61
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN. J DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI Di Ruang 4 Dewa Ruci RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang Disusun oleh : 1. Diah Kusuma 2. Oktiarini Sholiha 3. Reni Silvi 4. Rizki Tri 5. Suci Handayani 6. Violita Sari SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA HUSADA SEMARANG

Seminar ISOS

Embed Size (px)

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN AN. J DENGAN

ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Di Ruang 4 Dewa Ruci RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang

Disusun oleh :

1. Diah Kusuma

2. Oktiarini Sholiha

3. Reni Silvi

4. Rizki Tri

5. Suci Handayani

6. Violita Sari

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

WIDYA HUSADA SEMARANG

2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas limpahan rahmat, taufiq

serta hidayahNya penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah kelompok Keperawatan Jiwa

pada Klien An. J dengan “IsolasiSosial : Menarik Diri”. Makalah ini dibuat sebagai tugas praktik

klinik Jiwa pada semester V dan syarat untuk memenuhi nilai dari Keperawatan Jiwa. Penulis

mengucapkan terima kasih untuk dosen pembimbing akademik Niken Skesi S.kep Ns. M.Kep dan

pembimbing CI Bu Anita Maya. Penulis menyadari dalam pembuatan makalah masih banyak

terdapat kesalahan karena keterbatasan penulis sebagai mahasiswa, untuk itu kritik dan saran yang

membangun penulis harapkan untuk perbaikan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, teman-teman kushusnya

mahasiswa Program Studi DII Keperawatan. Atas perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

Semarang, November 2012

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia sabagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam dirinya

dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun komunitas, dalam berhubungan

dengan lingkungan manusia harus mengembangkan strategi koping yang efektif agar

mampu beradaptasi.

Umumnya manusia memiliki kemampuan untuk menyusaikan diri dengan baik,

namun ada juga individu yang mengalami kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan

persoalan yang dihadapi.mereka bahkan gagal melakukan koping yang sesuai tekanan yang

dialami, atau mereka menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak menyelesaikan

persoalan dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari persoalan yang ada.

Kegagalan dalam memeberikan koping yang sesuai dengan tekanan yang dialami dalam

jangka panjang mengakibatkan individu mengalami berbagai macam gangguan mental.

Gangguan mental tersebut sangat bervariatif, tergantung dari berat ringannya sumber

tekanan, perbedaan antara individu, dan latar belakang individu yang bersangkutan.

Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri dalam memberikan asuhan

keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana yang dapat membantu proses

penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan

kesehatan dan tindakan keperawatan yang dapat membantu proses penyembuhan dengan

menggunakan hubungan terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan

keperawatan secara komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita

isolasi sosial dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak

mendapatkan perawatan secara intensif.

B. TUJUAN

i. Tujuan Umum

Mahasiswa dapat memahami asuhan keperawatan Jiwa pada An.J dengan Isolasi

Sosial: Menarik Diri ruang Dewa Ruci RSJD Dr. Amino Godhohutomo Semarang.

ii. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengertian dan tanda dari Isolasi Sosial: Menarik Diri

b. Mengetahui etiologi Isolasi Sosial: Menarik Diri

c. Mengetahui akibat Isolasi Sosial: Menarik Diri

d. Memahami pohon masalah Isolasi Sosial: Menarik Diri

e. Mengetahui rencana tindakan untuk Isolasi Sosial: Menarik Diri

f. Mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan Isolasi Sosial: Menarik Diri

g. Mengetahui penanganan Asuhan Keperawatan Jiwa pada An.J dengan Isolasi Sosial:

Menarik Diri

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. PENGERTIAN MASALAH UTAMA

Menarik diri merupakanpercobaan untuk menghindari interaksi dengan orang

lain. Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian

maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung. ( Stuart & Sundeen,

1995).

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang

lain, menghindari hubungan dengan orang lain. ( Rawlin, 1996 ).

Perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi dengan orang lain.

Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak menyadari kesempatan

untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimanifestasikan dengan

sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup membagi pengalaman

dengan orang lain. ( Budi Anna Keliat, 1999 ).

Menarik diri merupakan keadaan dimana seseorang individu berpartisipasi dalam

komunitas yang tidak cukup atau berlebihan atau kualitas social yang tidak efektif.

( Townsend, 1998 ).

Tanda dan gejala Isolasi Sosial :

1. Apatis

2. Ekspresi wajah sedih

3. Afek wajah tumpul

4. Menghindar dari orang lain

5. Komunikasi kurang

6. Berdiam diri

7. Kontak mata kurang

8. Kurang mobilitas

9. Gangguan pola tidur

10. Mengambil posisi tidur seperti janin

11. Kemunduran kesehatan fisik

12. Kurang perawatan diri

13. Menyendiri dalam ruangan

14. Sedih, mengekspresikan penolakan terhadap orang lain

15. Berpikir tentang sesuatu menurut pikiran dia sendiri

(Townsend, 1998)

2. PENYEBAB

Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa

seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat, 1999).

Harga diri rendah adalah suatu keadaan dimana evaluasi diri dan perasaan terhadap diri

sendiri atau kemampuan diri yang negative, yang secara langsung atau tidak langsung

diekspresikan. ( Townsend, 19995).

Tanda dan gejala harga diri rendah :

1. Mengejek dan mengkritik diri sendiri

2. Merendaahkan / mengurangi martabat diri sendiri

3. Rasa bersalah atau khawatir

4. Manifestasi fisik : tekanan darah tinggi, psikosomatik, dan penyalah gunaan zat.

5. Menunda dan ragu dalam mengambil keputusan

6. Gangguan berhubungan, menarik diri dari kehidupan social

7. Menarik diri dari realitas

8. Merusak diri

9. Merusak atau melukai orang lain

10. Kebencian dan penolakan terhadap diri sendiri

( Stuart & Sundeen, 1995 )

3. AKIBAT

Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Merupakan persepsi panca indra tanpa ada rangsangan dari luar yang dapat

mempengaruhi semua system penginderaan dimana terjadi pada saat kesadaran individu

tidak baik. ( Carpenito, 1996 ).

Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan

persepsi sensori, merasakan sensasi palsu, berupa suara, penglihatan, pengecapan,

perabaan, atau penghiduan, pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.

Tanda dan gejala Halusinasi :

1. Halusinasi dengar / suara

a. Berbicara / tertawa sendiri

b. Marah tanpa sebab

c. Menyedengkan telinga kearah tertentu

d. Menutup telinga

e. Mendengar suara / kegaduhan

f. Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

g. Mendengar suara yang menyuruh melakukan sesuatu hal yang berbahaya

2. Halusinasi visual

a. Menunjuk-nunjuk kearah tertentu

b. Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas

c. Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, hantu / monster.

3. Halusinasi pengindu

a. Mengindu seperti sedang membauhi bau-bauan

b. Menutup hidung

c. Membauhi bau bauan seperti darah, urin, feses

4. Halusinasi pengecapan

a. Sering meludah / muntah

b. Merasakan rasa seperti darah, urin, feses

5. Halusinasi perabaan

a. Menggaruk permukaan kulit

b. Mengatakan ada serangga di permukaan kulit / seperti tersengat listrik.

