Responsi TBC

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TBC

Citation preview

Manifestasi Klinis

33

BAB IPENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis.1-7 Infeksi TB dapat menjadi sistemik yang dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. 1 Penyebaran penyakit dari orang ke orang adalah melalui udara. 2 Berbeda dengan TB dewasa, gejala TB pada anak seringkali tidak khas. Diagnosis pasti ditegakkan dengan menemukan kuman TB. Pada anak, sulit didapatkan spesimen diagnostik yang dapat dipercaya. Sekalipun spesimen dapat diperoleh, pada pemeriksaan mikrobiologik, mikroorganisme penyebab jarang ditemukan pada sediaan langsung dan kultur. Di negara berkembang, dengan fasilitas tes Mantoux dan foto rontgen paru yang masih kurang, diagnosis TB anak menjadi lebih sulit. 3Bagaimanapun juga, gambaran klinis adalah tidak spesifik, tes kulit dan rontgen paru dapat susah diinterpretasikan, serta pemeriksaan laboratorium rutin tidak begitu membantu. Diagnosa dini dengan teknik yang lebih baik akan sangat membantu anak dan bayi untuk mencegah TB yang berkelanjutan.7Tatalaksana TB pada anak merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan antara pemberian medikamentosa, penataan gizi, dan lingkungan sekitarnya. Pemberian medikamentosa tidak terlepas dari penyuluhan kesehatan kepada masyarakat atau kepada orang tua penderita tentang pentingnya minum obat secara teratur dalam jangka waktu yang cukup lama, serta pengawasan terhadap jadwal pemberian obat dan keyakinan bahwa obat diminum. 3 Karena sulitnya mendiagnosis TB pada anak dan data TB anak yang sangat terbatas, maka WHO mengupayakan untuk membuat konsensus diagnosis di berbagai negara Dengan adanya konsensus ini, diharapkan diagnosis TB anak dapat ditegakkan sehingga kemungkinan overdiagnosis atau underdiagnosis dapat diperkecil dan angka prevalensi pastinya dapat diketahui. 3 TB merupakan infeksi kronis yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Pada anak yang sehat, metabolisme basal akan menurun di malam hari , sedangkan pada keadaan sakit TB yang merupakan proses infeksi/sakit TB metabolisme meningkat. Hal ini akan mengganggu pertumbuhan, selain itu apabila TB dengan gejala batuk lama maka tenaga anak akan terkuras untuk batuk dan anak menjadi tidak nafsu makan karena batuk tersebut, yang lama-kelamaan akan menyebabkan gangguan pertumbuhan. Gangguan perkembangan pada anak yang menderita TB terjadi karena anak menjadi tidak nafsu makan, sering sakit dan lemas yang akan menyebabkan sosialisasi dan keaktifannya menurun. 3,5Selain itu harus diketahui efek samping dari penggunaan obat anti tuberkulosis, karena pengobatan tuberkulosis adalah pengobatan jangka panjang. Efek samping yang dapat ditimbulkan adalah gangguan gastrointestinal, hepatotoksik, ruam dan gatal, serta demam. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi terhadap efek samping selama pengobatan berlangsung. Apabila sampai terjadi efek samping, maka akan menyebabkan penurunan daya tahan tubuh penderita dan menyebabkan gangguan pertumbuhan.3Gambaran klinis yang tidak khas dan tidak adanya diagnosis pasti untuk TB anak dapat menyebabkan masalah dalam terapi TB. Oleh karena itu laporan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca tentang TB pada anak dan pengaruh TB anak terhadap tumbuh kembang anak. Berikut ini dilaporkan sebuah kasus tentang TB anak .

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi Tuberkulosis (TB) adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis sistemik yang dapat mengenai hampir semua organ tubuh, dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer. 1

Faktor RisikoFaktor risiko menderita TB dibagi menjadi faktor risiko infeksi dan faktor risiko penyakit TB.

