Upload
mohd-nur-al-sufi
View
304
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
TERBAIK
Citation preview
Teori kognitif merupakan proses untuk mengetahui sesuatu atau belajar yang dipandang
sebagai suatu usaha untuk memahami sesuatu. Pengertian lain menyebutkan bahwa teori
kognitif merupakan cara mempersepsikan dan menyusun informasi yang berasal dari
lingkungan sekitar yang dilakukan secara aktif oleh seorang pembelajar. Cara aktif yang
dilakukan dapat berupa mencari pengalaman baru, memecahkan suatu masalah, mencari
informasi, mencermati lingkungan, mempratekkan, mengabaikan respon-respon guna
mencapai tujuan. Pada teori kognitif pengetahuan yang diperoleh dari proses belajar
sebelumnya sangat mempengaruhi atau menentukan terhadap perolehan pengetahuan baru
dipelajari. Adapun teori yang sangat berkaitan erat dengan teori kognitif adalah teori
pemrosesan informasi karena menurut teori ini setelah proses pembelajaran ada proses
pengolahan informasi di dalam otak manusia yang dimulai dari pengamatan seseorang
terhadap informasi yang berada di lingkungannya, kemudian informasi tersebut diterima oleh
reseptor-reseptor yang berupa simbol-simbol yang kemudian diteruskan pada registor
pengindraan yang terdapat pada syaraf pusat.
Informasi yang diterima oleh syaraf pusat kemudian disimpan dalam waktu pendek.
Informasi yang disimpan dalam waktu sebentar ini sebagian diteruskan ke memory jangka
pendek, sedangkan yang lain hilang dari sistem. Proses pereduksian seperti ini biasa dikenal
dengan persepsi selektif. Sementara memori jangka pendek atau memori kerja dan kesadaran
yang kapasitas memorinya sangat terbatas, waktunya juga sangat terbatas.(Imron,1995,11)
Informasi dalam jangka pendek dapat ditransformasikan dalam bentuk kode dalam memori
jangka panjang. Informasi yang baru diterima oleh memori jangka panjang akan ikut
terintegrasi dengan informasi lama. Dalam memori jangka panjang bertahan lama dan
dipersiapkan untuk digunakan di kemudian hari. Pengeluaran informasi yang tersimpan
dalam memori jangka panjang adalah dengan cara pemanggilan kembali informasi dengan
keadaan pikiran dalam sadar yang kemudian informasi mengalir dari memori jangka panjang
ke memori jangka pendek. Sementara untuk respon otomatis informasi mengalir dari memori
jangka panjang ke generator respon selama pemanggilan. Setiap orang berbeda dalam
pengambilan informasi ,melalui gaya kognitif , perbedaan ini bukanlah cerminan dari tingkat
kecerdasan seseorang atau pola-pola kemampuan khusus, tetapi ada kaitannya dengan cara
memproses dan menyusun informasi dan cara orang menstimulus lingkungan. Contohnya
orang-orang tertentu cenderung bereaksi sangat cepat sementara orang-orang tertentu
cenderung bereaksi sangat lambat.
Dalam proses pembelajaran sering kali gaya kognitif itu dianggap terletak di perbatasan
antara antara kecerdasan dan sifat-sifat pribadi padahal gaya kognitif itu adalah gaya berfikir
dan mungkin juga dipengaruhi oleh kecerdasan, selain itu gaya kognitif juga mempengaruhi
hubungan-hubungan sosial dan sifat-sifat pribadi (Dimyati,1989. 117).
Sumber:
Mahmud, Dimyati. 1989. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Teori Belajar dan Pembelajaran
Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar
empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang
ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu
mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya
pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah
sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam
kemampuan intelektual.
Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang
perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas,
serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas
para guru.
Berdasarkan penelitian Jerome S.Bruner, menjelaskan bahwa dari segi psikologis dan
dari desain kurikulum pembalajaran sangatlah minim dibahas tentang teori
pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada
kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori
perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial
dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada di
masyarakat. Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran
tidak menyentuh aspek sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan
secara intelektual dan tidak memiliki tangungjawab moral.
Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran sebaiknya
juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta
pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal itu, perlu adanya
penjelasan dan pembahasan terkait dengan teori pembelajaran. Agar lebih spesifik dan
terfokus, dalam makalah ini akan hanya akan menguraikan dan menjelaskan satu dari
beberapa teori pembelajaran yang sudah ada, yaitu pada Teori Pembelajaran
Kognitivistik. Dan dari penjelasan ini nantinya diharapkan bisa memberikan
pemahaman yang utuh dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Dengan
berbekal pemahaman yang utuh terkait teori pembelajaran yang dijadikan sebagai
pemahaman dasar dalam pembelajaran diharapkan siswa dapat menerima
pembelajaran yang akan kita sampaikan dengan baik.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari Teori Pembelajaran?
2. Apa pengertian Teori Kognitivisme dalam Pembelajaran ?
3. Siapakah Tokoh-tokoh dalam Teori kognitivisme ?
4. Bagaimana pengaplikasi teori Kognitivisme dalam Pembelajaran ?
5. Bagaimana Pandangan Teori Kognitif Tentang Belajar ?
6. Apakah Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif ?
1.3 Tujuan Masalah
Mampu mengerti Teori Pembelajaran.
Mampu mengerti Teori Kognitivisme dalam pendidikan.
Mampu mengetahui tokoh Kognitivisme.
Mampu mengetahui pengaplikasian Kognitivisme dalam Pembelajaran.
Mampu mengetahui Pandangan Teori Kognitivisme Tentang Belajar.
Mampu mengetahui Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Pembelajaran
Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang
dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar menjelaskan dengan pasti
apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus
dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.
Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran:
1. teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan
cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk
ke sekolah.
2. teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan. Ada 3 hal yang terkait
dengan struktur pengetahuan:
a. struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat
luas.
b. struktur pengetahuan tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-hal yang
baru, melebihi informasi yang telah dijelaskan.
c. struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir siswa,
mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.
3. teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus
mampu mencari hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar
murid lebih mudah menangkap informasi tersebut.
4. yang terakhir, macam dari teori pembelajaran yang sudah ada, diantaranya :
a) Teori Pembelajaran Deskriptif dan Perspektif
b) Teori Pembelajaran Behavioristik
c) Teori Pembelajaran Kognitivistik
d) Teori Pembelajaran Humanistik
e) Teori Pembelajaran Konstruktivistik
2.2 Pengertian Kognitivisme
Teori belajar kognitif lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang
terjadi dalam akal pikiran manusia. Pada dasarnya belajar adalah suatu proses usaha
yang melibatkan aktivitas mental yang terjadi dalam diri manusia sebagai akibat dari
proses interaksi aktif dengan lingkungannya untuk memperoleh suatu perubahan
dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, ketrampilan dan nilai sikap yang
bersifat relatif dan berbekas.
Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa
meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar merupakan
interaksi antara individu dan lingkungan, dan hal itu terjadi terus-menerus sepanjang
hayatnya. Kognisi adalah suatu perabot dalam benak kita yang merupakan “pusat”
penggerak berbagai kegiatan kita: mengenali lingkungan, melihat berbagai masalah,
menganalisis berbagai masalah, mencari informasi baru, menarik simpulan dan
sebagainya.
Di samping itu, teori ini pun mengenal konsep bahwa belajar ialah hasil interaksi yang
terus-menerus antara individu dan lingkungan melalui prosesasimilasi dan akomodasi.
Teori kognitivisme mengungkapkan bahwa belajar yang dilakukan individu adalah hasil
interaksi mentalnya dengan lingkungan sekitar sehingga menghasilkan perubahan
pengetahuan atau tingkah laku. Dalam pembelajaran pada teori ini dianjurkan untuk
menggunakan media yang konkret karena anak-anak belum dapat berfikir secara
abstrak.
Dalam teori ini ada dua bidang kajian yang lebih mementingkan proses belajar daripada
hasil belajar, yaitu:
Belajar tidak sekedar melibatkan stimulus dan respon tetapi juga melibatkan proses
berfikir yang sangat kompleks (Budiningsih, 2005:34)[1]
Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang
berkesinambungan dengan lingkungan. Menurut psikologi kognitivistik, belajar
dipandang sebagai suatu usaha untuk mengerti sesuatu dengan jalan mengaitkan
pengetahuan baru kedalam struktur berfikir yang sudah ada. Usaha itu dilakukan secara
aktif oleh siswa. Keaktifan itu dapat berupa mencari pengalaman, mencari informasi,
memecahkan masalah, mencermati lingkungan, mempraktekkan sesuatu untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Sehingga, pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
sangat menentukkan keberhasilan mempelajari informasi pengetahuan yang baru.[2]
Teori ini juga menganggap bahwa belajar adalah pengorganisasian aspek-aspek kognitif
dan persepsi untuk memperoleh pemahaman. Dalam model ini, tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsi dan pemahamannya. Sedangkan situasi yang berhubungan
dengan tujuan dan perubahan tingkah laku sangat ditentukan oleh proses berfikir
internal yang terjadi selama proses belajar. Pada prinsipnya, belajar adalah perubahan
persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat dilihat sebagai tingkah laku (tidak
selalu dapat diamati)[3]. Dalam teori ini menekankan pada gagasan bahwa bagian-
bagian dari situasi yang terjadi dalam proses belajar saling berhubungan secara
keseluruhan. Sehingga jika keseluruhan situasi tersebut dibagi menjadi komponen-
komponen kecil dan mempelajarinya secara terpisah, maka sama halnya dengan
kehilangan sesuatu (reilly dan lewis, 1983)[4].
Sehingga dalam aliran kognitivistik ini terdapat ciri-ciri pokok. Adapun ciri-ciri dari
aliran kognitivistik yang dapat dilihat adalah sebagai berikut:
a) Mementingkan apa yang ada dalam diri manusia
b) Mementingkan keseluruhan dari pada bagian-bagian
c) Mementingkan peranan kognitif
d) Mementingkan kondisi waktu sekarang
e) Mementingkan pembentukan struktur kognitif
Belajar kognitif ciri khasnya terletak dalam belajar memperoleh dan mempergunakan
bentuk-bentuk representatif yang mewakili obyek-obyek itu di representasikan atau
dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang, yang
semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental, misalnya seseorang menceritakan
pengalamannya selama mengadakan perjalanan keluar negeri, setelah kembali
kenegerinya sendiri. Tempat-tempat yang dikunjuginya selama berada di lain negara
tidak dapat dibawa pulang, orangnya sendiri juga tidak hadir di tempat-tempat itu. Pada
waktu itu sedang bercerita, tetapi semua tanggapan-tanggapan, gagasan dan tanggapan
itu di tuangkan dalam kata-kata yang disampaikan kepada orang yang mendengarkan
ceritanya.
2.3 Tokoh-tokoh kognitivisme
Tokoh dari teori tersebut antara lain Jean Peaget, Bruner, dan Ausebel, Robert M. Gagne.
a. Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jean Piaget.
Pakar kognitivisme yang besar pengaruhnya ialah Jean Piaget, yang pernah
mengemukakan pendapatnya tentang perkembangan kognitif anak yang terdiri atas
beberapa tahap. Dalam hal pemerolehan bahasa ibu (B1) Piaget mengatakan bahwa (i)
anak itu di samping meniru-niru juga aktif dan kreatif dalam menguasai bahasa ibunya;
(ii) kemampuan untuk menguasai bahasa itu didasari oleh adanya kognisi; (iii) kognisi
itu memiliki struktur dan fungsi. Fungsi itu bersifat genetif, dibawa sejak lahir,
sedangkan struktur kognisi bisa berubah sesuai dengan kemampuan dan upaya
individu.
Teorinya memberikan banyak konsep utama dalam lapangan psikologi
perkembangan dan berpengaruh terhadap perkembangan konsep kecerdasan. Menurut
Piaget, bahwa belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif peserta didik. Peserta didik hendaknya diberi kesempatan
untuk melakukan eksperimen dengan obyek fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan
teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak
memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi dengan
lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Implikasi teori perkembangan kognitif Piaget dalam pembelajaran adalah : Bahasa dan
cara berfikir anak berbeda dengan orang dewasa. Oleh karena itu guru mengajar
dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berfikir anak. Anak-anak akan
belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungan dengan baik. Guru harus
membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan dengan sebaik-baiknya.
Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Berikan
peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya. Di dalam kelas, anak-anak
hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan diskusi dengan teman-temanya.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetic, artinya
proses yang didasarkan atas mekenisme biologis dari perkembangan system syaraf.
Semakin bertambah umur seseorang, makin komplek susunan sel syarafnya dan makin
meningkat pula kemampuannya (Travers, 1976)[5]. Sehingga ketika dewasa seseorang
akan mengalami adaptasi biologis dengan lingkungannya yang menyebabkan adanya
perubahan-perubahan kualitatif didalam struktur kognitifnya. Piaget membagi proses
belajar kedalam tiga tahapan yaitu :
a) Asimilasi
Proses pengintgrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. Contoh :
seorang siswa yang mengetahui prinsip-prinsip penjumlahan, jika gurunya
memperkenalkan prinsip perkalian, maka terjadilah proses pengintegrasian antara
prinsip penjumlahan (yang sudah ada dipahami oleh anak) dengan prinsip perkalian
(informasi baru yang akan dipahami anak).
b) Akomodasi
Proses penyesuaian antara struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Penerapan
proses perkalian dalam situasi yang lebih spesifik. Contohnya : siswa ditelah
mengetahui prinsip perkalian dan gurunya memberikan sebuah soal perkalian.
c) Equilibrasi
Proses penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi. Hal ini
sebagai penyeimbang agar siswa dapat terus berkembang dan menambah ilmunya.
Tetapi sekaligus menjaga stabilitas mental dalam dirinya, maka diperlukan roses
penyeimbang. Tanpa proses ini perkembangan kognitif seseorang akan tersendat-
sendat dan berjalan tidak teratur, sedangkan dengan kemampuan equilibrasi yang baik
akan mampu menata berbagai informasi yang diterima dengan urutan yang baik, jernih,
dan logis.
Piaget berpendapat bahwa belajar merupakan proses penyesuaian, pengembangan dan
pengintegrasian pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki
seseorang sebelumnya. Inilah yang disebut dengan konsepschema/skema (jamak =
schemata/schemata). Sehingga hasil belajar/ struktur kognitif yang baru tersebut akan
menjadi dasar untuk kegiatan belajar berikutnya.[6] Proses belajar harus disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif yang dilalui oleh siswa yang terbagi kedalam
empat tahap, yaitu :
1) Tahap sensorimotor (anak usia lahir – 2 tahun)
2) Tahap preoperational (anak usia 2 – 8 tahun)
3) Tahap operational konkret (anak usia 7/8 – 12/14 tahun)
4) Tahap operational formal (anak usia 14 tahun lebih)
Secara umum semakin tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga
semakin abstrak cara berfikirnya. Karena itu guru seharusnya memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif aak didiknya, serta memberikan isi, metode, media
pembelajaran yang sesuai dengan tahap-tahap tersebut.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang anak
berbeda pada tahap-tahap lainnya. Oleh karena itu guru seharusnya memahami tahap-
tahap perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media
pembelajaran yang sesuai dengan tahapannya.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Jarome Bruner.
Berbeda dengan Piaget, Burner melihat perkembangan kognitif manusia berkaitan
dengan kebudayaan. Bagi Bruner, perkembangan kognitif seseorang sangat dipengaruhi
oleh lingkungan kebudayaan, terutama bahasa yang biasanya digunakan. Sehingga,
perkembangan bahasa memberi pengaruh besar dalam perkembangan kognitif (Hilgard
dan Bower, 1981)[7]
Menurut Bruner untuk mengajarkan sesuatu tidak usah menunggu sampai anak
mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus ditata
dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan kata lain, perkembangan kognitif
seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur bahan yang akan dipelajari dan
menyajikannya sesuai dengan tingkat perkembangannya.
Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan adalah kurikulum spiral
dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai dari Sekolah Dasar sampai
Perguruan tinggi, tetapi disesuaikan dengan tingkat perkembangan kognitif mereka,
artinya menuntut adanya pengulangan-pengulangan. Cara belajar yang terbaik menurut
Bruner ini adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif
kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (Free Discovery Learning). Dengan kata
lain, belajar dengan menemukan.
Implikasi Teori Bruner dalam Proses Pembelajaran adalah menghadapkan anak pada
suatu situasi yang membingungkan atau suatu masalah; anak akan berusaha
membandingkan realita di luar dirinya dengan model mental yang telah dimilikinya;
dan dengan pengalamannya anak akan mencoba menyesuaikan atau
mengorganisasikan kembali struktur-struktur idenya dalam rangka untuk mencapai
keseimbangan di dalam benaknya. Dari implikasi ini dapat diketahui bahwa asumsi
dasar dari teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan
pengalaman didalam dirinya yang tertata dalam bentuk struktur kognitif, yang
kemudian mengalami tahap belajar sebagai perubahan persepsi dan pemahaman dari
apa yang aia temukan.
Teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu aturan ( termasuk
konsep, teori, definisi, dsb) melalui contoh-contoh yang menggambarkan ( mewakili )
aturan yang menjadi sumber . Dari pendekatan ini “belajar ekspositori” (belajar dengan
cara menjelaskan). Siswa diberikan suatu informasi umum dan diminta untuk mencari
contoh-contoh khusus dan konkrit .
