Tentang GMNI PENGANTAR

Embed Size (px)

Citation preview

Tentang GMNI PENGANTAR Bahwa hampir setiap permasalahan yang terjadi di dalam negeri kita baik pada sektor sosial, ekonomi, maupun politik senantiasa berkaitan dengan konstelasi global yang ada. Imperialisme dan kolonialisme atas negeri kita sejak awal abad ke-19 adalah dampak daripada Revolusi Industri di Inggris yang melahirkan peradaban baru dalam sistem perekonomian dunia. Sebuah sistem perekonomian yang mengharuskan negaranegara maju untuk selalu mengeksploitasi sumber daya alam sebanyak-banyaknya dari berbagai belahan dunia sebagai bahan baku industri sekaligus mencari pasar baru sebagai akibat dari akumulasi barang dan modal yang terjadi di negerinya. Revolusi Bolshevik di Uni Soviet pada tahun 1917 juga telah mengilhami pemberontakan Partai Komunis Hindia Belanda pada tahun 1926. Sejak saat itulah banyak tokoh Indonesia yang belajar dan melakukan komunikasi intensif dengan Uni Soviet. Penerapan kebijakan politik etis Belanda di Indonesia juga telah mengakibatkan munculnya intelektual-intelektual muda di Indonesia yang bersentuhan dengan pemikiran-pemikiran ala barat, yang kemudian mengakibatkan terjadinya pertarungan ide dan gagasan antara tokoh-tokoh pendiri Republik tentang konsep kemerdekaan, kenegaraan, kebangsaan, demokrasi, dan lain-lain pada awal masa sebelum kemerdekaan bangsa kita. Terjadinya resesi ekonomi di negara-negara kapitalis pada tahun 1930-an menyebabkan meletusnya konflik antar mereka dalam memperebutkan wilayah negara jajahan. Pada saat negara-negara besar terbelah menjadi blok Axis dan blok Sekutu, di saat itulah Amerika Serikat menyusun konsep sosiologi untuk membuat rekayasa sosial guna diterapkan di negara jajahan mereka. Teori yang digunakan adalah strukturalisme fungsional dari Talcott Parsons. Pada era 1940-an muncul fenomena kemerdekaan negara negara jajahan di dunia termasuk Indonesia yang merdeka pada tahun 1945. Untuk mengendalikan negara-negara yang baru merdeka tersebut pada tahun 1944 dalam pertemuan Bretton Woods dibentuklah PBB, World Bank, IBRD, IMF, dan GATT. Proses ini memicu pertumbuhan perusahaan-perusahaan raksasa lintas negara dan antar bangsa yang biasa disebut dengan MNC (Multi National Coorporation). Maka dimulailah penjajahan model baru dari penjajahan konvensional ala militer kepada model penjajahan modern ala ekonomi. Strategi yang diterapkan oleh negaranegara kapitalis adalah dengan menerapkan ideologi developmentalisme dan konsep ekonomi pertumbuhan dari W.W. Rastow di negara-negara berkembang. Sistem kapitalisme inilah yang menyebabkan kemelaratan bangsa Indonesia secara terus menerus. Untuk itulah demi menjawab persoalan di atas lahirlah dari rahim ibu pertiwi organisasi kader pejuang bernama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI). Dengan berasaskan Marhaenisme ajaran Bung Karno GMNI siap menjebol pengaruh

kapitalisme global di Indonesia sampai ke akar-akarnya, dan membangun tatanan baru demi terciptanya masyarakat Indonesia yang adil dan makmur.

SEJARAH PERJUANGAN GMNI Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) lahir dari hasil proses peleburan tiga organisasi kemahasiswaan yang berasaskan sama yakni Marhaenisme ajaran Bung Karno. Ketiga organisasi tersebut adalah: Gerakan Mahasiswa Marhaenis yang berpusat di Jogjakarta Gerakan Mahasiswa Merdeka yang berppusat di Surabaya Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) yang berpusat di Jakarta Proses peleburan ketiga organisasi mahasiswa mulai tampak, ketika pada awal bulan September 1953, Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (GMDI) melakukan pergantian pengurus, yakni dari Dewan Pengurus lama yang dipimpin Drs. Sjarief kepada Dewan Pengurus baru yang diketuai oleh S.M. Hadiprabowo. Dalam satu rapat pengurus GMDI yang diselenggarakan di Gedung Proklamasi, Jalan Pegangsaan Timur 56 Jakarta, tercetus keinginan untuk mempersatukan ketiga organisasi yang seasas itu dalam satu wadah. Keinginan ini kemudian disampaikan kepada pimpinan kedua organisasi yang lain, dan ternyata mendapat sambutan positif. Setelah melalui serangkaian pertemuan penjajagan, maka pada Rapat Bersama antar ketiga Pimpinan Organisasi Mahasiswa tadi, yang diselenggarakan di rumah dinas Walikota Jakarta Raya (Soediro), di Jalan Taman Suropati, akhirnya dicapai sejumlah kesepakatan antara lain: Ketiga organisasi setuju untuk melakukan fusi Wadah bersama hasil peleburan tiga organisasi ini bernama Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesa (GMNI) Asas Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesa (GMNI) adalah Marhaenisme ajaran Bung Karno Sepakat untuk mengadakan Kongres pertama GMNI di Surabaya Para pimpinan tiga organisasi yang hadir dalam pertemuan ini antara lain: Dari Gerakan Mahasiswa Merdeka (1. Slamet Djajawidjaja, 2. Slamet Rahardjo, 3. Heruman), Dari Gerakan Mahasiswa Marhaenis (1. Wahyu Widodo, 2. Subagio Masrukin, 3. Sri Sumantri Marto Suwignyo), Dari Gerakan Mahasiswa Demokrat Indonesia (1. S.M. Hadiprabowo, 2. Djawadi Hadipradoko, 3. Sulomo)

KONGRES I Dengan dukungan dari Bung Karno pada tanggal 23 Maret 1954 dilangsungkan Kongres

I GMNI di Surabaya. Momentum inilah yang kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi (Dies Natalis) GMNI. Hasil daripada Kongres I adalah : Pengesahan nama GMNI sebagai hasil fusi ketiga organisasi Penetapan pimpinan nasional GMNI dengan M. Hadiprabowo sebagai ketua KONGRES II Dilaksanakan di Bandung pada tahun 1956 dengan haril sebagai berikut: Konsolidasi internal organisasi Meningkatkan kualitas GMNI dengan mendirikan cabang-cabang baru di seluruh wilayah NKRI Sebagai ketua pimpinan nasional GMNI tetap M. Hadiprabowo KONGRES III Dilaksanakan di Malang pada tahun 1959 dengan haril sebagai berikut: Evaluasi pesatnya perkembangan cabang-cabang GMNI di Jawa, Sumatra, dan wilayah-wilayah lain Pengembangan cabang-cabang baru GMNI di seluruh Kabupaten / Kota yang ada perguruan tingginya Perubahan manajemen organisasi dari bentuk DPP menjadi Presidium Ketua Presidium adalah M. Hadiprabowo Konperensi Besar GMNI di Kaliurang tahun 1959 Bung karno memeberikan pidato sambutan dengan judul "Hilangkan Sterilitiet dalam Gerakan Mahasiswa !". Diteguhkannya kembali Marhaenisme sebagai asas perjuagan organisasi.

