44
BLOK METODOLOGI PENELITIAN TUGAS Desember 2014 EVALUASI SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DIARE DISUSUN OLEH: Fiendy Trifena P. Rembet (2013-83-024) Dosen Pembimbing: dr. Deborah Lantang, M. Kes. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

Evaluasi Surveilans Diare

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Semoga Bermanfaat

Citation preview

Page 1: Evaluasi Surveilans Diare

BLOK METODOLOGI PENELITIAN TUGASDesember 2014

EVALUASI SURVEILANS EPIDEMIOLOGI DIARE

DISUSUN OLEH:

Fiendy Trifena P. Rembet (2013-83-024)

Dosen Pembimbing:

dr. Deborah Lantang, M. Kes.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS PATTIMURA

AMBON

Page 2: Evaluasi Surveilans Diare

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Di tahun 2005, Departemen Kesehatan menerapkan strategi kerja yaitu :

menggerakan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat.

Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas, meningkatkan system surveilans, monitoring dan informasi

kesehatan, serta meningkatkan pembiayaan kesehatan. Namun, strategi

surveilans belum berjalan dengan baik sehingga diperlukan banyak

perbaikan agar tercapainya system surveilans yang efektif di Indonesia.

Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

berkembang seperti Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang

masih tinggi. Survey morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare,

Departemen Kesehatan dari tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan

insidens naik.

Salah satu langkah dalam pencapaian target MDGs adalah menurunkan

kematian anak menjadi 2/3 bagian dari tahun 1990 sampai tahun 2015.

Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT), studi mortalitas

dan riset kesehatan dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare

masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia. Penyebab

utama kematian akibat diare adalah tata laksana yang tidak tepat baik di

rumah maupun di sarana kesehatan. Untuk menurunkan kematian karena

diare perlu tata laksana yang cepat dan tepat.

Diare hingga kini masih menjadi salah satu penyebab utama kesakitan

dan kematian. Epidemiologi penyakit diare dapat ditemukan pada seluruh

daerah geografis dunia dan kasus diare dapat terjadi pada semua

kelompok umur, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi

Page 3: Evaluasi Surveilans Diare

terutama terjadi pada bayi dan anak balita. Di negara berkembang anak-

anak menderita diare lebih dari 12 kali dalam setahun, dan menjadi

penyebab kematian dengan Case Fatality Rate 15% sampai dengan 34%

dari semua kematian, kebanyakan terjadi pada anak-anak (Aman, 2004).

Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga ( SKRT) tahun 2004,

menunjukkan angka kematian akibat diare adalah 23 per 100 ribu

penduduk dan pada balita adalah 75 per 100 ribu balita (Depkes RI,

2005).

Menurut Depkes RI (2009), insiden diare berkisar antara 400 kasus per

100 penduduk, di mana 60-70% di antaranya anak-anak di bawah umur 5

tahun. Setiap anak mengalami diare rata-rata 1 sampai 2 kali setahun dan

secara keseluruhan, rata-rata mengalami 3 kali episode diare per tahun

Di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu, tidak berbeda dengan

Indonesia pada umumnya, penyakit menular juga masih menjadi masalah.

Untuk kejadian penyakit diare, sebagai perbandingan, sepanjang bulan

Januari 2012 – Agustus 2012 angka kejadian diare tidak pernah hilang

dari data surveilans Puskesmas Kedungmundu. Di samping itu, di

Puskesmas Kedungmundu juga masih terdapat beberapa penyakit yang

terkadang menjadi suatu Kejadian Luar Biasa (KLB) ataupun sporadik.

Berdasarkan uraian di atas, melihat masih adanya penyakit menular di

wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu yang telah telah memiliki sistem

surveilans yang seharusnya, berdasarkan fungsinya dapat mencegah

kejadian tersebut, menjadi suatu pintu pembahasan yang menarik untuk

mengetahui kegiatan surveilans di Puskesmas Kedungmundu dan

permasalahan yang ada.

Page 4: Evaluasi Surveilans Diare

1.2Batasan Masalah

Makalah ini membahas tentang kegiatan surveilans, pencatatan dan

pelaporan data surveilans di Puskesmas Kedungmundu serta

permasalahan kesehatan yang ada dalam kegiatan surveilans tersebut.

1.3Tujuan Penulisan

Tujuan Umum:

Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan

derajat kesehatan masyarakat dan kesejahteraan masyarakat.

Tujuan Khusus:

a. Mengetahui dan memahami tentang Surveilans Epidemiologi

b. Mengetahui bagaimana sistem surveilans diare

c. Memahami bagaimana penganalisaan data kedalam grafik tentang

surveilans diare.

d. Dapat memproyeksikan penyakit diare dimasa akan datang dan upaya

promosi dan pencegahannya.

1.4Manfaat Penulisan

1. Sebagai ilmu pengetahuan dan menambah wawasan bagi pembaca

dan masyarakat tentang diare dan surveilans diare.

2. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan khususnya puskesmas agar

dapat melaksanakan surveilans penyakit diare secara baik dan optimal

sehingga dapat menurunkan angka kejadian diare di wilayah kerja

puskesmas tersebut.

Page 5: Evaluasi Surveilans Diare

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. SURVEILANS

1. Pengertian Surveilans

Setelah tahun 1950, surveilans epidemiologi dalam konteks penyakit.

