simpleks minimasi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

research operation

Citation preview

  • PENDAHULUANKODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 55

    LINEAR PROGRAMMING : METODE SIMPLEKS

    PERMASALAHAN MINIMISASI

    3 BAB

    PENDAHULUAN

    ingga saat ini yang telah kita pelajari adalah penyelesaian permasalahan

    linear programming dengan tanda pertidaksamaan yang biasanya kita jumpai dalam

    permasalahan dengan fungsi tujuan maksimisasi. Prosedur dalam penyelesaian

    permasalahan maksimisasi dapat juga kita gunakan untuk menyelesaikan permasalahan

    minimisasi yang biasanya mempunyai tanda dan atau = pada fungsi kendalanya. Pada bab 3 ini akan kita bahas penyelesaian permasalahan LP dengan fungsi

    tujuan minimisasi. Pembahasan akan dimulai dengan memformulasikan permasalahan

    sesuai dengan standard simpleks, kemudian dilanjutkan dengan melakukan iterasi atau

    perbaikan tabel hingga optimal dan bagian terakhir pada bab ini akan dikemukakan

    beberapa issue teknis yang sering kita jumpai dalam metode simpleks

    Setelah mempelajari modul ini diharapkan anda dapat:

    1. Memformulasikan permasalahan sesuai standard simpleks untuk fungsi kendala

    dengan tanda dan atau = .

    2. Menyelesaikan permasalahan linear programming dengan iterasi simpleks

    untuk fungsi tujuan minimisasi.

    3. Menginterpretasikan tabel optimal simpleks

    4. Memahami adanya kasus khusus di dalam metode simpleks.

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 56

    Formulasi Permasalahan LP sesuai dengan Standard

    Simpleks :Kasus Minimisasi

    TOPIK 1

    A. FORMULASI PERMASALAHAN MENURUT METODE SIMPLEKS UNTUK

    TANDA PERTIDAKSAMAAN DAN

    Pada topik ini akan kita bahas mengenai penyelesaian permasalahan LP dengan

    fungsi tujuan minimisasi. Pada permasalahan minimisasi, biasanya kita jumpai tanda

    pada fungsi kendala. Kendati demikian tidak menutup kemungkinan fungsi kendala

    mempunyai tanda .

    Dalam menyelesaikan permasalahan LP dengan metode simpleks, langkah

    pertama yang harus kita lakukan adalah menyesuaikan formulasi permasalahan dengan

    standard simpleks. Dengan kata lain kita harus merubah tanda pertidaksamaan menjadi

    persamaan.

    Pada fungsi kendala dengan tanda kita harus menambahkan slack variabel yang

    menyatakan kapasitas yang tidak digunakan atau yang tersisa pada departemen tersebut.

    Hal ini karena ada kemungkinan kapasitas yang tersedia tidak semuanya digunakan

    dalam proses produksi. Pada permasalahan minimisasi kita jumpai fungsi kendala

    dengan tanda , artinya bahwa kita dapat menggunakan sumberdaya lebih dari yang

    tersedia. Pertanyaan yang muncul adalah berapa besarnya kelebihan sumberdaya yang

    telah kita gunakan dari yang tersedia ?. Untuk menyatakan kelebihan sumberdaya yang

    digunakan dari yang tersedia ini, maka kita harus mengurangi kendala tersebut dengan

    surplus variabel. Surplus variabel ini sering juga disebut sebagai slack variabel yang

    negatif.

    Karena nilai solusi pada permasalahan LP harus non-negatif maka untuk

    mengatasi masalah ini kita harus menambahkan artificial variabel (A). Artificial

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 57

    variabel ini secara phisik tidak mempunyai arti, dan hanya digunakan untuk kepentingan

    perhitungan saja.

    Untuk lebih memahami permasalahan ini marilah kita lihat permasalahan Galuh

    Chemical Company. Galuh Chemical Company harus membuat 1000 unit campuran

    phospate dan postassium. Biaya per unit phospate adalah $5, sedangkan biaya per unit

    postassium $6. Jumlah phospate yang dapat digunakan tidak lebih dari 300 unit

    sedangkan postassium harus digunakan minimal 150 unit. Berapa masing-masing

    jumlah phospate dan postassium yang harus digunakan agar biaya total minimum ?

    Permasalahan Galuh Chemical Company dapat kita formulasikan ke dalam

    bentuk LP sebagai berikut :

    Fungsi Tujuan :

    Minimisasikan Cost Z = 5X1 + 6X2

    Fungsi kendala :

    X1 + X2 = 1000

    X1 300

    X2 150

    X1, X2 0

    Dimana X1 = jumlah phospate dalam unit

    X2 = jumlah postassium dalam unit

    Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan metode simpleks kita harus

    memformulasikan kembali permasalahan tersebut sesuai dengan standard simpleks.