Faktor Risiko Infeksi TB

Faktor risiko infeksi TB terpenting adalah pajanan terhadap orang dewasa yang infeksius. Selain itu, tempat tinggal di daerah endemis, daerah dengan prevalensi TB yang tinggi, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat (tempat penampungan atau panti perawatan yang penuh sesak, sirkulasi udara yang tidak baik) juga merupakan faktor risiko infeksi TB. 2,3,4Faktor Risiko Penyakit TB

Anak usia 5 tahun mempunyai risiko lebih besar mengalami progresi infeksi menjadi sakit TB karena imunitas selulernya belum berkembang sempurna. Namun risiko ini berkurang seiring pertambahan usia. Bayi < 1 tahun yang terinfeksi TB 43%-nya akan menjadi sakit TB, sedangkan anak usia 1-5 tahun yang menjadi sakit hanya 24%, usia remaja 15%, dan dewasa 5-10%.3,7Faktor risiko lain adalah pada penderita TB yang tidak mendapat pengobatan adekuat, keadaan imunokompromais misalnya malnutrisi, HIV, keganasan, pengobatan imunosupresi, diabetes melitus, dan gagal ginjal kronis. 2,3,4,5

2.3 PatogenesisPerkembangan penyakit TB pada seseorang dapat melalui 2 cara. Yang pertama dapat terjadi pada seseorang yang telah beberapa tahun terinfeksi TB dan telah sembuh sempurna. Ketika kesehatannya menurun karena penyakit lain seperti AIDS atau diabetes, atau karena penyalahgunaan alkohol maupun kurangnya kepedulian terhadap kesehatan karena menjadi tuna wisma, infeksi TB dapat menjadi penyakit TB. Pada cara ini, seseorang dapat menjadi sakit beberapa bulan atau bahkan beberapa tahun setelah mereka menghirup kuman TB.2 Yang kedua ialah jika seseorang pertama kali menghirup kuman TB, tubuhnya tidak mampu melindungi diri terhadap penyakit ini. Kuman tersebut kemudian berkembang menjadi penyakit TB aktif dalam beberapa minggu.5 Seseorang dengan TB aktif akan menjadi sangat infeksius dan dapat menyebarkan TB ke orang lain. 5

Infeksi M. tuberculosis Kuman mati Fagositosis oleh makrofag alveolus paruKuman hidup dan berkembang biak Masa inkubasi2-12 mingguPembentukan fokus primer Penyebaran limfogen Penyebaran hematogen

Kompleks primer Uji tuberkulin (+) Terbentuk imunitas spesifik seluler Sakit TBInfeksi TBKomplikasi kompleks primerImunitas optimalKomplikasi penyebaran hematogenKomplikasi penyebaran limfogen MeninggalSembuh Sakit TBReaktivasi/infeksiGambar 1. Patogenesis TB 1