KONGRES IV Digelar tahun 1962 di Jogjakarta, dengan hasilnya: Peneguhan eksistensi organisasi dalam realitas sosial politik dan masalah kemasyarakatan Kepengurusan Presidium antara lain: Bambang Kusnohadi (ketua), Karjono (sekjen), John Lumingkewas, Waluyo, dll. Konperensi Besar di Jakarta 1963 Bung Karno memeberikan amanat yang pada intinya meminta GMNI untuk lebih menegaskan ideologi Marhaenismenya.

Konperensi Besar di Pontianak 1965 Kongres V direncanakan berlangsung di Jakarta, tetapi batal akibat adanya GESTOK. Untuk itu konsolidasi organisasi dipindahkan ke Pontianak melalui forum Konperensi Besar, dengan hasil menetapkan kerangka program perjuangan dan program aksi bagi pengabdian masyarakat.

KONGRES V Berlangsung tahun 1969 di Salatiga. Terjadi perdebatan sengit di dalam kongres akibat infiltrasi dari rezim penguasa Orde Baru. Hasilnya: mengesahkan kepemimpinan nasional GMNI berupa DPP dengan ketua Soeryadi dan Sekjen Budi Hardjono.

KONGRES VI Dilaksanakan tahun 1967 di Ragunan jakarta dengan tema pengukuhan kembali independensi GMNI serta persatuan dan kesatuan dan sekaligus konsolidasi organisasi. Hasil kongres ini adalah : Penyatuan faksi yang ada di GMNI Rekonsiliasi dengan power sharing untuk mengisi struktur kepemimpinan nasional Pernyataan independensi GMNI Pimpinan nasional berbentuk Presidium dengan kepengurusan sebagai berikut: Sudaryanto, Daryatmo Mardiyanto, Karyanto, Wisnu Subroto, Hadi Siswanto, Rashandi Rasjad, Teuku Jamli, Viktor S Alagan, Alwi F. AS, Emmah Mukaromah, Agung Kapakisar, Sunardi GM, Semedi. KONGRES VII Dilaksanakan di Medan tahun 1979, hasilnya adalah: Konsolidasi organisasi dan konsolidasi ideologi secara optimal Marhaenisme sebagai asas organisasi tidak boleh diubah Penegasan independensi GMNI Presidium dengan anggota: Sutoro SB (Sekjen), Daryatmo Mardiyanto, Lukman Hakim, Sudaryanto, Kristiya Kartika, Karyanto Wirosuhardjo. KONGRES VIII Berlangsung 1983 di Lembang, Bandung, dengan pengawalan ketat dari aparat keamanan. Kepengurusan Presisium hasil kongres ini adalah: Amir Sutoko (Sekjen), Suparlan, Sudiman Kadir, Suhendar, Sirmadji Tjondropragola, Hari Fadillah, Rafael Lami Heruhariyoso, Bismarck Panjaitan, Antonius Wantoro.

KONGRES IX Berlangsung di Samarinda tahun 1986. Kepengurusan Presidium hasil kongres ini adalah: Kristiya Kartika (Ketua), Hairul Malik (Sekjen), Sudirman Kadir, Sunggul Sirait, Agsu Edi Santoso, I Nyoman Wibano, Suparlan, Adin Rukandi, Gerson Manurib.

KONGRES X Berlangsung di Salatiga tahun 1989. Kepengurusan Presidium hasil Kongres ini adalah: Kristiya Kartika (Ketua), Heri Wardono (Sekjen), Agsu Edi Santoso, Hendro S. Yahman, Sunggul Sirait, Ananta Wahana, Jhon A. Purba, Silvester Mbete, Hendrik Sepang.

KONGRES XI Dilaksanakan tahun 1992 di Malang, hasilnya adalah sebagai berikut: Adanya format baru hubungan antara kader GMNI yang tidak boleh lagi bersifat formal institusional, tetapi diganti jadi bentuk hubungan personal fungional. Kepengurusan Presidium adalah: Heri Wardono (Ketua), Samsul Hadi (Sekjen), Idham Samudra Bei, Teki Priyanto, Yayat T. Sumitra, Rosani Projo, Yori Rawung, Herdiyanto, Frimansyah. KONGRES XII Diadakan di Denpasar tahun 1996. Hasilnya adalah: Perubahan pembukaan Anggaran Dasar dengan memasukkan klausul "Sosialis Religius", "Nasionalis Religius", dan "Progresive Revolusioner". Menolak calon tunggal presiden RI, penghapusan program penataran P4, reformasi politik ekonomi RI. Kepengurusan Presidium terdiri dari: Ayi Vivananda(Ketua), A. Baskara (Sekjen), Agus Sudjiatmiko, Abidin Fikri, Arif Wibowo, IGN Alit Kelakan, Deddy Hermawan, Sahala PL Tobing, Rudita Hartono, Hiranimus Abi, Yudi Ardiwilaga, Viktus Murin. KONGRES XIII Terjadi perpecahan dalam Kongres XIII. Sebagian ada yang menyelenggarakan Kongres di Kupang pada Oktober 1999. Sebagian lagi menggelar Kongres Luar Biasa (KLB) di Semarang. Presidium hasil Kongres Kupang adalah: Bambang Romada, Viktus Murin, Arif Fadilla, Aleidon Nainggolan, Haryanto Kiswo, Klementinus R. Sakri, Kristantyo Wisnu Broto, Robby R F Repi, R.S. Hayadi, Renne Kembuan, Wahyuni Refi, Yusuf Blegur, Yori Yapani.

Sementara itu Presidium hasil Kongres Luar Biasa di Semarang pada Februari 2001 adalah sebagai berikut: Sony T. Dana Paramita (Sekjen), Hatmadi, Sidik Dwi Nugroho, Sholi Saputra, Endras Puji Yuwono, Purwanto, Susilo Eko Prayitno, Tonisong Ginting, Donny Tri Istiqomah, Andre WP, Abdullah Sani, Bamabang Nugroho, I Gede Budiatmika.

KONGRES XIV Barisan hasil kongres Kupang meneruskan kongres XIV di Manado dengan hasil kepengurusan Presidium sebagai berikut: Wahyuni Refi (Ketua), Donny Lumingas (Sekjen), Achmad Suhawi, Marchelino Paiiama, Ade Reza Hariyadi, Hendrikus Ch Ata Palla, Yos Dapa Bili, Hendri Alma Wijaya, Moch. Yasir Sani, Haryanto Kiswo, Jan Prince Permata, Eddy Mujahidin, Ragil Khresnawati, Heard Runtuwene, Nyoman Ray. Sementara itu barisan hasil KLB Semarang meneruskan kongres XIV di Medan, dengan hasil kepengurusan sebagai berikut: Sonny T. Dana Paramita (Sekjen), Andri, Dwi Putro, Erwin Endaryanta, Fitroh Nurwijoyo Legowo, Mangasai Tua Purba, Monang Tambunan, Alvian Yusuf Feoh, Abdul Hafid.

