16
1 Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012 Mimbar Untan Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Tabloid MU Edisi 15

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Terbitan Persemester Lembaga Pers Mahasiwa Universitas Tnjungpura Pontianak

Citation preview

Page 1: Tabloid MU Edisi 15

1Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Page 2: Tabloid MU Edisi 15

2 Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Surat Pembaca

Dapur Redaksi

“Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia.“ –Nidji

Salam Juang Pers Mahasiswa!Hellooww...!! nice to meet you again guys

dalam tabloid kali ini! atas berkat Rahmat Tuhan Yang Maha Esa dan berkat kerja keras dari teman – teman crew LPM Untan, akhirnya pada tahun 2012 ini, tabloid edisi yang ke 15 bisa terbit lagi setelah tabloid ke 14 yang diterbitkan oleh kepengurusan sebelumnya.

Dalam Tabloid edisi kali ini, diisi oleh berba-gai macam artikel menarik, misalnya cerpen, puisi, info pengetahuan umum, tempat – tempat wisata, dan tentu saja berita tentang Universitas kita yang tercinta ini. Semuanya dikemas semenarik mungkin dalam tabloid kali ini untuk kalian semua.

Tiada gading yang tak retak, begitu pula tabloid LPM Untan pada edisi ini. Maaf apabila nantinya ada hal - hal yang kurang berkenan. LPM juga me-nerima kritik dan saran dari kalian loh, kirim lang-sung di kantor redaksi kami??

“Gantungkan keinginan lo 5 cm di depan jidat lo, biarkan mengambang, mengambang seakan - akan lo meraihnya.”

Selamat Membaca. Salam Pers Maha-siswa........!!!!!!

Diskriminasi Terhadap Mahasiswa

Terima kasih kepada Miun yang telah mem-berikan ruang kepada saya untuk menyampaikan unek-unek saya.

Saya hanya kecewa dengan dosen yang ber-sikap tidak adil terhadap mahasiswanya. Hanya karena rajin bertanya di kelas beberapa mahasiswa tidak ikut UAS, karena sudah dipastikan dapat nilai A dari dosen itu. Padahal untuk kriteria pe-nilaian yang sudah ditentukan di tingkat Fakultas bahkan Universitas, aktivitas di kelas 10%, tugas terstruktur 20%, UTS 30%, dan UAS 40%. Jika ada salah satu dari komponen itu tidak dipenuhi apal-agi sampai komponen yang paling menentukan itu adalah UAS, maka sudah pasti mahasiswa itu tidak lulus alias dapat nilai E.

Yang paling parah lagi, mahasiswa yang jarang aktif di kelas bahkan bertanyapun jarang, ditunjuk sebagai mahasiswa yang sudah pasti da-pat nilai A. Kami merasa ini tidak adil bagi kami dan kami tidak ingin ada kejadian serupa terulang kembali.

Mahasiswa Fisip Untan 2010

SUSUNAN REDAKSI

Tabloid Mimbar Untan di terbitkan oleh Lembaga Pers Mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak.

Pelindung : Tuhan Yang Maha Esa

Penasehat : Rektor Universitas Tanjungpura

Pembina : Pembantu Rektor III

DPL : Alumni Mimbar Untan

Pengurus LPMU 2012/2013

Ketua Umum : Irwan Kurniawan

Sekretaris Umum : Asmadi

Bendahara Umum : Nabu

Divisi PSDM : Wisda Seprima, Sam’an

Divisi Penerbitan : Tan Erwin, Zulfian, Fiqa (Tidak Aktif)

Divisi Penyiaran : Happy Resa, Helen

Divisi Litbang : Anwar, Rahman

Divisi Perusahaan : Nicodemus Niko, Atem

Anggota Tetap : Helda, Gusti Eka F, Ratna, Putri S, Dody A, Talino, Arin S, Anggi, Utin, Yuyun, Alvina, Anjel,

Anggota Biasa : Pita, Rusnani, Puput, Tiwi, Julius, Reno, Lia, Chintya, Cahyani, Maryadi, Nani, Putri, Hasry Miranty

Pimpinan Redaksi : Asmadi. Sekretaris Redaksi: Anwar. Redaktur: Irwan Kurniawan. Karikatur: Dodi, Foto-grafer: Wisda. Reporter: Nabu, Helda, Niko, Utin. Kontributor : Sri Pujiyani S. Pd. Layouter/ Artisitik: IkurAlamat Redakasi: Jl. Daya Nasional. Komp. MKU Untan Pontianak 78124, HP: 0853 476 74 666, Blog: persmauntan.blogspot.com, Email: [email protected]. Redaksi menerima tulisan berupa Opini, Essay, Laporan kegiatan kampus, Puisi, Cerpen, Pantun, Hasil Investigasi beserta Foto dan caption. Tulisan diketik minimal 2 lembar A4. Redaksi berhak mengedit isi tulisan tanpa merubah makna.

Temukan Jalan Sarjanamu....berusaha dengan sabar...Tekun dan Rajin Belajar untuk mencapainya, SELAMAT MEN-COBA.....!!!!

Fasilitas Cukup Baik Tapi Perlu Peninjauan Kem-bali

Terimakasih kepada Mimbar Untan atas kesem-patan yang diberikan.

Saya cukup puas dengan fasilitas yang ada di Fakultas Hukum. Tapi sangat disayangkan ada be-berapa fasilitas yang kurang diperhatikan padahal mempunyai peranan penting terutama bagi maha-siswa. Diantaranya lab komputer, hanya terdapat 3-4 komputer saja yang dapat digunakan, padahal terdapat banyak layar monitor disana, tapi sayang CPU nya tidak ada, untuk apa ditaruh disana? Men-genai tempat parkir yang berada diruang belakang tepatnya di depan ruang dosen yang sedang dalam pengerjaan itu , sudah cukup baik, namun tidak ada pos jaga. Pos jaga mempunyai peranan penting dalam mencegah orang yang berniat jelek, misalnya saja pelaku pencurian helm, yang sampai sekarang belum ditemukan siapa pelakunya. Kasiankan sama pak satpamnya, kalau hujan kehujanan, kalau panas kepanasan. Macam mana satpam mau kerja maksi-mal sedangkan ia kurang diperhatikan.

Mohon kejelasan pihak yang berwenang dalam hal ini. Terimakasih...

Mahasiswa Hukum 2010

Page 3: Tabloid MU Edisi 15

3Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Editorial

ermasalahan lingkungan hidup di Kalimantan Barat cukup banyak seperti kebakaran hutan, penebangan liar/ illegal Logging dan pemba-batan hutan untuk lahan perkebunan, Per-

Tambangan Tanpa Izin (PETI), perburuan liar, perusakan kawasan pelestarian alam (KPA) dan perusakan kawasan suaka alam (KSA). Salah satu masalah kerusakan lingkun-gan adalah degradasi lahan yang besar, yang apabila tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat akan menjadi lahan kri-tis sampai akhirnya menjadi gurun. Lahan kritis umumnya banyak terjadi di dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) di se-luruh Indonesia.

Data Departemen Kehutanan menunjukkan lahan kri-tis di luar kawasan hutan mencapai 15,11 juta hektar dan di dalam kawasan hutan 8,14 juta hektar. Hutan rusak dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) sudah mencapai 11,66 juta hektar dan lahan bekas HPH yang diserahkan ke PT. In-hutani 2,59 juta hektar. Mangrove yang rusak dalam kawasan hutan telah mencapai luasan 1,71 juta hektar dan di luar ka-wasan hutan sebesar 4,19 juta hektar.Total hutan yang rusak sudah mendekati angka 57 juta hektar. Ironisnya, kapasitas lembaga yang bertanggung jawab merehabilitasi hutan dan lahan dengan inisiatif pemerintah tak cukup kuat menanga-ni kerusakan yang terjadi.

Realisasi lahan kritis yang dilakukan oleh Departemen Kehutanan dari tahun 1999 sampai tahun 2001 mencapai 1.271.571 hektar yang terdiri dari 127.396 hektar di dalam kawasan hutan dan 1.144.175 hektar di luar kawasan hutan. Sumber dana untuk merehabilitasi pun amat terbatas pada-hal tiap hektar lahan yang rusak butuh dana minimal Rp 5 juta. Untuk merehabilitasi lahan kritis 57 juta hektar maka negara perlu menyediakan dana hingga Rp 285 trilyun. Kerugian bukan hanya karena negara harus menyediakan dana untuk rehabilitasi lahan kritis tetapi juga kerugian aki-bat penebangan ilegal (illegal logging). Menteri Kehutanan Prakosa (2002) mengatakan tiap tahun diperkirakan negara rugi hingga Rp 31 trilyun akibat illegal logging (pencurian, penebangan, peredaran, serta perdagangan kayu secara il-egal).

Selain kasus diatas, masih banyak kasus lain yang terjadi yang berkaitan dengan lingkungan hidup. Akhir Agustus 2012 saja telah terjadi kasus pembakaran orang utan di Parit Wak Dongkak, Wajok Hilir, Siantan, Kabupaten Pontianak . Kondisinya sangat mengenaskan, tubuhnya sebagian besar terbakar. Setelah dilakukan outopsi di klinik hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Kalimantan Barat pada Kamis 30 Agustus 2012. Outopsi memakan waktu tujuh jam. Hasilnya? Menurut keterangan Drh Yudha Dwi Harsanto, yang men-

jadi penyebab utama kematian orangutan bukan luka bakar yang dialaminya. Karena, walaupun terluka bakar hingga 70 persen, itu terjadi hanya pada jaringan paling luar. Drh Yudhamengatakan penyebab utamanya adalah kekurangan oksigen. Menurut warga setempat, masuknya satwa berjenis pongo pygmaeus-pygmaeus ke daerah ini merupakan per-tama kalinya terjadi. Bahkan pertama kali terjadi di Kaliman-tan Barat. Undang-undang saja sudah dengan jelas mengatur tentang perlindungan terhadap satwa langka ini tepatnya melalui undang-undang perlindungan terhadap lingkungan hidup, UU No. 5 tahun 1990 pasal 21 dan pasal 40 yaitu:

UU No. 5 tahun 1990 pasal 21

(1) Setiap orang dilarang untuk :

1. mengambil, menebang, memiliki, merusak, memusnah-kan, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati;

2. mengeluarkan tumbuhan yang dilindungi atau bagian-bagiannya dalam keadaan hidup atau mati dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia.

(2) Setiap orang dilarang untuk :

a. menangkap, melukai, membunuh, menyimpan, memi-liki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam keadaan hidup;

b. menyimpan, memiliki, memelihara, mengangkut, dan memperniagakan satwa yang dilindungi dalam kead-aan mati;

c. mengeluarkan satwa yang dilindungi dari suatu tem-pat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indonesia;

d. memperniagakan, menyimpan atau memiliki kulit, tubuh, atau bagian-bagian lain satwa yang dilindungi atau barang-barang yang dibuat dari bagian-bagian tersebut atau mengeluarkannya dari suatu tempat di Indonesia ke tempat lain di dalam atau di luar Indo-nesia;

e. mengambil, merusak, memusnahkan, memperniaga-kan, menyimpan atau memiliki telur dan atau sarang satwa yang dillindungi.

UU No. 5 tahun 1990 pasal 40 ayat 2

“Barang siapa dengan sengaja melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 33 ayat (3) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah).”

Meskipun sudah jelas Aturan dalam undang-undang tentang tentang lingkungan hidup (Satwa & Flora), tetap tidak bisa menghalangi niat jahat dan membuat pelaku keja-hatan lingkungan hidup, takut dan jera. Kurangnya fasilitas dan pengawasan dari pemerintah daerah atau pemerintah pusat turut andil dalam melancarkan niat pelaku kejahatan lingkungan hidup. Adanya tumpang tindih antara kebija-kan pemerintah daerah dan peraturan-peraturan mengenai lingkungan hidup menambah ruang gerak oknum-oknum pelaku kejahatan lingkungan bertopeng investor dandengan peran palsu sebagai pembantu umum pembangunan ekono-mi daerah.

