41
DESKRIPSI PERUSAHAAN Profil Perusahaan PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. PERTAMINA menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut. PERTAMINA melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan dan turunannya. 2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai

Sistem Kendali Industri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sistem Kendali IndustriSistem Kendali IndustriSistem Kendali IndustriSistem Kendali IndustriSistem Kendali Industri

Citation preview

Page 1: Sistem Kendali Industri

DESKRIPSI PERUSAHAAN

Profil Perusahaan

PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah

Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957

dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi

PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun 1968 namanya

berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun

1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah

PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) pada

tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22

tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

PERTAMINA menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di

dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang

kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut. PERTAMINA melaksanakan

kegiatan usaha sebagai berikut:

1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan

dan turunannya.

2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat

pendiriannya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang

telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik Perseroan.

3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan

produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG.

4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan

usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1, 2, dan 3.

. Visi dan Misi serta Tata Nilai.

Visi dan Misi PERTAMINA adalah sebagai berikut:

Visi

Menjadi Perusahaan Energi Nasional Kelas Dunia.

Page 2: Sistem Kendali Industri

Misi

Menjalankan usaha minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan secara terintegrasi,

berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat.

Tata Nilai PERTAMINA 

Pertamina menetapkan enam tata nilai perusahaan yang dapat menjadi pedoman bagi

seluruh karyawan dalam menjalankan perusahaan. Keenam tata nilai perusahaan

Pertamina adalah sebagai berikut:

 

CLEAN (BERSIH)

 Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi

suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata

kelola korporasi yang baik.

 

COMPETITIVE (KOMPETITIF)

Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong

pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai

kinerja.

 

CONFIDENT (PERCAYA DIRI)

 Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi

BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa.

 

CUSTOMER FOCUS (FOKUS PADA PELANGGAN)

Berorientasi pada kepentingan pelanggan dan berkomitmen untuk memberikan

pelayanan yang terbaik kepada pelanggan.

 

COMMERCIAL (KOMERSIAL)

Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan

berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat.

 

CAPABLE (BERKEMAMPUAN)

Page 3: Sistem Kendali Industri

Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan

penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan

pengembangan.

Bidang Usaha

PERTAMINA mempunyai bidang usaha MIGAS dan panas bumi disektor hulu dan

sektor hilir.

Kegiatan Hulu

Kegiatan sektor hulu PERTAMINA merupakan upaya untuk mempertahankan

dan meningkatkan produksi minyak, gas dan panas bumi. Sasaran kegiatan hulu

adalah menemukan cadangan baru dan meningkatkan resource base serta

mengembangkan panas bumi sebagai sumber energi alternatif.

Selain berkonsentrasi di dalam negeri, kegiatan sektor hulu PERTAMINA

secara bertahap mulai merambah kegiatan diluar negeri melalui kerjasama di

Vietnam dan Irak, sedangkan kerjasama dengan beberapa negara Asia lain dalam

proses pengkajian.

Produksi minyak dan gas bumi PERTAMINA dan mitra tahun 2001 sebesar

105.894 BOPD dan 806 MMSCFD. Produksi PERTAMINA operasi sendiri

dihasilkan dari Daerah Operasi Hulu (DOH) NAD, Sumatera Bagian-Utara, Tengah,

Selatan, Jawa Bagian-Barat, Timur, Kalimantan serta Irian. Produksi panas bumi

PERTAMINA dan mitra tahun 2001 sebesar 45.276.320 ton, energi listrik yang

dihasilkan 5.909,7 gwh. Produksi PERTAMINA operasi sendiri dihasilkan dari area

panas bumi Kamojang-Jawa Barat, Sibayak-Sumatera Utara dan Lahendong-

Sulawesi Utara.

Kegiatan Hilir

a. Bidang Pengolahan

Kegiatan Pengolahan adalah upaya memproses minyak mentah dan gas bumi,

mengusahakan tersedianya produk-produk minyak dan bahan bakar minyak

(BBM), non BBM maupun bahan baku untuk kebutuhan industri dalam negeri

serta melayani pemasaran luar negeri. Perangkat kilang yang digunakan adalah

Page 4: Sistem Kendali Industri

kilang minyak, kilang gas dan kilang petrokimia yang keseluruhannya

dioperasikan secara optimal, ekonomis dan efisien.

Dibidang pengolahan, Direktorat pengolahan PERTAMINA mempunyai visi

dan misi sebagai berikut :

Visinya adalah menjadi kilang terpercaya dan unggul di Asia Pasifik

Misinya adalah mengelola minyak dan gas bumi menjadi produk BBM dan non

BBM untuk memasok kebutuhan daerah Indonesia Timur dan Asia Pasifik secara

selektif. Dalam operasinya, secara selektif, memanfaatkan keahlian dan

kemampuan inti (core competence) yang dimiliki sebagai sumber pendapatan

tambahan.

Tujuannya adalah :

1. Memenuhi dan memuaskan kebutuhan stakeholder

2. Menghasilkan keuntungan optimal

3. Menjadi unit usaha yang unggul, bersaing dan berkembang.

Dalam melaksanakan usahanya selalu berdasarkan kepada tata nilai :

- Berwawasan lingkungan.

- Profesionalisme

- Kebanggan pegawai

- Penerapan teknologi secara efektif dan efisien

- Keadilan, kejujuran, keterbukaan, dan dapat di percaya

Page 5: Sistem Kendali Industri

Gambar 2.1 Peta Lokasi Kilang PT PERTAMINA (Persero)

PERTAMINA saat ini memiliki 7 Unit Refinery Unit (RU) tersebar di seluruh

wilayah, yaitu:

1. RU I : Pangkalan Brandan (telah ditutup sejak tahun 2007)

2. RU II : Dumai

3. RU III : Plaju

4. RU IV : Cilacap

5. RU V : Balikpapan

6. RU VI : Balongan

7. RU VII : Sorong

Kapasitas produksi Kilang PERTAMINA secara keseluruhan adalah sebagai

berikut :

1). Kilang minyak: 105,2 MBCD (ribu barel/hari) yang meliputi kilang, Dumai,

Musi, Cilacap, Balikpapan, dan Kasim.