Surveilans epidemiologi memantau insidensi penyakit-penyakit yang

termasuk dalam program-program vertikal WHO seperti malaria,

frambusia, cacar, dan demam kuning perkotaan. Dalam kegiatan ini

diperlukan data penyakit yang didistribusikan menurut orang, waktu, dan

tempat. Di samping itu diperlukan data tentang vektor yang menularkan

penyakit yang bersangkutan, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi

kejadian penyakit itu. Dalam konteks ini muncul teori bahwa penyakit

infeksi disebabkan oleh kuman yang mungkin berasal dari binatang atau

tumbuh-tumbuhan, sebagai lawan dari bahwa penyakit disebabkan oleh

banyak faktor. Timbulnya penyakit infeksi tergantung pada dosis dari

agen yang infeksius, jenis dan lamanya transmisi, keadaan umum dan

gizi dari hospes, gaya hidup dari hospes, dan keadaan lingkungan.

Beberapa ahli telah mendefinisikan surveilans epidemiologi. Langmuir

dari Centre Of Disease Control (CDC) dari Atlanta, Amerika Serikat

mendefinisikan surveilans epidemiologi adalah latihan pengawasan

berhati-hati yang terus menerus, dan berjaga-jaga terhadap distribusi dan

penyebaran infeksi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan itu, yang

cukup akurat dan sempurna yang relevan untuk menanggulangi

penyakit.

Surveilans kesehatan masyarakat adalah pengumpulan, analisis, dan

analisis data secara terus menerus dan sistematis yang kemudian

disemininasikan (disebarluaskan) kepada pihak-pihak yang

Page 6: Evaluasi Surveilans Diare

bertanggungjawab dalam pencegahan penyakit dan masalah kesehatan

lainnya.

Surveilans memantau terus-menerus kejadian dan kecenderungan

penyakit, mendeteksi dan memprediksi outbreak pada populasi,

mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit, seperti

perubahan-perubahan biologis pada agent, vektor, dan reservoir.

Selanjutnya surveilans menghubungkan informasi tersebut kepada

pembuat keputusan agar dapat dilakukan langkah-langkah pencegahan

dan pengendalian penyakit. Kadang digunakan istilah surveilans

epidemiologi. Baik surveilans kesehatan masyarakat maupun surveilans

epidemiologi hakikatnya sama saja, sebab menggunakan metode yang

sama, dan tujuan epidemiologi adalah untuk mengendalikan masalah

kesehatan masyarakat, sehingga epidemiologi dikenal sebagai sains inti

kesehatan masyarakat.

Surveilans memungkinkan pengambil keputusan untuk memimpin dan

mengelola dengan efektif. Surveilans kesehatan masyarakat memberikan

informasi kewaspadaan dini bagi pengambil keputusan dan manajer

tentang masalah-masalah kesehatan yang perlu diperhatikan pada suatu

populasi. Surveilans kesehatan masyarakat merupakan instrument

penting untuk mencegah outbreak penyakit dan mengembangkan

respons segera ketika penyakit mulai menyebar. Informasi dari surveilans

juga sangat penting untuk memonitor sejauh mana populasi telah

terlayani dengan baik.

Page 7: Evaluasi Surveilans Diare

Gambar 1. Skema sistem surveilans1

(Sumber: Public health surveilans.)

Surveilans berbeda dengan pemantauan (monitoring) biasa. Surveilans

dilakukan secara terus-menerus tanpa terputus (kontinu), sedang

pemantauan dilakukan secara intermitten atau episodik. Dengan

mengamati secara terus menerus dan sistematis maka perubahan-

perubahan kecenderungan penyakit dan faktor yang mempengaruhinya

dapat diamati dan diantisipasi, sehingga dapat dilakukan langkah-

langkah investigasi dan pengendalian penyakit dengan tepat.

2. Tujuan Survei Epidemiologi

a. Untuk mengetahui besar masalah kesehatan/ penyakit (frekuensi atau

insidensi) di masyarakat, sehingga bisa dibuat perencanaan dalam

hal pencegahan, penanggulangan maupun pemberantasannya.

b. Untuk mengetahui informasi yang up to date mengenai masalah

kesehatan/ penyakit (menjawab pertanyaan siapa, dimana, kapan)

sehingga dapat digunakan untuk memonitor program yang sedang

berjalan, mengevaluasi program dan system kewaspadaan dini.

Page 8: Evaluasi Surveilans Diare

3. Kegunaan Surveilans Epidemiologi

a. Mengetahui gambaran epidemiologi masalah kesehatan atau

penyakit. Yang dimaksud gambaran epidemiologi dari suatu penyakit

adalah epidemiologi deskriptif penyakit itu menurut waktu, tempat,

dan orang.

b. Menetapkan prioritas masalah kesehatan

Minimal ada 3 persyaratan untuk mendapatkan prioritas masalah

kesehatan untuk ditanggulangi yaitu besarnya masalah, adanya

metode untuk memecahkan masalah, dan tersedianya biaya untuk

mengatasi masalah.

c. Mengetahui cakupan pelayanan

Atas dasar data kunjungan ke puskesmas, dapat diperkirakan

cakupan pelayanan puskesmas terhadap karakteristik tertentu dari

penderita, dengan membandingkan proporsi penderita menurut

karakteristik tertentu yang berkunjung ke puskesmas, dan proporsi

penderita menurut karakteristik yang sama di populasi atas dasar data

statistic dari daerah yang bersangkutan.

d. Untuk kewaspadaan dini terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB)

KLB adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan frekuensi

suatu penyakit dalam periode waktu tertentu di suatu wilayah. Di

Indonesia, penyakit menular yang sering menimbulkan KLB adalah

penyakit diare, penyakit yang dapat diimunisasikan, infeksi saluran

nafas, dan lain-lain.

e. Untuk memantau dan menilai program.

