Upload
medic-sign
View
182
Download
5
Embed Size (px)
Citation preview
SATUAN PENYULUHAN GAGAL GINJAL AKUT
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook
1. Latar Belakang
Gagal ginjal akut banyak terjadi di masyarakat di sebabkan kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang penyakit itu sendiri. Gagal ginjal dapat bermula dari cidera terhadap
benturan yang mengakibatkan nekrosis tubulus akut dan mengakibatkan berhentinya fungsi
renal.
Dengan diadakannya kegiatan promosi kesehatan yang dilakukan oleh Politeknik
Kesehatan Tanjungkarang Jurusan Keperawatan, salah. Dimana diharapkan dengan hal ini
dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat, keluarga atau kelompok tentang masalah
kesehatan yang dihadapi sehingga diharapkan terjadi perubahan pengetahuan, pemahaman,
dan tingkah laku ke arah yang lebih baik untuk peningkatan derajat kesehatan.
2. Tujuan
A. Tujuan Umum
Agar keluarga mengetahui tentang gagal ginjal akut
B. Tujuan khusus
1) Keluarga dapat mengetahui dan menyebutkan kembali pengertian gagal ginjal akut
2) Keluarga dapat mengetahui dan menyebutkan kembali tanda dan gejala gagal ginjal akut
3) Keluarga dapat mengetahui dan menyebutkan kembali proses penyembuhan gagal ginjal
akut
4) Keluarga dapat mengetahui dan menyebutkan kembali penatalaksanaan dan pencegahan
pada gagal ginjal akut
3. Sasaran
Sasaran penyuluhan ini adalah keluarga pasien penyakit gagal ginjal akut
4. Pelaksanaan
A. Hari/ tanggal
Jumat, 14 Januari 2011
B. Tempat
Laborotarium jiwa dan komunitas.
5. Media
Leaflet dan lembar balik.
6. Strategi
Ceramah dan diskusi.
7. Kriteria evaluasi
Keluarga mendengarkan materi dengan tenang
Mata keluarga tertuju pada penyuluh dan lembar balik ketika penyuluh memberikan
penyuluhan atau penyuluh memberikan jawaban dari pertanyaan keluarga
Keluarga mampu menjawab pertanyaan yang di ajukan penyuluh tentang gagal ginjal akut.
8. Materi
A. Pengertian
Gagal ginjal atau Acute renal failure (ARF) dapat diartikan sebagai penurunan cepat/tiba-tiba
atau parah pada fungsi filtrasi ginjal.
B. Patofisiologi
Beberapa kondisi berikut yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan
gangguan fungsi ginjal : hipovelemia, hipotensi, penurunan curah jantung dan gagal jantung
kongestif, obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah atau
ginjal, obstruksi vena atau arteri bilateral ginjal. Jika kondisi itu ditangani dan diperbaiki
sebelum ginjal rusak secara permanen, peningkatan BUN, oliguria dan tanda-tanda lain yang
berhubungan dengan gagal ginjal akut dapat ditangani.
Terdapat 4 tahapan klinik dari gagal ginjal akut yaitu :
1. Stadium awal dengan awitan awal dan diakhiri dengan terjadinya oliguria.
2. Stadium Oliguria.
Volume urine 75 % jaringan yang berfungsi telah rusak. Kadar BUN baru
mulai meningkat diatas batas normal. Peningkatan konsentrasi BUN ini berbeda-beda,
tergantung dari kadar dalam diit. Pada stadium ini kadar kreatinin serum mulai meningkat
melebihi kadar normal.
Azotemia biasanya ringan kecuali bila penderita mengalami stress akibat
infeksi, gagal jantung atau dehidrasi. Pada stadium ini pula mengalami gelala nokturia
(diakibatkan oleh kegagalan pemekatan) mulai timbul. Gejala-gejala timbul sebagai respon
terhadap stress dan perubahan makanan dan minuman yang tiba-tiba. Penderita biasanya
tidak terlalu memperhatikan gejala ini.
