31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi perekonomian yang mulai membaik pasca krisis moneter tahun 1997 memberikan kepercayaan kembali kepada para pemilik modal untuk memulai menginvestasikan modalnya. Dunia investasi Indonesia membuka pasar saham sebagai jalur cepat menginvestasikan modal, dimana setiap investor akan mendapatkan pengembalian tunai baik berupa deviden, saham, maupun dari selisih harga belinya di pasar saham. Hal ini adalah celah menarik untuk ditinjak lanjuti karena akan menghasilkan keuntungan bagi para investor. Tidak semua perusahaan yang mencari dana di pasar saham dapat menunjukkan laporan keuangan yang baik mereka, sebagai bukti baiknya kinerja perusahaan. Untuk itu para investor harus jeli dalam memilih perusahaan mana yang akan memberikan pengembalian terbaik. Laporan keuangan perusahaan dalam satu tahun dapat dilihat dari laporan keuangan tahunan yang diterbitkan tiap tahunnya. Laporan tersebut berisikan laporan neraca, Laporan laba/rugi, Laporan perubahan ekuitas, Laporan perubahaan posisi keuangan atau yang kita sebut juga laporan arus kas. Dalam laporan tersebut akan dijelaskan besarnya keuntungan tiap tahunnya atau lebih dikenal dengan laba bersih pertahun. 1

seminar keuangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: seminar keuangan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kondisi perekonomian yang mulai membaik pasca krisis moneter tahun 1997

memberikan kepercayaan kembali kepada para pemilik modal untuk memulai

menginvestasikan modalnya. Dunia investasi Indonesia membuka pasar saham

sebagai jalur cepat menginvestasikan modal, dimana setiap investor akan

mendapatkan pengembalian tunai baik berupa deviden, saham, maupun dari selisih

harga belinya di pasar saham. Hal ini adalah celah menarik untuk ditinjak lanjuti

karena akan menghasilkan keuntungan bagi para investor.

Tidak semua perusahaan yang mencari dana di pasar saham dapat menunjukkan

laporan keuangan yang baik mereka, sebagai bukti baiknya kinerja perusahaan. Untuk

itu para investor harus jeli dalam memilih perusahaan mana yang akan memberikan

pengembalian terbaik. Laporan keuangan perusahaan dalam satu tahun dapat dilihat

dari laporan keuangan tahunan yang diterbitkan tiap tahunnya. Laporan tersebut

berisikan laporan neraca, Laporan laba/rugi, Laporan perubahan ekuitas, Laporan

perubahaan posisi keuangan atau yang kita sebut juga laporan arus kas. Dalam

laporan tersebut akan dijelaskan besarnya keuntungan tiap tahunnya atau lebih dikenal

dengan laba bersih pertahun.

Besarnya ukuran pengembalian investasi dapat dilihat dari besarnya laba bersih yang

dihasilkan dibagi dengan total asetnya. Ini berarti, suatu perusahaan yang baik adalah

perusahaan yang tiap tahunya dapat meningkatkan laba bersihnya guna untuk

meningkatkan tingkat pengembaliannya. Besarnya pengembalian deviden saham yang

dimiliki oleh pemilik saham ditentukan oleh kebijakan deviden perusahaan tersebut.

Semakin besar persentasi deviden yang dibayarkan perusahaan akan mengurangi

modal dasar dari operasi tahun berikutnya. Hal ini perlu adanya penyesuaian antara

deviden tunai yang dibayarkan dengan laba ditahan sebagai modal operasi

selanjutnya.

Pada kesempatan ini penulis melihat PT. Indofood Sukses Makmur sebagai objek

penelitian untuk melihat besarnya persentase rasio deviden tunai yang akan

dibayarkan oleh perusahaan. PT Indofood adalah perusahaan yang bergerak disektor

1

Page 2: seminar keuangan

pangan dan mencangkup seluruh produksi pangan. Dan judul makalah ini adalah

”Analisa Deviden Pay Out Ratio pada PT. Indofood Sukses Makmur Periode

2004-2008”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari uraian diatas maka perumusan masalah

penelitian ini yaitu berapa besar pengembalian deviden tunai menggunakan

analisa Deviden Pay Out Ratio pada PT. Indofood Sukses Makmur.

1.3 Batasan Masalah

Penulis membatasi penelitian ini sebagai berikut:

1) Alat ukur yang digunakan adalah Analisa Deviden Pay Out Ratio.

2) Informasi keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan PT.

Indofood Sukses makmur periode 2004-2008.

1.4 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar persentase rasio

deviden tunai yang dibayarkan oleh PT. Indofood Sukses Makmur.

