Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Modul Kuliah Teknik Kontrol Otomatik
Respon Sistem Kontrol
Bambang Ariantara
Jrusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Pasundan
2007
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 1
1. RESPON TRANSIEN Respon transien adalah respon suatu sistem sebelum tercapainya keadaan steady. Pada keadaan transien, output suatu sistem masih berubah seiring dengan berjalannya waktu, sedangkan pada keadaan steady output sistem sudah tidak berubah lagi. Keadaan steady dicapai saat waktu menuju harga yang sangat besar, secara matematik dikatakan menuju tak berhingga.
Respon Suatu Sistem Terhadap Fungsi Step Satuan
0
1
2
3
4
5
6
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu, t [sec]
Out
put,
y(t
)
Transien Steady
1.1 Respon Transien Sistem Linear Orde 1 Metode Integrasi Suatu sistem linear orde 1 dapat dinyatakan sebagai persamaan diferensial berikut ini.
)t(xK)t(yadt
)t(dy=+ (1)
Pada persamaan diferensial di atas y(t) menyatakan output atau respon, sistem dan x(t) adalah inputnya, sedangkan a dan K adalah konstanta. Jawab persamaan diferensial ini adalah fungsi y(t) yang memenuhi persamaan diferensial tersebut. Dengan metode integrasi dapat diperoleh bahwa jawab persamaan diferensial terrsebut adalah
∫−− += dte)t(xeKeC)t(y atatat (2)
Konstanta integrasi C dapat ditentukan melalui persamaan kondisi awal (initial conditions). Persamaan diferensial tersebut dapat ditulis menggunakan notasi operasional sebagai
)t(xK)t(ya)t(Dy =+ atau )t(xK)t(y)aD( =+ . Karena operator D dapat diperlakukan sebagai besaran aljabar, maka output atau respon y(t) dapat ditulis sebagai
)t(xaD
K)t(y+
= (3)
Dengan demikian, respon suatu sistem linear orde 1 dapat dinyatakan sebagai
∫−− +==+
= dte)t(xeKeC)t(y)t(xaD
K)t(y atatat
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 2
Respon Transien
0
0.5
1
1.5
2
2.5
-0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu, t (sec)
Res
pon,
y(t)
Input
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
-0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu, t (sec)
Inpu
t, x(
t)
Contoh 1: Tentukan respon sistem yang dinyatakan oleh persamaan diferensial
)t(x8)t(y4dt
)t(yd=+ dengan input x(t)
berupa fungsi tangga satuan, dan y(0)=0 Penyelesaian:
1)t(x4a8K
)t(x4D
8)t(y
===+
=
2eC)t(y4
ee8eC)t(y
dte1e8eC)t(y
t4
t4t4t4
t4t4t4
+=
+=
+=
−
−−
−− ∫
Kondisi awal: Pada t=0, y(t)=0
2C02C
02Ce0
−==+
=+
Maka respon sistem adalah
)e1(22e2)t(y t4t4 −− −=+−= Di samping ini diperlihatkan grafik input x(t) dan respon y(t) terhadap waktu. Contoh 2: Suatu sistem dinyatakan dengan diagram blok di bawah ini. a. Tentukan persamaan yang mentakaan
hubungan antara output dengan input b. Jika y(0)=0, tentukan respon sistem terhadap
input berupa fungsi tangga satuan Penyelesaian: a. Hubungan antara output dengan input:
[ ]
( )
)t(x3D
3)t(y
)t(x3)t(y3D)t(x3)t(y3)t(Dy)t(y3)t(x3)t(Dy
)t(y)t(xD3)t(y
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+=
=+=+−=
−=
+
-
x(t) y(t)
D3
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 3
Respon Transien
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
-0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu, t (sec)
Res
pon,
y(t)
xe
y
q
Beban
b b
b. Respon sistem terhadap fungsi tangga satuan
1Ce)t(y3
ee3Cedte1e3Ce)t(y
1)t(x3a3Kdte)t(xKeCe)t(y
t3
t3t3t3t3t3t3
atatat
+=
+=+=
===+=
−
−−−−
−−
∫
∫
Kondisi awal: pada t=0, y(t)=0
1C1C0
1eC0 0
−=+=
+=
Maka respon sistem adalah:
1e)t(y t3 +−= − atau t3e1)t(y −−=
Input
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
-0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu, t (sec)
Inpu
t, x(
t)
Contoh 3: Di samping ini adalah sebuah hydraulic amplifier yang mempunyai piston berdiameter 60 cm dan konstanta katup 1 m2/s. a. Gambarlah diagram bloknya b. Tentukan hubungan output y(t) dengan input
x(t) c. Tentukan respon sistem jika ujung kiri batang
dengan sangat cepat digerakkan ke atas sejauh 5 cm
3
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 4
Penyelesaian: a. Diagram blok
Walking Beam: 2
yxe −= Hydraulic Amplifier: e
ADCy 1 ⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛=
b. Hubungan output dengan input
)t(x77.1D
1.77)t(xA2CD
A2C)t(y
)t(xA2
C)t(yA2
CD
)t(xA2
C)t(yA2
C)t(Dy
)t(yA2
C)t(xA2
C)t(Dy
2)t(y)t(x
ADC)t(y
1
1
11
11
11
1
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+=⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
=
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ +
=+
−=
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛ −⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=
Hubungan antara output dengan input ini dapat juga diperoleh dari persamaan sistem umpan balik satuan sebagai berikut
)t(x77.1D
1.77)t(xA2CD
A2C)t(xAD2C1
AD2C)t(x)D(H)D(G1
)D(G)t(y1
1
1
1 ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+=⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
=
c. Respon transien
05.0eC)t(y
05.0)t(x77.1a77.1Kdte)t(xeKeC)t(yt77.1
atatat
+=
===+=
−
−− ∫
Dari kondisi awal, y(0)=0, diperoleh C=-0.05, sehingga )e1(05.0)t(y t77.1−−= Di bawah ini ditampilkan grafik input x(t) dan output y(t) terhadap waktu.
