Upload
fitria-anggraeni
View
159
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sebuah perusahaan manufaktur dan perusahaan apapun dalam melakukan kegiatan operasional perusahaannya pasti menjadikan profit sebagai salah satu tujuan utama perusahaan selain ke-going concern-an perusahaan itu sendiri. Namun, dalam operasinya tidak mudah sebuah perusahaan dalam menjaga kelangsungan hidupnya di era yang sangat kompetitif saat ini. Salah satunya adalah kebutuhan dan keinginan konsumen dalam mendapatkan produk terbaik yang sangat tinggi membuat manajemen harus memutar otak untuk membuat mereka tetap ada pada perhatian perusahaan. Salah satu keinginan konsumen itu adalah dengan mendapatkan produk berkualitas yang memiliki harga terjangkau. Untuk membuat produk yang sesuai dengan keinginan para consumer bukanlah suatu hal yang mudah karena manajemen harus menekan harga dan tetap berusaha menjaga kualitas produk. Di samping itu, manajemen juga tetap memikirkan untuk mendapatkan profit yang sesuai harapan owner. Oleh karena itu, dibutuhkan teknik membuat produk murah yang tetap berkualitas. Biaya kualitas menjawab persoalan tersebut. Biaya kualitas menurut Hansen & Mowen adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau telah terdapat produk yang kualitasnya buruk. Mengingat kebutuhan akan konsep biaya kualitas sangat tinggi maka kami mengangkat tema ini dalam makalah. Judul dari makalah ini yakni “ BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS”. Akan dibahas mengenai pengukuran, dan pelaporan, penggunaan informasi biaya kualitas. Selain itu, akan dibahas juga produktivitas pengukuran dan pengendalian.
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Dengan meningkatnya perkembangan pasar dan hasil produksi yang
diciptakan, banyak perusahaan yang melaksanakan sistem penjualan yang
terhandal dalam usahanya untuk menguasai pasar internasional dan berlomba
untuk menjadi yang terdepan. Karena itu muncul anggapan bahwa keberhasilan
suatu perusahaan sebagian besar ditentukan oleh keberhasilan dalam penerapan
system dan kegiatan penjualan.
Metode penjualan angsuran pada mulanya berasal dari penjualan rumah
pada perusahaan real estate, tetapi pada masa sekarang penjualan dengan metode
ini telah berkembang pada perusahaan yang bergerak dalam bidang perdagangan
kendaraan seperti mobil, motor; mesin; alat-alat rumah tangga dan lainnya.
Bahkan pada beberapa jenis industri metode penjualan angsuran ini telah menjadi
kunci utama dalam mencapai operasi skala besar.
Metode penjualan angsuran ini cukup berkembang pesat dan disukai di
kalangan usahawan dan juga di kalangan pembeli. Bagi usahawan metode ini
telah meningkatkan jumlah penjualan yang tentunya meningkatkan laba, bagi
pembeli mereka merasa lebih ringan dalam hal pembayaran untuk melunasi
barang yang dicicil tersebut.
Meskipun dengan metode ini resiko atas tidak tertagihnya piutang akan
meningkat, tetapi kelemahan metode ini dapat diatasi dengan meningkatnya
volume penjualan perusahaan.
Penjualan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting bagi suatu
perusahaan, karena dengan adanya penjualan berarti baik secara langsung maupun
tidak langsung perusahaan akan menerima suatu pendapatan. Secara langsung
pendapatan akan diterima untuk perusahaan bila penjualan dilakukan secara tunai
atau kas, dan secara tidak langsung pendapatan akan diterima apabila perusahaan
Seminar Akuntansi Keuangan 1
melakukan penjualan secara kredit atau angsuran dank arena penjualan tersebut
perusahaan akan mempunyai tagihan kepada kreditur. Oleh karena itu untuk
memaksimalkan pendapatan, perusahaan membutuhkan sebuah metode yang
tepat.
Dalam kegiatan penjualan dikenal dua macam pembayaran, yaitu dengan
cara pembayaran tunai (cash payment) dan pembayaran angsuran (installment
payment). Salah satu sistem penjualan yang banyak diterapkan pada
perkembangan sekarang ini adalah pembayaran pertama oleh konsumen disebut
uang muka (down payment). Besarnya uang muka yang akan dibayar oleh
konsumen dtetapkan berdasarkan kesepakatan antara pihak penjual dan konsumen
dalam melaksanakan transaksinya.