1.5 Manfaat Penelitian

1) Bagi penulis

Penelitian ini membantu penulis dalam menerapkan apa yang dipelajari

dalam perkuliahan dengan kenyataan dalam perusahaan.

2) Bagi Investor

Penelitian ini membantu investor dalam menganalisis besarnya persentase

deviden pay out rasio yang akan dibayarkan oleh PT. Indofood Sukses

Makmur.

2

Page 3: seminar keuangan

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Kebijakan Deviden

2.1.1 Pengertian Kebijakan Deviden

Manajemen mempunyai 2 alternatif perlakuan terhadap penghasilan bersih

sesudah pajak ( EAT ) perusahaan yaitu :

Dibagi kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen

Diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan ( retaired

earning ).

Pada umumnya sebagian EAT ( Earning After Tax ) dibagi dalam bentuk

dividen dan sebagian lagi diinvestasikan kembali, artinya manajemen harus

membuat keputusan tentang besarnya EAT yang dibagikan sebagai dividen.

Pembuat keputusan tentang dividen ini disebut kebijakan dividen ( dividen

policy ).

2.1.2 Teori Kebijakan Deviden

Ada berbagai pendapat atau teori tentang kebijakan dividen a.l :

a. Teori “ Dividen Tidak Relevan “ dari Modigliani dan Miller,

b. Teori “ The Bird in the Hand “ ,

c. Teori Perbedaan Pajak ,

d. Teori “ Signaling Hypothesis “ ,

e. Teori “ Clientele Effect “.

a. Teori “ Dividen Tidak Relevan “ dari Modigliani dan Miller :

Menurut Modigliani dan Miller (MM) , nilai suatu perusahaan tidak

ditentukan oleh besar kecilnya DPR, tapi ditentukan oleh laba bersih

sebelum pajak ( EBIT ) dan kelas risiko perusahaan. Jadi menurut MM,

dividen adalah tidak relevan.

Pernyataan MM ini didasarkan pada beberapa asumsi penting yang “ lemah

“ seperti :

3

Page 4: seminar keuangan

1. Pasar modal sempurna dimana semua investor adalah rasional.

2. Tida ada biaya emisi saham baru jika perusahaan menerbitkan saham

baru.

3. Tidak ada pajak

4. Kebijakan investasi perusahaan tidak berubah.

Pada praktiknya :

a). Pasar modal yang sempurna sulit ditemui ; b). biaya emisi saham

baru pasti ada ; c). pajak pasti ada ; d). kebijakan investasi perusahaan

tidak mungkin tidak berubah.

Beberapa ahli menentang pendapatan MM tentang dividen adalah tidak

relevan dengan menunjukkan bahwa adanya biaya emisi saham baru akan

mempengaruhi nilai perusahaan. Modal sendiri dapat berasal dari laba

ditahan dan menerbitkan saham biasa baru. Jika modal sendiri berasal dari

laba ditahan, biaya modal sendiri sebesar Ks ( Biaya modal sendiri dari laba

ditahan ). Tapi bila berasal dari saham biasa baru, biaya modal sendiri

adalah Ke ( biaya modal sendiri dari saham biasa baru ).

D1

Ks = + g

Po

D1

Ke = + g

Po (1 – F)

Beberapa ahli menyoroti asumsi tidak adanya pajak. Jika ada pajak maka

penghasilan investor dari dividen dan dari capital gains ( kenaikan harga

saham ) akan dikenai pajak. Seandainya tingkat pajak untuk dividen dan

capital gains adalah sama, investor cenderung lebih suka menerima capital

4

Page 5: seminar keuangan

gains dari pada dividen karena pajak pada capital gains baru dibayar saat

saham dijual dan keuntungan diakui / dinikmati. Dengan kata lain, investor

lebih untung karena dapat menunda pembayaran pajak. Investor lebih suka

bila perusahaan menetapkan DPR yang rendah, menginvestasikan kembali

keuntungan dan menaikkan nilai perusahaan atau harga saham.

b. Teori “ The Bird in the Hand “ :

Gordon dan Lintner menyatakan bahwa biaya modal sendiri perusahaan

akan naik jika DPR rendah karena investor lebih suka menerima dividen

dari pada capital gains. Menurut mereka, investor memandang dividend

yield lebih pasti dari pada capital gains yield. Perlu diingat bahwa dilihat

dari sisi investor, biaya modal sendiri dari laba ditahan ( KS ) adalah

tingkat keuntungan yang disyaratkan investor pada saham. KS adalah

keuntungan dari dividen ( dividend yield ) ditambah keuntungan dari capital

gains ( capital gains yield ).

