23
BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang Di tahun 2005, Departemen Kesehatan menerapkan strategi kerja yaitu :menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Meningkatkanakses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan system surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan. Namun, strategi surveilans belum berjalan dengan baik sehingga diperlukan banyak perbaikan agar tercapainya system surveilans yangefektif di Indonesia.Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masihtinggi. Survey morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, DepartemenKesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs adalah menurunkankematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai tahun 2015.Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT), studi mortalitas dan risetkesehatan dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibatdiare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di saranakesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yangcepat dan tepat.Diare hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dankematian. Epidemiologi penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh daerahgeografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang anak- anak menderita diare lebih dari 12 kali dalam setahun, dan menjadi penyebab kematian dengan Case Fatality Rate 15% sampaidengan 34% dari semua kematian, kebanyakan terjadi pada anak-anak (Aman,2004).Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT) tahun 2004, menunjukkanangka kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk dan pada balitaadalah 75 per 100 ribu balita (Depkes RI, 2005).Menurut Depkes RI (2009), insiden diare

surveilans diare

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Surveilans

Citation preview

Page 1: surveilans diare

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang

Di tahun 2005, Departemen Kesehatan menerapkan strategi kerja yaitu :menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat. Meningkatkanakses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas, meningkatkan system surveilans, monitoring dan informasi kesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan. Namun, strategi surveilans belum berjalan dengan baik sehingga diperlukan banyak perbaikan agar tercapainya system surveilans yangefektif di Indonesia.Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masihtinggi. Survey morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, DepartemenKesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik.Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs adalah menurunkankematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai tahun 2015.Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT), studi mortalitas dan risetkesehatan dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab utama kematian akibatdiare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di saranakesehatan. Untuk menurunkan kematian karena diare perlu tata laksana yangcepat dan tepat.Diare hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama kesakitan dankematian. Epidemiologi penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh daerahgeografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak  balita. Di negara berkembang anak-anak menderita diare lebih dari 12 kali dalam setahun, dan menjadi penyebab kematian dengan Case Fatality Rate 15% sampaidengan 34% dari semua kematian, kebanyakan terjadi pada anak-anak (Aman,2004).Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT) tahun 2004, menunjukkanangka kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu penduduk dan pada balitaadalah 75 per 100 ribu balita (Depkes RI, 2005).Menurut Depkes RI (2009), insiden diare berkisar antara 400 kasus per 100 penduduk, di mana 60-70% di antaranya anak-anak di bawah umur 5 tahun.Setiap anak mengalami diare rata-rata 1 sampai 2 kali setahun dan secarakeseluruhan, rata-rata mengalami 3 kali episode diare per tahunDi wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu, tidak berbeda dengan Indonesia pada umumnya, penyakit menular juga masih menjadi masalah. Untuk kejadian penyakit diare, sebagai perbandingan, sepanjang bulan Januari 2012 – Agustus2012 angka kejadian diare tidak pernah hilang dari data surveilans PuskesmasKedungmundu. Di samping itu, di Puskesmas Kedungmundu juga masih terdapat beberapa penyakit yang terkadang menjadi suatu Kejadian Luar Biasa (KLB)ataupun sporadik.Berdasarkan uraian di atas, melihat masih adanya penyakit menular diwilayah kerja Puskesmas Kedungmundu yang telah telah memiliki sistemsurveilans yang seharusnya, berdasarkan fungsinya dapat mencegah kejadiantersebut, menjadi suatu pintu pembahasan yang menarik untuk mengetahuikegiatan surveilans di Puskesmas Kedungmundu dan permasalahan yang ada.

B. Batasan Masalah

Page 2: surveilans diare

Makalah ini membahas tentang kegiatan surveilans, pencatatan dan pelaporandata surveilans di Puskesmas Kedungmundu serta permasalahan kesehatan yang ada dalam kegiatan surveilans tersebut.

C. Tujuan Penulisan

1.Tujuan UmumTujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat.

2.Tujuan Khusus

a. Mengetahui dan memahami tentang Surveilans Epidemiologi

 b. Mengetahui bagaimana sistem surveilans diare

c. Memahami bagaimana penganalisaan data kedalam grafik tentang surveilans diare.

d. Dapat memproyeksikan penyakit diare dimasa akan datang dan upaya promosi dan pencegahannya.