Hutan dan pepohonan di kawasan Universitas Tanjun-gpura (Untan) saja semakin berkurang setiap tahunnya. Hal ini di karenakan semakin berkembang pesatnya pemban-gunan yang katanya sesuai dengan semakin bertambahnya intensitas mahasiswa yang berefek pada sempitnya ruang untuk aktivitas mereka. Tapi itu bukan satu-satunya alasan penyebab berkurangnya keberadaan hutan dan pepohonan di kawasan Untan, baru-baru ini telah tampak pembabatan hutan di sekitar fakultas Ekonomi yang telah dijadikan perkebunan sawit.

Perkebunan sawit ini dikelola oleh pegawai untan yang berkerjasama dengan PTPN XIII. Untuk pembiayaannya sendiri dibiayai oleh pihak perusahaan. Rencananya perke-bunan ini akan menjadi kebun pendikan serta tempat peneli-tian dan wisata.

Dari sisi negatifnya, tanaman yang bernama latin Elaeis guineensis ini berdampak pada rusaknya struktur tanah jika ditanam terus-menerus dalam jangka waktu panjang. Tanah menjadi tandus dan gersang karena jenis tanaman ini meny-erap terlalu banyak air dari sekitar keberadaannya, akibatnya tanah yang pada awalnya subur tidak bisa lagi dimanfaatkan sebagai lahan perkebunan dan pertanian, hanya bisa diman-faatkan untuk membangun infrastruktur kampus.

Berkurangnya sebagaian tanaman (Pohon), menyebab-kan pemanasan global (global warming) bukan hanya kampus yang terasa semakin gersang tetapi Pontianak secara keselu-ruhan bahkan efeknya juga mendunia.

Nah pertanyaannya sekarang bagaimana peran maha-siswa dalam lingkungan hidup?

Untuk mahasiswa kehutanan serta mahasiswa pencinta alam dan juga mahasiswa aktivis lingkungan lainnya tentu-nya sudah sangat paham sebagian besar tentang lingkungan hidup. Akan tetapi bagaimana mahasiswa lain yang bukan tergolong aktivis lingkungan?

Redaksi

SeriuskanPengelolaanLingkungan HidupKalimantanBarat

PEMANDANGAN coretan dinding bertuliskan “ HUTAN HABIS KARENA SAWIT” dipojokan Jl. Nusa Indah II Pontianak menjadi bukti gerahnya masyarakat terhadap pembabatan hutan untuk perkebunan sawit di Kalimantan Barat. (Miun/ Ikur)

FOTO : MIUN WISDA

P

Page 4: Tabloid MU Edisi 15

4 Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Mimbar Utama

uasana sore ditemani angin sepoi-sepoi membuat perjalanan di pantai Kemu ning Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas men-jadi semakin asyik . Deburan ombak men-

giringi langkah kaki saat menyusuri pantai dan mata-pun tertuju pada hamparan air Laut Natuna. Pasir putih yang terinjak meninggalkan jejak kaki dan tak lama kemudian terhapus oleh sapuan air laut. Sebuah

pondok kecil minimalis masih di sekitar pantai dengan plang berwarna putih bertuliskan (World Wide Founda-tioan) WWF -Indonesia menjadi tujuan perjalanan ini. Terlihat Mulyadi yang sedang duduk menanti di kursi di depan pondok. Mulyadi merupakan Ketua Mentor-ing Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Kambau Borneo yang berada di bawah koordinator site Paloh WWF-Indonesia Program Kalbar. Di awali sapa dan senda gurau dengan Mulyadi yang akarab

dipanggil Mul ini, akhirnya perbincangan mulai pada intinya. Mencari tahu tentang informasi tentang kead-aan telur penyu yang ada di Pantai Kemuning.

Upaya menekan laju perdagangan telur penyu masih belum berhenti maksimal. Pemburuan penyu dan pencurian telur penyu di Pantai kemuning,rawan terjadi. Hal ini karena tidak ada kesadaran dari masyarakat untuk menjaga dan melestarikan penyu. Padahal Pantai Kemuning merupakan salah satu tem-pat persinggahan penyu untuk bertelur dan menetas.

Puncak penyu bertelur pada awal Mei, dihantui dengan kekhawatiran penjarahan. Pada bulan ini, pan-tai Kemuning dipenuhi oleh 900 hingga 1.500 ekor pe-nyu. Penyu ini naik ke pantai untuk bertelur. “Dalam satu musim bertelur antara Juni hingga Desember, penyu naik di sepanjang Pantai Paloh. Seekor penyu biasanya mengeluarkan telur antara 100 hingga 200 butir. Tetapi tidak semua penyu yang naik ke pantai untuk bertelur,” kata Mul.

Matahari mulai menegelamkan dirinya ke ufuk barat. Langit yang tadinya biru berubah menjadi kemerah-merahan. Angin sudah mulai terasa sejuk sewaktu menerpa kulit. Sesekali Mul menghirup air kopi yang ada didepannya. Setelah itu dia melanjut-kan pembicaraan.

Mimbar Untan Tabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Paloh, Upaya menekan laju perdagangan telur penyu masih belum berhenti maksimal. Pemburuan penyu dan pencurian telur penyu di Pantai kemuning di peraiaran Laut Natuna, Kecamatan Paloh, Kabupaten Sambas rawan terjadi. Hal ini dikemungkinkan karena tidak ada kesadaran dari masyarakat untuk menjaga dan melestarikan penyu. Padahal di Pantai Kemuning itu menjadi tempat salah satu persinggahan penyu untuk bertelur dan menetas.

Penyuku Malang, Diambil OrangOleh: Nabu

4 Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

PENYU HIJAU, sedang naik ke tepi pantai Kemuning di Kecamatan Paloh untuk bertelur. (Miun/ Nabu)

SFOTO : MIUN NABU

Page 5: Tabloid MU Edisi 15

5Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Mimbar Utama

Dari semua telur sepanjang musim itu, hampir 100 persen terancam dijarah. Jika ada yang selamat pun jumlahnya tinggal sedikit. Data yang kami dapat se-tiap tahunnya tidak ada yang berhasil ditetaskan.

“Itu baru telurnya, belum lagi predator yang me-makan anak penyu atau tukik jika menetas nanti menjadikan fauna itu makin hari jumlahnya kian berkurang. Karena setiap malam sepanjang musim bertelur ada saja penjarah yang berkeliaran di pantai. Ketika penyu naik dan bertelur biasanya penjarah su-dah menunggu di tempat itu,” ungkap Mul.

Hari pun mulai gelap, angin pantai yang semakin menusuk kulit sudah kami rasakan. Penulis pun men-gajak Mul untuk melanjutkan perbincangan di dalam. Setiba d idalam, ternyata teman yang lainya lagi ma-sak. Kami pun melanjutkan perbincangan sambil menonton televise.

Jarak yang dikelola oleh WWF untuk lokasi pe-nyu sekitar delapan belas kilometer dan sisanya yang menuju Desa Temajok itu dikelola oleh masyarakat se-tempat. Setahun yang lalu, pantai masih menjadi jalan utama bagi masyarakat Temajok untuk menuju pusat Kecamatan Paloh. “Sebab itulah penyu jarang naik dan biasa terjadi penjarahan oleh orang yang lewat sewak-tu pulang ke desa Temajok”, ungkapnya.

Tidak lama berselang waktu, apa yang dikatakan Mul benar adanya. Kami mendengarkan suara motor, yang melewati pondok kami. Ia menuju ke pantai dan mengarah ke Desa temajok.

“Tu kan…baru kita bicarakan tadi”, kata Mul men-unjuk ke arak suara motor itu.

Penulis mulai bertanya lagi, tentang hilangnya telur penyu yang dijarah. Lalu Mul berbicara, “Kami sebenarnya sudah berusaha untuk melakukan pe-nyelamatan, bahkan anggota kami sekitar dua pu-luh enam orang. Kami dibagi lima kelompok, setiap kelompok di bagi tiga orang”.

Ia juga mengatakan, kesadaran masyarakat sangat

kurang. Selain telurnya dijarah, ada beberapa predator yang juga memakanya seperti kucing batu, babi, mu-sang, dan anjing.

Taklama kemudian hidangan malam sudah dis-iapkan, kami pun segera mengelilingi hidangan dan segera menyantapnya. Dari luar mulai terdengar suara jengkrik, ombak yang semakin besar dan suara daun kelapa yang bergesekan satu sama lainnya.

Setelah selesai makan, kami berdua melanjutkan perbincangan lagi. Penulis bertanya lagi soal mengapa tidak dijaga dan dipelihara saja telurnya, semacam penangkaran buatan?

“Hahahaha….”, tawa Mul mengencang. Lalu dia berkata, kalau di pelihara dan ditangkar secara buatan itu sangat tidak boleh, karena penyu kalau sudah be-sar mempunyai insting atau naluri pulang ke tempat asal. Dia pun tidak akan mendapatkan naluri alamnya, bahkan tidak bisa pergi jauh. “Jadi penyu ini hewan yang sangat berbeda, disitu dia dilahirkan dan bila waktunya dia ingin bertelur pasti kembali di mana dia dilahirkan”, tambah Mulyadi yang berasal dari Desa Setinggak ini.

Hal ini juga senada dengan Jamaludin (30) yang

berasal dari Dusun Jeruju. Dia pun berkata, penjarah telur penyu sekarang semakin berani dan pintar. Sebab apa, dia bisa nekat masuk keluar hutan malam-malam supaya dia bisa tembus ke pantai dengan membuat jalan tikus. “Bahkan sewaktu penyu lagi bertelur dia (Penjarah Telur) menunggu disitu juga, sewaktu kami turun melihat keadaan, penjarah itu bersembunyi di hutan. Setelah kami pergi dia keluar dan menjarah telur penyu” imbuh Jamaludin yang baru dua tahun menjadi anggota ini.

Ternyata jam dinding sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Penulis sudah beberapa kali menguap, mata pun terasa berat dan sering mengeluarkan air. Tapi penulis melihat Jamaludin semangat untuk mel-anjutkan pembicaraanya. Penulis pun memaksakan diri tetap untuk tetap terjaga.

Dia mengatakan, penjarah juga pernah menggu-nakan motor air melalu laut. Untuk mengelabui kami, dia mengaku pergi ngelayan. Tapi diikuti ternyata disebalik batu besar dia berhenti dan menuju tempat penyu bertelur. “Pernah kami jumpai, penjarah yang lagi menjarah telur penyu. Kami kejar, tapi celakanya dia lolos dari kami”, tambahnya dengan nada berse-mangat.

Dia juga mengatakan, masalah infrastruktur yang sangat mini, motor cuma ada tiga buah. Itu pun ser-ing rusak. Kami pun biasa menghutang untuk mem-betulkannya. “Seharusnya ade perhatian khusus buat perlindungan penyu ini. Karena penyu adalah hewan langka yang berasal dari jaman dinosaurus yang perlu dilndungi” ungkapnya.

Ternyata mata tidak lagi bisa di ajak kompromi, penulis pun minta izin untuk tidur dan memimpikan, andai ada yang mau peduli dengan keberadaan hewan langka ini. Dengan ditemani suara ombak dan jeng-krik, penulis pun tertidur dengan harapan pemerintah lebih memperhatikan soal konservasi penyu ini.[Mj]

Seharusnya ade perha-tian khusus buat per-

lindungan penyu ini. Karena penyu adalah hewan langka yang berasal dari jaman dino-saurus yang perlu dilndungi

“JamaludinAnggota Kelompok Masyarakat Pengawas (Pokmaswas) Kambau Borneo

KRU MIMBAR UNTAN BERSAMA POKMASWAS KAMBAU BORNEO, sedang mengecek dan mengaman telur-telur penyu yang baru ditinggalkan sang induk. (Miun/Nabu)

FOTO : MIUN NABU

Page 6: Tabloid MU Edisi 15

6 Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Mimbar Kampus

enda buku sebesar Rp.500/hari diberlakukan oleh Manajemn Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjung-pura, menuai banyak pertanyaan dan protes

dari mahasiswa. Bagaimana tidak? Dulu denda yang di-berikan kepada mahasiswa yang terlambat mengembalikan buku adalah Rp.200/hari.

