14
RECIDIVE RANGKUMAN MATERI Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah Hukum Pidana, Semester II, Tahun Akademik 2013 - 2014 Disusun Oleh : YADI SUPRIATNA 131000303 KELAS G Dibawah Bimbingan : Ibu Gialdah Tapiansari, S.H., M.H Ibu Tien S Hulikati, S.H., M.Hum FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG 2014

Residive

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Recidive

Citation preview

Page 1: Residive

RECIDIVE

RANGKUMAN MATERI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan, Mata Kuliah

Hukum Pidana, Semester II, Tahun Akademik 2013 - 2014

Disusun Oleh :

YADI SUPRIATNA

131000303

KELAS G

Dibawah Bimbingan :

Ibu Gialdah Tapiansari, S.H., M.H

Ibu Tien S Hulikati, S.H., M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS PASUNDAN

BANDUNG

2014

Page 2: Residive

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dilihat dari sistem hukum yang berlaku di dunia, pengaturan yang

menyangkut masalah tentang recidive sudah ada sejak pada zaman Hukum

Romawi yang telah berlangsung berabad-abad yang lalu. Sagala

pengaturan yang mengenai tentang recidive ini kemudian dimasukkan juga

dalam Eode Penal Praneis yang merupakan cikal baka daril hukum pidana

Belanda (W.v.S).

Di masyarakat umum bahwa residivis adalah seorang penjahat

yang telah selesai menjalankan pidananya atau seorang penjahat yang telah

keluar dari tahanan. Dari sisni masyarakat akan mengkonotasikan seorang

recidive sebagai seorang yang sangat jahatdan jahat bahkan bengis,

kejam, tidak beragama, tidak berperikemanusiaan, dan masih banyak lagi.

Residivis merupakan orangnya ( si-pelaku ) sedangkan untuk

perbuatannya dapat dinamakan dengan recidive. Dalams segi istilah ini

banyak yang mengkonotasikan hmpir sama dengan apayang telah

dipersepsikan masyarakat luas. Kiranya telah dapat dimengerti bahwa

recidive adalah sama dengan pengulangan tindak pidana.1

B. IDENTIFIKASI MASALAH

1. Apa yang Dimaksud dengan Recidive?

2. Bagaimana Recidive Menurut KUHP?

3. Bagaimana Recidive di Luar KUHP?

C. TUJUAN

1. Untut Mengetahui Apa yang Dimaksud dengan Recidive

2. Untuk Mengetahui Recidive Menurut KUHP

3. Untuk Mengetahui Recidive di Luar KUHP

1 Afif Mahardika Setiawan, Dasar Pemberat Pidana Karena Recidive,

http://afifmsip4.blogspot.com/2012/05/dasar-pemberat-pidana-karena-recidive.html, Diakses

Pada 18 Mei 2014

Page 3: Residive

2

BAB II

RINGKASAN MATERI

A. PENGERTIAN RECIDIVE

Recidive atau pengulangan tindak pidana yaitu seseorang melakukan tindak

pidanadan telah dijatuhi pidana dengan suatu putusan hakim yang tetap ( in

kracht van gewijsde) kemudian melakukan suatu tindak pidana lagi.2

1. I Made Widnyana

Mengatakan bahwa reeidive itu terjadi apabila seseorang telah melakukan

perbuatan pidana dan terhadap perbuatan pidana tersebut telah dijatuhi

dengan putusan hakim. Pidana tersebut telah dijalankan akan tetapi setelah

ia selesai menjalani pidana dan dikembalikan kepada masyarakat, dalam

jangka waktu tertentu setelah pembebasan tersebut ia kembali melakukan

perbuatan pidana.

2. Zainal Abidin Farid

A. Zainal Abidin Farid tampaknya sama dengan pendapat Barda Nawawi

Arief dan I Made Widnyana tentang recidive. A. Zainal Abidin Faridm

menyatakan bahwa recidive atau pengulangan kejahatan tertentu terjadi

bilamana oleh orang yang sama mewujudkan lagi suatu delik, yang

diantara oleh putusan pengadilan negeri yang telah memidana pembuat

delik.3

B. RECIDIVE MENURUT KUHP

Recidive terjadi dalam hal seseorang yang melakukan tindak pidana dan

telah dijatuhi pidana dengan suatu putusan hakim yang telah berkekuatan

hukum tetap (in kracht van gewijsde), kemudian melakukan tindak pidana

lagi. Sama seperti dalam concursus relais, dalam recidive terjadi beberapa

tindak pidana. Namun dalam recidive telah ada putusan hakim yang telah

berkekuatan hukum tetap.