Input
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
-0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu, t (sec)
Inpu
t, x(
t)
Respon Transien
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
-0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu, t (sec)
Res
pon,
y(t)
x
y
+
-
e
21 e e y
ADC1
y +
-
x AD2C1
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 5
Metode Transformasi Laplace Cara lain untuk mencari jawab suatu persamaan diferensial adalah dengan metode transformasi Laplace. Transformasi Laplace mengubah suatu fungsi waktu f(t) menjadi F(s).
[ ] ∫∞
−==0
st dte)t(f)t(fL)s(F
[ ])t(fL dibaca sebagai “Transformasi Laplace dari f(t)” Contoh: Fungsi Tangga Satuan, u(t)
s1
sedte1dte)t(u)s(F
0
st
0
st
0
st =⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−===
∞−∞−
∞− ∫∫
Fungsi Tangga, h(t)
sh
shedthedte)t(h)s(F
0
st
0
st
0
st =⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−===
∞−∞−
∞− ∫∫
Transformasi Laplace dari berbagai fungsi waktu yang sering dijumpai dalam desain dan analisis sistem kontrol dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1: Transformasi Laplace
f(t) F(s)
Fungsi Impuls Satuan )t(δ 1
Fungsi Tangga Satuan 1)t(u = s1
Fungsi Tangga h)t(uh = sh
Fungsi Ramp Satuan t 2s1
Fungsi Eksponensial ate as1−
nt 1ns!n+
atnet ( ) 1nas!n
+−
Fungsi Sinus tsinω 22s ω+ω
Fungsi Cosinus tcosω 22ssω+
tsineat ω ( ) 22as ω+−
ω
tcoseat ω ( ) 22asasω+−
−
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 6
Tabel 2: Sifat-sifat Transformasi Laplace
Fungsi Waktu Fungsi s
)t(fk )s(Fk
)t(f)t(f 21 + )s(F)s(F 21 + )t(f ′ )0(f)s(Fs − )t(f ′′ )0(f)0(fs)s(Fs2 ′−− )t(f ′′′ )0(f)0(fs)0(fs)s(Fs 23 ′′−′−−
)at(f ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
asF
a1
)t(feat )as(F − )tt(f 0− )s(Fe st0−
∫ λλ−λt
0
d)t(g)(f )s(G)s(F
Contoh 4: Tentukan transformasi Laplace dari t2e)t(y −= Penyelesaian:
Dari Tabel 1 diperoleh 2s
1)s(Y+
=
Contoh 5: Tentukan transformasi Laplace dari t2e1)t(y −+= Penyelesaian:
Dari Tabel 1, transformasi Laplace dari 1 adalah s1
dan transformasi Laplace dari t2e− adalah 2s
1+
Berdasarkan sifat-sifat transformasi Laplace dari Tabel 2 diperoleh 2s
1s1)s(Y
++=
Contoh 6; Tentukan transformasi Laplace dari t2e5)t(y −= Penyelesaian:
Dari Tabel 1, transformasi Laplace dari t2e− adalah 2s
1+
Kemudian dengan menggunakan Tabel 2 dapat diperoleh bahwa
transformasi Laplace dari t2e5)t(y −= adalah 2s
5)s(Y+
=
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 7
Contoh 7:
Tentukan y(t) jika diketahui 4s
3)s(Y+
=
Penyelesaian:
Dari Tabel 1, inversi transformasi Laplace dari 4s
1+
adalah t4e−
Kemudian dengan menggunakan Tabel 2 diperoleh t4e3)t(y −= Contoh 8:
Tentukan y(t) jika diketahui 4s
3s5)s(Y
++=
Penyelesaian:
Inversi transformasi Laplace dari s5 adalah 5
dan inversi transformasi Laplace dari 4s
3+
adalah t4e3 −
sehingga diperoleh t4e35)t(y −+= Contoh 9: Diketahui fungsi waktu )t(y . Tentukan transformasi Laplace dari )t(y′ dan )t(y ′′ Semua kondisi awal adalah nol. Penyelesaian: Transformasi Laplace dari )t(y′ adalah )s(Ys)0(y)s(Ys =− Transformasi Laplace dari )t(y ′′ adalah )s(Ys)0(yf)0(ys)s(Ys 22 =−− Apabila semua kondisi awal nol, 0)0(y)0(y)0(y)0(y =′′′=′′=′= , berlaku Transformasi Laplace dari )t(y′ adalah )s(Ys
Transformasi Laplace dari )t(y ′′ adalah )s(Ys2 Transformasi Laplace dari )ty ′′′ adalah )s(Ys3 dan seterusnya.
