus (fronto-sfeno-etmoidektomi). Teknik bedah endoskopi ini kemudian

    berkembang pesat dan telah digunakan dalam terapi bermacam-macam kondisi hidung, sinus

    dan serah sekitar seperti mengangkat tumor hidung dan sinus paranasal, menambal kebocoran

    liquor serebrospinal, tumor hipofisa, tumor dasar otak sebelah anterior, media bahkan

    posterior, dakriosistorinostomi, dekompresi orbita, dekompresi nervus optikus, kelainan

    kongenital (atresia koana) dan lainnya.

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    4/19

    4

    Keuntungan dari teknik BSEF, dengan menggunakan beberapa alat endoskop

    bersudut dan sumber cahaya yang terang, maka kelainan dalam rongga hidung, sinus, dan

    daerah sekitarnya dapat tampak jelas. Dengan demikian diagnosis lebih dini dan adekuat dan

    operasi lebih bersih atau teliti, shingga memberikan hasil yang optimal. Pasien juga

    diuntungkan karena morbiditas pasca opersi yang minimal. Penggunaan endoskopi juga

    menghasilkan lapang pandang operasi yang lebih jelas dan luas yang akan menurunkan

    komplikasi bedah.3

    2.2 Indikasi

    Indikasi umunya adalah untuk rinosinusitis kronik atau rinosinusitis akut yang

    berulang dan polip hidung yang telah diberi terapi medikamentosa yang optimal.

    Indikasi lain BSEF termasuk didalamnya adalah rinosinusitis dengan komplikasi dan

    perluasannya, mukokel, sinusitis alergi yang berkomplikasi atau sinusitis jamur yang invasif

    dan neoplasma.4

    Bedah sinus endoskopi sudah meluas indikasinya antara lain untuk mengangkat tumor

    hidung dan sinus paranasal, menambal kebocoran liquor serebrospinal, tumor hipofisa, tumordasar otak sebelah anterior, media bahkan posterior, dakriosistorinostomi, dekompresi orbita,

    dekompresi nervus optikus, kelainan kongenital (atresia koana) dan lainnya.

    2.3 Kontraindikasi

    Terdapat beberapa kontra indikasi dalam melakukan bedah sinus endoskopik

    fungsional (BSEF) antara lain:

    1. Osteitis atau osteomielitis tulang frontal yang disertai pembentukan sekuester.2. Pasca operasi radikal dengan rongga sinus yang mengecil atau hipoplasi.53. Penderita yang disertai hipertensi maligna, diabetes melitus, kelainan hemostatis yang

    tidak terkontrol oleh dokter spesialis yang sesuai.

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    5/19

    5

    2.4 Pesiapan Pra-operasi

    2.4.1 Persiapan kondisi pasien

    Pada pra-operasi kondisi pasien perlu disiapkan dengan sebaik-baiknya. Jika ada

    inflamasi atau oedem, harus dihilangkan terlebih dahulu, demikian pula jika terdapat polip,

    sebaiknya diterapi dengan steroid dahulu (popipektomi medikamentosa). Perlu diperhatikan

    juga pada pasien yang memiliki penyakit hipertensi, pasien yang memakai obat-obatan

    antikoagulansia juga harus diperhatikan, demikian pula yang menderita asma dan lainnya.

    2.4.2 Pemeriksaan

    Naso-endoskopi prabedah untuk menilai anatomi dinding lateral hidung dan

    variasinya. Pada pemeriksaan ini operator dapat menilai kelainan rongga hidung, anatomi dan

    variasi dinding lateral misalnya meatus sempit karena deviasi septum, konka media bulosa,

    polip meatus medius, konka media paradoksikal dan lainnya. Sehingga operator bisa

    memprediksi dan mengantisipasi kesulitan dan kemungkinan timbulnya komplikasi saat

    operasi.

    Gambar CT Scan sinus paranasal diperlukan untuk mengidentifikasi penyakit dan

    perluasan serta mengetahui landmark dan variasi anatomi organ sinus paranasal danhubungannya dengan dasar otak dan orbita serta mempelajari daerah-daerah rawan tembus ke

    dalam orbita dan intra kranial seperti konka-konka, meatus-meatus terutama meatus media

    beserta kompleks osteomeatal dan variasi anatomi seperti kedalaman fossa olfaktorius,

    adanya sel Onodi, sel Haller dan lainnya perlu diketahui dan diidentifikasi, demikian pula

    lokasi a. Etmoid anterior, n. Optikus dan a. Karotis interna penting diketahui.

    Gambar CT Scan penting sebagai pemetaan yang akurat untuk panduan operator saat

    melakukan operasi. Berdasarkan gambar CT Scan tersebut operator dapat mengetahui daerah-

    daerah rawan tembus dan dapat menghindari daerah tersebut atau bekerja hati-hati sehingga

    tidak terjadi komplikasi operasi.

