Upload
asri-arrachman
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ZOE
DESKRIPSI PASIEN
NAMA : MISS .HJENIS KELAMIN : WANITANO.RM : 00119517ALAMAT : SERANGUMUR : 70 TAHUNMRS : 16 – 03 – 2014KELUAR RS : 22 – 03- 2014RUANG : M- 5DIAGNOSA : DYSPEPSIA + GEA
SUBJEKTIF
KELUHAN UTAMA :
- Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 2 hari SMRS, demam, mual, pusing- Muntah (-)
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
- 3 hari sebelum masuk RS, pasien mengalami demam, perut kembung, dan mual, pusing-pusing
- Nyeri pada tangan kiri ( sulit digerakkan), merasa sebagian tubuh sebelah kiri nyeri seperti tidak bisa bergerak
- BAB cair
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU :
- Tidak diinformasikan
RIWAYAT SOSIAL :
- Pasien adalah Ibu rumah tangga, tinggal dengan anak yang sudah dewasa
Studi Kasus Klinis_ Farmasi Klinis IFRS RSUD Kab. SERANG ’ 2014
ZOE
OBJEKTIF
Tanggal 16 – 03 – 2014
Hasil Rontgen Pasien menyatakan bahwa pasien terkesan :
- Bronchitis- Tidak tampak Kardiomegali
Tanggal 17-03-2014
Keluarga pasien meminta supaya pasien dikonsulkan ke psikolog, supaya pasien mau terbuka tentang apa yang sedang dia fikirkan.
Tanggal 20 – 03 – 2014
Wawancara dengan pasien :
Pasien masih mengeluh + merintih kepala masih sakit, perut sakit, belum bisa BAB dari hari pertama masuk, tidak muntah, mual, tidak demam
PEMERIKSAAN FISIK
TANDA VITAL
NILAI NORMAL
TANGGAL16/3 17/3 18/3 19/3 20/3 21/3 22/3
TD (mmHg)
120/80 140/90 140/90 130/80 140/90 130/80 130/80 120/70
Suhu (˚C)
36,2 – 37,5 36,7 36,7 36,8 37 37 37 36,8
Nadi(x/menit)
60 – 95 68 92 90 89 91 92 90
RR(x/menit)
14 - 22 22 21 22 23 22 22 22
Dari tanda-tanda vital di atas, selama dirawat di rumah sakit, - suhu tubuh pasien cenderung normal / tidak demam,- takikardi/frekuensi nadi cenderung rendah di awal masuk Ranap (normal 80-100 x / menit) - dan juga takipnea/frekuensi pernafasan cepat (normal < 20 x /menit).
Studi Kasus Klinis_ Farmasi Klinis IFRS RSUD Kab. SERANG ’ 2014
ZOE
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
PARAMETER NILAI NORMALHASIL
16/3 17/3 18/3 19/3 20/3 21/3 22/3Hb 13,00 – 17,00 g/dL 11,7Ht 36% - 44,6% 35,6Leukosit 6700 / µl 6700Trombosit 140.000 – 440.000 / µl 210.000LED 0,00 – 15,00 mm/jam 60Na++ 135 – 148 mmol/L 135
K+ 3,75 mmol/L 3,16
Cl- 96,00 – 111,00 mmol/L 103
GDS 163Kolesterol Tot
< 200 mg/dl 178
Triglyserida < 200 mg/dl 183SGOT 11 – 47 IU/L 27SGPT 7 – 53 IU/L 35Asam Urat 2,3 – 6,6 mg/dL 4,3Ureum 31Creatinin 0,5 – 1,7 mg/dL 1
Dari hasil pemeriksaan laboratorium di atas, diketahui pasien mengalami infeksi (LED tinggi : 60 mm/jam), hipokalemia ringan.