Karena )t(y′ dan )t(y ′′ dapat ditulis sebagai )t(Dy dan )t(yD2 , maka: Transformasi Laplace dari )t(Dy adalah )s(Ys
Transformasi Laplace dari )t(yD2 adalah )s(Ys2 Transformasi Laplace dari )t(yD3 adalah )s(Ys3 dan seterusnya.
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 8
Contoh 10:
Tulislah persamaan diferensial )t(x8)t(y4dt
)t(yd=+ dalam bentuk tertransformasi. Semua
kondisi awal adalah nol. Penyelesaian Persamaan diferensial tersebut dapat ditulis sebagai )t(x8)t(y4)t(yD =+ .
Transformasi Laplace-nya adalah )s(X8)s(Y4)s(Ys =+ atau )s(X4s
8)s(Y+
= .
Perhatikan bahwa persamaan diferensial semula dapat ditulis dalam bentuk notasi
operasional sebagai )t(x4D
8)t(y+
=
Maka, transformasi Laplace dari )t(x4D
8)t(y+
= adalah )s(X4s
8)s(Y+
= .
Dari pernyataan di atas terlihat bahwa transformasi Laplace dari suatu persamaan diferensial yang dituliskan dalam notasi operasional dapat dilakukan dengan mengganti semua operator D dengan variabel s. Fungsi Transfer, Fungsi Karakteristik dan Persamaan Karakteristik
Untuk sistem di atas, hubungan antara output dengan input dapat dinyatakan sebagai berikut:
)s(F)s(H)s(G1
)s(G)s(Yatau)t(f)D(H)D(G1
)D(G)t(y+
=+
=
)s(H)s(G1)s(G
+ disebut fungsi transfer
)s(H)s(G1+ disebut fungsi karakteristik 0)s(H)s(G1 =+ disebut persamaan karakteristik
G(s) dan H(s) dapat dinyatakan sebagai H
H
G
G
DN)s(H
DN)s(G == dan
Sehingga hubungan antara output dengan input dalam bentuk tertransformasi adalah
)s(FNNDD
DN)s(Y)s(F
DDNN1
DN
)s(YHGHG
HG
HG
HG
G
G
+=
+= atau
dan persamaan karakteristik sistem dapat dinyatakan sebagai : 0NNDD HGHG =+
+ -
G(D)
H(D)
f(t) y(t) + -
G(s)
H(s)
F(s) Y(s)
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 9
Contoh: Tuliskan hubungan antara output dengan input dan persamaan karakteristik untuk sistem di samping ini. Penyelesaian: Hubungan antara output dengan input:
)s(FKs12s7s
)3s(K)s(FK)3s()4s(s
)3s(K)s(F
)3s(1
)4s(sK1
)4s(sK
)s(Y 23 ++++
=+++
+=
+++
+=
Persamaan karakteristik: 0Ks12s7s 23 =+++ Teknik Ekspansi Pecahan Parsial Hubungan antara output dengan input umumnya berbentuk faktor atau perkalian Dalam mennyelesaikan suatu persamaan diferensial menggunakan metode transformasi Laplace, persamaan dalam bentuk faktor perlu diubah ke dalam bentuk penjumlahan. Teknik ekspansi pecahan parsial digunakan untuk mengubah persamaan dalam bentuk perkalian menjadi persamaan dalam bentuk penjumlahan.
Persamaan ( ) ( )21 pspsk)s(Y
++= dapat diubah menjadi ⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
+⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
=2
2
1
1
psK
psK)s(Y
Dengan menggunakan teknik ekspansi pecahan parsial, konstanta K1 dan K2 diperoleh dari:
( ) ( ) ( )1ps
121
1 pspsps
kK−=
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+
++=
( ) ( ) ( )2ps
221
2 pspsps
kK−=
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+
++=
Contoh 11 Hubungan antara output dengan input suatu sistem pengaturan dinyatakan dengan
persamaan diferensial )t(x4D
8)t(y+
= . Tentukan respon transien-nya jika input berupa
fungsi tangga satuan, dan semua kondisi awal afdalah nol. Penyelesaian Untuk sistem ini, hubungan input dengan output dalam bentuk tertransformasi dapat
dituliskan sebagai )s(X4s
8)s(Y+
= . Karena input berupa fungsi tangga satuan, maka
s1
4s8)s(Y+
= .
Dengan teknik ekspansi pecahan parsial diperoleh s
K4s
K)s(Y 21 ++
= .
