9
Penatalaksanaan Pengobatan empiris dengan antibiotik oral telah menjadi andalan pengobatan. Untuk rhinosinusitis akut yang berlangsung 10-14 hari menggunakan lini pertama pengobatan yakni amoksisilin oral. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam, maka antibiotik harus diubah menjadi amoksisilin dengan asam klavulanat. Tiga sampai empat minggu amoksisilin dengan asam klavulanat adalah lini pertama untuk pengobatan rhinosinusitis kronik atau anak-anak dengan rhinosinusitis kronik eksaserbasi akut karena penetrasi yang memadai dari mukosa sinus. Pilihan antibiotik sebagian besar dipandu oleh toleransi pasien. Tujuan pengobatan pada rinosinusitis adalah untuk mengurangi peradangan mukosa sehingga mengurangi penyumbatan ostium dan perusakan aliran mukosiliar yang merupakan ciri khas dari penyakit. 1 Terapi medikamentosa Pada rhinosinusitis akut diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik empirik. Antibiotik yang diberikan lini I yakni amoksisilin oral dan terapi tambahan yakni obat dekongestan oral + topikal, mukolitik untuk memperlancar drenase dan analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien atopi, diberikan antihistamin atau kortikosteroid topikal. Jika ada

rizqah

Embed Size (px)

DESCRIPTION

r

Citation preview

Page 1: rizqah

Penatalaksanaan

Pengobatan empiris dengan antibiotik oral telah menjadi andalan pengobatan.

Untuk rhinosinusitis akut yang berlangsung 10-14 hari menggunakan lini pertama

pengobatan yakni amoksisilin oral. Jika pasien tidak membaik dalam 48-72 jam,

maka antibiotik harus diubah menjadi amoksisilin dengan asam klavulanat. Tiga

sampai empat minggu amoksisilin dengan asam klavulanat adalah lini pertama untuk

pengobatan rhinosinusitis kronik atau anak-anak dengan rhinosinusitis kronik

eksaserbasi akut karena penetrasi yang memadai dari mukosa sinus. Pilihan antibiotik

sebagian besar dipandu oleh toleransi pasien. Tujuan pengobatan pada rinosinusitis

adalah untuk mengurangi peradangan mukosa sehingga mengurangi penyumbatan

ostium dan perusakan aliran mukosiliar yang merupakan ciri khas dari penyakit.1

Terapi medikamentosa

Pada rhinosinusitis akut diberikan terapi medikamentosa berupa antibiotik

empirik. Antibiotik yang diberikan lini I yakni amoksisilin oral dan terapi tambahan

yakni obat dekongestan oral + topikal, mukolitik untuk memperlancar drenase dan

analgetik untuk menghilangkan rasa nyeri. Pada pasien atopi, diberikan antihistamin

atau kortikosteroid topikal. Jika ada perbaikan maka pemberian antibiotik diteruskan

sampai mencukupi 48-72 jam. Jika tidak ada perbaikan maka diberikan terapi

antibiotik lini II selama 7 hari yakni amoksisilin klavulanat. Jika ada perbaikan

antibiotik diteruskan sampai mencukupi 10-14 hari.2

Sedangkan pada rhinosinusitis kronik, antibiotik yang terbaik dipilih berdasarkan

hasil kultur dan sensitivitas. Jika faktor predisposisi tidak ditemukan maka terapi

sesuai pada episode akut lini II + terapi tambahan. Sambil menunggu ada atau

tidaknya perbaikan, diberikan antibiotik alternative 7 hari atau buat kultur. Jika ada

perbaikan teruskan antibiotik mencukupi 10-14 hari, jika tidak ada perbaikan evaluasi

kembali dengan pemeriksaan naso-endoskopi, sinuskopi (jika irigasi 5 x tidak

membaik). Jika ada obstruksi kompleks osteomeatal maka dilakukan tindakan bedah.3

Page 2: rizqah

(Tabel 1: Penatalaksanaan rhinosinusitis pada anak4)

Pembedahan

Sebagian besar pasien harus dikelola dengan terapi medis. Ketika terapi telah

maksimal dan berkepanjangan namun gagal, intervensi bedah harus dipertimbangkan.

Indikasi bedah apabila ditemukan perluasan infeksi intrakranial seperti meningitis,

nekrosis dinding sinus disertai pembentukan fistel, pembentukan mukokel, selulitis

orbita dengan abses dan keluarnya sekret terus menerus yang tidak membaik dengan

terapi konservatif. Beberapa tindakan pembedahan pada sinusitis antara lain

adenoidektomi, irigasi dan drainase, septoplasti, andral lavage, caldwell luc dan

functional endoscopic sinus surgery (FESS).3

Page 3: rizqah

Komplikasi

CT-Scan penting dilakukan dalam menjelaskan derajat penyakit sinus dan

derajat infeksi di luar sinus, pada orbita, jaringan lunak dan kranium. Pemeriksaan ini

harus rutin dilakukan pada sinusitis refrakter, kronis atau berkomplikasi.1

a. Komplikasi orbita

Sinusitis ethmoidalis merupakan penyebab komplikasi pada orbita yang

tersering. Pembengkakan orbita dapat merupakan manifestasi ethmoidalis akut,

namun sinus frontalis dan sinus maksilaris juga terletak di dekat orbita dan dapat

menimbulkan infeksi isi orbita.5

Terdapat lima tahapan :

1. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. Terjadi pada isi orbita akibat

infeksi sinus ethmoidalis didekatnya. Keadaan ini terutama ditemukan pada

anak, karena lamina papirasea yang memisahkan orbita dan sinus ethmoidalis

sering kali merekah pada kelompok umur ini.

