Upload
others
View
5
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | i
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang
Penulis: Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
ISBN
Editor: Yudha Kurniawan Penata Letak: @timsenyum
Desain Sampul: @timsenyum
Copyright © Pustaka Media Guru, 2020
vi, 94, 14,8 x 21 cm
Cetakan Pertama, Februari 2020
Diterbitkan oleh
CV. Pustaka Media Guru
Anggota IKAPI
Jl. Dharmawangsa 7/14 Surabaya
Website: www.mediaguru.id
Dicetak dan Didistribusikan oleh
Pustaka Media Guru
Hak Cipta Dilindungi Undang‐Undang Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2002 tentang Hak Cipta, PASAL 72
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | iii
Sekapur Sirih
enantiasa kita mengucapkan terima kasih kepada
Tuhan Yang Maha Esa atas segala curahan rahmat dan
anugerah‐Nya maka kami dapat menyelesaikan
penulisan buku Tepak Sirih Melayu Deli Serdang.
Kekayaan puak Melayu akan khasanah adat budaya
dalam bentuk upacara ritual dan sakral ini dikhawatirkan akan
hilang dan punah. Upacara adat Melayu memiliki pesona yang
mendalam, tetapi jika tidak lagi dicintai oleh sukunya sendiri
terutama kalangan muda, maka dengan sendirinya akan
tersisih, dilupakan, dan hilang dimakan oleh zaman yang terus
berkembang. Dengan berbagai alasan ini pula, maka kami
yang tertarik pada budaya Melayu dan tidak ingin budaya
Melayu hilang mempunyai tanggung jawab. Terutama untuk
ikut menjaga, memelihara, meneliti, menggali, serta menulis
kelestarian budaya Melayu sebagai sebuah karya tulis yang
tidak mudah hilang oleh zaman. Apalagi kami menilai, khusus
bagi kaum muda yang saat ini lebih menyukai budaya barat
daripada budaya di negara sendiri. Adanya buku ini, maka
setidaknnya dapat bermanfaat sebagai buku bacaan atau
buku referensi bagi peminat atau orang yang ingin belajar
budaya Melayu.
Selama penelitian, pengkajian, dan penulisan buku ini,
kami tidak mendapat bantuan dari pihak mana pun. Kami
secara mandiri dengan sadar melakukan penelitian ini untuk
kelestarian adat Melayu. Tentunya ucapan terima kasih kami
S
iv | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
haturkan kepada informan dan orangtua yang senantiasa
memberi dukungan dan ide.
Buku ini memang masih belum sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa tetap memberikan rahmat‐
Nya kepada kita semua. Amin.
Dr. Rozanna Mulyani, M.A. dan
Nikson Freddy Sihombing, S.S.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | v
Daftar Isi
Sekapur Sirih .............................................................................. iii
Daftar Isi ..................................................................................... v
Pendahuluan ............................................................................... 1
Latar Belakang .................................................................. 1
Bentuk dan Isi Tepak Sirih Melayu Deli Serdang ...................... 8
Bentuk Tepak Sirih ............................................................ 8
Isi Tepak Sirih ................................................................... 25
Makna Isi dan Peralatan Tepak Sirih pada Masyarakat Melayu Deli Serdang ...................................................... 46
Fungsi Tepak Sirih pada Masyarakat Melayu Deli Serdang ............................................................................ 52
Kesimpulan ............................................................................... 89
Daftar Pustaka ......................................................................... 90
Profil Penulis............................................................................. 93
vi | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 1
Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia adalah negara yang kaya dengan budaya.
Setiap suku di Indonesia memiliki tradisi masing‐masing.
Bangsa adalah suatu komunitas etnik, yang ciri‐cirinya
memiliki nama, wilayah tertentu, mitos leluhur bersama,
kenangan bersama, satu atau beberapa budaya yang sama,
dan solidaritas tertentu. Bangsa juga merupakan doktrin etika
dan filsafat. Merupakan awal dari ideologi nasionalisme.
Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku dan
menghasilkan budaya yang beraneka ragam.
Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya
mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan, dan
meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala
keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber‐sumber
alam yang ada di sekitarnya (Geertz, 1973a).
Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan
tanggapan manusia terhadap tantangan‐tantangan yang
dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan
lingkungan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk
memahami dan menginterpretasi lingkungan dan
pengalamannya, menjadi kerangka landasan, dan mendorong
terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini, kebudayaan dilihat
sebagai mekanisme kontrol bagi kelakuan dan tindakan‐
2 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
tindakan manusia atau sebagai pola‐pola bagi kelakuan
manusia.
Sebagai salah satu bagian dari kebudayaan adalah suku
bangsa. Suku didefenisikan sebagai sebuah golongan sosial
dan menjadi identitas yang paling mendasar dan umum, serta
terbentuk berdasarkan latar belakang tempat kelahiran
seseorang maupun latar belakang keluarganya. Juga
digunakan sebagai acuan identitas suku bangsa atau
kesukubangsaan. Dengan kata lain, dapat dikatakan suku
ialah kelompok orang yang memiliki latar belakang budaya,
sejarah, dan nenek moyang yang sama.
Provinsi Sumatra Utara terletak pada 10‐40 Lintang Utara
dan 980‐100o Bujur Timur. Pada tahun 2010 memiliki 25
kabupaten dan 8 kota, 415 kecamatan, 5.114 desa, dan 654
kelurahan. Hari jadi Provinsi Sumatra Utara adalah tanggal 15
April 1948. Luas daratan Provinsi Sumatra Utara 711.680 km2.
Ibukota Provinsi Sumatra Utara adalah Kota Medan, terletak
antara 10‐40 Lintang Utara, 980‐100o Bujur Timur. Batas
wilayahnya, sebelah utara berbatasan dengan Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam dan Selat Malaka, sebelah timur
Selat Malaka, sebelah barat berbatasan dengan Samudra
Indonesia, dan di selatan berbatasan dengan Provinsi
Sumatra Barat dan Riau. Kota di Provinsi Sumatra Utara
terdiri atas delapan kota, yaitu Medan, Binjai, Tebing Tinggi,
Pematang Siantar, Tanjung Balai, Sibolga, Padang Sidempuan,
dan Gunung Sitoli. Kabupaten di Provinsi Sumatra Utara
terdiri dari 25 kabupaten, yaitu Langkat, Deli Serdang, Karo,
Dairi, Pakpak Barat, Serdang Bedagai, Batubara, Asahan,
Simalungun, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu, Labuhan
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 3
Batu Selatan, Padang Lawas Utara, Padang Lawas,
Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli
Utara, Humbang Hasundutan, Toba Samosir, Samosir, Nias,
Nias Selatan, Nias Utara, dan Nias Barat. Penduduk Sumatra
Utara menurut golongan etnis adalah penduduk asli,
penduduk pendatang, dan penduduk asing. Termasuk
penduduk asli, ialah suku Melayu, Batak Karo, Simalungun,
Fak‐Fak/Dairi, Batak Toba, Mandailing, Nias. Golongan
pribumi pendatang adalah suku Jawa, Sunda, Bali, Ambon,
Minahasa, Banjar, Palembang, Riau, Minangkabau, dan lain‐
lain. Sedangkan penduduk etnis asing adalah orang‐orang
Arab, India, Cina yang secara historis tinggal di Sumatra Utara
lebih dari empat dekade. Sekitar 80% penduduk Sumatra
Utara tinggal di desa‐desa, yang bekerja sebagai petani, dan
sisanya mendiami kota, yang bekerja sebagai pedagang,
pegawai, tukang, dan sebagainya. (Tengku Silvana Sinar, 2011:
22 ‐ 24).
Di dalam buku ini kami akan membahas tentang fungsi
dan makna tepak sirih masyarakat Melayu. Pada masyarakat
Melayu Sumatra Timur, sirih dengan perlengkapannya
merupakan suguhan yang paling utama. Tepak sirih, kacu
(gambir), pinang yang dibelah, kapur, dan sedikit tembakau
adalah suguhan yang tetap disodorkan, baik untuk
menyambut tamu, maupun makanan sehari‐hari, serta dalam
upacara‐upacara adat.
Alasan kami menulis buku ini karena pada masa ini,
budaya Melayu semakin menghilang dan luntur dimakan oleh
perkembangan zaman dan juga akulturasi dengan budaya
asing. Masyarakat Melayu tidak bisa dipisahkan dengan tepak
4 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
sirih sebagai kelengkapan adat dan juga sebagai simbol dari
Melayu itu sendiri, karena tepak sirih memiliki sejuta pesan
ketika disampaikan pada orang lain. Pada zaman sekarang ini,
tidak banyak orang mengetahui tentang tepak tepak sirih itu
secara menyeluruh. Selain itu, sulit ditemui satu buku yang
khusus membahas tepak sirih. Dengan alasan ini kami ingin
menjelaskan bentuk, isi, makna, serta fungsi tepak sirih
ditinjau dari kajian ilmu semiotik dan fungsi.
Tradisi makan sirih merupakan warisan budaya Melayu
masa lampau. Lebih dari 3.000 tahun yang lalu atau di zaman
Neolitik, hingga saat ini budaya makan sirih hidup di Asia
Tenggara. Pada masyarakat Melayu, selain untuk dimakan,
sirih sebagai lambang adat resam. Dalam bahasa Melayu adat
resam berarti kebiasaan atau adat, seperti dalam
perumpamaan resam air ke air, resam minyak ke minyak.
Artinya, biasanya orang lebih suka bergaul kepada bangsanya
sendiri daripada dengan bangsa lain atau bila terjadi
perselisihan. Tradisi ini telah menjadi suatu keharusan di
dalam beberapa upacara adat suku Melayu, dari upacara
pernikahan hingga pengobatan.
Pada masyarakat Melayu juga dikenal tradisi sirih junjung.
Sirih junjung ini dihias cantik sebagai bagian barang hantaran
pengantin dan juga sirih penyeri kepada pengantin
perempuan. Selain itu, di dalam upacara resmi kebesaran
istana dan kerajaan, sirih junjung juga memiliki peranan
penting, yakni menjadi penyeri majelis dan mendahului
sesuatu perarakan yang diadakan.
Sirih untuk dimakan dalam adat resam Melayu diletakkan
di dalam tempat yang disebut tepak sirih. Tepak Sirih sering
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 5
juga disebut dengan cerana, terbuat dari kayu berukir. Dalam
suasana adat tepak dibungkus kain songket. Ada pula tepak
yang berukir terbuat dari logam tertentu. Di beberapa daerah
Melayu, tepak sirih/cerana berfungsi untuk meletakkan sirih
dan pelengkapnya. Dengan kata lain tepak sirih atau cerana
adalah wadah untuk sirih beserta dengan perencahnya, yaitu
buah pinang, kapur, gambir, tembakau, dan ada juga yang
ditambah dengan cengkih. Bagi masyarakat Melayu, makan
sirih beserta perencahnya adalah kebiasaan/tradisi yang
sudah membudaya sejak dahulu sampai saat ini. Tepak
sirih/cerana sangat berperan dalam setiap acara adat. Acara
tidak akan sempurna apabila dalam acara tersebut tidak ada
tepak sirih atau cerana, walaupun saat ini masyarakat sudah
tidak banyak lagi yang mengonsumsi sirih serta perencahnya.
Bentuk tepak sirih ada dua jenis, yang pertama berbentuk
segi empat dan yang kedua berbentuk bulan dan berkaki.
Tepak yang berbentuk bulat dan berkaki dinamakan tepak
puan. Dikatakan tepak puan karena akan diantar ke pihak
perempuan. Isi tepak puan atau tepak sirih ialah sirih, pinang,
kapur, gambir (kacu), tembakau, dan ada juga yang ditambah
cengkih. Dalam tepak sirih dijumpai benda yang terbuat dari
logam yang digunakan sebagai tempat untuk meletakkan
bahan‐bahan menyirih, seperti cembul, kacip, gobek. Namun,
pada saat ini orang tidak memakai cembul lagi karena cembul
yang terbuat dari logam kuningan tersebut lebih mahal
harganya. Jadi orang biasanya langsung meletakkan
perencah/ramuan‐ramuan tersebut di kotak‐kotak yang sudah
tersedia di dalam tepak sirih tersebut.
6 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Cembul biasanya berbentuk bulat yang terbuat dari
kuningan. Kacip merupakan alat yang berfungsi sebagai
pisau pemotong, bentuknya seperti gunting. Gobek ialah
tempat melunakkan sirih. Ini berguna bagi orang tua yang
sudah tidak memiliki atau tidak mengunyah lagi. Gobek terdiri
atas dua bagian, yaitu induk gobek dan anak gobek.
Kebiasaan makan sirih itu didapat dari pengaruh Hindu,
tetapi kegunaan sirih kemungkinan telah ada sejak zaman
animisme. Oleh karena sirih selalu dibuat sebagai penangkal
juga mengusir hantu yang diletakkan di persimpangan jalan
atau untuk menambah semangat dan keberanian seseorang
yang memakainya.
Sifat sirih jika dimakan bersama gambir (kacu) akan
berwarna merah yang melambangkan keberanian/tidak takut
sedangkan fungsi sirih secara herbal dalam obat tradisional
Melayu akan membuat gigi kuat, menyembuhkan luka,
mengobati gatal‐gatal, menghilangkan masuk angin.
Sedangkan air bekas rendaman sirih membuat mata terasa
segar dan masih banyak lagi fungsi lainnya di bidang obat
tradisonal. Kapur berwarna putih melambangkan kesucian,
sedangkan fungsi herbal dalam bidang obat tradisional
Melayu, kapur membuat gigi kuat karena mengandung zat
kapur. Gambir (kacu) rasanya kelat melambangkan keuletan.
Fungsi gambir dalam bidang obat tradisonal dapat
menghilangkan gatal kulit, dengan minyak gambir yang telah
dimasak mencegah diare dan disentri, mencuci luka bakar,
dan kudis. Pinang, karena pohonnya lurus dan buahnya
(pucuknya) berwarna putih melambangkan hati yang terbuka
lurus, sedangkan fungsinya sebagai obat tradisinal Melayu
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 7
untuk menyembuhkan rabun, menghilangkan jamur pada
kulit, dan mengobati luka. Tembakau yang sifatnya
memabukkan dapat melambangkan baik atau buruk.
Fungsinya di obat tradisional Melayu adalah membersihkan
dan menyehatkan gigi. Setelah memakan sirih biasanya
tembakau dijadikan suntil.
Sirih yang selalu disodorkan memiliki arti sebagai tanda
persahabatan dan pembuka kata dalam berbagai upacara
adat. Jadi, bisa juga dikatakan sirih pembuka kata dalam
upacara‐upacara adat diartikan sebagai lambang bahwa kata
akan disampaikan sebelum menjelaskan maksud yang ingin,
diutarakan dalam upacara tersebut, tepak sirih disorongkan
dahulu. Jadi dari situlah dapat diperoleh istilah sekapur sirih.
Tepak sirih memiliki makna dan fungsi bagi masyarakat
Melayu. Sejauh mana makna dan fungsi tepak sirih tersebut
bagi masyarakat Melayu perlu dikaji lebih dalam lagi. Hal
inilah yang melatarbelakangi kami melakukan penelitian
tentang makna dan fungsi tepak sirih dalam masyarakat
Melayu Deli Serdang.
8 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Bentuk dan Isi Tepak Sirih
Melayu Deli Serdang
Bentuk Tepak Sirih
Tepak sirih dari zaman dahulu hingga sekarang digunakan
sebagai perangkat yang tidak boleh dilupakan dalam upacara‐
upacara resmi adat Melayu. Oleh karena itu, tepak sirih
merupakan simbol yang memiliki arti penting sehingga
pemakaiannya tidak boleh sembarangan. Menurut pakar adat
budaya Melayu, Alm. Tengku Ahmat Bakri Ismail dalam
buletinnya Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatra Timur,
mengatakan bahwa tepak sirih berbentuk empat segi, seperti
peti kecil, panjang lebih kurang 30 cm, tinggi 20 cm, serta
lebar 15 cm. Seperti gambar di bawah ini.
Gambar Tepak Sirih Kayu
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 9
Keunikan tepak sirih biasa yang terbuat dari kayu ini ialah
lebih bervariasi dalam jenis dan warna karena tidak selalu
berpatokan pada warna kuning keemasan. Juga mengikuti
corak mode di zaman modern dengan aneka warna, yaitu
merah, hitam, hijau, kuning, dan lain‐lain.