Menurut bruner ada 3 tahap dalam perkembangan kognitif, yaitu:[8]
1. Enaktif : usaha/kegiatan untuk mengenali dan memahami lingkungan dengan
observasi, pengalaman terhadap suatu realita.
2. Ikonik :siswa melihat dunia dengan melalui gambar-gambar dan visualaisasi verbal.
3. Simbolik : siswa mempunyai gagasan-gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi
oleh bahasa dan logika dan penggunaan symbol.
Keuntungan belajar menemukan (Free Discovery Learning):
Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga dapat memotivasi siswa untuk
menemukan jawabannya.
Menimbulkan keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan
mengharuskan siswa untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Ausebel.
Proses belajar terjadi jika siswa mampu mengasimilasikan pengetahuan yang
dimilikinya dengan pengetahuan baru (belajar menjadi bermakna/ meaning full
learning). Proses belajar terjadi melalui tahap-tahap:
1) Memperhatikan stimulus yang diberikan.
2) Memahami makna stimulus menyimpan dan menggunakan informasi yang sudah
dipahami.
Meaning full learning adalah suatu proses dikaitkannya
Menurut Ausebel siswa akan belajar dengan baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan
kemudian dipresentasikan dengan baik dan tepat kepada siswa (Advanced Organizer),
dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa. Advanced
organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran
yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu :
Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang akan dipelajari.
Berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang sedang dipelajari dan
yang akan dipelajari.
Dapat membantu siswa untuk memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Untuk itu pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan
demikian ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan
inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan. Guru juga harus memiliki logika
berfikir yang baik, agar dapat memilah-milah materi pembelajaran, merumuskannya
dalam rumusan yang singkat, serta mengurutkan materi tersebut dalam struktur yang
logis dan mudah dipahami.
Teori Perkembangan Kognitif, dikembangkan oleh Robert M. Gagne
Menurut gagne belajar dipandang sebagai proses pengolahan informasi dalam otak
manusia. Dalam pembelajaran terjadi proses penerimaan informasi, untuk kemudian
diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam bentuk hasil belajar. Pengolahan otak
manusia :
a) Reseptor
b) Sensory register
c) Short-term memory
d) Long-term memory
e) Response generator
Salah satu teori yang berasal dari psikolog kognitiv adalah teori pemrosesan informasi
yang dikemukakan oleh Robert M. Gagne. Menurut teori ini belajar dipandang sebagai
proses pengolahan informasi dalam otak manusia. Sedangkan pengolahan otak manusia
sendiri dapat dijelaskan sebagai berikut:
Reseptor (alat indera) : menerima rangsangan dari lingkungan dan mengubahnya
menjadi rangsaangan neural, memberikan symbol informasi yang diterimanya dan
kemudian di teruskan.
Sensory register (penempungan kesan-kesan sensoris) : yang terdapat pada syaraf
pusat, fungsinya menampung kesan-kesan sensoris dan mengadakan seleksi sehingga
terbentuk suatu kebulatan perceptual. Informasi yang masuk sebagian masuk ke dalam
memori jangka pendek dan sebagian hilang dalam system.
Short term memory ( memory jangka pendek ) : menampung hasil pengolahan
perceptual dan menyimpannya. Informasi tertentu disimpan untuk menentukan
maknanya. Memori jangka pendek dikenal juga dengan informasi memori kerja,
kapasitasnya sangat terbatas, waktu penyimpananya juga pendek. Informasi dalam
memori ini dapat di transformasi dalam bentuk kode-kode dan selanjutnya diteruskan
ke memori jangka panjang.
Long Term memory (memori jangka panjang) :menampung hasil pengolahan yang ada
di memori jangka pendek. Informasi yang disimpan dalam jangka panjang, bertahan
lama, dan siap untuk dipakai kapan saja.
Response generator (pencipta respon) : menampung informasi yang tersimpan dalam
memori jangka panjang dan mengubahnya menjadi reaksi jawaban.
2.4 Aplikasi teori Kognitivisme
Aplikasi teori belajar kognitivisme dalam pembelajaran yaitu guru harus memahami
bahwa siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya, anak
usia pra sekolah dan awal sekolah dasar belajar menggunakan benda-benda konkret,
keaktifan siswa sangat dipentingkan, guru menyusun materi dengan menggunakan pola
atau logika tertentu dari sederhana kekompleks, guru menciptakan pembelajaran yang
bermakna, memperhatian perbedaan individual siswa untuk mencapai keberhasilan
siswa.
Berdasarkan prinsip teori pemrosesan informasi dirumuskan beberapa petunjuk
aplikasi teori pemrosesan informasi, yaitu (a) guru hendaknya yakin bahwa setiap
siswa memiliki perhatian terhadap apa yang dipelajari. Karena itu untuk menarik
perhatian siswa, guru dapat melakukan tindakan dengan memberikan tanda tertentu
misalnya tepuk tangan atau menghentakkan papan tulis, berkeliling ruangan atau
berbicara dengan irama, memulai pelajaran dengan mengajukan pertanyaan yang
membangkitkan minat siswa terhadap topik yang dibicarakan, (b) membantu siswa
membedakan iinformasi yang penting dengan informasi yang tidak penting untul
memusatkan perhatian misalnya dengan menuliskan tujuan pembelajaran, waktu
menjelaskan berhenti sejenak dan mengulangi lagi atau meminta siswa mengulangi apa
yang dijelaskan, (c) membantu siswa menghubungkan informasi yang baru dengan apa
yang diketahui misalnya dengan mengulangi hal-hal yang diketahui siswa untuk
mengingat kembali dan menghubungkan dengan informasi baru, menggunakan diagram
atau garis untuk menunnjukkan hubungan informasi baru dengan informasi yang
dimiliki, (d) sediakan waktu untuk mengulang dan memeriksa kembali informasi
dengan memulai pelajaran meninjau ulang pekerjaan rumah, mengadakan tes-tes
pendek yang sering, membuat permainan atau siswa saling berpasangan bertanya
jawab, (e) sajikan pelajaran secara tersusun dan jelas misalnya menjelaskan tujuan
pembelajaran, membuat ikhtisar atau rangkuman, dan (f) utamakan pembelajaran
bermakna bukan ingatan misalnya dengan mengajarkan perbendaharaan kata-kata
baru dan mengaitkannya dengan kata-kata yang sudah dimiliki.
Strategi mengingat atau menyimpan informasi dalam ingatan dan mengingatnya
kembali bila dibutuhkan dapat dilakukan (a) untuk menghafal informasi yang tidak
membutuhkan pemahaman, gunakan meneumonic (pembantu ingatan, kiat, atau
jembatan keledai). Misalnya untuk menghafal kata-kata ideologi, politik, ekonomi,
sosial, budaya, pertahanan, keamanan, nasional dengan mneumonic IPOLEKSOSBUD
HANKAMNAS, (b) rumusan kembali dengan kalimat sendiri apa yang telah dipelajari,
dan (c) untuk mengatasi inhibisi retroaktif dapat dilakukan berbagai cara misalnya
mengajarkan konsep serupa tidak dalam waktu yang bersamaan atau mengajarkan
materi serupa dengan metode yang berbeda.
Dalam proses pembelajaran kita jumpai serial learning dan free recall learning, yaitu
belajar fakta menurut urutan tertentu, misalnya urutan rukun iman, rukun islam, atau
berwudlu serta urutan warna, urutan peristiwa dalam sejarah. Sedangkan free recall
learning ialah mempelajari daftar yang tidak perlu diurut, misalnya nama-nama nabi
atau rasul, nama tumbuhan, nama organ tubuh dan sebagainya.
Dalam praktiknya serial learning dan free recall learning terdapat beberapa cara (a)
organisasi atau penyusunan misalnya dengan menyusun daftar informasi yang akan
dipelajari menjadi kategori yang mempunyai arti dan mudah diingat, (b) metode loci,
artinya tempat. Ialah metode alat bantu mengingat dimana seorang membuat gambaran
pikiran yang berkaitan dengan tempat-tempat tertentu, (c) irama, metode mengingat
dalam bentuk nyanyian. Misalnya untuk mengenalkan urutan rukun Islam atau rukun
iman dengan nyanyian[9].
2.5 Kelebihan dan kelemahan teori Kognitivisme
a) Kelebihannya yaitu : menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa
memahami bahan belajar secara lebih mudah.
b) Kekurangannya yaitu : teori tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan;
sulit di praktikkan khususnya di tingkat lanjut; beberapa prinsip seperti intelegensi
sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.
2.6 Pandangan Teori Kognitif Tentang Belajar
Menurut teori kognitif, belajar ialah proses internal yanh tidak dapat diamati langsung.
Perubahan terjadi dalam kemampuan seseorang untuk bertingkah laku dan berbuat
dalam situasi tertentu. Perubahan dalam tingkah laku adalah refleksi dari perubahan
internal.
Seperti halnya teori behavioristik, teori kognitif berpendapat bahwa reinforcement
dalam sangat penting. Hanya saja reinforcement dalam teori behavioristik berfungsi
memperkuat respon atau tingkah laku, sementara dalam teori kognitif berfungsi
sebagai sumber umpan balik. Umpan balik ini memberi tahu tentang apa yang mungkin
terjadi kalau tingkah laku diulang-ulang. Dalam teori ini reinforcement juga berfungsi
untuk mengurangi ketidakpastian yang mengarah ke pemahaman dan penguasaan.
2.7 Prinsip-Prinsip Dasar Teori Belajar Kognitif
Dalam teori kognitif, manusia merupakan pemproses informasi yang aktif. Informasi
merupakan sesuatu yang diterima oleh pikiran secara terus menerus, meski demikian
beberapa informasi cepat terlupakan dan sepabagian yang lain diingat sepanjang hayat.
Proses Kontrol Eksekutif (perhatian, penilaian strategi, pemantauan dan
sebagainya)
Model Pemprosesan Informasi
Kerusakan dan gangguan
Alat indera mengirimkan informasi keregister inderawi untuk disimpan sebentar.
Informasi tersebut diberi arti melalui perhatian dan persepsi. Setelah diubah menjadi
kode-kode, informasi kemudian masuk ke dalam ingatan jangka pendek.
Register inderawi merupakam komponen pertama dalam sistem memory yang
menerima informasi. Stimulus dari lingkungan seperti benda-benda, cahaya, bau, suara,
dan sebagainya selalu menghampiri respector. Respector merupakan bagian dari tubuh
yang menerima informasi inderawi. Persepsi ialah interpretasi informasi yang datang
adri indera sebagai pemberian arti terhadap stimulus inderawi.
Dalam psychology gestalt menganggap keseluruhan memiliki sifat kelihatan yang
berbeda dengan sifat unsur-unsurnya secara lepas. Contoh klasik yang yang sering
ditemukan ialah gambar yang berdimensi ganda, sehingga tergantung darimana kita
melihatnya, maka bangun gambar tersebut akan menimbulkan penafsiran yang
berbeda.
Ingatan jangka pendek merupakan komponen kedua, dimana informasi yang dipersepsi
atau yang diberi perhatian masuk kedalam ingatan jangka pendek. Ingatan jangka
pendek disebut juga working memory, ingatan yang bekerja, ingatan yang sadar karena
memegangi informasi yang dipikirkan pada waktu tertentu.
Perbedaan Ingatan Jangka Pendek dengan Ingatan Jangka Panjang
Jenis ingatan Input Kapasitas Maintanence Retrieval
Jangka pendek Sangat cepat Terbatas Sangat sebentar Segera/ cepat
Jangka pendek Relatif lambat Praktis tak
terbatas
Praktis tak
terbatas
Tergantung
penyusunan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Konsep belajar menurut teori kognitif ialah prosesinternal yang tidak dapat diamati
secara langsung. Perubahan tingkah laku terjadi dalam situasi tertentu sebagai reflaksi
perubahan internal. Berbeda dengan behavioristik, teori kognitifmempelajari aspek-
aspek yang tidak dapat diamati seperti pengetahuan, arti, perasaan, keinginan,
kreativitas, hrapan, dan pikiran.
Prinsip-prinsip teori kognitif ialah pemrosesan informasi yang aktif melalui tahapan (a)
mengumpulkan informasi dan mengubahnya menjadi kode-kode, (b) menyimpan
informasi, dan (c) mengingat kembali apabila diperlukan.
Aplikasi praktis teori kognitif dalam pembelajaran ialah bahwa pembelajaran harus
menekankan perhatian siswa, strategi mengingat, pengulangan, dan mengutamakan
makna bukan memorasi.
DAFTAR PUSTAKA
Suyono dan Hariyanto. 2001. Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep
Dasar.Bandung: PT Rosda Karya.
Muhaimin, Sutia’ah, Nur Ali. 2002. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan
PAI di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Bambang Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran ; Landasan Dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sutiah. Buku ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, 2003, Universitas Negeri Malang.
[1] Suyono dan Hariyanto. 2001. Belajar dan Pembelajaran; Teori dan Konsep Dasar. Bandung:
PT Rosda Karya. Hal. 75
[2] Muhaimin, Sutia’ah, Nur Ali. 2002. Paradigma Pendidikan Islam; Upaya Mengefektifkan PAI di
Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hal. 198
[3] Bambang Warsita. 2008. Teknologi Pembelajaran ; Landasan Dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta. Hal. 69.
[4] Muhaimin, dkk. Op. cit. hal 199
[5] Ibid. Hal 199
[6] Bambang Warsita. Op. cit. hal 70
[7] Muhaimin, dkk. Op. cit. hal 200
[8] Bambang Warsita. Op. cit. hal 72
[9] Hj. Sutiah, M.Pd, Buku ajar Teori Belajar dan Pembelajaran, 2003, Universitas Negeri
Malang, hlm. 114.
Diposkan oleh lintang he'eh di 11.33
an
Perlu ditegaskan bahawa pembelajaran hanya boleh bermula apabila wujudnya tindak balas
terhadap sesuatu rangsangan yang ada.Proses pembelajaran akan diteruskan jika terdapat
motivasi yang sesuai ,iaitu sesuatu penggerak yang dapat mendorongnya berusaha memikirkan
erti rangsangan itu.Proses pembelajaran ini akan terakhir apabila perubahan tingkah laku dapat
dibentuk dan dikekalkan.
Menurut sesetengah ahli psikologi seperti Piaget,Kohler,Bruner,Gagne dan Ausubel
menekankan proses kognitif yang sebenarnya menghasilkan perubahan tingkah laku dalam
pembelajaran.Mereka berpendapat bahawa pembelajaran ialah suatu proses kognitif untuk
perhubungan perkara-perkara dalam persekitarannya.Mengikut mereka,pembelajaran bukan
percubaan secara membabi buta tetapi mempunyai motif atau objektif-objektif tertentu.
Selain itu,mengikut kajian-kajian mazhab kognitif ,pembelajaran hanya boleh berlaku adalah
berdasarkan pelajar yang mempunyai cukup pengalaman yang berkaitan untuk mempelajari
pengalaman baru di samping mempunyai motif serta rela mengambil inisiatif diri sendiri untuk
menjalankan aktiviti pmbelajaran.Ahli-ahli kognitif mengaitkan aktiviti-aktiviti pembelajaran
dengan proses-proses mental dalaman ,iaitu fikiran ,ingatan,pengetahuan dan penyelesaian
masalah yang berlaku dalam pembentukan skema manusia.
Ahli-ahli kognitivis berpendapat bahawa pembelajaran ialah suatu proses dalaman yang berlaku
dalam minda manusia.Oleh yang demikian,ahli-ahli penyelidik tidak dapat memerhatikan secara
langsung bagaimana pembelajaran berlaku kecuali dengan meramal daripada tingkah laku
manusia.Proses dalaman yang dirujuk termasuk pemikiran,celik akal,pemprosesan
maklumat,ingatan dan pengamatan.
Teori Pemprosesan Maklumat Gagne
Robert M Gagne(1916-2002) adalah seorang ahli psikologi yang dianggap sebagai bapa
psikologi pendidikan dan telah menjalankan penyelidikan luas dalam bidang pengajaran dan
pembelajaran.Beliau telah mencari cara yang paling sempurna dan unggul untuk melakukan
suatu pembelajaran yang standard.Beliau turut memberikan sumbangan yang kini menjadi asas
pendidikan di kalangan pendidik seluruh dunia.Sumbangan beliau adalah dalam aspek-aspek
seperti taksonomi pembelajaran dan juga sembilan syarat dalam proses pengajaran dan
pembelajaran.
Gagne telah mengkaji cara seseorang menerima dan memproses maklumat yang diterima
melalui deria.Beliau menyamakan proses ini dengan proses pemprosesan maklumat oleh
sebuah komputer,iaitu,input rangsangan diproses oleh memori sensori dan ingatan jangka
pendek.Maklumat yang dihasilkan digunakan untuk bertindak dengan persekitaran atau
disimpan dalam memori jangka panjang.
