35
RESPONSI KASUS FRAKTUR Pembimbing: dr. Erwien Isparnadi, Sp.OT Oleh: Istin Erisda Listyani, S.Ked (201010401011011) Siti Noer Afidah, S.Ked (201010401011033) Dipresentasikan Tanggal: 6 Juli 2011

Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ndfhgdhdh

Citation preview

Page 1: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

RESPONSIKASUS FRAKTUR

Pembimbing:dr. Erwien Isparnadi, Sp.OT

Oleh:Istin Erisda Listyani, S.Ked (201010401011011)Siti Noer Afidah, S.Ked (201010401011033)

Dipresentasikan Tanggal:6 Juli 2011

SMF/BAGIAN ILMU BEDAHRUMAH SAKIT UMUM HAJI SURABAYA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANGFAKULTAS KEDOKTERAN

2011

Page 2: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

RESPONSI KASUS FRAKTUR

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn Safira

Jenis kelamin : perempuan

Usia : 23 tahun

Alamat : Siwalan pangi No 2 buduran Rt 03, RW04

Pendidikan : S1

Agama : islam

Pekerjaan : swasta

Status : belum menikah

No Hp/telp : o81805030700

No RM : 586468

Tanggal : 25 Juni 2011, Jam 08.00

II. ANAMNESA

Keluhan Utama:

Luka robek pada tungkai kanan

Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke UGD RS Haji Surabaya karena luka robek di tungkai

kanan, karena menabrak sepeda motor yang sedang terjatuh karena

menghindari anak-anak yang menyeberang jalan sekitar 1 jam sebelum

MRS. Pasien melaju dengan kec 60 km/jam. Kemudian pasien terpelanting

ke depan sejauh ± 1 meter dan jatuh dengan posisi tengkurap dan tangan

menyangga tubuh, kepala tidak terbentur aspal, dan dada juga tidak

terbentur aspal, dan anggota tubuh tidak tertindih sepeda motor. Tidak ada

luka di tempat lain, selain luka robek di tungkai kanan. Luka belum

diobati, dan pasien langsung di bawah ke UGD.

Tungkai kanan dirasakan nyeri dan tidak bisa digerakkan.

Pingsan (-), mual (-), muntah (-), nyeri kepala (-), sesak (-).

Pasien ingat sebelum, selama, dan setelah kejadian kecelakaan.

Page 3: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

Riwayat makan terakhir jam 7 pagi, sedang minum terakhir adalah setelah

kecelakaan karena diberi minum oleh masyarakat sekitar.

Riwayat alergi disangkal.

Pasien tidak mengkonsumsi obat apapun sebelum dan setelah kecelakaan.

Riwayat Penyakit Dahulu:

Alergi disangkal

Hipertensi disangkal

Diabetes disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga:

(-)

III. PEMERIKSAAN FISIK

PRIMARY SURVEY

A : Bebas

B : Spontan, RR : 18x/menit

C : akral hangat kering merah, T 120/80, N 80

D : CM/456, PBI Ø 3mm/3mm

E : vulnus apertum (+)

STATUS GENERALIS

Kepala/Leher: Anemis- / Ikterus-/ Cyanosis-/ Dyspneu-

Thorax :

Pulmo

Inspeksi : normochest, simetris, retraksi dinding dada (-)

Palpasi : pergerakan dinding dada simetris, deviasi trachea (-),

Fremitus raba simetris

Perkusi : Sonor

Auskultasi : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

Cor

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat, Thrill (-)

Page 4: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

Perkusi : batas jantung dbn

Auskultasi : S1S2 tunggal, murmur -, gallop

Abdomen

Inspeksi : flat, simetris

Palpasi : supel, nyeri tekan (-), H/L/R ttb

Perkusi : timpani

Auskultasi : BU (+) normal

Extremitas : akral hangat keempat extremitas,

STATUS LOKALIS

R: cruris dextra

L: vulnus appertum 6x4 cm, darah (+), bone expose (+), deformitas (+),

luka kotor (+)

F: nyeri tekan (+), tegang (-),krepitasi (-)

M: Rom terbatas

IV. RESUME

Pasien datang ke UGD RS Haji Surabaya karena luka robek di tungkai kanan,

karena menabrak sepeda motor sekitar 1 jam sebelum MRS pasien terpelanting ke

depan sejauh ± 1 meter dan jatuh dengan posisi tengkurap dan tangan menyangga

tubuh, kepala tidak terbentur aspal, dan dada juga tidak terbentur aspal, dan

anggota tubuh tidak tertindih sepeda motor. Tidak ada luka di tempat lain.