Kebijakan ini diajukan oleh pihak pengelola perpus-takaan kepada pembantu dekan dua Fisip Untan, hingga akhirnya mendapat persetujuan dan diberlakukannya denda tersebut. Alasan kenaikan tarif denda keterlambatan pengembalian buku ditanggapi oleh pihak pengelola. “Ka-rena kita lihat dia menganggap kalau Rp.200 itu kan kecil, jadi dia mengembalikan itu kadang-kadang tidak pernah tepat waktu, sehingga dilarutkan sampai dua bulan, tiga bu-lan. Dengan kita coba, dengan Rp.500, ada suatu perubahan. Kadang-kadang mereka dua minggu sudah kembalikan. Nah, kadang-kadang tepat waktu”, ungkap Junaidi, kepala

perpustakaan Fisip Untan saat ditemui di ruang kerjanya.

Beliua juga menambahkan bahawa uang denda jelas kegunaannya yaitu untuk membeli kertas, membeli tinta dan juga pembuatan kartu anggota perpustakaan. Kenai-kan denda ini semata-mata agar pola pikir mahasiswa bisa berubah, mahasiswa tepat waktu dalam mengembalikan buku. Hal itu diberlakukan tidak untuk merugikan maha-siswa, bukan juga untuk mengejar uang. “kita juga memberi toleransi kepada mahasiswa, misalnya dia denda anggaplah Rp.50.000, itu kita tawarkan dulu seberapa mampunya dia, keikhlasan dia. Kita beri solusi 50% pengurangan, kalau dia masih keberatan, silahkan berapa mampunya. Yang penting buku kembali”, tambah Junaidi kemudian.

Hal senada juga diungkapkan Lilis (bukan nama sebe-narnya), mahasiswa Fisip yang terlambat mengembalikan buku sudah setahun lebih. Hal ini dikarenakan ia sempat pu-tus kuliah satu tahun. “Saye tu kena denda dua ratus lebeh, tapi di potong 50% jadi denda nya seratus lebeh”, ungkap Lilis kepada miun

Pendapat Junaidi, kenaikan denda itu sendiri diharapkan mampu memberikan suatu perubahan pada perpustakaan fakultas ini untuk memenuhi kebutuhan mahasiswanya. Misalnya dari segi fasilitas, bisa semakin dibenahi. Peran mahasiswa juga sangat diperlukan dalam hal ini. Dari data yang ada dalam evaluasi tiga bulan terakhir ini, sebanyak 58 orang mahasiswa yang terlambat mengembalikan buku.

Pembayaran denda ini bisa di cicil oleh mahasiswa, bisa dua kali atau tiga kali bayar. “Kemaren waktu saye bayar, uang panjar nye tu harus Rp.50.000, tadak boleh kurang dari itu. Padahal saye dah tak ade duit agik waktu itu, saye mau bayar Rp.20.000, tapi tak bise”, lontar Lilis kemudian.

Kenaikan denda itu sudah ada sosialisasi tertulis melalui kartu anggota perpustakaan yang dibagikan kepada setiap mahasiswa. Namun itu hanya tertulis pada kartu anggota baru saja, sementara anggota lama yang masih tertera denda Rp200 harus segera meng-update kartu perpustakaannya. Radit (bukan nama sebenarnya) merupakan satu diantara mahasiswa Fisip yang belum tahu ada kenaikan denda di perpustakaan. “saya pernah kena denda terlambat mengem-balikan 10 hari, waktu itu ada dua buku yang saya pinjam

denda nya Rp10.000, saya tekejut kan. Padahal saya perlu be-nar buku itu untuk ngerjakan tugas saya. Dah gitu uang pun cuma sisa segitu di dompet, terpaksa lah dikeluarkan buat bayar denda”, ungkapnya saat di wawancarai.

Beberapa mahasiswa mengeluh dengan kenaikan pem-bayaran denda ini. “Di perpustakaan Untan jak punya saya kemarin terlambat kembalikan 9 hari, cuma bayar Rp.2.700, makanya saya heran waktu kembalikan buku di perpus-takaan kampus kok sampai kena Rp10.000 gitu kan”, ungkap Radit lagi.

Kebijakan perpustakaan fakultas tidak berpatokan pada kebijakan perpustakaan Universitas. Wajar saja jika denda yang diberlakukan di perpustakaan kampus berbeda den-gan yang ada di perpustakaan Untan.

Tidak semua mahasiswa yang mengeluh dengan ke-naikan ini, ada juga yang menyambut positif kebijakan itu. “Menurut saya, denda Rp500 itu sudah standar kantong ma-hasiswa. Bagus juga sih kalau dinaikkan, kalau masih Rp200 mereka menganggapnya remeh”, ungkap Arin mahasiswa angkatan 2011 dari prodi ilmu politik.

Dilihat dari segi fasilitas buku yang ada di perpustakaan Fisip Untan, koleksi buku masih banyak terbitan tahun 90-an bahkan masih ada buku terbitan 1988. “Untuk fasilitas di perpustakaan ini agak kurang memadai, dari segi bukunya masih banyak yang terbitan dibawah tahun 2000-an. Buku-buku yang ada kan untuk mahasiswa ngerjakan tugas dan menyelesaikan suatu masalah. Seharusnya buku-buku yan-ga ada sesuai dengan perkembangan masyarakat kita seka-rang ini”, ungkap Ahmad salah seorang mahasiswa prodi sosiologi.

Sementara di perpustakaan Magister Ilmu Sosial Untan, denda yang diberlakukan bagi mahasisiwa S2 yang terlam-bat mengembalikan buku juga Rp. 500. “di perpustakaan sini sih denda perbuku nya Rp500, dan itu khusus mahasiswa S2 saja. Mahasiswa S1 tidak boleh minjam”, ungkap Wu-lan salah satu Staff di perpustakaan Magister Ilmu Sosial. Buku-buku yang ada disana juga tergolong lengkap dan ke-banyakan terbitan tahun 2000 keatas. Suasana disana sangat tenang, serta fasilitas AC yang semakin memanjakan setiap pengunjung yang datang.[]

Susunan buku disalah satu rak di dalam perpustakaan Fisip Untan. (Miun/Niko)

Denda Naik, Fasilitas Oke Nggak?Oleh: Nikodemus Niko

“Apakah Kelemahan kita: Kelemahan kita ialah, kita kurang percaya diri kita sebagai bangsa, sehingga kita menjadi bangsa penjiplak luar negeri, kurang mempercayai satu sama lain, padahal kita ini asalnya adalah Rakyat Gotong Royong” (Pidato HUT Proklamasi, 1966 Bung Karno)

“Apabila di dalam diri seseorang masih ada rasa malu dan takut untuk berbuat suatu kebaikan, maka jaminan bagi orang tersebut adalah tidak akan bertemunya ia den-gan kemajuan selangkah pun”. (Bung Karno)

“ J a n g a n -lah melihat ke masa depan dengan mata buta! Masa yang lampau adalah ber-guna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada masa yang akan datang.” (Pi-dato HUT Proklamasi 1966, Soekarno)

Hanya orang takut yang bisa berani, karena kebera-nian adalah melakukan sesuatu yang ditakutinya. Maka, bila merasa takut, anda akan punya kesempatan untuk bersikap berani. (Mario Teguh).

Bersikap ramahlah, karena setiap orang yang Anda temui sedang menghadapi perjuangan yang berat. (Plato)

Seseorang yang ingin menjadi murid Barat atau ma-nusia, hendaklah ingin merdeka dengan memakai senjata Barat yang rasionil. Apabila sudah dapat barulah dapat ia menciptakan satu pergaulan hidup yang baru dan ra-sionil. - Aksi Massa 1926 (Tan Malaka)

Bahwa dalam suatu perjuangan kita harus berjuang terus sampai habis-habisan.

- Naar de ‘Republiek [Tan Malaka]

DFOTO : MIUN NICO

REFR

O

Page 7: Tabloid MU Edisi 15

7Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Mimbar Khusus

udah hampir pukul setengah satu tetapi hanya sebelas oplet saja yang “narek hari ini” tutur wan-ita berambut pendek ini.Kendaraan yang dulu menjadi primadona bagi warga Pontianak di era

sembilan puluhan ini kini keberadaannya mulai tergerus zaman.Beralihnya sebagian pengguna kendaraan umum ke kendaraan pribadi membuat oplet kehilangan pamornya.

Ditambah lagi tidak adanya perhatian dari instansi terkait tentang kondisi ini menyebabkan para supir oplet mulai melepaskan jari jemari mereka dari setir mobil yang du-lunya menjadi pundi-pundi rupiah bagi mereka.Sebagian dari mereka memilih mencari pekerjaan baru yang dinilai lebih memberikan jaminan bagi kelangsungan hidup mereka sekeluarga.Namun,tak sedikit pula yang tetap setia pada pekerjaan mereka sebagai sopir oplet.Sebagian besar yang bertahan ditengah ketatnya persaingan men-cari penumpang umumnya memiliki oplet pribadi.Seperti halnya Agil,Pria yang sejak belasan tahun lalu menjadi supir oplet ini mengaku semakin hari omset mereka semakin menurun akibat dari semakin sesaknya jalanan dengan kendaraan pribadi khususnya roda dua.

Benar saja disisi kiri dan kanan hanya ada dua oplet yang tak beroperasi.Dua oplet ini molor akibat dari sepinya penumpang.Terminal Parit Mayor ini kosong melom-pong bak hutan yang kehilangan pohon-pohonnya akibat

pembalakan liar.Hanya tersisa deretan-deretan parkir oplet yang tak terisi.”Gini lah dek,kadang kalau ramai pas lebaran jak,peningkatan bise dua puluh persen.Kalau hari-hari biase merosot agek lima belas persen’’,ujar Agil.

Pendapatan pria yang berkali-kali pindah tempat man-gkal oplet ini menurun drastis jika dibandingkan dengan beberapa tahun silam.Menilik kebelakang,dahulu pria berambut lurus dengan kulit sawo matang ini mengaku pendapatannya sebagai supir oplet sungguh menjanjikan.Namun kini,selembar uang merah bertuliskan seratus ribu rupiah sulit mereka dapatkan.Ini belum lagi ditam-bah potongan uang untuk membeli bensin,biaya tamba-han perawatan dan biaya mogok dadakan.Keadaan ini semakin diperparah dengan adanya aturan diterminal utama MENARA membatasi para supir oplet hanya boleh menggangkut penumpang sepuluh orang sekali per satu putaran,dan dalam sehari para supir oplet hanya boleh

narik dua kali sehari.

gil yang kala itu bercerita sembari menyan-tap hidangan makan siangnya di pondo-kan kecil menambahkan bahwa keadaan

dirinya dan beberapa supir lain di Terminal Parit Mayor ini jauh lebih beruntung dari pada teman seperjuangan mereka yang lain karena mereka memiliki oplet pribadi.Mereka tidak perlu kejar setoran untuk mengembalikan

modal setoran kepada juragan oplet. Disisi lain Agil dan para pemilik oplet pribadi lainnya tidak perlu bekerja dibawah tekanan karena sebagai pemilik sekaligus penarik oplet mereka dapat dengan sesuka hati mereka datang dan pergi untuk bekerja.

Perlahan namun pasti terdengar suara hentakan kaki mendekat,Agil pun berucap syukur karena datang satu penumpang tetap mendekat kearahnya.Penumpang yang telah lama menjadi penumpang setia oplet jurusan parit mayor ini lebih memilih naik kendaraan umum karena telah merasa menjadi bagian dari terminal parit mayor.