4. Ruang Lingkup Surveilans Epidemiologi

Masalah kesehatan dapat disebabkan oleh berbagai sebab, oleh karena

itu secara operasional masalah-masalah kesehatan tidak dapat

diselesaikan oleh sector kesehatan sendiri, diperlukan tata laksana

Page 9: Evaluasi Surveilans Diare

terintegrasi dan komprehensif dengan kerjasama yang harmonis antar

sector dan antra program, sehingga perlu dikembangkan subsistem

surveilans epidemiologi kesehatan yang terdiri dari Surveilans

Epidemiologi Penyakit Menular, Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak

Menular, Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku,

Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan, Surveilans Epidemiologi

Kesehatan Matra.

a. Surveilans Epidemiologi Penyakit Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit

menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya pemberantasan

penyakit menular.

b. Surveilans Epidemiologi Penyakit Tidak Menular

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit

tidak menular dan faktor resiko untuk mendukung upaya

pemberantasan penyakit menular.

c. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan Dan Perilaku

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap penyakit

dan faktor resiko untuk mendukung program penyehatan lingkungan.

d. Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah

kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program-program

kesehatan tertentu.

e. Surveilans Epidemiologi Kesehatan Matra.

Merupakan analisis terus menerus dan sistematis terhadap masalah

kesehatan dan faktor resiko untuk mendukung program kesehatan

matra.

Page 10: Evaluasi Surveilans Diare

5. Komponen Sistem Surveilans Epidemiologi

Setiap penyelenggaraan surveilans epidemiologi penyakit dan masalah

kesehatan lainnya sebagaimana tersebut di atas terdiri dari beberapa

komponen yang menyusun bangunan system surveilans yang terdiri atas

komponen sebagai berikut :

a. Tujuan yang jelas dan dapat diukur

b. Unit surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerja

surveilans epidemiologi dengan dukungan tenaga professional

c. Konsep surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumebr

dan cara-cara memperoleh data, cara-cara mengolah data, cara-cara

melakukan analisis, sasaran penyebaran atau pemanfaatan data dan

informasi epidemiologi, serta mekanisme kerja epidemiologi.

d. Dukungan advokasi, peraturan perundang-undangan, sarana dan

anggaran.

e. Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi.

f. Jejaring surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasama

dalam pertukaran data dan informasi epidemiologi, analisis, dan

peningkatan kemampuan surveilans epidemiologi.

g. Indikator kinerja.

6. Mekanisme Kerja

Kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang

dilaksanakan secara terus-menerus dan sistematis dengan mekanisme

kerja sebagai berikut :

a. Pengumpulan data (identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta

informasi terkait lainnya).

Data yang dikumpulkan adalah data epidemiologi yang jelas, tepat,

dan ada hubungannya dengan penyakit yang bersangkutan.

Tujuan pengumpulan data adalah :

Page 11: Evaluasi Surveilans Diare

1) Menentukan kelompok/golongan populasi yang mempunyai resiko

terbesar terserang penyakit (umur, jenis kelamin, bangsa,

pekerjaan, dan lain-lain).

2) Menentukan jenis dari agent (penyebab) penyakit dan

karakteristiknya.

3) Menentukan reservoir dari infeksi.

4) Memastikan keadaan-keadaan yang menyebabkan dapat

berlangsungnya transmisi penyakit.

5) Mencatat kejadian penyakit secara keseluruhan.

6) Penyelidikan letusan-letusan wabah, bertujuan untuk memastikan

sifat dasar wabah, sumber wabah, cara penularan, dan area

penyebaran / menjalarnya wabah.

b. Perekaman, pelaporan, dan pengolahan data

Data yang dikumpulkan segera diolah menurut tujuan surveilans.

c. Analisis dan interpretasi data

Setelah data diolah, dikompilasi, selanjutnya dilakukan analisis dan

interpretasi data. Berdasarkan hasil analisis dan interpretasi data,

dapat dibuat tanggapan-tanggapan, saran-saran untuk menentukan

tindakan dalam menanggulangi masalah yang ada berdasarkan

prioritas.

d. Studi Epidemiologi

Studi epidemiologi dilakukan terhadap masalah yang menjadi

prioritas.

e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya.

Penyebaran informasi dapat dilakukan kepada atasan sebagai

informasi le.bih lanjut dan dapat dikirimkan umpan balik kepada unit

kesehatan yang memberikan laporan kepadanya.

f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.

Page 12: Evaluasi Surveilans Diare

Rekomendasi dan alternatif tindak lanjut disusun untuk

menanggulangi masalah yang ada.

g. Umpan Balik

Surveilans merupakan kegiatan yang berjalan terus menerus, maka

umpan balik kepada sumber-sumber (pelapor) mengenai arti data dan

kegunaannya setelah diolah merupakan tindakan yang penting.