Tungkai kanan dirasakan nyeri dan tidak bisa digerakkan. Pasien ingat sebelum,

selama, dan setelah kejadian kecelakaan. Riwayat makan terakhir jam 7 pagi,

sedang minum terakhir adalah setelah kecelakaan. Riwayat alergi disangkal.

Pasien tidak mengkonsumsi obat apapun sebelum dan setelah kecelakaan.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan :

Vital sign : dalam batas normal

Status generalis : dalam batas normal

Status Lokalis :

- R: cruris dextra

Page 5: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

- L: vulnus appertum 6x4 cm, darah (+), bone expose (+), deformitas

(+), luka kotor (+)

- F: nyeri tekan (+), tegang (-),krepitasi (-)

- M: Rom terbatas

V. DIAGNOSIS

Dx pimer: Open fraktur 1/3 tengah os tibia tipe komunitif Grade II

Dx sekunder: (-)

Komplikasi: (-)

VI. PLANNING

PLANNING DIAGNOSA

- Foto cruris D&S AP/ lateral

- Foto thorax PA

- Darah lengkap

- Urin Lengkap

- Serum Elektrolit

- BUN/Serum Creatinin

- SGOT/SGPT

- Faal Hemostasis: PTT, APTT

PLANNING TERAPI

- Antibiotik : Inj. Ceftriaxone 3x1 g iv

- Debridement

- Stabilisasi: Internal fixation

- Tx. Simptomatis:

o Infus RL 18 tpm

o Tetagram inj IM

o Ketorolac 3x1 amp IV

PLANNING MONITORING

Page 6: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

- Vital sign

- AVN

- Keluhan pasien

- Tanda-tanda infeksi

PLANNING EDUKASI

- Edukasi tentang kondisi paseien, rencana pemeriksaan, rencana terapi

dan tindakan.

- Edukasi post operasi:

o Diet bebas 2 jam setelah operasi

o Kaki ditinggikan 30º untuk melancarkan aliran balik vena

o Mobilisasi

Page 7: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

LAMPIRAN I. Hasil Laboratorium

Tgl 25/06/2011

- Hb : 12,6 SGOT : 18

- Lek0 19.840 SGPT : 13

- HCT : 37,7 K : 3,6 (↓)

- Trombosit : 445.000 Na : 138

- GDA : 82 Cl : 97

- BUN : 7

- SC 0,6

Page 8: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

LAMPIRAN II. Laporan Operasi

Tgl 25/06/2011

Pendapatan pada waktu eksplorasi: Open Fraktur Tibia Dextra 1/3 Tengah

Apa yang dikerjakan: Debridement

Tgl 30/06/2011

Pendapatan pada waktu eksplorasi: Post Debridement Open Fraktur Tibia

Dextra1/3 tengah

Apa yang dikerjakan: Debridement + Platting

Page 9: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

LAMPIRAN III. Foto Kasus

Page 10: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

LAMPIRAN IV. Follow Up

Tanggal S O A P25/06/2011 - Nyeri /

cekot-cekot pada tungkai kanan (+)

- Kesemutan (-)

- Demam (-)- Mual (-)- Muntah (-)- Pusing (-)- BAK (+) dbn- BAB (-) hari

ini

VITAL SIGN- T: 120/80

mmHg- N: 80 x/m- RR: 18 x/m- T’ax: 36,3S.GENERALIS: dbnS.LOKALIS:- R: Cruris D- L: deformitas

(-), darah (-), musculus expose

- P: nyeri tekan (+), deformita (-), krepitasi (+).

- M: ROM terbatas

- AVN: N

Open Fracture tibia D 1/3 tengah grade II + Debridement

P.Dx: Foto cruris D

AP/ lateral Darah

lengkap BUN/Serum

Creatinin SGOT/SGPT Faal

Hemostasis: PTT, APTT

P.Tx:Post debridement- Inj.