D. Manfaat Penulisan

1.Sebagai ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi pembaca danmasyarakat tentang diare dan surveilans diare.

2.Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya puskesmas agar dapat melaksanakan surveilans penyakit diare secara baik dan optimal sehingga dapat menurunkan angka kejadian diare di wilayah kerja puskesmastersebut.

TINJAUAN TEORI

A. Surveilans.

Pengertian Surveilans

Setelah tahun 1950, surveilans epidemiologi dalam konteks penyakit.Surveilans epidemiologi memantau insidensi penyakit-penyakit yangtermasuk dalam program-program vertikal WHO seperti malaria, frambusia,cacar, dan demam kuning perkotaan. Dalam kegiatan ini diperlukan data penyakit yang didistribusikan menurut orang, waktu, dan tempat. Di sampingitu diperlukan data tentang vektor yang menularkan penyakit yang bersangkutan, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian penyakititu. Dalam konteks ini muncul teori bahwa penyakit infeksi disebabkan olehkuman yang mungkin berasal dari binatang atau tumbuh-tumbuhan, sebagailawan dari bahwa penyakit disebabkan oleh banyak faktor. Timbulnya penyakit infeksi tergantung pada dosis dari agen yang infeksius, jenis danlamanya transmisi, keadaan umum dan

Page 3: surveilans diare

gizi dari hospes, gaya hidup darihospes, dan keadaan lingkungan.Beberapa ahli telah mendefinisikan surveilans epidemiologi. Langmuir dariCentre Of Disease Control (CDC ) dari Atlanta, Amerika Serikatmendefinisikan surveilans epidemiologi adalah latihan pengawasan berhati-hati yang terus menerus, dan berjaga-jaga terhadap distribusi dan penyebaraninfeksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang cukup akuratdan sempurna yang relevan untuk menanggulangi penyakit.Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dananalisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudiandisemininasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang bertanggungjawabdalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan lainnya.Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi, mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti perubahan- perubahan biologis pada

agent , vektor, dan reservoir. Selanjutnya surveilansmenghubungkan informasi tersebut kepada pembuat keputusan agar dapatdilakukan langkah-langkah pencegahan dan pengendalian penyakit. Kadangdigunakan istilah surveilans epidemiologi. Baik surveilans kesehatanmasyarakat maupun surveilans epidemiologi hakikatnya sama saja, sebabmenggunakan metode yang sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenalsebagai sains inti kesehatan masyarakat.Surveilans memungkinkan pengambil keputusan untuk memimpin danmengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikaninformasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer tentangmasalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu populasi.Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrument penting untuk mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan respons segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans juga sangat penting untuk memonitor sejauh mana populasi telah terlayani dengan baik.

Gambar 2.1 Skema system surveilans

Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilansdilakukan secara terus-menerus tanpa terputus (kontinu), sedang pemantauandilakukan secara intermitten atau episodik. Dengan mengamati secara terusmenerus dan sistematis maka perubahan-perubahan kecenderungan penyakitdan faktor yang mempengaruhinya dapat diamati dan diantisipasi, sehinggadapat dilakukan langkah-langkah investigasi dan pengendalian penyakitdengan tepat.

2. Tujuan Survei Epidemiologi

Tujuan melakukan surveilans epidemiologi adalah :a.Untuk mengetahui besar masalah kesehatan/ penyakit (frekuensi atauinsidensi) di masyarakat, sehingga bisa dibuat perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya.

Page 4: surveilans diare

b. Untuk mengetahui informasi yangup to date

mengenai masalahkesehatan/ penyakit (menjawab pertanyaan siapa, dimana, kapan)sehingga dapat digunakan untuk memonitor program yang sedang berjalan, mengevaluasi program dan system kewaspadaan dini.