Ada beberapa alasan yang menyebabkan perusahaan melakukan kebijakan
untuk menerapkan sistem penjualan angsuran, antara lain perekonomian yang
kurang baik mengakibatkan rendahnya daya beli masyarakat untuk melakukan
pembelian secara cash atau tunai. Semakin banyaknya perusahaan yang
memproduksi barang sejenis sehingga mengakibatkan persaingan antar
peusahaan, usaha perusahaan untuk mencapai target penjualan atau meningkatkan
volume penjualan dengan laba yang maksimum.
Secara umum tujuan setiap perusahaan adalah untuk mencari laba. Tujuan
ini akan terealisasi apabila perusahaan tersebut meningkatkan produksinya
tentunya dengan diimbangi dengan usaha peningkatan volume penjulan. Dan
salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan penjualan angsuran.
Dengan demikian pihak-pihak internal dari perusahaan tersebut harus mengetahui
seluk beluk dari penjualan angsuran baik strateginya maupun cara pencatatannya.
Oleh kerena itu dengan makalah ini kami sebagai penyusun bermaksud
memberikan gambaran kepada pembaca mengenai “ Penjulan Angsuran ” , baik
gambaran umumnya sampai kepencatatannya karena tidak menutup kemungkinan
bagi kita sebagai mahsiswa ekonomi akan bergelut dengan usaha ini, dan tentunya
juga sebagai pendidik yang dibidang ekonomi dan akuntansi.
Seminar Akuntansi Keuangan 2
1.2. Rumusan Masalah
Bagi akuntan, penjualan angsuran menimbulkan beberapa masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka masalah pokok yang
hendak dibahas dalam Makalah ini adalah:
1. Bagaimana hakekat penjualan angsuran itu ?
2. Apa saja masalah yang timbul dalam penjualan angasuran tersebut ?
3. Apakah laba kotor dari penjualan angsuran dianggap telah direalisasi pada
saat terjadinya penjualan ataukah harus diakui selama masa kontrak
angsuran tersebut?
4. Apa yang harus dilakukan terhadap beban sehubungan dengan penjualan
angsuran yang terjadi pada periode setelah penjualan tersebut?
5. Bagaimana menangani persoalan piutang usaha angsuran yang tidak dapat
tertagih, pertukaran, dan pemilikkan kembali barang angsuran?
Seminar Akuntansi Keuangan 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian dan Masalah Penjualan Angsuran
Penjualan angsuran adalah penjualan yang dilaksanakan dengan perjanjian
dimana pembayarannya dilakukan secara bertahap. Profit adalah salah satu tujuan
umum setiap perusahaan dan salah satu langkah untuk mewujudkannya adalah
dengan meningkatkan volume penjualan dengan penjualan yang pembayarannya
secara bertahap. Hal ini akan menarik bagi para konsumen karena akan
mendapatkan keringanan dalam pembayarannya.
Namun penjualan dengan metode ini akan didampingi oleh resiko yang
besar karena pembayarannya dilakukan beberapa priode di masa yang akan datang
sehingga menimbulkan ketidak pastian.
Secara garis besar masalah yang timbul dalam hal ini dapat dibagi 2, yaitu
1. Masalah Non-akuntansi
2. Masalah Akuntansi
Masalah Non-akuntansi yaitu bagaimana menghindari resiko terjadinya
adanya pembeli yang tidak memenuhi kewajibannya. Adapun langkah-langkah
untuk mengidentifikasi resiko semacam ini adalah :
Mengurangi kemungkinan terjadinya pembatalan penjualan angsuran dapat
dilakukan dengan menilai, menyeleksi dari calon pembeli.
Menyediakan perlindungan hukum kepada penjual, yaitu dengan
perjanjian penjualan bersyarat, dengan pengadaan jaminan kredit dan
menjaminkan kepada pihak ketiga serta perjanjian beli-sewa.
Seminar Akuntansi Keuangan 4
Menyediakan perlindungan ekonomi kepada penjual, ini cendrung ke
usaha supaya pembeli merasa rugi jika melakukan pembatalan pembelian,
adapun langkah yang dapat ditempuh yaitu :
Uang muka harus cukup besar
Jangka waktu angsuran jangan terlalu panjang
Angsuran cukup besar.