( ) 24
84ss1
4s8K
4s1 −=
−=⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡+⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+=
−=
( ) 248s
s1
4s8K
0s2 ==⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+=
=
s2
4s2)s(Y ++
−=
Transformasi balik menghasilkan 2e2)t(y t4 +−= −
+ -
F(s) Y(s)
( )4ssK+
( )3ss1+
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 10
xe
y
q
Beban
b b
Input
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
-0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu, t (sec)
Inpu
t, x(
t)
Respon Transien
0
0.01
0.02
0.03
0.04
0.05
0.06
-0.5 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3
Waktu, t (sec)
Res
pon,
y(t)
Contoh 12: Di samping ini adalah sebuah hydraulic servomotor yang mempunyai piston berdiameter 30 cm dan konstanta katup 1 m2/s. d. Gambarlah diagram bloknya dalam bentuk
tertransformasi e. Tentukan hubungan output Y(s) dengan input
X(s) f. Tentukan respon sistem jika ujung kiri batang
dengan sangat cepat digerakkan ke atas sejauh 5 cm
Penyelesaian:
a. Diagram blok
b. Hubungan output dengan input
)s(X77.1s
77.1)s(XA2Cs
A2C)s(XAs2C1
As2C)s(X)s(H)s(G1
)s(G)s(Y ⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+=⎟⎟
⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+
=
c. Respon Transien
( )
( )
s05.0
77.1s05.0)s(Y
05.0ss05.0
77.1s77.1K
05.077.1ss05.0
77.1s77.1K
sK
77.1sK
s05.0
77.1s77.1)s(Y
0s2
77.1s1
21
++
−=
=⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+=
−=⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡+⎟
⎠⎞
⎜⎝⎛
⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
+=
++
=+
=
=
−=
Transformasi balik menghasilkan ( )t77.1t77.1 e105.005.0e05.0)t(y −− −=+−=
Y(s) +
-
X(s)
sAC
2
y(t) +
-
x(t)
DAC
2
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 11
B K
M
f(t)
y(t)
DBB
f(t)
BDy Ky
M
1.2 Sistem Kontrol Linear Orde 2 Suatu sistem kontrol orde 2 dapat dinyatakan sebagai persamaan diferensial berikut ini.
)t(f)t(yAdt
)t(ydA
dt)t(yd
A 012
2
2 =++ (3)
Sistem massa-peredam-pegas di bawah ini merupakan contoh sistem orde 2.
Gaya redaman sebanding dengan kecepatan dt
)t(yd sehingga )t(yDBdt
)t(ydBfd ==
Gaya pegas sebanding dengan perpindahan y(t): sehingga )t(yKfs = . Perhatikan bahwa arah fd dan fs berlawanan dengan arah perpindahan y(t). Kemudian dengan menerapkan Hukum Newton II dapat diperoleh:
2
2
dt)t(ydM)t(yK
dt)t(ydB)t(f
aMf
=−−
=∑
)t(f)t(yKdt
)t(ydBdt
)t(ydM 2
2
=++
Dalam notasi operasional persamaan diatas dapat ditulis sebagai
)t(fk)t(y)t(yD2)t(yD
)t(fM1)t(y
MK)t(yD
MB)t(yD
)t(f)t(yK)t(yBD)t(yMD
2nn
2
2
2
=ω+ωζ+
=++
=++
)t(fD2D
k)t(y 2nn
2 ω+ωζ+=
MK
n =ω Cn B
BM2B
=ω
=ζ nC M2B ω= . M1k =
Kemudian transformasi Laplace menghasilkan
)s(Fs2s
k)s(Y 2nn
2 ω+ωζ+=
Besaran nω disebut frekuensi natural, BC disebut koefisien redaman kritis, sedangkan ζ disebut rasio redaman, yaitu perbandingan antara koefisien redaman dengan koefisien redaman kritis.
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
++ 2nn
2 s2sk
ωωζ disebut fungsi transfer
0s2s 2
nn2 =ω+ωζ+ disebut persamaan karakteristik
y(t) : perpindahan f(t) : gaya eksitasi M : massa B : koefisien redaman K : konstanta pegas
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 12
Respon Sistem Orde 2 Terhadap Input Fungsi Tangga Satuan Akar-akar persamaan 0s2s 2
nn2 =ω+ωζ+ adalah:
( )1
2422
s 2nn
2n
2nn
2,1 −ζω±ωζ−=ω−ωζ±ωζ−
=
Untuk 1>ζ
1s 2nn2,1 −ζω±ωζ−=
1s 2nn1 −ζω+ωζ−= dan 1s 2
nn2 −ζω−ωζ−= (dua buah akar real yang berbeda)
Persamaan karakteristik 0s2s 2nn
2 =ω+ωζ+ dapat ditulis sebagai ( ) ( ) 0ssss 21 =−−
( )( )
( ) ( ) sK
ssK
ssK)s(Y
sssssk)s(Y
)s(Fs2s
k)s(Y
3
2
2
1
1
21
2nn
2
+−
+−
=
−−=
ω+ωζ+=