4. POHON MASALAH

Resiko perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Isolasi social : Menarik diri

Gangguan konsep diri: Harga Diri Rendah

B. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa : Isolasi Sosial Menarik Diri

Tujuan Umum :

Klien dapat berinteraksi reaksi dengan orang lain ssehingga terjadi halusinasi

Akibat

Core Problem

Penyebab

TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya

1. Bina hubungan saling percaya

a. Sapa klien dengan ramah

b. Perkenalkan diri dengan sopan

c. Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang di sukai klien

d. Jelaskan tujuan pertemuan

e. Tunjukan sifat empati&menerima klien apa adanya

Rasional : Hubungan saling percaya merupakan dasar untuk interaksi selanjutnya

TUK 2: Klien dapat menyebutkan penyebab perilku menarik diri

1. Kaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri dan tanda-tandanya

2. Beri kesempatan pada klien untuk mengunggkapkan perasaan penyebab menarik

diri/tidak mau bergaul

3. Diskusikan bersama klien tentang perilaku menarik diri dan tanda serta penyebab yang

muncul

4. Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaan

Rasional : Dengan diketahuinya penyebab menarik diri dapat dihubungkan dengan

faktor presipitasi yang di alami oleh klien.

TUK 3: Klien mampu menyebutkan keuntungan bersosialisai dan kerugian menarik diri.

1. Kaji pengetahuan klien tentang manfaat dan keuntungan berhubungan dengan orang lain

2. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang keuntungan

berhubungan dengan oarang lain

3. Diskusikan bersama klien tentang keuntungan berhubungan dengan orang lain

4. Beri reforcement positif terhadap perasaan keuntungan berhubungan dengan orang lain

5. Kaji pengetahuan klien tentang kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

6. Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaan tentang kerugian bila tidak

berhubungan dengan orang lain

7. Diskusikan bersama klien tentang kerugian tidak berhubungan orang lain

Rasional : Mengevaluasi manfaat yang dirasakan klien sehingga timbul motivasi untuk

berinteraksi

TUK 4: Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

1. Beri reinforcement positif

2. Terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain

3. Kaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain

4. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui tahap: K-P, k-p-

p.lain, k-p-p.lain-k.lain dll

5. Beri reinforcement terhadap kebersihan yang telah dicapai dirumah nanti

6. Bantu klien mengevaluasi manfaat berhubungan dengan orang lain

7. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu

8. Motivasi klien untuk mengikuti kegiatan TAK sosialisasi

Rasional : Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang berhubungan dengan

orang lain

TUK 5: klien tidak dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang

lain

1. Beri reinforcement atas kegiatan klien dalam kegiatan ruangan

2. Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya bila berhubungan dengan orang lain

3. Diskusikan dengan klien manfaat berhubungan dengan orang lain

4. Beri reinforcement positif atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan manfaat

berhububungan dengan orang lain

Rasional : Agar klien lebih percaya diri untuk berhubungan dengan orang lain.

Mengetahui sejauh mana pengetahuan klien tentang kerugian bila tidak berhubungan

dengan orang lain.

TUK 6: klien dapat memberdayakan sistem pendukung/kel/keluarga mampu

mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain

1. BHSP dengan keluarga:

a. Salam, perkenalan diri

b. Sampaikan tujuan

c. Membuat kontrak

d. Eksplorasi perasaan keluarga

2. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang:

a. Perilaku menarik diri

b. Penyebab perilaku menarik diri

c. Cara keluarga menghadapi klien yang sedang menarik diri

3. Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien berkomunikasi

dengan orang lain

4. Anjurkan anggota keluarga untuk secara rutin&bergantian mengunjungi klien

5. Beri reinforcement atas dicapai di capai oleh keluarga

Rasional : Dengan dukungan keluarga, klien akan merasa diperhatikan

BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : An. S

Umur : 15 th

Jenis kelamin : laki-laki

Alamat : Semarang

Tgl Masuk : 11 Nopember 2012

Tanggal Pengkajian : 13 Nopember 2012

No. RM : 086844

Pendidikan : SMK

Penanggung jawab

Inisial : Ny. S

Umur : 47 th

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Semarang

II. FAKTOR PREDISPOSISI

Klien baru pertama kali dirawat di RumahSakit Jiwa dan belum pernah mengalami

gangguan jiwa sebelumnya. Klien pernah mengalami penganiayaan fisik sebagai

korban saat usia 13 th oleh ayahnya, dan ayahnya sering marah pada klien. Klien

pernah mengalami perilaku kekerasan sebagai pelaku saat usia 13 th, klien sering

mengamuk dan membanting barang jika keinginannya tidak terkabul, klien

mengatakan pernah mengancam ayah nya dengan gunting, saat dia dimarahi karena

hendak mengacak-acak toko. Klien mengatakan tidak pernah mengalami trauma fisik

tapi, klien pernah mendapat pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu

pernah dipukul kepalanya oleh kakak ipar, tanpa sebab yang jelas. Empat hari belum

masuk rumah sakit, klien melempar-lempar barang tapi yidak sampai melukai orang

lain. Saat dirumah, klien penyendiri, waktuluang hanya digunakan untuk tidur.

Masalah Keperawatan : perilaku kekerasan

III. FISIK

Tanda Vital

TD : 110/60 mmHg N : 80x/mnt S: 36,5C

TB : 155 cm BB: 45 kg

Klien tidak mengalami keluhan fisik

Masalah Keperawatan : -

IV. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Ket :

: laki-laki

: perempuan

: orang terdekat

: tinggal serumah

: lelaki meninggal, perempuan meninggal

- Klien sebagai anak ke 3 dari 4 bersaudara tinggal serumah dengan kedua orang tua

dan adiknya, klien sangat dekat dan menyayangi ibunya.

2. Masalah terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh

- Klien diasuh oleh kedua orang tuannya tetapi klien tidak dekat dengan ayah dan

adiknya, bahkan selalu berselisih.

- Komunikasi : klien paling suka bercerita dengan ibunya.

- Pengambilan keputusan : jika ada anggota keluarga yang sakit pengambilan keputusan

adalah ibunya.

Masalah keperawatan :

3. Konsep Diri

a. Citra diri : klien merasa kurang percaya diri karena wajahnya kurang ganteng

b. Identitas diri : klien sorang anak laki-laki usia 15 th, sebagai siswa SMK merasa puas

dengan keadaan tersebut

c. Peran : sebagai anak, klien hanya suka berdiam diri di rumah, waktu luang hanya

digunakan untuk nonton TV.

d. Ideal diri : klien ingin mempunyai kendaraan bermotor yang bagus, klien ingin

menjadi pembalap, klien ingin di kaumi orang dan dianggap hebat.

e. Harga diri : klien mengatakan sakit hati karena orang tua tidak bias menuruti

keinginanya klien merasa malu karena wajahnya yang kurang ganteng.