Studi Kasus Klinis_ Farmasi Klinis IFRS RSUD Kab. SERANG ’ 2014
ZOE
PROFIL PENGOBATANSelama dirawat di rumah sakit, pasien mendapat terapi seperti tersebut di bawah ini :
Studi Kasus Klinis_ Farmasi Klinis IFRS RSUD Kab. SERANG ’ 2014
Nama Obat & Rute pemberian
RuteRegimen dosis
16/3
17/3
18/3
19/3
20/3
21/3
22/3
Parasetamol tab p.o 3 x 500 mg Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö
New Diatab tab p.o 3 x 1 Ö Ö Ö Ö
Ambroxol Tab p.o 3 x 30 mg Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö
Cefotaxim i.v 3x 1 g - - Ö Ö Ö Ö Ö
Sanprima tab p.o 2 x 1 Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö
Ranitidin tab p.o 2x150 mg Ö stop
RL i.v 20 tpm Ö Ö Ö Ö Ö Ö Ö
Analsik tab p.o 1x1 3x1 Ö Ö Ö
KSR Tab p.o 3 x 1 Ö Ö Ö
Ketorolac Inj i.v 2 x 1 Ö Ö Ö
ZOE
PROFIL PENGOBATAN
Nama Obat Indikasi Mekanisme Aksi Dosis Dewasa Efek Samping Obat
Cefotaxim
Terapi bakteri yang sensitif terhadap cefotaxim pada saluran pernafasan, saluran kemih, kulit, ginekologi, meningitis. Cefotaxim juga efektif melawan gram negatif bacilli, gram posotif cocci dan penicillin-resistant pneumococci
Antibiotika Cefalosporin generasi 3 bekerja dengan cara menghambat sintesa dinding sel bakteri
I.m ; IV : 1-2 g tiap 4 – 12 jam (6 – 2 x sehari) DIH p.309
Urtikaria, Peningkatan BUN dan serum transaminase, toksik nefropati, kolestasis, superinfeksi.
Sanprima(Trimetoprim-Sulfametoxazole)
Otitis media akut, Pneumocystis, Shigellosis, Infeksi Saluran Kemih, Kolera
Menghambat 2 proses berurutan pada proses biosintesis asam nukleat dan protein esensial pada bakteri
Steven Johnson Syndrome, Hepatik nekrosis
Parasetamol Analgetik, Antipiretik
Penghambatan sintesis prostaglandin di SSP; menghambat pusat pengatur panas di hipotalamus
Rash, peningkatan asam urat, glukosa, menurunkan Natrium, bikarbonat, kalsium
New Diatab
(Attapulgite activated 600 mg)
Pengobatan gejala diare akibat keracunan makanan dari zat makanan dan racun dari bakteri maupun virus
Pengobatan simptomatik pada diare non spesifik
Activated Attapulgit merupakan zat yang dapat mengabsorbsi racun, bakteri dan enterovirus yang menyebabkan diare
Menyerap cairan radang sehingga dapat membantu memperbaiki konsistensi feces
Ambroxol Mukolitik metabolit bromhexin sebagai mukolitik
15 mg 2-3x sehari Efek Gastrointerstinal dan alergi
Studi Kasus Klinis_ Farmasi Klinis IFRS RSUD Kab. SERANG ’ 2014
ZOE
PROFIL PENGOBATAN Nama Obat Indikasi Mekanisme Aksi Dosis Dewasa Efek Samping Obat
RL calcium chloride 20 mg, potassium chloride 30 mg, sodium chloride 600 mg, sodium lactate 310 mg
Infus pengganti cairan elektrolit Menghasilkan efek alkalinizing metabolik, dimana ion laktat di metabolisme menjadi karbon dioksida dan air
Dosis tergantung usia, berat badan dan kondisi klinis pasien serta hasil laboratorium
Reaksi alergi seperti ; urtikaria dan gatal-gatal, batuk, bersin, atau gangguan pernafasanDemam, infeksi pada tempat injeksi, flebitis, hypervolemia dan ekstravasasi
Analsik(Metampirn 500 mg; Diazepam 2 mg)
Analgesik, Antispasmodik Untuk meringankan rasa nyeri sedang sampai berat, ter-utama nyeri kolik dan nyeri setelah operasi dimana di -perlukan kombinasi dengan tranquilizer.
1 kaplet,bila nyeri belum hilang dilanjutkan 1 kaplet tiap 6-8 jam, maksimum 4 kaplet sehari
Agranulositosis, mengantuk
KSR
Ketorolac Moderate to severe untuk meredakan nyeri untuk pengobatan segera <5 hari
Ketorolak merupakan obat golongan NSAID, dimana mekanisme antinyerinya dengan cara mengambat kerja prostaglandin di SSP; dan obat ini dapat bekerja sebagai antinyeri di perifer
IM inj/IV bolus IV bolus should be given w/in 15 min. Max duration of therapy: 2 days. Adult : 10 mg followed by 10-30 mg 4-6 hr. Max total daily dose: Adult 90 mg; Elderly, patients w/ impaired kidney function or patients w/ body wt <60 kg = 60 mg.
Diarrhea, dyspepsia, abdominal pain, nausea, headache, dizziness, drowsiness, sweating, constipation, myalgia, inj site pain, purpura, visual disturbance, polyuria, oliguria.