Dengan transformasi balik diperoleh respon sistem 3ts
2ts
1 KeKeK)t(y 21 ++=
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) ( )
( ) ( ) ( ) 2n210s21
3
222n212ss
221
2
222n121ss
121
1
kss
kssssss
kK
112
ksss
ksssssss
kK
112
ksss
ksssssss
kK
2
1
ω==⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡−−
=
⎟⎠⎞⎜
⎝⎛ −ς−ς−−ςω
−=
−=⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡−
−−=
⎟⎠⎞⎜
⎝⎛ −ς+ς−−ςω
=−
=⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡−
−−=
=
=
=
Untuk 1=ζ
1s 2nn2,1 −ζω±ωζ−=
n21 ss ω−== (sebuah akar real yang berulang)
Maka persamaan karakteristik 0s2s 2nn
2 =ω+ωζ+ dapat ditulis sebagai ( ) 0s 2n =ω+
( )
( ) ( ) sK
sC
sC)s(Y
s1
sk)s(Y
)s(Fs2s
k)s(Y
1
n
12
n
2
2n
2nn
2
+ω+
+ω+
=
ω+=
ω+ωζ+=
Dengan transformasi balik diperoleh respon sistem 1
t1
t2 KeCetC)t(y nn ++= ω−ω−
Koefisien-koefisien diperoleh dari:
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 13
( )( )
( )( )
( )( )
( ) 2n0s
2n0s
2n
1
2ns
2ss
2n2
n1
nss
2n2
n2
ks
ksss
kK
ksk
sk
dsds
ssk
dsdC
ksks
sskC
nnn
nn
ω=
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
ω+=
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
ω+=
ω−=⎥⎦
⎤⎢⎣⎡−=⎥
⎦
⎤⎢⎣
⎡⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ω+
ω+=
ω−=⎥⎦
⎤⎢⎣⎡=
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛ω+
ω+=
==
ω−=ω−=ω−=
ω−=ω−=
Untuk 1<ς
bias1is
1s
2,1
2nn2,1
2nn2,1
±=
ς−ω±ως−=
−ςω±ως−=
biasbias 21 −=+= 22nn 1ba ζ−ω=ωζ−=
Persamaan karakteristik mempunyai sepasang akar kompleks Persamaan 0s2s 2
nn2 =++ ωωζ dapat ditulis sebagai ( )[ ] ( )[ ] 0ibasibas =−−+−
( )[ ] ( )[ ]
( )[ ] ( )[ ] sK
ibasK
ibasK
)s(Y
sibasibask)s(Y
)s(Fs2s
k)s(Y
1CC
2nn
2
+−−′
++−
=
−−+−=
++=
ωωζ
Respon sistem diperoleh dengan transformasi balik sebagai berikut.
( ) 1at
z KbtsineKb1)t(y ++= φ
( ) ( )
( ) ( ) 2n0s
2nn
21
211
n22z
22ibasibas
2nn
22
nn2z
2nn
ksss2s
kK
1tan
abtandank
ba
kK
ba
kiba
ksks2s
ss2skK
1ba
ω=
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡
ω+ωζ+=
⎟⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛
ζζ−
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=φ
ω=
+=
φ∠+=
+=⎥⎦
⎤⎢⎣⎡=
⎥⎥⎦
⎤
⎢⎢⎣
⎡ω+ωζ+
ω+ωζ+=
ζ−ω=ζω−=
=
−−
+=+=
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 14
RINGKASAN Suatu sistem orde 2 dapat dinyatakan oleh persamaan di bawah ini,
)s(Fs2s
k)s(Y 2nn
2 ω+ωζ+=
Jika F(s) merupakan fungsi tangga stuan, maka respon sistem adalah: a. Untuk 1>ζ (over damped)
( ) ( ) 2n
3212
2121
1
2nn2
2nn1
3ts
2ts
1
kKsss
kKsss
kK
1s1s
KeKeK)t(y 21
ω=
−−
=−
=
−ζω−ωζ−=−ζω+ωζ−=
++=
b. Untuk 1=ζ (critically damped)
2n
12n
1n
2
1t
1t
2
kKkCkC
KeCetC)t(y nn
ω=
ω−=
ω−=
++= ω−ω−
c. Untuk 1<ζ (under damped)
( )
2n
1
21
nz
2nn
1at
z
kK1
tankK1ba
KbtsineKb1)t(y
ω=⎟
⎟
⎠
⎞
⎜⎜
⎝
⎛
ζζ−
=φω
=ζ−ω=ζω−=
+φ+=
−
Contoh 13
Suatu sistem dinyatakan dengan )s(Fs2s
)s(Y 2nn
2
2n
ω+ωζ+
ω=
Frekuensi naturalnya adalah 10 s-1 dan F(s) merupakan fungsi tangga satuan. Tentukan respon sistem jika rasio redamannya adalah 0.1, 0.5, 0.8, 1.0, dan 1.2 Penyelesaian:
( )
( ) 147.1t95,9sine005.1)t(y
KbtsineKb1)t(y
1kK47.1abtan10kK
94987.91b1as100ks10
damped) (under1.0 Untuk
t
1at
z
2n
11
nz
2nn
21n
++=
+φ+=
=ω
==⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−=φ=
ω=
=ζ−ω=−=ζω−===ω
=ζ
−
−
−−
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 15
( )
( ) 1047.1t66.8sine155.1)t(y
1kK047.1abtan10kK
66.81b5as100ks10
KbtsineKb1)t(ydamped) (under5.0 Untuk
t5
2n
11
nz
2nn
21n
1at
z
++=
=ω
==⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−=φ=
ω=
=ζ−ω=−=ζω−===ω
+φ+==ζ
−
−
−−
( )
( ) 16447.0t6sine67.1)t(y
1kK644.0abtan10kK
61b8as100ks10
KbtsineKb1)t(ydamped) (under8.0 Untuk
t
2n
11
nz
2nn
21n
1at
z
++=
=ω
==⎟⎠⎞
⎜⎝⎛−=φ=
ω=
=ζ−ω=−=ζω−===ω
+φ+==ζ
−
−
−−
1eet)t(y