2). Kilang Petrokimia: 0.393 juta ton/tahun terdiri dari Kilang Paraxylene

Cilacap, Kilang Aromatik Plaju, Kilang Methanol Bunyu.

3). Kilang LNG: 31,05 juta ton/tahun terdiri dari Kilang LNG Bontang

Kalimantan Timur dan Kilang LNG Arun Aceh Utara.

4). Kilang LPG: 2,11 juta ton/hari terdiri dari Kilang LPG Pangkalan Berandan,

Tanjung Santan, Arjuna, Arun, Bontang, Tugu Barat dan Arar.

Sedangkan untuk Produksi dari Kilang-kilang ini antara lain :

1) Bahan Bakar Minyak (BBM) terdiri dari: Avigas, Premium, Minyak Tanah,

Minyak Bakar, Minyak Diesel dan Minyak Solar.

2). Non BBM: Lube Base Oil, Delayed Coke, Asphalt, Wax, Solvent, LSWR,

Naphtha, LPG ex Refinery.

3). Petrokimia: Polytam, Polypropylene, PTA (Purified Terepthalic Acid),

Methanol, Paraxylene, Benzene.

4). Liquified Natural Gas (LNG).

5). Liquified Petroleum Gas (LPG).

Page 6: Sistem Kendali Industri

b. Bidang Pemasaran dan Niaga

Kegiatan Pemasaran dan Niaga mencakup upaya pembekalan dan pemasaran

distribusi produk-produk BBM serta perluasan pemasaran non BBM untuk

kebutuhan dalam negeri dalam jumlah yang cukup, mutu yang baik dan tepat

waktu, sejalan dengan kebijaksanaan pemerintah dan pembangunan nasional.

Kebutuhan BBM dalan negeri saat ini mencapai sekitar 49,5 juta kilo liter yang

disalurkan melalui: Transit Terminal, Instalasi, Seafed Depot, Inland Depot, Pilot

Filing station dan SPBU. Penyaluran BBM di Pulau Jawa selain melalui angkutan

laut dan darat, sebagian disalurkan melalui pipa, karena selain biayanya lebih

murah juga dari segi keselamatan lebih handal.

c. Bidang Perkapalan

Untuk memelihara keandalan distribusi BBM dalam negeri dan sebagai penunjang

industri, dipersiapkan armada transportasi laut yang andal dan ekonomis. Dengan

meningkatnya kebutuhan BBM, maka muatan yang diangkut melalui laut ikut

meningkat.

PERTAMINA membutuhkan kekuatan armada tanker baik kapal milik maupun

kapal charter untuk mengangkut minyak mentah dan BBM sejumlah 72.471.000

LT (long Ton)/tahun. Dalam meningkatnya mutu dan pelayanan dibidang

transportasi laut, bidang Perkapalan telah memliki standar keselamatan yang

diisyaratkan oleh International Safety Management Code (ISM-Code) yaitu

berupa Document of Complience (DOC) serta Safety Management Certificate

(SMC), Standards of Training, Certification and Watchkeeping for seafarers

(STWC) serta mengikuti ketentuan Marine Polluition (MARPOL) dan Safety of

Life at Sea (SOLAS).

2.4. PT.PERTAMINA (Persero) REFINERY UNIT V BALIKPAPAN

PERTAMINA Unit Pengolahan V adalah salah satu dari Unit pengolahan yang dimiliki

PERTAMINA. Saat ini UPV memiliki dua Unit Kilang yaitu Unit Kilang Balikpapan I

dan Unit Kilang Balikpapan II. Kilang-kilang ini terletak di tepi teluk Balikpapan

dengan luas area sekitar 2.5 Km2. Kilang Balikpapan II dibangun tahun 1980 dan

Page 7: Sistem Kendali Industri

resmi beroperasi pada November 1983 dengan kapasitas intake crude 200MBCD.

Selanjutnya kilang Balikpapan I diupgrade pada tahun 1995 dan beroperasi tahun 1997

dengan kapasitas intake crude 60MBCD.

Awal Perminyakan di Balikpapan

Kegiatan perminyakan di Balikpapan diawali dengan pengeboran minyak di

Balikpapan yang merupakan realisasi kerja sama antara J.H. Menten dengan firma

Samuel & Co. pada tahun 1896 Mr. Adams dari Samuel & Co di London mengadakan

penelitian di Balikpapan dan menyimpulkan bahwa daerah ini memiliki cadangan

minyak yang cukup besar. Penemuan ini mendorong dilakukannya pengeboran pada

tanggal 10 Februari 1897 dan menemukan minyak yang cukup komersial untuk

diusahakan.

Pada seminar sejarah tanggal 1 Desember 1984 disepakati bahwa peristiwa

pengeboran minyak ini (10 Februari 1897) merupakan hari jadi kota Balikpapan.

Keberadaan kegiatan produksi migas di Balikpapan telah memicu perkembangan kota

Balikpapan. Pembangunan saran kilang dan sarana penunjang seperti perkantoran,

perumahan, jalan dan sebagainya memberikan multiplier effect bagi pembangunan

kota Balikpapan.Disamping itu, adanya industri migas diikuti pula dengan kehadiran

tenaga kerja, adanya industri jasa seperti perdagangan, transportasi, perbankan,

perhotelan dan industri lainnya. Perkembangan ini memberikan dasar yang baik

terhadap pertumbuhan Balikpapan yang semula bertumpu pada ekonomi agraris

beralih pada ekonomi industri dan perdagangan.

Sejarah Kilang Balikpapan

Pembangunan kilang dimulai tahun 1899 oleh Shell Transport & Trading Ltd.