KONGRES XV (KONGRES PERSATUAN) Dilaksanakan pada tahun 2006 di Pangkal Pinang, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung, dengan penyatuan dua barisan yang ada di GMNI, hasilnya adalah sebagai berikut: Penetapan AD/ART baru GMNI Penetapan silabus kaderisasi dan GBPP GMNI Hasil kepengurusan Presidium dipimpin oleh Deddy Rahmadi sebagai Ketua dan Rendra Falentino Simbolon sebagai Sekretaris Jenderal. KONGRES XVI Berlangsung di Wisma Kinasih Bogor pada Desember 2008, hasilnya adalah: Penyempurnaan AD/ART dan GBPP GMNI, Bentuk pimpinan nasional adalah Presidium dengan Ketua Rendra Falentino Simbolon dan Sekretaris Jenderal Cokro Wibowo Sumarsono, Penegasan sikap politik sebagai berikut: Pernyataan untuk kembali ke UUD 1945 yang asli Mendesak segera dilaksanakannya Reforma Agraria Menolak hutang luar negeri dalam bentuk apapun Cabut UU Badan Hukum Pendidikan, UU Pornografi dan Pornoaksi serta UU Penanaman Modal Nasionalisasi sepenuhnya aset-aset yang menyangkut hajat hidup orang banyak sesuai dengan amanat UUD 1945

Anggaran Dasar - Anggaran Rumah Tangga GMNI

ANGGARAN DASAR GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA

PEMBUKAAN

Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, kami menyadari sepenuhnya tugas dan tanggung jawab kam sebagai mahasiswa yang berada di tengah-tengah rakyat.

Oleh karena itu, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari rakyat Indonesia, kami bertekad untuk t mewujudkan cita-cita Proklamasi 17 Agustus 1945, yaitu terciptanya suatu tatanan masyarakat yang di da segala halnya menyelamatkan Kaum Marhaen.

Sebagai mahasiswa Indonesia yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berjiwa Marhae kami bertekad untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang di dalamnya terseleng masyarakat Indonesia yang berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadia bidang kebudayaan, maka dengan ini kami menyusun suatu organisasi GERAKAN MAHASISWA NASIO INDONESIA.

Kemudian daripada itu, untuk membentuk suatu organisasi sebagai alat pendidikan kader bangsa alat perjuangan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur sesuai dengan tujuan revolusi berdasarkan cita proklamasi, maka dibentuklah susunan organisasi yang berkedaulatan dan berkeadilan agar di dalam terselenggara suatu tatanan organisasi yang progresif revolusioner serta berkemampuan dalam menjalan tugas-tugas kemasyarakatannya.

Untuk itu disusunlah ANGGARAN DASAR GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA, sebagai beriku BAB I NAMA, WAKTU DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1 1. 2. 3. Organisasi ini bernama GERAKAN MAHASISWA NASIONAL INDONESIA disingkat GMNI Organisasi ini didirikan pada tanggal 23 Maret 1954 untuk waktu yang tidak ditentukan lamanya Pelaksana organisasi tertinggi berkedudukan di Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

BAB II AZAS Pasal 2

1.

GMNI berazaskan Marhaenisme, yaitu Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan Yang M Esa

2.

Marhaenisme yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini sebagai azas perjuangan GMNI

BAB III TUJUAN DAN SIFAT Pasal 3

1.

GMNI adalah Organisasi Kader dan Organisasi Perjuangan yang bertujuan umtuk mendidik kader ba dalam mewujudkan Sosialisme Indonesia berdasarkan Pancasila 1 Juni 1945 dan UUD 1945

2.

GMNI adalah Organisasi yang bersifat Independen, bebas aktif serta berwatak kerakyatan

BAB IV M O T T O Pasal 4 GMNI mempunyai motto : PEJUANG PEMIKIR-PEMIKIR PEJUANG

BAB V U S A H A

Pasal 5

1.

Melaksanakan tujuan organisasi dengan semangat gotong royong melalui usaha-usaha yang t bertentangan dengan azas perjuangan GMNI

2.

Dalam menyelenggarakan usaha-usaha organisasi senantiasa memperhatikan kesatuan, persatuan keutuhan organisasi

BAB VI KEANGGOTAAN Pasal 6

1.

Anggota GMNI adalah mahasiswa warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menerima yang telah ditetapkan

menyetujui Azas, Tujuan, Sifat, Motto dan Usaha organisasi serta memenuhi dan menerima syarat-sy

2.

Syarat-syarat yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (1) ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 7 HAK DAN KEWAJIBAN KEANGGOTAAN

1.

Hak-hak anggota :a. Hak bicara dan Hak suara b. Hak memilih dan Hak dipilih c. Hak membela diri.

d. Hak mendapat perlindungan dari organisasi

2.

Kewajiban anggota:a. Mentaati Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Peraturan serta Disiplin Organisasi b. Menjunjung tinggi nama dan kehormatan organisasi c. Aktif melaksanakan program dan kegiatan organisasi.

BAB VII SUSUNAN ORGANISASI, PENGURUS DAN WEWENANG Pasal 8 SUSUNAN ORGANISASI 1. 2. 3. 4. GMNI di tingkat nasional dipimpin secara Kolektif-Kolegial oleh Presidium GMNI di tingkat provinsi dikoordinasi oleh Koordinator Daerah GMNI di tingkat cabang dipimpin oleh Dewan Pimpinan Cabang GMNI di tingkat Fakultas/Akademi/Perguruan Tinggi dipimpin oleh Pengurus Komisariat

Pasal 9 PRESIDIUM 1.

Pimpinan tertinggi yang bersifat Kolektif-Kolegial dengan keanggotaan yang ditetapkan dalam Angg Rumah Tangga

2. 3.

Memimpin seluruh kegiatan organisasi nasional dan mewakili organisasi keluar serta kedalam

Berkewajiban menjalankan segala ketetapan Kongres dan mempertanggungjawabkan sel kebijakannya kepada Kongres berikutnya

4. 5.

Tugas dan wewenang Presidium ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga

Pelaksana administratif kebijakan Presidium adalah Sekretariat Jenderal yang dipimpin oleh Sekre Jenderal

6. 7.

Tugas dan wewenang Sekretariat Jenderal ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga Tata cara pengambilan keputusan dalam Presidium ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 10 KOORDINATOR DAERAH 1.

Badan Koordinatif tertinggi di tingkat daerah yang bersifat kolektif dan bertugas menjalankan kebija Presidium di daerah

2.

Mengkoordinasikan seluruh kegiatan organisasi di tingkat daerah dan mewakili organisasi keluar s kedalam daerah yang bersangkutan

3.

Tugas dan wewenang KORDA diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 11 DEWAN PIMPINAN CABANG 1.

Pimpinan tertinggi di tingkat cabang dan memimpin kegiatan organisasi di wilayah cabang y bersangkutan

2.

Berkewajiban menjalankan setiap ketetapan Konferensi Cabang dan mempertanggungjawabkan sel kebijakannya dalam Konferensi Cabang berikutnya

3.

Tata cara pengambilan keputusan dalam Dewan Pimpinan Cabang ditetapkan dalam Anggaran Ru Tangga

4.

Tugas dan wewenang Dewan Pimpinan Cabang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 12 PENGURUS KOMISARIAT 1. 2. Pengurus Komisariat adalah Pimpinan Organisasi di tingkat Komisariat Berkewajiban menjalankan segala ketetapan-ketetapan Musyawarah Anggota Komisariat

mempertanggungjawabkan segala kebijakannya dalam Musyawarah Anggota Komisariat berikutnya 3. Tata cara pengambilan keputusan dalam Komisariat ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga

BAB VIII PERMUSYAWARATAN Pasal 13 Permusyawaratan organisasi terdiri dari :

a. b. c. d. e. f. g. h.

Kongres Kongres Luar Biasa Rapat Koordinasi Nasional Forum Koordinasi Antar Cabang Konferensi Cabang Konferensi Cabang Khusus Rapat Kordinasi Antar Komisariat Musyawarah Anggota Komisariat

Pasal 14 KONGRES 1.