Dari dahulu hingga pada saat ini, tepak sirih atau cerana
sangat berperan aktif di dalam setiap acara pertemuan adat
Melayu. Apabila dalam acara tersebut tidak ada tepak sirih
atau cerana, makna pertemuan akan terasa kurang lengkap
dan tidak sempurna. Walaupun pada saat ini masyarakat
Melayu sendiri sudah banyak yang tidak lagi mengonsumsi
sirih beserta dengan perencahnya. Bagi suku Melayu hingga
saat ini, tradisi tepak sirih atau cerana masih dipertahankan
dan dilestarikan. Sesuai dengan ungkapan pantun lama
Melayu tentang tepak sirih, seperti berikut ini.
Trapesium bentuknya tepak
Lambang adat puak Melayu
Sebelum menyampaikan niat dan kehendak
Tepak sirih sorongkan dahulu
Puak Melayu di zaman dahulu
Tepak sirih tersedia di setiap rumah
Jika mendapat kunjungan tamu
Tepak didahulukan sebelum juadah
Tepak sirih kami persembahkan
Sela nikmati mohon dimakan
Beriring kata dengan kiasan
Tepak sirih sejuta pesan
10 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
(Tengku Silvana Sinar, 59, Kearifan Lokal Berpantun dalam
Adat Melayu Batubara)
Dari ketiga pantun di atas dapat diketahui bahwa fungsi
tepak sirih di zaman dahulu sangat penting, karena tepak sirih
adalah penyampai pesan dan niat. Tepak sirih selalu ada di
setiap rumah orang Melayu di zaman dahulu, terlebih lagi
bagi puak Melayu (bangsawan, tokoh adat). Sehingga pada
zaman dahulu orang sangat suka memakan sirih. Tradisi
makan sirih merupakan warisan budaya silam sekitar 3.000
tahun yang lalu dan diamalkan dengan meluas di rantau Asia
Tenggara, hingga ke abad ini. Tradisi ini tidak dapat dipastikan
darimana asalnya. Ada yang mengatakan tradisi ini berasal
dari India, karena berdasarkan hubungan India dengan
nusantara Melayu ini sangat rapat. Tambahan pula, pengaruh
Hindu‐Budha kepada alam Melayu memakan beberapa kurun
waktu sebelum Islam menjadi jiwa umat Melayu di nusantara
ini.
Jika diambil bukti dari sumber linguistik pula,
kemungkinan besar tradisi makan sirih ini berasal dari
kepulauan India. Pelaut terkenal Marco Polo di abad ketiga
belas menulis dalam catatannya, mengatakan bahwa
terdapat segumpal suntil atau songel tembakau di mulut
kaum India. Kenyataan ini dijelaskan juga oleh penjelajah
terdahulu seperti Ibnu Batuta dan Vasco Da Gama yang
menyatakan terdapat masyarakat di sebelah timur yang
memakan sirih. Sementara di Malaysia, tradisi ini dikatakan
mungkin bermula tanpa pengaruh luar. Masyarakat India
menyatakan bahwa pada mulanya bukan untuk dimakan,
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 11
tetapi sebagai bahan persembahan sewaktu sembahyang di
kuil‐kuil saja. Beberapa daun sirih akan dihidangkan bersama
kelapa yang telah dibelah dua beserta dua biji pisang emas
sebagai persembahan untuk dewa.
Menurut Mahyudin Al Mudra sebagai pendiri Balai Kajian
dan Pengembangan Budaya Melayu, bahwa dalam teks‐teks
Melayu lama dikisahkan pasukan kaveleri ketika hendak
berperang menggunakan diplomasi makan sirih terlebih
dahulu dibandingkan dengan menggunakan kekuatan
senjata. Mereka akan membawa tepak sirih dan berbagai
ramuan kelengkapan di dalamnya. Anggota pasukan akan
turun dari kapal dan membawa sirih ke pihak yang hendak
ditaklukkan. Sementara panglima perang hanya menunggu di
kapal. Dalam hal ini tepak sirih sebagai simbol persahabatan.
Apabila tepak sirih diterima, berarti mereka menerima
tawaran persahabatannya dan tidak akan terjadi perang.
Peralatan perang tidak dikeluarkan dari kapal dan tetap
tersimpan. Namun, kalau tepak sirih ditolak atau tidak
diterima berarti mereka menolak persahabatan, untuk itu
peralatan perang akan dikeluarkan dan akan terjadi perang.
Tepak sirih memiliki banyak makna dan fungsi. Tepak sirih
digunakan sebagai perangkat yang tidak boleh dilupakan
dalam acara resmi adat karena tepak sirih merupakan simbol
yang memiliki arti penting. Pemakaiannya tidak boleh
sembarangan.
Dalam menjalani kehidupan keseharian, masyarakat
Melayu terkenal dengan sifat sopan santun, berbudi, dan
menjunjung tinggi adat istiadat. Masyarakat Melayu
12 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
mengutamakan adat seperti kata pepatah, “biar mati anak,
jangan mati adat”.
Pada zaman dahulu, orang sering meletakkan sirih di
persimpangan jalan atau tempat‐tempat tertentu yang
dianggap berbahaya karena banyak puaka atau roh‐roh jahat
yang mengganggu manusia. Puaka itu ialah mahluk gaib
peliharaan orang, sejenis begu ganjang yang suka mengambil
nyawa orang lain sebagai makanannya. Puaka tersebut juga
berfungsi sebagai pelindung atau penjaga tuannya. Namun,
jika tuannya tidak baik menuruti kemauan puaka tersebut,
maka tuannya yang akan menjadi tumbal. Untuk mencengah
kejadian itu, maka orang pada zaman dahulu akan
meletakkan sirih di tempat‐tempat tertentu agar tidak
diganggu oleh makhluk jahat tersebut. Sirih di sini
dimaksudkan sebagai tawaran persahabatan agar puaka atau
roh‐roh jahat tersebut agar tidak mengganggu orang di
sekelilingnya. Karena sudah dianggap sebagai teman atau
sahabat yang tidak pantas untuk diganggu. Sirih di sini bukan
hanya berfungsi sebagai tanda persahabatan bagi manusia,
tapi juga bagi makhluk halus. Jadi, puaka atau roh‐roh jahat
akan mencari dan menyerang orang lain yang dianggap
musuh.
Hingga kini, sirih menjadi populer di kalangan masyarakat
Melayu. Selain untuk dimakan sehari‐hari, sirih juga digunakan
sebagai simbol adat resam Melayu. Baik itu pada upacara
perkawinan maupun dalam penyambutan tamu‐tamu yang
dianggap penting.
Dalam upacara pernikahan, sirih dirangkai dalam bentuk
sirih junjung yang cantik. Bersama dengan sirih penyeri
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 13
dipakai sebagai barang hantaran kepada pengantin
perempuan. Di dalam upacara resmi kebesaran istana, sirih
junjung dipakai sebagai hiasan yang menyemarakan suasana.
Sirih junjung juga dibawa sebagai kepala suatu arak‐
arakan adat. Sesuai dengan namanya, sirih junjung ini dibawa
dengan cara dijunjung. Dalam kebanyakan upacara adat, sirih
junjung memiliki banyak peran penting terutama masyarakat
Melayu yang mengadakan upacara perkawinan yang
berfungsi sebagai barang hantaran pengantin.
Zaman dahulu, raja‐raja Melayu telah menggunakan sirih
junjung sebagai alat kelengkapan adat istiadat penabalan raja
atau sultan. Sirih jungjung biasanya dibuat oleh orang yang
mahir dalam membuat gubahan atau rangkaian susunan yang
indah. Dalam pembuatannya diperlukan sebanyak seratus
helai daun sirih atau lebih dan harus yang terbaik, juga masih
segar. Daun yang dipilih adalah daun yang terbaik dan
biasanya masih hijau (jangan kuning), lebar, cantik, tidak
cacat fisik. Kemudian, setelah daun tersebut dirangkai maka
akan ditambahkan bunga di bagian atasnya agar
memperindah sirih junjung. Tidak lupa sebelum semua itu,
diletakkan sebuah gabus di bagian tengah, agar sirih dan
bunga tersebut bisa menempel menjadi satu seperti menara.
Sirih dan bunga tersebut akan ditusukkan dengan lidi atau
jarum ke bagian tengah gabus supaya bisa menempel.
Sirih yang sudah selesai dirangkai akan dibuat menjadi
berbagai bentuk, seperti bangunan masjid, juga berbagai
bentuk lainnya sesuai makna yang ingin disampaikan. Seperti
penjelasan di atas, bunga‐bunga segar seperti bunga mawar,
dahlia, rampai, dan jenis bunga lainnya akan ditempelkan
14 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
untuk memperindah dan menyemarakkan sirih junjung
tersebut. Selain itu bunga itu juga akan menambah
keharuman pada sirih junjung tersebut. Sirih junjung dibuat
dan dihias untuk memperindah tampilannya. Proses
pemberian tepak sirih juga memiliki cara untuk memperindah
cara dan proses pemberiannya.
Pada zaman dahulu kala pemberian tepak sirih kepada
tamu‐tamu raja hanya sekadar memberikannya begitu saja.
Namun, agar memperindah tradisi sirih saat menerima tamu,
maka dibuatlah tarian pemberian tepak sirih tersebut di
dalam berbagai upacara adat Melayu.
Proses tarian penyambutan tamu dengan tepak sirih
dapat kami jabarkan dengan jelas sebagai berikut.
Ada lima penari berbaris rapi di depan tamu yang akan
datang. Ketika alat musik pakpong khas Melayu dengan
akordeon, biola, dan gendang mengalunkan lagu khas
Melayu. Kelimanya menggeleng seraya mengayunkan tangan
dengan gemulai. Gerak tangan melambai dan kaki yang jinjit
dilakukan berkali‐kali. Penari umumnya berpakaian kebaya
panjang berwarna kuning dan selendang hijau. Terkadang
mereka menari dengan lambat, tapi terkadang juga mereka
menari dengan cepat, mengikuti irama alunan musik khas
Melayu dan bergerak ke depan dan ke belakang. Terkadang
juga mereka bergerak melingkar. Salah satu di antara mereka
yang berada di tengah membawa tepak sirih, sebuah kotak
yang berisi perlengkapan makan sirih yang biasanya terdiri
atas daun sirih, kapur, pinang, cengkih, tembakau, dan
perlatan tepak sirih, yaitu kacip dan gobek. Penari tersebut
terus melenggak‐lenggok sambil mengangkat tepak sirih.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 15
Menjelang tari persembahan itu berakhir, dia maju ke depan
meninggalkan empat penari lainnya di belakang dan
membuka tepak sirih itu sambil menawarkan sirih kepada
para tamu yang hadir dalam pembukaan sebuah acara adat.
Lalu beberapa tamu biasanya akan mengambil sirih tersebut
dan memakannya.
Tradisi makan sirih melibatkan semua kalangan. Mulai
dari rakyat biasa dan kaum bangsawan. Jadi apabila suatu
saat Anda hadir dalam sebuah upacara‐upacara adat Melayu,
kemudian ditawari untuk makan sirih, sebaiknya Anda
memakannya. Karena ketika Anda mau memakan sirih berarti
Anda mau menerima tanda persahabatan dan mau menerima
tanda kebaikan mereka. Hal ini juga menjadi tanda bahwa
antara tuan rumah dan tamu maupun pendatang dengan
penduduk setempat bersahabat dan bersaudara.
Dahulu kala ada tamu yang tidak mau memakan sirih,
ketua adat akan marah karena menganggap orang tersebut
tidak mau menerima tanda persahabatan dan kebaikan dari
tuan rumah. Namun, pada saat ini pemberi sirih mungkin
tidak akan marah, tapi akan menutup diri kepada tamu
pendatang tersebut. Apabila tuan rumah sudah menutup diri,
sudah pasti akan merepotkan dan tidak menyenangkan bagi
siapa saja tamu yang datang tersebut.
Mengenai hal itu, Kepala Adat Kesultanan Negeri
Serdang, Alm. Tengku Luckman Sinar membenarkan bahwa
makan sirih menjadi pembuka kata atau silaturahim di antara
masyarakat Melayu. Sirih membawa pesan persahabatan
kepada semua orang. Tanda persahabatan itulah yang
kemudian digunakan sejumlah penulis di dalam kata
16 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
pengantar sebuah buku. Penulis buku sering menyebut
sekapur sirih, seulas pinang di awal kata yang hendak ditulis
dalam buku karangan mereka. Penggunaan ungkapan itu
menjadi tanda pembuka komunikasi antara penulis dan
pembaca. Sirih, tepak sirih, sekapur sirih, dan makan sirih
menjadi tanda persahabatan dari tanah Melayu. Lagu Sekapur
Sirih, Seulas Pinang juga menerjemahkan sirih sebagai bekalan
kepada pahlawan yang berangkat ke medan perang. Juga
menguatkan semangat juang para pahlawan bangsa demi
membela bangsa dan negaranya.
Dari zaman dahulu hingga sekarang warna, bentuk, motif
tepak sirih mengalami banyak perubahan sesuai dengan
kemajuan zaman. Dahulu, tepak sirih didominasi dengan
berwarna kuning emas, yang melambangkan kekayaan dan
kemakmuran sebuah kerajaan di masa silam, karena warna
kuning itu biasanya sangat berharga, sama halnya seperti
emas yang berwarna kuning keemasan. Dahulu, tepak sirih
terbuat dari emas atau suasa yang dilapisi emas. Jadi
harganya pun lebih mahal jika dibandingkan dengan tepak
biasa. Tepak sirih tersebut biasanya hanya dimiliki oleh
seorang raja atau bangsawan saja. Bentuk, motif, dan warna
tepak sirih tersebut melambangkan kemakmuran seorang
raja atau bangsawan di masa lampau. Kalau rakyat biasa
hanya terbuat dari kayu biasa dengan ukiran‐ukiran tertentu.
Pada zaman dahulu memang identik dengan warna
kuning keemasan. Namun, zaman sekarang warna tepak sirih
sudah berbagai jenis. Ada yang berwarna merah, merah hati,
hitam, cokelat, dan abu‐abu. Dari segi bentuk atau motif,
hampir tidak mengalami perubahan karena bentuk tepak sirih
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 17
yang kami temui hanya ada persegi panjang dan yang bulat.
Kami belum pernah menemukan atau melihat tepak sirih yang
berbentuk persegi lima atau sebagainya. Hanya saja antara
perbedaan satu tepak dengan tepak yang lain ialah
ukurannya.
Pada masa dahulu tepak sirih seorang raja atau
bangsawan dibuat dengan ukiran dengan sulaman emas dan
dilapisi emas, yang juga menambah nilai keindahan dan seni
dari tepak itu sendiri. Namun, pada saat ini, tekatan emas
pada sebuah tepak sirih sangat susah dijumpai. Sebuah tepak
sirih terkadang juga ada yang ukurannya sedikit besar atau
sedikit kecil, tergantung jenis tepak itu sendiri. Namun, pada
umumnya tepak sirih itu berbentuk empat segi, seperti peti
kecil, panjang lebih kurang 30 cm, tinggi 20 cm, dan lebar 15
cm.
Di dalam tepak sirih tersebut terdapat cembul yang
digunakan untuk menyimpan ramuan sirih, pinang, gambir,
tembakau, kapur, dan cengkih. Cembul ini disusun mengikuti
aturan yang telah ditetapkan. Khusus tepak sirih yang
berbentuk persegi dan bertutup, bagian dalam tepak sirih
yang lengkap dibagi menjadi dua bagian. Di bagian atas ada
kacip dan lima cembul dengan susunan tertentu, yaitu
pinang, kapur, gambir, cengkih, dan tembakau. Di bagian
bawah, disusun daun sirih cadangan (stok) jika habis dan juga
gobek apabila yang ditujukan adalah orang yang sudah cukup
tua dan tidak bisa mengunyah lagi dengan baik. Namun, ada
juga orang meletakkan gobek di bagian atas dengan maksud
agar tidak susah lagi membongkar bagian bawah, jadi tinggal
ambil dari bagian atas saja.
18 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Di bagian atas juga biasanya diletakkan kacip yang
berfungsi untuk memotong pinang. Namun, yang kami temui
di daerah penelitian gobek dan kacip sudah tidak digunakan
lagi karena tuan rumah sudah mengetahui siapa tamu yang
akan datang. Tuan rumah sudah memperkirakan tamu yang
datang, sehigga pasti masih bisa mengunyah. Jadi gobek
tidak dibutuhkan lagi dan kacip juga tidak digunakan lagi,
karena tuan rumah sudah terlebih dahulu memotong pinang
atau gambir yang akan menjadi ramuan dalam memakan sirih.
Pada tepak sirih yang berbentuk bulat disusun melingkar
sesuai dengan urutannya, yaitu daun sirih, cengkih, pinang,
kapur, gambir (kacu), dan tembakau, sama urutannya dengan
tepak sirih yang berbentuk tepak. Semua itu harus disusun
sesuai urutan dan aturannya. Juga letak posisi daun sirih itu
sendiri, karena jika salah maka akan dianggap tidak mengerti
adat dan juga dianggap kurang sopan.