3.Kegunaan Surveilans Epidemiologi

Surveilans Epidemiologi digunakan untuk :a.Mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau penyakit.Yang dimaksud gambaran epidemiologi dari suatu penyakit adalahepidemiologi deskriptif penyakit itu menurut waktu, tempat, danorang. b.Menetapkan prioritas masalah kesehatanMinimal ada 3 persyaratan untuk mendapatkan prioritas masalahkesehatan untuk ditanggulangi yaitu besarnya masalah, adanya metodeuntuk memecahkan masalah, dan tersedianya biaya untuk mengatasimasalah.

c.Mengetahui cakupan pelayananAtas dasar data kunjungan ke puskesmas, dapat diperkirakan cakupan pelayanan puskesmas terhadap karakteristik tertentu dari penderita,dengan membandingkan proporsi penderita menurut karakteristik tertentu yang berkunjung ke puskesmas, dan proporsi penderitamenurut karakteristik yang sama di populasi atas dasar data statisticdari daerah yang bersangkutan.d.Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)KLB adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan frekuensi suatu penyakit dalam periode waktu tertentu di suatu wilayah. Di Indonesia, penyakit menular yang sering menimbulkan KLB adalah penyakitdiare, penyakit yang dapat diimunisasikan, infeksi saluran nafas, danlain-lain.e.Untuk memantau dan menilai program.

4.Ruang Lingkup Surveilans Epidemiologi

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karenaitu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat diselesaikanoleh sector kesehatan sendiri, diperlukan tata laksana terintegrasi dankomprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar sector dan antra program, sehingga perlu dikembangkan subsistem surveilans epidemiologikesehatan yang terdiri dari Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular,Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Surveilans EpidemiologiKesehatan Lingkungan Dan Perilaku, Surveilans Epidemiologi MasalahKesehatan, Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.

a.Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakitmenular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.

b.Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakittidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan penyakit menular.c.Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan

Page 5: surveilans diare

PerilakuMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakitdan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.d.Surveilans Epidemiologi Masalah KesehatanMerupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalahkesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-programkesehatan tertentu.e.Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalahkesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program kesehatanmatra.

5.Komponen Sistem Surveilans Epidemiologi

Setiap penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit dan masalahkesehatan lainnya sebagaimana tersebut di atas terdiri dari beberapakomponen yang menyusun bangunan system surveilans yang terdiri ataskomponen sebagai berikut :a.Tujuan yang jelas dan dapat diukur  b.Unit surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerjasurveilans epidemiologi dengan dukungan tenaga professionalc.Konsep surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumebr dan cara-cara memperoleh data, cara-cara mengolah data, cara-caramelakukan analisis, sasaran penyebaran atau pemanfaatan data daninformasi epidemiologi, serta mekanisme kerja epidemiologi.d.Dukungan advokasi, peraturan perundang-undangan, sarana dananggaran.

e.Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi.f.Jejaring surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasamadalam pertukaran data dan informasi epidemiologi, analisis, dan peningkatan kemampuan surveilans epidemiologi.g.Indikator kinerja.

6.Mekanisme Kerja

Kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yangdilaksanakan secara terus-menerus dan sistematis dengan mekanisme kerjasebagai berikut :

a.Pengumpulan data (identifikasi kasus dan masalah kesehatan sertainformasi terkait lainnya).Data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat,dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.Tujuan pengumpulan data adalah :

1)Menentukan kelompok/golongan populasi yang mempunyai resiko terbesar terserang penyakit (umur, jenis kelamin, bangsa, pekerjaan, dan lain-lain).

2) Menentukan jenis dariagent 

(penyebab) penyakit dan karakteristiknya.

3)Menentukan reservoir dari infeksi.

4)Memastikan keadaan-keadaan yang menyebabkan dapat berlangsungnya transmisi penyakit.

5)Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan

Page 6: surveilans diare

.6)Penyelidikan letusan-letusan wabah, bertujuan untuk memastikan sifat dasar wabah,sumber wabah, cara penularan, dan area penyebaran / menjalarnya wabah. 

b.Perekaman, pelaporan, dan pengolahan dataData yang dikumpulkan segera diolah menurut tujuan surveilans.

c.Analisis dan interpretasi dataSetelah data diolah, dikompilasi, selanjutnya dilakukan analisis daninterpretasi data. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data, dapat

dibuat tanggapan-tanggapan, saran-saran untuk menentukan tindakandalam menanggulangi masalah yang ada berdasarkan prioritas.d.Studi EpidemiologiStudi epidemiologi dilakukan terhadap masalah yang menjadi prioritas.e.Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya.Penyebaran informasi dapat dilakukan kepada atasan sebagaiinformasi le.bih lanjut dan dapat dikirimkan umpan balik kepada unitkesehatan yang memberikan laporan kepadanya.

f.Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.Rekomendasi dan alternatif tindak lanjut disusun untuk menanggulangi masalah yang ada.g.Umpan Balik Surveilans merupakan kegiatan yang berjalan terus menerus, makaumpan balik kepada sumber-sumber (pelapor) mengenai arti data dankegunaannya setelah diolah merupakan tindakan yang penting.