1kK1kC10kC
s100ks10
KeCetC)t(ydamped)y (criticall0.1 Untuk
t10t10
2n
12n
1n
2
21n
1t
1t
2nn
+−−=
=ω
=−=ω
−=−=ω
−=
==ω
++==ζ
−−
−−
ω−ω−
( ) ( )1e7.115e7.15)t(y
1kK7.115sss
kK7.15sss
kK
129.211s871.21s
s100ks10
KeKeK)t(ydamped) (over2.1 Untuk
t13.21t87.2
2n
3212
2121
1
2nn2
2nn1
21n
3ts
2ts
121
++−=
=ω
==−−
=−=−
=
−=−ζω−ωζ−=−=−ζω+ωζ−=
==ω
++==ζ
−−
−−
ζ=0.1
ζ=0.5
ζ=0.8
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
1.2
1.4
1.6
1.8
2
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 16
1.3 Sistem-sistem Orde Tinggi Secara umum, hubungan antara output dengan input pada suatu sistem kontrol dapat dinyatakan sebagai:
)t(f)D(L)D(L)t(y
n
m=
y(t): output atau respon system terhadap sinyal input f(t): sinyal input atau forcing function Apabila semua kondisi awal nol, maka setelah ditransformasikan dapat diperoleh:
)s(F)s(L)s(L)s(Y
n
m= )s(L)s(L
n
m⇒ disebut fungsi transfer
Fungsi F(s) dapat dinyatakan sebagai F
F
DN)s(F =
Sehingga )s(B)s(A)s(Y
D)s(LN)s(L)s(Y
Fn
Fm == atau
a. Jika B(s) dapat dinyatakan sebagai: )rs)......(rs()rs()s(B n21 −−−= , maka
persamaan B(s) =0 mempunyai n buah akar real berbeda (distinct roots)1.
b. Jika B(s) dapat dinyatakan sebagai: )rs)......(rs()rs()rs()s(B qn21q
−−−−−= , maka persamaan B(s)=0 mempunyai q buah akar real berulang (repeated roots) dan (n-q) buah akar real berbeda.
c. Jika B(s) dapat dinyatakan sebagai
[ ][ ] )rs)...(rs()rs()jba(s)jba(s)s(B 2n21 −−−−−−+−= , maka persamaan B(s)=0 mempunyai sepasang akar kompleks (complex conjugate roots) dan (n-2) akar real bebeda.
Secara umum, persamaan B(s)=0 dapat mempunyai n buah akar yang terdiri atas beberapa pasang akar kompleks + beberapa buah akar real berulang + beberapa buah akar real berbeda. Akar Real Berbeda
n
n
3
2
2
2
1
1
n321
rsK......
rsK
rsK
rsK)s(Y
)rs)......(rs()rs()rs()s(A
)s(B)s(A)s(Y
−++
−+
−+
−=
−−−−==
Setelah ditransformasi balik diperoleh respon sistem sebagai berikut:
trn
tr3
tr2
tr1
n321 eK......eKeKeK)t(y ++++=
Koefisien Ki diperoleh dari: irs
ii )s(B)s(A)rs(K
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−=
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 17
Contoh: Suatu sistem pengaturan dinyatakan oleh persamaan diferensial berikut ini.
)t(f3D4D
3)t(y 2 ++=
Semua kondisi awal adalah nol. Carilah respon sistem jika input f(t) berupa fungsi step satuan. Penyelesaian:
( )
1)s()3s()1s(
3)s(K
5,0)s()3s()1s(
3)3s(K
5,1)s()3s()1s(
3)1s(K
sK
3sK
1sK
)s()3s()1s(3
s1
3s4s3)s(Y
0s3
3s2
1s1
3212
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
=
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
+=
−=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛++
+=
++
++
=++
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
=
−=
−=
Respon sistem terhadap input fungsi step satuan adalah:
1e5,0e5,1)t(yKeKeK)t(y t3t3
t32
t1 ++−=⇒++= −−−−
Akar Real Berulang
)rs(K
......)rs(
K)rs(
K)rs(
C)rs(
C......)rs(
C)rs(
C)s(Y
)rs)......(rs()rs()rs()s(A
)s(B)s(A)s(Y
qn
qn
2
2
1
11q
21q
1qq
q
qn21q
−
−−
−
−
−++
−+
−+
−+
−++
−+
−=
−−−−==
Dengan transformasi balik dapat diperoleh:
rs
qk
k
kq
rs
q2
2
2q
rs
q1q
rs
trqn
tr2
tr1
rt12
2q1q
1qq
)s(B)s(A)rs(
dsd
!k1C
.)s(B)s(A)rs(
dsd
!21C
)s(B)s(A)rs(
dsdC
)s(B)s(A)rs(C
eK......eKeKeCtC......!)2q(
tC!)1q(
tC)t(y qn21
=
−
=
−
=−
=
−
−−
−
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−=
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−=
⎭⎬⎫
⎩⎨⎧
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−=
++++⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛+++
−+
−= −
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 18
Contoh:
Suatu sistem dinyatakan oleh: )t(f4D4D
4)t(y 2 ++= dengan semua kondisi awal nol.