2 Tien S. Hulukati, Hukum Pidana, Bandung, 2014, hlm. 200

3 Loc. it

Page 4: Residive

3

Recidive merupakan alasan yang dapat memperberat pemidanaan.

Sebagai contoh, seperti yang diatur dalam Pasal 12 KUHP bahwa karena

alasan recidive pidana penjara boleh diputuskan sampai 20 tahun, walaupun

secara umum pidana penjara maksimum dijatuhkan selama 15 tahun.

Recidive tidak diatur secara umum dalam Buku I "Aturan Umum", namun

diatur secara khusus untuk sekelompok tindak pidana tertentu baik yang

berupa kejahatan dalam Buku II maupun pelanggaran dalam Buku III.

Dengan demikian, KUHP Indonesia saat ini menganut sistem recidive

khusus, artinya pemberatan pidana hanya dikenakan terhadap pengulangan

jenis tindak pidana tertentu saja dan dilakukan dalam tenggang waktu

tertentu.

A. Recidive Kejahatan

KUHP membedakan recidive kejahatan ini menjadi dua kelompok besar,

yaitu:

1. Recidive Terhadap Kejahatan-Kejahatan Tertentu yang Sejenis

Recidive kejahatan yang sejenis diatur tersebar dalam 11 pasal kejahatan

KUHP, yaitu Pasal 137 (2), 144 (2), 155 (2), 157 (2), 161 (2), 163 (2), 208

(2), 216 (2), 321 (2), 393 (2), dan 303 bis (2).

Syarat adanya recidive disebutkan dalam masing-masing pasal di atas,

yang pada umumnya dapat diringkas sebagai berikut.

1. Kejahatan yang diulangi harus sama/sejenis.

2. Antara kejahatan yang terdahulu dengan kejahatan yang diulangi

harus telah ada putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap.

3. Pelaku melakukan kejahatan pada waktu menjalankan

pencaharian, kecuali Pasal 216, 303 bis dan 393.

4. Pengulangan tindak pidana dalam tenggang waktu tertentu, yaitu:

a. 2 tahun sejak adanya putusan hakim yang tetap (Pasal 137, 144,

208, 216, 303 bis, dan 321).

b. 5 tahun sejak adanya putusan hakim yang tetap (Pasal 155, 157,

161, 163, dan 393).

Page 5: Residive

4

Dengan adanya syarat keputusan hakim yang berupa pemidanaan dan

mempunyai kekuatan tetap ( inkracht van gewijsde ) seperti tersebut

pada sayarat kedua diatas maka tidak ada recidive dalam hal :

1) Keputusan hakim tersebut tidak merupakan pemidanaan,

misalnya keputusan yang berupa pembebasan dari segala

tuduhan ( vrijspraak) berdasarkan pasal 313 RIB dan yang

berupa “Pelapasan dari segala tuntutan” ( onslag van alle recht

vervolging ) berdasar pasal 314 RIB ( Sekarang Pasal 191

ayat (2) KUHP).

2) Keputusan hakim tersebut masih dapat diubah dengan upaya-

upaya hukum yang berlaku ( Misal : dengan upaya banding

atau kasasi).

3) Keputusan hakim tersebut berupa “penetapan-penetapan”

(beschikking)

Syarat keputusan hakim yang berupa pemidanaan misalnya :

a. Keputusan yang menyatakan tentang tidak berwenangnya

hakim untuk memeriksa perkara yang bersangkutan (Pasal

247 dan Pasal 252 RIB)

b. Keputusan tentang tidak diterimanya tuntutan jaksa karena

terdakwa tidak melakukan kejahatan ( Pasal. 250 ayat 3

RIB)

c. Tidak diterima perkara karena penuntutan nya sudah

daluwarsa.

Pemberatan pidana yang dapat dijatuhkan dalam recidive kejahatan sejenis

ini, juga tampak berbeda-beda, yaitu:

1. Pidana tambahan berupa pencabutan hak menjalankan

pencahariannya.