Di samping itu, Taksonomi Gagne merupakan antara sumbangan terpenting beliau.Taksonomi
Gagne boleh dibahagikan kepada lima kategori seperti kemahiran verbal,kemahiran
intelektual,strategi kognitif,sikap positif dan kemahiran motor.Kemahiran verbal terdiri daripada
kemahiran-kemahiran penghafalaan dari memori,membuat respon verbal kepada
input,kebolehan melabel dan menamakan fakta secara verbal atau bertulis dan kebolehan untuk
mengingat semula maklumat-maklumat yang berkaitan.Seterusnya,kemahiran intelektual terdiri
daripada kemahiran berdiskriminasi ,mengkategorikan mengikut ciri-ciri fizikal atau
abstarak ,pengaplikasikan prosedur-prosedur mudah dan yang kompleks untuk menyelesaikan
sesuatu tugasan atau masalah.Ia mengandungi beberapa aras seperti aras diskriminasi ,konsep
konkrit ,penggunaan peralihan dan penyelesaian masalah.Kategori ketiga iaitu strategi kognitif
pula merujuk kepada kebolehan individu-individu untuk mereka cipta dengan proses mental
untuk mencapai sesuatu tugasan dan menyelesaikan masalah.Ia melibatkan kebolehan individu
untuk membuat pilihan ,keputusan dan model mental.Kategori seterusnya pula sikap positif iaitu
ia merujuk kepada individu-individu yang berkelakuan untuk menggambarkan nilai-nilai murni
yang baru dikuasai.Individu berkebolehan untuk memberi sesuatu pendapat dengan logikal dan
rasional.Kemahiran motor adalah kategori terakhir yang terdapat dalam Taksonomi Gagne.Ia
melibatkan perlakuan tugas-tugas fizikal mengikut piawaian yang telah ditentukan.Ia turut
melibatkan pergerakan otot ,umpamanya memandu kereta dan mambaling bola.
Selain daripada Taksonomi Gagne,beliau juga telah menyenaraikan sembilan situasi pengajaran
dan proses kognitif untuk setiap syarat yang ditetapkan oleh beliau.Situasi-situasi ini perlu
dititikberatkan oleh guru-guru supaya pengajaran dilaksanakan dengan berkesan dan
pembelajaran akan berlaku dengan kukuh dan sempurna.Menurut Gagne,sebagai seorang
guru,ia perlu menarik perhatian murid.Bagi mendapatkan tumpuan murid ke atas
pengajarannya,guru boleh memulakan pengajaran dengan set induksi yang menarik.Selain
itu,guru juga perlu memberitahu murid-murid mengenai objektif pelajaran supaya murid dapat
tahu apa yang akan dipelajarinya pada hari itu.Seterusnya,guru juga perlu mengingatkan murid-
murid mengenai pelajaran lampau untuk merangsang pengetahuan sedia ada pada
mereka.Guru boleh menyoal murid-murid mengenai satu tajuk spesifik yang akan diajari.Ini
adalah untuk membolehkan murid itu berfokus kepada tajuk tersebut.Di samping itu,guru juga
boleh memberi panduan dengan membantu mereka melalui persoalan-persoalan yang
berkaiatan dengan proses pengajaran dan pembelajaran pada hari itu.Sebagai seorang guru,ia
perlu menggalakkan murid membuat latihan kendiri bagi mendapatkan gerak balas daripada
mereka. Selepas mereka membuat latihan kendiri,guru perlu memberi maklum balas dan
membetulkan sekiranya wujud konsep yang salah.Selain itu, guru juga boleh menilai tahap
pencapaian murid dengan memberi latihan tambahan dan pemulihan. Ini juga merupakan satu
kaedah penilaian dan pentafsiran yang boleh dilakukan untuk meninjau tahap pemahaman
mereka.Akhir sekali,guru perlu membuat generalisasi dengan membuat pemindahan
pembelajaran dimana guru boleh mengajukan soalan-soalan lain dan meminta murid mengenal
pasti jawapannya.
Secara kesimpulannya, pembelajaran berlaku daripada yang konkrit kepada abstrak.
Pembelajaran juga mengutamakan murid keupayaan murid mencapai celik akal dalam proses
pembelajaran. Dalam pengajaran dan pembelajaran, teori ini menekankan Proses Penanggapan
dan Pemprosesan Maklumat. Teori ini juga menekankan proses peneguhan supaya pengajaran
dan pembelajaran dapat dijalankan dengan lebih berkesan.
Teori Pembentukan Konsep Bruner
Jerome Bruner telah dilahirkan di New York pada 1 Oktober 1915. Insan yang lebih dikenali
sebagai J.Bruner ini merupakan bapa kepada teori psikologi kognitif. Anak kepada Herman dan
Rose (Glickmann) Bruner, telah dilahirkan buta dan tidak dapat melihat setelah dijangkiti katarak
sewaktu beliau masih bayi. Bruner bersekolah di sekolah umum, lulus dari sekolah tinggi pada
tahun 1933, dan masuk Duke University di mana ia mengambil jurusan psikologi, mendapat
gelaran AB pada tahun 1937. Bruner kemudian mengejar kajian pascasarjana di Harvard
University, menerima MA pada 1939 dan Ph.D. pada tahun 1941. Semasa Perang Dunia II,
beliau berkhidmat di bawah Jeneral Eisenhower di Perang Psikologis Divisi Markas Tertinggi
Bersekutu Expeditionary Force Eropah. Beliau memainkan peranan yang penting dalam
perancangan Projek Medison, suatu kurikulum matematik moden di Amerika Syarikat.
Antara pencapaian yang telah diperolehi oleh berliau adalah seperti, BA, Duke University, 1937,
PhD, Harvard, 1941 (psikologi), Profesor psikologi di Harvard (1952-1972), Profesor psikologi di
Oxford (1972-1980), CIBA Pingat Emas, 1974, untuk "kajian khas dan asli", Balzan Prize pada
tahun 1987 untuk "sumbangan untuk memahami fikiran manusia" serta Fellow, American
Academy of Arts and Sciences.
Bruner berpendapat bahawa cara seseorang individu mengamalkan budayanya dan
pergaulan sosialnya akan menentukan cara bagaimana individu tersebut menerima
pendidikan.Beliau terkenal untuk dua teori kognitifnya iaitu Model Penemuan Inkuiri dan Teori
Pembentukan Konsep.
Fokus utama teori Bruner adalah model penemuan inkuiri dalam pembelajaran yang
mementingkan konsep kategorisasi.Bruner lebih menegaskan faktor-faktor persekitaran dan
pengalaman model penemuan inkuirinya.Pembelajaran penemuan Bruner adalah lebih
berdasarkan prinsip konstruktivisme iaitu,seorang murid akan membina maklumat dan konsep
baru berdasarkan perkaitan di antara maklumat-maklumat yang sedia ada.Murid-murid akan
mengolah maklumat melalui struktur kognitif yang sedia ada seperti skema dan model mental
untuk menambah kesedaran baru dalam ingatan.
Menurut model ini,murid-murid digalakkan belajar melalui perbuatan aktiviti dan
pengalam sendiri.Dalam keadaan ini,peranan guru adalah untuk mencungkil fikiran mereka serta
memberangsangkan naluri ingin tahu murid-murid dengan soalan-soalan yang mencabar.Guru-
guru juga bertanggungjawab untuk memastikan aktivit-aktiviti pengajaran bersesuaian dan
murid-murid tidak gagal dalam aktiviti penemuan mereka.
Terdapat empat tema yang berkaitan dengan Model Penemuan Inkuiri yang harus
diutamakan.Tema pertama adalah pertengahkan konsep dan keutamaan struktur kognitif dalam
proses pembelajaran.Pemindahan pembelajaran daripada pengetahuan lama yang sedia ada
kepada input dan konsep-konsep baru perlu difokuskan.Guru-guru mesti selalu pertengahkan
dan memfokuskan pada konsep-konsep yang baru kerana penguasaan fakta-fakta atau sesuatu
teknik tidak berkesan dalam jangka masa panjang.Tema seterusnya pula kesediaan belajar
murid-murid.Guru-guru mesti meneliti kesediaan pembelajaran murid-murid dan mengutamakan
kurikulum berpusar.Guru juga perlu sentiasa mengajar isi pelajaran dan kurikulum daripada
senang kepada susah dan yang sentiasa mengaitkan satu konsep dengan yang lain.Selain
daripada itu,sesuatu topik mesti selalu diulang oleh guru sehingga murid-murid memahaminya
dengan sempurna.
Tema ketiga pula adalah penggunaan naluri intuitif atau gerak hati.Semasa guru-guru
mengajar,mereka mesti mengajar dengan memfokuskan kepada naluri intuitif atau gerak hati
para murid.Pembelajaran harus produktif dan perlu diutamakan sebagai pembelajaran yang
bermakna untuk murid-murid.Pembelajaran perlu disokong dengan pemikiran lain seperti
pemikiran analitikal.Tema yang terakhir adalah motof untuk belajar.Guru-guru juga mesti
sentiasa mencungkil motivasi dalaman atau naluri ingin tahu murid-murid mengenai sesuatu
fenomena.Ini merupakan cara yang paling berkesan bagi seorang guru untuk menarik minat
murid-muridnya.Guru-guru juga perlu mengajar murid-murid yang mencapai markah yang
tertinggi dalam peperiksaan atau mendapat tempat pertama dalam pertandingan sekolah bukan
tujuan utama untuk belajar sesuatu.Motif untuk belajar adalah lebih untuk memenuhi keperluan
kognitif minda serta untuk perkembangan intelek murid-murid.
Bruner juga telah mengutamakan teori pembentukan konsep yang terkenal.Beliau
menekankan perkembangan kognitif kanak-kanak melalui beberapa peringkat
penaakulan.Peringkat pertama adalah peringkat enaktif atau tidak aktif.Kanak-kanak yang
berumur dari 0-2 tahun tergolong dalam peringkat ini.Pada peringkat ini,kanak-kanak belajar
melalui tindakan manipulatif kerana mereka belum menguasai bahasa untuk bertutur.Mereka
juga menggunakan anggota deria untuk menyelesaikan masalah.Beberapa aktiviti dilakukan
berdasarkan pergerakan anggota kanak-kanak.Maka,guru-guru perlu sdiakan bahan maujud
untuk mengimbangkan minda murid-murid dalam peringkat ini.Menuut Bruner,peringkat ikonik
adalah peringkat penaakulan kedua.Kanak-kanak yang berumur 2-4 tahun dapat
membayangkan satu situasi dalam minda mereka pada peringkat ini.Mereka juga menyimpan
maklumat dan pengalaman dalam kerangka kognitif secara lebih tersusun.Guru-guru perlu
merancang pelajaran dengan menggunakan pelbagai jenis bahan bantu mengajar.Peingkat
terakhir adalah peringkat simbolik.Pada peringkat ini,kanak-kanak boleh menggunakan simbol
seperti bahasa,perkataan,nombor dan simbol-simbol matematik.Mereka juga dapat memindah
pengalaman pembelajaran ke situasi serupa dengan membuat penaakulan logik.Pada tahap
ini,kanak-kanak dapat menyoal mengenai satu fenomena dan dapat memberi pendapat
mengenai sesuatu masalah atau situasi.Mereka juga menggunakan langkah-langlah
penyelesaian masalah.Oleh yang demikian,guru-guru harus merancang pengajaran secara
teratur supaya murid-murid dapat mengembangkan potensi mereka pada peringkat ini.Menurut
Bruner,dalam mana-mana tempoh masa yang tertentu ,satu jenis penaakulan akan lebih
dominan daripada yang lain.Ini bererti kanak-kanak berkebolehan untuk berfikir pada tahap yang
lebih mantap melalui pendedahan kepada idea-idea kognitif mencabar dalam persekitaran
mereka daripada umur yang kecil lagi.
Dengan itu,Bruner (1996),di dalam bukunya Toward a Theory of
Instruction ,menghuraikan empat prinsip pengajaran-pembelajaran berlandaskan teori
pembelajaran yang dikemukakannya.Di antaranya ialah prinsip kecenderungan murid-
murid,prinsip pengajaran berstruktur,prinsip rangkaian ataupun sekuen dan prinsip
peneguhan.Dalam prinsip kecenderungan murid-murid,murid-murid mesti mempunyai
kecenderungan ingin tahu perkara-perkara yang sedang berlaku di sekelilngnya.Mereka perlu
sentiasa menyoal diri dengan soalan-soalan sepert “ Mengapa?”,”Kenapa?” atau “
Bagaimanakah sesuatu berlaku?”Manakala pengajaran berstruktur pula dikatakan sebagai
organisasi isi pelajaran oleh Bruner.Mengikut beliau,aktivit pembelajaran dan pengajaran yang
berkesan dapat dicapai sekiranya organisasi isi pelajaran adalah sesuai dengan pembelajaran
mental kanak-kanak.Prinsip ini mengutamakan apa isi pelajaran sesuai dengan apa bentuk
pengajaran,dan apa bentuk pengajaran yang sesuai digunakan untuk apa murid yang
berkenaan.Di bawah prinsip ini,Bruner mencadangkan penggunaan prinsip pengajaran daripada
konkrit kepada abstrak ,iaitu menggunakan bahan konkrit ,demonstrasi ataupun ilustrasi untuk
mengajar perwakilan nombor.
Sementara itu,prinsip rangkaian yang juga dikenali sebagai prinsip sekuen merupakan suatu
prinsip turutan. Mengikut Bruner, prinsip ini boleh dibahagikan kepada dua, iaitu prinsip sekuen
yang pertama (prinsip kesediaan). Di mana pada peringkat ini guru perlu menggunakan set
induksi untuk menimbulkan motivasi yang berterusan kepada murid agar aktiviti pembelajaran
akan menjadi lebih mudah dan berkesan. Prinsip seterusnya adalah prinsip sekuen yang kedua.
Prinsip ini adalah penggunaan dan perlaksanaan kaedah dan teknik mengajar. Kaedah dan
teknik mengajar perlulah seimbang dengan perkembangan kognitif murid pada waktu itu. Secara
tidak langsung, ianya dapat mempertingkatkan daya keupayaan mental kanak-kanak. Prinsip
sekuen ini dapat menghubungkaitkan pengalaman baru dengan pengalaman lama serta
keberkesanan pembelajaran dapat ditingkatkan.Justeru itu,murid-murid harus diberi peluang
untuk sentiasa mengaitkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia ada dan
menguasai bahan-bahan pembelajaran dalam bentuk rangkaian.Dengan itu,prinsip yang terakhir
adalah prinsip peneguhan.Guru-guru mesti bijak membuat peneguhan yang bersesuaian tidak
kira positif ataupun negatif untuk memperkukuhkan sesuatu pembelajaran.Mengikut
Bruner,selain daripada memberi peneguhan,penetapan masa yang sesuai dalam pemberian
peneguhan juga penting supaya gerak balas yang ditunjukkan oleh murid-murid diulang secara
bersiri dan konsisten.
Secara kesimpulanya,boleh dikatakan bahawa teori Bruner telah mempengaruhi pengajaran
dengan impak yang paling ketara.
Teori Pembelajaran Asimilasi Ausubel
David Paul Ausubel(1918-2008) merupakan salah seorang ahli psikologi Amerika. Beliau
telah memberi banyak sumbangan yang penting khususnya dalam bidang psikologi pendidikan,
sains kognitif dan juga pembelajaran pendidikan sains. Ausubel Silahirkan pada 25 Oktober
1918 dan dibesarkan di Brooklyn, New York. Beliau mendapat pendidikan di Universiti of
Pennsylvania dan mendapat ijazah kehormat pada tahun 1939 dalam bidang psikologi.
Kemudian Ausubel menamatkan pelajarannya di sekolah perubatan di Universiti
Middlesex. Beliau juga telah berkhidmat dengan jabatan pertahanan US Public Health Service,
dan telah memperolehi M.A dan Ph.D dalam Psikologi Perkembangan dari Universiti Columbia
pada 1950. Pada tahun 1973, Ausubel membuat keputusan untuk bersara dari bidang akademik
dan menyertai latihan psikiatri. Sepanjang menjalani latihan psikaitri, Ausubel telah
menghasilkan pelbagai judul buku dan artikel tentang psikiatri dan jurnal psikologikal. Pada
tahun 1976, beliau telah menerima Anugerah Thorndike dari Persatuan Psikologi Amerika bagi
sumbangan beliau yang memberangsangkan dalam bidang psikologi dalam pendidikan. Pada
umur 75 tahun, Ausubel bersara dari bidang professional dan melibatkan diri sepenuhnya dalam
penulisan dan telah menghasilkan empat buah buku yang terkenal.
David Ausubel telah mengemukakan teori pembelajaran yang mengatakan manusia
memperoleh ilmu kebanyakannya dalam bentuk pembelajaran resepsi dan bukan daripada
pembelajaran penemuan atau dikenali sebagai Model Pembelajaran Ekspositori. Model
pembelajaran ekspositori yang dikemukakan oleh beliau menekankan penerangan bahan
pembelajaran oleh guru dalam bentuk fakta yang tersusun dandijelaskan menurut urutan serta
fakta yang lengkap. Ausubel menegaskan pembelajaran sepatutnya berkembang dalam bentuk
deduktif daripada am kepada spesifik atau daripada prinsip kepada contoh (Woolfolk, 1998).
