Upload
michelle-hutahuruk
View
241
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pediatrica
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
Diare akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak. Diare
merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita. Kematian pada anak
yang disebabkan diare masih sangat tinggi, yaitu 42% pada bayi dan 25% pada
balita berdasarkan data RISKESDAS 2007. Diare ditandai dengan bertambahnya
frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi
tinja (menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau lendir.
Diare dapat menular melalui transmisi fekal-oral, yang dengan demikian
makanan minuman yang tercemar oleh enteropatogen, kontak langsung dengan
tangan penderita, barang-barang yang tercemar tinja penderita atau melalui lalat
(melalui 4F = finger, flies, fluid, field). Ada banyak faktor risiko yang
memungkinkan terjadinya diare akut pada anak, yaitu tidak memberikan ASI
secara penuh untuk 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi, tidak memadainya
penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja, kurangnya sarana kebersihan
(MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi yang buruk, penyiapan dan
penyimpanan makanan yang tidak higienis dan cara penyapihan yang tidak baik.
Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor pada penderita dapat meningkatkan
kecenderungan untuk dijangkiti diare antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi,
berkurangnya keasaman lambung, menurunnya motilitas usus, menderita campak
dalam 4 minggu terakhir dan faktor genetik.
Secara prinsip, penatalaksanaan terhadap pasien diare akut haruslah
dilakukan secara komprehensif. Dengan demikian tidak hanya memberikan obat
untuk menghilangkan kausa dan meringankan gejala diare tetapi juga
memperbaiki faktor risiko yang ada pada pasien dan lingkungan pasien. Dengan
adanya perbaikan faktor risiko diharapkan kejadian kekambuhan pada pasien
dapat berkurang, kualitas hidup pasien meningkat, dan beban psikis, mental,
maupun ekonomi pada pasien dan keluarga pasien dapat berkurang.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Diare
Diare didefinisikan sebagai bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair)
dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Kandungan air di dalam tinja melebihi normal
yaitu lebih dari 10 ml/kgBB/hari. Peningkatan kandungan air dalam tinja adalah
akibat adanya gangguan keseimbangan fungsi usus halus dan usus besar dalam
proses absorpsi substrat dan air. Sebagian besar diare berlangsung selama 7 hari,
dan biasanya sembuh sendiri (self limiting disease). Hanya 10% yang berlanjut
sampai 14 hari. Bila diare berlangsung kurang dari 14 hari disebut diare akut.1,2
2.2 Epidemiologi Diare pada Anak
Diare merupakan masalah kesehatan terutama pada balita baik di tingkat
global, regional maupun nasional. Pada tingkat global, diare menyebabkan 16%
kematian, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pneumonia, sedangkan pada
tingkat regional (negara berkembang), diare menyumbang sekitar 18% kematian
balita dari 3 juta balita. Kematian pada anak yang disebabkan diare masih sangat
tinggi, yaitu 42% pada bayi dan 25% pada balita berdasarkan data RISKESDAS
2007.1 Biaya untuk infeksi rotavirus diperkirakan lebih dari 6,3 juta poundsterling
setiap tahunnya di Inggris dan 352 juta dollar di Amerika Serikat.1,2,3
2
Gambar 1. Prevalensi diare di Indonesia menurut provinsi tahun 2007
2.3 Etiologi Diare pada Anak
Diare merupakan suatu kumpulan dari gejala infeksi pada saluran
pencernaan yang dapat disebabkan oleh beberapa organisme seperti bakteri, virus,
dan parasit. Beberapa organisme tersebut biasanya menginfeksi saluran
pencernaan manusia melalui makanan dan minuman yang telah tercemar oleh
organisme tersebut (food borne disease). Bakteri patogen seperti E.coli, Shigella,
Campylobacter, Salmonella dan Vibrio cholera merupakan beberapa contoh
bakteri patogen yang menyebabkan epidemi diare pada anak. Kolera merupakan
salah satu contoh kasus epidemik dan sering diidentikkan dengan penyebabkan
kematian utama pada anak. Namun sebagian besar kejadian diare yang disebabkan
oleh kolera terjadi pada dewasa dan anak dengan usia yang lebih besar. Diare cair
pada anak sebagian besar disebabkan oleh infeksi rotavirus, V. Cholera, dan
E.coli. Diare berdarah paling sering disebabkan oleh Shigela. Sedangkan diare