7. Jenis Penyelenggaraan

Pelaksanaan surveilans epidemiologi kesehatan dapat menggunakan

satu cara atau kombinasi beberapa cara penyelenggaraan surveilans

epidemiolog. Cara-cara penyelenggaraan surveilans epidemiologi dibagi

berdasarkan atas metode pelaksanaan, aktivitas pengumpulan data dan

pola pelaksanaanya.

a. Penyelenggaraan Berdasarkan Metode Pelaksanaan

1) Surveilans epidemiologi rutin terpadu, adalah penyelenggaraan

surveilans epidemiologi terhadap beberapa kejadian,

permasalahan, dan atau faktor resiko masalah kesehatan.

2) Surveilans epidemiologi khusus, adalah penyelengaraan

surveilans epidemiologi terhadap suatu kejadian, permasalahan,

faktor resiko atau situasi khusus kesehatan.

3) Surveilans sentinel, adalah penyelanggaraan surveilans

epidemiologi pada populasi dan wilayah terbatas untuk

mendapatkan signal adanya masalah kesehatan pada suatu

populasi atau wilayah yang lebih luas.

4) Studi epidemiologi, adalah penyelenggaraan surveilans

epidemiologi pada periode tertentu serta populasi dan atau

wilayah tertentu untuk mengetahui lebih mendalam gambaran

epidemiologi penyakit, permasalahan dan atau faktor resiko

kesehatan.

Page 13: Evaluasi Surveilans Diare

b. Penyelenggaraan berdasarkan aktivitas pengumpulan data

1) Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi,

dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara

mendatangi unit pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber

data lainnya.

2) Surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi,

dimana unit surveilans mengumpulkan data dengan cara

menerima data tersebut dari unit pelayanan kesehatan,

masyarakat atau sumber data lainnya.

c. Penyelenggaraan berdasarkan pola pelaksanaan

1) Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada

ketentuan yang berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau

wabah dan atau bencana.

2) Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang

mengacu pada ketentuan yang berlaku untuk keadaan di luar KLB

dan atau wabah dan atau bencana.

d. Penyelenggaraan berdasarkan kualitas pemeriksaan

1) Bukti klinis atau tanpa peralatan pemeriksaan, adalah kegiatan

surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan klinis

atau tidak menggunakan peralatan pendukung pemeriksaan.

2) Bukti laboratorium atau dengan peralatan khusus, adalah kegiatan

surveilans dimana data diperoleh berdasarkan pemeriksaan

laboratorium atau peralatan pendukung pemeriksaan lainnya.

Page 14: Evaluasi Surveilans Diare

B. Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja

yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali/lebih dalam sehari).

2. Jenis Diare

Berdasar lama sakit :

a. Diare Akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (pada

umumnya kurang dari 7 hari). Akibat diare akut dapat terjadi dehidrasi

yang merupakan penyebab utama kematian.

b. Diare kronik/persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari

secara terus menerus yang dapat mengakibatkan penurunan berat

badan dan gangguan metabolism.

3. Penyebab

a. Infeksi

1) Bakteri (Shigella, Salmonella, E. Coli, gol Vibrio, Bacillus cereus,

Cl. Perfringens,Staphylococcus)

2) Virus (Rotavirus,Enterovirus, Adenovirus)

3) Parasit (Amuba, cacing, jamur)

b. Keracunan

1) Bahan kimia

2) Toksim bakteri (Salmonela, Staphilococcus, Botulisme)

c. Alergi

1) Alergi makanan

2) Alergi obat

d. Malabsorpsi

1) Malabsorpsi protein

2) Malabsorpsi lemak

e. Imunodefisiensi

Page 15: Evaluasi Surveilans Diare

1) HIV/AIDS : terjadi karena over growth kuman saprofit usus

2) Pengobatan dengan imunosupresi

f. Penyebab lain

1) Psychosomatic

2) Parenteral diare

4. Cara Penularan

a. Penularan kuman penyebab diare

Penyebab diare biasanya menular melalui fecal oral. Perilaku yang

menyebabkan penyebaran kuman enteric dan meningkatkan

terjadinya resiko diare yaitu :

1) Tidak memberikan ASI Eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan.

Bayi yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar

daripada bayi yang diberi ASI eksklusif dan kemungkinan

menderita dehidrasi berat juga lebih besar.

2) Pemberian susu formula dengan menggunakan botol yang tidak

bersih.

3) Makan makanan basi, karena telah tercemar dengan kuman.

4) Tidak cuci tangan setelah buang air besar, sesudah membuang

tinja anak, sebelum makan, atau menyuapi anak.

5) Membuang tinja (termasuk tinja bayi) sembarang tempat. Sering

dianggap tinja bayi tidak berbahaya, padahal sesungguhnya

mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar.

b. Faktor pejamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Faktor pejamu dapat meningkatkan insiden diare dan lamanya diare,

yaitu :

1) Tidak mendapat ASI eksklusif. ASI mengandung antibody yang

dapat melindungi kuman penyebab diare yaitu : Shigella, dan V.

cholera

Page 16: Evaluasi Surveilans Diare

2) Kurang gizi. Berat penyakit, lama sakit. Resiko kematian diare

meningkat pada anak-anak yang menderita gangguan gizi,

terutama pada anak penderita gizi buruk.