Kuman TB dalam droplet nuclei yang terhirup dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis nonspesifik. Makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB di mana sebagian besar kuman TB akan hancur. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak akan menyebabkan makrofag mengalami lisis, dan kuman TB membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut fokus primer Ghon.3,6Dari fokus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika fokus primer terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks primer merupakan gabungan antara fokus primer, kelenjar limfe regional yang membesar (limfadenitis), dan saluran limfe yang meradang (limfangitis).3,4Waktu yang diperlukan sejak kuman TB masuk sampai terbentuk kompleks primer secara lengkap disebut masa inkubasi TB. Masa inkubasi TB biasanya berlangsung antara 4-8 minggu dengan rentang waktu antara 2-12 minggu. Dalam masa inkubasi tersebut, kuman tumbuh hingga mencapai jumlah 103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas seluler.3Pada minggu-minggu awal proses infeksi, terjadi pertumbuhan logaritmik kuman TB sehingga jaringan tubuh yang awalnya belum tersensitisasi terhadap tuberkulin, mengalami perkembangan sensitivitas. Pada saat terbentuknya kompleks primer ini, infeksi TB primer dinyatakan telah terjadi. Hal tersebut ditandai oleh terbentuknya hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein, yaitu timbulnya respon positif terhadap uji tuberkulin. Selama masa inkubasi, uji tuberkulin masih negatif. Setelah kompleks primer terbentuk, imunitas seluler tubuh terhadap TB telah terbentuk.7Setelah imunitas seluler terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi setelah mengalami nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi, tetapi penyembuhannya tidak sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.3,5Kompleks primer dapat juga mengalami komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh fokus di paru atau di kelenjar limfe regional. Fokus primer di paru dapat membesar dan menyebabkan pneumonitis dan pleuritis fokal. Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair dan keluar melalui brokus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru (kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal saat awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berlanjut. Bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan eksternal menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru. Obstruksi total dapat menyebabkan atelektasis. Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial atau membentuk fistula. Masa kiju dapat menimbulkan obstruksi komplit pada bronkus sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang sering disebut sebagai lesi segmental kolaps-konsolidasi.3Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan pada penyebaran hematogen, kuman TB masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar ke seluruh tubuh. Adanya penyebaran hematogen inilah yang menyebabkan TB disebut sebagai penyakit sistemik.3 Penyebaran hematogen yang paling sering terjadi adalah dalam bentuk penyebaran hematogenik tersamar (occult hematogenic spread). Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit sehingga tidak menimbulkan gejala klinis. Kuman TB kemudian akan mencapai berbagai organ di seluruh tubuh. Organ yang biasanya dituju adalah organ yang memiliki vaskularisasi baik, misalnya otak, tulang, ginjal, dan paru sendiri, terutama apeks paru atau lobus atas paru. Di berbagai tempat tersebut, kuman TB akan bereplikasi dan membentuk koloni kuman sebelum terbentuk imunitas seluler yang akan membatasi pertumbuhannya.3,7Di dalam koloni yang sempat terbentuk dan kemudian dibatasi pertumbuhannya oleh imunitas seluler, kuman tetap hidup dalam bentuk dorman. Fokus ini pada umumnya tidak langsung berlanjut menjadi penyakit, tetapi berpotensi untuk menjadi fokus reaktivasi. Fokus potensial ini disebut sebagai fokus Simon. Bertahun-tahun kemudian, bila daya tahan tubuh pejamu menurun, fokus Simon ini dapat mengalami reaktivasi dan menjadi penyakit TB di organ terkait, misalnya meningitis, TB tulang, dan lain-lain.3Bentuk penyebaran hematogen yang lain adalah penyebaran hematogen generalisata akut (acute generalized hematogenic spread). Pada bentuk ini, sejumlah besar kuman TB masuk dan beredar dalam darah menuju ke seluruh tubuh. Hal ini dapat menyebabkan manifestasi klinis penyakit TB secara akut, yang disebut TB diseminata. TB diseminata ini timbul dalam waktu 2-6 bulan setelah terjadi infeksi. Timbulnya penyakit bergantung pada jumlah dan virulensi kuman TB yang beredar serta frekuensi berulangnya penyebaran. Tuberkulosis diseminata terjadi karena tidak adekuatnya sistem pejamu (host) dalam mengatasi infeksi TB, misalnya pada balita.3Tuberkulosis milier merupakan hasil dari acute generalized hematogenic spread dengan jumlah kuman yang besar. Semua tuberkel yang dihasilkan melalui cara ini akan mempunyai ukuran lebih kurang sama. Istilah milier berasal dari gambaran lesi diseminata yang menyerupai butir padi-padian/jewawut (millet seed). Secara patologi anatomik, lesi ini berupa nodul kuning berukuran 1-3 mm, yang secara histologik merupakan granuloma.3Bentuk penyebaran yang jarang terjadi adalah protracted hematogenic spread. Bentuk penyebaran ini terjadi bila suatu proses perkijuan menyebar ke saluran vaskular di dekatnya, sehingga sejumlah kuman TB akan masuk dan beredar di dalam darah. Secara klinis, sakit TB akibat penyebaran tipe ini tidak dapat dibedakan dengan acute generalized hematogenic spread. Hal ini dapat terjadi secara berulang.3Pada anak, 5 tahun pertama setelah infeksi (terutama 1 tahun pertama), biasanya sering terjadi komplikasi. Menurut Wallgreen, ada tiga bentuk dasar TB pada anak, yaitu penyebaran limfohematogen, TB endobronkial, dan TB paru kronik. Sebanyak 0,5-3% penyebaran limfohematogen akan menjadi TB milier atau meningitis TB, hal ini biasanya terjadi 3-6 bulan setelah infeksi primer. Tuberkulosis endobronkial (lesi segmental yang timbul akibat pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9 bulan). Terjadinya TB paru kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia terjadinya infeksi primer. TB paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang terjadi pada anak tetapi sering pada remaja dan dewasa muda.3Tuberkulosis ekstrapulmonal dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi pada 5-10% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun, tetapi dapat juga 2-3 tahun kemudian. TB ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah infeksi primer. 3