    Untuk menilai tingkat keparah inflamasi dapat menggunakan beberapa sistem gradasi

    antaranya adalah staging Lund-Mackay. Sistem ini sangat sederhana untuk digunakan secara

    rutin dan didasrkan pada skor angka hasil gambaran CT Scan.

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    6/19

    6

    Laund-MacKay radiologic Staging System6

    Lokasi Gradasi* Radiologik *Gradasi radiologik dari 0-2

    Gradasi 0 : Tidak ada kelainan

    Gradasi 1 : Opasifiksi parsial

    Gradasi 2 : Opasifikasi komplit

    Sinus Maksila

    Etmoid Anterior

    Etmoid Posterior

    Sfenoid

    Frontal

    Komplek osteomeatal Gradasi 0 dan 2 saja

    2.4.3 Instrumen bedah dan operasi

    Diperlukan peralatan endoskopi berupa teleskop dan instrumen operasi yang sesuai.

    Peralatan endoskopi yang digunakan adalah sebagai berikut:

    1. Teleskop 4mm 002. Teleskop 4 mm 3003. Light source (sumber cahaya)4. Cable light5. Sistem kamera plus CCTV6. Monitor7. Teleskop 4 mm 700 (tambahan untuk melihat lebih luas ke arah frontal dan maksila)8. Teleskop 2,7 mm 300 (tambahan untuk pasien anak)

    Sementara itu instrumen operasi pada operasi BSEF adalah sebagai berikut:

    1. Jarum panjang (FESS/septum neddle, angular 0,8mm, Luer-lock)2. Pisau sabit (sickle Knife 19 cm)3. Respatorium (MASING elevator, dbl-end, graduated, sharp/blunt, 21.5 cm)4.

    Suction lurus

    5. Suction bengkok

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    7/19

    7

    6. Cunam Blakesley lurus (Blakesley Nasal Forceps)7. Cunam Blakesley upturned (Blakesley-Wilde Nasal Forceps)8. Cunam Cutting-through lurus (Blakesley Nasal Forceps Cutting Straight)9. Cunam Cutting-through upturned (Blakesley Nasal Forceps Cutting Upturned)10.Cunam Backbiting (Backbiter Antrum Punch)11.Ostium seeker12.Trokar sinus maksila13.J Curette (antrum curette oval)14.Kuhn Curette (sinus frontal curette oblong)15.Cunam Jerapah (Girrafe Forceps dbl. Act, jaws 3mm)16.Cunam Jamur 9Stammberger Punch)

    2.5 Tahapan Operasi

    Tujuan BSEF adalah membersihkan penyakit di celah-celah etmoid dengan panduan

    endoskopi dan memulihkan kembali drenase dan ventilasi sinus besar yang sakit secara

    alami. Prinsip BSEF adalah bahwa hanya jaringan patologik yang diangkat, sedangkan

    jaringan sehat dipertahankan agar tetap berfungsi. Jika dibandingkan dengan bedah sinus

    terdahulu yang secara radikal mengangkat jaringan patologik dan jaringan normal, maqka

    BSEF jauh lebih konservatif dan morbiditasnya dengan sendirinya menjadi lebih rendah.

    Teknik operasi BSEF adalah dengan secara bertahap, mulai dari yang paling ringan

    yaitu infundibulektomi, BSEF mini sampai frontosfenoidektomi total. Tahap operasi

    disesuaikan dengan luas penyakit, sehingga tiap individu berbeda jenis atau tahap operasi.

    Karenanya tidak ada tindakan rutin seperti bedah sinus terdahulu. Berikut ini di jelaskan

    tahapan-tahapan operasi.

    2.5.1 Infundibulektomi dan pembesaran ostium sinus maksilaris

    Pertama-tama perhatikan akses ke meatus medius, jika sempit akibat deviasi septum,

    konka bulosa atau polip, koreksi atau angkat polip terlebih dahulu. Tidak setiap deviasi

    septum harus dikoreksi, kecuali disuga sebagai penyebab penyakit atau dianggap akan

    mengganggu prosedur endoskopik. Sekali-kali jangan melakukan koreksi septum hanya agar

    instrumen besar bisa masuk.

    Tahap awal operasi adalah membuka rongga infundibulum yang sempit dengan cara

    mengangkat prosesus uncinatus sehingga akses ke ostium sinus maksila terbuka. Selanjutnya

    ostium dinilai, apakah perlu diperlrbar atau dibersihkan dari jaringan patologik. Dengan

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    8/19

    8

    membuka ostium sinus maksila dan infundibulum maka drenase dan ventilasi sinus maksila

    pulih kembali dan penyakit di sinus maksila akan sembuh tanpa melakukan manipulasi di

    dalamnya. Jika kelainan hanya di sinus maksila, tahap awal operasi ini sudah cukup. Thap

    operasi semacam ini disebut sebagai Mini FESS atau BSEF Mini.