Badan musyawarah tertinggi yang melaksanakan kedaulatan dan memutuskan kedaulatan s memutuskan kebijakan nasional dalam organisasi

2. 3. 4. 5. 6.

Diselenggarakan 1(satu) kali dalam 2(dua) tahun Dapat mengadakan perubahan terhadap Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga Menyusun dan menetapkan Garis-Garis Besar Program Perjuangan (GBPP) organisasi untuk 2 (dua) tahun berikutnya Memilih dan menetapkan Ketua, Sekretaris Jenderal dan Anggota Presidium Mengukuhkan dan menetapkan keputusan pemecatan anggota yang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang

7.

Berwenang memutuskan dan membatalkan pemecatan keanggotaan sekalipun tanpa dihadiri oleh y

bersangkutan (in-absentia) 8. Membatalkan keputusan pemecatan anggota yang dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang melakukan rehabilitasi keanggotaan 9. Menilai pertanggungjawaban Presidium

10. Menetapkan waktu dan tempat penyelenggaraan Kongres berikutnya

Pasal 15 KONGRES LUAR BIASA 1. 2. Jika dipandang perlu dapat diadakan Kongres Luar Biasa

Syarat-syarat mengenai penyelenggaraan Kongres Luar Biasa ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tan

Pasal 16 RAPAT KOORDINASI NASIONAL 1. 2. 3. Diselenggarakan sekurang-kurangnya sekali dalam 1 (satu) tahun Dapat membuat rekomendasi terhadap perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Dapat membuat rekomendasi tentang perubahan Garis-Garis Besar Kebijakan Politik (GBKP), u selanjutnya disahkan dalam Kongres

4. 5. 6.

Memberikan rekomendasi kepada Presidium tentang kebijakan yang sedang dan akan ditempuhnya Dapat memberikan rekomendasi untuk menyelenggarakan Kongres Luar Biasa

Merumuskan dan mengadakan perubahan materi pokok kaderisasi serta mengevaluasi pelaksanaan

oleh Presidium 7. 8. Apabila dipandang perlu dapat menetapkan perubahan waktu dan tempat penyelenggaraan Kongres Tata cara penyelenggaraan Rapat Koordinasi Nasional ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 17 FORUM KOORDINASI ANTAR CABANG 1. 2. 3. 4. 5. Forum koordinasi antar cabang dalam satu provinsi Diselenggarakan minimal satu kali dalam enam bulan untuk keperluan koordinasi Dapat membuat rekomendasi dan keputusan yang menyangkut daerah/wilayah bersangkutan

Tata cara penyelenggaraan Forum Koordinasi Antar Cabang ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tang

Dalam 2 (dua) tahun sekali dilaksanakan pemilihan pengurus KORDA yang dihadiri sekurang-kurang 2/3 DPC di wilayah yang bersangkutan

Pasal 18 KONFERENSI CABANG 1. 2. 3. 4. 5. Badan musyawarah tertinggi ditingkat cabang Diselenggarakan satu kali dalam dua tahun Menyusun dan menetapkan program umum Dewan Pimpinan Cabang untuk 2 (dua) tahun berikutnya Memilih dan menetapkan Dewan Pimpinan Cabang Menilai laporan pertanggungjawaban Dewan Pimpinan Cabang

6.

Tata cara Konferensi Cabang diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 19 KONFERENSI CABANG KHUSUS 1. 2. Jika dipandang perlu dapat diadakan Konferensi Cabang Khusus Syarat-syarat Konferensi Cabang Khusus ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 20 RAPAT KOORDINASI ANTAR KOMISARIAT 1. 2. 3. Forum musyawarah koordinasi DPC dengan Komisariat-komisariat dalam suatu wilayah cabang Diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 6 (enam) bulan

Memberikan rekomendasi kepada Dewan Pimpinan Cabang tentang kebijakan yang sedang dan a ditempuhnya

4. 5.

Dapat memberikan rekomendasi tentang Konferensi Cabang Khusus

Tata cara penyelenggaraan Rapat Koordinasi Antar Komisariat diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 21 MUSYAWARAH ANGGOTA KOMISARIAT 1. Badan musyawarah tertinggi di tingkat Komisariat

2. 3. 4. 5.

Diselenggarakan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun Merumuskan dan menetapkan tata cara rekruitmen calon anggota Merumuskan dan menetapkan program Komisariat

Menilai laporan pertanggungjawaban pengurus Komisariat, serta memilih dan menetapkan peng Komisariat periode berikutnya

6.

Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Anggota Komisariat ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tang

BAB IX ATRIBUT Pasal 22 1.

GMNI mempunyai bendera organisasi yang berbentuk segi empat panjang dengan warna merah di ke tengahnya serta tulisan GmnI di bawahnya

sisinya dan warna putih di tengah yang memuat gambar bintang segi lima berikut kepala banten

2.

GMNI mempunyai lambang : Mars, hymne, dan panji serta atribut organisasi lainnya yang ditetap Kongres

3.

Pembuatan dan pemakaian atribut organisasi diatur dalam peraturan intern Presidium yang diberlaku secara nasional

BAB X PERUBAHAN ANGGARAN DASAR

Pasal 23 Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan melalui Kongres dengan mendapat persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 dari peserta yang hadir

BAB XI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 1.

Segala sesuatu yang dalam Anggaran Dasar menimbulkan perbedaan penafsiran dikoordinasikan me dipertanggungjawabkan dalam Kongres

hierarki organisasi dan dimusyawarahkan dalam Rapat Koordinasi Nasional yang selanju

2.

Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Dasar, akan diatur dalam Anggaran Rumah Tan Peraturan dan Kebijakan Organisasi lainnya

3.

Seluruh tingkatan organisasi yang pada saat ditetapkannya Anggaran Dasar ini, masih memiliki m sejak ditetapkannya Anggaran Dasar ini

kepengurusan lebih dari 6 (enam) bulan harus melakukan penyesuaian selambat-lambatnya 3 (tiga) b

4.

Mekanisme penyesuaian organisasi sebagaimana yang dimaksud ayat 3(tiga) di atas, diatur da Anggaran Rumah Tangga

BAB XII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 1.

Anggaran Dasar ini disertai Anggaran Rumah Tangga dan lampiran penjelasannya yang merupa bagian tak terpisahkan

2.

Anggaran Dasar ini disempurnakan dalam Kongres GMNI XVI di Wisma Kinasih, Bogor Jawa B pada tanggal 20 Desember 2008 dan berlaku sejak tanggal ditetapkan

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I KEANGGOTAAN

Pasal 1

1. 2. 3.

Keanggotaan GMNI tidak membeda-bedakan latar belakang suku, agama, latarbelakang, etnis, golon dan status sosial calon anggota

Calon anggota adalah mereka yang masih dalam masa perkenalan selama 1(satu) bulan terhitung s tanggal pendaftaran atau sejak dimulainya masa perkenalan dimaksud

Anggota adalah calon anggota yang sudah mengikuti Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) y

selanjutnya dilakukan seleksi dan pengesahan oleh Dewan Pimpinan Cabang 4. 5.

Dewan Pimpinan Cabang berwenang melakukan seleksi dan pengesahan terhadap calon anggota y dihimpun oleh Komisariat untuk menjadi anggota melalui Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB)

Dewan Pimpinan Cabang berkewajiban menyerahkan daftar anggota kepada Presidium setiap 1 (s tahun sekali

Pasal 2 SYARAT-SYARAT KEANGGOTAAN

1.

