77
Teori kognitif merupakan proses untuk mengetahui sesuatu atau belajar yang dipandang sebagai suatu usaha untuk memahami sesuatu. Pengertian lain menyebutkan bahwa teori kognitif merupakan cara mempersepsikan dan menyusun informasi yang berasal dari lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif oleh seorang pembelajar. Cara aktif yang dilakukan dapat berupa mencari pengalaman baru, memecahkan suatu masalah, mencari informasi, mencermati lingkungan, mempratekkan, mengabaikan respon-respon guna mencapai tujuan. Pada teori kognitif pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar sebelumnya sangat mempengaruhi atau menentukan terhadap perolehan pengetahuan baru dipelajari. Adapun teori yang sangat berkaitan erat dengan teori kognitif adalah teori pemrosesan informasi karena menurut teori ini setelah proses pembelajaran ada proses pengolahan informasi di dalam otak manusia yang dimulai dari pengamatan seseorang terhadap informasi yang berada di lingkungannya, kemudian informasi tersebut diterima oleh reseptor-reseptor yang berupa simbol- simbol yang kemudian diteruskan pada registor pengindraan yang terdapat pada syaraf pusat. Informasi yang diterima oleh syaraf pusat kemudian disimpan dalam waktu pendek. Informasi yang disimpan dalam waktu sebentar ini sebagian diteruskan ke memory jangka pendek, sedangkan yang lain hilang dari sistem. Proses pereduksian seperti ini biasa dikenal dengan persepsi selektif. Sementara memori jangka pendek atau memori kerja dan kesadaran yang kapasitas memorinya sangat terbatas, waktunya juga sangat terbatas.(Imron,1995,11)

teori pembelajaran kognitif

Embed Size (px)

DESCRIPTION

TERBAIK

Citation preview

Page 1: teori pembelajaran kognitif

Teori kognitif merupakan proses untuk mengetahui sesuatu atau belajar yang dipandang

sebagai suatu usaha untuk memahami sesuatu. Pengertian lain menyebutkan bahwa teori

kognitif merupakan cara mempersepsikan dan menyusun informasi yang berasal dari

lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif oleh seorang pembelajar. Cara aktif yang

dilakukan dapat berupa mencari pengalaman baru, memecahkan suatu masalah, mencari

informasi, mencermati lingkungan, mempratekkan, mengabaikan respon-respon guna

mencapai tujuan. Pada teori kognitif  pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar

sebelumnya sangat mempengaruhi atau menentukan terhadap perolehan pengetahuan baru

dipelajari. Adapun teori yang sangat berkaitan erat dengan teori kognitif adalah teori

pemrosesan informasi karena menurut teori ini setelah proses pembelajaran ada proses

pengolahan informasi di dalam otak manusia yang dimulai dari pengamatan seseorang

terhadap informasi yang berada di lingkungannya, kemudian informasi tersebut diterima oleh

reseptor-reseptor yang berupa simbol-simbol  yang kemudian diteruskan pada registor

pengindraan yang terdapat  pada syaraf pusat.

Informasi yang diterima oleh syaraf pusat kemudian disimpan dalam waktu pendek.

Informasi yang disimpan dalam waktu sebentar ini sebagian diteruskan ke memory jangka

pendek, sedangkan yang lain hilang dari sistem. Proses pereduksian seperti ini biasa dikenal

dengan persepsi selektif. Sementara memori jangka pendek atau memori kerja dan kesadaran 

yang kapasitas memorinya sangat terbatas, waktunya juga sangat terbatas.(Imron,1995,11)

Informasi dalam jangka pendek dapat ditransformasikan  dalam bentuk kode dalam memori

jangka panjang. Informasi yang baru diterima oleh memori jangka panjang  akan ikut

terintegrasi dengan informasi lama. Dalam memori jangka panjang bertahan lama dan

dipersiapkan untuk digunakan  di kemudian hari. Pengeluaran informasi yang tersimpan

dalam memori jangka panjang adalah dengan cara pemanggilan kembali informasi dengan

keadaan pikiran dalam sadar yang kemudian informasi mengalir dari memori jangka panjang

ke memori jangka pendek. Sementara untuk respon otomatis informasi mengalir dari memori

jangka panjang ke generator respon selama pemanggilan. Setiap orang berbeda dalam

pengambilan informasi ,melalui gaya kognitif , perbedaan ini bukanlah cerminan dari tingkat

kecerdasan seseorang atau pola-pola kemampuan khusus, tetapi ada kaitannya dengan cara

memproses dan menyusun informasi dan cara orang menstimulus lingkungan. Contohnya

orang-orang tertentu cenderung bereaksi sangat cepat sementara orang-orang tertentu

cenderung bereaksi sangat lambat.

Dalam proses pembelajaran sering kali gaya kognitif itu dianggap terletak di perbatasan

antara antara  kecerdasan dan sifat-sifat pribadi padahal gaya kognitif itu adalah gaya berfikir

Page 2: teori pembelajaran kognitif

dan mungkin juga dipengaruhi oleh kecerdasan, selain itu gaya kognitif juga mempengaruhi

hubungan-hubungan sosial dan sifat-sifat pribadi (Dimyati,1989. 117).

Sumber:

Mahmud, Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan.

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Teori Belajar dan Pembelajaran

Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar

empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang

ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu

mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya

pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah

sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam

kemampuan intelektual.

Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang

perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas,

serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas

para guru.

Berdasarkan penelitian Jerome S.Bruner, menjelaskan bahwa dari segi psikologis dan

dari desain kurikulum pembalajaran sangatlah minim dibahas tentang teori

pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada

kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori

perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial

dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada di

masyarakat. Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran

tidak menyentuh aspek sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan

secara intelektual dan tidak memiliki tangungjawab moral.

Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran sebaiknya

juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya

Page 3: teori pembelajaran kognitif

siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta

pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal itu, perlu adanya

penjelasan dan pembahasan terkait dengan teori pembelajaran. Agar lebih spesifik dan

terfokus, dalam makalah ini akan hanya akan menguraikan dan menjelaskan satu dari

beberapa teori pembelajaran yang sudah ada, yaitu pada Teori Pembelajaran

Kognitivistik. Dan dari penjelasan ini nantinya diharapkan bisa memberikan

pemahaman yang utuh dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Dengan

berbekal pemahaman yang utuh terkait teori pembelajaran yang dijadikan sebagai

pemahaman dasar dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat menerima

pembelajaran yang akan kita sampaikan dengan baik.

1.2 Rumusan Masalah

       1. Apakah pengertian dari Teori Pembelajaran?

       2. Apa pengertian Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran ?

       3. Siapakah Tokoh-tokoh dalam Teori kognitivisme ?

       4. Bagaimana pengaplikasi teori Kognitivisme dalam Pembelajaran ?

       5. Bagaimana Pandangan Teori Kognitif Tentang Belajar ?

       6. Apakah Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif ?

1.3  Tujuan Masalah

Mampu mengerti Teori Pembelajaran.

Mampu mengerti Teori Kognitivisme dalam pendidikan.

Mampu mengetahui tokoh Kognitivisme.

Mampu mengetahui pengaplikasian Kognitivisme dalam Pembelajaran.

Mampu mengetahui Pandangan Teori Kognitivisme Tentang Belajar.

Mampu mengetahui Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif.

BAB II

PEMBAHASAN

Page 4: teori pembelajaran kognitif

2.1 Pengertian Teori Pembelajaran

Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang

dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar menjelaskan dengan pasti

apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus

dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.

Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran:

1.      teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan

cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk

ke sekolah.

2.      teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan. Ada 3 hal yang terkait

dengan struktur pengetahuan:

a.       struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat

luas.

b.      struktur pengetahuan tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-hal yang

baru, melebihi informasi yang telah dijelaskan.

c.       struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir siswa,

mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.

3.      teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus

mampu mencari hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar

murid lebih mudah menangkap informasi tersebut.

4.      yang terakhir, macam dari teori pembelajaran yang sudah ada, diantaranya :

a)     Teori Pembelajaran Deskriptif dan Perspektif

b)     Teori Pembelajaran Behavioristik

c)      Teori Pembelajaran Kognitivistik

d)     Teori Pembelajaran Humanistik

e)     Teori Pembelajaran Konstruktivistik

2.2 Pengertian Kognitivisme

Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang

terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha

yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari

proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan

dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang

Page 5: teori pembelajaran kognitif

bersifat relatif dan berbekas.

Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa

meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan

interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang

hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat”

penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah,

menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan

sebagainya.

Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang

terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui prosesasimilasi dan akomodasi.

Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu adalah hasil

interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan

pengetahuan atau tingkah laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk

menggunakan media yang konkret karena anak-anak belum dapat berfikir secara

abstrak.

Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses belajar daripada

hasil belajar, yaitu:

Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses

berfikir yang sangat kompleks (Budiningsih, 2005:34)[1]

Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang

berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut psikologi kognitivistik, belajar

dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan

pengetahuan baru kedalam struktur berfikir yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara

aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi,

memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk

mencapai suatu tujuan tertentu. Sehingga, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya

sangat menentukkan keberhasilan mempelajari informasi pengetahuan yang baru.[2]

Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif

dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang

ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan

dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir

internal yang terjadi selama proses belajar. Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan

persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak

Page 6: teori pembelajaran kognitif

selalu dapat diamati)[3]. Dalam teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-

bagian dari situasi yang terjadi dalam proses belajar saling berhubungan secara

keseluruhan. Sehingga jika keseluruhan situasi tersebut dibagi menjadi komponen-

komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah, maka sama halnya dengan

kehilangan sesuatu (reilly dan lewis, 1983)[4].

Sehingga dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri pokok. Adapun ciri-ciri dari

aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:

a)     Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia

b)     Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian

c)      Mementingkan peranan kognitif

d)     Mementingkan kondisi waktu sekarang

e)     Mementingkan pembentukan struktur kognitif

Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan

bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau

dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang

semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan

pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali

kenegerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara

tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada

waktu itu sedang bercerita, tetapi semua tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan

itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan

ceritanya.

2.3  Tokoh-tokoh kognitivisme

Tokoh dari teori tersebut antara lain Jean Peaget, Bruner, dan Ausebel, Robert M. Gagne.

a. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget.

Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya ialah Jean Piaget, yang pernah

mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak yang terdiri atas

beberapa tahap. Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B1) Piaget mengatakan bahwa (i)

anak itu di samping meniru-niru juga aktif dan kreatif dalam menguasai bahasa ibunya;

(ii) kemampuan untuk menguasai bahasa itu didasari oleh adanya kognisi; (iii) kognisi

itu memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat genetif, dibawa sejak lahir,

sedangkan struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya

Page 7: teori pembelajaran kognitif

individu.

Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi

perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut

Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap

perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan

untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan

teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru.  Guru  hendaknya banyak

memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan

lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.

Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : Bahasa dan

cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar

dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Anak-anak akan

belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus

membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya.

Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan

peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak

hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic, artinya

proses yang didasarkan atas mekenisme biologis dari perkembangan system syaraf.

Semakin bertambah umur seseorang, makin komplek susunan sel syarafnya dan makin

meningkat pula kemampuannya (Travers, 1976)[5]. Sehingga ketika dewasa seseorang

akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang menyebabkan adanya

perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget membagi  proses

belajar kedalam tiga tahapan yaitu :

a)     Asimilasi

Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Contoh :

seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika gurunya

memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses pengintegrasian antara

prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh anak) dengan prinsip perkalian

(informasi baru yang akan dipahami anak).

b)     Akomodasi

Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Penerapan

proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya : siswa ditelah

Page 8: teori pembelajaran kognitif

mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal perkalian.

c)      Equilibrasi

Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Hal ini

sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan menambah ilmunya.

Tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan roses

penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-

sendat dan berjalan tidak teratur, sedangkan dengan kemampuan equilibrasi yang baik

akan mampu menata berbagai informasi yang diterima dengan urutan yang baik, jernih,

dan logis.

Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses penyesuaian, pengembangan dan

pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki

seseorang sebelumnya. Inilah yang disebut dengan konsepschema/skema (jamak =

schemata/schemata). Sehingga hasil belajar/ struktur kognitif yang baru tersebut akan

menjadi dasar untuk kegiatan belajar berikutnya.[6] Proses belajar harus disesuaikan

dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui oleh siswa yang terbagi kedalam

empat tahap, yaitu :

1)     Tahap sensorimotor (anak usia lahir – 2 tahun)

2)     Tahap preoperational (anak usia 2 – 8 tahun)

3)     Tahap operational konkret (anak usia 7/8 – 12/14 tahun)

4)     Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih)

Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga

semakin abstrak cara berfikirnya.  Karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap

perkembangan kognitif aak didiknya, serta memberikan isi, metode, media

pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.

Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap

perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak

berbeda pada tahap-tahap lainnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-

tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media

pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.

  Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jarome Bruner.

Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan

dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi

Page 9: teori pembelajaran kognitif

oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan. Sehingga,

perkembangan bahasa memberi pengaruh besar dalam perkembangan kognitif (Hilgard

dan Bower, 1981)[7]

Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu sampai anak

mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata

dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan kata lain, perkembangan kognitif

seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan

menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral

dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai

Perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka,

artinya menuntut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar yang terbaik menurut

Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif

kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (Free Discovery Learning). Dengan kata

lain, belajar dengan menemukan.

Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah menghadapkan anak pada

suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha

membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya;

dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau

mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai

keseimbangan di dalam benaknya. Dari implikasi ini dapat diketahui bahwa asumsi

dasar dari teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan

pengalaman didalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur kognitif, yang

kemudian mengalami tahap belajar sebagai perubahan persepsi dan pemahaman dari

apa yang aia temukan.

Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika

guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan ( termasuk

konsep, teori, definisi, dsb) melalui contoh-contoh yang menggambarkan ( mewakili )

aturan yang menjadi sumber . Dari pendekatan ini “belajar ekspositori” (belajar dengan

cara menjelaskan). Siswa diberikan suatu informasi umum dan diminta untuk mencari

contoh-contoh khusus dan konkrit .

Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif, yaitu:[8]

1.      Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami lingkungan dengan

Page 10: teori pembelajaran kognitif

observasi, pengalaman terhadap suatu realita.

2.      Ikonik :siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar dan visualaisasi verbal.

3.      Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi

oleh bahasa dan logika dan penggunaan symbol.

Keuntungan belajar menemukan (Free Discovery Learning):

Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk

menemukan jawabannya.

Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan

mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.

  Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel.

Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang

dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/ meaning full

learning). Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:

1)     Memperhatikan stimulus yang diberikan.

2)     Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah

dipahami.

Meaning full learning adalah suatu proses dikaitkannya

Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan

kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (Advanced Organizer),

dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced

organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran

yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu :

Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari.

Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan

yang akan dipelajari.

Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.

Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan

demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan

inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika

berfikir yang baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran, merumuskannya

dalam rumusan yang singkat, serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang

logis dan mudah dipahami.

Page 11: teori pembelajaran kognitif

  Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Robert M. Gagne

Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak

manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian

diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Pengolahan otak

manusia :

a)     Reseptor

b)     Sensory register

c)      Short-term memory

d)     Long-term memory

e)     Response generator

Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori pemrosesan informasi

yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar dipandang sebagai

proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan pengolahan otak manusia

sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:

Reseptor (alat indera) : menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya

menjadi rangsaangan neural, memberikan symbol informasi yang diterimanya dan

kemudian di teruskan.

Sensory register (penempungan kesan-kesan sensoris) : yang terdapat pada syaraf

pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi sehingga

terbentuk suatu kebulatan perceptual. Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam

memori jangka pendek dan sebagian hilang dalam system.

Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung hasil pengolahan

perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan untuk menentukan

maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan informasi memori kerja,

kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpananya juga pendek. Informasi dalam

memori ini dapat di transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan

ke memori jangka panjang.

Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil pengolahan yang ada

di memori jangka pendek. Informasi yang disimpan dalam jangka panjang, bertahan

lama, dan siap untuk dipakai kapan saja.

Response generator (pencipta respon) : menampung informasi yang tersimpan dalam

memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.

Page 12: teori pembelajaran kognitif

2.4  Aplikasi teori Kognitivisme

Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus memahami

bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak

usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret,

keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola

atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang

bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan

siswa.

Berdasarkan prinsip teori pemrosesan informasi dirumuskan beberapa petunjuk

aplikasi teori pemrosesan informasi, yaitu (a) guru hendaknya yakin bahwa setiap

siswa memiliki perhatian terhadap apa yang dipelajari. Karena itu untuk menarik

perhatian siswa, guru dapat melakukan tindakan dengan memberikan tanda tertentu

misalnya tepuk tangan atau menghentakkan papan tulis, berkeliling ruangan atau

berbicara dengan irama, memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang

membangkitkan minat siswa terhadap topik yang dibicarakan, (b) membantu siswa

membedakan iinformasi yang penting dengan informasi yang tidak penting untul

memusatkan perhatian misalnya dengan menuliskan tujuan pembelajaran, waktu

menjelaskan berhenti sejenak dan mengulangi lagi atau meminta siswa mengulangi apa

yang dijelaskan, (c) membantu siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa

yang diketahui misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk

mengingat kembali dan menghubungkan dengan informasi baru, menggunakan diagram

atau garis untuk menunnjukkan hubungan informasi baru dengan informasi yang

dimiliki, (d) sediakan waktu untuk mengulang dan memeriksa kembali informasi

dengan memulai pelajaran meninjau ulang pekerjaan rumah, mengadakan tes-tes

pendek yang sering, membuat permainan atau siswa saling berpasangan bertanya

jawab, (e) sajikan pelajaran secara tersusun dan jelas misalnya menjelaskan tujuan

pembelajaran, membuat ikhtisar atau rangkuman, dan (f) utamakan pembelajaran

bermakna bukan ingatan  misalnya dengan mengajarkan perbendaharaan kata-kata

baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah dimiliki.

Strategi mengingat atau menyimpan informasi dalam ingatan dan mengingatnya

kembali bila dibutuhkan dapat dilakukan (a) untuk menghafal informasi yang tidak

membutuhkan pemahaman, gunakan meneumonic (pembantu ingatan, kiat, atau

Page 13: teori pembelajaran kognitif

jembatan keledai). Misalnya untuk menghafal kata-kata ideologi, politik, ekonomi,

sosial, budaya, pertahanan, keamanan, nasional dengan mneumonic IPOLEKSOSBUD

HANKAMNAS, (b) rumusan kembali dengan kalimat sendiri apa yang telah dipelajari,

dan (c) untuk mengatasi inhibisi retroaktif dapat dilakukan berbagai cara misalnya

mengajarkan konsep serupa tidak dalam waktu yang bersamaan atau mengajarkan

materi serupa dengan metode yang berbeda.

Dalam proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan free recall learning, yaitu

belajar fakta menurut urutan tertentu, misalnya urutan rukun iman, rukun islam, atau

berwudlu serta urutan warna, urutan peristiwa dalam sejarah. Sedangkan free recall

learning ialah mempelajari daftar yang tidak perlu diurut, misalnya nama-nama nabi

atau rasul, nama tumbuhan, nama organ tubuh dan sebagainya.

Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning terdapat beberapa cara (a)

organisasi atau penyusunan misalnya dengan menyusun daftar informasi yang akan

dipelajari menjadi kategori yang mempunyai arti dan mudah diingat, (b) metode loci,

artinya tempat. Ialah metode alat bantu mengingat dimana seorang membuat gambaran

pikiran yang berkaitan dengan tempat-tempat tertentu, (c) irama, metode mengingat

dalam bentuk nyanyian. Misalnya untuk mengenalkan urutan rukun Islam atau rukun

iman dengan nyanyian[9].

2.5  Kelebihan dan kelemahan teori Kognitivisme

a)    Kelebihannya yaitu : menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa

memahami bahan belajar secara lebih mudah.

b)    Kekurangannya yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan;

sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi

sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

2.6  Pandangan Teori Kognitif Tentang Belajar

Menurut teori kognitif, belajar ialah proses internal yanh tidak dapat diamati langsung.

Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat

dalam situasi tertentu. Perubahan dalam tingkah laku adalah refleksi dari perubahan

internal.

Seperti halnya teori behavioristik, teori kognitif berpendapat bahwa reinforcement

dalam sangat penting. Hanya saja reinforcement dalam teori behavioristik berfungsi

memperkuat respon atau tingkah laku, sementara dalam teori kognitif berfungsi

Page 14: teori pembelajaran kognitif

sebagai sumber umpan balik. Umpan balik ini memberi tahu tentang apa yang mungkin

terjadi kalau tingkah laku diulang-ulang. Dalam teori ini reinforcement juga berfungsi

untuk mengurangi ketidakpastian yang mengarah ke pemahaman dan penguasaan.

2.7  Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif

Dalam teori kognitif, manusia merupakan pemproses informasi yang aktif. Informasi

merupakan sesuatu yang diterima oleh pikiran secara terus menerus, meski demikian

beberapa informasi cepat terlupakan dan sepabagian yang lain diingat sepanjang hayat.

Proses Kontrol Eksekutif (perhatian, penilaian strategi, pemantauan dan

sebagainya)

 

Model Pemprosesan Informasi

Kerusakan dan gangguan

 

 

Page 15: teori pembelajaran kognitif

Alat indera mengirimkan informasi keregister inderawi untuk disimpan sebentar.

Informasi tersebut diberi arti melalui perhatian dan persepsi. Setelah diubah menjadi

kode-kode, informasi kemudian masuk ke dalam ingatan jangka pendek.

Register inderawi merupakam komponen pertama dalam sistem memory yang

menerima informasi. Stimulus dari lingkungan seperti benda-benda, cahaya, bau, suara,

dan sebagainya selalu menghampiri respector. Respector merupakan bagian dari tubuh

yang menerima informasi inderawi. Persepsi ialah interpretasi informasi yang datang

adri indera sebagai pemberian arti terhadap stimulus inderawi.

Dalam psychology  gestalt menganggap keseluruhan memiliki sifat kelihatan yang

berbeda dengan sifat unsur-unsurnya secara lepas. Contoh klasik yang yang sering

ditemukan ialah gambar yang berdimensi ganda, sehingga tergantung darimana kita

melihatnya, maka bangun gambar tersebut akan menimbulkan penafsiran yang

berbeda.

Ingatan jangka pendek merupakan komponen kedua, dimana informasi yang dipersepsi

atau yang diberi  perhatian masuk kedalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka

pendek disebut juga working memory, ingatan yang bekerja, ingatan yang sadar karena

memegangi informasi yang dipikirkan pada waktu tertentu.

Perbedaan Ingatan Jangka Pendek dengan Ingatan Jangka Panjang

Jenis ingatan Input Kapasitas Maintanence Retrieval

Jangka pendek Sangat cepat Terbatas Sangat sebentar Segera/ cepat

Jangka pendek Relatif lambat Praktis tak

terbatas

Praktis tak

terbatas

Tergantung

penyusunan

             

                          

BAB III

Page 16: teori pembelajaran kognitif

PENUTUP

Kesimpulan

Konsep belajar menurut teori kognitif ialah prosesinternal yang tidak dapat diamati

secara langsung. Perubahan tingkah laku terjadi dalam situasi tertentu sebagai reflaksi

perubahan internal. Berbeda dengan behavioristik, teori kognitifmempelajari aspek-

aspek yang tidak dapat diamati seperti pengetahuan, arti, perasaan, keinginan,

kreativitas, hrapan, dan pikiran.

Prinsip-prinsip teori kognitif ialah pemrosesan informasi yang aktif melalui tahapan (a)

mengumpulkan informasi dan mengubahnya menjadi kode-kode, (b) menyimpan

informasi, dan (c) mengingat kembali apabila diperlukan.

Aplikasi praktis teori kognitif dalam pembelajaran ialah bahwa pembelajaran harus

menekankan perhatian siswa, strategi mengingat, pengulangan, dan mengutamakan

makna bukan memorasi.

DAFTAR PUSTAKA

Suyono dan Hariyanto. 2001. Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep

Dasar.Bandung: PT Rosda Karya.

 Muhaimin, Sutia’ah, Nur Ali. 2002. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan

PAI di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Bambang Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran ; Landasan Dan Aplikasinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sutiah. Buku ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, 2003, Universitas Negeri Malang.

Page 17: teori pembelajaran kognitif

[1] Suyono dan Hariyanto. 2001. Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar. Bandung:

PT Rosda Karya. Hal. 75

[2] Muhaimin, Sutia’ah, Nur Ali. 2002. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di

Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hal. 198

[3] Bambang Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran ; Landasan Dan Aplikasinya. Jakarta:

Rineka Cipta. Hal. 69.

[4] Muhaimin, dkk. Op. cit. hal 199

[5] Ibid. Hal 199

[6] Bambang Warsita. Op. cit. hal 70

[7] Muhaimin, dkk. Op. cit. hal 200

[8] Bambang Warsita. Op. cit. hal 72

[9] Hj. Sutiah, M.Pd, Buku ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, 2003, Universitas Negeri

Malang, hlm. 114.

Diposkan oleh lintang he'eh di 11.33 

an

Perlu ditegaskan bahawa pembelajaran hanya boleh bermula apabila wujudnya tindak balas

terhadap sesuatu rangsangan yang ada.Proses pembelajaran akan diteruskan jika terdapat

motivasi yang sesuai ,iaitu sesuatu penggerak yang dapat mendorongnya berusaha memikirkan

erti rangsangan itu.Proses pembelajaran ini akan terakhir apabila perubahan tingkah laku dapat

dibentuk dan dikekalkan.

Menurut sesetengah ahli psikologi seperti Piaget,Kohler,Bruner,Gagne dan Ausubel

menekankan proses kognitif yang sebenarnya menghasilkan perubahan tingkah laku dalam

pembelajaran.Mereka berpendapat bahawa pembelajaran ialah suatu proses kognitif untuk

perhubungan perkara-perkara dalam persekitarannya.Mengikut mereka,pembelajaran  bukan

percubaan secara membabi buta tetapi mempunyai motif atau objektif-objektif tertentu.

Selain itu,mengikut kajian-kajian mazhab kognitif ,pembelajaran hanya boleh berlaku adalah

berdasarkan pelajar yang mempunyai cukup pengalaman yang berkaitan untuk mempelajari

pengalaman baru di samping mempunyai motif serta rela mengambil inisiatif diri sendiri untuk

menjalankan aktiviti pmbelajaran.Ahli-ahli kognitif mengaitkan aktiviti-aktiviti pembelajaran

Page 18: teori pembelajaran kognitif

dengan proses-proses mental dalaman ,iaitu fikiran ,ingatan,pengetahuan dan penyelesaian

masalah yang berlaku dalam pembentukan skema manusia.

Ahli-ahli kognitivis berpendapat bahawa pembelajaran ialah suatu proses dalaman yang berlaku

dalam minda manusia.Oleh yang demikian,ahli-ahli penyelidik tidak dapat memerhatikan secara

langsung bagaimana pembelajaran berlaku kecuali dengan meramal daripada tingkah laku

manusia.Proses dalaman yang dirujuk termasuk pemikiran,celik akal,pemprosesan

maklumat,ingatan dan pengamatan.

         

Teori Pemprosesan Maklumat Gagne

            Robert M Gagne(1916-2002) adalah seorang ahli psikologi yang dianggap sebagai bapa

psikologi pendidikan dan telah menjalankan penyelidikan luas dalam bidang pengajaran dan

pembelajaran.Beliau telah mencari cara yang paling sempurna dan unggul untuk melakukan

suatu pembelajaran yang standard.Beliau turut memberikan sumbangan yang kini menjadi asas

pendidikan di kalangan pendidik seluruh dunia.Sumbangan beliau adalah dalam aspek-aspek

seperti taksonomi pembelajaran dan juga sembilan syarat dalam proses pengajaran dan

pembelajaran.

          Gagne telah mengkaji cara seseorang menerima dan memproses maklumat yang diterima

melalui deria.Beliau menyamakan proses ini dengan proses pemprosesan maklumat oleh

sebuah komputer,iaitu,input rangsangan diproses oleh memori sensori dan ingatan jangka

pendek.Maklumat yang dihasilkan digunakan untuk bertindak dengan persekitaran atau

disimpan dalam memori jangka panjang.

Di samping itu, Taksonomi Gagne merupakan antara sumbangan terpenting beliau.Taksonomi

Gagne boleh dibahagikan kepada lima kategori seperti kemahiran verbal,kemahiran

intelektual,strategi kognitif,sikap positif dan kemahiran motor.Kemahiran  verbal terdiri daripada

kemahiran-kemahiran penghafalaan dari memori,membuat respon verbal kepada

input,kebolehan melabel dan menamakan fakta secara verbal atau bertulis dan kebolehan untuk

mengingat semula maklumat-maklumat yang berkaitan.Seterusnya,kemahiran intelektual terdiri

daripada kemahiran berdiskriminasi ,mengkategorikan mengikut ciri-ciri fizikal atau

abstarak ,pengaplikasikan prosedur-prosedur mudah dan yang kompleks untuk menyelesaikan

sesuatu tugasan atau masalah.Ia mengandungi beberapa aras seperti aras diskriminasi ,konsep

konkrit ,penggunaan peralihan dan penyelesaian masalah.Kategori ketiga iaitu strategi kognitif

pula merujuk kepada kebolehan individu-individu untuk mereka cipta dengan proses mental

untuk mencapai sesuatu tugasan dan menyelesaikan masalah.Ia melibatkan kebolehan individu

untuk membuat pilihan ,keputusan dan model mental.Kategori seterusnya pula sikap positif iaitu

ia merujuk kepada individu-individu yang berkelakuan untuk menggambarkan nilai-nilai murni

yang baru dikuasai.Individu berkebolehan untuk memberi sesuatu pendapat dengan logikal dan

rasional.Kemahiran motor adalah kategori terakhir yang terdapat dalam Taksonomi Gagne.Ia

Page 19: teori pembelajaran kognitif

melibatkan perlakuan tugas-tugas fizikal mengikut piawaian yang telah ditentukan.Ia turut

melibatkan pergerakan otot ,umpamanya memandu kereta dan mambaling bola.

Selain daripada Taksonomi Gagne,beliau juga telah menyenaraikan sembilan situasi pengajaran

dan proses kognitif untuk setiap syarat yang ditetapkan oleh beliau.Situasi-situasi ini perlu

dititikberatkan oleh guru-guru supaya pengajaran dilaksanakan dengan berkesan dan

pembelajaran akan berlaku dengan kukuh dan sempurna.Menurut Gagne,sebagai seorang

guru,ia perlu menarik perhatian murid.Bagi mendapatkan tumpuan murid ke atas

pengajarannya,guru boleh memulakan pengajaran dengan set induksi yang menarik.Selain

itu,guru juga perlu memberitahu murid-murid mengenai objektif pelajaran supaya murid dapat

tahu apa yang akan dipelajarinya pada hari itu.Seterusnya,guru juga perlu mengingatkan murid-

murid  mengenai pelajaran lampau untuk merangsang pengetahuan sedia ada pada

mereka.Guru boleh  menyoal murid-murid mengenai satu tajuk spesifik yang akan diajari.Ini

adalah untuk membolehkan murid itu berfokus kepada tajuk tersebut.Di samping itu,guru juga

boleh memberi panduan dengan membantu mereka melalui persoalan-persoalan yang

berkaiatan dengan proses pengajaran dan pembelajaran pada hari itu.Sebagai seorang guru,ia

perlu menggalakkan murid membuat latihan kendiri bagi mendapatkan gerak balas daripada

mereka. Selepas mereka membuat latihan kendiri,guru perlu memberi maklum balas dan

membetulkan sekiranya wujud konsep yang salah.Selain itu, guru juga boleh menilai tahap

pencapaian murid dengan memberi latihan tambahan dan pemulihan. Ini juga merupakan satu

kaedah penilaian dan pentafsiran yang boleh dilakukan untuk meninjau tahap pemahaman

mereka.Akhir sekali,guru perlu membuat generalisasi dengan membuat pemindahan

pembelajaran  dimana guru boleh mengajukan soalan-soalan lain dan meminta murid mengenal

pasti jawapannya.