Masalah akuntansi yang dihadapi dalam penjualan angsuran dapat
dikelompokkan menjadi 4, yaitu :
a) Masalah yang berhubungan dengan pengakuan laba kotor.
b) Masalah yang berhubungan dengan cara perhitungan bunga dan angsuran.
c) Masalah yang berhubungan dengan tukar-tambah.
d) Masalah yang berhubungan dengan pembatalan penjualan angsuran.
2.2. Jaminan Bagi Pihak Penjual
Pihak penjual biasanya melindungi diri dan memperoleh jaminan kalau
pihak pembeli gagal untuk menyelesaikan pembayaran menurut kontrak. Jika
harta pribadi dijual, maka resiko kerugian karena kegagalan pihak pembeli
menyelesaikan kontrak dapat diminimasi dengan pemilikian kembali atas harta
benda tersebut.
Untuk mengurangi barang angsuran tersebut dari resiko terbakar atau
hilang, pihak penjual dapat menetapkan syarat bagi pembeli agar barang angsuran
tersebut diasuransikan untuk kepentingkan pihak penjual. Premi asuransi
ditanggung oleh pembeli, jika barang angsuran hilang atau terbakar, pihak
asuransi akan membayar ganti rugi kepada penjual dan bukan pembeli. Kadang
kala mungkin jiwa dari pembeli diwajibkan oleh penjual untuk diasuransikan
dengan premi auransi atas tanggungan si pembeli.
2.3. Jenis – jenis Perjanjian Angsuran
Seminar Akuntansi Keuangan 5
Untuk melindungi kepentingan si penjual atas kepentingan resiko atau
tidak ditepatinya kewajiban- kewajiban oleh pihak pembeli, maka jual beli secara
angsuran sering berdasarkan atas perjanjian. Perjanjian tersebut antara lain :
1. Perjanjian penjualan bersyarat ( Conditional Sales Contaract ), dimana
barang barang telah diserahkan, tetapi hak atas barang-barang masih
berada ditangan penjual sampai seluruh pembayarannya pertama.
2. Pada saat perjanjian ditandatangani dan pembayaran pertama telah
dilakukan hak milik dapat diserahkan kepada pembeli, tetapi dengan
menggadaikan atau menghipotik untuk bagian harga penjualan yang belum
dibayar kepada si penjual.
3. Hak milik atas barang untuk sementara diserahkan kepada suatu badan
“trust” (Trustee) sampai pembayaran harga penjualan dilunasi. Setelah
pembayaran lunas oleh pembeli baru trustee menyerahkan hak atas barang-
barang itu kepada pembeli. Perjanjian semacam ini dilakukan dengan
membuat akte kepercayaan.
4. Beli Sewa ( Lease-puchase), dimana barang yang telah diserahkan kepada
pembeli. Pembayaran angsuran dianggap sewa sampai harga dalam
kontrak telah dibayar lunas, baru sesudah itu hak milik berpindah kepada
pembeli.
2.4. Faktor – Faktor yang Harus Diperhatikan dalam Penarikan Kembali
1. Pembayaran uang muka ( down payment ) harus cukup untuk menutup
kemungkinan rugi sebagai turunnya nilai barang sebagai periode angsuran.
2. Jarak antar angsuran dengan angsuran berikutnya tidak terlalu lama.
3. Besarnya pembayaran angsuran periodic harus diperhitungkan cukup
untuk kemungkinan penurunan nilai barang-barang yang ada selama
jangka pembayaran yang satu dengan pembayaran angsuran berikutnya.
2.5. Penjualan Angsuran untuk Barang-Barang Bergerak
Seminar Akuntansi Keuangan 6
Dalam pencatatan transaksi-transaksi penjualan perlu untuk membedakan
antara penjualan regular ( regular sales ) dan penjualan angsuran ( installment
sales ). Hal ini sangat penting bagi data untuk perhitungan laba kotor yang diakui
sebagai hasil penerimaan pembayaran piutang dari penjualan angsuran.
Metode yang digunakan dalam pencatatan penjualan barang-barang
bergerak adalah :
1. Metode Periodik
Harga pokok penjualan dicatat pada akhir periode sedangkan pembelian
tidak langsung dicatat ke rekening persediaan. Begitu juga dalam penjualan
barang rekening pesediaan tidak dicatat dalam kredit.