Carilah respon sistem terhadap input fungsi step satuan.
Penyelesaian:
( )
1)s()2s(
4)s(K
1)s()2s(
4)2s(dsdC
2)s()2s(
4)2s(C
sK
)2s(C
)2s(C
)s()2s(4
s1
4s4s4)s(Y
0s21
2s2
21
2s2
22
112
222
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
+=
−=⎪⎭
⎪⎬⎫
⎪⎩
⎪⎨⎧
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
++=
−=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛
++=
++
++
=+
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛
++=
=
−=
−=
Respon sistem terhadap input fungsi step satuan adalah:
( ) ( ) 1e1t2)t(yKeCtC)t(y t21
t212 ++−=⇒++= −−
Akar Kompleks
[ ][ ]
)rs(K....
)rs(K
)rs(K
)jba(sK
)jba(sK)s(Y
)rs(....)rs()rs()jba(s)jba(s)s(A
)s(B)s(A)s(Y
2n
2n
2
2
1
1CC
2n21
−
−
−
−++
−+
−+
−−+
+−=
−−−−−+−==
Dengan transformasi balik dapat diperoleh:
tr2n
tr2
tr1
at 2n21 eK.....eKeK)bt(sinebk
)t(y −−++++α+=
[ ] [ ]
real sumbu dengan k vektor antarasudut
kor besar vekt
::k
)s(\B)s(A)jba(s)jba(sk
jbas
α
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−+−=
+=
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 19
Contoh:
Suatu sistem dinyatakan oleh: )t(f8D4D
8)t(y 2 ++= dengan semua kondisi awal nol.
Carilah respon sistem terhadap input fungsi step satuan.
Penyelesaian:
[ ][ ]
[ ][ ] [ ][ ]
[ ][ ] 188
8)0(4)0(8
)8s4s(8
)s()2j2(s)2j2(s8)s(limK
1358k
135813522
82j2
8s8limk
)s()2j2(s)2j2(s8)2j2(s)2j2(slimk
2b2as
K)2j2(s
K)2j2(s
K)s()2j2(s)2j2(s
8s1
8s4s8)s(Y
220s1
o
oo2j2s
2j2s
1CC2
==++
=++
=⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−−+−−
=
−=α=
−∠=∠
=+−
=⎟⎠⎞
⎜⎝⎛=
⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−−−+−−
−−−+−−=
=−=
+−−−
++−−
=−−−+−−
=++
=
→
+−→
+−→
Respon sistem terhadap input fungsi step satuan adalah:
1)135t2(sine28)t(yK)bt(sine
bk
)t(y ot21
at +−=⇒+α+= −
2 Stabilitas Sistem Karakteristik sebuah sistem ditentukan oleh persamaan karakteristiknya. Berikut ini diberikan contoh, bagaimana harga K pada sistem di samping ini akan memengaruhi karakteristiknya .
)s()Ks12s7s()3s(K)s(Y
)s(FKs12s7s
)3s(K)s(FK)3s()4s(s
)3s(K)s(F
)3s(1
)4s(sK1
)4s(sK
)s(Y
23
23
++++
=
++++
=+++
+=
+++
+=
:maka satuan, step fungsi berupainput Jika
:input denganoutput antara Hubungan
3e13.0e63,3e5,0)t(y
3K13,0K63,3K5,0Ks
K562,4s
K438,0s
K2s
K)s(Y
)s()562,4s()438,0s()2s()3s(4
)s()2s5s()2s()3s(4
)s()4s12s7s()3s(4)s(Y
4K
t562,4t438,0t2
43213321
223
++−=
==−==⇒++
++
++
=
++++
=+++
+=
++++
=
=
−−−
: Untuk
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 20
3e17.0e)46,1t78,2()t(y
3K17,0K46,1C78,2Cs
K7370,4s
K)1315,1s(
C)1315,1s(
C)s(Y
(s))7370,4(s)1315,1(s)3(s0646,6
(s))0646,6s12s7(s)3(s0646,6Y(s)
0646,6K
t737,4t1315,12121
2112
2
223
+++−=
==−=−=⇒
++
++
++
=
+++
=++++
=
=
−−
: Untuk
3e24,0)32,0t(sine25)t(y
3K24,0Krad32,053,5725k1b1a
sK
5sK
)1j1(sK
)1j1(sK)s(Y
)s()5s()]1j1(s[)]1j1(s[)3s(10
)s()5s()2s2s()3s(10
)s()10s12s7s()3s(10)s(Y
:10K
t5t
21O
21CC
223
++π+=
==π==α==−=⇒
++
+−−−
++−−
=
+−−−+−−+
=+++
+=
++++
=
=
−−
Untuk
3e79,0)373,0t12(sin11,4)t(y
3K79,0K23,14krad373,022,6712b0a
sK
7sK
12jsK
12jsK)s(Y
s)7s()12js()12js()3s(84
s)7s()12s()3s(84
s)84s12s7s()3s(84)s(Y
:84K
t7
31O
21CC
223
++π−=
===π−=−=α==⇒
++
++
+−
=
++−
+=
+++
=+++
+=
=
−
Untuk
3e4,1)3
t31(sine21,5)t(y
3K4,1K29krad3
6031b1a
sK
9sK
31j1(sK
31j1(sK
s)9s()]31j1(s[)]31j1(s[)3s(270)s(Y
s)9s()30s2s()3s(270
s)270s12s7s()3s(270)s(Y
:270K
t9t
21O
21CC
223
++π
−=
===π
−=−=α==⇒
++
+−−
++−
=+−−+−
+=
++−+
=+++
+=
=
−
Untuk