2. Pidana pokok ditambah 1/3 (Khusus untuk delik dalam pasal 216)

3. Pidana penjara dikalikan 2 X (berlaku khusus Pasal 393)

Page 6: Residive

5

2. Recidive Terhadap Kejahatan-Kejahatan Tertentu yang Termasuk

dalam Kelompok Jenis

Recidive kejahatan kelompk jenis diatur dalam Pasal 486, 487, dan 489

KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dimasukkan beberapa kejahatan yang

masuk kelompok jenis, yaitu:

1. Pasal 486 tentang kejahatan terhadap harta benda dan

pemalsuan yang terdiri atas:

Pasal 244-248 (pemalsuan mata uang)

Pasal 263-264 (pemalsuan surat)

Pasal 362,363,365 (pencurian)

Pasal 368 (pemerasan)

Pasal 369 (pengancaman)

Pasal 372,374,375 (penggelapan)

Pasal 378 (penipuan)

Pasal 415,417,425,432 (kejahatan jabatan)

Pasal 480,481 (penadahan)

2. Pasal 487 tentang kejahatan terhadap orang yang terdiri atas:

Pasal 131,140,141 (penyerangan dan makar kepada Kepala Negara)

Pasal 338,339,340 (pembunuhan)

Pasal 341,342 (pembunuhan anak)

Pasal 344 (euthanasia)

Pasal 347-348 (abortus)

Pasal 351,353,354,355 (penganiayaan)

Pasal 438-443 (kejahatan pembajakan pelayaran)

Pasal 459-460 (insubordinasi)

3. Pasal 488 tentang kejahatan penghinaan dan yang berhubungan

dengan penerbit/percetakan

Pasal 134-137 (penghinaan kepada Presiden/Wakil Presiden)

Pasal 142-144 (penghinaan kepada Kepala Negara sahabat)

Pasal 207-208 (penghinaan kepada penguasa badan umum)

Pasal 310-321 (penghinaan kepada orang pada umumnya)

Pasal 483,484 (kejahatan penerbit/percetakan)

Page 7: Residive

6

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk recidive kelompok jenis

ini adalah:

1. Kejahatan yang diulangi harus termasuk dalam satu kelompok jenis

dengan kejahatan terdahulu. Oleh karena itu, tidak dapat dikatakan

recidive jika orang melakukan pencurian (Pasal 362), kemudian

melakukan pembunuhan (Pasal 338), dan kemudian melakukan

penghinaan (Pasal 310).

Kejanggalannya adalah adanya beberapa tindak pidana yang tidak

dimasukkan dalam beberapa kelompok jenis ini, seperti Pasal 104

(delik makar), Pasal 281-303 (delik-delik kesusilaan), Pasal 356

(bentuk terkualifikasi tindak pidana Pasal 351-355), dan Pasal 349

(bentuk terkualifikasi delik abortus Pasal 346-348).

2. Antara kejahatan yang terdahulu dengan kejahatan yang diulangi

harus telah ada putusan hakim yang berkekuatan hukum tetap.

3. Pidana yang pernah dijatuhkan hakim terdahulu berupa pidana penjara.

4. Tenggang waktu melakukan pengulangan tindak pidana adalah:

a. belum lewat 5 tahun

1. Sejak menjalani untuk seluruhnya atau sebagian pidana penjara

yang dijatuhkan terdahulu atau

2. Sejak pidana tersebut (penjara) sama sekali telah dihapuskan

b. belum lewat tenggang waktu daluwarsa kewenangan menjalankan

pidana (penjara) yang terdahulu

1. apabila A menjalani seluruhnya, maka tenggang waktu

pengulangannya adalah sebelum lewat tahun 1985 ( Perhitungan

keputusan tahun 1972+ 2+5)

2. apabila A setelah mejalani sebagian, misal 2 tahun, mendapat grasi

atau pelepasan bersyarat pada tahun 1974 maka tenggang waktu

pengulanganya adalah sebelum lewat tahun 1979 ( Perhitungan

Keputusan tahun1972+2+5)

3. apabila A setelah mejalani sebagian, misal 2 tahun pada tahun

1974 melarikan diri, maka tenggang waktu pengulanganya adalah

Page 8: Residive

7

sebelum lewat waktu daluwarsa kewenangan menjalani pidana

penjara yang terdahulu. Berdasarkan pasal 85 ayat 2 KUHP

tenggang waktu daluwarsa dihitung sejak terdakwa melarikan diri.