7.Jenis Penyelenggaraan

Pelaksanaan surveilans epidemiologi kesehatan dapat menggunakansatu cara atau kombinasi beberapa cara penyelenggaraan surveilansepidemiolog. Cara-cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi berdasarkan atas metode pelaksanaan, aktivitas pengumpulan data dan pola pelaksanaanya

.a.Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan

1)surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraansurveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian, permasalahan, dan atau faktor resiko masalah kesehatan.

2)surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelengaraansurveilans epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan, faktor resiko atau situasi khusus kesehatan.

3)surveilans sentinel, adalah penyelanggaraan surveilansepidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu populasi atau wilayah yang lebih luas.

4)Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilansepidemiologi pada periode tertentu serta populasi dan atauwilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam

Page 7: surveilans diare

gambaranepidemiologi penyakit, permasalahan dan atau faktor resikokesehatan. b.Penyelenggaraan berdasarkan aktivitas pengumpulan data

1)Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilansepidemiologi, dimana unit surveilans mengumpulkan datadengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakatatau sumber data lainnya.

2)surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilansepidemiologi, dimana unit surveilans mengumpulkan datadengan cara menerima data tersebut dari unit pelayanankesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.c.Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan

1)Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB danatau wabah dan atau bencana.

2)Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yangmengacu pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan atau bencana.d.Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan1)Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatansurveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan.

klinis atau tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.2)Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalahkegiatan surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.

B. Diare1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air sajayang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali/lebih dalam sehari).

2. Jenis Diare

Berdasar lama sakit :

a.Diare Akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (padaumumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut dapat terjadi dehidrasiyang merupakan penyebab utama kematian. b.Diare kronik/persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 harisecara terus menerus yang dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan gangguan metabolisme.

3. Penyebab

a. Infeksi

1)Bakteri (Shigella, Salmonella, E. Coli, gol Vibrio, Bacillus cereus,Cl. Perfringens,Staphylococcus)

2)Virus (Rotavirus,Enterovirus, Adenovirus)

Page 8: surveilans diare

3)Parasit (Amuba, cacing, jamur)

 b. Keracunan

1)Bahan kimia

2)Toksim bakteri (Salmonela, Staphilococcus, Botulisme)

c.Alergi1)Alergi makanan

2)Alergi obatd.Malabsorpsi1)Malabsorpsi protein2)Malabsorpsi lemak e.Imunodefisiensi1)HIV/AIDS : terjadi karena over growth kuman saprofit usus2)Pengobatan dengan imunosupresif.Penyebab lain1)Psychosomatic2)Parenteral diare

4. Cara Penularan

a. Penularan kuman penyebab diarePenyebab diare biasanya menular melalui fecal oral. Perilaku yangmenyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan terjadinyaresiko diare yaitu :

1)Tidak memberikan ASI Eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan.Bayi yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada bayi yang diberi ASI eksklusif dan kemungkinan menderitadehidrasi berat juga lebih besar.

2)Pemberian susu formula dengan menggunakan botol yang tidak  bersih.

3)Makan makanan basi, karena telah tercemar dengan kuman.

4)Tidak cuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang tinjaanak, sebelum makan, atau menyuapi anak.

5)Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarang tempat. Seringdianggap tinja bayi tidak berbahaya, padahal

sesungguhnyamengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. 

b. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare.

Faktor pejamu dapat meningkatkan insiden diare dan lamanya diare,yaitu :

1)Tidak mendapat ASI eksklusif. ASI mengandung antibody yangdapat melindungi kuman penyebab diare yaitu : Shigella, dan V.cholera

2)Kurang gizi. Berat penyakit, lama sakit. Resiko kematian diaremeningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi,terutama pada anak penderita gizi buruk.

3)Campak. Sering terjadi komplikasi diare dalam 4 mingguterakhir.

Page 9: surveilans diare

4)Imunodefisiensi/imunosupresi. Pada anak imunosupresi berat,diare terjadi karena kuman yang tidak pathogen.

c. Faktor lingkungan dan perilakuDiare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Dua faktor dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja akan berinteraksi pada perilaku manusia. Bila lingkungan tidak sehat (karena tercemar kuman diare)dan berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat (melalui makanandan minuman), maka akan mengakibatkan kejadian diare.