Secara kesimpulannya, pembelajaran berlaku daripada yang konkrit kepada abstrak.

Pembelajaran juga mengutamakan murid keupayaan murid mencapai celik akal dalam proses

pembelajaran. Dalam pengajaran dan pembelajaran, teori ini menekankan Proses Penanggapan

dan Pemprosesan Maklumat. Teori ini juga menekankan proses peneguhan supaya pengajaran

dan pembelajaran dapat dijalankan dengan lebih berkesan.

Teori Pembentukan Konsep Bruner

Jerome Bruner telah dilahirkan di New York pada 1 Oktober 1915. Insan yang lebih dikenali

sebagai J.Bruner ini merupakan bapa kepada teori psikologi kognitif. Anak kepada Herman dan

Rose (Glickmann) Bruner, telah dilahirkan buta dan tidak dapat melihat setelah dijangkiti katarak

sewaktu beliau masih bayi. Bruner bersekolah di sekolah umum, lulus dari sekolah tinggi pada

tahun 1933, dan masuk Duke University di mana ia mengambil jurusan psikologi, mendapat

gelaran AB pada tahun 1937. Bruner kemudian mengejar kajian pascasarjana di Harvard

University, menerima MA pada 1939 dan Ph.D. pada tahun 1941. Semasa Perang Dunia II,

beliau berkhidmat di bawah Jeneral Eisenhower di Perang Psikologis Divisi Markas Tertinggi

Bersekutu Expeditionary Force Eropah. Beliau memainkan peranan yang penting dalam

Page 20: teori pembelajaran kognitif

perancangan Projek Medison, suatu kurikulum matematik moden di Amerika Syarikat.

Antara pencapaian yang telah diperolehi oleh berliau adalah seperti, BA, Duke University, 1937,

PhD, Harvard, 1941 (psikologi), Profesor psikologi di Harvard (1952-1972), Profesor psikologi di

Oxford (1972-1980), CIBA Pingat Emas, 1974, untuk "kajian khas dan asli", Balzan Prize pada

tahun 1987 untuk "sumbangan untuk memahami fikiran manusia" serta Fellow, American

Academy of Arts and Sciences.

            Bruner berpendapat bahawa cara seseorang individu mengamalkan budayanya dan

pergaulan sosialnya akan menentukan cara bagaimana individu tersebut menerima

pendidikan.Beliau terkenal untuk dua teori kognitifnya iaitu Model Penemuan Inkuiri dan Teori

Pembentukan Konsep.

            Fokus utama teori Bruner adalah model penemuan inkuiri dalam pembelajaran yang

mementingkan konsep kategorisasi.Bruner lebih menegaskan faktor-faktor persekitaran dan

pengalaman model penemuan inkuirinya.Pembelajaran penemuan Bruner adalah lebih

berdasarkan prinsip konstruktivisme iaitu,seorang murid akan membina maklumat dan konsep

baru berdasarkan perkaitan di antara maklumat-maklumat yang sedia ada.Murid-murid akan

mengolah maklumat melalui struktur kognitif yang sedia ada seperti skema dan model mental

untuk menambah kesedaran baru dalam ingatan.

            Menurut model ini,murid-murid digalakkan belajar melalui perbuatan aktiviti dan

pengalam sendiri.Dalam keadaan ini,peranan guru adalah untuk mencungkil fikiran mereka serta

memberangsangkan naluri ingin tahu murid-murid dengan soalan-soalan yang mencabar.Guru-

guru juga bertanggungjawab untuk memastikan aktivit-aktiviti pengajaran bersesuaian dan

murid-murid tidak gagal dalam aktiviti penemuan mereka.

            Terdapat empat tema yang berkaitan dengan Model Penemuan Inkuiri yang harus

diutamakan.Tema pertama adalah pertengahkan konsep dan keutamaan struktur kognitif dalam

proses pembelajaran.Pemindahan pembelajaran daripada pengetahuan lama yang sedia ada

kepada input dan konsep-konsep baru perlu difokuskan.Guru-guru mesti selalu pertengahkan

dan memfokuskan pada konsep-konsep yang baru kerana penguasaan fakta-fakta atau sesuatu

teknik tidak berkesan dalam jangka masa panjang.Tema seterusnya pula kesediaan belajar

murid-murid.Guru-guru mesti meneliti kesediaan pembelajaran murid-murid dan mengutamakan

kurikulum berpusar.Guru juga perlu sentiasa mengajar isi pelajaran dan kurikulum daripada

senang kepada susah dan yang sentiasa mengaitkan satu konsep dengan yang lain.Selain

daripada itu,sesuatu topik mesti selalu diulang oleh guru sehingga murid-murid memahaminya

dengan sempurna.

            Tema ketiga pula adalah penggunaan naluri intuitif atau gerak hati.Semasa guru-guru

mengajar,mereka mesti mengajar dengan memfokuskan kepada naluri intuitif atau gerak hati

para murid.Pembelajaran harus produktif dan perlu diutamakan sebagai pembelajaran yang

bermakna untuk murid-murid.Pembelajaran perlu disokong dengan pemikiran lain seperti

pemikiran analitikal.Tema yang terakhir adalah motof untuk belajar.Guru-guru juga mesti

Page 21: teori pembelajaran kognitif

sentiasa mencungkil motivasi dalaman atau naluri ingin tahu murid-murid mengenai sesuatu

fenomena.Ini merupakan cara yang paling berkesan bagi seorang guru untuk menarik minat

murid-muridnya.Guru-guru juga perlu mengajar murid-murid yang mencapai markah yang

tertinggi dalam peperiksaan atau mendapat tempat pertama dalam pertandingan sekolah bukan

tujuan utama untuk belajar sesuatu.Motif untuk belajar adalah lebih untuk memenuhi keperluan

kognitif minda serta untuk perkembangan intelek murid-murid.

            Bruner juga telah mengutamakan teori pembentukan konsep yang terkenal.Beliau

menekankan perkembangan kognitif kanak-kanak melalui beberapa peringkat

penaakulan.Peringkat pertama adalah peringkat enaktif atau tidak aktif.Kanak-kanak yang

berumur dari 0-2 tahun tergolong dalam peringkat ini.Pada peringkat ini,kanak-kanak belajar

melalui tindakan manipulatif kerana mereka belum menguasai bahasa untuk bertutur.Mereka

juga menggunakan anggota deria untuk menyelesaikan masalah.Beberapa aktiviti dilakukan

berdasarkan pergerakan anggota kanak-kanak.Maka,guru-guru perlu sdiakan bahan maujud

untuk mengimbangkan minda murid-murid dalam peringkat ini.Menuut Bruner,peringkat ikonik

adalah peringkat penaakulan kedua.Kanak-kanak yang berumur 2-4 tahun dapat

membayangkan satu situasi dalam minda mereka pada peringkat ini.Mereka juga menyimpan

maklumat dan pengalaman dalam kerangka kognitif   secara lebih tersusun.Guru-guru perlu

merancang pelajaran dengan menggunakan pelbagai jenis bahan bantu mengajar.Peingkat

terakhir adalah peringkat simbolik.Pada peringkat ini,kanak-kanak boleh menggunakan simbol

seperti bahasa,perkataan,nombor dan simbol-simbol matematik.Mereka juga dapat memindah

pengalaman pembelajaran ke situasi serupa dengan membuat penaakulan logik.Pada tahap

ini,kanak-kanak dapat menyoal mengenai satu fenomena dan dapat memberi pendapat

mengenai sesuatu masalah atau situasi.Mereka juga menggunakan langkah-langlah

penyelesaian masalah.Oleh yang demikian,guru-guru harus merancang pengajaran secara

teratur supaya murid-murid dapat mengembangkan potensi mereka pada peringkat ini.Menurut

Bruner,dalam mana-mana tempoh masa yang tertentu ,satu jenis penaakulan akan lebih

dominan daripada yang lain.Ini bererti kanak-kanak berkebolehan untuk berfikir pada tahap yang

lebih mantap melalui pendedahan kepada idea-idea kognitif mencabar dalam persekitaran

mereka daripada umur yang kecil lagi.

            Dengan itu,Bruner (1996),di dalam bukunya Toward a Theory of

Instruction ,menghuraikan empat prinsip pengajaran-pembelajaran berlandaskan teori

pembelajaran yang dikemukakannya.Di antaranya ialah prinsip kecenderungan murid-

murid,prinsip pengajaran berstruktur,prinsip rangkaian ataupun sekuen dan prinsip

peneguhan.Dalam prinsip kecenderungan murid-murid,murid-murid mesti mempunyai

kecenderungan ingin tahu perkara-perkara yang sedang berlaku di sekelilngnya.Mereka perlu

sentiasa menyoal diri dengan soalan-soalan sepert “ Mengapa?”,”Kenapa?” atau “

Bagaimanakah sesuatu berlaku?”Manakala pengajaran berstruktur pula dikatakan sebagai

organisasi isi pelajaran oleh Bruner.Mengikut beliau,aktivit pembelajaran dan pengajaran yang

Page 22: teori pembelajaran kognitif

berkesan dapat dicapai sekiranya organisasi isi pelajaran adalah sesuai dengan pembelajaran

mental kanak-kanak.Prinsip ini mengutamakan apa isi pelajaran sesuai dengan apa bentuk

pengajaran,dan apa bentuk pengajaran yang sesuai digunakan untuk apa murid yang

berkenaan.Di bawah prinsip ini,Bruner mencadangkan penggunaan prinsip pengajaran daripada

konkrit kepada abstrak ,iaitu menggunakan bahan konkrit ,demonstrasi ataupun ilustrasi untuk

mengajar perwakilan nombor.

Sementara itu,prinsip rangkaian yang juga dikenali sebagai prinsip sekuen merupakan suatu

prinsip turutan. Mengikut Bruner, prinsip ini boleh dibahagikan kepada dua, iaitu prinsip sekuen

yang pertama (prinsip kesediaan). Di mana pada peringkat ini guru perlu menggunakan set

induksi untuk menimbulkan motivasi yang berterusan kepada murid agar aktiviti pembelajaran

akan menjadi lebih mudah dan berkesan. Prinsip seterusnya adalah prinsip sekuen yang kedua.

Prinsip ini adalah penggunaan dan perlaksanaan kaedah dan teknik mengajar. Kaedah dan

teknik mengajar perlulah seimbang dengan perkembangan kognitif murid pada waktu itu. Secara

tidak langsung, ianya dapat mempertingkatkan daya keupayaan mental kanak-kanak. Prinsip

sekuen ini dapat menghubungkaitkan pengalaman baru dengan pengalaman lama serta

keberkesanan pembelajaran dapat ditingkatkan.Justeru itu,murid-murid harus diberi peluang

untuk sentiasa mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada dan

menguasai bahan-bahan pembelajaran dalam bentuk rangkaian.Dengan itu,prinsip yang terakhir

adalah prinsip peneguhan.Guru-guru mesti bijak membuat peneguhan yang bersesuaian tidak

kira positif ataupun negatif untuk memperkukuhkan sesuatu pembelajaran.Mengikut

Bruner,selain daripada memberi peneguhan,penetapan masa yang sesuai dalam pemberian

peneguhan juga penting supaya gerak balas yang ditunjukkan oleh murid-murid diulang secara

bersiri dan konsisten.

Secara kesimpulanya,boleh dikatakan bahawa teori Bruner telah mempengaruhi pengajaran

dengan impak yang paling ketara.

Teori Pembelajaran Asimilasi Ausubel

            David Paul Ausubel(1918-2008) merupakan salah seorang ahli psikologi Amerika. Beliau

telah memberi banyak sumbangan yang penting khususnya dalam bidang psikologi pendidikan,

sains kognitif dan juga pembelajaran pendidikan sains. Ausubel Silahirkan pada 25 Oktober

1918 dan dibesarkan di Brooklyn, New York.  Beliau mendapat pendidikan di Universiti of

Pennsylvania dan mendapat ijazah kehormat pada tahun 1939 dalam bidang psikologi.

Kemudian Ausubel menamatkan pelajarannya di sekolah perubatan di Universiti

Middlesex. Beliau juga  telah berkhidmat dengan jabatan pertahanan US Public Health Service,

dan telah memperolehi   M.A dan Ph.D dalam Psikologi Perkembangan dari Universiti Columbia

pada 1950. Pada tahun 1973, Ausubel membuat keputusan untuk  bersara dari bidang akademik

dan menyertai latihan psikiatri. Sepanjang menjalani latihan psikaitri, Ausubel telah

menghasilkan pelbagai judul buku dan artikel tentang psikiatri dan jurnal psikologikal. Pada

tahun 1976, beliau telah menerima Anugerah Thorndike dari Persatuan Psikologi Amerika bagi

Page 23: teori pembelajaran kognitif

sumbangan beliau yang memberangsangkan dalam bidang psikologi dalam pendidikan. Pada

umur 75 tahun, Ausubel bersara dari bidang professional dan melibatkan diri sepenuhnya dalam

penulisan dan telah menghasilkan empat buah buku yang terkenal.

            David Ausubel telah mengemukakan teori pembelajaran yang mengatakan manusia

memperoleh ilmu kebanyakannya dalam bentuk pembelajaran resepsi dan bukan daripada

pembelajaran penemuan atau dikenali sebagai Model Pembelajaran Ekspositori. Model

pembelajaran ekspositori yang dikemukakan oleh beliau menekankan penerangan bahan

pembelajaran oleh guru dalam bentuk fakta yang tersusun dandijelaskan menurut urutan serta

fakta yang lengkap. Ausubel menegaskan pembelajaran sepatutnya berkembang dalam bentuk

deduktif daripada am kepada spesifik atau daripada prinsip kepada contoh (Woolfolk, 1998).

 Ausubel juga mengemukakan pembelajaran lisan bermakna iaitu ‘meaningful verbal learning’,

termasuk  pentingnya maklumat lisan, idea dan hubungan antara idea yang dikenali sebagai

Konsep Penyusunan Awal. Bagaimanapun, hafalan tidak dianggap sebagai pembelajaran

bermakna.Dua proses yang dikemukakan untuk membantu pembelajaran bermakna ialah

pembelajaran resepsi dan penemuan.Ausubel lebih mementingkan pembelajaran resepsi

daripada pembelajaran penemuan dan hafazan.Resepsi bermaksud penerimaan maklumat oleh

murid-murid apabila guru mengemukakan isi kandungan pelajaran secara

eksplisit ,langsung,lengkap dan tersusun.Mengikut model ini,guru-guru harus menyampaikan

pelajaran melalui kuliah atau ceramah,iaitu dalam bentuk pengajaran memusatkan

guru.Penemuan  berlaku apabila murid-murid meneroka bahan-bahan pembelajaran yang

disediakan oleh guru-guru dan membentuk konsep melalui proses penyelesaian masalah.Murid-

murid berusaha untuk mencari makna sendiri dengan menggunakan kerangka kognitif yang

telah dibina sebelum ini.

            Untuk membantu pembelajaran,Ausubel juga telah memperkenalkan konsep penyusunan

awal. Penyusunan awal telah diperkenalkan oleh beliau untuk menyesuaikan skema pelajar

dengan bahan pembelajaran, supaya pembelajaran optimal berlaku. Salah satu strategi untuk

memastikan wujudnya kesesuaian tersebut ialah memulakan pembelajaran berpandukan

kepada “penyusunan awal”. Ia merupakan struktur yang menerangkan hubungan antara konsep-

konsep yang hendak disampaikan pada hari tersebut.Fungsi penyusunan awal ialah untuk

menjelaskan kepada guru dan pelajar tentang perkara-perkara yang perlu difahami bagi sesuatu

tajuk pelajaran. Penyusunan awal juga boleh menghubungkan konsep baru dengan konsep yang

telah dipelajari. Jadi terdapat tiga tujuan penggunaan penyusunan awal, iaitu memberi gambaran

tentangapa yang penting dalam pelajaran, menjelaskan hubungan antara konsep yang akan

dihuraikan dan menggerakkan minda pelajar untuk mengingat semula konsep berkaitan yang

telah dipelajari.