Modigliani dan Miller menganggap bahwa argumen Gordon dan Lintner ini

merupakan suatu kesalahan ( MM menggunakan istilah “ The Bierd in the

hand Fallacy “ ) . Menurut MM, pada akhirnya investor akan kembali

menginvestasikan dividen yang diterima pada perusahaan yang sama atau

perusahaan yang memiliki risiko yang hampir sama.

c. Teori Perbedaan Pajak

Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy. Mereka menyatakan

bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains,

para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda

pembayaran pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat

keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan dividend yield

tinggi, capital gains yield rendah dari pada saham dengan dividend yield

rendah, capital gains yield tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari

pajak atas capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.

5

Page 6: seminar keuangan

Jika manajemen percaya bahwa teori “ Dividen tidak relevan “ dari MM

adalah benar, maka perusahaan tidak perlu memperdulikan berapa besar

dividen yang harus dibagi, Jika mereka menganut teori “ The Bird in the

Hand “, mereka harus membagi seluruh EAT dalam bentuk dividen. Dan

bila manajemen cenderung mempercayai teori perbedaan pajak ( Tax

Differential Theory ), mereka harus menahan seluruh EAT atau DPR = 0

%. Jadi ke 3 teori yang telah dibahas mewakili kutub – kutub ekstrim dari

teori tentang kebijakan dividen. Sayangnya test secara empiris belum

memberikan jawaban yang pasti tentang teori mana yang paling benar.

d. Teori “ Signaling Hypothesis “

Ada bukti empiris bahwa jika ada kenaikan dividen, sering diikuti dengan

kenaikan harga saham. Sebaliknya pernurunan diveden pada umumnya

menyebabkan harga saham turun. Fenomena ini dapat dianggap sebagai

bukti bahwa para investor lebih menyukai dividen dari pada capital gains.

Tapi MM berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas biasanya

merupakan suatu “ sinyal “ kepada para investor bahwa manajemen

perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik diveden masa

mendatang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen atau keanikan dividen yang

dibawah keanaikan normal ( biasanya ) diyakini investor sebagai suatu sinyal

bahwa perusahaan menghadapi masa sulit diveden waktu mendatang.

Seperti teori dividen yang lain , teori “ Signaling Hypotesis “ ini juga sulit

dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa perubahan dividen

mengandung beberapa informasi. Tapi sulit dikatakan apakah kenaikan dan

penurunan harga setelah adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata

disebabkan oleh efek “ sinyal “ atau disebabkan karena efek “ sinyal “ dan

preferensi terhadap dividen.

6

Page 7: seminar keuangan

e. Teori “ Clientele Effect “.

Teori ini menyatakan bahwa kelompok ( clientele ) pemegang saham yang

berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen

perusahaan.

Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan pada saat ini

lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio yang tinggi. Sebaliknya

kelompok pemegang saham yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini

lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih

perusahaan.

Jika ada perbedaan pajak bagi individu ( misalnya orang lanut usia dikenai

pajak lebih ringan ) maka pemegang saham yang dikenai pajak tinggi lebih

menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kelompok

ini lebih senang jika perusahaan membagi dividen yang kecil. Sebalinya

kelompok pemegang saham yang dikenai pajak relatif rendah cenderung

menyukai dividen yang besar.

Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari “ Clientele “ ini ada. Tapi

menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa lebih baik dari dividen

kecil, demikian s ebaliknya. Efek “ Clientele “ ini hanya mengatakan bahwa

bagi sekelompok pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih

menguntungkan mereka.(dikutip dari google.com)

2.1.3 Faktor- factor yang mempengaruhi Kebijakan Deviden:

James C. Van Horne dan John M. Wachowicz, Jr dalam bukunya menjelaskan

factor- factor kebijakn deviden antara lain:

a. Peraturan-peraturan Hukum

Pembahasan peraturan hukum penting dilakukan untuk menetapkan

batasan-batasan hokum diman kebijakan deviden perusahaan dapat

7

Page 8: seminar keuangan

digunakan. Peraturan hokum ini berkaitan dengan penurunan modal,

ketidsksolvabilatasan dan laba yang tidak semestinya.

Peraturan penurunan Modal

Tujuan hokum penurunan modal adalah untuk melindungi kreditor

perusahaan, dan hokum ini dapat memiliki beberapa pengaruh jika

perusahaan relatif lebih baru. Pada perusahaan yang sudah perkembang

yang telah dihasilkana keuntungan dan laba ditahan, kerugian yang

berarti biasanya dialami sebelum pembatasan memberikan pengaruh

terhadap pembayaran deviden yang dibatasi.