2. Metode Perpetual
Harga pokok penjualan baik penjualan regular maupun angsuran harus
disusun secara up to date. Rekening harga pkok penjualan regular atau
angsuran didebet dan rekening persediaan barang dagangan dikredit.
2.6. Penjualan Angsuran untuk Barang - Barang Tak Bergerak
Di dalam metode angsuran atau dasar angsuran ( installment method or
installment basis ) yaitu setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan
perjanjian dicatat baik sebagai pengembalian harga pokok ( cost ) maupun sebagai
realisasi keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga
pokok dan keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan angsuran
ditandatangani. Di dalam hal ini keuntungan akan selalu sejalan dengan tingkat
pembayaran angsuran selama jangka pembayaran. Metode ini memberikan
kemungkinan untuk mengakui, keuntungan proporsional dengan tingkat
penerimaan pembayaran angsuran.
Untuk itu, Di dalam metode angsuran ( installment method ) yang
berdasarkan pengertian di atas, perbedaan antara harga penjualan ( dalam
kontrak ) dengan harga pokoknya ( cost ) dicatat sebagai “Laba Kotor Yang
Belum Direalisasi” ( Unrealized gross profit ).
Seminar Akuntansi Keuangan 7
2.7. Metode Penetapan Laba Kotor Pada Penjualan Angsuran
Untuk menghitung laba kotor dalam penjualan angsuran pada prakteknya
dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
Pengakuan Laba Kotor pada saat terjadinya penjualan angsuran.
Pengakuan Laba Kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.
1. Pengakuan Laba Kotor Pada Saat Terjadinya Penjualan Angsuran
Dalam metode ini seluruh laba kotor diakui pada saat terjadinya penjualan
angsuran, atau dengan kata lain sama seperti penjualan pada umumnya yang
ditandai oleh timbulnya piutang/tagihan kepada pelanggan. Apabila prosedur
demikian diikuti maka sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap biaya-
biaya yang berhubungan dam dapat diidentifikasikan dengan pendapatan-
pendapatan yang bersangkutan harus pula dilakukan.
Beban untuk pendapatan dalam periode yang bersangkutan harus meliputi
biaya-biaya yang diperkirakan akan terjadi dalam hubungannya dengan
pengumpulan piutang atas kontrak penjualan angsuran, kemungkinan tidak
dapatnya piutang itu direalisasikan maupun kemungkinan rugi sebagai akibat
pembatalan kontrak. Terhadap biaya yang ditaksir itu biasanya dibentuk suatu
rekeningCadangan Kerugian Piutang.
Jika barang tidak bergerak dijual secara angsuran, perusahaan akan
mendebit piutang usaha angsuran dan mengkredit perkiraan aktiva yang
bersangkutan serta mengkredit pula laba atas penjualan aktiva tersebut.
Jurnalnya adalah:
Piutang usaha angsuran xxxxxx
Aktiva tak gerak xxxxxx
Laba atas penjualan aktiva tak gerak xxxxxx
2. Pengakuan Laba Kotor sejalan dengan realisasi penerimaan kas.
Prosedur yang menghubungkan tingkat keuntungan dengan realisasi
penerimaan angsuran pada perjanjian penjualan angsuran adalah:
Seminar Akuntansi Keuangan 8
Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai pengembalian harga
pokok (Cost) dari barang-barang yang dijual atau service yang diserahkan,
sesudah seluruh harga pokok (Cost) kembali, maka penerimaan-
penerimaan selanjutnya baru dicatat sebagai keuntungan
Penerimaan pembayaran pertama dicatat sebagai realisasi keuntungan
yang diperoleh sesuai dengan kontrak penjualan; sesudah seluruh
keuntungan yang ada terpenuhi, maka penerimaan-penerimaan selanjutnya
dicatat sebagai pengumpulan kembali atau pengembalian harga pokok
(Cost).
Setiap penerimaan pembayaran yang sesuai dengan perjanjian dicatat baik
sebagai pengembalian harga pokok (Cost) maupun sebagai realisasi
keuntungan di dalam perbandingan yang sesuai dengan posisi harga pokok
dan keuntungan yang terjadi pada saat perjanjian penjualan angsuran
ditandatangani.