    2.5.2 Eksenterasi sinus maksila

    Pengangkatan kelainan ekstensif di sinus maksila seperti polip difus atau kista besar

    dan jamur masif, dapat menggunakan cunam bengkok yang dimasukkan melalui ostium sinus

    maksila yang diperlebar. Dapat pula dipertimbangkan memasukan cunam melalui meatus

    inferior jika cara diatas gagal. Jika tindakan ini sulit, lakukan bedah Caldwell-Luc, tetapi

    prinsip BSEF yang hanya mengangkat jaringan patologik dan meninggalkan jaringan normal

    agar tetap berfungsi dan melebarkan ostium asli di meatus medius dianjurkan untuk

    dilakukan disini.

    2,5,3 Etmoidektomi retrograde

    Jika ada sinusitis etmoid, operasi dilanjutkan dengan etmoidektomi, sel-sel sinus

    dibersihkan termasuk daerah resesus frontal jika ada sumbatan di daerah ini dan jika disertai

    sinusitis frontal. Caranya adalah retrograde sebagai berikut. Setelah tahap awal tadi (BSEF

    Mini), sebaiknya menggunakan teleskop 00, dinding anterior bila etmoid ditembus dan

    diangkat sampai tampak dinding belakangnya yaitu lamina basalis yang membatasi sel-sel

    etmoid anterior dan posterior. Jika ada sinus lateralis, maka lamina basalis akan berada

    dibelakang sinus lateralis ini.

    Lamina basalis berada tepat di depan endoskop 00

    dan tampak tipis keabu-abuan,

    lamina ditembus di bagian infero-medialnya untuk membuka sinus etmoid posterior.

    Selanjutnya sel-sel etmoid posterior (umumnya selnya besar-besar) di observasi dan jika ada

    kelainan, sel-sel dibersihkan dan atap sinus etmoid posterior yang merupakan dasar otak

    diidentifikasi. Identifikasi dasar otak di sinus etmoid posterior sangat penting mencegah

    penetrasi dasar otak pada pengangkatan sel etmoid selanjutnya.

    Dengan jejas dasar otak sebagai batas atas diseksi, maka diseksi dilanjutkan ke depan

    secara retrograde membersihkan partisi sel-sel etmoid anterior sambil memperhatikan batas

    superior diseksi adalah tulang keras dasar otak (fossa kranii anterior), batas lateral adalah

    lamina papiresia dan batas medial konka media. Disini mempergunakan teleskop 00

    atau 300.

    Cara membersihkan sel etmoid anterior secara retrograde ini lebih aman dibandingkan cara

    lama yaitu dari anterior ke posterior dengan kemungkinan penetrasi intrakranial lebih besar.

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    9/19

    9

    Keuntungan melakukan diseksi etmoid posterior terlebih dahulu adalah karena dasar

    otak yang merupakan atap sinus etmoid posterior lebih mudah ditemukan dan diidentifikasi

    sebagai tulang keras yang letaknya agak horizontal sehingga kemungkinan penetrasi lebih

    kecil dari pada di etmoid anterior dimana dasar otak lebih vertikal.

    Arteri etmoid anterior

    Identifikasi arteri sangat penting. Ia berada di atas perlekatan bula etmoid pada dasar

    otak. Setelah diseksi, arteri akan tampak dalam kanal tulang di batas belakang atap resesus

    frontal. Hindari trauma pada arteri ini.

    Sel Onodi

    Sel onodi tampak pada gambar CT Scan dan menurut Sethi akan ditemukan 1 : 2-3

    pada spesimen Asia. Bahaya keberadaan sel onodi adalah kemungkinan melekatnya n.

    Optikus dan a. Karotis Interna pada dinding lateranya. Saat diseksi di sinus etmoid posterior,

    harus ingat adanya sel onodi. Jika ada sel etmoid posterior yang sangat berpneumatisasi,

    berbentuk piramid dengan dasarnya menghadap ke endoskop, ini adalah sel onodi. Perhatikan

    apakah ada penonjolan n. Optikus dan atau a. Karotis di sisi lateralnya. Hindari trauma pada

    organpenting ini, terutama trauma pada a. Karotis interna dapat berakibat fatal bagi pasien.