Peraturan Ketidaksolvabilitasan

Beberapa Negara bagian melarang pembayaran deviden kas jika

perusahaan tidak sanggup membayar hutang. Ketidaksolvabilitasan

dapat didefiniskan secara hokum maupun teknis. Secara hokum berarti

nilai kewajiaban yang dicatat melebihi nilai aktiva yang dicatat,

sedangkan secara teknis diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan

membayar pinjamannya pada saat jatuh tempo.

Peraturan Laba yang ditahan tidak semestinya

Tujuan peraturan ini adalah untuk mencegah perusahaan menahan

labanya dengan tujuan menghindari pajak.

b. Kebutuhan pendanaan Perusahaan

Tujuan utamanya adalah menentukan arus kas dan posisi kas

perusahan yang mungkin terjadi tanpa adanya perubahan kebijakn

deviden. Disamping memperkirakan hasil yang diterima, perusahaan

juga harus mempertimbangkan resiko bisnis sehingga dapat diperoleh

berbagai macam hasil arus kas yang mungkin.

c. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam

keputusan deviden. Karena deviden merupakan arus keluas kas,

8

Page 9: seminar keuangan

semakin besar posisi aks dan likuiditas perusahaan, semakin besar

kemampuan perusahaan untuk membayar deviden.

d. Kemampuan Untuk Meminjam

Posisi likuid buka merupaka satu-satunya cara untuk memberikan

perlindungan dan fleksibilitas keuangan terhadap ketidakpastian. Jika

memilki kemempuan untuk memperoleh pinjaman dalam waktu

singkat, perusahaan dapat dikatakan memiliki fleksibilitas keuangan

yang relatif baik.

e. Batasan-batasan dalam perjanjian Hutang

Perjanjian perlindungan dalam perjanjian obligasi atau pinjaman

seringkali berisikan batasa-batasan pembayaran deviden. Batasan ini

digunakan oleh pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan

perusahaan untuk membayar hutang. Biasanya batasan ini dinyatakan

sebagai persentase maksimum laba ditahan kumulatif perusahaan.

f. Pengendalian

Jika perusahaan membayar deviden dalam jumlah besar, perusahaan

kemudian perlu mencari modal melalui penjualan saham untuk

mendanai peluang investasi yang memungkinkan. Dalam situasi

tersebut kepenyingan pengendalian perusahaan mungkin menipis jika

pemegang saham yang memiliki kendali tidak mau atau tidak dapat

memesan tambahan saham.

g. Beberapa pengamatan terakhir

Dalam menentukan pembayaran deviden, perusahaan akan

menganalisa sejumlah factor yang baru saja dijelaskan diatas. Factor-

faktor ini mempengaruhi batasan hokum dan batasan lain dimana

deviden dapat dibayarkan. Jika perusahaan membayar deviden dari

kelebihan dana residualnya, ini berarti manjemen dan dewan direksi

yakin bahwa pembayaran memiliki pengaruh positif bagi kekayaan

pemegang saham.

9

Page 10: seminar keuangan

2.2 Laporan Keuangan

2.2.1 Pengertian Laporan keuanga

Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada

suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja

perusahaan tersebut. Laporan keuangan adalah bagian dari proses pelaporan

keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi :

Laporan neraca

Laporan laba/rugi

Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan berupa Laporan arus

kas atau Laporan arus dana

Catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian

integral dari laporan keuangan

Unsur yang berkaitan secara langsung dengan pengukuran posisi keuangan adalah

aktiva, kewajiban,dan ekuitas. Sedangkan unsur yang berkaitan dengan pengukuran

kinereja dalam laporan laba rugi adalah penghasilan dan beban. Laporan posisi

keuangan biasanya mencerminkan berbagai unsur laporan laba rugi dan perubahan

dalam berbagai unsur neraca.(dikutip dari www.wikipedia.com)

2.3 Laba Bersih

2.3.1 Pengertian Laba Bersih

Berikut ini beberapa definisi laba bersih:

Menurut Soemarso (2005:54) menyatakan pengertian dari laba adalah:

“Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan

usaha. Apabila beban lebih besar dari pada pendapatan, selisihnya disebut rugi”

Selanjutnya Menurut Sofyan Syafri (2000;67) mengartikan laba bersih adalah:

“Laba bersih setelah pajak merupakan hasil pengurangan dari laba sebelum pajak

penghasilan dengan pajak penghasilan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Laba bersih setelah pajak adalah Pendapatan

10

Page 11: seminar keuangan

perusahaan yang telah dikurangi dengan bunga dan pajak penghasilan yang digunakan

sebagai dasar untuk perhitungan pembagian dividen.