2.4Manifestasi KlinisGejala umum/nonspesifik TB pada anak adalah3,5,6,7 :Berat badan turun tanpa sebab yang jelas atau tidak naik dalam 1 bulan dengan penanganan gizi.Anoreksia dengan gagal tumbuh dan berat badan tidak naik secara adekuat (failure to thrive).Demam lama dan berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria, atau infeksi aluran napas akut), dapat disertai keringat malam. Demam pada umumnya tidak tinggi.Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit dan biasanya multipel.Batuk lama lebih dari 30 hari.Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan diare.

Sedangkan gejala spesifik sesuai organ yang terkena di antaranya TB kulit/skrofuloderma; TB tulang dan sendi (gibbus, pincang, nyeri pangkal paha/lutut); TB otak dan saraf/meningitis dengan gejala iritabel, kaku kuduk, muntah, dan kesadaran menurun; TB mata (konjungtivitis fliktenularis, tuberkel koroid), TB ginjal, peritonitis TB, dll 1,3.

2.5DiagnosisDiagnosis pasti TB ditegakkan dengan ditemukannya Micobacterium tuberculosis pada pemeriksaan sputum atau bilasan lambung, cairan serebrospinal, cairan pleura, atau pada biopsi jaringan. Pada anak, kesulitan menegakkan diagnosis pasti disebabkan oleh 2 hal, yaitu sedikitnya jumlah kuman (paucibacillary) dan sulitnya pengambilan spesimen (sputum). Diagnosis TB anak ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan pemeriksaan penunjang seperti uji tuberkulin, pemeriksaan laboratorium, dan foto rontgen dada. Adanya riwayat kontak dengan pasien TB dewasa BTA positif, uji tuberkulin positif, dan foto paru yang mengarah pada TB (sugestif TB) merupakan bukti kuat yang menyatakan anak telah sakit TB3,4,5,6,7. Untuk mendiagnosis TB di sarana yang memadai, sistem skroing digunakan sebagai uji tapis. Setelah itu dilengkapi dengan pemeriksaan penunjang lainnya, seperti bilasan lambung (BTA dan kultur M. Tuberculosis), patologi anatomik, pungsi pleura, pungsi lumbal, CT-Scan, funduskopi, serta foto rontgen tulang dan sendi.3,5,7

Tabel 1. sistem skoring diagnosis tuberkulosis anak3 Parameter0123Kontak TBtidak jelas- laporan keluarga - kavitas (+)BTA (+)- BTA(-)atau tidak tahu - BTA tidak jelasUji tuberkulin negatifpositif (10mm, atau5mm pada keadaan imunosupresiBB/keadaan giziBB/TB