Ausubel juga mengemukakan pembelajaran lisan bermakna iaitu ‘meaningful verbal learning’,
termasuk pentingnya maklumat lisan, idea dan hubungan antara idea yang dikenali sebagai
Konsep Penyusunan Awal. Bagaimanapun, hafalan tidak dianggap sebagai pembelajaran
bermakna.Dua proses yang dikemukakan untuk membantu pembelajaran bermakna ialah
pembelajaran resepsi dan penemuan.Ausubel lebih mementingkan pembelajaran resepsi
daripada pembelajaran penemuan dan hafazan.Resepsi bermaksud penerimaan maklumat oleh
murid-murid apabila guru mengemukakan isi kandungan pelajaran secara
eksplisit ,langsung,lengkap dan tersusun.Mengikut model ini,guru-guru harus menyampaikan
pelajaran melalui kuliah atau ceramah,iaitu dalam bentuk pengajaran memusatkan
guru.Penemuan berlaku apabila murid-murid meneroka bahan-bahan pembelajaran yang
disediakan oleh guru-guru dan membentuk konsep melalui proses penyelesaian masalah.Murid-
murid berusaha untuk mencari makna sendiri dengan menggunakan kerangka kognitif yang
telah dibina sebelum ini.
Untuk membantu pembelajaran,Ausubel juga telah memperkenalkan konsep penyusunan
awal. Penyusunan awal telah diperkenalkan oleh beliau untuk menyesuaikan skema pelajar
dengan bahan pembelajaran, supaya pembelajaran optimal berlaku. Salah satu strategi untuk
memastikan wujudnya kesesuaian tersebut ialah memulakan pembelajaran berpandukan
kepada “penyusunan awal”. Ia merupakan struktur yang menerangkan hubungan antara konsep-
konsep yang hendak disampaikan pada hari tersebut.Fungsi penyusunan awal ialah untuk
menjelaskan kepada guru dan pelajar tentang perkara-perkara yang perlu difahami bagi sesuatu
tajuk pelajaran. Penyusunan awal juga boleh menghubungkan konsep baru dengan konsep yang
telah dipelajari. Jadi terdapat tiga tujuan penggunaan penyusunan awal, iaitu memberi gambaran
tentangapa yang penting dalam pelajaran, menjelaskan hubungan antara konsep yang akan
dihuraikan dan menggerakkan minda pelajar untuk mengingat semula konsep berkaitan yang
telah dipelajari.
Mengikut Ausubel,peta konsep adalah sebuah struktur grafik yang boleh digunakan
sebagai penyusunan awal dalam proses pengajaran dan pembelajaran.Pemetaan peta konsep
dapat membantu proses penyusunan maklumat murid-murid secara jelas.Ia juga dapat
mengukuhkan isi kandungan yang sedia ada dalam struktur kognitif murid-murid dan
mendemostrasikan kefahaman mereka mengenai sesuatu topik.Pembelajaran bermakna hanya
boleh berlaku sekiranya guru-guru menyusun bahab-bahan pembelajaran dalam bentuk yang
lengkap dan sempurna.Dalam erti kata lain,pembelajaran berkesan berlaku jika penyampaian
pengajaran guru-guru tersusun dan atur.Justeru itu,teori beliau juga dikenali sebagai Teori
Pembelajaran Resepsi.
Pembentukan kerangka pengetahuan atau struktur mental/kognitif berkembang dengan
pembelajaran bermakna melalui 4 proses.Proses pertama adalah proses subsumsi.Proses
subsumsi merujuk kepada pengetahuan baru mengenai konsep-konsep yang lebih umum dan
inklusif di dalam struktur kognitif seseorang individu.Proses ini terdiri daripada subsumsi terbitan
dan subsumsi korelatif.Subsumsi terbitan merujuk kepada maklumat bary yang terbit daripada
maklumat lama yang ada pada diri murid-murid.Maklumat baru ini akan disesuaikan dengan
pengetahuan sedia ada murid-murid.Sementara subsumsi korelatif merujuk pada suatu keadaan
di mana murid-murid menukar dan mengubahsuai struktur kognitif yang sedia ada untuk
mengakomodasikan maklumat atau konsep baru.Proses subordianat dan superodinat
merupakan proses kedua dalam pembentukan kerangka pengetahuan.Proses subordinat adalah
pengolahan maklumat untuk memahami konsep secara terperinci dan khusus.Proses ini adalah
spesifik dan bukan umum.Proses pembelajaran subordinat boleh dijalankan melalui pengajaran
induktif.Sebaliknya,proses superordinat adalah pengolahan maklumat secara am dan
inklusif.Proses pembelajaran ini boleh dijalankan melalui pengajaran deduktif.Proses ketida
adalah perbezaan progresif.Dalam pendekatan ini,guru-guru akan cuba memantapkan
kefahaman sesuatu konsep secara progresif atau beransur-ansur khasnya apabila konsep itu
sangat sukar.Guru-guru akan mendedahkan murid-murid kepada proses pembelajaran dimana
mereka perlu mendedahkan prinsip-prinsip yang lebih am dalam konsep-konsep yang dan yang
berkaitan di antara satu sama lain.Kemudian,guru-guru akan membuat elaborasi ciri-ciri yang
lebih terpencil yang wujud di dalam konsep-konsep yang sukar ini.Mereka juga akan
menekankan perbezaan dan persamaan yang wujud di antara konsep-konsep yang saling
berkaitan.Langkah ini akan membantu murid-murid meningkatkan kefahaman dan memperolehi
penguasaan pembelajaran terhadap konsep-konsep yang sukar.Proses penyelarasan integratif
atau pengubahsuaian bersepadu adalah proses terakhir.Dalam proses penyelarasan
integratif ,guru-guru mesti memainkan peranan untuk menhilangkan kekeliruan dan persoalan
yang timbul dalam minda murid-murid akibat daripada pendedahan kepada pelbagai jenis
konsep dan rumus dalam sistem persekolahan.Mereka akan cuba menyelaraskan tajuk-tajuk
pembelajaran yang hampir sama supaya lebih mudah difahami oleh murid-murid.Justeru
itu,pengubahsuaian bersepadu juga merujuk kepada satu pendekatan dimana percanggahan
makna di antara konsep-konsep yang hampir sama atau berkaitan dengan lebih teliti oleh guru.
Prinsip pembelajaran dan pengajaran Ausubel boleh digunakan dalam pengajaran
dengan memberikan perhatian kepada dua perkara.Perkara pertama, Ausubel mencadangkan
supaya guru menggunakan pembelajaran resepsi(penerimaan)atau model pengajaran
ekspositori kerana guru dapat menyampaikan maklumat yanglengkap dalam susunan yang
teratur seperti dalam kaedah kuliah.Perkara kedua pula menggunakan penyusunan awal dalam
pengajaran untuk menggalakkan pelajarmengingat semula konsep yang telah dipelajari dan
mengaitkannya dengan konsepbaru yang akan dipelajari serta mengingatkan mereka tentang
perkara-perkara penting dalam sesuatu tajuk pelajaran.
Teori Pembelajaran SosialPengenalan
Mazhab sosial menyarankan bahawa pembelajaran berlaku dalam konteks sosial iaitu manusia
belajar daripada orang lain yang berada dalam lingkungan persekitaran mereka.Ia
menggabungkan teori mazhab behaviorisme dengan mazhab kognitif kerana ia melibatkan
pemerhatian dan permodelan.Justeru itu,teori ini juga dikenali sebagai teori permodelan dan
teori kognitif sosial.
Di antara tokoh-tokoh yang menyokong mazhab atau teori sosial,Albert Bandura adalah
tokoh yang paling terkenal.Beliau menyatakan bahawa proses pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan ‘permodelan’.Beliau menjelaskan
bahawa pemerhatian seorang murid terhadap apa yang dilakukan oleh guru-guru serta tindakan
murid-murid dalam meniru aksi guru-guru tersebut akan memberikan kesan yang optima kepada
kefahaman murid.
Teori kognitif sosial menegaskan bahawa latar belakang kebudayaan seseorang individu
merupakan faktor utama dalam pembentukan tingkahlakunya.Kebudayaan adalah hasil ciptaan
manusia yang bersosial dan kanak-kanak dibesarkan dalam nilai budaya masing-masing.Justeru
itu,kanak-kanak amat dipengaruhi oleh budaya persekitaran yang merangkumi keluarga,sekolah
dan rakan sebaya.
Teori Permodelan Bandura
Albert Bandura dilahirkan di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Disember 1925. Masa
kecil dan remajanya dihabiskan di desa kecil dan juga mendapat pendidikan disana. Pada tahun
1949 beliau mendapat pendidikan di Universiti British Columbia, dalam jurusan psikologi. Dia
memperoleh gelar ‘Master’ di dalam bidang psikologi pada tahun 1951 dan setahun kemudian ia
juga meraih gelaran doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan program doktornya dalam bidang
psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di Standford University.Pada tahun 1964 Albert Bandura
dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima anugerah American Psychological
Association untuk Distinguished scientific contribution pada tahub 1980.
Pada tahun berikutnya, Bandura bertemu dengan Robert Sears dan belajar tentang pengaruh
keluarga dengan tingkah laku social dan proses identifikasi. Sejak itu Bandura sudah mulai
meneliti tentang agresi pembelajaran social dan mengambil Richard Walters, muridnya yang
pertama mendapat gelar doctor sebagai pembantunya. Bandura berpendapat, walaupun prinsip
belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan tingkah laku, prinsip itu harus
memperhatikan dua fenomena penting yang diabaikan atau ditolak oleh paradigma
behaviorisme. Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu
konsep dalam aliran behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran,
pemahaman, dan evaluasi.
Menurut beliau manusia secara semula jadinya belajar melalui proses peniruan atau
pemerhatian, iaitu dengan cara melihat orang bertingkah laku dalam kehidupan seharian seperti
berjalan, makan, minum, mendapat penghargaan, pujian atau menerima hukuman. Pada
asalnya ia lebih merupakan kepada teori pembelajaran sosial tetapi telah berkembang kepada
teori pembelajatan sosial kognitif. Ini kerana terdapat proses kognitif terlibat di dalamnya.
Bagaimana kanak-kanak meniru perlakuan orang dewasa dan bagaimana persekitaran
mempengaruhi kehidupan dan perlakuan kanak-kanak. Sebab itu Bandura mengatakan bahawa
pembelajaran secara peniruan melibatkan tiga unsur iaitu,individu (kognitif), persekiataran dan
tingkah laku itu sendiri (Ormrod, 2008).
Individu yang meniru tingkah laku orang lain, menjadikan orang yang ditiru itu sebagai model.
Jadi tidak hairan jika kita tengok muda mudi sekarang lebih berminat meniru gaya fesyen
pakaian selebriti yang mereka minati. Sehubungan itu model boleh dibahagikan kepada dua.
Pertama ialah model sebenar/hidup, iaitu belajar melalui orang yang sebenar. Misalnya jika
mahukan hiasan dalaman maka Eric Leong akan dijadikan model. Manakala model kedua ialah
model simbolik, iaitu model yang dilihat menerusi video, lakonan watak dalam cerita atau rajah.
Murid mungkin belajar sesuatu melalui pemerhatian atau peniruan daripada sumber yang
dinyatakan.
Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak-anak
meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.Albert Bandura seorang tokoh
teori belajar social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan lebih
berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “. Beliau menjelaskan lagi bahwa
aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau dilakukan oleh guru dan aspek
peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang optimum kepada pemahaman pelajar.
Bandura (1986) telah mengenal pasti empat unsur utama yang membantu dalam proses
pembelajaran permodelan iaitu pemerhatian , mengingati,reproduksi serta peneguhan dan
motivasi. Untuk belajar melalui pemerhatian, kita mesti menumpukan perhatian. Biasanya kita
memberi perhatian kepada orang yang menarik, popular, cekap atau disanjungi. Untuk kanak-
kanak kecil ini mungkin merujuk kepada ibu bapa, abang atau kakak atau guru- guru. Bagi
pelajar yang lebih tua ia mungkin merujuk kepada rakan sebaya yang popular dan artis pujaan.
Faktor- faktor yang mempengaruhi perhatian ialah ciri- ciri model termasuk nilai, umur, jantina,
status dan perhubungan dengan pemerhatian. Dalam pengajaran guru perlu memastikan murid
menumpukan perhatian kepada ciri- ciri penting pelajaran dengan pengajaran yang jelas dan
menekankan isi- isi penting. Dalam suatu tunjuk cara contohnya memasukkan benang ke lubang
jarum mesin jahit kita mungkin memerlukan murid- murid duduk berhampiran dengan kita supaya
mereka nampak bagaimana cara melakukannya dengan betul. Perhatian mereka akan
ditumpukan kepada ciri- ciri yang betul dalam situasi tersebut dan dengan itu menjadikan
pembelajaran pemerhatian yang betul.Seterusnya,kebolehan untuk menyimpan apa yang
diperhatikan dalam memori adalah keupayaan mengingati.Seseorang boleh menyimpan
maklumat yang telah diperhatikan dalam pelbagai cara,seperti dalam bentuk koding,grafik
mental,penyusunan kognitif ,simbolik dan sebagainya.Sementara itu,reproduksi merujuk kepada
kebolehan si pemerhati untuk menghasikan semula imej dan maklumat yang telah
diperhatikan.Pemerhatian harus berupaya melakukan semula tingkah laku yang ditirunya.
Apabila seseorang tahu bagaimana sesuatu tingkah laku ditunjukkan dan mengingat ciri- ciri
atau langkah- langkah dia mungkin belum boleh melakukannya dengan lancar. Sesorang itu
memerlukan latihan yang banyak, mendapat maklum balas dan bimbingan tentang perkara-
perkara penting sebelum boleh menghasilkan tingkah laku model. Di peringkat penghasilan
latihan menjadikan tingkah laku lebih lancar dan mahir.Dengan itu, seseorang itu mungkin telah
memperoleh satu kemahiran atau tingkah laku baru melalui pemerhatian, tetapi ia mungkin tidak
dapat melakukan tingkah laku itu sehingga ada sesuatu bentuk motivasi atau insentif untuk
melakukannya. Peneguhan boleh memainkan beberapa peranan dalam pembelajaran
pemerhatian. Seandainya individu itu mengharapkan untuk mendapat peneguhan dengan
meniru tindakan seseorang model, ia mungkin menjadi lebih bermotivasi untuk menumpukan
perhatian, mengingat dan menghasilkan semula tingkah laku. Selain itu, peneguhan penting
untuk mengekalkan pembelajaran. Seseorang yang mencuba menunjukkan tingkah laku baru
tidak akan mengekalkanya tanpa peneguhan. Sebagai contoh, seorang murid yang tidak popular
cuba memakai pakaian fesyen baru tetapi diejek oleh rakan- rakan dan dia tidak akan
meneruskan peniruannya.
Menurut Bandura,terdapat lima jenis peniruan seperti peniruan secara langsung,peniruan secara
tidak langsung,peniruan gabungan,peniruan sekat laluan dan yang tak sekat laluan. Pertama,
pemerhati mungkin menghasilkan semula tingkah laku model dan menerima peniruan secara
langsung. Contohnya, seorang ahli gimnastik menunjukkan pergerakan badan yang baik dan dia
di puji oleh jurulatihnya dengan kata- kata seperti ’syabas’. Kedua pemerhati mungkin melihat
orang lain menerima peniruan secara tidak langsung dan mengikut tingkah laku orang yang
diperhatikan. Contohnya kanak- kanak yang melihat program televisyen yang penuh dengan
keganasan mungkin meniru tingkah laku keganasan model melalui program tersebut. Ketiga
ialah peniruan melalui proses gabungan. Dalam proses ini seseorang akan meniru apa yang
dilakukan oleh orang lain jika dia sudah mengetahui cara- cara melakukan tingkah laku tersebut.
Sebagai contoh timbul keinginan di hati Ali untuk membantu ibunya memotong rumput setelah
melihat Rahman membantu ibunya. Keempat peniruan sekat lakuan. Peniruan yang sesuai
dilakukan dalam keadaan tertentu tetapi tidak digunakan dalam keadaan atau situasi yang lain.
Sebagai contoh, murid boleh meniru kawan mereka yang bising senasa kelas pendidikan
jasmani di padang tetapi tidak boleh meniru tingkah laku ini di dalam kelas. Kelima iaitu peniruan
tak sekat lakuan. Dalam proses ini seseorang individu akan terus mengamalkan peniruan dalam
apa- apa jua situasi. Sebagai contoh, Radzi yang menyertai satu kumpulan menyimpan rambut
panjang semasa cuti sekolah akan terus menyimpan rambut panjangnya semasa sesi
persekolahan bermula.
Teori permodelan boleh digunakan untuk mencapai beberapa kesan dalam bilik darjah.Sebagai
seorang guru,ia mesti selalu mengajar atau memodelkan satu tingkah laku,sikap atau kemahiran
yang baru kepada murid-murid.Selain itu,guru juga sentiasa mengukuhkan tingkahlaku-
tingkahlaku yang telah diajar kepada murid-muridnya.Dengan itu,guru-guru mesti memastikan
yang proses permodelan digunakan untuk mengatasi segala perasaan takut dan bimbang murid-
murid.Murid-murid yang berani digalakkan untuk menonjolkan kemahiran atau kerja mereka
terlebih dahulu.
Teori Proksimiti Vygotsky
Lev S. Vygotsky ialah pengkritik terawal kepada andaian-andaian yang diketengahkan oleh
Piaget. Vygotsky memberi pandangan tentang perkembangan kognitif kanak-kanak yang cukup
berlainan dengan pendapat Jean Piaget. Vygotsky menyatakan bahawa perkembangan kanak-
kanak tidak mengikut tahap-tahap perkembangan. Sebaliknya, Vygotsky menegaskan bahawa
setiap fungsi dalam perkembangan budaya kanak-kanak muncul dalam dua aras iaitu pada aras
sosial dan pada aras individu.