2.4 Deviden

2.4.1 Pengertian Deviden

Menurut Lukman Syamsudin (2004:30) Pengertian dari Dividen adalah

sebagai berikut:

”Dividen adalah merupakan pembayaran yang diberikan kepada pemilik

perusahaan atau pemegang saham atas modal yang mereka tanamkan didalam

perusahaan. Dalam hubungannya dengan jumlah pajak yang dibayarkan, maka

pembayaran dividen berbeda dengan pembayaran bunga karena dividen tidak

dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.”

Selanjutnya menurut Henry Simamora dikutip dari Kurnia Basyori (2008:11)

Dividen adalah:

”Dividen (dividend) adalah pembagian aktiva perusahaan kepada para

pemegang saham perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai

(kas), saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah

diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi kewajiban

perusahaan”.

Jadi dapat disimpulkan bahwa Dividen adalah arus kas keluar yang bersifat

tetap dari perusahaan yang diumunkan oleh dewan direksi yang diberikan kepada

pemegang saham sebagai pengembalian atas modal yang ditanamkan pemegang

saham.

2.5 Deviden Pay Out Ratio

2.5.1 Pengertian Deviden Pay Out Ratio

Menurut Indriyo Gitosudarmo (2000:244) menyatakan Dividen Pay out ratio

adalah:

” Dividen pay out ratio adalah perbandingan antara deviden yang dibayarkan

dengan laba bersih yang didapatkan, dan biasanya disajikan dalam bentuk

prosentase”.

11

Page 12: seminar keuangan

Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (1989:7) menyatakan Dividen

Pay out ratio yaitu:

” Dividen Pay out Ratio adalah persentase laba yang dibayarkan sebagai

dividen”.

Berdasarkan kedua pandangan tersebut, maka dividen payout ratio pada intinya

ialah prosentase dari laba setelah pajak yang dibagikan kepada pemegang saham.

Laba setelah pajak yang diperoleh perusahaan kepada pemegang saham. Laba setelah

pajak yang diperoleh dari perusahaan dapat diperlakukan dengan dua alternatif.

Alternatif pertama, seluruh laba setelah pajak dibagikan kepada pemilik modal

pemegang saham sebagai deviden. Hal ini akan membawa konsekuensi semakin

besarnya ketergantungan perusahaan terhadap modal eksternal. Alternatif kedua,

sebagian laba setelah pajak dibagikan kepada pemilik modal sebagai deviden, dan

sebagian lagi tidak dibagikan melainkan sebagai laba ditahan untuk menambah modal

perusahaan. Hal ini akan menekan tingkat ketergantungan perusahaan terhadap modal

dari luar.

2.5.2 Jenis-Jenis Deviden Pay Out Ratio

Menurut Sundjaja dan Barlian (2003:390-393), ada tiga jenis kebijakan

deviden atau Dividen pay out ratio, yaitu kebijakan dividen pay out ratio pembayaran

konstan, dan kebijakan rendah teratur dan ditambah ekstra.

Tanpa mempedulikan kebijakan deviden jangka panjang, perusahaan

kebanyakan memilih satu dari beberapa pola pembayaran dividen dari tahun-ketahun:

i. 1. Rasio pembayaran dividen konstan. Dalam kebijakan ini, presentase

pendapatan dibayarkan dalam dividen tetap. Walau rasio deviden atas pendapatan

stabil, jumlah dolar secara resmi alami fluktuatif dari tahun-ketahun dengan

berubahnya laba.

i. 2. Jumlah dolar dividen perusahaan stabil. Kebijakan ini mempertahankan

jumlah dolar deviden yang relative sepanjang waktu. Peningkatan dalam dolar

deviden biasanya tak terjadi hingga manajemen yakin bahwa tingkat dividen yang

lebih tinggi dapat dipertahankan dimasa depan. Manajemen juga mengurangi

dolar dividen hingga jelas terbukti deviden yang sekarang tak dapat diteruskan.

i. 3. Dividen kecil dan reguler ditambah ekstra akhir tahun. Perusahaan yang

menjalankan kebijakan ini membayar dolar dividen reguler yang kecil ditambah

12

Page 13: seminar keuangan

dividen ekstra akhir tahun yang menguntungkan. Deviden ekstra ini diumumkan

mendekati akhir tahun pajak, saat laba perusahaan untuk periode itu dapat

diperkirakan. Tujuan manajemen adalah menghindari konotasi deviden permanen.