            Mengikut Ausubel,peta konsep adalah sebuah struktur grafik yang boleh digunakan

sebagai penyusunan awal dalam proses pengajaran dan pembelajaran.Pemetaan peta konsep

dapat membantu proses penyusunan maklumat murid-murid secara jelas.Ia juga dapat

Page 24: teori pembelajaran kognitif

mengukuhkan isi kandungan yang sedia ada dalam struktur kognitif murid-murid dan

mendemostrasikan kefahaman mereka mengenai sesuatu topik.Pembelajaran bermakna hanya

boleh berlaku sekiranya guru-guru menyusun  bahab-bahan pembelajaran dalam bentuk yang

lengkap dan sempurna.Dalam erti kata lain,pembelajaran berkesan berlaku jika penyampaian

pengajaran guru-guru tersusun dan atur.Justeru itu,teori beliau juga dikenali sebagai Teori

Pembelajaran Resepsi.

            Pembentukan kerangka pengetahuan atau struktur mental/kognitif berkembang dengan

pembelajaran  bermakna melalui 4 proses.Proses pertama adalah proses subsumsi.Proses

subsumsi merujuk kepada pengetahuan baru mengenai konsep-konsep yang lebih umum dan

inklusif di dalam struktur kognitif seseorang individu.Proses ini terdiri daripada subsumsi terbitan

dan subsumsi korelatif.Subsumsi terbitan merujuk kepada maklumat bary yang terbit daripada

maklumat lama yang ada pada diri murid-murid.Maklumat baru ini akan disesuaikan dengan

pengetahuan sedia ada murid-murid.Sementara subsumsi korelatif merujuk pada suatu keadaan

di mana murid-murid menukar dan mengubahsuai struktur kognitif yang sedia ada untuk

mengakomodasikan maklumat atau konsep baru.Proses subordianat dan superodinat

merupakan proses kedua dalam pembentukan kerangka pengetahuan.Proses subordinat adalah

pengolahan maklumat untuk memahami konsep secara terperinci dan khusus.Proses ini adalah

spesifik dan bukan umum.Proses pembelajaran subordinat boleh dijalankan melalui pengajaran

induktif.Sebaliknya,proses superordinat adalah pengolahan maklumat secara am dan

inklusif.Proses pembelajaran ini boleh dijalankan melalui pengajaran deduktif.Proses ketida

adalah perbezaan progresif.Dalam pendekatan ini,guru-guru akan cuba memantapkan

kefahaman sesuatu konsep secara progresif atau beransur-ansur khasnya apabila konsep itu

sangat sukar.Guru-guru akan mendedahkan murid-murid kepada proses pembelajaran dimana

mereka perlu mendedahkan prinsip-prinsip yang lebih am dalam konsep-konsep yang dan yang

berkaitan di antara satu sama lain.Kemudian,guru-guru akan membuat elaborasi ciri-ciri yang

lebih  terpencil yang wujud di dalam konsep-konsep yang sukar ini.Mereka juga akan

menekankan perbezaan dan persamaan yang wujud di antara konsep-konsep yang saling

berkaitan.Langkah ini akan membantu murid-murid meningkatkan kefahaman dan memperolehi

penguasaan pembelajaran terhadap konsep-konsep yang sukar.Proses penyelarasan integratif

atau pengubahsuaian bersepadu adalah proses terakhir.Dalam proses penyelarasan

integratif  ,guru-guru mesti memainkan peranan untuk menhilangkan kekeliruan dan persoalan

yang timbul dalam minda murid-murid akibat daripada pendedahan kepada pelbagai jenis

konsep dan rumus dalam sistem persekolahan.Mereka akan cuba menyelaraskan tajuk-tajuk

pembelajaran yang hampir sama supaya lebih mudah difahami oleh murid-murid.Justeru

itu,pengubahsuaian bersepadu juga merujuk kepada satu pendekatan dimana percanggahan

makna di antara konsep-konsep yang hampir sama atau berkaitan dengan lebih teliti oleh guru.

            Prinsip pembelajaran dan pengajaran Ausubel boleh digunakan dalam pengajaran

dengan memberikan perhatian kepada dua perkara.Perkara pertama, Ausubel mencadangkan

Page 25: teori pembelajaran kognitif

supaya guru menggunakan pembelajaran resepsi(penerimaan)atau model pengajaran

ekspositori kerana guru dapat menyampaikan maklumat yanglengkap dalam susunan yang

teratur seperti dalam kaedah kuliah.Perkara kedua pula menggunakan penyusunan awal dalam

pengajaran untuk menggalakkan pelajarmengingat semula konsep yang telah dipelajari dan

mengaitkannya dengan konsepbaru yang akan dipelajari serta mengingatkan mereka tentang

perkara-perkara penting dalam sesuatu tajuk pelajaran.

Teori Pembelajaran SosialPengenalan

Mazhab sosial menyarankan bahawa pembelajaran berlaku dalam konteks sosial iaitu manusia

belajar daripada orang lain yang berada dalam lingkungan persekitaran mereka.Ia

menggabungkan teori mazhab behaviorisme dengan mazhab kognitif kerana ia melibatkan

pemerhatian dan permodelan.Justeru itu,teori ini juga dikenali sebagai teori permodelan dan

teori kognitif sosial.

            Di antara tokoh-tokoh yang menyokong mazhab atau teori sosial,Albert Bandura adalah

tokoh yang paling terkenal.Beliau menyatakan bahawa proses pembelajaran dapat dilaksanakan

dengan lebih berkesan  dengan menggunakan pendekatan ‘permodelan’.Beliau menjelaskan

bahawa pemerhatian seorang murid terhadap apa yang dilakukan oleh guru-guru serta tindakan

murid-murid dalam meniru aksi guru-guru tersebut akan memberikan kesan yang optima kepada

kefahaman murid.

            Teori kognitif sosial menegaskan bahawa latar belakang kebudayaan seseorang individu

merupakan faktor utama dalam pembentukan tingkahlakunya.Kebudayaan adalah hasil ciptaan

manusia yang bersosial dan kanak-kanak dibesarkan dalam nilai budaya masing-masing.Justeru

itu,kanak-kanak amat dipengaruhi oleh budaya persekitaran yang merangkumi keluarga,sekolah

dan rakan sebaya.

Teori Permodelan Bandura

Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Disember 1925. Masa

kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun

1949 beliau mendapat pendidikan di Universiti British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia

memperoleh gelar ‘Master’ di dalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia

juga meraih gelaran doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang

psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University.Pada tahun 1964 Albert Bandura

dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American Psychological

Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahub 1980.

Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh

keluarga dengan tingkah laku social dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai

meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters, muridnya yang

pertama mendapat gelar doctor sebagai pembantunya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip

Page 26: teori pembelajaran kognitif

belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus

memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma

behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu

konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran,

pemahaman, dan evaluasi.

Menurut beliau manusia secara semula jadinya belajar melalui proses peniruan atau

pemerhatian, iaitu dengan cara melihat orang bertingkah laku dalam kehidupan seharian seperti

berjalan, makan, minum, mendapat penghargaan, pujian atau menerima hukuman. Pada

asalnya ia lebih merupakan kepada teori pembelajaran sosial tetapi telah berkembang kepada

teori pembelajatan sosial kognitif. Ini kerana terdapat proses kognitif  terlibat di dalamnya.

Bagaimana kanak-kanak meniru perlakuan orang dewasa dan bagaimana persekitaran

mempengaruhi kehidupan dan perlakuan kanak-kanak. Sebab itu Bandura mengatakan bahawa

pembelajaran secara peniruan melibatkan tiga unsur  iaitu,individu (kognitif), persekiataran dan

tingkah laku itu sendiri (Ormrod, 2008).

Individu yang meniru tingkah laku orang lain, menjadikan orang yang ditiru itu sebagai model.

Jadi tidak hairan jika kita tengok muda mudi sekarang lebih berminat meniru gaya fesyen

pakaian selebriti yang mereka minati. Sehubungan itu model boleh dibahagikan kepada dua.

Pertama ialah model sebenar/hidup, iaitu  belajar melalui orang yang sebenar. Misalnya jika

mahukan hiasan dalaman maka Eric Leong akan dijadikan model. Manakala model kedua ialah

model simbolik, iaitu model yang dilihat menerusi video, lakonan watak dalam cerita atau rajah.

Murid mungkin belajar sesuatu melalui pemerhatian atau peniruan daripada sumber yang

dinyatakan.

Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak-anak

meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.Albert Bandura seorang tokoh

teori belajar social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih

berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa

aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek

peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.

Bandura (1986) telah mengenal pasti empat unsur utama yang membantu dalam proses

pembelajaran permodelan iaitu pemerhatian , mengingati,reproduksi serta peneguhan dan

motivasi. Untuk belajar melalui pemerhatian, kita mesti menumpukan perhatian. Biasanya kita

memberi perhatian kepada orang yang menarik, popular, cekap atau disanjungi. Untuk kanak-

kanak kecil ini mungkin merujuk kepada ibu bapa, abang atau kakak atau guru- guru. Bagi

pelajar yang lebih tua ia mungkin merujuk kepada rakan sebaya yang popular dan artis pujaan.

Faktor- faktor yang mempengaruhi perhatian ialah ciri- ciri model termasuk nilai, umur, jantina,

status dan perhubungan dengan pemerhatian. Dalam pengajaran guru perlu memastikan murid

menumpukan perhatian kepada ciri- ciri penting pelajaran dengan pengajaran yang jelas dan

menekankan isi- isi penting. Dalam suatu tunjuk cara contohnya memasukkan benang ke lubang

Page 27: teori pembelajaran kognitif

jarum mesin jahit kita mungkin memerlukan murid- murid duduk berhampiran dengan kita supaya

mereka nampak bagaimana cara melakukannya dengan betul. Perhatian mereka akan

ditumpukan kepada ciri- ciri yang betul dalam situasi tersebut dan dengan itu menjadikan

pembelajaran pemerhatian yang betul.Seterusnya,kebolehan untuk menyimpan apa yang

diperhatikan dalam memori adalah keupayaan mengingati.Seseorang boleh menyimpan

maklumat yang telah diperhatikan dalam pelbagai cara,seperti dalam bentuk koding,grafik

mental,penyusunan kognitif ,simbolik dan sebagainya.Sementara itu,reproduksi merujuk kepada

kebolehan si pemerhati untuk menghasikan semula  imej dan maklumat yang telah

diperhatikan.Pemerhatian harus berupaya melakukan semula tingkah laku yang ditirunya.

Apabila seseorang tahu bagaimana sesuatu tingkah laku ditunjukkan dan mengingat ciri- ciri

atau langkah- langkah dia mungkin belum boleh melakukannya dengan lancar. Sesorang itu

memerlukan latihan yang banyak, mendapat maklum balas dan bimbingan tentang perkara-

perkara penting sebelum boleh menghasilkan tingkah laku model. Di peringkat penghasilan

latihan menjadikan tingkah laku lebih lancar dan mahir.Dengan itu, seseorang itu mungkin telah

memperoleh satu kemahiran atau tingkah laku baru melalui pemerhatian, tetapi ia mungkin tidak

dapat melakukan tingkah laku itu sehingga ada sesuatu bentuk motivasi atau insentif untuk

melakukannya. Peneguhan boleh memainkan beberapa peranan dalam pembelajaran

pemerhatian. Seandainya individu itu mengharapkan untuk mendapat peneguhan dengan

meniru tindakan seseorang model, ia mungkin menjadi lebih bermotivasi untuk menumpukan

perhatian, mengingat dan menghasilkan semula tingkah laku. Selain itu, peneguhan penting

untuk mengekalkan pembelajaran. Seseorang yang mencuba menunjukkan tingkah laku baru

tidak akan mengekalkanya tanpa peneguhan. Sebagai contoh, seorang murid yang tidak popular

cuba memakai pakaian fesyen baru tetapi diejek oleh rakan- rakan dan dia tidak akan

meneruskan peniruannya.

Menurut Bandura,terdapat lima jenis peniruan seperti peniruan secara langsung,peniruan secara

tidak langsung,peniruan gabungan,peniruan sekat laluan dan yang tak sekat laluan. Pertama,

pemerhati mungkin menghasilkan semula tingkah laku model dan menerima peniruan secara

langsung. Contohnya, seorang ahli gimnastik menunjukkan pergerakan badan yang baik dan dia

di puji oleh jurulatihnya dengan kata- kata seperti ’syabas’. Kedua pemerhati mungkin melihat

orang lain menerima peniruan secara tidak langsung dan mengikut tingkah laku orang yang

diperhatikan. Contohnya kanak- kanak yang melihat program televisyen yang penuh dengan

keganasan mungkin meniru tingkah laku keganasan model melalui program tersebut. Ketiga

ialah peniruan melalui proses gabungan. Dalam proses ini seseorang akan meniru apa yang

dilakukan oleh orang lain jika dia sudah mengetahui cara- cara melakukan tingkah laku tersebut.

Sebagai contoh timbul keinginan di hati Ali untuk membantu ibunya memotong rumput setelah

melihat Rahman membantu ibunya. Keempat peniruan sekat lakuan. Peniruan yang sesuai

dilakukan dalam keadaan tertentu tetapi tidak digunakan dalam keadaan atau situasi yang lain.

Sebagai contoh, murid boleh meniru kawan mereka yang bising senasa kelas pendidikan

Page 28: teori pembelajaran kognitif

jasmani di padang tetapi tidak boleh meniru tingkah laku ini di dalam kelas. Kelima iaitu peniruan

tak sekat lakuan. Dalam proses ini seseorang individu akan terus mengamalkan peniruan dalam

apa- apa jua situasi. Sebagai contoh, Radzi yang menyertai satu kumpulan menyimpan rambut

panjang semasa cuti sekolah akan terus menyimpan rambut panjangnya semasa sesi

persekolahan bermula.

Teori permodelan boleh digunakan untuk mencapai beberapa kesan dalam bilik darjah.Sebagai

seorang guru,ia mesti selalu mengajar atau memodelkan satu tingkah laku,sikap atau kemahiran

yang baru kepada murid-murid.Selain itu,guru juga sentiasa mengukuhkan tingkahlaku-

tingkahlaku yang telah diajar kepada murid-muridnya.Dengan itu,guru-guru mesti memastikan

yang proses permodelan digunakan untuk mengatasi segala perasaan takut dan bimbang murid-

murid.Murid-murid yang berani digalakkan untuk menonjolkan kemahiran atau kerja mereka

terlebih dahulu. 

Teori Proksimiti Vygotsky

Lev S. Vygotsky ialah pengkritik terawal kepada andaian-andaian yang diketengahkan oleh

Piaget. Vygotsky memberi pandangan tentang perkembangan kognitif kanak-kanak yang cukup

berlainan dengan pendapat Jean Piaget. Vygotsky menyatakan bahawa perkembangan kanak-

kanak tidak mengikut tahap-tahap perkembangan. Sebaliknya, Vygotsky menegaskan bahawa

setiap fungsi dalam perkembangan budaya kanak-kanak muncul dalam dua aras iaitu pada aras

sosial dan pada aras individu.

Vygotsky sebagai seorang penulis telah mengarang banyak buku dalam tempoh usia yang

singkat,termasuklah buku Pyscology of Arts (1925) dan thinking of speech (1934).Sumbangan

beliau yang terkemuka ialah teori proksimiti yang menyokong perkembangan pembelajaran

kanak-kanak.Kini,teori perkembangan proksimal beliau menjadi asas untuk perkembangan teori

konstruktivisme.