3) Campak. Sering terjadi komplikasi diare dalam 4 minggu terakhir.

4) Imunodefisiensi/imunosupresi. Pada anak imunosupresi berat,

diare terjadi karena kuman yang tidak pathogen.

c. Faktor lingkungan dan perilaku

Diare merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan. Dua faktor

dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja akan

berinteraksi pada perilaku manusia. Bila lingkungan tidak sehat

(karena tercemar kuman diare) dan berakumulasi dengan perilaku

manusia yang tidak sehat (melalui makanan dan minuman), maka

akan mengakibatkan kejadian diare.

5. Gejala Klinis

Gejala utama : buang air besar lembek/cair yang frekuensinya lebih

sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam sehari).

Kuman Masa

tunas

Gejala klinis Cara penularan

V. Cholera Beberapa

jam

sampai 5

hari

Mencret mendadak, cair

seperti cucian beras,

terus menerus,dehidrasi,

kadang-kadang muntah,

asidosis, dan shock

Melalui makanan

dan minuman yang

terkontaminasi

V.Para-

hemolyticus

Biasanya

2-3 hari

Diare, sakit perut, mual

muntah, demam, sakit

kepala

Ikna (makanan)

laut yang

terkontaminasi

Stap. aureus 2-6 jam Mual, muntah, sakit perut,

mencret, suhu badan

Daging, telur,

makanan kaleng

Page 17: Evaluasi Surveilans Diare

tinggi dan roti

Salmonella

sp.

12-24 jam Mencret, demam, sakit

perut.

Daging unggas,

susu, dan telur

yang

terkontaminasi

Clostridium

perfringers

6-24 jam

biasanya

10-12 jam

Mencret, sakit perut, mual Daging, makanan

kaleng

Bacillus

cereus

6-14 jam

1-6 jam

Mencret

Mual, muntah

Bubur kaleng,

pudding

Shigella spp

2-3 hari Mencret, sakit perut,

tenesmus, tinja lender

darah

Makanan saus dan

makanan kaleng

yang

terkontaminasi

Strepcoccus

faecalis

5-20 jam Mual, muntah, mencret Makanan yang

terkontaminasi

Enterococcus 2-18 jam Mual, muntah, mencret Makanan kaleng

yang

terkontaminasi

6. Pencegahan

a. Pemberian ASI Eksklusif

b. Memperbaiki pemberian makanan pendamping ASI

c. Menggunakan air bersih

d. Mencuci tangan dengan sabun

e. Menggunakan jamban dengan benar

f. Membuang tinja bayi dan anak-anak di jamban.

Page 18: Evaluasi Surveilans Diare

7. Pengobatan

Prinsip tata laksana penderita diare :

a. Mencegah terjadinya dehidrasi

Dapat dilakukan di rumah dengan memberikan air minum lebih

banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan seperti air tajin,

kuah sayur, air sup. Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah

tangga yang dianjurkan, berikan air matang.

b. Mengobati dehidrasi

Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak), penderita harus segera

dibawa ke petugas kesehatan untuk mendapat pengobatan yang

cepat dan tepat yaitu oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita

harus segera diberikan cairan intravena dengan Ringer Lactat

sebelum dilanjutkan terapi oral.

c. Memberi makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi

pada penderita terutama anak agar tetap kuat dan tumbuh serta

mencegah berkurangnya berat badan. Berikan cairan oralit dan

makanan sesuai yang dianjurkan.

1) Anak yang masih minum ASI harus lebih sering diberi ASI.

2) Anak yang minum susu formula diberikan lebih sering dari

biasanya.

3) Anak usia 6 bulan atau lebih termasuk bayi yang telah mendapat

makanan padat harus diberikan makanan yang mudah dicerna tapi

sering.

Setelah diare berhenti, pemberian makanan ekstra diteruskan selama

2 minggu untuk membantu pemulihan berat badan anak.

d. Mengobati masalah lain.

Bila ditemukan penderita diare disertai penyakit lain, berikan

pengobatan sesuai dengan indikasi dengan mengutamakan rehidrasi.

Page 19: Evaluasi Surveilans Diare

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam menyusun Laporan

Surveilans Diare di Puskesmas Kedungmundu Kecamatan Tembalang ini

adalah observasional deskriptif.

B. Tempat Penelitian

Laporan Surveilans Diare dilakukan di wilayah kerja Puskesmas

Kedungmundu Kecamatan Tembalang.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian pada Laporan Surveilans Diare ini adalah penduduk di

Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu, Tembalang.

D. Jenis Data

Pada penyusunan studi kasus ini penulis menggunakan sumber data

yang berupa :

1. Data Primer

Data primer diperoleh dari subjek pengambilan kasus yaitu dari hasil

wawancara langsung dengan subjek pengambilan kasus dan

observasi langsung yang dilakukan pada subjek pengambilan kasus.

2. Data Sekunder

Data sekunder digunakan untuk mendukung data primer dan

diperoleh dari dokumen Puskesmas Kedungmundu. Selain itu data

juga didapat dari buku teks yang dipakai sebagai sumber referensi.

E. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan meliputi :

1. Studi Pustaka

Pada kasus ini peneliti menggunakan berbagai literatur seperti buku

teks, tugas akhir, dan sumber bacaan dari internet untuk mencari

Page 20: Evaluasi Surveilans Diare

dasar teori medis yang mencakup penyakit Diare meliputi pengertian,

penyebab, gejala klinis, cara pencegahan dan pengobatan.

2. Sumber Informasi Dokumenter

Pada kasus ini peneliti menggunakan dokumen berupa beberapa

angka kejadian Diare yang diperoleh dari Puskesmas Kedungmundu.

F. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara deskriptif.

Page 21: Evaluasi Surveilans Diare

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Kedungmundu terletak di kelurahan Kedungmundu dengan

wilayah kerja meliputi 11 kelurahan dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kecamatan Candi Sari

Sebelah Selatan : Kabupaten Semarang

Sebelah Barat : Kecamatan Banyumanik

Sebelah Timur : Kabupaten Demak

2. Keadaan Demografi

Data kependudukan Kecamatan Tembalang sebagai wilayah kerja

Puskesmas Kedungmundu adalah :

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelurahan

No Kelurahan Jumlah

1 Kelurahan Sendangmulyo 33.563 jiwa

2 Kelurahan Sendangguwo 20,645 jiwa

3 Kelurahan Tandang 23,953 jiwa

4 Kelurahan Sambiroto 14,680 jiwa

5 Kelurahan Meteseh 15.060 jiwa

6 Kelurahan Jangli 6,441 jiwa

7 Kelurahan Kedungmundu 10,896 jiwa

8 Kelurahan Mangunharjo 6,734 jiwa

9 Kelurahan Bulusan 4,510 jiwa

10 Kelurahan Kramas 3,068 jiwa

11 Kelurahan Tembalang 5,742 jiwa

Page 22: Evaluasi Surveilans Diare

Jumlah 156,254 jiwa

3. Kegiatan Pokok Surveilans Puskesmas

a. Pengumpulan data

b. Tabulasi dan analisis data

c. Penyebarluasan hasil dan informasi

4. Sumber data Surveilans Puskesmas

a. Laporan (catatan/registrasi)

1) Kematian

2) Kesakitan

3) Laboratorium

4) Kejadian Luar Biasa/Wabah

5) Kasus individu

6) Laporan penelitian (eksperimen atau observasi)

b. Survei khusus terhadap penyakit tertentu atau screening

c. Laporan vektor binatang (reservoir)

d. Data lingkungan (sanitasi, geografi termasuk curah hujan, ketinggian,

dll)

e. Data penduduk (termasuk social budaya, komposisi umur, dll)

5. Peran dan Mekanisme Kerja Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di

Puskesmas

a. Pengumpulan dan Pengolahan Data. Unit surveilans Puskesmas

mengumpulkan dan mengolah data STP Puskesmas harian

bersumber dari register rawat jalan & register rawat inap di

Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, tidak termasuk data dari unit

pelayanan bukan puskesmas dan kader kesehatan. Pengumpulan

Page 23: Evaluasi Surveilans Diare

dan pengolahan data tersebut dimanfaatkan untuk bahan analisis dan

rekomendasi tindak lanjut serta distribusi data.

b. Analisis serta Rekomendasi Tindak Lanjut. Unit surveilans Puskesmas

melaksanakan analisis bulanan terhadap penyakit potensial KLB di

daerahnya dalam bentuk tabel menurut desa/kelurahan dan grafik

kecenderungan penyakit mingguan, kemudian menginformasikan

hasilnya kepada Kepala Puskesmas, sebagai pelaksanaan

pemantauan wilayah setempat (PWS) atau sistem kewaspadaan dini

penyakit potensial KLB di Puskesmas. Apabila ditemukan adanya

kecenderungan peningkatan jumlah penderita penyakit potensial KLB

tertentu, maka Puskesmas melakukan penyelidikan epidemiologi dan

menginformasikan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Unit

surveilans Puskesmas melaksanakan analisis tahunan perkembangan

penyakit dan menghubungkannya dengan faktor risiko, perubahan

lingkungan, serta perencanaan dan keberhasilan program.

Puskesmas memanfaatkan hasilnya sebagai bahan profil tahunan,

bahan perencanaan Puskesmas, informasi program dan sektor terkait

serta Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

c. Umpan Balik. Unit surveilans Puskesmas mengirim umpan balik

bulanan absensi laporan dan permintaan perbaikan data ke

Puskesmas Pembantu di daerah kerjanya

d. Laporan. Setiap minggu, Puskesmas mengirim data PWS penyakit

potensial KLB ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebagaimana

formulir PWS KLB. Setiap bulan, Puskesmas mengirim data STP

Puskesmas ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan jenis

penyakit dan variabelnya sebagaimana formulir STP.PUS. Pada data

PWS penyakit potensial KLB dan data STP Puskesmas ini tidak

termasuk data unit pelayanan kesehatan bukan puskesmas dan data

kader kesehatan. Setiap minggu, Unit Pelayanan bukan Puskesmas

Page 24: Evaluasi Surveilans Diare

mengirim data PWS penyakit potensial KLB ke Dinas Kesehatan

Kabupaten/Kota.