Selanjutnya pada tahun 1922 dibangun kilang balikpapan I. Kilang ini rusak akibat

perang Dunia II dan dibangun kembali tahun 1948 dengan kapasitas 60.000

barrel/hari. Pada tahun 1952, unit Destilasi kedua dibangun dengan kapasitas sama

yaitu 25.000 bpsd dan selanjutnya pada tahun 1954, unit Distilasi ketiga dibangun

dengan kapasitas produksi 10.000 bpsd. Unit Distilasi I, II, III, beserta HVU-I (High

Vacuum Unit) tersebut dikelompokkan dalam area Kilang Balikpapan I.

Page 8: Sistem Kendali Industri

Berkaitan dengan penemuan minyak di sekitar Balikpapan oleh Kontraktor

Production Sharing (KPS), mendorong dibangun Kilang Balikpapan II pada tahun

1980 dengan kapasitas 200.000 barrel/hari. dengan dua unit pemrosesan mutakhir

yaitu Unit Hydrocracking Complex (HCC) dan Unit Hydroskimming Complex

(HSC). Kilang ini resmi beroperasi pada tanggal 1 November 1983.

Selanjutnya kilang Balikpapan I lama yang dibangun tahun dan 1948, 1952

dan 1954 diupgrade pada tahun 1995 dan beroperasi tahun 1997 dengan capacitas

60.000 barrel/hari, dengan memiliki dua unit Crude Destillation yaitu CDU-V dan

HVU-III

Fungsi dari Kilang Balikpapan atau Unit Pengolahan V ini adalah mengolah

minyak mentah menjadi produk-produk yang siap dipasarkan, yaitu Bahan Bakar

Minyak (BBM) dan Non Bahan Bakar Minyak (NBBM) untuk memenuhi kebutuhan

dalam negeri khususnya Kawasan Timur Indonesia. Pada mulanya Kilang didesain

untuk mengolah minyak mentah dari lapangan-lapangan minyak disekitar Balikpapan,

seperti Tanjung, Sepinggan, Handil, Bekapai, Attaka, Badak. Pada saat ini lapangan

lainnya seperti Minas, Duri, Arjuna, Widuri, Kakap, Belida, maupun minyak mentah

dari luar negeri seperti Tapis (Malaysia), Jabiru (Australia), Sarir (Libya), Nanhai, Xi

Chiang (Cina), Brass River, Pennington (Nigeria), Bach-Ho (Vietnam), Arabian

Superlight, Sahara Blend (Timur Tengah) dll.

Kilang Balikpapan II terdiri dari dua unit produksi, yaitu unit Hydroskimming

Complex (HSC) serta unit Hydrocracking Complex (HCC). Kedua unit ini

memproduksi bahan bakar minyak dan LPG.

1. Unit Hydro Skimming Complex (HSC), yang meliputi :

Crude Distillation Unit IV (CDU IV) – Plant 1

Naphta Hydrotreater Unit (NHTU) – Plant 4

Platformer Unit – Plant 5

LPG Recovery Unit – Plant 6

Sour Water Stripper Unit (SWS) – Plant 7

LPG Treater – Plant 9

2. Hydro Cracking Complex (HCC)

Page 9: Sistem Kendali Industri

High Vaccum Unit II (HVU II) – Plant 2

Hydrocracking Unit (HCU) – Plant 3

Hydrogen Plant – Plant 8

Unit-unit penunjang : Cooling Water Unit (Plant 32), Boiler Feed Water

System (Plant 31), Fuel Gas System (Plant 15), Nitrogen Plant and Air

Instrument (Plant 35), dan Flare System (Plant 19).

Kilang Balikpapan I terdiri dari atas unit-unit :

a. Crude Distillation Unit V (CDU V)

b. High Vacuum Unit III (HVU III)

c. Dehydration Plant (DHP)

d. Wax Plant

e. Effluent Water Treatment Plant (EWTP)

Tata Letak Pabrik

Dalam penentuan letak kilang, faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi biaya

operasional, biaya kontruksi, sarana dan prasarana, studi lingkungan, dampak sosial,

dan letak geografis. Pemilihan kota Balikpapan di Propinsi Kalimantan Timur sebagai

lokasi perluasan kilang didasarkan pada pertimbangan sebagai berikut:

1. Tersedianya pasokan minyak mentah yang cukup.

2. Tersedianya areal yang cukup luas untuk lokasi pabrik dan perkantoran.

3. Tersedianya sarana pelabuhan untuk distribusi minyak mentah dan hasil produksi.

4. Tepatnya lokasi untuk distribusi dengan tujuan pasar kawasan Indonesia Timur

mengingat produk dari kilang ini ditujukan memenuhi kebutuhan BBM dalam

negeri di kawasan tersebut.

Page 10: Sistem Kendali Industri

Gambar 2.2. Letak Kilang PT Pertamina (Persero) UP V Balikpapan\

Struktur Organisasi Manajemen Perusahaan

Organisasi di PT PERTAMINA (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapan

dibawah wewenang dan tanggung jawab General Manager Unit Pengolahan V dan

bertanggung jawab langsung kepada Direktur Pengolahan. PT PERTAMINA

(Persero) Unit Pengolahan merupakan sistem organisasi lini dan staf yang dibagi atas

cabang-cabang berdasarkan regional. Struktur dan fungsi jabatan yang ada di

organisasi PT PERTAMINA (Persero) Unit Pengolahan V adalah sebagai berikut:

Page 11: Sistem Kendali Industri

Gambar 2.3. Struktur Organisasi Pertamina UP V

Proses Produksi Kilang Refinery Unit V

Bahan Baku

PT PERTAMINA (Persero) Unit Pengolahan V Balikpapan beroperasi

pada kapasitas 260.000 barel/hari. Persediaan minyak mentah di

Balikpapan tidak cukup untuk memenuhi kapasitas tersebut, maka diambil

Crude Oil dari luar Kalimantan yaitu dari dalam negeri dan dari luar negeri.

