1
3 Suara Pembaruan Senin, 3 April 2017 Utama [JAKARTA] Sidang kasus dugaan penodaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahja Purnama, memasuki babak baru. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara, bakal memeriksa Basuki sebagai terdakwa termasuk barang bukti, Selasa (4/4) besok. Serentetan saksi baik dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) maupun penasihat hukum, telah dihadirkan dan menyampaikan keterangan- nya dalam persidangan selama dua bulan belakang- an. Mulai dari saksi fakta yang melihat, menyaksikan, serta mendengar pidato Basuki dalam kegiatan budi- daya sekaligus panen raya ikan kerapu, di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, 27 September 2016 silam, termasuk para ahli. Seluruh saksi yang diha- dirkan tim penasihat hukum menyatakan Basuki tidak menistakan agama dan justru sangat menghormati agama Islam. Bahkan, saksi nelayan yang dihadirkan JPU menyampaikan warga Pulau Pramuka biasa saja menang- gapi isi pidato Basuki. “Biasa saja, Pak. Malah saya lihat, banyak yang foto-foto sama Pak Ahok. Banyak, ibu-ibu itu. Nggak ada (yang kecewa), Pak,” begitu kesaksian seorang nelayan atas nama Sahbudin alias Deni di Auditorium Kementerian Pertanian, Jalan RM Harsono, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa, 7 Februari lalu. Tim penasihat hukum Ahok, Humphrey Djemat menegaskan, keterangan dua saksi nelayan yang dihadir- kan JPU menyatakan tidak ada masalah. “Nelayan yang dibawa Jaksa menyatakan kalau mereka melihat tidak ada masalah. Bahkan, lurah (Lurah Pulau Panggang Yuli Hardi) bilang tidak ada masalah. Tidak ada satu pun saksi pelapor dari Kepulauan Seribu. Bahkan, saksi fakta mendukung bahwa tidak ada masalah pada waktu Ahok pidato,” ujar Humphrey kepada SP di Jakarta, Minggu (2/4). Dikatakan, seluruh kete- rangan saksi dan ahli yang dihadirkan pihaknya sangat jelas menyatakan kalau Ahok tidak menodai agama Islam dan ulama. Semua ahli menyampaikan keterangan yang pada intinya sama, namun berbeda menurut disiplin ilmunya. “Memang tidak ada penodaan agama yang dila- kukan Pak Ahok. Kalau dari segi bahasa, mereka bilang itu adalah spontanitas. Itu dari satu cerita pengalaman- nya dia (Ahok) yang memang pernah terjadi di Bangka Belitung, ketika oknum politik memakai kampanye hitam dengan membuat selembaran,” katanya. Hanya Satu Kali Menurutnya, pidato klien- nya berisi mengenai budi- daya ikan kerapu dari awal hingga akhir. Basuki hanya satu kali menyatakan soal Surat Al Maidah. “Dia bukan pidato mengenai agama, kata ahli bahasa. Jadi, dengan demikian dia tidak pernah punya niat untuk menodai agama. Jadi, itu jelas. Dia hanya menceritakan penga- lamannya dan itu untuk memberi semangat juga bagi program-program budidaya kerapu itu,” katanya. Humphrey menambah- kan, ahli pidana juga sangat jelas menyatakan bahwa Ahok tidak berniat menista- kan atau menodakan agama. “Apa yang dia ucapkan tidak ada niat untuk menista atau menodakan agama. Makanya, itu harus dilihat secara holis- tik, baik dari segi bahasa, pemahaman agama, dan juga dari pidana. Kalau pidana dilihatnya dari kesehariannya, ada pidana atau tidak,” tuturnya. Humphrey juga menyoroti kehidupan keseharian Ahok, yang justru sangat bertolak belakang dengan tudingan membenci umat Islam. Sejak di Bangka Belitung, dia sudah banyak membantu memba- ngun masjid, mengirimkan umrah orang Islam atau pelayanan masjid, dan mem- berikan zakat. “Itu yang dilakukan di Bangka Belitung, sejak menjadi bupati di sana. Ketka Ahok menjadi Gubernur DKI, sudah tidak terhitung lagi. Dia membangun masjid di Balai Kota, Masjid Raya di Daan Mogot, memberikan tunjangan kepada orang yang berkecimpung di bidang agama, dan lain-lain. Itu menunjukan sekali keseha- riannya yang tidak pernah membenci umat Islam atau ulama. Justru menghormati,” katanya. [BAM/O-1] Ahok Tidak Menistakan Agama

Senin, 3 April 2017 Utama Ahok Tidak Menistakan Agamagelora45.com/news/SP_20170403_03.pdf · Pramuka biasa saja menang-gapi isi pidato Basuki. “Biasa saja, Pak. Malah saya lihat,

  • Upload
    doannhu

  • View
    215

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Senin, 3 April 2017 Utama Ahok Tidak Menistakan Agamagelora45.com/news/SP_20170403_03.pdf · Pramuka biasa saja menang-gapi isi pidato Basuki. “Biasa saja, Pak. Malah saya lihat,

3Sua ra Pem ba ru an Senin, 3 April 2017 Utama

[JAKARTA] Sidang kasus dugaan penodaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahja Purnama, memasuki babak baru. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Utara, bakal memeriksa Basuki sebagai terdakwa termasuk barang bukti, Selasa (4/4) besok.