Ceftriaxone 3x1 g iv

- Inj. Ketorolac 3x30 mg iv

26/06/2011 - Nyeri / cekot-cekot pada tungkai kanan (+)

- Kesemutan (-)

- Demam (-)- Mual (-)- Muntah (-)- BAK (+) dbn- BAB (-) 2 hari

VITAL SIGN- T: 110/70

mmHg- N: 78 x/m- RR: 20 x/m- T’ax: 36,0S.GENERALIS: dbnS.LOKALIS:- R: Cruris D- L: tertutup bidai- P: nyeri tekan

(+), deformitas sde, krepitasi sde.

- M: ROM terbatas

- AVN: N

Open Fracture 1/3 tengah tibia grade II + post debridement hari ke-1

P.Tx:- Infus RL 18

tetes/m- Inj.

Ceftriaxone 3x1 g iv

- Inj. Ketorolac 3x30 mg iv

- Pro Operasi

27/06/2011 - Nyeri / cekot-cekot pada tungkai kanan (+) tetap

- Kesemutan (+) kadang-kadang

- Demam (-)- Mual (-)- Muntah (-)

VITAL SIGN- T: 110/70

mmHg- N: 82 x/m- RR: 18 x/m- T’ax: 36,0S.GENERALIS: dbnS.LOKALIS:- R: Cruris D- L: tertutup bidai- P: nyeri tekan

Open Fracture 1/3 tengah tibia grade II + post debridement hari ke-2

P.Tx:- Infus KAEN 3B

1500 cc + Tramadol 100 mg

- Inj. Ceftriaxone 2x1 g iv

- Inj. Ondancentron 3x4 mg

Page 11: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

- BAK (+) dbn- BAB (-) 3 hari

(+), deformitas sde, krepitasi sde.

- M: ROM terbatas

- AVN: N

- Pro Operasi

28/06/2011 - Nyeri / cekot-cekot pada tungkai kanan (+) berkurang

- Kesemutan (+) kadang-kadang

- Demam (-)- Mual (-)- Muntah (-)- BAK (+) dbn- BAB (-) 4 hari

VITAL SIGN- T: 110/70

mmHg- N: 84 x/m- RR: 18 x/m- T’ax: 36,1S.GENERALIS: dbnS.LOKALIS:- R: Cruris D- L: tertutup bidai- P: nyeri tekan

(+), deformitas sde, krepitasi sde.

- M: ROM terbatas

- AVN: N

Open Fracture 1/3 tengah tibia grade II + post debridement hari ke-3

P.Tx:- Infus KAEN 3B

1500 cc- Inj.

Ceftriaxone 2x1 g iv

- Inj. Ondancentron 3x4 mg

- Rawat luka- Pro op.platting

tibia Kamis 30/06/2011

Konsul anestesi ACC operasi.

29/06/2011 - Nyeri / cekot-cekot pada tungkai kanan (+) berkurang

- Kesemutan (+) kadang-kadang

- Demam (-)- Mual (-)- Muntah (-)- BAK (+) dbn- BAB (-) 5 hari

VITAL SIGN- T: 110/70

mmHg- N: 82 x/m- RR: 18 x/m- T’ax: 36,0S.GENERALIS: dbnS.LOKALIS:- R: Cruris D- L: tertutup bidai- P: nyeri tekan

(+), deformitas sde, krepitasi sde.

- M: ROM terbatas

- AVN: N

Open Fracture 1/3 tengah tibia grade II + post debridement hari ke-4

P.Tx:- Infus KAEN 3B

1500 cc- Inj.

Ceftriaxone 2x1 g iv

- Inj. Ondancentron 3x4 mg

30/06/2011 - Nyeri / cekot-cekot pada tungkai kanan (+) berkurang

- Kemeng pada lengan kiri

- Demam (-)

VITAL SIGN- T: 110/70

mmHg- N: 92 x/m- RR: 18 x/m- T’ax: 36,0S.GENERALIS: dbnS.LOKALIS:- R: Cruris D

Open Fracture 1/3 tengah tibia grade II + post debridement hari ke-5

- Inf. KAEN 3B 1500cc

- Inj. Ceftriaxone 2x 1gr

- Inj. Ondancentron 3x 4mg

- Inj. Torasic

Page 12: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

- Mual (-)- Muntah (-)- BAK (+) dbn- BAB (+)

- L: tertutup bidai- P: nyeri tekan

(+), deformitas sde, krepitasi sde.