Spesifikasi Crude Oil yang diolah sangat mempengaruhi komposisi

produk yang dihasilkan sehingga diperlukan Blending untuk memenuhi

spesifikasi desain operasi kilang Balikpapan.

a) Light Crude : menghasilkan banyak LPG, Light Nafta, dan Heavy Nafta

b) Medium Crude : menghasilkan banyak Kerosene dan Diesel Oil

c) Heavy Crude : menghasilkan banyak Long Residue

SVP REFINING OPERATION

GM RU V

Sr. Manager

Operation &

Manufacturing

Production Manager

HCCSection Head

Shift Superintend

en

IT RU VManager

Asman Operasi

KomputerAsman Operasi Komunik

asi

Manager HR Area

Analyst Organizati

onDevelopm

entHead of People

Dev.Head of

Industrial Rel.

Eng & DevManager

Pocess Engineerin

gSection

Head

Manager Keuangan

Region IVKabag. Kontroler

Kabag. Akt.Kilang

Kabag PBD

Maint.Plan & SupportManager

STRUKTUR ORGANISASIREFINERY UNIT V

Lampiran Surat KeputusanNomor : Kpts - 06/E00000/2009-S0

Tanggal : 24 Juli 2009

OPI TEAM

Ref.Plan & Optimizati

onManager

Maintenance

executionManager

HSECompliance

OfficerHSC

Section Head

Dis & WaxSection Head

BLTSection Head

UtilitiesSection Head

LaboratorySection Head

Project Engineerin

gSection

HeadFacility

Engineering

Section Head

En.Kon. & Loss

ControlSection

HeadTQM

Section Head

HSEManager

Environmental

Section HeadFire &

InsuranceSection

HeadSafetySection

HeadIndustrial

HygineSection

Head

Procurement

ManagerInventorySection

HeadPurchasin

gSection

HeadDist. Transport

& Warehousi

ngSection

Head

Contract Office

Section Head

General AffairsManager

LegalSection

HeadPublic

RelationSection

HeadSecuritySection

Head

ReliabilityManager

Equipment Rel.

Section HeadPlant Rel.

Section Head

Maintenance Area 1Section Head

Maintenance Area 2Section Head

Maintenance Area 3Section Head

Maintenance Area 4Section Head

General Maintenanc

e Section

Head

Planning & Scheduling

Section HeadStat.

InspectionSection

HeadElec & InstSection

HeadRE Inspection

Section Head

Ref.Planning

Section HeadSupply Chain

Optimization

Section Head

Budget & ReportingSection

Head

MANAGER HR REFINERY VP KEUANGAN MAN.IT REGION IV

Head ofIndustrial

Rel.Head ofMedical

Head ofHR

Services

TURN AROUNDSECTION HEAD

Equipment

Overhaul SH

Scheduling Mat & Ser. Supt

SH

WorkshopSection

Head

MANAGER TA

Page 12: Sistem Kendali Industri

Pada awalnya, minyak mentah yang berasal dari tempat pengeboran

tengah laut diangkut oleh kapal – kapal tanker untuk disimpan sementara di

Terminal Lawe – lawe dan Terminal Balikpapan. Minyak tersebut akan di

blending menjadi mixed crude oil yang kemudian disalurkan ke UP V

Balikpapan melalui pipa – pipa bawah laut sepanjang 17 km.

Minyak mentah yang telah disalurkan ke PERTAMINA Unit

Pengolahan V Balikpapan akan melalui dua proses utama yaitu primary

process dimana mixed crude oil akan diubah menjadi berbagai macam jenis

minyak, mulai dari Liquified Petrolium Gas (LPG), Light Naphta, Heavy

Naphta, Kerosene, Light Gas Oil ( LGO), Heavy Gas Oil (HGO) dan Long

Residue. Long residue merupakan minyak dengan titik didih tertinggi yang

akan diproses lebih lanjut di secondary process menjadi produk – produk

yang sama dengan primary process ditambah solar, premium dan wax.

Spesifikasi Produk

Kilang Balikpapan menghasilkan beberapa macam produk yang

digolongkan ke dalam produk BBM, BBK, HOMC, dan non-BBM. Produk

BBM meliputi Premium, Solar,Kerosine, dan disel., produk non-BBM

meliputi LPG, Ready Wax, Fully Refined Wax (FRW), produk BBK meliputi

Avtur dan pertamax. Sedangkan HOMC meliputi Naptha, LSWR, dan RFO.

Terdapat dua jenis proses pada Kilang UP V PT.PERTAMINA

(Persero) UP V, yaitu :

a. Primary Process

Pada proses ini yang dilakukan adalah pemanasan dan pemisahan

minyak berdasarkan titik didih pada tekanan atmosfer di Crude Distilling

Unit IV.

b. Secondary Process

Long Residue yang dihasilkan pada Primary Process diolah di High

Vacuum Unit II (HVU II) dengan menggunakan tekanan vakum untuk

menghasilkan Light Vacuum Gas Oil (LVGO), High Vacuum Gas Oil

(HVGO) dan Short Residue. Selanjutnya dilakukan penambahan senyawa

Page 13: Sistem Kendali Industri

hidrogen dari Hidrogen Plant terhadap HVGO yang keluar dari HVU II

pada Hydro Cracker Unit (HCU). Kemudian akan dilakukan pencampuran

dengan komposisi yang sudah distandarkan berdasarkan persen volume

untuk mendapatkan produk yang diinginkan.

Proses Unit Kilang Balikpapan 1

Kilang Balikpapan I didesain untuk mengolah 60 MBSD minyak bumi. Minyak

bumi yang diolah di Kilang Balikpapan I adalah minyak bumi yang bersifat

parafinik dan menghasilkan lilin sebagai salah satu produknya. Lilin yang

dihasilkan Kilang Balikpapan I ini merupakan satu-satunya produk lilin yang

dihasilkan PT PERTAMINA (Persero). Kilang Balikpapan I terdiri dari unit-unit

sebagai berikut :

1. Crude Distillation Unit V (CDU V)

2. High Vacuum Unit III (HVU III)

3. Wax Plant

4. Dehydration Plant (DHP)

5. Effluent Water Treatment Plant (EWTP) dan Storm Water Treatment Plant

(SWTP)

Crude Distillation Unit V (CDU V)

CDU V merupakan suatu unit distilasi atmosferik yang bertujuan untuk

memisahkan minyak mentah menjadi beberapa produk berdasarkan

rentang titik didihnya. Diagram blok proses CDU V secara sederhana

ditampilkan pada Gambar 2.4.