Masyarakat Melayu menamakan tepak sirih yang
berbentuk bulat sebagai tepak puan, dan yang berbentuk
empat persegi panjang disebut tepak sirih. Selain bentuknya
yang bulat, perbedaan lain antara tepak sirih dan tepak puan
ialah tepak puan yang akan diberikan kepada pihak
perempuan, makanya dikatakan tepak puan. Namun, pada
saat ini yang kami temui ialah tepak yang akan diberikan
kepada pihak perempuan tidak harus tepak puan (tepak yang
berbentuk bulat), karena tergantung tepak yang dimiliki oleh
pihak laki‐laki untuk diberikan kepada pihak perempuan.
Tidak ada keharusan tepak yang berbentuk bulat. Jika
memiliki tepak sirih yang berbentuk bulat (tepak puan) boleh
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 19
diberikan dan jika tidak ada juga tidak apa‐apa memberikan
tepak yang petak sebagai gantinya.
Contoh tepak puan dapat dilihat dalam gambar berikut.
Gambar Salah Satu Tepak Khas Melayu yang Terbuat dari Perak dan
Berbentuk Bulat dengan Beberapa Cembul di Atasnya. Ada Daun Sirih
serta Gobek
Dalam sebuah tepak sirih ada kalanya daun‐daun sirih
tidak dimasukkan menjadi satu ke dalam sirih, tetapi
ditempatkan dalam suatu wadah yang disebut bekas sirih.
Bekas di sini bermakna tempat. Pengaturan seperti ini
memberikan tampilan yang lebih indah dan cantik. Bagi
masyarakat Melayu, sirih disusun sedemikian rupa untuk
menunjukkan urutan‐urutan ketika mengapur sirih, yang
didahulukan dan dikemudiankan.
20 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Daun sirih yang disusun dalam tepak sirih harus dilipat
bersisip antara satu dengan yang lain dan disatukan
tangkainya. Disusun sebanyak lima dalam satu baris. Satu
tepak sirih selalu berisi empat atau lima susun sirih. Jadi kalau
ditotalkan sirih di bagian atas ada dua puluh hingga dua puluh
lima lembar dalam satu baris tersebut.
Namun tetap memiliki sirih cadangan jika habis. Sirih
harus disusun berlipat agar tidak terlihat ekornya. Ekor sirih
yang terlihat dianggap kurang sopan dan tidak menghormati
tamu.
Gambar Susunan dan Isi Tepak Sirih
Tepak sirih disusun di dalam sebuah cembul seperti
mangkuk kecil yang terbuat dari kuningan. Namun pada saat
ini, orang sudah jarang menggunakan cembul karena
harganya yang mahal. Jadi, orang langsung membuatnya ke
dalam kotak‐kotak yang ada pada tepak sirih tersebut.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 21
Sedangkan kalau dalam bentuk asli dapat dilihat dalam
gambar berikut.
Gambar Tepak Sirih dari Kuningan
Tepak sirih yang terbuat dari kuningan yang terdiri atas
lima cembul dan sebuah kacip untuk memotong pinang dan
sebuah gobek untuk melumatkan sirih. Biasanya gobek
digunakan oleh orang yang sudah tua dan tidak bisa
mengunyah dengan baik. Di dalam lima cembul tersebut
terdapat pinang, gambir, tembakau, cengkih, dan kapur.
Biasanya daun sirih langsung diletakkan di bagian luarnya
saja.
Perbedaan tepak sirih dari pihak laki‐laki dan pihak
perempuan ialah susunan sirih di dalamnya. Jika dari pihak
laki‐laki susunan sirihnya ialah letak daun sirih disusun
telungkup dan ekor sirih itu menghadap ke arah pihak laki‐
laki. Hal ini mempunyai makna bahwa laki‐laki itu harus tetap
rendah hati dan santun kepada pihak perempuan. Sama
22 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
halnya ketika seseorang lewat di hadapan orang tua, harus
permisi sambil meletakkan tangan ke depan dan
menundukkan kepala. Susunan tersebut menandakan bahwa
sirih berasal dari pihak laki‐laki. Jika susunannya kurang tepat
maka dianggap tidak mengerti adat dan dianggap kurang
sopan.
Letak sirih dari pihak wanita ialah membujur atau
terlentang menandakan sirih tersebut berasal dari pihak
perempuan. Makna dari letak daun sirih yang terlentang ini
sama seperti seseorang dengan kedua tangannya yang
terlentang memberi maksud seperti menunggu dan siap
merangkul siapa saja yang datang. Biasanya, jika sebuah
tepak diterima berarti pinangan diterima, dan jika pinangan
ditolak bisa jadi susunannya kurang tepat atau memang
pinangan tersebut ditolak.
Gambar Tepak Sirih yang Terbuat dari Kuningan dengan Lima Cembul di
Atasnya juga Kacip dan Gobek Sebagai Alat Pelengkapnya
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 23
Tepak sirih juga ada yang berwarna abu‐abu dan terbuat
dari perak, seperti gambar berikut.
Gambar Tepak Sirih yang Terbuat dari Perak Berwarna Abu‐abu
Hal ini membuktikan bahwa tepak sirih tidak selalu
berwarna kuning atau merah saja, warna abu‐abu juga ada.
Gambar Tepak Sirih yang Terbuat dari Kayu Biasa
24 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Pada saat ini tepak sirih yang terbuat dari tembaga perak
dan kuningan sudah jarang ditemukan. Sekarang banyak
tepak sirih terbuat dari kayu seperti pada gambar di atas.
Kami menemukan tepak sirih ini di Desa Pantai Labu Baru
pada saat pesta perkawinan warga setempat. Hal yang
membedakan tepak sirih ini dengan tepak yang lain ialah
terdapat permen atau bombon di dalam tepak sirih ini. Hal ini
memperlihatkan telah terjadi pergesaran budaya, di mana di
dalam tepak sirih sudah terdapat benda lain, yaitu bombon.
Gambar Tepak Sirih 1
Gambar Tepak Sirih 2
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 25
Tepak sirih yang sudah lengkap. Tepak sirih yang bertekat
lapisan dihias dan diberi alas kain songket warna emas.
Peralatan tepak sirih itu sendiri hingga sekarang masih bisa
ditemukan di toko barang‐barang antik, seperti di Kawasan
Kesawan Square, Kota Medan dengan harga yang berbeda‐
beda sesuai dengan motif dan bahan tepak sirih tersebut.
Beraneka jenis alat tepak sirih terbuat dari kuningan,
perak, kayu atau bambu.Tepak sirih juga memiliki desain dan
bentuk yang beragam, mulai bundar hingga kotak seperti
gambar di atas. Biasanya jika terbuat dari logam atau
kuningan harganya akan lebih mahal daripada yang terbuat
dari kayu biasa.
Isi Tepak Sirih
Adapun isi tepak sirih terdiri atas ramuan dan peralatan
seperti yang diuraikan di bawah ini.
Ramuan‐Ramuan Tepak Sirih
1. Sirih
Sirih adalah tanaman yang tumbuh di kawasan tropis
Asia, Madagaskar, Timur Afrika, dan Hindia Barat. Sirih yang
terdapat di Semenanjung Malaysia terdiri atas empat jenis,
yaitu sirih Melayu, sirih Cina, sirih Keling, dan sirih Udang.
Dalam bahasa Indonesia, dikenal berbagai nama spesies sirih,
seperti sirih carang, be, bed, siyeh, sih, camai, kerekap, serasa,
cabe, Jambi, kengyek, dan kerak.
26 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Gambar Daun Sirih (Piper betle Linn.)
Dalam ilmu Biologi, sirih dikenal dengan nama Piper betle
Linn. dalam keluarga Piperaceae. Nama betel berasal dari
bahasa Portugis ‐ betle. Dalam bahasa Hindi, sirih lebih dikenal
dengan nama pan atau paan, dan dalam bahasa Sanskrit
disebut tambula. Bahasa Sri Lanka menyebut sirih dengan
bulat, dan dalam bahasa Thai disebut plu.
Sirih tumbuh menjalar dan memanjat pada batang pohon
atau para‐para. Bentuk daunnya bulat lonjong dengan ujung
agak lancip. Daun sirih yang subur memiliki ukuran lebar 8‐12
cm, dan panjang 10‐15 cm. Sirih sesuai ditanam di cuaca tropis,
di tanah yang gembur, dan tidak terlalu lembap, serta cukup
air.
Sirih udang memiliki urat daun dan gagang berwarna
merah. Sirih Cina mempunyai rasa yang lebih lembut
dibanding sirih Melayu. Namun sirih Melayu adalah jenis yang
digemari oleh kalangan yang makan sirih, juga banyak dipakai
dalam adat resam. Sirih Melayu berdaun lebar dan warnanya
hijau pekat. Jenis sirih yang lain, sirih keling berukuran kecil
dan warnanya hijau gelap, rasanya lebih pedas dan daunnya
agak keras ketika dimakan.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 27
Rasa pedas sirih disebabkan oleh sejenis minyak yang
mengandung fenol dan bahan‐bahan terpene. Zat‐zat lain
yang terkandung dalam daun sirih adalah kalsium nitrat,
sedikit gula, dan tanin. Rasa enak daun sirih ditentukan oleh
jenis daun sirih itu sendiri, umurnya, cahaya matahari, serta
letak daun pada batang sirih. Daun sirih yang paling enak
adalah yang terdapat di bagian atas dahan‐dahan sisi dan
yang berukuran paling besar. Sirih hutan tidak boleh dimakan
karena selain daunnya keras, juga rasanya tidak enak. Sirih
hutan tumbuh di pohon yang terdapat di hutan hujan tropis.
Daun‐daun sirih yang terdapat di bagian bawah dan
berukuran kecil dipakai sebagai obat oleh para dukun Melayu.
Sirih bertemu urat adalah jenis yang dipilih oleh bidan untuk
pengobatan tradisional. Pada saat ini, sirih masih menjadi
bagian penting bagi masyarakat Melayu, walaupun tidak
banyak lagi orang yang memakannya.
2. Cengkih
Cengkih adalah sejenis rempah yang berasal dari Maluku,
Indonesia. Cengkih juga banyak terdapat di Zanzibar,
Madagaskar. Pohon cengkih tumbuh setinggi 8‐12 meter.
Daunnya runcing dan bergagang pendek. Bunga cengkih
muncul pada setiap ujung ranting. Kuncup bunga cengkih
dipetik sebelum sempat mengembang menjadi bunga.
28 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Gambar Cengkih
Nama ilmiah bunga cengkih adalah Eugenia aromatika.
Pohon cengkih membutuhkan iklim panas serta lembab
dengan curah hujan sebanyak 150‐250 mm per tahun, dan
suhu 15o‐380C. Tanah yang paling cocok untuk cengkih adalah
tanah gembur yang mengandung humus dan tanah laterit.
Cara membiakkannya adalah dengan menanam biji benih.
Benih cengkih ditanam hingga umur 1,5‐2 tahun di ladang
dengan jarak 5 meter. Cengkih bisa dipanen untuk pertama
kali jika sudah berumur tujuh atau delapan tahun. Pohon
cengkih akan terus berbunga hingga umur 60 tahun, ada
kalanya bahkan sampai 130 tahun.
Bunga cengkih mengeluarkan aroma yang khas,
digunakan sebagai rempah dalam beberapa masakan, juga
dimakan bersama daun sirih untuk menambah rasa manis,
harum hangat, dan enak. Namun, selama melakukan
penelitian, kami menemukan bahwa kebayakan masyarakat
di daerah Pantai Labu hanya memakan cengkih dalam
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 29
campuran sirih sebagai tambahan saja, bukan menjadi syarat
yang harus dipenuhi. Minyak cengkih juga digunakan dalam
pembuatan obat, minyak wangi, dan dicampurkan dengan
cengkih dalam pembuatan rokok.
3. Pinang
Pinang adalah tumbuhan tropis yang ditanam karena
keindahannya serta untuk mendapatkan buahnya. Tingginya
bisa mencapai 10 meter, bentuknya runcing pada bagian
pucuk. Garis tengah batangnya antara 15 cm hingga 20 cm.
Buah pinang berwarna hijau pada waktu masih muda, dan
apabila sudah masak akan berubah menjadi kuning serta
merah.
Gambar Pinang Sebelum Diolah
Gambar Pinang Setelah Diolah
30 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Nama ilmiah pinang adalah Areca catechu. Dalam bahasa
Hindi buah ini disebut supari, dan pan‐supari untuk menyebut
sirih‐pinang. Bahasa Malaysia menamakannya adakka atau
adekka, sedang dalam bahasa Sri Lanka dikenal sebagai
puvak. Masyarakat Thai menamakannya mak, dan orang Cina
menyebutnya pin‐lang.
Pohon pinang dibiakkan dengan cara menanam bijinya
yang sudah cukup masak. Biasanya, biji yang akan ditanam
disemai dulu, baru kemudian ditanam dalam pot atau tas
plastik. Jika masih kecil, pohon pinang cocok ditanam di
dalam pot, tetapi jika sudah besar sebaiknya ditanam di tanah
bebas.
Buah pinang bisa dipakai sebagai obat. Pucuk Areca
catechu dan pucuk‐pucuk Areca borneensis serta Areca trianda
bisa dimakan. Pucuk Areca hutchinsoniana digunakan untuk
menghilangkan jamur. Untuk mengobati luka‐luka, dapat
digunakan ampas pinang yang sudah direbus.
Alkaloid dalam pinang termasuk arekolin, arekaidin,
arekain, guvacin, arekolidin, guvakolin, isoguvakolin, dan
kolin. Arekolin yang toksid bersifat sebagai obat bius nikotin
bagi sistem saraf. Zat ini menyebabkan penyakit ayan yang
berakhir dengan kelumpuhan. Akibat lebih fatal adalah
kematian yang terjadi jika pernapasan terhenti.
Arekolin adalah pembasmi parasit dan cacing, serta
bersifat seperti asetil kolin. Pinang mengandung lebih kurang
15% tanin merah dan 14% lemak. Buah pinang muda dikunyah
dan airnya ditelan untuk mengobati darah dalam air kencing.
Jus pinang muda digunakan sebagai obat luar untuk rabun.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 31
4. Kapur
Kapur berwarna putih dan liat seperti krim yang
dihasilkan dari cangkang siput laut (kulit kerang) yang telah
dibakar. Serbuk cangkang tersebut dicampur air agar mudah
dioleskan di atas daun sirih. Selain kapur jenis ini, terdapat
kapur yang tidak bisa dimakan, yaitu kapur yang digunakan
dalam bangunan rumah.
Gambar Kapur yang Telah Dioleskan ke Daun Sirih
Kapur juga biasa diperoleh dengan membakar batu kapur
(kalsium karbonat/CaCO3). Apabila dibakar dengan suhu
tertentu kapur akan mengeluarkan gas yang disebut karbon
dioksida (CO2) dan menjadi kalsium oksida (CaO). Kalsium
oksida ini jika dicampur dengan sedikit air akan mengembang
serta menjadi serbuk kapur yang dikenal sebagai kalsium
hidroksida (Ca(OH)2).
5. Gambir
Gambir adalah tumbuhan yang terdapat di Asia Tenggara,
termasuk dalam keluarga Rubiaceae. Daunnya berbentuk
32 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
bujur telur atau lonjong, dan permukaannya licin. Bunga
gambir berwarna kelabu. Gambir biasanya dimakan dengan
sirih. Gambir juga dimanfaatkan sebagai obat, antara lain
untuk mencuci luka bakar dan kudis, mencegah penyakit
diare dan disentri, sertas ebagai pelembab, menyembuhkan
luka di kerongkongan.
Gambar Gambir yang Telah Diolah dan Siap Digunakan
6. Tembakau
Tembakau adalah tumbuhan herbal semusim yang
ditanam untuk diambil daunnya, digunakan untuk membuat
rokok dan cerutu. Tumbuhan ini termasuk dalam keluarga
Solanaceae. Tembakau bisa tumbuh dalam iklim yang
berbeda‐beda. Pada masa awal pertumbuhan, tembakau
membutuhkan suhu yang panas dan lembab dengan banyak
hujan. Akan tetapi, menjelang dipetik, tembakau harus
berada pada musim kering agar diperoleh daun‐daun yang
baik. Daun‐daun tembakau yang bermutu tinggi hanya bisa
dihasilkan di kawasan‐kawasan tertentu saja. Jenis tembakau
yang sama jika ditanam di tempat lain bisa menghasilkan
mutu daun yang lebih rendah.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 33
Tanah liat yang padat dan subur akan menghasilkan
daun‐daun tembakau yang berukuran lebar. Daun tembakau
seperti ini cocok untuk dibuat cerutu dan tembakau pipa.