Beliau telah mengemukakan empat konsep atau tema utama untuk menerangkan

teorinya.Antaranya ialah pendekatan sosio-budaya,zon perkembangan proksimal,bantuan

perancah(scaffolding) dan perkembangan bahasa.Dalam pendekatan sosio-budaya,Vygotsky

telah memerhati dan mengkaji peranan budaya dan komunikasi interpersonal kepada

perkembangan kognitif kanak-kanak.Beliau berpendapat bahawa perkembangan pembelajaran

berlaku dalam konteks sosial,iaitu melalui persekitaran dunia kanak-kanak yang dikelilingi

dengan orang dewasa yang berinteraksi dengan mereka sejak dilahirkan.

Teori Proksimiti  Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu

yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan

bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran

melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem

matematik, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu

berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang

Page 29: teori pembelajaran kognitif

tersebut. Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam

memudahkan perkembangan si anak.

 Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan

untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki

fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-

fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup

dan  alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-

anggota kebudayaan yang lebih tua  selama pengalaman pembelajaran yang dipandu.

Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk

gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama

dengan anggota lain dalam kebudayaannya.

Menurut vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang

melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan

hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan

manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di

dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi lebih

matang.

Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui

pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika

berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran

operasional formal tanpa bantuan orang lain.

Menurut teori Vygotsky, Zone of Proximal Developmnet(ZPD) merupakan celah antara ‘actual

development’ dan ‘potential development’, dimana antara apakah seorang anak dapat

melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan

sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Maksud dari ZPD

adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan

anak.Menurut Vygotsky,pembelajaran aktif berlaku dalam zon ini.Vygotsky telah memfokus

kepada hubungan sosial kanak-kanak dalam konteks sosio-budaya dan mendapati bahawa

mereka menggunakan alat-alat kebudayaan iaitu bertutur dan menulis untuk memahami

lingkungan sosial mereka.Beliau juga percaya bahawa proses internalisasi melalui alat-alat

kebudayaan ini yang menyebabkan kemampuan berfikir kanak-kanak maju ke aras kognitif yang

lebih tinggi.

Sementara itu, konsep ‘scaffolding’ ataupun bantuan perancah membawa maksud suatu

bantuan atau bimbingan kepada murid bagi menyiapkan sesuatu tugasan yang tidak dapat

diselesaikan tanpa mendapat bantuan daripada guru. Menurut Vygotsky (1978), guru dapat

merangsang zon ini dengan memberikan peluang yang banyak kepada murid bergerak balas

yang mencakupi kemahiran dan kebolehan yang boleh dilakukan oleh murid secara bersendirian

serta lain-lain kemahiran yang memerlukan bantuan guru (Shahabudin, Rohizani & Mohd. Zohir,

Page 30: teori pembelajaran kognitif

2007). 

‘Scaffolding’  juga dikatakan sebagai ‘ was developed as a metaphor to describe the type of

assistance offered by a teacher or peer to support learning. In the process of scaffolding, the

teacher helps the student master a task or concept that the student is initially unable to grasp

independently. The teacher offers assistance with only those skills that are beyond the student’s

capabality’. 

 ‘Scaffolding’  dapat membantu murid bergerak melalui zon perkembangan proksimal (Zon of

Proximal Development)  dengan membolehkan pelajar menyelesaikan sesuatu tugasan tanpa

bantuan orang lain. Jadi, melaluinya tindak balas dan keperluan pelajar akan dapat dipenuhi

dengan cara mengubahsuaikannya kepada tahap pencapaian yang boleh dicapai oleh pelajar.

Guru perlu memberikan bantuan atau bimbingan apabila diperlukan dan berhenti membantu

setelah murid mula menunjukkan kemampuan dalam menyelesaikan tugasan.

‘Scaffolding’ berinstruksional akan memberikan sokongan kepada murid misalnya di dalam bilik

darjah, guru menyediakan ‘scaffolding’ dengan menghuraikan dan membahagikan isi sesuatu

petikan kepada perenggan-perenggan yang dapat diselesaikan, menunjukkan kemahiran

‘modelling’ dengan membenarkan murid menyelesaikan tugasan secara bersendirian apabila

guru berasa yakin murid-muridnya sudah bersedia (Shahabudin, Rohizani & Mohd. Zohir, 2007).

Di samping itu,Vygotsky juga lebih menitikberatkan bahasa dalam pemerolehan pengetahuan

dan perkembangan kognitif.Munurut beliau,proses penguasaan bahasa berkembang dengan

kebolehan berkomunikasi dan berinteraksi secara sosial dengan orang lain.Bahasa dan

pemikiran berkembang secara tersendiri dan meningkat dalam tahap kesukaran.Mereka juga

belajar menggunakannya sebagai alat komunikasi untuk menyelesaikan masalah seperti

meminta  untuk susu apabila mereka lapar.

Dengan itu,terdapat beberapa implikasi utama teori Vygotsky dalam bilik darjah. Dari segi

pengajaran dan pembelajaran, seseorang guru yang mengamalkan prinsip-prinsip teori Vygotsky

akan mendapati proses pembelajaran yang sangat aktif. Guru akan menggunakan

teknik scaffolding dengan membimbing dan memberi tindak balas tentang pembelajaran isi

kandungan baru. Guru juga akan menyediakan alat-alat pembelajaran yang bersesuaian dan

mencukupi untuk mencapai objektif pengajatan yang efektif.

Vygotsky mengutarakan cadangan supaya perkembangan kanak-kanak didasarkan kepada

keupayaan mereka menggunakan perantaraan bahasa, sistem nombor dan peta bagi

perkembangan kognitif. Keupayaan mereka pula bergantung kepada pendedahan mereka

kepada pembantu dan persekitaran orang dewasa yang kebiasaannya terdiri daripada guru-guru

dan pengasuh. Ini sangat bermakna terhadap perkembangan kreativiti, kognitif, sosial dan

kemahiran mengawal perasaan.

Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui

pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika

berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran

Page 31: teori pembelajaran kognitif

operasional formal tanpa bantuan orang lain.Pada pandangan yang lain, Vygotsky mencari

pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-

fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan. Vygotsky membezakan

antara perkembangan sebenar dan perkembangan potensi pada anak. Perkembangan sebenar

ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau

guru. Sedangkan perkembangan potensi membezakan apakah seorang anak dapat melakukan

sesuatu, menyelesaikankan masalah dengan bantuan orang dewasa atau kerjasama dengan

teman sebaya.

Teori Pembelajaran HumanistikPengenalan

Mengikut pandangan ahli psikologi humanis, fitrah manusia pada dasarnya adalah mulia dan

baik. Setiap individu ingin belajar dan menimba ilmu. Setiap individu akan berkembang secara

semulajadi sekiranya persekitaran mereka adalah sesuai. Setiap individu akan bertindak atas

persekitaran masing-masing dan bebas membuat pilihan. Kajian ahli psikologi humanis

menyatakan bahawa pembelajaran manusia bergantung kepada emosi dan perasaan masing-

masing.Selain itu, pendekatan humanis terhadap pendidikan menekankan keunikan setiap

individu dengan meningkatkan motivasi instrinsik dan kendiri masing-masing dengan

menyatakan pandangan, pengalaman dan pendekatan terhadap pembelajaran setiap individu

adalah berbeza. Secara keseluruhannya, pendekatan humanis memperkatakan mengenai

pendekatan berpusatkan pelajar secara holistik.

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar

dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Pelajar dalam

proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan

sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang

pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah

membantu pelajar untuk mengembangkan dirinya, iaitu dengan membantu individu untuk

mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan

potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bahagian

pada proses belajar, iaitu proses pemerolehan informasi baru dan personalia informasi ini pada

individu.

Seterusnya,tiga tokoh humanis utama iaitu Carl Rogers,Abraham Maslow dan Erik Erikson akan

dibincangkan dengan lebih lanjut.

      

Carl Rogers

Carl Rogers telah dilahirkan pada 8hb Januari  di Oak Park, lllinois, 1902 dan telah meninggal

pada tahun 1987.Beliau dilahirkan dalam keluarga yang kuat berdisplin, penuh keagamaan dan

bermoral tinggi. Rogers mula belajar di Universiti of Winconsin dalam bidang pertanian tetapi dua

Page 32: teori pembelajaran kognitif

tahun kemudian bertukar kepada bidang keagamaan di Union Theological seminary di New

York. Walau bagaimanapun Rogers keluar dari kumpulan keagamaan kerana mempertikaikan

beberapa doktrin agama serta mempersoalkan tentang makna kehidupan. Beliau lebih

memikirkan dirinya sebagai seorang ahli psikologi klinikal dan berikutnya beliau terus

melanjutkan pelajaran ke Teachers College, Columbia Universiti dan mendapat Ph.D pada tahun

1928. Semasa di Columbia, sudah nampak Rogers cuba mengharmonikan idea – idea yang

bertentangan seperti fahaman Freudian dengan metod statistik saintifik. Kemudian fahaman

keagamaan dengan fahaman saintifik, gerakhati dengan objektif dan klinikal dengan statistik.

Pada dasarnya,Carl Rogers mementingkan manusia sebagai manusia dan bukan sebagai objek

yang boleh dimanipulasikan sama ada dari aspek-aspek fizikal atau emosi.Beliau juga

mementingkan perkembangan manusia yang positif dan melihat mereka sebagai mempunyai

hati yang baik dan mulia.Perlakuan mereka mendorong menuju kepada pencapaian

kesempurnaan kendiri.Terdapat beberapa usul penting dalam teori humanistik.Salah satu

daripadanya ialah persepsi individu mengenai diri kendiri.Mengikut Carl adalah selaras dengan

konsep kendirinya.Jika seseorang individu memiliki konsep kendiri yang tinggi,dia akan merasa

berkeyakinan tinggi dan bersemangat untuk melakukan segala tugas yang diagihkan

kepadanya.Usul seterusnya pula membantu individu untuk mengatasi halangan-halangan.Guru-

guru yang menunjukkan empati dan sentiasa bersikap positif akan mendorong mendidik murid-

murid secara lebih mendalam.Menurutnya lagi,seseorang guru kaunselor yang baik dapat

membantu menghilangkan penghalang-penghalang yang terpendam dalam diri seseorang agar

potensinya boleh berkembang dengan optimanya.Usul yang ketiga adalah kecenderungan untuk

Berjaya.Setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan kendiri dan

akan bersaing untuk mencapai kejayaan.Penguasaan ilmu dan pemerolehan pengalaman

berlaku secara semulajadi sehingga manusia mencapai kesempurnaan kendiri.Kefahaman

melalui refleksi juga merupakan antara usul penting dalam teori humanistik.Mengikut Carl

Rogers,manusia sentiasa menggunakan maklumat dan pengalaman yang ada pada diri sendiri

untuk memperbaiki kelakuan diri.Refleksi dan pengimbasan semula pengalaman yang dilalui

membawa kesedaran lebih kepada tingkah laku seseorang.Dengan itu,struktur kendiri manusia

terbentuk daripada interaksi dengan persekitaran dan penilaian tentang diri sendiri pula

diperolehi daripada interksi dengan orang lain.Interaksi manusia dengan persekitaran dan

pergaulan sosial memperkayakan input pengalaman seseorang.

Menurut Carl Rogers, setiap individu mempunyai keinginan semulajadi untuk belajar ( Choong

Lean Keow, 2011). Oleh itu Carl Rogers percaya bahawa setiap individu mempunyai

kecenderungan dan hasrat untuk mencapai kesempurnaan dirinya. Dalam hal ini guru dapat

memanfaatkan pendekatan ini dengan cara membentuk suasana bilik darjah yang kondusif

untuk murid-murid belajar. Guru boleh membentuk suasana bilik darjah yang kondusif dengan

menyediakan persekitaran kelas yang selamat dan tenang agar murid dapat belajar dengan

selesa. Seorang guru boleh menjalankan pelbagai jenis aktiviti pengajaran dan pembelajaran

Page 33: teori pembelajaran kognitif

agar murid-murid berasa seronok ketika berada dalam bilik darjah tersebut tidak merasa tertekan

atau terbeban apabila mengikuti pembelajaran. Guru perlu peka terhadap aspek perkembangan

diri setiap murid dengan memastikan keperluan asas wujud dalam persekitaran bilik darjah

khususnya. Dalam hal ini guru perlu mengambil kira tentang aspek bilik darjah, sama ada bilik

darjah tersebut selesa atau tidak.

Selain itu, guru perlu memberikan kebebasan kepada murid-murid untuk memilih apa yang ingin

mereka pelajari semasa berada dalam bilik darjah. Hal ini bersesuaian dengan pendapat yang

dinyatakan oleh Rogers bahawa pembelajaran yang bersifat signifikan hanya akan berlaku

kandungan matapelajaran adalah relevan dengan minat murid-murid. Guru perlu memberi ruang

kepada murid-murid untuk mengembangkan potensi mereka ke tahap yang maksimum. Dalam

hal ini, guru boleh memberikan peluang kepada muriduntuk memilih pembelajaran yang mereka

mahukan sesuai dengan minat murid. Murid-murid lebih mudah memahami sesuatu pelajaran

sekiranya mereka berminat dan ingin tahu tentang perkara tersebut. Contohnya, murid yang

minat melukis akan memberikan tumpuan sepenuhnya apabila guru lukisan mengajar di dalam

kelas. Secara tidak langsung minat dan sifat ingin tahu dalam diri murid tersebut menyebabkan

murid itu mudah menerima dan memahami apa yang telah disampaikan oleh

gurunya. Pembelajaran melalui proses kebebasan dapat memberi peluang kepada murid untuk

membuat penilaian kendiri terhadap kemampuan diri sendiri.

Menurut Rogers juga, murid-murid lebih mudah menerima pembelajaran apabila ancaman

luaran berada pada tahap minimum (Noriati Arashid & Boon Pong Ying, 2009). Di sini bermakna

guru bukan sahaja menyediakan keadaan bilik darjah yang tenang dan selesa, tetapi juga

menyediakan keadaan bilik darjah yang selamat kepada murid-murid. Keselamatan bilik darjah

tersebut termasuklah keadaan bilik darjah. Susunan meja dan kerusi yang teratur akan

mempengaruhi minat murid-murid untuk belajar. Kebersihan dan keceriaan kelas juga

mempengaruhi emosi murid-murid. Keadaan bilik darjah yang bersih, ceria dan selamat

membolehkan murid dapat menjalankan sebarang aktiviti dengan rasa yang selesa dan tenang.

Guru juga penting untuk mengambil kira aspek keselamatan pelajar ketika mereka berada dalam

bilik darjah atau luar bilik darjah tersebut. Contohnya tidak ada gangguan atau halangan

daripada mana-mana individu yang boleh menyebabkan murid tersebut berasa takut untuk

belajar seperti gangguan daripada rakan-rakan lain yang suka membuli atau sebagainya.

Disamping itu, dalam pendekatan humanistik Carl Rogers juga guru boleh mengaplikasikan cara

pembelajaran dan pengajaran dengan merancang pelbagai jenis aktiviti pengajaran dan

pembelajaran yang sesuai kepada murid-murid. Rogers menyatakan seorang guru perlu

menjelaskan objektif pembelajaran dan membekalkan sumber pembelajaran yang sesuai (Mok

Soon Sang, 2009). Guru boleh memanfaatkan cara ini ketika melaksanakan pengajaran di dalam

kelas. Murid perlu tahu apa yang mereka perlu capai dalam sesuatu pembelajaran yang

dilaksanakan oleh guru agar mereka mudah untuk mengikuti pembelajaran dalam bilik darjah

tersebut. Pada hakikatnya, guru perlu bijak untuk menghidupkan suasana pembelajaran dengan

Page 34: teori pembelajaran kognitif

mempelbagaikan kaedah pengajaran. Guru juga perlu membuat refleksi diri tentang kelemahan

semasa proses pengajaran dan pembelajaran dilaksanakan. Pembelajaran yang

menyeronokkan di dalam bilik darjah akan menimbulkan minat dan motivasi dalam diri murid

untuk belajar. Sebagai contoh, guru menggunakan bahan bantu mengajar yang menarik ketika

menjalankan proses pengajaran di dalam bilik darjah. Bahan bantu mengajar yang sesuai dapat

membantu murid-murid untuk memahami pelajaran dengan cepat dan mudah.