    Formulasi sesuai standard simpleks artinya kita harus merubah tanda pertidaksamaan (

    maupun ) menjadi persamaan. Untuk kendala dengan tanda = kita hanya

    menambahkan artificial variabel saja. Sehingga kendala yang pertama akan menjadi :

    X1 + X2 + A1 = 1000

    Kendala kedua, X1 300 , kita tambahkan slack variabel sehingga menjadi :

    X1 + S1 = 300

    Sedangkan kendala ketiga, X2 150, harus dikurangi dengan surplus variabel dan

    ditambah dengan artificial variabel, sehingga menjadi :

    X2 S2 + A2 = 150

    Terakhir kita harus menuliskan fungsi tujuan. Karena dalam fungsi kendala ada artificial

    variabel, maka kita harus memberikan koefisien +M untuk artificial variable tersebut di

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 58

    fungsi tujuan. Koefisien +M ini menunjukkan angka yang sangat besar nilainya,

    sehingga dalam kasus ini dapat diinterpretasikan biaya yang sangat tinggi. Fungsi tujuan

    dalam permasalahan Galuh Chemical Company akan menjadi :

    Minimisasikan biaya Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2

    Formulasi sesuai standard simpleks dari permasalahan Galuh Chemical Company secara

    lengkap adalah :

    Fungsi Tujuan :

    Minimisasikan biaya Z = 5X1 + 6X2 + 0S1 + 0S2 + MA1 + MA2

    Fungsi kendala :

    X1 + X2 + A1 = 1000

    X1 + S1 = 300

    X2 S2 + A2 = 150

    X1, X2, S1, S2, A1, A2 0

    Apabila pada fungsi kendala terdapat artificial variabel, sedangkan fungsi

    tujuannya maksimisasi, maka koefisien artificial variabel pada fungsi tujuan adalah M.

    B. MEMBUAT TABEL AWAL SIMPLEKS Seperti halnya yang telah kita pelajari pada bab 2 , langkah selanjutnya untuk

    menyelsesaikan permasalahan LP dengan metode simpleks adalah membuat tabel awal.

    Pada dasarnya untuk membuat tabel awal pada permasalahan minimisasi sama dengan

    permasalahan maksimisasi yang telah kita bahas pada bab 2. Hanya saja karena pada

    permasalahan Galuh Chemical Company kita mengenal variabel lain selain slack

    variabel yaitu surplus variabel dan artificial variabel, maka variabel yang boleh masuk

    ke kolom product mix pada tabel awal ini hanyalah slack variabel dan artificial variabel.

    Tabel awal permasalahan Galuh Chemical Company dapat dilihat pada Tabel 3.1.

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 59

    Tabel 3.1. Tabel Awal kasus Galuh Chemical Company

    Cj 5 6 0 0 +M +M

    Product Mix X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q

    A1 +M 1 1 0 0 1 0 1000

    S1 0 1 0 1 0 0 0 300

    A2 +M 0 1 0 -1 0 1 150

    Zj +M 2M 0 -M +M +M 1050M

    Cj-Zj 5-M 6-2M 0 M 0 0

    Angka pada baris Cj (5, 6, 0, 0, +M, +M) tersebut adalah koefisien pada fungsi

    tujuan. Sedangkan angka (1, 1, 0, 0, 1, 0) pada baris A1 serta angka (1, 0, 1, 0 0, 0)

    pada baris S1 dan angka (0, 1, 0, -1, 0, 1) pada baris A2 adalah koefisien pada kendala

    1, 2 dan 3. Angka pada baris Zj (+M, 2M, 0, -M , +M, +M ) diperoleh dari

    penjumlahan hasil kali kolom Cj dengan kolom yang bersesuaian. Sebagai contoh kita

    akan menentukan nilai Zj kolom X1 = (M x 1) + (0 x 1) + (M x 0) = M. Dengan cara

    yang sama kita peroleh nilai Zj pada kolom yang lain. Angka pada baris Cj Zj

    diperoleh dari angka pada baris Cj dikurangi dengan angka pada baris Zj. Sebagai

    contoh kita akan menghitung nilai Cj Zj pada kolom X1 = 5 (yaitu angka pada baris

    Cj) M (angka pada baris Zj) = 5 - M . Demikian juga untuk menghitung nilai Cj Zj

    untuk kolom-kolom yang lain digunakan cara yang sama.

    LATIHAN

    Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda

    mengerjakan latihan berikut ini !

    1. Apakah yang dimaksud dengan surplus variabel ?

    2. Bagimanakah formulasi yang sesuai dengan standard simpleks untuk fungsi

    kendala dengan tanda .

    3. Variabel apa sajakah yang boleh masuk ke dalam kolom product mix pada

    tabel awal simpleks?

    4. Jika pada fun gsi kendala terdapat artificial variable, bagaimanakah

    dampaknya pada fungsi tujuan minimisasi?

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 60

    Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang

    disediakan!