- M: ROM terbatas

AVN: N

3x1 amp- Cernevit 2x

750mg- Pro Platting

tibia Hari ini

1/07/2011 - Nyeri / cekot-cekot pada tungkai kanan (+) jika menggerakkan jari kaki

- Tidak bisa tidur karena nyeri

- Demam (-)- Mual (+)- Muntah (-)- Nafsu makan

menurun- BAK (+) dbn- BAB (+)

VITAL SIGN- T: 120/80

mmHg- N: 84 x/m- RR: 20 x/m- T’ax: 36,4S.GENERALIS: dbnS.LOKALIS:- R: Cruris D- L: tertutup bidai- P: nyeri tekan

(+), deformitas sde, krepitasi sde.

- M: ROM terbatas

- AVN: N

Post operasi Platting tibia hari ke 1

- Inf. KAEN 3B 1500cc

- Inj. Ceftriaxone 2x 1gr

- Inj. Ondancentron 3x 4mg

- Inj. Ketorolac 3x1 amp

- Inj. Torasic 3x1 amp

- Cernevit 2x 750mg

-

02/07/2011 - Nyeri / cekot-cekot pada tungkai kanan (+) berkurang

- Demam (-)- Mual (-)- Muntah (-)- BAK (+) dbn- BAB (+)

VITAL SIGN- T: 120/70

mmHg- N: 82 x/m- RR: 18 x/m- T’ax: 36,3S.GENERALIS: dbnS.LOKALIS:- R: Cruris D- L: tertutup bidai- P: nyeri tekan

(+), deformitas sde, krepitasi sde.

- M: ROM terbatas

- AVN: N

Post operasi Platting tibia hari ke 2

- Inf. KAEN 3B 1500cc

- Inj. Ceftriaxone 2x 1gr

- Inj. Ondancentron 3x 4mg

- Inj. Ketorolac 3x1 amp

- Inj. Torasic 3x1 amp

- Cernevit 2x 750mg

-

03/07/2011 - Nyeri / cekot-cekot pada tungkai kanan (+) berkurang

- Demam (-)- Pusing (+)

VITAL SIGN- T: 110/70

mmHg- N: 84 x/m- RR: 18 x/m- T’ax: 36,1S.GENERALIS: dbn

Post operasi Platting tibia hari ke 3

- Inf. Tutofusin 14 tpm

- Inj. Torasic 3x1 amp

- Inj. Cravit 2x 750mg

Page 13: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

sejak kemarin malam

- Mual (+)- Muntah (-)- BAK (+) dbn- BAB (+)

S.LOKALIS:- R: Cruris D- L: tertutup bidai- P: nyeri tekan

(+), deformitas sde, krepitasi sde.

- M: ROM terbatas

- AVN: N04/07/2011 - Nyeri /

cekot-cekot pada tungkai kanan (+) berkurang

- Demam (-)- Pusing (-) - Mual (-)- Muntah (-)- BAK (+) dbn- BAB (+)

VITAL SIGN- T: 110/60

mmHg- N: 78 x/m- RR: 16 x/m- T’ax: 36,0S.GENERALIS: dbnS.LOKALIS:- R: Cruris D- L: tertutup bidai- P: nyeri tekan

(+), deformitas sde, krepitasi sde.

- M: ROM terbatas

- AVN: N

Post operasi Platting tibia hari ke 4

- Inf. Tutofusin 14 tpm

- Inj. Torasic 3x1 amp

- Inj. Cravit 2x 750mg

- Mobilisasi Ka/ki

- ACC KRS

Page 14: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

TEORI

Fraktur

Dengan makin pesatnya kemajuan lalu lintas baik dari segi jumlah

pemakai jalan, jumlah kendaraan, jumlah pemakai jasa angkutan dan

bertambahnya jaringan jalan dan kecepatan kendaraan maka mayoritas

kemungkinan terjadinya fraktur adalah akibat kecelakaan lalu lintas. Sementara

trauma – trauma lain yang dapat mengakibatkan fraktur adalah jatuh dari

ketinggian, kecelakaan kerja, dan cedera olah raga. Saat ini, penyakit

muskuloskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai di pusat-pusat

pelayanan kesehatan di seluruh dunia. Bahkan WHO telah menetapkan dekade ini

(2000-2010) menjadi Dekade Tulang dan Persendian.