Pekerjaannya sebagai petugas kesehatan yang letakknya didekat terminal oplet ini menjadi salah satu faktor ia me-milih menjadi langganan tetap oplet di Terminal ini.Tidak dipungkiri ada alasan mengapa orang lebih memilih ken-daraan pribadi daripada kendaraan umum.Banyak hal terutama masalah rupiah yang harus dikeluarkan,alasan kenyamanan serta alasan keefektifan waktu menjadi beberapa faktor orang mulai meninggalkan oplet.

plet, Mobil angkutan dengan ciri khas ba-gian pintu menyamping ini mungkin akan menjadi bagian tak terlupakan dalam diri siapapun yang pernah menaikinya.Oplet

pernah menaiki tahta tertinggi dalam kelasnya sebagai angkutan umum.Menjadi Raja di Jalanan kota Pontianak dan sekitarnya,menjadi bagian tak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat dimasa jayanya dahulu.Entah apa yang akan terjadi bila kita berfikir jauh kedepan,masih adakah jejak-jejak King of Roadbeberapa tahun di-masa yang akan datang. Kita hanya dapat berdoa dan berharap,dimasa yang akan datang dapat melihat Agil-Agil berikutnya yang dapat menjadi penerus tonggak oplet dijalanan Pontianak tentu saja dengan garis perun-tungan yang jauh lebih baik.[].

Oplet,...Riwayat mu Kini..Oleh: Helda

Oplet dalam kondisi prima,sayangnya tidak beroperasi. Miun Helda.

Matahari tepat diatas kepala,dikejauhan terlihat sebuah pondokan kecil berisi beberapa orang yang sedang asyik menyantap mie instan dengan segelas minuman teh dingin diatas meja kayu.Sapa hangat terlontar dari salah seorang diantara mereka,tampak raut wajah yang lelah menanti kedatangan kendaraan putih yang hendak bergiliran mencari penumpang. Ya, itulah keseharian wanita paruh baya bernama Supiah ini dalam mencari lembaran rupiah.Pekerjaan sebagai pencat-at oplet sudah dijalaninya selama hampir satu dekade terakhir. Perempuan yang tetap setia pada profesinya ini mengaku sudah mulai akrab dengan terminal oplet sejak sembilan tahun lalu.

S

AO

FOTO : MIUN HELDA

Page 8: Tabloid MU Edisi 15

8 Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Mimbar Lingkungan

arga Desa Kubu menentang keras Pen-ebangan hutan mangrove oleh PT. Kandelia Alam di Kecamatan Kubu, Kabupaten Kubu Raya, Provinsi Kalim-

antan Barat. Warga merasa sulit mencari nafkah karena pen-ebangan di Sui. Radak Guntung-Sui Sepada yang berada di selatan desa kubu dekat dengan pemukiman warga.

Nelayan sering bersitegang dengan penebang perusa-haan saat mencari kepiting, kepah, udang dan ikan. Nelayan merasa getah hasil tebangan merusak habitat tangkapan mereka. “Dulu kame’ sehari bise dapat 10- 20 Kg kepiting, tapi sekarang 6-7 kg jak susah,” kata Suroso.

Nelayan sebenarnya sudah bosan cekcok dengan 40 rombong penebang mangrove. Untuk tetap mencukupi ke-

butuhan sehari-hari, nelayan desa kubu memperluas daerah pencarian hingga ke-luar dari wilayah desa. ”Bahkan ade yang mengahabiskan 35 liter solar perhari un-tuk mencari kepiting,” ungkap ayah em-pat anak ini. Persentase nelayan kepiting mencapai 85%. Nelayan mencari kepiting di hutan bakau pada saat nyorong/air pa-sang. Dalam Sebulan kepiting dapat dicari dalam 14 hari. Nelayan kepiting biasanya laki-laki. Untuk menambah pendapatan keluarga, para istri dari nelayan kepiting memilih mencari kepah. Pencarian kepah dilakukan saat air kundah/surut. Air su-rut berlangsung selama enam hari. Dalam

sebulan terjadi dua kali menurunnya vol-ume air.

Menurut nelayan kepah, Haryani dalam sehari ia mam-pu mencari kepah 7-8 canting. ”kepah secanting tuh lima ribu,” kata ibu dua anak ini. Hal senada diungkapkan Rena. ”Biase pendapatan 50 (ribu), sekarang 20 (ribu) pun payah,” kata ibu anak empat ini.

Selain itu Dusun Tokaya desa kubu sudah mendapat bantuan progeram penangkaran kepiting dari dinas peri-kanan. Menurut kepala dusun tokaya Bantuan itu diban-gunkn puluhan kolam tambak kepiting. Menurutnya air, umpan dan kepiting untuk penangkaran berasal dari hutan mangrove. ”Kalau hutan rusak, program kame’pun gagal,” katanya.

Guru Besar Fakultas Kehutanan Abdurani Muin men-gatakan hutan bakau dibabat efeknya banyak. Hutan bakau tempat berpijaknya penghasil ikan , kepiting dan udang. ,”Kalau dia (hutan mangrove) terganggu, biota laut juga ter-ganggu.

Humas PT. Kadalia alam, Lutfi mengatakan warga Desa Kubu Kabupaten Kubu Raya sudah beberapa kali melay-angkan protes dan menghentikan aktivitas perusahaan. Ber-dasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.249/MENHUT-II/2008 tentang pemberian izin usaha peman-faatan hasil hutan kayu dalam hutan alam kepada PT. Kan-delia Alam atas areal produksi seluas + 18.130 Ha di sepan-

Rebutan Lahan Mangrove Desa KubuBLH Minta Laporan Resmi WargaOleh: Sri Pujiyani

jang S. Radak-S. Sepada.

Ditahun yang sama tepatnya pada Agustus PT. Kandelia Alam melakukan sosialisasi rencana kerja. masyarakat yang diundang hanya melalui SMS bahkan dari mulut kemulut sehingga banyak tokoh-tokoh masyarakat bahkan nelayan sendiri tidak mengetahui akan pertemuan di Hotel 95 Pon-tianak itu. Pertemuan itu mendapat penolakan dari warga desa kubu pada 25 November 2008. Pernyataan penolakan ditandatangani langsung oleh masyarakat ditujukan ke PT. Kandelia Alam dengan tembusan Kepala Desa Kubu, Camat Kubu, Kapolsek Kubu, Danramil Kubu. Namun perusahaan tetap beroperasi dengan membuat bagan pekerja didaerah Sungai Rusong.

Kegiatan perusahaan ini membuat Ibu-ibu nelayan kepah geram. Tepat 18 Mei 2009 mereka melakukan aksi. Namun karena tidak ada izin aksi, para ibu ini dihalangi polisi. Dua hari kemudian masyarakat kembali melakukan aksi damai di kantor Desa dan Kantor Camat. Masyarakat menuntut penghentian proses penebangan hutan bakau ka-rena sudah mendekati wilayah pemukiman. Tidak hanya sampai disitu, dua hari kemudian perwakilan masyarakat menghadap Bupati dan Kepala Dinas Kehutanan KKR den-gan tuntutan serupa.

Dinas Kehutanan KKR rencananya akan menurunkan tim peninjau pada 1 Juni 2009. Tapi tim yang dijanjikan tidak kunjung datang sehingga emosi masyarakat meledak dan membakar kamp-kamp pekerja. Sekitar pukul 15.00 semua bagan telah ludes dimakan Api, team kabupaten baru sam-pai.

Perusahaan lantas berdialog dengan warga. ”Dialognya di Pontianak, bahkan sudah sampe ke tingkat dinas kehu-tanan,” kata lutfi ketika dikunjungi fellowship awak media di camp perusahaan yang berlokasi di Sungai Radak (24/10).

Kepala BLH Provinsi Kalbar Darmawan mangata-kan hak masyarakat harus dilindungi. ”Buat saja laporan resminya nanti ke BLH,” katanya saat menjadi pembicara seminar sehari lingkungan hidup pengendalian dan kon-servasi lingkungan mewujudkan kalbar go green di gedung rektorat senin (19/12). []

Hutan Bakau di Kubu Raya. (Refro)

Kelompok Tani Desa Kubu Kecama-tan Kubu Kabupaten Kubu Raya sudah sebelas kali mengadakan pertemuan baik bersama perusahaan maupun dinas kehu-tanan. Mereka berharap hutan dari Sungai Radak, Gunung Terjun, Temiang dilind-ungi dari penebangan dan dijadikan Hu-tan Bibit Rakat (HBR).

W

Page 9: Tabloid MU Edisi 15

9Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Mimbar Lingkungan

agi itu embun mulai perlahan menguap dan terserap tanah, tampak sebuah jembatan melin-tang diatas permukaan sungai yang airnya ber-warna kuning kecoklatan. Tak jauh dari sana

pohon-pohon berdiri kokoh, itulah “Pin’t pan”t” sebutan sungai oleh warga setempat. Sungai yang dulunya jernih kini telah menjadi kolam susu yang tak layak guna lagi (5/8).

“pin’t pan’t” ini terletak di RT Pejalu Dusun Manang, Desa Cowet, Kecamatan Balai Batang Tarang, Kabupaten Sanggau. Sungai yang menjadi sumber penghidupan war-ga tersebut, sedang digarap oleh CV. Setia Pembangunan dibawah naungan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kaliman-tan Barat dalam program Normalisasi Sungai. Proyek yang menelan anggaran biaya Rp.1,2 M, dengan areal yang diker-jakan sepanjang 21 km itu seolah merenggut ‘keperawanan sungai’ yang dahulu dijaga dan dirawat masyarakat.

Kegiatan ini memang sudah mendapat perijinan dari pemerintah setempat, seperti Bupati, Camat dan Pejabat Desa. Setelah itu barulah kemudian dilakukan sosialisasi oleh pihak terkait kepada warga. Sebelum kegiatan ini dimu-lai dilakukan ritual adat setempat yang menandakan kegia-tan akan dimulai.

Dalam sosialisasinya dikatakan bahwa tidak ada biaya ganti rugi kepada masyarakat yang lahannya akan digu-sur. Masyarakat yang bermata pencaharian pokok sebagai petani, yaitu ladang dan karet, hanya bisa gigit jari saat dua eskapator menumbangkan karet mereka yang letaknya be-rada dipinggir sungai. Disahuti suara singso menggonggong yang seolah memotong sumber penghidupan penduduk.

Kegiatan yang dikatakan bermanfaat untuk mengurangi kebanjiran itu justru membuat masyarakat kehilangan sum-ber air, dengan menyulap air sungai yang bersih menjadi keruh dan tidak layak untuk digunakan lagi. Kemana lagi masyarakat harus mencari sumber mata air? “apalagi seka-rang sudah ada pengerukan sungai disini, terpaksalah kita mandi dan nyuci di air yang keruh”, imbuh Jaban kembali.

Warga terpaksa memanfaatkan air sungai yang keruh untuk dimasak dikala air ledeng tidak mengalir. Sebelum ada air ledeng yang dialirkan di kampung inipun, masyarakat sudah sejak lama menggunakan air sungai untuk dimasak.

“kami sekeluarga saja sudah minum air sungai. Meskipun keruh, ya mau gimana lagi. Daripada kita tidak minum air”, tutur cuncen (54), tokoh masyarakat di RT pejalu. Ia juga mengaku bahwa tidak hanya keluarga mereka saja yang su-dah memasak air keruh untuk diminum, tetapi masih ban-yak warga yang lainnya.

Semboyan warga papua yakni “sekarang sumber air sudekat”, yang artinya adalah sumber air sudah dekat. Tidak berlaku untuk warga pejalu namunistilahtersebutmenjadi “sekarang sumber air sudah dekat, namun keruh bak air susu”, sungguh miris sekali didengar.

Sejak tujuh tahun lalu, tepatnya pada tahun 2005 pemer-intah desa mulai menyalurkan bantuan dari dana ADD ke-pada masyarakat di RT pejalu berupa pipa peralon untuk mengalirkan air bersih. Dengan bergotong royong warga menyambungkan pipa peralon itu sampai di kampung mere-ka dan mulai menikmati air bersih yang dialirkan dari bukit segila’k. Namun kekurangan pipa peralon kerap membuat aliran air itu tidak berjalan normal, bahkan sering di bongkar oleh masyarakat karena kesal. Sebab mereka tidak menda-patkan air bersih. “Pipa air bersih memang sudah ada tetapi keseringan macet, jadi kita di RT pejalu ini sering tidak da-pat air bersih”, ungkap Jaban (50) mantan ketua umat di RT pejalu, saat berbincang-bincang.

