Tanaman Kelapa Sawit

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tanaman kelapa sawit

Citation preview

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit2.1.1 Sejarah Kelapa SawitTanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Meskipun demikian ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. Pada kenyataannya tanaman kelapa sawit hidup subur di luar daerah asalnya, seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, dan Papua Nugini (Fauzi,2004 dalam Lestari 2004).Kelapa sawit, saat ini berkembang pesat di Indonesia. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam. Keempat batang bibit kelapa sawit ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara (Risza, 1994 dalam Lestari 2004). Tanaman Kelapa Sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911 di Aceh dan Sumatera Utara oleh Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia. Luas kebun kelapa sawit terus bertambah dari tahun ke tahun.

2.1.2 Klasifikasi dan Morfologi Kelapa SawitTanaman kelapa sawit (Palm oil) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut, yaitu :Divisi : SpermatophytaSubdivisi : AngiospermaeKelas : MonocotyledonaeOrdo : PalmalesFamili : PalmaceaeGenus : ElaeisSpesies : Elaeis guineensis Elaeis odora (tidak ditanam di Indonesia) Elaeis melanococca (Elaeis oleivera)Varietas : Elaeis gueneensis dura Elaeis gueneensis tenera Elaeis gueneensis pisifera(Sastrosayono, 2003 dalam Kelapa sawit merupakan tanaman monoecious (berumah satu). Artinya, bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon, tetapi tidak pada tandan yang sama. Walaupun demikian, kadang-kadang dijumpai juga bunga dan betina pada satu tandan (hermafrodit). Bunga dapat muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya dapat menghasilkan satu infloseren (bungan majemuk). Biasanya, beberapa bakal bunga majemuk gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingga individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan bunga majemuk (infloseren) (Pahan,I. 2006 dalam Manurung, 2011)

Tanaman kelapa sawit dapat juga digolongkan berdasarkan ketebalan tempurung atau cangkang dan warna buah. a. Berdasarkan ketebalan cangkang, tebal tipisnya cangkang tanaman kelapa sawit dapat dibagai menjadi tiga jenis atau varietas, yaitu sebagai berikut: 1. DuraCiri-cirinya: tebal cangkangnya 2-8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar cangkang, daging buah relatif tipis, daging biji besar dengan kandungan minyak rendah, banyak digunakan sebagai induk betina dalam program pemuliaan.2. Pisifera Ciri-cirinya: tebal cangkangnya sangat tipis (bahkan hampir tidak ada), daging buah lebih tebal dari pada daging buah jenis Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain, dengan persilangan diperoleh jenis Tenera. Pisifera tidak dapat digunakan sebagai bahan untuk tanaman komersial, tetapi digunakan sebagai induk jantan. 3. Tenera Ciri-cirinya: tebal cangkangnya tipis 0,5-4 mm, terdapat lingkaran serabut disekeliling tempurung, daging buah sangat tebal, tandan buah lebih banyak (tetapi ukurannya lebih kecil), merupakan hasil persilangan Dura dengan Pisifera. Jenis ini merupakan yang paling banyak ditanam dalam perkebunan dengan skala besar. Umumnya menghasilkan lebih banyak tandan buah. b. Berdasarkan warna buah, warna buah kelapa sawit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu sebagai berikut: 1. Nigrescens Ciri-cirinya: buah muda berwarna ungu kehitam-hitaman, sedangkan buah yang masak berwarna jingga kehitam-hitaman 2. Virescens Ciri-cirinya: buah muda berwarna hijau, sedangkan buah yang masak berwarna jingga kemerah-merahan (tetapi ujung buah tetap hijau) 3. Albescens 4. Ciri-cirinya: buah muda berwarna keputih-putihan, sedangkan buah yang masak berwarna kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman. ( Tim Bina Karya Tani, 2009 dalam Rasyid, 2010)