    RANGKUMAN

    Dalam formulasi permasalahan LP sesuai standard simpleks untuk

    fungsi kendala dengan tanda harus dikurangi dengan surplus variable dan

    ditambah dengan artificial variable. Sedangkan untuk fungsi kendala dengan

    tanda = hanya ditambah ariticial variable.

    Karena pada fungsi kendala terdapat artificial variable, maka pada

    fungsi tujuan harus ditambahkan koefisien -M untuk permasalahan

    maksimisasi serta koefisien +M untuk permasalahan minimisasi.

    TES FORMATIF 1

    1. Misal diketahui kendala suatu masalah program linier adalah :

    4x + 2y 10

    2x + y = 12

    Maka bila kendala itu diubah menjadi bentuk simplex yaitu

    A. 4x + 2y SL = 10 , 2x + y = 12

    B. 4x + 2y + A1 = 10, 2x + y A2 = 12

    C. 4x + 2y + SP = 10, 2x + y + SL = 12

    D. 4x + 2y SL + A1 = 10, 2x + y + A2 = 12 *

    Keterangan :SL = slack variabel

    SP = surplus variabel

    A1 = artificial variabel untuk kendala 1

    A2 = artificial variabel untuk kendala 2

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 61

    2). Dalam table awal simpleks dengan fungsi tujuan minimisasi, variable yang masuk ke

    dalam kolom product mix adalah:

    A. hanya slack variable saja

    B. slack dan surplus variable

    C. surplus dan artificial variable

    D. slack dan / atau artificial variable *

    3) Untuk masalah minimisasi, koefisien dari fungsi tujuan untuk artificial variable

    adalah:

    A. nol

    B. +M *

    C. M

    D. 1

    Suatu permasalahan linear programming yang sudah diformulasikan adalah

    sebagai berikut :

    Fungsi Tujuan Min Z = 3x + 2y

    Fungsi Kendala x + y 600

    3x + y = 1500

    x + 3y 1500

    x,y 0

    Siapkan table awal simpleks kemudian jawablah pertanyaan berikut ini.

    4) Apabila permasalahan tersebut di atas diselesaikan dengan metode simplex maka jumlah artificial variablenya adalah :

    A. 0

    B. 1

    C. 2 *

    D. 3

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 62

    5) Jumlah slack variable nya adalah : A. 0

    B. 1 *

    C. 2

    D. 3

    6) Jumlah surplus variable nya adalah :

    A. 0

    B. 1 *

    C. 2

    D. 3

    7) Variable yang masuk dalam kolom kolom product mix adalah :

    A. 1 artificial variable dan 2 surplus variable

    B. 1 artificial variable dan 2 slack variable

    C. 2 artifial variable dan 1 slack variable *

    D 3 slack variable

    8) Nilai Zj pada kolom x adalah : A. 0 B. M C. 3M D. 4M *

    9) Nilai Cj Zj kolom y adalah : A. 2 B. 2 M C. 2 2M * D. 2 4M

    10) Nilai Zj pada kolom kuantitas adalah : A. 0 B. 600M C. 1500 M D. 2100 M *

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 63

    Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat

    di bagian akhir modul ini, dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian

    gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi

    Kegiatan Belajar 1.

    Rumus

    %10010

    xbenaryangAndajawabanjumlahpenguasaanTingkat = Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

    90 % - 100 % = baik sekali

    80 % - 89 % = baik

    70 % - 79 % = sedang

    < 70 % = baik sekali

    Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan

    dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %, Anda harus

    mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama yang belum Anda kuasai.

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 64

    Penyelesaian Permasalahan LP dengan Metode

    Simpleks: Kasus Minimisasi

    A. MENENTUKAN PIVOT COLUMN DAN PIVOT ROW

    Untuk melakukan perbaikan tabel kita harus menentukan pivot column dan pivot

    row seperti yang telah kita bahas pada kasus maksimisasi. Hanya saja penentuan pivot

    column pada kasus minimisasi berbeda dengan kasus maksimisasi. Pada kasus

    minimisasi, pivot column ditentukan dengan cara memilih angka pada baris CJ Zj

    yang mempunyai tanda negatif serta angkanya paling besar.

    Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam perbaikan tabel adalah sebagai-

    berikut :

    TOPIK 2

    1. Menentukan pivot column (variabel yang akan masuk ke dalam kolom

    Product Mix), yaitu dengan memilih variable yang mempunyai nilai Cj

    Zj negatif serta angkanya paling besar. Pivot column ini disebut juga

    optimal column atau kolom kunci.

    2. menentukan pivot row (variable yang akan keluar dari kolom Product

    Mix), yaitu dengan membagi kolom quantitas dengan optimal column atau

    pivot column kemudian pilih hasil bagi non-negatif terkecil.

    Untuk lebih memahami bagaimana kita menentukan pivot column dan pivot

    row, marilah kita lihat kembali tabel awal Galuh Chemical Company.