    2.5.4 Sinus Frontal

    Untuk memperbaiki drenase sinus frontal dan membuka ostium sinus frontal, resesus

    frontal harus dibersihkan terlebih dahulu. Diseksi disini menggunakanb cunam Blakesley

    upturned dipandu endoskop 300. Setelah partisi sel-sel resesus frontal dibersihkan, ostium

    biasanya langsung tampak, Lokasi ostium dapat di identifikasi berdasar tempat perlekatan

    superior dari prosesus unsinatus. Jika perlekatan tersebut pada orbita, maka drenase dan

    lokasi ostium ada di sebelah medial perlekatan unsinatus. Jika unsinatus melekat pada dasar

    otak atau konka media, maka drenase dan ostium ada di sebelah lateral perlekatan. Panduan

    ini terutama diperlukan jika osteum tersembunyi oleh polip, sel-sel frontal dan variasi

    anatomi. Hati-hati saat diseksi di sisi medial, terutama jika pada gambar CT Scan ditemukan

    lamina lateralis kribriformis yang panjang (kesos tipe III), hindari ujung cunam menghadap

    daerah ini.

    Beberapa penyebab ostium sinus frontal tersembunyi adalah jaringan oedem, polip

    atau popipoid, sisa prosesus uncinatum di bagian superior, variasi anatomi seperti sel=sel

    anger nasi yang meluas ke posterior, bula etmoid meluas ke anterior, sel supra orbital sangat

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    10/19

    10

    cekung menyerupai kedalaman sinus frontal dan lainnya. Semua ini dibersihkan dengan

    cunam blekesley upturned, cunam-cunam jerapah atau kuret J dipandu endoskop 30 dan atau

    70, dengan memperhatikan luasnya sinus frontal pada gambar CT Scan, serta mengingat

    lokasi drenase sinus frontal, kekeliruan membuka ostium sinus frontal dapat dihindari.

    Adanya gelembung udara atau turunya sekret menunjukan lokasi ostium yang sebenarnya.

    Kista atau polip di sinus frontal dapat dibersihkan dengan menarik ujung polip yang

    dapat dicapai dengan cunam jerapah, biasanya seluruh polip ikut tertarik keluar. Cunam

    jerapah ini khusus dibuat untuk bekerja di atap resesus frontal. Polip yang berada di ujung

    lateral sinus frontal merupakan kontraindikasi tindakan BSEF karena tidak dapat dicapai

    dengan teknik ini, dalam hal ini harus dilakukan pendekatan ekstranasal. Jaringan parut masif

    yang menutup ostium juga merupakan kontaindikasi BSEF. Pada keadaan ini operasi

    trepinasi sinus frontal yang dikombinasi endoskopi merupakan pilihan yang baik.

    Setelah resesus frontal dn infundibulum dibersihkan, maka jalan ke sinus frontal dan

    maksila sudah terbuka, drenase dan ventilasi akan pulih dan kelainanpatologik di kedua sinus

    tersebut akan sembuh sendiri dalam beberapa minggu tanpa dilakukan suatu tindakan

    didalamnya.

    Ada beberapa teknik yang bisa dilakukan mencegah trauma a. Etmoid anterior dan

    dasar otak antaranyaIntact Bulla danAxillary Flap.

    2.5.5 Sfenoidektomi

    Biasa yang dilakukan buka sfenoidektomi tetapi sfenoidotomi, yaitu hanya membuka sinus

    sfenoid. Ini bukan prosedur rutin BSEF. Di dalam sinus ada kanal n. Optikus dan a. Karotis,

    sehingga manipulasi daerah ini dapat berakibat kebutaan, kebocoran liquor atau perdarahan

    hebat dengan kemungkinan fatal. Sfenoidektomi memerlukan perencanaan yang matang.

    Anatomi rincinya harus diperhatikan dengan seksama dan CT Scan potongan koronal bahkan

    kalau perlu potongan aksial dan MRI. Perhatikan letak n. Optikus, a. Karotis dan apakah

    ujung septum intersfenoid melekat pada a. Karotis sehingga jika diangkat dapat menyebabkan

    ruptur arteri yang patah.

    Manipulasi di sinus sfenoid harus dilakukan secara hati-hati. Karena n. Optikus dan a.

    Karotis berada di daerah laterosuperior, maka sebaiknya diseksi dibagian medial dan inferior

    saja. Menurut Stammberger, pada 25% kasus ditemukan dehisense di kanal tulang a. Karotis.

    Jika ingin mengangkat septum intersfenoid, harus yakin bahwa ujung septum tidak bertaut

    pada a. Karotis interna dan n. Optikus.

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    11/19

    11

    Prinsip ini penting dalam menunjang hasil terapi. Kennedy mengemukakan bahwa

    dengan mempertahankan mukosa sedapat mungkin, penyembuhan terjadi lebih cepat dan

    lebih baik. Moriyama juga menganjurkan mengangkat jaringan patologik dipermukaan

    mukosa saja dengan cunam yang memotong (cutting forceps)

    2.6 Perawatan Pasca Operasi

    Secara teoritis walaupun belum terbukti, pembersihan pasca operasi dilakukan untuk

    membersihkan sisa perdarahan, sekret, endapan fibrin, krusta dan devitalisasi tulang yang bila

    tidak dilakukan dapat menimbulkan infeksi, jaringan fibrotik, sinekia dan osteitis. Perawatan

    operasi sebaiknya dilakukan oleh operator karena operator yang mengetahui lokasi dan luas

    jaringan yang diangkat. Manipulasi agresif dihindari untuk mencegah terjadinya penyakit

    iatrogenik.