Definisi

Fraktur adalah terputusnya hubungan/kontinuitas struktur tulang atau

tulang rawan bisa komplet atau inkomplet

Diskontinuitas tulang yang disebabkan oleh gaya yang melebihi elastisitas

tulang

Secara umum fraktur dibagi menjadi dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur

terbuka. Fraktur tertutup jika kulit diatas tulang yang fraktur masih utuh, tetapi

apabila kulit diatasnya tertembus maka disebut fraktur terbuka maka disebut

fraktur terbuka . Trauma langsung akibat benturan akan menimbulkan garis

fraktur transversal dan kerusakan jaringan lunak. Benturan yang lebih keras

disertai dengan penghimpitan tulang akan  mengakibatkan garis fraktur kominutif

diikuti dengan kerusakan jaringan lunak yang lebih luas.

Trauma tidak langsung mengakibatkan  fraktur terletak jauh dari titik

trauma dan jaringan sekitar fraktur tidak mengalami kerusakan berat. Pada

olahragawan, penari dan tentara  dapat pula terjadi fraktur pada tibia, fibula atau 

metatarsal yang disebabkan oleh karena trauma yang berulang. Selain trauma,

adanya proses patologi pada tulang seperti. tumor atau pada penyakit Paget

Page 15: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

dengan energi  yang minimal saja akan mengakibatkan fraktur. Sedang pada orang

normal hal tersebut belum tentu menimbulkan  fraktur.

Klasifikasi

I.   Menurut Penyebab terjadinya

Faktur Traumatik   :  direct atau indirect

Fraktur Fatik atau Stress

Trauma berulang, kronis,  misal: fr. Fibula pd olahragawan

Fraktur patologis  : biasanya terjadi secara spontan

II.    Menurut hubungan dg jaringan ikat sekitarnya

Fraktur Simple    :  fraktur tertutup

Fraktur Terbuka   :  bone expose

Fraktur Komplikasi  : kerusakan pembuluh darah, saraf, organ visera

III.   Menurut bentuk

Fraktur Komplet :Garis fraktur membagi tulang menjadi 2 fragmen atau

lebih. Garis fraktur bisa transversal, oblique, spiral.

Kelainan ini menentukan arah trauma, fraktur stabil atau tidak

Fraktur Inkomplet  : sifat stabil, misal greenstik fraktur

Fraktur Kominutif  : lebih dari 2 segmen

Fraktur Kompresi / Crush fracture  : umumnya pada tulang kanselus

Page 16: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

Etiologi

Fraktur terjadi bila ada suatu trauma yang mengenai tulang, dimana trauma

tersebut kekuatannya melebihi kekuatan tulang.  2 faktor mempengaruhi

terjadinya fraktur

Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang mengenai tulang,

arah dan kekuatan trauma.

Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengasorbsi energi trauma, kelenturan,

kekuatan, dan densitas tulang.

Diagnosis

I.   Riwayat

Anamnesis dilakukan untuk menggali riwayat mekanisme cedera (posisi

kejadian) dan kejadian-kejadian yang berhubungan dengan cedera tersebut.

riwayat cedera atau fraktur sebelumnya, riwayat sosial ekonomi, pekerjaan, obat-

obatan yang dia konsumsi, merokok, riwayat alergi dan riwayat osteoporosis serta

penyakit lain.

II.   Pemeriksaan Fisik

A.           Inspeksi / Look

Deformitas :  angulasi, rotasi, pemendekan, pemanjangan,  bengkak

Pada fraktur terbuka : klasifikasi Gustilo

B.          Palpasi / Feel  ( nyeri tekan (tenderness), Krepitasi)

Status neurologis dan vaskuler di bagian distalnya perlu diperiksa.

Lakukan palpasi pada daerah ekstremitas tempat fraktur tersebut, meliputi

persendian diatas dan dibawah cedera, daerah yang mengalami nyeri, efusi, dan

krepitasi. Neurovaskularisasi bagian distal fraktur meliputi : pulsasi aretri, warna

kulit, pengembalian cairan kapler (Capillary refill test) sensasi

Page 17: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

C.          Gerakan / Moving

D.          Pemeriksaan trauma di tempat lain  : kepala, toraks, abdomen,

pelvis

Sedangkan pada pasien dengan politrauma, pemeriksaan awal dilakukan

menurut protokol ATLS. Langkah pertama adalah menilai airway, breathing, dan

circulation. Perlindungan pada vertebra dilakukan sampai cedera vertebra dapat

disingkirkan dengan pemeriksaan klinis dan radiologis. Saat pasien stabil, maka

dilakukan secondary survey.