Morfologi tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu;a. Bagian Generatif Bagian generatif kelapa sawit meliputi akar, batang, dan daun.1. Akar Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat karena tumbuh ke bawah dan ke samping membentuk akar primer, sekunder, tertier, dan kuarter. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Selain itu, sebagai penyangga berdirinya tanaman sehingga mampu menyokong tegaknya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter hingga tanaman berumur 25 tahun. Akar tanaman kelapa sawit tidak berbuku, ujungnya runcing, dan berwarna putih atau kekuningan (Fauzi,Y. 2002 dalam Manurung, 2011)2. Batang Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil, yaitu batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang berfungsi sebagai penyangga serta tempat menyimpan dan mengangkut makanan.Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 75cm. Tinggi batang bertambah sekitar 25-60cm per tahun (tergantung varietas). Umur ekonomis tanaman sangat dipengaruhi oleh pertambahan tinggi batang per tahun. Semakin rendah pertambahan tinggi batang, semakin panjang umur ekonomis tanaman (Pahan,I. 2008 dalam Manurung, 2011)3. Daun Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap, dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9m (Fauzi,Y. 2002 dalam Manurung, 2011). Daun sebagai tempat fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi meningkat. Luas permukaan daun juga mempengaruhi proses fotosintesis, semakin luas permukaan daun maka proses fotosintesis akan semakin baik ( Fauzi, 2004 dalam Lestari 2004). Semakin pendek pelepah daun semakin banyak populasi kelapa sawit yang dapat ditanam persatuan luas sehingga semakin tinggi prokdutivitas hasilnya per satuan luas (Pahan,I. 2008 dalam Manurung, 2011).b. Bagian Vegetatif Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi bunga dan buah1. Bunga Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious) artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing masing terangkai dalam satu tandan. Proses penyerbukan tanaman kelapa sawit dapat terjadi dengan bantuan serangga atau angin (Fauzi, 2004 dalam Lestari 2004). Bunga muncul dari ketiak daun. Setiap ketiak daun hanya menghasilkan satu infloresen (bungan majemuk). Biasanya, beberapa bakal infloresen gugur pada fase-fase awal perkembangannya sehingag pada individu tanaman terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen (Pahan,I. 2008 dalam Manurung, 2011)2. BuahBuah disebut juga fructus, tanaman kelapa sawit dapat menghasilkan buah siap panen pada umur 3,5 tahun. Buah terbentuk setelah terjadi penyerbukan dan pembuahan. Waktu yang dibutuhkan mulai dari penyerbukan sampai buah matang dan siap panen kurang lebih 5 6 bulan. Secara anatomi buah kelapa sawit terdiri dari dua bagian utama yaitu bagian pertama adalah perikarpium yang terdiri dari epikarpium ( kulit buah yang licin dan keras) dan mesokarpium (daging buah yang berserabut dan mengandung minyak), bagian kedua adalah biji, yang terdiri dari endokaprium (tempurung berwarna hitam dan keras), endosperm (penghasil minyak inti sawit), dan embrio (Fauzi,2004 dalam Lestari 2004)Secara botani, buah kelapa sawit digolongkan sebagai buah drupe, terdiri dari pericrap yang terbungkus oleh exocrap (atau kulit), mesocrap (yang secara salah kaprah biasanya disebut pericrap), dan endocrap (cangkang) yang membungkus 1-4 inti kernel (umumnya hanya satu). Inti memiliki testa (kulit), endosperm yang padat dan sebuah embrio.

