Upload
fikarisvita
View
12
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
s
Citation preview
Student center mengandung pengertian pembelajaran menerapkan strategi pedagogi
mengorientasikan siswa kepada situasi yang bermakna, kontekstual, dunia nyata dan menyediakan
sumber belajar, bimbingan, petunjuk bagi pembelajar ketika mereka mengembangkan pengetahuan
tentang materi pelajaran yang dipelajarinya sekaligus keterampilan memecahkan masalah.Paradigma
yang menempatkan guru sebagai pusat pembelajaran (teacher center) dan siswa sebagai objek, seharusnya
diubah dengan menempatkan siswa sebagai subjek yang belajar secara aktif membangun pemahamannya
(Learning) dengan jalan merangkai pengalaman yang telah dimiliki dengan pengalaman baru yang
dijumpai.Pengalaman nyata dari lingkungan sekitar menunjukkan bahwa minat dan prestasi siswa dalam
bidang sains meningkat secara drastis pada saat mereka dibantu untuk membangun keterkaitan antar
informasi (pengetahuan) baru dengan pengalaman (pengetahuan lain) yang telah mereka miliki atau
mereka kuasai.
Pembelajaran hendaknya dimulai dari masalah-masalah aktual, otentik, relevan dan bermakna bagi
siswa.Pembelajaran yang berbasis subjek seringkali tidak relevan dan tidak bermakna bagi siswa sehingga
tidak menarik perhatian siswa.Pembelajaran yang dibangun berdasarkan subjek seringkali terlepas dari
kejadian aktual di masyarakat.Akibatnya siswa tidak dapat menerapkan konsep/teori yang dipelajarinya di
dalam kehidupan nyata sehari-hari.Dengan pembelajaran yang dimulai dari masalah maka siswa belajar
suatu konsep atau teori dan prinsip sekaligus memecahkan masalah. Dengan demikian sekurang-
kurangnya ada dua hasil belajar yang dicapai, yaitu jawaban terhadap masalah (Produk) dan cara
memecahkan masalah (proses). Kemampuan tentang pemecahan masalah lebih dari sekedar akumulasi
pengetahuan dan hukum/teori, tetapi merupakan perkembangan kemampuan fleksibilitas, strategi kognitif
yang membantu mereka menganalisis situasi tak terduga dan mampu menghasilkan solusi yang
bermakna.
Menurut teori konstruktivisme, pengetahuan itu akan bermakna apabila proses dicari ditemukan oleh
peserta didik sendiri bukan hasil pemberian orang lain termasuk guru. Setiap individu berusaha harus
mampu mengembangkan proses pengetahuannya melalui skema sendiri yang ada dalam, struktur
kognitifnya. Skema ini harus terus menerus diperbaharui harus diubah melalui proses proses asimilasi
akomodasi proses, dengan demikian tugas guru adalah memotivasi peserta untuk didik mengembangkan
skema yang terbentuk melalui proses asimilasi proses akomodasi tersebut, peaget (sanjaya, 2007:194).
1. Metode Pemecahan masalah
Di dalam proses belajar mengajar, guru harus memiliki strategi, agar siswa dapat belajar secara
efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi itu
ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya disebut metode pembelajaran.
Dalam kenyataan, cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan guru untuk
menyampaikan informasi atau massagelisankepada siswa berbeda dengan cara yang ditempuh untuk
memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap. Metode yang digunakan
untuk memotivasi siswa agar mampu menggunakan pengetahuannya untuk memecahkan masalah yang
dihadapi ataupun untuk menjawab suatu pertanyaan akan berbeda dengan metode yang digunakan untuk
tujuan agar siswa mampu berpikir dan mengemukakan pendapatnya sendiri di dalam menghadapi segala
persoalan.
Metode pemecahan masalah (Problem Solving) digunakan dalam pembelajaran yang
membutuhkan jawaban atau pemecahan masalah. Sebagai metode pembelajaran, metode pemecahan
masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah pada siswa.Dengan metode ini, para siswa belajar
memecahkan suatu masalah menurut prosedur kerja ilmiah.
1. Pengertian Metode Pemecahan Masalah
Metode pemecahan (Problem Solving) masalah menurut Sudirman, dkk. (1991 : 146) adalah cara
penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis
dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa.
Metode pemecahan masalah (Problem Solving) ini sering dinamakan atau disebut juga dengan
eksperimen method, reflective thinking method, atau scientific method (Sudirman, dkk., 1991 : 146).
Dengan demikian, metode pemecahan masalah (Problem Solving) adalah sebuah metode
pembelajaran yang berupaya membahas permasalahan untuk mencari pemecahan atau jawabannya.