cair akut pada anak di bawah lima tahun paling banyak disebabkan oleh infeksi
rotavirus.1,2,3
Tabel 1 memperlihatkan penyebab diare pada anak. Infeksi usus merupakan
penyebab tersering awitan diare akut yang sporadis. Tabel 2 memperlihatkan jenis
patogen penyebab diare.2
Tabel 1. Penyebab diare akut pada anak2
Infeksi Infeksi usus (termasuk keracunan makanan)
Infeksi ekstra usus (otitis media akut, infeksi saluran
kemih, pneumonia)
Obat-obatan Antibiotik
Obat-obatan lain
Alergi makanan Cow's milk protein allergy (CMPA)
Alergi protein kedelai
Alergi makanan multiple
Kelainan proses
cerna/ absorpsi
Defisiensi enzim sukrase/isomaltase
Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)
Defisiensi vitamin Defisiensi niasin
Tertelan logam Co, Zn, cat
3
berat
Rotavirus merupakan penyebab utama diare dengan dehidrasi berat pada
anak di bawah 5 tahun di seluruh dunia. Sebuah studi metaanalisis yang dilakukan
oleh Parashar menunjukkan bahwa infeksi rotavirus dapat menyebabkan 114 juta
episode diare, 24 juta kunjungan rawat jalan, 2,4 juta kunjungan rawat inap dan
610.000 kematian balita pada tahun 2004. Diperkirakan 82% kematian akibat
diare rotavirus terjadi pada negara berkembang, terutama di Asia dan Afrika,
dimana akses kesehatan dan status gizi masih menjadi masalah.1
Tabel 2. Patogen penyebab diare akut
Patogen Frekuensi kasus sporadik di negara
berkembang (%)
Virus
Rotavirus
Calcivirus
Astrovirus
Enteric type adenovirus
25 – 40
1 – 20
4 – 9
?
Bakteri
Campylobacter jejuni
Salmonella
Escherichia coli
Shigella
Yersinia enterocolitica
Clostridium difficile
Vibriopara haemolyticus
Vibrio cholera 01
Vibrio cholera non 01
Aeromonas hydrophilia
6 – 8
3 – 7
3 – 5
0 – 3
1 – 2
0 – 2
0 – 1
-
?
0 – 2
Parasit
Cryptosporidium
Giardia lamblia
1 – 3
1 – 3
4
Infeksi di luar usus yang sering disertai diare adalah otitis media akut,
infeksi saluran kemih, dan penyakit paru, yang biasanya menyebabkan diare yang
ringan dan dapat sembuh sendiri dengan penyembuhan penyakit dasarnya.
Penggunaan beberapa macam obat, terutama antibiotik, sering dihubungkan
dengan Clostridium difficile. Alergi terhadap protein susu sapi (CMPA)
merupakan salah satu diagnosis banding yang perlu dipertimbangkan selain
sindrom malabsorpsi bila diare tidak sembuh dalam 10-14 hari.2
2.4 Patofisiologi Diare pada Anak
Ada beberapa mekanisme terjadinya diare pada anak. Hal ini tergantung
pada kausa diare itu sendiri. Virus dapat secara langsung merusak vili usus halus
sehingga mengurangi luas permukaan usus halus dan mempengaruhi mekanisme
enzimatik.2 Bakteri mengakibatkan diare melalui beberapa mekanisme yang
berbeda. Bakteri non-invasif (Vibrio cholera, E.coli)patogen masuk dan dapat
melekat pada usus, berkembang biak di lokasi tersebut, dan kemudian akan
mengeluarkan enzim mucinase (mencairkan lapisan lendir). Setelah itu bakteri
akan masuk ke membran dan mengeluarkan sub unit A dan B, lalu mengeluarkan
cAMP yang akan merangsang sekresi cairan usus dan menghambat absorpsi tanpa
menimbulkan kerusakan sel epitel. Tekanan usus akan meningkat, dinding usus
teregang, kemudian terjadilah diare.2
Bakteri invasif (salmonella spp, shigella sp, E.coli invasif, campylobacter)
mengakibatkan ulserasi mukosa dan pembentukan abses yang diikuti oleh respon
inflamasi. Toksin bakteri dapat mempengaruhi proses selular baik di dalam usus
maupun di dalam usus. Enterotoksin Escherichia coli yang tahan panas akan
mengaktifkan adenilat siklase, sedangkan toksin yang tidak tahan panas
mengaktifkan guanilat siklase. E.coli enterohemoragik dan Shigella menghasilkan
verotoksin yang menyebabkan kelainan sistemik seperti kejang dan sindrom
hemolitik uremik.2
Dari beragamnya patogenesis diare tersebut, secara garis besar terdapat 2
mekanisme dasar terjadinya diare, yaitu diare osmotik dan diare sekretorik. Diare
osmotik didasari oleh adanya nutrien yang tidak terserap, selanjutnya nutrien
tersebut difermentasi di usus besar menghasilkan asam organik dan gas. Asam
5
organik menyebabkan peningkatan tekanan osmotik intraluminal yang
menghambat reabsorbsi air dan elektrolit sehingga terjadi diare. Sedangkan pada
diare sekretorik bakteri mampu melepas enterotoksin di dalam usus. Selanjutnya
enterotoksin ini merangsang c-AMP dan c-GMP, akibatnya kapasitas sekresi sel
kripte meningkat sehingga terjadi kehilangan air dan elektrolit yang berlebihan.