5. Gejala Klinis

Gejala utama : buang air besar lembek/cair yang frekuensinya lebih seringdari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari).

6. Pencegahan

a. Pemberian ASI Eksklusif  

b.Memperbaiki pemberian makanan pendamping ASI

c. Menggunakan air bersih

d.Mencuci tangan dengan sabun

e. Menggunakan jamban dengan benar 

f. Membuang tinja bayi dan anak-anak di jamban.

7. Pengobatan

Prinsip tata laksana penderita diare :

a.Mencegah terjadinya dehidrasiDapat dilakukan di rumah dengan memberikan air minum lebih banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin, kuah sayur,air sup. Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah tangga yangdianjurkan, berikan air matang. 

b.Mengobati dehidrasiBila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera dibawake petugas kesehatan untuk mendapat pengobatan yang cepat dan tepatyaitu oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikancairan intravena dengan Ringer Lactat sebelum dilanjutkan terapi oral.

c.Memberi makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita terutama anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan oralit dan makanan sesuai yangdianjurkan.

Page 10: surveilans diare

1)Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI.

2)Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari biasanya.

3)Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapatmakanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna tapisering.Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

d.Mengobati masalah lain.

Bila ditemukan penderita diare disertai penyakit lain, berikan pengobatansesuai dengan indikasi dengan mengutamakan rehidrasi.

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun LaporanSurveilans Diare di Puskesmas Kedungmundu Kecamatan Tembalang ini adalahobservasional deskriptif.

B.Tempat Penelitian

Laporan Surveilans Diare dilakukan di wilayah kerja PuskesmasKedungmundu Kecamatan Tembalang.

C.Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada Laporan Surveilans Diare ini adalah penduduk diWilayah kerja Puskesmas Kedungmundu, Tembalang.

D.Jenis Data

Pada penyusunan studi kasus ini penulis menggunakan sumber data yang berupa :1.Data Primer 

Data primer diperoleh dari subjek pengambilan kasus yaitu dari hasilwawancara langsung dengan subjek pengambilan kasus dan observasi langsung yang dilakukan pada subjek pengambilan kasus.

2.Data Sekunder 

Data sekunder digunakan untuk mendukung data primer dan diperolehdari dokumen Puskesmas Kedungmundu. Selain itu data juga didapat dari buku teks yang dipakai sebagai sumber referensi.

E.Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan meliputi :

Page 11: surveilans diare

1.Studi Pustaka

Pada kasus ini peneliti menggunakan berbagai literatur seperti buku teks ,tugas akhir, dan sumber bacaan dari internet untuk mencari dasar teori medisyang mencakup penyakit Diare meliputi pengertian, penyebab, gejala klinis,cara pencegahan dan pengobatan.

2.Sumber Informasi

Dokumenter Pada kasus ini peneliti menggunakan dokumen berupa beberapa angkakejadian Diare yang diperoleh dari Puskesmas Kedungmundu.

F.Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif.

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASANA.

Hasil

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Kedungmundu terletak di kelurahan Kedungmundu denganwilayah kerja meliputi 11 kelurahan dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Candi Sari

Sebelah Selatan: Kabupaten Semarang

Sebelah Barat : Kecamatan Banyumanik 

Sebelah Timur: Kabupaten Demak

2. Keadaan Demografi

Data kependudukan kecamatan Tembalang sebagai wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu

Tabel 4.1

3. Kegiatan Pokok Surveilans Puskesmas

a.Pengumpulan data

b.Tabulasi dan analisis data

c.Penyebarluasan hasil dan informasi

Page 12: surveilans diare

4. Sumber data Surveilans Puskesmas

a.Laporan (catatan/registrasi)

1)Kematian

2)Kesakitan

3)Laboratorium

4)Kejadian Luar Biasa/Wabah

5)Kasus individu

6)Laporan penelitian (eksperimen atau observasi)

 b.Survei khusus terhadap penyakit tertentu atau screening

c.Laporan vektor binatang (reservoir)

d.Data lingkungan (sanitasi, geografi termasuk curah hujan, ketinggian, dll)

e.Data penduduk (termasuk social budaya, komposisi umur, dll)

5. Peran dan Mekanisme Kerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di Puskesmas

a.Pengumpulan dan Pengolahan Data.