Pada tanah yang berpori serta berhumus akan dihasilkan
daun‐daun tembakau yang kecil serta lembut, yang cocok
untuk tembakau rokok. Pohon tembakau yang subur bisa
mencapai ketinggian 2 meter, dengan lebar daun 30‐40 cm
serta panjang 40‐50 cm.
Di bawah ini diperlihatkan gambar pohon tembakau yang
masih ditanam dan tembakau yang sudah selesai diolah
(gambar 1.16, 1.1.1)
Gambar Daun Tembakau yang Masih Ditanam
34 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Gambar Tembakau yang Sudah Selesai Diolah
Tembakau sebagai pengisi tepak sirih, juga digunakan
sebagai suntil atau pembersih gigi dan mulut setelah selesai
memakan sirih. Daun tembakau digunakan untuk keperluan
adat. Daun tembakau juga digunakan sebagai bahan utama
untuk pembuatan rokok. Daun tembakau yang baik untuk
rokok adalah yang berwarna kuning muda atau kuning
keemas an. Mempunyai bau wangi, rasa yang sedap, serta
mengeluarkan asap yang mengandung asam. Daun seperti ini
banyak mengandung karbohidrat dan sedikit amida, nitrogen,
banyak fosfat dan kalsium. Sedangkan daun tembakau yang
baik untuk cerutu adalah yang berwarna kuning tua,
mengeluarkan asap yang mengandung alkali, dan mempunyai
urat‐urat daun yang halus. Daun tembakau ini juga dapat
menimbulkan kecanduan, sama halnya seperti rokok yang
juga terbuat dari daun tembakau.
Peralatan Tepak Sirih
1. Cembul
Cembul merupakan bagian dari tepak sirih yang
berjumlah empat atau lima buah. Kegunaannya untuk
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 35
menyimpan pinang, kapur, gambir, tembakau, dan bunga
cengkih. Cembul berbentuk bulat dan bertutup. Pada bagian
bawah datar agar dapat diletakkan dengan baik. Biasanya
cembul untuk kapur berbentuk silinder atau agak berbeda
dengan yang lain.
Gambar Cembul Bulat
Gambar Cembul Berbentuk Persegi Enam
36 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Cembul yang dibuat dari bahan logam, seperti tembaga,
perak, atau berlapis emas. Agar lebih indah, pada bagian luar,
tutup cembul dihias dengan ukiran berbagai corak, seperti
bunga petola, sirih emas, daun candik kacang, tampuk
manggis, bunga melur, dan motif‐motif lain sesuai dengan
kreasi dan kemahiran tukang ukir. Saat ini, motif ukiran sudah
berkembang mengikuti zaman, sehingga banyak dijumpai
cembul dengan corak grafis serta objek tertentu dan corak‐
corak budaya yang lain. Akan tetapi, saat ini cembul jarang
ditemui karena harganya yang mahal. Masyarakat Melayu
langsung meletakkan semua ramuan‐ramuan tepak sirih
langsung ke dalam kotak tepak sirih.
2. Bekas Sirih
Bekas sirih adalah tempat cadangan sirih. Biasanya daun
sirih yang ada di dalam tepak sirih hanya sedikit saja. Jika
yang berada dalam tepak habis, maka bisa diambil lagi dari
bekas sirih. Cadangan tempat penyimpanan sirih tersebut
yang dinamakan sebagai bekas sirih.
Biasanya sirih tidak dimasukkan langsung menjadi satu ke
dalam tepak sirih, tetapi ditempatkan tersendiri dalam bekas
sirih. Maksudnya ialah daun sirih yang telah dipetik dari
pohon akan dikumpulkan dan diletakkan ke dalam satu
wadah yang sering disebut bekas sirih. Bekas sirih biasanya
dibuat dari logam atau perak, walaupun ada juga yang
terbuat dari gading gajah. Agar bekas sirih tampak cantik, ada
kalanya disalutkan emas dan diukir dengan berbagai corak
ukiran Melayu seperti awan larat, bunga kundur, bunga
ketang guri, bunga petola, pucuk rebung, ukiran tebuk, dan
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 37
corak‐corak lain. Untuk menambah keindahan, pada bagian
badan dan di sekeliling mulutnya dibuat berlekuk‐lekuk.
Seperti gambar di bawah ini.
Gambar Gambar Bekas Sirih
Bekas sirih berbentuk pipih, dengan bagian mulut (atas)
agak lebar, dan sedikit menguncup di bagian bawah. Ukuran
bekas sirih pada umumnya sekitar 8 cm pada bagian mulut, 6
cm pada bagian bawah, dan tinggi 10 cm.
3. Kacip
Kacip adalah alat yang berfungsi seperti pisau pemotong
terdiri atas bilah tajam yang dapat bergerak di bagian atas
dan bagian tumpul yang kokoh pada bagian bawah. Kacip
digunakan untuk memotong, atau mengiris buah pinang, atau
obat‐obat tradisional yang terdiri dari tumbuh‐tumbuhan.
38 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Gambar Kacip Sumatra yang Bermotif Hewan dan Manusia
Gambar Kacip Sumatra yang Bermotif Segitiga
Gambar Kacip Sumatra yang Bermotif Manusia dan Hewan
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 39
Kacip dibuat dari logam keras. Ada juga yang dibuat dari
tembaga atau perak sehingga tidak hanya berfungsi sebagai
pemotong melainkan juga sebagai peralatan yang indah.
Kacip dibuat dalam berbagai ukuran, antara 10‐22 cm. Ada
juga yang berukuran lebih dari itu. Pada dasarnya, bentuk
kacip serupa, yaitu terdiri atas dua bilah mata yang bertaut
dan mempunyai hulu atau tangkai pada kedua bilahnya.
Ragam hias pada bagian hulu dan badan kacip amat unik,
ada kalanya menyerupai kepala binatang seperti kuda,
kerbau, gajah, monyet, burung, ayam, manusia, atau dewa‐
dewa. Terdapat juga kacip yang diukir dengan motif flora
menyerupai bunga atau tumbuhan lainnya. Pada tangkai dan
badan kacip menggunakan salutan perak atau emas.
Kacip terbagi dua jenis, yaitu kacip jantan dan betina,
walaupun peninjauannya tidak jelas apakah berdasarkan
jenis, bentuk segi atau kebulat‐bulatan. Masyarakat Melayu
menamakan alat pemotong ini kacip, sementara di Bali
masyarakat menamakannya caket. Di negeri Deccani (India),
Kannada (Karnataka) alat ini disebut adakottu, sedangkan di
Marathi (Maharastra) dinamakan adekitta, walaupun banyak
juga yang lebih mengenalnya dengan nama serota.
Masyarakat Bengali menamakan alat ini yanti, sedangkan
orang Gujarat menyebutnya sudi atau sudo. Di Sri Langka,
kacip disebut gire atau giraya.
Di dalam tepak sirih, kacip disusun bersebelahan dengan
daun sirih yang tersusun rapi. Kacip merupakan perkakas
penting selain gobek untuk melengkapi keserasian sebuah
tepak sirih. Kacip juga dijadikan sebagai perkakas penting
dalam berbagai upacara adat resam Melayu. Dalam adat
40 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
“melenggang perut”, kacip digunakan sebagai persyaratan
yang harus ada. Ketika bayi baru lahir, kacip diletakkan di
bagian atas kepala atau di bawah bantal pada saat si bayi
tidur. Ada kepercayaan, bahwa kacip akan menjauhkan bayi
dari segala macam gangguan makhluk halus.
4. Gobek
Gobek terbuat dari logam dan terdiri atas dua komponen.
Komponen pertama berbentuk silinder yang berlubang di
bagian tengahnya. Pada bagian ujung, silinder ini ditutup
dengan sumbat kayu dengan ukuran yang sama besarnya
dengan lubang silinder. Komponen ini disebut ibu gobek.
Komponen yang satu lagi dinamakan anak gobek.
Gambar Gobek yang Bermotif Biasa
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 41
Gambar Gobek yang Bermotif Ukiran Kepala Hewan sebagai Kepala
Gobek
Anak gobek memiliki ukuran yang lebih kecil. Terdiri atas
besi padu yang di bagian ujungnya berbentuk seperti mata
kapak serta mempunyai hulu di bagian pangkalnya. Pada
bagian ibu dan hulu anak gobek diukir dengan berbagai corak
yang menarik, sesuai dengan budaya setempat.
Alat ini berfungsi seperti antan dan lesung. Daun sirih
yang telah dilengkapi dengan pinang, gambir, kapur, dan
cengkih dimasukkan ke dalam gobek dan ditumbuk hingga
lumat. Setelah lumat, tutup kayu di ujung silinder didorong
dengan anak gobek sehingga bisa dikeluarkan dan siap
dimakan. Gobek biasanya dipakai oleh para nenek yang sudah
tidak mempunyai gigi dan tidak bisa lagi mengunyah sirih.
42 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
5. Ketur
Ketur adalah tempat untuk meludah. Sirih yang dimakan
dengan kapur, gambir, dan pinang akan menghasilkan ludah
yang berwarna merah, pekat, dan kotor, sehingga orang yang
makan sirih harus sering meludah. Ketur berbentuk seperti
labu sayur dengan bagian mulut agak lebar berkeluk‐keluk
atau bulat seperti pinggan makan, menggelembung di bagian
tengah, serta mempunyai kaki yang berbentuk setengah bola.
Bekas kaleng yang terbuat dari seng atau timah dipakai
sebagai ketur. Ketur yang khusus dibuat untuk tempat
meludah biasanya dibuat dari tembaga.
Gambar Ketur
Tinggi ketur biasanya antara 20‐25 cm, cukup berat
karena terbuat dari bahan logam tembaga. Bobot yang berat
ini diperlukan agar ketur tidak mudah terguling, yang akan
membuat isinya tumpah dan mengotori lantai. Ketur hanya
digunakan jika orang makan sirih di dalam rumah, tidak pada
waktu bepergian. Setiap hari ketur harus dibersihkan, agar
tidak menimbulkan bau yang tidak sedap.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 43
6. Bujam Epok
Bujam epok ialah sejenis tas tangan atau kantong yang
dibuat dari kain tebal yang sudah ditenun serta disulam
dengan berbagai corak dan motif berdasarkankeinginan
penenun. Ada juga yang ditekat (disulam) dengan labuci atau
sulaman benang emas, perak, dan berukuran antara 20‐25 cm
persegi. Di bagian mulutnya terdapat seperti kain yang
memudahkan untuk dilipat mengepit bagian permukaan
mulut. Sekeping kain kecil panjang dijadikan seutas tali
sebagai pengikatnya atau pengunci di bagian pundak agar
barang yang terdapat di dalamnya tidak mudah terjatuh
keluar.
Gambar Bujam Epok
Pada bagian kiri dan kanan sebelah bawah dibuat corak
dan motif kain yang berwarna‐warni, agar lebih indah lagi.
Bujam epok biasanya diisi dengan sirih atau tembakau.
Apabila ingin mengundang seseorang atau keluarga ke suatu
majelis, seperti majelis perkawinan, dan majelis‐majelis yang
lain juga. Bujam epok juga akan disandang oleh tuan rumah
44 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
atau orang kepercayaan di majelis perkawinan bertujuan
untuk membagi‐bagikan sirih kepada para tamu undangan
dan juga dijadikan untuk menempatkan sumbangan yang
berupa uang yang diterima dari para tamu yang datang.
Namun, sekarang masyarakat Melayu sudah tidak
menggunakan bujam epok lagi. Hal ini disebabkan kemajuan
zaman, sehingga untuk membawa sirih sudah tidak banyak
lagi dijumpai tas yang lebih baik lagi.
7. Celepa
Celepa adalah alat yang digunakan untuk menyimpan
tembakau. Celepa ini berbentuk bulat pipih, persegi delapan,
atau persegi sepuluh serta cembung dan bertutup
kemas. Terbuat dari perak dan diukir. Pemilik yang berada
seperti raja atau sultan akan diperkemas lagi dengan saduran
emas dan bertatahkan permata. Mempunyai gancu untuk
mengikat rantai halus seperti kalung. Celepa biasanya
digunakan untuk mengisi tembakau atau piak sirih.
Digunakan apabila seseorang berpergian, celepa tersebut
sangat tepat dipakai.
Gambar Celepa dari Melaka
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 45
Gambar Celepa yang Terbuat dari Perak
Gambar Celepa yang Dibuat dari Berlian Digunakan untuk Menyimpan
Tembakau dari Trengganu Milik Sultan Zainal Abidin III)
46 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Makna Isi dan Peralatan Tepak Sirih pada
Masyarakat Melayu Deli Serdang
Makna Ramuan‐ramuan Tepak Sirih
1. Sirih
Ramuan‐ramuan tepak sirih memiliki banyak makna.
Namun, bila ditinjau dari kajian semiotik, sirih melambangkan
sifat rendah hati, memberi, serta senantiasa memuliakan
orang lain. Makna ini ditafsirkan dari cara tumbuh sirih yang
memanjat pada batang pohon sakat, atau batang pohon api‐
api yang digemarinya. Tanpa merusak batang atau apapun
tempat sirih tersebut hidup. Daun sirih yang lebat dan rimbun
juga memberikan keteduhan di sekitarnya.
2. Cengkih
Cengkih sangat diperlukan di berbagai aspek kehidupan,
baik sebagai bahan pelengkap adat dan juga sebagai bahan
kebutuhan sehari‐hari, dalam makanan, maupun juga sebagai
salah satu bahan pembuatan rokok. Berbeda pada zaman
dahulu, pada saat ini cengkih tidak semua dipakai orang
untuk ramuan tepak sirih karena cengkih hanya pilihan bagi
orang yang menyukainya saja.
Cengkih sifatnya berbau wangi atau harum. Hangat
ditubuh bila dimakan. Juga akan terasa lebih enak bila
dicampur dengan makanan. Sifat cengkih yang hangat ini pula
memberikan makna filosofi bagi orang yang suka makan
cengkih itu adalah orang yang bersahabat karena penuh
dengan kehangatan, mudah bergaul dengan orang lain.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 47
3. Pinang
Pinang merupakan lambang keturunan orang yang baik
budi pekerti, jujur, serta memiliki derajat tinggi. Bersedia
melakukan suatu pekerjaan dengan hati terbuka dan
bersungguh‐sungguh. Makna ini ditarik dari sifat pohon
pinang yang tinggi lurus ke atas serta mempunyai buah yang
lebat dalam setandan.
4. Kapur
Kapur melambangkan hati yang putih bersih serta tulus,
tetapi jika keadaan memaksa, ia akan berubah menjadi lebih
agresif dan marah. Kapur diperoleh dari hasil pemrosesan
cangkang kerang atau pembakaran batu kapur. Secara fisik,
warnanya putih bersih, tetapi reaksi kimianya bisa
menghancurkan. Makna kapur juga bisa diartikan sebagai
orang yang suka bekerja sama. Makna ini diambil dari sifat
kapur yang akan lebih bekerja jika ditambah dengan ramuan‐
ramuan lain.
5. Gambir (kacu)
Gambir memiliki rasa sedikit pahit, melambangkan
kecekalan/keteguhan hati. Makna ini diperoleh dari warna
daun gambir yang kekuning‐kuningan serta memerlukan
suatu proses tertentu untuk memperoleh sarinya, sebelum
bisa dimakan bersama sirih. Dimaknai bahwa sebelum
mencapai sesuatu, harus sabar melakukan proses untuk
mencapainya.
48 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
6. Tembakau
Tembakau melambangkan hati yang tabah dan bersedia
berkorban dalam segala hal. Ini karena daun tembakau
memiliki rasa yang pahit dan memabukkan bila diiris halus
sebagai tembakau dan tahan lama disimpan.