Page 14: Sistem Kendali Industri

Gambar 2.4. Diagram Blok Proses CDU V

High Vacuum Unit III (HVU III)

HVU III merupakan unit proses disitilasi yang bertujuan untuk

memisahkan long residue dari CDU V menjadi produk-produk yang

lebih ringan. HVU III beroperasi pada tekanan 40 mmHg, tekanan

vakum ini dibuat agar suhu yang dibutuhkan untuk pemisahan relatif

tidak terlalu tinggi. Penggunaan suhu yang terlalu tinggi dapat

merugikan karena dapat menyebabkan cracking hidrokarbon.

Gambar 2.5. Diagram Blok Proses di HVU III

Produk-produk yang dihasilkan dari HVU III adalah Light Vacuum Gas Oil

(LVGO), Paraffinic Oil Distilate (POD), High Vacuum Gas Oil (HVGO), dan

residu vakum. POD merupakan bahan baku pembuatan lilin di wax plant.

HVGO menjadi umpan HCU yang berada di Kilang Balikpapan II. Residu

dari HVU III memiliki rantai karbon yang lebih pendek daripada long

residue karena dalam HVU terjadi thermal cracking

Wax Plant

Wax plant merupakan pabrik yang memproduksi lilin dari bahan baku

Paraffinic Oil Distillate (POD). Kapasitas pengolahan wax plant adalah 150

ton/hari. Unit ini memisahkan lilin yang terkandung dalam POD, baik lilin

Page 15: Sistem Kendali Industri

ringan maupun medium. Kualitas POD akan menentukan kualitas wax dan

jumlah produk yang dihasilkan. Secara sederhana, proses yang terjadi

pada Wax Plant ditampilkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6. Diagram Sederhana Proses Pembuatan Wax

a. Dewaxing

Proses dewaxing bertujuan untuk memisahkan lilin dan minyak yang

terkandung dalam POD dengan filtrasi. Diagram blok proses

ditampilkan pada Gambar 2.7

Gambar 2.7. Diagram Blok Proses Dewaxing

Page 16: Sistem Kendali Industri

b. Sweating

Proses sweating bertujuan untuk mengurangi kandungan minyak

dalam cake hasil operasi filter press pada proses dewaxing. Diagram

blok proses ditampilkan pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8. Diagram Blok Proses Sweating

Khusus untuk produk Fully Refined Wax (FRW) proses sweating

dilakukan pada sweating box. Perbedaan VTS dengan sweating box

adalah pada sweating box kenaikan temperaturnya lebih halus yaitu

0,10C/jam. Yield dari proses sweating sebesar 35%.

c. Treating

Proses treating bertujuan untuk menghilangkan bau, menstabilkan

warna, menstabilkan persenyawaan, dan mengurangi kandungan

minyak.

Gambar 2.9. Diagram Blok Proses Treating

e. Moulding

Page 17: Sistem Kendali Industri

Crude

deemulsifier

Suspensi

Air

Gas

EmulsionHeater E1A/B

Tangki R

Tangki T1A/B

Gas Separator

Terakhir, wax harus melalui proses moulding untuk mencetak ready

wax dalam bentuk lempengan. Ready wax dari run down tank

didinginkan dari 80 0C sampai 500C, kemudian didistribusikan ke dalam

moulding press. Operasi moulding dilakukan dengan mengalirkan air

pendingin ke dalam plate moulding. Lama pendinginan adalah 3-4 jam.

Setelah wax membeku, moulding press dibongkar dan wax dipasarkan

dalam bentuk lempengan-lempengan. Proses ini ditujukan untuk

menyiapkan wax bagi pasar domestik. Sedangkan untuk pasar impor,

wax disimpan dalam bentuk cair.

Gambar 2.10. Diagram Blok Proses Moulding

Dehydration Plant (DHP)

Dehydration Plant (DHP) adalah suatu unit yang berfungsi untuk

menurunkan kadar air minyak bumi sampai 1%-berat. Unit ini mempunyai

kapasitas 9000 ton/hari. Skema proses DHP ditampilkan pada Gambar

2.11.

Gambar 2.11. Diagram Blok Dehydration Plant

Proses dehidrasi diawali dengan injeksi deemulsifier pada minyak bumi

asal Tanjung yang berupa suspensi. Selanjutnya, aliran tersebut

Page 18: Sistem Kendali Industri

dilewatkan pada emulsion heater yang menggunakan steam sebagai

media pemanasnya dengan temperatur 50-650C. Kemudian, aliran

tersebut ditampung untuk memisahkan antara air dan minyak. Lalu,

minyak dilewatkan ke gas separator untuk memisahkan minyak dan gas.

Minyak dialirkan ke tangki penyimpanan, sedangkan gas dialirkan ke flare.

Effluent Water Treatment Plant (EWTP)

Air buangan, limbah cair yang dihasilkan unit-unit proses Kilang

Balikpapan, dan buangan air hujan dari area tangki yang mengandung

minyak diolah di EWTP dan SWTP. Tujuan pengolahan adalah agar air

yang dibuang ke perairan Teluk Balikpapan memenuhi spesifikasi baku

mutu limbah cair yang ditetapkan pemerintah daerah. Unit ini memiliki

kapasitas 500 m3/jam untuk EWTP dan 1500 m3/jam untuk SWTP. Proses

yang terjadi di EWTP ditampilkan pada gambar 2.12.

Gambar 2.12. Diagram Blok Proses EWTP

2.7.4. Proses Unit Kilang Balikpapan 2

Kilang Balikpapan II memiliki kapasitas 200 MBSD. Kilang ini terdiri

atas dua komplek yaitu hydroskimming (HSC) dan hydrocracking (HCC).

Kompleks hydroskimming terdiri dari lima pabrik, sedangkan kompleks

hydrocracking terdiri dari tiga pabrik.