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 65

    Tabel 3.2. Menentukan Pivot Column dan Pivot Row Kasus Galuh

    Chemical Company

    Cj 5 6 0 0 +M +M

    Product Mix X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q

    A1 +M 1 1 0 0 1 0 1000

    S1 0 1 0 1 0 0 0 300

    A2 +M 0 1 0 -1 0 1 150 Pivot row

    Zj +M 2M 0 -M +M +M 1050M

    Cj-Zj 5-M 6-2M 0 M 0 0

    Pivot column

    Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa variable yang mempunyai nilai Cj Zj

    negatif dan angkanya paling besar adalah variabel X2, karena M menyatakan bilangan

    yang sangat besar nilainya. Dengan demikian variabel X2 disebut sebagai Pivot

    Column. Untuk menentukan pivot row, kita akan membagi angka pada kolom kuantitas

    dengan pivot column (kolom X2), kemudian kita pilih hasil bagi non-negatif terkecil.

    Pada kasus Galuh Chemical Company, variabel yang merupakan pivot row (baris kunci)

    adalah variabel A2. Oleh karena itu pada tabel berikutnya (Tabel 2), variabel A2 akan

    keluar dan digantikan oleh variabel X2.

    B. MELAKUKAN ITERASI (PERBAIKAN TABEL)

    Dalam baris Cj Zj tabel 3.1, dapat kita lihat terdapat 2 variabel yang

    mempunyai nilai negatif yaitu X1 dan X2. Dalam aturan permasalahan minimisasi,

    apabila pada baris Cj-Zj masih terdapat nilai negtif maka tabel tersebut belum optimal,

    oleh karena itu kita perlu melakukan iterasi.

    Dalam melakukan iterasi langkah yang kita lakukan sama seperti pada

    permasalahan maksimisasi, yaitu menentukan pivot column dan pivot row terlebih

    dahulu. Penentuan pivot column dan pivot row ini sudah kita lakukan pada bagian A

    topik ini. Yang merupakan pivot column adalah variabel X2 sedangkan pivot row

    adalah variabel A2. Setelah pivot column dan pivot row ditentukan maka kita akan

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 66

    menghitung baris X2 untuk tabel 2 ini yaitu dengan cara baris A2 tabel awal dibagi

    pivot number (angka kunci), yaitu 1.

    Perhitungan nilai pada baris X2 adalah sebagai berikut :

    X1 0 1 = 0X2 1 1 = 1S1 0 1 = 0S2 -1 1 = -1A1 0 1 = 0A2 1 1 = 1

    KUANTITAS 150 1 = 150

    Angka-angka pada baris X2 secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut:

    PRODUCT MIX Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q X2 6 0 1 0 -1 0 1 150

    Langkah selanjutnya adalah mengisi baris yang lain yang bukan merupakan

    pivot row, yaitu angka pada baris lama tabel sebelumnya dikurangi dengan hasil

    perkalian antara angka pada pivot column baris bersangkutan, dengan angka pada baris

    baris yang menggantikan. Dalam kasus Galuh Chemical Company ada 2 variabel yang

    akan dihitung nilai pada baris yang baru yaitu baris A1 dan S1.

    Perhitungan angka pada baris A1 tabel 2 adalah sebagai berikut :

    Angka Baris

    A1 yang

    Baru

    Angka Baris A1

    yang Lama

    Angka pada Pivot

    Column baris A1

    Angka yang bersesuaian pada Baris X2

    1 1 1 0

    0 1 1 1

    0 0 1 0

    1 0 1 -1

    1 1 1 0

    -1 0 1 1

    850 1000 1 150

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 67

    Baris S2 yang baru pada tabel 2 akan terlihat sebagai berikut :

    PRODUCT MIX Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q A1 +M 1 0 0 1 1 -1 850

    Perhitungan angka pada baris S1 tabel 2 adalah sebagai berikut :

    Angka Baris

    S1 yang Baru

    Angka Baris S1

    yang Lama

    Angka pada Pivot

    Column baris S1

    Angka yang bersesuaian pada Baris S2

    1 1 0 0

    0 0 0 1

    1 1 0 0

    0 0 0 -1

    0 0 0 0

    0 0 0 1

    300 300 0 150

    Baris S1yang baru pada tabel 2 akan terlihat sebagai berikut :

    PRODUCT MIX Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q S1 0 1 0 1 0 0 0 300

    Tabel 2 dari kasus Galuh Chemical Company secara lengkap adalah sebagai

    berikut :

    Tabel 3.3. Tabel 2 Kasus Galuh Chemical Company Cj 5 6 0 0 +M +M

    Product Mix X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q

    A1 +M 1 0 0 1 1 -1 850S1 0 1 0 1 0 0 0 300X2 6 0 1 0 -1 0 1 150

    Zj +M 6 0 M-6 +M 6-M 900+850M

    Cj-Zj 5-M 0 0 6-M 0 -6+2M

    Perbaikan tabel ini akan kita lakukan hingga kita memperoleh tabel optimal,

    yaitu apabila baris Cj Zj sudah positif atau nol. Karena pada tabel 2 ini masih kita

    jumpai angka yang bertanda negatif pada baris Cj-Zj yaitu angka pada kolom X1 (5-M)

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 68

    dan kolom S2 (6-M), maka kita akan melakukan perbaikan tabel dengan membuat tabel

    3 dan seterusnya hingga memperoleh tabel optimal. Langkah-langkah yang harus

    dilakukan untuk membuat tabel perbaikkan sama dengan langkah-langkah yang telah

    kita lakukan pada saat membuat tabel 2 yaitu: tentukan pivot column, pivot row, pivot

    number, kemudian hitung angka pada baris yang menggantikan serta angka pada baris

    yang lainnya.