Masalah keperawatan : Harga diri rendah, gangguan gambaran diri.

4. Hubungan Sosial

Rumah :

Di rumah, klien sangat dekat dengan ibu. Klien tidak pernah keluar rumah atau ikut

kegiatan, karena klien sering diejek oleh teman-temannya.

Masalah keperawatan : Isolasi social : Menarik diri

Diruangan :

- Di ruangan, klien tidak dekat dengan siapapun, klien selalu menyendiri dan tidak mau

berinteraksi dengan orang lain klien mengatakan dia tidak mau kenal dengan pasien

yang lain karena dia menganggap bahwa dia tidak gila, dan orang gila tidak pantas

untuk kenal apalagi dikumpuli.

Masalah keperawatan : Isolasi Sosial

5. Spiritual

a. Nilai dan Keyakinan

Klien mengatakan gangguan jiwa terjadi karena pengaruh mahluk halus klien tidak

mau berkumpul dengan mereka

b. Kegiatan ibadah

Selama dirumah klien selalu taat beribadah, sholat dan mengaji klien mengatakan

kalau dulu ia adalah santri.

V. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Rapih, rambutrapih, pakaian sesuai, cara berpakaian sesuai

2. Pembicaraan

Nada bicara tinggi, jelas pembicaraan dapat mengarah ke tujuan.

3. Aktifitas motorik

Lesu, klien tidak banyak bergerak hanya tiduran dan menyendiri.

4. Alam perasaan

Klien merasa sedih karena dibawa ke RSJ, tempat yang tidak sesuai dengannya dan

klien merasa sakit hati jika ingat ayahnya.

5. Afek

Sesuai, klien menunjukkan emosi yang sesuai dengan apa yang ditanyakan/stimulus.

6. Interaksi selama wawancara

Defensive, selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran dirinya, klien

tetap berpendapat kalau orang sakit jiwa tidak pantas untuk menjadi temannya

Masalah keperawatan : kerusakan komunikasi.

7. Persepsi

Klien mengatakan pernah sekali dalam sehari mendengar bisikan yang menyuruhnya

untuk menjahati semua yang ada diruangan, suara itu kira-kira 2 menit, saat dia sedang

sendirian klien berusaha mengabaikan suara tersebut.

Masalah keperawatan : resiko perubahan persepsi sensori : halusinasi dengar

8. Proses pikir

Pembicaraan terarah, tidak berbelit belit tidak diulang-ulang

9. Isi pikir

Klien selalu berangan angan ingin punya motor bagus dan menjadi terkenal

10. Tingkat kesadaran

Klien orientasi waktu tempat dan orang dengan jelas

Klien mengatakan ia tidak mau di RSJ dan ingin pulang pagi itu juga, klien selalu

berkata hal itu pada perawat

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang, klien mengatakan masih ingat kejadian saat ia

mengancam ayahnya sebulan yang lalu

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Klien bisa berhitung saat berwawancara mengajukan soal matematika, konsentrasi

klien bagus.

13. Kemampuan penilaian

Konsentrasi klien bagus saat diberi pilihan dan pertanyaan klien bisa memutuskan dan

menjawab dengan benar

14. Daya tilik diri

Klien mengingkari penyakitnya dia merasa sehat dan tidak perlu pertolongan

Masalah keperawatan : ketidak patuhan

VI. KEMAMPUAN AKTIVITAS SEHARI-HARI

1. Makan

Klien mampu mengambil dan makan sendiri secara mandiri

2. BAB/BAK

Klien bias toileting untuk BAB/BAK secara mandiri tanpa bantuan

3. Mandi

Klien tahu cara mandi yang benar, menyikat gigi dan cuci rambut klien mandi 2 kali

sehari secara mandiri, penampilan tubuh bersih

4. Berpakaian / Berhias

Klien mampu mengambil dan memakai pakaian secara mandiri, penampilan klien rapi

5. Istirahat dan tidur

Klien tidur siang selama kurang lebih 3-4 jam

Klien tidur malam selama kurang lebih 7-8 jam

Klien selalu duduk termenung sendirian sebelum tidur, sesudah tidur malam klien ikut

senam

6. Penggunaan obat

Klien minum obat dengan bantuan minimal, hanya perlu diawasi apakah obat sudah

ditelan atau belum.

7. Pemeliharaan kesehatan

- Perawatan lanjutan : pasien minum obat dengan teratur, meskipun perlu diingatkan

dan disuruh perawat harus memantau dan mengingatkan

- System pendukung : keluarga dan teman berkunjung ke RSJ

8. Aktifitas didalam rumah

Klien tidak mempersiapkan makanan, ibu klien yang mempersiapkan makanan untuk

klien dan keluarga.

Klien sering membanting barang-barang dirumah jika keinginannya tidak dipenuhi,

klien mengatakan suatu saat dia ingin merapikan warung di rumahnya dan ingin

menjadikannya seperti mini market

Klien tidak mencuci pakaian

Klien mengatakan orang tuannya tidak mau memenuhi keinginan nya, dan klien ingin

cari uang sendiri

9. Aktifitas diluar rumah

Klien tidak berbelanja untuk keperluan sehari-hari karena klien punya took dirumah,

klien melakukan perjalanan ke sekolah naik motor

VII. PERAN DAN FUNGSI KELUARGA DALAM PERAWATAN KESEHATAN

KLIEN DAN AKTIVITAS SEHARI-HARI KLIEN

a. Mengenal masalah

Keluarga klien mengetahui kalau klien sakit tetapi klien tidak tahu kalau dia sakit

b. Mengambil keputusan

Ibu klien sebagai pengambil keputusan saat klien sakit

c. Merawat orang sakit

Keluarga belum/tidak mampu merawat klien yang sedang sakit

d. Memodifikasi lingkungan

Keluarga belum bisa memodifikasi lingkungan, karena ayah keluarga dan adik klien

selalu berselisih dengan klien. Serta lingkungan tetangga menganggap kalau klien

seorang yang terganggu jiwanya tidak pantas dikumpuli

e. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan, keluarga membawa klien ke RSJ dan

klien sekarang di opname di ruang 4 (DEWA RUCI)

VIII. MEKANISME KOPING

Klien mengatakan, jika dia di marahi atau mendapat kekerasan dia selalu sakit hati dan

mengamuk

IX. MASALAH PSIKOSOSIAL

a. Masalah dengan dukungan lingkungan spesifik klien di jauhi teman-temannya di

lingkungan rumah, klien di anggap gila

b. Masalah dukungan kelompok klien sering di remehkan teman-teman di sekolah, dan

pernah di keroyok teman sekolah

c. Masalah dengan perumahan , spesifik klien suka berdiam diri di rumah, karena

tetangga menganggap dia sakit jiwa

d. Masalah ekonomi, spesifik keluarga klien adalah keluarga yang kurang mampu ,

tetapi klien selalu meminta barang mahal(motor ninja)

e. Masalah dengan pelayanan kesehatan, klien mengatakan tidak suka dengan perawat

yang kasar

X. PENGETAHUAN

Klien mengatakan sakit jiwa adalah orang yang suka ngomong ngawur, pendiam,

bahkan suka pukul orang sembarangan. Klien menganggap sakit jiwa bisa di sebabkan

karena putus cinta sampai terkena gangguan roh dan klien harus menjahui orang-orang

tersebut

XI. ASPEK MEDIK

Therapy

Seroquel 2 x 100 mg

ANALISA DATA

DATA FOKUS MASALAH

S : Klien mengatakan tidak mau mengenal

siapapun, karena dia menganggap bahwa

dirinya tidak mengalami gangguan jiwa, dan

orang yang gangguan jiwa tidak pantas dia

kenal.