Page 19: Sistem Kendali Industri

Gambar 2.13. Unit Proses Kilang Balikpapan II

Hydroskimming Complex (HSC)

Unit pemroses yang berada dalam Hydroskimming Complex (HSC) adalah :

1. Crude Distillation Unit IV (Plant 1)

2. Naphtha Hydrotreater Unit (Plant 4)

3. Platformer Unit (Plant 5)

4. LPG Recovery Unit (Plant 6)

5. Sour Water Stripper Unit (Plant 7)

6. LPG Treater Unit (Plant 9)

Crude Distillation Unit IV (CDU IV)

CDU IV digunakan untuk memisahkan fraksi-fraksi dalam minyak bumi

berdasarkan titik didihnya pada tekanan atmosferik. CDU IV ini terdiri dari

53 tray dan mempunyai kapasitas pengolahan 200 MBSD.

Page 20: Sistem Kendali Industri

Gambar2.14. Diagram Blok Proses di CDU IV

Naphtha Hydrotreater Unit (NHT)

NHT berfungsi meningkatkan kemurnian dan menghilangkan racun katalis

pada nafta yang akan memasuki Platformer Unit. Kondisi operasi NHT

adalah 368 0C dan 27,5 kg/cm2, sedangkan kapasitasnya sebesar 20

MBSD. Performa dari NHT amat menentukan produk yang akan dihasilkan

oleh Platformer Unit. Secara sederhana, proses yang terjadi di NHT

ditampilkan pada Gambar 2.15.

Heavynaphtha

Feed surge drum

Reaktor11,25 kg/cm2

233oC

Sweet naphtha371 oC

Fuel gas

HEChargeheater

H2 98 %

platformer

368 oC

Productseparator

Waste waterdrum

kondensat

SWS

H2O

Butil merkaptan

Stripper column

Fuel gas

Sweetnaphtha

H2

Gambar 2.15. Diagram Blok Proses NHT

Platformer Unit

Fungsi Platformer Unit adalah untuk meningkatkan angka oktan dari nafta

berat yang dihasilkan di Crude Distillation Unit IV (CDU IV). Reaktor

Page 21: Sistem Kendali Industri

Platformer terdiri dari tiga unit yang disusun seri dan di antara tiap unit

reaktor terdapat interheater (dapur) untuk menjaga temperatur katalis.

Platformer Unit memiliki kapasitas 20 MBSD. Katalis yang digunakan

dalam Platformer Unit adalah UOP-R-134 dengan komponen aktif berupa

logam platina. Skema proses Platformer Unit ditampilkan pada Gambar

2.16.

Gambar 2.16. Skema Proses Platformer Unit

LPG Recovery Unit

LPG Recovery Unit merupakan unit yang didesain untuk mengolah aliran

mixed LPG yang dihasilkan oleh CDU, Hydrocracker, dan Platformer. Unit

LPG Recovery menghasilkan produk mixed LPG yang mengandung

komponen C3 dan C4 sebagai komponen utamanya. LPG recovery unit

mempunyai kapasitas pengolahan sebesar 6,3 MBSD dengan perolehan

produk 88%-berat umpan.

Gambar 2.17. Diagram Blok Proses LPG Recovery Unit

Page 22: Sistem Kendali Industri

Sour Water Stripper (SWS)

Sour Water Stripper adalah unit yang mengolah semua air buangan

proses, baik dari HSC maupun dari HCC. Sour Water Stripper Unit (SWS)

memiliki kapasitas 600 metrik ton/hari. Diagram blok proses ditampilkan

pada Gambar 2.18.

Gambar 2.18. Diagram Blok Proses di Sour Water Stripper Unit

LPG Treater

Fungsi dari LPG treater unit adalah menghilangkan kandungan sulfur yang

berlebihan pada LPG. Treating LPG ini dilakukan dengan melewatkan

LPG dalam absorber yang berupa sistem caustic wash process sehingga

sulfur dalam LPG akan terlarut. LPG yang dilepaskan dari absorber adalah

LPG dengan kandungan sulfur rendah.

Hydrocracking Complex (HCC)

HCC merupakan tempat berlangsungnya proses sekunder. Unit utama

yang terdapat dalam kompleks ini adalah unit Hydrocracker. Pada unit

Hydrocracker terjadi reaksi perengkahan dari produk distilasi vakum

dengan bantuan gas hidrogen yang dihasilkan dari Hydrogen Plant.

Unit pemroses yang digunakan dalam Hydrocracking Complex (HCC)

adalah :

1. High Vacuum Unit II (HVU II) – Plant 2

2. Hydrocracker Unibon (HCU) – Plant 3

Page 23: Sistem Kendali Industri

3. Hydrogen Plant – Plant 8

4. Flare Gas Recovery Plant – Plant 19

5. Hydrogen Recovery Plant – Plant 38

High Vacuum Unit II (HVU II)

HVU II didesain untuk memisahkan komponen–komponen long residue

yang dihasilkan dari distilasi atmosferik pada CDU. Seperti halnya HVU III,

proses pemisahan dilakukan dengan cara distilasi pada tekanan vakum

untuk menghindari kerugian yang mungkin terjadi. HVU II mempunyai

kapasitas pengolahan sebanyak 81 MBSD.

Proses yang terjadi di HVU II hampir sama dengan HVU III (lihat Kilang

Balikpapan I). Tekanan vakum sebesar 40 mmHg diciptakan oleh sistem

ejektor tiga tahap. Setiap sistem ejektor terdiri dari dua ejektor kukus yang

bekerja secara paralel. Proses pendinginan produk dilakukan dengan

beberapa media pendingin, yaitu umpan HVU II itu sendiri, air laut, Boiler

Feed Water (BFW), dan udara.

Perbedaan utama HVU II dengan HVU III adalah tidak adanya produk

POD yang keluar dari kolom HVU II. Hal ini berkaitan dengan umpan

kedua unit yang berbeda sumber dan kandungannya.