    Pivot column pada tabel 2 di atas adalah kolom X1 (karena mempunyai angka

    negatif terbesar yaitu 5-M), dan pivot row adalah baris S1 (karena merupakan hasil bagi

    non-negatif terkecil). Untuk lebih jelasnya perhatikan perhitungan untuk menentukan

    pivot row berikut ini :

    Untuk baris A1 : 850/1 = 850

    Untuk baris S1 : 300/1 = 300 rasio non-negatif terkecil pivot row Untuk baris X2: 150/0 abaikan rasio seperti ini Seperti halnya pada saat kita membuat tabel 2, untuk membuat tabel 3 ini setelah

    kita menentukan pivot column dan pivot row maka kita akan menentukan pivot number

    dan kemudian akan mengisi angka pada baris yang menggantikan yaitu baris X1. Pivot

    number pada tabel 2 adalah 1, yaitu angka pada perpotongan kolom X1 dan baris S1.

    Angka-angka pivot column, pivot row serta pivot number pada tabel 2 dapat dilihat

    pada tabel berikut ini:

    Untuk mengisi angka-angka pada baris X1 tabel 3 kita akan membagi angka-

    angka pada baris S1 tabel 2 dengan pivot number. Perhitungan selengkapnya adalah

    sebagai berikut :

    Kolom X1 1 1 = 1

    Kolom X2 0 1 = 0

    Kolom S1 1 1 = 1

    Kolom S2 0 1 = 0

    Kolom A1 0 1 = 0

    Kolom A2 0 1 = 0

    Kolom Kuantitas 300 1 = 300

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 69

    Sehingga baris X1 pada tabel 3 akan terlihat seperti berikut ini

    Product Mix Cj X1 X2 S1 S1 A1 A2 Q

    X1 5 1 0 1 0 0 0 300

    Setelah mengisi angka-angka pada baris X1 maka untuk melengkapi tabel 3 kita

    harus mengisi angka-angka pada baris A1 dan X2. Cara untuk mengisi angka-angka

    pada baris A1 dan X2 sama dengan cara untuk mengisi baris lainnya pada tabel 2 di

    atas. Perhitungan secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Mengisi angka pada baris A1

    Angka Baris

    A1yang Baru

    Angka Baris A1

    yang Lama

    Angka pada Pivot

    Column baris A1

    Angka yang bersesuaian pada Baris S1

    0 1 1 1

    0 1 1 0

    -1 0 1 1

    1 1 1 0

    1 1 1 0

    -1 -1 1 0

    550 850 1 300

    Baris A1 yang baru pada tabel 3 akan terlihat sebagai berikut :

    Product Mix Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q

    A1 M 0 0 -1 1 1 -1 550

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 70

    Menghitung angka pada baris X2 tabel 3.

    Angka Baris

    X2 yang

    Baru

    Angka Baris X2

    yang Lama

    Angka pada Pivot

    Column baris X2

    Angka yang bersesuaian pada Baris S1

    0 0 0 1

    1 1 0 0

    0 0 0 1

    -1 -1 0 0

    0 0 0 0

    1 1 0 0

    150 150 0 300

    Sehingga angka Baris A1 pada tabel 3 akan terlihat sebagai berikut :

    Product Mix Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q

    X2 6 0 1 0 -1 0 1 150

    Tabel 3 secara lengkap dapat dilihat seperti tabel di bawah ini :

    Tabel 3.4 Tabel 3 Galuh Chemical Company

    Cj 5 6 0 0 +M +M

    Product Mix

    X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q

    A1 +M 0 0 -1 1 1 -1 550 X1 5 1 0 1 0 0 0 300 X2 6 0 1 0 -1 0 1 150 Pivot

    row Zj 5 6 5-M -6+M +M -6-

    5M 2400+550M

    Cj-Zj 0 0 5+M 6-M 0 6M-6

    Pivot

    column

    Dari tabel 3.4 ternyata belum optimal karena pada baris Cj-Zj masih kita jumpai

    angka negatif yaitu pada kolom S2. Oleh karena itu kita akan membuat tabel yang ke 4.

    pivot column pada tabel 3 adalah kolom S2 sedangkan pivot row adalah baris A1.

    Perhatikan hasil perhitungan berikut ini.