2.5 Gejala Klinis Diare pada Anak
2.5.1 Anamnesis
Hal-hal dasar yang perlu ditanyakan kepada pasien untuk menggali
informasi-informasi untuk kepentingan penegakan diagnosis, yaitu:
a. Lama diare berlangsung, frekuensi diare sehari, warna dan konsentrasi
tinja, lendir dan/tanpa darah dalam tinja
b. Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air
kecil terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
c. Jumlah cairan yang masuk dan keluar selama diare
d. Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare,
mengkonsumsi makanan yang tak biasa
e. Pasien diare di sekitarnya dan sumber air minum
Anamnesis anak dengan gejala diare akut perlu dimulai dengan mengambil
informasi yang mungkin mengarahkan pada penyakit lain yang manifestasi
klinisnya mirip dengan diare akut. Gejala respiratori seperti batuk, sesak nafas
atau takipneu mengarahkan pada adanya penyakit dasar pneumonia. Adanya sakit
telinga mungkin merupakan gejala otitis media akut. Frekuensi berkemih, urgensi,
dan nyeri saat berkemih mengarahkan pada pielonefritis. Anamnesis yang baik
akan memberi petunjuk kemungkinan penyebab diare tanpa harus melakukan
pemeriksaan penunjang.2
Tujuan anamnesis selanjutnya adalah untuk menilai beratnya gejala dan
resiko komplikasi seperti dehidrasi. Pertanyaan spesifik mengenai frekuensi,
volume, dan lamanya muntah serta diare, diperlukan untuk menentukan derajat
kehilangan cairan dan gangguan elektrolit yang terjadi.2
6
2.5.2 Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang harus dinilai saat kita menjumpai pasien-pasien
yang datang dengan keluhan utama mencret menurut Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia, yaitu:
Penilaian keadaan umum, kesadaran, dan tanda-tanda vital
Pemeriksaan status generalis secara lengkap
Mencari tanda utama seperti keadaan umum gelisah/cengeng atau
lemah/letargi/koma, rasa haus, turgor kulit abdomen menurun. Selain tanda
utama, mungkin pula didapatkan tanda tambahan berupa keadaan ubun-
ubun besar, kelopak mata, keluarnya air mata, mukosa bibir, mulut dan lidah
Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat
dan dalam (asidosis metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
Penilaian derajat dehidrasi, yaitu ringan-sedang dan berat
Pemeriksaan fisik dimaksudkan untuk 2 tujuan utama, mencari tanda- tanda
penyakit penyerta dan memperkirakan derajat dehidrasi. Penilaian yang tidak
akurat terhadap defisit cairan dan kehilangan cairan yang terus terjadi merupakan
faktor penting penyebab kesakitan dan kematian pada muntah dan diare akut.
Gejala dan tanda dehidrasi perlu ditemukan dan tentukan derajat dehidrasi (tabel
3).2
Tabel 3. Penilaian derajat dehidrasi diare akut menurut WHO
Tanda dan GejalaDerajat Dehidrasi
Tanpa Ringan/Sedang Berat
ANAMNESIS
Diare 1-3x 3x atau lebih Terus menerus
banyak
Muntah Tidak ada
atau sedikit
Kadang-kadang Biasanya sering
Rasa Haus Tidak ada
atau sedikit
Haus Haus sekali atau
tidak mau minum
Kencing Normal Sedikit, pekat Tidak kencing (6
7
jam)
Nafsu
makan/aktifitas
Normal Nafsu makan
berkurang, aktifitas
menurun
Nafsu makan tidak
ada, anak sangat
lemas
PEMERIKSAAN
FISIK
Inspeksi
KU Baik Mengantuk/Gelisah Gelisah/tidak sadar
Mata Normal Cekung Sangat cekung
Air Mata Ada Tidak ada Tidak ada
Mulut/lidah Basah Kering Sangat kering
Napas Normal Lebih cepat kering Cepat dan dalam
Palpasi
Turgor Kembali
cepat
Kembali pelan Kembali sangat
pelan (>2 detik)
Nadi Normal Lebih cepat Sangat cepat/tidak
teraba
Ubun-ubun Normal Cekung Sangat cekung
Kehilangan berat
badan
Sedikit 5-9% >10%
Kesimpulan 2/lebih
gejala:
Dehidrasi (-)
2/lebih gejala:
Dehidrasi ringan
sedang
2/lebih gejala:
Dehidrasi berat
2.5.3 Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium lebih lanjut dilakukan bila diare tidak sembuh
dalam 5-7 hari. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan adalah
pemeriksaan tinja secara makroskopik dan mikroskopik, elektrolit serum, analisis
gas darah, nitrogen urea, darah, dan intubasi duodenal.