Pipa peralon saat ini sudah terpasang kembali tetapi tidak sampai di ujung kampung. Kampung dalam di RT pejalu ini hanya terdapat satu tunggul peralon saja yang ter-pasang. Masyarakat masih tetap bersyukur walau tengah malam harus turun untuk mengangkut air bersih, itu pun harus menunggu 1-2 jam untuk menunggu dirigen penuh. Tetapi terkadang pula air ledeng tidak mengalir sama sekali. Seperti beberapa minggu di akhir bulan agustus ini, warga mengaku biasanya sampai satu atau dua minggu air tidak mengalir bahkan juga berbulan-bulan “disini air ledeng bi-asanya sampai berbulan-bulan tidak ngalir. Mau musim ke-marau, tidak kemaraupun sama saja”, ujar Adel (44), salah seorang dari warga pejalu.

Berbagai upaya sudah dilakukan oleh pihak dusun, kepala dusun mengatakan kalau pengajuan pipa peralon untuk air bersih di RT Pejalu sudah ia lakukan. “kita sudah

mengajukan pipa peralon ke pihak desa melalui musyawa-rah rencana bangunan desa (musrenbangdes), tetapi jika pengajuan itu dilakukan pada tahun 2012, realisasinya pada tahun 2013. Jadi, kita harus menunggu satu tahun. Itupun kalau dana anggarannya cukup”, ungkap Viktorianus Se-madi (31), kepala dusun Manang.

Masyarakat sangat mengharapkan air bersih bisa men-galir lancar, karena tidak mungkin warga bisa mengemba-likan kejernihan sungai seperti dulu lagi. “masyarakat san-gat ingin, air bersih berjalan lancar”, tutur Jaban.

Sampai saat ini belum ada tindakan serius yang di-lakukan pihak desa. Saat di komfirmasi pada pihak desa, masyarakat harus menunggu satu tahun lagi untuk mewu-judkan air bersih itu berjalan lancar. Itupun kalau dana ang-garan dari desa mencukupi untuk memenuhi permintaan masyarakat di RT pejalu. “akan tetap dipikirkan mengenai air bersih itu dari anggaran dana desa (ADD) tahun 2013 mendatang. Kita juga berpatokan dengan anggaran, kalau sudah ada anggaran, apapun pekerjaan bisa kita lakukan”, ungkap Fransikus Akong, sekretaris Desa Cowet saat dite-mui di kantor desa (9/8).

Jika berbicara mengenai anggaran, ADD berasal dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Sedang-kan APBD bearasal dari anggaran pendapatan dan belanja Pusat (APBN). “fungsi APBN adalah mensejahterakan raky-at dengan memenuhi hak-hak dasar rakyat yang tersebar di berbagai daerah”, dikutip dari pidato Marzuki Alie, ketua MPR-RI pada saat pembukaan persidangan I dalam peny-ampaian R-APBN tahun sidang 2012-2013. Lalu yang men-jadi pertanyaan kita bersama adalah, sudah sejahterakah rakyat yang berada di pelosok-pelosok daerah?

Pengerukan Pin’t Pan’t Berujung Langkanya Air BersihOleh: Nikodemus Niko

SUNGAI “PIN’T PAN’T” dengan air yang keruh dan asih digunakan sebagai sumber untuk MCK. (Miun/Niko).

Warga mengambil air di telaga berair keruh dan kotor karena tidak ada pilihan lain. (Miun/Niko).

fungsi APBN adalah mensejahterakan rakyat

dengan memenuhi hak-hak dasar rakyat yang tersebar di berbagai daerah“Marzuki AlieKetua MPR-RI

PFOTO : MIUN NICO

FOTO : MIUN NICO

Page 10: Tabloid MU Edisi 15

10 Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Mimbar Opini

ehidupan kampus, identik juga dengan berb-agai kegiatan intra dan ekstrakulikuler, yang menciptakan dinamika kehidupan maha-siswa. Namun sayangnya, kegiatan ini mulai

meredup, sehingga membuat roh dunia kampus juga me-mudar. Padahal, dinamika intra dan ekstra kampus, punya arti yang sangat penting, yakni membuat mahasiswa menjadi “siap pakai” bila terjun ke masyarakat. Dunia mahasiswa dewasa ini, diuji dengan adanya peratu-ran dan kebijakan yang men-garahkan agar mahasiswa menjadi siswa sekolah me-nengah atas (SMA). Ma-hasiswa mulai dibentuk untuk menjadi buruh kapitalis yang patuh pada setiap peri n tah dengan membatasi ruang gerak maha-siswa dalam organ-isasi kampus. Tidak ada lagi yang pecaya sebuah kata yang pernah terlontah dari seorang pendidik “ Kalian kuliah diben-tuk untuk mencipta-kan lapangan pekerjaan, bukan untuk menjadi tena-ga kerja yang monoton dan bodoh”.

Pada umumnya, pembatasan itu secara tersirat melalui beberapa peraturan sepihak oleh para petinggi pendidikan negara ini dan jajaran dibawahnya. Pembatasan itu juga melalui be-berapa pengajar di perguruan tinggi yang tidak mentolerir kegiatan organisasi mahasiswa (Ormawa), meski dengan su-rat permohonan izin atau face to face. Adanya sistem-sistem pembelajaran yang diterap di SMA diterapkan pada pemb-elajaran mahasiswa sehingga mengakibatkan habisnya waktu dengan sia-sia dan juga berakibat malas berfikirnya mahasiswa. Pengahambat maju Ormawa juga dise babkan oleh pengetahuan mahasiswa akan dasar hukum Ormawa (KEP. MEN DIKBUD RI NO. 155 /U/1998) dan fungsi Or-mawa serta manajemen organisasi yang belum tersitematis. .Sadarkah mereka para mahasiswa,bahwa sebenarnya mere-ka tertindas? Mereka tergolong orang yang manut-manut saja ketika mereka ditindas, hak mereka diambil, walaupun bukan dengan cara kekerasan. Peraturan-peraturan menge-kang pun tidak mereka sadari.Tapi ini lah realita nya,mereka tidak peduli,enggan untuk peduli,atau bahkan tidak meng-etahui hal seperti itu.

IP 4.00 apakah menjamin mahasiswa mampu bertahan dalam kehidupan bermasyarakat tanpa pengalaman dan skill? Contohnya saja pada waktu dibangku SMA, siswa dituntuk harus lulus dengan nilai yang tinggi dan sesuai standar yang telah ditentukan. Akan tetapi, untuk apa hal demikian? Masih saja masuk ke perguruan tinggi harus melalui proses yang sangat panjang dan melelahkan serta dengan biaya yang cukup besar. Untuk masuk kedunia kerja, yang pertama di wawancarai adalah sejauhmana pen-galaman di dalam dunia kerja atau keterampilan apa yang

dimiliki. Begitu juga dengan sarjana, masih saja ditanya punya pengalaman sejauh mana akan hal pekerjaan. Un-tuk portofolio, seorang guru saja harus memilki sertifikat-sertifikat dan penghargaan baik itu dari pelatihan, seminar , lomba ataupun kegiatan lainnya agar mencupi syarat untuk

disertifikasi. Tidak menyalahkan pendidik dalam mentransferkan dan mendidik

mahasiswa dengan gaji yang rendah, tentu

saja membuat m o t i v a s i

m e r e k a

dalam menjalan-kan kewajiban menjadi menurun sehingga untuk men-cukupi pendanaan keluarga harus honor sana sini. Akibatnya kewajiban sebagai PNS di PTI di abaikan malah di PTS/PTI tempat honor di utamakan. Mahasiswa diatur sesuai jadwal mangajar pribadi dan kebanyakan hanya memberikan tugas sebagai ganti untuk waktu jam mengajar.

Di dalam perkuliahan tidak akan mendapatkan pen-galaman yang berarti dibandingkan pengalaman dalam Or-mawa. Cepat selesai kuliah belum tentu cepat mendapatkan pekerjaan yang didambakan. Akan tetapi lebih baik cepat selesai kuliah dengan bekal ilmu organisasi dan pengalaman yang mantap. Tentunya bukan untuk mahasiswa Kupu-Kupu (Kuliah-Pulang) tetapi bukan juga Kura-kura (Kuliah-Rapat) yang di drop out.

aradigma berfikir harus dibentuk bagaimana kuliah atau masuk kedunia kampus bukan han-ya untuk menjadi budak orang lain atau menge-jar nilai akan tetapi bagaimana pola berfikir

mampu bertahan dalam situa si apapun dan mampu berkre-atifitas serta militan. Apakah perkuliahan mampu memben-tuk pola seperti itu? Artinya disamping perkuliahan, wajib hukumnya keorganisasian mahasiswa itu dianggap penting. Karena Mahasiswa bukanlah siswa. Salahkah mahasiswa jika mengkritik? Salahkah mahasiswa ingin mengajak duduk satu meja? salahkah mahasiswa menetukan caranya sendiri untuk berusaha memenu hi “ Tri Dharma Perguruan Tinggi?

Didalam Undang-undang Dasar (UUD) 1945 pasal 28 yang berbunyi “ kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan seba-gainya ditetapkan dengan undang-undang”, mengisyarat-kan bahwa warga Negara Indonesia bebas untuk berorgan-isasi selama tidak melanggar undang-undang yang tidak sepihak. Dasar hukum Ormawa tidak saja itu, tetapi ada beberapa yaitu:

1. KEP. MEN DIKBUD RI NO. 155 /U/1998 Pasal 6:

“ Derajat kebebasan dan mekanisme tanggungjawab organisasi kemahasiswaan intra perguruan tinggi terhadap perguruan tinggi ditetapkan melalui kesepakatan antara mahasiswa dengan pimpinan perguruan tinggi dengan tetap berpedoman bahwa pimpinan perguruan tinggi merupakan penanggungjawab segala kegiatan di perguruan tinggi dan/atau yang mengatasnamakan perguruan tinggi”.

2. UU RI No. 12 Th. 2012 Tentang Pendidikan Tinggi Pasal Pasal 77

1. Mahasiswa dapat membentuk organisasi kemaha-siswaan.

2. Organisasi kemahasiswaan paling sedikit memiliki fung-si untuk:

a. mewadahi kegiatan Mahasiswa dalam mengembang-kan bakat, minat, dan potensi Mahasiswa;

b. mengembangkan kreativitas, kepekaan, daya kritis, ke-beranian, dan kepemimpinan, serta rasa kebangsaan;

c. memenuhi kepentingan dan kesejahteraan Mahasiswa; dan

d. mengembangkan tanggung jawab sosial melalui kegia-tan Pengabdian kepada Masyarakat.

3. Organisasi kemahasiswaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan organisasi intra Perguruan Tinggi.

4. Perguruan Tinggi menyediakan sarana dan prasarana serta dana untuk mendukung kegiatan organisasi kema-hasiswaan.

5. Ketentuan lain mengenai organisasi kemahasiswaan dia-tur dalam statuta perguruan tinggi.

Masih banyak lagi peraturan perundangan yang melindungi Ormawa baik dalam negeri mapun dunia inter-nasional. Jika ada ancaman mengenai kegiatan mahasiswa tanpa adanya musyawarah terhadap pihak terkait artinya telah berlangsung praktek kediktatoran yang tidak jelas apa tujuannya apalagi tidak ada dasar hukumnya untuk berlaku demikian.