Serentetan saksi baik dari Jaksa Penuntut Umum (JPU) maupun penasihat hukum, t e l ah d ihad i rkan dan menyampaikan keterangan-nya dalam persidangan selama dua bulan belakang-an. Mulai dari saksi fakta yang melihat, menyaksikan, serta mendengar pidato Basuki dalam kegiatan budi-daya sekaligus panen raya ikan kerapu, di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, 27 September 2016 silam,

termasuk para ahli.Seluruh saksi yang diha-

dirkan tim penasihat hukum menyatakan Basuki tidak menistakan agama dan justru sangat menghormati agama Islam. Bahkan, saksi nelayan yang d ihad i rkan JPU menyampaikan warga Pulau Pramuka biasa saja menang-gapi isi pidato Basuki.

“Biasa saja, Pak. Malah saya lihat, banyak yang foto-foto sama Pak Ahok. Banyak, ibu-ibu itu. Nggak ada (yang kecewa), Pak,” begitu kesaksian seorang nelayan atas nama Sahbudin alias Deni di Auditorium Kementerian Pertanian, Jalan RM Harsono, Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Selasa, 7 Februari lalu.

Tim penasihat hukum Ahok, Humphrey Djemat

menegaskan, keterangan dua saksi nelayan yang dihadir-kan JPU menyatakan tidak ada masalah.

“Nelayan yang dibawa Jaksa menyatakan kalau mereka melihat tidak ada masalah. Bahkan, lurah (Lurah Pulau Panggang Yuli Hardi) bilang tidak ada masalah. Tidak ada satu pun saksi pelapor dari Kepulauan Seribu. Bahkan, saksi fakta mendukung bahwa tidak ada masalah pada waktu Ahok pidato,” ujar Humphrey kepada SP di Jakarta, Minggu (2/4).

Dikatakan, seluruh kete-rangan saksi dan ahli yang dihadirkan pihaknya sangat jelas menyatakan kalau Ahok tidak menodai agama Islam dan ulama. Semua ahli menyampaikan keterangan

yang pada intinya sama, namun berbeda menurut disiplin ilmunya.

“Memang tidak ada penodaan agama yang dila-kukan Pak Ahok. Kalau dari segi bahasa, mereka bilang itu adalah spontanitas. Itu dari satu cerita pengalaman-nya dia (Ahok) yang memang pernah terjadi di Bangka Belitung, ketika oknum politik memakai kampanye hitam dengan membuat selembaran,” katanya.

Hanya Satu KaliMenurutnya, pidato klien-

nya berisi mengenai budi- daya ikan kerapu dari awal hingga akhir. Basuki hanya satu kali menyatakan soal Surat Al Maidah. “Dia bukan pidato mengenai agama, kata ahli bahasa. Jadi, dengan

demikian dia tidak pernah punya niat untuk menodai agama. Jadi, itu jelas. Dia hanya menceritakan penga-lamannya dan itu untuk memberi semangat juga bagi program-program budidaya kerapu itu,” katanya.

Humphrey menambah-kan, ahli pidana juga sangat jelas menyatakan bahwa Ahok tidak berniat menista-kan atau menodakan agama. “Apa yang dia ucapkan tidak ada niat untuk menista atau menodakan agama. Makanya, itu harus dilihat secara holis-tik, baik dari segi bahasa, pemahaman agama, dan juga dari pidana. Kalau pidana dilihatnya dari kesehariannya, ada pidana atau tidak,” tuturnya.

Humphrey juga menyoroti kehidupan keseharian Ahok,

yang justru sangat bertolak belakang dengan tudingan membenci umat Islam. Sejak di Bangka Belitung, dia sudah banyak membantu memba-ngun masjid, mengirimkan umrah orang Islam atau pelayanan masjid, dan mem-berikan zakat.

“Itu yang dilakukan di Bangka Belitung, sejak menjadi bupati di sana. Ketka Ahok menjadi Gubernur DKI, sudah tidak terhitung lagi. Dia membangun masjid di Balai Kota, Masjid Raya di Daan Mogot, memberikan tunjangan kepada orang yang berkecimpung di bidang agama, dan lain-lain. Itu menunjukan sekali keseha-riannya yang tidak pernah membenci umat Islam atau ulama. Justru menghormati,” katanya. [BAM/O-1]

Ahok Tidak Menistakan Agama