Sebagaimana metode mengajar, metode pemecahan masalah sangat baik bagi pembinaan sikap ilmiah
pada para siswa.Dengan metode ini, siswa belajar memecahkan suatu masalah menurut prosedur kerja
metode ilmiah.
2. Langkah-langkah Metode Pemecahan Masalah
Dalam garis besarnya langkah-langkah metode pemecahan masalah (problem solving) dapat
disarikan sebagai berikut:
a. Adanya masalah yang dipandang penting;
b. Merumuskan masalah;
c. Analisa hipotesa;
d. Mengumpulkan data;
e. Analisa data;
f. Mengambil kesimpulan
g. Aplikasi (penerapan) dari kesimpulan yang diperoleh; dan
h. Menilai kembali seluruh proses pemecahan masalah (Depdikbud, 1997: 23).
Dengan cara tersebut diharapkan anak-anak didik untuk berpikir dan bekerja sesuai dengan prinsip-
prinsip ilmiah. Metode ini lebih tepat digunakan di kelas tinggi.
Sedangkan menurut Nahrowi Adjie dan Maulana (2006 : 46-51) langkah-langkah penyelesaian
masalah antara lain adalah; (1) memahami soal, (2) memilih pendekatan atau strategi, (3) menyelesaikan
model, dan (4) menafsirkan solusi.
Pada prinsipnya kedua langkah penyelesaian masalah di atas adalah sama, hanya saja pendapat yang
kedua lebih singkat dan padat. Berkaitan dengan masalah penelitian ini penulis lebih cenderung
menggunakan langkah-langkah penyelesaian masalah matematika yang dikemukakan oleh Nahrowi Adjie
dan Maulana, karena lebih sederhana dan mudah dipahami.
3. Kelebihan Metode Problem Solving
Kelebihan Menggunakan Metode Problem Solving
1. Dengan Metode Problem Solvingakan terjadi pembelajaran bermakna. Peserta
didik/mahapeserta didik yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan
pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat
semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan.
2. Dalam situasi Metode Problem Solving, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan
ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3. Metode Problem Solving dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan
inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan
hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan, terutama
dalam hal sebagai berikut :
1. peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences) yang berguna untuk memecahkan
masalah bidang keteknikan yang dijumpainya;
2. peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan
kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;
3. peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif.
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan adalah masalah lemahnya proses pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses
pembelajaran di dalam kelas diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi
Suryosubroto [7]. Permasalahan ini terlihat dari kurangnya kemauan siswa untuk mengumpulkan
informasi serta mencari jawaban ketika guru memberikan permasalahan. Kalaupun siswa diberi
kesempatan untuk bertanya, sedikit sekali yang melakukannya. Hal ini karena siswa masih takut atau
bingung mengenai apa yang akan ditanyakan. Selain itu siswa kurang terlatih dalam mengembangkan ide-
idenya di dalam memecahkan masalah. Siswa masih minder atau pasif, belum mampu berpikir kritis dan
belum berani mengungkapkan pendapat.
Pendekatan pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa
adalah Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) atau Problem Solving. Problem Solving
memberikan kesempatan pada siswa untuk bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara
lengkap untuk memecahkan masalah yang dihadapi Wina Sanjaya [8]. Tujuan yang ingin dicapai oleh
Problem Solving adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk
menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka
menumbuhkan sikap ilmiah.
Bahan ajar sangat menentukan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Melalui bahan ajar, guru akan
lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih mudah dalam belajar. Student
worksheet merupakan pedoman belajar bagi siswa yang dapat mendukung proses pembelajaran. Namun,
pada kenyataannya student worksheet yang tersebar di sekolah hanya berupa materi, soal-soal dan tidak
disesuaikan dengan kondisi siswa. Siswa dituntut untuk membaca, menghafal dan mengerjakan soal yang
ada dalam student worksheet. Siswa kadang merasa bosan dan mereka terpaksa mengerjakan karena tugas
dari guru. Guru belum mampu menyusun dan mengembangkan student worksheet yang dapat menarik
siswa untuk belajar. Student worksheet berupa lembaran-lembaran kertas yang berisi tugas dan petunjuk-
petunjuk pelaksanaan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, yang mengacu pada kompetensi dasar yang
akan dicapai.
Problem solving sangat diperlukan mengingat permasalahan yang dihadapi semakin kompleks dan
beragam. LKS berbasis problem solving memberikan ruang kepada siswa untuk mengembangkan ide-ide
dalam memecahkan masalah, baik melalui individu maupun diskusi kelompok. Dengan pemberian LKS
berbasis problem solving siswa dihadapkan pada masalah dengan langkah-langkah problem solving.