Sudahkah Perguruan Tinggi sekarang memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk duduk bersama men-ciptakan keteraturan dan kesepakatan untuk ke arah yang lebih baik? Sudahkah para pengelola perguruan tinggi dan para pemangku jabatan, melibatkan mahasiswa dalam me-nentukan peraturan atau kebijakan yang diterapkan pada mahasiswa? Semua hal lebih indah bila telah dimusya-warahkan secara mufakat tanpa embel-embel kepentingan-kepentingan yang tidak baik. Hidup hanya sementara lebih baik hidup secara damai dan bijaksana sebelum hidup yang dijalani terasa berat karena orang-orang yang ingin hidup abadi dengan kenistaan

Organisasi Mahasiswa Vs KebijakanOleh: Irwan Kurniawan

Penulis adalah Ketua Umum Lembaga Pers

Mahasiswa Universitas Tanjungpura

K

P

Page 11: Tabloid MU Edisi 15

11Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Mimbar Resensi

SINOPSIS

Anak-Anak Langit adalah kisah me-nakjubkan tentang anak-anak rantau di pesantren modern binaan pemerintah di Koto Baru, sebuah kawasan sejuk di kaki Gunung Singgalang dan Gunung Merapi di Padang Panjang. Anak-anak penuh bakat ini sejak awal dijanjikan bakal mene-rima pendidikan unggul yang akan men-empa mereka menjadi ulama, pemimpin, dan manusia berguna di masa depan.

Namun, sistem dan praktik pendidi-kan yang dijanjikan itu hanyalah bumbu harapan yang tak serasa dengan kenyataan. Bagaimana ‘anak-anak langit’ itu mengatasi rasa putus asa mereka menghadapi keadaan yang jauh dari harapan? Bagaimana pula mereka dapat terus memelihara impian-impian mereka untuk meraih kesuksesan di masa depan?

Terinspirasi kisah nyata, novel ini mam-pu menggambarkan dengan baik kisah unik

kehidupan remaja dalam menggapai cita-cita mereka. Sebagaimana novel Melayu lainnya,

narasi-narasi yang berpadu peribahasa dan meta-fora merupakan kekuatan utama novel ini.

Bercerita tentang si tokoh aku yang bernama Simuh yang menuntut ilmu di Madrasah Aliyah Khusus (MAK) Koto Baru, Sumatera Barat. Sebenarnya MAK ini adalah pilihan terakhirnya karena sebenarnya ia ingin melanjut-kan pendidikan SMA-nya di Perguruan Wahidin yang terkenal. Tapi ditentang oleh ayahnya yang tidak menyu-kai etnis Tionghoa. Gagal memasuki Perguruan Wahi-din, Simuh ditawari memasuki sebuah Madrasah di Koto Baru. Madrasah yang menjanjikan masa depan cerah un-tuk anak-anak didiknya. Simuh hanya menerima tawaran itu dengan acuh tak acuh. Ia mengikuti ujian masuk dan tidak berharap untuk lulus. Tak disangka, ternyata ia lu-lus berkat keberaniannya berdebat dengan tim penguji saat tes wawancara. Simuh akhirnya berangkat ke Koto Baru bersama 10 orang rekan lainnya yang ikut lulus. Dan dimulailah perjalanannya di MAK tersebut.

ENDORSEMENT“Muatan tekad, perjuangan, dan keinginan untuk

maju menjadikan karya ini sangat inspiratif, menggugah, mendidik, dan mencerahkan. Sebagai Negeri Shahibul Kitab, Riau pernah melahirkan penulis-penulis besar seper ti Raja Ali Haji dan Suman Hs. Saya yakin, Negeri Para Pujangga ini akan terus melahirkan penulis dan sas-trawan andal. Karya ini setidaknya mengangkat kembali nama Riau sebagai sumber inspirasi penulis Nusantara.”

--HM Rusli Zainal, Gubernur Riau

“Novel-novel semi biografi memang menarik, karena bagian yang diambil adalah sisi hidup yang membangkit-kan semangat kemandirian. Semangat kemandirian inilah esensi dari spirit entrepreneurship, di mana kita selalu menemukan jalan hidup yang sukses setelah belajar dari

kesalahan sebelumnya. Prinsipnya: ‘jika sungguh-sungguh berusaha, pasti berhasil’. Dan pesantren adalah salah satu tempat di mana kemandirian itu dibangun.”

--Rida K Liamsi, Direktur Utama Jawa Pos National Net-work (JPNN)

‘’Jika Anda terpesona pada Ayat-Ayat Cinta dan takjub pada Laskar Pelangi, novel ini adalah gabungan keduanya.’’

--Prie GS, budayawan, penulis buku Catatan Harian Sang Penggoda Indonesia.

‘’Kekuatan novel ini terletak pada setting-nya. Dengan bahasa yang mengalir rancak dan kaya kosakata, Amin memeragakan kisah remajanya ketika berlabuh di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK); sebuah proyek intelektual Departemen Agama. Amin berhasil menceritakan mimpi intelektual anak-anak MAPK disertai bumbu-bumbu cinta remaja yang terhalang tembok asrama. Layak dibaca dan pe-nuh insipirasi!’’

--Burhanuddin Muhtadi, pengamat politik, alumni MAPK Solo

‘’Ada tiga kekuatan dahsyat budaya Minang, yaitu kemampuan diplomasi tingkat tinggi, pepatah yang sarat filosofi, dan adat yang bersendikan syar’i. Tiga kekuatan ini saya rasakan saat menempuh studi selama tiga tahun di MAPK Koto Baru dan mewarnai kehidupan saya hingga saat ini. Novel ini dengan cukup baik menggambarkan tiga kekuatan tersebut. Sayang sekali jika dilewatkan...!’’

--Dr. Iswandi Syahputra, M.Si, anggota KPI Pusat

BIODATA PENULIS

Mohd Amin MS adalah alumni Madrasah Aliyah Pro-gram Khusus (MAPK) Koto Baru, Padang Panjang, Sumatera Barat, angkatan ke-5 (1991-1994). Kisah dalam novel ini ter-inspirasi dari semua romantika remaja di sekolah unggulan Departemen Agama tersebut.

Setelah tamat MAPK Koto Baru, ia melanjutkan pendidi-kan di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan lulus dengan predikat cum laude. Dia kemudian memutuskan kembali ke daerah asalnya, Pekanbaru. Atas permintaan sang ibu, ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di IAIN Suska Riau, sekaligus memimpin adik-adiknya yang memerlukan bimb-ingan. Dia pun harus mengubur mimpinya dalam-dalam un-tuk melanjutkan sekolah ke luar negeri.

Karya buku yang telah terbit adalah Dilema Demokrasi (2007) dan Mengislamkan Kursi dan Meja (2009). Sedangkan Anak-Anak Langit yang ada di tangan Anda ini merupakan novel perdananya dari rencana trilogi. Pria ini pernah meng-abdi sebagai guru bahasa Inggris di Madrasah Tsanawiyah almamaternya, dosen luar biasa UIN Suska Riau, dan pernah pula menjadi anggota Panwas Pilkada Provinsi Riau. Saat ini, Amin tunak sebagai jurnalis di Riau Pos, dan bermastautin di Pekanbaru. Hobinya menulis dan main catur. Obsesinya keliling dunia dan menantang Gary Kasparov.

DATA BUKU

Judul : Anak-Anak Langit

Penulis : Mohd Amin MS

Editor : Wiyanto Suud

Penerbit : Alvabet

Genre : Novel

Cetakan : I, Juli 2011

Ukuran : 13 x 20 cm (flap 8 cm)

Tebal : 508 halaman

ISBN : 978-602-9193-04-6

Harga : Rp. 69.900,-

=========================

PT Pustaka Alvabet (Penerbit)

Jl. SMA 14 No. 10, Cawang,

Kramat Jati, Jakarta Timur,

Indonesia 13610

Telp. +62 21 8006458

Fax. +62 21 8006458

www.alvabet.co.id

Berbagi Kisah Nyata Lewat TulisanOleh: Nabu

Page 12: Tabloid MU Edisi 15

12 Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Pemateri mulai menyampaikan ma-terinya dibantu Slide demi slide di layar infokus Terlihat jelas kebinggungan di mimik peserta, saat mendengarkan istilah seperti Straight news, feature dan jurnal-istik.

Detik demi detik dan berganti jam, serta seiring dengan hati-hatinya pema-teri menjelaskan arti dari materi yang disampaikan. Mereka pun beransur-ansur mengerti apa yang disampaikan.

Tawa pun terlontar dari mulut peser-ta, saat pemateri membuat lolucon untuk memecahkan ketegangan dan kebosanan. Sehingga mereka terlihat asyik mengikuti pelatihan.

Pertanyaan pun sering terucapkan dari mereka. Salah satunya Reksi dari SMP 2 Paloh.

Dia bertanya, apa perbedaan straight news dan Fea-ture? Pemateri segera menjawab, “ perbedaannya terletak di judul serta isi dan masing-masing berita. Kalau straight news adalah berita singkat, padat dan jelas. Begitu juga den-gan beritanya yang mengandung unsur kebaharuan, terkini, cepat basi serta singkat. Sedangkan feature merupakan ber-ita deskripsi dengan gaya bahasa mirip bahasa cerpen na-mun isinya berisi Non-fiksi serta tidak cepat basi”, ungkap pemateri.

Pengalaman yang Mengesankan

Setelah selasai memberi materi, saatnya untuk mem-praktekannya dilapangan. Para siswa lalu dibagi dalam delapan kelompok. Tiap kelompok diminta membuat satu berita yang harus dipresentasikan. Peserta diperbolehkan ke luar kelas untuk mewawancarai narasumber. Tak sampai satu jam, deadline yang telah disepakati berhasil mereka wu-judkan. Bahkan ada kelompok yang selesai wawancara dan

membuat berita sebelum waktu deadline.

“Kami merasa senang karena bisa memilih apa pun tema yang ingin dituliskan, biar panas dan gugup, kami tetap se-mangat”, kata Jhoni siswa SMK Negeri 1 Paloh.

Yesi (18) bercerita tentang salah satu tulisan yang dibuat kelompoknya. Tulisan itu berkisah tentang kebiasaan siswa SMK berkunjung ke perpustakaan untuk membaca dan bela-jar bahkan ngumpul bareng.

“Terutama kalau lagi istirahat dan guru tidak menga-jar”, katanya menjelaskan.

Menulis memang tak hanya menulis, tetapi kita pun harus memikirkan angle yang diambil dan ilustrasi panjang tulisan. Selain itu, keserasian komposisi keseluruhan tulisan pun mesti dipikirkan agar menarik perhatian pembaca.

Akhir yang Menyenangkan

Ketika semua berita sudah di presentasikan oleh semua kelompok. Pemateri dan juri dari Ismapal membuat penilai-an menyangkut isi berita, bahasa, judul dan variasi tema ber-ita dan keaktifan kelompok.

Hasilnya tak terduga, berita siswa begitu beragam ada staratsnews, feacure dan opini. Sekitar tiga jam pelatihan ju-rnalistik dasar, membuat siswa yang datang dari SMK, SMA dan SMP mampu membuat satu berita yang tebilang cukup

”Terlihat bangunan yang dominan berwarna putih dis-elingi warna kecokelatan yang penuh dengan hiruk pikuk orang-orang didalamnya. Bangunan itu adalah Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Paloh, Kabupaten Sambas. Saat itu, Udara dingin masih terasa, diikuti angin sepoi-sepoi terus menerpa tubuh kami yang sedang menuju ke sekolah tersebut dalam rangka pelatihan jurnalistik untuk siswa Paloh.

Bunyi derap kaki kami saat melangkah ke ruang pelati-han, mencuri pandangan sepasang mata 42 siswa yang berkumpul di dalam ruangan pelatihan. Terdengar jelas gu-maman suara para siswa yang sesekali diwarnai dengan su-ara rentak alas kaki yang berjalan cepat atau berlari dari arah luar ruangan. Suara-suara itulah yang menghiasi suasana pelatihan. Dinding yang bewarna ungu, lantai keramik be-warna orange dihiasi bunga, langit-langit ruangan bewarna putih dan seng (genteng) bewarna merah membuat keadaan semakin asyik. Tidak hanya SMK setempat ada juga dari SMP 2 Paloh dan SMP 1 paloh yang mengikuti pelatihan ini. Pelatihan ini juga berkerja sama antara LPM Untan dengan ISMAPAL (Ikatan Mahasiswa Paloh) serta didukung oleh masyarakat dan kecamatan setempat.