O : klien tampak duduk sendirian,

Klien tidak ikut makan satu meja dengan

pasien lain

Klien suka menyendiri dikamar dan tidak

suka berinteraksi

Isolasi social : menarik diri

S : klien mengatakan dia tidak percaya diri

karena wajahnya kurang ganteng, klien

mengatakan dirinya kurang diperhatikan

teman karena tidak mempunyai motor bagus.

O : klien tampak mengejek diri sendiri

Harga diri rendah

S: klien mengatakan pernah sekali

mendengar bisikan suara yang menyuruhnya

untuk menjahati semua yang ada diruangan,

suara itu kira-kira 2 menit saat dia sedang

Resiko Halusinasi

sendirian. Klien mengatakan bahwa dia

berusaha mengabaikan suara tersebut.

O : klien tampak melamun

Klien suka menyendiri

I. MASALAH KEPERAWATAN

1. Isolasi social : Menarik Diri

2. Perilaku kekerasan

3. Resiko Halusinasi

J. POHON MASALAH & DIAGNOSA KEPERAWATAN

Resiko halusinasi

Isolasi social : Menarik diri

Harga diri Rendah

Diagnosa

1. Isolasi social : Menarik diri

2. Harga diri rendah

3. Resiko halusinasi

Rencana Tindakan :

Diagnosa kep

TUJUANKRITERIA HASIL

INTERVENSI RASIONAL

Isolasi

sosial :

MD

TUM :

Klien dapat

berinteraksi

reaksi dengan

Setelah 5 kali pertemuan klien bisa berinteraksi dengan orang lain.

Akibat

penyebab

Core problem

orang lain

ssehingga

terjadi

halusinasi

TUK 1:

Klien dapat

membina

hubungan

saling percaya

Setelah dilakukan 1

kali pertemuan klien

dapat mengungkapkan

perasaan dan

kebenarannya secara

verbal

1. Klien mau

menjawab salam

2. Klien mau berjabat

tangan

3. Mau menjawab

pertanyaan

4. Ada kontak mata

Klien mau duduk

berdampingan dengan

perawat

Bina hubungan saling

percaya

a. Sapa klien dengan

ramah

b. Perkenalkan diri

dengan sopan

c. Tanyakan nama

lengkap dan nama

panggilan yang di

sukai klien

d. Jelaskan tujuan

pertemuan

e. Tunjukan sifat

empati&menerima

klien apa adanya

Hubungan saling

percaya merupakan

dasar untuk interaksi

selanjutnya

TUK 2:

Klien dapat

menyebutkan

penyebab

perilku

menarik diri

Setelah dilakukan 1

kali pertemuan klien

dapat menyebutkan

penyebab menarik diri

yang berasal dari diri

sendiri, orang lain,

lingkungan.

5. Kaji pengetahuan

klien tentang perilaku

menarik diri dan

tanda-tandanya

6. Beri kesempatan pada

klien untuk

mengunggkapkan

perasaan penyebab

menarik diri/tidak

mau bergaul

7. Diskusikan bersama

klien tentang perilaku

menarik diri dan

tanda serta penyebab

Dengan

diketahuinya

penyebab menarik

diri dapat

dihubungkan dengan

faktor presipitasi

yang di alami oleh

klien

yang muncul

8. Berikan pujian

terhadap kemampuan

klien dalam

mengungkapkan

perasaan

TUK 3:

Klien mampu

menyebutkan

keuntungan

bersosialisai

dan kerugian

menarik diri

Setelah dilakukan 1

kali pertemuan klien

dapat menyebutkan

keuntungan

berhubungan dengan

orang lain.

Dan menyebutkan

kerugian tidak

berhubungan dengan

orang lain.

1. Kaji pengetahuan

klien tentang

manfaat dan

keuntungan

berhubungan dengan

orang lain

2. Beri kesempatan

pada klien untuk

mengungkapkan

perasaan tentang

keuntungan

berhubungan dengan

oarang lain

3. Diskusikan bersama

klien tentang

keuntungan

berhubungan dengan

orang lain

4. Beri reforcement

positif terhadap

perasaan keuntungan

berhubungan dengan

orang lain

5. Kaji pengetahuan

klien tentang

kerugian tidak

berhubungan dengan

orang lain

Mengevaluasi

manfaat yang

dirasakan klien

sehingga timbul

motivasi untuk

berinteraksi

6. Beri kesempatan

pada klien untuk

mengungkapkan

perasaan tentang

kerugian bila tidak

berhubungan dengan

orang lain

7. Diskusikan bersama

klien tentang

kerugian tidak

berhubungan orang

lain

8. Beri reinforcement

positif terhadap

kemampuan

mengungkapkan

perasaan kerugian

tidak berhubungan

dengan orang lain

TUK 4:

Klien dapat

melaksanakan

hubungan

sosial secara

bertahap

Setelah dilakukan 1

kali pertemuan klien

dapat

mendemonstrasikan

hubungan social secara

bertahap

Klien – perawat

Klien – perawat –

perawat lain

Klien – perawat –

peraeat lain – klien lain

Klien – kelompok kecil

1. Kaji kemampuan

klien membina

hubungan dengan

orang lain

2. Dorong dan bantu

klien untuk

berhubungan dengan

orang lain melalui

tahap: K-P, k-p-

p.lain, k-p-p.lain-

k.lain dll

3. Beri reinforcement

terhadap kebersihan

yang telah dicapai

dirumah nanti

Mengetahui sejauh

mana pengetahuan

klien tentang

berhubungan dengan

orang lain

4. Bantu klien

mengevaluasi

manfaat berhubungan

dengan orang lain

5. Diskusikan jadwal

harian yang dapat

dilakukan bersama

klien dalam mengisi

waktu

6. Motivasi klien untuk

mengikuti kegiatan

TAK sosialisasi

7. Beri reinforcement

atas kegiatan klien

dalam kegiatan

ruangan

TUK 5:

klien dapat

mengungkapka

n perasaannya

setelah

berhubungan

dengan orang

lain

Setelah dilakukan 4

kali pertemuan klien

dapat mengungkapkan

perasaan setelah

berhubungan dengan

orang lain.