Abraham Maslow

Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York dalam tahun 1908. Bapanya bernama

Samuel Maslow dan ibunya bernama Rose.Abraham Maslow mendapat ijazah pertama dan PhD

dari Universiti Wisconsin dalam tahun 1934. Selepas mendapat ijazah doktor falsafah, beliau

bekerja di Brooklyn College (1937 - 1951). Dalam tahun 1951, beliau meneruskan kerjayanya di

bidang akademik di Universiti Brandeis, Massachusetts. Beliau pernah dilantik sebagi Pengerusi

Jabatan Psikologi selama 10 tahun di universiti yang sama. Sepanjang kerjayanya, beliau

banyak menghasilkan artikel – artikel berkaitan dengan perasaan dirinya sendiri, pandangan

terhadap insan juga perasaan ke atas kesihatan dirinya.Maslow berkahwin pada tahun 1928

dengan Bertha, dan beliau telah meninggal dunia di usia 62 tahun akibat penyakit serangan

jantung.

Piramid Teori Hierarki Keperluan Maslow

Menurut Maslow,apabila individu mendapat kepuasan dalam sesuatu hierarki,keperluan akan

muncul secara semulajadi untuk mencapai hierarki-hierarki yang lebih tinggi berlaku secara

semula jadi.Maslow mengatakan bahawa manusia sentiasa bermotivasi untuk mencapai

kejayaan dalam hidup.Mereka akan berusaha sesungguhnya untuk mencapai kesempurnaan

kendiri,iaitu merealisasikan potensi diri manusia seutuhnya.Mereka akan mencapai tahap ini

apabila telah meraih kepuasan dari tahap-tahap yang lebih dasar.Maslow telah menghuraikan

ciri-ciri perkembangan mengenai motif manusia untuk mencapai kepuasan dalam hidup.Kuasa

dalaman mendorong untuk mengejar kecemerlangan serta gaya hidup yang sihat dan sempurna.

Maslow melihat individu sebagai sesuatu yang berintergrasi dan penyusuan keseluruhan.

Contohnya, seorang insan yang lapar, ianya bukan sebahagian daripada diri individu tersebut,

sebaliknya keseluruhan diri individu menunjukkan rasa lapar. Teori Maslow ini ada berkaitan

dengan personaliti, dan menitikberatkan beberapa andaian yang berkaitan dengan motivasi.

Beliau menekankan keseluruhan diri individu bergerak, bukan hanya sebahagian daripada

individu.Maslow menganggap motivasi sebagai sesuatu yang kompleks, dimana tingkah laku

luaran yang diperlihatkan oleh manusia. Beliau juga menganggap, individu akan terus

bermotivasi oleh kerana sesuatu matlamat. Matlamat ini dianggap sebagai keperluan yang perlu

dipenuhi oleh semua manusia tanpa mengambil kira budaya, persekitaran dan perbezaan

Page 35: teori pembelajaran kognitif

generasi.Personaliti yang dibincangkan oleh Maslow lebih kepada keperluan individu. Maslow

sering mengaitkan perkembangan personaliti dengan motivasi. Motivasi lahir dari keperluan yang

diperolehi oleh setiap individu. Maslow berpendapat sebilangan keperluan dalaman yang

menggerak serta mengarahkan perlakuan yang dipamerkan oleh individu. Keperluan yang

ditunjukkan oleh Maslow boleh dilihat dalam bentuk hieraki.

Menurut Maslow dalam Teori Hierarki Keperluannya,meluaskan kendiri adalah berkaitan dengan

kecenderungan seseorang untuk menghubungkaitkan diri dengan keperluan

dunia.Penyempurnaan kendiri pula adalah tentang tatacara seseorang bermoral dan

beretika.Estetik pula adalah penghargaan simetri iaitu mencari atur susun dan menghayati

kecantikan.Pada tahap kognitif pula seseorang itu perlu menjelajahi ilmu dan berusaha unuk

memperoleh pengalaman baru.Sementara itu,mengikut Maslow,pada tahap penghargaan kendiri

pula ia harus mempunyai keyakinan diri, usaha kearah meraih kejayaan dan pencapaian serta

dihormati oleh orang lain.Selain itu,cinta saying,kawan-kawan dan mempunyai keluarga yang

bahagia adalah antara keperluan yang terdapat di tahap keperluan kasih sayang.Dengan

itu,keperluan fisiologi dan keperluan keselamatan dan perlindungan adalah juga tersenarai

dalam hierarki keperluan Maslow.Kedua-dua keperluan ini merujuk kepada makanan,tempat

tinggal,minuman serta udara segar yang harus diperlukan oleh seseorang.

Tugas guru semakin mencabar semasa menjalankan tugasnya sebagai  

pendidik dewasa ini.Dalam pengajaran dan pembelajaran, motivasi dianggap sebagai satu unsur

yang membolehkan murid melibatkan diri secara aktif.Di samping itu ianya menjadikan proses

pembelajaran berlaku dalam situasi yang bermakna,berfaedah dan menyeronokan.Guru

merupakan penggerak kepada muridnya supaya berjaya dalam pembelajaran. 

 Guru hendaklah sentiasa memberi peneguhan serta-merta kepada muridnya apabila mereka

memperlihatkan tingkahlaku positif. Peneguhan ini boleh diberi dalam pelbagai bentuk seperti

pujian, senyuman atau hadiah. Secara tidak langsung dapat mempertingkatkan lagi aras

motivasi serta meningkatkan prestasi murid-muridnya. Guru perlu memastikan setiap mata

pelajaran yang diajar menarik minat muridnya. Guru  mesti menentukan proses  pengajaran dan

pembelajaran itu sentiasa aktif, bersifat menyelidik, menyeronokkan dan bermanafaat. Aktiviti 

pembelajaran perlu menggalakkan interaksi sosial dan interaksi dalam kumpulan. Penyampaian 

pengajaran yang tidak menarik boleh menyebabkan murid-murid merasa bosan. Oleh itu, guru

perlu menyerapkan pelbagai unsur aktiviti seperti proses penyelidikan, keseronokan dan

sebagainya.Guru boleh menyuruh murid ke perpustakaan atau makmal komputer untuk mencari

maklumat tentang topik-topik yang berkaitan dengan pelajaran yang dipelajari.Guru juga boleh

mengadakan lawatan sambil belajar ke tempat-tempat yang bersejarah atau tempat yang sesuai

dengan pelajaran.Ini adalah berguna  untuk pelajar yang mempunyai gaya pembelajaran

pragmatis kerana mereka dapat melihat pertalian antara  teori dan fakta yang dipelajari  dengan

situasi sebenar.Selain itu, guru boleh mengadakan pusat  atau ruang untuk sudut mata pelajaran

bagi mempamerkan segala alat bantu mengajar seperti carta, peta dan sebagainya.Guru

Page 36: teori pembelajaran kognitif

menggalakkan murid-murid menggunakan pelbagai bahan rujukan.Guru tidak boleh

mengharapkan kepada buku teks sahaja.Guru perlu menggunakan pelbagai bahan  yang

mempunyai unsur-unsur kreatif seperti bahan dari internet, komik, CD-ROM , bahan-bahan

daripada akhbar dan bahan-bahan bacaan lain.Murid mesti digalakkan untuk menghasilkan

ciptaan berdasarkan idea-idea dan minat sendiri.

Sesuatu matlamat pada satu peringkat berjaya dicapai akan menimbulkan perasaan untuk

memenuhi kepuasan pada peringkat yang lebih tinggi.  Oleh itu pendidik harus mengetahui

langkah-langkah yang praktikal sejajar dengan diri seseorang pelajar demi  hendak memenuhi

kehendak pelajar.  Dengan itu kepuasan belajar dalam keperluan motivasi boleh dicapai

seterusnya menanamkan minat pelajar mengembangkan potensinya. 

 Jelaslah bahawa keperluan itu mempunyai matlamat yang mesti dicapai bagi memenuhkan

keperluan tersebut.  Matlamat ini mempunyai nilai yang tertentu kepada seseorang mahupun

seorang pelajar yang memerlukannya.  Teori Hiraki Maslow tegas memberi konsep bahawa

perkembangan individu atau pelajar ini perlu melalui beberapa tingkat kepuasan atau dengan

kata lain proses perkembangan individu itu merupakan satu usaha yang berterusan dalam

persekitaran sosial sehingga mencapai kecemerlangan.   Oleh itu bagi meninggikan atau

mempertingkatkan lagi proses pengajaran    juga pembelajaran di dalam kelas, guru seharusnya

peka dan bijak menentukan apa keperluan seseorang pelajar.  Dengan menyedari keperluan

seseorang pelajar guru dapat mengatur strategi serta alternatif yang lebih praktikal demi

kecemerlangan yang semaksimumnya.

Teori Identiti Erik Erikson

Erik Erikson(1902-1994),seorang ahli psikoanalisis yang berasal dari

Frankfurt,Germany.Sumbangan beliau dalam bidang psikologi amat banyak dan ternilai.Beliau

terkenal untuk mengembangkan kefahaman konsep krisis identity yang berdasarkan

pengalaman yang dilalui oleh beliau sendiri.

Teori Identiti Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam

psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat kedudukan penting dalam

psikologi. Hal ini demikian kerana ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir

sehingga lanjut usia. Seperti Sigmund Freud, Erik Erikson percaya bahawa personaliti yang

terbentuk dalam satu siri peringkat.

Salah satu unsur utama teori peringkat psikososial Erikson ialah perkembangan identiti ego.

Identiti ego rasa sedar diri kita berkembang melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, identiti ego

kita sentiasa berubah – ubah disebabkan oleh pengalaman baru dan maklumat yang kita peroleh

dalam interaksi harian kita dengan orang lain. Di samping identiti ego, Erikson percaya bahawa

rasa kecekapan juga mendorong tingkah laku dan tindakan. Jika diuruskan dengan buruk, orang

itu akan merasai perasaan yang tidak mencukupi.Seterusnya,unsur perkembangan identiti

peribadi yang dibentuk melalui tingkah laku yang membezakan seseorang daripada orang yang

lain.Dengan itu,identiti sosial dan budaya turut merupakan satu unsur terpenting dalam

Page 37: teori pembelajaran kognitif

perkembangan identiti seseorang.Ia adalah merujuk kepada pelbagai peranan social atau

budaya yang dimainkan oleh seseorang individu.

Walau bagaimanapun, beliau telah menambah baikkan gambaran dengan menambahkan

peringkat perkembangan sosio-emosi manusia daripada lima kepada lapan peringkat, mulai dari

peringkat bayi hingga peringkat tua. Beliau menyatakan bahawa di dalam setiap peringkat

tingkah laku positif dan negatif akan timbul yang menyebabkan penyesuaian psikologikal kerana

konflik emosinya.

Menurut Erikson (1956), terdapat 8 peringkat yang dilalui oleh seseorang individu secara

berterusan sepanjang hayatnya.Antara peringkat-peringkat tersebut ialah kepercayaan lawan

kecurigaan,autonomi lawan ragu,ikhtihar lawan rasa bersalah,budaya usaha lawan rendah

diri,identity lawan kekeliruan identity,intim lawan bersendirian,generatif lawan stagnasi dan

integriti lawan kecewa.Pada peringkat kepercayaan lawan kecurigaan adalah peringkat di mana

bayi berumur di antara 0 hingga 18 bulan.Pada peringkat ini,perkembangan  ego bayi

berdasarkan kepada individu-individu yang boleh dipercayai iaitu bayi mempercayai dan

mempunyai keyakinan tinggi pada ibubapa dan pengasuhnya. Pada peringkat autonomi lawan

ragu adalah peringkat di mana kanak-kanak berumur di antara 18 bulan hingga 3 tahun.Di

peringkat ini kanak-kanak dapat melakukan suatu tindakan atau aksi dengan autonomi tanpa

ragu atau rasa malu.Sekiranya ibubapa memberikan banyak peluang dan pendedahan pada

kanak-kanak,mereka akan belajar berdikari serta berkeyakinan tinggi.Seterusnya,kanak-kanak

yang menghadiri tadika dan biasanya berumur di antara 4 hingga 6 tahun adalah di bawah

peringkat ikhtihar lawan rasa bersalah.Peringkat ini juga dikenali sebagai peringkat bermain di

mana kanak-kanak belajar untuk berikhtiar dalam segala tugasan serta menceburi semua

permainan.Pada tahap ini,adalah penting bagi ibubapa dan orang dewasa untuk berhati-hati

dalam teguran mereka.Peringkat seterusnya ialah berdaya usaha lawan rendah diri.Pada tahap

ini murid-murid sekolah rendah yang berumur di antara 6 hingga 12 tahun mempelajari

kemahiran-kemahiran social serta bercampur gaul dengan murid-murid lain di sekolah.Mereka

sanggup mengikuti arahan daripada guru-guru dan mematuhi semua peraturan yang ditetapkan

di sekolah.Di peringkat ini,guru-guru mesti menggalakkan perkembangan personality murid-

murid secara positif dan mesti berhati-hati dengan teguran disiplin yang boleh mengakibatkan

murid-murid rasa rendah diri.Pada peringkat identity lawan kekeliruan identiti merangkumi

golongan remaja yang berumur dalam lingkungan umur 13 hingga 20 tahun.Remaja pada

peringkat ini menghadapi cabaran untuk mengenal diri sendiri dan ini menimbulkan kebingungan

dan kekeliruan dalam memahami peranan mereka.Remaja mesti berjaya mencari identiti dalam

pekerjaan, peranan jantina, politik dan agama, jika tidak perasaan rendah diri akan timbul.Di

peringkat intim lawan bersendirian,remaja berada dalam lingkungan umur 20 dan ke atas.Ini

adalah peringkat di mana remaja ingin berdekatan dengan kawan-kawan yang berlainan jantina

dan mempunyai hubungan intim dengan orang lain yang serasi dengan  mereka.Mereka juga

akan berikhtiar untuk mencari jodoh atau kumpulan rakan yang boleh dipercayai kerana tidak

Page 38: teori pembelajaran kognitif

ingin berseorangan. Dewasa akan membina hubungan rapat atau sebaliknya merasa terasing

jika tidak mahir membina hubungan.Peringkat generative lawan stagnasi adalah peringkat

petengahan dewasa yang terdiri daripada individu-individu yang berumur di antara 30 hingga 50

tahun.Pada tahap ini,seorang individu mencapai puncak dalam kerjaya yang diceburi selama

ini.Apabila individu sampai ke tahap ini,dia akan sangat prihatin terhadap pekembangan

generasi masa depan dan berusaha untuk mencari jalan untuk membantu mereka.  Setiap

dewasa mencari jalan untuk memuaskan hati dan menyokong generasi akan datang atau

sebaliknya hanya memusatkan kepada perkembangan  atau aktiviti diri.Peringkat terakhir adalah

integriti lawan kecewa atau putus asa yang merangkumi orang dewasa yang berusia 60 tahun ke

atas.Cabaran utama pada tahap ini adalah untuk mencapai integriti  tanpa berputus asa dalam

kehidupan iaitu individu-individu harus menerima hakikat dan melepaskan tanggungjawab

mereka kepada orang lebih muda dan gigih dengan ida-idea baru. Ini adalah kemuncak

perkembangan di mana perasaan diterima dengan perasaan kepuasan atau merasa tidak

diterima dan putus asa dengan kehidupannya.