    Baris A1: 550/1 = 550 pivot row

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 71

    Baris X1 = 300/0 = 0 abaikan

    Baris X2 = 150/ -1 = -150 abaikan

    Dari informasi di atas berarti variabel yang akan masuk ke tabel 4 adalah

    variabel S2 sedangkan variabel yang akan keluar adalah variabel A1. untuk membuat

    tabel 4 kita akan mengisi angka pada baris S2 terlebih dahulu baru kemudian angka

    pada baris X1 dan X2.

    X1 0 : 1 = 0X2 0 : 1 = 0S1 -1 : 1 = -1S2 1 : 1 = 1A1 1 : 1 = 1

    A2 -1 : 1 = -1Q 550 : 1 = 550

    Angka pada baris S2 secara lengkap sebagai berikut

    Product Mix

    Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q

    S2 0 0 0 -1 1 1 -1 550

    Perhitungan angka baris X1

    Angka Baris X1

    yang Baru

    Angka Baris X1

    yang Lama

    Angka pada Pivot Column

    baris X1

    Angka yang bersesuaian

    pada Baris X2

    1 1 0 0

    0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 -1 0 0 0 0 0 0 0 1

    300 300 0 150

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 72

    Angka pada baris X1 secara lengkap adalah sebagai berikut:

    Product Mix

    Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q

    X1 5 1 0 1 0 0 0 300

    Perhitungan angka pada baris X2 tabael 4

    Angka Baris A1

    yang Baru

    Angka Baris A1 yang

    Lama

    Angka pada Pivot Column

    baris A1

    Angka yang bersesuaian

    pada Baris X2

    0 0 -1 0

    1 1 -1 0 -1 0 -1 -1 0 -1 -1 1 1 0 -1 1 0 1 -1 -1

    700 150 -1 550

    Angka pada baris X2 secara lengkap adalah sebagai berikut

    Product Mix

    Cj X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q

    X2 6 0 1 -1 0 1 0 700

    Tabel 4 secara lengkap dapat dilihat pada tabel 3.5.

    Tabel 3.5. Tabel Optimal Kasus Galuh Chemical Company

    Cj 5 6 0 0 +M +M Product

    Mix X1 X2 S1 S2 A1 A2 Q

    S2 0 0 0 -1 1 1 -1 550 X1 5 1 0 1 0 0 0 300 X2 6 0 1 -1 0 1 0 700

    Zj 5 6 -1 0 6 0 5700 Cj-Zj 0 0 1 0 M-6 M

    Karena pada baris Cj Zj pada tabel 4 tersebut sudah positif dan nol maka tabel 4

    merupakan tabel optimal. Dari tabel 4 dapat kita simpulkan bahwa jumlah X1 yang

    diproduksi 300 unit, X2 700 unit dengan biaya total $ 5.700. S2 sebesar 550

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 73

    menunjukkan bahwa jumlah postassium yang dipakai lebih dari yang tersedia. Besarnya

    kelebihan tersebut adalah 550.

    C. ISU TEKNIS PADA METODE SIMPLEKS

    Pada bab 1 sudah dijelaskan isu teknis permasalahan LP jika penyelesaian

    dilakukan secara grafik. Pada bab ini akan dijelaskan kembali isu teknis dalam LP tetapi

    dalam kaitannya dengan penyelesaian secara simpleks. Isu teknis yang akan dibahas

    adalah infeasibility, unboundedness solution, degeneracy, serta alternative optima.

    Infeasibility adalah suatu situasi dimana tidak ada solusi yang memenuhi

    semua kendala. Jika kita menyelesaikan secara simpleks, infeasibility ini akan terlihat

    jika semua angka pada baris Cj Zj sudah menunjukkan solusi yang optimal, namun

    artificial variable masih berada pada kolom product mix.

    FT Mks Z = 3 X1 + 2 X 2

    FK 2X1 + X 2 2

    3 X1 + 4 X 2 12

    X1 , X 2 0

    Cj 3 2 0 0 -M Product

    Mix X1 X2 S1 S2 A2 Q

    S1 0 2 1 1 0 0 2 A2 - M 3 4 0 -1 1 12 Zj -3M -4M 0 +M -M -12 M Cj-Zj 3+3M 2+4M 0 -M 0

    Pivot column

    Cj 3 2 0 0 -M

    Product Mix

    X1 X2 S1 S2 A2 Q

    S1 2 2 1 1 0 0 2 A2 - M -5 0 -4 -1 1 4 Zj 4+5M -4M 0 +M -M 4-4 M Cj-Zj -1-5M 0 -2-4M -M 0

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 74

    Solusi optimal tetapi artificial variable tetap menjadi variable keputusan.

    Unboundedness solution adalah situasi yang menggambarkan bahwa

    permasalahan LP tidak mempunyai batasan solusi. Hal ini terjadi pada kasus

    maksimisasi. Dalam metode simpleks, situasi unboundedness akan terlihat apabila saat

    kita akan menentukan pivot row, tidak ada angka yang memenuhi syarat, yaitu: tidak

    ada hasil bagi yang non-negatif.