Makna Peralatan Tepak Sirih
1. Cembul
Cembul adalah salah satu peralatan dalam tepak sirih
yang berfungsi untuk menyimpan ramuan‐ramuan sirih, yaitu
pinang, gambir, kapur, tembakau, dan cengkih. Biasanya
terdiri dari lima cembul saja, tapi sebagian orang
menggunakan enam cembul. Perbedaan satu isi cembul
tersebut ialah cengkih. Karena ada orang yang menggunakan
cengkih dan ada juga yang tidak. Makna dan filosofi yang bisa
diambil dari cembul ini ialah jadilah orang yang selalu taat
atau patuh pada aturan yang ada. Sama halnya dengan
mengisi ramuan‐ramuan dalam tepak sirih, semua disusun
berdasarkan aturan yang ada. Sesuai aturan dalam memakan
sirih, yaitu daun sirih terlebih dahulu diambil dari sebuah
tepak kemudian mengambil sedikit pinang lalu mengambil
gambir dan mengoleskan kapur pada daun sirih. Ini bertujuan
agar semua ramuan tadi terkena olesan kapur sirih. Jika
setelah mengambil daun sirih dan langsung mengambil kapur
sirih, maka yang terkena kapur hanya daun sirihnya saja,
walaupun kena itu hanya sedikit saja, ketika sirih sudah dilipat
menjadi bagian kecil agar bisa masuk di mulut. Akan tetapi
saat ini masyarakat Melayu tidak terlalu mempersalahkan
yang mana dahulu untuk diramu, karena menurut mereka,
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 49
tetap saja semuanya akan bersatu di dalam mulut pemakan
sirih. Setelah daun sirih, pinang, dan gambir sudah diramu,
bagian berikutnya yang akan diambil ialah cengkih. Namun,
karena tidak semua orang memakan cengkih, maka
terkadang jumlah cembul di dalam tepak sirih ada empat
buah saja, karena tidak memasukkan cengkih sebagai bagian
dari perlengkapan menyirih. Walaupun demikian ada juga
yang tetap memakai cengkih, sehingga jumlah cembul
tersebut ada lima buah. Setelah ramuan tadi sudah siap
diramu, maka sirih bisa dimakan. Pada akhirnya akan
menggunakan tembakau sebagai suntil yang berfungsi
sebagai alat penyikat gigi setelah makan sirih.
2. Bekas Sirih
Bekas sirih ialah tempat yang terbuat dari gading, logam,
atau pun perak. Makna yang bisa dikutip dari bekas sirih ialah
sesuatu yang berguna (kebaikan seseorang) tak akan hilang
meskipun dimakan oleh waktu. Makna ini dapat diartikan dari
bekas sirih yang terbuat dari gading. Ada juga bekas sirih
yang terbuat dari logam dan perak yang dilapisi emas yang
melambangkan kejayaan dan kemakmuran pada masa itu.
Bekas sirih memiliki ukiran unik yang memiliki arti dan
makna tersendiri. Misalnya melambangkan sambutan yang
hangat pada tamu melalui berbagai macam bunga yang
wangi agar tamu merasa betah dan nyaman.
3. Kacip
Makna yang bisa diambil dari sebuah kacip ialah seperti
bhineka tunggal ika karena untuk mencapai sebuah tujuan,
50 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
walau berbeda harus menjadi satu juga dan harus melalui
proses sulit. Hal ini sama halnya dengan sebuah kacip
walaupun berbeda sisi, tetapi harus mempertemukan antara
pemotong bagian atas dengan pemotong bagian bawah, dan
itu harus melalui proses tekanan yang keras agar bisa
memotong pinang.
Ragam hias pada bagian atas dan bagian bawah kacip ada
berbagai macam. Ada kalanya menyerupai kepala binatang
seperti kuda, kebau, gajah, burung, ayam, manusia, atau
dewa‐dewi. Ada juga kacip yang diukir dengan motif ukiran
flora dan fauna dengan menggunakan salutan perak atau
emas. Dengan demikian makna berikutnya ialah harus
melambangkan kegagahan jika kepala kacip tersebut terbuat
menyerupai kepala banteng misalnya. Juga melambangkan
ketulusan dan kesetian jika kepala kacip itu terbuat
menyerupai burung merpati. Maknanya tergantung bentuk
kacip itu sendiri.
4. Gobek
Gobek ialah alat untuk menghasilkan sirih, yang terdiri
atas antan dan lesung. Antan merupakan alat untuk
menghasilkan sirih, sedangkan lesung adalah tempat untuk
menghaluskan. Makna dari sebuah gobek sama halnya
dengan antan dengan lesung, karena terdiri dari induk (ibu)
dan anak. Induk (ibu) gobek terdiri dari sebuah silinder yang
pada bagian bawahnya ditutup agar ramuan sirih tidak keluar.
Sedangkan anak gobek terdiri sebuah batang besi panjang
yang bisa masuk dan selalu kembali ke dalam ibu gobek.
Makna yang bisa diambil dari alat ini ialah harus selalu
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 51
mengikuti perintah ibu dan ke mana pun pergi melangkah
pada akhirnya harus kembali kepada ibu.
5. Ketur
Ketur adalah temapat untuk meludah ketika memakan
sirih. Makna/filosofi ketur dalam kehidupan Melayu ialah
hiduplah dengan bersih karena bersih itu adalah bagian dari
iman. Maksud ini diambil dari bentuk ketur yang terbuka lebar
pada bagian atasnya ialah agar semua yang jorok tersebut
tidak berserakan dan selalu memiliki tempat tersendiri.
6. Bujam Epok
Bujam epok adalah sejenis tas kecil yang disandang di
bahu yang dipakai orang‐orang zaman dahulu. Makna/filosofi
dalam kehidupan Melayu ialah semua kepedihan, kepahitan di
dalam hidup memang harus ditanggung atau dipikul hingga
akhirnya sampai di tujuan akhir. Makna tersebut diambil dari
bentuk bujam epok yang seperti tas kecil yang dipakai orang
zaman dahulu dengan meletakkannya di bahu pundak
mereka. Karena bujam epok adalah tas sudah tentu ada isinya
yang juga memberatkan orang yang membawa bujam epok
tersebut. Seperti pepatah yang mengatakan, bersakit‐sakit
dahulu bersenang‐senang kemudian. Begitulah sifat dari
bujam epok ini.
Karena orang yang membawa bujam epok ini mungkin
merasa berat karena isinya, tapi setelah sampai di rumah,
orang tersebut dapat memakan atau membagikan isinya
kepada orang sekitar apabila isi yang dibawa adalah
makanan. Juga biasanya di bagian samping bujam epok ini
52 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
dihiasi dengan rajutan atau jahitan tertentu yang
melambangkan sesuatu. Misalnya bunga rampai yang
melambangkan semarak atau meriah, atau juga yang
bergambar hewan‐hewan tertentu dengan arti dan maksud
tertentu, tergantung dari gambar yang dimaksudkan.
7. Celepa
Celepa adalah cembul yang terdiri dari kuningan dan
emas. Celepa berbentuk bulat tidak berbeda jauh dengan
cembul yang kebanyakan berbentuk bulat. Namun, juga ada
persegi enam dan delapan yang terbuat dari kuningan dan
emas. Fungsinya juga sama, yaitu untuk menyimpan
tembakau atau ramuan sirih lainnya. Yang membedakan ialah
celepa digunakan saat bepergian bukan pada saat upacara
adat.
Makna filosofi yang bisa diambil dari celepa ialah mau
menerima masukan dari orang lain, sama seperti celepa
sebagai tempat memasukkan ramuan sirih. Makna filosofi
lainnya ialah selalu mengikuti aturan tuannya atau yang lebih
tua dan mudah diatur, karena celepa selalu dibawa ke mana‐
mana mengikuti si pemiliknya.
Fungsi Tepak Sirih pada Masyarakat Melayu Deli
Serdang
Fungsi tepak sirih masyarakat Melayu Deli Serdang yang
akan kami bahas terbagi menjadi dua bagian, yaitu fungsi
tepak sirih tersebut sebagai pelangkap yang harus ada dalam
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 53
upacara adat Melayu (fungsi adat) dan fungsi ramuan‐ramuan
tepak sirih tersebut sebagai obat tradisional Melayu.
Dalam masyarakat Melayu Deli Serdang tepak sirih
beserta isinya mempunyai fungsi yang sangat penting, yaitu:
1. Fungsi adat
2. Fungsi untuk menerima tamu.
Di bawah ini akan dibicarakan satu per satu.
Fungsi Adat Tepak Sirih
Pada masyarakat Melayu Deli Serdang Tepak Sirih
digunakan dalam upacara adat perkawinan. Pada masyarakat
Melayu Deli Serdang, upacara perkawinan ini terdiri atas
beberapa tahapan, yaitu merisik kecil, merisik besar,
meminang, ikat janji, mengantar bunga sirih, akad nikah,
penyambutan pengantin laki‐laki, nasi hadap‐hadapan, serah
terima pengantin laki‐laki, meminjam pengantin. Di bawah ini
akan dibicarakan satu per satu tahapan adat perkawinan
Melayu Deli Serdang ini.
Fungsi Tepak Sirih pada Upacara Adat Perkawinan
Upacara Perkawinan Upacara adat perkawinan suku Melayu yang
menggunakan tepak sirih sebagai kelengkapan adat, di
antaranya adalah merisik kecil, merisik besar, meminang, ikat
janji, mengantar bunga sirih, akad nikah, penyambutan tamu
laki‐laki, serah terima pengantin laki‐laki, dan meminjam
pengantin.
54 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
1. Merisik Kecil
Kegiatan merisik merupakan salah satu bagian dari
upacara perkawinan karena sebelum menikah keluarga kedua
belah pihak harus saling mengetahui terlebih dahulu calon
pengantin di keluarga mereka masing‐masing, karena
perkawinan adalah salah satu tahap dalam kehidupan
manusia yang sangat penting. Melalui perkawinan seseorang
mengalami perubahan status, yakni dari status bujangan
menjadi berkeluarga dan dengan demikian pasangan tersebut
akan diakui dan diperlakukan sebagai anggota penuh didalam
masyarakat.
Adat merisik bertujuan untuk menentukan kedudukan
pihak perempuan apakah sudah dipinang orang atau belum.
Selain itu, proses ini juga untuk mengetahui latar belakang
keluarga pihak perempuan, dan yang paling penting ialah
melihat wanita yang akan dipinang itu sendiri. Sebelum
berkunjung ke rumah pihak keluarga wanita, orangtua laki‐
laki akan memilih beberapa saudara yang akan menjadi wakil
mereka ke rumah pihak perempuan. Di antara wakil tersebut
akan dipilih salah seorang yang terampil menyusun kata‐kata
dengan baik, terutama kata‐kata yang tersirat yang akan
mengungkapkan maksud kedatangan mereka.
Di rumah pihak perempuan, para wakil keluarga akan
berkomunikasi atau membicarakan tentang keadaan
kehidupan, pekerjaan, maupun isu‐isu terkini sambil
menikmati jamuan yang dihidangkan oleh keluarga pihak
perempuan. Pada saat perempuan sedang menyajikan
jamuan hidangan makanan dan minuman itulah wakil dari
pihak laki‐laki berkesempatan untuk melihat secara langsung
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 55
wanita yang hendak menjadi calon pinangan mereka. Setelah
itu topik pembicaraan mulai difokuskan untuk menyampaikan
maksud kedatangan pihak laki‐laki dengan ungkapan pantun
oleh masing‐masing pihak. Pada tahap ini dengan jelas pihak
laki‐laki akan menyatakan kehendak hati untuk memetik
bunga yang sedang menguntum, yaitu perumpamaan untuk
seorang gadis yang belum memiliki pasangan.
Di tahap ini ditandai dengan cara pihak laki‐laki
memberikan sebuah tepak sirih kepada pihak perempuan.
Jumlah tepak yang diberikan ialah satu buah saja. Sedangkan
isinya, ialah sirih, pinang, gambir, kapur, tembakau, cengkih
yang berada di dalam cembul dan beberapa peralatan tepak
sirih, yaitu kacip dan gobek. Kemudian pihak perempuan akan
memakan sirih tersebut.
Fungsi tepak sirih secara adat di sini ialah sebagai
pembuka kata antara kedua belah pihak, karena dengan
menyordorkan tepak sirih masyarakat Melayu akan bertanya.
Kemudian tamu, barulah dapat mengawali pembicaraan
sebenarnya. Sambil atau setelah memakan sirih, perwakilan
dari pihak perempuan akan bertanya maksud dan tujuan
kedatangan pihak laki‐laki tersebut, meskipun sebenarnya
sudah mengetahui maksud sebenarnya, karena mungkin saja
laki‐laki tersebut sudah sering bertandang atau mengantar
pulang gadis tersebut ke rumahnya. Maka pihak laki‐laki akan
mengutarakan maksud dan tujuan mereka untuk memastikan
gadis yang menyajikan hidangan makanan dan minuman tadi
apakah sudah memiliki pasangan atau belum. Jika memang
belum, keluarga dari pihak laki‐laki menyatakan bahwa
mereka ingin serius meminang gadis tersebut.
56 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Namun dalam istiadat Melayu, pihak wanita tidak akan
memberikan jawaban pada hari itu juga. Pihak perempuan
juga tidak ada memberikan tepak sirih balasan pada pihak
laki‐laki. Biasanya pihak keluarga perempuan akan berunding
terlebih dahulu untuk mempertimbangkan keputusan besar
ini. Oleh sebab itu, pihak laki‐laki akan pulang pada hari itu
juga, dan pihak perempuan akan menjanjikan jawaban yang
akan diberikan dalam beberapa hari kemudian setelah
dilakukan perundingan di antara keluaraga pihak perempuan.
Hasil musyawarah perempuan, baik setuju atau tidak, akan
disampaikan kepada pihak laki‐laki melalui seorang utusan.
Selanjutnya kalau diterima, maka akan berlanjut ke jenjang
atau tahap berikutnya, yaitu tahap merisik besar.
2. Merisik Besar
Setelah upacara merisik kecil dilaksanakan, maka akan
dilanjutkan pula dengan upacara merisik besar. Pada tahap
sebelumnya sudah diketahui dan diyakini bahwa pinangan
tersebut sudah diterima baik oleh keluarga perempuan. Hal‐
hal yang dibicarakan pada upacara merisik besar biasanya
adalah mahar, uang kasih sayang (bantuan biaya pesta
perkawinan), perlengkapan kamar, pakaian, serta
kelangkahan (apabila calon pengantin wanita memiliki kakak
atau abang). Penentuan tanggal peminangan dan hal‐hal lain
yang dianggap penting dalam pertemuan resmi kedua belah
pihak akan dibahas nanti, dalam arti kedua belah pihak
keluarga ini masih dapat melakukan negosiasi tawar‐
menawar sampai akhirnya sepakat.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 57
Dalam menetapkan syarat‐syarat ini, utusan dari pihak
laki‐laki sudah tentu berpedoman kepada amanah atau pesan
yang diterimanya dari pihak laki‐laki dan juga akan
menyampaikan amanah atau pesan dari keluarga pihak
perempuan untuk disampaikan ke pihak laki‐laki. Pada kasus
ini, pihak keluarga perempuan akan langsung memberi
jawaban di saat itu juga setelah mengadakan perundingan.
Pihak perempuan menyampaikan pantun sebagai berikut
untuk menyatakan jawabannya.
Diufuk cerah mentari pagi
Bukan menyanjung bukan memuji
Tiada usia kami menanti
Kiranya tuan selamat sampai kemari
(Tengku Silvana Sinar, 2011: 58, Kearifan Lokal Berpantun
dalam Perkawinan Adat Melayu Batubara)
Kemudian diucapkan salam,
“Assalamu’’alaikum Warahmahtullahi wabarakatuh.”
Menurut adat resam Melayu
Apabila kita kedatangan tamu
Tepak sirih disorong selalu
Begitu adat sejak dahulu
Kapur, gambir, dan tembakau di dalam
Pinang menghadap sirih menyembah
Tertegun rasa hati di dalam
Semoga tamu yang datang membawa tuah
58 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Sambil memegang tepak sirih untuk dihadapkan kepada
tamu, kemudian juru bicara pihak perempuan melanjutkan
pembicaraannya, sambil mengatakan.
Tepak sirih kami persembahkan
Silakan nikmati segera dimakan
Ujud beriring serta kiasan
Setepak sirih sejuta pesan
Setepak sirih penuh berisi
Jika sudah tuan hamba rasai
Seandai pahit usah dikeji
Seumpama manis usah dipuji
Menurut adat istiadat Melayu, tepak sirih diberikan
sebagai tanda tuan rumah merasa bahagia, berharap tamu
yang datang membawa kabar baik, serta mempersilakan juru
bicara pihak laki‐laki yang disebut telangkai, menyodorkan
sebuah tepak pembuka kata yang telah dibuka. Posisi tangkai
sirih menuju juru bicara pihak perempuan atau yang disebut
juga telangkai. Sambil menyorong tepak sirih dengan kedua
belah tangan dan mempersilakan telangkai pihak perempuan
untuk memakan sirih tersebut. Jadi, menurut adat‐istiadat
Melayu peristiwa adat ini disampaikan oleh telangkai.
Tepak sirih selain berfungsi sebagai segel (kelengkapan
adat) yang mengesahkan suatu perjanjian, tepak sirih juga
berfungsi sebagai alat komunikasi yang baik dalam tindak
tutur (perkataan) maupun perbuatan (tingkah laku) dan
tepak sirih menyampaikan maksud dan tujuan tertentu.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 59
Setelah telangkai pihak laki‐laki memperkenalkan diri kepada
pihak perempuan, selanjutnya diadakanlah acara merisik.