1. Dorong klien untuk

mengungkapkan

perasaannya bila

berhubungan dengan

orang lain

2. Diskusikan dengan

klien manfaat

berhubungan dengan

orang lain

3. Beri reinforcement

positif atas

kemampuan klien

mengungkapkan

perasaan manfaat

berhububungan

dengan orang lain

Agar klien lebih

percaya diri untuk

berhubungan dengan

orang lain.

Mengetahui sejauh

mana pengetahuan

klien tentang

kerugian bila tidak

berhubungan dengan

orang lain

TUK 6:

klien dapat

Setelah dilakukan 1

kali pertemuan

1. BHSP dengan

keluarga:

Dengan dukungan

keluarga, klien akan

memberdayaka

n sistem

pendukung/kel/

keluarga

mampu

mengembangk

an kemampuan

klien untuk

berhubungan

dengan orang

lain

keluarga dapat:

1. Menjelaskan

perasaannya.

2. Menjelaskan cara

cara merawat klien

MD

3. Berpartisipasi dalam

perawatan klien

menarik diri

a. Salam, perkenalan

diri

b. Sampaikan tujuan

c. Membuat kontrak

d. Eksplorasi perasaan

keluarga

2. Diskusikan dengan

anggota keluarga

tentang:

a. Perilaku menarik

diri

b. Penyebab perilaku

menarik diri

c. Cara keluarga

menghadapi klien

yang sedang

menarik diri

3. Dorong anggota

keluarga untuk

memberikan

dukungan kepada

klien berkomunikasi

dengan orang lain

4. Anjurkan anggota

keluarga untuk secara

rutin&bergantian

mengunjungi klien

5. Beri reinforcement

atas dicapai di capai

oleh keluarga

merasa diperhatikan

Harga

Diri

Rendah

TUM:

klien dapat

melakukan

hubungan

Setelah dilakukan 5

kali pertemuan klien

tidak mencederai diri

sendiri, orang lain,

sosial secara

bertahap

lingkungan.

TUK 1:

Klien dapat

membina

hubungan

saling percaya

Setelah dilakukan 1

kali dapat

mengungkapkan

perasaannya

Ekspresi wajah

bersahabat

Ada kontak mata

Menunjukkan rasa

senang

Mau berjabat tangan dll

1. Bina hubungan saling

percaya

a. Sapa klien dengan

ramah, baik verbal

maupun nonverbal

b. Perkenalkan diri

dengan spontan

c. Tanya nama

lengkap klien dan

nama panggilan

yang disukai klien

d. Jelaskan tujuan

pertemuan, jujur

dan menepati janji

e. Tunjukkan sikap

empati dan

menerima klien apa

adanya

f. Beri perhatian pada

klien

2. Beri kesempatan

untuk

mengungkapkan

perasaannya tentang

penyakit yang

dideritanya

3. Sediakan waktu untuk

mendengarkan klien

4. Katakan pada pada

klien bahwa ia adalah

seorang yang

berharga dan

Hubungan saling

percaya akan

menimbulkan

kepercayaan klien

pada perawat

sehingga akan

memudahkan dalam

pelaksanaan

tindakan

keperawatan.

bertanggung jawab

serta mampu

menolong dirinya

sendiri

TUK 2:

Klien dapat

mengidentifika

si kemampuan

dan aspek

positif yang

dimiliki

Setelah dilakukan 1

kali pertemuan klien

dapat mempertahankan

aspek positif

1.Diskusikan

kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki

klien dan beri

pujian/reinforcement

atas kemampuan

mengungkapkan

perasaannya

2. Saat bertemu klien,

hindarkan memberi

penilaian negatif.

Utamakan memberi

pujian yang realistis

Pujian akan

meningkatkan harga

diri klien.

TUK 3:

Klien dapat

menilai

kemampuan

yang dapat

digunakan

Setelah dilakukan 1

kali pertemuan klien

dapat

1. Terpenuhi

kebutuhannya

2. Melakukan aktivitas

terarah

1.Diskusikan

kemampuan klien yang

masih dapat digunakan

selama sakit

2. Diskusikan juga

kemampuan yang dapat

dalanjutkan

pengguanaan di rumah

sakit dan di rumah nanti

peningkatan

kemampuan

mendorong klien

untuk mandiri

TUK 4 :

Klien dapat

menetapkan

dan

merencanakan

kegiatan sesuai

dengan

kemampuan

Setelah dilakukan 1

kali pertemuan klien

dapat

1. Beraktivitas sesuai

kemampuan

2. Mengikuti TAK

1.Rencanakan bersama

klien aktivitas yang

dapat dilakukaan setiap

hari sesuai kemampuan:

kegiatan mandiri,

kegiatan dengan bantuan

minimal, kegiatan

dengan bantuan total

Pelaksanaan

kegiatan secara

mandiri modal awal

untukmeningkatkan

harga diri

yang dimiliki 2.Tingkatkan kegiatan

sesuai dengan toleransi

kondisi klien

3.Beri contoh cara

pelaksanaan kegiatan

yang boleh klien

lakukan (sering klien

takut melaksanakannya)

TUK 5:

Klien dapat

melakukan

kegiatan sesuai

kondisi sakit

dan

kemampuanny

a

Setelah dilakukan 1

kali pertemuan klien

dapat beraktivitas

sesuai kemampuan

1.Beri kesempatan klien

untuk mencoba kegiatan

yang direncanakan

2.Beri pujian atas

keberhasilan klien

3.Diskusikan

kemungkinan

pelaksanaan di rumah

Dengan aktivitas

klien akan

mengetahui

kemampuannya

TUK 6:

Klien dapat

memanfaatkan

sistem

pendukung

yang ada

Setelah dilakukan 1

kali pertemuan klien

dapat melakukan apa

yang diajarkan,

keluarga mampu

memberikan dukungan

1. Beri pendidikan

kesehatan pada

keluarga tentang cara

merawat klien harga

diri rendah

2. Bantu keluarga

memberi dukungan

selama klien dirawat

3. Bantu keluarga

menyiapkan

lingkungan di rumah

Perhatian keluarga

dan pengertian

keluarga akan dapat

membantu

meningkatkan harga

diri klien.

Resiko

halusinas

i

TUM:

Klien tidak

menciderai diri

sendiri/orang

lain/lingkunga

n

1. BHSP dengan

menggunakan prinsip

komunikasi

terapeutik.

- Sapa klien dengan

ramah baik verbal

maupun non verbal

Hubungan saling

percaya merupakan

langkah awal untuk

menentukan

keberhasilan rencana

selanjutnya

TUK 1:

Klien dapat

membina

hubungan

saling percaya

dengan

perawat

- Perkenalkan diri

dengan sopan

- Tanyakan nama

lengkap klien dan

nama panggila

yang di sukai klien

- Jelaskan maksud

tujuan dan

interaksi

- Berikan perhatan

klien, perhatika

kebutuha dasarnya

2. Beri kesempatan

klien mengungkapkan

perasaannya

3. Dengarkan ungkapan

klien dengan empati

TUK 2:

Klien dapat

mengenali

halusinasi

1. Adakan kontak mata

singkat tapi sering

2. Tanya apa yang di

dengar dari

halusinasinya

3. Tanyakan kapan

halusinasinya dating

4. Tanyakan isi

halusinasi

5. Bantu klien mengenal

halusinasinya

- Jika menentukan

klien sedang

halusinasi, tanyakan

apakah sedang ada

suara yang di

dengar

Mengetahui apakah

halusinasi datang

dan menentukan

tindakan yang tepat

atas halusinasi.