ASSESMENT (ANALISA FARMASI)
Studi Kasus Klinis_ Farmasi Klinis IFRS RSUD Kab. SERANG ’ 2014
ZOE
Problem medikSubjective /
Objective Pasien Terapi Analisis / DRP Rekomendasi
Demam t = 37 0C Parasetamol 500 mg 3 x 1 prn, po Tidak ada masalah Parasetamol hanya diberikan jika pasien demam
Diare ringan BAB Cair 2 hari SMRS disertai demam
New Diatab 3x1 sehari po Infus RL 20 tpm
Tidak ada masalah -
Tidak ada - Sanprima Tablet Obat tanpa indikasi Obat dihentikan
Pusing, - Analsik 1x1 menjadi 3x1 po Over prescribing -
nyeri pada bagian tubuh tertentu (tangan kiri) dan tubuh sebagian terasa kaku
- Ketorolac 2 x1 IV
Analsik 3x1 po
Over prescribing - Cek ulang darah lengkap untuk mengetahui nyeri di lengannya
- Rontgen tangan kiri - Pemberian injeksi ketorolak belum
diperlukan karena pasien masih bisa menggerakkan tangannya meskipun perlahan
- Fisioterapi- Pemberian salep NSAID (voltaren gel)
Hipokalemia (moderate)case clinical farmasi\Hypokalemia.docx
Hasil Lab K = 3,16 mmol/L KSR 3x1 po Tidak ada masalah -
Dyspepsia., GEA Mual, muntah Ranitidin di UGD saja Injeksi Tidak adekuat untuk indikasi GEA , Dyspepsia
- Diberikan antacid tab 3x1 atau- Lansoprazole 2x1 ac po untuk GEA nya
Problem medik Subjective / Terapi Analisis / DRP Rekomendasi
Studi Kasus Klinis_ Farmasi Klinis IFRS RSUD Kab. SERANG ’ 2014
ZOE
Objective Pasien
Batuk tidak berdahak - Ambroxol Tablet 3 x 1 po Obat tidak sesuai Ambroxol diganti dengan Dextrometorphan 15 mg setiap 8 jam p o
Infeksi Akut/kronis LED = 60 mm/jam (tinggi) Antibiotika Cefotaxim 3 x 1 g/hari IV hari ke -3 perawatan
Pemilihan antibiotik belum tepat
harus diinvestigasi lebih lanjut dengan melakukan pemeriksaan terkait infeksi akut maupun kronis, yaitu: kadar protein dalam serum dan protein, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody (ANA) Tes, reumatoid factor
first line jika diduga H.Pylori bisa diberikan Amoxicillin 1 g tiap 12 jam p.o + Chlarithromycin 500 mg tiap 12 jam po + pantoprazole 40 mg tiap 12 jam
case clinical farmasi\Antibiotic_guidelines.pdf
Studi Kasus Klinis_ Farmasi Klinis IFRS RSUD Kab. SERANG ’ 2014
ZOE
PEMBAHASAN
1. Pemilihan antibiotika sanprima tablet kurang tepat untuk mengatasi diare ringan, dengan
konsistensi cairan feses sedikit dibanding ampas. Pasien bisa makan dan minum dengan baik
meskipun sedikit, tetapi bisa masuk makanan. Tidak ada indikasi kearah bakteriuria dan tidak
ada hasil laboratorium yang menyatakan adanya bakteri patogen pada feses pasien (uji kultur
specimen tinja untuk diare tidak dilakukan). case clinical farmasi\Required Knowledge base to
manage patients with Chronic Diarrhea.docx. Pemberian sanprima pada kondisi diare pasien
tidak memberikan manfaat. Sanprima (cotrimoxazole) penggunaannya dibatasi dibanyak Negara
karena hanya boleh digunakan pada keadaan yang spesifik, seperti efektif digunakan untuk
berbagai infeksi pernafasan atas, saluran kemih, infeksi saluran pencernaan yang disebabkan
oleh organisme yang sensitif. Dalam hal ini pada pasien tidak dilakukan uji kultur feses untuk
indikasi pemberian obat ini, dari hasil wawancara dengan pasien yang dilakukan oleh
pharmacis, menyatakan bahwa pasien malah merasa tidak bisa defekasi semenjak di ruangan
rawat inap. case clinical farmasi\INDICATION FOR COTRIMOXAZOLE.docx
2. Pemberian Parasetamol tablet untuk terapi febris / demam selama 7 hari. Pada pasien ini,
pemberian parasetamol sebagai antipiretik sebaiknya tidak diteruskan karena berdasarkan hasil
pengukuran tanda vital pada suhu pasien tidak terjadi kenaikan suhu tubuh yang tinggi.