    Beberapa penulis menyebutkan prosedur pembersihan pasca operasi dilakukan seawal

    mungkin setelah operasi selesai yaitu pada hari ke-1 dan selanjutnya setiap 2 sampai 4 hari

    secara teratur. Fernandes pada suatu studi prospektif melaporkan pada 55 pasien yang

    dilakukan BSEF 95,5% pasien memperlihatkan perbaikan gejala klinik sekitar 50% lebih

    pada perawatan pasca operasi hanya dengan irigasi larutan salin hiertonik setelah hari ke-10

    postoperatif. Beberapa ahli menyebutkan menggunakan antibiotik profikaktif pada semuah

    pasien, dimana ahli yang lain menggunakan hanya pada kasus adanya infeksi. Sementara itu

    pada suatu penelitian prospektif acak, tersamar ganda oleh Annys dan Jorrisen dikutip dari

    Schlosser9

    menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan pada gejala klinik setelah pemberian

    cefuroksim postoperasi..

    2.7 Komplikasi2

    Semenjak diperkenalkannya teknik BSEF sangat populer dan diadopsi dengan cepat

    oleh para ahli bedah THT di seluruh dunia. Seiring dengan kemajuannya, muncul berbagai

    komplikasi akibat operasi bahkan komplikasi yang berbahaya. Karenannya para ahli segera

    melakukan penelitian tentang komplikasi yang mungkin terjadi akibat BSEF dan mencari

    cara untuk mencegah dan menghindarinya serta mengobatinya. Pemahaman yang mendalam

    tentang anatomi bedah sinus, persiapan operasi yang baik dan tentunya pengalaman ahli

    dalam melakukan bedah sinus akan mengurangi dan mencegah terjadinya komplikasi.

    Komplikasi BSEF dapat dikategorikan menjadi komplikasi intranasal, preorbital/orbital,

    intrakranial, vaskular dan sistemik.8

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    12/19

    12

    2.7.1 Komplikasi intranasal

    2.7.1.1 Sinekia

    Masalah yang sering timbul berkaitan dengan bedah sinus endoskopik adalah

    terjadinya sinekia yang disebabkan melekatnya dua permukaan luas yang saling berdekatan,

    umunya permukaan konka media dan dinding lateral hidung. Stammberger dkk melaporkan

    insidens sinekia yaitu sekitar 8%, namun hanya 20% yang menyebabkan gangguan sumbatan.

    Disfungsi penciuman dapat terjadi bila celah olfaktori obstruksi akibat sinekia konka media

    dengan septum. Untuk mencegah ketidak stabilan konka media, maka perlekatan superior dan

    inferior dari konka media harus dipertahankan.

    2.7.1.2 Stenosis ostium sinus maksila

    Stenosis ostium sinus maksila pasca pembedahan terjadi sekitar 2%. Pembukaan

    ostium sebesar diameter 3mm diperkirakan sudah dapat menghasilkan drenase fisiologik.

    Stankiewicsz mengatakan bahwa pelebaran ostium secara melingkar dapat menyebabkan

    timbulnya jaringan parut dan stenosis ostium sinus maksila. Metode terbaik memperlebar

    ostium adalah dengan membuka ke salah satu atau beberapa dari arah ini yaitu ke anterior,

    posterior dan inferior. Bila stenosis terjadi bersamaan denga timbulnya gejala maka revisi

    bedah mungkin diperlukan.

    2.7.1.3 kerusakan duktus nasolakrimalis

    Kompilasi ini sangat jarang karena duktus nasolakrimalis berada di sepanjang kanal

    keras sakus lakrimalis dan bermuara di meatus inferior. Duktus ini dapat terluka saat

    pelebaran ostium maksila ke arah anterior. Bolger dan Parson dkk melakukan studi terhadap

    pasien yang mengalami perlukaan duktus nasolakrimalis, tidak ada yang mengalami gejala

    dakriosistisis atau epifora. Rekomendasi untuk mencegah hal ini adalah melakukan pelebaran

    ostium sinus maksila terutama dari arah posterior dan atau posterior.

    2.7.2 Komplikasi Periorbital/orbital

    2.7.2.1 Edema kelopak mata atau ekimosis atau emfisema

    Edema kelopak mata, ekimosis, dan atau emfisema kelopak mata secara tidak

    langsung terjadi akibat trauma pada lamina papiresia. Proyeksi medial lamina papiresea pada

    rongga hidung dan struktur tulangnya yang lembut menyebabkan lamina papiresea mudah

    trauma selama prosedur bedah dilakukan. Kejadian rusaknya lamina papiresea sekitar 0,5-

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    13/19

    13

    1,5% di tangan ahli yang sudah berpengalaman. Pada umumnya akan sembuh sendiri dalam 5

    hari tanpa diperlukan pengobatan khusus.