2. Selulitis orbita, edema bersifat difus dan bakteri telah secara aktif menginvasi

isi orbita namun pus belum terbentuk.

3. Abses subperiosteal, pus terkumpul diantara periorbita dan dinding tulang

orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.

4. Abses orbita, pus telah menembus periosteum dan bercampur dengan isi

orbita. Tahap ini disertai dengan gejala sisa neuritis optik dan kebutaan

unilateral yang lebih serius. Keterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang

tersering dan kemosis konjungtiva merupakan tanda khas abses orbita, juga

proptosis yang makin bertambah.

5. Trombosis sinus kavernosus, merupakan akibat penyebaran bakteri melalui

saluran vena kedalam sinus kavernosus, kemudian terbentuk suatu

tromboflebitis septik.

Secara patognomonik, trombosis sinus kavernosus terdiri dari :5

a) Oftalmoplegia.

b) Kemosis konjungtiva.

Page 4: rizqah

c) Gangguan penglihatan yang berat.

d) Kelemahan pasien.

e) Tanda-tanda meningitis oleh karena letak sinus kavernosus yang berdekatan

dengan saraf kranial II, III, IV dan VI, serta berdekatan juga dengan otak.

b. Mukokel

Mukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam

sinus, kista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai

kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.5

Dalam sinus frontalis, ethmoidalis dan sphenoidalis, kista ini dapat membesar

dan melalui atrofi tekanan mengikis struktur sekitarnya. Kista ini dapat

bermanifestasi sebagai pembengkakan pada dahi atau fenestra nasalis dan dapat

menggeser mata ke lateral. Dalam sinus sphenoidalis, kista dapat menimbulkan

diplopia dan gangguan penglihatan dengan menekan saraf didekatnya.1

Piokel adalah mukokel terinfeksi, gejala piokel hampir sama dengan mukokel

meskipun lebih akut dan lebih berat.1

Prinsip terapi adalah eksplorasi sinus secara bedah untuk mengangkat semua

mukosa yang terinfeksi dan memastikan drainase yang baik atau obliterasi sinus.1

c. Komplikasi Intra Kranial

1) Meningitis akut, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis

akut, infeksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran vena atau

langsung dari sinus yang berdekatan, seperti lewat dinding posterior sinus

frontalis atau melalui lamina kribriformis di dekat sistem sel udara ethmoidalis.

2) Abses dura, adalah kumpulan pus diantara dura dan tabula interna kranium, sering

kali mengikuti sinusitis frontalis. Proses ini timbul lambat, sehingga pasien hanya

mengeluh nyeri kepala dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan

tekanan intra kranial.

3) Abses subdural adalah kumpulan pus diantara duramater dan arachnoid atau

permukaan otak. Gejala yang timbul sama dengan abses dura.

Page 5: rizqah

4) Abses otak, setelah sistem vena, dapat mukoperiosteum sinus terinfeksi, maka

dapat terjadi perluasan metastatik secara hematogen ke dalam otak.Terapi

komplikasi intra kranial ini adalah antibiotik yang intensif, drainase secara bedah

pada ruangan yang mengalami abses dan pencegahan penyebaran infeksi.5

d. Osteomielitis dan abses subperiosteal

Penyebab tersering osteomielitis dan abses subperiosteal pada tulang frontalis

adalah infeksi sinus frontalis. Nyeri tekan dahi setempat sangat berat. Gejala sistemik

berupa malaise, demam dan menggigil.5

P encegahan :

Menjaga kebersihan gigi, mulut dan hidung

Rumah bebas asap

Pemeriksaan alergi untuk mengidentifikasi adanya alergen jika rhinitis alergi

diduga.4

Page 6: rizqah

1. Ramadan Hassan. Chronic Rhinosinusitis in Children. Hindawi Publishing

Corporation International Journal of Pediatrics Volume 2012, Article ID 573942, 5

pages.

2. Mackay DN. Antibiotic therapy of the rhinitis & sinusitis. Settipane GA. Rhinitis.

2nd edition. Rhode Island: Ocean Side Publication;2011

3. Friedman Raymond. Chronic sinusitis in children: a general overview. Sandton

MediClinic and Netcare Linksfield Clinic. South Afr J Epidemiol Infect

2011;26(1):13-17.

4.www.cdm.gouv.qc.ca/AcuteRhinosinusitisinChildren/conseildumedicament/

Quebc.html

5. Antonio José, Sacre-Hazouri MD, Garcia Lauralicia Sacre BSc. Management of

chronic rhinosinusitis in children. Alergia, Asma e inmunologia Pediatricas.Vol.

22, Núm. 2 • Mayo-Agosto 2013 pp 61-69.