Kemudian berdasarkan permintaan dari keluarga pasien (anak) hari kedua menyatakan bahwa
keinginan supaya pasien diterapi dengan psikiater supaya bisa menceritakan semua
permasalahan pasien yang mengganggu pikiran pasien, hal ini memungkinkan terjadinya rasa
nyeri (sakit kepala kejang perut). case clinical farmasi\HANDBOOK FOR CLINICAL MANAGEMENT
OF DENGUE.pdf.
3. Pemberian Ketorolac injeksi untuk terapi nyeri yang dialami pasien selama 3 hari. Pada pasien
ini, pemberian ketorolac injeksi sebagai analgetik sebaiknya tidak diteruskan karena pasien juga
sudah mendapatkan tablet analsik yang ditingkatkan kualitas frekuensi minumnya dari 1x1
menjadi 3x1 tablet sehari, dimana analsik merupakan analgetik opioid yang bisa digunakan
untuk analgetik kuat. Wright dkk menyatakan bahwa pada dua kelompok pasien yang
mengalami nyeri akut yang sama dibandingkan dengan pemberian ketorolak injeksi dan
ibuprofen tablet, didapatkan hasil bahwa pemberian ibuprofen lebih unggul dan bisa
mengurangi rasa sakit yang sebanding dengan pemberian ketorolak injeksi, disamping biayanya
lebih murah, dan lebih aman dari sisi efek samping. Demikian juga hal ini dilakukan sama oleh
Studi Kasus Klinis_ Farmasi Klinis IFRS RSUD Kab. SERANG ’ 2014
ZOE
Turturro dkk., case clinical farmasi\myth parenteral ketorolac provides more effective analgesia
than oral ibuprofen.pdf
4. Peningkatan nilai LED > 50mm/ jam (LED pasien = 60 mm/jam), harus diinvestigasi lebih lanjut
dengan melakukan pemeriksaan terkait infeksi akut maupun kronis, yaitu: kadar protein dalam
serum dan protein, immunoglobulin, Anti Nuclear Antibody (ANA) Tes, reumatoid factor. Baru
penentuan pemilihan Antibiotik bisa ditegakkan. Pemberian profilaksis anibiotik cefotaxim
kepada pasien belum tepat, karena untuk penegakkan diagnose terjadinya infeksi harus ada
minimal dua faktor yaitu : peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit, peningkatan RR, dan
peningkatan nadi, pasien tersebut untuk kondisi vitalnya normal. (Depkes, 2011).
5. Monitoring yang perlu dilakukan :
- Monitoring efektivitas terapi :
a. Perbaikan kondisi pasien dengan berkurangnya rasa nyeri kepala
b. Rasa mual dan status gizi pasien membaik dengan kondisi pasien normal kembali untuk
makan
- Monitoring Efek Samping Obat
a. waspada terhadap penggunaan sanprima dengan ESO :urtikaria, mual muntah, anemia,
Steven Johnson Syndrome
b. waspada terjadinya ESO pada penggunaan ketorolac seperti diarrhea, dyspepsia,
abdominal pain, nausea, headache, dizziness, drowsiness, sweating, constipation,
myalgia, inj site pain, purpura, visual disturbance, polyuria, oliguria.
- Interaksi Obat
Tidak ada interaksi yang signifikan antara obat-obatan yang diberikan
Studi Kasus Klinis_ Farmasi Klinis IFRS RSUD Kab. SERANG ’ 2014
ZOE
KONSELING
• Memotivasi pasien untuk semangat sembuh dan tegar
• Edukasi pada keluarga pasien agar memperhatikan obat-obatan yang diminum, waktu minumnya,
dan keteraturan minum obat.
• Istirahat yang cukup.
• Mempertahankan nutrisi yang baik dan pola hidup yang lebih teratur.
• Jika pasien mengalami gejala atau efek samping dari minum obat pastikan untuk
memberitahukannya kepada petugas kesehatan.
• Memotivasi keluarga pasien serta pasien sendiri agar tetap sabar, tawakal, dan berdoa kepada
Tuhan sehingga lebih nyaman dalam menghadapi cobaan ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Lacy, C.F., Armstrong, L.L., Goldman, M.P., Lance, L.L., 2012 -2013, Drug Information Handbook,
21st edition, Lexi-Comp Inc.
2. Auwaerter, M.D., Bartlett, J.,Carrol, K., et.al.,2014, Antibiotic Guidelines 2013-2014,John
Hopkins medicine
3. Kementrian Kesehatan RI, 2011, Pedoman Interpretasi Data Klinik, Jakarta
4. (pustaka lainnya bisa dilihat di link)
trims
Studi Kasus Klinis_ Farmasi Klinis IFRS RSUD Kab. SERANG ’ 2014