2.8. Metode Cicilan
Pada penggunaan metode cicilan dalam perkiraan , maka selisih antara
harga jual kontrak dengan harga pokok penjualan dicatat sebagai laba kotor yang
ditangguhkan. Saldo ini ditetapkan sebagai pendapatan yang secara berkala
membandingkan periode penagihan uang kas terhadap harga jual. Penagihan laba
kotor, pada dasarnya menyatakan penangguhan hasil penjualan yang disertai
dengan pangguhan harga pokok penjualan, yang berkaitan dengan hasil penjualan
seperti itu. Penangguhan laba kotor dapat menyatakan penangguhan biaya yang
dikeluarkan dalam promosi penjualan cicilan.
Walaupun biaya barang dagangan dipandang sebagai nilai aktiva yang
dapat dikompensasi untuk tahun berikutnya, namun biaya penjualan dan
administrasi secara umum tidak dapat dibuat untuk nilai seperti itu. Kesulitan
yang serius akan kita jumpai dalam memilih biaya yang harus ditangguhkan dan
dalam menentukan prosedur pembebanan yang harus ditempuh dalam penggunaan
penangguhan tersebut.
Seminar Akuntansi Keuangan 9
Metode cicilan yang melaporkan laba kotor dapat digunakan untuk tujuan
pajak penghasilan dalam harta benda tidak bergerak pribadi oleh agen-agen
penjual secara teratur melakukan rencana penjualan cicilan. Wajib pajak yang
menerima pembayaran yang rendah setelah pajak untuk tahun dimana penjualan
itu terjadi dapat menggunakan metode dalam melaporkan kasual harta benda tak
bergerak pribadi yang keuntungan atas penjualan yang lain daripada persediaan
dan atas penjualan atau penempatan harta benda tak bergerak nyata, biayanya
tidak dapat ditangguhkan untuk tujuan pajak.
2.9. Kelebihan dan Kekurangan Dalam Metode Penjualan Angsuran
1. Metode Flat
Kelebihan :
Bagi perusahaan metode flat ini sangat menguntungkan karena perusahaan
memperoleh laba yang maksimum.
Apabila si kreditor ( peminjam ) melunasi sisa hutangnya maka kreditor
harus membayar bunga sampai sisa waktu kreditnya. Sehingga perusahaan
akan mendapat keuntungan.
Kekurangan :
Dalam metode Flat ini apabila terjadi kenaikan suku bunga dalam periode
berjalan, si kreditor tidak menanggung suku bunga. Maka keuntungan
perusahaan akan berkurang.
2. Metode Long End Interest
Kelebihan :
Bagi perusahaan metode ini menguntungkan karena dapat menghasilkan
bunga relative besar diawal periode.
Kerugian :
Bunga yang dibebankan oleh perusahaan setiap periode semakin lama
semakin kecil sesuai dengan semakin kecilnya saldo pokok pinjaman.
Sehingga berakibat keuntungan perusahaan berkurang. Apalagi jika pada
periode tersebut mengalami kenaikan suku bunga.
Seminar Akuntansi Keuangan 10
3. Metode Annuitet
Kelebihan :
Pada saat sisa hutang masih besar diawal periode penjualan, perusahaan
sudah mengambil keuntungan yang cukup besar.
Kekurangan :
Apabila terjadi pelunasan, kreditor hanya membayar sisa hutang tanpa
membayar bunga sisa jangka waktu hutangnya. Dalam hal ini perusahaan
akan memdapatkan kerugian.
Apabila terjadi kenaikan suku bunga dalam periode yang berjalan,kreditor
tidak menanggung kenaikan suku bunga tersebut.
2.10. Penyusunan Laporan Keuangan Pada Penjualan Angsuran
1. NERACA
Penyusunan neraca pada perusahan yang melakukan penjualan nagsuran
sama dengan penjualan biasa, hanya terdapat hal yang harus dieprhatikan
adalah:
Piutang usaha angsuran biasanya dikelompokkan sebaagi aktiva lancar dan
harus dijelaskan pada penjelasan laporan keuangan atau dengan catatan
kaki yang mengungkapkan tanggal jatuh temponya. Hal ini dengan asumsi
bahwa definisi dari aktiva lancar adalah sumber-sumber yang diharapkan
dapat direalisir menjadi kas atau dijual. Maka jangka waktu piutang usaha
angsuran tersebut diabaikan.