    Fungsi tujuan: Maks Z = 15 X1 + 10 X2

    Subject to 5 X2 25

    2X1 + X2 4

    Tabel

    Cj 15 10 - M 0 0 Product Mix

    X1 X2 A1 S1 S2 Q

    S1 0 0 5 0 1 0 25 25/0 A2 - M 2 1 1 0 -1 4 4/2 =2 Zj -2M -M -M 0 +M -4 M Cj-Zj 15+2M 10+M 0 0 -M Pivot

    column

    Cj 15 10 - M 0 0 Product Mix

    X1 X2 A1 S1 S2 Q

    S1 0 0 5 0 1 0 25 X1 15 1 0.5 0.5 0 -0.5 2 Zj 15 15/2 15/2 0 -15/2 30 Cj-Zj 0 5/2 -M-15/2 0 15/2

    unboundedness

    Degeneracy adalah situasi dimana ada satu variabel solusi (product mix)

    bernilai nol. Hal ini diindikasikan adanya hasil bagi yang mempunyai nilai terkecil

    sama, saat kita menentukan pivot row.

    Kasus

    Max 5X1 + 8 X2

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 75

    Subject to

    4X1 + 6X2 < 24

    2X1 + X2 < 18

    3X1 + 9X2 < 36

    X1, X2 >= 0

    Cj 5 8 0 0 0 Product

    mix Q X1 X2 S1 S2 S3

    0 S1 24 4 6 1 0 0 4 Minimal Row 0 S2 18 2 1 0 1 0 18 0 S3 36 3 9 0 0 1 4 Minimal Row Zj 0 0 0 0 0 0 Cj-Zj 5 8 0 0 0 * Optimal column

    Pada table berikut Q pada S1 bernilai 0, kendati menjadi salah satu variabel pada

    solusi. Kalau terjadi bahwa variabel pada solusi bernilai 0, variabel dan solusi tersebut

    disebut degenerasi.

    Cj 5 8 0 0 0 Product mix Q X1 X2 S1 S2 S3 0 S1 0 2 0 1 0 -0.7 #DIV/0! Degenerasi 0 S2 14 1.67 0 0 1 -0.1 0.12 8 X2 4 0.33 1 0 0 0.11 0.08 Zj 32 2.67 8 0 0 0.89 Cj-Zj 2.33 0 0 0 -0.89 * Optimal Solution

    Alternative optima adalah situasi dimana terdapat lebih dari satu solusi

    optimal. Hal ini terjadi jika nilai pada baris Cj Zj sama dengan nol untuk variabel

    yang tidak berada pada kolom Product Mix.

    FT Mks Z = 2 X1 + 4 X2

    FK X1 + 2 X2 5

    X1 + X2 4

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 76

    X1 , X2 0

    Cj 2 4 0 0 Product

    Mix X1 X2 S1 S2 Q

    S1 0 1 2 1 0 5 5/2 S2 0 1 1 0 1 4 4/1 Zj 0 0 0 0 0 Cj-Zj 2 4 0 0

    Pivot column

    Cj 2 4 0 0 Product

    Mix X1 X2 S1 S2 Q

    X2 4 1/2 1 1/2 0 5/2 S2 0 1/2 0 -1/2 1 3/2 Zj 2 4 2 0 10 Cj-Zj 0 0 -2 0

    non basic variable

    = 0

    LATIHAN

    Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas, silakan anda

    mengerjakan latihan berikut ini !

    1. Bagaimana cara menentukan pivot column untuk fungsi tujuan minimisasi?

    2. Bagaimana cara menentukan pivot row untuk fungsi tujuan minimisasi?

    3. Apa syarat tabel simpleks untuk fungsi tujuan minimisasi ini optimal ?

    4. Sebutkan langkah-langkah dalam penyelesaian permasalahan LP dengan

    fungsi tujuan minimum dengan menggunakan metode simpleks.

    5. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi infeasibility dalam simpleks.

    6. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi unboundedness dalam simpleks.

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 77

    7. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi degeneracy dalam simpleks.

    8. Jelaskan suatu situasi dimana terjadi alternative optima dalam simpleks.

    Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang

    disediakan !

    RANGKUMAN

    Penyelesaian permasalahan simpleks untuk kasus minimisasi pada

    dasarnya sama dengan penyelesaian permasalahan maksimisasi. Perbedaannya

    hanyalah pada saat menentukan pivot column yaitu kita pilih angka pada baris

    Cj Zj yang merupakan tanda negatif dan angkanya paling besar. Tabel

    disebut optimal jika angka pada baris Cj Zj sudah positif atau nol.

    Pada metode simpleks seringkali dijumpai beberapa kasus yaitu

    infeasibility, unboundedness solution, degeneracy, serta alternative optima.