Acara merisik dimulai oleh juru bicara pihak laki‐laki untuk
menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan rombongan,
yakni menanyakan apakah pihak perempuan menerima
pinangan dari pihak laki‐laki. Maksud dan tujuan tersebut
disampaikan dengan menyorongkan tepak sirih sambil
berpantun. Setelah upacara merisik selesai dilaksanakan,
biasanya akan dilanjutkan dengan acara meminang.
3. Meminang
Di tahap sebelumnya yaitu merisik. Apabila pihak
perempuan sudah memberikan jawaban setuju untuk
dipinang dan syarat yang diajukan oleh pihak perempuan
dapat dipenuhi oleh laki‐laki, selanjutnya akan dilaksanakan
acara peminangan pada hari yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak.
Pada hari yang ditentukan itu, rombongan pihak keluarga
laki‐laki datang ke rumah perempuan dengan membawa
tepak sirih yang telah diisi dengan daun sirih yang tersusun
rapi dan cembul‐cembulnya telah diisi pinang, gambir, kapur,
tembakau, juga cengkih sebagai ramuan tambahannya (tapi
zaman sekarang cengkih sudah jarang dijumpai).
Tepak sirih yang dibawa ke rumah keluarga perempuan
ini biasanya berjumlah lima buah yang terdiri atas tepak
pembuka kata, tepak merisik, tepak meminang, tepak emas,
dan tepak ikat janji. Dikatakan tepak emas karena
ditambahkan cincin emas di atas tepak tersebut sebagai
tanda ikat janji dan pinangan diterima. Jumlah tepak yang
60 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
dibawa bisa juga lebih banyak, disesuaikan dengan
kedudukan atau kemampuan keluarga laki‐laki.
Selain tepak sirih juga dibawa cincin sebagai tanda
pengikat gadis yang dipinang, termasuk sebagian dari syarat‐
syarat yang diminta oleh pihak perempuan seperti uang
mahar, uang kasih sayang, pakaian sepersalinan, dan
kelangkahan. Apabila pihak perempuan ada yang melangkahi
kakak atau abang yang belum menikah.
Sedangkan di pihak keluarga perempuan sudah menanti
tiga tepak sirih, yaitu tepak pembuka kata, tepak meminang,
dan tepak ikat janji. Fungsi adat tepak sirih tersebut adalah
sebagai alat untuk mengesahkan semua upacara adat yang
telah dibuat (kelengkapan adat).
Setibanya rombongan keluarga calon pengantin laki‐laki
di rumah keluarga calon pengantin perempuan, semua
perlengkapan adat yakni tepak yang dibawa dan tepak yang
menanti beserta barang‐barang perlengkapan yang dibawa
rombongan pihak laki‐laki diletakkan di sebuah hamparan dan
upacara segera dimulai. Upacara dilaksanakan di atas sebuah
hamparan yang sudah disediakan oleh ahli bait.
Sebenarnya upacara peminangan ini di zaman sekarang
dilaksanakan tiga upacara sekaligus, yakni merisik,
meminang, dan ikat janji. Namun, kami ingin memberikan
penjelasan satu per satu agar lebih jelas. Upacara
peminangan tersebut dipandu oleh penghulu telangkai.
Penghulu telangkai maksudnya ialah utusan bait yang atas
nama keluarga untuk menyampaikan maksud‐maksud atau
pun keinginan‐keinginan kedua keluarga calon pengantin.
Jumlah telangkai biasanya sebanyak enam orang, yakni tiga
orang dari pihak perempuan dan tiga orang dari pihak laki‐
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 61
laki. Dari tiga orang tersebut terbagi menjadi satu orang
sebagai juru bicara dan dua orang sebagai pendamping juru
bicara. Juru bicara kedua belah pihak akan duduk berhadap‐
hadapan beserta pendamping juru bicaranya masing‐masing.
Setelah kedua pihak telangkai duduk berhadap‐hadapan,
acara akan dibuka oleh juru bicara pihak laki‐laki dengan
menyodorkan sebuah tepak sirih, yaitu tepak sirih pembuka
kata kepada pihak perempuan.
Setelah tepak sirih pembuka kata diberikan maka akan
dilanjutkan dengan pemberian tepak berikutnya, yaitu tepak
meminang. Namun, sebelum tepak meminang diterima dan
sirihnya dimakan oleh juru bicara pihak perempuan, terlebih
dahulu dia meminta kedua pendamping juru bicara yang di
sampingnya membawa tepak yang diajukan pihak laki‐laki itu
kepada orangtua gadis yang sedang dipinang untuk
mengadakan musyawarah, apakah pinangan tersebut
diterima atau ditolak. Juru bicara pihak laki‐laki diminta untuk
bersabar menunggu keputusan tersebut. Setelah
pendamping yang diutus tadi kembali membawa tepak
peminangan dari pihak laki‐laki mengatakan bahwa pinangan
diterima apabila sanggup memenuhi syarat‐syarat adat yang
diajukan. Selanjutnya akan diadakan tukar menukar tepak
anatara kedua belah pihak keluarga sebagai tanda pinangan
pihak laki‐laki tersebut telah diterima. Kemudian akan
berlanjut ke acara ikat janji.
4. Ikat Janji
Ikat janji yaitu acara yang dibuat di rumah keluarga
pengantin calon wanita yang bertujuan menyepakati
beberapa hal, yaitu besar uang hantaran, besarnya uang
62 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
hangus (bantuan biaya pernikahan), ikat tanda (rantai atau
cincin), hari nikah, jumlah balai yang dibawa, pakaian
pengantin pria, uang buka kipas, hempang, berjulang atau
berpayung, memakai inai, dan lain‐lain. Maka setelah disetujui
beberapa hal di atas, kedua belah pihak akan menyerahkan
tanda ikat janji. Pihak laki‐laki mengeluarkan cincin yang
berada dalam sebuah tempat cincin yang kecil berwarna
merah atau juga dihiasi sebagus mungkin dan disusul dengan
pemberian tepak sirih sebagai bukti mereka sudah resmi
bertunangan, karena kedua calon pengantin tersebut sudah
saling memakai cincin sebagai ikat janji.
Cincin tanda ini akan dikembalikan lagi pada saat acara
pernikahan berlangsung atau juga apabila pernikahan
dibatalkan karena salah satu calon pengantin meninggal
dunia, cacat, dan sebagainya. Maka cincin tersebut akan
tetap dikembalikan juga. Setelah tanda kesepakatan selesai
dibuat maka tepak sirih ikat janji pun saling ditukar dan
dimakan bersama‐sama. Kemudian tepak sirih pengiring atau
pendamping diserahkan pula kepada pihak calon mempelai
wanita. Selanjutnya dibacakan doa selamat dan dilanjutkan
dengan jamuan makan oleh tuan rumah. Hingga pada
akhirnya seluruh tepak sirih yang dibawa ditinggalkan di
rumah pihak calon pengantin wanita selama beberapa hari
sampai sirih yang didalamnya habis dimakan kemudian
dikembalikan.
Pada acara ini juru bicara pihak laki‐laki memberikan
tepak naik emas, cincin tanda pertunangan, dan sebagian
syarat‐syarat yang telah diminta pihak perempuan dalam
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 63
acara peminangan sambil menyampaikan pantun, seperti
contoh berikut.
Tepak emas persembahan kami
Sebagai tanda cincin diberi
Bila masanya kami kemari
Kalau pun utang kami lunasi
Selesai menyerahkan tepak naik emas, cincin tanda
pertunangan, dan sebagian syarat‐syarat yang diminta pihak
perempuan, selanjutnya masing‐masing juru bicara atau yang
lebih dikenal dengan sebutan telangkai akan bertukar tepak
ikat janji dan bersalaman sebagai tanda kedua belah pihak
telah diikrarkan. Apabila ikrar janji ini dilanggar atau diingkari
akan ada sanksi hukumannya, yaitu mengembalikan seluruh
pemberian pihak perempuan dan begitu juga sebaliknya.
Upacara ikat janji ini juga merupakan janji kedua belah
pihak kepada seluruh hadirin yang hadir pada acara
peminangan tersebut mengenai kepastian tanggal
pernikahan dan peresmiannya. Acara ikat janji yang telah
selesai dilaksanakan ditutup dengan doa, agar semua berjalan
dengan lancar sesuai harapan. Dengan demikian selesai pula
acara ikat janji tersebut dan diteruskan dengan acara
mengantar bunga sirih.
5. Mengantar Bunga Sirih
Kedua orangtua calon pengantin laki‐laki meminta
kepada para puang (aliran tutur saudara dan ayah‐ibu atau
atok dari sigadis), anak beru (menantu perempuan atau pun
64 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
laki‐laki), dan kaum kerabat yang diundang agar membuat
tepak bunga sirih yang akan diantar ke rumah calon
pengantin perempuan nantinya.
Keluarga dan sanak saudara keluarga yang hadir pada
acara jamu sukut sudah menyediakan tepak bunga sirih
tersebut. Jamu sukut, yaitu acara musyawarah keluarga.
Semakin banyak tepak bunga sirih yang diantar maka akan
semakin menunjukkan betapa besarnya keinginan keluarga
calon mempelai laki‐laki.
Tepak bunga sirih dibuat beraneka ragam bentuknya dan
biasanya masing‐masing keluarga sanak saudara akan
berlomba‐lomba untuk membuat tepak sirih yang paling
indah. Tepak bunga sirih ini dibuat bermacam‐macam bentuk.
Ada berbentuk buah‐buahan, rumah‐rumahan, binatang, dan
lain‐lain. Biasanya juga di tiap‐tiap tepak bunga sirih diselipkan
sehelai kertas yang berisi pantun ucapan selamat dan nasihat
kepada kedua calon pengantin. Sebagai tambahan, tepak
bunga sirih memiliki ketua, yakni tepak bunga sirih dari salah
seorang anak keluarga yang tertua. Tepak bunga sirih ini akan
diantarkan ke rumah calon pengantin wanita sebelum
upacara bersanding dimulai.
6. Akad Nikah
Menurut terminologi, kawin atau nikah berarti berkumpul
atau berhimpun. Pengertian bahasa Indonesia menikah
berarti membentuk keluarga dengan lawan jenis, beristeri
atau bersuami. Melalui upacara pernikahan maka menjadi sah
secara adat dan juga sah secara agama serta sah di mata
hukum negara yang diurus di kantor urusan agama.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 65
Acara pernikahan dilakukan untuk mempersatukan dua
orang anak manusia laki‐laki dan perempuan dalam suatu
ikatan perkawinan. Akad nikah dilaksanakan merupakan
kelanjutan dari prosesi diterimanya pinangan. Akad nikah
akan terlaksana apabila pihak perempuan menerima
pinangan laki‐laki.
Dalam prosesi akad nikah, rangkaian pantun akan
dilantunkan sesuai dengan tahapan yang dilalui dalam
prosesi akad nikah. Pantun dalam prosesi akad nikah meliputi
acara penyambutan, pemberian mahar, prosesi akad nikah,
hingga persandingan atau dipertemukannya pengantin laki‐
laki dan pengantin perempuan untuk dipersandingkan di
pelaminan. Dalam proses ini, pantun‐pantun tertentu akan
diucapkan sebagai tanda dimulainya prosesi sekaligus
pembeda dari tahapan selanjutnya. Di acara akad nikah juga
diatur cara berpakaian laki‐laki yang sudah dibuat menurut
kesepakatan sebelumnya. Apabila tidak sesuai dengan
perjanjian sebelumnya maka pihak perempuan berhak untuk
menolaknya. Biasanya pakaian pengantin laki‐laki berpakaian
haji, serban tegang, dan jubah panjang.
Prosesi akad nikah dipimpin oleh penghulu dari KUA yang
didampingi oleh dua orang saksi yang bertugas menyaksikan
pengantin laki‐laki mengucapkan ijab qabul sebagai syarat sah
atau tidaknya akad nikah yang dilaksanakan tersebut. Pada
akad nikah juga mahar akan dibayar setengahnya.
Uang mahar itu dibungkus dengan kain tujuh lapis
dengan aneka warna. Selain uang mahar, pengantin laki‐laki
juga membawa tepak sirih nikah, dan tepak janji yang
diletakkan di tengah majelis. Setelah diadakan upacara
66 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
ucapan selamat dari tuan rumah maka pengantin perempuan
akan mempersilakan pengantin laki‐laki dan penghulu untuk
memulai upacara akad nikah menurut hukum Islam. Di
samping itu dibawa pula tepak sirih yang berisi uang untuk
membayar penghulu. Baik dari pihak laki‐laki maupun
perempuan masing‐msing membayar setengah (patungan)
untuk dimasukkan ke dalam tepak dan diberikan kepada
penghulu tersebut. Kemudian dibawa pula tanda ikat janji
yang nantinya setelah selesai akad nikah akan dikembalikan
ke masing‐masing pihak, tetapi jika tanda ikat janji tersebut
berupa cincin biasanya tidak dipulangkan lagi oleh kedua
belah pihak, karena sudah dianggap sebagai tukar cincin.
Juga sebagai pemersatu kedua pengantin tersebut.
Prosesi akad nikah diakhiri dengan bacaan doa selamat
bagi kedua pengantin agar menempuh hidup baru bersama‐
sama. Kemudian pihak pengantin perempuan akan
memeriksa uang hantaran (mahar) yang tadi secara cermat
dan menghitung jumlahnya sesuai dengan perjanjian. Jika
cukup jumlahnya maka uang itu dibungkus kembali dan
disorongkan kepada orangtua pengantin perempuan.Setelah
semua prosesi tersebut maka para undangan dipersilakan
menikmati jamuan makanan yang telah disediakan.
7. Penyambutan Pengantin
Dalam sebuah acara perkawinan menurut adat Melayu
saat, yang masih dilaksanakan, ialah penyambutan tamu laki‐
laki beserta rombongan dengan acara hempang batang atau
buluh, silat berlaga, tukar tepak di tengah halaman, bertukar
payung, perang bertih (bunga rampai), disambut tari
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 67
persembahan, hempang pintu, pijak batu logam, hempang
kipas di pelaminan, dan bersanding. Dilanjutkan dengan acara
marhaban (doa) tepung tawar, makan nasi hadap‐hadapan,
dan acara penyerahan pengantin laki‐laki kepada keluarga
pengantin perempuan (serah terima pengantin).
Perlengkapan adat yang harus disediakan dalam acara
peresmian dari pihak pengantin laki‐laki, di antaranya adalah
sebuah balai, tepak sirih, sebuah payung yang sudah dihias,
bungai rampai, dan enam buah uncang yang diisi dengan
uang logam berfungsi sebagai kunci emas.
Dari pihak pengantin perempuan sendiri perlengkapan‐
perlengkapan adat yang disediakan adalah bambu atau dahan
kelapa yang masih muda beserta daunnya, kain panjang,
sebuah balai, tepak sirih, bunga rampai, batu di dalam sebuah
talam yang ditaburi dengan bunga rampai, dan sebuah
payung. Semua alat dari pihak perempuan akan dipergunakan
pada saat penyambutan tamu laki‐laki.
Setelah sah dinikahkan secara agama oleh penghulu dari
KUA, maka pengantin laki‐laki biasanya tidak langsung duduk
di samping pengantin perempuan pada saat di pelaminan.
Namun, pengantin laki‐laki dan rombongan keluarganya
meninggalkan rumah pengantin perempuan. Biasanya ke
rumah tetangga dari pihak pengantin perempuan menjadi
tempat persinggahan pengantin laki‐laki. Di rumah ini
pengantin laki‐laki akan dirias oleh bidan pengantin.
Sementara itu pengantin perempuan masuk ke kamar
pengantin yang berbeda untuk dirias juga dengan bidan
pengantin yang sama.
68 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Sesuai adat istiadat Melayu, pada hari peresmian, kedua
pengantin harus memakai pakaian adat Melayu, yakni pakaian
teluk belanga untuk pengantin laki‐laki beserta semua
perlengkapannya. Di pinggang sebelah kanan tersisip sebilah
keris, di tangan kanannya memegang sirih genggam. Setelah
semuanya siap, rombongan pengantin laki‐laki berangkat
menuju ke rumah pengantin perempuan. Kira‐kira 100 atau
200 meter dari rumah pengantin perempuan, rombongan
pengantin laki‐laki berhenti sejenak untuk memberitahukan
kepada pihak keluarga pengantin perempuan bahwa
rombongan pengantin perempuan dapat mempersiapkan diri
melaksanakan upacara penyambutan pengantin. Dalam
upacara penyambutan pengantin laki‐laki dipimpin oleh
telangkai adat, utusan dari kedua belah pihak.