Vygotsky sebagai seorang penulis telah mengarang banyak buku dalam tempoh usia yang
singkat,termasuklah buku Pyscology of Arts (1925) dan thinking of speech (1934).Sumbangan
beliau yang terkemuka ialah teori proksimiti yang menyokong perkembangan pembelajaran
kanak-kanak.Kini,teori perkembangan proksimal beliau menjadi asas untuk perkembangan teori
konstruktivisme.
Beliau telah mengemukakan empat konsep atau tema utama untuk menerangkan
teorinya.Antaranya ialah pendekatan sosio-budaya,zon perkembangan proksimal,bantuan
perancah(scaffolding) dan perkembangan bahasa.Dalam pendekatan sosio-budaya,Vygotsky
telah memerhati dan mengkaji peranan budaya dan komunikasi interpersonal kepada
perkembangan kognitif kanak-kanak.Beliau berpendapat bahawa perkembangan pembelajaran
berlaku dalam konteks sosial,iaitu melalui persekitaran dunia kanak-kanak yang dikelilingi
dengan orang dewasa yang berinteraksi dengan mereka sejak dilahirkan.
Teori Proksimiti Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu
yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan
bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran
melibatkan pembelajaran menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, sistem
matematik, dan alat-alat ingatan. Ia juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu
berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil di dalam bidang-bidang
tersebut. Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak-anak lain dalam
memudahkan perkembangan si anak.
Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relatif dasar seperti kemampuan
untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun, anak-anak tak banyak memiliki
fungsi mental yang lebih tinggi seperti ingatan, berfikir dan menyelesaikan masalah. Fungsi-
fungsi mental yang lebih tinggi ini dianggap sebagai ”alat kebudayaan” tempat individu hidup
dan alat-alat itu berasal dari budaya. Alat-alat itu diwariskan pada anak-anak oleh anggota-
anggota kebudayaan yang lebih tua selama pengalaman pembelajaran yang dipandu.
Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk
gambaran batin anak tentang dunia. Karena itulah berpikir setiap anak dengan cara yang sama
dengan anggota lain dalam kebudayaannya.
Menurut vygotsky (1962), keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang
melalui interaksi sosial langsung. Informasi tentang alat-alat, keterampilan-keterampilan dan
hubungan-hubungan interpersonal kognitif dipancarkan melalui interaksi langsung dengan
manusia. Melalui pengorganisasian pengalaman-pengalaman interaksi sosial yang berada di
dalam suatu latar belakang kebudayaan ini, perkembangan mental anak-anak menjadi lebih
matang.
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui
pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika
berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran
operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Menurut teori Vygotsky, Zone of Proximal Developmnet(ZPD) merupakan celah antara ‘actual
development’ dan ‘potential development’, dimana antara apakah seorang anak dapat
melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerjasama dengan teman sebaya. Maksud dari ZPD
adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan
anak.Menurut Vygotsky,pembelajaran aktif berlaku dalam zon ini.Vygotsky telah memfokus
kepada hubungan sosial kanak-kanak dalam konteks sosio-budaya dan mendapati bahawa
mereka menggunakan alat-alat kebudayaan iaitu bertutur dan menulis untuk memahami
lingkungan sosial mereka.Beliau juga percaya bahawa proses internalisasi melalui alat-alat
kebudayaan ini yang menyebabkan kemampuan berfikir kanak-kanak maju ke aras kognitif yang
lebih tinggi.
Sementara itu, konsep ‘scaffolding’ ataupun bantuan perancah membawa maksud suatu
bantuan atau bimbingan kepada murid bagi menyiapkan sesuatu tugasan yang tidak dapat
diselesaikan tanpa mendapat bantuan daripada guru. Menurut Vygotsky (1978), guru dapat
merangsang zon ini dengan memberikan peluang yang banyak kepada murid bergerak balas
yang mencakupi kemahiran dan kebolehan yang boleh dilakukan oleh murid secara bersendirian
serta lain-lain kemahiran yang memerlukan bantuan guru (Shahabudin, Rohizani & Mohd. Zohir,
2007).
‘Scaffolding’ juga dikatakan sebagai ‘ was developed as a metaphor to describe the type of
assistance offered by a teacher or peer to support learning. In the process of scaffolding, the
teacher helps the student master a task or concept that the student is initially unable to grasp
independently. The teacher offers assistance with only those skills that are beyond the student’s
capabality’.
‘Scaffolding’ dapat membantu murid bergerak melalui zon perkembangan proksimal (Zon of
Proximal Development) dengan membolehkan pelajar menyelesaikan sesuatu tugasan tanpa
bantuan orang lain. Jadi, melaluinya tindak balas dan keperluan pelajar akan dapat dipenuhi
dengan cara mengubahsuaikannya kepada tahap pencapaian yang boleh dicapai oleh pelajar.
Guru perlu memberikan bantuan atau bimbingan apabila diperlukan dan berhenti membantu
setelah murid mula menunjukkan kemampuan dalam menyelesaikan tugasan.
‘Scaffolding’ berinstruksional akan memberikan sokongan kepada murid misalnya di dalam bilik
darjah, guru menyediakan ‘scaffolding’ dengan menghuraikan dan membahagikan isi sesuatu
petikan kepada perenggan-perenggan yang dapat diselesaikan, menunjukkan kemahiran
‘modelling’ dengan membenarkan murid menyelesaikan tugasan secara bersendirian apabila
guru berasa yakin murid-muridnya sudah bersedia (Shahabudin, Rohizani & Mohd. Zohir, 2007).
Di samping itu,Vygotsky juga lebih menitikberatkan bahasa dalam pemerolehan pengetahuan
dan perkembangan kognitif.Munurut beliau,proses penguasaan bahasa berkembang dengan
kebolehan berkomunikasi dan berinteraksi secara sosial dengan orang lain.Bahasa dan
pemikiran berkembang secara tersendiri dan meningkat dalam tahap kesukaran.Mereka juga
belajar menggunakannya sebagai alat komunikasi untuk menyelesaikan masalah seperti
meminta untuk susu apabila mereka lapar.
Dengan itu,terdapat beberapa implikasi utama teori Vygotsky dalam bilik darjah. Dari segi
pengajaran dan pembelajaran, seseorang guru yang mengamalkan prinsip-prinsip teori Vygotsky
akan mendapati proses pembelajaran yang sangat aktif. Guru akan menggunakan
teknik scaffolding dengan membimbing dan memberi tindak balas tentang pembelajaran isi
kandungan baru. Guru juga akan menyediakan alat-alat pembelajaran yang bersesuaian dan
mencukupi untuk mencapai objektif pengajatan yang efektif.
Vygotsky mengutarakan cadangan supaya perkembangan kanak-kanak didasarkan kepada
keupayaan mereka menggunakan perantaraan bahasa, sistem nombor dan peta bagi
perkembangan kognitif. Keupayaan mereka pula bergantung kepada pendedahan mereka
kepada pembantu dan persekitaran orang dewasa yang kebiasaannya terdiri daripada guru-guru
dan pengasuh. Ini sangat bermakna terhadap perkembangan kreativiti, kognitif, sosial dan
kemahiran mengawal perasaan.
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri beberapa konsep melalui
pengalaman sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih berkembang jika
berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tidak akan pernah mengembangkan pemikiran
operasional formal tanpa bantuan orang lain.Pada pandangan yang lain, Vygotsky mencari
pengertian bagaimana anak-anak berkembang dengan melalui proses belajar, dimana fungsi-
fungsi kognitif belum matang, tetapi masih dalam proses pematangan. Vygotsky membezakan
antara perkembangan sebenar dan perkembangan potensi pada anak. Perkembangan sebenar
ditentukan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa atau
guru. Sedangkan perkembangan potensi membezakan apakah seorang anak dapat melakukan
sesuatu, menyelesaikankan masalah dengan bantuan orang dewasa atau kerjasama dengan
teman sebaya.
Teori Pembelajaran HumanistikPengenalan
Mengikut pandangan ahli psikologi humanis, fitrah manusia pada dasarnya adalah mulia dan
baik. Setiap individu ingin belajar dan menimba ilmu. Setiap individu akan berkembang secara
semulajadi sekiranya persekitaran mereka adalah sesuai. Setiap individu akan bertindak atas
persekitaran masing-masing dan bebas membuat pilihan. Kajian ahli psikologi humanis
menyatakan bahawa pembelajaran manusia bergantung kepada emosi dan perasaan masing-
masing.Selain itu, pendekatan humanis terhadap pendidikan menekankan keunikan setiap
individu dengan meningkatkan motivasi instrinsik dan kendiri masing-masing dengan
menyatakan pandangan, pengalaman dan pendekatan terhadap pembelajaran setiap individu
adalah berbeza. Secara keseluruhannya, pendekatan humanis memperkatakan mengenai
pendekatan berpusatkan pelajar secara holistik.
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar
dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Pelajar dalam
proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan
sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.Tujuan utama para pendidik adalah
membantu pelajar untuk mengembangkan dirinya, iaitu dengan membantu individu untuk
mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan
potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bahagian
pada proses belajar, iaitu proses pemerolehan informasi baru dan personalia informasi ini pada
individu.
Seterusnya,tiga tokoh humanis utama iaitu Carl Rogers,Abraham Maslow dan Erik Erikson akan
dibincangkan dengan lebih lanjut.
Carl Rogers
Carl Rogers telah dilahirkan pada 8hb Januari di Oak Park, lllinois, 1902 dan telah meninggal
pada tahun 1987.Beliau dilahirkan dalam keluarga yang kuat berdisplin, penuh keagamaan dan
bermoral tinggi. Rogers mula belajar di Universiti of Winconsin dalam bidang pertanian tetapi dua
tahun kemudian bertukar kepada bidang keagamaan di Union Theological seminary di New
York. Walau bagaimanapun Rogers keluar dari kumpulan keagamaan kerana mempertikaikan
beberapa doktrin agama serta mempersoalkan tentang makna kehidupan. Beliau lebih
memikirkan dirinya sebagai seorang ahli psikologi klinikal dan berikutnya beliau terus
melanjutkan pelajaran ke Teachers College, Columbia Universiti dan mendapat Ph.D pada tahun
1928. Semasa di Columbia, sudah nampak Rogers cuba mengharmonikan idea – idea yang
bertentangan seperti fahaman Freudian dengan metod statistik saintifik. Kemudian fahaman
keagamaan dengan fahaman saintifik, gerakhati dengan objektif dan klinikal dengan statistik.
Pada dasarnya,Carl Rogers mementingkan manusia sebagai manusia dan bukan sebagai objek
yang boleh dimanipulasikan sama ada dari aspek-aspek fizikal atau emosi.Beliau juga
mementingkan perkembangan manusia yang positif dan melihat mereka sebagai mempunyai
hati yang baik dan mulia.Perlakuan mereka mendorong menuju kepada pencapaian
kesempurnaan kendiri.Terdapat beberapa usul penting dalam teori humanistik.Salah satu
daripadanya ialah persepsi individu mengenai diri kendiri.Mengikut Carl adalah selaras dengan
konsep kendirinya.Jika seseorang individu memiliki konsep kendiri yang tinggi,dia akan merasa
berkeyakinan tinggi dan bersemangat untuk melakukan segala tugas yang diagihkan
kepadanya.Usul seterusnya pula membantu individu untuk mengatasi halangan-halangan.Guru-
guru yang menunjukkan empati dan sentiasa bersikap positif akan mendorong mendidik murid-
murid secara lebih mendalam.Menurutnya lagi,seseorang guru kaunselor yang baik dapat
membantu menghilangkan penghalang-penghalang yang terpendam dalam diri seseorang agar
potensinya boleh berkembang dengan optimanya.Usul yang ketiga adalah kecenderungan untuk
Berjaya.Setiap manusia mempunyai kecenderungan untuk mencapai kesempurnaan kendiri dan
akan bersaing untuk mencapai kejayaan.Penguasaan ilmu dan pemerolehan pengalaman
berlaku secara semulajadi sehingga manusia mencapai kesempurnaan kendiri.Kefahaman
melalui refleksi juga merupakan antara usul penting dalam teori humanistik.Mengikut Carl
Rogers,manusia sentiasa menggunakan maklumat dan pengalaman yang ada pada diri sendiri
untuk memperbaiki kelakuan diri.Refleksi dan pengimbasan semula pengalaman yang dilalui
membawa kesedaran lebih kepada tingkah laku seseorang.Dengan itu,struktur kendiri manusia
terbentuk daripada interaksi dengan persekitaran dan penilaian tentang diri sendiri pula
diperolehi daripada interksi dengan orang lain.Interaksi manusia dengan persekitaran dan
pergaulan sosial memperkayakan input pengalaman seseorang.
Menurut Carl Rogers, setiap individu mempunyai keinginan semulajadi untuk belajar ( Choong
Lean Keow, 2011). Oleh itu Carl Rogers percaya bahawa setiap individu mempunyai
kecenderungan dan hasrat untuk mencapai kesempurnaan dirinya. Dalam hal ini guru dapat
memanfaatkan pendekatan ini dengan cara membentuk suasana bilik darjah yang kondusif
untuk murid-murid belajar. Guru boleh membentuk suasana bilik darjah yang kondusif dengan
menyediakan persekitaran kelas yang selamat dan tenang agar murid dapat belajar dengan
selesa. Seorang guru boleh menjalankan pelbagai jenis aktiviti pengajaran dan pembelajaran
agar murid-murid berasa seronok ketika berada dalam bilik darjah tersebut tidak merasa tertekan
atau terbeban apabila mengikuti pembelajaran. Guru perlu peka terhadap aspek perkembangan
diri setiap murid dengan memastikan keperluan asas wujud dalam persekitaran bilik darjah
khususnya. Dalam hal ini guru perlu mengambil kira tentang aspek bilik darjah, sama ada bilik
darjah tersebut selesa atau tidak.
Selain itu, guru perlu memberikan kebebasan kepada murid-murid untuk memilih apa yang ingin
mereka pelajari semasa berada dalam bilik darjah. Hal ini bersesuaian dengan pendapat yang
dinyatakan oleh Rogers bahawa pembelajaran yang bersifat signifikan hanya akan berlaku
kandungan matapelajaran adalah relevan dengan minat murid-murid. Guru perlu memberi ruang
kepada murid-murid untuk mengembangkan potensi mereka ke tahap yang maksimum. Dalam
hal ini, guru boleh memberikan peluang kepada muriduntuk memilih pembelajaran yang mereka
mahukan sesuai dengan minat murid. Murid-murid lebih mudah memahami sesuatu pelajaran
sekiranya mereka berminat dan ingin tahu tentang perkara tersebut. Contohnya, murid yang
minat melukis akan memberikan tumpuan sepenuhnya apabila guru lukisan mengajar di dalam
kelas. Secara tidak langsung minat dan sifat ingin tahu dalam diri murid tersebut menyebabkan
murid itu mudah menerima dan memahami apa yang telah disampaikan oleh
gurunya. Pembelajaran melalui proses kebebasan dapat memberi peluang kepada murid untuk
membuat penilaian kendiri terhadap kemampuan diri sendiri.
Menurut Rogers juga, murid-murid lebih mudah menerima pembelajaran apabila ancaman
luaran berada pada tahap minimum (Noriati Arashid & Boon Pong Ying, 2009). Di sini bermakna
guru bukan sahaja menyediakan keadaan bilik darjah yang tenang dan selesa, tetapi juga
menyediakan keadaan bilik darjah yang selamat kepada murid-murid. Keselamatan bilik darjah
tersebut termasuklah keadaan bilik darjah. Susunan meja dan kerusi yang teratur akan
mempengaruhi minat murid-murid untuk belajar. Kebersihan dan keceriaan kelas juga
mempengaruhi emosi murid-murid. Keadaan bilik darjah yang bersih, ceria dan selamat
membolehkan murid dapat menjalankan sebarang aktiviti dengan rasa yang selesa dan tenang.
Guru juga penting untuk mengambil kira aspek keselamatan pelajar ketika mereka berada dalam
bilik darjah atau luar bilik darjah tersebut. Contohnya tidak ada gangguan atau halangan
daripada mana-mana individu yang boleh menyebabkan murid tersebut berasa takut untuk
belajar seperti gangguan daripada rakan-rakan lain yang suka membuli atau sebagainya.
Disamping itu, dalam pendekatan humanistik Carl Rogers juga guru boleh mengaplikasikan cara
pembelajaran dan pengajaran dengan merancang pelbagai jenis aktiviti pengajaran dan
pembelajaran yang sesuai kepada murid-murid. Rogers menyatakan seorang guru perlu
menjelaskan objektif pembelajaran dan membekalkan sumber pembelajaran yang sesuai (Mok
Soon Sang, 2009). Guru boleh memanfaatkan cara ini ketika melaksanakan pengajaran di dalam
kelas. Murid perlu tahu apa yang mereka perlu capai dalam sesuatu pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru agar mereka mudah untuk mengikuti pembelajaran dalam bilik darjah
tersebut. Pada hakikatnya, guru perlu bijak untuk menghidupkan suasana pembelajaran dengan
mempelbagaikan kaedah pengajaran. Guru juga perlu membuat refleksi diri tentang kelemahan
semasa proses pengajaran dan pembelajaran dilaksanakan. Pembelajaran yang
menyeronokkan di dalam bilik darjah akan menimbulkan minat dan motivasi dalam diri murid
untuk belajar. Sebagai contoh, guru menggunakan bahan bantu mengajar yang menarik ketika
menjalankan proses pengajaran di dalam bilik darjah. Bahan bantu mengajar yang sesuai dapat
membantu murid-murid untuk memahami pelajaran dengan cepat dan mudah.