III.                     Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :  darah rutin, faktor pembekuan darah, golongan darah, cross-test,

dan urinalisa.

Radiologis untuk lokasi fraktur harus menurut rule of two, terdiri dari :

I.              2 gambaran, anteroposterior (AP) dan lateral

II.            Memuat dua sendi di proksimal dan distal fraktur

III.          Memuat gambaran foto dua ekstremitas, yaitu ekstremitas yang cedera

dan yang tidak terkena cedera (pada anak) ; dan dua kali, yaitu sebelum tindakan

dan sesudah tindakan.

Pergeseran fragmen Tulang ada 4  :

1. Alignman  : perubahan arah axis longitudinal, bisa membentuk sudut

2. Panjang   : dapat terjadi pemendekan (shortening)

3. Aposisi    : hubungan ujung fragmen satu dengan lainnya

4. Rotasi     : terjadi perputaran terhadap fragmen proksimal

Komplikasi Fraktur

Komplikasi fraktur dapat diakibatkan oleh trauma itu sendiri  atau akibat

penanganan fraktur yang disebut komplikasi iatrogenik

Page 18: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

1.   Komplikasi umum

Syok karena perdarahan ataupun oleh karena nyeri, koagulopati diffus dan

gangguan fungsi pernafasan. Ketiga macam komplikasi tersebut diatas dapat

terjadi dalam 24 jam pertama pasca trauma dan setelah beberapa hari atau minggu

akan terjadi gangguan metabolisme, berupa peningkatan katabolisme. Komplikasi

umum lain dapat berupa emboli lemak, trombosis vena dalam (DVT), tetanus atau

gas gangren.

2.      Komplikasi Lokal

a.            Komplikasi dini

Komplikasi dini adalah kejadian komplikasi dalam satu minggu pasca trauma,

sedangkan apabila kejadiannya sesudah satu minggu pasca trauma disebut

komplikasi lanjut.

Pada Tulang

1. Infeksi, terutama pada fraktur terbuka.

2. Osteomielitis dapat diakibatkan oleh fraktur terbuka atau tindakan operasi

pada fraktur tertutup. Keadaan ini dapat menimbulkan delayed union atau

bahkan non union

Komplikasi sendi dan tulang dapat berupa artritis supuratif yang sering terjadi

pada fraktur terbuka atau pasca operasi yang melibatkan sendi sehingga terjadi

kerusakan kartilago sendi dan berakhir dengan degenerasi

Pada Jaringan lunak

1. Lepuh , Kulit yang melepuh adalah akibat dari elevasi kulit superfisial

karena edema. Terapinya adalah dengan menutup kasa steril kering dan

melakukan pemasangan elastik

Page 19: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

2. Dekubitus.. terjadi akibat penekanan jaringan lunak tulang oleh gips. Oleh

karena itu perlu diberikan bantalan yang tebal pada daerah-daerah yang

menonjol

Pada Otot

Terputusnya serabut otot yang mengakibatkan gerakan aktif otot tersebut

terganggu. Hal ini terjadi karena serabut otot yang robek melekat pada serabut

yang utuh, kapsul sendi dan tulang. Kehancuran otot akibat trauma dan terjepit

dalam waktu cukup lama akan menimbulkan sindroma crush atau trombus.

Pada  pembuluh darah

Pada robekan arteri inkomplit akan terjadi perdarahan terus menerus.

Sedangkan pada robekan yang komplit ujung pembuluh darah mengalami retraksi

dan perdarahan berhenti spontan. Pada jaringan distal dari lesi akan

mengalami iskemi bahkan nekrosis. Trauma atau manipulasi sewaktu melakukan

reposisi dapat menimbulkan tarikan mendadak pada pembuluh darah sehingga

dapat menimbulkan spasme. Lapisan intima pembuluh darah tersebut terlepas dan

terjadi trombus. Pada kompresi arteri yang lama seperti pemasangan torniquet

dapat terjadi sindrome crush. Pembuluh vena yang putus perlu dilakukan repair

untuk mencegah kongesti bagian distal lesi.

Sindroma kompartemen terjadi akibat tekanan intra kompartemen otot pada

tungkai atas maupun tungkai bawah sehingga terjadi penekanan neurovaskuler

sekitarnya. Fenomena ini disebut Iskhemi Volkmann. Ini dapat terjadi pada

pemasangan gips yang terlalu ketat sehingga dapat menggangu aliran darah dan

terjadi edema dalam otot.