Tetapi tujuan ini bisa dikalahkan jika dividen ekstra yang terus terjadi diharapkan

oleh investor.(J. Arthur.Keown,2000:624-625)

2.5.3 Rumus Deviden Pay Out Ratio

DPR =

DevidenYangDibagikanLabaBersih x 100%

Keterangan:

DPR = Dividen Pay Out Ratio (%)

Laba Bersih = Laba Sebelum Pajak Penghasilan

Dikurangi Pajak Penghasilan

Dividen yang Dibagikan = Dividen Kas (Cash Dividen)

(Dewi Astuti:2004)

13

Page 14: seminar keuangan

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Jenis penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif

kuantitatif yaitu menjelaskan dan meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi

atau berbagai variable yang timbul dalam masyarakat yang menjadi objek

penelitian berdasarkan apa yang terjadi.

3.2 Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data

informasi laporan keuangan tahunan PT.Indofood Sukses Makmur yang

diperoleh dari Bursa Efek Indonesia.

3.3 Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variabelnya terdiri dari:

a. Laba Bersih

Pendapatan perusahaan yang telah dikurangi dengan bunga dan pajak

penghasilan yang digunakan sebagai dasar untuk perhitungan

pembagian dividen.

b Deviden tunai

Pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham

perusahaan. Dividen dapat dibayar dalam bentuk uang tunai (kas),

saham perusahaan, ataupun aktiva lainnya. Semua dividen haruslah

diumumkan oleh dewan direksi sebelum dividen tersebut menjadi

kewajiban perusahaan.

3.4 Profil Perusahaan

Awalnya Didirikan dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma pada tahun 1990

kemudian berganti nama menjadi PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 1994

dan Penawaran saham Perdana sebanyak 763 juta saham dengan harga nominal

rp1.000 per saham, tercatat di Bursa Efek Indonesia.

14

Page 15: seminar keuangan

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk yang beralamat di Jl. Sudirman Plaza

indofood tower, Lantai 27 kav. 76-78 jakarta 12910 Berawal dari sebuah perusahaan

mi instan, secara progresif telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total

Food Solutions dengan kegiatan operasi yang mencakup seluruh tahapan proses

produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi

produk akhir yang tersedia di rak para pedagang eceran. sebagai perusahaan

terkemuka dalam industri makanan olahan di indonesia, indofood didukung oleh

system distribusi yang ekstensif sehingga produk-produknya dikenal di seluruh

penjuru nusantara. Perseroan mengoperasikan empat kelompok usaha strategis (grup)

yang saling melengkapi:

i. 1. Produk konsumen Bermerek (cBP), memproduksi berbagai macam produk

makanan dalam kemasan yang tercakup dalam divisi Mi instan, Penyedap

Makanan, Makanan ringan serta nutrisi & Makanan khusus. dengan diakuisisinya

PT Indolakto (indolakto) pada tahun 2008, divisi dairy merupakan divisi baru di

grup cBP, yang akan memperkuat posisi grup ini di pasar yang memiliki

pertumbuhan pesat. kegiatan grup cBP didukung oleh divisi Bumbu dan kemasan.

i. 2. Bogasari, memiliki kegiatan utama memproduksi tepung terigu, pasta dan biskuit.

kegiatan grup ini didukung oleh unit perkapalan.

i. 3. Agribisnis, kegiatan utama grup ini meliputi penelitian dan pengembangan,

pembibitan kelapa sawit, pemuliaan, termasuk juga penyulingan, branding, serta

pemasaran minyak goreng, margarin dan shortening. di samping itu, kegiatan usaha

grup ini juga mencakup pemuliaan dan pengolahan karet, tebu, kakao dan teh.

i. 4. Distribusi, memiliki jaringan distribusi yang paling luas di indonesia. grup ini

mendistribusikan hampir seluruh produk konsumen indofood dan produk-produk

pihak ketiga. warisan indofood terbesar saat ini adalah kekuatan merek-merek yang

dimilikinya, bahkan banyak di antara mereka tersebut melekat di hati masyarakat

indonesia selama bertahun-tahun. ini termasuk beberapa merek mi instan (indomie,

supermi dan sarimi), tepung terigu (segitiga Biru, kunci Biru dan cakra kembar),

minyak goreng (Bimoli), margarin (simas Palmia). Meskipun menghadapi

kompetisi ketat, merek-merek ini tetap merupakan pemimpin pasar di masing-

masing segmennya.