Abraham Maslow
Abraham Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York dalam tahun 1908. Bapanya bernama
Samuel Maslow dan ibunya bernama Rose.Abraham Maslow mendapat ijazah pertama dan PhD
dari Universiti Wisconsin dalam tahun 1934. Selepas mendapat ijazah doktor falsafah, beliau
bekerja di Brooklyn College (1937 - 1951). Dalam tahun 1951, beliau meneruskan kerjayanya di
bidang akademik di Universiti Brandeis, Massachusetts. Beliau pernah dilantik sebagi Pengerusi
Jabatan Psikologi selama 10 tahun di universiti yang sama. Sepanjang kerjayanya, beliau
banyak menghasilkan artikel – artikel berkaitan dengan perasaan dirinya sendiri, pandangan
terhadap insan juga perasaan ke atas kesihatan dirinya.Maslow berkahwin pada tahun 1928
dengan Bertha, dan beliau telah meninggal dunia di usia 62 tahun akibat penyakit serangan
jantung.
Piramid Teori Hierarki Keperluan Maslow
Menurut Maslow,apabila individu mendapat kepuasan dalam sesuatu hierarki,keperluan akan
muncul secara semulajadi untuk mencapai hierarki-hierarki yang lebih tinggi berlaku secara
semula jadi.Maslow mengatakan bahawa manusia sentiasa bermotivasi untuk mencapai
kejayaan dalam hidup.Mereka akan berusaha sesungguhnya untuk mencapai kesempurnaan
kendiri,iaitu merealisasikan potensi diri manusia seutuhnya.Mereka akan mencapai tahap ini
apabila telah meraih kepuasan dari tahap-tahap yang lebih dasar.Maslow telah menghuraikan
ciri-ciri perkembangan mengenai motif manusia untuk mencapai kepuasan dalam hidup.Kuasa
dalaman mendorong untuk mengejar kecemerlangan serta gaya hidup yang sihat dan sempurna.
Maslow melihat individu sebagai sesuatu yang berintergrasi dan penyusuan keseluruhan.
Contohnya, seorang insan yang lapar, ianya bukan sebahagian daripada diri individu tersebut,
sebaliknya keseluruhan diri individu menunjukkan rasa lapar. Teori Maslow ini ada berkaitan
dengan personaliti, dan menitikberatkan beberapa andaian yang berkaitan dengan motivasi.
Beliau menekankan keseluruhan diri individu bergerak, bukan hanya sebahagian daripada
individu.Maslow menganggap motivasi sebagai sesuatu yang kompleks, dimana tingkah laku
luaran yang diperlihatkan oleh manusia. Beliau juga menganggap, individu akan terus
bermotivasi oleh kerana sesuatu matlamat. Matlamat ini dianggap sebagai keperluan yang perlu
dipenuhi oleh semua manusia tanpa mengambil kira budaya, persekitaran dan perbezaan
generasi.Personaliti yang dibincangkan oleh Maslow lebih kepada keperluan individu. Maslow
sering mengaitkan perkembangan personaliti dengan motivasi. Motivasi lahir dari keperluan yang
diperolehi oleh setiap individu. Maslow berpendapat sebilangan keperluan dalaman yang
menggerak serta mengarahkan perlakuan yang dipamerkan oleh individu. Keperluan yang
ditunjukkan oleh Maslow boleh dilihat dalam bentuk hieraki.
Menurut Maslow dalam Teori Hierarki Keperluannya,meluaskan kendiri adalah berkaitan dengan
kecenderungan seseorang untuk menghubungkaitkan diri dengan keperluan
dunia.Penyempurnaan kendiri pula adalah tentang tatacara seseorang bermoral dan
beretika.Estetik pula adalah penghargaan simetri iaitu mencari atur susun dan menghayati
kecantikan.Pada tahap kognitif pula seseorang itu perlu menjelajahi ilmu dan berusaha unuk
memperoleh pengalaman baru.Sementara itu,mengikut Maslow,pada tahap penghargaan kendiri
pula ia harus mempunyai keyakinan diri, usaha kearah meraih kejayaan dan pencapaian serta
dihormati oleh orang lain.Selain itu,cinta saying,kawan-kawan dan mempunyai keluarga yang
bahagia adalah antara keperluan yang terdapat di tahap keperluan kasih sayang.Dengan
itu,keperluan fisiologi dan keperluan keselamatan dan perlindungan adalah juga tersenarai
dalam hierarki keperluan Maslow.Kedua-dua keperluan ini merujuk kepada makanan,tempat
tinggal,minuman serta udara segar yang harus diperlukan oleh seseorang.
Tugas guru semakin mencabar semasa menjalankan tugasnya sebagai
pendidik dewasa ini.Dalam pengajaran dan pembelajaran, motivasi dianggap sebagai satu unsur
yang membolehkan murid melibatkan diri secara aktif.Di samping itu ianya menjadikan proses
pembelajaran berlaku dalam situasi yang bermakna,berfaedah dan menyeronokan.Guru
merupakan penggerak kepada muridnya supaya berjaya dalam pembelajaran.
Guru hendaklah sentiasa memberi peneguhan serta-merta kepada muridnya apabila mereka
memperlihatkan tingkahlaku positif. Peneguhan ini boleh diberi dalam pelbagai bentuk seperti
pujian, senyuman atau hadiah. Secara tidak langsung dapat mempertingkatkan lagi aras
motivasi serta meningkatkan prestasi murid-muridnya. Guru perlu memastikan setiap mata
pelajaran yang diajar menarik minat muridnya. Guru mesti menentukan proses pengajaran dan
pembelajaran itu sentiasa aktif, bersifat menyelidik, menyeronokkan dan bermanafaat. Aktiviti
pembelajaran perlu menggalakkan interaksi sosial dan interaksi dalam kumpulan. Penyampaian
pengajaran yang tidak menarik boleh menyebabkan murid-murid merasa bosan. Oleh itu, guru
perlu menyerapkan pelbagai unsur aktiviti seperti proses penyelidikan, keseronokan dan
sebagainya.Guru boleh menyuruh murid ke perpustakaan atau makmal komputer untuk mencari
maklumat tentang topik-topik yang berkaitan dengan pelajaran yang dipelajari.Guru juga boleh
mengadakan lawatan sambil belajar ke tempat-tempat yang bersejarah atau tempat yang sesuai
dengan pelajaran.Ini adalah berguna untuk pelajar yang mempunyai gaya pembelajaran
pragmatis kerana mereka dapat melihat pertalian antara teori dan fakta yang dipelajari dengan
situasi sebenar.Selain itu, guru boleh mengadakan pusat atau ruang untuk sudut mata pelajaran
bagi mempamerkan segala alat bantu mengajar seperti carta, peta dan sebagainya.Guru
menggalakkan murid-murid menggunakan pelbagai bahan rujukan.Guru tidak boleh
mengharapkan kepada buku teks sahaja.Guru perlu menggunakan pelbagai bahan yang
mempunyai unsur-unsur kreatif seperti bahan dari internet, komik, CD-ROM , bahan-bahan
daripada akhbar dan bahan-bahan bacaan lain.Murid mesti digalakkan untuk menghasilkan
ciptaan berdasarkan idea-idea dan minat sendiri.
Sesuatu matlamat pada satu peringkat berjaya dicapai akan menimbulkan perasaan untuk
memenuhi kepuasan pada peringkat yang lebih tinggi. Oleh itu pendidik harus mengetahui
langkah-langkah yang praktikal sejajar dengan diri seseorang pelajar demi hendak memenuhi
kehendak pelajar. Dengan itu kepuasan belajar dalam keperluan motivasi boleh dicapai
seterusnya menanamkan minat pelajar mengembangkan potensinya.
Jelaslah bahawa keperluan itu mempunyai matlamat yang mesti dicapai bagi memenuhkan
keperluan tersebut. Matlamat ini mempunyai nilai yang tertentu kepada seseorang mahupun
seorang pelajar yang memerlukannya. Teori Hiraki Maslow tegas memberi konsep bahawa
perkembangan individu atau pelajar ini perlu melalui beberapa tingkat kepuasan atau dengan
kata lain proses perkembangan individu itu merupakan satu usaha yang berterusan dalam
persekitaran sosial sehingga mencapai kecemerlangan. Oleh itu bagi meninggikan atau
mempertingkatkan lagi proses pengajaran juga pembelajaran di dalam kelas, guru seharusnya
peka dan bijak menentukan apa keperluan seseorang pelajar. Dengan menyedari keperluan
seseorang pelajar guru dapat mengatur strategi serta alternatif yang lebih praktikal demi
kecemerlangan yang semaksimumnya.
Teori Identiti Erik Erikson
Erik Erikson(1902-1994),seorang ahli psikoanalisis yang berasal dari
Frankfurt,Germany.Sumbangan beliau dalam bidang psikologi amat banyak dan ternilai.Beliau
terkenal untuk mengembangkan kefahaman konsep krisis identity yang berdasarkan
pengalaman yang dilalui oleh beliau sendiri.
Teori Identiti Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam
psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat kedudukan penting dalam
psikologi. Hal ini demikian kerana ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir
sehingga lanjut usia. Seperti Sigmund Freud, Erik Erikson percaya bahawa personaliti yang
terbentuk dalam satu siri peringkat.
Salah satu unsur utama teori peringkat psikososial Erikson ialah perkembangan identiti ego.
Identiti ego rasa sedar diri kita berkembang melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, identiti ego
kita sentiasa berubah – ubah disebabkan oleh pengalaman baru dan maklumat yang kita peroleh
dalam interaksi harian kita dengan orang lain. Di samping identiti ego, Erikson percaya bahawa
rasa kecekapan juga mendorong tingkah laku dan tindakan. Jika diuruskan dengan buruk, orang
itu akan merasai perasaan yang tidak mencukupi.Seterusnya,unsur perkembangan identiti
peribadi yang dibentuk melalui tingkah laku yang membezakan seseorang daripada orang yang
lain.Dengan itu,identiti sosial dan budaya turut merupakan satu unsur terpenting dalam
perkembangan identiti seseorang.Ia adalah merujuk kepada pelbagai peranan social atau
budaya yang dimainkan oleh seseorang individu.
Walau bagaimanapun, beliau telah menambah baikkan gambaran dengan menambahkan
peringkat perkembangan sosio-emosi manusia daripada lima kepada lapan peringkat, mulai dari
peringkat bayi hingga peringkat tua. Beliau menyatakan bahawa di dalam setiap peringkat
tingkah laku positif dan negatif akan timbul yang menyebabkan penyesuaian psikologikal kerana
konflik emosinya.
Menurut Erikson (1956), terdapat 8 peringkat yang dilalui oleh seseorang individu secara
berterusan sepanjang hayatnya.Antara peringkat-peringkat tersebut ialah kepercayaan lawan
kecurigaan,autonomi lawan ragu,ikhtihar lawan rasa bersalah,budaya usaha lawan rendah
diri,identity lawan kekeliruan identity,intim lawan bersendirian,generatif lawan stagnasi dan
integriti lawan kecewa.Pada peringkat kepercayaan lawan kecurigaan adalah peringkat di mana
bayi berumur di antara 0 hingga 18 bulan.Pada peringkat ini,perkembangan ego bayi
berdasarkan kepada individu-individu yang boleh dipercayai iaitu bayi mempercayai dan
mempunyai keyakinan tinggi pada ibubapa dan pengasuhnya. Pada peringkat autonomi lawan
ragu adalah peringkat di mana kanak-kanak berumur di antara 18 bulan hingga 3 tahun.Di
peringkat ini kanak-kanak dapat melakukan suatu tindakan atau aksi dengan autonomi tanpa
ragu atau rasa malu.Sekiranya ibubapa memberikan banyak peluang dan pendedahan pada
kanak-kanak,mereka akan belajar berdikari serta berkeyakinan tinggi.Seterusnya,kanak-kanak
yang menghadiri tadika dan biasanya berumur di antara 4 hingga 6 tahun adalah di bawah
peringkat ikhtihar lawan rasa bersalah.Peringkat ini juga dikenali sebagai peringkat bermain di
mana kanak-kanak belajar untuk berikhtiar dalam segala tugasan serta menceburi semua
permainan.Pada tahap ini,adalah penting bagi ibubapa dan orang dewasa untuk berhati-hati
dalam teguran mereka.Peringkat seterusnya ialah berdaya usaha lawan rendah diri.Pada tahap
ini murid-murid sekolah rendah yang berumur di antara 6 hingga 12 tahun mempelajari
kemahiran-kemahiran social serta bercampur gaul dengan murid-murid lain di sekolah.Mereka
sanggup mengikuti arahan daripada guru-guru dan mematuhi semua peraturan yang ditetapkan
di sekolah.Di peringkat ini,guru-guru mesti menggalakkan perkembangan personality murid-
murid secara positif dan mesti berhati-hati dengan teguran disiplin yang boleh mengakibatkan
murid-murid rasa rendah diri.Pada peringkat identity lawan kekeliruan identiti merangkumi
golongan remaja yang berumur dalam lingkungan umur 13 hingga 20 tahun.Remaja pada
peringkat ini menghadapi cabaran untuk mengenal diri sendiri dan ini menimbulkan kebingungan
dan kekeliruan dalam memahami peranan mereka.Remaja mesti berjaya mencari identiti dalam
pekerjaan, peranan jantina, politik dan agama, jika tidak perasaan rendah diri akan timbul.Di
peringkat intim lawan bersendirian,remaja berada dalam lingkungan umur 20 dan ke atas.Ini
adalah peringkat di mana remaja ingin berdekatan dengan kawan-kawan yang berlainan jantina
dan mempunyai hubungan intim dengan orang lain yang serasi dengan mereka.Mereka juga
akan berikhtiar untuk mencari jodoh atau kumpulan rakan yang boleh dipercayai kerana tidak
ingin berseorangan. Dewasa akan membina hubungan rapat atau sebaliknya merasa terasing
jika tidak mahir membina hubungan.Peringkat generative lawan stagnasi adalah peringkat
petengahan dewasa yang terdiri daripada individu-individu yang berumur di antara 30 hingga 50
tahun.Pada tahap ini,seorang individu mencapai puncak dalam kerjaya yang diceburi selama
ini.Apabila individu sampai ke tahap ini,dia akan sangat prihatin terhadap pekembangan
generasi masa depan dan berusaha untuk mencari jalan untuk membantu mereka. Setiap
dewasa mencari jalan untuk memuaskan hati dan menyokong generasi akan datang atau
sebaliknya hanya memusatkan kepada perkembangan atau aktiviti diri.Peringkat terakhir adalah
integriti lawan kecewa atau putus asa yang merangkumi orang dewasa yang berusia 60 tahun ke
atas.Cabaran utama pada tahap ini adalah untuk mencapai integriti tanpa berputus asa dalam
kehidupan iaitu individu-individu harus menerima hakikat dan melepaskan tanggungjawab
mereka kepada orang lebih muda dan gigih dengan ida-idea baru. Ini adalah kemuncak
perkembangan di mana perasaan diterima dengan perasaan kepuasan atau merasa tidak
diterima dan putus asa dengan kehidupannya.
Sebagai seorang guru, ia mesti menjadi model berwibawa tau berteladan baik untuk disanjungi
serta ditiru oleh murid-murid mereka.Guru-guru harus mempunyai ciri-ciri seperti bersifat jujur,
penyayang, bertolak ansur dan sentiasa bersabar untuk memahami perasaan dan emosi murid-
murid mereka.Guru-guru juga mesti membimbing dan bukan mengarah atau meleter sehingga
mereka membosankan murid-murid.Mereka perlu simpati dan empati terhadap murid-murid yang
sedang melalui peringkat-peringkat perkembangan teori Erikson.Ini ialah kerana perkembangan
personality murid-murid saling bergantungan dengan bagaimana orang-orang dewasa di dalam
persekitaran berkelakuan kepada mereka.Sementara itu,peranan Guru Besar pula ialah untuk
membina suatu suasana sekolah yang selamat dan harmoni bagi perkembangan positif identiti
individu.Sekolah-sekolah juga perlu menyediakan perkhidmatan bimbingan dan kaunseling
secara berprofessional dalam suasana yang harmoni,tenang dan tidak terancam untuk
memenuhi keperluan semua murid-murid yang berada di dalam peringkat-peringkat
perkembangan yang pelbagai.Pengaruh rakan sebaya amat penting dalam kehidupan kanak-
kanak.Justeru itu,pihak sekolah perlu menjamin satu persekitaran pembelajaran yang selamat
dan kondusif untuk murid-murid berinteraksi sesame sendiri di kawasan persekitaran sekolah.
Penutup
Secara kesimpulannya,dalam pendekatan humanistik, guru juga perlulah memupuk nilai
penghargaan kendiri dalam kalangan murid-murid serta memberi motivasi dan peneguhan yang
sesuai supaya mereka sentiasa bersungguh-sungguh dalam mengikuti proses pengajaran dan
pembelajaran. Dalam hal ini guru bukan sahaja bertindak sebagai menyampaikan ilmu semata-
mata malahan guru juga bertindak untuk memberikan motivasi kepada murid-murid.