Mengenalkan pada

klien terhadapn

halusinasinya dan

mengidentifikasi

factor pencetus

halusinasinya

- Jika klien

menjawab ada,

lanjutkan apa yang

di katakan

- Katakan bahwa

perawat percaya

klien mendengar

suara itu, namun

perawat sendiri

tidak

mendengarnya(deng

an nada bersahabat

tanpa menuduh atau

menghakimi)

- Katakan bahwa

klien lain juga ada

yang seperti klien

- Katakan babhwa

perawat membantu

klien

6. Diskusikan dengan

klien

- Situasi yang

menimbulkan atau

tidak menimbulkan

halusinasi

- Waktu, frekuensi

terjadinya

halusinasi(pagi,

siang, sore dan

malam atau jika

sendiri, jengkel atau

sedih)

7. Diskusikan dengan

klien apa yang di

rasakan jika terjadi

halusinasi(marah/taku

t, sedih, senang)beri

kesempatan

mengungkapkan

perasaan

TUK 3:

Klien dapat

mengontrol

halusinasi

1. Identifikasi bersama

klien tindakan yang

biasa dilakukan terjai

halusinasi

2. Diskusikan manfaat

dan cara yang

dugunakan klien ,jika

mermanfaar beri

pujian

3. Diskusikan cara baik

memutus atau

mengontrol timbulnya

halusinasi:

- Katakan”saya tidak

mau dengar

kamu”(pada saat

halusinasi terjadi”

- Temui orang

lain(perawat tatu

anggota atau

keluarga) untuk

bercakap cakap atau

mengatakan

halusinasi yang di

dengar

- Buat jadwal

kegiatan sehari-hari

- Minta keluarga atau

teman atau perawat

menyapa klien jika

tampak bicara

sendiri melamun

atau kegiatan yang

tidak di control

4. Bantu klien memilih

dan melatih cara

memutus halusinasi

secara bertahap

5. Beri kesempatan

untuk melakukan cara

yang dilatih. Evaluasi

hasilnya dan beri

pujian jika berhasil

6. Anjurkan klien

mengikuti TAK, jenis

orientasi realita, atau

stimulasi persepsi.

TUK 4:

Klien dapat

dukungan

dalam

mengontrol

halusinaasinya

1. Anjurkan klien untuk

memberi tahu

keluarga jika

mengalami halusinasi

2. Diskusikan dengan

keluarga pada saat

keluarga berkunjung

atau kunjungan

rumah

a. Gejala halusinasi

yang di alami klien

b. Cara yang dapat

dilakukan klien dan

keluarga untuk

Membantu klien

menentukan cara

mengontrol

halusinasi.

Periode

berlangsungnya

halusinasi :

1. Memberi support

pada klien

2. Menambah

pengetahuan klien

untuk melakukan

tindakan

memutus halusinasi

c. Cara merawat

anggota keluarga

yang mengalami

halusinasi di rumah:

beri kegiatan,

jangan biarkan

sendiri, bepergian

bersama.

d. Beri informasi

waktu follow up

attau kapan perlu

mendapat bentuan

halusinasi tidak di

kontrol dan resiko

menciderai orang

lain

3. Diskusikan dengan

keluarga dan klien

tentang janis, dosis,

frekuensi dan manfaat

obat

4. Pastikan klien minum

obat sesuai dengan

program dokter.

pencegahan

TUK 5:

Klien dapat

menggunakan

obat dengan

benar untuk

mengendalikan

halusinasinya

1. Anjurkan klien bicara

dg dokter tentang

manfaat dan efek

samping obat yang

yang disarankan

2. Diskusikan akibat

berhenti minum obat

tanpa konsultasi

3. Bantu klien

Meningkatkan

pengetahuan tentang

obat.

menggunakan obat

dengan 5 benar

K. PELAKSANAAN TINDAKAN

DX.

KEP

TGL/

JAM IMPLEMENTASI EVALUASI

T

T

1 13/11

/12

10.00

SP 1

1. Membina hubungan saling percaya

a. Menyapa klien dengan ramah

b. Memperkenalkan diri dengan sopan

c. Menanyakan nama lengkap dan nama

panggilan yang di sukai klien

d. Menjelaskan tujuan pertemuan

e. Menunjukan sifat empati & menerima

klien apa adanya.

2. Membantu klien menyebutkan penyebab

isolasi social : menarik diri

a. Mengkaji pengetahuan klien tentang

perilaku menarik diri dan tandanya.

b. Memberi kesempatan pada klien untuk

mengunggkapkan perasaan penyebab

menarik diri/tidak mau bergaul.

c. Mendiskusikan bersama klien tentang

perilaku menarik diri dan tanda serta

penyebab yang muncul.

d. Memberikan pujian terhadap kemampuan

klien dalam mengungkapkan perasaan.

2. Membantu klien menyebutkan keuntungan

berhubungan dengan orang lain dan

kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain.

a. Mengkaji pengetahuan klien tentang

S : klien menyebutkan “Nama saya J,

biasa dipanggil J”

klien mengatakan “Saya suka diam

dirumah, karena tetangga suka

mengejek saya, gila. Kalau disini

saya tidak mau berkenalan dengan

pasien lain, karena saya waras.”

klien mengatakan, “ Jika saya

berhubungan dengan orang lain,

sebenarnya sama saja, tidak banyak

pengaruh dan manfaatnya, karena

mereka suka ngomong tidak jelas,

dan suka memukul sembarangan.”

Klien menjelaskan, “saat saya sendiri

dan kesepian, saya pernah mendengar

bisikan untuk berbuat tidak baik.”

Klien mengatakan, “ Saya mau

mencoba kemampuan saya

berkenalan dengan perawat.” Setelah

berkenalan, klien mengatakan,

“Setelah saya berkenalan,

kepercayaan saya tumbuh terhadap

perawat tersebut.”

O : klien mau berjabat tangan,

Klien tidak mau tersenyum dengan

manfaat dan keuntungan berhubungan

dengan orang lain.

b. Memberi kesempatan pada klien untuk

mengungkapkan perasaan tentang

keuntungan berhubungan dengan orang

lain.

c. Mendiskusikan bersama klien tentang

keuntungan berhubungan dengan orang

lain.

d. Memberi reforcement positif terhadap

perasaan keuntungan berhubungan dengan

orang lain.

e. Mengkaji pengetahuan klien tentang

kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain.

f. Memberi kesempatan pada klien untuk

mengungkapkan perasaan tentang

kerugian bila tidak berhubungan dengan

orang lain.

g. Mendiskusikan bersama klien tentang

kerugian tidak berhubungan orang lain.

h. Memberi reinforcement positif terhadap

kemampuan mengungkapkan perasaan

kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain.