“Kami sangat mendukung pelatihan ini,karena baru kali ini kami ada pelatihan jurnalistik masuk ke sekolah”, kata Mulyadi sebagai Kepsek SMK Negeri 1 Paloh.

Dia juga mengatakan, kami sangat bersedia, apabila in-gin memerlukan fasilitas lain selain ruangan. “Silahkan pa-kai semua fasilitas yang ada di SMK ini”, tambahnya sewak-tu kami ngobrol-ngobrol diruang Guru sebelum kami masuk di ruang pelatihan.

Mulai Pelatihan

Tapat pukul 08.30 kami pun memulai pelatihan jurnalis-tik, tapi sebelum memulai, dari ISMAPAL dan LPM Untan Zulfian dan penulis sendiri sebagai pemateri memperkenal-kan diri. Begitu juga siswa SMK dan SMP ikut memperkenal-kan diri.

Batas dan Semangat Pemuda Paloh

Mimbar Ceremonianal

Oleh: Nabu

bagus.

Matahari mulai meninggi, panas juga sudah terasa. Ini saatnya pemateri mengumumkan satu pemenang yang aktif dalam pelatihan juga berita yang bagus. mereka juga akan mendapatkan satu buah buku kumpulan cerpen “Hidup-ku” penulisnya Nabu Mj dan Tan Erwin. Juaranya adalah kelompok empat dengan judul “Perpustakaan Itu Gudang Ilmuku”’

Sangat miris sekali, sebuah kecamatan yang berbatasan langsung dengan negara Tetangga dan merupakan cermin dari Negara Indonesia di Dunia Internasional malah kurang diperhatikan sebagai contoh infrastruktur (jalan yang rusak berat, dll.) dan sarananya sangat terbatas (seharusnya disedi-akan pemerintah) seperti saluran internet yang tidak ada, in-formasi yang terbatas. Stasiun televisi dan barang dagangan saja bermerk Negara Jiran. Tapi dengan keadaan tersebut tidak menyurutkan semangat juang para siswa untuk maju hingga bisa diakui di mata dunia.[Mj]

PESERTA, menjawab pertanyan dari pemateri tentang jurnalistik.(Miun/Nabu).

PEMATERI, sedang memberikan materi jurnalistik kepada peserta pelatihan jurnalistik dasar di SMK Negeri 1 Paloh .(Miun/Nabu).

FOTO : MIUN NABU

FOTO

: MIU

N N

ABU

Page 13: Tabloid MU Edisi 15

13Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

yang di peluknya. Nadia hanya bisa membisu, tak ada yang bisa ia lakukan selain menemani sahabatnya, dalam keadaan apapun.

“Nic, udah dong nangisnya. Udah cukup kamu menyiksa per-asaanmu seperti ini”, Nadia sembari memeluk Monic yang masih tenggelam dalam tangisan.

“Udah ya, jangan nangis lagi. Tuh, kan, aku jadi ikut nangis juga”, ujar Nadia dengan nada melemah sambil ia mengusap air matanya.

Monic kini sudah terdiam membisu. Ia kini sudah terbuai dalam mimpi indahnya. Tak ada lagi terdengar isakan, dia benar-benar terlihat pulas. Nadia hanya menarik nafas panjang, di kamar kost ia hanya membolak-balikkan halaman demi halaman buku yang dibacanya. Tanpa sengaja ia menemukan sebuah tulisan yang berisikan curahan hati monic,

Dear Tuhan,

“Tuhan, kenapa masalah terus menghampiri hidupku?. Aku mo-hon pada-Mu, peluk aku sebentar saja. Aku sangat lelah dengan keadaan ini, Tuhan. Hati ini sungguh tak sanggup lagi tuk bisa tersenyum. Tuhan, beri aku kekuatan untuk memulai hari esok tanpa dirinya lagi. Meski perih, Tetapi aku mohon, ajari aku tuk bisa tersenyum kembali”. Buliran bening membasahi pipi nadia setelah membaca lembaran di hadapannya itu, sambil ia menatap wajah monic yang kini telah terlelap.

Mimbar Sastra

Awan tampak marah pada bumi sore ini. Terlihat gumpalan hitam menyelimuti langit dengan serakahnya. Matahari tak tampak sedikitpun. Menandakan sebentar lagi akan turun hujan. Di sudut jendela terlihat monic sedang melamun. Wajahnya sendu, ma-tanya sembab, nampaknya dia sedang habis menangis. Ditangan-nya tergenggam sebuah bingkai foto. Ternyata itu adalah foto Lukman, laki-laki yang sangat dicintainya. Dari mata itu, terus mengalir butiran bening yang membasahi pipinya. Monic sangat terpukul dengan kepergian Lukman dari hidupnya. Sejak itu Monic sering mengurung diri di kamar.

Keterpurukan dalam cinta, membuat Monic kehilangan semangat dalam hidupnya. Hari-hari hanya ia lalui dengan kesedihan. Ia merasa sebagian dari hidupnya telah pergi meninggalkannya. Kemurungan selalu menyelimuti wajahnya, entah itu di rumah, di kampus dan dimanapun ia berada. Sampai-sampai ia sering membuat Nadia cemas karena gak mau makan. Nadia adalah sahabat monic dari kecil, mereka selalu bersama. Sampai kuliah pun mereka masih satu kelas.

Di sebuah taman yang terletak di halaman kampus, Monic tampak sendirian sedang asik membaca buku di bawah pohon. Dari bela-kang Nadia membuatnya kaget,

“Dooorrrrr” sambil Nadia memukul kecil pundak Monic.

“Eh, Nadia”, kata Monic luruh, ia tampak tidak terlihat kaget sama sekali.

Malahan ia membalikkan tubuhnya membelakangi Nadia. Nadia gagal membuat Monic seperti dulu lagi, Monic yang selalu ceria, Monic yang selalu bawel, yang nyerocos sana sini. Nadia tampak lesu,

“Kamu kenapa sih, Nic? Dari kemarin kamu terlihat murung terus. Cerita dong ama aku, kalau kamu lagi ada masalah”.

“Aku gak apa-apa kok, Nad. Hari ini aku bad mood aja mau ngapa-ngapain”, jawab Monic lemes.

“Kita kekelas yuk, bentar lagi mau masuk ni”, Monic menarik tangan nadia.

Belum sempat mereka melangkah kan kaki, tiba-tiba selembar sesuatu terjatuh di antara selipan buku yang dibaca Monic barusan. Monic memandang sesuatu itu dengan tatapan kosong. Sementara Nadia memandang kewajah Monic.

“Nic, kamu gak apa-apa kan?”, sambil Nadia melambai-lambai tangannya didepan wajah Monic. Monic masih kelihatan kaku, hingga akhirnya ia mendekatkan tangannya pada sesuatu itu, perlahan tangan Monic menggapainya. Dan ternyata sesuatu itu adalah selembar foto seorang laki-laki yang tak asing lagi dimata Nadia.

“Foto lukman?”, Nadia seperti terheran. Monic langsung pergi dan menangis.

“Nic, Monic, kamu mau kemana? Monic tunggu aku dong Nic”, Nadia mengejar Monic yang tiba-tiba menangis tanpa sebab.

Di tepi sawah ini adalah tempat kenangan yang manis saat Monic dan Lukman masih bersama dulu. Disinilah Monic menumpah-kan semua rasa yang ia rasakan saat ini, ia menangis dipelukan sahabatnya Nadia. Nadia dari tadi tidak mengerti kenapa Monic tiba-tiba jadi seperti itu.

“Kamu kenapa Nic, kenapa tiba-tiba nangis gitu sih? Kamu cerita ma aku kalau ada masalah. Kamu bertengkar ama orang tuamu?”, nadia agak ketus. Monic tidak dapat berkata apa-apa, ia hanya menggelengkan kepala.

“terus apa? Kamu jangan bikin aku makin tambah khawatir gini dong. Kamu ada masalah ama Lukman?”, Nadia semakin agak kesal. Tanpa menjawab, Monic langsung memeluk sahabatnya itu. Monic semakin terisak dalam pelukan Nadia.

“Monic, udah dong. Kamu jangan kayak gini terus. Kamu cerita ma aku, sebenarnya ada apa?”, tutur Nadia bijak. Monic melepaskan pelukannya dari Nadia,

“Nad, Lukman Nad. Lukman ninggalin aku. Aku gak sanggup meng-hadapi semua ini sendirian, aku butuh Lukman nad, aku sangat mencintai dia”, ungkap Monic dengan nada terbata-bata.

“Iya Nic, aku tahu kamu sangat mencintai Lukman, tapi kamu jangan terus-terusan nyakitin perasaan kamu kayak gini dong”, Nadia berusaha menenangkan Monic.

Semenjak kepulangan dari sawah, Nadia tidak mau membiar-kan sahabatnya sendirian dalam keadaan seperti itu. Ia selalu menemani Monic, sampai Monic merasa perasaannya tenang. Dan tidak dihantui masa lalunya bersama Lukman.

“Move on, move on, and move on”, itu lah kata-kata yang diucap-kan Monic saat menjelang pagi. Foto-toto Lukman tidak tampak lagi terpajang di meja kamarnya. Dan kenangan tentang Luk-man sudah ia simpan rapi di tempat yang tidak diketahui oleh siapapun. Meski sakit yang harus ia rasakan, namun ia sudah bisa menerima dengan ikhlas kepergian Lukman dari hidupnya. Meski demikian, monic tidak putus komunikasi dengan Lukman. Mereka tetap berteman seperti dulu, “persahabatan itu lebih indah”, ucapan itu yang pernah mereka ikrarkan di tengah sawah waktu mereka masih bersama.

“Hai, pagi Nadia”, sapaan itu sudah lama sekali tidak pernah terucap dari mulut Monic. Pagi itu Monic terlihat tampak sedang gembira. Namun, senyum itu belum terlahir kembali mengambang di wajahnya. Monic tidak bisa membohongi hatinya yang benar-benar sedang terluka.

“Ehem, ehem.... Tumben nih, pagi-pagi udah nyapa aku. Biasanya kan manyun aja tuh”, ujar Nadia sambil menyolek pipi Monic.

“Ikh, apaan sih Nad. Biasa aja kok”, Monic menjawab ketus.

Mereka langsung menuju bangku yang terletak di loby kampus, sebelum mereka masuk kelas di lantai dua.

“Nic, aku udah lama banget gak ngeliatin kamu seceria pagi ini. Tetapi kenapa senyum yang dulu pernah ada, belum aku dapetin sampe saat ini?”, nada suara Nadia agak menurun.

“Nad, aku udah berusaha untuk bangkit dari keterpurukan ini. Tapi aku gak bisa ngebohongin hati aku. Aku udah mencoba untuk mengikhlaskan apa yang udah terjadi. Toh, percuma kan aku berusaha tuk tersenyum, sementara hati aku menangis”, murung kembali menyelinap di wajah Monic.

“Nic, maafin aku kalau aku menyinggung perasaan mu. Aku gak bermaksud untuk mengungkit masalahmu”, Nadia merasa bersalah pada sahabat nya.

“Udah, udah, muka nya biasa aja dong. Masuk kelas yuk. Bentar lagi dosen masuk nih”, Monic sembari berdiri dan menarik tangan nadia.

Setelah selesai kuliah, nadia dan monic tidak langsung pulang ke rumah. Mereka mampir dulu di perpustakaan. Di perpustakaan monic terli-hat murung. Entah apa yang ada dalam pikiran nya.

“Nic, kamu gak apa-apa kan?”, tegur Nadia sambil membolak-balikkan buku yang diam-bilnya dari rak buku perpustakaan.