Abraham Maslow menganggap motivasi sebagai sesuatu yang kompleks, dimana tingkah laku
luaran yang diperlihatkan oleh manusia. Beliau juga menganggap, individu akan terus
bermotivasi oleh kerana sesuatu matlamat ( Choong Lean Keow, 2011). Matlamat ini dianggap
sebagai keperluan yang perlu dipenuhi oleh semua manusia tanpa mengambil kira budaya,
persekitaran dan perbezaan generasi. Motivasi mampu merangsang dan membantu seseorang
murid untuk mencapai matlamat pembelajaran. Motivasi juga mampu membuatkan murid aras
rendah berkeyakinan untuk meningkatkan perkembangan kognitifnya. Dalam pendekatan
humanistik Rogers juga, guru haruslah berkongsi perasaan dan idea dengan murid-murid. Guru
perlu berkongsi perasaan, idea dan fikiran dengan pelajar selain cuba berkomunikasi
menggunakan pendekatan dua hala. Komunikasi yang baik antara guru dan murid dapat
mewujudkan suasana pembelajaran yang lebih berkesan dan hubungan antara guru dan murid
menjadi lebih baik. Perkongsian perasaan dan idea akan memudahkan guru untuk memahami
murid-muridnya. Guru juga mudah menyelesaikan masalah-masalah yang wujud di dalam bilik
darjah yang berkaitan dengan masalah murid. Komunikasi dua hala antara guru dan murid juga
boleh mewujudkan suasana yang penyayang di dalam bilik darjah. Murid-murid tidak akan
berasa tertekan dan mereka juga akan lebih menghargai guru mereka.Komunikasi yang baik dan
berkesan dapat dijelmakan dalam pelbagai cara seperti cara bertutur, penggunaan bahasa
badan, penulisan, dan juga melalui penggunaaan alat-alat tertentu seperti
komputer. Perkongsian perasaan membolehkan situasi bilik darjah mudah dikawal oleh guru
kerana guru mengetahui di mana kelemahan seseorang murid tersebut. Hal ini memudahkan
guru tersebut mengambil langkah mengawal dan menyelesaikan masalah murid tersebut. Setiap
orang pasti akan menghadapi kegagalan, namun kegagalan tidak bermaksud kekalahan. Guru
haruslah membimbing muridnya untuk membetulkan kesilapan dan mengajar tanpa rasa
jemu.Contohnya dalam bilik darjah, guru perlu memotivasikan murid-murid dengan menunjukkan
sesuatu yang menarik sebelum memulakan sesi pembelajaran agar mereka dapat memberikan
tumpuan yang baik. Motivasi juga boleh diberikan dalam bentuk lain contohnya dengan
memberikan ganjaran. Pelbagai bentuk ganjaran boleh diberikan seperti hadiah, pujian,
pelepasan dari tugas harian dan sebagainya. Selain itu, guru boleh memupuk nilai-nilai motivasi
diri melalui bimbingan supaya murid dapat memahami diri, menerima diri, melibatkan diri secara
aktif dalam aktiviti sosial, dan seterusnya memperkembangkan potensi diri sendiri.
Ahli humanistik berpendapat bahawa kriteria pertama dalam menentukan kejayaan dalam proses
pengajaran dan pembelajaran ialah kepuasan kanak-kanak atau murid-murid terhadap dirinya
sendiri. Kepuasan seseorang murid dalam diri sendiri akan meningkatkan keyakinan mereka
dalam melakukan sesuatu perkara. Contohnya seorang guru yang mengajar murid tahun satu
perlu menyediakan soalan-soalan latihan yang sesuai dengan aras murid tersebut agar mereka
dapat menjawab soalan tersebut. Jika mereka mendapat soalan yang susah dan tidak dapat
menjawab soalan tersebut, mereka akan menganggap bahawa diri mereka bodoh dan
seterusnya menyebabkan keyakinan dalam diri mereka rendah. Perasaan rendah diri boleh
membawa kepada terhapusnya potensi diri dalam seseorang murid. Mereka akan sentiasa
berasa gelisah dan bimbang kerana tidak dapat menjawab soalan yang diberikan oleh guru
setiap kali guru mengajar di dalam kelas. Sikap intrinsik akan mempengaruhi kepercayaan
murid-murid tentang kebolehan diri untuk meningkatkan pencapaian.
Disamping itu, guru juga boleh memanfaatkan pendekatan humanistik dalam pembelajaran
dengan cara memberi perhatian kepada potensi diri setiap pelajar mereka khususnya melibatkan
bakat dan kebolehan terpendam. Guru boleh menjalankan pelbagai pertandingan untuk
mencungkil bakat-bakat yang ada dalam diri murid-murid. Contohnya pertandingan melukis.
Dengan mengajurkan pertandingan ini, guru dalam melihat murid-murid yang berbakat dan
seterusnya menggalakkan mereka untuk mengasah bakat semulajadi yang mereka ada tu.
Murid-murid yang mengikuti bidang yang mereka minati akan berkebolehan untuk berjaya dalam
bidang tersebut. Pendekatan humanistik menekankan sifat semulajadi individu untuk belajar.
Dalam erti kata lain perasaan ingin belajar dalam diri individu di dorong oleh keinginan
semulajadi murid tersebut. Dalam hal ini, murid-murid tersebut akan mempunyai kawalan atas
pembelajaran mereka masing-masing. Di sini guru memainkan peranan yang penting. Guru perlu
menjadi seorang fasilitator dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Guru hanya memainkan
peranan sebagai pembimbing kepada pelajar. Kaedah ini amat sesuai kerana kaedah ini lebih
berkonsepkan kepada pendekatan pembelajaran berpusatkan pelajar. Sebagai fasilitator, guru
perlu memainkan peranan dengan membimbing murid-murid agar pembelajaran berjalan dengan
lancar. Sebagai contoh, ketika guru hendak mengajar karangan di dalam kelas, guru hanya perlu
menyediakan gambar sebagai panduan kepada murid-murid tersebut. Melalui gambar tersebut
murid boleh menghasilkan sebuah karangan dan seterusnya dapat memperkembangkan
kemahiran dalam diri murid. Guru memberikan kebebasan kepada pelajar untuk menilai
karangan mereka sendiri berdasarkan daripada skema yang ditetapkan oleh guru tersebut.
Seorang guru juga perlu bersikap prihatin dan memahami setiap murid-muridnya. Guru perlu
menangani kesilapan yang dilakukan pelajar dengan cara yang lebih proaktif melalui komunikasi
secara peribadi dengan murid yang berkaitan tanpa melibatkan kelompok besar di dalam bilik
darjah. Dengan cara ini pelajar tidak akan berasa malu di hadapan kawan-kawan lain. Cara ini
juga dapat mengelakkan murid-murid daripada berasa rendah diri. Disamping ituguru juga perlu
mengambil berat akan aspek perbezaan individu khususnya isu sensitif yang melibatkan
perbezaan latar belakang dan kepelbagaian kaum murid-murid dalam setiap sesi pengajaran
dan pembelajaran. Contohnya guru tidak boleh merendah-rendahkan kaum lain di hadapan
murid-murid yang berbilang kaum agar tidak timbul masalah-masalah dalam kelas tersebut.
Sesetengah murid sangat sensitif dan merasa rendah diri apabila kaum mereka di rendah-
rendahkan. Hal ini seterusnya akan mempengaruhi kepuasan intrinsik murid-murid tersebut dan
keyakinan diri rendah. Selain daripada itu, seorang guru juga boleh memanfaatkan pendekatan
humanistik dengan cara menggalakkan pelajar mengambil bahagian dalam kerja kumpulan
terutamanya dalam pembelajaran koperatif dengan tujuan membina kemahiran sosial dan
afektif. Sebagai contoh guru boleh membahagikan murid-murid kepada beberapa kumpulan kecil
untuk perbincangan kerja kumpulan setiap minggu. Murid-murid akan berbincang bersama ahli
kumpulan untuk menyelesaikan sesuatu masalah tersebut. Murid-murid akan didedahkan
kepada perbincangan dan mereka juga dapat belajar sebagai satu pasukan. Murid-murid dapat
berkongsi idea dengan kawan-kawan lain untuk menjawab soalan tersebut. Murid-murid juga
dapat belajar untuk saling berkerjasama antara ahli kumpulan. Di dalam kelas juga, guru perlu
mengajar murid-murid dengan penuh kasih sayang. Dalam hirarki keperluan Maslow, keperluan
kasih sayang berada pada aras ketiga ( Choong Lean Keow, 2011). Guru hendaklah bersifat
penyayang untuk memenuhi keperluan kasih sayang murid. Guru yang melayan murid-murid
dengan sikap kasar menyebabkan murid akan berasa kecil hati dan tidak bersemangat untuk
belajar. Guru juga perlu memenuhi keperluan asas murid-muridnya dahulu sebelum memulakan
pengajaran. Guru perlu mengenal pasti setiap kekurangan keperluan asas semasa awal sesi
pengajaran. Hal ini penting supaya murid merasa berminat dan tidak merasa bosan ketika sesi
pengajaran dijalankan. Hal ini bersesuaian dengan hierarki keperluan Maslow. Guru hendaklah
menerima murid tanpa syarat mengikut keupayaan dan kebolehan mereka. Guru perlu faham
bahawa aras kebolehan dan kemampuan seseorang murid tidak semuanya sama. Sesetengah
murid mudah menerima dan memahami sesuatu pelajaran sementara sesetengah pula sukar
menerima sesuatu pelajaran yang disampaikan oleh guru. Kesimpulannya, guru haruslah
memainkan peranan penting dan memastikan mereka memilih kaedah-kaedah dan pendekatan
yang paling sesuai bagi memastikan murid-murid dapat belajar dan menerima pelajaran yang
disampaikan dengan berjaya dan berkesan.
Teori Pembelajaran Kognitif(ini hanya artikel populer resume dari hasil presentasi bukan untuk rujukan ilmiah)
Teori kognitif tertuju kepada hal-hal yang terjadi didalam kepala kita ketika kita belajar. Teori
kognitif juga mengambil perspektif bahwa siswa secara aktif memproses informasi dan
pembelajaran berlangsung melalui usaha-usaha siswa ketika siswa mengaturnya, menyimpanya
dan kemudian menemukan hubungan-hubungan antara informasi, hubungan baru dengan
pengetahuan lama, skema, dan teks, pendekatan kognitif menekankan bagaimana informasi di
proses
Selain itu teori belajar kognitif juga lebih menekankan pada belajar merupakan suatu proses
yang terjadi dalam akal pikiran manusia. Seperti juga diungkapkan oleh Winkel (1996, page 53)
bahwa “Belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman,
ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif dan berbekas”.
Empat peneliti Jean Peaget, Ausubel, Bruner dan Gagne, mengambil perspektif berbeda tetapi
setiap gagasan yang dihadirkan selalu aneh bagi pembahasan tentang bagaimana orang
belajar. Pengatur maju (advanced organizer)-nya Ausubel merupakan konsep yang
mempertimbangkan dampak pembelajaran sesungguhnya. Ini berbeda bagi para behavioris
yang tidak mempertimbangkan pentingnya faktor ini. Karya Bruner tentang kategorisasi atau
pembentukan konsep-konsep memberikan seperangkat jawaban yang memungkinkan tentang
bagaimana pembelajar mendapatkan informasi dari lingkungan. Gagne melihat peristiwa-
peristiwa pembelajaran dan pengajaran sebagai serangakaisn fase, menggunakan langkah-
langkah kognitif dalam pengkodean, penyimpanan, pengambilan kembali, dan pentransferan
informasi.
Proses Kognitif
Proses kognitif dibagi 5 persepsi, perhatian, ingatan, bahasa dan berpikir. Sedangkan menurut
Taksonomi Bloom tingkatan kognitif terbagi menjadi pengertian, pemahaman, aplikasi, analitis,
sintesis dan evaluasi.
Ingatan / Memori
Terbagi menjadi ingatan jangka pendek (short term memory), ingatan jangka panjang (long term
memory). Ingatan jangka pendek yaitu tempat menyimpan informasi yang baru saja kita pikirkan
1. tergantung pada persepsi atau pengalaman
2. pengalaman meninggalkan jejak di dalam otak
3. terdapat perbedaan memori pada individu atu dengna yang lain
4. disamping ingat lupa juga akan muncul
5. beberapa pengalaman yang tidak meninggalkan impresi tertentu umumnya tidak disimpan
sehingga muncul kelupaan.
Proses berpikir terjadi karena adanya interaksi antara memori jangka panjang dan jangka
pendek.
Teori-teori Pembelajaran Kognitif
Berikut adalah beberapa teori belajar kognitif menurut beberapa pakar teori belajar kognitif:
A. JEAN PIAGET
Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang
teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang
keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun tahapan-
tahapan tersebut adalah:
1. Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya
dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan
kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan
kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang
tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang
dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
2. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu
mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan
bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak
dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang
berbeda dengannya.
3. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang
alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari
pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara konkrit dan bisa menguasai sebuah
pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan
bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak
sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat
kesalahan.
4. Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak
dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah.
Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah.
Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat
membuat (Winkel,1996) bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang
berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu secara relative dan
berbekas. hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.
B. JEROME BRUNER
Kalau kita berbicara teori pembelajaran kognitif kita akan menekankan pada belajar merupakan
suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia seperti juga diungkapkan winkel (Winkel,
1996) bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan
pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap seperti , yang menganjurkan penemuan pembelajaran,
kemungkinan mempunyai penerimaan yang lebih besar, setidaknya disekolah, daripada ide yang
dilontarkan oleh Ausubel or Gagne. Faktor selanjutnya yang memberikan andil bagi popularitas
ide-ide Bruner adalah bahwa mereka sangatlah sesuai dengan kondisi waktu. Penekananya
pada penemuan dan pembelajaran ” menggunakan sesuatu ” sesuai dengan ide Piaget.
Pastinya , hakikat konstruktivis dari teorinya menarik para guru dan banyak prinsipnya masih
menggunakan oleh para guru yang mempraktekannya.
Bruner berargumen bahwa kita harusnya mengajarkan ”Struktur subjek-subjek”. dia
menganjurkan pendahuluan bagi proses nyata ddari sebuah disiplin khusus terhadap siswa.
Misalnya. Kapan sejarah yang sebenarnya. Ini mungkin melibatkan pengujian sebuah jembatan,
bagunan, atau bahkan nisan dalam pemakaman.
Tiga tahapan dalam Teori Burner tentang perkembangan intelektual adalah:
1. Enactive, di mana seseorang belajar tentang dunia melalui aksi-aksi terhadap objek.
2. Iconic, di mana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan gambar-gambar
3. Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berfikir dalam istilah-istilah yang abstrak.
Prinsip pengajaran dan pembelajaran yang mendasari Bruner adalah bahwa kombinasi yang
konkret, gambar kemudian aktivitas simbolis akan mengarah pada pembelajaran yang lebih
efektif. Kemajuannya adalah dimulai dengan sebuah pengalaman konkret, kemudian bergerak
menuju gambar-gambar dan akhirnya menggunakan representasi.
Aspek lain dari teori Bruner, yang telah diterapkan dengan antusias dalam ruang kelas guru
adalah pembelajaran penemuan (Discovery Learning).
C. DAVID AUSUBEL
Menurut Ausubel (Dahar, 1996) bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah sesuatu yang
”bermakna”. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada
konsep-konsep relevan yyang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Dalam bahasa yang lebih sulit, menurut Ausubel, pengatur maju adalah sebuah alat
mempersipkan struktur kognitif pembelajaran bagi pengalaman pembelajaran yang berlangsung.
Ausubel berkontribusi dalam menciptakan adalah penekanannya pada hakikat aktif
pembelajaran resepsi (reception learning).
D. ROBERT GAGNE
Dia menunjukan bahwa sebuah tugas akan dipelajari dengan cara terbaik oleh rangkaian
sembilan peristiwa spesifik berikut ini:
1. mendapatkan perhatian
2. menginformasikan pembelajaran sasaran yang akan dituju
3. menstimulasi ingatan mengenai prasyarat pembelajaran
4. menghadirkan materi baru
5. memberikan paduan pembelajaran
6. mendapatkan prestasi
7. memberikan umpan balik tentang yang benar
8. memperkirakan prestasi
memperluas ingatan dan memori.
Teori Belajar Kognitif1. PENDAHULUAN
Belajar merupakan proses manusia dalam memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, mendapatkan informasi atau menemukan
(Hilgrad & Bower dalam Baharuddin dan Wahyuni, 2007:13). Belajar juga merupakan proses
berubahnya tingkah laku yang relatif permanen yang disebabkan oleh interaksi dengan
lingkungannya. Proses belajar merupakan hal yang menarik untuk dibicarakan, sehingga sudah
banyak ahli yang mengemukakan teori-teori dan pandangan-pandangan mereka mengenai
proses belajar tersebut.
Salah satu aliran yang mempunyai pengaruh terhadap praktik belajar yang dilaksanakan di
sekolah adalah aliran psikologi kognitif. Aliran ini telah memberikan konstribusi terhadap
penggunaan unsur kognitif atau mental dalam proses belajar. Berbeda dengan pandangan aliran
behavioristik yang memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat sebagai mekanistik antara
stimulus dan respon, aliran kognitif memandang kegiatan belajar bukanlah sekedar stimulus atau
respon yang bersifat mekanistik, tetapi lebih dari itu, kegiatan belajar juga melibatkan kegiatan
mental yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar.