Sebagai seorang guru, ia mesti menjadi model berwibawa tau berteladan baik untuk disanjungi

serta ditiru oleh murid-murid mereka.Guru-guru harus mempunyai ciri-ciri seperti bersifat jujur,

penyayang, bertolak ansur dan sentiasa bersabar untuk memahami perasaan dan emosi murid-

murid mereka.Guru-guru juga mesti membimbing dan bukan mengarah atau meleter sehingga

mereka membosankan murid-murid.Mereka perlu simpati dan empati terhadap murid-murid yang

sedang melalui peringkat-peringkat perkembangan teori Erikson.Ini ialah kerana perkembangan

personality murid-murid saling bergantungan dengan bagaimana orang-orang dewasa di dalam

persekitaran berkelakuan kepada mereka.Sementara itu,peranan Guru Besar pula ialah untuk

membina suatu suasana sekolah yang selamat dan harmoni bagi perkembangan positif identiti

individu.Sekolah-sekolah juga perlu menyediakan perkhidmatan bimbingan dan kaunseling

secara berprofessional dalam suasana yang harmoni,tenang dan tidak terancam untuk

memenuhi keperluan semua murid-murid yang berada di dalam peringkat-peringkat

perkembangan yang pelbagai.Pengaruh rakan sebaya amat penting dalam kehidupan kanak-

kanak.Justeru itu,pihak sekolah perlu menjamin satu persekitaran pembelajaran yang selamat

dan kondusif untuk murid-murid berinteraksi sesame sendiri di kawasan persekitaran sekolah.

Penutup

Secara kesimpulannya,dalam pendekatan humanistik, guru juga perlulah memupuk nilai

penghargaan kendiri dalam kalangan murid-murid serta memberi motivasi dan peneguhan yang

sesuai supaya mereka sentiasa bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pengajaran dan

pembelajaran. Dalam hal ini guru bukan sahaja bertindak sebagai menyampaikan ilmu semata-

mata malahan guru juga bertindak untuk memberikan motivasi kepada murid-murid.

Abraham Maslow menganggap motivasi sebagai sesuatu yang kompleks, dimana tingkah laku

luaran yang diperlihatkan oleh manusia. Beliau juga menganggap, individu akan terus

Page 39: teori pembelajaran kognitif

bermotivasi oleh kerana sesuatu matlamat ( Choong Lean Keow, 2011). Matlamat ini dianggap

sebagai keperluan yang perlu dipenuhi oleh semua manusia tanpa mengambil kira budaya,

persekitaran dan perbezaan generasi. Motivasi mampu merangsang dan membantu seseorang

murid untuk mencapai matlamat pembelajaran. Motivasi juga mampu membuatkan murid aras

rendah berkeyakinan untuk meningkatkan perkembangan kognitifnya. Dalam pendekatan

humanistik Rogers juga, guru haruslah berkongsi perasaan dan idea dengan murid-murid. Guru

perlu berkongsi perasaan, idea dan fikiran dengan pelajar selain cuba berkomunikasi

menggunakan pendekatan dua hala. Komunikasi yang baik antara guru dan murid dapat

mewujudkan suasana pembelajaran yang lebih berkesan dan hubungan antara guru dan murid

menjadi lebih baik. Perkongsian perasaan dan idea akan memudahkan guru untuk memahami

murid-muridnya. Guru juga mudah menyelesaikan masalah-masalah yang wujud di dalam bilik

darjah yang berkaitan dengan masalah murid. Komunikasi dua hala antara guru dan murid juga

boleh mewujudkan suasana yang penyayang di dalam bilik darjah. Murid-murid tidak akan

berasa tertekan dan mereka juga akan lebih menghargai guru mereka.Komunikasi yang baik dan

berkesan dapat dijelmakan dalam pelbagai cara seperti cara bertutur, penggunaan bahasa

badan, penulisan, dan juga melalui penggunaaan alat-alat tertentu seperti

komputer. Perkongsian perasaan membolehkan situasi bilik darjah mudah dikawal oleh guru

kerana guru mengetahui di mana kelemahan seseorang murid tersebut. Hal ini memudahkan

guru tersebut mengambil langkah mengawal dan menyelesaikan masalah murid tersebut. Setiap

orang pasti akan menghadapi kegagalan, namun kegagalan tidak bermaksud kekalahan. Guru

haruslah membimbing muridnya untuk membetulkan kesilapan dan mengajar tanpa rasa

jemu.Contohnya dalam bilik darjah, guru perlu memotivasikan murid-murid dengan menunjukkan

sesuatu yang menarik sebelum memulakan sesi pembelajaran agar mereka dapat memberikan

tumpuan yang baik. Motivasi juga boleh diberikan dalam bentuk lain contohnya dengan

memberikan ganjaran. Pelbagai bentuk ganjaran boleh diberikan seperti hadiah, pujian,

pelepasan dari tugas harian dan sebagainya. Selain itu, guru boleh memupuk nilai-nilai motivasi

diri melalui bimbingan supaya murid dapat memahami diri, menerima diri, melibatkan diri secara

aktif dalam aktiviti sosial, dan seterusnya memperkembangkan potensi diri sendiri.

Ahli humanistik berpendapat bahawa kriteria pertama dalam menentukan kejayaan dalam proses

pengajaran dan pembelajaran ialah kepuasan kanak-kanak atau murid-murid terhadap dirinya

sendiri. Kepuasan seseorang murid dalam diri sendiri akan meningkatkan keyakinan mereka

dalam melakukan sesuatu perkara. Contohnya seorang guru yang mengajar murid tahun satu

perlu menyediakan soalan-soalan latihan yang sesuai dengan aras murid tersebut agar mereka

dapat menjawab soalan tersebut. Jika mereka mendapat soalan yang susah dan tidak dapat

menjawab soalan tersebut, mereka akan menganggap bahawa diri mereka bodoh dan

seterusnya menyebabkan keyakinan dalam diri mereka rendah. Perasaan rendah diri boleh

membawa kepada terhapusnya potensi diri dalam seseorang murid. Mereka akan sentiasa

berasa gelisah dan bimbang kerana tidak dapat menjawab soalan yang diberikan oleh guru

Page 40: teori pembelajaran kognitif

setiap kali guru mengajar di dalam kelas. Sikap intrinsik akan mempengaruhi kepercayaan

murid-murid tentang kebolehan diri untuk meningkatkan pencapaian.

Disamping itu, guru juga boleh memanfaatkan pendekatan humanistik dalam pembelajaran

dengan cara memberi perhatian kepada potensi diri setiap pelajar mereka khususnya melibatkan

bakat dan kebolehan terpendam. Guru boleh menjalankan pelbagai pertandingan untuk

mencungkil bakat-bakat yang ada dalam diri murid-murid. Contohnya pertandingan melukis.

Dengan mengajurkan pertandingan ini, guru dalam melihat murid-murid yang berbakat dan

seterusnya menggalakkan mereka untuk mengasah bakat semulajadi yang mereka ada tu.

Murid-murid yang mengikuti bidang yang mereka minati akan berkebolehan untuk berjaya dalam

bidang tersebut. Pendekatan humanistik menekankan sifat semulajadi individu untuk belajar.

Dalam erti kata lain perasaan ingin belajar dalam diri individu di dorong oleh keinginan

semulajadi murid tersebut. Dalam hal ini, murid-murid tersebut akan mempunyai kawalan atas

pembelajaran mereka masing-masing. Di sini guru memainkan peranan yang penting. Guru perlu

menjadi seorang fasilitator dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Guru hanya memainkan

peranan sebagai pembimbing kepada pelajar. Kaedah ini amat sesuai kerana kaedah ini lebih

berkonsepkan kepada pendekatan pembelajaran berpusatkan pelajar. Sebagai fasilitator, guru

perlu memainkan peranan dengan membimbing murid-murid agar pembelajaran berjalan dengan

lancar. Sebagai contoh, ketika guru hendak mengajar karangan di dalam kelas, guru hanya perlu

menyediakan gambar sebagai panduan kepada murid-murid tersebut. Melalui gambar tersebut

murid boleh menghasilkan sebuah karangan dan seterusnya dapat memperkembangkan

kemahiran dalam diri murid. Guru memberikan kebebasan kepada pelajar untuk menilai

karangan mereka sendiri berdasarkan daripada skema yang ditetapkan oleh guru tersebut.

Seorang guru juga perlu bersikap prihatin dan memahami setiap murid-muridnya. Guru perlu

menangani kesilapan yang dilakukan pelajar dengan cara yang lebih proaktif melalui komunikasi

secara peribadi dengan murid yang berkaitan tanpa melibatkan kelompok besar di dalam bilik

darjah. Dengan cara ini pelajar tidak akan berasa malu di hadapan kawan-kawan lain. Cara ini

juga dapat mengelakkan murid-murid daripada berasa rendah diri. Disamping ituguru juga perlu

mengambil berat akan aspek perbezaan individu khususnya isu sensitif yang melibatkan

perbezaan latar belakang dan kepelbagaian kaum murid-murid dalam setiap sesi pengajaran

dan pembelajaran. Contohnya guru tidak boleh merendah-rendahkan kaum lain di hadapan

murid-murid yang berbilang kaum agar tidak timbul masalah-masalah dalam kelas tersebut.

Sesetengah murid sangat sensitif dan merasa rendah diri apabila kaum mereka di rendah-

rendahkan. Hal ini seterusnya akan mempengaruhi kepuasan intrinsik murid-murid tersebut dan

keyakinan diri rendah. Selain daripada itu, seorang guru juga boleh memanfaatkan pendekatan

humanistik dengan cara menggalakkan pelajar mengambil bahagian dalam kerja kumpulan

terutamanya dalam pembelajaran koperatif dengan tujuan membina kemahiran sosial dan

afektif. Sebagai contoh guru boleh membahagikan murid-murid kepada beberapa kumpulan kecil

untuk perbincangan kerja kumpulan setiap minggu. Murid-murid akan berbincang bersama ahli

Page 41: teori pembelajaran kognitif

kumpulan untuk menyelesaikan sesuatu masalah tersebut. Murid-murid akan didedahkan

kepada perbincangan dan mereka juga dapat belajar sebagai satu pasukan. Murid-murid dapat

berkongsi idea dengan kawan-kawan lain untuk menjawab soalan tersebut. Murid-murid juga

dapat belajar untuk saling berkerjasama antara ahli kumpulan. Di dalam kelas juga, guru perlu

mengajar murid-murid dengan penuh kasih sayang. Dalam hirarki keperluan Maslow, keperluan

kasih sayang berada pada aras ketiga ( Choong Lean Keow, 2011). Guru hendaklah bersifat

penyayang untuk memenuhi keperluan kasih sayang murid. Guru yang melayan murid-murid

dengan sikap kasar menyebabkan murid akan berasa kecil hati dan tidak bersemangat untuk

belajar. Guru juga perlu memenuhi keperluan asas murid-muridnya dahulu sebelum memulakan

pengajaran. Guru perlu mengenal pasti setiap kekurangan keperluan asas semasa awal sesi

pengajaran. Hal ini penting supaya murid merasa berminat dan tidak merasa bosan ketika sesi

pengajaran dijalankan. Hal ini bersesuaian dengan hierarki keperluan Maslow. Guru hendaklah

menerima murid tanpa syarat mengikut keupayaan dan kebolehan mereka. Guru perlu faham

bahawa aras kebolehan dan kemampuan seseorang murid tidak semuanya sama. Sesetengah

murid mudah menerima dan memahami sesuatu pelajaran sementara sesetengah pula sukar

menerima sesuatu pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kesimpulannya, guru haruslah

memainkan peranan penting dan memastikan mereka memilih kaedah-kaedah dan pendekatan

yang paling sesuai bagi memastikan murid-murid dapat belajar dan menerima pelajaran yang

disampaikan dengan berjaya dan berkesan.

Teori Pembelajaran Kognitif(ini hanya artikel populer resume dari hasil presentasi bukan untuk rujukan ilmiah)

Teori kognitif tertuju kepada hal-hal yang terjadi didalam kepala kita ketika kita belajar. Teori

kognitif juga mengambil perspektif bahwa siswa secara aktif memproses informasi dan

pembelajaran berlangsung melalui usaha-usaha siswa ketika siswa mengaturnya, menyimpanya

dan kemudian menemukan hubungan-hubungan antara informasi, hubungan baru dengan

pengetahuan lama, skema, dan teks, pendekatan kognitif menekankan bagaimana informasi di

proses 

Selain itu teori belajar kognitif juga lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses

yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996, page 53)

bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman,

ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”. 

Empat peneliti Jean Peaget, Ausubel, Bruner dan Gagne, mengambil perspektif berbeda tetapi

setiap gagasan yang dihadirkan selalu aneh bagi pembahasan tentang bagaimana orang

belajar. Pengatur maju (advanced organizer)-nya Ausubel merupakan konsep yang

mempertimbangkan dampak pembelajaran sesungguhnya. Ini berbeda bagi para behavioris

Page 42: teori pembelajaran kognitif

yang tidak mempertimbangkan pentingnya faktor ini. Karya Bruner tentang kategorisasi atau

pembentukan konsep-konsep memberikan seperangkat jawaban yang memungkinkan tentang

bagaimana pembelajar mendapatkan informasi dari lingkungan. Gagne melihat peristiwa-

peristiwa pembelajaran dan pengajaran sebagai serangakaisn fase, menggunakan langkah-

langkah kognitif dalam pengkodean, penyimpanan, pengambilan kembali, dan pentransferan

informasi.

Proses Kognitif

Proses kognitif dibagi 5 persepsi, perhatian, ingatan, bahasa dan berpikir. Sedangkan menurut

Taksonomi Bloom tingkatan kognitif terbagi menjadi pengertian, pemahaman, aplikasi, analitis,

sintesis dan evaluasi. 

Ingatan / Memori

Terbagi menjadi ingatan jangka pendek (short term memory), ingatan jangka panjang (long term

memory). Ingatan jangka pendek yaitu tempat menyimpan informasi yang baru saja kita pikirkan

1. tergantung pada persepsi atau pengalaman

2. pengalaman meninggalkan jejak di dalam otak

3. terdapat perbedaan memori pada individu atu dengna yang lain

4. disamping ingat lupa juga akan muncul

5. beberapa pengalaman yang tidak meninggalkan impresi tertentu umumnya tidak disimpan

sehingga muncul kelupaan.

Proses berpikir terjadi karena adanya interaksi antara memori jangka panjang dan jangka

pendek.

Teori-teori Pembelajaran Kognitif

Berikut adalah beberapa teori belajar kognitif menurut beberapa pakar teori belajar kognitif:

A. JEAN PIAGET

Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang

teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang

keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun tahapan-

tahapan tersebut adalah:

1. Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)

Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya

dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan

Page 43: teori pembelajaran kognitif

kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan

kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang

tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang

dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.

2. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)

Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu

mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan

bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak

dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang

berbeda dengannya.

3. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)

Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang

alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari

pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara konkrit dan bisa menguasai sebuah

pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan

bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak

sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat

kesalahan.

4. Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)

Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak

dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah.

Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah.

Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat

membuat (Winkel,1996) bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang

berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan

dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu secara relative dan

berbekas. hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.

B. JEROME BRUNER

Kalau kita berbicara teori pembelajaran kognitif kita akan menekankan pada belajar merupakan

suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia seperti juga diungkapkan winkel (Winkel,

1996) bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi

aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan

pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap seperti , yang menganjurkan penemuan pembelajaran,

Page 44: teori pembelajaran kognitif

kemungkinan mempunyai penerimaan yang lebih besar, setidaknya disekolah, daripada ide yang

dilontarkan oleh Ausubel or Gagne. Faktor selanjutnya yang memberikan andil bagi popularitas

ide-ide Bruner adalah bahwa mereka sangatlah sesuai dengan kondisi waktu. Penekananya

pada penemuan dan pembelajaran ” menggunakan sesuatu ” sesuai dengan ide Piaget.

Pastinya , hakikat konstruktivis dari teorinya menarik para guru dan banyak prinsipnya masih

menggunakan oleh para guru yang mempraktekannya.

Bruner berargumen bahwa kita harusnya mengajarkan ”Struktur subjek-subjek”. dia

menganjurkan pendahuluan bagi proses nyata ddari sebuah disiplin khusus terhadap siswa.