    2.7.2.2 Perdarahan retrobulbar

    Perdarahan retrobulbar merupakan komplikasi yang berbahaya. Tandanya adalah

    proptosis mendadak, bola mata keras disertai edema kelopak mata, perdarahan

    subkonjungtiva, nyeri, oftalmoplegi, dan proptosis. Seiring dengan meningkatnya tekanan

    intraokuler, iskemi retina terjadi dan menyebabkan kehilangan penglihatan, midriasis dan

    defek pupil. Karenanya saat prosedur pembedahan, mata pasien agar selalu tampak dalam

    pandangan operator.

    2.7.2.3 Kerusakan nervus optikus

    Meskipun sangat jarang, komplikasi ini pernah dilaporkan. Visualisasi yang kurang

    adekuat selama pembedahan, yang dapat pula disebabkan oleh adanya perdarahan, serta

    buruknya pemahaman mengenai anatomi bedah merupakan penyebab terjadinya trauma pada

    n. Optikus yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan.

    2.7.2.4 Gangguan pergerakan otot bola mata

    Pembedahan pada dinding medial dapat menyebabkan trauma atau putusnya otot

    rektus medialis atau otot oblikus superior mata serta kerusakan pada saraf yang

    menginervasinya.

    2.7.3 Komplikasi Intrakranial

    Komplikasi intrakranial merupakan komplikasi yang seringf terjadi pada pemula.

    Cara diseksi etmoidektomi retrograde dan membaca daerah rawan tembus di CT Scan

    preoperasi (tipe Keros) akan menghindarkan komplikasi ini. Kebocoran cairan cerebrospinal

    selama prosedur bedah merupakan komplikasi yang jarang terjadi, insidensi komplikasi ini

    dilaporkan sebanyak 0,05-0,9%. Jika terjadi saat operasi harus segera dilakukan penambalan

    menggunakan jaringan sekitarnya misalnya konka media dan septum. Jika terjadi pasca

    operasi dapat diobservasi karena 90% diharapkan dapat menutup sendiri.

    2.7.4 Komplikasi sistemik

    Walaupun jarang, infeksi dan sepsis mungkin terjadi pada setiap prosedur bedah.

    Masalah yang dapat terjadi berkaitan dengan komplikasi sistemik pada bedah sinus adalah

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    14/19

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    15/19

    15

    2.8.4 Mencegah penetrasi intrakranial

    Penyulit utama saat diseksi retrograde adalah mencegah penetrasi intrakranial.

    Ketebalan tulang dasar otak tidak sama, bagian antro-medial paling tipis hanya 1/10 bagian

    lateral sehingga paling rawan tembus. Karenanya dianjurkan untuk bekerja di sebelah lateral

    agar lebih aman. Daerah rawan lainnya adalah pertautan atap etmoid (fovea etmoidales)

    dengan lamina kribosa yang disebut lamina lateralis kribosa yang merupakan tulang tipis

    yang panjangnya bervariasi antara 3-16 mm. Berdasarkan bentuk dan panjang lamina lateralis

    ini, Krose membaginya dalam empat tipe. Ohnishi juga mendapatkan bahwa atap medial

    etmoid mempunyai banyakdehiscence dan celah-celah. Daerah pertautan konka media pada

    dasar otak dan aspek antro-lateral dinding sel-sel etmoid juga merupakan daerah rawan

    tembus. Jika bekerja di daerah media, dianjurkan selalu menghadapkan cunam agar ke atas.

    2.8.5 Mencegah penetrasi orbita

    Penyulit lain adalah mencegah penetrasi ke orbita. Ini dapat terjadi pada saat

    membersihkan partisi sel etmoid yang melekat ke orbita karena mungkin ada dehiscence

    sehingga mudah tertembus cunam. Saat bekerja di sini arahkan cunam ke vertikal. Kadang-

    kadang di lamina papirasea ada penonjolan orbita yang sering diduga sebagai sel etmoid. Jika

    diangkat maka terjadi penetrasi dan lemak orbita akan keluar. Tidak perlu berusaha

    memasukkan kembali karena akan menambah trauma orbita. Lemak ini akan masuk kembali

    tertekan oleh tampon hidung yang dipasang pasca operasi. Yang penting adalah mengetahui

    bahwa jaringan yang diangkat adalah lemak orbita. Lemak orbita berwarna kekuningan

    berbentuk gelembung bulat-bulat kecil dan melayang di dalam air. Sedangkan jaringan polip

    atau jaringan rongga hidung lainnya akan tenggelam.