6. Diare Sebagai KLB di wilayah Kecamatan Tembalang

Tabel 1. Distribusi kasus diare pada setiap kelurahan

No Kelurahan Jumlah

Penderita

Presentase

1 Kelurahan Sendangmulyo 43 kasus (31,6%)

2 Kelurahan Sendangguwo 20 kasus (14,7%)

3 Kelurahan Tandang 26 kasus (19,1%)

4 Kelurahan Sambiroto 12 kasus (8,8%)

5 Kelurahan Meteseh 4 kasus (2,9%)

6 Kelurahan Jangli 6 kasus (4,4%)

7 Kelurahan Kedungmundu 11 kasus (8,1%)

8 Kelurahan Mangunharjo 7 kasus (5,1%)

9 Kelurahan Bulusan 5 kasus (3,7%)

10 Kelurahan Kramas 1 kasus (0,7%)

11 Kelurahan Tembalang 1 kasus (0,7%)

Jumlah 136 kasus 100%

Data yang didapatkan peneliti, wilayah dengan kasus diare terbanyak

adalah kelurahan Sendangmulyo 43 kasus (31,6%), kemudian diikuti oleh

kelurahan Tandang sebanyak 26 kasus (19,1%). Kelurahan dengan

insiden kasus sedikit adalah kelurahan Kramas dan Tembalang 1 kasus

(0,7%).

Tabel 2. Distribusi kasus diare pada periode Januari – Agustus 2012

Page 25: Evaluasi Surveilans Diare

Bulan Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agust

Kasus

Diare

42

(30,9%)

37(27,2%)

6(4,4%)

7(5,14%)

4(2,9%)

8(5,9%)

13(9,6%)

19(13,9%

)

Selama periode Januari-Agustus 2012, kasus terbanyak pada bulan

Januari yaitu 42 kasus (30,9%) dan diikuti bulan Februari yaitu 37 kasus

(27,2%). Bulan dengan insiden terendah adalah bulan Mei dengan 4

kasus (2,9%) . Dilihat dari periode waktu, kejadian diare di daerah

kecamatan tembalang terjadi peningkatan kejadian diare pada bulan-

bulan tertentu. Hal ini dapat diikuti dengan pola curah hujan tertentu pula

sehingga keduanya saling berhubungan.

B. PEMBAHASAN

Hubungan Faktor Resiko dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Diare di

Kecamatan Tembalang

Dalam penulisan makalah penelitian ini, penulis akan mengambil

beberapa variable epidemiologi yaitu variable tempat (place) yang dalam

hal ini adalah kondisi lingkungan dan sanitasi serta variable manusia

(man) khususnya pada kepadatan penduduk dan perilaku individu.

Berdasarkan hasil tersebut di atas maka di wilayah kecamatan

Tembalang terjadi kasus diare yang jumlahnya cukup besar. Faktor-faktor

yang berpengaruh di sini adalah kondisi lingkungan yang mempengaruhi

terjadinya diare antara lain kondisi tempat pembuangan tinja manusia

(jamban), tempat pembuangan sampah dan yang paling utama adalah

sumber air bersih yang digunakan sehari-hari.

Tabel 3. Faktor Resiko terjadinya diare di setiap kelurahan

Page 26: Evaluasi Surveilans Diare

Kelurahan Sumber air bersih Jamban Tempat sampah

Air

sumur

PAM Galon <10

m

>10

m

terbuk

a

Tertutup

Sendangmuly

o

8 10 17 5 15 8 12

Sendangguwo 3 6 5 2 6 8 0

Tandang 10 1 3 4 9 12 1

Sambiroto 7 2 6 0 9 6 3

Meteseh 2 1 2 0 2 0 2

Jangli 3 1 2 1 3 4 0

Kedungmundu 4 0 0 3 1 1 3

Mangunharjo 0 1 1 0 1 1 0

Bulusan 1 0 1 0 1 1 0

Kramas 1 0 1 1 0 0 1

Tembalang 1 1 1 0 1 1 0

Total 40 29 40 18 50 48 20

Diketahui bahwa kelurahan Sendangmulyo memiliki kepadatan penduduk

terbesar di Kecamatan Tembalang dengan kasus diare tertinggi.

Penduduk di Kelurahan Sendangmulyo juga banyak menggunakan air

PAM. Letak jamban dengan sumber air bersih lebih banyak menunjukkan

lebih dari 10 m (75%) . Kemudian Kelurahan Tandang dengan kasus

tertinggi kedua diketahui menggunakan air sumur (69%), lalu sumur yang

digunakan masyarakat adalah sumur pribadi dan sumur athetis. Sumur

athetis adalah sumur yang digunakan bersama-sama dimana sumber air

di dalam tanah dibor kemudian disalurkan ke beberapa rumah

didekatnya. Oleh karena itu jarak jamban di Kelurahan Tandang

menunjukkan lebih dari 10 m. Tempat pembuangan sampah sebagai

indikasi tempat vektor seperti lalat, kecoa, dan tikus menunjukkan bahwa

Page 27: Evaluasi Surveilans Diare

di kelurajan Sendangmulyo menggunakan tempat sampah tertutup

(60%), sedangkan di kelurahan Tandang lebih banyak menggunakan

tempat sampah terbuka dibanding tempat sampah tertutup (92%).