Kendati pendekatan kognitif sering dipertentangkan dengan pendekatan behavioristik, namun
pandangan-pandangan kaum behavioristik juga ada yang digunakan dalam pendekatan kognitif.
Reinforcement, misalnya, yang menjadi prinsip belajar behavioristik, juga terdapat dalam
pandangan kognitif tentang belajar. Namun bedanya, behavioristik memandang reinforcement
sebagai elemen yang penting untuk menjaga atau menguatkan perilaku, sedangkan menurut
pandangan kognitif reinforcement merupakan sebuah sumber feedback untuk melihat apakah
kemungkinan yang terjadi jika sebuah perilaku diulang lagi.
2. PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Kognitif
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajarnya. Teori ini juga
menekankan bahwa bagian-bagian dari suatu situasi saling berhubungan dengan seluruh
konteks situasi tersebut. Membagi-bagi situasi/materi pelajaran menjadi komponen-komponen
kecil dan mempelajarinya secara terpisah akan menghilangkan makna belajar. Teori ini juga
berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses internal yang mencakup ingatan, retensi,
pengolahan informasi, emosi, dan faktor-faktor lain. (Asri, 2005 : 34). Belajar adalah aktifitas
yang melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Proses belajar di sini antara lain
mencakup pengaturan stimulus yang diterima (faktor eksternal) dan menyesuaikan dengan
struktur kognitif yang sudah terbentuk di dalam pikiran seseorang (background knowledge)
berdasarkan pengalaman-pengalaman sebelumnya (faktor internal). Teori kognitif lebih
menekankan pada struktur internal pembelajar dan lebih memberi perhatian pada bagaimana
seseorang menerima, menyimpan, dan mengingat kembali informasi dari perbendaharaan
ingatan. Ada beberapa kelompok penganut teori kognitif, namun fokus dari penganut teori ini
sama yaitu pada soal bekerjanya pikiran manusia (Mukminan, 1998:53).
Banyak ahli telah memberikan pandangan menganai Teori Kognitif. Berikut ini beberapa
pengertian teori belajar menurut para tokoh aliran kognitif:
1) Teori Belajar menurut Piaget
Piaget adalah tokoh psikologi kognitif yang besar pengaruhnya terhadap perkembangan
pemikiran para pakar kognitif lainnya. Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu
proses genetik, yaitu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem
syaraf. Semakin bertambah umur pebelajar, semakin kompleks susunan sel syarafnya dan
makin meningkat kemampuannya (Asri, 2005:35). Proses peningkatan kemampuan tersebut
melalui proses yang disebut adaptasi. Proses adaptasi mempunyai dua bentuk dan terjadi
secara stimulan, yaitu asimilasi dan akomodasi. Tahap asimilasi adalah proses penerimaan
informasi baru dan kemudian disesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah ada dalam diri
masing-masing pebelajar. Proses akomodasi adalah proses memodifikasi struktur kognitif yang
sudah dimiliki dengan informasi yang diterima. Proses asimilasi dan akomodasi akan
menimbulkan ketidakseimbangan antara yang telah diketahui dengan apa yang dilihat atau
dialaminya sekarang. Proses ketidakseimbangan ini harus disesuaikan melalui proses
ekuilibrasi. Proses ekuilibrasi ini merupakan proses yang berkesinambungan antara proses
similasi dan akomodasi. Proses ini akan menjaga stabilitas mental dalam diri pebelajar dan
pebelajar akan dapat terus mengembangkan dan menambah pengetahuannya.
Perubahan struktur kognitif yang dipengaruhi oleh proses adaptasi tersebut melalui tahap-tahap
perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya dan bersifat hirarkhis. Seseorang harus melalui
urutan tertentu dan tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya. Piaget
membagi tahap-tahap perkembangan kognitif ini menjadi empat yaitu (Asri, 2005 :37):
a. Tahap sensorimotor (umur 0-2 tahun)
Pertumbuhan kemampuan anak tampak dari kegiatan motorik dan persepsinya yang sederhana
seperti:
- mencari rangsanganmelalui sinar lampu
- suka memperhatikan sesuatu lebih lama
- memperhatikan objek sebagai hal yang tetap, lalu ingin merubah tempatnya.
b. Tahap preoperasional (umur 2-7/8 tahun)
Tahap ini dibagi menjadi dua, yaitu preoperasional dan intuitif. Preoperasional (umur 2-4 tahun),
anak telah mampu menggunakan bahasa dalam mengembangkan konsepnya, walaupun masih
sangat sederhana. Maka sering terjadi kesalahan dalam memahami obyek. Tahap intuitif (umur
4-7 atau 8 tahun), anak telah dapat memperoleh pengetahuan berdasarkan pada kesan yang
sudah abstrak. Dalam menarik kesimpulan sering tidak diungkapkan dengan kata-kata. Oleh
sebab itu, pada usia ini anak telah dapat mengungkapkan isi hatinya secara simbolik terutama
bagi mereka yang memiliki pengalaman yang luas.
c. Tahap operasional konkrit (umur 7 atau 8-11 atau 12 tahun)
Anak telah memiliki kecapakan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang
bersifat konkrit. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi obyek atau gambaran
yang ada di dalam dirinya. Dalam tahap ini, anak tidak perlu coba-coba dan membuat
kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model “kemungkinan”
dalam melakukan kegiatan.
d. Tahap Operasional formal (umur 11/12-18 tahun)
Anak mampu berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir “kemungkinan”.
Model berpikir ilmiah dengan tipe hipothetico-deductive dan inductive sudah mulai dimiliki anak,
dengan kemampuan menarik kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesa. Semakin
tinggi tahap perkembangan kognitif seseorang, akan semakin teratur dan semakin abstrak cara
berpikirnya. Guru seharusnya memahami tahap-tahap perkembangan kognitif murid-muridnya
agar dapat merancang dan melaksanakan proses pembelajaran yang sesuai.
2) Teori Belajar menurut Bruner
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan terhadap
tingkah laku seseorang. Dengan teorinya yang di sebut free discovery learning, ia mengatakan
bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-
contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Bruner berpendapat bahwa perkembangan bahasa
seseorang besar pengaruhnya terhadap perkembangan kognitif. Pandangan Bruner ini berbeda
dengan pendapat Piaget yang menyatakan bahwa perkembangan bahasa dipengaruhi oleh
perkembangan kognitif.
Menurut Bruner perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh
caranya melihat lingkungan, yaitu:
a. Tahap enaktif, yaitu seseorang melakukan aktivitas dalam upaya untuk memahami
lingkungan.
b. Tahap ikonik, seseorang memahami objek melalui gambar dan visualisasi verbal.
c. Tahap simbolik, seseorang mampu memiliki ide-ide atau gagasan abstrak yang dipengaruhi
oelh kemampuan dalam berbahasa dan logika.
Gagasan yang terkenal dari Bruner adalah spiral curriculum, yaitu cara mengorganisasikan
materi pelajaran dari tingkat makro (secara umum) kemudian mulai mengajarkan materi yang
sama dengan cakupan yang lebih rinci. Selain itu juga, Bruner menjelaskan bahwa pembentukan
konsep dan pemahaman konsep merupakan dua kegiatan yang berbeda. Dalam pemahaman
konsep, konsep-konsep sudah ada sebelumnya. Sedangkan dalam pembentukan konsep
tindakan dilakukan untuk membentuk kategori-kategori baru. Bruner memandang bahwa suatu
konsep memiliki lima unsur, dan seseorang dikatakan memahami suatu konsep apabila ia
mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi :
a. Nama
b. Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif
c. Karakteristik, baik yang pokok maupun tidak
d. Rentangan karakteristik
e. Kaidah
Menurut Bruner, pembelajaran yang selama ini diberikan di sekolah lebih banyak menekankan
pada perkembangan kemampuan analisis, kurang mengembangkan kemampuan berpikir intuitif.
Padahal berpikir intuitif sangat penting bagi mereka yang menggeluti bidang matematika, biologi,
fisika, dan sebagainya, sebab setiap disiplin mempunyai konsep-konsep, prinsip, dan prosedur
yang harus dipahami sebelum seseorang dapat belajar. Cara yang baik untuk belajar adalah
memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada
suatu kesimpulan (discovery learning).
3) Teori Belajar menurut Ausubel
Teori-teori belajar yang ada selama ini masih banyak menekankan pada belajar asosiatif atau
belajar menghafal. Belajar demikian tidak banyak bermakna bagi siswa. Belajar seharusnya
merupakan asimilasi yang bermakna bagi siswa. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan
dihubungkan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dalam bentuk struktur kognitif.
Advance organizers yang oleh Ausubel merupakan penerapan konsepsi tentang struktur kognitif
di dalam merancang pembelajaran. Penggunaan advance organizers sebagai kerangka isi akan
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari informasi baru, maka advance
organizers akan memudahkan siswa mempelajari materi pelajaran yang baru, serta
hubungannya dengan materi yang telah dipelajarinya.
4) Teori Belajar menurut Gagné
Menurut Robert M. Gagné belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat
stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, dan menjadi kapabilitas baru (Syaiful,
2007:17). Gagné berpendapat bahwa belajar bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan
saja, namun juga disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang
terjadi setelah belajar secara terus menerus. Gagné berkeyakinan bahwa belajar dipengaruhi
oleh faktor dalam diri dan faktor luar diri dimana keduanya saling berinteraksi. Komponen-
komponen belajar dalam proses belajar menurut Gagné merupakan situasi yang memberi
stimulus yang menghasilkan respon, namun di antara stimulus dan respon tersebut terdapat
hubungan yang terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat diamati.
Menurut Gagné ada tiga tahap dalam belajar, yaitu:
a. persiapan untuk belajar dengan melakukan tindakan mengarahkan perhatian.
b. pemerolehan dan unjuk perbuatan untuk pembangkitan kembali, respon dan penguatan.
c. alih belajar yaitu pengisyaratan untuk memberlakukan secara umum.
Gagné mengemukakan pendapat mengenai delapan tipe belajar dari yang paling sederhana
sampai paling kompleks yang disebut dengan Hirarkhi Belajar. Delapan tipe tersebut adalah :
a. Signal learning
Signal learning merupakan tipe belajar dalam bentuk pemberian respon terhadap tanda-tanda.
b. Stimulus response learning
Dalam tipe ini respon diperkuat dengan adanya imbalan. Dengan belajar tipe ini, seseorang
belajar mengucapkan kata-kata dan dalam bahasa asing.
c. Chaining learning
Chaining learning terjadi jika terbentuk hubungan antara beberapa stimulus-respon. Sebab yang
satu terjadi setelah yang satu lagi. Sebagai contohnya adalah setelah pulang kantor, ganti baju,
makan, dan sebagainya.
d. Verbal association
Tipe ini bersifat asosiatif tingkat tinggi karena fungsi nalar yang menentukan. Sebagai contohnya
bila anak melihat gambar bentuk bujur sangkar dan dia bisa mengatakan bahwa gambar
tersebut adalah bujur sangkar.
e. Discrimination learning
Tipe ini menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala seperti siswa bisa
membedakan manusia satu dengan yang lain.
f. Concept learning
Belajar konsep adalah corak belajar yang dilakukan dengan menentukan ciri-ciri yang khas yang
ada dan memberikan sifat tertentu pada berbagai objek. Dengan menguasai konsep, ia dapat
menggolongkan manusia menurut hubungan kekeluargaan, dll.
g. Rule learning
Tipe belajar ini terjadi dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian
tersusun dalam macam-macam aturan. Misalnya, aturan seperti logam jika dipanaskan akan
memuai, angin berhembus dari daerah maksimum ke daerah minimum.
h. Problem solving
Tipe belajar ini adalah yang paling kompleks. Dalam tipe belajar ini diperlukan proses penalaran
yang kadang-kadang memerlukan waktu yang lama.
5) Teori Belajar menurut Gestalt
Berbeda dengan teori-teori yang dikemukakan oleh para tokoh behaviorisme, terutama Thordike,
yang menganggap bahwa belajar sebagai proses trial and error, teori Gestalt ini memandang
belajar adalah proses yang didasarkan pada pemahaman (insight). Karena pada dasarnya
setiap tingkah laku seseorang selalu didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau
memikirkan situasi di mana tingkah laku tersebut terjadi. Dengan kata lain, teori Gestalt ini
menyatakan bahwa yang paling penting dalam proses belajar individu adalah dimengertinya apa
yang dipelajari oleh tersebut. Oleh karena itu, teori belajar Gestalt ini disebut teori insight.
Proses belajar yang menggunakan insight mempunyai ciri-ciri sebagai berikut (Suryabrata, 1990)
:
a) Insight tergantung pada kemampuan dasar.
b) Insight tergantung kepada pengalaman masa lampau yang relevan.
c) Insight tergantung kepada pengaturan situasi yang dihadapi.
d) Insight didahului dengan periode mencari dan mecoba-coba.
e) Solusi problem dengan menggunakan insight dapat diulangi dengan mudah, dan akan berlaku
secara berlangsung.
f) Jika insight telah terbentuk, maka problem pada situasi-situasi yang lain akan dapat
dipecahkan.
Konsepsi dasar mengenai struktur kognitif inilah yang dijadikan landasan teoritik dalam
mengembangkan teori-teori pembelajaran. Dari kelima tokoh aliran kognitif tersebut, beberapa
pemikiran ke arah penataan isi bidang studi atau materi pelajaran sebagai strategi
pengorganisasian isi pembelajaran yang berpijak pada teori kognitif, dikemukakan secara
singkat sebagai berikut (Degeng dalam Asri, 2005:46):
a) Hirarkhi belajar
Dalam hirarkhi belajar, Gagné menekankan pada aspek penataan urutan materi pelajaran
dengan prasyarat belajar yang dituangkan dalam struktur isi.
b) Analisis Tugas
Cara lain yang dipakai untuk menunjukkan keterkaitan isi bidang studi adalah information-
processing approach to task analysis. Hubungan ini memerikan urutan dalam menampilkan
tugas-tugas belajar.
c) Subsumptive sequence
Ausubel mengemukakan gagasan mengenai cara membuat urutan isi pengajaran yang dapat
menjadikan pengajaran lebih bermakna bagi yang belajar, dengan mengurutkan materi dari
umum ke rinci.
d) Kurikulum spiral
Bruner memberikan gagasan mengenai kurikulum spiral yang menyusun urutan pengajaran dari
umum, kemudian mengajarkan isi yang sama dengan cakupan lebih rinci.
e) Teori skema
Teori ini memandang proses belajar sebagai perolehan pengetahuan baru dalam diri seseorang
dengan cara mengkaitkannya dengan struktur kognitif yang sudah ada.
f) Webteaching
Webteaching merupakan suatu prosedur penataan urutan isi bidang studi yang dikembangkan
dengan menampilkan pentingnya peranan struktur pengetahuan yang telah dimiliki seseorang.
Pengetahuan baru yang akan dipelajari secara bertahap harus diintegrasikan dengan struktur
pengetahuan yang telah dimilikinya.
g) Teori Elaborasi
Teori ini mengintegrasikan sejumlah pengetahuan tentang strategi penataan isi pelajaran yang
sudah ada untuk menciptakan model yang komprehensif tentang cara mengorganisasi
pengajaran.
2.2. Aplikasi Teori Belajar Kognitif dan Pemprosesan Informasi dalam Desain Pesan
Pembelajaran.
Hakekat belajar menurut teori kognitif dijelaskan sebagai suatu aktifitas belajar yang berkaitan
dengan penataan informasi, reorganisasi perseptual, dan proses internal. Dalam merumuskan
tujuan pembelajaran, mengembangkan strategi dan tujuan pembelajaran tidak lagi mekanistik
sebagaimana pada teori behavioristik namun dengan memperhitungkan kebebasan dan
keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar agar belajar lebih bermakna bagi siswa.
Karakteristik dari proses belajar ini adalah:
a. Belajar merupakan proses pembentukan makna berdasarkan pengetahuan yang sudah
dimiliki melalui interaksi secara langsung dengan obyek.
b. Belajar merupakan proses pengembangan pemahaman dengan membuat pemahaman baru.
c. Agar terjadi interaksi antara anak dan obyek pengetahuan, maka guru harus menyesuaikan
obyek dengan tingkat pengetahuan yang sudah dimiliki anak.
d. Proses belajar harus dihadirkan secara autentik dan alami. Anak dihadirkan dalam situasi
obyek sesungguhnya dan harus sesuai dengan perkembangan anak.
e. Guru mendorong dan menerima otonomi dan insiatif anak.
f. Memberi kegiatan yang menumbuhkan rasa keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk
mengekspresikan ide dan mengkomunikasikannya dengan orang lain.
g. Guru menyusun tugas dengan menggunakan terminologi kognitif yaitu meminta anak untuk
mengklasifikasi, menganalisa, memprediksi.
h. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk merespon proses pembelajaran.
i. Guru memberi kesempatan berpikir setelah memberi pertanyaan.
DAFTAR PUSTAKA
Asri Budiningsih. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
_____________. 2003. Desain Pesan Pembelajaran. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruz
Media.
Mukminan,dkk. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Yogyakarta.
Nana Sudjana. 1990. Teori-Teori Belajar untuk Pengajaran. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas
Ekonomi Universitas Indonesia.
Syaiful Sagala. 2007. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Woolfolk, Anita E. dan Lorraine McCune-Nicolich. 1980. Educational Psychology for Teachers.
New Jersey: Prentice-Hall Inc.