    TES FORMATIF 2

    1) Manakah dari hal berikut ini yang mengindikasikan bahwa table simpleks dengan fungsi tujuan minimisasi sudah optimal ? A. Semua nilai baris Cj-Zj sudah positif atau nol * B. Semua nilai baris Cj-Zj sudah negative atau nol C. Tidak ada slack variable yang berada pada kolom product mix D. Semua angka yang berada pada pivot colum bernilai nol atau negative

    2) Dalam menentukan pivot column untuk permasalahan LP dengan fungsi tujuan minimisasi adalah dengan memilih angka pada : A. baris Zj positif terbesar B. baris Zj negative terbesar C. baris Cj Zj positif terbesar D. baris Cj Zj negative terbesar *

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 78

    3). Dalam menentukan pivot row untuk fungsi tujuan minimisasi adalah dengan

    memilih hasil bagi kolom kuantitas dengan pivot column :

    A. positif terbesar B. negative terbesar C. negative terkecil D. non-negatif terkecil *

    4) Isue teknis infeasibility diindikasikan oleh : A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah

    optimal*

    5) Isue teknis unboundedness diindikasikan oleh : A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif * D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah optimal

    6) Isue teknis degeneracy diindikasikan oleh : A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil * C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah optimal

    7) Isue teknis alternative optima diindikasikan oleh : A. Pada table optimal nilai Cj-Zj = nol untuk non-basic variable * B. Pada saat menentukan pivot row terdapat lebih dari satu hasil bagi terkecil C. Pada saat menentukan pivot row tidak ada hasil bagi yang non-negatif D. Artificial variable berada pada kolom product mix meskipun table sudah optimal

    Berikut adalah table simpleks yang tidak lengkap dengan fungsi tujuan

    maksimisasi :

    Cj 3 2 0 0 -M Product Mix X Y SL SP A KuantitasY 2 2 1 1 0 0 2 A -M -5 0 -4 -1 1 4 Zj Cj-Zj

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 79

    Keterangan :

    X = produk X

    Y = produk Y

    SL = slack variable

    SP = surplus variable

    A = artificial variable

    Selesauikan table di atas kemudian jawablah pertanyaan berikut ini

    8) Nilai Zj kolom kuantitas adalah : A. 4 B. 6 C. 6M D. 4 4M *

    9) Yang merupakan pivot kolom adalah : A. kolom X B. kolom Y C. kolom SL D. tidak ada karena table sudah optimal *

    10). Jika table di atas diselesaikan sampai dengan optimal maka kita jumpai adanya

    issue teknis yaitu :

    A. infeasibility *

    B. unboundedness

    C. alternative optima

    D. degeneracy

    Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat

    di bagian akhir modul ini, dan hitunglah jumlah jawaban Anda yang benar. Kemudian

    gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda dalam materi

    Kegiatan Belajar 2.

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 80

    Rumus

    %10010

    xbenaryangAndajawabanjumlahpenguasaanTingkat =

    Arti tingkat penguasaan yang Anda capai:

    90 % - 100 % = baik sekali

    80 % - 89 % = baik

    70 % - 79 % = sedang

    < 70 % = baik sekali

    Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80 % ke atas, anda dapat meneruskan

    dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Tetapi kalau nilai Anda di bawah 80 %, Anda harus

    mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama yang belum Anda kuasai.

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 81

    Kunci Jawaban Tes Formatif

    KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

    Tes Formatif 1

    1) D

    2) D 3) B 4) C 5) B 6) B 7) C 8) D 9) C 10) D

    Tes Formatif 2

    1)

    2) D

    A

    3) D

    4) D 5) C 6) B 7) A 8) D

    D 9) 10) A

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 82

    A

    alternative optima, 17

    angka negatif, 11

    artificial variable, 3, 4

    D

    degeneracy, 16

    F

    fungsi tujuan, 4

    I

    infeasibility, 15

    M

    metode simpleks, 2, 3

    minimisasi, 1, 9

    N

    non-negatif terkecil, 11

    P

    pivot column, 8, 9, 10

    pivot row, 8, 9, 10

    U

    unboundedness, 15

    INDEX

    INDEX

  • KODE MK / STEKPI / BAB 3

    3.29 2

    D EPUSTAKAAN

    Daftar Kepustakaan

    Levin, Richard I., David S. Rubin, Joel P. Stinson, dan Everette S. Gardner, Jr. (1992).

    Quantitative Approaches to Management, eighth edition, New York, McGraw-

    dan Jay Heizer. (1997). Principles of Operations Management, second

    Render, Barry, Ralph M. Stair Jr., dan Michael E. Hanna. (2003). Quantitative Analysis

    Management, eighth edition, Upper Saddle River, New Jersey, Prentice

    Hall, Inc.

    Taha, Hamdy A. (199 Operations Research, an Introduction, sixth edition, Upper

    dle River, New Jersey, Prentice Ha

    Hill.

    Render, Barry

    edition, Upper Saddle River, New Jersey, Prentice Hall, Inc.

    for

    7).

    Sad ll, Inc.

    AFTAR K