2.1.3 Ekologi Kelapa Sawit Kelapa sawit termasuk tanaman daerah tropis. Curah hujan optimal yang dikehendaki antara 2.000 2.500 mm per tahun dengan pembagian merata sepanjang tahun. Lama penyinaran matahari yang optimum antara 5 7 jam per hari, dan suhu optimum berkisar 22 - 32C. Ketinggian di atas permukaan laut yang optimum berkisar 0 500 meter. Kelapa sawit menghendaki tanah yang subur, gembur, memiliki solum yang tebal, tanpa lapisan padas, datar dan drainasenya baik. Keasaman tanah (pH) sangat menentukan ketersediaan dan keseimbangan unsur unsur hara dalam tanah. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4 6,5 sedangkan pH optimum berkisar 5 5,5. Permukaan air tanah dan pH sangat erat kaitannya dengan ketersediaan hara yang dapat diserap oleh air (Risza, 1994 dalam Lestari 2004).2.1.4 Kelapa Sawit dan ProduknyaKelapa sawit merupakan tanaman tropis penghasil minyak nabati yang hingga saat ini diakui paling produktif dan ekonomis dibandingkan tanaman penghasil minyak nabati lainnya, misalnya kedelai, kacang tanah, kelapa, bunga matahari, dan lain-lain. Jika dibandingkan dengan minyak nabati lain, minyak kelapa sawit mamiliki keistimewaan tersendiri, yakni rendahnya kandungan kolesterol dan dapat diolah lebih lanjut menjadi suatu produk yang tidak hanya dikonsumsi untuk kebutuhan pangan (minyak goreng, margarine, vanaspati, lemak, dan lain-lain), tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan non pangan (gliserin, sabun, deterjen, BBM, dan lain-lain) (Hadi, M. M. 2004 dalam Manurung, 2011).2.1.5 Keunggulan dan Manfaat Kelapa SawitBerbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut Yan Fauzi (2002) dalam Wijayanti (2012), beberapa keunggulan minyak sawit yaitu :1. Tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO menjadi sumber minyak nabati termurah2. Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton/ha, sedangkan minyak kedelai, lobak, kopra, dan minyak bunga matahari masing-masing 0,34, 0,51, 0,57, dan 0,53 ton/ha3. Memiliki sifat yang cukup menonjol dibanding dengan minyak nabati lainnya, karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan maupun nonpangan4. Sekitar 80% dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang masih berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita untuk minyak dan lemak terutama minyak yang harganya murah (minyak sawit)5. Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokimia yang berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat.Menurut Yan Fauzi (2002) dalam Wijayanti (2012), pemanfaatan minyak sawit yaitu :1. Minyak kelapa sawit untuk industri pangan, minyak kelapa sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, dan bahan untuk membuat kue-kue2. Minyak kelapa sawit untuk industri non-pangan, dalam hal ini minyak kelapa sawit antara lain digunakan sebagai bahan baku untuk industry farmasi, kandungan minor antara lain karoten dan tokoferol sangat berguna untuk mencegah kebutaan (defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis, dan memperlambat proses penuaan. Minyak kelapa sawit juga digunakan sebagai bahan baku oleokimia; sebagai bahan baku industri kosmetik, aspal, dan detergen.3. Minyak sawit sebagai bahan bakar alternatif, Palm Biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (Petroleum Diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan Petroleum Diesel. Selain itu, penggunaan Palm Biodiesel dapat mereduksi efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum.4. Manfaat kelapa sawit lainnya yaitu tempurung buah kelapa sawit untuk arang aktif, batang dan tandan sawit untuk pulp kertas, batang kelapa sawit untuk perabot dan papan partikel, dan batang dan pelepah kelapa sawit untuk pakan ternak.