Apabila iskhemi dalam 6 jam pertama tidak mendapat tindakan dapat

menimbulkan kematian/nekrosis otot yang nantinya akan diganti dengan jaringan

fibrus yang secara periahan-lahan menjadi pendek dan disebut dengan kontraktur

volkmann.  Gejala klinisnya adalah 5 P yaitu Pain (nyeri), Parestesia, Pallor

(pucat), Pulseness (denyut nadi hilang) dan Paralisis.

Page 20: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

Pada saraf

Berupa kompresi, neuropraksi, neurometsis (saraf putus),

aksonometsis (kerusakan akson). Setiap trauma terbuka dilakukan

eksplorasi dan identifikasi nervus.

b. Komplikasi lanjut

Pada tulang dapat berupa malunion, delayed union atau non union. Pada

pemeriksaan terlihat deformitas berupa angulasi, rotasi, perpendekan atau

perpanjangan.

Delayed union

Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara normal. Pada

pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat bayangan sklerosis pada ujung-ujung

fraktur, Terapi  konservatif selama 6 bulan  bila  gagal dilakukan  Osteotomi.

Lebih 20 minggu  dilakukan cancellus grafting  (12-16 minggu)

Non union

Dimana secara klinis dan radiologis tidak terjadi penyambungan. Tipe I

(hypertrophic non union) tidak akan terjadi proses penyembuhan fraktur dan

diantara fragmen fraktur tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi

untuk union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting. Tipe II (atrophic

non union) disebut juga sendi palsu (pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial

sebagai kapsul sendi beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses union tidak

akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama.

Beberapa faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum

yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur, waktu imobilisasi

Page 21: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

yang tidak memadai, implant atau gips yang tidak memadai, distraksi interposisi,

infeksi dan penyakit tulang (fraktur patologis)

Mal  union

Penyambungan fraktur tidak normal sehingga menimbukan deformitas.  Tindakan

refraktur atau osteotomi koreksi .

Osteomielitis

Osteomielitis kronis dapat terjadi pada fraktur terbuka atau tindakan operasi

pada fraktur tertutup sehingga dapat menimbulkan delayed union sampai non

union (infected non union). Imobilisasi anggota gerak yang mengalami

osteomielitis mengakibatkan terjadinya atropi tulang berupa osteoporosis dan

atropi otot

Kekakuan sendi

Kekakuan sendi baik sementara atau menetap dapat diakibatkan imobilisasi

lama, sehingga terjadi perlengketan peri artikuler, perlengketan intraartikuler,

perlengketan antara otot dan tendon. Pencegahannya berupa memperpendek

waktu imobilisasi dan melakukan latihan aktif dan pasif pada sendi. Pembebasan

periengketan secara pembedahan hanya dilakukan pada penderita dengan

kekakuan sendi menetap.

Penatalaksanaan

Prinsip 4R  (chairudin Rasjad) :

1.      Recognition :  diagnosis dan penilaian fraktur

2.        Reduction

3.        Retention :  Immobilisasi

4.        Rehabilitation :  mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Penatalaksanaan awal fraktur meliputi reposisi dan imobilisasi fraktur

dengan splint. Status neurologis dan vaskuler di bagian distal harus diperiksa baik

sebelum maupun sesudah reposisi dan imobilisasi. Pada pasien dengan multiple

Page 22: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

trauma, sebaiknya dilakukan stabilisasi awal fraktur tulang panjang setelah

hemodinamis pasien stabil. Sedangkan penatalaksanaan definitif fraktur adalah

dengan menggunakan gips atau dilakukan operasi dengan ORIF maupun OREF.

Tujuan Pengobatan fraktur :

1. REPOSISI dengan tujuan mengembalikan fragmen keposisi anatomi

Tertutup  :  fiksasi eksterna,  Traksi  (kulit, sekeletal)

Terbuka  :  Indikasi :

1. Reposisi tertutup gagal

2. Fragmen bergeser dari apa yang diharapkan

3. Mobilisasi dini

4. Fraktur multiple

5. Fraktur Patologis

2. IMOBILISASI / FIKSASI

Tujuan mempertahankan posisi fragmen post reposisi sampai Union.