Gejala pengeluaran kemih waktu malam hari yang menetap sampai sebanyak
700 ml atau penderita terbangun untuk berkemih beberapa kalipada waktu malam hari.
Dalam keadaan normal perbandingan jumlah kemih siang hari dan malam hari adalah 3 : 1
atau 4 : 1. Sudah tentu nokturia kadang-kadang terjadi juga sebagai respon teehadap
kege;isahan atau minum yang berlebihan.
Poliuria akibat gagal ginjal biasanya lebih besar pada penyakit yang
terutamam menyerang tubulus, meskipun poliuria bersifat sedang dan jarang lebih dari 3
liter/hari. Biasanya ditemukan anemia pada gagal ginjal dengan faal ginjal diantara 5%-25 %.
Faal ginjal jelas sangat menurun dan timbul gelala-gejala kekurangan farahm tekanan darah
akan naik, terjadi kelebihan, aktifitas penderita mulai terganggu.
3. Stadium III.
Semua gejala sudah jelas dan penderita masuk dalam keadaan dimana tak
dapat melakukan tugas sehari-hari sebagaimana mestinya. Gejala-gejala yang timbul antara
lain mual, muntah, nafsu makan berkurang, kurang tidur, kejang-kejang dan akhirnya terjadi
penurunan kesadaran sampai koma. Stadium akhir timbul pada sekitar 90 % dari masa nefron
telah hancur. Nilai GFR nya 10 % dari keadaan normal dan kadar kreatinin mungkin sebesar
5-10 ml/menit atau kurang. Pada keadaan ini kreatnin serum dan kadar BUN akan meningkat
dengan sangat mencolok sebagai penurunan. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita
merasakan gejala yang cukup parah karene ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan
homeostatis cairan dan elektrolit dalam tubuh. Penderita biasanya menjadi oliguri
(pengeluaran kemih) kurang dari 500/hari karena kegagalan glomerulus meskipun proses
penyakit mula-mula menyerang tubulus ginjal. Kompleks menyerang tubulus ginjal,
kompleks perubahan biokimia dan gejala-gejala yang dinamakan sindrom uremik
memepengaruhi setip sisitem dalam tubuh. Pada stadium akhir gagal ginjal, penderita pasti
akan meninggal kecuali ia mendapat pengobatan dalam bentuk transplantasi ginjal atau
dialisis.
C. Penyebab
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah:
1. Kondisi prerenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi prerenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi ginjal dan
turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi volume (hemoragi atau kehilangan cairan melalui
saluran gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis klinis yang umum adalah status penipisan atau
anafilaksis), dan gangguan fungsi jantung (infark miokardium, gagal jantung kongestif, atau
syok kardiogenik)
2. Penyebab intrarenal (kerusakan actual jaringan ginjal)
Penyebab internal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan struktur
glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar, cedera akibat benturan, dan
infeksi serta agen nefrotoksik dapat menyebabkan nekrosis tubulus akut (ATN) dan
berhentinya fungsi renal. Cedera akibat terbakar dan benturan menyebabkan pembebasan
hemoglobin dan mioglobin (protein yang dilepaskan dari otot ketika cedera), sehingga terjadi
toksik renal, iskemik atau keduanya. Reaksi tranfusi yang parah juga menyebabkan gagal
intrarenal, hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis melewati membran
glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus ginjal menjadi faktor pencetus terbentuknya
hemoglobin. Penyebab lain adalah pemakaian obat-obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID),
terutama pada pasien lansia. Medikasi ini mengganggu prostaglandin yang secara normal
melindungi aliran darah renal, menyebabkan iskemia ginjal.
3. Pasca renal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari
obstruksi di bagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal meningkat, akhirnya laju filtrasi
glomerulus meningkat.