Hydrocracking Unibon (HCU)

HCU merupakan unit hydrocracking katalitik yang berfungsi untuk

mengolah fraksi berat HVGO menjadi produk yang lebih bernilai

ekonomis. Fraksi berat yang diolah dalam unit ini adalah HVGO yang

berasal dari HVU II dan HVU III. Proses dalam unit ini menghasilkan

produk BBM dan NBBM. HCU memiliki dua train, yakni train 3A dan train

3B. Masing-masing train mempunyai kapasitas pengolahan sebesar 27,5

MBSD, sehingga kapasitas pengolahan total unit ini sebesar 55 MBSD.

Di dalam HCU, umpan HVGO yang terdiri atas komponen parafinik akan

dipecah-pecah menjadi rantai-rantai hidrokarbon yang lebih pendek

Page 24: Sistem Kendali Industri

dengan bantuan katalis. Katalis yang digunakan dalam HCU adalah

campuran Si-Al dengan unsur-unsur golongan VIII yang biasa disebut

jenis DHC-8.

Gambar 2.19. Diagram Blok Proses HCU

Hydrogen Plant

Hydrogen plant adalah unit yang berfungsi menyediakan gas hidrogen

untuk HCU. Unit Hydrogen Plant terdiri dari dua bagian yang masing-

masing didesain untuk menghasilkan H2 dengan kemurnian 96,6%.

Umpan yang digunakan adalah gas alam campuran yang didatangkan dari

Vico dan Chevron. Proses utama yang terjadi pada Hydrogen Plant adalah

reaksi reformasi kukus, yaitu reaksi antara hidrokarbon dan kukus yang

menghasilkan hidrogen. Kapasitas produksi gas hidrogen dari Hydrogen

Plant adalah 80000 Nm3/jam.

Diagram blok proses di Hydrogen Plant ditampilkan pada Gambar 2.11.

Page 25: Sistem Kendali Industri

desulphurizer

umpan

steam

HE538oC

21 kg/cm2-g

Reformer849oC

20,5 kg/cm2-gheater

HTSC16,884192

419oC

375oC

419oC LTSC16,17 kg/cm2

238oCHE

237oC216oC CO2 absorber15,75 kg/cm2

118oC

Hydrogen washwater column

Benfieldsystem

Semi benfield

methanatorHE371oC38oC

Methanator productcondensate separator

H2 , CH4

H2O

N2

Gambar 2.20. Diagram Blok Proses Hydrogen Plant

Flare Gas Recovery System

Flare gas stack adalah alat yang digunakan untuk membakar off gas yang

berasal dari kilang. Unit Flare Gas Recovery memanfaatkan off gas yang

akan dibakar pada flare gas stack menjadi LPG dan fuel gas. Kapasitas

unit ini sebesar 4000 Nm3/jam. Flare Gas Recovery System dipasang

dekat area flare stack untuk memproses flare gas dari flaring system.

Recovered fuel gas terhubung dengan Fuel Gas System sedangkan

recovered LPG akan diproses pada stabilizer di CDU IV. LPG Flare Gas

System terdiri atas water seal drum section, off gas compressor section,

dan LPG separator section.

Hydrogen Recovery System

Hydrogen Recovery didesain untuk memroses 14.467 Nm3/jam off gas

dari LPS pada HCU. Hidrogen yang terambil akan digunakan kembali

untuk reaksi pada HCU. Produk yang dihasilkan pada unit ini berupa

hidrogen, fuel gas (dikirim ke Fuel Gas System), dan acid gas (dikirim ke

SWS). Hydrogen Recovery Unit terdiri dari dua bagian utama, yaitu Gas

Sweetening Section dan Membrane Section. Unit ini didesain untuk

mengambil hidrogen dengan kemurnian 98% mol.

2.8. Sarana Lain Refinery Unit V

Selain Refinery Plant, PT PERTAMINA (Persero) UP V juga memiliki sarana

penunjang untuk keperluan pengoperasian kilang lain seperti Terminal Minyak,

Page 26: Sistem Kendali Industri

Pembangkit Listrik, Water Treatment dan lain-lain yang lebih jelas diberikan sebagai

berikut :

a. Terminal Lawe-Lawe. Terminal ini merupakan sarana penampung minyak

mentah yang akan diolah di Kilang Balikpapan II, baik minyak yang datang

dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Minyak mentah tersebut

diangkut dengan kapal tanker yang berkapasitas sekitar 135.000 DWT,

diterima melalui Single Buoy Mooring dan kemudian ke terminal Lawe-Lawe

melalui pipa bawah laut dan darat sepanjang 17 Km dan ditampung dai

Tanki Penampung. Tanki-tanki yang saat ini berjumlah 8 buah dengan

kapasitas 800.000 barrel menyuplai minyak melalui pipa darat sepanjang

15 Km ke Penajam dan seterusnya melalui pipa bawah laut sepanjang

4,5 Km menuju Kilang Balikpapan berupa minyak dalam bentuk campuran

(Cocktail crude).

b. Power Plant Utilities dan Water Treatment Plant. Meliputi beberapa unit

pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dengan total kapasitas sekitar 79.5

MW dan kapasitas produksi steam sekitar 725 ton per jam. Unit penjernihan

air dengan kapasitas total 17 m3 per jam. Sarana lain adalah unit Sea Water

Desalination yang dibangun untuk menambah jumlah persediaan air utilities.

Hal ini untuk menjaga agar selalu tersedia air yang cukup tanpa dipengaruhi

musim kemarau yang sering mengakibatkan air utilities dari sumber

berkurang. Unit ini memiliki kapasitas 300 m3 air per jam. Air yang

diproduksi dialirkan ke berbagai tujuan, dan yang paling utama adalah

disalurkan ke Boiler menjadi Steam untuk digunakan sebagai penggerak

turbin pada Power Plant. Energi listrik dari Power Plant inilah yang

mendukung semua kegiatan Kilang.

c. Tangki Penyimpanan dengan berbagai penyimpanan. Merupakan tempat

penimbunan sementara untuk minyak mentah yang akan diproses dan BBM

yang merupakan hasil produksi. Terdapat 25 tanki untuk minyak mentah

dengan kapasitas sekitar 1.876 MB, tangki produksi tersedia sekitar 80 buah

dengan kapasitas 5.858 MB dan untuk penampungan produk LPG sekitar 2

tanki dengan total kapasitas 83 MB.

d. Terdapat juga Ruang Pusat Pengendali Kilang (RPPK) dan Laboratorium.