3.5 Analisis Deskripsi Dividen Pay Out Ratio

15

Page 16: seminar keuangan

Dividen pay out ratio diperoleh dengan cara Dividen tunai dibagi dengan laba

bersih kemudian dikali 100. Dividen pay out ratio menunjukkan besarnya proporsi

dari laba bersih yang dibagikan sebagai Dividen kepada pemegang saham. Berikut

adalah perhitungan Dividen Pay out ratio pada PT. Indofood Sukses Makmur

Tabel Perhitungan Dividen Pay Out Ratio

Code Emiten Tahun Laba Bersih Dividen DPR

(%)

INDFOOD 2004 Rp 284.620.984.247 Rp 106.570.184.000 37,44

2005 Rp 42.198.295.914 Rp149.250.307.500 353,69

2006 Rp 506.108.000.000 Rp 42.642.945.000 8,43

2007 Rp 683.304.000.000 Rp 264.387.000.000 38,69

2008 Rp 1.136.164.000.000 Rp 366.730.000.000 32,28

Perkembangan Dividen Pay Out Ratio perusahaan dapat dilihat pada tabel

Dividen pay out ratio beserta perubahannya di bawah ini:

Tabel

Dividen Pay Out Ratio

PT. Indofood Sukses Makmur

Code Emiten Tahun DPR (%)

INDFOOD 2004 37,44

2005 353,69

2006 8,43

2007 38,69

2008 32,28

Perubahan Dividen Pay Out Ratio

16

Page 17: seminar keuangan

PT. Indofood Sukses Makmur

Code EmitenPerubahan

2004 2005 2006 2007 2008

INDFOOD - 844,68% -97,62% 358,96% -16,57%

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2004, Dividen

Pay Out Ratio adalah 37,44%, belum ada perubahan karena pada tahun tersebut

merupakan tahun pertama penelitian yang dijadikan tahun dasar pada tahun 2004.

Pada tahun 2005, Dividen Pay Out Ratio PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

adalah 353,69%, atau mengalami peningkatan sebesar 844,68% menjadi 353,69%.

Hal ini karena terjadi peningkatan pembayaran deviden sebesar Rp. 149.250.307.500

pada tahun 2005 dari tahun sebelumnya yang hanya Rp 106.570.184.000.

Pada tahun 2006 Deviden Pay Out Ratio PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

yaitu 8,43% atau mengalami penurunan drastis sebesar 97,62%. Hal tersebut terjadi

karena Dividen tunai mengalami penurunan yang cukup drastic pula dari Rp.

149.250.307.500 pada tahun 2005 menjadi Rp. 42.642.945.000 pada tahun 2005

padahal Perolehan laba bersihnya mengalami kenaikan yang besar dari Rp.

42.198.295.914 pada tahun 2005 menjadi Rp. 506.108.842.466 pada tahun 2006.

Pada tahun 2007, Dividen pay out ratio PT. Indofood Sukses makmur Tbk

mengalami peningkatan sebesar 358,96% menjadi 38,69%. Peningkatan ini dipicu

oleh peningkatan yang besar dalam pembayaran Dividen dari Rp. 42.642.945.000

pada tahun 2006 menjadi Rp. 264.387.000.000 pada tahun 2007 dan peningkatan laba

bersihnya tidak sebesar peningkatan dividennya. Dividen pada tahun 2007 adalah Rp.

683.304.000.000 dibandingkan pada tahun 2006 yaitu Rp. 506.108.842.466.

Pada tahun 2008, Dividen pay out ratio PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

pada tahun 2008 adalah 32,28% atau mengalami penurunan sebesar 16,57%

dibandingkan tahun 2007. penurunan ini terjadi karena Peningkatan Dividen tidak

sedrastis peningkatan laba bersih. Dividen PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pada

tahun 2007 adalah Rp. 264.387.000.000 meningkat pada tahun 2008 menjadi Rp.

366.730.000.000. sementara itu laba bersihnya pada tahun 2007 adalah Rp.

683.304.000.000 meningkat tajam pada tahun 2008 yaitu Rp. 1.136.164.000.000

3.6 Pembahasan

17

Page 18: seminar keuangan

Perkembangan Dividen pay out ratio dari tahun 2004 sampai tahun 2008 pada

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, mengalami fluktuatif yang cukup besar.

Perusahaan makanan yang diteliti pada penelitian ini tidak konsisten dalam membayar

membayar dividennya. Hal tersebut dapat dilihat pada Dividen pay out ratio PT.

Indofood Sukses Makmur Tbk. Ini menandakan bahwa perhatian investor lebih

terfokus pada pertumbuhan capital gain (keuntungan yang diperoleh dari transaksi

perdagangan saham dibursa efek) dari pada melihat dari tingkat dividen pay out

rationya.

Hal tersebut bisa dijelaskan secara teori. Menurut Lukman Syamsudin

(2004:30) Pengertian dari Dividen adalah sebagai berikut:

”Dividen adalah merupakan pembayaran yang diberikan kepada pemilik

perusahaan atau pemegang saham atas modal yang mereka tanamkan didalam

perusahaan. Dalam hubungannya dengan jumlah pajak yang dibayarkan, maka

pembayaran dividen berbeda dengan pembayaran bunga karena dividen tidak

dapat mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan.”