Laba kotor yang belum direalisasikan dapat dikelompokkan:
Kelompok kewajiban atau pendapatan yang belum direalisasi.
Pengurang piutang usaha angsuran.
Kelompok modal yang menjadi bagian dari laba yang ditahan
Cara yang paling umum adalah laba kotor yang belum direalisasi dicatat
sebagai kelompok kewajiban.
2. LAPORAN LABA RUGI
Di dalam penyusunan perhitungan rugi/laba untuk penjualan angsuran,
harus dipisahkan antara penjualan biasa dengan angsuran. Laba kotor penjualan
Seminar Akuntansi Keuangan 11
angsuran periode tersebut dikurangi dengan saldo laba kotor yang belum
direalisasi pada akhir periode, yang menghasilkan laba kotor periode tersebut
yang telah direalisasi.
3. LAPORAN PERUBAHAN MODAL / LABA DITAHAN
Didalam laporan ini tidak menyajikan pos-pos yang berhubungan dengan
penjualan angsuran.
2.11. Penjualan Angsuran Dengan Tukar Tambah ( TRADE- IN )
Dalam penjualan cicilan, perusahaan akan menerima barang tukar tambah
sebagai pembayaran sebagian atas kontrak penjualan cicilan baru. Jika jumlah
yang ditetapkan atas barang yang ditukarkan, merupakan nilai yang akan
memungkinkan perusahaan merealisasikan laba kotor normal atas penjualannya
kembali, maka tidak akan timbul masalah khusus. Barang tukar tambah dicatat
dengan nilai yang ditetapkan atas barang tersebut.
Perkiraan kas di debet dengan setiap pembayaran yang menyertai tukar
tambah, perkiraan piutang usaha cicilan didebet untuk saldo harga jual dan
perkiraan penjualan cicilan di kredit sebesar jumlah penjualan. Pemberian nilai
tukar tambah sebenarnya merupakan pengurangan atas harga jual dan perkiraan
harus melaporkan kenyataan ini dengan tepat. Barang tukar tambah harus dicatat
dengan harga belinya, selisih antara nilai tukar tambah dan nilai belinya bagi
perusahaan harus dilaporkan baik sebagai beban pada perkriaan nilai tukar lebih
maupun sebagai pengurangan dalam perkiraan penjualan angsuran.
2.12. Ketidakmampuan Membayar dan Pemilikan Kembali
Ketidakmampuan membayar atas kontrak penjualan cicilan dan pemilikan
kembali barang yang telah dijual membutuhkan sebuah ayat jurnal dalam buku
pihak penjual, yang melaporkan barang dagangan yang diperolehnya kembali,
yang membatalkan piutang usaha cicilan beserta saldo laba kotor yang
ditangguhkan. Dan mencatat keuntungan atau kerugian atas pemilikan barang
kembali.
Seminar Akuntansi Keuangan 12
Jika sistem perseidaan perpectual diselenggarakan, maka barang yang
dimiliki kembali dibebankan pada saldo persediaan, jika diselenggarakan secara
periodik maka pemilikan kembali dicatat dalam perkiraan normal tersendiri dan
saldo ini ditambahkan pada pembelian dalam menghitung harga pokok penjualan.
2.13. Penghitungan Bunga dan Angsuran
Dalam hal ini pembayaran kredit terdiri-dari dua unsur, yaitu :
1. Bunga yang diperhitungkan
2. Angsuran pokok pinjaman
Dengan demikian besarnya pembayaran yang diterima tergantung :
1. Dasar perhitungan bunga
2. Dasar penentuan angsuran pokok pinjaman
Didalam dasar perhitungan bunga ada 2 dasar yang sering dipakai, yaitu :
a. Bunga dihitung dari sisa pinjaman (sistem bunga menurun)
Di dalam perhitungan bunga ini tergantung pada total sisa pinjaman.