Mengajukan permohonan tertulis kepada Pengurus Komisariat atau Dewan Pimpinan Cabang menyatakan setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Pancasila 1 Juni 1945, Und Undang Dasar 1945, Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) serta peraturan-perat organisasi lainnya Tidak menjadi anggota organisasi kemasyarakatan sejenis dan atau partai politik serta TNI-POLRI Umur maksimum calon anggota 25 tahun sejak tanggal mendaftarkan diri

2. 3. 4. 5.

Membayar uang pangkal yang besarnya ditetapkan dalam peraturan intern berdasarkan kebijakan De Pimpinan Cabang masing-masing

Tercatat sebagai mahasiswa aktif pada saat mendaftarkan diri yang dibuktikan dengan menunjukkan K Tanda Mahasiswa

Pasal 3

1. 2.

Setiap anggota yang berpindah tempat di luar wilayah cabang bersangkutan, wajib membawa s pengantar dan melaporkannya kepada Dewan Pimpinan Cabang setempat

3 (tiga) tahun setelah menyelesaikan masa studynya, anggota masih diakui sebagai anggota biasa den batas usia 30 tahun kecuali melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi dengan batas usia maksim 35 tahun

Pasal 4 HAK-HAK ANGGOTA

1. 2. 3. 4. 5.

Hak suara dan Hak bicara dalam rapat-rapat dan permusyawaratan organisasi selama tidak ada keten lain untuk itu Memilih dan dipilih dalam segala jabatan organisasi selama tidak ada ketentuan lain untuk itu Bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usul kepada pimpinan secara langsung, baik maupun tertulis berkaitan dengan kebijakan organisasi Melakukan pembelaan diri di dalam Kongres terhadap pemecatan sementara

Mendapat perlindungan organisasi sepanjang berkaitan dengan pelaksanaan tugas dan kebija organisasi

Pasal 5

KEWAJIBAN ANGGOTA

1. 2. 3. 4. 5.

Mentaati Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Peraturan dan Keputusan serta ketentuan lain dalam organisasi Menjunjung tinggi kehormatan dan nama baik organisasi Aktif melaksanakan tujuan, usaha dan program-program organisasi tanpa terkecuali

Membayar uang iuran anggota yang besarnya ditetapkan melalui kebijaksanaan Dewan Pimpinan Cab Merekrut dan mengumpulkan calon anggota baru selama 1 (satu) tahun, minimal 3 (tiga) orang

Pasal 6

KEHILANGAN KEANGGOTAAN

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Bukan mahasiswa lagi kecuali mereka yang memenuhi ketentuan pasal (3) Bertempat tinggal di luar wilayah cabang yang bersangkutan dan tidak melaporkan kepindahannya kep Dewan Pimpinan Cabang setempat dalam tenggang waktu 6 (enam) bulan Bukan lagi Warga Negara Republik Indonesia

Atas permintaan sendiri yang diajukan secara tertulis kepada Dewan Pimpinan Cabang serta mend persetujuan Presidium Dipecat dan yang bersangkutan tidak mampu melakukan pembelaan diri dalam Kongres Meninggal dunia

BAB II PENGURUS

Pasal 7 PRESIDIUM

1. 2. 3. 4.

Kepengurusan Presidium bersifat Kolektif-Kolegial dan masing-masing anggota mempunyai kedudu yang sederajat

Jumlah Pengurus Presidium ditetapkan sekurang-kurangnya 9 (sembilan) orang dan sebanyak-banya 13 (tiga belas) orang Pengurus Presidium dipilih dan ditetapkan dalam Kongres Pengurus Presidium dilarang merangkap jabatan dan keanggotaan dalam a. Organisasi Peserta Pemilu dan Partai Politik b. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda sejenis

c. Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Kongres 5. 6. 7. 8. 9.

Dalam melaksanakan kegiatan organisasi, diantara Pengurus Presidium dilakukan pembagian tu secara fungsional melalui Tata Kerja Presidium yang ditetapkan dalam Rapat Presidium

Kepengurusan Presidium maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan dan setelah itu tidak dapat d kembali

Jika dalam melaksanakan tugasnya terjadi kevakuman kepengurusan seorang Pengurus Presidium m dapat dilakukan Pergantian Antar Waktu

Pergantian Antar Waktu diputuskan melalui Rapat Presidium dan dipertanggungjawabkan pada R Koordinasi Nasional dan atau forum Kongres Pada masa akhir jabatannya, Presidium menyampaikan laporan pertanggung jawaban dalam Kongres

10. Presidium dikoordinasi oleh seorang Ketua Presidium

Pasal 8 TUGAS DAN WEWENANG

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketetapan-ketetapan Kongres lainnya

Dalam melaksanakan ayat (1), Presidium menetapkan peraturan-peraturan dan keputusan-keputu Presidium

Membentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Nasional (BALITBANGNAS), Lembaga-lembaga tin nasional dan Komite-komite

Memberikan penjelasan yang bersifat penafsiran terhadap AD/ART yang kemudian dimusyawarah dalam RAKORNAS dan dipertanggung jawabkan di KONGRES Menetapkan Dewan Pimpinan Cabang berdasarkan ketetapan KONFERCAB atau KONFERCABSUS

Bila dipandang perlu Presidium berwenang mengupayakan penyelesaian sengketa pada tingkat organ di bawahnya Menyelenggarakan KONGRES dan RAKORNAS sesuai waktu yang ditetapkan Menegakkan disiplin organisasi

9. 10.

Menyampaikan Progress Report dalam RAKORNAS Menetapkan Koordinator (FORKORANCAB) Daerah (KORDA) berdasarkan Forum Koordinasi Antar

Cab

Pasal 9 SEKRETARIAT JENDERAL

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal yang dipilih dalam Kongres Apabila Sekretaris Jenderal berhalangan, fungsi Sekretaris Jenderal dapat dilaksanakan oleh salah Pengurus Presidium yang ditetapkan dalam Rapat Presidium Sekretaris Jenderal bertugas menggerakan fungsi administrasi organisasi secara nasional

Dalam melaksanakan tugasnya Sekretaris Jenderal dapat membentuk Sekretaris-Sekretaris, y diangkat dan diberhentikan berdasarkan keputusan Rapat Presidium Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas biro-biro yang berada di bawahnya Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Jenderal bertanggung jawab kepada Rapat Presidium

Pasal 10 RAPAT PRESIDIUM

1. 2. 3. 4.

Pengambilan kebijakan Presidium dilakukan melalui Rapat Presidium

Setiap keputusan dalam Rapat Presidium pada dasarnya diambil berdasarkan musyawarah u mencapai mufakat.

Apabila ayat (2) tidak dapat dilaksanakan dan keputusan yang diambil menyangkut keselamatan/eksist organisasi, maka dapat dilakukan penetapan berdasarkan suara terbanyak

Apabila diantara keputusan yang akan diambil berada di luar ketetapan Kongres terlebih dahulu p

mendapat permufakatan RAKORNAS 5. 6. Rapat Presidium hanya sah jika dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Pengurus Presidium

Untuk kepentingan keselamatan/eksisitensi organisasi yang mendesak dimana ayat (5) diatas t terpenuhi, maka rapat ditunda 3 x 60 menit. Apabila penundaan tersebut ternyata tidak memenuhi (5), maka Rapat Presidium dianggap sah bila dihadiri +1 dari jumlah Pengurus Presidium dan hasiltersebut dilaporkan pada Rapat Presidium berikutnya Keputusan Rapat Presidium mengikat semua Pengurus Presidium

7.