Jadi tenggang waktu recidivenya adalah sebelum lewat waktu

tahun 1990 yaitu dihitung mulai tahun 1974 ditambah 16 tahun

(Tenggang waktu daluwarsa kewenangan menjalankan pidana

untuk pasal 338 KUHP lihat pasal 84 KUHP)4

B. Recidive Pelanggaran

Dengan dianutnya sistem recidive khusus, maka recidive pelanggaran

menurut KUHP juga merupakan recidive terhadap pelanggaran-

pelanggaran tertentu saja yang disebut dalam Buku III.

Terdapat 14 jenis pelanggaran di dalam Buku III KUHP yang apabila

diulangi dapat merupakan alasan untuk adanya pemberatan pidana yaitu

pelanggaran-pelanggaran terhadap :

a. Pasal 489 KUHP, kenakalan terhadap orang atau barang

b. Pasal 492 KUHP, dimuka umum merintangi lalu lintas/ mengganggu

ketertiban dan keamanan orang lain

c. Pasal 492 KUHP, memasang perangkap / alat untuk membunuh

binatang buas tanpa izin

d. Pasal 501 KUHP, menjual makanan / minuman yang dipalsu, busuk

atau yang berasal dari ternak yang sakit atau mati

e. Pasal 512 KUHP, melakukan pencaharian tanpa keharusan /

kewenangan atau melampaui batas kewenanganya

f. Pasal 516 KUHP, mengusahakan tempat bermalam tanpa register

catatan tamu atau tidak menunjukan register tersebut kepada pejabat

yang memintanya

g. Pasal 517 KUHP, membeli barang-barang anggora militer tanpa izin

4 Jamil Ncera, Pengulangan Tindak Pidana, http://himaih-

uinsuka.blogspot.com/2011/04/pengulangan-tindak-pidana-recidive.html, Diakses Pada 18 Mei

2014

Page 9: Residive

8

h. Pasal 530 KUHP, petugas agama yang melakukan upacara perkawinan

sebelum dinyatakan padanya bahwa pelangsungan dimuka pejabat

catatan sipil (Burgelijk Stand) telah dilakukan

i. Pasal 536 KUHP, dalam keadaan mabuk berada dijalan umum

j. Pasal 540 KUHP, memperkerjakan hewan melebihi kekuatan atau

menyakitinya

k. Pasal 541 KUHP, menggunakan kuda muatan yang belum tikar gigi

l. Pasal 544 KUHP, mengadakan sabungan ayam/jangkrik di jalan umum

tanpa izin

m. Pasal 545 KUHP, melakukan pencaharian sebagai tukang ramal

n. Pasal 549 KUHP, membiarkan ternaknya berjalan dikebun / tanah

yang terlarang

Adapun persyaratan recidive pelanggaran disebutkan dalam masing-

masing pasal yang bersangkutan, pada umumnya mensyaratkan sebagai

berikut :

a. Pelanggaran yang diulangi harus sama atau sejenis dengan pelanggaran

yang terlebih dahulu.

b. Harus sudah ada putusan hakim berupa pemidanaanyang telah

berkekuatan tetap untuk pelanggaran yang terdahulu

c. Tenggang waktu pengulanganya belum lewat 1 atau 2 tahun sejak

adanya putusan pemidanaan yang berkekuatan tetap yaitu :

1. Belum lewat 1 tahun untuk pelanggaran pasal 489, 492, 495, 536,

540, 541, 544, 545, dan 549 KUHP

2. Belum lewat 2 tahun untuk pelanggaran pasal 501, 512, 516, 517

dan 530

Namun demikian pada umunya mengikuti salah satu sistem pemberatan

pidana sebagai berikut :

a. Pidana denda diganti atau ditingkatkan menjadi pidana kurungan

b. Pidana (denda/kurungan) dilipatkan dua kali.5

5 Loc.it

Page 10: Residive

9

C. RECIDIVE DI LUAR KUHP

1. Recidive kejahatan di luar KUHP terdapat antara lain di dalam pasal 39

UU Narkotika (UU NO. 9 tahun 1976) yang berisi sebagai berikut :

a. Pidana penjara yang ditentukan dalam pasal 16 ayat (1) sampai

dengan ayat (7) dapat ditambah dengan sepertiga jika terpidana ketika

melakukan kejahatan, belum lewat 2 tahun sejak menjalani seluruhnya

atau sebagian pidana penjara dujatuhkan padanya.

b. Dalam hal perulangan kejahatan yang dimaksud dalam ayat (1)

diancam dengan pidana denda, maka pidana denda tersebut dikalikan

dua.

c. Dari rumusan diatas terlihat bahwa UU Narkotika menganut juga

sistem recidive khusus yaitu, baik tindak pidana yang diulangi

maupun tenggang waktu pengulanganya sudah tertentu.