Tujuan penggunaan LKS dalam proses balajar mengajar adalah sebagai berikut.
a) Memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik
b) Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap meteri yang telah disajikan
c) Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.
(Sukmaningrum, 2006:22)
Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan pengguaan LKS dalam proses pembelajaran adalah
sebagai berikut.
a) Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran
b) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep
c) Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses
d) Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran
e) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan
belajar
f) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui
kegiatan balajar secara sistematis. (Suyitno, 1997:40)
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
a. Kelebihan
1) Pendekatan R & D mampu menghasilkan suatu produk / model yang memiliki nilai validasi tinggi,
karena produk tersebut dihasilkan melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi oleh ahli.
2) Pendekatan R & D akan selalu mendorong proses inovasi produk/ model yang tiada henti /
memiliki nilai suistanibility yang cukup baik sehingga diharapkan akan ditemukan produk-produk /
model-model yang selalu actual sesuai dengan tuntutan kekinian
3) Pendekatan R & D merupakan penghubung antara penelitian yang bersifat teoritis dengan
penelitian yang bersifat praktis
4) Metode penelitian yang ada dalam R & D cukup komprehensif , mulai dari metode deskriptif,
evaluatif, dan eksperimen.
b. Kekurangan
1) Pada prinsipnya pendekatan R & D memerlukan waktu yang relatif panjang; karena prosedur yang
harus ditempuhpun relatif kompleks.
2) Pendekatan R & D dapat dikatakan sebagai penelitian “here and now” , Penelitian R & D tidak
mampu digeneralisasikan secara utuh, karena pada dasarnya penelitian R & D pemodelannya pada sampel
bukan pada populasi.
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PENGEMBANGAN
Hari Jumat, Agustus 10, 2012 | Ishaq Madeamin | 4 comments
Berdasarkan analisis yang dilakukan dari 2 (dua) model pengembangan sistem pembelajaran dan 1 (satu)
model pengembangan perangkat pembelajaran (silahkan baca model-model pengembangan:Model
Kemp, Model Dick dan Carey, dan Model Thiagarajan, dkk. ).
Menunjukkan bahwa ketiganya memiliki beberapa perbedaan, namun juga memiliki persamaan. Dengan
adanya perbedaan itu menyebabkan masing-masing model pengembangan memiliki kelebihan dan
kekurangan.
Persamaan dari ketiga model tersebut pada dasarnya terdiri atas empat tahap pengembangan, yaitu: 1)
pendefinisian, 2) perancangan, 3) pengembangan dan 4) penyebaran. Kekurangan dan kelebihan dari
masing-masing model pengembangan tersebut, diantaranya:
1. Model Kemp, kelebihan dengan diagram yang berbentuk bulat telur, memungkinkan peneliti
dapat melakukan tahap-tahap pengembangan secara bebas dan memudahkan, namun setiap unsur dalam
proses pengembangan Kemp tetap saling memiliki ketergantungan. Kekurangan sistem diagram bulat
telur ini adalah menunjukkan langkah yang tidak sistematik, yang idealnya dapat dilakukan dengan
diawali identifikasi permasalahan, proses perancangan, lalu pengujian dan penggunaan.
2. Model Dick dan Carey, kelebihan pengembangan model pembelajaran ini adalah langkah awal
yang sistematik dan pengujian yang berulang kali menunjukkan hasil yang diperoleh dapat diterima dan
meyakinkan. Kelemahan model ini terletak pada tahap evaluasi formatif yang dilakukan untuk
menentukaan langkah pengembangan pembelajaran, sehingga waktu yang dibutuhkan cukup lama.
3. Model menurut Thiagarajan dkk., kelebihan model pengembangan ini adalah merupakan dasar
untuk melakukan pengembangan perangkat pembelajaran (bukan sistem pembelajaran), tahap-tahap
pelaksanaan dibagi secara detail dan sistematik. Kekurangan model ini terletak pada analisis tugas yang
sejajar dengan analisis konsep dan tidak ditentukan analisis yang mana duluan dilaksanakan.
Sumber: Tesis, Desain Pengembangan Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) pada Mata Kuliah Aplikasi Komputer. Oleh Ishaq Madeamin [2010, 22-23]
Alasan penggunaan model pengembangan Thiagarajan ini karena langkah-langkah model tersebut
mampu memberikan arahan yang detail sehingga menghasilkan produk yang jelas.
Bransford dan Stein (1993) memperkenalkan IDEAL problem solving sebagai suatu strategi
pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan menyelesaikan masalah.