Pasal 11 KOORDINATOR DAERAH

1. 2. 3.

Pembagian wilayah Koordinator Daerah ditetapkan oleh Keputusan Presidium berdasarkan provinsi

Calon-calon Pengurus Koordinator Daerah diusulkan oleh DPC-DPC pada Forum Koordinasi A Cabang

Jumlah anggota dan susunan Pengurus Koordinator Daerah ditetapkan sekurang-kurangnya 3 (tiga) o dan sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang yang terdiri dari seorang Ketua, seorang Sekretaris dan seo Bendahara serta Komite-Komite apabila diperlukan

4. 5. 6. 7.

Keanggotaan Koordinator Daerah maksimal 2 (dua) kali masa kepengurusan dan setelah itu tidak d dipilih kembali Masa kepengurusan Koordinator Daerah selama 2 (dua) tahun Dalam menjalankan tugasnya Koordinator Daerah bertanggungjawab kepada Presidium

Syarat terbentuknya KORDA minimal terdapat 3 (tiga) DPC definitif di wilayah provinsi yang bersangku

Pasal 12 TUGAS DAN WEWENANG

1.

Mengkoordinasikan program-program kerja nasional organisasi di daerah provinsi yang diatur da

Keputusan Presidium 2. 3. 4. 5. 6.

Berwenang menjabarkan program-program kerja nasional organisasi yang diatur dalam Keputu Presidium untuk disesuaikan dengan kondisi wilayah provinsinya Membantu dan mengupayakan pertemuan-pertemuan antar cabang di wilayah provinsinya Mempersiapkan pembentukan cabang-cabang baru di wilayah provinsinya Bersama-sama DPC melaksanakan Kaderisasi Tingkat Menengah Bersama-sama Presidium melaksanakan Kaderisasi Tingkat Pelopor

Pasal 13 DEWAN PIMPINAN CABANG

1. 2. 3. 4.

Dalam satu wilayah kabupaten/kota yang sekurang-kurangnya terdapat 1 (satu) Lembaga Pergu Tinggi dapat dibentuk Dewan Pimpinan Cabang, setelah dibentuk minimal 3 (tiga) Komisariat Dalam satu kota/kabupaten hanya ada satu DPC sesuai SK Presidium

Dalam melaksanakan kebijaksanaan sehari-hari Dewan Pimpinan Cabang bertanggung jawab kep Presidium

Pengurus Dewan Pimpinan Cabang tidak diperkenankan merangkap keanggotaan dan jabatan dalam : a. Organisasi Partai Politik Peserta Pemilu b. Organisasi Kemasyarakatan Pemuda sejenis c. Organisasi lainnya yang ditetapkan oleh Kongres

5. 6. 7.

Pengurus pemangku sementara (caretaker) Dewan Pimpinan Cabang yang baru dibentuk oleh Presid bertugas menyiapkan Konferensi Cabang dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah ditetapkan Untuk pembentukan Dewan Pimpinan Cabang baru, dipersiapkan dalam waktu 1 (satu) tahun kemudian dapat ditetapkan sebagai cabang definitif

Susunan Pengurus Dewan Pimpinan Cabang terdiri dari seorang Ketua, beberapa Wakil Ketua, seo

Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, seorang Bendahara dan beberapa Wakil Bendahara 8. 9. 10.

Tata Kerja Dewan Pimpinan Cabang ditetapkan dalam Rapat Kerja Cabang, dalam melaksanakan h hasil Konferensi Cabang

Jika dalam melaksanakan tugasnya terjadi kevakuman Pengurus Dewan Pimpinan Cabang maka d dilakukan Pergantian Antar Waktu melalui Rapat Koordinasi Antar Komisariat.

Pada akhir masa jabatannya, Pengurus Dewan Pimpinan Cabang mempertanggung jawabkan se kebijakannya dalam Konferensi Cabang

Pasal 14 TUGAS DAN WEWENANG

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Melaksanakan program-program kerja nasional organisasi di wilayah cabang yang diatur dalam keputu Dewan Pimpinan Cabang Berkewajiban menjabarkan dan melaksanakan ketetapan-ketetapan Konfercab/Konfercabsus

Dewan Pimpinan Cabang berwenang mengesahkan susunan Pengurus Komisariat hasil Musyaw Anggota Komisariat

Dewan Pimpinan Cabang berwenang untuk melakukan pemecatan sementara terhadap anggota y dianggap melakukan pelanggaran berat terhadap peraturan dan disiplin organisasi Mempersiapkan pembentukan Komisariat-Komisariat baru dalam wilayah cabang bersangkutan Membantu dan mengupayakan pertemuan-pertemuan antar Komisariat dalam wilayah cabangnya Bertugas memimpin seluruh kegiatan organisasi di tingkat Cabang

Untuk menjalankan tugas-tugas organisasi, Dewan Pimpinan Cabang dapat membentuk dan mengan Biro-Biro, Koordinator Komisariat sesuai dengan kebutuhan

Pasal 15 RAPAT-RAPAT DEWAN PIMPINAN CABANG

1. 2. 3. 4. 5.

Dalam menjalankan ketetapan Konferensi Cabang, Dewan Pimpinan Cabang dapat membuat peratu peraturan dan keputusan-keputusan cabang yang ditetapkan dalam Rapat Dewan Pimpinan Cabang

Setiap keputusan dalam Dewan Pimpinan Cabang, pada dasarnya diambil secara musyawarah u mencapai mufakat

Penetapan keputusan berdasarkan suara terbanyak, dapat diambil jika keputusan tersebut menyan keselamatan/eksistensi organisasi

Rapat Dewan Pimpinan Cabang hanya sah jika dihadiri sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah ang pengurus Dewan Pimpinan Cabang

Untuk kepentingan keselamatan/eksistensi organisasi yang mendesak dimana ayat (4) diatas terpenuhi, maka rapat ditunda 3x60 menit. Apabila penundaan tidak memenuhi ayat (4), maka R Dewan Pimpinan Cabang dianggap sah, bila dihadiri n+1 dari anggota Dewan Pimpinan Cabang hasil-hasil tersebut dilaporkan pada Rapat Dewan Pimpinan Cabang berikutnya Keputusan Rapat Dewan Pimpinan Cabang mengikat semua anggota cabang bersangkutan

6.

Pasal 16 PENGURUS KOMISARIAT

1. 2. 3. 4. 5.

Komisariat dapat dibentuk di setiap Fakultas/Akademi/Lembaga Perguruan Tinggi yang memiliki ang minimal 10 orang

Pengurus Komisariat merupakan struktur organisasi yang bertugas melakukan koordinasi pelaksan program operasional di tingkat komisariat

Pengurus Komisariat dipilih oleh Musyawarah Anggota Komisariat dan disahkan oleh Dewan Pimp Cabang

Susunan Pengurus Komisariat terdiri dari seorang Komisaris, beberapa Wakil Komisaris, seo Sekretaris, beberapa Wakil Sekretaris, seorang Bendahara, beberapa Biro

Pada Fakultas/Akademi/Universitas yang belum memiliki Pengurus Komisariat, dibentuk peman sementara (caretaker) Komisariat oleh Dewan Pimpinan Cabang yang bertugas mempersiapkan menyelenggarakan Musyawarah Anggota Komisariat Tata Kerja Pengurus Komisariat ditetapkan dalam Rapat Kerja Komisariat

6. 7.

Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Pengurus Komisariat bertanggung jawab kepada Dewan Pimp Cabang

Pasal 17 TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS KOMISARIAT

1.