Karena sisa pinjaman dari priode ke priode semakin menurun maka
pembayaran bunga pun ikut menurut, atau dihitung dengan
mengkalikan persentase tingkat bunga dengan sisa pinjaman tersebut.
b. Bunga dihitung dari pokok pinjaman (sistem bunga tetap)
Di dalam perhitungan ini besarnya bunga untuk semua priode
didasarkan pada pokok pinjaman awal, atau besarnya pembayaran
bunga untuk setiap priode adalah dengan mengkalikan tingkat
persentase bunga dengan pokok pinjaman awal.
Di dalam dasar perhitungan angsuran pokok pinjaman, terdapat 2 sistem
perhitungan angsuran pokok pinjaman, yaitu :
a. Sistem angsuran tetap
Di dalam perhitungan angsuran pokok pinjaman dengan sistem ini dengan
membagi total pokok pinjaman dengan banyaknya angsuran.
b. Sistem anuitet
Dalam sistem ini terbagi menjadi :
Seminar Akuntansi Keuangan 13
1. Sistem bunga tetap dan angsuran pokok pinjaman tetap.
Di dalam sistem ini besarnya angsuran pokok pinjaman dan besarnya
bunga untuk setiap priodenya selalu tetap.
2. Sistem bunga menurun dan angsuran pokok pinjaman tetap.
Dalam sitem ini besarnya bunga per periode selalu menurun
sedangkan besarnya angsuran pokok pinjaman tetap, sehingga jumlah
angsuran secara keseluruhan selalu menurun.
3. Bunga menurun dan angsuran pinjaman meningkat.
Dalam sistem ini besarnya angsuran per tahun dihitung dengan
menggunakan pendekatan anuitet. Besarnya jumlah angsuran, bunga dan
angsuran pokok pinjaman dihitung dengan prosedur :
Menghitung besarnya kas yang diterima per priode dengan
membagi pokok pinjaman dengan nilai tunai yang akan diterima
setiap periode selama jangka waktu angsuran.
Menghitung bunga, dengan mengkalikan tingkat bunga dengan sisa
pokok pinjaman pada awal priode.
Menghitung angsuran pokok pinjaman, dengan menjumlahkan kas
yang diterima dengan bunga pada priode tersebut.
2.14. Pembatalan Penjualan Angsuran
Hal ini terjadi karena pembatalan atas penjualan angsuran yang belum
dilunasi. Dengan demikian perusahaan akan menerima kembali barang yang
sudah dijual, menghapus piutang penjualan angsuran yang belum direalisasi, dan
juga mengakui laba/rugi pembatalan penjualan angsuran.
Besarnya laba/rugi pembatalan penjualan angsuran tergantung pada
metode pengakuan laba kotor atas penjualan angsuran, yang terdiri dari :
1. Metode Accrual
Di dalam metode ini, semua laba penjualan angsuran sudah diakui pada
saat penjualan, sehingga saldo piutang penjualan angsuran menunjukkan
besarnya harga pokok penjualan yang belum diterima pembayarannya. Maka
Seminar Akuntansi Keuangan 14
besarnya laba atau rugi yang diakui dari pembatalan penjualan angsuran
adalah sama dengan selisih antara nilai pasar barang bekas yang diterima
dengan saldo piutang penjualan angsuran yang belum diterima
pembayarannya.
Pencatatan transaksi dalam meteode ini dengan :
Persediaa barang dagangan ................................. xxxx
Rugi pembatalan penjualan angsuran ................. xxxx
Piutang penjualan angsuran .......................... xxxx
2. Metode Penjualan Angsuran
Di dalam metode ini perusahaan baru mengakui laba kotor penjualan
angsuran secara proporsional dengan besarnya penerimaan kas. Dengan
demikian saldo piutang penjualan angsuran terdiri atas dua unsur, yaitu harga
pokok penjulan angsuran dan laba kotor yang belum direalisasi. Besarnya
harga pokok penjualan angsuran yang belum diterima pembayarannya adalah
sama dengan saldo piutang penjualan angsuran dikurangi dengan saldo laba
kotor belum direalisir atas penjualan angsuran yang dibatalkan tersebut.