“Aku gak apa-apa Nad, tiba-tiba aja aku ingat ma Lukman”, mata Monic terlihat berkaca-kaca.

“Udah ah, jangan nangis ya. Malu dilihatin orang ramai”, Nadia mengelus pundak sahabatnya itu.

“Aku mau pulang Nad, sekarang”, Monic langsung bangkit bergegas menuju pintu keluar. Cepat-cepat Nadia mengikuti langkah Monic, dia takut terjadi apa-apa sama sahabat yang dicintainya itu.

Setibanya di kost, Monic lang-sung merebahkan tubuhnya yang amat terasa sangat berat ia baringkan. Tidak ada yang bisa membendung air mata Monic, ia kembali terisak dalam buaian bantal

Tuhan Ajari aku tersenyum..... Oleh: Nikodemus Niko

REFRO

Page 14: Tabloid MU Edisi 15

14 Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Mimbar Ilmiah

iapa tak kenal jahe, sekilas tanaman berwarna putih kekuningan dan berbau khas ini memanglah sejenis bumbu dapur.Namun, seiring berkembang-nya pengetahuan dibidang pertanian, tanaman

yang termasuk golongan tanaman rempah dan obat-obatan ini diteliti memiliki khasiat ganda yaitu sebagai pestisida nabati. ”Pestisida nabati adalah bahan aktif tunggal atau majemuk yang berasal dari tumbuhan (daun,buah,biji,akar yang berfungsi sebagai penolak,penarik ,pemandul atau pembunuh yang digunakan sebagai pengendali organisme pengganggu tumbuhan (OPT)” ujar selamet selaku kepala laboratorium pengendalian hama dan penyakit tumbuhan (UPTPH )Provinsi Kalbar.

Tumbuhan yang berasal dari Asia Pasifik ini memiliki kandungan kimia berupa minyak asiri.minyak asiri jahe ter-diri atas n-nonylaldehide, methyl heptenone, cineol, d-borneol, geraniol, linalool, acetates, caprylate, citral, chavicol dan zingiberene serta mengandung resin dan serat.

Khasiatnya dalam mengendalikan serangan hama telah diujikan pada tanaman sawi. Dalam waktu dua hari,tanaman anti rematik ini dapat membunuh hama sawi dengan dosis tertentu dan campuran beberapa bahan lainnya. Namun yang perlu diwaspadai menurut Selamet adalah efektifitas dari tum-buhan tersebut berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lain.ini dikarenakan sifat bioaktif atau sifat racunnya tergantung pada kondisi tumbuh. Sebagai contoh perbedaan antara tanah di Jawa dan di Kalbar, di Jawa tiang rumah yang berasal dari batang pohon kelapa dapat awet hingga bertahun-tahun sedangkan di Kalbar tidak demikian, dikarenakan kandungan tanah Jawa lebih banyak mengandung mineral, sedangkan di Kalbar,tanah cenderung asam.

Tanaman ini di Pontianak dikenal dengan nama liak san-gat bermanfaat sebagai obat anti masuk angin. Sejak zaman

dahulu orang Indonesia sudah memanfaatkan jahe sebagai apotek hidup yang murah meriah. Pembuatan pestisida jahe sangatlah mudah untuk dilakukan dan dipraktekkan, tak perlu merogoh kocek dalam untuk meracik pestisida tum-buhan rimpang-rimpangan ini. Hanya dibutuhkan 1kg jahe untuk area 0,4 ha tentu saja harus ditambahi dengan berba-gai jenis bahan alami tumbuhan lainnya.

Disamping tanaman jahe dikembangkan pula berbagai pestisida nabati (Pesnab) dari tumbuhan lain seperti pesnab daun pepaya, buah mengkudu, akar tuba, daun sereh dan lain sebagainya.” Saya anjurkan k e - pada petani meng-

g u n a -

kan akar tuba untuk mengendalikan hama cabai, dan ternyata efek-

tif”, ujar Selamet. Meskipun penab bekerja relatif lebih lam-ban dibandingkan dengan pestisida kimia yang dijual bebas dipasaran tetapi pestisida nabati tidak menimbulkan efek residual yang tinggi seperti pada pestisida kimia. Pestisida nabati jika dalam konsentrasi tinggi dapat membunuh hama dengan cepat, namun perlu diperhatikan dosis penggunaan-nya. Dosis harus sesuai dengan kebutuhan dan perhitungan yang jelas, karena seperti pada halnya manusia jika meng-konsumsi obat dalam dosis tinggi maka dapat berakibat bu-ruk pada dirinya, begitu pula tanaman harus tepat takaran dosisnya agar yang hanya hamanya saja yang mati tetapi tidak pada tanamannya.

Nah pembaca jangan sesekali meremehkan apa yang ada didepan anda, inovasi tidak harus dengan

teknologi yang mutakhir dan biaya selan-git. Di Laboratorium kecil di daerah Kakap ini kita dapat belajar banyak, bahwa satu ruas jahe mempunyai manfaat yang luar

biasa bagi kelangsungan hidup kita.Berawal dari obat pengusir kem-

bung pada zaman dahulu, kini tanaman bernama

latin Zingiber offici-nale membuktikan

keeks isannya sebagai tana-

man pengusir hama.

Oleh: Helda

Jahe Sebagai Pestisida

S

FOTO : MIUN HELDA

Page 15: Tabloid MU Edisi 15

15Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura

Mimbar Profil

Kepribadiannya yang santai membuat semua maha-siswa senang untuk berinteraksi dengannya. Itulah kele-bihan dari seorang Angela. Angela Elizabeth Potts adalah seorang dosen bahasa Inggris yang berasal dari USA. Be-liau biasa dipanggil dengan sebutan Miss Potts oleh maha-siswanya. Dosen muda yang telah kembali ke Amerika ka-rena programnya di Indonesia telah berakhir ini merupakan bagian dari jajaran pendidik di FKIP Untan. Beliau sempat mengajar di FKIP Untan selama beberapa bulan, terutama di Program Studi Bahasa Inggris untuk kelas reguler.

Dengan segenap kesibukan yang dimilikinya, Angela menyempatkan diri untuk diwawancara. Angela bercerita mengenai kehidupan karirnya. Beliau memulai karir dibi-dang pendidikan sejak berusia 14 tahun dengan membantu disebuah sekolah yang memiliki program musim panas. Beliau mengajarkan olahraga di perkemahan musim panas. Setelah lulus dengan gelar Bachelors dibahasa Inggris dan memiliki sertifikasi mengajar di sekolah menengah, beliau menjadi tenaga honorer. Saat Angela tengah berusia 22 ta-hun, beliau mengajar disebuah sekolah menengah khusus laki-laki dan menurutnya itu sulit.

“Sebagai mahasiswa, saya bersemangat untuk belajar. Ini adalah titik awal bagi saya untuk menambah semangat mengajar”. Semenjak kecil, Angela suka memerankan sosok seorang guru dan beliau senang melakukan hal tersebut, seperti yang diungkapkannya, “Saya menggunakan pola bermain guru ketika saya masih kecil, dan selalu berusaha dekat dengan guru saya agar lebih mudah belajar dan ber-prestasi karena jika mereka bangga pada saya, saya merasa begitu istimewa. Sekolah sangat menyenangkan dan me-muaskan bagi saya dan saya merasa beruntung karena pen-galaman pertama saya di dunia pendidikan adalah positif “, ujar dosen cantik berambut pirang itu.

Wanita yang mengaku sangat suka makan gado-gado ini menambahkan, “Saya suka bidang karir ini karena biasanya Anda bisa membantu orang dengan lebih dari sek-edar subyek. Melalui Bahasa Inggris atau Matematika, Anda dapat menjelajahi kehidupan bersama siswa. Anda dapat membantu mereka mencari tahu “siapa mereka” dan “apa yang mereka sukai”, ini merupakan pengalaman yang sang-at berharga bagi saya”.

Salah satu motivasi dosen favorit di program studi ba-hasa Inggris di FKIP Untan ini karena orang tua, guru, dan teman-temannya sangat mendukung beliau untuk menjadi seorang guru. Beliau juga berteman baik dengan guru-guru lain dan mereka biasa berbagi ide, tantangan dan keberhasi-lan. “Guru saya yang lebih tua telah membantu karir saya dengan menulis surat rekomendasi untuk membantu saya menemukan pekerjaan dan siswa-siswa saya”, ujar Angela.

Menurut wanita asal Amerika ini, memiliki pengalaman positif dengan siswa adalah motivasi besar untuk tetap men-gajar apalagi ketika ada siswa yang menghargai Anda seba-gai guru. Itu adalah hal yang sangat inspiratif.

Angela merasa sangat senang saat menceritakan pen-galaman mengajarnya untuk pertama kali. Saat itu beliau tidak yakin dengan siswa-siswanya yang hiperaktif. Beliau selesai mengajar hanya dalam waktu 15 menit untuk 50 menit jam pelajaran dan bingung harus melakukan apa lagi. Saat itulah beliau tahu bahwa seorang guru perlu memiliki

banyak keterampilan. Se-lain itu sebagai guru, sese-orang juga harus memiliki perencanaan yang baik dan selalu memiliki rencana B disetiap saat.

Ketika ditanyai mengenai hobinya, Angela menjawab dengan wajah berseri-seri, “Saya senang beper-gian dan membaca. Kedua hal tersebut bisa menjadi dasar untuk seorang guru yang lebih baik. Melalui hobi bepergian, kita bisa belajar banyak tentang diri kita sendiri. Ketika Anda ada di tempat yang baru dan Anda tidak tahu apa-apa, akhirnya Anda akan tahu bagaimana cara Anda belajar untuk men-gatasinya. Begitu juga dengan membaca. Den-gan memperluas imajinasi melalui membaca, kita bisa meningkatkan kemampuan kita menulis dan mencipta-kan sesuatu”.

Melalui profesinya men-jadi seorang guru, Angela memiliki kesempatan untuk keliling dunia dan bertemu dengan orang-orang yang luar biasa dengan budaya yang berbeda. Beliau men-gaku banyak belajar dari siswa-siswanya tentang bagaimana menjadi berani ketika berbicara bahasa kedua. “Saya juga terin-spirasi mempelajari ba-hasa lain ketika melihat siswa-siswa saya sangat bekerja keras untuk bisa berbahasa asing. Terka-dang saya terpikir mereka menjadikan saya contoh, untuk itu saya harus menjadi teladan yang ber-perilaku baik”, ujar wanita cantik yang menguasai beberapa bahasa ini.

Angela juga ber-bagi mengenai rencananya di dunia pendidikan. Beliau berencana mendapatkan serti-fikat lanjutan atau PhD. Beliau juga tertarik untuk bekerja dengan siswa internasional di Amerika atau di luar Amerika. Beliau ingin fokus

Dosen Bule Yang Menyenangkan,Mengabdi Dengan Tulus

Miss AngelaOleh: Utin Novianti

mengajar Cross Culture Understanding dan membantu orang-orang untuk mempelajari budaya baru.

Menurut Angela, motivasi terbesar baginya adalah siswa-siswanya. Beliau ingin memberikan siswa-siswanya pendidikan yang terbaik. Beliau juga termotivasi oleh kelu-arganya untuk melakukan yang terbaik dan bekerja keras.

Saat akan mengakhiri wawancara, Angela berbagi tips. “Yang pertama adalah tunjukkan pada siswa Anda,

siapa Anda sebenarnya. Perlakukan siswa Anda seperti teman Anda. Kedua, jika Anda tidak akan

membiarkan teman Anda menunggu tanpa me-nelepon, jangan biarkan siswa Anda menung-

gu Anda tanpa menelepon. Ketiga, jika Anda menghormati siswa Anda, mereka akan menghormati Anda kembali. Saat kita saling menghormati, tujuan akan tercapai dan bela-

jar akan terasa menyenangkan”.

Page 16: Tabloid MU Edisi 15

16 Edisi 15 Th XXIX/LPM Untan/2012

Mimbar UntanTabloid Mahasiswa Universitas Tanjungpura