Melakukan koordinasi Fakultas/Akademi/Universitas

pelaksanaan

program

operasional

organisasi

di

tin

2. 3.4.

Menghimpun calon anggota, menarik uang pangkal, dan iuran serta pengadaan tentang kebijakan nasi organisasi kepada seluruh anggota di tingkat basis Melaksanakan Pekan Penerimaan Anggota Baru (PPAB) dan Kaderisasi Tingkat Dasar (KTD)Mengupayakan pertemuan-pertemuan antar komisariat

5.

Dalam menjalankan tugas-tugas organisasi, Pengurus Komisariat dapat membentuk Biro-Biro

BAB III PERMUSYAWARATAN

Pasal 18 KONGRES

1. 2. 3. 4.

Diselenggarakan Presidium dengan dibantu oleh kepanitiaan kongres yang dibentuk oleh Presidium

Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib Kongres dipersiapkan oleh Presidium untuk selanjutnya diba dan ditetapkan oleh sidang-sidang Kongres

Pembahasan Acara dan Tata Tertib dipimpin oleh Presidium dan selanjutnya dipimpin oleh pimp sidang terpilih Kongres sah jika dihadiri oleh 2/3 dari jumlah cabang definitif

Pasal 19 PESERTA KONGRES

1. 2.

Peserta Kongres adalah utusan Dewan Pimpinan Cabang definitif yang jumlahnya ditetapkan da keputusan Presidium Peninjau Kongres adalah Presidium, Pengurus Lembaga Tingkat Nasional, dan Biro-Biro Sekret Jenderal, Koordinator Daerah dan Dewan Pimpinan Cabang Caretaker

Pasal 20 PENGAMBILAN KETETAPAN-KETETAPAN KONGRES

1. 2. 3.

Ketetapan-ketetapan pada dasarnya diambil dengan mengutamakan musyawarah untuk menc mufakat. Dalam keadaan dimana terdapat pendapat-pendapat yang tidak dapat dipertemukan, Kongres d meminta Presidium untuk menjelaskan pokok persoalan. Apabila ayat (1) dan (2) tidak dapat dipenuhi, ketetapan dapat diambil berdasarkan suara terban Ketetapan sah jika disetujui oleh minimal 1/2n+1 peserta yang mempunyai hak suara.

Pasal 21 KONGRES LUAR BIASA

1. 2. 3. 4. 5.

Kongres Luar Biasa hanya dapat diselenggarakan dalam keadaan darurat yang dinilai dapat mengan eksistensi dan keutuhan organisasi, setelah mendapat persetujuan minimal 2/3 DPC Definitif

Rancangan Materi, Acara, dan Tata Tertib Kongres Luar Biasa, disiapkan oleh Presidium u selanjutnya ditetapkan dalam sidang-sidang Kongres Luar Biasa

Pembahasan Acara dan Tata Tertib dipimpin oleh Presidium, dan selanjutnya dipimpin oleh Pimp Sidang Terpilih Pelaksanaan Kongres Luar Biasa ditetapkan melalui RAKORNAS melalui inisiatif Presidium dan Dewan Pimpinan Cabang yang disetujui oleh 2/3 DPC Definitif

Pengambilan keputusan dalam Kongres Luar Biasa mengacu pada pasal 18 Anggaran Rumah Tangga

Pasal 22 RAPAT KOORDINASI NASIONAL

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun oleh Presidium, dan dibantu panitia yang dibentuk oleh Presidium

Apabila ayat (1) tidak dapat diselenggarakan sesuai dengan Anggaran Dasar pasal 15 ayat 1, maka D DPC dapat menyelenggarakan Rapat Koordinasi Nasional bila disetujui minimal 2/3 DPC Definitif Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib disiapkan oleh Panitia Rakornas

Pembahasan Acara dan Tata Tertib dipimpin oleh Presidium, dan selanjutnya dipimpimpin oleh Pimp Sidang Terpilih Rapat Koordinasi Nasional sah jika dihadiri oleh 2/3 DPC Definitif

Ketetapan-ketetapan dalam Rapat Koordinasi Nasional pada dasarnya diambil dengan mengutama musyawarah untuk mufakat

Apabila ayat (6) tidak dapat dilakukan, maka ketetapan Rapat Koordinasi Nasional sah apabila dise oleh minimal n+1 peserta yang hadir

Pasal 23 FORUM KOORDINASI ANTAR CABANG

1. 2. 3.

Diselenggarakan oleh Koordinator Daerah dalam satu wilayah propinsi, dengan membentuk Kepanit yang dibentuk dalam Rapat Antar DPC-DPC Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib disiapkan oleh Panitia Forum Koordinasi Antar Cabang Ketetapan-ketetapan dalam

Forum Koordinasi Antar Cabang pada prinsipnya diambil den

mengutamakan musyawarah untuk mufakat

Pasal 24 KONFERENSI CABANG

1. 2. 3. 4. 5.

Diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Cabang dibantu oleh panitia Konferensi Cabang yang dibe melalui Rapat Dewan Pimpinan Cabang Pembahasan Acara dan Tata Tertib dipimpin oleh Dewan Pimpinan Cabang dan selanjutnya dipimpin Pimpinan Sidang terpilih Konferensi Cabang sah jika dihadiri oleh 2/3 Komisariat Definitif

Ketetapan-ketetapan Konferensi Cabang pada dasarnya diambil dengan mengutamakan musyaw untuk mufakat

Jika ayat (4) tidak dapat dilakukan, maka ketetapan dalam Konferensi Cabang dianggap sah jika dise oleh minimal n+1 peserta yang hadir

Pasal 25 KONFERENSI CABANG KHUSUS 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Konferensi Cabang Khusus hanya dapat diselenggarakan dalam keadaan darurat yang dinilai mengan eksistensi dan keutuhan organisasi, setelah mendapat persetujuan 2/3 Komisariat Definitif Pembahasan Acara dan Tata Tertib dipimpin oleh Dewan Pimpinan Cabang, dan selanjutnya dipimpin Pimpinan Sidang terpilih Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib Konferensi Cabang Khusus disiapkan oleh Dewan Pimp Cabang, untuk selanjutnya ditetapkan dalam sidang-sidang Konferensi Cabang Khusus Pelaksanaan Konferensi Cabang Khusus ditetapkan melalui Rapat Koordinasi Antar Komisariat inisiatif Dewan Pimpinan Cabang dan atau 2/3 Komisariat Definitif Ketetapan dalam Konferensi Cabang Khusus diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat Jika ayat (5) tidak terpenuhi, maka ketetapan Konferensi Cabang Khusus sah jika disetujui oleh jumlah peserta yang hadir

Pasal 26 RAPAT KOORDINASI ANTAR KOMISARIAT

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

Diselenggarakan 6 (enam) bulan sekali oleh Dewan Pimpinan Cabang Apabila ayat (1) tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan Anggaran Dasar pasal (20) ayat (1), m Komisariat-Komisariat dapat menyelenggarakan Rapat Koordinasi Antar Komisariat bila disetujui minimal n+1 jumlah Komisariat definitif diwilayah cabang yang bersangkutan. Rapat Koordinasi Antar Komisariat sah jika dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 jumlah Komisariat de Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib Rapat Koordinasi Antar Komisariat disiapkan oleh DPC Dapat memberikan rekomendasi tentang pelaksanaan Konferensi Cabang Khusus Ketetapan-ketetapan dalam Rapat Koordinasi Antar Komisariat pada prinsipnya diambil den mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat Jika ayat (6) tidak dapat terpenuhi maka Ketetapan Rapat Koordinasi Antar Komisariat sah apa disetujui oleh minimal n+1 jumlah peserta yang hadir