3. Membantu klien melaksanakan hubungan

social secara bertahap, klien – perawat.

a. Mengkaji kemampuan klien membina

hubungan dengan orang lain.

b. Mendorong dan membantu klien untuk

berhubungan dengan orang lain melalui

tahap: klien-perawat.

c. Memberi reinforcement terhadap

keberhasilan yang telah dicapai.

perawat,

klien duduk berhadapan dengan

perawat,

kontak mata bagus,

klien tampak lemas,

klien bisa berkenalan dengan perawat

lain.

A : klien mampu membina hubungan

saling percaya,

klien mampu menyebutkan penyebab

dan tanda menarik diri,

klien belum mampu menyebutkan

keuntungan berhubungan dengan

orang lain, tapi mampu menyebutkan

kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain,

klien mampu berkenalan dan

menjalin hubungan dengan perawat.

P : perawat : ulangi SP 1, khususnya

bantu klien menyebutkan keuntungan

berhubungan dengan orang lain

Klien : dapat menyebutkan

keuntungan berhubungan dengan

orang lain.

d. Membantu klien mengevaluasi manfaat

berhubungan dengan orang lain.

14/11

/12

09.00

SP 1

2. Memberi kesempatan pada klien untuk

mengungkapkan perasaan tentang keuntungan

berhubungan dengan oarang lain.

3. Mendiskusikan bersama klien tentang

keuntungan berhubungan dengan orang lain.

4. Memberi reforcement positif terhadap

perasaan keuntungan berhubungan dengan

orang lain.

S : klien mengatakan, “Saya merasa

kesepian, dan takut kalau mendengar

suara yang tidak nyata, kalau saya

ditemani perawat saya senang dan

tidak kuwatir dengan suara tersebut.”

“klien mengatakan bahwa dia mau

ditemani perawat, karena tidak

membuat kesepian, tapi kalau dengan

pasien lain saya belum mau.”

O : klien sudah tau manfaat

berhubungan dengan orang lain, yaitu

supaya mencegah halusinasi.

A : tujuan tercapai, klien bisa

menyebutkan manfaat berhubungan

dengan orang lain.

P : perawat : lanjutkan SP 2,

Membantu klien melaksanakan

hubungan social secara bertahap,

klien – perawat - perawat lain.

Klien : dapat berinteraksi dengan

orang lain secara bertahap

09.30

SP 2

1. Membantu klien melaksanakan hubungan

social secara bertahap, klien – perawat -

perawat lain.

a. Mendorong dan membantu klien untuk

berhubungan dengan orang lain melalui

tahap: klien-perawat-perawat lain.

b. Memberi reinforcement terhadap

keberhasilan yang telah dicapai.

c. Membantu klien mengevaluasi manfaat

berhubungan dengan orang lain.

S : klien mengatakan,”Saya bersedia

berkenalan dengan perawat lagi.”

klien mengatakan, “Saya senang

karena kenal dengan perawat, karena

saya tidak kesepian dan sendirian

lagi, saya akan mencoba mengikuti

saran membuat jadwal perkenalan.”

O : klien tampak menghampiri dua

perawat dan berkenalan

klien tampak senang disbanding hari

sebelumnya.

d. Mendiskusikan jadwal harian yang

dapat dilakukan klien, khususnya untuk

berkenalan dengan orang lain.

A : Tujuan tercapai, klien bersedia

berhubungan social dan berkenalan

dengan dua perawat.

P : Perawat : lanjutkan SP 3

mendorong klien berhubungan klien-

sekelompok pasien.

Klien : mau menjalin hubungan

dengan sekelompok pasien.

15/11

/12

10.00

SP 3

4. Membantu klien melaksanakan hubungan

social secara bertahap, klien – kelompok.

a. Mendorong dan membantu klien untuk

berhubungan dengan orang lain melalui

tahap: klien-sekelompok pasien.

b. Memberi reinforcement terhadap

keberhasilan yang telah dicapai.

c. Membantu klien mengevaluasi manfaat

berhubungan dengan orang lain.

d. Mendiskusikan jadwal harian yang dapat

dilakukan klien, khususnya untuk

berkenalan dengan orang lain.

e. Memotivasi klien untuk mengikuti

kegiatan TAK sosialisasi berkenalan.

f. Memberi pujian atas kegiatan klien dalam

mengikuti TAK.

S : klien mengatakan, “ Saya mau

mencoba berkenalan dengan pasien

yang saya anggap tidak bahaya.”

setelah berkenalan, klien mengatakan

“ ternyata sebagian dari mereka tidak

terlalu buruk, sekarang saya senang

karena punya teman lagi dan tidak

kesepian. Saya mau mengikuti

permainan berkenalan”

O : klien tampak senang, rileks, tidak

ketakutan,

Klien mengikuti kegiatan TAK

sosialisasi

Klien mengisi jadwal harian

berkenalan dengan orang lain.

A : tujuan tercapai, klien dapat

melakukan hubungan social bertahap

klien- kelompok.

P : lanjutkan SP 4 mendorong klien

untuk memberdayakan system

pendukung/keluarga. Delegasikan

pada perawat ruangan.

Klien : kllien mampu memanfaatkan

system pendukung dan keluarga

dapat mendukung klien.

BAB IV

PEMBAHASAN

Menurut keliat perilaku menarik diri adalah suatu usaha menghindari interaksi

dengan orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilangan hubungan akrab dan tidak

menyadari kesempatan untuk berhubungan secara spontan dengan orang lain yang

dimanifestasikan dengan sikap memisahkan diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup

membagi pengalaman dengan orang lain dalam kasus ini Klien An. Mengalami hal tersebut.

Klien beranggapan bahwa pasien gangguan jiwa yang ada diruangan tidak pantas untuk dia

kumpuli, karena klien menganggap dia sehat jiwa. Hal tersebut membuat dia hanya berdiam

diri dikamar, tidak mau berinteraksi lebih banyak tiduran, dan melamun. Kegiatan klien

dirumah juga hampir sama, klien merasa tersinggung dan sakit hati karena ejekan dari

tetangga dan teman-temannya bahwa dia mempunyai gangguan jiwa serta klien mempunyai

wajah yang tidak ganteng. Problem ini merupakan yang utama yang dialami oleh klien saat

dirumah sakit maupun di rumah.

Dari pengkajian dari klien maupun keterangan keluarga saat di IGD, klien

mengalami ketidak percaya dirian akan keadaan wajahnya, klien juga mengatakan tidak

percaya diri dengan kendaraan yang dimilikinya, karena dilingkungan sekolah klien merasa

kurang dianggap karena hal tersebut. Sehingga timbul masalah Harga Diri Rendah, yang

berakibat terjadinya Isolasi Sosial: Menarik Diri pada klien An. J. Harga diri rendah, yang

terjadi pada klien An. J ini, merupakan suetu penyebab timbulnya perilaku Isolasi Sosial:

Menarik Diri.