Besarnya laba atau rugi pembatalan penjualan angsuran dapat dihitung
dengan rumus :
Keterangan :
L : Laba/rugi penjualan
TNRS : Taksiran nilai realisasi bersih barang yang diterima kembali
PPA : Saldo piutang penjualan angsuran
LBBR : Laba kotor yang belum diralisir
Pencatatan transaksi dalam metode ini dengan :
Persediaan barang dagangan ................................... xxxx
Seminar Akuntansi Keuangan 15
L = TNRS – (PPA – LBBR)
Labar kotor belum direalisir .................................... xxxx
Piutang penjualan angsuran.............................. xxxx
Laba pembatalan penjualan angsuran .............. xxxx
2.15. Pengakuan Laba Penjualan Angsuran Dalam Kaitanya Dengan
Undang – Undang Perpajakan
Undang-undang Perpajakan No. 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan :
Menurut salah satu metode penjualan angsuran bahwa laba kotor diakui
sejalan dengan tagihan uang kas yang diterima, sehingga laba kotor akan diakui
untuk beberapa periode fiskal. Sedangkan menurut pajak penghasilan sesuai
dengan undang-undang no.7 bahwa laba hasrus diakui pada saat penjualan
dilakukan. Sehingga terdapat perbedaan persepsi antara laba menurut metode
penjualan angsuran dengan undang-undang pajak penghasilan.
Menurut Prinsip Akuntansi Indonesia pasal 9 tentang pajak penghasilan,
yaitu:
Dalam Perhitungan rugi/laba, jumlah pajak penghasilan dapat dihitung
berdasarkan laba menurut akuntansi atau laba kena pajak, dengan tarif
sebagaimana ditetapkan oleh fiskus.
Dalam hal pajak penghasilan dihitung menurut laba akuntansi, selisih
perhitungan tersebut dengan hutang pajak (yang dihitung menurut laba
kena pajak), yang disebabkan “perbedaan waktu” pengakuan pendapatan
dan beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak akan ditampung ke
dalam pos “pajak penghasilan yang ditangguhkan” dan dialokasikan pada
beban pajak pengahsilan tahun-tahun berikutnya. Sehingga dengan
demikian jika perusahaan menghitung laba menurut metode pengakuan
laba kotor sejalan dengan penerimaan kas hasil penjualan angsuran, maka
selisih antara pajak penghasilan perusahaan dengan pajak pengahsilan
menurut fiskus ditampung dalam perkiraan pajak penghasilan yang
ditangguhkan (belum direlisasi).
Seminar Akuntansi Keuangan 16
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Penjualan angsuran adalah penjualan berang dagangan dengan
pembayaran secara berangsur. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan volume
penjualan yang akhirnya meningkatkan laba yang didapatkan, karena metode
penjualan ini memberikan kemudahan kepad konsumen dalam pembayaran
barang yang dibelinya, sehingga konsumen tertarik untuk melakukan pembelian.
Namun disisi lain perusahaan menghadapi kemungkinan terjadinya
kerugian karena adanya pembeli yang tidak melaksanakan kewajibannya, untuk
menghadapi semacam itu perusahaan perlu berhati-hati dalam penjualannya.
Seminar Akuntansi Keuangan 17
Pembeli perlu diseksi terlebih dahulu dan membuat perjanjian yang mengikat
kedua belah pihak untuk melaksanakan kewajibannya.
Permasalahan dari penjualan angsuran ini tidak terbatas pada hal diatas
tetapi juga masalah perhitungan besarnya bunga dan angsuran beserta
pencatatannya. Untuk pembayaran bunga perusahaan dapat menerapkan 2 dasar
perhitungan, yaitu bunga dihitung dari sisa pinjaman dan dari pokok pinjaman,
sedangkan perhitungan angsuran pokok pinjaman dapat dilakukan dengan sistem
angsuran tetap dan sistem anuitet.
3.2. Saran-saran
Kami sebagai penyusun mengharapkan dengan adanya makalah ini dapt
memberikan gambaran dari seluk beluk penjualan angsuran, sehingga teman-
teman pembaca dapat mengetahui dan menerapkan isi dari makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Widayat, Utoyo. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi Revisi. Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesi 1999.
Suparwoto L. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi satu. Fakultas Ekonomi
Universitas Gadjah Mada 1991.
http://perjalanansibungsu.blogspot.com/2012/12/makalah-angsuran-
penjualan.html
http://genoveva-eva.blogspot.com/2009/11/penjualan-angsuran.html
Seminar Akuntansi Keuangan 18
http://fatma-rlf.blogspot.com/2010/06/makalah.html
Seminar Akuntansi Keuangan 19