Pasal 27 MUSYAWARAH ANGGOTA KOMISARIAT 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Diselenggarakan oleh Pengurus Komisariat Musyawarah Anggota Komisariat sah jika dihadiri oleh 2/3 jumlah anggota Komisariat yang bersangkut Rancangan Materi, Acara dan Tata Tertib Musyawarah Anggota Komisariat disiapkan oleh Peng Komisariat, untuk selanjutnya ditetapkan dalam Musyawarah Anggota Komisariat Ketetapan-ketetapan dalam Musyawarah Anggota Komisariat, pada dasarnya diambil dengan musyaw untuk mufakat Jika ayat (4) tidak dapat dilakukan, maka ketetapan Musyawarah Anggota Komisariat sah bila dise oleh minimal n+1 peserta yang hadir DPC hadir dalam Musyawarah Anggota Komisariat sebagai Peninjau, Pengurus Komisariat seb Peserta Kehormatan, dan utusan Komisariat lainnya sebagai undangan

BAB IV PENTAHAPAN KADERISASI

Pasal 28

1. 2. 3.

Pentahapan Kaderisasi pada dasarnya adalah proses kaderisasi untuk menunjang kesinambun kualitas kepemimpinan dan pengabdian organisasi Setiap anggota adalah kader berdasarkan syarat-syarat yang ditetapkan oleh Presidium Kaderisasi dibagi menjadi 3 (tiga) tahap yaitu : a. Kaderisasi Tingkat Dasar disingkat KTD b. Kaderisasi Tingkat Menegah disingkat KTM c. Kaderisasi Tingkat Pelopor disingkat KTP

BAB V DISIPLIN ORGANISASI

Pasal 29

1. 2. 3. 4.

Dilarang melakukan kegiatan yang mencemarkan kehormatan dan nama baik organisasi Dilarang melakukan tindakan yang dapat menimbulkan pertentangan dan perpecahan dalam tu organisasi serta tindakan lainya yang menyimpang dari kebijakan organisasi Dilarang menyebar luaskan paham, isu serta fitnah yang dapat menimbulkan permusuhan dian anggota dan masyarakat pada umumnya Larangan sebagaiman dalam ayat (1), (2) dan (3) tersebut diatas berlaku bagi seluruh anggota ta membeda-bedakan jenjang jabatan dalam organisasi

Pasal 30 PENILAIAN PELANGGARAN DISIPLIN

1. 2. 3. 4.

Penilaian pelanggaran disiplin anggota dilakukan langsung oleh Pengurus Komisariat bersangkutan secara tidak langsung oleh Dewan Pimpinan Cabang Penilaian pelanggaran disiplin oleh Pengurus Komisariat dilakukan oleh Dewan Pimpinan Cabang den memperhatikan pandangan anggota Penilaian pelanggaran disiplin oleh Dewan Pimpinan Cabang dilakukan oleh Presidium den memperhatikan pandangan pengurus komisariat dan atau anggota Penilaian pelanggaran disiplin oleh Presidium dilakukan oleh Rapat Presidium, dibahas dan disah dalam Rapat Koordinasi Nasional dan Kongres

Pasal 31

PELAKSANAAN TINDAKAN DISIPLIN

1. 2. 3. 4. 5.

Pelaksanaan tindakan disiplin dilakukan sesuai dengan hierarki organisasi Jenis tindakan disiplin dan mekanisme pelaksanaannya diatur dalam Peraturan dan Keputusan Organi Dewan Pimpinan Cabang dapat melakukan pemecatan sementara terhadap Anggota yang melaku pelanggaran disiplin Anggota yang mengalami pemecatan sementara dapat melakukan pembelaan diri dalam Kongres Pemecatan diputuskan dalam Kongres setelah yang bersangkutan tidak dapat membela diri da Kongres

BAB VI PENYELESAIAN SENGKETA

Pasal 32

1. 2.

Yang dimaksud dengan sengketa dalam hal ini adalah perselisihan diantara anggota y membahayakan keutuhan organisasi Pedoman penyelesaian sengketa adalah kemurnian azas, keluhuran budi, Anggaran Dasar, Angg Rumah Tangga dan peraturan organisasi lainnya, persatuan dan kesatuan serta keutuhan organisasi

Pasal 33 PELAKSANAAN PENYELESAIAN SENGKETA

1. 2. 3.

Penyelesaian sengketa dilakukan sesuai dengan hierarki organisasi Apabila dipandang perlu, dapat dibentuk tim khusus yang disetujui oleh pihak-pihak yang bersengketa Apabila sengketa tidak dapat diselesaikan dan sengketa tersebut dinilai membahayakan keutu organisasi, maka pengurus organisasi pada hirarki diatasnya berhak mengambil kebijaksanaan y dianggap perlu

B A B VII KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 34

1. 2.

Yang dimaksud dengan kekayaan organisasi adalah seluruh harta benda yang dimiliki oleh organisasi Organisasi berkewajiban memelihara harta benda dan diinventarisasikan secara baik

B A B VIII KEUANGAN

Pasal 35

1.

Keuangan organisasi diperoleh dari uang pangkal, iuran anggota, sumbangan yang tidak mengikat usaha- usaha lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

B A B IX HIERARKI PERATURAN ORGANISASI

Pasal 36 Tata urutan Peraturan Organisasi disusun secara hirarkis sebagai berikut : a) b) c) Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Ketetapan Kongres Keputusan Rapat Koordinasi Nasional.

d) e) f) g) h) i) j) k) l) m) n)

Peraturan Presidium Keputusan Presidium. Instruksi Presidium. Keputusan Rapat Koordinasi Antar Cabang Ketetapan Konferensi Cabang. Keputusan Rapat Koordinasi Antar Komisariat Peraturan Dewan Pimpinan Cabang. Keputusan Dewan Pimpinan Cabang. Instruksi Dewan Pimpinan Cabang. Ketetapan Musyawarah Anggota Komisariat Keputusan Pengurus Komisariat.

BAB X KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 37

1. 2. 3. 4.

Segala sesuatu yang dalam Anggaran Rumah Tangga menimbulkan perbedaan penafs dimusyawarahkan dalam Rapat Koordinasi Nasional Segala sesuatu yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur dalam Peraturan Kebijakan Organisasi lainnya Seluruh tingkatan organisasi yang pada saat ditetapkannya Anggaran Rumah Tangga ini, masih mem masa kepengurusan lebih dari 6 (enam) bulan, harus melakukan penyesuaian selambat-lambatny (tiga) bulan sejak ditetapkannya Anggaran Rumah Tangga ini Mekanisme organisasi untuk melakukan penyesuaian sebagaimana dimaksud dengan ayat (3) adalah a. Dewan Pimpinan Cabang melalui mekanisme Konferensi Cabang b. Pengurus Komisariat dipilih melalui mekanisme Musyawarah Anggota Komisariat

B A B XI KETENTUAN PENUTUP

Pasal 38

1. 2.

Anggaran Rumah Tangga ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Anggaran dasar Anggaran Rumah Tangga ini, disempurnakan kembali dalam Kongres GMNI XVI, di Wisma Kinasih, B Jawa Barat, pada tanggal 20 Desember 2008 dan berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Wisma Kinasih Bogor Jawa Barat Tanggal Jam : 20 Desember 2008 : 05.22 WIB