Acara yang sedang berlangsung disampaikan dengan
menggunakan pantun untuk menyampaikan maksud dari
kedua belah pihak calon pengantin dan menjelaskan kepada
tamu yang hadir tentang upacara yang sedang berlangsung
sehingga membuat suasana pesta menjadi meriah. Ketika
dilihat rombongan pengantin laki‐laki telah menuju rumah
pengantin perempuan, mulailah telangkai adat yang bertugas
sebagai juru bicara pihak keluarga pengantin perempuan
menyambut rombongan pengantin laki‐laki dengan pantun
pembuka kata sebagai upacara selamat datang.
Setelah itu, pengantin pria akan melalui tahap hempang
batang yang dijaga oleh dua orang pemudi di sebelah kanan
dan kiri. Di tahap ini kedua telangkai akan saling berbalas
pantun mengutarakan maksud dan tujuan masing‐masing.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 69
Setelah itu akan dilanjutkan dengan saling tukar tepak sirih
dari kedua belah pihak.
Tukar tepak di tengah halaman dilaksanakan oleh dua
orang wanita utusan dari kedua belah pihak pengantin. Acara
tukar tepak dilaksanakan di tengah halaman di atas tikar yang
telah dibentangkan di halaman rumah pengantin perempuan.
Kedua utusan pengantin akan duduk berhadapan, lalu
keduanya saling bersalaman dan menukar tepak sirih yang
dibawa masing‐masing.
Acara tukar tepak di tengah halaman tersebut akan
diiringi dengan pantun dari juru bicara atau telangkai kedua
belah pihak. Tujuannnya ialah agar tidak terjadi
kesalahpahaman antara dua belah pihak pengantin. Dalam
prosesi akad nikah ini kedua belah pihak akan saling tukar
menukar tepak. Tukar menukar tepak ini diwakilkan oleh
wanita yang biasanya yang sudah menjadi ibu‐ibu. Prosesi
tukar‐menukar tepak ini dilakukan sambil jongkok di tikar
yang sudah disediakan di halaman rumah pengantin
perempuan.
Tepak yang ditukar itu dibungkus oleh kain beludru (kain
songket) khas Melayu, lalu mereka akan membuka kain
songket tersebut serta membuka tepak sirihnya. Setelah itu
memeriksa semua kelengkapan ramuan‐ramuan tepak sirih.
Kemudian meramu lalu memakan sirih dari lawan pihak
mereka sesuai dengan perintah dan arahan dari telangkai
kedua belah pihak. Setelah memakan sirih tersebut, kembali
menutup dan melipat tepak sirih dengan kain songket seperti
sediakala dan kedua ibu‐ibu perwakilan ini bersalaman lalu
berdiri dan kembali ke tempat masing‐masing.
70 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Fungsi tepak sirih tersebut secara adat ialah sebagai
tanda perdamaian dan mempererat tali persaudaraan antara
kedua belah pihak keluarga. Setelah acara ini selesai akan
berlanjut ke tahap berikutnya, yaitu tarian persembahan atau
sering juga disebut tarian penyambutan tamu pengantin laki‐
laki.
Selanjutnya akan dilanjutkan dengan acara hempang
pintu di depan pintu masuk sebelum hempang yang kedua,
yaitu hempang pintu, pengantin laki‐laki akan disambut
dengan tarian persembahan yang dilakukan oleh lima orang
penari. Tiga diantaranya ialah wanita dan dua lagi ialah pria.
Lima penari tersebut berbaris dengan rapi dengan susunan
dua wanita di depan dan dua pria di belakang serta satu
wanita di tengah yang memegang tepak sirih. Penari tersebut
akan menari sesuai irama musik Melayu yang diputar. Tarian
ini dimaksudkan untuk menyambut tamu pengantin laki‐laki
ke rumah pihak wanita. Sebelum dan setelah acara tarian
persembahan tepak sirih (penyambutan tamu laki‐laki) ini
pantun akan dikumandangkan oleh masing‐masing telangkai.
Makna dan fungsi adat tepak sirih pada upacara tarian
penyambutan tamu ialah mempererat tali silahturahmi atau
persaudaraan antara kedua belah pihak keluarga pengantin.
Keduanya kelak akan selalu seia‐sekata dalam menjalankan
kehidupan berumah tangga.
8. Acara Makan Nasi Hadap‐hadapan
Dalam rangkaian acara pernikahan dalam budaya Melayu
terdapat satu rangkaian kegiatan, yaitu makan nasi hadap‐
hadapan. Acara makan nasi hadap‐hadapan adalah makan
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 71
berbagai hidangan dengan pengantin dan keluarganya yang
dilakukan setelah acara tepung tawar selesai.
Poin penting dalam makan nasi hadap‐hadapan ini adalah
nasi di dalam baskom yang di dalamnya disediakan ayam yang
telah dimasak, dijadikan rebutan kedua mempelai. Hasil dari
perebutan ayam tersebut akan dijelaskan oleh telangkai arti
dan maknanya. Apabila yang didapat ialah kepala ayam
berarti menjadi seorang pemimpin di rumah tangga. Apabila
yang didapat ialah ceker ayam berarti memiliki sifat yang giat
untuk mencari rezeki.
Banyak yang harus dipersiapkan dalam membuat nasi
hadap‐hadapan ini. Salah satunya membuat rangkaian bunga
untuk hiasan di sekeliling nasi hadap‐hadapan dan di dalam
baskom yang berisi ayam tersebut.
Gambar Aneka Jenis Makanan yang Disediakan pada Acara Makan Nasi
Hadap‐hadapan
72 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Pada tahap ini pengantin dapat memilih makanan mana
saja yang hendak akan dimakan.
Gambar Prosesi Makan Nasi Hadap‐hadapan
Dalam tahap ini kedua mempelai akan makan nasi secara
berhadap‐hadapan dengan cara saling meyuap. Tahap ini
disaksikan langsung oleh keluarga pihak laki‐laki dan juga di
depan keluarga pihak perempuan. Usai kedua pengantin
saling suap‐suapan, maka keluarga akan makan bersama
sebagai tanda bersatunya dua keluarga dan juga sebagai
tanda keakraban.
9. Serah Terima Pengantin Laki‐Laki
Setelah acara makan nasi hadap‐hadapan telah selesai
dilaksanakan, selanjutnya acara serah terima pengantin laki‐
laki kepada pihak keluarga pengantin perempuan. Acara
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 73
serah terima pengantin dilaksanakan sebelum rombongan
yang mengantar pengantin laki‐laki pulang. Pengantin
perempuan duduk bersimpuh dan pengantin laki‐laki duduk
bersila, beralaskan kain panjang di depan pelaminan.
Kemudian kata penyerahan dari pihak keluarga laki‐laki
disambut oleh yang mewakili pihak keluarga pengantin
perempuan. Kata penyerahan dari pihak laki‐laki ini diawali
dengan pemberian sebuah tepak kepada pihak perempuan.
Nama tepaknya ialah tepak serah terima yang berjumlah satu
buah. Tepak serah terima ini memiliki fungsi adat dan
menandakan bahwa pengantin laki‐laki sudah sah diterima
sebagai anggota keluarga di pihak perempuan.
Gambar Prosesi Serah Terima Pengantin Laki‐laki Kepada Pihak Keluarga
Perempuan
74 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Hal ini dilakukan sebagai tanda pengantin laki‐laki telah
resmi diterima oleh pihak keluarga perempuan.
Gambar Suasana Serah Terima Pengantin Laki‐laki Kepada Pihak Keluarga
Perempuan
10. Meminjam Pengantin
Upacara meminjam pengantin adalah meminjam
pengantin baru untuk ditepungtawari yang dilaksanakan oleh
pihak laki‐laki pada hari yang telah ditentukan sebelumnya.
Orangtua dari pihak laki‐laki akan meminjam kedua pengantin
untuk dirayakan di rumahnya. Sewaktu meminjam, kedua
pengantin harus dijemput oleh anak beru dari pihak
pengantin laki‐laki dengan iringan anak beru pihak pengantin
perempuan untuk dibawa ke rumah pihak pengantin laki‐laki.
Rombongan yang datang haruslah ganjil. Tak lupa juga pada
upacara meminjam pengantin ini, kedua belah pihak akan
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 75
mengembalikan semua tepak yang pernah ditukar pada saat
pernikahan atau perkawinan, atau lebih idealnya disebut
memulangkan semua tepak tersebut seperti semula pada
orang yang memiliki.
Di acara meminjam pengantin ini juga pihak laki‐laki akan
memberikan satu tepak kepada pihak perempuan sebagai
tanda meminjam pengantin perempuan untuk semalaman di
rumah pihak laki‐laki. Dipinjam semalaman maksudnya ialah
untuk ditepung tawari bersama dengan suaminya. Tepak sirih
yang diberikan kepada pihak perempuan ini berjumlah satu
buah dan beda lagi dengan tepak yang dipulangkan tadi.
Nama satu buah tepak ini disebut tepak pinjam.
Fungsi Tepak Sirih pada Upacara Penyambutan Tamu
Tepak sirih selain digunakan untuk upacara adat
pernikahan juga digunakan pada acara penyambutan tamu.
Dalam masyarakat Melayu tepak sirih memiliki makna yang
sangat penting dalam kegiatan penyambutan tamu raja atau
pun juga penyambutan pengantin.
Adapun fungsi tepak sirih pada upacara penyambutan
tamu ialah
1. Sebagai tanda hormat bagi tamu yang datang.
2. Sebagai ucapan selamat datang.
3. Sebagai tanda acara akan segera dimulai.
Upacara Penyambutan Tamu
Pada zaman dahulu kala upacara penyambutan tamu
lebih sering dilakukan oleh kerajaan yang sedang menjamu
tamu‐tamu raja yang diagungkan dan dianggap penting.
Upacara penyambutan tamu dahulu kala hanya dilakukan
76 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
dengan menyodorkan tepak sirih begitu saja kepada tamu‐
tamu penting tersebut. Namun seiring berjalannya waktu
untuk memperindah prosesi pemberian tepak sirih tersebut
dibuatlah sebuah tarian yang dinamakan tarian persembahan
yang berfungsi untuk menyambut tamu‐tamu raja.
Namun pada zaman sekarang ini tarian penyambutan
tamu tidak ada lagi di kalangan kerajaan, tetapi sudah
menjadi umum. Bahkan kami menemukan bahwa upacara
penyambutan tamu raja sama juga dengan penyambutan
tamu pengantin laki‐laki pada upacara pernikahan, serta
penyambutan tamu tidak ada bedanya karena jumlah
penarinya sama saja lima orang penari. Dua orang wanita di
depan dan dua orang pria di bagian belakang. Kemudian satu
orang penari wanita berada di tengah yang bertugas
memegang dan menyodorkan tepak sirih pada tamu yang
ingin memakan sirih sebagai tanda persabahatan dari daerah
Melayu.
Di dalam tepak sirih tersebut sudah ada ramuan‐ramuan
sirih beserta alat‐alat pelengkapnya. Tepak sirih yang
diberikan kepada tamu ini berjumlah satu buah saja dan
memiliki fungsi adat sebagai tanda persahabatan dari tanah
Melayu kepada tamu yang diundang untuk hadir di suatu
acara tertentu, maka diadakanlah tarian persembahan ini.
Selain di acara pernikahan dan penyambutan tamu raja,
tepak sirih juga digunakan di acara khitanan dan hanya
diletakkan satu saja tepak sirih di bagian pintu masuk yang
berfungsi sebagai tanda persahabatan suku Melayu. Siapa
saja yang ingin memakan sirih tersebut dapat mengambil dan
memakannya karena sirih tersebut khusus disajikan bagi tamu
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 77
yang mau memakannya. Jadi, tepak sirih saat ini digunakan
untuk menyambut tamu, baik itu kerajaan maupun rakyat
biasa. Karena tepak sirih itu digunakan orang untuk
menghormati orang lain yang berkunjung ke rumah kita.
Fungsi Ramuan‐ramuan yang Ada di Tepak Sirih
Sebagai Obat Tradisonal
Obat tradisional ialah obat‐obatan yang diproses secara
tradisional, secara turun‐temurun berdasarkan resep nenek
moyang, adat‐istiadat, kepercayaan, atau kebiasaan adat
setempat, baik bersifat magis maupun pengetahuan
tradisional.
1. Sirih dan Pinang
Selain digunakan sebagai perlengkapan di upacara adat
Melayu, sirih dan pinang banyak digunakan sebagai bahan
ramuan dalam pengobatan tradisional. Kebanyakan
digunakan sebagai obat yang membantu dari luar. Akan
tetapi, ada juga yang mengobati dari dalam melalui air
rendam daun sirih.
Dukun adalah seorang yang berperan dalam penggunaan
sirih dan pinang dalam konsep pengobatan ini disertai jampi
dan mantera demi kesembuhan orang yang berobat
kepadanya. Penggunaan sirih dan pinang dalam pengobatan
tradisional, antara lain pada penyakit‐penyakit seperti di
bawah ini.
1) Ari‐ari pedih
Ambil sirih yang bersifat sirih bertemu urat, sebiji buah
pala yang dibenamkan ke dalam abu panas, sebiji
pinang yang telah dibelah tiga bahagian serta disapu
78 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
dengan kapur. Harus dimakan tiga kali sehari, pagi,
siang, dan sore hari. Lakukan selama tiga hari
berturut‐turut.
2) Asma
Tujuh helai daun sirih dan ditumbuk sampai halus
bersama satu sendok teh dan lada putih juga
campurkan minyak kayu putih secukupnya agar
menjadi pepesan. Oleskan pada bagian dada yang
sakit serta leher atau bisa juga dengan cara berikut ini.
Ambil 7 helai sirih bertemu urat, tujuh helai daun
lalang muda, dan seulas lengkuas sebesar ibu jari kaki.
Rebuskan dengan satu liter air hingga mendidih
sepenuhnya. Minum setengah gelas air rebusan
dengan mencampurkan sesendok makan madu serta
sesendok teh air limau nipis sebelum tidur.
3) Barah (kudis)
Tiga helai daun sirih urat ditumbuk sampai lumat
berserta kapur sirih sebesar ibu jari kaki dan satu
sendok makan madu lebah untuk menjadi pepesan.
Ramuan tersebut disapukan tiga kali sehari di bagian
yang sakit.
4) Batuk
Daun sirih direndam dan dituang ke dada yang sakit.
Air daun sirih digunakan untuk diminum oleh orang
yang sakit.
5) Bau badan
Sapukan adonan tiga helai daun sirih dan sedikit tawas
yang telah diremas. Oleskan ke bagian atas badan dan
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 79
ketiak saat mandi. Biarkan beberapa saat dan bilas
dengan air bersih.
6) Berak darah
Akar korma, gambir, dan jintan putih dimakan dengan
sirih dan pinang.
7) Demam
Tujuh helai daun sirih, kemenyan sebesar ibu jari, dan
3 ulas bawang merah. Giling halus dan tempelkan di
bagian dahi. Lakukan 2 kali sehari. Cara ini dipercaya
berkhasiat menghilangkan demam dan juga sakit
kepala atau bisa juga dengan ramuan berikut ini. Tiga
helai daun sirih diremas di dalam semangkuk air bersih
bersama buah pinang muda yang telah dipecah‐
pecahkan dan jaramkan pada kepala. Lakukan
beberapa kali sehingga panas badan berkurangan.
8) Hidung berdarah
Daun sirih digulung sebesar jari kelingking serta
diremas sedikit di bagian ujungnya untuk
mengeluarkan bau dan dimasukkan ke hidung yang
berdarah. Baringkan orang yang sakit dengan keadaan
kepala yang lebih rendah.
9) Kencing batu
Saat kita kencing terasa sakit, daun rendaman sirih,
daun pulasari, dan bawang merah sebiji, digiling lumat
serta sapukan pada ari‐ari dan bagian pinggang.
10) Keputihan
Mandi dengan air rebusan daun sirih selama 7 hari
untuk membersihkan bagian kewanitaan,
menghilangkan rasa gatal, dan keputihan. Memakan
80 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
daun sirih setiap hari juga boleh untuk menghindari
masalah keputihan.
11) Kutu air/jamuran
Petik daun sirih bersama tangkainya. Titiskan getah
sirih ke atas kutu air/jamur yang melekat pada kulit
tubuh dan akan menjadi mudah untuk sembuh dan
mengurangi rasa gatal.
12) Muntah‐muntah
Bawang merah, jintan hitam, makan dengan sirih
pinang, dan semburkan sepahnya di leher dan bagian
dada.