Jenis Fiksasi :

Ekternal / OREF

Gips ( plester cast)

Traksi

Indikasi :

Pemendekan (shortening)

Fraktur unstabel : oblique, spiral

Kerusakan hebat pada kulit dan jaringan  sekitar

Page 23: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

1. Traksi Gravitasi :  U- Slab pada fraktur huMerus

2.  Skintraksi

Tujuan menarik otot dari jaringan sekitar fraktur sehingga fragmen akan kembali

ke posisi semula. Beban maksimal 4-5 kg karena bila kelebihan kulit akan lepas

3.  Sekeletal traksi : K-wire, Steinmann pin atau Denham pin.

Dipasang pada distal tuberositas tibia (trauma sendi koksea, femur, lutut),  pada

tibia atau kalkaneus ( fraktur kruris)

Komplikasi Traksi :

1. Gangguan sirkulasi darah  à beban > 12 kg

2. Trauma saraf peroneus (kruris)  à droop foot

3. Sindroma kompartemen

4. Infeksi à tmpat masuknya pin

Indikasi OREF  :

1. Fraktur terbuka derajat III

2. Fraktur dengan kerusakan jaringan lunak yang luas

3. fraktur dengan gangguan neurovaskuler

4. Fraktur Kominutif

5. Fraktur Pelvis

6. Fraktur infeksi yang kontraindikasi dengan ORIF

7. Non Union

8. Trauma multiple

Internal / ORIF :  K-wire, plating, screw, k-nail

Page 24: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

3.            UNION

4.            REHABILITASI

Penyembuhan fraktur ada  5 Stadium :

1. Pembentukan Hematom : kerusakan jaringan lunak dan penimbunan darah

2. Organisasi Hematom  / Inflamasi. Dalam beberapa jam post fraktur

terbentuk fibroblast ke hematom dalam beberapa hari terbentuk kapiler 

kemudian terjadi jaringan granulasi

3. Pembentukan kallus. Fibroblast pada jaringan granulasi  menjadi

kolagenoblast kondroblast kemudian dengan partisipasi osteoblast sehat

terbentuk kallus (Woven bone)

4. Konsolidasi  : woven bone berubah menjadi lamellar bone

5. Remodelling  : Kalus berlebihan menjadi tulang normal

Proses Penyembuhan Tulang

Fase inflamasi

berakhir kurang lebih satu hingga dua minggu yang pada awalnya terjadi

reaksi inflamasi. Peningkatan aliran darah menimbulkan hematom fraktur yang

segera diikuti invasi dari sel-sel peradangan yaitu netrofil, makrofag dan sel

fagosit. Sel-sel tersebut termasuk osteoklas berfungsi untuk membersihkan

jaringan nekrotik untuk menyiapkan fase reparatif. Secara radiologis, garis fraktur

akan lebih terlihat karena material nekrotik disingkirkan.

Fase reparatif

Umumnya beriangsung beberapa bulan. Fase ini ditandai dengan

differensiasi dari sel mesenkim pluripotensial. Hematom fraktur lalu diisi oleh

kondroblas dan fibroblas yang akan menjadi tempat matrik kalus. Mula-mula

terbentuk kalus lunak, yang terdiri dari jaringan fibrosa dan kartilago dengan

sejumlah kecil jaringan tulang. Osteoblas kemudian yang mengakibatkan

mineralisasi kalus lunak membah menjadi kalus keras dan meningkatkan stabilitas

fraktur. Secara radiologis garis fraktur mulai tak tampak.

Page 25: Responsi Kasus Fraktur Ida-Istinmgfjhf

Fase remodelling

Membutuhkan waktu bulanan hingga tahunan untuk merampungkan

penyembuhan tulang meliputi aktifitas osteoblas dan osteoklas yang menghasilkan

perubahan jaringan immatur menjadi matur, terbentuknya tulang lamelar sehingga

menambah stabilitas daerah fraktur.

Fraktur tibia plateau

Klasifikasi :

a. open fraktur

b. non displaced

c. split fraktur

d. depressed fraktur

e. split dan depressed

f. komunitif

Terapi :

1. Konservatif :

a. dilakukan reposisi tertutup kemudian memakai long leg cast

dengan anti rotasi selama 4-6 minggu kemudian diganti Sarmento

(PTB) sampai 16 minggu

b. dipasang dinamik balance traksi selama 4-6 minggu kemudian

dilanjutkan dengan Sarmento (PTB) sampai 16 minggu

2. Operatif : reposisi terbuka dan dipasang Butressing T plate.