Tempat sampah yang dimaksud adalah bak terbuka maupun langsung

dibuang langsung ke sungai.

Dari pembahasan yang telah diuraikan di atas, penulis menemukan

kesesuaian antara teori dan kasus yang dikaji yaitu bahwa kasus diare

cenderung mengelompok di daerah yang kepadatan penduduknya tinggi,

keadaan lingkungan sekitar yang kurang bersih, dan perilaku hidup

bersih dan sehat (PHBS) masyarakat yang kurang. Hal ini dapat dilihat

dari penggunaan air bersih, pemanfaatan jamban, dan pembuangan

sampah terbuka (di bak terbuka maupun sungai), serta jarak jamban

yang kurang dari 10 m di beberapa kelurahan di Kecamatan Tembalang.

Oleh karena itu intervensi lebih diprioritaskan pada daerah tersebut, serta

masyarakat mendapatkan ketersediaan air bersih yang cukup.

Sedangkan permasalahan yang ditemui di wilayah kerja Puskesmas

Kedungmundu antara lain :

1. Kondisi lingkungan yang mempengaruhi terjadinya diare antara lain

kondisi tempat pembuangan tinja manusia (jamban), tempat

pembuangan sampah dan yang paling utama adalah sumber air

bersih yang digunakan sehari-hari.

2. Masih kurangnya perhatian masyarakat terhadap kebersihan

lingkungan sekitarnya.

3. Masih kurangnya penyuluhan dari Puskesmas tentang Perilaku Hidup

Bersih pada masyarakat sekitar.

Adapun upaya yang dilakukan dalam penanganan dan penanggulangan

wabah diare di wilayah Puskesmas Kedungmundu adalah:

Page 28: Evaluasi Surveilans Diare

1. Melakukan promosi kesehatan yang mencakup pemanfaatan

jamban,air bersih, dan minum air yang sudah dimasak,

pengendalian serangga/lalat.

2. Melakukan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS).

3. Pembinaan terhadap petugas surveilans puskesmas dalam hal

pencegahan dan penanggulangan wabah diare.

4. Melakukan surveilans ketat hingga wabah dinyatakan berhenti.

Page 29: Evaluasi Surveilans Diare

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dari pembahasan tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan sebagai

berikut :

1. Surveilans epidemiologi sangat penting untuk mengetahui besar

masalah kesehatan/ penyakit (frekuensi atau insidensi) di masyarakat,

sehingga bisa dibuat perencanaan dalam hal pencegahan,

penanggulangan maupun pemberantasannya. Dalam kasus ini adalah

kasus diare yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu,

Kecamatan Tembalang.

2. Kasus diare cenderung mengelompok di daerah yang kepadatan

penduduknya tinggi, keadaan lingkungan sekitar yang kurang bersih,

dan perilaku hidup bersih sehat masyararakat yang kurang. Hal ini

dapat dilihat dari penggunaan air bersih, pemanfaatan jamban, dan

pembuangan sampah terbuka (di bak terbuka maupun sungai), serta

jarak jamban yang kurang dari 10m. oleh karena itu intervensi lebih

diprioritaskan pada daerah tersebut, serta masyarakat mendapatkan

ketersediaan air bersih yang cukup.

B. SARAN

1. Perlunya pemahaman setiap petugas terdepan di unit pelayanan

kesehatan masyarakat dalam hal ini adalah petugas puskesmas akan

surveilans epidemiologi guna pencatatan dan pelaporan yang lebih

akurat.

2. Koordinasi dan kerjasama lintas sektoral terkait adalah penting dalam

rangka upaya jangka panjang didalam penanggulangan kasus diare.

Page 30: Evaluasi Surveilans Diare

3. Menggunakan hasil penelitian ini sebagai dasar untuk membuat

desain kegiatan pencegahan dan pemberantasan diare. Melakukan

penyuluhan secara berkala untuk meningkatkan perilaku hidup bersih

dan sehat bagi masyarakat, memperbaiki sanitasi lingkungan, serta

menambah pengetahuan masyarakat tentang diare dan

penanganannya.

Page 31: Evaluasi Surveilans Diare

DAFTAR PUSTAKA

1. Diah W. Analisis Spasiotemporal Kasus Diare pada Balita. [Internet]

2010 [cited: 2012 okt 16]. Available from:

http://eprints.undip.ac.id/23193/1/Diah_W.pdf.

2. Murti, Bhisma. Surveilans Kesehatan Masyarakat. [Internet] 2010

[cited: 2012 okt 16]. Available from:

http://fk.uns.ac.id/static/materi/Surveilans_-_Prof_Bhisma_Murti.pdf.

3. Notoatmodjo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta; 2002

4. Prosedur Tetap Penanggulangan KLB dan Bencana Provinsi Jawa

Tengah. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah; 2006

5. Puskesmas Wedi. Laporan Program Surveilans Diare bulan Januari

2012-Agustus 2012; 2002-2012

6. Sulistyaningsih. Epidemiologi dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta:

Graha Ilmu; 2011

7. DCP2. Public health surveillance. The best weapon to avert

epidemics. Disease Control Priority Project. [Internet] 2008 [cited:

2012 okt 16]. Available from: http://www.dcp2.org/file/153/dcpp-

surveillance.pdf