Dimana RPPK sebagai pusat pengendalian kegiatan di Kilang dengan

Page 27: Sistem Kendali Industri

system komputer/Distributed Control System (DCS) dan Laboratorium untuk

qualiti kontrol yang meliputi semua produk UP V.

e. Dermaga. Merupakan sarana bongkar muat minyak mentah dan BBM yang

terdiri dari 5 dermaga untuk tanker dan 3 dermaga kargo yang mampu

disandari oleh kapal tanker dengan kapasitas 35.000 DWT.

f. Lindungan Lingkungan dan Keselamatan Kerja

Sarana ini meliputi satuan unit pemadam kebakaran yang dilengkapi

dengan berbagai jenis mobil pemadam kebakaran, kapal pemadam

kebakaran, serta peralatan untuk penanggulangan pencemaran lingkungan.

Untuk sarana lingkungan meliputi :

Flare System, untuk membakar gas buangan hasil proses pengolahan

minyak.

Incenerator, untuk membakar gas-gas beracun hasil proses pengolahan .

Effluent Water Treatment Plant (EWTP), berfungsi untuk mengolah air

limbah dari proses dan memisahkan kandungan-kandungan impurities

yang ada sebelum air limbah dialirkan ke laut.

Sour Water Stypper Unit (SWS), untuk memisahkan gas-gas beracun

dari air proses pengolahan minyak

Oil Bom, untuk menanggulangi pencemaran di perairan

g. Laboratorium. Berfungsi sebagai quality control, meliputi laboratorium

produk cair untuk produk steam maupun produk jadi (finish product) dari

BBM dan non BBM, laboratorium produk gas, serta laboratorium Crude Oil,

yang merupakan tempat penelitian dan pengembangan yang ada

hubungannya dengan pengolahan minyak.

Kebijakan Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lindungan Lingkungan

Page 28: Sistem Kendali Industri

( K3LL ) PT. PERTAMINA ( Persero )

Direksi PERTAMINA menyadari bahwa kegiatan PERTAMINA mengandung

resiko bahaya yang bverpotensi menimbulkan insiden yang merugikan dan dapat

menggangu bisnis PERTAMINA ,maka Direksi PERTAMINA bertekad untuk :

1. Menerapkan prinsip pembangunan yang berwawasan lingkungan dan

berkelanjutan serta mematuhi peraturan perundangan dan standar K3LL yang

berlaku.

2. Mencegah dan menangulanggi terjadinya kecalakaan kerja, kebakaran,

ledakan, penyakit akibat kerja dan pencemaran lingkungan melalui upaya

pembinaan serta pengintegrasian aspek K3LL dalam teknologi dan

kesisteman sejak rancangan bangun sampai tahap pasca oprasi serta

berkelanjutan.

3. Menghasilkan serta memasarkan produk yang aman serta ramah lingkungan

dan menjadikannya sebagai daya saing perusahaan.

4. Menjadikan aspek K3LL sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari ukuran

kinerja induividu, pembinaan SDM serta daya saing perusahaan.

5. Menciptakan dan memelihara hubungan baik dan pemerintah, masyarakat,

dan menerapkan stakeholder terkait di sekitar kegiatan usaha untuk

membangun kemitraan yang saling menguntungkan.

SISTEM KENDALI INDUSTRI

Page 29: Sistem Kendali Industri

Program Studi Teknik Listrik

Di susun Oleh :

Wawan Darmawan NIM 1131120001

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI MALANG

2013

Hardware.

Page 30: Sistem Kendali Industri

Hardware pada PT.Pertamina sangat beraneka ragam yang mendukung proses pemasakan minyak dan untuk memasarkannya. Peralatan di Pertamina masih ada sebagian yang menggunakan peninggalan Belanda seperti Genertaor, trafo, dan motor. Contoh – contoh hardware yang ada di Pertamina adalah sebagai berikut :

- Motor Listrik- Trafo- Generator- Turbin- MCC- CDU (crude distalation unit)- HVU (high vacuum unit)- Flair- Disaltter- Dapur tempat Pemasakan Minyak

ini adalah beberapa bagian dari hardware yang ada di Pertamina yang sangat berperan penting bagi proses pengolahan minyak yang ada Unit Pengolahan RU. V Balikpapan.

Brainware

Pertamina merekrut pekerja dari latar pendidikan yang beraneka ragam seperti SMA/SMK, D3, dan Sarjana. Latar belakang pendidikan memiliki penguruh golongan atau jabatan pada saat pertama kali masuk Pertamina. Jamkerja karyaman di mulai pada\

HARI JAMSenin - Kamis 07:00 – 16:00 WITAJum’at 08:00 – 16:00 WITA

Pada setiap hari jumat jam 06:00 – 07:30 pegawai pertamina melakukan senam dan melakukan jalan santai.

Page 31: Sistem Kendali Industri

Sarana penunjang kerja di Pertamina dari segi gaji sangat jauh melebihi cukup dimana pegawai Pertamina mendapatkan rumah dinas, perabotan rumah tangga, air dan listrik yang gratis, biaya pengobatan suami, istri dan anak,biaya sekolah, semuanya di tanggung oleh perusahaan.

Pertamina selalu menyekolahkan atau dinas setiap pegawai agar mempunyai kemampuan yang mempuni di lapangan, Dinas dari pertamina sendiri biasanya setiap pegawai mendapat 3 kali dinas dalam setahun tergantung dari atasan. Waktu Cuti bagi para Pegawai di beri jatah 1 bulan dalam satu tahun dimana jika pegawai baru tidak boleh mengambil cuti dalam masa waktu satu tahun kerja.