13) Perut terasa pedih
Tujuh butir lada, bacakan surat Al‐Ikhlas 3 kali serta
makan dengan sirih pinang serta semburkan sepahnya
pada ulu hati.
14) Sakit gigi
Kunyah daun sirih hingga lumat pada gigi yang sakit.
Beberapa saat kemudian sakit gigi akan sembuh
secara perlahan.
15) Hati terasa sakit
Bawang putih sepuluh ulas, garam jantan sebuku,
sedikit jemuju, dan sehelai daun sirih ditumbuk lumat.
Bubuhkan air panas sebelum diminum. Lakukan
selama 3 hari di pagi hari. Segengam garam digoreng
sangan (goreng tanpa minyak). Bungkuskan ke dalam
kain bersih serta tuangkan ke bagian hati di atas dada.
16) Sakit jantung
Untuk meredakan sakit jantung, rebus 3 helai daun
sirih beserta lada ekor dan minum airnya ketika masih
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 81
hangat. Lakukan selama 7 hari berturut‐turut di waktu
pagi hari.
17) Sakit mata
Remas beberapa helai daun sirih muda dan masukkan
ke dalam air serta didihkan seketika. Saring dengan
kain bersih ke dalam mangkuk dan biarkan hingga
hangat. Rendamkan mata yang sakit di dalam air tadi
serta kelip‐kelipkan mata di dalam air saringan sirih
tersebut. Buat berulang kali hingga sembuh.
2. Cengkih
Bunga cengkih mengeluarkan aroma, digunakan sebagai
rempah dalam beberapa jenis masakan, dan juga terkadang
dimakan bersama dengan daun sirih untuk menambah rasa
manis, harum, hangat, serta membuatnya lebih enak. Minyak
cengkih juga digunakan dalam membuat obat‐obatan dan
minyak wangi.
Fungsi cengkih, antara lain untuk
1) Menghilangkan bau napas
Kunyah sekuntum bunga cengkih hidup atau yang
telah kering. Setelah beberapa saat napas akan
berbau harum karena aroma cengkih tersebut. Bisa
juga dengan mencoba ramuan berikut ini.
Tumbuk lumat sepuluh kuntum bunga cengkih dan
tiga ulas bawang putih. Kemudian gosokkan kepada
gigi dan berkumur hingga bersih. Lakukan tiga hari
sekali maka bau mulut akan hilang.
2) Gigi berlubang
82 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Giling halus bunga cengkih, balutkan dengan kapas,
dan sumbatkan ke dalam gigi yang lubang atau
teteskan minyak bunga cengkih saja. Kesakitan akan
reda.
3) Muntah‐muntah
Rebuskan segelas air dengan beberapa kuntum bunga
cengkih dan minum airnya ketika hangat dan tanpa
gula.
4) Radang hati
Minum susu kambing yang dicampur dengan bunga
cengkih dan madu asli. Susu tersebut hendaklah
dipanaskan setiap pagi dan petang.
5) Sakit gigi
Giling halus beberapa kuntum bunga cengkih, bunga
lawang, asam gelugur, halia, dan lada. Sumbatkan
ramuan tadi ke dalam gigi yang lubang. Sakit gigi akan
berangsur‐angsur pulih.
6) Sembelit
Buah manjakani, buah pala, bunga lawang, dan bunga
cengkih digiling halus semuanya. Bagikan menjadi tiga
bagian yang sama banyak. Minum setiap pagi hari
sampai tiga hari berturut‐turut. Minum ketika airnya
masih hangat yang telah dicampurkan dengan madu
dan telur ayam.
3. Pinang
Fungsi pinang sebagai obat tradisional, antara lain.
1) Gigi kuat
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 83
Mengunyah pinang akan menambah kekuatan gigi.
Selain itu, dengan menggosokkan kulit pinang
sebelum tidur juga dapat menambah kekuatan gigi.
Hal seperti ini telah dipercaya oleh nenek moyang dari
zaman dahulu hingga zaman sekarang ini karena
pinang juga berfungsi sebagai obat herbal.
2) Jerawat
Buah pinang yang telah masak dikupas kulitnya lalu
potong dengan kacip isinya. Oleskan potongan pinang
tersebut pada kulit muka yang berbintik‐bintik hitam.
Lakukan dua kali sehari sehingga betul‐betul pulih.
3) Karat gigi
Sebiji pinang tua dikeringkan dan potong halus.
Goreng tanpa minyak hingga hangus dan gosong.
Gunakan serbuk pinang tersebut untuk menggosok
gigi dengan jari telunjuk saat menggosok, hasilnya
karat akan hilang dan gigi akan bertambah putih.
4) Kembung dan sesak perut
Pinang muda ditumbuk halus kemudian dicampurkan
dengan hati abu arang dari puntung kayu yang telah
terbakar dan oleskan pada perut hingga merata.
5) Tubuh langsing
Buah pinang yang telah diiris tipis kemudian dijemur
hingga kering. Setelah itu tumbuk hingga lumat
menjadi serbuk. Rendamkan semalaman setengah
sendok teh ramuan tadi ke dalam air panas dan
minum keesokan harinya dan sore bersama
ampasnya. Selama dua minggu, dipercaya badan akan
menjadi kurus dan langsing seperti yang kita mau.
84 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
6) Mabuk
Pinang muda dikunyah bagi menghilangkan rasa mual
dan menghilangkan muntah.
7) Penyakit kuning
Tujuh biji buah pinang masak yang telah luruh dari
pohonnya dikupas kulitnya. Kacipkan isinya nipis‐nipis
dan jemurkan hingga kering. Gorengkan kacipan
tersebut dengan minyak masak hingga kehitaman dan
tumbuk hingga halus seperti serbuk kopi. Ambil satu
sudu teh dan campurkan ke dalam air panas. Minum
dua kali sehari hingga sembuh.
8) Sawan
Daun pandan yang kering di pohonnya. Bakar dan
ambil abunya serta campurkan dengan air pinang.
Sapukan ke seluruh badan sebagai bedak.
4. Kapur
Fungsi kapur sebagai obat tradisional, antara lain.
1) Batuk
Sapukan sedikit kapur sirih yang dicampurkan dengan
minyak kelapa ke atas leher bagian kerongkongan dan
juga batang hidung semasa selesma. Cara ini akan
menyembuhkan sakit batuk, terutama untuk anak
kecil.
2) Gusi bengkak
Rebuskan lima helai daun jarak dengan semangkuk air
bersih serta masukkan sesendok makan air kapur sirih
dan masak hingga mendidih. Minum airnya apabila air
telah dingin, sehingga gusi bengkak hilang.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 85
3) Bisul
Oleskan kapur sirih ke atas bisul yang tumbuh pada
bagian tubuh. Lakukan setiap hari sehingga sembuh.
4) Bulu ketiak
Oleskan kapur sirih di ketiak yang berbulu dan biarkan
sampai kering. Bulu ketiak akan menjadi mudah untuk
dicabut walau dengan menggunakan tangan saja dan
juga melambatkan proses pertumbuhannya.
5) Mencret
Beberapa helai daun jambu batu muda diremas
bersama sedikit kapur sirih hingga lumat dan sapukan
pada perut.
6) Getah pisang
Jika tangan anda terkena getah pisang, sapukan kapur
sirih ke atasnya dan biarkan beberapa saat sebelum
dibilas dengan air bersih.
7) Gigitan serangga
Campurkan sedikit kapur sirih dengan parutan ibu
kunyit dan air, buat seperti krim. Tempelkan ramuan di
tempat yang digigit serangga dan biarkan kering.
Kesakitan akan reda dan menghilangkan bengkak.
8) Ketiak hitam
Air kapur sirih dan jeruk nipis dicampurkan serta
gosokkan pada ketiak setelah mandi. Lakukan selama
7 hari, ketiak tidak berbau dan kehitaman akan pudar.
9) Kurap
Asah ibu kunyit di buntut parutan dan campurkan
sedikit kapur sirih. Oleskan air asahan pada kurap,
lakukan beberapa hari hingga sembuh.
86 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
10) Kutil
Untuk menghilangkan kutil, ambil kapur sedikit dan
belerang serta air jeruk nipis. Buat seperti kerim. Kikis
sedikit kutil serta tempelkan ke atas kutil. Buat hal
demikian selama beberapa hari. Kutil akan tanggal
dengan sendiri.
11) Perut buncit
Giling kapur sirih bersama daun jambu batu. Sapukan
ke perut setiap hari sehingga perut menjadi kempis.
12) Perut gendut
Rendamkan kapur sirih ke dalam air yang telah
dimasak dan aduk sampai tercampur dengan merata.
Ambil secawan air endapan tersebut dan campurkan
dengan air perlahan sebuah jeruk nipis. Minum
sewaktu pagi setelah bangun dari tidur. Lakukan
selama 2 minggu berturut‐turut. Perut gendut akan
menjadi kempis.
13) Nyeri sendi
Daun kecubung dan kapur sirih digiling lumat. Oleskan
pada bagian anggota yang bengkak atau sendi yang
sakit.
14) Tapal perut
Campurkan kapur sirih, air jeruk nipis, dan minyak urat
(minyak digunakan untuk mengurut atau khas untuk
wanita bersalin). Lumurkan sekeliling perut dan
ikatkan bengkung selama 44 hari. Perut akan menjadi
kecut.
15) Ulu hati terasa sakit
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 87
Ambil jeruk nipis satu buah dan bacakan surah Al‐
Kautsar 3 sampai 7 kali dan belah jeruk nipis tersebut
serta sapukan kapur sirih pada keratannya. Oleskan
adonan itu pada ulu hati di bagian tengah dada.
5. Gambir (kacu)
Fungsi gambir sebagai obat tradisional, antara lain.
1) Gusi bengkak
Campurkan gambir dan ibu kunyit hidup serta
didihkan. Air rebusan yang telah panas boleh dijadikan
obat berkumur setelah dingin atau masih hangat.
Lakukan tiga kali sehari, bengkak pada bagian gusi
akan pulih dengan segera.
2) Kurap
Campurkan satu biji gambir dengan empat biji pati
santan tua. Oleskan pada bagian kulit yang terkena
kurap untuk beberapa hari berturut‐turut.
6. Tembakau
Tembakau adalah salah satu ramuan yang digunakan
orang dalam upacara adat. Selain memiliki fungsi pelengkap
di bidang adat tembakau juga memiliki fungsi dalam hal obat
tradisional.
Berikut adalah sebagai contoh kegunaan tembakau
dalam obat tradisional.
1) Pacet atau lintah
Bawalah sedikit tembakau apabila berangkat ke dalam
hutan atau sawah. Kalau kita digigit pacet atau lintah,
ambil sedikit tembakau dan celupkan ke dalam air.
88 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Peras tetesan airnya ke atas gigitan pacet atau lintah
yang melekat itu. Untuk beberapa saat pacet atau
lintah akan lepas dengan sendirinya dari kulit.
2) Luka kulit
Lembabkan segumpal tembakau ke dalam air bersih
dan tempelkan ke atas luka serta balutkan dengan
kain bersih. Biarkan dan jangan gerakkan bagian yang
mengalami luka. Darah akan terhenti dengan
sendirinya.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 89
Kesimpulan
etelah kami menguraikan dan menganalisis makna dan
fungsi yang terkandung dalam tepak sirih masyarakat
Melayu Deli Serdang, maka kami dapat mengambil
kesimpulan bahwa tepak sirih memiliki peranan serta makna
yang penting di dalam kehidupan masyarakat Melayu. Tepak
sirih merupakan kelengkapan yang harus ada dalam berbagai
upacara adat Melayu. Terutama pada saat penyambutan
tamu dan perkawinan yang terdiri lagi menjadi sub bagian‐
bagian tertentu. Kami juga menyadari bahwa terdapat
pemudaran budaya, karena di zaman sekarang ini sudah
susah atau bahkan tidak ada lagi kegiatan tersebut. Jadi
sebagai warga negara yang baik kita harus menjaga
kelestarian budaya sendiri.
S
90 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Daftar Pustaka
Admansyah, T. 1994. Peranan Budaya Melayu sebagai Sub
Kultur Kebudayaan Nasional. Medan: Yayasan Karya
Budaya Nasional.
Arrasyid, Cahinur, Wan Syaifuddin, dan Hadi Umry. 2008.
Orang Melayu Taat Ajar dan Taat Hukum. Medan: USU
Press.
Endraswara, S. 2009. Metodologi Penelitian Folkor.
Yogyakarta: Media Presindo.
Hariyanto. 28 Mei 2012. Metode Penelitian Kualitatif.
http://belajarpsikologi.com (diakses tanggal 11 Juni
2013).
Ical. 20 Agustus 2008. Resam Melayu, Arti Tepak Sirih.
http://melayuonline.com (diakses tanggal 11 Juni
2013).
Luckman Sinar, T. 2005. Adat Budaya Melayu Jati Diri dan
Kepribadian. Medan: FORKALA Provinsi Sumatra
Utara.
Luckman Sinar, T dan Wan Syaifuddin. 2002. Kebudayaan
Melayu Sumatra Timur. Medan: USU Press.
Mahyudin. 11 Juli 2013. Tradisi Bersirih dan Nilai Budayanya.
http://melayuonline.com (diakses tanggal 11 Juli
2013).
Mulyani, R. 2005. Pantun Melayu Deli dan Serdang: Fungsi dan
Makna Logis. Medan: Bertong Jaya.
Nazir, Mohammad. 2009. Metode Penelitian. Medan: Ghalia
Indonesia.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 91
Novianda, L. 2004. Skripsi: Ornamen Rumah Adat Melayu Deli:
Suatu Tinjauan Fungsi dan Makna. FIB USU.
Perpustakaan Negara Malaysia. Tepak Sirih. Edisi
2001.http://www.pnm.my (diakses tanggal 12
Desember 2013).
Ridwan, T. Amin. 2005. Budaya Melayu Menghadapi Globalisasi.
Medan: USU Press.
Silvana Sinar, T. 2011. Kearifan Lokal Berpantun dalam
Perkawinan Adat Melayu Batubara. Medan: USU
Press.
Syaifuddin, W. 1999. Presfektif Tradisionalisme Melayu Esei‐
Esei Sastra Tradisi. Kampus USU Medan: USU Press.
Syaifuddin, W. dan Syahril. 2008. Khazanah Melayu Sumatra
Utara. Medan: USU Press.
Takari, M. dan Fadlin bin Muhammad. 2009. Sastra Melayu
Sumatra Utara. Medan: Bartong Jaya.
Takari, M. dan Heristina Dewi. 2008. Budaya Musik dan Tari
Melayu Sumatra Utara. Medan: USU Press.
The Brimb’s. 20 Maret 2013. Pengertian Suku Bangsa.
http://sejarahsuku.blogspot.com (diakses 18
September 2013).
Uchjana, O. 1984. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Umry, S. 1997. Apresiasi Sastra Medan. Medan: Pustaka Wina.
Verginia, D. 2013. Skripsi: Antologi Pusisi Suara Peri dan Mimpi.
FIB USU.
Yunita, A, Ibrahim, dkk. 2003. Adat Budaya Resam Melayu
Batubara. Medan: Badan Perpustakaan Arsip dan
Dokumentasi Provinsi Sumatra Utara dengan PT.
Puri Delco.
92 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing
Yuscan. 2001. Adat Resam Budaya Melayu Pesisir Timur
Sumatra Utara. Medan: Biri Adat, PB MABMI.
Zamroni, M. 2009. Filsafat Komunikasi: Pengantar Ontologis,
Epistemologis, Aksiologis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tepak Sirih Melayu Deli Serdang | 93
Profil Penulis
Rozanna Mulyani M.A. adalah
doktor linguistik yang bekerja sebagai
dosen di program studi Sastra Melayu,
fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatra Utara.
Latar belakang pendidikan S‐1
Sastra Melayu fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatra Utara, Master of
Art Linguistic di Universitas Sains
Malaysia, dan doktoral linguistik USU. Dikenal sebagai
ilmuwan bahasa dengan fokus kajian pada bahasa Melayu
Sumatra Timur.
Nikson Freddy Sihombing, lahir
pada 11 April 1989 di Parsoburan. Telah
menyelesaikan Sarjana Sastra di
Universitas Sumatra Utara pada tahun
2014. Memiliki ketertarikan dengan
semua hal tentang budaya, sastra dan
seni. Aktif dalam berbagai organisasi, di
antaranya Teater ‘O’ USU pada tahun 2010‐2012 dan UKM
Fotografi USU 2010‐2012. Sejak Oktober 2017 sampai sekarang
bekerja sebagai freelance photographer dan bekerja sebagai
editor video di Tabloid Imaji sejak Oktober 2019 sampai
dengan sekarang.
94 | Rozanna Mulyani dan Nikson Freddy Sihombing