Adapun sistem pemberatan pidanya ialah :

a. Untuk pidana penjara ditambah sepertiga dari ancaman maksimum

b. Untuk pidana denda dilipatkan dua kali

2. Recidive pelanggaran di luar KUHP terdapat antara lain dalam :

a. Pasal 11 (5) Ordonansi Perlindungan Cagar Alam

(Natuurbeschermings Ordonantie) S. 1941 No. 167 (Sudah dicabut

berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990)

b. Pasal 18 (2) UU Kerja No. 12 Tahun 1948 jo. UU No. 1 Tahun 1951

c. Pasal 32 (2) dan 33 (2) UU lalulintas dan angkutan jalan raya No.3

Tahun 1965, yang sudah diganti dengan UU No. 14 Tahun 1992.

Penggantian UU No. 3 Tahun 1965 dengan UU No. 14 Tahun 1992,

aturan recidive dalam UU lalulintas dan angkutan jalan yang baru ini

terdapat dalam pasal 69.

Dalam peraturan peraturan tersebut juga dianut sistem recidive

khusus, tenggang waktu pengulangan ada yang 1 sampai 2 tahun,

sedangkan pemberatan pidananya ada yang ditambah separuh,

sepertiga dan ada yang dilipat gandakan.6

6 op. Cit hlm. 206

Page 11: Residive

10

BAB III

PERTANYAAN DAN JAWABAN

A. PERTANYAAN

1. Apa yang dimaksud dengan recidive menurut beberapa ahli?

2. Sebutkan jenis recidive dalam KUHP dan sebutkan berapa yang

termasuk dalam recidive tersebut?

3. Sistem recidive apakah dan mengapa yang dianut oleh peraturan di

luar KUHP?

B. JAWABAN

1. Recidive atau pengulangan tindak pidana yaitu seseorang melakukan

tindak pidanadan telah dijatuhi pidana dengan suatu putusan hakim

yang tetap ( in kracht van gewijsde) kemudian melakukan suatu tindak

pidana lagi.

I Made Widnyana

Mengatakan bahwa reeidive itu terjadi apabila seseorang telah

melakukan perbuatan pidana dan terhadap perbuatan pidana tersebut

telah dijatuhi dengan putusan hakim

Zainal Abidin Farid

recidive atau pengulangan kejahatan tertentu terjadi bilamana oleh

orang yang sama mewujudkan lagi suatu delik, yang diantara oleh

putusan pengadilan negeri yang telah memidana pembuat delik.

2. A. Recidive Terhadap Kejahatan-Kejahatan Tertentu yang Sejenis

Recidive kejahatan yang sejenis diatur tersebar dalam 11 pasal

kejahatan KUHP, yaitu Pasal 137 (2), 144 (2), 155 (2), 157 (2),

161 (2), 163 (2), 208 (2), 216 (2), 321 (2), 393 (2), dan 303 bis (2).

B. Recidive Terhadap Kejahatan-Kejahatan Tertentu yang

Termasuk dalam Kelompok Jenis

Recidive kejahatan kelompk jenis diatur dalam Pasal 486, 487, dan

489 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dimasukkan beberapa

kejahatan yang masuk kelompok jenis, yaitu:

Page 12: Residive

11

a. Pasal 486 tentang kejahatan terhadap harta benda dan

pemalsuan yang terdiri atas:

Pasal 244-248 (pemalsuan mata uang)

Pasal 263-264 (pemalsuan surat) dll

b. Pasal 487 tentang kejahatan terhadap orang yang terdiri atas:

Pasal 131,140,141 (penyerangan & makar kepada Kepala Negara)

Pasal 338,339,340 (pembunuhan) dll

c. Pasal 488 tentang kejahatan penghinaan dan yang

berhubungan dengan penerbit/percetakan

Pasal 134-137 (penghinaan kepada Presiden/Wakil Presiden)

Pasal 142-144 (penghinaan kepada Kepala Negara sahabat) dll

3. Dalam peraturan peraturan tersebut yang di luar KUHP juga dianut

sistem recidive khusus, dimana stenggang waktu pengulangan ada

yang 1 sampai 2 tahun, sedangkan pemberatan pidananya ada yang

ditambah separuh, sepertiga dan ada yang dilipat gandakan.