    Emfisema subkutis merupakan komplikasi penetrasi orbita. Untuk menghindari,

    jangan menggunakan insuflasi masker oksigen saat selesai anastesi dan pasien dilarang

    menyingsring ingus selama 1-2 minggu pasca operasi.

    2.8.6 Perdarahan saat operasi

    Perdarahan saat operasi adalah karena perdarahan mukosa. Perdarahan ini ringan

    namun dapat mengganggu kelancaran bahkan menggagalkan operasi bila operator tidak dapat

    melihat dengan jelas. Tindakan vasokonstriktor yang baik praoperasi sangat berpengaruh

    disini di samping faktor-faktor lain.

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    16/19

    16

    Kelancaran tindakan bedah sangat ditunjang oleh upaya mengeringkan lapangan

    operasi dengan cara memasukkan kapas adrenalin ke lapangan operasi. Pada tindakan dengan

    anastesi umum, dianjurkan anastesi kendali hipotensi.

    Jika ada perdarahan maka perlu kesabaran untuk berulang kali mengeringkan

    lapangan operasi dan membersihkan endoskop yang menjadi buram karena darah. Perdarahan

    yang cukup merepotkan biasanya terjadi pada daerah yang oedem atau radang, polip luas atau

    pasien dengan tekanan darah tinggi. Perdarahan juga dapat terjadi pada pasien koagulopati,

    pasien dengan menggunakan jangka lama obat-obatan yang memanjangkan masa perdarahan

    seperti salisilat atau obat-obat antiinflamasi nonsteroid, persantin, dll. Obat dihentikan

    sekurang-kurangnya sebelum operasi.

    Jika perdarahan berlanjut dan sulit diatasi, hentikan penggunaan endoskop dan

    lakukan operasi secara konvensional. Pada pasien poliposis dengan kemungkinan perdarahan,

    polip yang besar diangkat dulu tanpa menggunakan endoskop. Setelah perdarahan berkurang,

    tindakan dilanjutkan dengan endoskop. Dengan alat bantu yang sangat menguntungkan yaitu

    alat debrider yang dapat memotong langsung serta menghisap polip sehingga perdarahan

    sangat minim.

    2.9 Anastesi dan Analgesi

    Teknik BSEF dapat dilakukan dalam anastesi lokal atau umum. Umumnya anatesi

    lokal dilakukan jika prosedur ringan seperti BESF mini atau lainnya.

    Pada anastesi lokal, manipulasi daerah lamina papirasea dan dasar otak akan

    menghasilkan rasa nyeri dan ini merupakan tanda untuk mencegah penetrasi, tetapi menurut

    kepustakaan, tidak terbukti anastesi lokal lebih aman dibanding anastesi umum dengan teknik

    hipotensi terkendali pada operasi endoskopi.6

    Diperlukan teknik anastesi lokal yang mampu memberikan vasokonstriksi yang baik.

    Anastesi topikal adalah dengan larutan lidokain, pantokain, atau xylokain 2% dicampur

    epinefrin 1:100.000 dalam konsentrasi 4:1. Kapas kecil bertali dibasahi larutan ini, diperas

    kuat-kuat, dimasukkan ke meatus medius dan aggernasi dengan panduan endoskop dan

    dibiarkan selama 10 menit. Dapat pula memakai analgesi-vasokonstriktor kuat seperti Co-

    phenylcaine Forte spray. Anastesi infiltrasi adalah dengan lidokain 2% dan epinefrin

    1:80.000-100.000, disuntikkan dengan jarum panjang diatas perlekatan konka media,

    prosesus unsinatus dan foramen sfenopalatina.

    Saat ini anastesi umum dengan teknik hipotensi terkendali merupakan teknik anastesi

    yang paling populer baik di negara barat maupun di Indonesia. Teknik kendali hipotensi akan

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    17/19

    17

    mengurangi perdarahan sehingga lapang pandang operasi lebih jelas dan kemungkinan

    komplikasi terhindar, di samping pasien lebih nyaman demikian pula operator dapat bekerja

    lebih baik dan tenang.

    Namun demikian hpitensi kendali ini mempunyai resiko pada beberapa pasien

    misalnya pasien geriatri. Di samping itu penggunaan halotan bersama vasokonstriktor dapat

    menimbulkan resiko iritabilitas jantung.

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    18/19

    18

    BAB III

    KESIMPULAN

    Bedah sinus endoskopi fungsional (BSEF) merupakan teknik operasi atau

    pemebedahan yang dilakukan pada penyakit hitung dan sinus paranasal, misalnya sinusitis,

    polip dan lainnya dengan bantuan alat endoskopi. Dengan menggunakan alat endoskopi

    tersebut, rongga sempit pada hidung dan sekitarnya yang sulit dilihat dengan mata secara

    langsung akan tampak dengan jelas, sehingga kelainan sekecil apapun dapat diketahui.