Meskipun patogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan oligoria belum diketahui, namun
terdapat masalah mendasar yang menjadi penyebab. Beberapa factor mungkin reversible jika
diidentifikasi dan ditangani secara tepat sebelum fungsi ginjal terganggu. Beberapa kondisi
yang menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi ginjal: (1)
hipovolemia; (2) hipotensi; (3) penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif; (4)
obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan darah, atau batu ginjal dan
(5) obstrusi vena atau arteri bilateral ginjal.
C. Tanda dan gejala
1. Perubahan haluaran urine (haluaran urin sedikit, mengandung darah dan gravitasinya rendah
(1,010) sedangkan nilai normalnya adalah 1,015-1,025)
2. Peningkatan BUN, creatinin
3. Kelebihan volume cairan
4. Hiperkalemia
5. Serum calsium menurun, phospat meningkat
6. Asidosis metabolic
7. Anemia
8. Letargi
9. Mual persisten, muntah dan diare
10.Nafas berbau urin
11.Manifestasi sistem syaraf pusat mencakup rasa lemah, sakit kepala, kedutan otot dan kejang
D. Penatalaksanaan
Mempertahankan keseimbangan cairan
Penatalaksanaan keseimbangan cairan didasarkan pada pengukuran berat badan
harian, pengukuran tekanan vena sentral, konsentrasi urin dan serum, cairan yang hilang,
tekanan darah, dan status klinis pasien.
Masukan dan haluaran oral dan parenteral dari urin, drainase lambung, feses, drainase
luka, dan perspirasi dihitung dan digunakan sebagai dasar untuk terapi penggantian cairan.
Penanganan hiperkalemia :
Peningkatan kadar kalium dapat dikurangi dengan hal-hal berikut :
- Glukosa, insulin, kalsium glukonat, natrium bikarbonat (sebagai tindakan darurat sementara
untuk menangani heperkalemia)
- Natrium polistriren sulfonat (kayexalate) (terapi jangka pendek dan digunakan bersamaan
dengan tindakan jangka panjang lain)
- Pembatasan diit kalium
- Dialisis
Menurunkan laju metabolisme
Tirah baring
Demam dan infeksi harus dicegah atau ditangani secepatnya
Pertimbangan nutrisional
Diet protein dibatasi sampai 1 gram/kg selama fase oligurik.
Tinggi karbohidrat
Makanan yang mengandung kalium dan fosfat (pisang, jus jeruk, kopi) dibatasi,
maksimal 2 gram/hari
Bila perlu nutrisi parenteral
Merawat kulit
Masase area tonjolan tulang
Alih baring dengan sering
Mandi dengan air dingin
Koreksi asidosis
Memantau gas darah arteri
Tindakan ventilasi yang tepat bila terjadi masalah pernafasan
Sodium bicarbonat, sodium laktat dan sodium asetat dapat diberikan untuk
mengurangi keasaman
Dialisis
Dialisis dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi gagal ginjal akut yang
serius, seperti hiperkalemia, perikarditis, dan kejang. Dialisis memperbaiki abnormalitas
biokimia, menghilangkan kecenderungan perdarahan, dan membantu penyembuhan luka.
Hal-hal berikut ini dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk segera dilakukan
dialisis :
Volume overload
Kalium > 6 mEq/L
Asidosis metabolik (serum bicarbonat kurang dari 15 mEq/L)
BUN > 120 mg/dl
Perubahan mental signifikan
DAFTAR PUSTAKA
1. Brunner and Suddarth, 1996, Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Jilid 2, EGC,
Jakarta
2. Waspadji. A, Soeparman, 1990, Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Balai Penerbit FKUI, Jakarta
3. Lynda Juall carpernito, Rencana Asuhan keperawatan dan dokumentasi keperawatan,
Diagnosis Keperawatan dan Masalah Kolaboratif, ed. 2, EGC, Jakarta, 1999.
4. Soeparman (1994), Ilmu Penyakit Dalam Edisi II, balai penerbit FKUI Jakarta.