2.2 Budidaya Tanaman Kelapa SawitTeknik budidaya diperlukan untuk menghasilkan buah kelapa sawit dengan jumlah dan mutu yang baik. Menurut Yan Fauzi (2002) dalam Wijayanti (2012), teknik budidaya tanaman kelapa sawit meliputi pembukaan lahan, penanaman, dan perawatan tanaman.2.2.1 Pembukaan Areal PerkebunanPerkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah bekas hutan, daerah bekas alang-alang, atau bekas perkebunan, seperti yang dijelaskan berikut ini.A. Areal HutanPembukaan areal perkebunan dengan cara membakar hutan dilarang oleh pemerintah dengan dikeluarkannya SK Dirjen Perkebunan No. 38 Tahun 1995 tentang pelarangan membakar hutan. Pembukaan areal hutan yang berada di atas tanah mineral, baik di areal dengan topografi datar maupun bergelombang dapat dikerjakan dengan menggunakan alat berat buldozer. Tahap awal pengerjaan pembukuan areal khususnya pada hutan primer dan sekunder dapat dimulai dengan melakukan penghimasan. Penghimasan merupakan pekerjaan pemotongan dan penebasan semua jenis kayu maupun semak belukar yang ukuran diameternya kurang dari 10 cm. Pemotongan kayu harus dilakukan serapat mungkin dengan permukaan tanah. Setelah beberapa blok areal telah selesai dihimas maka pekerjaan dilanjutkan dengan penumbangan batang-batang kayu yang diameternya lebih dari 10 cm. Penumbangan dilakukan dengan menggunakan gergaji mesin dengan arah yang sejajar. Areal yang telah selesai dihimas dan ditumbang siap dilakukan perumpukan menggunakan alat berat buldozer.B. Areal Alang-alangPembukaan perkebunan kelapa sawit pada areal alang-alang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanis (manual) dan secara khemis. Secara mekanis dengan cara membajak dan menggaru. Pembajakan dilakukan dua kali sedangkan penggaruan dilakukan tiga kali. Secara khemis dilakukan penyemprotan alang-alang dengan racun.C. Konversi dan ReplantingKonversi adalah pembukaan areal perkebunan kelapa sawit dari bekas perkebunan tanaman lain, sedangkan replanting atau disebut peremajaan adalah pembukaan areal dari bekas perkebunan kelapa sawit yang sudah tua dan tidak produktif lagi. Cara pembukaannya dapat dilakukan dengan cara mekanis maupun khemis tergantung jenis tanaman asli. Mengurangi pembiakan hama dan penyakit serta mempercepat pembusukan, pokok-pokok pohon diracun terlebih dahulu sebelum ditebang, dikumpulkan, dan dibakar.Langkah selanjutnya adalah melakukan pekerjaan penyiapan dan pengawetan tanah, meliputi pembukaan teras, benteng, rorak, parit drainase, dan penanaman tanaman penutup.2.2.2 PenanamanSetelah lahan siap maka kegiatan selanjutnya adalah melakukan kegiatan penanaman bibit tanaman seperti yang dijelaskan berikut ini. A. Pembuatan Lubang TanamPembuatan lubang tanam dapat dilakukan satu minggu sebelum penanaman. Pembuatan lubang tanah berbeda untuk tanah mineral dengan tanah gambut. Pembuatan lubang tanam pada tanah mineral yaitu lubang digali secara manual dengan menggunkan cangkul, dimana anak pancung digunakan sebagai titik tengah dari lubang tersebut. Pembuatan lubang pada tanah mineral, baik di areal datar pada teras individu maupun pada teras bersambung, hanya dibuat satu lubang tanam (tunggal) untuk setiap tanaman dengan ukuran lubang sebesar 60 cm x 60 cm x 60 cm. Pembuatan lubang tanam pada tanah gambut yaitu dilakukan secara manual dan dibuat ganda atau disebut dengan lubang di dalam lubang. Tahap awal, terlebih dahulu lubang bagian atas atau lubang pertama, dibuat dengan ukuran 100 cm x 100 cm x 30 cm (persegi empat), kemudian tepat di tengah tengah lubang pertama digali lagi lubang tanaman yang kedua dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Tujuan pembuatan lubang dalam lubang adalah untuk mengurangi resiko terjadinya pertumbuhan tanaman yang miring ke salah satu posisi pada saat awal perkembangannya terutama jika tanaman ditanam di atas areal bergambut sedang hingga dalam.B. Umur dan Tinggi BibitBibit tanaman terlebih dahulu diseleksi sebelum dipindahkan terutama dari segi umur dan tinggi bibit. Penyeleksian bibit dimaksudkan agar bibit yang akan ditanam merupakan bibit yang tahan terhadap hama dan penyakit, serta memiliki produktivitas yang tinggi. Bibit dengan umur 1214 bulan adalah yang terbaik untuk dipindahkan. Tinggi bibit yang dianjurkan berkisar 70180 cm.C. Susunan dan Jarak TanamSusunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman kelapa sawit. Jarak tanam optimal adalah 9 m untuk tanah datar dan 8,7 m untuk tanah bergelombang. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangkar, jajar genjang, atau segitiga sama sisi. Susunan dengan bentuk segitiga sama sisi merupakan yang paling ekonomis karena populasi tanaman mencapai 143 pohon per hektar.D. Waktu TanamPenanaman pada awal musim hujan adalah yang paling tepat karena persediaan air sangat berperan dalam menjaga pertumbuhan bibit tanaman yang baru dipindahkan. Minimum 10 hari setelah penanaman diharapkan dapat turun hujan secara berturut-turut, di Indonesia, saat terbaik untuk melakukan penanaman adalah pada bulan Oktober atau November.2.2.3 Perawatan TanamanPerawatan tanaman merupakan salah satu tindakan yang sangat penting dan menentukan masa produktif tanaman. Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan gulma, pemangkasan, pemupukan, kastrasi, dan penyerbukan buatan. Perawatan yang umum dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) yaitu pemberantasan gulma, pemangkasan, dan pemupukan.A. Pemberantasan GulmaTerdapat tiga cara pemberantasan gulma, yaitu secara mekanis, kimiawi, dan biologis. Pemberantasan secara mekanis adalah pemberantasan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Alat yang digunakan antara lain sabit, cangkul, dan garpu. Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan cara penyiangan bersih pada daerah piringan dan penyiangan untuk jenis rumput tertentu, seperti alang-alang, krisan, dan teki. Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida.Pemberantasan gulma secara biologi yaitu dengan menggunakan tumbuh - tumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari gulma. Pemberantasan gulma tanaman kelapa sawit dengan hasil yang lebih efektif dapat dilakukan dengan kombinasi ketiga cara yang telah disebutkan.B. PemangkasanPemangkasan atau penunasan adalah pembuangan daun-daun tua atau yang tidak produktif pada tanaman kelapa sawit. Tanaman muda sebaiknya tidak dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan.Metabolisme pada tanaman kelapa sawit, seperti proses fotosintesis dan respirasi akan berlangsung baik, apabila jumlah pelepah pada setiap batang tanaman dipertahankan dalam jumlah tertentu sesuai dengan umur tanaman. Tanaman berumur antara 3-8 tahun, jumlah pelepah yang optimal sekitar 48-56 (6-7 lingkaran duduk daun) dan tanaman dengan umur lebih dari 8 tahun, jumlah pelepah sekitar 40-48 (5-6 lingkaran duduk daun). Pemangkasan dilakukan enam bulan sekali untuk tanaman belum menghasilkan dan 8 bulan sekali untuk tanaman menghasilkan.C. PemupukanSalah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan, pemupukan dapat meningkatkan produktivitas tanaman. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memupuk tanaman yaitu bersihkan terlebih dahulu piringan dari rumput, alang-alang, dan kotoran lain, pada areal datar semua pupuk ditabur merata mulai 0,5 m dari pohon sampai pinggir piringan, pada areal yang berteras, pupuk disebar pada piringan kurang lebih 2/3 dari dosis di bagian dalam teras dekat dinding bukit, sisanya (1/3 bagian) diberikan pada bagian luar teras.Adapun waktu yang terbaik untuk melakukan pemupukan adalah pada saat musim penghujan, yaitu pada saat keadaan tanah berada dalm kondisi yang sangat lembab, tetapi tidak sampai tergenang air. Masa tanaman belum menghasilkan (TBM), pupuk diaplikasikan sebanyak tiga kali dalam setahun, dimana untuk pupuk N, P, K, Mg, dan Bo dapat diberikan menjelang dan akhir musim hujan.2.2.4 PemanenanKelapa sawit berbuah setelah berumur 2,5 tahun dan buahnya masak 5,5 bulan setelah penyerbukan. Suatu areal sudah dapat dipanen jika tanaman telah berumur 31 bulan, sedikitnya 60% buah telah matang panen, dari 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah sedikitnya ada 5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg atau sedikitnya ada 10 buah yang lepas dari tandan yang beratnya 10 kg atau lebih. Ciri-ciri lain yang digunakan adalah apabila sebagian buah sudah membrondol (jatuh di piringan) secara alamiah dan bobot rata-rata tandan sudah mencapai 3 kg. Kriteria panen yang diharapkan adalah bila tingkat kematangan buah sudah mencapai fraksi kematangan 13 dimana persentase buah luar yang jatuh sekitar 12,5 %-75 %. Ada dua jenis sistem panen, yaitu sistem giring dan sistem tetap.A. Cara PanenBuah dari pohon yang masih rendah diambil dengan dodos sedangkan untuk pohon yang tinggi diambil dengan agrek (arit bergagang bambu panjang). Cara panen adalah:1) tandan matang harus dipanen semuanya dengan kriteria 25-75% buah luar memberondol atau kurang matang dengan 12,5-25% buah luar memberondol2) Potong pelepah daun yang menyangga buah3) Tandan buah dipotong dengan dodos/agrek di dekat pangkalnya4) Beri tanda di tempat bekas potongan yang berisi nama pemanen dan tanggal panen5) Tumpuk pelepah daun yang dipotong secara teratur di gawangan (ruang kosong di antara barisan tanaman) dengan cara ditelungkupkan.Panen dilakukan 5 hari dalam seminggu, 2 hari sisa untuk pemeliharaan alat.