2.6 Diagnosis
8
Diagnosis diare dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan fisik,
serta pemeriksaan penunjang. Beberapa petunjuk anamnesis yang dapat
membantu menegakkan diagnosis adalah konsistensi tinja, frekuensi BAB, serta
makanan dan minuman 6-24 jam terakhir yang dikonsumsi pasien.
2.7 Penatalaksanaan Diare Akut
Prinsip tatalaksana diare akut adalah mengganti cairan tubuh yang hilang
akibat diare dan sedapat mungkin menghilangkan kausa diare tersebut.
Penggantian cairan tubuh dapat diberikan melalui upaya rehidrasi oral (URO).
URO dapat dilakukan dengan cara memberikan cairan secara oral sebesar 75
cc/kgBB yang harus habis dalam 3 jam. Selain itu tatalaksana diare akut
menggunakan lintas diare menurut WHO, yaitu rehidrasi, nutrisi, zinc, indikasi
antibiotik, dan KIE.
2.7.1 Terapi cairan/elektrolit
Terapi cairan pada pasien anak dengan diare dapat diberikan sesuai derajat
dehidrasi dan usia pasien.
a. Tanpa dehidrasi, berikan larutan garam-gula. Pasien umur < 2 tahun dapat
diberikan 50-100 ml setiap kali buang air besar (BAB). Pada pasien dengan
umur 2-5 tahun dapat diberikan 100-200 ml/BAB, dan pasien umur > 5 tahun
dapat diberikan secukupnya.
b. Dehidrasi ringan-sedang, berikan larutan oralit. Jumlah yang diberikan
sebanyak 75 ml/kgBB habis dalam 3-4 jam. Apabila berat badan tidak
diketahui dapat diberikan sesuai umur, yaitu umur < 1 tahun sebanyak 300 ml,
1-5 tahun sebanyak 600 ml, 5 tahun sebanyak 1200 ml, dan dewasa sebanyak
2400 ml.
c. Dehidrasi berat, dapat diberikan oralit 5 ml/KgBB/jam jika pasien bisa
minum. Apabila tidak dapat diberikan cairan intravena ringer laktat sebanyak
100 mg/KgBB. Pemberian cairan diberikan sesuai aturan umur. Apabila pasien
berusia < 12 bulan, berikan 30 ml/kgBB pertama dan habis dalam 1 jam
pertama, diikuti 70 ml/kgBB dalam 5 jam berikutnya. Sedangkan pasien
berusia lebih dari 12 bulan berikan 30 ml/kgBB pertama dan habis dalam ½ - 1
9
jam pertama diikuti 70 ml/kgBB berikutnya dan habis dalam 2½ - 3 jam.
Observasi kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai percepat tetesan
IV
2.7.2 Terapi nutrisi
Nutrisi pada pasien diare anak perlu untuk dijaga. Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan yaitu tetap memberikan air susu ibu (ASI) dan mempertahankan
asupan makanan selama diare. Makanan yang disarankan adalah yang mudah
dicerna, rendah serat dan tidak merangsang mual muntah.
2.7.3 Pemberian Zinc oral
Zinc diketahui bermanfaat pada pasien anak dengan diare akut, sehingga
WHO merekomendasikan Zinc pada pasien anak dengan diare akut. Pemberian
yang direkomendasikan adalah selama 10-14 hari. Dosis yang diberikan pada anak
dibawah 6 bulan adalah 10 mg/hari dan untuk anak diatas 6 bulan sebesar 20
mg/hari.
2.7.4. Pemberian probiotik
Pemberian probiotik masih merupakan sebuah kontroversi. Beberapa
penelitian menunjukkan hasil yang baik dan membantu kesembuhan dari pasien
diare akut. Namun demikian pemberia probiotik belum direkomendasikan secara
resmi oleh WHO. Probiotik yang dapat diberikan adalah mixed lactic acid
bacteria.