Menurut J. Fred Weston dan Eugene F. Brigham (1989:7) menyatakan bahwa

Dividen Pay out Ratio adalah persentase laba yang dibayarkan sebagai dividen.

Dari teori diatas dapat dijelaskan bahwa pada dasarnya dividen adalah

pendapatan yang bersifat tetap dan dalam pembayaran dividen tidak dapat

menguruangi jumlah pajak yang dibayarkan oleh perusahaan artinya bahwa semakin

tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka akan semakin tinggi

beban pajak yang dibayarkan perusahaan. Kondisi inilah yang melahirkan teori

ketidak relevanan dividen.

Modigliani dan Miller (M&M) (1998;496) memberikan argumen bahwa

kebijakan dividen adalah tidak relevan. Mereka mengatakan rasio pembayaran

dividen hanya bagian kecil saja dari keputusan investasi perusahaan. Pembayaran

dividen tidak mempengaruhi kekayaan pemegang saham. Lebih jauh mereka

mengatakan bahwa nilai perusahaan sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan aktiva

perusahaan dalam menghasilkan laba atau kebijakan investasinya, dan perlakuan

alokasi laba menjadi dividen dan laba ditahan tidak mempengaruhi nilai perusahaan.

18

Page 19: seminar keuangan

Apabila dikaitkan dengan perkembangan perekonomian Indonesia, pada

beberapa tahun terakhir kondisi perekonomian Indonesia secara makro mulai

membaik hal ini dapat diketahui tingkat pertumbuhan ekonomi nasional pada kisaran

6% dan tingkat inflasi yang masih bisa dikontrol. Karena menurut teori theory Bird in

the hand theory dalam tentang relevansi dividen mengenai preferensi atas dividen

dengan anggapan dividen yang tinggi meningkatkan nilai saham . Beberapa investor

lebih memilih dividen dari pada keuntungan modal. Pembayaran dividen dapat

menghilangkan kebimbangan mereka mengenai keuntungan perusahaan. Pembayaran

dividen bersifat preferensi artinya pembayaran dividen akan meningkatkan

kemakmuran pemegang saham melalui peningkatan harga saham diasumsikan pada

kondisi perekonomian yang mengalami penurunan atau ketidakstabilan dan pemegang

saham menyukai pendapatan yang tetap untuk menghilangkan keraguan akan

pengembalian investasinya. Pada tahun 2004 sampai tahun 2008, kondisi

perekonomian nasional secara makro mengalami pertumbuhan yang signifikan dan

perusahaan akan berusaha mengurangi jumlah pajak yang dibayarkan perusahaan

akibat pembayaran dividen. Ini mengakibatkan kebijakan perusahaan dalam

meningkatkan harga saham untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham tidak

lagi berorientasi pada peningkatan proporsi pembayaran dividen tetapi lebih melalui

keuntungan modal (capital gain). Investor lebih menyukai capital gain dari pada

dividen karena mereka melihat kondisi perekonomian mulai membaik dan optimis

terhadap peningkatan pengembalian investasinya.

Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nurmala

(2005) yang berjudul Pengaruh kebijakan Dividen terhadap harga saham terhadap

perusahaan-perusahaan otomotif di Bursa Efek Jakarta menunjukkan bahwa kebijakan

dividen tidak mempunyai pengaruh terhadap harga saham pada perusahaan otomotif

yang telah go publik di Bursa Efek Jakarta (BEJ).

19

Page 20: seminar keuangan

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan, dapat diperoleh

kesimpulan sebagai berikut:

Nilai rata-rata Dividen Pay Out Ratio perusahaan sample adalah 94,106%.

Nilai minimum dividen pay out ratio sample adalah 8,43% dan Nilai Maksimum

Dividen pay out ratio adalah 353,69%. PT. Indofood Sukses Makmur tidak lagi

berorentasi pada peningkatan proporsi pembayaran deviden tetapi lebih melalui

keuntungan modal (capital gain) karena investor lebih menyukai capital gain dari

pada deviden melihat dari kondisi perekonomian yang mulai membaik.

4.2 Saran

Melihat dari banyaknya teori ekonomi mengenai kebijakan deviden maka

investor perlu melihat kedewasaan dari perusahaan yang akan ia beli sahamnya. Hal

ini akan berpengaruh pada kebijakan deviden yang akan dibagikan oleh perusahaan

tersebut sesuai dengan kebutuhan yang trend yang sedang berlangsung.

20