Saat terjadi Harga diri rendah pada klien, klien pernah mengamuk karena klien

berusaha untuk memenuhi kekurangan dirinya, klien sampai mengancam ayahnya

menggunakan gunting. Sehingga klienpernah mengalami masalah perilaku kekerasan, hal

ini tidak muncul pada data focus dan diagnose karena saat klien dikaji dan diwawancarai

dirumah sakit, klien sudah tidak menunjukkan perilaku kekerasan.

Selama dirumah sakit, dalam keadaan menyendiri dan melamun, klien mengatakan

pernah mengalami mendengar bisikan yang menyuruhnya untuk berbuat jahat pada orang-

orang diruangan. Hal ini pernah muncul sekali dan hanya berlangsung kira-kira selama 2

menit. Sehingga hal ini merupakan suatu resiko, akibat perilaku Isolasi social: Menarik Diri.

Untuk mengatasi Core Problem yang dialami klien, dalan hal ini yaitu Isolasi

social : Menarik Diri, sebagai perawat kami telah menyusun rencana asuhan keperawatan

yang bertujuan agar klien An.J bias berinteraksi dengan orang lain, sehingga tidak terjadi

halusinasi. Rencana asuhan keperawatan tersebut terdiri dari tujuan khusus 1 klien dapat

membina hubungan saling percaya dengan perawat; tujuan khusus 2 klien dapat

menyebutkan penyebab menarik diri; tujuan khusus 3 klien dapat menyebutkan keuntungan

berhubungan dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain; tujuan

khusus 4 klien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap; tujuan khusus 5 klien

dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan dengan orang lain; tujuan khusus 6

klien dapat menggunakan system pendukung/keluarga atau keluarga mampu

mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain.

Sedangkan dalam pelaksanaan implementasi keperawatan, kami mengelompokkan

tujuan khusus atau TUK tersebut menjadi suatu Strategi pelaksanaan klien dengan Isolasi

social : menarik diri. Strategi pelaksanaan yang selanjutnya kita sebut sebagai SP tersebut

dibagi menjadi 4, SP 1 yaitu melibatkan TUK 1 sampai dengan TUK 5, dimana pada TUK 4

klien kita ajari untuk berkenalan. Pada proses ini klien berhasil membina hubungan dengan

perawat dengan ditandai klien mau berjabat tangan dan duduk berhadapan dengan perawat.

Sehingga klienpun mau mengungkapkan penyebab Isolasi soaisl : Menarik diri yang

disebabkan karena terlalu banyak yang yang mengejeknya di lingkungan rumah maupun di

sekolah, serta karena dia menganggap bahwa dirinya sehat jiwa sehingga tidak mau

berkumpul dengan pasien lain. Namun, karena keyakinan tersebut membuat klien belum

bisa mengungkapkan keuntungan berhubungan dengan orang lain, meskipun klien tau

kerugian jika dia tidak mau berhubungan dengan orang lain. Setelah dilakukan motivasi

untuk diajak berkenalan, akhirnya klien mau mendemonstrasikan cara berkenalan dengan

orang lain (dalam hal ini saya sendiri), sehingga klien mulai meningkat rasa percayanya.

Untuk menindak lanjuti rencana SP 1, yang belum berhasil kami mengulang bagian

dari TUK 3, khusunya di point meminta pasien menyebutkan keuntungan berhubungan

dengan orang lain. Hal ini berhasil karena klien mulai menyebutkan beberapa keuntungan

diantaranya dia merasa tidak kesepian jika punya teman dan tidak khawatir dengan suara

yang pernah membisikinya.

Dengan berhasilnya SP 1 dihari pertama dan hari kedua, pada pertemuan selanjutnya

kita lanjutkan untuk melakukan SP 2, yaitu melibatkan TUK 4 (melakukan hubungan social

yang melibatkan klien-perawat-perawat lain) dan TUK 5, klien bisa melakukan hubungan

social dengan perawat lain, dan klien mengungkapkan bahwa dia senang dan merasa tidak

kesepian lagi, klien juga mulai mengelola jadwal kegiatan sehari-hari khususnya pada point

perkenalan untuk diisi.

Keberhasilan SP 2, pada hari kedua, selanjutnya di hari ketiga kita lakukan

pertemuan untuk SP 2, yang melibatkan TUK 3 (melakukan hubungan social yang

melibatkan klien-sekelompok pasien) dan TUK 5, kita evaluasi dari respon klien setelah

berkenalan dengan sekelompok pasien, klien mulai menyadari kalau orang dengan

gangguan jiwa tidak terlalu buruk dan terkadang juga bisa bersahabat, klien pun mau

mengikuti kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi dengan baik. Rencana

selanjutnya adalah melanjutkan SP 4, yaitu klien dapat menggunakan system

pendukung/keluarga atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk

berhubungan dengan orang lain. Mengingat jadwal dinas dari kelompok kami hanya dari

pukul 07.00-14.00 maka dalam hal ini kita delegasikan kepada perawat ruangan yang jaga

dari jan 14.00-21.00, karena pada tanggal 15 november jam 16.00 klien dijemput keluarga

untuk pulang kerumah.

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.

Selain itu menarik diri merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian maupun

minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung. ( Stuart & Sundeen, 1995).

Untuk mengatasi klien dengan Isolasi social : Menarik diri, langkah awal perlu

dilakukan pendekatan supaya terjalin hubungan saling percaya dengan klien. Kemudian

setelah terjalin BHSP baru kita bisa mengeksplor mengenai penyebab dan tanda gejala yang

membuat klien tidak mau berinteraksi dengan orang lain. Selain itu kaji juga pendapat klien

tentang manfaat berhubungn dengan orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan

orang lain. Kemudian, mulai ajarkan cara berinteraksi dengan orang lain melalui tahap

klien-perawat, klien-perawat-perawat lain, klien-kelompok kecil dst. Jangan lupa untuk

selalu menanyakan perasaan klien setelah berinteraksi dengan orang lain. Setelah semua

tercapai, langkah akhir yaitu mengajarkan keluarga untuk bisa merawat klien dengan

masalah Isolasi social : menarik diri.

B. SARAN

Sebagai perawat dalam menghadapi dan merawat klien dengan isolasi social :

menarik diri, arus memperhatikan kontak mata klien, harus bisa menunjukkan penerimaan

terhadap klien apa adanya, menunjukkan empati untuk klien dan jangan lupa untuk selalu

memberi reinforcement disetiap keberhasilan klien. Lakukan langkah-lamgkah strategi

pelaksanaan secara berurutan, jangan memaksa klien untuk berinteraksi jika klien belum

siap, tapi ulangi pada pertemuan berikutnya atau jika klien sudah siap.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 1999. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Ma’rifatun, Lilik. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktek Klinik. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Stuart, GW Sundeen. 1995. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Townsend, Mary C. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatrik. Jakarta :

EGC.