2.3 Perkebunan Kelapa Sawit2.3.1 Sejarah Perkebunan Kelapa Sawit di IndonesiaTanaman kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia, tanaman ini termasuk tumbuhan tropis yang dapat tumbuh di luar daerah asalnya, bahkan menjadi tanaman primadona di luar daerah asalnya yaitu di Indonesia dan Malaysia. Kelapa sawit (Elaeis Guineesis) saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan Malaysia, bukan di Afrika Barat atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1948 hanya empat batang yang berasal dari Bourbon (Mauritius) dan Amsterdam, empat batang bibit kelapa sawit tersebut ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara (Risza, 1994 dalam Wijayanti 2012). Pada masa pemerintahan Orde Lama perkebunan kelapa sawit relatif sangat terlantar karena tidak ada peremajaan dan rehabilitasi pabrik, akibatnya produksi sangat menurun drastis dan kedudukan Indonesia di pasaran internasional sebagai pemasok minyak sawit nomor satu terbesar sejak tahun 1966 telah digeser oleh Malaysia. Pemerintahan Orde Baru dimulai kembali pembangunan perkebunan kelapa sawit secara besar-besaran dengan mengadakan peremajaan dan penanaman baru. Selanjutnya pemerintah telah bertekad untuk membangun dan mengembangkan perkebunan kelapa sawit melalui berbagai pola. Sejak 1975 muncul berbagai pola pengembangan kelapa sawit seperti Unit Pelaksana Proyek (UPP) dan Proyek Pengembangan Perkebunan Rakyat Sumatera Utara (P3RSU). Kemudian proyek NES/PIRBUN sejak 1977/1978, antara lain PIR Lokal, PIR Khusus, PIR Berbantuan. Selanjutnya sejak tahun 1986 muncul lagi PIR TRANS, dan sejak 1984 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 853/1984, pengembangan perkebunan besar kelapa sawit dilakukan dengan pola PIR. (Risza, 1994 dalam Wijayanti 2012). 2.3.2 Perkembangan Perkebunan Kelapa SawitSalah satu pembangunan yang sangat massif dalam pembangunan perkebunan adalah pembangunan perkebunan kelapa sawit. Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI),6 tanaman sawit dan coklat adalah sektor yang dianggap sangat penting. Dalam kerangka MP3EI, tanaman sawit akan dikembangkan bukan dalam kerangka business as usual tetapi akan banyak terobosan yang dilakukan. Salah satu terobosan yang akan dicoba adalah inovasi-inovasi dalam mengintegrasikan downstream. Sumatra dan Kalimantan adalah dua pulau yang disediakan sebagai koridor sawit, sedangkan Sulawesi koridor coklat. Saat ini, Indonesia muncul sebagai negara terluas perkebunan kelapa sawitnya. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah 11,5 juta Ha (Sawit Watch, 2011) dan memasok 43 % CPO kebutuhan dunia (MP3EI, 2011). Lebih dari setengah juta hektar pertambahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia (Sawit Watch, 2011). Hal ini menunjukkan bahwa strategi pengembangan perkebunan kelapa sawit tidaklah jauh berbeda dengan yang ada selama ini, yakni peningkatan produktivitas lewat ekstensifikasi dan intensifikasi. Hal yang lebih terlihat pengembangan perkebunan kelapa sawit lewat pertambahan luas, Sawit Watch (2011) mencatat lebih dari 28 juta Ha lahan tersedia untuk ekstensifikasi ini. Sasaran dari ekstensifikasi ini lebih kepada lahan-lahan bukan hutan yang diklaim tanah negara, lahan-lahan pangan masyarakat, dan lain sebagainya. Wilayah-wilayah yang masih tersedia lahan-lahan luas menjadi incaran para pengusaha perkebunan kelapa sawit, misalkan Papua, Sulawesi, dan pulau-pulau kecil di sekitar berbagai pulau besar dimana infrastruktur untuk perkebunan kelapa sawit sudah mapan.Berikut merupakan data luas perkebunan kelapa sawit di IndonesiaProvinsi2011 - Juni

Existing (ha)Expansion (ha)

Bangka Belitung17.375-

Banten200.000-

Bengkulu200.000500.000

Daerah Istimewa Yogyakarta--

DKI Jakarta--

Gorontalo--

Irian Jaya Barat30.171-

Jambi1.500.0001.000.000

Jawa Barat11.88120.000

Kalimantan Barat525.0005.109.200

Kalimantan Selatan391.671500.000

Kalimantan Tengah1.114.3202.868.400

Kalimantan Timur662.0001.808.000

Kepulauan Riau54.700-

Lampung164.786500.000

Maluku61.590-

Maluku Utara--

Nanggroe Aceh Darussalam185.5081.520.000

Nusa Tenggara Barat--

Nusa Tenggara Timur--

Papua97.0007.000.000

Riau2.900.0003.049.200

Sulawesi Selatan72.133500.000

Sulawesi Tengah81.307500.000

Sulawesi Tenggara21.2131.300.000

Sulawesi Utara--

Sulawesi Barat117.261-

Sumatera Barat327.653500.000

Sumatera Selatan1.500.0001.000.000

Sumatera Utara1.300.0001.319.600

TOTAL11.535.56928.994.900

Tabel 1. Luas dan Ekspansi Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia (Data Sawit Watch)