Unit surveilans Puskesmas mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas harian bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.

 b.Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut.

Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB didaerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan pemantauan wilayahsetempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini penyakit potensial KLB diPuskesmas. Apabila ditemukan adanya kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB tertentu, maka Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan menginformasikan ke Dinas Kesehatan,Kabupaten/Kota. Unit surveilans Puskesmas melaksanakan analisis tahunan perkembangan penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program.Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan, bahan perencanaan

Page 13: surveilans diare

Puskesmas, informasi program dan sektor terkait serta DinasKesehatan Kabupaten/Kota.c.Umpan Balik. Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik bulananabsensi laporan dan permintaan perbaikan data ke Puskesmas Pembantu didaerah kerjanyad.Laporan. Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana formulir PWS KLB. Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP Puskesmas keDinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis penyakit dan variabelnyasebagaimana formulir STP.PUS. Pada data PWS penyakit potensial KLBdan data STP Puskesmas ini tidak termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data kader kesehatan. Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke DinasKesehatan Kabupaten/Kota.

6. Diare sebagai KLB diwilayah kecamatan Tembalang

Tabel 4.2

Data yang didapatkan peneliti, wilayah dengan kasus diare terbanyak adalah kelurahan Sendangmulyo 43 kasus (31,6%), kemudian diikuti olehkelurahan Tandang sebanyak 26 kasus (19,1%). Kelurahan dengan insiden kasus sedikit adalah kelurahan Kramas dan Tembalang 1 kasus (0,7%).

Tabel 4.3 Distribusi kasus diare pada periode Januari – Agustus 2012

Selama periode Januari-Agustus 2012, kasus terbanyak pada bulanJanuari yaitu 42 kasus (30,9%) dan diikuti bulan Februari yaitu 37 kasus(27,2%). Bulan dengan insiden terendah adalah bulan Mei dengan 4 kasus(2,9%) . Dilihat dari periode waktu, kejadian diare di daerah kecamatantembalang terjadi peningkatan kejadian diare pada bulan-bulan tertentu.Hal ini dapat diikuti dengan pola curah hujan tertentu pula sehingga keduanya saling berhubungan.

B. PEMBAHASAN

Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare diKecamatan Tembalang

Dalam penulisan makalah penelitian ini, penulis akan mengambil beberapa variable epidemiologi yaitu variable tempat ( place) yang dalam hal iniadalah kondisi lingkungan dan sanitasi serta variable manusia (man) khususnya pada kepadatan penduduk dan perilaku individu.Berdasarkan hasil tersebut di atas maka di wilayah kecamatanTembalang terjadi kasus diare yang jumlahnya cukup besar. Faktor-faktor yang berpengaruh di sini adalah kondisi lingkungan yang mempengaruhi terjadinyadiare antara lain kondisi tempat pembuangan tinja manusia (jamban), tempat pembuangan sampah dan yang paling utama adalah sumber air bersih yangdigunakan sehari-hari.

Page 14: surveilans diare

Tabel 4.4 Faktor Resiko terjadinya diare di setiap kelurahan

Diketahui bahwa kelurahan Sendangmulyo memiliki kepadatan penduduk terbesar di Kecamatan Tembalang dengan kasus diare tertinggi.Penduduk di Kelurahan Sendangmulyo juga banyak menggunakan air PAM .Letak jamban dengan sumber air bersih lebih banyak menunjukkan lebih dari10 m (75%) . Kemudian Kelurahan Tandang dengan kasus tertinggi keduadiketahui menggunakan air sumur (69%), lalu sumur yang digunakanmasyarakat adalah sumur pribadi dan sumur athetis. Sumur athetis adalahsumur yang digunakan bersama-sama dimana sumber air di dalam tanah dibor kemudian disalurkan ke beberapa rumah didekatnya. Oleh karena itu jarak