Misalnya. Kapan sejarah yang sebenarnya. Ini mungkin melibatkan pengujian sebuah jembatan,

bagunan, atau bahkan nisan dalam pemakaman.

Tiga tahapan dalam Teori Burner tentang perkembangan intelektual adalah:

1. Enactive, di mana seseorang belajar tentang dunia melalui aksi-aksi terhadap objek.

2. Iconic, di mana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan gambar-gambar

3. Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berfikir dalam istilah-istilah yang abstrak.

Prinsip pengajaran dan pembelajaran yang mendasari Bruner adalah bahwa kombinasi yang

konkret, gambar kemudian aktivitas simbolis akan mengarah pada pembelajaran yang lebih

efektif. Kemajuannya adalah dimulai dengan sebuah pengalaman konkret, kemudian bergerak

menuju gambar-gambar dan akhirnya menggunakan representasi. 

Aspek lain dari teori Bruner, yang telah diterapkan dengan antusias dalam ruang kelas guru

adalah pembelajaran penemuan (Discovery Learning). 

C. DAVID AUSUBEL 

Menurut Ausubel (Dahar, 1996) bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah sesuatu yang

”bermakna”. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada

konsep-konsep relevan yyang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. 

Dalam bahasa yang lebih sulit, menurut Ausubel, pengatur maju adalah sebuah alat

mempersipkan struktur kognitif pembelajaran bagi pengalaman pembelajaran yang berlangsung.

Ausubel berkontribusi dalam menciptakan adalah penekanannya pada hakikat aktif

pembelajaran resepsi (reception learning).

D. ROBERT GAGNE

Dia menunjukan bahwa sebuah tugas akan dipelajari dengan cara terbaik oleh rangkaian

sembilan peristiwa spesifik berikut ini:

1. mendapatkan perhatian

Page 45: teori pembelajaran kognitif

2. menginformasikan pembelajaran sasaran yang akan dituju

3. menstimulasi ingatan mengenai prasyarat pembelajaran

4. menghadirkan materi baru

5. memberikan paduan pembelajaran

6. mendapatkan prestasi

7. memberikan umpan balik tentang yang benar

8. memperkirakan prestasi 

memperluas ingatan dan memori.

Teori Belajar Kognitif1. PENDAHULUAN

Belajar merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau menguasai

pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi atau menemukan

(Hilgrad & Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007:13). Belajar juga merupakan proses

berubahnya tingkah laku yang relatif permanen yang disebabkan oleh interaksi dengan

lingkungannya. Proses belajar merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan, sehingga sudah

banyak ahli yang mengemukakan teori-teori dan pandangan-pandangan mereka mengenai

proses belajar tersebut.

Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di

sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap

penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran

behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat sebagai mekanistik antara

stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus atau

respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan

mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar.

Kendati pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik, namun

pandangan-pandangan kaum behavioristik juga ada yang digunakan dalam pendekatan kognitif.

Reinforcement, misalnya, yang menjadi prinsip belajar behavioristik, juga terdapat dalam

pandangan kognitif tentang belajar. Namun bedanya, behavioristik memandang reinforcement

sebagai elemen yang penting untuk menjaga atau menguatkan perilaku, sedangkan menurut

pandangan kognitif reinforcement merupakan sebuah sumber feedback untuk melihat apakah

kemungkinan yang terjadi jika sebuah perilaku diulang lagi.

2. PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif

Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Teori ini juga

menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh

Page 46: teori pembelajaran kognitif

konteks situasi tersebut. Membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen

kecil dan mempelajarinya secara terpisah akan menghilangkan makna belajar. Teori ini juga

berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,

pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain. (Asri, 2005 : 34). Belajar adalah aktifitas

yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar di sini antara lain

mencakup pengaturan stimulus yang diterima (faktor eksternal) dan menyesuaikan dengan

struktur kognitif yang sudah terbentuk di dalam pikiran seseorang (background knowledge)

berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya (faktor internal). Teori kognitif lebih

menekankan pada struktur internal pembelajar dan lebih memberi perhatian pada bagaimana

seseorang menerima, menyimpan, dan mengingat kembali informasi dari perbendaharaan

ingatan. Ada beberapa kelompok penganut teori kognitif, namun fokus dari penganut teori ini

sama yaitu pada soal bekerjanya pikiran manusia (Mukminan, 1998:53).

Banyak ahli telah memberikan pandangan menganai Teori Kognitif. Berikut ini beberapa

pengertian teori belajar menurut para tokoh aliran kognitif:

1) Teori Belajar menurut Piaget

Piaget adalah tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan

pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu

proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem

syaraf. Semakin bertambah umur pebelajar, semakin kompleks susunan sel syarafnya dan

makin meningkat kemampuannya (Asri, 2005:35). Proses peningkatan kemampuan tersebut

melalui proses yang disebut adaptasi. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi

secara stimulan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Tahap asimilasi adalah proses penerimaan

informasi baru dan kemudian disesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah ada dalam diri

masing-masing pebelajar. Proses akomodasi adalah proses memodifikasi struktur kognitif yang

sudah dimiliki dengan informasi yang diterima. Proses asimilasi dan akomodasi akan

menimbulkan ketidakseimbangan antara yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau

dialaminya sekarang. Proses ketidakseimbangan ini harus disesuaikan melalui proses

ekuilibrasi. Proses ekuilibrasi ini merupakan proses yang berkesinambungan antara proses

similasi dan akomodasi. Proses ini akan menjaga stabilitas mental dalam diri pebelajar dan

pebelajar akan dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya.

Perubahan struktur kognitif yang dipengaruhi oleh proses adaptasi tersebut melalui tahap-tahap

perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya dan bersifat hirarkhis. Seseorang harus melalui

urutan tertentu dan tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget

membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu (Asri, 2005 :37):

a. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)

Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana

seperti:

- mencari rangsanganmelalui sinar lampu

Page 47: teori pembelajaran kognitif

- suka memperhatikan sesuatu lebih lama

- memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.

b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)

Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. Preoperasional (umur 2-4 tahun),

anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih

sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami obyek. Tahap intuitif (umur

4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang

sudah abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh

sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama

bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas.

c. Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)

Anak telah memiliki kecapakan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang

bersifat konkrit. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi obyek atau gambaran

yang ada di dalam dirinya. Dalam tahap ini, anak tidak perlu coba-coba dan membuat

kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “kemungkinan”

dalam melakukan kegiatan.

d. Tahap Operasional formal (umur 11/12-18 tahun)

Anak mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.

Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak,

dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Semakin

tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang, akan semakin teratur dan semakin abstrak cara

berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif murid-muridnya

agar dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai.

2) Teori Belajar menurut Bruner

Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap

tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang di sebut free discovery learning, ia mengatakan

bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-

contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner berpendapat bahwa perkembangan bahasa

seseorang besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif. Pandangan Bruner ini berbeda

dengan pendapat Piaget yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh

perkembangan kognitif.

Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh

caranya melihat lingkungan, yaitu:

a. Tahap enaktif, yaitu seseorang melakukan aktivitas dalam upaya untuk memahami

lingkungan.

b. Tahap ikonik, seseorang memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal.

Page 48: teori pembelajaran kognitif

c. Tahap simbolik, seseorang mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang dipengaruhi

oelh kemampuan dalam berbahasa dan logika.

Gagasan yang terkenal dari Bruner adalah spiral curriculum, yaitu cara mengorganisasikan

materi pelajaran dari tingkat makro (secara umum) kemudian mulai mengajarkan materi yang

sama dengan cakupan yang lebih rinci. Selain itu juga, Bruner menjelaskan bahwa pembentukan

konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan yang berbeda. Dalam pemahaman

konsep, konsep-konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep

tindakan dilakukan untuk membentuk kategori-kategori baru. Bruner memandang bahwa suatu

konsep memiliki lima unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia

mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi :

a. Nama

b. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif

c. Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak

d. Rentangan karakteristik

e. Kaidah

Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah lebih banyak menekankan

pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif.

Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi,

fisika, dan sebagainya, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur

yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah

memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada

suatu kesimpulan (discovery learning).

3) Teori Belajar menurut Ausubel

Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak menekankan pada belajar asosiatif atau

belajar menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya

merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan

dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.

Advance organizers yang oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif

di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan

dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, maka advance

organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta

hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya.

4) Teori Belajar menurut Gagné

Menurut Robert M. Gagné belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat

stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru (Syaiful,

2007:17). Gagné berpendapat bahwa belajar bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan

saja, namun juga disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang

Page 49: teori pembelajaran kognitif

terjadi setelah belajar secara terus menerus. Gagné berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi

oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponen-

komponen belajar dalam proses belajar menurut Gagné merupakan situasi yang memberi

stimulus yang menghasilkan respon, namun di antara stimulus dan respon tersebut terdapat

hubungan yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat diamati.

Menurut Gagné ada tiga tahap dalam belajar, yaitu:

a. persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian.

b. pemerolehan dan unjuk perbuatan untuk pembangkitan kembali, respon dan penguatan.

c. alih belajar yaitu pengisyaratan untuk memberlakukan secara umum.

Gagné mengemukakan pendapat mengenai delapan tipe belajar dari yang paling sederhana

sampai paling kompleks yang disebut dengan Hirarkhi Belajar. Delapan tipe tersebut adalah :

a. Signal learning

Signal learning merupakan tipe belajar dalam bentuk pemberian respon terhadap tanda-tanda.

b. Stimulus response learning

Dalam tipe ini respon diperkuat dengan adanya imbalan. Dengan belajar tipe ini, seseorang

belajar mengucapkan kata-kata dan dalam bahasa asing.

c. Chaining learning

Chaining learning terjadi jika terbentuk hubungan antara beberapa stimulus-respon. Sebab yang

satu terjadi setelah yang satu lagi. Sebagai contohnya adalah setelah pulang kantor, ganti baju,

makan, dan sebagainya.

d. Verbal association

Tipe ini bersifat asosiatif tingkat tinggi karena fungsi nalar yang menentukan. Sebagai contohnya

bila anak melihat gambar bentuk bujur sangkar dan dia bisa mengatakan bahwa gambar

tersebut adalah bujur sangkar.

e. Discrimination learning

Tipe ini menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala seperti siswa bisa

membedakan manusia satu dengan yang lain.

f. Concept learning

Belajar konsep adalah corak belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang khas yang

ada dan memberikan sifat tertentu pada berbagai objek. Dengan menguasai konsep, ia dapat

menggolongkan manusia menurut hubungan kekeluargaan, dll.

g. Rule learning

Tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian

tersusun dalam macam-macam aturan. Misalnya, aturan seperti logam jika dipanaskan akan

memuai, angin berhembus dari daerah maksimum ke daerah minimum.

h. Problem solving

Tipe belajar ini adalah yang paling kompleks. Dalam tipe belajar ini diperlukan proses penalaran

yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama.

Page 50: teori pembelajaran kognitif

5) Teori Belajar menurut Gestalt

Berbeda dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para tokoh behaviorisme, terutama Thordike,

yang menganggap bahwa belajar sebagai proses trial and error, teori Gestalt ini memandang

belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Karena pada dasarnya

setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau

memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut terjadi. Dengan kata lain, teori Gestalt ini

menyatakan bahwa yang paling penting dalam proses belajar individu adalah dimengertinya apa

yang dipelajari oleh tersebut. Oleh karena itu, teori belajar Gestalt ini disebut teori insight.

Proses belajar yang menggunakan insight mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 1990)

:

a) Insight tergantung pada kemampuan dasar.

b) Insight tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relevan.

c) Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi.

d) Insight didahului dengan periode mencari dan mecoba-coba.

e) Solusi problem dengan menggunakan insight dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlaku

secara berlangsung.

f) Jika insight telah terbentuk, maka problem pada situasi-situasi yang lain akan dapat

dipecahkan.

Konsepsi dasar mengenai struktur kognitif inilah yang dijadikan landasan teoritik dalam

mengembangkan teori-teori pembelajaran. Dari kelima tokoh aliran kognitif tersebut, beberapa

pemikiran ke arah penataan isi bidang studi atau materi pelajaran sebagai strategi

pengorganisasian isi pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif, dikemukakan secara

singkat sebagai berikut (Degeng dalam Asri, 2005:46):

a) Hirarkhi belajar

Dalam hirarkhi belajar, Gagné menekankan pada aspek penataan urutan materi pelajaran

dengan prasyarat belajar yang dituangkan dalam struktur isi.

b) Analisis Tugas

Cara lain yang dipakai untuk menunjukkan keterkaitan isi bidang studi adalah information-

processing approach to task analysis. Hubungan ini memerikan urutan dalam menampilkan

tugas-tugas belajar.

c) Subsumptive sequence

Ausubel mengemukakan gagasan mengenai cara membuat urutan isi pengajaran yang dapat

menjadikan pengajaran lebih bermakna bagi yang belajar, dengan mengurutkan materi dari

umum ke rinci.

d) Kurikulum spiral

Bruner memberikan gagasan mengenai kurikulum spiral yang menyusun urutan pengajaran dari

Page 51: teori pembelajaran kognitif

umum, kemudian mengajarkan isi yang sama dengan cakupan lebih rinci.

e) Teori skema

Teori ini memandang proses belajar sebagai perolehan pengetahuan baru dalam diri seseorang

dengan cara mengkaitkannya dengan struktur kognitif yang sudah ada.

f) Webteaching

Webteaching merupakan suatu prosedur penataan urutan isi bidang studi yang dikembangkan

dengan menampilkan pentingnya peranan struktur pengetahuan yang telah dimiliki seseorang.

Pengetahuan baru yang akan dipelajari secara bertahap harus diintegrasikan dengan struktur

pengetahuan yang telah dimilikinya.

g) Teori Elaborasi

Teori ini mengintegrasikan sejumlah pengetahuan tentang strategi penataan isi pelajaran yang

sudah ada untuk menciptakan model yang komprehensif tentang cara mengorganisasi

pengajaran.

2.2. Aplikasi Teori Belajar Kognitif dan Pemprosesan Informasi dalam Desain Pesan

Pembelajaran.

Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan

dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Dalam merumuskan

tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik

sebagaimana pada teori behavioristik namun dengan memperhitungkan kebebasan dan

keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar agar belajar lebih bermakna bagi siswa.

Karakteristik dari proses belajar ini adalah:

a. Belajar merupakan proses pembentukan makna berdasarkan pengetahuan yang sudah

dimiliki melalui interaksi secara langsung dengan obyek.

b. Belajar merupakan proses pengembangan pemahaman dengan membuat pemahaman baru.

c. Agar terjadi interaksi antara anak dan obyek pengetahuan, maka guru harus menyesuaikan

obyek dengan tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki anak.

d. Proses belajar harus dihadirkan secara autentik dan alami. Anak dihadirkan dalam situasi

obyek sesungguhnya dan harus sesuai dengan perkembangan anak.

e. Guru mendorong dan menerima otonomi dan insiatif anak.

f. Memberi kegiatan yang menumbuhkan rasa keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk

mengekspresikan ide dan mengkomunikasikannya dengan orang lain.

g. Guru menyusun tugas dengan menggunakan terminologi kognitif yaitu meminta anak untuk

mengklasifikasi, menganalisa, memprediksi.

h. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk merespon proses pembelajaran.

i. Guru memberi kesempatan berpikir setelah memberi pertanyaan.

Page 52: teori pembelajaran kognitif

DAFTAR PUSTAKA

Asri Budiningsih. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

_____________. 2003. Desain Pesan Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri

Yogyakarta.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz

Media.

Mukminan,dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Institut Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Yogyakarta.

Nana Sudjana. 1990. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas

Ekonomi Universitas Indonesia.

Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Woolfolk, Anita E. dan Lorraine McCune-Nicolich. 1980. Educational Psychology for Teachers.

New Jersey: Prentice-Hall Inc.