    Sebelum dilakukan BSEF atau FESS, penderita akan dilakukan pemeriksaan mulai dari

    riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, pemeriksaaan foto rontgen, dan CT-Scan. Penderita

    diberikan terapi pendahuluan untuk persiapan operasi. Sedangkan keberhasilan pasca operasi

    BSEF atau FESS juga ditentukan perawatan pasca operasi minimal 4 kali yaitu pada minggu

    pertama, kedua, keempat, dan minggu keenam. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk

    membersihkan luka bekas operasi dan mencegah perlengketan luka operasi. Kelebihan teknik

    BSEF adalah dapat melihat dengan jelas struktur anatomi dan kelainan di dalam rongga

    hidung dan sinus paranasal, dapat pula menentukan lokasi penyakit dengan tepat, luka operasi

    minimal, proses penyembuhan lebih cepat dan lebih nyaman, fungsi hidung dan paranasal

    dapat dipertahankan.11

  • 8/4/2019 Refrat THT. Bedah Sinus Endoskopik Fungsional

    19/19

    19

    Daftar Pustaka

    1. Orluh, 2008, Bedah Sinus Endoskopi Fungsional. (online),(http://www.orluh2008.wordpress.com/category/uncategorize. diunduh tanggal 30

    Januari 2011).

    2. HTA Indonesia, 2006, Fungsional Endoscopy Sinus Surgery, (online),(http://www.yanmedik-depkes.net/.../Functional%20Endoscopic%20Sinus%20

    Surgery%20di%20Indonesia.doc, diunduh tanggal 30 Januari 2011)

    3. Stack R, Bates G. Fungsional Endoscopic Sinus Surgery. Am Fam Phys, 1998.4. Kennedy DW. Fungsional Endoscopic Sinus Surgery. Concepts, Surgycal, Indication

    adn instrumentation. In: Kennedy DW, Bloger WE, Zinreich SJ, eds. Diseases of the

    sinuses, Diagnosis and Managenent. London Halmiton; 2001

    5. Iraini AH, WidiantoroR, Afandy RB. Bedah Sinus Endoskopi Fungsional (BSEF)Tanpa Tampon. Dalam : Kumpulan Naskah Ilmiah Tahunan Perhimpunan Dokter

    Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Indonesia (Perhati), Batu Malang: 1996.

    6. Mackay IS, Lund VJ. Imaging and Staging, in: Mygind N. Lildholt T. NasalPolyposis: An Inflamatory Disease and its Treatment Copenhagen: Munksgaard;

    1997;137-44.7. Schosser RJ, Kountakis S, Gross CW. Postoperative Management of Endoscopic

    Sinus Surgery. Curr Opin in Otol Head Neck Surg, 2002; 10; 36-9.

    8. Neurman, Thomas R, Turner, Wiliam J. Complications of Endoscopic Sinus Surgery,Ear Nose Throat J, 1994, 73(8).

    9. American Academy of Pediatric. Clinical Practise Guidelines for the Management ofRhinosinusitis. London; Microwatch Meditech Media Limited, 2002

    10.Herbert RI, Bent JP. Meta-Analysis of Pediatric Fungsional Endoscopic SinusSurgery, Laringoscopic, 1998;108(6); 796-9

    11.Qiqi, 2007, Bahas Tentang THT Sebab Akibat dan Penaggulangannya. (online),(http://ligagame.com/lg_smf/index.php?topic=48956.25;wap2, diunduh tanggal 30

    januari 2011.

    http://www.orluh2008.wordpress.com/category/uncategorizehttp://www.orluh2008.wordpress.com/category/uncategorizehttp://www.orluh2008.wordpress.com/category/uncategorizehttp://www.yanmedik-depkes.net/.../Functional%20Endoscopic%20Sinus%20%20Surgery%20di%20Indonesia.dochttp://www.yanmedik-depkes.net/.../Functional%20Endoscopic%20Sinus%20%20Surgery%20di%20Indonesia.dochttp://www.yanmedik-depkes.net/.../Functional%20Endoscopic%20Sinus%20%20Surgery%20di%20Indonesia.dochttp://www.yanmedik-depkes.net/.../Functional%20Endoscopic%20Sinus%20%20Surgery%20di%20Indonesia.dochttp://ligagame.com/lg_smf/index.php?topic=48956.25;wap2http://ligagame.com/lg_smf/index.php?topic=48956.25;wap2http://ligagame.com/lg_smf/index.php?topic=48956.25;wap2http://ligagame.com/lg_smf/index.php?topic=48956.25;wap2http://www.yanmedik-depkes.net/.../Functional%20Endoscopic%20Sinus%20%20Surgery%20di%20Indonesia.dochttp://www.yanmedik-depkes.net/.../Functional%20Endoscopic%20Sinus%20%20Surgery%20di%20Indonesia.dochttp://www.orluh2008.wordpress.com/category/uncategorize