Strategi pembelajaran ini didasarkan pada penelitian dan hasil karya dari ahli-ahli sebelumnya dalam
penyelesaian masalah seperti Max Wertheimer, George Polya, Alan Newell dan Herbert Simon.
Penjelasan terhadap 5 tahap dalam IDEAL sebagai berikut:
a. Mengidentifikasikan masalah
Langkah pertama adalah mengidentifikasi masalah. Kemampuan untuk mengidentifikasi (identify)
keberadaan masalah adalah satu karateristik penting untuk menunjang keberhasilan pemecahan masalah
dan menjadikannya sebagai kesempatan (opportunities) untuk melakukan sesuatu yang kreatif. Guru
membantu siswa dalam memahami aspek-aspek permasalahan seperti membantu untuk menganalisis
permasalahan, mengajukan pertanyaan, mengkaji hubungan antar data, memetakan masalah,
mengembangkan hipotesis-hipotesis.
b. Menetapkan Tujuan
Langkah kedua adalah mengembangkan pemahaman dari masalah yang telah diidentifikasi dan
berusaha menentukan (define) tujuan. Dalam tahap ini guru membimbing siswa melihat data atau variabel
yang sudah diketahui dan yang belum diketahui, mencari berbagai informasi, menyaring informasi yang
ada dan akhirnya merumuskan masalah. Sebuah masalah yang ada tergantung pada bagaimana mereka
menentukan tujuan, dan hal ini mempunyai efek yang penting terhadap tipe jawaban yang akan dicoba.
Perbedaan dalam penentuan tujuan dapat menjadi penyebab yang sangat kuat terhadap kemampuan
seseorang untuk berpikir dan menyelesaikan masalah (Bransford 1984). Tujuan yang berbeda membuat
orang mengeksplorasi strategi yang berbeda untuk menyelesaikan masalah.
c. Mengeksplorasi strategi yang mungkin
Langkah ketiga adalah mengeksplorasi (explore) strategi yang mungkin dan mengevaluasi
kemungkinan strategi tersebut sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini guru
membimbing siswa mencari berbagai alternatif pemecahan masalah, melakukan pengungkapan
pendapat, melihat alternatif pemecahan masalah dari berbagai sudut pandang dan akhirnya memilih satu
alternatif pemecahan masalah yang paling tepat.
d. Melaksanakan strategi yang dipilih
Langkah keempat dari IDEAL adalah mengantisipasi (anticipate) hasil dan bertindak (act). Ketika
sebuah strategi dipilih, maka mengantisipasi kemungkinan hasil dan kemudian bertindak pada strategi
yang dipilih. Dalam tahap ini siswa dibimbing secara tahap demi tahap dalam melakukan pemecahan
masalah sesuai dengan alternatif yang dipilih.
e. Melihat kembali dan belajar
Langkah kelima adalah melihat kembali (look back) akibat yang nyata dari strategi yang digunakan
dan belajar (learn) dari pengalaman yang didapat. Melihat dan belajar perlu dilakukan karena setelah
mendapatkan hasil, banyak yang lupa untuk melihat kembali dan belajar dari penyelesaian masalah yang
telah dilakukan. Dalam tahap ini guru membimbing siswa mengoreksi kembali cara-cara pemecahan
masalah yang dilakukan, apakah sudah benar dan lengkap atau belum dan siswa dibimbing untuk melihat
pengaruh strategi yang digunakan dalam pemecahan masalah.
Perbedaan Problem Based Learning dan Problem Solving Learning dapat kita tinjau dari beberapa
aspek. Salah satu aspek yang essensial adalah kita dapat membedakannya dari kelebihan dan
kelemahannya serta karakteristiknya. 1. Karakteristik Metode Pembelajaran Problem Solving Metode
pembelajaran problem solving dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas pembelajaran yang
menekankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah.terdapat 3 ciri utama dari
metode problem solving. a) Metode problem solving merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran.
Artinya dalam implementasi problem solving ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. b)
Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. Metode ini menempatkan masalah
sebagai kunci dari proses pembelajaran. c) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah Hakikat masalah dalam metode problem solving adalah kesenjangan
antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan.oleh karena itu maka materi pelajaran atau topic tidak
terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, akan tetapi juga dapat bersumber dari
peristiwa tertentu sesuai dengan kurikulum yang berlaku.berikut ini criteria pemilihan bahan pelajaran
dalam metode pembelajaran problem solving: a) Bahan pelajaran harus mengandunng ilmu dan konflik
b) Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa c) Bahan yang dipilih merupakan
bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak