106
Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Time Token dan Probing Prompting dengan Memperhatikan Pola Asuh Orang Tua pada Siswa Kelas VIII SMP Bina Utama Ulubelu Tahun Pelajaran 2015/2016 (Skripsi) Oleh Yeni Hartika FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2016

Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS TerpaduMenggunakan Model Pembelajaran Time Token dan Probing Prompting

dengan Memperhatikan Pola Asuh Orang Tua pada Siswa Kelas VIII SMPBina Utama Ulubelu Tahun Pelajaran 2015/2016

(Skripsi)

OlehYeni Hartika

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG2016

Page 2: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

ABSTRACT

COMPARATIVE STUDY OF SOFT SKILLS IN THE SUBJECT IPS USING

INTEGRATED MODEL OF LEARNING TIME AND PROBING PROMPTING

TOKEN WITH CONCERN ON PARENTS PARENTING CLASS VIII SMP

BINA UTAMA ULUBELU LESSON IN 2015/2016

By

Yeni Hartika

This research is motivated by the lack of soft skills of students as well as soft

skills examines differences in student learning using the model Time Token (TT)

and Probing Prompting (PP) with mempertikan parents' parenting class VIII SMP

Bina Utama Ulubelu. The purpose of this study was to determine differences in

soft skills learning model Time Token (TT) and Probing Prompting (PP) with

respect to patterns of parenting is parenting democratic and permissive parenting.

The method used in this research is a comparative method with the experimental

approach. The study population is 106 students with a total sample of 71 students.

This research technique is cluster random sampling. Data collection techniques by

observation. Hypothesis testing using t-test formula two independent samples and

analysis of variance of two roads. The result showed (1) There are differences in

the average soft skills of students whose learning using model-time token with

students whose learning using learning models probing prompting (2) There is a

difference of soft skills among students in the learner uses parenting democratic

and using parenting (3) There is an interaction between the learning model with

parenting and soft skills in social studies Integrated.

Keywords: soft skills, time token, probing prompting, parenting

Page 3: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

ABSTRAK

STUDI PERBANDINGAN SOFT SKILL PADA MATA PELAJARAN IPS

TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN

DAN PROBING PROMPTING DENGAN MEMPERHATIKAN POLA

ASUH ORANG TUA PADA SISWA KELAS VIII SMP BINA UTAMA

ULUBELU TAHUN PELAJARAN 2015/2016

Oleh

Yeni Hartika

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya soft skill siswa serta mengkaji

tentang perbedaan soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model

Time Token (TT) dan Probing Prompting (PP) dengan mempertikan pola asuh

orang tua siswa kelas VIII SMP Bina Utama Ulubelu. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui perbedaan soft skill dengan model pembelajaran Time Token

(TT) dan Probing Prompting (PP) dengan memperhatikan pola asuh orang tua

yaitu pola asuh demokratis dan pola asuh permisif. Metode yang digunakan

dalam penelitian ini adalah metode komparatif dengan pendekatan eksperimen.

Populasi penelitian ini 106 siswa dengan jumlah sampel sebanyak 71 siswa.

Teknik penelitian ini adalah Cluster Random Sampling. Teknik pengambilan data

dengan observasi. Pengujian hipotesis menggunakan rumus t-test dua sampel

independen dan analisis varian dua jalan. Hasil analisis data menunjukkan (1) Ada

perbedaan rata-rata soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran time token dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan

model pembelajaran probing prompting (2) Ada perbedaan soft skill antara siswa

yang di didik menggunakan pola asuh demokratis dan yang menggunakan pola

asuh (3) Ada interaksi antara model pembelajaran dengan pola asuh dan soft skill

pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Kata kunci: soft skill, time token, probing prompting, pola asuh

Page 4: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

Menggunakan Model Pembelajaran Time Token dan Probing

Prompting dengan Memperhatikan Pola Asuh Orang Tua pada

Siswa Kelas VIII SMP Bina Utama Ulubelu Tahun Pelajaran

2015/2016

Oleh

Yeni Hartika

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2016

Page 5: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips
Page 6: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips
Page 7: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips
Page 8: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Yeni Hartika. Lahir di Talangpadang, pada

tanggal 29 januari 1995. Penulis merupakan anak pertama dari bapak

Hi. Iriandi dan ibu Hj. Hulnai, penulis memiliki dua orang adik. Penulis

berkembangsaan Indonesia dan beragama Islam. Penulis beralamat di

Desa Gunung Tiga, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus. Pendidikan yang pernah

ditempuh penulis :

1. Sekolah Dasar Negeri 1 Gunung Tiga yang selesai pada tahun 2006

2. MTS PEMNU Talang Padang yang selesai pada tahun 2009

3. MA TURUS Pandeglang Banten yang selesai pada tahun 2012

Pada tahun 2012 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas Lampung di Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan IPS, Program Studi Pendidikan

Ekonomi melalui jalur UM. Pada Januari 2015 penulis melakukan Kuliah Kerja Lapangan

(KKL) di Bali, Yogyakarta, Solo, dan Jakarta. Pada Juli 2015 penulis melakukan Kuliah

Kerja Nyata (KKN) di Desa Gunung Sari, Kecamatan Ulubelu, Kabupaten Tanggamus.

Page 9: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil dan sederhana ini kepada:

Kedua orang tuaku tercinta Bapak Hi. Iriandi dan Ibunda Hj. Hulnai yang telah

membesarkan, mendidik, dan selalu mendo’akanku setiap waktu. Kalian selalu

mencurahkan kasih sayang, perhatian, serta memberi nasihat-nasihat yang sangat berguna

untuk kesuksesanku, dan kalian tidak pernah mengenal lelah untuk melakukan hal yang

dapat membuat anakmu bahagia. Pengorbanan kalian tidak akan pernah bisa aku balas

sampai kapanpun, semoga kelak aku dapat membhagiakan kalian.

Kedua adikku Aldi Hardinata dan Kayla Almira yang selalu memberi semangat kepadaku

untuk terus menyelesaikan kuliah.

Dan Almamater tercinta UNILA.

Page 10: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

MOTTO

Barang siapa bersungguh-sungguh, sesungguhnyakesungguhannya itu adalah untuknya diri sendiri.

(Al-Ankabut, ayat 6)

Tiada perjuangan yang sia-sia, tetapi akan sia-sia jika tidakberjuang

(IKomangWinatha)

Tetap menjadi diri sendiri walau banyak rintangan yangmenghadang

(Yeni Hartika)

Page 11: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

SANCAWACANA

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat skripsi yang

berjudul “Studi Perbandingan Soft Skill Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

menggunakan Model Pembelajaran Time Token dan Probing Prompting dengan

memperhatikan Pola Asuh Orang Tua Siswa pada Kelas VIII SMP Bina Utama

Ulubelu Tahun Pelajaran 2015/2016”.

Dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak bantuan dan

arahan serta motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, dengan setulus-tulusnya

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Muhammad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Wakil Dekan I Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Wakil Dekan II Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Supriyadi, M.Pd., selaku Wakil Dekan III Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Page 12: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

5. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila.

6. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Ekonomi FKIP Unila.

7. Bapak Dr. Edy Purnomo, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan

juga pembimbing 1 dalam penyusunan skripsi ini, terima kasih yang sebesar-

besarnya atas bimbingan, bantuan, arahan dan kebaikan bapak selama ini,

serta segala ilmu yang telah bapak berikan selama perkuliahan.

8. Ibu Dr. Pujiati, M.Pd, selaku dosen pembimbing II, terima kasih banyak atas

kesediaan waktu luang yang ibu berikan untuk membantu menyelesaikan

skripsi ini, terima kasih atas arahan, nasihat dan semangat yang ibu berikan,

terima kasih juga atas segala ilmu yang sudah diberikan selama perkuliahan.

9. Bapak Drs. Tedi Rusman, M.Si, selaku dosen pembahas dalam penyusunan

skripsi ini, terima kasih atas semua bantuan dan bimbingan yang bapak

berikan selama ini, terima kasih untuk semua ilmu yang telah bapak berikan

selama perkuliahan.

10. Bapak dan ibu dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu

Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih atas segala jasa, ilmu dan

pengetahuan yang telah bapak ibu berikan selama masa perkuliahan.

11. Bapak Mahruri, S.Ag, selaku Kepala Sekolah SMP Bina Utama Ulubelu,

terima kasih atas ketersediaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk

menjadikan SMP Bina Utama Ulubelu sebagai tempat penelitian skripsi ini.

Page 13: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

12. Bapak Duljamin, S.Pd.I, selaku guru mata pelajaran IPS Terpadu di kelas VIII

SMP Bina Utama Ulubelu, terima kasih atas semua bantuan yang telah bapak

berikan.

13. Seluruh dewan guru, karyawan beserta staf tata usaha SMP Bina Utama

Ulubelu, terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan

penelitian.

14. Semua siswa siswi SMP Bina Utama Ulubelu khususnya kelas VIII, terima

kasih atas perhatian, kerjasama dan dukungannya.

15. Orang tua, adek-adekku, kakek, nenekku dan semua kelurga yang selalu

mendukung setiap langkahku, terima kasih atas doa yang tak pernah henti

dihaturkan di setiap sujudmu.

16. Kance-kance seperjuanganku Cinong (Ana), Francisca, Maulida, Indri,

Maryamah, Anggita, Kasma, dan Fitri. Terimakasih selama ini kalian sudah

menjadi teman dan sahabat yang baik

17. Kance-kance seperjuanganku selama dikosan Silvi, Fitria, Mbak Fitri, Maya,

dan Nining, terimakasih kalian sudah menjadi sahabat dan keluarga sangat

baik

18. Teman-teman pendidikan ekonomi angkatan 2012 Fitri Mareta, Fima, Retno,

Imam, Doni, Novanda, mb.sun, mumuk, Meysi, Soni, Menik dan yang

lainnya. Terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

19. Sahabat KKN_KT (Uni Putri, Ate Indah, Kak Erni, Catur, Dedew, Oci, Ukhti

Uci, Rizki, dan Fendi) terima kasih untuk kalian semua, terima kasih atas

kebersamaan yang menjadikan kita keluarga, dan terima kasih tetap menjadi

keluarga sampai saat ini.

Page 14: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih untuk semuanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan tangan

terbuka dan ucapan terima kasih. Namun demikian, penulis berharap semoga

tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umunya dan penulis pada

khususnya. Aamiin.

Bandar Lampung, 20 Agustus 2016Penulis

Yeni Hartika

Page 15: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN

HALAMAN PERNYATAAN

RIWAYAT HIDUP

HALAMAN PERSEMBAHAN

HALAMAN MOTTO

SANWACANA

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR GRAFIK

DAFTAR LAMPIRAN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................ 1

1.2 Identifikasi Masalah .............................................................. 8

1.3 Pembatasan Masalah . ........................................................... 9

1.4 Rumusan Masalah ................................................................. 9

1.5 Tujuan Penelitian . ................................................................. 11

1.6 Kegunaan Penelitian .............................................................. 12

1.7 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................... 13

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka .................................................................... 14

2.1.1 Pengertian Belajar ........................................................ 14

2.1.2 Soft Skill ........................................................................ 20

2.1.3 Mata Pelajaran IPS Terpadu ......................................... 23

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif . ................................ 24

2.1.5 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token........ 27

Page 16: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

2.1.6 Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Probing Prompting ............................................... 30

2.1.7 Pola Asuh ..................................................................... 34

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ................................................ 37

2.3 Kerangka Pikir ........................................................................ 39

2.4 Hipotesis ................................................................................ 50

III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian . ................................................................ 52

3.1.1 Desain Eksperimen...................................................... 53

3.2 Populasi dan Sampel ............................................................. 57

3.2.1 Populasi ....................................................................... 57

3.2.2 Sampel ......................................................................... 57

3.3 Variabel Penelitian ................................................................ 58

3.3.1 Variabel Bebas (Independent) .................................... 58

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent) . .................................... 58

3.3.3 Variabel Moderator .................................................... 59

3.4 Definisi Konseptual Variabel ................................................ 59

3.5 Definisi Operasional Penelitian............................................. 60

3.6 Teknik Pengumpulan Data . .................................................. 62

3.6.1 Observasi ..................................................................... 62

3.6.2 Wawancara .................................................................. 63

3.6.3 Angket (kuesioner) ...................................................... 63

3.6.4 Dokumentasi ................................................................ 63

3.7 Uji Persyaratan Instrumen . ................................................... 64

3.7.1 Uji Validitas ................................................................ 64

3.7.2 Uji Reliabilitas ............................................................ 65

3.8 Uji Persyaratan Analisis Data .............................................. 66

3.8.1 Uji Normalitas . ........................................................... 66

3.8.2 Uji Homogenitas ......................................................... 67

3.9 Teknik Analisis Data ............................................................ 68

3.9.1 T-Test Dua Sampel Independen . ................................ 68

3.9.2 Analisis Varians Dua Jalan ......................................... 69

3.9.3 Pengujian Hipotesis ..................................................... 71

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi data ............................................................................ 75

4.1.1 Sejarah Singkat SMP Bina Utama Ulubelu .................... 75

4.1.2 Keadaan Gedung SMP Bina Utama Ulubelu ................. 76

4.1.3 Keadaan Guru dan Karyawan SMP Bina Utama Ulubelu 76

4.1.4 Visi dan Misi SMP Bina Utama Ulubelu ....................... 77

4.2 Deskripsi Data Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol . ............. 78

4.2.1 Deskripsi Data Soft skill Siswa Pada

Kelas Eksperimen ........................................................... 78

Page 17: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

4.2.2 Deskripsi Data Soft skill Siswa Pada

Kelas Kontrol ................................................................. 81

4.2.3 Deskripsi Data Soft skill Siswa yang Memiliki

Di didik menggunakan Pola Asuh Demokrtis ................. 83

4.2.4 Deskripsi Data Soft skill Siswa yang di didik

menggunakan Pola Asuh Permisif .................................. 86

4.2.5 Deskripsi Data Soft skill Siswa yang di didik

menggunakan Pola Asuh Demokratis Pada Kelas Kontrol . 88

4.2.6 Deskripsi Data Soft skill Siswa yang di didik

menggunakan Pola Asuh Permisif Pada Kelas Kontrol . 91

4.3 Pengujian Persyaratan Anaisis Data .......................................... 93

4.3.1 Uji Normalitas ................................................................ 93

4.3.2 Uji Homogenitas ............................................................. 95

4.4 Pengujian Hipotesis ................................................................... 96

4.4.1 Pengujian Hipotesis 1 ..................................................... 97

4.4.2 Pengujian Hipotesis 2 ..................................................... 98

4.4.3 Pengujian Hipotesis 3 ..................................................... 99

4.4.4 Pengujian Hipotesis 4 . .................................................... 101

4.4.5 Pengujian Hipotesis 5 . .................................................... 104

4.4.6 Pengujian Hipotesis 6 ..................................................... 107

4.4.7 Pengujian Hipotesis 7 . .................................................... 109

4.5 Pembahasan ............................................................................... 110

4.5.1 Terdapat Perbedaan Soft skill Siswa yang

Pembelajarannya Menggunakan Model Pembelajaran

Koperatif Tipe Time Token Dibandingkan

Dengan Tipe Probing Prompting ................................... 110

4.5.2 Terdapat Perbedaan Soft skill Antara Siswa

yang di didik menggunakan Pola Asuh Demokratis

dan Pola Asuh Permisif .................................................. 113

4.5.3 Terdapat Interaksi Antara Penggunaan Model

Pembelajaran dengan Pola Asuh Demokratis dan

Pola Asuh Permisif terhadap Soft Skill ........................... 116

4.5.4 Soft skill Siswa yang Pembelajarannya

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Time

Token Lebih Efektif Dibandingkan dengan Pembelajaran

Yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe probing Prompting Pada Siswa yang di didik

menggunakan Pola Asuh Demokratis ............................. 118

4.5.5 Soft skill Siswa yang Pembelajarannya

Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

probing Prompting lebih efektif dibandingkan

Pembelajaran yang menggunakan Model Time Token

Pada Siswa yang di didik menggunakan

Pola Asuh Permisif. ......................................................... 120

Page 18: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

4.5.6 Soft skill Siswa yang di didik menggunakan

Pola Asuh Demokratis Lebih Tinggi Dibandingkan

dengan Siswa yang di didik menggunakan Pola Asuh

Permisif Pada Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Time Token .............................................................. 122

4.5.7 Soft skill Siswa yang yang di didik menggunakan

Pola Asuh Permisif Lebih Tinggi Dibandingkan

dengan Siswa yang yang di didik menggunakan

Pola Asuh Demokratis Pada Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Time Token ......................................... 125

4.6 Keterbatasan Waktu .................................................................. 127

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ............................................................................... 128

5.2 Saran . ........................................................................................ 130

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 19: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Soft skill yang Tampak pada Siswa ............................................. 52. Instrumen Penelitian Soft Skill . .................................................. 603. Instrumen Penelitian Pola Asuh Permisif. .................................. 614. Instrumen Penelitian Pola Asuh Demokratis . ............................ 625. Kategori Besarnya Realibilitas.................................................... 656. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan.................................. 707. Daftar Nama Kepimpinan SMP Bina Utama Ulubelu ................. 758. Keadaan Gedung SMP Bina Utama Ulubelu ............................... 769. Jumlah Tenaga Kerja SMP Bina Utama Ulubelu ........................ 7710. Visi dan Misi SMP Bina Utama Ulubelu .................................... 7711. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa Pada Kelas Eksperimen ... 7912. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa Pada Kelas Kontrol ........... 8213. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa yang di didik

Menggunakan Pola Asuh Demokratis .......................................... 8414. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa yang di didik

Menggunakan Pola Asuh Permisif Pada Kelas Eksperimen ........ 8715. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa yang di didik

Menggunakan Pola Asuh Demokratis pada Kelas Kontrol ........... 8916. Distribusi Frekuensi Soft Skill Siswa yang di didik

Menggunakan Pola Asuh Permisif Pada Kelas Kontrol ................ 9217. Hasil Uji Normalitas Sampel Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ................................................................................. 9418. Hasil Uji Homogenitas Varian pada Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol ................................................................................. 9519. Hasil Pengujian Hipotesis 1 ........................................................... 9720. Hasil Pengujian Hipotesis 2 ........................................................... 9821. Hasil Pengujian Hipotesis 3 ........................................................... 10022. Hasil Pengujian Hipotesis 4 ........................................................... 10223. Hasil Pengujian Hipotesis 5 ........................................................... 10524. Hasil Pengujian Hipotesis 6 ........................................................... 10825. Hasil Pengujian Hipotesis 7 ........................................................... 109

Page 20: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Pikir Penelitian ........................................................... 452. Desain Penelitian Eksperimen Factorial Design ........................ 533. Estimated Marginal Means of Soft Skill ..................................... 101

Page 21: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Soft Skill Siswa Pada Kelas Eksperimen ..................................... 802. Soft Skill Siswa Pada Kelas Kontrol ............................................ 823. Soft Skill Siswa yang di didik menggunakan Pola Asuh

Demokratis pada Kelas Eksperimen ............................................ 854. Soft Skill Siswa yang di didik menggunakan Pola Asuh

Permisif pada Kelas Eksperimen ................................................ 875. Soft Skill Siswa yang di didik menggunakan Pola Asuh

Demokratis pada Kelas Kontrol ................................................... 906. Soft Skill Siswa yang di didik menggunakan Pola Asuh

Permisif pada Kelas Kontrol ........................................................ 92

Page 22: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips
Page 23: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Daftar Nama Guru dan Karyawan SMP Bina Utama Ulubelu... 1372. Silabus IPS Terpadu Kelas VIII ................................................... 1383. RPP Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token ............. 1444. RPP Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Probing Prompting. 1515. Rubrik Penilaian Soft Skill Siswa ............................................... 1596. Lembar Observasi Soft Skill Siswa Kelas

Eksperimen dan Kelas Kontrol .................................................. 1617. Daftar Nama Siswa Kelas Eksperimen ...................................... 1658. Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol . ............................................ 1669. Daftar Kelompok Siswa Kelas Eksperimen . .............................. 16710. Daftar Kelompok Siswa Kelas Kontrol ..................................... 16811. Rekap Nilai Soft Skill Kelas Eksperimen ................................... 16912. Rekap Nilai Soft Skill Kelas Kontrol .......................................... 17013. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Demokratis di Kelas

Eksperimen ................................................................................. 17114. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Permisif di Kelas

Eksperimen ................................................................................. 17215. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Demokratis di Kelas Kontrol ...... 17316. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Permisif di Kelas Kontrol ........... 17417. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Demokratis dan Rekap

Hasil Soft Skill Kelas Eksperimen (Time Token) Pada SiswaYang di didik menggunakan Pola Asuh Demokratis .................. 175

18. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Permisif dan RekapHasil Soft Skill Kelas Eksperimen (Time Token) Pada SiswaYang di didik menggunakan Pola Asuh Demokratis .................. 176

19. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Demokratis dan RekapHasil Soft Skill Kelas Eksperimen (Probing Prompting)Pada Siswa yang di didik menggunakan Pola Asuh Permisif .... 177

20. Daftar Nilai Skala Pola Asuh Permisif dan RekapHasil Soft Skill Kelas Eksperimen (Time Token) Pada SiswaYang di didik menggunakan Pola Asuh Permisif ....................... 178

21. Hasil Uji Validitas Pola Asuh Demokratis . ............................... 17922. Hasil Uji Validitas Pola Asuh Permisif ...................................... 18323. Hasil Uji Reliabilitas Pola Asuh Demokratis dan

Pola Asuh Permisif .................................................................... 18724. Hasil Uji Normalitas ................................................................. 188

Page 24: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

25. Hasil Uji Homogenitas .............................................................. 19226. Hasil Uji ANAVA ...................................................................... 19527. Hasil Uji T-test Dua Sampel Independen .................................. 20128. Surat Izin Penelitian ................................................................... 20929. Surat Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 210

Page 25: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan

suatu bangsa. Karena melalui pendidikan inilah dapat tercipta generasi yang

cerdas, berwawasan, terampil berkualitas dan diharapkan dapat menjadi

generasi-generasi yang bisa memberi perubahan lebih baik terhadap bangsa.

Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang sistem nasional pendidikan padapasal 1 menyatakan bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencanauntuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didiksecara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan sprituilkeagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia sertaketerampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, Bangsa dan Negara”.

Undang-undang tersebut menjelaskan bahwa pendidikan tidak hanya suasana

ketika pembelajaran berlangsung, namun lebih menekankan agar peserta didik

lebih aktif dalam mengembangkan potensi atau kemampuan yang ada pada

dirinya. Pendidikan tidak hanya mendidik siswa untuk memiliki kemampuan

dalam bidang ilmu pengetahuan atau hard skill saja, akan tetapi pendidikan

juga harus memperhatikan kemampuan soft skill siswa baik kemampuan inter

atau intra yang dimiliki oleh siswa.

Page 26: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

2

Senada dengan yang diungkapkan oleh Benjamin S. Bloom dalam Jihad dan

Haris (2008: 28), mencakup ke dalam tiga ranah (domain), yaitu.

a. Domain kognitif (pengetahuan atau yang mencakup kecerdasan bahasadan kecerdasan logika-matematika),

b. Domain afektif (sikap dan nilai atau yang mencakup kecerdasanantarpribadi dan kecerdasan intrapribadi, dengan kata lain kecerdasanemosional), dan

c. Domain psikomotorik (keterampilan atau yang mencakup kecerdasankinestetik, kecerdasan visual-spasial, dan kecerdasan musikal).

Namun pendidikan sekarang cenderung hanya memperhatikan domain

kognitif saja, dibanding memperhatikan domain afektif dan domain

psikomotorik.

Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga

pendidikan.Tujuan ini juga dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus

dimiliki oleh siswa setelah mereka menempuh atau dapat menyelesaikan

program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional

merupakan tujuan untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam

bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, misalnya standar

kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan, dan jenjang pendidikan

tinggi.

Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional

pendidikan Bab V pasal 26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada satuan

pendidikan menengah pertama bertujuan meningkatkan kecerdasan,

pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup

mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan penjelasan

tentang tujuan institusional tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)

memang mengutamakan kecerdasan dan pengetahuan yang merupakan ranah

Page 27: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

3

kognitif. Namun, tujuan institusional juga menekankan pada ranah afektif dan

psikomotorik terutama pada kepribadian, akhlak, dan keterampilan hidup

mandiri dari siswa.

IPS Terpadu merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki

kecenderungan pada ranah afektif. Karena mata pelajaran IPS Terpadu tidak

hanya mendidik siswa untuk mengetahui tentang pengetahuan dalam

bersosialisasi akan tetapi juga harus bisa mengaplikasikan secara langsung

dalam lingkungan masyarakat juga dalam lingkungan sekolah. Dalam

bersosialisasi dengan lingkungan juga diperlukan keahlian dalam

memanajemen diri dan soft skill lainnya. Hal ini sesuai dengan tujuan mata

pelajaran IPS di Indonesia tingkat SMP dan MTS, menurut Zubaedi (2011:

289), yakni.

1) Mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian, kegeografian,keekonomian, kesejarahan, dan kewarganegaraan (atau konsep-konsepyang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungan),

2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan inkuiri,pemecahan masalah, dan keterampilan sosial,

3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan(serta mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa),

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkompetensi, dan bekerjasamadalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala lokal, nasional,maupun internasional.

Pada pembelajaran IPS Terpadu cenderung mengutamakan praktik dalam

keseharian siswa baik dalam bersosialisasi dengan lingkungan atau

mengendalikan diri sendiri. Jadi dapat diketahui bahwa mata pelajaran IPS

Terpadu memiliki keterkaitan dengan kemampuan soft skill siswa. Hal ini

berkaitan dengan pendapat Elfindri, dkk berikut ini.

Page 28: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

4

Elfindri, dkk (2011: 10) Mendefinisikan soft skill sebagai keterampilan hidupyang sangat menentukan keberhasilan seseorang, yang wujudnya antara lainberupa kerja keras, eksekutor, jujur, visioner, dan disiplin. Lebih lanjutElfindri menjelaskan bahwa soft skill merupakan keterampilan dan kecakapanhidup yang harus dimiliki baik untuk sendiri, berkelompok, ataubermasyarakat, serta berhubungan dengan Sang Pencipta. Soft skill sangatdiperlukan untuk kecakapan hidup seseorang.

Berdasarkan definisi soft skill yang diungkapkan oleh Elfindri, dkk maka

dapat dilihat bahwa kemampuan soft skill merupakan keterampilan yang ada

didalam diri baik untuk diri sendiri atau dalam berkomunikasi dengan teman

disekolah.

Proses pembelajaran sangatlah berpengaruh terhadap pengembangan soft skill

siswa. Jika guru hanya fokus dalam pengembangan hardskill maka akan

menghambat perkembangan soft skill yang ada dalam diri siswa. Untuk

meningkatkan soft skill siswa guru dapat menggunakan model pembelajaran

atau metode dalam mengajar yang mendorong proses peningkatan soft skill

siswa sehingga siswa lebih termotivasi dalam mengikuti kegiatan belajar

mengajar serta dapat meningkatkan minat dan juga nilai siswa.

Berdasarkan hasil wawancara kepada guru mata pelajaran IPS Terpadu kelas

VIII di SMP Bina Utama Ulubelu terdapat beberapa permasalahan sebagai

berikut.

Page 29: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

5

Tabel 1. Soft skill yang Tampak pada SiswaNo Indikator Fakta di Lapangan1. Kejujuran Ketika diberikan tugas mandiri di

kelas masih banyak siswa yangmenyontek ketemannya.

2. Tanggung Jawab Ketika membuat kesalahan banyaksiswa yang tidak mau memintamaaf kepada temannya.

3. Kemampuan bekerja sama Ketika di bentuk kelompoksebagian dari mereka tidakmenyelesaikan masalah secarabersama.

4. Kemampuan beradaptasi Banyak siswa yang masih belumbisa menyesuaikan diri denganlingkungan sekitar sekolah danmasih enggan untuk aktif.

5. Kemampuan berkomunikasi Banyak siswa yang membentukkelompok-kelompok tertentusehingga mereka menutup diridengan teman yang lainnya.

6. Toleran Pada saat diskusi, siswa masihbelum bisa menerima pendapatdari teman-temannya.

Sumber: wawancara kepada guru mata pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII

Berdasarkan data yang diperoleh masih terdapat beberapa permasalahan soft

skill siswa di kelas VIII yang masih tergolong rendah. Selain itu, menurut

hasil wawancara kepada guru bidang studi sebagian besar siswa belum bisa

bersosialisasi dengan baik. Oleh karena itu, diperlukan model pembelajaran

yang sesuai dan dapat mengembangkan soft skill siswa, salah satunya adalah

model pembelajaran kooperatif.

Menurut Trianto (2009: 56) “Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teorikonstruktivisme. Pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akanlebih mudah menentukan dan memahami konsep yang sulit jika merekasalingberdiskusi dengan teman. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompokuntuk salingmembantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadihakikat sosial danpenggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalampembelajaran kooperatif”.

Page 30: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

6

Penggunaan model pembelajaran kooperatif bisa membantu meningkatkan

soft skill siswa terutama dalam hal berkomunikasi dengan teman, dan model

pembelajaran kooperatif yang dapat diterapkan di dalam kelas adalah model

time token dan probing prompting.

Menurut Ibrahim dkk (2005: 15), time token adalah suatu kegiatan khusus

yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran kooperatif dengan

menggunakan kartu-kartu berbicara, time token dapat membantu membagikan

peran serta lebih merata pada setiap siswa. Model pembelajaran time token

sangat sesuai digunakan untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam

pembelajaran. Sedangkan model pembelajaran probing prompting merupakan

model pembelajaran yang mengaitkan pengalaman siswa dengan pengetahuan

baru yang sedang dipelajari.

Suherman (2008: 6), Menyatakan bahwa pembelajaran probing promptingmerupakan model pembelajaran yang menekankan guru untuk menyajikanpertanyaan yang bersifat menuntun dan menggali sehingga terjadi prosesberfikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya denganpengetahuan baru yang sedang dipelajari. Model pembelajaran ini diharapkandapat menarik minat peserta didik dalam belajar di kelas sehingga pesertadidik menjadi lebih aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajaran time token dan probing

prompting tersebut dapat diketahui bahwa kedua model pembelajaran tersebut

diduga dapat meningkatkan soft skill siswa.

Penerapan model pembelajaran time token dan probing prompting harus

memperhatikan pola asuh orang tua siswa, dimana hal tersebut digunakan

untuk menentukan kelompok sebelum diberikan model pembelajaran. Pola

Page 31: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

7

asuh merupakan dasar yang akan membentuk kepribadian siswa dan juga soft

skill siswa. senada dengan yang diungkapkan oleh

Pradana (2007: 27) Pola asuh yang tidak tepat terhadap anaknya dapat puladitunjukan sebagai penyebab lingkungan yang menghalangi perkembangankecerdasan anak. Orang tua yang telalu melindungi telah banyak dibuktikanmemberikan pengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan anak secarakeseluruhan termasuk perkembangan kecerdasannya. Sementara orang tuayang membatasi ataupun terlalu mengabaikan anak juga dianggap memberipengaruh yang kurang baik terhadap perkembangan anak.

(http://nataliasabatani.blogspot.com/2015/07/hubungan-pola-asuh-orangtua-terhadap.html. pkl 01.00, Sabtu, 13 agustus 2016.)

Santrock (2007: 16), mengatakan yang dimaksud dengan pola asuh adalah

cara atau metode pengasuhan yang digunakan oleh orang tua agar anak-

anaknya dapat tumbuh menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial.

Pola asuh terbagi menjadi 3 jenis yaitu pola asuh permisif, otoriter, dan

demokrasi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan kepada beberapa siswa

kelas VIII SMP Bina Utama Ulubelu menunjukkan bahwa pola asuh yang

diterapkan oleh orang tua siswa adalah pola asuh demokratis dan permisif.

Orang tua yang mendidik anaknya menggunakan pola asuh demokratis

biasanya cenderung memberi batasan terhadap anak dalam bersosial akan

tetapi tetap memberi kesempatan kepada anak untuk mengutarakan apa yang

diinginkannya senada dengan yang disampaikan Hurlock (2006: 19), Orang

tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri adanya

kesempatan anak untuk berpendapat mengapa ia melanggar peraturan

sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku salah, dan

memberi pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar.

Page 32: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

8

Sedangkan siswa yang mendapatkan pola asuh permisif biasanya cenderung

tidak bisa memecahkan masalah sendiri seperti yang diungkapkan oleh

Gunarsa berikut.

Gunarsa (2000: 17), mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan polaasuh permisif memberikan kekuasaan penuh pada anak, tanpa dituntutkewajiban dan tanggung jawab, kurang kontrol terhadap perilaku anak danhanya berperan sebagai pemberi fasilitas, serta kurang berkomunikasi dengananak. Dalam pola asuh ini, perkembangan kepribadian anak menjadi tidakterarah, dan mudah mengalami kesulitan jika harus menghadapi larangan-larangan yang ada di lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan tentang pola asuh demokratis dan pola asuh permisif

dapat dipahami bahwa pola asuh bisa memperkuat model pembelajaran time

token dan probing prompting dalam meningkatkan soft skill siswa.

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka peneliti hendak

melakukan kegiatan penelitian dengan judul :“Studi Perbandingan Soft

Skill Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Menggunakan Model

Pembelajaran Time token dan Probing Prompting dengan

Memperhatikan Pola Asuh Orang Tua pada Siswa Kelas VIII SMP Bina

Utama Ulubelu Tahun Pelajaran 2015/2016”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka permasalahan dalam

penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Rendahnya kreativitas guru dalam meningkatkan soft skill siswa

2. Siswa kurang paham tentang soft skill

3. Siswa kurang paham cara mengembangkan soft skill yang dimiliki

Page 33: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

9

4. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered)

5. Belum menerapkan model pembelajaran kooperatif yang menarik untuk

membuat siswa menjadi semangat, kreatif dan menyenangkan.

6. Siswa kurang berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran sehingga

cenderung pasif.

7. Siswa tidak berpusat pada pembelajaran saat kegiatan belajar mengajar

berlangsung

8. Pola asuh orang tua yang berbeda-beda.

1.3 Pembatasan Masalah

Sesuai dengan judul penelitian dan berdasarkan identifikasi masalah diatas,

maka ada pembatasan masalah yang jelas agar lebih terarah pada tujuan yang

ingin diungkapkan dalam penelitian ini, sehingga masalah dalam penelitian

ini dibatasi pada aspek soft skill pada mata pelajaran IPS Terpadu, model

pembelajaran time token, model pembelajaran probing prompting dan pola

asuh orang tua (pola asuh demokratis dan pola asuh permisif).

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah.

1. Apakah terdapat perbedaan soft skill siswa dengan menggunakan model

pembelajaran time token dan probing prompting?

Page 34: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

10

2. Apakah terdapat perbedaan soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh

demokratis dan pola asuh permisif?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan pola asuh

terhadap soft skill siswa?

4. Apakah soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran time token lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang

menggunakan model pembelajaran probing prompting bagi siswa yang

mendapatkan pola asuh demokratis?

5. Apakah soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran time token lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang

menggunakan model pembelajaran probing prompting bagi siswa yang

mendapatkan pola asuh permisif?

6. Apakah soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh demokratis lebih

tinggi dibandingkan dengan soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh

permisif bagi siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran time token?

7. Apakah soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh demokratis lebih

rendah dibandingkan dengan soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh

permisif bagi siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran probing prompting?

Page 35: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

11

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui.

1. Perbedaan soft skill siswa dengan menggunakan model pembelajaran time

token dan probing prompting.

2. Perbedaan soft skill siswa yang mendapatkan pola asuh demokratis dan

pola asuh permisif.

3. Adanya pengaruh interaksi antara model pembelajaran dengan pola asuh

terhadap soft skill siswa.

4. Efektifitas model pembelajaran time token dan probing prompting pada

siswa yang mendapatkan pola asuh demokratis.

5. Efektifitas model pembelajaran time token dan probing prompting pada

siswa yang mendapatkan pola asuh permisif.

6. Efektifitas pola asuh demokratis dan pola asuh permisif bagi siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran time token.

7. Efektifitas pola asuh demokratis dan pola asuh permisif bagi siswa yang

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran probing prompting.

Page 36: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

12

1.6 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan dan menambah konsep-konsep

teoritis kepada guru dan calon guru mengenai model pembelajaran.

b. Dapat menjadi sumber referensi untuk perpustakaan dan bagi semua

pihak yang bermaksud melakukan penelitian lebih lanjut dan lebih

mendalam mengenai permasalahan yang terkait.

c. Sebagai latihan dan pengalaman dalam mempraktekkan teori yang

diterima selama perkuliahan.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan informasi kepada guru dan calon guru dalam memilih

model pembelajaran yang tepat dan efektif sehingga dapat

meningkatkan keterampilan sosial siswa ke arah yang lebih baik.

b. Memberikan tambahan wawasan bagi siswa untuk meningkatkan

keterampilan sosial melalui model pembelajaran yang melibatkan

siswa (student centered).

c. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam usaha meningkatkan

kualitas peserta didik.

Page 37: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

13

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1) Ruang Lingkup Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah soft skill (Y), model pembelajaran Time

token (X1), model pembelajaran probing prompting (X2), dan pola asuh

orang tua (pola asuh permisif dan pola asuh demokratis) (Z).

2) Ruang Lingkup Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII.

3) Ruang Lingkup Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini adalah SMP Bina Utama Ulubelu.

4) Ruang Lingkup Waktu Penelitian

Waktu dalam penelitian ini adalah pada semester genap tahun pelajaran

2015/2016.

5) Ruang Lingkup Ilmu

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu pendidikan IPS Terpadu.

Page 38: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

14

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Belajar

Belajar merupakan kecenderungan perubahan pada diri manusia baik

aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik selama proses pertumbuhan

yang dapat diamati, diubah, dikembangkan, dan dikontrol.

Hal ini diungkapkan oleh Winkel dalam Riyanto (2010: 5)

bahwabelajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung

dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan

perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan,

dan nilai-sikap. Perubahan ini bersifat secara relatif konstan dan

berbekas.

Pengertian belajar berkaitan dengan teori belajar. Teori belajar itu

antara lain sebagai berikut.

1) Teori Belajar Aliran Behavioristik

Menurut behaviorisme reaksi yang begitu kompleks akan

menimbulkan tingkah laku. Tokoh-tokoh aliran behavioristik

diantaranya adalah Edward L. Thorndike, J. B. Watson, Clarh

Hull, Edwin Guthri, dan B. F. Skinner. Mereka ini sering disebut

“contemporary behaviorist” atau juga disebut “S-R psychologist”.

Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia dikendalikan

Page 39: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

15

oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari

lingkungan. Dalam perkembangan aliran behavioristik

bermunculan teori belajar, yang secara garis besar dikelompokkan

pada dua teori belajar, yaitu teori belajar conditioning dan teori

belajar connectionism.

Thorndike dalam Riyanto (2010: 6), Teori belajar Thorndike

disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses

pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori

ini sering pula disebut Trial and Error dalam rangka memilih

respon yang tepat bagi stimulus tertentu. Ciri-ciri belajar dengan

Trial and Error adalah ada motif pendorong aktivitas, ada

berbagai respons terhadap situasi, ada eliminasi respons yang

gagal/ salah, dan ada kemajuan reaksi mencapai tujuan.

Berdasarkan pendapat Thorndike pembelajaran trial and error

tentu menggunakan motif-motif yang dapat mendorong aktivitas

belajar didalam kelas. Dengan keaktifan siswa tersebut maka

pendidik dapat mencapai tujuan yang diinginkan yaitu membuat

semua siswa aktif dalam proses pembelajaran. Namun dalam

proses pembelajaran pendidik harus menyesuaikan dengan

keadaan di kelas, lingkungan, dan yang lainnya. Hal ini senada

dengan hasil penelitian Thorndike berikut.

Thorndike dalam Riyanto (2010: 6), menemukan hukum-hukum

sebagai berikut.

1. Law of Readiness, yaitu kesiapan untuk bertindak itu timbul

karena penyesuaian diri dengan sekitarnya yang akan

memberikan kepuasan.

2. Law of Exercise and Repetation, sesuatu itu akan sangat kuat

bila sering dilakukan diklat dan pengulangan.

3. Law of Effect, yaitu perbuatan yang diikuti dengan

dampak/pengaruh yang memuaskan cenderung ingin diulangi

Page 40: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

16

lagi dan yang tidak mendatangkan kepuasan cenderung untuk

dilupakan.

Menurut hasil penelitian tersebut, proses belajar melalui proses

Trial and Error (mencoba-coba dan mengalami kegagalan), dan

Law of Effect merupakan segala tingkah laku yang berakibatkan

suatu keadaan yang memuaskan (cocok dengan tuntutan situasi)

akan diingat dan dipelajari sebaik-baiknya.

Ivan Pavlov juga menghasilkan teori belajar yang disebut classical

conditioning (upaya pembiasaan), yang merupakan sebuah

prosedur penciptaan refleks baru dengan cara mendatangkan

stimulus sebelum terjadinya refleks tersebut. Teori ini disebut juga

respondent conditioning (pembiasaan yang dituntut).

John B. Watson mengembangkan teori belajar berdasarkan hasil

penelitian Pavlov. Watson dalam Dalyono (2012: 32), berpendapat

bahwa: belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau

respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Manusia

dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional

berupa takut, cinta, dan marah. Semua tingkah laku lainnya

terbentuk oleh hubungan-hubungan stimulus respon baru melalui

conditioning”.

Menurut teori conditioning, belajar itu merupakan suatu proses

perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (condition)

yang kemudian menimbulkan reaksi. Yang terpenting dalam

belajar menurut teori conditioning adalah latihan yang kontinyu.

Teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga

merupakan hasil conditioning, yaitu hasil latihan atau kebiasaan

Page 41: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

17

bereaksi terhadap perangsang tertentu yang dialami dalam

kehidupannya.

E.R . Guthrie memperluas penemuan Watson tentang belajar, yang

mengemukakan bagaimana cara atau metode untuk mengubah

kebiasaan yang kurang baik berdasarkan teori conditioning ini.

Menurut Guthrie dalam Djaali (2008: 87), menyatakan bahwa

untuk menggunakan kebiasaan yang tidak baik harus dilihat dari

rentetan deretan unit-unit tingkah lakunya, kemudian diusahakan

untuk menghilangkan unit yang tidak baik atau menggantinya

dengan yang lain atau yang seharusnya.

Skinner menciptakan teori pembiasaan perilaku respon (Operant

Conditioning) untuk menanggapi teori Stimulus-Respons (S-R)

yang dikembangkan oleh J. B. Watson. Seperti Pavlov dan

Watson, Skinner juga memikirkan tingkah laku sebagai hubungan

antara perangsang dan respons. Perbedaannya Skinner membuat

perincian lebih jauh.

Skinner dalam Djaali (2008: 88), membedakan dua macam

respons, yaitu.

a. Respondent Response

Respondent response merupakan respons yang ditimbulkan

oleh parangsang tertentu, misalnya keluarnya air liur setelah

melihat makanan tertentu, dan umumnya perangsang yang

demikian itu mendahului respons yang ditimbulkan.

b. Operant Response

Operant response, yaitu respons yang timbul dan

berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang

yang demikian disebut reinforcing stimuli atau reinforce,

karena perangsang itu memperkuat respons yang telah

dilakukan oleh organisme. Misalnya, seorang anak yang

belajar melakukan perbuatan lalu mendapatkan hadiah, maka

Page 42: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

18

ia menjadi lebih giat belajar (responsnya menjadi lebih

intensif/ kuat).

Kenyataannya bahwa jenis respons pertama (respondent

response) sangat terbatas pada manusia, dan jenis respons kedua

(operant response) merupakan bagian terbesar dari tingkah laku

manusia dan kemungkinan untuk memodifikasinya hampir tidak

terbatas. Oleh karena itu, Skinner lebih memfokuskan pada jenis

tingkah laku yang kedua. Skinner menganggap reward atau

reinforcement sebagai faktor terpenting dalam proses belajar,

serta tujuan psikologi adalah meramal dan mengontrol tingkah

laku. Jadi, operant conditioning merupakan situasi belajar di

mana suatu respons dibuat lebih kuat akibat reinforcement

langsung.

Berdasarkan uraian mengenai teori belajar aliran behavioristik di

atas, maka keterkaitan antara teori belajar dengan model

pembelajaran time token dan probing prompting yakni karena

dalam kedua model pembelajaran tersebut memberi stimulus agar

siswa dapat terbiasa aktif dalam pembelajaran. Model

pembelajaran time token memberikan kartu berbicara kepada

siswa agar semua siswa berani menyampaikan pendapat didepan

orang banyak. Sedangkan model pembelajaran probing prompting

menerapkan agar guru memberi banyak pertanyaan agar siswa

bisa lebih aktif dalam pembelajaran.

Page 43: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

19

2) Toeri Belajar Aliran Konstruktivistik

Pandangan klasik yang selama ini berkembang adalah bahwa

pengetahuan secara untuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran

siswa. Penelitian pendidikan sains pada tahun-tahun terakhir telah

mengungkapkan bahwa pengetahuan dibangun dalam pikiran

seseorang. Pandangan terakhir inilah yang dianut oleh

konstruktivisme.

Jalaludin dalam Riyanto (2010: 143), Kontruktivis berarti bersifat

membangun. Dalam konteks filsafat pendidikan, konstruktivisme

merupakan suatu aliran yang berupaya membangun tata susunan

hidup kebudayaan yang bercorak modern. Konstruktivis berupaya

membina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan

pokok dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.

Menurut teori ini, satu prinsip penting dalam psikologi pendidikan

adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri

pengetahuan dalam benaknya sedikit demi sedikit. Guru dapat

memberikan kemudahan dalam proses ini dengan memberikan

kesempatan siswa untuk menentukan atau menerapkan ide-ide

mereka sendiri untuk belajar.

Tokoh-tokoh penting dalam pengembangan teori kontruktivisme

salah satunya adalah J. Piaget dan Vygotsky. Piaget dalam Siregar

(2014: 39), mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan

ciptaan manusia yang dikonstruksikan dari pengalamannya, proses

pengalaman berjalan secara terus menerus dan setiap kali terjadi

rekonstruksi karena adanya pemahaman yang baru.

Piaget menekankan teori kontruktivisme pada proses untuk

menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari realitas

lapangan.

Page 44: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

20

Konstruktivisme menurut pandangan Vygotsky menekankan pada

pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam

pembentukan pengetahuan. Vygotsky dalam Santrock (2007: 390),

mengatakan bahwa ada dua prinsip penting berkenaan dengan

teori kontruktivismenya, yaitu.

a. Mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi

sosial terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar

informasi dan pengetahuan,

b. Zona of proximal development. Pendidik sebagai mediator

memiliki peran mendorong dan menjembatani siswa dalam

upayanya membangun pengetahuan, pengertian, dan

kompetensi.

Berdasarkan uraian mengenai teori belajar aliran konstruktifistik

di atas, maka keterkaitan antara teori belajar dengan model

pembelajaran probing prompting yaitu melatih siswa untuk bisa

mengaitkan ilmu pengetahuan dengan pengetahuan yang mereka

dapat dalam keseharian atau lingkungan mereka dan pengetahuan

tersebut dibangun oleh siswa itu sendiri.

2.1.2 Soft Skill

Pengembangan soft skill sangatlah penting dikembangkan didunia

pendidikan, karena dengan memiliki soft skill yang bagus siswa dapat

memiliki kemampuan dalam mengendalikan diri dan bersosialisasi

terhadap lingkungan.

Elfindri, dkk (2011: 10), mendefinisikan soft skill sebagai

keterampilan hidup yang sangat menentukan keberhasilan seseorang,

yang wujudnya antara lain berupa kerja keras, eksekutor, jujur,

visioner, dan disiplin. Lebih lanjut Elfindri menjelaskan bahwa soft

skill merupakan keterampilan dan kecakapan hidup yang harus

dimiliki baik untuk sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta

berhubungan dengan Sang Pencipta. Soft skill sangat diperlukan

untuk kecakapan hidup seseorang.

Page 45: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

21

Berdasarkan paparan Elfindri di atas, dapat dilihat bahwa soft skill

sangat penting bagi setiap orang. Karena dengan adanya soft skill

orang dapat berkomunikasi dengan baik dengan lingkungan

sekitarnya. Pentingnya soft skill juga ditekankan oleh Giblin dan

Sailah dalam Sucipta (2009: 1) yang menyatakan bahwa soft skill

merupakan kunci menuju hidup yang lebih baik, sahabat lebih banyak,

sukses lebih besar, dan kebahagiaan yang lebih luas.Pernyataan yang

sama juga dikemukakan oleh Kaipa dan Milus (2005: 3-6) bahwa soft

skill adalah kunci untuk meraih kesuksesan, termasuk di dalamnya

kepemimpinan, pengambilan keputusan, penyelesaian konflik,

komunikasi, kreativitas, kemampuan presentasi, kerendahan hati dan

kepercayaan diri, kecerdasan emosional, integritas, komitmen, dan

kerjasama.

Illah Sailah dalam naskah bukunya yang berjudul Pengembangan Soft

skill di Perguruan Tinggi 2007 dalam buku mengutip definisi soft skill

sebagai. Keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain

(inter-personalskills) dan keterampilan dalam mengatur dirinya

sendiri (intra-personal skills) yang mampu mengembangkan

secara maksimal unjukkerja (performans) seseorang. Selanjutnya diberikan contoh yang termasuk dalam keterampilan

mengatur dirinya sendiri antara lain (a) transforming character, (b) transforming beliefs, (c) change management, (d) stress management, (e) time management, (f) creative thinking processes, (h) goal setting and life purpose, (i) acelerated learning techniques, dan lain-lain.

Sedangkan contoh keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain di antaranya adalah (a) communication skill, (b) relationship building, (c) motivation skills, (d) leadership skills, (e) self-marketing skills, (f) negotiatian skills, (g) presentation skills, (h) public speaking skills, dan lain lain.

(http://www.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU%20SOFTSKILL.pdf, diunduh.pada,pkl10.00,senin.14-12-2015)

Page 46: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

22

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa soft

skill merupakan kemampuan yang sangat penting bagi setiap orang.

Soft skill merupakan kemampuan yang sangat sulit untuk dinilai jika

orang tersebut tidak menerapkan dalam kehidupannya. Kemampuan

yang dimaksud bukan kemampuan akademis yang tinggi, tetapi

kemampuan interaksi sosial yang baik, kemampuan untuk bergaul,

mampu berbicara di depan umum, dan lain-lain. Soft skill merupakan

jenis keterampilan yang lebih banyak terkait dengan sensitivitas

perasaan seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. Karena itu

dampak yang diakibatkan lebih abstrak namun tetap bisa dirasakan

seperti perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan untuk

dapat bekerjasama, membantu orang lain, dan sebagainya.

Dengan memiliki soft skill, setiap individu akan dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan sekitarnya dan tanggap terhadap kondisi dan

situasi sekitarnya sehingga dapat berfikir, berucap dan bertindak

sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat dimana seseorang

hidup dan juga di lingkungan sekolah, dan lingkungan kerjanya.Bila

setiap profesi dituntut mempunyai hard skill yang berbeda-beda, tidak

demikian dengan soft skill, karena keterampilan ini merupakan

kompetensi yang seharusnya dipunyai oleh semua orang, apapun

profesinya. Kemampuan soft skill memiliki beberapa indikator, yaitu:

1) kejujuran

2) tanggung jawab

3) berlaku adil

4) kemampuan bekerja sama

5) kemampuan beradaptasi

Page 47: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

23

6) kemampuan berkomunikasi

7) toleran

8) kemampuan memecahkan masalah

(http://www.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU

%20SOFTSKILL.pdf, diunduh.pada,pkl.10.00,senin.14-12-2015)

2.1.3 Mata Pelajaran IPS Terpadu

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi dari berbagai cabang

disiplin ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi/

antropologi, dan sebagainya.

Senada dengan pendapat Zubaedi (2011: 288), mendefinisikan ilmu

pengetahuan sosial sebagai metode pelajaran di sekolah yang di

desain atas dasar fenomena, masalah, dan realitas sosial dengan

pendekatan interdisipliner yang melibatkan berbagai cabang ilmu-

ilmu dan humaniora seperti kewarganegaraan, sejarah, geografi,

ekonomi, sosiologi, antropologi, pendidikan.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, IPS Terpadu mempelajari

masalah sosial yang terjadi di masyarakat sehingga harus memadukan

berbagai cabang ilmu sosial yang dirumuskan atas dasar realitas dan

fenomena sosial. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik mata

pelajaran IPS di SMP/ MTs yang diungkapkan oleh Trianto (2010:

174-175) antara lain.

a. Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari unsur-unsur

geografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan,

sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama

b. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan

Sosial berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi,

dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga menjadi

pokok bahasan atau topik (tema) tertentu

c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut

berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan

interdisipliner dan multidisipliner

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut

peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip

Page 48: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

24

sebab akibat, kewilayahan adaptasi dan pengelolaan lingkungan

struktur, proses, dan masalah sosial, serta upaya-upaya perjuangan

hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan,

keadilan, dan jaminan keamanan.

Tujuan pembelajaran IPS menurut Zubaedi (2011: 289), mencakup

empat hal antara lain.

1) Mengembangkan pengetahuan dasar kesosiologian, kegeografian,

keekonomian, kesejarahan, dan kewarganegaraan (atau konsep-

konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungan),

2) Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, keterampilan inkuiri,

pemecahan masalah, dan keterampilan sosial,

3) Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai

kemanusiaan (serta mengembangkan nilai-nilai luhur budaya

bangsa),

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, berkompetensi, dan

bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk, baik dalam skala

lokal, nasional, maupun internasional.

Berdasarkan uraian tersebut, IPS Terpadu dirancang untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah

sosial yang terjadi di masyarakat, melatih keterampilan untuk

mengatasi setiap masalah, serta melatih kemampuan berkomunikasi

dan bekerjasama dalam kehidupan bermasyarakat.

2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini

menunjukkan efektivitas untuk berpikir secara kritis, pemecahan

masalah, dan komunikasi antaranggota. Model pembelajaran ini

memungkinkan siswa untuk bertukar pendapat dengan teman dalam

Page 49: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

25

satu kelompok untuk memecahkan masalah dan menyelesaikan tugas

yang diberikan guru.

Hal ini senada dengan pendapat Komalasari (2013: 62) yang

menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu

pembelajaran kelompok dengan jumlah peserta didik 2-5 orang

dengan gagasan untuk saling memotivasi antara anggotanya untuk

saling membantu agar tercapainya suatu tujuan pembelajaran yang

maksimal. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) merupakan

suatu strategi pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling

bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mecapai

tujuan belajar.

Pendapat diungkapkan oleh ahli lain yang juga mendefinisikan

tentang pembelajaran kooperatif.

Menurut Majid (2014: 172), pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang mengutamakan kerjasama untuk mecapai tujuan

pembelajaran. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dengan bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri

dari empat sampai dengan enam orang dengan struktur kelompok

yang bersifat heterogen.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, pembelajaran kooperatif

menitikberatkan pada siswa bekerja sama dalam kelompok-kelompok

kecil dan saling membantu dalam belajar, sehingga dapat

meningkatkan partisispasi dan memberikan kesempatan pada siswa

untuk saling berinteraksi dengan siswa lainnya untuk memecahkan

permasalahan yang dihadapi. Hal ini sesuai dengan prinsip model

pembelajaran kooperatif yang diungkapkan oleh Riyanto (2010: 266),

yaitu.

1. Positive independence artinya adanya saling ketergantungan

positif yakni anggota kelompok menyadari pentingnya kerja sama

dalam pencapaian tujuan

Page 50: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

26

2. Face to face interaction artinya antaranggota berinteraksi dengan

saling berhadapan

3. Individual accountability artinya setiap anggota kelompok harus

belajar dan aktif memberikan kontribusi untuk mencapai

keberhasilan kelompok

4. Use of collaborative/social skill artinya harus menggunakan

keterampilan bekerjasama dan bersosialisasi. Agar siswa mampu

berkolaborasi perlu adanya bimbingan guru

5. Group processing artinya siswa perlu menilai bagaimana mereka

bekerja secara efektif.

Jadi, model pembelajaran kooperatif menekankan pada kerjasama

yang akan menimbulkan lebih banyak komunikasi dan interaksi

antaranggota kelompok maupun antarkelompok, sehingga dapat

mengoptimalkan hasil belajar siswa baik pada aspek pengetahuan,

sikap, maupun keterampilan. Hal ini sesuai dengan tujuan

pembelajaran kooperatif. Menurut Majid (2014: 173), pembelajaran

kooperatif mempunyai beberapa tujuan antara lain.

1) Meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Model

kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-

konsep sulit.

2) Agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai

berbagai perbedaan latar belakang

3) Mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain: berbagi

tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing

teman untuk bertanya, mau menjelaskan idea atau pendapat,

bekerja dalam kelompok.

Pendapat lain diungkapkan oleh Rusman (2012: 209), bahwa model

pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-

tidaknya 3 tujuan pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik,

penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan

sosial.

Page 51: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

27

Menurut Johnson dalam Trianto (2009: 60), terdapat unsur-unsur

penting dalam belajar kooperatif, yaitu sebagai berikut.

a. Saling ketergantungan yang bersifat positif antarsiswa (positive

interdependence)

b. Adanya interaksi tatap muka langsung (face to face promotive

interaction)

c. Adanya tanggungjawab individu (personal responsibility)

d. Adanya keterampilan menjalin hubungan interpersonal

(interpersonal skill)

e. Proses kelompok (group processing) terjadi jika anggota

kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai

tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Jika kelima unsur tersebut dilaksanakan dengan baik, maka akan

tercipta suasana kerja kelompok yang maksimal sehingga hasil belajar

pun akan meningkat.

2.1.5 Model Pembelajaran Time Token

Model pembelajaran time token merupakan salah satu model

pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan soft skill

yang ada di siswa, untuk mengajarkan keterampilan sosial,

keterampilan berbicara didepan orang banyak, selain itu model

pembelajaran time token akan membuat siswa menjadi lebih berani

berbicara.

Suyatno (2009: 76), Model pembelajaran kooperatif time token

digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial

agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali.

Langkahnya adalah kondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi, tiap

siswa diberi kupon bahan pembicaraan (1 menit), siswa berbicara

(pidato-tidak membaca) berdasarkan bahan pada kupon, setelah

selesai kupon dikembalikan.

(http://juliketaren.blogspot.co.id/2011/08/implementasi-model

pembelajaran-time. html, diunduh. pada, pkl10.00, senin. 14-12-2015)

Page 52: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

28

Menurut Ibrahim (2005: 15), time token adalah suatu kegiatan khusus

yang dilakukan oleh seorang guru dalam pembelajaran kooperatif

dengan menggunakan kartu-kartu berbicara, time token dapat

membantu membagikan peran serta lebih merata pada setiap siswa.

Model pembelajaran tipe time token ini memiliki karateristik pada

teori konstruktivisme karena pada teori konstruktivisme siswa dituntut

untuk menggali kemampuan atau pengetahuan yang ia miliki

berdasarkan pengalamannya sehinga pengetahuan siswa dapat

terbangun secara sendirinya.

Hal ini dapat dilihat pada penerapan model pembelajaran time token

ketika siswa menggunakan kartu berbicaranya, mereka akan

menemukan dan menyampaikan sesuatu yang ia ketahui sesuai

dengan pembicaraan yang sedang berlangsung sehingga hal ini akan

membangun pengetahuan siswa itu sendiri berdasarkan pengetahuan

dan pengalamannya. Model pembelajaran time token memiliki

langkah-langkah penerapan seperti yang disampaiakan oleh Miftahul

Huda. Menurut Huda (2014: 240), langkah dalam menerapkan model

pembelajaran time token adalah sebagai berikut.

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.

2) Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.

3) Guru memberi tugas pada siswa.

4) Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik

perkupon pada tiap siswa.

5) Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu

sebelumberbicara atau memberi komentar. Satu kupon untuk satu

kesempatanberbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran

dengan siswalainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak

boleh bicara lagi. Siswayang masih memegang kupon harus bicara

Page 53: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

29

sampai semua kuponnyahabis. Demikian seterusnya hingga semua

anak berbicara.

6) Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan

tiapsiswa dalam berbicara.

Berdasarkan uraian dan langkah-langkah tersebut bisa dipahami

bahwa model pembelajaran time token dapat membantu untuk

meningkatkan soft skill siswa. yakni siswa dapat berani berbicara di

depan orang banyak, siswa bisa memecahkan masalal, dapat

bersosialisasi dengan teman-temannya, dan juga bisa melatih diri agar

bisa lebih bertanggung jawab.

Selain langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran time

token dengan memberikan kupon berbicara pada siswa, model

pembelajaran ini juga memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan,

seperti yang disampaikan Huda.

Menurut Huda (2014: 241), strategi time token memiliki beberapa

kelebihan, antara lain.

a. Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi

b. Menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang

tidak berbicara sama sekali

c. Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran

d. Meningkatkan kemampuan siswa untuk berkomunikasi (aspek

berbicara)

e. Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat

f. Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling

mendengarkan,berbagi, memberikan masukan, dan memiliki sikap

keterbukaan terhadapkritik

g. Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain

h. Mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan

yang dihadapi, dan

i. Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.

Page 54: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

30

Akan tetapi, ada beberapa kekurangan time token yang juga harus

menjadi pertimbangan, antara lain.

1) Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja

2) Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak

3) Memerlukan banyak waktu untuk persiapan. Dalam proses

pembelajaran,karena semua siswa harus berbicara satu per satu

sesuai jumlah kuponyang dimilikinya, dan

4) Kecenderungan untuk sedikit menekan siswa yang pasif dan

membiarkan siswa yang aktif untuk tidak berpartisipasi lebih

banyak di kelas.

Berdasarkan penjelasan tentang kelebihan dan kekurangan model

pembelajaran time token maka dapat dilihat bahwa model pembelajran

ini cukup efektif untuk meningkatkan soft skill siswa.

2.1.6 Model Pembelajaran Probing Prompting

Model pembelajaran Probing Prompting memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bekerja sama dan berinteraksi antaranggota

kelompok untuk dapat memecahkan persoalan yang ditemukan dalam

pembelajaran. Ketika sudah menemukan permasalahan maka siswa

harus bisa menghubungkan permasalahan atau pengetahuan baru

tersebut terhadap pengalamannya. Senada dengan yang diungkapkan

oleh Suherman (2008: 6) “Model pembelajaran probing prompting

merupakan model pembelajaran yang menekankan guru untuk

menyajikan pertanyaan yang bersifat menuntun dan menggali

sehingga terjadi proses berfikir yang mengaitkan pengetahuan tiap

siswadan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang

dipelajari”.

Selanjutnya siswa mengkonstruksi konsep dan aturan menjadi

pengetahuan baru, dengan demikian pengetahuan baru tidak

Page 55: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

31

diberitahukan. Pembelajaran probing prompting sangat erat kaitannya

dengan pertanyaan. Pertanyaan yang dilontarkan pada saat

pembelajaran ini disebut probing question. Probing question adalah

pertanyaan yang bersifat menggali untuk mendapatkan jawaban lebih

lanjut dari siswa yang bermaksud untuk mengembangkan kualitas

jawaban, sehingga jawaban berikutnya lebih jelas, akurat serta

beralasan.

Suherman, dkk (2001: 160), probing question dapat memberikan

motivasi kepada siswa untuk lebih memahami secara mendalam suatu

masalah hingga mencapai suatu jawaban yang dituju. Proses pencarian

dan penemuan jawaban atas masalah tersebut peserta didik berusaha

menghubungkan pengetahuan dan pengalaman yang telah dimilikinya

dengan pertanyaan yang akan dijawabnya. Model pembelajaran ini

menggunakan tanya jawab yang dilakukan dengan menunjuk siswa

secara acak sehingga setiap siswa mau tidak mau harus ikut

berpartisipasi aktif, sehingga siswa tidak dapat menghindar dari proses

pembelajaran, karena setiap saat siswa dapat dilibatkan dalam proses

tanya jawab.

Proses pembelajaran dengan model pembelajarn probing prompting,

akan terjadi suasana tegang di dalam kelas namun, suasana tegang

demikian bisa dikurangi dengan guru memberi serangkaian

pertanyaan disertai dengan wajah ramah, suara menyejukkan, dan

nada yang lembut. Pembelajaran harus disertai dengan canda, senyum

dan tertawa sehingga menjadi nyaman, menyenangkan dan ceria.

Perlu diingat bahwa jawaban siswa yang salah harus dihargai karena

salah adalah ciri siswa sedang belajar dan telah berpartisipasi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Priatna dalam Sudarti (2008:

17), menyimpulkan bahwa proses probing dapat mengaktifkan siswa

dalam belajar yang penuh tantangan, membutuhkan konsentrasi dan

keaktifan sehingga aktivitas komunikasi cukup tinggi. Selanjutnya,

Page 56: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

32

perhatian siswa terhadap pembelajaran yang sedang dipelajari

cenderung lebih terjaga karena siswa selalu mempersiapkan jawaban

sebab mereka harus siap jika tiba-tiba ditunjuk oleh guru.

Suherman, dkk (2001:55), mengungkapkan bahwa terdapat dua

aktivitas siswa yang saling berhubungan dalam pembelajaran probing

prompting, yaitu aktivitas siswa yang meliputi aktivitas berpikir dan

aktivitas fisik yang berusaha membangun pengetahuannya, serta

aktivitas guru yang berusaha membimbing siswa dengan

menggunakan sejumlah pertanyaan yang memerlukan pemikiran

tingkat rendah sampai pemikiran tingkat tinggi.

Pelaksanaan model pembelajaran probing prompting memiliki

beberapa langkah yang dapat dilakukan guru agar pembelajaran

tersebut berjalan dengan efektif.

Sudarti (2008: 14), langkah-langkah pembelajaran probing prompting

dijabarkan melalui tujuh tahapan teknik probing yang dikembangkan

dengan prompting adalah sebagai berikut.

1. Siswa dihadapkan pada situasi baru, misalkan dengan

memperhatikan gambar atau situasi lainnya yang mengandung

permasalahan.

2. Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran atau indikator kepada seluruh siswa.

3. Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada

siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil

dalam merumuskannya.

4. Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.

5. Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada

siswa lain tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa

seluruh siswa terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung.

Namun jika siswa tersebut mengalami kemacetan jawab dalam hal

ini jawaban yang diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam,

maka guru mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang

jawabannya merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawab. Lalu

dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa berpikir pada

tingkat yang lebih tinggi, sampai dapat menjawab pertanyaan

sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator. Pertanyaan yang

dilakukan pada langkah ini sebaiknya diajukan pada beberapa

siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh

kegiatan probing prompting.

6. Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda

untuk lebih menekankan bahwa indikator tersebut benar-benar

telah dipahami oleh seluruh siswa.

Page 57: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

33

Pembelajaran probing prompting juga memiliki beberapa pola umum

untuk mempermudah proses pembelajaran di kelas.

Rosnawati (2008: 24), pola umum dalam pembelajaran dengan

menggunakan teknik probing melalui tiga tahapan yaitu sebagai

berikut.

1. Kegiatan awal : Guru menggali pengetahuan prasyarat yang sudah

dimiliki siswa dengan menggunakan teknik probing. Hal ini

berfungsi untuk introduksi, revisi dan motivasi.

2. Kegiatan inti : pengembangan materi maupun penerapan materi

dilakukan dengan menggunakan teknik probing.

3. Kegiatan akhir : teknik probing digunakan untuk mengetahui

keberhasilan siswa dalam belajarnya setelah siswa selesai

melakukan kegiatan inti yang telah ditetapkan sebelumnya.

Model pembelajaran Probing prompting cocok diterapkan pada suatu

topik yang menuntut siswa untuk memahami suatu bahasan dari

pengalaman yang dialami sendiri. Berdasarkan teori mengenai model

pembelajaran probing prompting tersebut, jelas bahwa model

pembelajaran probing prompting dapat mendorong siswa untuk

belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Siswa dituntut selalu berfikir

tentang suatu persoalan dan mereka mencari sendiri cara

penyelesaiannya. sehingga peserta didik menjadi lebih terlatih untuk

selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga

pengetahuan dan pengalaman belajar peserta didik dapat tertanam

dalam jangka waktu yang cukup lama.

Proses perkembangan kognitif yang terjadi pada anak adalah proses

asimilasi dan akomodasi. Proses asimilasi merupakan penyesuaian

atau mencocokan informasi yang baru dengan apa yang telah

diketahui. Sedangkan proses akomodasi adalah anak menyusun dan

Page 58: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

34

membangun kembali atau mengubah apa yang telah diketahui

sebelumnya sehingga informasi yang baru itu dapat disesuaikan

dengan lebih baik. Proses yang terjadi secara asimilasi dan akomodasi

merupakan perkembangan semata. Perkembangan semata tersebut

membentuk suatu pola penalaran tertentu dalam pikiran anak.

Kemudian jika dilihat dari fase pembelajaran, terlihat adanya proses

interaksi antara siswa dalam pembelajaran, memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk terlibat secara berkelompok dalam

menemukan dan memecahkan masalah. Pertukaran gagasan tidak

dapat dihindari untuk perkembangan penalaran, walaupun penalaran

tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat

distimulasi oleh konfrontasi kritis, khususnya dengan teman setingkat.

Oleh karena itu diharapkan dengan menggunakan model pembelajaran

probing prompting ini, kompetensi penalaran siswa dapat lebih baik

daripada pembelajaran secara konvensional, sehingga dapat

meningkatkan soft skill siswa.

2.1.7 Pola Asuh

Pola asuh merupakan cara orang tua dalam mendidik anaknya agar

menjadi orang yang pandai dalam bersosial atau berkomunikasi

dengan orang-orang yang ada dilingkungannya, baik dilingkungan

pendidikan atau dalam bermasyarakat. Sebagaimana teori yang

diungkapkan oleh Casmini (2007: 47), yaitu bagaimana orang tua

memperlakukan anak, mendidik, membimbing dan mendisiplinkan

Page 59: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

35

serta melindungi anak dalam mencapai proses kedewasaan, hingga

kepada upaya pembentukan norma-norma yang diharapkan oleh

masyarakat secara umum. Menurut Santrock (2007: 19), mengatakan

yang dimaksud dengan pola asuh adalah cara atau metode pengasuhan

yang digunakan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat tumbuh

menjadi individu-individu yang dewasa secara sosial.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat dipahami bahwa

pola asuh merupakan cara orang tua dengan anak untuk

berkomunikasi. Baik dalam berkomunikasi untuk hal pendidikan

ataupun bukan pendidikan. Dalam mendidik atau mengasuh anak ada

orang tua yang memberi banyak larangan kepada anaknya baik dalam

bergaul atau yang lainnya dan ada juga orang tua yang tidak memberi

batasan kepada anaknya baik dalam bergaul, dan juga hal lainnya.

Senada dengan yang diungkapkan oleh Sugihartono, dkk (2007: 31)

yaitu pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-

anak. Pola asuh yang diterapkan oleh setiap keluarga tentunya berbeda

dengan keluarga lainnya.

Bjorklun dalam Yusuf (2006: 51), membagi pola asuh menjadi tiga

yaitu pola asuh authoritarian, permissive dan demokrasi.

1. Pola asuh authoritarian

Hurlock (2006: 21), mengemukakan bahwa orang tua yang

mendidik anak dengan menggunakan pola asuh otoriter

memperlihatkan ciri-ciri sebagai berikut: orang tua menerapkan

peraturan yang ketat, tidak adanya kesempatan untuk

mengemukakan pendapat, anak harus mematuhi segala peraturan

yang dibuat oleh orang tua, berorientasi pada hukuman (fisik

maupun verbal), dan orang tua jarang memberikan hadiah ataupun

Page 60: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

36

pujian. Anak yang dididik menggunakan pola asuh otoriter

umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Sikap “acceptance” rendah, namun kontrolnya tinggi,

b. Suka menghukum secara fisik,

c. Bersikap mengomando (mengharuskan/memerintah anak untuk

untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi),

d. Bersikap kaku (keras),

e. Cenderung emosi dan bersikap menolak.

2. Pola asuh permissive

Gunarsa (2000: 17), mengemukakan bahwa orang tua yang

menerapkan pola asuh permissif memberikan kekuasaan penuh

pada anak, tanpa dituntut kewajiban dan tanggung jawab, kurang

kontrol terhadap perilaku anak dan hanya berperan sebagai

pemberi fasilitas, serta kurang berkomunikasi dengan anak.Dalam

pola asuh ini, perkembangan kepribadian anak menjadi tidak

terarah, dan mudah mengalami kesulitan jika harus menghadapi

larangan-larangan yang ada di lingkungannya. Anak yang dididik

menggunakan pola asuh permisif umumnya memiliki ciri-ciri

sebagai berikut.

a. Sikap “acceptance” tinggi, namun kontrolnya rendah, dan

b. Memberi kebebasan kepada anak untuk menyatakan

dorongan/keinginannya.

3. Pola asuh demokrasi

Gunarsa (2000: 19), mengemukakan bahwa dalam menanamkan

disiplin kepada anak, orang tua yang menerapkan pola asuh

demokratis memperlihatkan dan menghargai kebebasan yang tidak

mutlak, dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak dan

orang tua, memberi penjelasan secara rasional dan objektif jika

keinginan dan pendapat anak tidak sesuai. Dalam pola asuh ini,

anak tumbuh rasa tanggung jawab, mampu bertindak sesuai

dengan norma yang ada. Anak yang dididik menggunakan pola

asuh permisif umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Sikap “acceptance” dan kontrolnya tinggi,

b. Bersikap responsif terhadap kebutuhan anak,

c. Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan,

dan

d. Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan yang baik

dan yang buruk.

Berdasarkan penjelasan tentang pola asuh maka dapat dipahami

bahwa cara orang tua dalam mendidik anaknya sangat

mempengaruhi kecerdasan seorang anak baik kecerdasan

interpersonal atau kecerdasan intrapersonal. Sehingga dalam

Page 61: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

37

meningkatkan soft skill akan lebih baik jika pola asuh orang tua

diperhatikan.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

1. Kurniawan (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan model

pembelajaran PBL dengan metode time token untuk meningkatkan

keaktifan siswa” menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL

dengan metode time token dapat meningkatkan keaktifan siswa sebesar

44,47% dengan rincian pada pra siklus 32,11% meningkat menjadi

53,68% pada siklus I dan meningkat menjadi 76,58% pada siklus II.

2. Gitanti (2011) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Pola Asuh

Orang tua terhadap Kecerdasan Interpersonal Siswa Kelas IV SD Negeri

Prambanan Sleman. Pada hasil penelitian disebutkan bahwa terdapat

pengaruh positif dan signifikan antara pola asuh orang tua dengan

kecerdasan interpersonal siswa SD. Hal ini ditunjukkan dengan nilai

koefisien korelasi rxy sebesar 0,717. Kontribusi pola asuh orang tua

terhadap kecerdasan interpersonal siswa sebesar 51,4% dengan persamaan

regresi Y = 21,765 + 1,293X.

3. Sarimaya (2013) yang berjudul “Peningkatan soft skill siswa SMP dalam

pembelajaran IPS melalui pengembangan model pembelajaran kooperatif”

yang menunjukkan bahwa ada peningkatan secara signifikan soft skill

siswa dengan adanya pengembangan model pembelajaran kooperatif.

4. Lailatul (2013) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Time Token Arends untuk Meningkatkan keaktifan siswa”

Page 62: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

38

menunjukkan bahwa penerapan model metode time token Arends siklus I,

menunjukkan persentase keberhasilan sebesar 78,64%. Sedangkan pada

siklus II, persentase keberhasilan sebesar 94,79%, ini berarti mengalami

peningkatan dibandingkan siklus I yaitu sebesar 16,15%.

5. Haryanto (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe probing prompting untuk meningkatkan

keaktifan peserta didik” yang menunjukkan bahwa Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe probing prompting dapat meningkatkan

keaktifan peserta didik sebanyak 50% dengan rincian pada pra siklus siswa

yang aktif sebanyak 28% meningkat menjadi 53% pada siklus I, dan

meningkat menjadi 78% pada siklus II.

6. Rosyadianto (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan model

pembelajaran kooperatif time token arends untuk meningkatkan aktivitas

dan hasil belajar” menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menerapkan

model Kooperatif Time Token Arends meningkatkan aktivitas dan hasil

belajar siswa. Aktivitas siswa dapat terlihat dari skor rata-rata aktivitas

kegiatan siswa disiklus I sebesar 73,5 dan pada siklus II skor rata-rata

yang diperoleh meningkat menjadi 81,1.

7. Pusparani (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe probing prompting untuk meningkatkan

keaktifan dan hasil belajar siswa” yang menunjukkan bahwa menggunakan

model pembelajaran Probing Prompting keaktifan belajar siswa meningkat

dari rata-rata sebelum tindakan sebesar 17,24, meningkat pada siklus I

sebesar 44,82 kembali meningkat menjadi 86,20 di siklus II.

Page 63: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

39

2.3 Kerangka Pikir

Banyak pendidik yang hanya memperhatikan hasil belajar ranah kognititf saja

dan kurang memperhatikan hasil belajar ranah aspek afektif siswa mengenai

soft skill siswa. Upaya melatih soft skill siswa dapat menggunakan model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa saling bekerjasama, berkomunikasi, dan

berbagi pengetahuan dengan teman yang lain serta mulai belajar untuk

menyampaikan pendapatnya. Pada model pembelajaran kooperatif ini

diharapkan siswa dapat mengembangkan soft skillnya.

Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe time token dan model pembelajaran koperatif tipe

probing prompting. Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah

soft skill siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time

token dan model pembelajaran koperatif tipe probing prompting. Variabel

moderator dalam penelitian ini adalah pola asuh permisif dan pola asuh

demokratis.

1. Perbedaan Soft skill yang Pembelajaramya Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Dibandingkan dengan

Tipe Probing Prompting pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

Pada saat pembelajaran akan lebih baik jika guru menggunakan model

pembelajaran yang efektif dan tepat. Karena penerapan model

pembelajaran yang tepat sangat menunjang keberhasilan siswa dalam

pembelajaran. Namun pada kenyataannya, masih banyak guru yang

menggunakan metode langsung. Dalam pembelajaran langsung peran guru

Page 64: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

40

dalam pembelajaran sangat dominan (teacher centered), sehingga siswa

tidak mendapatkan andil yang besar dalam pembelajaran. Model

pembelajaran kooperatif dapat dijadikan metode yangditerapkan guru di

dalam kelas, karena siswa dapat lebih aktif berperan serta dalam kegiatan

pembelajaran. Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai model, dua

diantaranya yaitu time token dan probing prompting.

Model pembelajaran time token memiliki langkah-langkah penerapan

seperti yang disampaiakan oleh Miftahul Huda. Menurut Huda (2014:

240), langkah dalam menerapkan model pembelajaran time token adalah

sebagai berikut .

a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.

b. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.

c. Guru memberi tugas pada siswa.

d. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik

perkupon pada tiap siswa.

e. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu

sebelumberbicara atau memberi komentar. Satu kupon untuk satu

kesempatanberbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran

dengan siswalainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh

bicara lagi. Siswayang masih memegang kupon harus bicara sampai

semua kuponnyahabis. Demikian seterusnya hingga semua anak

berbicara.

f. Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan

tiapsiswa dalam berbicara.

Langkah-langkah pembelajaran probing prompting dijabarkan melalui

tujuh tahapan teknik probing senada dengan Sudarti (2008: 14), yang

dikembangkan dengan prompting adalah sebagai berikut.

a) Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan dengan

memperhatikan gambar,atau situasi lainnya yang mengandung

permasalahan.

b) Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa

untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam

merumuskannya.

Page 65: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

41

c) Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai dengan tujuan

pembelajaran khusus (TPK) atau indikator kepada seluruh siswa.

d) Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan kepada siswa

untuk merumuskan jawaban atau melakukan diskusi kecil dalam

merumuskannya.

e) Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.

f) Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan kepada siswa

lain tentang jawaban tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh siswa

terlibat dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Namun jika siswa

tersebut mengalami kemacetan jawab dalam hal ini jawaban yang

diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru mengajukan

pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya merupakan petunjuk

jalan penyelesaian jawab. Lalu dilanjutkan dengan pertanyaan yang

menuntut siswa berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, sampai dapat

menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau indikator.

Pertanyaan yang dilakukan pada langkah keenam ini sebaiknya

diajukan pada beberapa siswa yang berbeda agar seluruh siswa terlibat

dalam seluruh kegiatan probing prompting.

g) Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang berbeda untuk

lebih menekankan bahwa TPK/indikator tersebut benar-benar telah

dipahami oleh seluruh siswa.

Model pembelajaran time token, lebih menekankan untuk melatih

keterampilan siswa berbicara didepan dan agar tidak ada siswa yang

mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali, karena siswa dituntut

untuk menggunakan kartu bicaranya selama pembelajaran berlangsung.

Sedangkan model pembelajaran probing prompting lebih menekankan

siswa untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan teman sekelompok

untuk memecahkan masalah yang diberikan guru, serta mereka dituntut

untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru.

Berdasarkan uraian langkah-langkah tersebut dapat dilihat perbedaan

karakteristik antara kedua model pembelajaran, sehingga diduga ada

perbedaan soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe time token dengan siswa yang

Page 66: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

42

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

probing prompting pada mata pelajaran IPS Terpadu.

2. Perbedaan Soft skill Antara Siswa yang di didik Menggunakan Pola

Asuh Demokratis dengan Siswa yang di didik Menggunakan Pola

Asuh Permisif pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

Soft skill merupakan kemampuan yang sangat penting untuk dimiliki oleh

semua orang karena dengan memiliki kemampuan soft skill kita bisa

bersosialisasi dengan baik terhadap lingkungan, dan berhubungan dengan

sang pencipta.

Elfindri, dkk (2011: 10), mendefinisikan soft skill sebagai keterampilan

hidup yang sangat menentukan keberhasilan seseorang, yang wujudnya

antara lain berupa kerja keras, eksekutor, jujur, visioner, dan disiplin.

Lebih lanjut Elfindri menjelaskan bahwa soft skill merupakan

keterampilan dan kecakapan hidup yang harus dimiliki baik untuk sendiri,

berkelompok, atau bermasyarakat, serta berhubungan dengan Sang

Pencipta. Soft skill sangat diperlukan untuk kecakapan hidup seseorang.

Pola asuh merupakan cara orang tua untuk mendidik anaknya agar dapat

bersosial dengan baik terhadap lingkungan, dan juga untuk mendidik

anaknya agar menjadi orang yang dewasa. Santrock (2002: 17),

mengatakan yang dimaksud dengan pola asuh adalah cara atau metode

pengasuhan yang digunakan oleh orang tua agar anak-anaknya dapat

tumbuh menjadi individu-individu yang dewasa secara social. Pola asuh

oran tua ada beberapa jenis diantaranya terdapat pola asuh demokratis dan

pola asuh permisif.

Pola asuh demokratis merupakan cara orang tua mendidik memberikan

peraturan pada anak akan tetapi memberikan hukumannya sesuai dengan

keselahan yang dilakukan oleh anak. Hurlock (2006: 16), mengemukakan

Page 67: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

43

bahwa orang tua yang menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan

ciri-ciri adanya kesempatan anak untuk berpendapat mengapa ia

melanggar peraturan sebelum hukuman dijatuhkan, hukuman diberikan

kepada perilaku salah, dan memberi pujian ataupun hadiah kepada

perilaku yang benar.

Pola asuh permisif merupakan cara orang tua mendidik tanpa memberikan

batasan kepada anak.

Gunarsa (2000: 15), mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan

pola asuh permisif memberikan kekuasaan penuh pada anak, tanpa dituntut

kewajiban dan tanggung jawab, kurang kontrol terhadap perilaku anak dan

hanya berperan sebagai pemberi fasilitas, serta kurang berkomunikasi

dengan anak. Dalam pola asuh ini, perkembangan kepribadian anak

menjadi tidak terarah, dan mudah mengalami kesulitan jika harus

menghadapi larangan-larangan yang ada di lingkungannya.

Pola asuh permisif lebih memberi kebebasan dan kurang kontrol terhadap

perilaku anak, hal ini berbeda dengan pola asuh demokratis.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diketahui pola asuh demokratis

menunjukkan bahwa orangtua memberi batasan kepada anak dalam

berteman atau yang lainnya. Akan tetapi, orang tua yang mendidik anak

dengan pola asuh demokratis biasanya akan memberi hukuman yang

sesuai dengan kesalahan yang dilakukan oleh anaknya.

Sedangkan pola asuh permisif menunjukkan cara orang tua mendidik

anaknya dengan cara membiarkan anaknya melakukan apapun tanpa ada

kontrol atau pantauan dari orang tua. Dan anak yang mendapatkan didikan

pola asuh permisif akan menjadi anak yang tidak terarah dan sulit untuk

bersosialisasi di lingkungan manapun.

Page 68: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

44

Berdasarkan hal tersebut, dapat mengakibatkan perbedaan soft skill siswa

pada mata pelajaran IPS Terpadu pada siswa yang dididik menggunakan

pola asuh demokratis dengan siswa yang dididik menggunakan pola asuh

permisif.

3. Interaksi Antara Penggunaan Model Pembelajaran dengan Pola Asuh

Demokratis dan Pola Asuh Permisif Terhadap Soft Skill Siswa pada

Mata Pelajaran IPS Terpadu

Jika pada model pembelajaran time token, siswa yang dididik

menggunakan pola asuh demokratis dalam mata pelajaran IPS Terpadu

soft skillnya lebih baik daripada siswa yang dididik menggunakan pola

asuh permisif. Jika pada model pembelajaran probing prompting, siswa

yang dididik menggunakan pola asuh permisif lebih baik daripada siswa

yang dididik menggunakan pola asuh demokratis, maka terjadi interaksi

antara model pembelajaran dengan pola asuh demokratis dan pola asuh

permisif terhadap soft skill. Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka

pikir penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2 dan dapat

divisualisasikan sebagai berikut.

Page 69: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

45

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

4. Soft skill Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Diduga Lebih Tinggi

Dibandingkan Pembelajaran yang Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Probing Prompting pada Siswa yang di

didik Menggunakan Pola Asuh Dempkratis pada Mata Pelajaran IPS

Terpadu

Peneliti menduga bahwa penerapan model pembelajaran time token lebih

tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran probing prompting untuk

siswa yang didik menggunakan pola asuh demokratis.

Hal tersebut terjadi karena model pembelajaran time token menekankan

siswa untuk berani berbicara didepan kelas. Dan siswa juga dituntut untuk

aktif pada saat pembelajaran guna mengembangkan kemampuan yang ada

dalam dirinya, siswa juga dilatih untuk menghargai pendapat orang lain.

Sehingga siswa yang dididik dengan pola asuh demokratis akan lebih baik

jika meggunakan model pembelajaran time token. Karena Siswa yang di

didik menggunakan pola asuh demokratis memiliki rasa tanggung jawab

yang cukup tinggi berkat di didikan orangtuanya.

Model Pembelajaran

Probing prompting Time Token

Pola asuh

demokratis

dan Pola asuh

permisif

Pola asuh

demokratis

dan Pola asuh

permisif

Pola asuh

demokratis

dan Pola asuh

permisif

Pola asuh

demokratis

dan Pola asuh

permisif

Soft Skill

Soft Skill

Soft Skill

Soft Skill

Page 70: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

46

Senada dengan Gunarsa (2000: 19), mengemukakan bahwa dalam

menanamkan disiplin kepada anak, orang tua yang menerapkan pola asuh

demokratis memperlihatkan dan menghargai kebebasan yang tidak mutlak,

dengan bimbingan yang penuh pengertian antara anak dan orang tua,

memberi penjelasan secara rasional dan objektif jika keinginan dan

pendapat anak tidak sesuai. Dalam pola asuh ini, anak tumbuh rasa

tanggung jawab, mampu bertindak sesuai dengan norma yang ada.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang di didik

menggunakan pola asuh demokratis akan lebih jika menggunakan model

pembelajaran time token.

5. Soft Skill Siswa yang Pembelajarannya Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Diduga Lebih Rendah

Dibandingkan Pembelajaran yang Menggunakan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Probing Prompting pada Siswa yang di

didik Menggunakan Pola Asuh Permisif pada Mata Pelajaran IPS

Terpadu

Model pembelajaran probing prompting adalah model pembelajaran

berkelompok yang dibuat untuk menambah keaktifan siswa karena model

pembelajaran ini menuntut siswa untuk berdiskusi dengan teman

kelompok dalam memecahkan masalah akan tetapi mereka secara individu

harus mempersiapkan diri agar bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang akan diberikan oleh guru. Model pembelajaran probing prompting

mendorong siswa untuk dapat mandiri dan percaya diri dalam

mengungkapkan pendapat, ide-ide, dan gagasan yang telah mereka

diskusikan terlebih dahulu dengan teman sekelompok. Sehingga dengan

menggunakan model pembelajaran probing prompting dapat membuat

Page 71: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

47

siswa berdiskusi dengan baik dan dapat melatih kepercayaan diri siswa

terutama bagi siswa yang di didik menggunakan pola asuh permisif.

Gunarsa (2000: 17), mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan

pola asuh permisif memberikan kekuasaan penuh pada anak, tanpa dituntut

kewajiban dan tanggung jawab, kurang kontrol terhadap perilaku anak dan

hanya berperan sebagai pemberi fasilitas, serta kurang berkomunikasi

dengan anak. Dalam pola asuh ini, perkembangan kepribadian anak

menjadi tidak terarah, dan mudah mengalami kesulitan jika harus

menghadapi larangan-larangan yang ada di lingkungannya.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat diketahui bahwa jika anak

yang di didik menggunakan pola asuh permisif akan lebih baik jika proses

pembelajarannya menggunakan model pembelajaran probing prompting.

6. Soft Skill Siswa yang dididik Menggunakan Pola Asuh Demokratis

Diduga Lebih Tinggi Dibandingkan dengan Siswa yang dididik

Menggunakan Pola Asuh Permisif pada Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Time Token pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

Pada model pembelajaran time token, peran siswa dalam berbicara lebih

merata sehingga tidak ada siswa yang mendominasi berbicara di dalam

kelas atau diam sama sekali. Dengan adanya kartu bicara, setiap siswa

dituntut untuk mengungkapkan pendapat, menyanggah, maupun

menanggapi. Siswa yang dididik menggunakan pola asuh demokratis

diduga akan lebih efektif dalam mengikuti pembelajaran, siswa biasanya

senang berbagi apa yang dia ketahui, mampu berinteraksi dengan anggota

kelompok, dan tentu perilaku dan cara pengucapan dalam mengungkapkan

Page 72: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

48

perasaan akan lebih baik dan santun karena siswa dapat memahami

perasaan orang lain.

Seperti yang diungkapkan oleh Gunarsa (2000: 17), mengemukakan

bahwa dalam menanamkan disiplin kepada anak, orang tua yang

menerapkan pola asuh demokratis memperlihatkan dan menghargai

kebebasan yang tidak mutlak, dengan bimbingan yang penuh pengertian

antara anak dan orang tua, memberi penjelasan secara rasional dan objektif

jika keinginan dan pendapat anak tidak sesuai. Dalam pola asuh ini, anak

tumbuh rasa tanggung jawab, mampu bertindak sesuai dengan norma yang

ada.

Hal ini diperkuat oleh teori konstruktivisme menekankan pada pentingnya

hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan

pengetahuan. Hal ini diperkuat oleh Vygotsky dalam Santrock (2007:

390), menurutnya ada dua prinsip penting berkenaan dengan teori

kontruktivisme, yaitu.

a. Mengenai fungsi dan pentingnya bahasa dalam komunikasi sosial

terhadap tanda (sign) sampai kepada tukar menukar informasi dan

pengetahuan,

b. Zona of proximal development. Pendidik sebagai mediator memiliki

peran mendorong dan menjembatani siswa dalam upayanya

membangun pengetahuan, pengertian, dan kompetensi.

Guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa, tetapi

siswa harus membangun sendiri pengetahuan dalam benaknya sedikit demi

sedikit. Sedangkan bagi siswa yang dididik menggunakan pola asuh

permisif diduga akan mengalami kesulitan untuk mengikuti model

pembelajaran time token, karena model pembelajaran ini lebih

Page 73: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

49

menekankan siswa untuk berani berbicara didepan umum. Dengan

demikian, soft skill siswa yang di didik menggunakan pola asuh permisif

lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang dididik menggunakan pola

asuh demokratis dengan menggunakan model pembelajaran time token.

7. Soft Skill Siswa pada Mata Pelajaran IPS Terpadu yang dididik

Menggunakan Pola Asuh Permisif Diduga Lebih Rendah

Dibandingkan dengan Siswa yang dididik Menggunakan Pola Asuh

Demokratis pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Probing

Prompting pada Mata Pelajaran IPS Terpadu

Pada model pembelajaran kooperatif tipe probing prompting, siswa akan

saling bekerjasama dalam kelompok, aktif dalam proses pembelajaran, dan

bertanggungjawab terhadap persoalan yang ditemukan dalam

pembelajaran dengan membentuk komunikasi antar anggota kelompok.

Oleh karena itu,

Siswa yang dididik menggunakan pola asuh permisif tidak bisa

memotivasi dirinya sendiri, tidak percaya diri, dan tidak bisa bekerja

sendiri, sehingga siswa yang di didik menggunakan pola asuh permisif ini

akan lebih baik jika dalam pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran probing prompting. Karena dengan menggunakan model

pembelajaran siswa dapat dilatih untuk bekerjasama, bisa melatih

kepercayaan diri, dan lainnya.

Hal ini diperkuat oleh teori behavioristik yang menekankan pada stimulus

dan respon. Belajar merupakan suatu proses perubahan yang terjadi karena

adanya syarat-syarat (condition) yang kemudian menimbulkan reaksi. Hal

ini diperkuat oleh Watson dalam Dalyono (2012: 32), yang berpendapat

Page 74: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

50

bahwa belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks atau respon-

respon bersyarat melalui stimulus pengganti. Teori ini mengatakan bahwa

segala tingkah laku manusia merupakan hasil latihan atau kebiasaan

bereaksi terhadap syarat atau perangsang tertentu yang dialami dalam

kehidupannya. Siswa yang dididik menggunakan pola asuh permisif dalam

model pembelajaran probing prompting, dapat melatih kepercayaan diri

untuk dapat memberikan pendapat, ide-ide, atau gagasan dan mereka bisa

bekerjasama dan memecahkan masalah dalam kelompok. Sehingga dapat

mengakibatkan soft skill siswa yang dididik menggunakan pola asuh

permisif lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dididik

menggunakan pola asuh demokratis dalam model pembelajaran probing

prompting.

2.4 Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah.

1. Ada perbedaan soft skill yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe time token dibandingkan dengan model

pembelajaran kooperatif tipe probing prompting pada mata pelajaran IPS

Terpadu.

2. Ada perbedaan soft skill antara siswa yang dididik menggunakan pola asuh

demokratis dengan yang dididik menggunakan pola asuh permisif pada

mata pelajaran IPS Terpadu.

Page 75: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

51

3. Terdapat interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan pola

asuh demokratis dan pola asuh permisif terhadap soft skill siswa pada mata

pelajaran IPS Terpadu.

4. Soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe time token lebih tinggi dibandingkan pembelajaran yang

menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe probing prompting pada

siswa yang dididik menggunakan pola asuh demokratis pada mata

pelajaran IPS Terpadu.

5. Soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe time token lebih rendah dibandingkan pembelajaran yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe probing prompting

pada siswa yang dididik menggunakan pola asuh permisif pada mata

pelajaran IPS Terpadu.

6. Soft skill siswa yang di didik menggunakan pola asuh demokratis lebih

tinggi dibandingkan dengan siswa yang di didik menggunakan pola asuh

permisif pada model pembelajaran kooperatif tipe time token pada mata

pelajaran IPS Terpadu.

7. Soft skill siswa yang di didik menggunakan pola asuh demokratis lebih

rendah dibandingkan dengan siswa yang di didik menggunakan pola asuh

permisif pada model pembelajaran kooperatif tipe probing prompting pada

mata pelajaran IPS Terpadu.

Page 76: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

III.METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian eksperimen semu dengan pendekatan komparatif. Menurut

Sugiyono (2010: 107), Penelitian aksperimen yaitu suatu penelitian yang

digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain

dalam kondisi yang terkendalikan, variabel-variabel lain yang dapat

mempengaruhi proses eksperimen dapat dikontrol secara ketat.

Arikunto (2013: 3), eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan

sebab akibat (hubungan klausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan

oleh peneliti dengan mengeleminasi atau mengurangi atau menyisihkan

faktor-faktor lain yang dapat mengganggu. Sugiyono (2010: 57), Penelitian

komparatif adalah penelitian yang membandingkan keberadaan suatu variabel

atau lebih pada dua atau lebih sampel yang berbeda, atau pada waktu yang

berbeda. Sugiyono ( 2010: 93), Analisis komparatif dilakukan dengan cara

membandingkan antara teori satu dengan teori yang lain. Melalui analisis

komparatif ini peneliti dapat memadukan antara teori satu dengan teori yang

lain, mereduksi bila dipandang terlalu luas.

Page 77: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

53

3.1.1 Desain Eksperimen

Penelitian ini bersifat quasi eksperimen dengan pola factorial design.

Menurut Sugiyono (2010: 113), desain faktorial merupakan

modifikasi dari desain true experimental (eksperimen yang betul-betul

murni), yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel

moderator yang mempengaruhi perlakuan (variable independen)

terhadap hasil (variable dependen). Desain faktorial memiliki tingkat

kerumitan yang berbeda-beda. Desain faktorial dalam penelitian ini

adalah yang paling sederhana yaitu 2 kali 2 (2x2). Desain tersebut

divisualisasikan sebagai berikut.

Model PembelajaranKooperatif

Pola Asuh

Tipe Time TokenTipe ProbingPrompting

Pola asuhdemokratis

Soft skill Soft skill

Pola asuh permisif Soft skill Soft skill

Gambar 2. Desain Penelitian Eksperimen Factorial Design

Penelitian ini membandingkan dua model pembelajaran yaitu time

token dan probing prompting terhadap soft skill siswa di kelas VIII A

dan VIII B dengan keyakinan bahwa kedua model pembelajaran

mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap soft skill siswa dengan

memperhatikan pola asuh permisif dan pola asuh demokratis.

Kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol dipilih secara

random menggunakan teknik undian. Kelas VIII A melaksanakan

model pembelajaran kooperatif tipe time token sebagai kelas

Page 78: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

54

eksperimen dan kelas VIII B melaksanakan model pembelajaran

kooperatif tipe probing prompting sebagai kelas kontrol.

a. Prosedur Penelitian

Prosedur yang ditempuh dalam penelitian ini adalah.

1. Melakukan observasi pendahuluan untuk melihat

permasalahan di lapangan yang akan diteliti,

2. Melakukan wawancara terhadap guru bidang studi IPS

Terpadu untuk mengetahui beberapa permasalahan yang ada

serta untuk mengetahui jumlah kelas yang menjadi populasi

kemudiandigunakan sebagai sampel dalam penelitian,

3. Menetapkan sampel penelitian yang dilakukan dengan teknik

cluster random sampling. Menentukan kelas eksperimen dan

kelas kontrol dengan cara diundi kemudian menyusun

rancangan penelitian,

4. Menerapkan langkah-langkah model pembelajaran Time

Token, yaitu sebagai berikut.

1) Guru menjelaskan tujuan pemeblajaran atau kompetensi

dasar,

2) Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi

klasikal,

3) Guru memberi tugas kepada siswa,

4) Guru memberi sejumlah kupon bicara dengan waktu 30

detik per kupon pada setiap siswa,

Page 79: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

55

5) Guru meminta siswa untuk menyerahkan kupon terlebih

dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar dan

pendapat. Satu kupon untuk satu kesempatan bicara. Siswa

dapat berbicara lagi setelah bergiliran dengan siswa

lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh

bicata lagi, siswa yang masih memegang kupon harus

berbicara sampai semua kuponnya habis. Demikian

seterusnya hingga semua siswa berbicara,

6) Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang

digunakan setiap siswa dalam berbicara,

5. Langkah-langkah pembelajaran probing prompting dijabarkan

melalui tujuh tahapan teknik probing (Sudarti, 2008:14), yang

dikembangkan dengan prompting adalah sebagai berikut.

a) Guru menghadapkan siswa pada situasi baru, misalkan

dengan memperhatikan gambar, atau situasi lainnya yang

mengandung permasalahan.

b) Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan

kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan

diskusi kecil dalam merumuskannya.

c) Guru mengajukan persoalan kepada siswa yang sesuai

dengan Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) atau indikator

kepada seluruh siswa.

Page 80: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

56

d) Menunggu beberapa saat untuk memberikan kesempatan

kepada siswa untuk merumuskan jawaban atau melakukan

diskusi kecil dalam merumuskannya.

e) Menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan.

f) Jika jawabannya tepat maka guru meminta tanggapan

kepada siswa lain tentang jawaban tersebut untuk

meyakinkan bahwa seluruh siswa terlibat dalam kegiatan

yang sedang berlangsung. Namun jika siswa tersebut

mengalami kemacetan jawab dalam hal ini jawaban yang

diberikan kurang tepat, tidak tepat, atau diam, maka guru

mengajukan pertanyaan-pertanyaan lain yang jawabannya

merupakan petunjuk jalan penyelesaian jawab. Lalu

dilanjutkan dengan pertanyaan yang menuntut siswa

berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, sampai dapat

menjawab pertanyaan sesuai dengan kompetensi dasar atau

indikator. Pertanyaan yang dilakukan pada langkah

keenam ini sebaiknya diajukan pada beberapa siswa yang

berbeda agar seluruh siswa terlibat dalam seluruh kegiatan

probing prompting.

g) Guru mengajukan pertanyaan akhir pada siswa yang

berbeda untuk lebih menekankan bahwa TPK/ indikator

tersebut benar-benar telah dipahami oleh seluruh siswa.

6. Membuat kesimpulan lama pertemuan setiap kelas adalah 2

jam pelajaran atau 2x40 menit selama 8 kali pertemuan,

Page 81: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

57

7. Ujicoba validitas dan reliabilitas angket pola asuh,

8. Melakukan penilaian melalui lembar observasi untuk

mengukur soft skill siswa dan menyebarkan skala psikologi

untuk mengetahui pola asuh demokratis dan pola asuh permisif

siswa,

9. Analisis data untuk menguji hipotesis,

10. Menarik kesimpulan.

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII

SMP Bina Utama Ulubelu tahun pelajaran 2015/2016 yang

terdiri dari 3 kelas sebanyak 106 siswa.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono (2010:118).

Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

teknik cluster random sampling. Hasil teknik cluster random

sampling diperoleh kelas VIII A dan VIII B sebagai sampel,

kemudian kedua kelas tersebut diundi untuk menentukan kelas

eksperimen dan kelas kontrol. Hasil undian diperoleh kelas

VIII A sebanyak 36 siswa sebagai kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token

Page 82: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

58

dan kelas VIII B sebanyak 35 siswa sebagai kelas kontrol yang

menggunakan model pembelajaran probing prompting.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010: 60), variabel penelitian pada dasarnya adalah

segala sesuatu yang berbentuk apa saja ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya. Penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel

bebas (independent), variabel terikat (dependent) dan variabel moderator.

3.3.1 Variabel Bebas (Independent)

Menurut Sugiyono (2010: 61), variabel bebas adalah merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel bebas dalam

penelitian ini terdiri dari dua, yaitu model pembelajaran kooperatif

tipe time token sebagai kelas eksperimen (X1) dan model

pembelajaran kooperatif tipe probing prompting sebagai kelas

kontrol (X2).

3.3.2 Variabel Terikat (Dependent)

Menurut Sugiyono (2010: 61), variabel terikat merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas. Pada penelitian ini, variabel terikatnya adalah soft

skill siswa (Y).

Page 83: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

59

3.3.3 Variabel Moderator

Menurut Sugiyono (2010: 62), variabel moderator adalah variabel

yang mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan

antara variabel independen dengan dependen. Diduga dengan pola

asuh demokratis dan pola asuh permisif mempengaruhi (memperkuat

atau memperlemah) hubungan antara model pembelajaran kooperatif

tipe time token dan probing prompting dengan soft skill.

3.4 Definisi Konseptual Variabel

1) Elfindri, dkk (2011: 10), mendefinisikan soft skill sebagai keterampilan

hidup yang sangat menentukan keberhasilan seseorang, yang wujudnya

antara lain berupa kerja keras, eksekutor, jujur, visioner, dan disiplin.

Lebih lanjut Elfindri menjelaskan bahwa soft skill merupakan

keterampilan dan kecakapan hidup yang harus dimiliki baik untuk

sendiri, berkelompok, atau bermasyarakat, serta berhubungan dengan

Sang Pencipta. Soft skill sangat diperlukan untuk kecakapan hidup

seseorang.

2) Hurlock (2006: 16), mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan

pola asuh demokratis memperlihatkan ciri-ciri adanya kesempatan anak

untuk berpendapat mengapa ia melanggar peraturan sebelum hukuman

dijatuhkan, hukuman diberikan kepada perilaku salah, dan memberi

pujian ataupun hadiah kepada perilaku yang benar.

3) Gunarsa (2000: 17), mengemukakan bahwa orang tua yang menerapkan

pola asuhpermisif memberikan kekuasaan penuh pada anak, tanpa

dituntut kewajiban dan tanggung jawab, kurang kontrol terhadap perilaku

anak dan hanya berperan sebagai pemberi fasilitas, serta kurang

Page 84: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

60

berkomunikasi dengan anak. Dalam pola asuh ini, perkembangan

kepribadian anak menjadi tidak terarah, dan mudah mengalami kesulitan

jika harus menghadapi larangan-larangan yang ada di lingkungannya.

4) Menurut Huda (2014: 239), Strategi pembelajaran time token merupakan

salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran demokratis di

sekolah. Sepanjang proses belajar, aktivitas siswa menjadi titik perhatian

utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif dalam

proses pembelajaran. Model pembelajaran ini digunakan untuk melatih

dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi

pembelajaran atau diam sama sekali.

5) Suherman (2008: 6), Model pembelajaran probing prompting merupakan

model pembelajaran yang menekankan guru untuk menyajikan

pertanyaan yang bersifat menuntun dan menggali sehingga terjadi proses

berfikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya

dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari.

3.5 Definisi Operasional Penelitian

1) Soft Skill

Tabel 2. Soft skill

Variabel Dimensi IndikatorSkalaPengukuran

Soft skill 1. KecerdasanInterpersonal

2. Kecerdasanintrapersonal

1. Kemampuanbekerja sama

2. Kemampuanberadaptasi

1. Kejujuran2. Tanggung jawab3. Toleran4. Kemampuan

berkomunikasi

Interval

Page 85: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

61

2) Pola asuh demokratis

Tabel 3. Pola Asuh Demokratis

Variabel Dimensi IndikatorSkalaPengukuran

Pola AsuhDemokratis

1. Sikap“acceptance”dankontrolnyatinggi

2. Bersikapresponsifterhadapkebutuhananak

3. Mendoronganak untukmenyatakanpendapatataupertanyaan

4. Memberikanpenjelasantentangdampakperbuatanyang baikdan yangburuk

Hukumandiberikan akibatperilaku salah

Memberi pujianataupun hadiahkepada perilakuyang benar

Orang tuamembimbing danmengarahkantanpamemaksakankehendak kepadaanak

Adanyakesempatan bagianak untukberpendapat

Orang tuamemberipenjelasan secararasional jikapendapat anaktidak sesuai

Orang tuamempunyaipandangan masadepan yangjelasterhadapanak.

Intervaldenganpendekatanskalasemanticdifferential

Baumrind (Yusuf, 2006: 51)

Page 86: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

62

3) Pola asuh permisif

Tabel 4. Pola Asuh Permisif

Variabel Dimensi Indikator

SkalaPengukuran

PolaAsuhPermisif

1. Sikap“acceptance” tinggi,namunkontrolnyarendah

2. Memberikebebasankepada anakuntukmenyatakandorongan/keinginannya

Orang tua kurangkontrol terhadapperilaku dankegiatan anaksehari-hari

Anak tidakmendapatkanhukuman meskianak melanggarperaturan

Memberikankebebasan kepadaanak tanpa adabatasan dan aturandari orang tua

Anak tidakmendapatkan hadiahataupun pujianmeski anakberperilaku sosialbaik

Orang tua hanyaberperan sebagaipemberi fasilitas.

Intervaldenganpendekatanskalasemanticdifferential

Baumrind (Yusuf, 2006: 51)

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Beberapa teknik yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

3.6.1 Observasi

Hadi dalam Sugiyono (2010: 203), mengemukakan bahwa observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun

Page 87: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

63

dari berbagai proses biologis dan psikologis. Teknik observasi

dilakukan secara langsung dan terstruktur dengan dua objek yaitu

guru dan siswa.Selain itu, observasi dilakukan untuk mengetahui soft

skill siswa dengan menggunakan lembar observasi.

3.6.2 Wawancara

Wawancara dilakukan secara terbuka atau wawancara tidak

terstruktur digunakan dalam penelitian pendahuluan. Pada penelitian

pendahuluan, peneliti berusaha mendapatkan informasi awal tentang

berbagai isu atau permasalahan yang ada dengan mewawancarai

guru mata pelajaran IPS Terpadu.

3.6.3 Angket (kuesioner)

Arikunto (2013: 151), mengungkapkan bahwa kuesioner adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau

hal- hal yang ia ketahui. Angket yang akan digunakan dalam

penelitian ini berupa skala semantik diferensial. Skala semantik

deferensial digunakan untuk mendapatkan informasi pola asuh orang

tua siswa.

3.6.4 Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang bersifat

sekunder berkenaan dengan jumlah siswa dan hal-hal yang berkaitan

dengan keadaan atau profil SMP Bina Utama Ulubelu.

Page 88: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

64

3.7 Uji Persyaratan Instrumen

Untuk mendapatkan data yang lengkap, maka peneliti harus memiliki alat

instrumen yang baik. Sebuah instrumen dapat dikatakan baik sebagai alat

ukur jika memenuhi dua syarat, yaitu memiliki validitas dan reliabilitas.

3.7.1 Uji Validitas

Sugiono (2013: 73), Validitas merupakan data yang dihasilkan oleh

instrumen benar dan valid, sesuai kenyataan, dan dapat memberikan

gambaran tentang data secara benar sesuai dengan kenyataan atau

keadaan yang sesungguhnya sehingga tes yang valid dapat mengukur

apa yang hendak diukur. Dalam penelitian ini digunakan rumus

correlation product moment yaitu:

Keterangan:

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

N = jumlah responden

∑xy = skor rata-rata dari X dan Y

∑x = jumlah skor item X

∑y = jumlah skor item Y

Dengan kriteria pengujian, jika harga r hitung > r tabel maka berarti valid,

begitu pula sebaliknya jika r hitung< r tabel maka alat ukur tersebut tidak

valid dengan α = 0,05 dan dk = n.

})(.}{)(.{

))((

2222 YYNXXN

YXXYrXY

Page 89: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

65

Berdasarkan kriteria tersebut, hasil penelitian uji coba angket pola

asuh demokratis terdapat 20 butir pernyataan valid. Hasil penelitian

uji coba angket pola asuh permisif terdapat 20 butir pernyataan valid.

Hasil perhitungan uji coba validitas terdapat pada lampiran 21 dan

22.

3.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes

dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes

tersebut dapat memberi hasil yang tetap. Seandainya hasilnya

berubah-ubah, maka perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak

berarti. Penelitian ini menggunakan rumus alpha cronbach untuk

menguji tingkat reliabilitas, yaitu:

r11 = 1 − ∑Keterangan:r11 = reliabilitas instrumenk = jumlah butir pertanyaanσb

2= varians butirσt

2 = varians total

(Rusman, 2013: 63)

Tabel 5. Kategori Besarnya RealibilitasNo Nilai r11 Keterangan1 0,00-0,20 Sangat rendah2 0,21-0,40 Rendah3 0,41-0,60 Cukup4 0,61-0,80 Tinggi5 0,81-1,00 Sangat tinggi

(Arikunto, 2013:75)

Page 90: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

66

Dengan kriteria pengujian, jika harga r hitung> r tabel dengan α = 0,05

maka alat ukur tersebut dinyatakan reliabel, dan sebaliknya jika harga

r hitung< r hitung maka instrumen tersebut dinyatakan tidak reliabel.

Hasil perhitungan uji reliabilitas angket pola asuh demokratis sebesar

0,758, sedangkan hasil perhitungan uji reliabilitas angket pola asuh

permisif sebesar 0,758. Hal ini membuktikan bahwa hasil skala

psikologi kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal

memiliki tingkat reliabilitas sangat tinggi. Perhitungan uji reliabilitas

terdapat pada lampiran 23.

3.8 Uji Persyaratan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan statistik parametric. Dalam penggunaan statistik

ini, data yang diperoleh dalam penelitian harus memenuhi syarat

berdistribusi normal dan homogen, sehingga perlu uji terlebih dahulu yang

berupa uji normalitas dan uji homogenitas.

3.8.1 Uji Normalitas

Uji normalitas yang digunakan adalah uji Liliefors berdasarkan sampel

yang akan diuji hipotesisnya, apakah sampel berdistribusi normal atau

sebaliknya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Lo = F (Zi) – S (Zi)

Page 91: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

67

Keterangan:

Lo = harga mutlak terbesar

F (Zi) = peluang angka baku

S (Zi) = proporsiangka baku

Kriteria pengujian adalah jika Lhitung < Ltabel dengan taraf signifikansi

0,05, maka variabel tersebut berdistribusi normal, demikian pula

sebaliknya.

3.8.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah data sampel

yang diambil dari populasi yang memiliki varians yang homogen atau

tidak. Pada penelitian ini digunakan uji Levene. Homogenitas varians

diuji menggunakan rumus:

W = ( − )( − 1)∑ ( − ̅)∑( − )Keterangan:

adalah jumlah observasiadalah banyaknya kelompok= −adalah rata-rata kelompokadalah rata-rata kelompok dari̅ adalah rata-rata menyeluruh (overall mean) dari

Harga Ftabel pada taraf α = 0,05 dengan dk pembilang = k – 1 dan dk

penyebut = n – k yaitu Ftabel = F(0,05,k – 1, n – k). Kriteria pengujian adalah

jika W < Ftabel maka kelompok-kelompok yang dibandingkan

mempunyai varians yang homogen.

Page 92: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

68

3.9 Teknik Analisis Data

3.9.1 T-Test Dua Sampel Independen

Terdapat beberapa rumus t-test yang dapat digunakan untuk pengujian

hipotesis komparatif dua sampel independen.

1. Saparated Varians

2. Polled Varian

Keterangan:X 1 = rata-rata soft skill siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yangdiajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time tokenX 2 = rata-rata soft skill siswa dalam pembelajaran IPS Terpadu yangdiajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe ProbingPromptings1

2 = varian total kelompok 1s2

2= varian total kelompok 2n1= banyaknya sampel kelompok 1n2= banyaknya sampel kelompok 2

(Sugiyono, 2010: 273)

Terdapat beberapa pertimbangan rumus t-test yang digunakan untuk

pengujian yaitu.

a. Apakah dua rata-rata itu berasal dari dua sampel yangjumlahnya

sama atau tidak.

b. Apakah varians data dari dua sampel itu homogen atau tidak.

Page 93: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

69

Berdasarkan dua hal tersebut berikut ini diberikan pedoman

penggunaannya.

a) Bila jumlah anggota sampel n1 = n2, dan varian homogen (σ12 =

σ22) maka dapat digunakan rumus t-test baik untuk separated

varianmaupun polled varian. Untuk melihat harga t-tabeldigunakan dk = n1 + n2 -2.

b) Bila n1 ≠ n2, varian homogen (σ12 = σ2

2), dapat digunakan rumus t-test dengan polled varian. Derajat kebebasannya (dk) = n1 + n2 - 2.

c) Bila n1 = n2, varian tidak homogen (σ12 ≠ σ2

2) dapat digunakanrumus separated varian maupun polled varian, dengan dk = n1 – 1atau n2 – 1. Jadi dk bukan n1 + n2 - 2.

d) Bila n1 ≠ n2 dan varian tidak homogen (σ12 ≠ σ2

2). Untuk inidigunakan t-test dengan separated varian, harga t sebagaipengganti t-tabel dihitung dari selisih harga t-tabel dengan dk (n1 –1) dan dk (n2 – 1) dibagi dua, dan kemudian ditambahkan denganharga t yang terkecil.

(Sugiyono, 2010: 272)

3.9.2 Analisis Varians Dua Jalan

Penelitian ini menggunakan analisis varians dua jalan untuk

mengetahui tingkat signifikansi perbedaan dua model pembelajaran

dengan pola asuh permisif dan pola asuh demokratis terhadap soft

skill siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Page 94: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

70

Tabel 6. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua JalanSumberVariasi

Jumlah Kuadrat (JK) Db MK Fo P

AntaraA

AntaraB

AntaraAB

(Interaksi)

Dalam(d)

Total(T)

(∑ XA)2 (∑ XT)2

JKA = ∑ -nA N

(∑ XB)2 (∑ XT)2

JKB = ∑ -nB N

(∑ XB)2 (∑ XT)2

JKAB= ∑ -nB N

JKA - JKB

JK(d) = JKA - JKB - JKAB

(∑ XT)2

JKT = ∑ XT2 -

N

A – 1(2)

B – 1(2)

dbA x dbB

(4)

dbT-dbA-dbB -dbA

N – 1(49)

JKA

dbA

JKB

dbB

JKAB

dbAB

JKd

dbd

MKA

MKd

MKB

MKd

MKAB

MKd

Keterangan:

JKT = jumlah kuadrat totalJKA = jumlah kuadrat total variabel AJKB = jumlah kuadrat total variabel BJK = jumlah kuadrat interaksi antara variabel A denganvariabel BJK(d) = jumlah kuadrat dalamMKA = mean kuadrat variabel AMKB = mean kuadrat variabel AMKAB= mean kuadrat interaksi antara variabel A dengan variabelBMKd = mean kuadrat dalamFA = harga Fountuk variabel AFB = harga Fountuk variabel BFAB = harga Fountuk variabel interaksi antara variabel A denganvariabel B(Arikunto, 2013: 409)

Page 95: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

71

3.9.3 Pengujian Hipotesis

penelitian ini dilakukan empat pengujian hipotesis,yaitu:

Rumusan hipotesis 1

H0 : Tidak ada perbedaan soft skill siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token

dibandingkan dengan tipe probing prompting pada mata pelajaran

IPS Terpadu.

H1: Ada perbedaan soft skill siswa yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token

dibandingkan dengan tipe probing prompting pada mata pelajaran

IPS Terpadu.

Rumusan hipotesis 2

H0 : Tidak ada perbedaan soft skill antara siswa yang dididik

menggunakan pola asuh demokratis dan pola asuh permisif pada

mata pelajaran IPS Terpadu.

H1: Ada perbedaan soft skill antara siswa yang dididik

menggunakan pola asuh demokratis dan pola asuh permisif pada

mata pelajaran IPS Terpadu.

Rumusan hipotesis 3

H0: Tidak ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran

dengan pola asuh demokratis dan pola asuh permisif terhadap soft

skill siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Page 96: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

72

H1: Ada interaksi antara penggunaan model pembelajaran dengan

pola asuh demokratis dan pola asuh permisif terhadap soft skill

siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Rumusan hipotesis 4

H0: Soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe time token lebih rendah dibandingkan

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe probing prompting pada siswa yang didik menggunakan pola

asuh demokratis pada mata pelajaran IPS Terpadu.

H1: Soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe time token lebih tinggi dibandingkan

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe probing prompting pada siswa yang dididik menggunakan pola

asuh demokratis pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Rumusan hipotesis 5

H0: Soft skilll siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe time token lebih tinggi dibandingkan

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe probing prompting pada siswa yang dididik menggunakan pola

asuh permisif pada mata pelajaran IPS Terpadu.

H1: Soft skilll siswa yang pembelajarannya menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe time token lebih rendah dibandingkan

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif

Page 97: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

73

tipe probing prompting pada siswa yang dididik menggunakan pola

asuh permisif pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Rumusan hipotesis 6

H0: Soft skilll siswa yang didik menggunakan pola asuh demokratis

lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang dididik

menggunakan pola asuh permisif pada model pembelajaran

kooperatif tipe time token pada mata pelajaran IPS Terpadu.

H1: Soft skilll siswa yang didik menggunakan pola asuh demokratis

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dididik menggunakan

pola asuh permisif pada model pembelajaran kooperatif tipe time

token pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Rumusan hipotesis 7

H0: Soft skilll siswa yang didik menggunakan pola asuh demokratis

lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang dididik menggunakan

pola asuh permisif pada model pembelajaran kooperatif tipe

probing prompting pada mata pelajaran ips terpadu.

H1: Soft skill siswa yang dididik menggunakan pola asuh

demokratis lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang didik

menggunakan pola asuh permisif pada model pembelajaran

kooperatif tipe probing prompting pada mata pelajaran IPS

Terpadu.

Adapun kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.

H0 diterima apabila Fhitung <Ftabel ; thitung <ttabel

Page 98: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

74

H0 ditolak apabila Fhitung >Ftabel ; thitung >ttabel

Hipotesis 1, 2, dan 3 diuji menggunakan rumus analisis varians dua

jalan.

Hipotesis 4, 5, 6, dan 7 diuji menggunakan rumus t-test dua

sampel independen.

Page 99: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut.

1. Terdapat perbedaan soft skill siswa yang pembelajarannya menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe probing prompting dibandingkan

dengan model pembelajaran kooperatif tipe probing prompting pada

mata pelajaran IPS Terpadu. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe

probing prompting menekankan pada pembagian peran siswa agar tidak

mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali sehingga dapat

meningkatkan kemampuan siswa berbicara di depan umum, serta

menghargai pendapat dari kelompok lain, sehingga peserta didik dapat

belajar melalui interaksi dengan orang lain atau teman sebaya.

Sedangkan model pembelajaran tipe probing prompting lebih

menekankan siswa untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan teman

sekelompok untuk memecahkan masalah yang diberikan guru, serta

mereka dituntut untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan oleh guru.

2. Terdapat perbedaan soft skill siswa antara siswa yang di didik

menggunakan pola asuh demokratis dengan siswa yang di didik

Page 100: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

129

menggunakan pola asuh permisif pada mata pelajaran IPS Terpadu.

Siswa yang di didik menggunakan pola asuh demokratis berani berbicara

didepan umum, dapat bertanggungjawab, dapat bekerjasama dan

berinteraksi dalam kelompok belajar secara efektif dengan orang lain,

sehingga soft skill siswa dalam membentuk komunikasi dengan teman

sebaya sangat optimal, sedangkan siswa yang di didik menggunakan

pola asuh permisif kurang parcaya diri dan kurang bertanggungjawab.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pola asuh

demokratis dan pola asuh permisif siswa terhadap soft skill siswa pada

mata pelajaran IPS Terpadu. Model pembelajaran tipe Time token

membagikan peran siswa lebih merata sehingga dapat mengurangi siswa

yang mendominasi di kelas atau diam sama sekali yang dapat didukung

oleh pola asuh demokratis. Sedangkan model pembelajaran tipe Probing

prompting memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama

dan berinteraksi antaranggota kelompok untuk dapat memecahkan

persoalan yang diberikan guru.

4. Soft skill yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Time

token lebih efektif dibandingkan dengan yang menggunakan model

pembelajaran Probing prompting bagi siswa yang di didik

menggunakan pola asuh demokratis terhadap mata pelajaran IPS

Terpadu. Soft skill siswa akan meningkat secara signifikan jika

menggunakan model pembelajaran Time token pada siswa yang di didik

menggunakan pola asuh demokratis.

Page 101: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

130

5. Soft skill yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran

Probing prompting lebih efektif dibandingkan dengan yang

menggunakan model pembelajaran Time token bagi siswa yang di didik

menggunakan pola asuh permisif terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.

Soft skill siswa akan meningkat secara signifikan jika menggunakan

model pembelajaran Probing prompting pada siswa yang di didik

menggunakan pola asuh permisif.

6. Soft skill antara siswa yang pola asuh demokratis lebih tinggi

dibandingkan dengan yang pola asuh permisif dengan menggunakan

model pembelajaran time token terhadap mata pelajaran IPS Terpadu.

Soft skill siswa yang di didik menggunakan pola asuh demokratis akan

meningkat secara signifikan jika menggunakan model pembelajaran

Time token.

7. Soft skill antara siswa yang pola asuh demokratis lebih rendah

dibandingkan dengan yang pola asuh permisif dengan menggunakan

model pembelajaran Probing prompting terhadap mata pelajaran IPS

Terpadu. Soft skill siswa yang di didik menggunakan pola asuh permisif

akan meningkat secara signifikan jika menggunakan model

pembelajaran Probing prompting.

5.2 Saran

Berdasarkan berdasarkan hasil penelitian tentang “Studi Perbandingan Soft

Skill Pada Mata Pelajaran IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran

Time token dan Probing Prompting dengan Memperhatikan Pola Asuh

Page 102: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

131

Orang Tua pada Siswa Kelas VIII SMP Bina Utama Ulubelu Tahun

Pelajaran 2015/2016”, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut.

1. Sebaiknya guru dapat memilih model pembelajaran yang sesuai dengan

mata pelajaran IPS Terpadu, seperti menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Time token dan tipe Probing prompting untuk

meningkatkan soft skill.

2. Sebaiknya guru mengenal karakteristik siswa, termasuk pola asuh

demokratis dan pola asuh permisif orang tua siswa sehingga guru dapat

mengambil inisiatif dalam upaya mengembangkan potensi tersebut.

3. Sebaiknya guru menciptakan interaksi yang optimal saat proses

pembelajaran berlangsung agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

4. Sebaiknya guru apabila ingin meningkatkan soft skill siswa pada siswa

yang di didik menggunakan pola asuh demokratis dapat menggunakan

model pembelajaran tipe Time token karena model pembelajaran tipe

Time token lebih efektif dibandingkan model pembelajaran tipe Probing

prompting.

5. Sebaiknya guru apabila ingin meningkatkan soft skill siswa pada siswa

yang di didik menggunakan pola asuh permisif dapat menggunakan

model pembelajaran tipe Probing prompting karena model pembelajaran

tipe Probing prompting lebih efektif dibandingkan model pembelajaran

tipe Time token.

6. Sebaiknya guru apabila ingin meningkatkan soft skill dapat

mempertimbangkan untuk menggunakan model pembelajaran tipe Time

token pada siswa yang di didik menggunakan pola asuh demokratis

Page 103: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

132

karena pola asuh demokratis lebih tinggi dibandingkan dengan pola asuh

permisif.

7. Sebaiknya guru apabila ingin meningkatkan soft skill dapat

mempertimbangkan untuk menggunakan model pembelajaran tipe

Probing prompting pada siswa yang di didik menggunakan pola asuh

permisif karena pola asuh permisif lebih tinggi dibandingkan dengan

pola asuh demokratis.

Page 104: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta:Bumi Aksara.

Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Casmini. 2007. Emotional Parenting. Yogyakarta: P_idea.

Dalyono. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: RinekaCipta.

Dariyono. 2004. Jenis Pola Asuh Anak. Jakarta: Galia Indonesia

Djaali. 2008. Psikologi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara.

Elfindri, et al. 2010.Soft Skills untuk Pendidik. t.k.: Baduose Media.

Gitanti, Dwi 2011. Pengaruh Pola Asuh Orang tua terhadap KecerdasanInterpersonal Siswa. Skripsi. UNSRI

Gunarsa, Singgih. 2000. Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT BPK GunungMulia

Jihad, Asep dan Haris, Abdul. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: MultiPresindo.

Haryanto 2015. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe probing promptinguntuk meningkatkan keaktifan peserta didik. Skripsi. UIN

Huda, Miftahul. 2014. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:PustakaPelajar.

Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Jakarta :Erlangga

Ibrahim, M, dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.

Ira Petranto. (2005). Pola Asuh Anak. http://www.polaasuhanak.com. (Asscesed,8th April, 12.15 pm)

Page 105: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

Kaipa, P & Milus, T. 2005. Soft Skills are Smart Skills.http://www.kaipagroup.com.

Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Kontekstual Konsepdan Aplikasi.Bandung: Refika Aditama.

Kurniawan 2015. Penerapan model pembelajaran PBL dengan metode time tokenuntuk meningkatkan keaktifan siswa. Skripsi. UI

Lailatul 2013. Penerapan Model Pembelajaran Time Token Arends untukMeningkatkan keaktifan siswa. Skripsi. UNY

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pusparani 2015. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe probingprompting untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Skripsi.UI

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran: Sebagai Referensi bagiPendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.Jakarta: KencanaPrenada Media Group.

Rosnawati, H. (2008). Penggunaan Teknik Probing Untuk MeningkatkanPemahaman Konsep Matematika Siswa SMP. Skripsi pada JurusanPendidikan Matematika UPI Bandung. (Tidak diterbitkan)

Rosyadianto 2011. Penerapan model pembelajaran kooperatif time token arendsuntuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Skripsi. UPI

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Rusman, Teddy. 2013. Modul Statistik Ekonomi. Bandarlampung.

Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta:Kencana.

Sarimaya 2013. Peningkatan soft skill siswa SMP dalam pembelajaran IPSmelalui pengembangan model pembelajaran kooperatif. Skripsi. UNJ

Siregar, Eveline. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: GhaliaIndonesia.

Sucipta, I. N. 2009. Holistik Soft Skills. Denpasar: Udayana University Press.

Sudarti, T. (2008). Perbandingan Kemampuan Penalaran Adatif Siswa SMPAntara yang Memperoleh Pembelajaran Matematika Melalui TeknikProbing dengan Metode Ekspositori. Skripsi pada Jurusan PendidikanMatematika UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Page 106: Studi Perbandingan Soft Skill pada Mata Pelajaran IPS Terpadudigilib.unila.ac.id/23610/9/SKRIPSI TANPA BAB PEMBAHASAN.pdfabstrak studi perbandingan soft skill pada mata pelajaran ips

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Suherman, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.Bandung: JICA UPI.

Suherman, E. (2008). Belajar dan Pembelajaran Matematika. Hand Out.Bandung:tidakditerbitkan.

Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Yusuf, Syamsu. (2006). Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja. Bandung:Remaja Rosdakarya

Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Jakarta: Kharisma Putra Utama.

http://juliketaren.blogspot.co.id/2011/08/implementasi-modelpembelajaran-time.html,diunduh.pada,pkl10.00,senin.14-12-2015

http://www.undana.ac.id/jsmallfib_top/LPMPTBUKUDIKTI/BUKU%20SOFTSKILL.pdf, diunduh.pada,pkl10.00,senin.14-12-2015

http://nataliasabatani.blogspot.com/2015/07/hubungan-pola-asuh-orangtua-

terhadap.html. pkl 01.00, sabtu. 13 agustus 2016