2.7.5 Antibiotika dengan indikasi
Indikasi pemberian antibiotika didasarkan pada adanya diagnosa kolera,
disentri, maupun giardiasis. Pada pasien diare karena kolera berumur lebih dari 7
tahun, dapat diberikan antibiotika tetrasiklin sebesar 50 mg/kgBB/hari terbagi
dalam 4 dosis selama 2-3 hari, sedangkan pada semua umur dapat diberikan
trimetoprim (TMP) 8 mg /kgBB/hari ditambah sulfamethoxasole (SMX) 40
mg/kgBB/hari terbagi dalam 2 dosis selama 3 hari.
10
Pada pasien diare anak karena disentri, dapat diberikan trimetoprim (TMP)
10 mg/kgBB/hari. Pada pasien bayi dapat diberikan eritromisin 25 mg/kgBB/hari
terbagi dalam 4 dosis selama 3 hari. Pada pasien diare karena Giardiasis dapat
diberikan metronidazole 30-50 mg/kgBB, dibagi 3 dosis sehari.
2.8 Pencegahan Diare pada Anak
Dilihat dari berbagai faktor risiko yang ada, maka diare akut sebenarnya
dapat dicegah. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko anak
terkena diare adalah pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, sterilisasi botol
susu jika minum susu formula, penyimpanan makanan secara bersih,
mempergunakan air bersih dan matang untuk minum, membiasakan cuci tangan
sebelum makan atau sesudah memegang sesuatu yang kotor, BAB di jamban,
imunisasi campak, dan makanan seimbang agar status gizi terjaga.
2.9 Prognosis
Apabila diare sudah terdiagnosis dini dan mendapatkan perawatan yang
benar sesuai penyebabnya, serta mendapatkan penanganan dehidrasi yang benar
maka prognosis dari pasien diare adalah baik. Apabila tidak tertangani secara baik
maka diare bisa menyebabkan dehidrasi berat, hipoglikemia, hipokalemia, dan
ileus paralitik. Dan tidak jarang juga diare yang tidak tertangani dengan baik akan
berakibat fatal hingga berakibat kematian.
11
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. Identitas
Nama : NMAW
Umur : 1 Tahun 5 Bulan
Tanggal lahir : 18 Juli 2013
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Suku/Agama : Bali/Hindu
Alamat : Br. Praja Mukti, Bona, Gianyar
Tanggal MRS : Minggu, 23 November 2014
II. Heteroanamnesis
1. Keluhan utama : Mencret dan muntah
Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang diantar keluarga pada hari Sabtu, tanggal 22 November
2014 ke UGD RSUD Sanjiwani dengan keluhan BAB mencret dan muntah-
muntah. Mencret dialami sejak hari Jumat. Mencret dikatakan memiliki
frekuensi 2-3 kali sehari dengan volume kira-kira setengah gelas aqua.
Mencret berupa kotoran dan cairan, namun lebih banyak cairan, dengan ampas
berwarna kuning, darah dan lendir dikatakan tidak ada. Mencret disertai
dengan panas mencapai suhu 38ºC. Pasien tampak pucat dan lemas.
Dikatakan sempat berobat ke bidan swasta dan mendapatkan obat mencret,
namun lupa namanya. Saat di UGD, pasien disarankan untuk rawat inap
namun ibu pasien menolak dan meminta cukup dengan rawat jalan saja.
Mencret tersebut disertai dengan keluhan muntah. Muntah terjadi sejak
hari Jumat sebanyak 7 kali dan volumenya kira-kira seperempat gelas aqua
setiap muntah. Muntah menyembur berisi makanan dan cairan. Sempat
dibawa ke bidan swasta dan mendapatkan medikamentosa berupa obat
antimuntah dan obat penurun panas.
Selama mengalami keluhan pasien dikatakan gelisah dan mudah rewel,
namun nafsu makan masih baik dan tidak terdapat penurunan berat badan.
12
2. Riwayat penyakit sebelumnya
Pasien dikatakan belum pernah diare sebelumnya. Riwayat penyakit jantung,
hipertensi, diabetes, dan asma disangkal.
3. Riwayat penyakit dalam keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama. Riwayat
hipertensi, penyakit jantung, astma, dan diabetes di keluarga disangkal.
4. Riwayat pengobatan
- Sempat berobat ke bidan swasta dan mendapatkan medikamentosa berupa
obat mencret, obat penurun panas, dan obat antimuntah.
5. Riwayat nutrisi
- ASI : Pasien diberikan ASI sejak lahir hingga sekarang
- Susu formula : Sejak usia 2 bulan sampai sekarang dengan frekuensi
1-2x/hari di saat ibu pergi bekerja
- Bubur susu : Pasien diberikan bubur susu sejak usia 6 bulan sampai
10 bulan dengan frekuensi 3x/hari
- Bubur nasi : Pasien diberikan bubur nasi sejak usia 12 bulan hingga
sekarang dengan frekuensi 2x/hari
- Makanan dewasa : Pasien belum diberikan makanan dewasa
6. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki riwayat alergi
7. Riwayat Sosial
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara
8. Riwayat persalinan
Pasien lahir normal ditolong oleh bidan. Pasien memiliki berat badan lahir
3100 gram, panjang badan 58 cm, lingkar kepala dikatakan lupa. Pasien
lahir cukup bulan dan keadaan saat lahir segera menangis
13
9. Riwayat tumbuh kembang
Menegakan kepala : Tidak ingat
Balik badan : Tidak ingat
Duduk : Tidak ingat
Merangkak : Tidak ingat
Berdiri : Tidak ingat
Berjalan : Tidak ingat
Bicara : Tidak ingat
10. Riwayat imunisasi
BCG 1 kali, Polio 4 kali, Hepatitis B 4 kali, DPT 3 kali, Campak 1 kali
11. Status Antropometri
BB : 10 kg
BBI : 11 kg
TB : 87 cm
LK : 48 cm
LILA : 15 cm
BB/U : < persentil 1
TB/U : > persentil 2
BB/TB : persentil 25-30
Waterlow : 91%
III. Pemeriksaan fisik saat MRS
3.1 Status Present
- KU : Tampak sakit ringan
- Kesadaran : Compos mentis
- Nadi : 128 x/menit reguler isi cukup
- Respirasi : 40 x/menit reguler
- Suhu aksila : 37,6° C
- Skala nyeri : 0/10
14
3.2 Status General
Kepala : Normocephali, ubun-ubun besar datar
Mata : Konjunctiva pucat (-), hiperemis (-), sekret (-), sklera ikterik (-), pupil
isokor (+), refleks cahaya (+)/(+), cowong (-), edema (-)
THT : Telinga : sekret (-)
Hidung : napas cuping hidung (-), sianosis (-), sekret (-)/(-)
Mulut : bibir kemerahan (-)
Tenggorokan : faring hiperemis (-), tonsil hiperemis (-)
Toraks : Simetris (+)/(+), retraksi (-)
Jantung : Inspeksi : precordial bulging (-)
Palpasi : iktus kordis normal
Auskultasi : S1 S2 normal, reguler, murmur (-)
Paru : Inspeksi : gerakan dada simetris, retraksi (-)
Palpasi : vocal fremitus normal
Auskultasi : bronkovesikuler (+)/(+), rales (-)/(-), ronchi (-)/(-),
wheezing (-)/(-).
Abdomen : Inspeksi : distensi (-), massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Palpasi : hepar tidak teraba, lien tidak teraba, nyeri tekan (-),
turgor kulit normal, teraba massa (-)
defans muskular (-)
Genitalia : tidak diperiksa
Extremitas : hangat (+) akral dingin (-), edema (-),CRT < 2 detik
IV. Hasil Pemeriksaan Penunjang dari RSUD Sanjiwani, Gianyar
Darah Lengkap (23/11/2014)
Tes Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC 7.5 4.0 – 11.0 10e3/µL
RBC 4.27 L 4.5 – 5.5 10e6/µL
P 4.0 – 5.0 10e6/µL
HGB 9.9 L 13.0 – 18.0 g/dL
15
P 11.5 – 16.5 g/dL
HCT 31.6 L 40.0 – 50.0 %
P 37.0 – 45.0 %
MCV 74.1 82.0-92.0 fl
MCH 23.2 27.0-31.0 pg
MCHC 31.3 32.0-37.0 g/dL
PLT 15 150 – 400 10e3/µL
Hasil Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu (23/11/2014)
BS : 75 (Nilai normal <150 mg/dL)
V. Diagnosis klinis
Diare akut terehidrasi + Gizi cukup
VI. Terapi
a. Bed rest
b. IVFD RL 3 jam I = 30 tpm; Maintenance = 15 tpm
c. Sanmol 4 × 1 cc per oral
d. Zinc syrup 20 mg @ 24 jam per oral
e. Domperidone 3 × cth I per oral
VII. Follow Up
24/11/2014 S : Mencret (+)
Ampas dengan darah
(-) lendir (-), Muntah
(-), Demam (-), Pilek
(-), Ma/Mi (-/+),
BAB/BAK (+/+)
O : Status Present:
HR: 100×/menit RR:
Kebutuhan cairan 1000
mL/hari
Kebutuhan kalori 800
kkal/hari
Kebutuhan protein 10
gram/hari
Planning: -
16
40×/menit Tax: 37ºC
Status General:
Mata: Anemis (-/-)
Ikterus (-/-) Cowong
(-/-) Rp (+/+) isokor
THT: NCH (-) Pemb.
Kelenjar (-)
Thorak: Simetris (+)
Retraksi (-)
Cor: S1S2 tunggal
regular murmur (-)
Pulmo: Bronkoves
(+/+) Rh (-/-) Wh (-/-)
Abdomen: Distensi (-)
BU (+) Meningkat
Turgor kulit normal
Ekstremitas: Hangat
(+) Edema (-) CRT <2
detik
A: Diare Akut
Terehidrasi + Gizi
Monitor : Vital sign, CM-CK,
Produksi urin dan feces
17
25/11/2014
Cukup
P: Bed rest; IVFD RL
3 jam I = 30 tpm;
Maintenance = 15
tpm; Sanmol 4 × 1 cc
per oral; Zinc syrup
20 mg @ 24 jam per
oral
; Domperidone 3 × cth
I per oral
S : Mencret (-) Ampas
dengan darah (-)
lendir (-), Muntah (+),
Demam (-), Pilek (-),
Ma/Mi (+/+),
BAB/BAK (+/+)
O : Status Present:
HR: 110×/menit RR:
40×/menit Tax:
36,8ºC
Status General:
Mata: Anemis (-/-)
Ikterus (-/-) Cowong
(-/-) Rp (+/+) isokor
Kebutuhan cairan 1000
mL/hari
Kebutuhan kalori 800
kkal/hari
Kebutuhan protein 10
gram/hari
Planning: -
Monitor : Vital sign, CM-CK,
Produksi urin dan feces
18
THT: NCH (-) Pemb.
Kelenjar (-)
Thorak: Simetris (+)
Retraksi (-)
Cor: S1S2 tunggal
regular murmur (-)
Pulmo: Bronkoves
(+/+) Rh (-/-) Wh (-/-)
Abdomen: Distensi (-)
BU (+) Normal
Turgor kulit normal
Ekstremitas: Hangat
(+) Edema (-) CRT <2
detik
A: Diare Akut
Terehidrasi + Gizi
Cukup
P: Bed rest; IVFD RL
3 jam I = 30 tpm;
Maintenance = 15
tpm; Sanmol 4 × 1 cc
per oral; Zinc syrup
20 mg @ 24 jam per
oral
; Domperidone 3 × cth
I per oral
19
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Anamnesis
Pasien datang ke RSUD Sanjiwani, Gianyar dengan keluhan BAB mencret
dan muntah sejak dua hari sebelum masuk rumah sakit. Orang tua pasien
mengatakan bahwa mencret terjadi 2-3 kali dalam sehari dengan konsistensi
ampas cair tanpa darah maupun lendir. Hal ini sesuai dengan teori bahwa
diare yaitu ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari
biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair)
dengan/tanpa darah dan/atau lendir. Pasien juga dikeluhkan oleh orang
tuanya mengalami rasa lemas dan pucat saat masuk rumah sakit di RSUD
Sanjiwani, Gianyar . Ini mengarah bahwa telah terjadi dehidrasi pada pasien
ini yang kemungkinan disebabkan oleh terjadinya ketidakseimbangan antara
cairan masuk dan cairan keluar yang mana cairan keluar lebih banyak keluar
daripada cairan masuk. Dari heteroanamnesis, didapatkan informasi bahwa
pasien mengalami diare kurang lebih 2-3 kali dalam sehari, terdapat muntah
dengan frekuensi 7 kali, pasien tampak pucat dan lemas sehingga
mengakibatkan aktivitasnya menurun. Disebutkan diare terjadi kurang dari
14 hari. Hal ini sesuai dengan kriteria derajat dehidrasi diare akut ringan-
sedang berdasarkan kriteria WHO dan masuk dalam kategori diare akut.
4.2 Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan beberapa hal berikut :
KU : tampak sakit ringan
Nadi : 128x/ menit, regular, isi cukup
RR : 40 kali per menit, reguler
Tax : 37,6ºC
Hal ini menunjukan bahwa tanda-tanda vital pasien normal. Berdasarkan
teori, diare sering memiliki gejala dimana pasien dengan kondisi yang
lemas, pucat, irritable, serta adanya penurunan aktivitas. Pada pemeriksaan
20
fisik juga ditemukan adanya bising usus yang meningkat yang sesuai dengan
patofisiologio terjadinya diare akut pada anak.
4.3 Pemeriksaan Penunjang
Berdasarkan pemeriksaan DL saat pertama kali pasien masuk rumah sakit di
RSUD Sanjiwani, Gianyar. Didapatkan kelainan sebagai berikut:
Darah Lengkap (23/11/2014)
Tes Hasil Nilai Rujukan Satuan
WBC 7.5 4.0 – 11.0 10e3/µL
RBC 4.27 L 4.5 – 5.5 10e6/µL
P 4.0 – 5.0 10e6/µL
HGB 9.9 L 13.0 – 18.0 g/dL
P 11.5 – 16.5 g/dL
HCT 31.6 L 40.0 – 50.0 %
P 37.0 – 45.0 %
MCV 74.1 82.0-92.0 fl
MCH 23.2 27.0-31.0 pg
MCHC 31.3 32.0-37.0 g/dL
PLT 15 150 – 400 10e3/µL
Berdasarkan teori, pada pemeriksaan darah lengkap pada penyakit diare
tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan pemeriksaan darah
lengkap kecuali apabila terdapat pendarahan massive pada saat pasien BAB.
4.4 Penatalaksanaan
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang,
pasien didiagnosis Diare Akut + Vomiting dengan Dehidrasi derajat Ringan-
Sedang + Gizi Baik. Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan
memenuhi kebutuhan cairan, kalori, dan protein harian. Kebutuhan cairan
dihitung berdasarkan rumus Holiday-Segarr, dimana pada pasien dengan
berat badan 10 kg dihitung kebutuhannya adalah 10 x 100 = 1000 ml
sehingga total kebutuhan cairan per harinya adalah 1000 ml. Kebutuhan
cairan pasien sebisa mungkin dilakukan per oral, apabila pasien tidak
21
mampu memenuhi kebutuhan cairannya per oral, dapat diberikan secara
intravena.
Kebutuhan protein dan kalori diukur berdasarkan tinggi badan terhadap
umur. Setelah itu dihitung dengan menggunakan rumus Recommended
Daily Allowance didapatkan kebutuhan kalori 800 kkal/hari dan kebutuhan
protein 10 gram/hari.
Pada pasien ini setelah diagnosis ditegakkan dan dalam keadaan kondisi
stabil dapat direncanakan untuk pulang namun sampai saat ini gejala
simptomatis diare akut pada pasien ini masih ada sehingga belum dapat
diperbolehkan pulang.
22
BAB V
SIMPULAN
Diare akut merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak-anak. Diare
merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan balita. Kematian pada
anak yang disebabkan diare masih sangat tinggi, yaitu 42% pada bayi dan
25% pada balita berdasarkan data RISKESDAS 2007. Diare ditandai dengan
bertambahnya frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/hari) disertai
perubahan konsistensi tinja (menjadi cair) dengan/tanpa darah dan/atau
lendir.
Diare dapat menular melalui transmisi fekal-oral, yang dengan demikian
makanan minuman yang tercemar oleh enteropatogen, kontak langsung
dengan tangan penderita, barang-barang yang tercemar tinja penderita atau
melalui lalat (melalui 4F = finger, flies, fluid, field). Ada banyak faktor
risiko yang memungkinkan terjadinya diare akut pada anak, yaitu tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4 – 6 bulan pertama kehidupan bayi,
tidak memadainya penyediaan air bersih, pencemaran air oleh tinja,
kurangnya sarana kebersihan (MCK), kebersihan lingkungan dan pribadi
yang buruk, penyiapan dan penyimpanan makanan yang tidak higienis dan
cara penyapihan yang tidak baik. Selain hal-hal tersebut, beberapa faktor
pada penderita dapat meningkatkan kecenderungan untuk dijangkiti diare
antara lain: gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung,
menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakhir dan
faktor genetik
Secara prinsip, penatalaksanaan terhadap pasien diare akut haruslah
dilakukan secara komprehensif. Dengan demikian tidak hanya memberikan
obat untuk menghilangkan kausa dan meringankan gejala diare tetapi juga
memperbaiki faktor risiko yang ada pada pasien dan lingkungan pasien.
Dengan adanya perbaikan faktor risiko diharapkan kejadian kekambuhan
pada pasien dapat berkurang, kualitas hidup pasien meningkat, dan beban
psikis, mental, maupun ekonomi pada pasien dan keluarga pasien dapat
berkurang.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Kemenkes.2011.Pengendalian diare di Indonesia. Buletin jendela data
& informasi kesehatan.Volume 2.Triwulan 2..
2. Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak.2011.Pedoman Pelayanan Medis
Kesehatan Anak. RSUP Sanglah; Denpasar.
3. Soenarto, Sri Suparyati. 2011.Vaksin Rotavirus untuk pencegahan
diare. Buletin jendela data & informasi kesehatan.Volume 2.Triwulan
2.
4. Hegar, Badriul.2011.Jurnal Kedokteran Indonesia Medika. Edisi
No.06.Vol.XXXVII.
5. Supono, Joko. 2008.Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.2
No.4.
24