Di bawah ini diperlihatkan grafik respon sistem untuk berbagai harga K. Untuk harga K yang rendah respon sistem masih berupa fungsi eksponensial. Untuk harga K=10 respon sistem sudah berbentuk sinusoidal teredam. Untuk K < 84, suku sinusoidalnya mengalami peredaman, amplitudonya terus berkurang hingga mencapai nol pada keadaan stedi. Untuk harga K=84 sistem mulai tidak stabil karena suku sinusoidal tak mengalami peredaman (amplitudonya konstan). Untuk harga K > 84, sistem sudah tak stabil karena outputnya akan membesar terus menerus
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 21
Respon Sistem Terhadap Fungsi Step Satuan Untuk Berbagai Harga K
-2
-1
0
1
2
3
4
5
6
7
8
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Waktu, t [sec]
Out
put,
y(t
)
K=4
K=6.1
K=10
K=15.5
K=36.5
K=84
K=55.3
3. Kriteria Stabilitas dari Routh Secara umum, persamaan karakteristik suatu
sistem pengaturan dapat dinyatakan dalam bentuk:
0bsbsb.....sbsbsb 012
22n
2n1n
1nn
n =++++++ −−
−−
Dari persamaan karakteristik tersebut dapat dibentuk Routh Array sebagai berikut:
1
1
21
21
321
4321
7n5n3n1n
6n4n2nn
0
1
2
3
3n
2n
1n
n
h0g
0ff0ee
.....ddd.....cccc.....bbbb.....bbbb
ssss
ssss
−−−−
−−−
−
−
−
Koefisien-koefisien ci, di, ei, dst. diperoleh dari:
....dst
.....c
cbbcdc
cbbcd
ccbbc
d
.....b
bbbbc
bbbbb
cb
bbbbc
1
41n7n13
1
31n5n12
1
21n3n11
1n
7nn6n1n3
1n
5nn4n1n2
1n
3nn2n1n1
−−−−−−
−
−−−
−
−−−
−
−−−
−=
−=
−=
−=
−=
−=
Misalkan diketahui persamaan karakteristik: 05s4s3s2s 234 =++++
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 22
05s06s
051s042s
0531s:ArrayRouth
0
1
2
3
4
−
Kriteria Routh menyatakan bahwa jumlah pergantian tanda pada kolom pertama sama dengan jumlah akar persamaan karakteristik yang berada di sebelah kanan sumbu imajiner. Pada contoh ini terdapat dua kali pergantian tanda pada kolom pertama yang berarti terdapat dua buah akar di sebelah kanan sumbu imajiner dan karenanya sistem tidak stabil.
⇒ Agar sistem stabil, maka tidak boleh ada pergantian tanda pada kolom pertama Routh Array
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 23
Contoh 4.1:
Untuk sistem di atas, tentukanlah batas-batas harga K agar sistem stabil
Penyelesaian: Dari diagram blok dapat diperoleh hubungan antara output dengan input sebagai berikut.
)s(FKs4s
K)s(FK)4s(s
K)s(F
)4s(sK1
)4s(sK
)s(Y 2 ++=
++=
++
+=
Persamaan karakteristik: 0Ks4s2 =++
Routh Array: 0Ks
004s0K1s
0
1
2
Sistem akan stabil apabila semua akar persamaan karakteristik terletak di sebelah kiri sumbu imajiner. Agar semua akar-akar persamaan karakteristik terletak di sebelah kiri sumbu imajiner, maka tidak boleh ada pergantian tanda pada kolom pertama Routh Array. Hal ini dapat dipenuhi jika K > 0.
)4s(sK+
F(s) Y(s) +
-
Bambang Ariantara – Respon Sistem Kontrol 24
Contoh 4.2: Untuk sistem di bawah ini tentukanlah batas-batas harga K agar sistem stabil
Penyelesaian: Hubungan antara output dengan input:
)s(FKs12s7s
)3s(K)s(FK)3s()4s(s
)3s(K)s(F
)3s(1
)4s(sK1
)4s(sK
)s(Y 23 ++++
=+++
+=
+++
+=
Persamaan karakteristik: 0Ks12s7s 23 =+++
Routh Array:
Ks
07
K84s
0K7s
0121s
0
1
2
3
−
Dari baris ke tiga diperoleh : 84K07
K84<>
−atau
Dari baris ke empat diperoleh : 0K >
Agar sistem stabil maka : 84K0 <<
4. Metode Tempat Kedudukan Akar (Root Locus Method) Root locus berarti tempat kedudukan akar-akar. Metode rot locus digunakan untuk me
F(s) Y(s) )4s(s
K+
)3s(1+
+
-