Page 13: Residive

12

BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. PENGERTIAN RECIDIVE

Recidive atau pengulangan tindak pidana yaitu seseorang melakukan

tindak pidanadan telah dijatuhi pidana dengan suatu putusan hakim

yang tetap ( in kracht van gewijsde) kemudian melakukan suatu tindak

pidana lagi.

2. RECIDIVE MENURUT KUHP

Recidive tidak diatur secara umum dalam Buku I "Aturan Umum",

namun diatur secara khusus untuk sekelompok tindak pidana tertentu

baik yang berupa kejahatan dalam Buku II maupun pelanggaran dalam

Buku III. Dengan demikian, KUHP Indonesia saat ini menganut

sistem recidive khusus, artinya pemberatan pidana hanya dikenakan

terhadap pengulangan jenis tindak pidana tertentu saja dan dilakukan

dalam tenggang waktu tertentu.

A. Recidive Kejahatan

KUHP membedakan recidive kejahatan ini menjadi dua kelompok

besar, yaitu:

1. Recidive Terhadap Kejahatan-Kejahatan Tertentu yang

Sejenis

Diatur dalam 11 pasal kejahatan KUHP, yaitu Pasal 137 (2),

144 (2), 155 (2), 157 (2), 161 (2), 163 (2), 208 (2), 216 (2), 321

(2), 393 (2), & 303 bis (2).

2. Recidive Terhadap Kejahatan-Kejahatan Tertentu yang

Termasuk dalam Kelompok Jenis

Recidive kejahatan kelompk jenis diatur dalam Pasal 486, 487,

dan 489 KUHP. Dalam pasal-pasal tersebut dimasukkan

beberapa kejahatan yang masuk kelompok jenis, yaitu:

a. Pasal 486 tentang kejahatan terhadap harta benda dan

pemalsuan yang terdiri atas:

Pasal 244-248 (pemalsuan mata uang)

Page 14: Residive

13

Pasal 263-264 (pemalsuan surat) dll.

b. Pasal 487 tentang kejahatan terhadap orang yang

terdiri atas:

Pasal 131,140,141 (penyerangan dan makar kepada

Kepala Negara), Pasal 338,339,340 (pembunuhan), dll.

c. Pasal 488 tentang kejahatan penghinaan dan yang

berhubungan dengan penerbit/percetakan

Pasal 134-137 (penghinaan kepada Presiden/Wakil

Presiden), Pasal 142-144 (penghinaan kepada Kepala

Negara sahabat) dll.

3. RECIDIVE DI LUAR KUHP

1. Recidive kejahatan di luar KUHP terdapat antara lain di dalam pasal

39 UU Narkotika (UU NO. 9 tahun 1976)

2. Recidive pelanggaran di luar KUHP terdapat antara lain dalam :

a. Pasal 11 (5) Ordonansi Perlindungan Cagar Alam

(Natuurbeschermings Ordonantie) S. 1941 No. 167 (Sudah dicabut

berdasarkan UU No. 5 Tahun 1990)

b. Pasal 18 (2) UU Kerja No. 12 Tahun 1948 jo. UU No. 1 Tahun

1951

c. Pasal 32 (2) dan 33 (2) UU lalulintas dan angkutan jalan raya No.3

Tahun 1965, yang sudah diganti dengan UU No. 14 Tahun 1992.

B. SARAN

Semoga dengan adanya pemaparan materi yang telah kami sampaikan

sekiranya dapat menjadi suatu pembelajaran dan dapat mengambil manfaat

dari materi ini. Dengan adanya pemaparan materi ini semoga kawan-kawan

semua dapat memahami lebih lanjut mengenai pengulangan tindak pidana ini.

Semoga apa yang kami sampaikan dapat menjadi sebuah pengantar untuk

memahami kasus-kasus yang marak terjadi dalam kehidupan kita ini.