 jamban di Kelurahan Tandang menunjukkan lebih dari 10 m . Tempat pembuangan sampah sebagai indikasi tempat vektor seperti lalat, kecoa, dantikus menunjukkan bahwa di kelurajan Sendangmulyo menggunakan tempatsampah tertutup (60%), sedangkan di kelurahan Tandang lebih banyak menggunakan tempat sampah terbuka dibanding tempat sampah tertutup(92%). Tempat sampah yang dimaksud adalah bak terbuka maupun langsungdibuang langsung ke sungai.Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, penulis menemukankesesuaian antara teori dan kasus yang dikaji yaitu bahwa kasus diarecenderung mengelompok di daerah yang kepadatan penduduknya tinggi,keadaan lingkungan sekitar yang kurang bersih, dan perilaku hidup bersih dansehat (PHBS) masyarakat yang kurang. Hal ini dapat dilihat dari penggunaanair bersih, pemanfaatan jamban, dan pembuangan sampah terbuka (di bak terbuka maupun sungai), serta jarak jamban yang kurang dari 10 m di beberapa kelurahan di Kecamatan Tembalang. Oleh karena itu intervensi lebihdiprioritaskan pada daerah tersebut, serta masyarakat mendapatkanketersediaan air bersih yang cukup.Sedangkan permasalahan yang ditemui di wilayah kerja PuskesmasKedungmundu antara lain :1. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi terjadinya diare antara lain kondisitempat pembuangan tinja manusia (jamban), tempat pembuangan sampahdan yang paling utama adalah sumber air bersih yang digunakan sehari-hari.2. Masih kurangnya perhatian masyarakat terhadap kebersihan lingkungansekitarnya.3. Masih kurangnya penyuluhan dari Puskesmas tentang Perilaku Hidup Bersih pada masyarakat sekitar.Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan wabah diare di wilayah Puskesmas Kedungmundu adalah:

Page 15: surveilans diare

1. Melakukan promosi kesehatan yang mencakup pemanfaatan jamban,air  bersih, dan minum air yang sudah dimasak, pengendalian serangga/lalat.

2. Melakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

3. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal pencegahandan penanggulangan wabah diare.

4. Melakukan surveilans ketat hingga wabah dinyatakan berhenti.

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :1. Surveilans epidemiologi sangat penting untuk mengetahui besar masalahkesehatan/ penyakit (frekuensi atau insidensi) di masyarakat, sehingga bisa dibuat perencanaan dalam hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya. Dalam kasus ini adalah kasus diare yang terjadi diwilayah kerja Puskesmas Kedungmundu, Kecamatan Tembalang.2. Kasus diare cenderung mengelompok di daerah yang kepadatan penduduknya tinggi, keadaan lingkungan sekitar yang kurang bersih, dan perilaku hidup bersih sehat masyararakat yang kurang. Hal ini dapatdilihat dari penggunaan air bersih, pemanfaatan jamban, dan pembuangansampah terbuka (di bak terbuka maupun sungai), serta jarak jamban yangkurang dari 10m. oleh karena itu intervensi lebih diprioritaskan padadaerah tersebut, serta masyarakat mendapatkan ketersediaan air bersihyang cukup.

B. SARAN

1. Perlunya pemahaman setiap petugas terdepan di unit pelayanan kesehatanmasyarakat dalam hal ini adalah petugas puskesmas akan surveilansepidemiologi guna pencatatan dan pelaporan yang lebih akurat.2. Koordinasi dan kerjasama lintas sektoral terkait adalah penting dalamrangka upaya jangka panjang didalam penanggulangan kasus diare.3. Menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk membuat desainkegiatan pencegahan dan pemberantasan diare. Melakukan penyuluhansecara berkala untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat bagimasyarakat, memperbaiki sanitasi lingkungan, serta menambah pengetahuan masyarakat tentang diare dan penanganannya

Daftar pustaka

Diah W. 2010.

Page 16: surveilans diare

 Analisis Spasiotemporal Kasus Diare pada Balita.

Diaksesdarihttp://eprints.undip.ac.id/23193/1/Diah_W.pdf   . Diunduh tanggal16Oktober 2012.Murti, Bhisma.2010

. Surveilans Kesehatan Masyarakat 

. Diakses darihttp://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf   .diunduh tanggal 16 Oktober 2012. Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:Rineka Cipta.Prosedur Tetap Penanggulangan KLB dan Bencana Provinsi Jawa Tengah.2006. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.Puskesmas Wedi. 2002-2012.

 Laporan Program Surveilans Diare bulan Januari 2012-Agustus 2012.

Sulistyaningsih. 2011.

 Epidemiologi dalam Praktik Kebidanan

. Yogyakarta :Graha Ilmu.

.